Top Banner
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan yang bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Supandi mengungkapkan pentingnya gerak sebagai kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia seperti halnya pentingnya minum dan makan. Hal tersebut berarti gerak dan olahraga merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi untuk menunjang kesehatan dan kebugaran jasmani (Tarigan, 2011). Berkaitan dengan pentingnya aktivitas jasmani, Bompa dan Astrand mengemukakan, apabila aktivitas jasmani atau olahraga memenuhi prinsip-prinsip latihan, misalnya melakukan aktivitas olahraga dengan beban latihan ringan sampai sedang serta dilakukan secara rutin dan teratur, kegiatan tersebut dapat meningkatkan derajat kebugaran jasmani (Tarigan, 2011) Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan merupakan program pengajaran yang sangat penting dalam membentuk kebugaran para siswa serta dapat mengarahkan siswa untuk dapat beraktivitas olahraga agar tercapai generasi yang sehat dan kuat (Aminarni, 2009). Tujuan berolahraga dapat dibagi atas kebutuhannya, diantaranya (Nala, 2011): 1. Rekreasi bertujuan untuk bersenang-senang.
48

KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II Kajian...KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Pendidikan jasmani, ... 2.1.1 Atletik dan lempar cakram Atletik merupakan

Mar 06, 2019

Download

Documents

vancong
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II Kajian...KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Pendidikan jasmani, ... 2.1.1 Atletik dan lempar cakram Atletik merupakan

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan

Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan merupakan bagian integral dari

pendidikan secara keseluruhan yang bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran

jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis, aspek pola hidup sehat dan

pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih

yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan

nasional.

Supandi mengungkapkan pentingnya gerak sebagai kebutuhan dasar bagi

kehidupan manusia seperti halnya pentingnya minum dan makan. Hal tersebut berarti

gerak dan olahraga merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi untuk menunjang

kesehatan dan kebugaran jasmani (Tarigan, 2011).

Berkaitan dengan pentingnya aktivitas jasmani, Bompa dan Astrand

mengemukakan, apabila aktivitas jasmani atau olahraga memenuhi prinsip-prinsip

latihan, misalnya melakukan aktivitas olahraga dengan beban latihan ringan sampai

sedang serta dilakukan secara rutin dan teratur, kegiatan tersebut dapat meningkatkan

derajat kebugaran jasmani (Tarigan, 2011)

Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan merupakan program pengajaran yang

sangat penting dalam membentuk kebugaran para siswa serta dapat mengarahkan siswa

untuk dapat beraktivitas olahraga agar tercapai generasi yang sehat dan kuat (Aminarni,

2009).

Tujuan berolahraga dapat dibagi atas kebutuhannya, diantaranya (Nala, 2011):

1. Rekreasi bertujuan untuk bersenang-senang.

Page 2: KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II Kajian...KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Pendidikan jasmani, ... 2.1.1 Atletik dan lempar cakram Atletik merupakan

2. Pendidikan bertujuan untuk membina disiplin, kemauan, kepribadian, kerjasama,

dan lainnya.

3. Kesehatan bertujuan sebagai sarana pencegahan agar tidak mengalami keadaan

sakit.

4. Kesegaran jasmani bertujuan agar mampu melakukan pekerjaan sehari-hari

dengan efektif dan efisien.

5. Prestasi bertujuan untuk menjadi juara olahraga.

2.1.1 Atletik dan lempar cakram

Atletik merupakan olahraga tertua, dimana gerakan pada olahraga atletik

seperti: jalan, lari, lompat dan lempar menjadi dasar gerakan-gerakan olahraga yang

dapat dijumpai pada hampir setiap cabang olahraga lainnya, atau sering dikatakan

bahwa atletik merupakan dasar dari semua cabang olahraga (mother of sport) (Dixon,

2014). Atletik merupakan aktivitas jasmani yang mendasar untuk cabang olahraga lain

karena bagian-bagian gerakan pada olahraga atletik menjadi dasar gerakan untuk

penyempurnaan teknik-teknik gerakan pada cabang olahraga lainnya.

Lempar cakram (discus throw) adalah salah satu bagian dari olahraga atletik

nomor lempar. Lempar cakram bertujuan melemparkan benda berbentuk bulat pipih

(cakram) sejauh-jauhnya menggunakan ritme, kekuatan, keterampilan dan teknik dasar

lempar cakram yang kuat (Guthrie, 2008).

Cakram yang digunakan pada saat lempar cakram adalah benda yang berbentuk

bulat pipih dengan diameter lingkarannya adalah 220 mm. Cakram pada lempar cakram

dibagi menurut beratnya menjadi dua, diantaranya cakram yang digunakan untuk laki-

laki memiliki berat dua kg dan cakram yang digunakan khusus untuk perempuan

memiliki berat satu kg.

Page 3: KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II Kajian...KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Pendidikan jasmani, ... 2.1.1 Atletik dan lempar cakram Atletik merupakan

2.1.1 Gerak pada lempar cakram

Cakram yang dilempar harus dipegang dengan teknik yang benar, supaya arah

dari lemparan sesuai dengan aturan yang ada dan hasil lemparan cakram jatuh didaerah

yang telah ditentukan. Cakram dilempar dengan posisi menyampingi arah lemparan

yang biasanya digunakan oleh para pemula karena gerakannya lebih mudah, cukup

sederhana dan terbiasa diajarkan oleh tenaga pendidik kepada para siswa dalam proses

belajar mengajar di sekolah.

Dalam cara melempar cakram dengan menyampingi arah lemparan dapat

dilakukan dengan teknik melempar cakram sebagai berikut (Sodikin dan Achmad,

2009).

1. Tahap awal gerakan dalam lempar cakram dilakukan dengan cara:

1) Cakram diletakkan pada telapak tangan kiri, kemudian tangan kanan di atas

cakram.

2) Berdiri di dalam lingkaran (daerah melempar), dengan posisi badan

menyampingi arah lemparan.

Gambar 2.1 Tahap awal gerakan lempar cakram. (Nikitin, 2015)

Page 4: KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II Kajian...KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Pendidikan jasmani, ... 2.1.1 Atletik dan lempar cakram Atletik merupakan

2. Tahap pelaksanaan gerakan lempar cakram dilakukan dengan cara :

1) Kaki dibuka sejajar, menyampingi arah lemparan.

2) Berat badan berada pada kaki belakang.

3) Cakram dikait, dengan lengan kanan lurus ke bawah. Cakram diayun ke depan

atas sebanyak tiga kali. Ayunan tangan ke belakang dengan mempersiapkan

otot-otot yang dilibatkan dalam posisi regang penuh (tidak berlebihan)

bertujuan untuk menambah waktu dan jarak persiapan yang bermanfaat

meningkatkan tenaga yang diproduksi (Redhana, 2008)

4) Cakram dilempar, berat badan berada pada kaki belakang dan punggung

tangan berada di atas. Jari kelingking membantu pada saat lepasnya cakram ke

depan.

Gambar 2.2 Tahap pelaksanaan gerak lempar cakram (Nikitin, 2015).

3. Tahap akhir gerakan melempar cakram dilakukan dengan cara :

1) Gerakan kaki mengikuti putaran badan terakhir.

Page 5: KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II Kajian...KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Pendidikan jasmani, ... 2.1.1 Atletik dan lempar cakram Atletik merupakan

2) Salah satu kaki ke depan, dan kaki yang lain diluruskan ke belakang untuk

menjaga keseimbangan agar anggota badan tidak melewati garis batas

lemparan.

Gambar 2.3 Tahap akhir gerakan lempar cakram (Nikitin, 2015).

2.2 Pelatihan

Penerapan Ilmu Faal Olahraga untuk meningkatkan prestasi atlet sangat penting

untuk menentukan takaran latihan, keberhasilan latihan atlet selama periodisasi latihan.

Fisiologi Olahraga merinci dan menerangkan perubahan fungsi yang disebabkan oleh

latihan tunggal (acute exercise) atau latihan yang dilakukan secara berulang-ulang

(chronic exercise) dengan tujuan untuk meningkatkan respon fisiologis terhadap

intensitas, durasi, frekuensi latihan, keadaan lingkungan dan status fisiologis individu

(Anonim, 2010). Untuk meningkatkan prestasi, diperlukan kesehatan fisik yang tinggi,

yang dapat dibina melalui masukan gizi yang cukup dan latihan yang baik (Suniar,

2002).

Pelatihan menurut Bompa merupakan suatu aktivitas yang komplek, suatu kinerja

dari atlet yang dilakukan secara sistematis dalam durasi yang panjang, progresif dan

berjenjang secara individual, dengan tujuan untuk mendapatkan suatu bentuk fungsi

Page 6: KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II Kajian...KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Pendidikan jasmani, ... 2.1.1 Atletik dan lempar cakram Atletik merupakan

fisiologis dan psikologis tertentu agar dapat memenuhi berbagai tuntutan tugas sewaktu

berolahraga (Nala, 2011).

Dimana pelatihan olahraga dapat dibagi sesuai dengan spesialisasi yang akan

dilatih, spesialisasi membagi pelatihan olahraga menjadi empat macam diantaranya

(Nala, 2011):

2.2.1 Pelatihan fisik

Pelatihan fisik merupakan pelatihan dengan usaha untuk memperbaiki sistem,

fungsi organ dengan memberikan beban latihan kepada bagian fisik untuk

mengoptimalkan kinerja dan penampilan atlet. Pelatihan fisik merupakan unsur

terpenting dalam pelatihan olahraga untuk mencapai prestasi tertinggi.

Menurut Petersen beberapa hal yang perlu diperhatikan pada pembuatan program

pelatihan fisik, diantaranya (Nala, 2011):

1. Intensitas / Beban Pelatihan.

Setiap atlet memiliki kemampuan menerima beban pelatihan yang berbeda-beda.

Sehingga beban pelatihan yang diberikan harus disesuaikan dengan kemampuan

masing-masing atlet. Beban latihan yang diberikan tidak boleh terlalu ringan bahkan

terlalu berat supaya tidak menyebabkan cedera pada atlet. Sebagai pertimbangan

penerapan prinsip beban berlebih, akan mengakibatkan kelelahan (fatique) dapat

menghilangkan kemampuan tubuh dalam merespon suatu rangsang (Joesoef, 2014).

Kelelahan dalam berolahraga dapat mengakibatkan kelelahan fisik dan psikis.

2. Spesifikasi.

Pelatihan fisik menurut Frank dibuat sedemikian rupa sehingga pelatihannya

menyerupai dengan gerak aktivitas yang dibutuhkan dalam spesialisasi olahraga.

Prinsip kekhususan (the principle of spesificity), adalah prinsip latihan untuk memenuhi

sasaran tertentu. Sasaran yang dimaksud adalah spesifik terhadap kelompok otot

Page 7: KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II Kajian...KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Pendidikan jasmani, ... 2.1.1 Atletik dan lempar cakram Atletik merupakan

tertentu, spesifik terhadap rangkaian pola gerakan, spesifik terhadap sistem energi

predominan dan lain sebagainya (Bafirman, 2013).

3. Progresif.

Prinsip beban bertambah (the principle of progressive resistance) adalah

penambahan beban yang dilakukan dari satu hari latihan kehari latihan berikutnya.

Wujud dari penambahan beban ini dapat berupa meningkatkan frekuensi, lama latihan,

set, maupun repetisi. Konsep diberlakukannya prinsip beban berlebih ini karena

diyakini bahwa faal tubuh dapat beradaptasi terhadap stimulus yang diterimanya.

Tujuan penerapan prinsip ini adalah untuk mengoptimalkan kemampuan fungsional

tubuh, yang selanjutnya berwujud prestasi optimal yang diinginkan. Latihan berat yang

dilakukan hendaknya diselingi dengan latihan ringan, dengan tujuan memberikan

kesempatan faal tubuh beristirahat (pemulihan cadangan energi/ memperbaiki jaringan-

jaringan yang rusak).

4. Waktu Pemulihan.

Prinsip pulih asal (the principle recovery) menurut Costill adalah prinsip yang

memandang bahwa faal tubuh perlu masa istirahat. Masa istirahat ini diperlukan untuk

mengembalikan kondisi tubuh seperti sediakala. Pemulihan cadangan energi,

pembersihan akumulasi asam laktat, pemulihan cadangan oksigen, dan perbaikan

jaringan yang rusak adalah serangkaian peristiwa yang terjadi pada saat istirahat

(Bafirman 2013).

Bentuk aktivitas selama pemulihan disela latihan dapat dilakukan dengan istirahat

pasif maupun aktif. Prinsip kembali asal (the principle reversibility) adalah prinsip

yang memandang bahwa peningkatan kualitas fisik akibat dari latihan yang berkualitas,

akan kembali ketingkat paling dasar, jika latihan tidak dilakukan dalam jangka yang

panjang dan berkesinambungan. Jika beban latihan dapat ditingkatkan secara terus

Page 8: KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II Kajian...KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Pendidikan jasmani, ... 2.1.1 Atletik dan lempar cakram Atletik merupakan

menerus, maka akan terjadi peningkatan komponen kebugaran jasmani dalam taraf

tertentu.

Menurut Brooks urutan pelatihan fisik yang harus diterapkan, yaitu (Nala, 2011):

1. Pelatihan Fisik Umum, merupakan fase awal pelatihan fisik. Pada fase pelatihan

fisik umum ini pelatihan belum dikaitkan dengan bidang olahraga spesialisasinya.

Dimana pelatihan fisik dalam fase umum ini dilakukan dengan intensitas yang

tidak terlalu berat agar tidak menimbulkan cedera, karena pada fase ini, otot,

tulang, dan ligament belum terkonsolidasi.

2. Pelatihan Fisik Khusus, merupakan fase lanjutan dari pelatihan fisik umum. Pada

fase ini pelatihan sudah ditujukan sesuai dengan cabang olahraga pilihannya.

Setiap pelatihan pengembangan sistem organ tubuh sudah relevan dengan

kebutuhan yang akan dihadapi pada waktu pelatihan teknik dan taktik sesuai

dengan bidang olahraga spesialisasinya.

3. Pelatihan Komponen Biomotorik Khusus, merupakan fase pelatihan lanjutan dari

pelatihan fisik umum dan pelatihan fisik khusus. Pada fase ini dilatih komponen

biomotorik yang betul-betul dibutuhkan untuk menunjang kemampuan teknik dan

taktik bermain. Takaran pelatihan untuk mengembangkan kemampuan komponen

biomotorik khusus diberikan dengan intensitas yang tinggi. Pada fase ini,

pelatihan yang dipilih menyerupai gerakan sesungguhnya agar komponen

biomotorik yang dikembangkan dapat memenuhi kebutuhan yang diperlukan

untuk menunjang kemampuan teknik atau taktik sehingga dapat memaksimalkan

hasil gerakan yang dilakukan.

Page 9: KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II Kajian...KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Pendidikan jasmani, ... 2.1.1 Atletik dan lempar cakram Atletik merupakan

2.2.2 Pelatihan teknik

Pelatihan teknik menurut Nossek adalah gerakan pelatihan yang diperlukan

untuk memperbaiki teknik gerakan untuk dapat melaksanakan cabang olahraga tertentu

dengan lebih baik. Pelatihan teknik merupakan pelatihan khusus untuk membentuk dan

mengembangkan kebiasaan-kebiasaan motorik atau perkembangan neuromuscular.

Kesempurnaan teknik dasar dari setiap gerakan sangat penting oleh karena akan

menentukan gerak keseluruhan. Sehingga setiap gerakan-gerakan dasar dari bentuk

teknik yang diperlukan dari cabang olahraga yang bersangkutan harus dapat dilatih dan

dikuasai secara sempurna (Lenati, 2014).

Pada tahap pelatihan teknik, menurut Nossek dalam dasar kepelatihan

mengemukakan pelatihan teknik dapat dibagi menjadi tiga tahap yang harus dilakukan,

meliputi (Pekik 2002): 1). Tahap pengembangan koordinasi kasar (gross coordination),

tahap koordinasi kasar ini dilakukan untuk mengembangkan tahap pelatihan

selanjutnya. Tahap ini dilakukan kepada atlet pemula yang biasanya belum bisa

melakukan gerakan yang baik, biasanya terlihat dari gerakan-gerakan atlet masih kaku,

dan kurang efisien. 2). Tahap koordinasi halus (fine coordination), tahap ini diberikan

dan terlihat kesalahan gerak sudah mulai berkurang, gerak lebih konsisten dan stabil

serta lebih efisien. 3). Tahap stabilisasi dan otomatis (stabilization and automatization)

pada tahap pelatihan ini atlet sudah mampu mengatasi hambatan-hambatan, serta

gerakan sudah dilakukan otomatis tanpa dipikirkan terlebih dahulu, ditahap pelatihan

ini gerak sudah sangat efisien sehingga keluaran energi sangat sedikit dengan

menghasilkan hasil gerakan yang sangat maksimal.

Page 10: KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II Kajian...KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Pendidikan jasmani, ... 2.1.1 Atletik dan lempar cakram Atletik merupakan

2.2.3 Pelatihan taktik

Pelatihan taktik adalah cara-cara yang diperlukan untuk memenangkan suatu

pertandingan secara sportif sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pelatihan ini

bertujuan untuk mengembangkan kemampuan daya tafsir pada atlet. Teknik gerakan

yang sudah dikuasai dengan baik harus dituangkan dan diorganisir dalam setiap tahap

pelatihan.

2.2.4 Pelatihan mental

Kemajuan mental atlet tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan ketiga

faktor pelatihan di atas, karena betapapun sempurnanya perkembangan fisik, teknik dan

taktik atlet, apabila mentalnya tidak turut dikembangkan, prestasi maksimal tidak akan

tercapai. Pelatihan mental menekankan pada perkembangan kedewasaan atlet,

penekanan emosi serta implusif, misalnya: semangat bertanding, sikap pantang

menyerah, keseimbangan emosi walaupun berada pada keadaan tertekan, sportifitas,

percaya diri dan kejujuran.

2.3 Tujuan Pelatihan Fisik

Tujuan dari pelatihan fisik menurut Bompa adalah untuk memperbaiki struktur

dan fungsi dari organ tubuh agar penampilan atlet mencapai optimal (Lenati, 2014).

Setiap penyusunan program pelatihan, terlebih dahulu ditetapkan tujuan pelatihan

sehingga perencanaan dan pelaksanaan pelatihan dapat disesuaikan dengan tujuan

(Nala, 2011).

Secara garis besar tujuan pelatihan olahraga menurut Nala (2011), adalah sebagai

berikut:

1. Mengembangkan komponen fisik umum atau multilateral, yang meliputi

pengembangan seluruh kemampuan komponen biomotorik, yang menyangkut

sepuluh komponen biomotorik.

Page 11: KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II Kajian...KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Pendidikan jasmani, ... 2.1.1 Atletik dan lempar cakram Atletik merupakan

2. Mengembangkan komponen fisik khusus, yang disesuaikan dengan tipe atau

spesialisasi cabang olahraga yang dilatih.

3. Memperbaiki teknik atau keterampilan sesuai dengan spesialisasi olahraga yang

ditekuni.

4. Memperbaiki strategi dan teknik bermain. Dalam hal ini diperhitungkan juga

kekuatan dan kelemahan serta watak dari lawan yang dihadapi sehingga strategi

dapat dipersiapkan dengan matang.

5. Meningkatkan kualitas kemauan atlet.

6. Meningkatkan persiapan dan kerjasama tim.

7. Meningkatkan derajat kesehatan atlet.

8. Mencegah cedera dengan melakukan pemanasan sebelum latihan inti.

9. Memperkaya pengetahuan teori. Diperkenalkan terutama tentang fisiologi atau

psikologi dasar pelatihan, perencanaan, gizi dan regenerasi.

2.4 Prinsip Pelatihan Fisik

Prinsip dari pelatihan adalah suatu petunjuk dan aturan yang disusun secara

sistematis, dengan pemberian beban yang ditingkatkan secara progresif, yang harus

ditaati dan dilaksanakan agar tercapai tujuan pelatihan. Prinsip dasar ini merupakan

langkah awal dalam kegiatan penyusunan program pelatihan yang optimal dan efektif

untuk dapat diaplikasikan.

Prinsip pelatihan fisik menurut Nala (2011), mengatakan bahwa lama pelatihan

yang dilakukan sampai diperoleh hasil latihan yang konstan dimana tubuh sudah

beradaptasi dengan pelatihan yang dilakukan akan tercapai dengan pelatihan yang

dilakukan dalam jangka waktu 6-8 minggu pelatihan.

Page 12: KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II Kajian...KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Pendidikan jasmani, ... 2.1.1 Atletik dan lempar cakram Atletik merupakan

Prinsip-prinsip dasar pelatihan diuraikan terdiri dari 7 prinsip diantaranya (Nala,

2011),

1. Prinsip Aktif dan bersungguh-sungguh dalam mengikuti latihan.

Prinsip ini diterapkan bertujuan untuk mencapai hasil yang maksimal dalam suatu

pelatihan sehingga atlet dituntut untuk selalu bertindak aktif dan mengikuti

pelatihan dengan bersungguh-sungguh tanpa ada paksaan dan tidak hanya berlatih

ketika didampingi oleh pelatih saja.

2. Prinsip pengembangan multilateral.

Pelatihan fisik umum atau pelatihan multilateral yang dilaksanakan sebelum

pelatihan mengarah kepada spesifikasi hendaknya dibekali terlebih dahulu pelatihan

dasar-dasar kebugaran fisik dan komponen biomotorik. Selain itu dikembangkan

pula seluruh organ dan sistema yang ada dalam tubuh, baik yang menyangkut

proses fisiologis maupun psikologisnya.

3. Prinsip spesialisasi.

Setelah pelatihan pengembangan multilateral dilanjutkan dengan pengembangan

fisik khusus atau spesialisasi yang tentunya disesuaikan dengan cabang olahraga

yang dilatih. Pelatihan spesialisasi dapat dimulai setelah sesuai dengan umur untuk

cabang olahraga yang dipilih oleh anak atau atlet bersangkutan. Untuk melatih

cabang olahraga atletik termasuk lempar cakram, spesialisasi umur yang dilatih

antara 14-17 tahun.

4. Prinsip individualisasi.

Setiap orang mempunyai kemampuan, potensi, karakter belajar dan spesifikasi

dalam olahraga yang berbeda satu sama lainnya, sehinggga cara pelatihannya akan

berbeda. Pendekatan personalisasi dapat dipergunakan sebagai media untuk

mengembangkan kualitas pribadi (Zamroni, 2003).

Page 13: KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II Kajian...KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Pendidikan jasmani, ... 2.1.1 Atletik dan lempar cakram Atletik merupakan

5. Prinsip variasi atau keserbaragaman.

Pelatihan yang bersifat monoton dan dilakukan secara terus menerus akan cukup

membosankan. Untuk menghindari hal tersebut maka dalam pelaksanaan pelatihan

perlu dibuatkan variasi pelatihan, tentunya mempunyai tujuan yang sama yaitu tetap

mengacu pada tujuan pelatihan dan tidak keluar dari program pelatihan yang

ditetapkan, sehingga atlet tetap bergairah dan semangat dalam berlatih.

6. Prinsip mempergunakan model proses pelatihan.

Model yang dimaksud dalam prinsip ini adalah imitasi, suatu simulasi dari

kenyataan yang dibuat dari elemen atau unsur spesifik dari fenomena yang diamati

yang mendekati keadaan sebenarnya.

7. Prinsip peningkatan beban progresif dalam pelatihan.

Beban pelatihan dimulai dengan beban awal yang ringan, kemudian ditingkatkan

secara bertahap disesuaikan dengan kemampuan atlet bersangkutan. Dapat pula

dilakukan diawali dengan gerakan sederhana kemudian ditingkatkan menjadi

gerakan yang semakin rumit.

2.5 Prosedur Pelatihan Fisik

Prosedur pelatihan fisik pada pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan terdiri

dari tiga bagian yaitu bagian latihan pemanasan, latihan inti dan latihan pendinginan

(Syarifudin, 1997).

2.5.1 Pemanasan

Pemanasan menurut Bompa (2001) adalah tahap awal pelatihan yang sangat

penting untuk dilakukan. Mengingat pemanasan bertujuan untuk mempersiapkan fisik

dan psikis dalam menghadapi pelatihan inti serta mencegah kemungkinan terjadinya

cedera. Efek nyata dan besar manfaatnya dari melaksanakan pemanasan ini adalah pada

Page 14: KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II Kajian...KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Pendidikan jasmani, ... 2.1.1 Atletik dan lempar cakram Atletik merupakan

peningkatan komponen biomotorik kecepatan, kecepatan gerakan lengan, kekuatan

otot, daya tahan otot, daya ledak dan daya tahan kardiovaskular. Intensitas dan durasi

pemanasan setiap aktivitas olahraga bervariasi, tergantung dari aktivitas yang

dilakukan, misalnya lama pemanasan untuk mengerahkan seluruh otot tubuh berkisar

antara 20-30 menit. Selain itu durasi pemanasan tergantung pula dari berbagai

faktor yaitu: suhu dan kelembaban lingkungan, umur, kebugaran fisik, berat

ringannya aktivitas dan lain - lain (Nala, 2011).

Tipe pemanasan yang dilakukan selama pemanasan tergantung dari cabang

olahraga yang dilakukan. Tipe pemanasan ada tiga antara lain, (1) peregangan

yang merupakan aktivitas otot pertama kali dilakukan dalam pemanasan, (2)

kalistenik dengan cara menggerakkan sekelompok otot yang secara aktif berulang-

ulang dengan tujuan untuk meningkatkan suhu dan aliran darah pada otot yang

bersangkutan, (3) aktivitas spesifik yaitu aktivitas yang disesuaikan dengan jenis

olahraga yang dilatih (Nala, 2011).

2.5.2 Pelatihan inti

Takaran pelatihan merupakan hal yang sangat penting peranannya dalam

meningkatkan dan mengembangkan fisik olahragawan terutama kemampuan komponen

biomotorik secara tepat dan efisien. Takaran pelatihan terdiri dari intensitas, volume

dan frekuensi (Nala, 2011). Kegiatan olahraga atau physical activity lainnya hendaknya

disesuaikan dengan kondisi tubuh siswa yang bersangkutan (Arsani, 2006).

Metode pelatihan inti yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi

pelatihan cable machine woodchopper dan medicine ball full twist dengan kombinasi

pelatihan push up knee dan sit up dengan set dan repetisi yang ditingkatkan dari

pelatihan pertama dengan pelatihan berikutnya. Pelatihan ini dirancang selama enam

Page 15: KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II Kajian...KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Pendidikan jasmani, ... 2.1.1 Atletik dan lempar cakram Atletik merupakan

minggu dengan frekuensi tiga kali seminggu yang dilaksanakan pada hari senin, rabu,

dan jumat.

Pate menyatakan pelatihan yang berlangsung selama enam sampai delapan

minggu akan memberikan efek yang cukup berarti bagi atlet yang akan mengalami

peningkatan 10-20% (Nala, 2011). Selanjutnya Fox menyatakan pelatihan dengan

frekuensi tiga kali seminggu sesuai untuk pemula dan akan menghasilkan peningkatan

yang berarti (Nala, 2011).

2.5.3 Pendinginan

Pendinginan dilakukan untuk mengembalikan kondisi tubuh ke kondisi semula.

Tujuan utama dari pendinginan adalah menarik kembali secepatnya darah yang

terkumpul di otot skeletal yang telah aktif sebelumnya ke peredaran sentral. Selain itu

berfungsi pula untuk membersihkan darah dari sisa hasil metabolisme berupa tumpukan

asam laktat yang berada di dalam otot dan darah (Nala, 2011).

Bentuk pelatihan pendinginan yang biasa dianjurkan adalah dengan istirahat

aktif. Karena asam laktat cepat dimetabolisme secara aerobik sehingga menghasilkan

CO2+H2O lebih cepat yang menyebabkan asam laktat cepat berkurang. Begitu selesai

melakukan aktivitas atau pelatihan, dianjurkan untuk tidak langsung duduk tetapi

melakukan gerakan-gerakan ringan seperti jalan-jalan atau menggerak-gerakkan

seluruh anggota tubuh secara ringan (Nala, 2011).

Lamanya pendinginan menurut Powers berkisar antara 10-30 menit (Nala,

2011). Pelatihan pendinginan yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan selama 15

menit diawali dengan gerakan-gerakan lambat dimulai dari kepala, leher, bahu, lengan,

pinggang, dan tungkai bawah. Gerakan pendinginan lebih difokuskan pada alat gerak

atas (bahu, lengan atas, lengan bawah dan tangan).

Page 16: KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II Kajian...KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Pendidikan jasmani, ... 2.1.1 Atletik dan lempar cakram Atletik merupakan

2.6 Kombinasi Pelatihan Cable Machine Woodchopper dan Medicine Ball Full

Twist dengan Kombinasi Pelatihan Push Up Knee dan Sit Up.

Pelatihan adalah suatu usaha untuk memperbaiki sistem organ atau alat tubuh

dan fungsinya dengan tujuan untuk memaksimalkan penampilan atau kinerja atletnya.

Kombinasi pelatihan dengan jenis – jenis pelatihan baru adalah bentuk pelatihan yang

disiapkan secara menyeluruh dengan menyasar seluruh aspek yang dianggap

berkontribusi guna memaksimalkan hasil gerakan sehingga nantinya akan memberikan

prestasi puncak yang menjadi harapan setiap atlet dalam mengikuti suatu kompetisi

atau perlombaan.

Menurut Soegito (2010), komponen-komponen yang harus dimiliki pelempar

cakram adalah kekuatan, kecepatan, daya ledak, koordinasi otot yang baik, ditunjang

dengan daya tahan yang tinggi. Maka dari itu pelatihan yang diterapkan dalam

penelitian ini akan menyasar komponen kekuatan, kecepatan, dan daya ledak, serta

penambahan pelatihan teknik yaitu pelatihan teknik melempar cakram dengan

memfokuskan kepada ketepatan sudut lemparan. Sudut yang dapat memberikan hasil

lemparan yang maksimal adalah besaran sudut lemparan antara 32-38 derajad (Yoyo,

2006). Pelatihan seluruh aspek yang terkait harus dipersiapkan secara menyeluruh,

sebab satu aspek berkaitan dengan aspek lainnya dan satu aspek akan menentukan

aspek lainnya untuk menunjang pencapaian prestasi maksimal. Kombinasi jenis – jenis

pelatihan yang dilakukan dalam penelitian adalah pelatihan yang dilakukan dengan

melatih semua komponen yang dibutuhkan dalam rangkaian gerak melempar cakram.

Adapun diantaranya akan dijabarkan sebagai berikut:

Latihan komponen kekuatan. Kekuatan adalah kemampuan otot (musculus)

tubuh untuk melakukan kontraksi atau tegangan maksimal dalam menerima beban

sewaktu melakukan aktivitas. Pelatihan yang dilakukan adalah pelatihan dengan

Page 17: KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II Kajian...KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Pendidikan jasmani, ... 2.1.1 Atletik dan lempar cakram Atletik merupakan

menggunakan alat bantu berupa ball medicine. Pelatihan dengan nama Medicine ball

full twist yang dilakukan secara berpasangan dengan tujuan untuk melatih kekuatan

otot-otot bagian perut. Latihan dilakukan dengan cara berpasangan, berdiri dengan

saling membelakangi pasangannya. Dimana kaki dibuka selebar bahu untuk menjaga

keseimbangan. Kemudian memindahkan bola (beban) dengan cara memegang bola

menggunakan kedua tangan dan mengoperkannya ke pasangannya dengan memilin

pinggang ke arah kanan searah dengan arah melempar cakram. Latihan tersebut dapat

dilihat seperti gambar 2.4.

Gambar 2.4 Latihan Medicine ball full twist berpasangan.

Latihan kekuatan lainnya dilakukan dengan menggunakan alat bantu berupa

katrol dengan pemberat, namun akan diganti dengan botol air minum mineral besar

yang diisi pasir sebagai beban yang akan ditarik dan diikat dengan tali sebagai alat

penariknya. Latihan ini bertujuan untuk melatih kekuatan otot-otot ekstrimitas atas

yaitu lebih memfokuskan kepada bagian otot bisep, otot trisep, otot deltoid, otot

pektoralis mayor minor, dan otot trapezius. Pelatihan ini dilakukan dengan cara beban

yang digunakan akan digantung di mistar gawang sepak bola dan siswa bertugas untuk

Page 18: KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II Kajian...KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Pendidikan jasmani, ... 2.1.1 Atletik dan lempar cakram Atletik merupakan

menarik beban tersebut berulangkali dengan posisi menyampingi beban latihan yang

ditarik. Latihan tersebut dapat dilihat seperti gambar 2.5.

Gambar 2.5 Latihan cable machine woodchopper.

Latihan komponen kecepatan. Kecepatan adalah kemampuan kontraksi otot

untuk melakukan suatu gerakan dengan waktu yang sesingkat-singkatnya. Komponen

ini dapat dilatih dengan melakukan latihan melempar bola sebanyak-banyaknya dalam

waktu yang sesingkat-singkatnya. Latihan ini akan mengaktifkan kecepatan otot-otot

ekstrimitas atas sesuai dengan gerakan melempar cakram. Pelatihan ini dilakukan

dengan cara berdiri dengan memegang bola menggunakan kedua tangan menghadap

arah sasaran (sasaran berupa tembok datar yang diisi tanda sebagai sasaran tembak).

Kemudian melakukan lemparan bola ke sasaran dengan mengayunkan bola di samping

tubuh dan melepas bola dengan sudut lemparan 32-380 derajat untuk melatih kecepatan

sekaligus akurasi lemparan. Latihan tersebut dapat dilihat seperti gambar 2.6.

Page 19: KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II Kajian...KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Pendidikan jasmani, ... 2.1.1 Atletik dan lempar cakram Atletik merupakan

Gambar 2.6 Latihan side throwing.

Pelatihan komponen daya ledak. Secara sistimatis daya ledak (Power)

merupakan hasil dari perkalian kekuatan (Forece) dengan kecepatan (Velocity)

(Adiatmika, 2002.a). Latihan komponen daya ledak akan dilakukan dengan melakukan

pelatihan melempar beban dengan nama medicine ball side throw. Pelatihan daya ledak

dilakukan dengan tujuan melatih daya ledak otot-otot ekstrimitas atas seperti otot bisep,

otot trisep, otot pektoralis mayor minor, otot trapezius dan otot deltoid. Pelatihan ini

dilakukan dengan cara berdiri memegang bola menggunakan kedua tangan menghadap

arah lemparan. Bola bisa dipegang di samping badan untuk pelatihan medicine ball side

throw lalu bola dilempar sekuat dan secepat-cepatnya. Latihan tersebut dapat dilihat

seperti gambar 2.7.

Page 20: KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II Kajian...KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Pendidikan jasmani, ... 2.1.1 Atletik dan lempar cakram Atletik merupakan

Gambar 2.7 Latihan medicine ball side throw.

Kombinasi pelatihan yang dilakukan dengan jenis – jenis pelatihan lama adalah

kombinasi pelatihan yang dilakukan untuk mengembangkan komponen terkait dengan

jenis-jenis pelatihan yang sudah terbiasa dilakukan. Dimana jenis pelatihan lama yang

dilakukan adalah pelatihan yang melatih sebagian komponen yang dianggap paling

mempengaruhi pencapaian prestasi maksimal dengan mengabaikan komponen-

komponen lain yang dianggap tidak memberikan efek yang cukup signifikan atau

menunjang dalam memaksimalkan prestasi yang ingin dicapai. Pelatihan yang

dilakukan dengan jenis – jenis pelatihan lama dilakukan dengan melatih komponen

kekuatan yang menjadi dasar dan domain dalam cabang olahraga lempar cakram.

Pelatihan komponen kekuatan yang dilatih tanpa menggunakan alat bantu, melainkan

latihan yang dilakukan memanfaatkan beban dari tubuh siswa itu sendiri.

Latihan komponen kekuatan dapat dilatih dengan pelatihan Push up knee.

Pelatihan push up knee adalah pelatihan yang memfokuskan pada pelatihan kekuatan

otot lengan dengan memanfaatkan beban dari tubuh siswa itu sendiri. Pelatihan push up

Page 21: KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II Kajian...KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Pendidikan jasmani, ... 2.1.1 Atletik dan lempar cakram Atletik merupakan

knee bertujuan untuk melatih kekuatan otot lengan atas (otot bisep dan otot trisep) dan

otot bahu (otot deltoid).

Pelatihan ini dapat dilakukan dengan cara tidur dengan posisi badan menghadap

lantai, dengan kedua tangan berada disamping bahu masing-masing, dan gerakan ini

menumpu pada kedua tangan dan lutut. Latihan tersebut dapat dilihat seperti gambar

2.8.

Gambar 2.8 Latihan push up knee.

Latihan sit up adalah salah satu bentuk pelatihan kekuatan otot. Dapat dilakukan

dengan bantuan alat maupun tanpa bantuan alat. Dalam penelitian ini sit up dilakukan

dengan tidur terlentang di lapangan, kedua lutut sedikit ditekuk dan kedua tangan

menempel di dada atau menyatu di belakang kepala, kemudian lakukan gerakan

mengangkat dan merebahkan badan secara berulang. Latihan sit up dilakukan secara

berkelompok dimana setiap kelompok terdiri dari tiga orang, satu orang yang

melakukan gerakan dan dua orang lainnya bertugas untuk membantu teman yang

melakukan gerakan. Dimana pelatihan sit up bertujuan untuk melatih kekuatan otot

perut rectus abdominus, eksternal dan internal obliques (Tarigan, 2015). Pelatihan sit

up dapat dilihat seperti gambar 2.9.

Page 22: KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II Kajian...KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Pendidikan jasmani, ... 2.1.1 Atletik dan lempar cakram Atletik merupakan

Gambar 2.9 Latihan sit up.

Dalam penelitian ini akan membandingkan pelatihan yang dilakukan dengan

memberikan kombinasi pelatihan cable machine woodchopper dan medicine ball full

twist, yaitu pelatihan yang dilakukan dengan kombinasi pelatihan cable machine

woodchopper dan Medicine ball full twist yang dilakukan dengan mengaktifkan semua

komponen-komponen yang dinilai berperan untuk memaksimalkan hasil lemparan

cakram siswa. Karena peneliti menganggap bahwa semua komponen sama pentingnya

dan akan saling menunjang untuk pelaksanaan gerak dan memaksimalkan hasil gerakan

nantinya. Karena tidak mungkin suatu rangkaian gerak yang terjadi diakibatkan oleh

satu komponen biomotorik yang aktif. Setiap gerakan yang dilakukan selama aktivitas

berolahraga selalu melibatkan lebih dari satu komponen biomotorik. Dalam penelitian

ini membandingkan penerapan kombinasi pelatihan cable machine woodchopper dan

medicine ball full twist dengan kombinasi pelatihan push up knee dan sit up yang sudah

biasa dilakukan, dimaksudkan kombinasi pelatihan push up knee dan sit up adalah

pelatihan yang sudah terbiasa dan umumnya dilakukan oleh tenaga pengajar atau

pelatih, yaitu menerapkan kombinasi pelatihan Push up knee dan Sit up.

Page 23: KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II Kajian...KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Pendidikan jasmani, ... 2.1.1 Atletik dan lempar cakram Atletik merupakan

Secara garis besar perbedaan antara jenis pelatihan kelompok I yang dilakukan

secara menyeluruh dibandingkan dengan jenis pelatihan kelompok II yang sudah

terbiasa dilakukan. Perbandingan kombinasi pelatihan yang dilakukan dalam penelitian

dapat dilihat seperti tabel 2.1.

Tabel 2.1.

Perbandingan kombinasi pelatihan cable machine woodchopper dan medicine ball

full twist dengan kombinasi pelatihan push up knee dan sit up.

Unsur Pelatihan Jenis Pelatihan Kelompok I Jenis Pelatihan Kelompok II

Komponen Biomotorik

Kekuatan

1. Latihan cable machine woodchopper

2. Latihan Medicine ball full twist berpasangan

1. Latihan Push up knee 2. Latihan Sit up

Kecepatan Latihan side throwing Latihan side throwing

Daya Ledak Latihan medicine ball side throw

Latihan medicine ball side throw

2.7 Komponen Biomotorik

Komponen biomotorik merupakan komponen dasar gerak fisik atau aktivitas

fisik dari tubuh manusia. Hampir semua gerakan fisik yang dilakukan oleh manusia

saling berkaitan satu dengan yang lainnya (Nala, 2011), sehingga harus dikembangkan

secara menyeluruh melalui suatu pelatihan yang dilakukan untuk memperoleh prestasi

maksimal.

Komponen biomotorik yang berkaitan dalam pelaksanaan gerak lempar cakram

adalah komponen kekuatan, kecepatan, daya ledak, kelentukan, koordinasi, dan

komponen keseimbangan tubuh supaya tubuh tetap terjaga setelah melakukan gerakan

melempar cakram. Komponen biomotorik yang dinilai paling berpengaruh dalam

memaksimalkan proses dan hasil lemparan cakram adalah komponen daya ledak yang

didasari oleh komponen biomotorik kekuatan dan kecepatan.

Page 24: KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II Kajian...KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Pendidikan jasmani, ... 2.1.1 Atletik dan lempar cakram Atletik merupakan

Ada beberapa komponen biomotorik yang dilatih dalam penelitian ini,

diantaranya pelatihan komponen yang terkait dilatih selama 6-8 minggu dilakukan

sebanyak tiga kali dalam seminggu. Peningkatan beban latihan dapat diberikan setelah

satu minggu pelatihan (Nala, 2011). Untuk meningkatkan kekuatan otot pelatihan

dapat dilakukan sebanyak 2-3 kali perminggu. Karena pelatihan komponen kekuatan

adalah komponen yang paling lama terlihat peningkatan dari pelatihan yang diberikan

dibandingkan dengan komponen biomotorik lainnya.

Komponen biomotorik yang berperan dalam pelaksanaan gerak lempar cakram,

seperti kekuatan, kecepatan, dan daya ledak berawal dari energi dalam tubuh yang

mengaktifkan kinerja otot untuk menghasilkan gerakan. Jumlah tenaga yang

dimanfaatkan harus seefektif mungkin. Jumlah tenaga efektif adalah jumlah dari semua

tenaga yang diproduksi oleh sejumlah otot yang searah. Lemparan cakram dilakukan

dengan rangkaian gerakan yang berkelanjutan, mulai dari persiapan dengan memegang,

mengayun cakram, memilin badan, mengayunkan lengan ke depan atas, melepas

cakram dan akhirnya meluruskan tubuh secara penuh. Gerakan yang dilakukan secara

kontinyu dengan memaksimalkan otot-otot yang berkontraksi secara sinergis, searah

dan meminimalisir gerakan otot antagonis supaya gerakan yang dihasilkan lebih efektif

dan efisien dalam memanfaatkan besaran tenaga saat melakukan rangkaian gerakan

melempar cakram.

2.8 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Lemparan

Daya ledak merupakan salah satu komponen biomotorik yang merupakan

aktivitas tiba-tiba dan cepat dari gerakan-gerakan lengan (Nala, 2011). Daya ledak

merupakan hasil dari kekuatan maksimum dan kecepatan maksimum (Bompa dalam

Nala, 2011). Usaha untuk meningkatkan daya ledak dapat dilakukan dengan cara

Page 25: KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II Kajian...KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Pendidikan jasmani, ... 2.1.1 Atletik dan lempar cakram Atletik merupakan

meningkatkan kekuatan tanpa mengabaikan kecepatan atau titik beratnya pada

kekuatan, meningkatkan kecepatan tanpa mengabaikan kekuatan atau titik beratnya

pada kecepatan, serta meningkatkan keduanya sekaligus, kekuatan dan kecepatan

dilatih secara simultan.

2.8.1 Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh atlet sendiri

diantaranya: umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, kebugaran fisik dan

genetik.

1. Faktor Umur.

Hampir semua komponen biomotorik dipengaruhi oleh umur. Peningkatan

kekuatan otot berkaitan dengan pertambahan umur, dimensi, anatomi atau

diameter otot dan kematangan seksual. Kekuatan lebih rendah pada anak-anak dan

meningkat diusia remaja serta mencapai puncaknya pada umur 20-30 tahun.

Pelatihan olahraga atletik termasuk lempar cakram mulai dilatih dari umur 10-12

tahun, dan pelatihan spesialisasi pada umur 13-14 tahun, sehingga puncak

prestasinya pada umur 18-23 tahun (Bompa, 2001). Umur yang dipilih sebagai

subjek dalam penelitian ini adalah yang berumur 14-17 tahun.

2. Faktor Jenis kelamin.

Dilihat secara biologis pria dan wanita sudah berbeda. Perbedaan kekuatan otot

antara pria dan wanita sudah berbeda pada umur 10-12 tahun, kekuatan otot anak

laki-laki sedikit lebih kuat daripada anak wanita, dan semakin jauh meningkat

dengan bertambahnya umur. Pada usia 18 tahun ke atas anak laki-laki mempunyai

kekuatan dua kali lebih besar dari wanita. Hal ini disebabkan karena adanya

pengaruh hormon testosteron pada laki-laki yang memacu pertumbuhan tulang dan

otot. Dilihat secara morfologis, terlihat pada bertambah lebarnya bahu anak laki-

Page 26: KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II Kajian...KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Pendidikan jasmani, ... 2.1.1 Atletik dan lempar cakram Atletik merupakan

laki lebih cepat dibandingkan dengan perkembangan pinggulnya, sebaliknya yang

terjadi pada anak-anak perempuan mengalami pertumbuhan yang lebih cepat pada

pelebaran pinggulnya, dibandingkan perkembangan pada bagian pinggang dan

bahu (Sugiyanto, 1998). Berdasarkan perbedaan tersebut dapat dikatakan bahwa

jenis kelamin mempengaruhi perbedaan kekuatan, kecepatan, dan lain-lain.

Karena daya ledak ditentukan oleh kekuatan dan kecepatan maka akibatnya jenis

kelamin akan mempengaruhi daya ledak. Jenis kelamin yang dipilih sebagai

subjek dalam penelitian ini adalah yang berjenis kelamin perempuan.

3. Faktor Berat badan.

Berat badan secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap hasil lemparan

cakram. Berat badan merupakan salah satu faktor yang menentukan pusat gravitasi

yang nantinya akan menentukan keseimbangan statik maupun keseimbangan

dinamik. Keseimbangan akan menentukan besarnya daya ledak saat terjadi

gerakan melempar cakram. Setiono (2008), menyatakan berat badan berkaitan

dengan beberapa cabang olahraga yang membutuhkan berat badan yang lebih berat

seperti, olahraga lempar dalam atletik.

4. Faktor Tinggi badan.

Secara biomekanika menjelaskan semakin tinggi titik tempat melempar maka

semakin jauh hasil lemparan cakram. Tinggi badan merupakan keseluruhan tubuh

manusia yang meliputi, kaki, togok, leher dan kepala (Setiono, 2008).

5. Faktor Kebugaran fisik/ jasmani.

Kebugaran fisik/ jasmani berhubungan erat dengan kapasitas aerobik seseorang.

Semakin baik kapasitas aerobik seseorang makin baik pula kebugaran fisiknya.

Kebugaran fisik/ jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan

pekerjaan sehari-hari secara efektif dan efisien dalam jangka waktu relatif lama

Page 27: KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II Kajian...KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Pendidikan jasmani, ... 2.1.1 Atletik dan lempar cakram Atletik merupakan

tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan (Wandaningsih, 2005). Dengan

demikian seseorang yang mempunyai kebugaran fisik tinggi akan mampu

melakukan kerja atau aktivitas tanpa mengalami kelelahan yang berarti, sehingga

kekuatan dan daya ledak otot yang dihasilkan akan lebih baik pada orang yang

memiliki tingkat kebugaran fisik yang baik.

6. Faktor Genetik.

Bersifat pembawaan yang sering kali ikut berperan dalam penampilan fisik seperti

proporsi tubuh (postur tubuh), kapasitas jantung-paru, sel darah merah, dan serat

otot merah dan putih (Wandaningsih, 2005). Pengaruh genetik terhadap

kecepatan, kekuatan, daya ledak dan daya tahan pada umumnya berhubungan

dengan komposisi serabut otot yang terdiri dari serabut otot putih dan serabut otot

merah. Atlet yang memiliki banyak serabut otot putih, lebih mampu untuk

melakukan kegiatan yang bersifat anaerobik, sedangkan atlet yang banyak

memiliki serabut otot merah lebih tepat untuk melakukan kegiatan yang bersifat

aerobik. Dengan demikian faktor genetik juga berpengaruh terhadap basil

lemparan cakram. Berbagai faktor mempengaruhi hasil lemparan cakram baik

secara langsung maupun karena pengaruh kombinasi komponen biomotorik

kecepatan dan kekuatan. Kemampuan daya ledak tergantung pada, kekuatan dasar

otot dan kecepatan kontraksi otot yang aktif.

2.8.2 Faktor eksternal

Faktor eksternal sangat mempengaruhi penampilan fisik atlet. Faktor tersebut

menyangkut, suhu dan kelembaban lingkungan, arah kecepatan angin, dan ketinggian

tempat.

Page 28: KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II Kajian...KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Pendidikan jasmani, ... 2.1.1 Atletik dan lempar cakram Atletik merupakan

1. Faktor Suhu dan kelembaban relatif udara.

Suhu lingkungan yang terlalu ekstrim (dingin atau panas) akan mempengaruhi

aktivitas kerja otot. Toleransi setiap individu berbeda satu sama lainnya. Orang

Indonesia umumnya beraklimatisasi dengan iklim tropis yang cukup sekitar 26-280

C, dengan kelembaban relatif sekitar 60-85%. Apabila olahraga dilakukan pada

udara yang nyaman maka tubuh hanya mengatasi beban berupa pengeluaran panas

tubuh, tetapi apabila udara tidak nyaman maka terpaksa tubuh mendapat beban

tambahan untuk melawan panas. Oleh karena itu penelitian sebaiknya dilakukan

pada tempat yang nyaman dengan mempertimbangkan tempat dan waktu

penelitian.

2. Faktor Kecepatan angin.

Kecepatan angin yang terlalu tinggi dari arah yang berlawanan akan dapat

menghambat aktivitas sehingga akan mempengaruhi hasil lemparan cakram.

Dalam Penelitian ini arah dan kecepatan angin dalam batas toleransi, diharapkan

pengaruhnya dapat ditekan sekecil-kecilya.

3. Faktor Ketinggian tempat.

Ketinggian suatu tempat akan mempengaruhi kinerja atlet. Semakin tinggi

suatu tempat maka semakin rendah kadar oksigennya. Kondisi ini akan

membutuhkan adaptasi yang lebih dari atlet yang sedang berlatih.

4. Faktor Jenis dan Bahan cakram.

Cakram yang digunakan untuk latihan dan penelitian harus dipilih jenis dan bahan

cakram yang baik dan memiliki standar untuk melakukan penelitian yang

berkualitas. Ada cakram yang terbuat dari coran beton di bagian luarnya dilapisi

dengan bantalan karet, cakram yang terbuat dari kayu di bagian luarnya dikelilingi

besi pelindung dan cakram yang terbuat dari fiber dibagian luarnya dikelilingi oleh

Page 29: KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II Kajian...KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Pendidikan jasmani, ... 2.1.1 Atletik dan lempar cakram Atletik merupakan

besi pelindung. Jenis dan bahan cakram yang digunakan akan mempengaruhi hasil

dari penelitian yang dilakukan.

2.8.3 Faktor komponen biomotorik

Komponen biomotorik yang berkaitan dalam pelaksanaan gerak lempar cakram

gaya menyamping dalam olahraga atletik, perlu dilatih secara bersamaan dan simultan.

Komponen biomotorik yang dimaksud adalah komponen kekuatan otot lengan,

kecepatan ayunan lengan, daya ledak otot lengan, kelentukan otot perut, koordinasi

gerakan kaki, tangan, dan komponen keseimbangan tubuh supaya tubuh tetap terjaga

setelah melakukan gerakan melempar cakram.

Kekuatan adalah kemampuan otot skeletal tubuh untuk melakukan kontraksi

atau tegangan maksimal dalam menerima beban sewaktu melakukan aktivitas, hal

tersebut terjadi saat otot lengan melakukan kontraksi menerima beban berupa berat

cakram yang akan dilempar. Kecepatan adalah kontraksi otot melakukan aktivitas

dalam waktu yang sesingkatnya ini terjadi saat lengan mengayun cakram sebelum

dilakukan lemparan, semakin cepat ayunan tangan semakin maksimal gerakan dan

berpengaruh pada hasil lemparan. Daya ledak adalah kemampuan dari otot untuk

melakukan aktivitas secara tiba-tiba dan cepat dengan mengerahkan seluruh kekuatan

dalam waktu yang singkat, ini terjadi saat lengan menyangga beban dalam cakram dan

tangan mengayun cakram sebelum dilempar sampai akhirnya cakram terlepas dari

pegangan, hal tersebut terjadi karena adanya daya ledak dari otot-otot lengan bagian

atas. Kelentukan adalah kesanggupan tubuh atau anggota gerak tubuh dalam melakukan

gerakan pada beberapa sendi seluas-luasnya, ini terlihat saat gerakan otot-otot perut

memilin ke depan atas diikuti gerakan tangan mengayun cakram ke depan atas untuk

melakukan gerakan dengan meregangkan sendi seluas-luasnya. Koordinasi adalah

Page 30: KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II Kajian...KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Pendidikan jasmani, ... 2.1.1 Atletik dan lempar cakram Atletik merupakan

kemampuan tubuh dalam mengintegrasikan berbagai gerakan yang berbeda menjadi

satu gerakan tunggal yang harmonis, ini terlihat saat alat gerak atas (lengan atas, lengan

bawah dan tangan yang memegang cakram) melakukan ayunan cakram berulang dan

gerakan memilin badan serta gerakan kaki ke depan sebagai tanda gerak lanjutan

setelah gerakan melempar cakram selesai dilakukan (cakram lepas dari pegangan

tangan), kedua gerakan tersebut menjadi satu kesatuan gerak yang terintegrasi dan

harmonis. Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk melakukan reaksi atas setiap

perubahan posisi tubuh, sehingga tubuh tetap stabil dan terkendali, hal ini terlihat saat

gerak lanjut setelah selesai melakukan lemparan cakram.

Beberapa komponen biomotorik yang telah dipaparkan dinilai saling

berpengaruh antara satu komponen dengan komponen biomotorik lainnya untuk

menunjang pelaksanaan melempar cakram sehingga gerakan melempar dan hasil

lemparan cakram dapat dilakukan dengan maksimal.

Dalam penelitian yang dilakukan, komponen biomotorik yang lebih fokus

dilatih adalah komponen kekuatan, kecepatan yang akan berujung pada komponen daya

ledak, karena ketiga komponen tersebut diperlukan dalam pelaksanaan gerak lempar

cakram yang sejalan dengan Soegito (2010), menyatakan komponen-komponen yang

harus dimiliki pelempar cakram adalah kekuatan, kecepatan, daya ledak.

A. Gerakan memegang cakram.

Cakram dipegang dengan tangan terkuat dimana teknik pegangan cakram semua

jari tangan dibuka menyebar. Cakram dipegang dengan ruas-ruas pertama ujung jari-

jari tangan, dengan ibu jari memegang bagian samping cakram. Otot-otot kecil yang

berada antara metacarpal, telapak tangan, dan termasuk bulatan ibu jari berperan

menggerakkan jari - jari tangan untuk memegang cakram. Otot-otot ini kecil, tetapi

Page 31: KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II Kajian...KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Pendidikan jasmani, ... 2.1.1 Atletik dan lempar cakram Atletik merupakan

dapat mengubah kerja otot-otot lengan bawah dan penting untuk gerakan tangan yang

halus. Sedangkan otot yang bekerja saat membawa cakram, yaitu otot-otot lengan

bawah dan jari tangan yang meliputi musculus biceps brachii, musculus

brachioradialis, flexor musculus of forearm, musculus thenar, musculus hypothenar,

fibrous tendinous sheaths of digits, dan long flexor tendons. Dapat dilihat pada gambar

2.10.

Gambar 2.10 Tahap memegang cakram (Nikitin, 2015)

B. Gerakan menekuk lutut

Pada tahap ini lutut ditekuk dengan tujuan untuk mengkontraksikan otot-otot

tungkai bawah. Untuk menghasilkan energi gerakan yang besar otot yang

dikontraksikan harus otot-otot yang besar. Gerakan sendi lutut pada gerakan ini adalah

fleksi dan ekstensi sebagai gerakan tungkai bawah. Sendi lutut merupakan salah satu

sendi yang berperan dalam merendahkan badan ke belakang untuk memfokuskan titik

berat tubuh pada kaki bagian belakang. Karena semakin sempurna peregangan otot

yang bekerja maka akan semakin besar tenaga yang dihasilkan dalam melakukan suatu

gerakan (Redhana, 2008).

Page 32: KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II Kajian...KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Pendidikan jasmani, ... 2.1.1 Atletik dan lempar cakram Atletik merupakan

Otot-otot dalam tungkai bawah yang berperan untuk menekuk lutut dan gerakan

kaki bagian bawah lainnya yaitu, musculus gastrocnemius, musculus soleus, musculus

fibularis longus, musculus tibialis anterior, musculus vestus medialis, musculus vestus

lateralis, musculus rektus femoris, musculus abductor longus, musculus pectineus,

musculus sartorius, extensor digitorus longus, musculus gracilis, musculus

semimembranosus, musculus semitendinosus, musculus biceps femoris. Dapat dilihat

pada gambar 2.11.

Gambar 2.11 Tahap menekuk lutut persiapan melempar (Nikitin, 2015).

C. Gerakan menekuk pinggang

Sendi panggul adalah persendian yang berfungsi untuk menghasilkan stabilitas

dan mengimbangi gerakan mengayun yang dihasilkan gerakan ekstremitas atas dan

gerakan menekuk dan meluruskan (fleksi atau ekstensi) yang dihasilkan alat gerak

ekstrimitas bawah.

Gerakan menekuk pinggang sehingga badan sedikit rebah ke bawah. Pada

gerakan ini otot-otot yang terlibat diantaranya yaitu, musculus serratus anterior,

musculus latissimus dorsi, musculus rektus abdominus, musculus obliqus eksternal.

Otot-otot tersebut berkontraksi dan relaksasi saat gerakan memilin badan saat gerakan

mengayun cakram ke depan dan belakang. Dapat dilihat pada gambar 2.12.

Page 33: KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II Kajian...KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Pendidikan jasmani, ... 2.1.1 Atletik dan lempar cakram Atletik merupakan

Gambar 2.12 Tahap menekuk pinggang persiapan melempar (Nikitin, 2015).

D. Gerakan mengayun lengan

Mengayun cakram adalah gerakan yang dilakukan untuk memperoleh

momentum yang tepat untuk melempar cakram ke depan. Gerakan mengayun cakram

dilakukan dengan mengkontraksikan otot-otot anggota badan atas sebagai berikut:

musculus pectoralis major, musculus deltoid, musculus biceps brachii, musculus

brachioradialis, musculus tricep, musculus trapezius, musculus infraspinatus, musculus

teres minor and mayor, musculus latisimus dorsi. Dapat dilihat pada gambar 2.13.

Gambar 2.13 Tahap mengayunkan cakram (Nikitin, 2015).

Page 34: KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II Kajian...KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Pendidikan jasmani, ... 2.1.1 Atletik dan lempar cakram Atletik merupakan

E. Gerakan melepas cakram

Saat gerakan akhir melepas cakram, otot-otot tangan kanan yang sebelumnya

berkontraksi memegang cakram kemudian otot relaksasi melepas cakram. Maka otot-

otot tangan menjadi berperan penting saat gerakan ini berlangsung. Selanjutnya otot-

otot bahu juga membantu dalam pelaksanaan gerak akhir lepasnya cakram dengan

poros gerakan pada otot deltoid. Otot-otot yang terlibat yakni musculus deltoid,

musculus biceps brachii, musculus brachioradialis, flexor musculus of forearm,

musculus thenar, musculus hypothenar, fibrous tendinous sheaths of digits, dan long

flexor tendons. Dapat dilihat pada gambar 2.14.

Gambar 2.14 Tahap akhir gerakan melepaskan cakram (Nikitin, 2015).

Secara garis besar komponen biomotorik dan berbagai gerakan yang dilakukan

dalam setiap tahapan gerak melempar cakram terjadi berdasarkan adanya kontraksi-

kontraksi otot yang terkait dalam setiap gerakan yang dilakukan. Secara umum akan

digambarkan otot-otot yang terdapat pada tubuh manusia ditampilkan tampak depan

dan tampak belakang, dapat dilihat pada gambar 2.15 dan 2.16.

Page 35: KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II Kajian...KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Pendidikan jasmani, ... 2.1.1 Atletik dan lempar cakram Atletik merupakan

Gambar 2.15 Anatomi tubuh manusia (Setiadi, 2011)

Page 36: KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II Kajian...KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Pendidikan jasmani, ... 2.1.1 Atletik dan lempar cakram Atletik merupakan

Gambar 2.16 Anatomi tubuh manusia (Setiadi, 2011)

Page 37: KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II Kajian...KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Pendidikan jasmani, ... 2.1.1 Atletik dan lempar cakram Atletik merupakan

2.8.4 Faktor pelatihan

Maksimalnya hasil lemparan juga dipengaruhi oleh faktor pelatihan yang

dilakukan dengan memenuhi prinsip-prinsip pelatihan tentunya. Sehingga pelatihan

yang dilakukan dengan tepat akan memberikan dampak yang positif guna

perkembangan prestasi secara umum. Kombinasi pelatihan secara sederhana

merupakan kombinasi pelatihan yang dilakukan dengan jenis-jenis pelatihan lama yang

sudah terbiasa dilakukan.

Kombinasi pelatihan secara menyeluruh yang dilakukan dengan jenis-jenis

pelatihan baru dan mengembangkan komponen yang dibutuhkan dengan prinsip

pelatihan yang baik dan benar dalam periode waktu yang ditentukan dengan pemberian

beban pelatihan secara bertambah dapat memberikan dampak yang signifikan.

Pelatihan yang dilakukan harus sesuai dengan program pelatihan yang dibuat.

Untuk membuat program pelatihan yang baik terlebih dahulu harus mengetahui

kemampuan dan kondisi awal subjek penelitian. Diperlukannya tes awal (pre-test)

kepada subjek penelitian, dengan tujuan untuk mengetahui keadaan fisik, keterampilan,

kesehatan maupun mental subjek penelitian yang dilatih. Dari hasil tes tersebut akan

diketahui kelebihan dan kekurangannya, sehingga dapat menyusun program pelatihan

olahraga yang tepat untuk setiap atlet sesuai dengan cabang olahraga yang diinginkan.

Karena program pelatihan yang baik itu adalah program pelatihan yang sesuai dengan

kemampuan atlet sehingga akan dapat memberikan hasil yang lebih baik daripada

menggunakan program pelatihan tanpa mengetahui kebutuhan dan kemampuan dari

subjek penelitian yang akan dilatih. Kombinasi pelatihan yang menggunakan jenis –

jenis pelatihan baru bertujuan mengembangkan dan melatih seluruh aspek yang dinilai

mempengaruhi maksimalnya hasil lemparan cakram. Dalam kombinasi pelatihan baru

ini memfokuskan pada faktor komponen biomotorik (kekuatan, kecepatan, daya ledak),

Page 38: KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II Kajian...KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Pendidikan jasmani, ... 2.1.1 Atletik dan lempar cakram Atletik merupakan

melibatkan pelatihan teknik dasar dalam gerakan melempar cakram serta diikuti

pemberian pelatihan mental untuk melengkapi faktor pelatihan lainnya untuk mencapai

prestasi. Sejalan dengan Pekik (2002), dalam dasar kepelatihan, menyatakan prestasi

merupakan akumulasi dari kualitas fisik, teknik, taktik dan kematangan mental yang

dipersiapkan secara menyeluruh, karena satu aspek akan menentukan aspek lainnya.

Maka dari itu pelatihan yang sebaiknya dilakukan adalah pelatihan yang melatih

seluruh aspek-aspek yang dirasa berkaitan dengan proses gerak yang dilakukan, dalam

hal ini adalah gerakan melempar cakram dalam salah satu cabang olahraga atletik.

Pada tahap ini pelaksanaan lemparan cakram akan lebih baik dengan menerapkan

sudut elevasi (sudut lemparan). Dimana sudut elevasi dikatakan sebagai sudut yang

terbentuk oleh arah pandang dan arah horizontal. Dengan kekuatan dan kecepatan yang

dikeluarkan sama besar untuk melemparkan benda dengan mengabaikan kecepatan

angin, sudut lemparan dengan besaran 450 menjadi sudut yang terbaik untuk melakukan

lemparan karena akan menghasilkan lemparan paling jauh. Hal tersebut dapat

dibuktikan dengan rumus di bawah ini:

Rumus Gerak Lurus Berubah Beraturan (Marthen, 2007).

X max = Vo2 Sin (2α)

g Keterangan : Xmax : Jarak terjauh Vo2 : Kecepatan awal Sin α : Besaran sudut lemparan g : Gaya gravitasi bumi (m/s2)

Namun pada penelitian ini gerakan melempar cakram yang dilakukan di alam

terbuka atau suasana outdoor membuat pengaruh dari kecepatan hembusan angin tidak

bisa diabaikan. Sehingga dalam penelitian ini sudut lemparan yang digunakan adalah

sudut lemparan dengan besaran sudut antara 32-380 (Yoyo, 2006). Besaran sudut

Page 39: KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II Kajian...KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Pendidikan jasmani, ... 2.1.1 Atletik dan lempar cakram Atletik merupakan

lemparan tersebut dianjurkan untuk memperoleh lemparan maksimal karena sudah

berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya sehingga dianjurkan untuk

menggunakan besaran sudut lemparan tersebut.

Keberhasilan dalam olahraga, ditentukan oleh banyak faktor, salah satu faktor

diantaranya sering diabaikan namun menentukan. Pengetahuan tentang biomekanika

menjadi sangat penting untuk memahami bagaimana sumbangan biomekanika

mempermudah dan mengefisiensikan semua bentuk gerak tubuh manusia dalam

berolahraga, dalam waktu yang bersamaan dapat mengurangi waktu yang diperlukan

untuk meningkatkan keterampilan (Redhana, 2008).

Dalam pelatihan teknik khususnya dalam kegiatan berolahraga tidak akan terlepas

dari aktivitas fisik. Dimana gerakan adalah bagian dari aktivitas fisik sebagai salah satu

bentuk aksi yang dihasilkan oleh pengerahan tenaga internal dan tenaga eksternal.

Gerakan juga dapat diartikan sebagai suatu perubahan posisi, gerakan tubuh manusia

dalam mengubah posisi, memperlambat, atau mulai menggerakkan benda lainnya.

Misalnya seperti melempar bola, lembing, dan cakram yang sesuai dengan olahraga

yang diteliti.

Ada hukum, konsep dan prinsip-prinsip dasar mekanika yang mempengaruhi

penampilan seluruh gerakan benda atau tubuh manusia. Kalau tubuh manusia dalam

kondisi optimal dan digerakkan sesuai dengan prinsip-prinsip tenaga dan gerakan,

pengeluaran energi akan menjadi sebanding dengan gerak yang dilakukan. Tetapi

apabila seseorang membiarkan dan tidak menyesuaikan dengan hukum tenaga dan

gerak, maka gerakan yang dilakukan akan menggunakan tenaga yang berlebihan.

Dengan memahami hukum dan prinsip mekanika, seseorang dapat menyederhanakan

struktur gerak dan mengefisiensikan tenaga internal (tenaga otot) dan memaksimalkan

Page 40: KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II Kajian...KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Pendidikan jasmani, ... 2.1.1 Atletik dan lempar cakram Atletik merupakan

tenaga eksternal (misalnya angin, gravitasi) yang berpengaruh pada kualitas performa

(Redhana, 2008).

Berkaitan dengan aktivitas penelitian yang diteliti adalah aktivitas fisik saat

melakukan gerakan melempar cakram. Pada saat gerakan melempar cakram

dipengaruhi oleh tiga hukum gerakan yang dikenal dengan Hukum Newton. Ketiga

hukum tersebut adalah: 1). Hukum Inersia (Kekekalan), 2). Hukum Akselerasi

(Percepatan), dan 3). Hukum Aksi-Reaksi.

Hukum Inersia (Kekekalan), dimana cakram akan tetap diam jika tidak diberikan

gaya dari luar. Dalam lempar cakram, sifat kekekalan sebuah benda terdapat pada

cakram itu sendiri. Pada saat cakram dilempar, cakram akan terus bergerak secara

beraturan setelah itu akan jatuh dan berhenti pada titik dimana cakram itu akan berhenti

dipengaruhi oleh tenaga yang dikeluarkan, gaya gravitasi bumi, kecepatan angin.

Dibuktikan bahwa setiap benda yang tidak bergerak, akan tetap diam, terkecuali ada

gaya dari luar yang menggerakkannya sehingga sesuai dengan Hukum Inersia

(Kekekalan).

Hukum Akselerasi (Percepatan), saat melakukan lemparan, cakram akan lebih

jauh dan cepat jika diberikan lemparan yang kuat begitu sebaliknya. Sehingga semakin

cepat dan kuat tangan melakukan lemparan, maka sifat inersia/ kekekalan dari cakram

akan dapat dipertahankan lebih lama dan jarak lemparan cakram akan lebih jauh.

Hukum Aksi-Reaksi. Dimana saat tungkai ditekuk, tanah akan memberikan reaksi

sebaliknya terhadap tungkai. Sebagaiman diketahui, sebuah reaksi akan timbul jika ada

sebuah aksi. Dalam lempar cakram, reaksi yang ada yaitu pada saat tungkai belakang

yang ditekuk, diluruskan sehingga terjadi gaya dorong yang menyababkan tubuh

bergeser (shift) ke depan. Disini ketika tungkai ditekuk, tanah memberikan reaksi

Page 41: KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II Kajian...KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Pendidikan jasmani, ... 2.1.1 Atletik dan lempar cakram Atletik merupakan

kepada tungkai untuk dapat melakukan lemparan, reaksi terjadi saat posisi kaki dari

keadaan di tekuk menjadi lurus.

2.9 Takaran Pelatihan

Menurut Joesoef (2014), menyatakan setelah melakukan aktivitas olahraga otot

akan mengalami rasa lelah, pegal dan sakit. Hal tersebut dikenal sebagai DOMS

(delayed onset muscle soreness). Hal tersebut akan lebih parah jika program pelatihan

dirancang tidak sesuai dengan kemampuan atlet, dan sebaliknya program pelatihan

akan membuahkan hasil yang baik, apabila disusun berdasarkan atas pengembangan

kemampuan fisiologis khusus yang dibutuhkan dalam penampilan suatu cabang

olahraga dengan takaran yang tepat.

Takaran dalam dunia olahraga dipergunakan sebagai suatu ukuran untuk

menentukan kuantitas dan kualitas pelatihan yang menjadi bagian dari metodologi

kepelatihan. Oleh karena itu sangat penting peranannya dalam meningkatkan dan

mengembangkan fisik olahragawan, terutama kemampuan komponen biomotorik

secara tepat dan efisien. Suatu takaran pelatihan akan mencapai sasaran atau tujuan,

jika dalam program pelatihannya sudah mencakup: 1). jenis atau tipe pelatihan yang

dipilih, 2). unsur intensitas (persentase beban dan kecepatan), 3). volume (durasi, jarak

dan jumlah repetisi), serta 4). densitas (kekerapan, frekuensi) pelatihan. Apabila tubuh

ditantang dengan beban latihan maka akan terjadi proses penyesuaian. Penyesuaian

tersebut tidak saja seperti pada kondisi awal namun secara bertahap mengarah ke

tingkat yang lebih tinggi (superkompensasi). Superkompensasi akan terjadi bila

pembebanan yang diberikan pada latihan tepat di atas ambang kepekaan (threshold)

atau critical point, disertai dengan pemulihan (recovery) yang cukup (Pekik, 2002).

Page 42: KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II Kajian...KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Pendidikan jasmani, ... 2.1.1 Atletik dan lempar cakram Atletik merupakan

Takaran pelatihan yang ingin dirancang dengan baik harus diawali dengan

mengetahui kemampuan awal atlet, sehingga dapat dirancang dan pembuatan program

serta takaran pelatihan sesuai dengan kemampuan atlet (sampel penelitian), maka dari

itu pentingnya dilakukan pre-test untuk mengetahui kemampuan awal sampel

penelitian.

Sejalan dengan Nala (2011), menyatakan pre test yang dilakukan sebelum

membuat program pelatihan bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal sampel

penelitian, sehingga kelemahan dan keunggulan data/ kondisi awal dapat diketahui

untuk membuat program pelatihan yang tepat dan baik. Pelatihan yang baik dilakukan

minimal 2-3 kali seminggu dan penambahan beban pelatihan dapat dilakukan setelah

satu minggu pelatihan yang sudah dilakukan karena otot-otot sudah mampu menerima

beban tambahan yang ingin diberikan. Sehingga dalam penelitian, pelatihan yang

dilakukan sebanyak 3 kali seminggu dan penambahan beban latihan diberikan setiap

satu minggu sekali. Pelatihan ini dilakukan selama 6 minggu pelatihan dan dilakukan

pengukuran dengan melakukan test setiap minggunya untuk mengetahui grafik

peningkatan pelatihan yang diberikan.

Peningkatan beban setiap minggu diberikan pada jenis-jenis pelatihan yang

memungkinkan untuk diberikan penambahan beban dari luar. Pemberian beban yang

lebih bertujuan untuk membiasakan tubuh melalui otot-otot yang terkait untuk

menerima beban yang lebih berat sehingga akan lebih mudah untuk melempar cakram

yang lebih ringan nantinya.

Agar pelatihan olahraga mencapai hasil maksimal harus memiliki prinsip-

prinsip pelatihan sebagai berikut:

1. Pelatihan hendaknya dilakukan secara sistematis. Pelatihan yang baik dilakukan

secara teratur dan terencana secara detail yang dituangkan kedalam program

Page 43: KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II Kajian...KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Pendidikan jasmani, ... 2.1.1 Atletik dan lempar cakram Atletik merupakan

pelatihan. Atlet dilatih dari kemampuan yang sederhana kemudian berkembang

kekemampuan yang lebih komplek.

2. Metode pelatihan yang teratur dan terencana secara detail. Metode pelatihan yang

dilakukan hendaknya disesuaikan dengan komponen yang dilatih dan dibutuhkan

dalam aktivitas olahraga yang dilakukan.

3. Pelatihan yang dilakukan secara repetitif. Suatu gerakan berulang yang dilakukan

lebih dari satu kali. Pelatihan yang dilakukan adalah pelatihan dalam jangka waktu

yang sudah ditentukan dengan pelatihan yang sudah diprogramkan dengan

gerakan-gerakan pelatihan yang dilakukan secara berulang.

4. Pelatihan yang baik harus memperhatikan durasi pelatihan. Lamanya aktivitas

latihan dan sesi istirahat yang harus dilakukan dalam satu sesi. Semakin berat

intensitas latihan maka durasi istirahatnya pula akan lebih lama, begitu juga

sebaliknya.

5. Pelatihan yang dilakukan harus menunjukkan kemampuan yang progresif.

Peningkatan/ penambahan beban latihan yang dilakukan secara bertahap. Dalam

pelatihan yang baik hendaknya peningkatan beban diberikan dari beban ringan ke

beban yang lebih berat. Tingkat intensitas pelatihan ini dari yang terendah sampai

tertinggi. Intensitas rendah 10-30 % RM, intensitas intermedium 50 – 70% RM,

intensitas medium 70 – 80 RM, intensitas submaksimal 80 – 90 % RM, intensitas

maksimal 90 – 100 % RM, dan intensitas supermaksimal 100 – 105 RM (Bompa,

2001)

6. Prinsip individu dalam pelatihan. Peningkatan beban pelatihan yang diberikan

harus disesuaikan dengan kemampuan atlet (sampel penelitian) supaya atlet dapat

berkembang dengan baik dan terhindar dari kelelahan bahkan cedera .

Page 44: KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II Kajian...KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Pendidikan jasmani, ... 2.1.1 Atletik dan lempar cakram Atletik merupakan

2.10 Metabolisme Energi

Penampilan atlet sangat ditentukan dari kemampuannya memanfaatkan energi

yang dihasilkan melalui proses metabolisme energi di dalam tubuh. Metabolisme

adalah perubahan-perubahan kimiawi yang terjadi di dalam tubuh untuk melaksanakan

berbagai fungsi vitalnya. Upaya penyediaan energi untuk kelangsungan gerak ditinjau

dari keterlibatan oksigen yang terdiri dari dua mekanisme yaitu metabolisme aerobik

dan anaerobik (Giriwijoyo, 2007). Energi adalah suatu kapasitas atau sumber yang

dapat dipergunakan untuk melakukan kerja atau aktivitas.

Salah satu tempat pembentukan energi di dalam tubuh manusia salah satunya

adalah di otot rangka. Dimana otot rangka tersusun dari serat-serat otot yang

merupakan unit penyusun (building blocks) sistem otot. Hampir seluruh otot rangka

berawal dan berakhir di tendon, dan serat-serat otot rangka tersusun sejajar diantara

ujung-ujung tendon, sehingga daya kontraksi setiap unit akan saling menguatkan.

Setiap serat otot merupakan satu sel otot yang berinti banyak, memanjang, silindrik dan

diliputi oleh membran sel (sarkolema). Serat-serat otot tersusun atas 15 miofibril yang

terbagi menjadi filamen-filamen. Filamen-filamen ini tersusun dari protein-protein

kontraktil. Mekanisme kontraktil rangka bergantung pada protein miosin, aktin,

tropomiosin, dan troponin. Troponin terdiri dari tiga subunit, troponin I, troponin T,

dan troponin C. Protein penting lainnya di otot berfungsi untuk mempertahankan agar

hubungan antara protein-protein kontraktil tetap serasi (Setiadji, 2013).

Kontraksi otot meliputi pemendekan elemen-elemen kontraktil otot. Akan

tetapi, karena otot mempunyai elemen-elemen elastis dan kenyal yang tersusun seri

dengan elemen kontraktil, kontraksi dapat terjadi tanpa pemendekan yang berarti pada

berkas otot. Kontraksi semacam itu disebut sebagai kontraksi isometrik (dengan ukuran

Page 45: KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II Kajian...KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Pendidikan jasmani, ... 2.1.1 Atletik dan lempar cakram Atletik merupakan

yang tetap atau dengan panjang yang tetap). Kontraksi melawan beban yang tetap,

dengan pemendekan otot, dinamakan kontraksi isotonik (tegangan yang tetap).

Proses yang mendasari pemendekan elemen-elemen kontraktil di otot adalah

pergeseran filamen-filamen tipis pada filamen-filamen tebal. Selama kontraksi otot,

pergeseran terjadi bila kepala-kepala miosin berikatan erat dengan aktin, melekuk pada

tempat hubungan kepala miosin dengan lehernya, dan kemudian terlepas kembali

(Setiadji, 2013). Ayunan tenaga ini bergantung kepada hidrolisis ATP secara simultan.

Setiap ayunan tenaga akan memendekkan sarkomer kurang lebih 10 mm. Setiap

filamen tebal mengandung 500 kepala miosin, dan siklus ini terulang 5 kali per detik

selama berlangsungnya kontraksi cepat.

Proses terpicunya kontraksi oleh depolarisasi serat otot dinamakan proses

pasangan eksitasi kontraksi. Potensial aksi dihantarkan ke seluruh fibril yang terdapat

dalam serat otot melalui sistem T. Impuls di sistem T ini memicu pelepasan ion Ca2+

dari sisterna terminal, yaitu kantung lateral retikulum sarkoplasmik yang bersebelahan

dengan sistem T. Ion Ca2+ memicu kontraksi karena diikat oleh troponin C. Pada

keadaan otot yang istirahat, troponin I terikat erat pada aktin, dan tropomiosin menutupi

tempat-tempat untuk mengikat kepala miosin di molekul aktin. Kompleks troponin-

tropomiosin membentuk protein relaksasi yang menghambat interaksi aktin dengan

miosin. Bila ion Ca2+ yang dilepaskan oleh potensial aksi diikat oleh troponin C, ikatan

antara troponin I dengan aktin akan melemah, dan hal ini memungkinkan tropomiosin

bergerak ke lateral. Gerakan ini membuka tempat-tempat pengikatan kepala-kepala

miosin. ATP kemudian terurai dan terjadi kontraksi (Setiadji, 2013). Setiap satu

molekul troponin mengikat ion kalsium, tujuh tempat pengikatan miosin terbuka.

Segera setelah melepaskan Ca2+, retikulum sarkoplasmik mulai mengumpulkan

kembali Ca2+ dengan transpor aktif ke dalam bagian longitudinal retikulum. Pompa

Page 46: KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II Kajian...KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Pendidikan jasmani, ... 2.1.1 Atletik dan lempar cakram Atletik merupakan

yang bekerja adalah Ca2+ Mg2+ ATPase. Ca2+ kemudian berdifusi ke dalam sisterna

terminal, tempat penyimpanannya, sampai dilepaskan oleh potensial aksi berikutnya.

Bila kadar Ca2+ di luar retikulum sudah cukup rendah, interaksi kimiawi antara miosin

dan aktin terhenti dan otot relaksasi. Dimana ATP menyediakan energi, baik untuk

kontraksi maupun untuk relaksasi. Bila transport Ca2+ ke dalam retikulum terhambat,

relaksasi tidak terjadi meskipun tidak ada lagi potensial aksi. Kontraksi yang bertahan

sebagai akibat kejadian itu dinamakan kontraktur (Munawwarah, 2010).

Kontraksi otot membutuhkan energi, dan otot disebut sebagai mesin pengubah

energi kimia menjadi kerja mekanis. Sumber energi yang dapat segera digunakan

adalah derivat fosfat organik berenergi diperoleh dari metabolisme intermedier

karbohidrat dan lipid. Hidrolisis ATP yang menghasilkan energi untuk kontraksi.

Fosforilkreatin ATP disintesis ulang dari ADP dengan penambahan satu group fosfat.

Sebagian energi yang dibutuhkan untuk reaksi endotermik ini diperoleh dari penguraian

glukosa menjadi CO2 dan H2O, tetapi di otot juga ada senyawa fosfat berenergi tinggi

lain yang dapat memasok energi untuk jangka pendek. Senyawa fosfat itu adalah

fosforilkreatin, yang dihidrolisis menjadi kreatin dan grup fosfat dengan melepaskan

sejumlah besar energi.

Dalam keadaan istirahat, sebagian ATP di mitokondria melepaskan fosfatnya

pada kreatin, sehingga terbentuk simpanan fosforilkreatin. Pada waktu kerja,

fosforilkreatin mengalami hidrolisis ditempat pertemuan kepala miosin dengan aktin,

membentuk ATP dari ADP, yang menyebabkan proses kontraksi dapat berlanjut.

Dalam keadaan istirahat dan selama kerja ringan, otot menggunakan lipid dalam bentuk

asam lemak bebas free fatty acid (FFA) sebagai sumber energi. Bila intensitas kerja

meningkat, penyediaan energi yang cukup cepat tidak dapat diperoleh hanya dari lipid,

sehingga pemakaian karbohidrat menjadi penting sebagai komponen campuran bahan

Page 47: KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II Kajian...KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Pendidikan jasmani, ... 2.1.1 Atletik dan lempar cakram Atletik merupakan

bakar otot. Jadi selama kerja berlangsung, sebagian besar energi untuk fosforilkreatin

dan sintesis ulang ATP berasal dari penguraian glukosa menjadi CO2 dan H2O. Cukup

diperhatikan bahwa gula darah masuk ke dalam sel, dan mengalami degradasi melalui

serangkaian reaksi kimia, menjadi piruvat (Munawwarah, 2010).

Sumber glukosa intrasel lain, yang berarti juga sumber piruvat, adalah glikogen,

suatu polimer karbohidrat yang terdapat dalam jumlah sangat besar di hati dan otot

rangka. Bila terdapat oksigen dan mengalami metabolisme melalui siklus ini menjadi

CO2 dan H2O. Proses ini dinamakan glikolisis aerobik. Penguraian glukosa atau

glikogen menjadi CO2 dan H2O melepaskan energi yang cukup besar untuk membentuk

sejumlah besar ATP dari ADP. Bila pasokan O2 tidak mencukupi, piruvat yang

dibentuk dari glukosa tidak masuk ke dalam siklus asam trikarboksilat, melainkan

direduksi menjadi laktat. Proses glikolisis anaerobik ini berkaitan dengan dihasilkannya

sejumlah kecil ikatan-ikatan fosfat berenergi tinggi, tetapi proses ini tidak

membutuhkan adanya O2.

Mekanisme utang oksigen selama kerja otot, pembuluh darah otot melebar dan

aliran darah meningkat sedemikian sehingga pasokan O2 yang tersedia meningkat.

Sampai suatu titik tertentu, konsumsi O2 sebanding dengan energi yang dikeluarkan,

dan semua kebutuhan energi dipenuhi melalui proses erobik. Namun, bila kerja otot

sangat kuat, resintesis aerobik untuk simpanan energi tidak dapat mengikuti kecepatan

penggunaannya. Dalam keadaan demikian, fosforilkreatin tetap digunakan untuk

sintesis ulang ATP. Sebagian sintesis ATP dipenuhi dengan menggunakan energi yang

dilepaskan melalui penguraian anaerobik glukosa menjadi laktat. Penggunaan jalur

anaerobik bersifat self-limitting, karena meskipun terjadi difusi cepat laktat ke dalam

aliran darah, cukup banyak yang berkumpul di otot yang pada akhirnya melampaui

kapasitas jaringan dan menyebabkan penurunan pH yang menghambat enzim. Akan

Page 48: KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II Kajian...KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Pendidikan jasmani, ... 2.1.1 Atletik dan lempar cakram Atletik merupakan

tetapi, untuk jangka pendek, adanya jalur anaerobik untuk penguraian glukosa

memungkinkan kerja otot yang jauh lebih besar daripada bila tidak ada jalur tersebut.

Setelah selesainya satu masa kerja, O2 ekstra digunakan untuk membuang sisa laktat,

mengembalikan ATP dan simpanan fosforilkreatin, serta mengganti sejumlah kecil O2

yang berasal dari mioglobin. Jumlah O2 ekstra yang dipakai sebanding dengan besarnya

kebutuhan energi, selama berlangsungnya kerja, yang melampaui kapasitas sintesis

aerobik simpanan energi, yaitu batas terjadinya hutang oksigen (Setiadji, 2013).

Hutang O2 diukur secara eksperimental dengan menetapkan konsumsi O2

setelah kerja sampai konsumsi basal yang menetap tercapai, dan mengurangi konsumsi

basal dari jumlah keseluruhan. Jumlah hutang oksigen ini dapat mencapai enam kali

konsumsi O2 basal, menunjukkan bahwa orang tersebut mampu melakukan kerja

sebesar enam kali, yang tidak mungkin dilakukan tanpa hutang oksigen. Hutang

maksimal dapat terjadi dengan cepat atau lambat, dimana kerja berat hanya

dimungkinkan untuk waktu singkat, sedangkan kerja yang lebih ringan dapat

berlangsung lebih lama. Atlet yang terlatih dapat lebih meningkatkan konsumsi O2 otot

dibandingkan dengan orang tidak terlatih, dan dapat menggunakan asam lemak bebas

lebih efektif. Dengan demikian mereka mampu melakukan kerja yang lebih berat tanpa

menghabiskan simpanan glikogennya dan tanpa meningkatkan pembentukan asam

laktat.