Top Banner
adil's blog | Kajian Teoritis Akreditasi Copyright Adil Ahza [email protected] https://adil.staff.ipb.ac.id/2010/04/14/3/ Kajian Teoritis Akreditasi Kajian Teoritis Akreditasi Oleh : Adil Basuki Ahza Dept ITP Fateta, Institut Pertanian Bogor. Akreditasi adalah sistem penjaminan mutu eksternal (entitas organisasi). Sistem akreditasi pendidikan tinggi, baik institusi maupun program, secara makro pada tingkatan negara yang berdaulat (sovereign) selalu dipengaruhi oleh sistem nilai, norma, budaya, sosial, ekonomi, politik maupun ketahanan dan pertahanan nasional. Oleh karena itu, pada umumnya bersifat sangat unik/khas bagi negara yang bersangkutan. Amat sangat langka negara yang memiliki sistem akreditasi yang persis sama, terkecuali jika negara yang bersangkutan telah meratifikasi suatu kesepakatan bersama (baik berupa mutual arrangement, mutual agreement atau mutual recognition), baik dalam rangka mobilitas publik/orang (people) maupun penerapan sistem pendidikan antar bangsa (internationalization) , lintas batas negara (cross border education/borderless education), maupun pendidikan lintas kebangsaan (trans-national education). Di tingkatan mikro, institusi maupun program studi, yang diakreditasi pada ha kekatnya adalah sistem penjaminan mutu internal yang dikembangkan oleh entitas/organisasi yang bersangkutan. Akreditasi dalam berbagai definisi, ber-intikan pada proses review (peer review system, asesmen, evaluasi dan penilaian berbasis expertise), menggunakan instrumen dan acuan standard yang disepakati dalam rangka menjaga mutu dan untuk mengevaluasi bahwa entitas yang diakreditasi memiliki komitment untuk senantiasa mencapai mutu yang tinggi, serta senantiasa konsisten berkomitmen menerapkan sistem peningkatan mutu secara berkelanjutan (continuous quality improvements) . Dalam konteks program studi, pada umumnya sangat mengandalkan sistem evaluasi secara ketat dg menggunakan reviewer/asesor/auditor sejawat-seprofesi (peer review system). Esensi sistem penjaminan mutu dalam berbagai konteks selalu mengandung 5 (lima) elemen sistem yang penting, yaitu (1) mutu, (2) standard, (3) sistem manajemen (mutu), (4) sistem penjaminan mutu dan (5) asesmen/audit/review, yang masing-masing page 1 / 7
7

Kajian Teoritis Akreditasi - anitanet.staff.ipb.ac.id

Nov 21, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Kajian Teoritis Akreditasi - anitanet.staff.ipb.ac.id

adil's blog | Kajian Teoritis AkreditasiCopyright Adil Ahza [email protected]://adil.staff.ipb.ac.id/2010/04/14/3/

Kajian Teoritis Akreditasi

Kajian Teoritis Akreditasi

Oleh : Adil Basuki Ahza

Dept ITP Fateta, Institut Pertanian Bogor.

Akreditasi adalah sistem penjaminan mutu eksternal (entitas organisasi). Sistemakreditasi pendidikan tinggi, baik institusi maupun program, secara makro padatingkatan negara yang berdaulat (sovereign) selalu dipengaruhi oleh sistem nilai,norma, budaya, sosial, ekonomi, politik maupun ketahanan dan pertahanannasional. Oleh karena itu, pada umumnya bersifat sangat unik/khas bagi negarayang bersangkutan. Amat sangat langka negara yang memiliki sistem akreditasiyang persis sama, terkecuali jika negara yang bersangkutan telah meratifikasisuatu  kesepakatan bersama (baik berupa mutual arrangement, mutual agreement atau mutual recognition), baik dalam rangka mobilitas publik/orang (people)maupun penerapan sistem pendidikan antar bangsa (internationalization) , lintasbatas negara (cross border education/borderless education), maupun pendidikanlintas kebangsaan (trans-national education). Di tingkatan mikro, institusi maupunprogram studi, yang diakreditasi pada ha kekatnya adalah sistem penjaminan mutuinternal yang dikembangkan oleh entitas/organisasi yang bersangkutan. Akreditasidalam berbagai definisi, ber-intikan pada proses review (peer review system,asesmen, evaluasi dan penilaian berbasis expertise), menggunakan instrumen danacuan standard yang disepakati dalam rangka menjaga mutu dan untukmengevaluasi bahwa entitas yang diakreditasi memiliki komitment untuksenantiasa mencapai mutu yang tinggi, serta senantiasa konsisten berkomitmenmenerapkan sistem peningkatan mutu secara berkelanjutan (continuous qualityimprovements) . Dalam konteks program studi, pada umumnya sangatmengandalkan sistem evaluasi secara ketat dg menggunakanreviewer/asesor/auditor  sejawat-seprofesi (peer review system).  Esensi sistempenjaminan mutu dalam berbagai konteks selalu mengandung 5 (lima) elemensistem yang penting,  yaitu (1) mutu, (2) standard, (3) sistem manajemen (mutu),(4) sistem penjaminan mutu dan (5) asesmen/audit/review, yang masing-masing

page 1 / 7

Page 2: Kajian Teoritis Akreditasi - anitanet.staff.ipb.ac.id

adil's blog | Kajian Teoritis AkreditasiCopyright Adil Ahza [email protected]://adil.staff.ipb.ac.id/2010/04/14/3/

merupakan “sistem yang saling berkaitan” dan dalam berbagai hal salingmempengaruhi/saling tergantung (interdependent) 1), 2).

Mutu adalah elemen terpenting di dalam akreditasi, baik dalam kontekspemahaman, filosofis atau aliran pemikiran (mazhab/school of thought) maupunpraxis. Secara filosofis faham tentang mutu yg ada selalu bersifat dinamis,kondisional, tidak terlepas dengan standard mutu yang diterapkan, yangkesemuanya harus dikembangkan dan berakar pada sistem nilai, norma, kejujuran,imparsialitas (keobyektifan), dan integritas. Mutu sangat penting jika suatu entitas,termasuk perguruan tinggi, berada dalam persaingan. Namun demikian, perludisadari bahwa persaingan adalah kondisi alamiah suatu organisme maupunorganisasi, apalagi perguruan tinggi yang senantiasa harus memperebutkanlulusan-lulusan SMA yang bermutu agar menghasilkan lulusan dan capaianpembelajaran (learning outcomes) yg bermutu tinggi. Konotasinya memang berartibahwa mutu menjadi tidak menjadi hal yang terlalu penting lagi jika suatuorganisasi, entitas, organisasi atau industri tidak harus bersaing baik dalammemperoleh masukan terkendali (controllable inputs, termasuk mengelola masukanyg tak-terkendali) dan mengelola proses untuk menghasilkan keluaran (outputs)dan outcomes yang sesuai dengan tuntutan mutu para pemangku kepentingan).Bahkan, institusi yang monopolistik sekalipun, jika ia melayani kepentinganpublik/masyarakat, terutama pemerintah, entitas/institusi tersebut tetap dituntutmemiliki keluaran/produk maupun layanan yang bermutu sesuai kepentinganmasyarakat pemangku kepentingan.  Pemahaman tentang mutu, sangat tergantungkepada mashab yang dianut oleh suatu perguruan tinggi/entitas organisasi. Secarateoritis, --dalam konteks pendidikan tinggi--, pengertian mutu pada umumnya dapatdikategorikan kedalam lima kelompok, yaitu: (1) kelompok yg menganut fahambahwa mutu adalah keunggulan bersaing (excellences), (2) kelompok yangmenganut faham bahwa mutu adalah nilai tambah (value added), (3) kelompok ygmenganut faham bahwa mutu adalah keseuaian dengan maksud atau tujuan  (fitness for purpose), (4) kelompok yag menganut faham bahwa mutu adalah “nilai”uang (value for money) dan (5) kelompok yg memahami/meyakini bahwa mutuadalah kepuasan pemangku kepentingan/pelanggan (customer satisfaction)1),2),8),9).Mutu selalu dilahirkan oleh/dibangun atas/dilahirkan dari suatu budaya mutu, yangmengandung 3 (tiga) elemen pokok yaitu artifak (quality artifacts), nilai-nilai dannorma-norma (values and norms) dan asumsi dasar perilaku (underlyingassumptions). Faham yang ada tersebut akan mewarnai perilaku mutu orangmaupun organisasi yang bersangkutan dalam mengembangkan sistemmanajemennya. Karena mutu selalu dikaitkan dengan persaingan, dalam kontekspendidikan tinggi, mutu seringkali sukar untuk dapat diseragamkam diseluruhdunia. Secara teoritetis dan faktual, yang sering terjadi adalah adanya salingpengakuan atau penyetaraan sistem.

page 2 / 7

Page 3: Kajian Teoritis Akreditasi - anitanet.staff.ipb.ac.id

adil's blog | Kajian Teoritis AkreditasiCopyright Adil Ahza [email protected]://adil.staff.ipb.ac.id/2010/04/14/3/

Standar adalah suatu dokumen  memberikan acuan persyaratan-persyaratan,spesifikasi teknis, panduan atau karakteristik yg dapat digunakan secara konsistenuntuk menjamin masukan (inputs), proses, keluaran (outputs) berupa produk ataulayanan (services) sesuai yang di maksudkan (fit for purpose). Standar padaumumnya memiliki karakteristik berupa acuan spesifikasi teknis (seringkali dituntutagar terukur), berupa dokumen formal, hasil konsensus (concensus), kesepakatan (agreement) seluruh pemangku kepentingan, berbasis pada (akumulasi) pengalaman (experiences) dan, dikeluarkan oleh otoritas/lembaga resmi 1), 2), 3), 8), 9),

10), 11), 13), 14). Dalam konteks standar pendidikan tinggi, setiap negara memilikstandard yang khas, berbeda-beda antara satu negara dengan negara yang lain,karena masing-masing negara berdaulat dan mutu selalu mencerminkan "budaya"yg secara intrinsik terkandung norma, nilai dan asumsi-asumsi perilaku ygmendasar. Meskipun demikian, seiring dengan maraknya ratifikasi kesepakatanglobal, selama satu dekade belakangan ini banyak upaya-upaya untuk mencapaikesetaraan standard mutu antar berbagai negara yang memiliki kepentinganekonomi, sosial maupun politik regional maupun yg disepakati bersama. Katakuncinya adalah kesepakatan bersama. Sebagai contoh, antara negara-negara ygtergabung dalam kesepakatan “Bologna process”, yang anggotanya terdiri atasnegara-negara eropa sekitarnya yang sepakat untuk memperlancar mobilitasorang.

Sistem manajemen mutu adalah sistem tatakelola masukan (inputs) dan proses,yang digunakan oleh suatu entitas/perguruan tinggi untuk menghasilkan keluaran (outputs), capaian (outcomes) dan dampak kepada masyarakat (impacts on society),termasuk subsistem umpan-balik ataupun umpan-kedepan dalam kendala (constraints) lingkungan eksternal terutama kebijakan suatu negara 1), 2).. Suatusistem manejemen mutu pendidikan tinggi selalu menggunakan sistem umpan-balik(feedback) atau umpan-kedepan (feedforward) dalam rangka pengendalian danpeningkatan mutu, dan selalu memperhitungkan pengaruh (dalam constraints)kondisi dan dinamika lingkungan eksternal terkait kebijakan nasional di bidangpendidikan, ekonomi, sosial, politik, budaya dan ketahanan/pertahanan, sertatergantung pada tingkat kecanggihan (sophistication) instrumen sistem mutu yangditerapkan. Hampir dapat dipastikan bahwa dalam sistem manajemen mutu,peranan data dan informasi yang sahih dan andal sangat penting. Sehingga, sistemperekaman, dokumentasi (manual, guidelines, standard operating procedures, workinstructions dan sistem pelaporan), tingkat kebaruan dan pembaruan (up-dated),serta kemampu-telusuran (traceability)  data dan informasi sangat penting,terutama guna membangun sistem penjaminan mutu yang baik dan peningkatanmutu secara berkelanjutan (continuous quality improvements/CQI).  Elemen utamadari sistem manajemen mutu secara prinsip dapat dikelompokkan kedalam 2 (dua)elemen penting organisasi, yaitu: (1) elemen pemampu organisasi “entitas” ygterdiri atas lima subsistem, yaitu kepemimpinan (leadership dan followership),orang (SDM/people), kebijakan, sumberdaya, tatakelola dan, (2) elemen hasil kunci(key results areas, yg terdiri atas empat subsistem, yaitu kepuasan SDM (people’s

page 3 / 7

Page 4: Kajian Teoritis Akreditasi - anitanet.staff.ipb.ac.id

adil's blog | Kajian Teoritis AkreditasiCopyright Adil Ahza [email protected]://adil.staff.ipb.ac.id/2010/04/14/3/

satisfaction), hasil “bisnis”(business results), kepuasan pemangkupelanggan/pengguna hasil (customers satisfaction) dan dampak kepadamasyarakat (impacts on society). Banyak varian model sistem manajemen mutu ygditerapkan oleh berbagai perguruan tinggi di seluruh dunia. Khusus untuk benuaEropa, sistem menajemen mutu yg dikeluarkan oleh European Foundation forQuality Management (EFQM) banyak dianut dan dijadikan standard  penjaminanmutu internal maupun eksternal, maupun asesmen/audit/review badan-badanakreditasi pergruan tinggi. Meskipun demikian, banyak perguruan tinggi di Eropamaupun bagian benua lain yang menganut/mengembangkan model sistemmanajemen mutunya berbasis ISO- series, atau model-model sistem manajemenmut ynnyau lain yang mereka anggap paling cocok untuk institusi mereka.  Sistemmanajemen perguruan tinggi di USA banyak yang tidak menganut ISO-series,melainkan sangat bervariasi, mungkin karena budaya negara liberal dan otonomimanajemen perguruan tinggi sangat kuat. Ada satu model sistem manajemen mutuyang populer di USA, --yang dikembangkan untuk meraih keunggulan kinerja suatuinstitusi di USA--, yaitu yang  dikembangkan dengan basis kerangka MalcolmBaldrige criteria for performance excellences oleh National Institute of Science andTechnology (NIST), dan sudah diuji pada lebih dari 45000 institusi termasukperguran tinggi, dan dijadikan acuan model sistem manajemen mutu di berbagaiperguruan tinggi6).   Secara azasi, baik-tidaknya sistem manajemen mutu sangatditentukan oleh baik-tidaknya sistem pengendalian mutu (quality control system) disisi pemampu mutu (enabler) organisasi dalam rangka peningkatan mutuberkelanjutan (continuous quality improvements/CQI) pada area-area hasil kunci (key result areas) yang dikembangkan oleh suatu entitas, organisasi dan perguruantinggi yang bersangkutan, dalam berbagai sisi maupun konteks pendidikan tinggi,selalu berasal dan tidak dapat lepas dari sistem manajemen mutu ygdikembangkan oleh perguruan tinggi yang bersangkutan.  Sistem penjaminan mutupada umumnya menjadi fokus dan sangat penting ketika perguruan tinggi atauprogram studi berhadapan dengan pemangku kepentingan eksternal. Harusdisadari bahwa letak permasalahan atau terjadinya masalah organisasi,kebanyakan terjadi pada saat maupun sisi-sisi dimana organisasi berhadapandengan  pemangku kepentingan (stakeholders) eksternal. Faktor penentubaik-tidaknya sistem penjaminan mutu jelas sangat tergantung kepada sistemmanajemen mutu,  dan khususnya ditentukan oleh baik-tidaknya sistempengendalian mutu (quality control system) yang ada. Sistem pengendalian mutuyang baik menjadi faktor penting yang menentukan sehat-tidaknya organisasiperguruan tinggi maupun sistem penjaminan mutu internal yang dikembangkan.Semakin baik sistem pengendalian mutu yang ada, terutama jika secara sistematisdan sistemik diintegrasikan kedalam sistem evaluasi dalam sistem peningkatanmutu secara berkelanjutan (proses CQI), akan semakin mantap dan baiklah sistempenjaminan mutu yg dikembangkan oleh perguruan tinggi yang bersangkutan.Sehingga, secara sistemik pengendalian mutu baik di sisi mutu masukan (ygterkendali maupun tak-terkendali), proses, keluaran (outputs: lulusan, produk,layanan yg diinginkan maupun yg tak-diinginkan), capaian (outcomes), maupundampak (impacts) sangat penting dalam rangka membangun sistem penjaminanmutu.  Secara hakiki memang,--dalam proses akreditasi--, yang diakreditasi

page 4 / 7

Page 5: Kajian Teoritis Akreditasi - anitanet.staff.ipb.ac.id

adil's blog | Kajian Teoritis AkreditasiCopyright Adil Ahza [email protected]://adil.staff.ipb.ac.id/2010/04/14/3/

sebenarnya adalah sistem penjaminan mutu internal perguruan tinggi. Padaumumnya, perguruan tinggi yang memiliki sistem penjaminan mutu yang baik danmantap, akan mudah memperoleh status akreditasi, baik di tingkat nasional,regional maupun internasional. Di dalam konteks  peningkatan mutu secaraberkelanjutan, sistem penjaminan mutu (internal maupun eksternal) sangatbertumpu pada baik-tidaknya sistem pengelolaan pengetahuan (knowledgemanagement system), [--dari mulai bangunan sistem akuisisi knowledge,perekaman data dan informasi yang sahih dan andal, akumulasi, penambahan nilaidan mengolahnya menjadi pengetahuan dan mendukung sistem pengambilankeputusan, mendistribusikan kepada semua pemangku kepentingan (internal daneksternal) sampai pada difusi pengetahuan kepada masyarakat--], terutamasebagai landasan pengembangan sistem pengendalian mutu (quality controlsystem), sistem evaluasi dan peningkatan mutu secara berkelanjutan. Setiap badanakreditasi bermutu, selalu menjadi anggota jejaring badan-badan akreditasi, baikyang bersifat nasional, regional maupun internasional. Keanggotaan dalam jejaringtersebut adalah dalam menjaga kredibilitas badan akreditasi yang bersangkutan,selain ditujukan untuk memperoleh pengakuan (recognition) maupun meningkatkanmutu secara berkelanjutan. Terdapat rambu-rambu penting bagi badan akreditasiperguruan tinggi yang tidak boleh dilanggar, yaitu melakukan akreditasi palsu (bogus accreditation). Jika suatu badan akreditasi melakukan akreditasi palsu, makakeanggotaannya di dalam organisasi jejaring internasional dibatalkan/dicabut, danhasil akreditasinya tidak akan mendapat pengakuan internasional (internationalrecognition).

Asesmen (assessment)/audit/review  adalah sistem evaluasi dan penilaian dalam rangka penjaminan mutu internal maupun eksternal (akreditasi). Secaraintrinsik, setiap organisasi/institusi yang bertanggungjawab dan memandang mutuproduk dan layanan sebagai hal yang utama, selalu memiliki satuan pengawasinternal (internal audit unit). Adanya satuan pengawas internal sangat bermanfaatuntuk meningkatkan akuntabilitas organisasi/lembaga, dan mempersiapkan diridalam proses akreditasi. Penamaan proses tersebut sangat bervariasi antarabadan-badan akreditasi, maupun negara. Dengan demikian, penyebutan aktorpelakunya pada umumnya mengikuti penyebutan sistem evaluasi dan penilaianyang diterapkan. Kinerja mutu yang dihasilkan dari proses akreditasi sangatdipengaruhi oleh mutu: 1) instrumen yang dipergunakan, 2)asesor/auditor/reviewers , 3) sistem manajemen yang diterapkan oleh institusimaupun badan akreditasi. Selain itu, kebijakan, aturan, peraturan, norma dan etikayang berlaku secara internasonal wajib dipatuhi olehsemua fihak, baik institusi yangdiakreditasi maupun yang mengakreditasi. Setiap badan akreditasi wajib memilikiaturan, peraturan, dan kode etik asesmen/audit/review bagi para asesornyaterutama untuk menjaga integritas, keobjektifan (impartiality), kredibilitas danmutu proses dan hasil asesmen.

page 5 / 7

Page 6: Kajian Teoritis Akreditasi - anitanet.staff.ipb.ac.id

adil's blog | Kajian Teoritis AkreditasiCopyright Adil Ahza [email protected]://adil.staff.ipb.ac.id/2010/04/14/3/

KAJIAN Legal .....

Evolusi peraturan Perundang-undangan Negara Kesatuan Republik Indonesia(NKRI), terkait dengan sistem pendidikan tinggi, terus berjalan sesuai dengantuntutan dinamika kehidupan bangsa Indonesia. Perkembanga di tingkatanKonstitusi, UUD 1945 telah mengalami amandemen ke empat pada tahun 2002, a.l.,pada pasal 31 (3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistempendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlakmulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur denganundang-undang.(4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikansekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanjanegara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhikebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.

Seiring dengan dinamika sosial dan ekonomi, perubahan konstitusi NKRI ini terusberlangsung membawa dan menuntut pengubahan sistem perundang-undangandibawahnya, antara lain yaitu berubahnya UU no 2 tahun 1989 tentang sistempendidikan nasional. Evolusi dari UU no 2 tahun 1989 menghasilkan  UU no 20tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang dijiwai dengan sistem nilaiyang penting, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak muliadalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Perkembangan sistem legal perundang-undangan tentang pendidikan tinggi diIndonesia belakangan ini sangat cepat, bahkan selama tahun 2012 muncul duatonggak acuan (milestone) penting yaitu berupa Perpress no 8 tahun 2012 tentangkerangka kualifikasi nasional Indonesia (KKNI) dan telah disahkannya UU no 12tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. Perkembangan terakhir ini menambahkanparadigma dan sistem nilai dan menanamkan pentingnya sistem pendidikannasional untuk membangun karakter bangsa Indonesia. Cepatnya evolusi kebijakantertinggi di tingkat kehidupan bernegara (NKRI) membawa konsekuensi perlunyaperubahan-perubahan paradigma sistem manajemen mutu, tatapamong dantatakelola di tingkat perguruan tinggi.  Evolusi peraturan perundangan ini secarapasti menuntut perlunya segera ditindak lanjuti dengan peraturanturunan/dibawahnya guna memfasilitasi operasionalisasi kebijakan tertinggi untuksemua jenjang dan tingkatan organisasi penyelenggara jasa layanan pendidikantinggi.

Dalam proses operasionalisasi sistem perundang-undangan, yaitu UU no 12 tahun

page 6 / 7

Page 7: Kajian Teoritis Akreditasi - anitanet.staff.ipb.ac.id

adil's blog | Kajian Teoritis AkreditasiCopyright Adil Ahza [email protected]://adil.staff.ipb.ac.id/2010/04/14/3/

2012, perlu diperhatikan adanya pergeseran paradigma sistem pendidikan nasionalyg ada, antara lain: (1) terjadinya perubahan “single accountable unit” dalammasalah pendidikan tinggi, yaitu hanya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,(2) sistem perijinan diintegrasikan dengan akreditasi, (3) terdapat perintahpergeseran peran, fungsi dan tugas serta pengembangan jenis lembaga akreditasi,(4) terdapat perintah pengembangan sistem akreditasi pendidikan tinggi kepadaBAN-PT, dan fokus tugas BAN-PT hanya mengakreditasi istitusi perguruan tinggi, (5)akan muncul badan mengurusi standard nasional Pendidikan tinggi (6) seiringdengan disahkannya Perpress no 8 tahun 2012 tentang KKNI, maka sistemakreditasi sudah sepantasnya segera dikembangkan/ditingkatkan menuju padafokus capaian pembelajaran (learning outcomes) terutama terkait dengan standarkurikulum, lulusan, riset dan pengabdian kepada masyarakat, (7) seiring denganpengintegrasian ijin dengan akreditasi, konsekuensi yang dapat dikembangkanadalah pada seluruh sistem akreditasi terutama terkait dengan persyaratanminimal akreditasi perguruan tinggi dan program studi.

Dilanjutkan lain kali.................

Kajian Azas dan Prinsip Akreditasi

Ntar-ntar kalau sdh lega waktuku.......................................>>>

page 7 / 7