KAJIAN PEMAKAIAN RAGAM BAHASA DALAM SMS (SHORT MESSAGE SERVICE) MAHASISWA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ANDI JEMMA PALOPO (TINJAUAN BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR) THE VARIETY OF LANGUAGE ASSESSMENT USAGE IN SMS (SHORT MESSAGE SERVICE) FACULTY OF ENGINEERING, UNIVERSITY OF ANDI JEMMA PALOPO Tesis Oleh CHECE DJAFAR Nomor Induk Mahasiswa : 04.08.904.2013 PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2015
143
Embed
KAJIAN PEMAKAIAN RAGAM BAHASA DALAM SMS SHORT MESSAGE ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KAJIAN PEMAKAIAN RAGAM BAHASA DALAM SMS (SHORT MESSAGE SERVICE) MAHASISWA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ANDI JEMMA
PALOPO (TINJAUAN BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR)
THE VARIETY OF LANGUAGE ASSESSMENT USAGE IN
SMS (SHORT MESSAGE SERVICE) FACULTY OF ENGINEERING, UNIVERSITY OF ANDI JEMMA PALOPO
Tesis
Oleh
CHECE DJAFAR Nomor Induk Mahasiswa : 04.08.904.2013
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015
KAJIAN PEMAKAIAN RAGAM BAHASA DALAM SMS (SHORT MESSAGE SERVICE) MAHASISWA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ANDI JEMMA
PALOPO (TINJAUAN BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR)
TESIS
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Magister
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
INDONESIA
DISUSUN DAN DIAJUKAN OLEH
CHECE DJAFAR Nomor Induk Mahasiswa : 04.08.904.2013
Kepada
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR 2015
TESIS
KAJIAN PEMAKAIAN RAGAM BAHASA DALAM SMS (SHORT MESSAGE SERVICE) MAHASISWA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ANDI JEMMA PALOPO
(TINJAUAN BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR)
Yang Disusun dan Diajukan oleh
CHECE DJAFAR Nomor Induk Mahasiswa : 04.08.904.2013
Telah dipertahankan di hadapan Panitia Ujian Tesis pada tanggal 30 Mei 2015
Menyetujui Komisi Pembimbing
Pembimbing I, Pembimbing II,
Prof. Dr. H.M. Ide Said D M, M. Pd. Dr. Hj. Kembong Daeng, M.Hum.
Mengetahui
Direktur Program Pascasarjana KetuaProdi Magister PendBahasa dan Sastra Indonesia
Prof. Dr. H.M. Ide Said D M, M.Pd. Dr. Abdul Rahman Rahim, M.Hum. NBM. 988 463 NBM.
HALAMAN PENERIMAAN PENGUJI
Judul Tesis : Kajian Pemakaian Ragam Bahasa dalam SMS
(Short Message Service) Mahasiswa Fakultas
Teknik Universitas Andi Jemma Palopo (Tinjauan
Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar)
Nama : Chece Djafar
Nim : 04.08.904.2013
Program studi : Magister PendidikanBahasadanSastra Indonesia
Telah diuji dan dipertahankan di depan Panitia Penguji Tesis pada Tanggal
30 Mei 2015 dan dinyatakan telah memenuhi persyaratan dan dapat
diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada Program Pascasarjana
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Makassar, 30 Mei 2015
TIM Penguji :
1. Prof. Dr. H.M. Ide Said D M, M. Pd. ....................
(Pembimbing I)
2. Dr. Hj. Kembong Daeng, M.Hum. ..................... (Pembimbing II)
3. Dr. H. Bahrun Amin, M.Hum. ..................... (Penguji I)
4. Dr. Abdul Rahman Rahim, M.Hum. .................... (Penguji II)
MOTO DAN PERSEMBAHAN
Apa pun yang menjadi targetmu,
Itu yang terbaik buat kamu
Karena apa yang kamu targetkan
Merupakan modal utama untukmu
Menuju cita-citamu di hari esok
Hambatan dan tantangan hidup hari ini
Merupakan jawaban emas untuk menuju
hari esok yang lebih cemerlang dan
Sesungguhnya, sesudah kesulitan itu
Ada kemudahan
Allah tidak membebankan
Seseorang melainkan dengan kesanggupannya
(Qs. AL Baqarah: 286)
Kuperuntukan karya ini kepada
kedua orang tua tercinta, keluarga kecilku, dan saudara-saudaraku yang
tersayang, serta teman-teman yang dengan tulus dan ikhlas selalu berdoa
dan membantu, baik material maupun moril demi keberhasilan penulis.
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Chece Djafar
Nim : 04.08.904.2013
Program studi : Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini benar-
benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan
pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hari
terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini
hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut.
Makassar, 30 Mei 2015
Yang menyatakan,
Chece Djafar
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii
MOTO .......................................................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS .......................................................... v
ABSTRAK ........................................................................................... vi
ABSTRACT ......................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xii
DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN ............................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Penelitian ......................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian...................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian.................................................................... 7
E. Definisi Operasional ................................................................. 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................. 8
A. Tinjauan HasilPenelitian .......................................................... 8
B. Tinjauan Teori dan Konsep ..................................................... 10
C. Kerangka Pikir ........................................................................ 101 BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 103
A. Pendekatan Penelitian ............................................................ 103
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................... 104
C. Unit Analisis dan Penentuan Informan ................................... 104
D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 105
E. Teknik Analisis Data .............................................................. 106
F. Pengecekan Keabsahan Temuan ........................................... 107
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................... 109
A. Deskripsi Karakteristik Objek Penelitian ................................. 109
B. Paparan Dimensi Penelitian .................................................... 115
C. Pembahasan ........................................................................... 124 BAB V SIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 134
A. Simpulan ................................................................................. 134
B. Saran ....................................................................................... 135 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 136
RIWAYAT HIDUP ................................................................................ 140
1. KORPUS DATA ............................................................................. 141
2. IZIN PENELITIAN .......................................................................... 147
ABSTRAK
CHECE DJAFAR, 2015. Kajian Pemakaian Ragam Bahasa dalam SMS (Short Message Service) Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Andi Jemma Palopo (Tinjauan Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar), dibimbingolehH. M. Ide Said, D.M., dan Hj. Kembong Daeng.
Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan konteks situasi pemakaian bahasa dalam SMS mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Andi Jemma Palopo dan mendeskripsikan wujud kaidah pemakaian bahasa dalam SMS mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Andi Jemma Palopo.
Penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif lapangan dengan sasaran penelitian mengandalkan data yang diperoleh melalui informan dan data dokumentasi yang berkaitan dengan subjek penelitian. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Andi Jemma Palopo Fakultas Teknik Informatika, yang aktif dan terdaftar pada semester genap tahun ajaran 2014/2015 dengan sasaran utama penggunaan bahasa SMS antara dosen dan mahasiswa dalam ragam formal. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ragam bahasa yang digunakan mahasiswa ini dipengaruhi dialek dari bahasa sehari-hari dalam masyarakat atau ragam bahasa masa kini. Penggunaan dialek atau gaya bahasa masa kini dianggap sebagai bahasa pergaulan masyarakat khususnya mahasiswa. Selanjutnya, terkait kaidah penulisan dalam SMS di atas, penggunaan huruf kapital yang seharusnya digunakan pada Indonesia menjadi Indonesia karena merupakan nama sebuah negara. Sebaliknya kata yang tidak menggunakan huruf kapital seperti Dgn menjadi dgn. Hasil kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahawa wujud dari penggunaan bahasa dalam SMS ditinjau dari konteks situasi pemakaian atau ragam bahasa yang digunakan merupakan bentuk adanya pengaruh dalam perkembangan bahasa, terkait adanya penyingkatan, permainan angka yang digunakan sebagai pengganti lambang huruf, pengganti lafal huruf, dan tanda pengulangan lafal huruf adalah bentuk ekspresi semata. Penggunaan bahasa SMS ditinjau dari ejaannya, menggambarkan adanya kebiasaan menyingkat kata demi efisiensi ketika mengirim pesan singkat melalui ponsel, sering menghapus huruf atau kata yang tidak penting, mengubah frase menjadi inisial, menyingkat kata, serta malas menggunakan titik atau koma, sehingga menghasilkan adanya ambigu dan bahasa yang non-baku.
Kata-kata kunci :Ragam bahasa, SMS
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. karena
atas limpahan rahmat taufik dan hidayah-Nya jualah sehingga tesis yang
berjudul “Kajian Pemakaian Ragam Bahasa dalam SMS (Short Message
Service) Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Andi Jemma Palopo”
dapat diselesaikan dengan baik.
Sesuai dengan eksistensi penulis, apa yang tertuang adalam tesis ini
merupakan manifestasi dari kemampuan optimal yang penulis miliki selama
perkuliahan. Penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan dalam
tesis ini baik segi teknis maupun materinya. Oleh karena itu, saran dari
segenap pembaca yang sifatnya konstruktif sangat penulis harapkan.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang
sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. H. M. Ide Said D. M, M.Pd. dosen
pembimbing I dan Dr. Hj. Kembong Daeng, M.Hum. dosen pembimbing II
yang telah rela meluangkan waktunya, mencurahkan tenaganya yang
disertai dengan kesungguhan hati dalam memberikan arahan, petunjuk,
bimbingan, dan motivasi kepada penulis dalam penyusunan tesis ini.
Selanjutnya, ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada : Rektor
Universitas Muhammadiyah Makassar (UNISMUH) Dr. Irwan Akib, M.Pd.,
Ketua Program Studi Universitas Muhammadiyah Makassar (UNISMUH)
Dr. Abdul Rahman Rahim, M.Hum., sekretaris Program Studi PGSD
Universitas MuhammadiyahMakassar (UNISMUH), dan para dosen pada
Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah mengajarkan ilmu
pengetahuan kepada penulis
Ucapan terima kasih yang sama kepada kedua orang tua penulis,
Bapak tersayang Djafar Busra dan Ibuku tersayang Nurhana yang telah
memberikan doa restu yang tiada henti-hentinya demi keberhasilan anak-
anaknya mulai dari awal sampai akhir penyelesaian studi penulis. Kepada
suamiku M. Sahril Idris, anak-anakku tersayang, Muh. Rayhan Sahril dan
Nur istiqamah Sahril, adik-adikku tersayang : Gerhani Djafar, Herman
Saputra, Pertiwi Sari, Imam Busra, Muthia Azahra, dan keponakanku
tecinta Aqila Alfa Fariza, sahabatku Kartini, S.Pd., M.Pd. serta keluarga
besar tercinta yang telah memberikan doa dan dukungan, baik moril
maupun spiritual yang tiada pernah habisnya terhadap penyelesaian
penulisan tesis ini.
Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu per
satu yang telah membantu menyelesaikan tesis ini, penulis hanya dapat
memanjatkan doa ke hadirat Allah Swt. semoga segala bantuan yang telah
diberikan mendapat pahala yang berlipat ganda. Akhirnya, semoga hasil
penelitian ini dapat bermanfaat untuk kemaslahatan bersama. Amin.
Makassar, Mei 2015
Penulis
RIWAYAT HIDUP
CHECE DJAFAR, dilahirkan pada tanggal 25
September 1980 di Palopo, Kecamatan Wara
Timur, Kabupaten Luwu.Anak pertama dari lima
bersaudara, Gerhani Djafar, Pertiwi Sari, Imama
Busra, dan Muthia Azhara Busar.
Pasangan Bapak Djafar Busra dan Ibu Nurhana. Penulis mulai memasuki
pendidikan dasar di kampung halamannya, yaitu SDN 275 Tappong dan
tamat pada tahun 1992. Kemudian penulis melanjutkan pendididkan ke
SMP Negeri 3 Palopo dan tamat pada tahun 1995. Pada tahun yang sama,
penulis melanjutkan pendidikannya ke SMA Negeri 1Palopo, di sekolah
inilah penulis menamatkan pendidikan pada tahun 1998. Pada tahun ajaran
2009/2010 penulis melanjutkan pendidikan Universitas Cokroaminoto
Palopo dan selesai pada tahun 2013. Kemudian, penulis melanjutkan
pendidikan di salah satu universitas yang berada di Kota Palopo yaitu
Universitas Cokroaminoto Palopo dan penulis memasuki Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Pada
tahun 2013 penulis diterima di Universitas Muhammadiyah Makassar pada
Program Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, saat ini
penulis sedang penyelesaian studi dan Insya Allah akan menamatkan
pendidikan tahun 2015.
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Korpus Data .................................................................................... 141
2. Surat Keterangan Pembimbing ....................................................... 148
DAFTAR ISTILAH
SMS : Short Message Service
HP : HandPhone
EYD : Ejaanyang Disempurnakan
Afaresis : Penanggalan huruf awal atau suku awal kata
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kehadiran bahasa di muka bumi tidak pernah terlepas dari kehidupan
manusia kapan dan di mana pun berada. Artinya, tidak ada kegiatan
manusia yang tidak disertai oleh bahasa. Bahasa merupakan alat interaksi
dan alat komunikasi verbal yang hanya dimiliki manusia, bahasa dapat
dikaji secara internal maupun secara eksternal, secara internal artinya
pengkajian itu hanya dilakukan terhadap struktur intern bahasa itu saja,
seperti struktur fonologi, struktur morfologi, struktur sintaksis hingga
wacana, kajian internal ini dilakukan dengan menggunakan teori-teori dan
prosedur-prosedur yang ada dalam disiplin linguistik saja. Sebaliknya,
kajian secara eksternal berarti kajian itu dilakukan terhadap hal-hal atau
faktor-faktor yang berada di luar bahasa, tetapi berkaitan dengan
pemakaian bahasa itu oleh para penuturnya di dalam kelompok-kelompok
sosial masyarakat. Pengkajian secara eksternal ini akan menghasilkan
rumusan-rumusan atau kaidah-kaidah yang berkenaan dengan
penggunaan dan kegunaan bahasa dalam segala kegiatan manusia di
dalam masyarakat.
Mengkaji tentang bahasa dalam sejarah perkembangannya yang dari
waktu ke waktu makin bervariasi dan sekaligus menjadi warna dalam
karagaman karakter manusia sebagai pelaku bahasa. Bahasa Indonesia
2
secara resmi diakui sebagai "Bahasa Persatuan Bangsa" pada saat
Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Penggunaan bahasa Melayu
sebagai bahasa nasional atas usulan Muhammad Yamin, seorang
politikus, sastrawan, dan ahli sejarah. Pidato pada Kongres Nasional
kedua di Jakarta, Yamin mengatakan, "Jika mengacu pada masa depan
bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan kesusastraannya, hanya ada
dua bahasa yang bisa diharapkan menjadi bahasa persatuan yaitu bahasa
Jawa dan Melayu. Tetapi dari dua bahasa itu, bahasa Melayulah yang
lambat laun akan menjadi bahasa pergaulan atau bahasa persatuan."
Uraian di atas, memberi gambaran sejarah singkat bahasa di
Indonesia, perkembangan bahasa khususnya bahasa Indonesia yang baik
dan benar sudah mulai ternoda dengan adanya variasi bahasa modern di
kalangan masyarakat khususnya remaja. Variasi bahasa terjadi akibat
keberagaman penutur dalam wilayah yang sangat luas. Penggunaan
variasi bahasa harus disesuaikan dengan tempatnya, yaitu antara bahasa
resmi dan tidak resmi. Variasi bahasa resmi digunakan dalam situasi
resmi seperti, pidato kenegaraan, bahasa pengantar pendidikan, khotbah,
surat-menyurat resmi, dan buku pelajaran. Variasi bahasa resmi dipelajari
melalui pendidikan formal, sedangkan variasi bahasa tidak resmi
digunakan dalam situasi yang tidak formal, seperti di rumah, di warung,
dalam surat-surat pirbadi, di jalan. Variasi bahasa tidak resmi dipelajari
secara langsung dalam masyarakat umum, tidak dalam pendidikan formal.
3
Thomas (1999:97), berpendapat bahwa variasi bahasa yang
digunakan akan berbeda-beda tergantung pada jenis situasi dan jenis
media yang digunakan. Variasi atau ragam bahasa dalam penelitian ini
adalah ragam bahasa yang digunakan dalam pesan singkat salah satu
alat komunkasi elektronik (Handphone), dalam bahasa Inggris disebut
Short Messege Send (SMS). Ragam bahasa SMS ini akan menggunakan
bahasa dan penulisan yang bervariasi atau beragam sesuai dengan jenis
situasi dan jenis media yang digunakan, media yang digunakan dalam
ragam bahasa SMS adalah salah satu alat komunikasi elektronik
(Handphone).
Handphone dikenal oleh semua orang sebagai alat penunjang
kegiatan sehari-harinya terutama dalam hal komunikasi. Komunikasi
melalui handphone sangat banyak kelebihannya daripada menggunakan
alat komunikasi lainnya, satu kelebihan handphone adalah layanan SMS
(Short Message Service) atau layanan pesan singkat. Layanan ini memiliki
kapasitas 160 karakter per SMS. Layanan SMS ini lebih murah
dibandingkan dengan menelpon Remaja adalah pengguna handphone
dalam jumlah yang sangat besar di Indonesia. Berbagai layanan yang
tersedia pasti digunakan remaja, salah satunya adalah layanan SMS.
Penggunaan SMS oleh seorang remaja bisa dilakukan lebih dari 25 kali
sehari. Ada beberapa pengaruh negatif dari handphone secara umum,
yaitu mengganggu perkembangan anak, efek radiasi, rawan terhadap
4
tindak kejahatan, sangat berpotensi mempengaruhi sikap dan perilaku
remaja, pemborosan dan lain-lain (Tias. 2009).
Kebiasaan yang sering dilakukan remaja dalam mengirim SMS adalah
menyingkat kata-kata dalam pesan yang akan dikirim. Penyebab hal ini
ada beberapa faktor salah satunya ialah bertujuan untuk menghemat
biaya pengiriman SMS. Kebiasaan menyingkat inilah yang mendasari
timbulnya keberagaman bahasa yang digunakan dalam SMS. Banyak
sekali ragam bahasa yang biasa dipakai dalam mengirim SMS, seperti
menggunakan emoticon (emotion icon) dan penggunaan bahasa slang.
Bahasa yang beragam tersebut dapat menimbulkan kesalahpahaman
antara penerima dan pengirim SMS. Kesalahpahaman tersebut bisa
disebabkan oleh penyingkatan kata yang bermakna ambigu. Tingkat
penggunaan bahasa SMS dalam berkomunikasi jauh lebih tinggi
dibanding dengan berbicara langsung melalui telepon atau handphone.
Karakteristik ragam bahasa SMS yang digunakan di kalangan
mahasiswa sangat unik, terutama dalam gaya penulisannya. Namun, yang
menarik bagi peneliti adalah ragam bahasa dalam SMS mahasiswa
kepada dosen. SMS sebagai pengganti surat yang berisi pesan atau
informasi kepada lawan tutur, seharusnya sudah dipahami oleh
mahasiswa sebagai pengguna bahasa SMS tersebut. Demikian juga
dengan pesan atau informasi yang akan disampaikan kepada dosen,
tentunya mahasiswa sudah mengerti dan paham dengan konteks situasi
berdasarkan isi pesan yang disampaikan. Namun, hal tersebut secara
5
tidak langsung kurang dipahami mahasiswa pemakai bahasa SMS,
sehingga muncul keragaman gaya dan simbol bahasa SMS yang mungkin
sama digunakan ketika berkomunikasi dengan teman-temannya.
Fenomena lain yang menarik bagi peneliti, mahasiswa Fakultas
Teknik Universitas Andi Jemma Palopo kurang memahami konsep bahasa
Indonesia yang baik dan benar secara mendasar. Hal ini tampak dari
bahasa SMS yang digunakan saat berkomunikasi dengan dosen. Bahasa
Indonesia yang baik adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai
dengan norma kemasyarakatan yang berlaku dan bahasa Indonesia yang
benar adalah bahasa yang digunakan sesuai dengan aturan atau kaidah
bahasa Indoneia yang berlaku. Konsep inilah yang banyak menyimpang di
kalangan mahasiswa sebagai pengguna bahasa SMS, karena mungkin
belum menyadari dengan siapa dan di mana sedang bicara jadi tidak
menyesuaikan susunan kaliamat yang digunakan. Berdasarkan gambaran
fenomena-fenomena tersebut sangat menarik perhatian penulis sehingga
masalah ini diangkat sebagai tema dari karya tulis ilmiah ini.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah konteks situasi pemakaian bahasa dalam SMS
mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Andi Jemma Palopo ?
2. Bagaimanakah wujud kaidah pemakaian bahasa dalam SMS
mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Andi Jemma Palopo ?
6
C. Tujuan Penelitian
Setiap kegiatan yang dilakukan tentu mempunyai tujuan, demikian
juga penelitian yang dilakukan terhadap ragam bahasa SMS dalam
penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Adapun tujuan yang
ingin dicapai adalah:
1. Mendeskripsikan konteks situasi pemakaian bahasa dalam SMS
mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Andi Jemma Palopo.
2. Mendeskripsikan wujud kaidah pemakaian bahasa dalam SMS
mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Andi Jemma Palopo
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang di peroleh melalui penelitian ini dibagi atas dua yaitu:
1. Manfaat Praktis :
a. Menigkatkan pembelajaran penggunaan bahasa Indonesia baku, serta
ragam bahasa.
b. Mendorong mahasiswa untuk tetap berbahasa baku meskipun melalui
berbagai media, salah satunya bahasa SMS.
2. Manfaat Teoretis
a. Memberi sumbangan teknik bagi pengembangan dan peningkatan
kualitas pembelajaran bahasa Indonesia.
b. Landasan konseptual dan operasional pelaksanaan pengembangan
pembelajaran berbahasa Indonesia yang baik dan benar khususnya
melalui bahasa SMS.
7
E. Pembatasan Masalah
Untuk membatasi penelitian ini agar lebih mendalam dan terarah
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, sangat diperlukan adanya
pembatasan masalah. Penulis membatasi penelitian ini pada wujud
pemakaian bahasa dalam SMS yang ditinjau dari tulisan dan ejaannya,
serta memberi batasan bentuk SMS yang akan diteliti yaitu SMS dari
mahasiswa kepada dosen.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Hasil Penelitian
Penelitian tentang kajian pemakaian bahasa SMS terhadap
mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Andi Jemma Palopo dalam
tinjauan bahasa Indonesia yang baik dan benar bertujuan untuk
mengetahui adanya konsep pemakaian ragam bahasa SMS di kalangan
mahasiswa yang semakin berkembang dengan gaya dan karakteristik
bahasa.
Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya, yaitu penelitian
dengan judul Ragam Bahasa SMS dalam Rubrik Suara Publik di Harian
Surya Edisi 19 Agustus 2008. Penelitian tersebut memang tidak sama
persis dengan penelitian ini karena merupakan penelitian deskriptif yang
menggunakan media surat kabar, sementara penelitian penulis
merupakan penelitian kualitatif, namun secara jelas efek dari penggunaan
bahasa SMS di lingkungan pelajar dapat dijadikan sebagai acuan dalam
penelitian ini.
Skripsi Puspitandari (2004) Jurusan Sastra Indonesia Universitas
Gadjah Mada yang berjudul “Ragam Bahasa Short Message Service”.
Kajian tersebut mendeskripsikan bentuk-bentuk kebahasaan SMS dan
campur kode dalam Short Message Service (SMS). Kekhasan tersebut
adalah bentuk penyingkatan, perubahan fonem atau suku kata,
9
peringkasan bentuk kata, dan variasi pemendekan kata, sedangkan
bentuk kalimat dalam SMS ditulis dengan menghilangkan (melesapkan)
salah satu unsur inti dalam kalimat.
Penelitian lain yang membahas tentang bahasa SMS adalah
penelitian yang dilakukan oleh Nurwidyohening (2003) dalam laporan
penelitiannya yang berjudul ”SMS dalam Bahasa Perancis dan Kaitannya
dengan Ekonomi Bahasa”. Penelitian ini membahas bentuk-bentuk
kebahasaan SMS dalam bahasa Perancis. Peneliti menyimpulkan bahwa
bentuk kebahasaan SMS dalam bahasa Perancis memiliki lima pola
pembentukan. Pertama, penyingkatan kata dengan abreviasi atau
singkatan. Kedua, perubahan penulisan bentuk yang lebih panjang
dengan penulisan sesuai dengan bunyi fonetis sehingga menjadi lebih
pendek. Ketiga, dengan menggunakan simbol, huruf, atau angka yang
kebetulan mempunyai nama yang berbunyi sama dengan kata yang akan
diganti sehingga lebih singkat penulisannya. Keempat, dengan
menempatkan beberapa kata sekaligus dalam satu rangkaian kata yang
lebih pendek sesuai bunyi fonetisnya. Kelima, dengan menghilangkan
satu huruf atau silabi yang tidak berpengaruh pada perubahan makna.
B. Tinjauan Teori dan Konsep
Penelitian ini didukung beberapa teori yang dianggap relevan, yang
diharapkan dapat mendukung temuan di lapangan sehingga dapat
memperkuat teori dan keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah variasi
10
atau ragam bahasa, bahasa SMS, dan penggunaan bahasa yang baik
dan benar.
1. Pemakaian Ragam Bahasa
a. Ragam Bahasa
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang
berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan
pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium
pembicara. Ragam bahasa yang oleh penuturnya dianggap sebagai
ragam yang baik, yang biasa digunakan di kalangan terdidik, di dalam
karya ilmiah (karangan teknis, perundang-undangan), di dalam suasana
resmi, atau di dalam surat menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut
ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi.
Menurut Sugono (1999 : 9), bahwa sehubungan dengan pemakaian
bahasa Indonesia, timbul dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan
bahasa baku dan tak baku. Dalam situasi remi, seperti di sekolah, di
kantor, atau di dalam pertemuan resmi digunakan bahasa baku.
Sebaliknya, dalam situasi tak resmi, seperti di rumah, di taman, di pasar,
tidak dituntut menggunakan bahasa baku.
Ragam atau variasi bahasa merupakan bahasan pokok dalam studi
sosiolinguistik. Bahasa menjadi beragam dan bervariasi, bukan hanya
penuturnya tidak homogen, melainkan juga karena kegiatan interaksi
sosial yang mereka lakukan sangat beragam. Keragaman bahasa di
Indonesia dalam berkomunikasi dapat disatukan dengan adanya bahasa
11
Indonesia sebagai bahasa pemersatu. Jika diperhatikan pemakaian
bahasa pada kelompok-kelompok tertentu, ternyata bahasa Indonesia
yang digunakan sangat bervariasi. Variasi ini terdapat pada bunyi bahasa,
intonasi, morfologi, pilihan kata atau istilah, jenis, dan bentuk kalimat.
Chaer dan Agustina (1995:62) mengatakan bahwa ragam bahasa itu
pertama-tama bedakan berdasarkan penutur dan penggunaannya.
Berdasarkan penutur berarti, siapa yang menggunakan bahasa itu, di
mana tempat tinggalnya, bagaimana kedudukan sosialnya dalam
masyarakat, apa jenis kelaminnya, dan kapan bahasa itu digunakan.
Berdasarkan penggunaannya berarti, bahasa itu digunakan untuk apa,
dalam bidang apa, apa jalur dan alatnya, dan bagaimana situasi
keformalannya.
Bahasa yang digunakan oleh kelompok remaja di kota, memiliki dialek
yang beragam dengan ciri khas tersendiri, misalnya variasi terdapat pada
morfologi: “dikerjain” dan “nyatu” untuk bentuk kata “dikerjakan” dan
“bersatu”. Lain halnya dengan bahasa yang digunakan oleh kelompok
ilmuwan, variasi terdapat pada pilihan istilah, yaitu sesuai dengan bidang
ilmu yang dipelajari. Misalnya kata “mencret” bagi orang-orang awam,
sedangkan bagi dokter menggunakan istilah “diare” untuk pengertian yang
sama.
Uraian di atas memberi gambaran, bahwa walaupun terdapat variasi
dalam pemakaian bahasa oleh kelompok-kelompok masyarakat tertentu,
ide atau maksud yang diungkapkan tetap dapat dipahami oleh kelompok
12
penutur bahasa lainnya. Hal ini terjadi karena bahasa Indonesia
mempunyai pola umum yang terdapat pada setiap variasi tersebut. Variasi
pemakaian bahasa Indonesia oleh kelompok masyarakat tersebut disebut
ragam bahasa.
b. Macam-Macam Ragam Bahasa Indonesia
Ragam atau variasi bahasa adalah bentuk atau wujud bahasa yang
ditandai oleh ciri-ciri linguistik tertentu, seperti fonologi, morfologi, dan
sintaksis. Di samping ditandai oleh ciri-ciri linguistik, timbulnya ragam
bahasa juga ditandai oleh ciri-ciri nonlinguistik, misalnya, lokasi atau
tempat penggunaannya, lingkungan sosial pemakaiannya, dan lingkungan
keprofesian pemakai bahasa yang bersangkutan. Secara umum ragam
bahasa dibagi dalam beberapa bagian, antara lain :
1) Ragam lisan dan ragam tulis
2) Ragam baku dan ragam tidak baku
3) Ragam baku tulis dan ragam baku lisan
4) Ragam sosial dan ragam fungsional
5) Ragam Indonesia yang baik dan benar
Bahasa Indonesia di samping dikenal kosakata nonbaku Indonesia
dikenal pula kosakata bahasa Indonesia ragam baku, yang sering disebut
sebagai kosakata baku bahasa Indonesia baku. Kosakata baku bahasa
Indonesia, memiliki ciri kaidah bahasa Indonesia ragam baku, yang
dijadikan tolok ukur yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan penutur
bahasa Indonesia, bukan otoritas lembaga atau instansi di dalam
13
menggunakan bahasa Indonesia ragam baku. Jadi, kosakata itu
digunakan di dalam ragam baku, bukan ragam santai atau ragam akrab.
Walaupun demikian, tidak menutup kemungkinan digunakannya kosakata
ragam nonbaku di dalam pemakian ragam-ragam yang lain asal tidak
mengganggu makna dan rasa bahasa ragam yang bersangkutan.
1) Ragam bahasa berdasarkan waktu penggunaan
a. Ragam bahasa Indonesia lama
Ragam bahasa Indonesia lama dipakai sejak zaman Kerajaan
Sriwijaya sampai dengan saat dicetuskannya Sumpah Pemuda, ciri ragam
bahasa Indonesia lama masih dipengaruhi oleh bahasa Melayu. Bahasa
Melayu inilah yang akhirnya menjadi bahasa Indonesia. Alasan bahasa
Melayu menjadi bahasa Indonesia :
(1) Bahasa Melayu berfungsi sebagai lingua franca,
(2) Bahasa Melayu sederhana karena tidak mengenal tingkatan bahasa,
(3) Keikhlasan suku daerah lain ,dan
(4) Bahasa Melayu berfungsi sebagai kebudayaan
b. Ragam bahasa Indonesia baru
Penggunaan ragam bahasa Indonesia baru dimulai sejak
dicetuskannya Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 sampai dengan
saat ini melalui pertumbuhan dan perkembangan bahasa yang beriringan
dengan pertumbuhan dan perkembangan bangsa Indonesia.
14
2) Ragam bahasa berdasarkan pokok pembicaraannya / bidang
a. Ragam bahasa undang-undang adalah ragam bahasa yang digunakan
pada undang-undang yang berlaku untuk hukum Indonesia.
b. Ragam bahasa jurnalistik adalah ragam bahasa yang digunakan
wartawan dalam menulis berita, disebut juga bahasa komunikasi massa
yakni bahasa yang digunakan dalam komunikasi melalui media massa.
Ciri utama dari ragam bahasa jurnalistik adalah komunikatif dan
spesifik. Suatu ragam bahasa, terutama ragam bahasa jurnalistik dan
hukum, tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan bentuk
kosakata ragam bahasa baku agar dapat menjadi panutan bagi
masyarakat pengguna bahasa Indonesia. Perlu diperhatikan ialah
kaidah tentang norma yang berlaku yang berkaitan dengan latar
belakang pembicaraan (situasi pembicaraan), pelaku bicara, dan topik
pembicaraan (Spradley, 1980).
c. Ragam bahasa ilmiah adalah ragam bahasa yang harus memenuhi
syarat di antaranya benar (menurut kaidah bahasa Indonesia baku),
logis, cermat, dan sistematis. Kegiatan ilmiah biasanya bersifat resmi.
Oleh sebab itu, ragam bahasa yang digunakan dalam kegiatan ini
adalah ragam baku (ragam bahasa Indonesia baku). Jadi, ragam
bahasa yang digunakan untuk kegiatan ilmu dan teknologi adalah
ragam ilmiah atau ragam baku. Kegiatan ilmiah untuk menghindari
salah tafsir, baik dalam penggunaan ragam bahasa tulis maupun lisan,
15
kelengkapan, kecermatan, dan kejelasan pengungkapan ide harus
diperhatikan.
Ciri ragam bahasa ilmiah
1. Kaidah bahasa Indonesia yang digunakan harus benar sesuai dengan
kaidah pada bahasa Indonesia baku, baik kaidah tata ejaan maupun
tata bahasa (pembentukan kata, frasa, klausa, dan kalimat)
2. Ide yang diungkapkan harus benar, sesuai fakta atau dapat diterima
akal sehat (logis)
3. Ide yang diungkapkan harus tepat dan hanya mengandung satu
makna.
4. Kata yang dipilih harus bernilai denotatif yaitu makna sebenarnya.
5. Ide yang diungkapkan dalam kalimat harus padat berisi/bernas.
6. Pengungkapan ide dalam kalimat ataupun alinea haru lugas dan
langsung menuju sasaran.
7. Unsur ide dalam kalimat ataupun alinea diungkapkan secara runtun
dan sistematis.
8. Ide yang diungkapkan dalam kalimat harus jelas sehingga tidak
menimbulkan salah tafsir.
Dari penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa kejelasan dan
ketepatan pengungkapan ide sangat bergantung pada keutuhan ketiga
unsur tersebut.
16
d. Ragam bahasa sastra
Berbeda dengan ragam bahasa ilmiah, ragam bahasa sastra banyak
mengunakan kalimat yang tidak efektif. Penggambaran yang sejelas-
jelasnya melalui rangkaian kata bermakna konotasi sering dipakai dalam
ragam bahasa sastra. Hal ini dilakukan agar tercipta pencitraan di dalam
imajinasi pembaca.
Ciri-ciri ragam bahasa sastra :
1) Menggunakan kalimat yang tidak efektif
2) Menggunakan kata-kata yang tidak baku
3) Adanya rangkaian kata yang bermakna konotasi
e. Ragam bahasa bidang-bidang tertentu
Ragam bahasa ini digunakan pada bidang-bidang tertentu seperti
transportasi, komputer, ekonomi, hukum, dan psikologi. Contoh :
diagnosis, USG dipakai dalam bidang kedokteran.
Ragam bahasa bisnis adalah ragam bahasa yang digunakan dalam
berbisnis, yang biasa digunakan oleh para pebisnis dalam menjalankan
bisnisnya. Ciri-ciri ragam bahasa bisnis :
1) Menggunakan bahasa yang komunikatif
2) Bahasanya cenderung resmi
3) Terikat ruang dan waktu
4) Membutuhkan adanya orang lain
17
c. Ragam bahasa berdasarkan media pembicaraan
Ragam bahasa dari segi sarana atau jalur yang digunakan, dibagi
dalam ragam lisan dan ragam tulis atau juga ragam dalam berbahasa
yang menggunakan sarana atau alat tertentu, misalnya dalam bertelepon
atau bertelegraf. Selian itu, ada juga ragam bahasa tulis yang saat ini
berkembang di tegah masyarakat dengan gaya dan ciri khas, yaitu ragam
bahasa SMS melalui media telepon genggam atau Handphone.
Ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis didasarkan pada
kenyataan bahwa kedua ragam bahasa ini memiliki wujud struktur yang
tidak sama. Perbedaan dari wujud struktur ini adalah dalam berbahasa
lisan atau menyampaikan informasi secara lisan, ada bantuan unsur-unsur
nonsegmantal atau nonlinguistik yang berupa nada suara, gerak-gerik
tangan, gelengan kepala, dan sejumlah gejala fisik lainnya. Sedangkan
dalam bahasa tulis, hal-hal yang disebutkan itu tidak ada dan sebagai
gantinya harus dieksplisitkan secara verbal. Contoh seseorang yang
diperintahkan mengambil sebuah benda dengan menunjuk atau
mengarahkan pandangan ke arah benda tersebut, sambil mengatakan
“ambil itu !”, tetapi dalam bahas tulis tidak dikenal unsur penunjuk atau
pengarah pandangan, jadi secara eksplisit harus menuliskan benda yang
dimaksudkan.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa bahasa tulis lebih
menekankan pada penggunaan kalimat-kalimat yang disusun sehingga
mudah dipahami pembaca. Kesalahan pada bahasa lisan dapat segera
18
diperbaiki atau diralat, tetapi dalam berbahasa tulis kesalahan baru
kemudian bisa diperbaiki.
Ragam bahasa bertelpon sebenarnya termasuk dalam ragam bahasa
lisan dan ragam bahasa bertelegraf, serta ragam bahasa SMS termasuk
dalam bahasa tulis, tetapi kedua macam sarana komunikasi ini
mempunyai ciri-ciri dan keterbatasannya sendiri, sehingga tidak dapat
digunakan sesuka hati.
a) Ragam bahasa lisan
Ragam bahasa lisan adalah bahasa yang diucapkan oleh pemakai
bahasa. Dalam ragam lisan juga dikaitkan dengan tata bahasa, kosakata,
dan lafal atau memanfaatkan tinggi rendah suara atau tekanan, air muka,
gerak tangan atau isyarat untuk mengungkapkan ide.
Ragam bahasa lisan, adalah ragam bahasa yang diungkapkan melalui
media lisan, terkait oleh ruang dan waktu sehingga situasi pengungkapan
dapat membantu pemahaman. Ragam bahasa baku lisan didukung oleh
situasi pemakaian. Namun, hal itu tidak mengurangi ciri kebakuannya.
Walaupun demikian, ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata serta
kelengkapan unsur-unsur di dalam struktur kalimat tidak menjadi ciri
kebakuan dalam ragam baku lisan karena situasi dan kondisi
pembicaraan menjadi pendukung di dalam memahami makna gagasan
yang disampaikan secara lisan.
Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah
kebakuannya dengan pembicaraan lisan dalam situasi tidak formal atau
19
santai. Jika ragam bahasa lisan dituliskan, ragam bahasa itu tidak dapat
disebut sebagai ragam tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan,
hanya saja diwujudkan dalam bentuk tulis. Oleh karena itu, bahasa yang
dilihat dari ciri-cirinya tidak menunjukkan ciri-ciri ragam tulis, walaupun
direalisasikan dalam bentuk tulis, ragam bahasa serupa itu tidak dapat
dikatakan sebagai ragam tulis.
Ciri-ciri ragam lisan :
1) Memerlukan orang kedua/teman bicara;
2) Tergantung pada situasi, kondisi, ruang & waktu;
3) Hanya perlu intonasi serta bahasa tubuh.
4) Berlangsung cepat;
5) Sering dapat berlangsung tanpa alat bantu;
6) Kesalahan dapat langsung dikoreksi;
7) Dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta intonasi.
Ragam lisan di antaranya pidato, ceramah, sambutan, berbincang-
bincang, dan masih banyak lagi. Semua itu sering digunakan kebanyakan
orang dalam kehidupan sehari-hari, terutama ngobrol atau berbincang-
bincang, karena tidak diikat oleh aturan-aturan atau cara penyampaian.
Ragam bahasa lisan meliputi :
1) Ragam bahasa cakapan. Ragam bahasa yang digunakan saat
berbicara dengan teman, berbicara dengan orang lain yang lebih
muda atau berbicara tidak resmi.
20
2) Ragam bahasa pidato adalah ragam bahasa yang digunakan untuk
berpidato.
3) Ragam bahasa kuliah adalah ragam bahasa yang digunakan saat
perkuliahan, misalnya saat mahasiswa berbicara dengan dosen.
4) Ragam bahasa panggung adalah ragam bahasa yang digunakaan
saat pentas untuk menghibur orang lain.
Kelebihan :
1) Lebih jelas karena pembicara menggunakan tekanan dan gerak
anggota badan, sehingga pendengar lebih mudah mengerti
2) Pembicara dapat langsung melihat ekspresi pendengar
3) Lebih bebas dalam mengungkapkan sesuatu
Kelemahan :
1) Pembicara sering mengulangi kalimat yang telah diucapkan
2) Pendengar belum tentu mendengar jelas apa yang dikatakan
pembicara
3) Tidak semua orang bisa menyampaikan sesuatu dengan baik secara
lisan. Contoh : pidato, presentasi
b. Ragam bahasa tulis
Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan
memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam
ragam tulis, akan dikaji tentang tata cara penulisan (ejaan) di samping
aspek tata bahasa dan kosakata. Dengan kata lain, dalam ragam bahasa
tulis, dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk kata
21
ataupun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan
ejaan, dan penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan ide. Contoh
dari ragam bahasa tulis adalah surat, karya ilmiah, surat kabar, dan lain-
lain.
Ragam bahsa tulis perlu memperhatikan ejaan bahasa Indonesia
yang baik dan benar. Terutama dalam pembuatan karya-karya ilmiah.
Menurut Fishman ed (1968:32) bahwa, ciri ragam bahasa tulis :
(1) Tidak memerlukan kehadiran orang lain.
(2) Tidak terikat ruang dan waktu.
(3) Kosakata yang digunakan dipilih secara cermat.
(4) Pembentukan kata dilakukan secara sempurna.
(5) Kalimat dibentuk dengan struktur yang lengkap.
(6) Paragraf dikembangkan secara lengkap dan padu.
(7) Berlangsung lambat.
(8) Memerlukan alat bantu.
Ragam bahasa tulis meliputi :
1) Ragam bahasa teknis adalah ragam bahasa yang memperhatikan
teknis atau cara penulisan.
2) Ragam bahasa undang-undang adalah ragam bahasa menggunakan
bahasa yang resmi. Ragam bahasa hukum adalah bahasa Indonesia
yang corak penggunaan bahasanya khas dalam dunia hukum,
mengingat fungsinya mempunyai karakteristik tersendiri. Oleh karena
22
itu, bahasa hukum Indonesia haruslah memenuhi syarat dan kaidah-
kaidah bahasa Indonesia.
Ciri-ciri ragam bahasa hukum :
(a) Mempunyai gaya bahasa yang khusus
(b) Lugas dan eksak karena menghindari kesamaran dan ketaksaan
(c) Objektif dan menekan prasangka pribadi
(d) Memberikan definisi yang cermat tentang nama, sifat dan kategori
yang diselidiki untuk menghindari kesimpangsiuran
(e) Tidak beremosi dan menjauhi tafsiran bersensasi
3) Ragam bahasa catatan adalah ragam bahasa yang singkat untuk
mengingatkan sesuatu.
4) Ragam bahasa surat adalah ragam bahasa untuk menyampaikan suatu
informasi.
Kelebihan :
(a) Informasi yang disajikan dapat dikemas di dalam media cetak
(b) Dapat menambah kosakata
Kelemahan :
(a) Tidak mampu menyajikan berita secara lugas, jernih dan jujur, jika
harus mengikuti kaidah-kaidah bahasa yang dianggap cenderung
miskin daya pikat dan nilai jual.
(b) Alat atau sarana yang memperjelas pengertian seperti bahasa lisan itu
tidak ada akibatnya bahasa tulisan harus disusun lebih sempurna.
Contoh : buku-buku pelajaran, majalah, koran, dan lain-lain.
23
3) Ragam bahasa berdasarkan situasi
a. Ragam bahasa resmi
Mengkaji tentang ragam bahasa dari segi pemakaian atau situasi,
yang paling tampak cirinya adalah dalam hal kosakata. Variasi bahasa
berkenaan dengan penggunaannya, pemakaiannya, atau fungsinya
disebut fungsiolek (Nababan 1994), ragam, atau register. Variasi bahasa
dalam bidang pemakaiannya, menyangkut bahasa yang digunakan untuk
keperluan dan bidang apa. Misalnya, bahasa dalam karya sastra
biasanya menekankan kata dari segi estetis sehingga dipilih atau
digunakanlah kosakata yang tepat. Ragam bahasa jurnalis juga
mempunyai ciri tertentu, yakni bersifat sederhana, komunikatif, dan
ringkas.
Ragam bahasa militer dikenal dengan cirinya yang ringkas dan
bersifat tegas, sesuai dengan tugas dan kehidupan kemiliteran yang
penuh dengan disiplin dan instruksi. Ragam militer di Indonesia dikenal
dengan cirinya yang memerlukan keringkasan dan ketegasan yang
dipenuhi berbagai singkatan dan akronim. Ragam bahasa ilmiah juga
dikenal dengan cirinya yang lugas, jelas, dan bebas dari keambiguan,
serta segala macam metafora dan idom.
b. Ragam bahasa dari segi keformalan
Chaer (2004:700) membagi ragam bahasa dari tingkat keformalannya
dalam lima macam gaya, yaitu :
24
a) Ragam beku (frozen), yaitu ragam bahasa yang paling formal,
digunakan pada situasi hikmat, misalnya dalam upacara kenegaraan,
khotbah mesjid, dan sebagainya.
b) Ragam resmi (formal), yaitu ragam bahasa yang biasa digunakan
pada pidato kenegaraan, rapat dinas, dan sebagainya.
c) Ragam usaha (konsultatif), yaitu ragam bahasa yang lazim dalam
pembicaraan di sekolah, atau pembicaraan yang berorientasi pada
hasil atau produksi.
d) Ragam akrab (intimate), yaitu ragam bahasa yang digunakan oleh
penutur yang hubungannya sudah akrab antaranggota keluarga atau
antarteman yang sudah karib, ragam dengan penggunaan kalimat-
kalimat pendek merupakan ciri ragam bahasa akrab. Kalimat-kalimat
pendek ini menjadi bermakna karena didukung oleh bahasa nonverbal
seperti anggukan kepala, gerakan kaki dan tangan tangan,atau
ekspresi wajah.
e) Ragam santai (casual), yaitu ragam bahasa yang digunakan pada
situasi tidak resmi untuk berbincang-bincang dengan keluarga atau
teman karib pada waktu istirahat dan sebagainya.
Kelima ragam bahasa di atas, biasanya digunakan dalam kehidupan
sehari-hari secara bergantian. Sebenarnya banyak faktor atau variabel
lain yang menentukan pilihan ragam mana yang harus digunakan. Ambil
contoh bahasa pada surat kabar, meskipun secara keseluruhan bahasa
yang digunakan adalah bahasa jurnalistik dengan ciri-ciri yang khas tetapi
25
dapat dilihat pada wilayah rubrik atau editorial pojok digunakan bahasa
ragam santai, pada teks karikatur aktual digunakan ragam akrab. Namun,
dalam bahasa iklan dari pemerintahan digunakan ragam beku. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa penggunaan ragam-ragam keformalan itu sering tidak
terpisah-pisah, tetapi berganti-ganti berdasarkan keperluannya. Ragam
bahasa berdasarkan situasi atau kondisi pemakaian, dengan ciri-ciri
sebagai berikut :
1) Menggunakan unsur gramatikal secara eksplisit dan konsisten;
2) Menggunakan imbuhan secara lengkap ;
3) Menggunakan kata ganti resmi ;
4) Menggunakan kata baku ;
5) Menggunakan EYD ;
6) Menghindari unsur kedaerahan .
c. Ragam bahasa konsultasi adalah ragam yang digunakan ketika kita
mengunjungi seorang dokter, ragam bahasa yang digunakan adalah
ragam bahasa resmi. Namun, dengan berjalannya waktu terjadi alih
kode. Bukan bahasa resmi yang digunakan, melainkan bahasa santai,
itulah ragam bahasa konsultasi.
4) Ragam bahasa berdasarkan penutur
Ragam bahasa dapat ditinjau dari segi penutur bahasa dan pemakai
bahasa. Mengkaji lebih jauh tentang ragam bahasa berdasarkan penutur
26
bahasa yang dapat ditinjau dari segi daerah, pendidikan, dan sikap
penutur.
1) Ragam bahasa dari segi penutur
a. Ragam bahasa idiolek
Ragam bahasa idiolek adalah ragam bahasa yang bersifat
perorangan. Menurut konsep idiolek, setiap orang mempunyai ragam
bahasa atau idioleknya masing-masing.
c. Ragam bahasa dialek
Ragam bahasa dialek adalah ragam bahasa dari sekelomok penutur
yang jumlahnya relatif, yang berada pada suatu tempat, wilayah atau
area tertentu. Umpamanya, bahasa Bugis dialiek Palakka, Wajo,
Rappang, dan lain-lain.
d. Ragam bahasa kronolek atau dialek temporal
Bahasa kronolek atau dialek temporal adalah bahasa yang digunakan
oleh sekelompok sosial pada masa tertentu. Umpamanya ragam
bahasa Indonesia pada masa tiga puluhan, ragam bahasa pada lima
puluhan, dan ragam bahasa pada masa kini.
e. Ragam bahasa sosiolek
Ragam bahasa sosiolek adalah ragam bahasa yang berkenaan
dengan status, golongan, dan kelas sosial penuturnya. Ragam bahasa
ini menyangkut semua masalah pribadi para penuturnya, seperti usia,
pendidikan, pekerjaan, tingkatan kebangsawanan, keadaan sosial
ekonomi, dan sebagainya.
27
(a) Ragam bahasa berdasarkan usia masyarakatnya. Perbedaan
ragam bahasa yang digunakan oleh raja (keturunan raja) dengan
masyarakat biasa, sedangkan para raja menggunakan kata
mangkat.
(b) Ragam bahasa berdasarkan tingkat ekonomi para penutur.
Ragam bahasa berdasarkan tingkat ekonomi para penutur adalah
ragam bahasa yang mempunyai kemiripan dengan ragam bahasa
berdasarkan tingkat kebangsawanan hanya saja tingkat ekonomi
bukan mutlak sebagai warisan. Misalnya, seseorang yang
memilki tingkat ekonomi lebih tinggi tentu berbeda bahasanya
dengan orang yang memiliki ekonomi lemah.
(c) Ragam bahasa tingkat golongan
Ragam bahasa berdasarkan tingkat golongan, status dan kelas
sosial para penuturnya dikenal adanya ragam bahasa akrolek,
basilek, vulgal, slang, kolokial, jargon, argot, dan broken.
(Chaer, dan Agustina, 1995:66).
Kajian dari ragam bahasa tersebut, lebih jauh akan dibahas sebagai
berikut:
(a) Akrolek adalah ragam sosial yang dianggap lebih tinggi dan lebih
bergengsi dari ragam sosial lainnya, misalnya: Bokap (panggilan
untuk Ayah);
(b) Basilek adalah ragam sosial yang dianggap kurang bergengsi atau
bahkan dipandang rendah;
28
(c) Vulgar adalah ragam sosial yang ciri-cirinya tampak pada pemakai
bahasa yang kurang terpelajar atau dari kalangan tidak
berpendidikan, misalnya: goblok;
(d) Slang adalah ragam bahasa yang bersifat khusus dan rahasia,
misalnya bahasa di kalangan waria (wandu);
(e) Kolokial adalah ragam bahasa yang diguanakan dalam
percakapan sehari-hari yang cenderung menyingkat kata karena
bukan merupakan bahasa tulis. Misalnya dok (dokter), prof
(prefesor), dan lain-lain;
(f) Jargon adalah ragam bahasa yang digunakan secara terbatas oleh
kelompok sosial tertentu. Misalnya, para tukang batu dan
bangunan dengan istilah disiku, ditimbang, dan lain-lain;
(g) Argot adalah ragam sosial yang digunakan secara terbatas oleh
profesi tertentu dan bersifat rahasia. Misalnya, bahasa para
pencuri dan tukang copet daun dalam arti uang;
(h) Broken adalah ragam sosial yang bernada memelas, dibuat
merengek-rengek penuh dengan kepura-puraan. Misalnya, ragam
bahasa para pengemis.
2) Ragam bahasa berdasarkan pendidikan penutur
Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang
berpendidikan berbeda dengan yang tidak berpendidikan, terutama dalam
pelafalan kata yang berasal dari bahasa asing, misalnya fitnah, kompleks,
vitamin, video, film, fakultas. Penutur yang tidak berpendidikan mungkin
29
akan mengucapkan fitnah, komplek, vitamin, pideo, pilm, pakultas.
Perbedaan ini juga terjadi dalam bidang tata bahasa, misalnya mbawa
seharusnya membawa, nyari seharusnya mencari. Selain itu, bentuk kata
dalam kalimat pun sering menanggalkan awalan yang seharusnya dipakai.
3) Ragam bahasa berdasarkan sikap penutur
(a) Ragam bahasa dipengaruhi juga oleh setiap penutur terhadap kawan
bicara (jika lisan) atau sikap penulis terhadap pembawa (jika
dituliskan) sikap itu antara lain resmi, akrab, dan santai. Kedudukan
kawan bicara atau pembaca terhadap penutur atau penulis juga
mempengaruhi sikap tersebut. Misalnya, mengamati bahasa seorang
bawahan atau petugas ketika melapor kepada atasannya. Jika
terdapat jarak antara penutur dan kawan bicara atau penulis dan
pembaca, akan digunakan ragam bahasa resmi atau bahasa baku.
Makin formal jarak penutur dan kawan bicara akan makin resmi dan
makin tinggi tingkat kebakuan bahasa yang digunakan. Sebaliknya,
makin rendah tingkat keformalannya, makin rendah pula tingkat
kebakuan bahasa yang digunakan. Ragam bahasa dapat timbul
karena adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh
masyarakat atau kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan
oleh para penuturnya yang tidak homogen. Variasi atau ragam bahasa
ini ada dua pandangan yaitu :
(b) Variasi itu dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur
bahasa itu dan keragaman fungsi bahasa itu
30
(c) Variasi bahasa itu sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat
interaksi dalam kegiatan masyarakat yang beraneka ragam.
Menurut Sugono (1999:9), bahwa sehubungan dengan pemakaian
bahasa Indonesia, timbul dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan
bahasa baku dan nonbaku. Dalam situasi remi, seperti di sekolah, di
kantor, atau di dalam pertemuan resmi digunakan bahasa baku.
Sebaliknya, dalam situasi tak resmi, seperti di rumah, di taman, di pasar,
kita tidak dituntut menggunakan bahasa baku.
1. SMS (Short Message Service) a. Sejarah dan Pengertian SMS
SMS (Short Message Service) adalah pesan singkat dalam bentuk
teks yang hidup berkembang dalam dunia telekomunikasi seluler. Sekilas
fasilitas ini tidak jauh beda dengan layanan pesan teks dari perangkat
sebelumnya, yaitu pager yang kini sudah menjadi barang langka, bahkan
sudah mendekati kepunahan. Penemuan sistem komunikasi SMS berawal
pada 3 Desember 1992 yang pada saat itu seorang ahli teknisi asal
Norwegia bernama Neil Papworth menggunakan fasilitas SMS dalam
mengirimkan pesan ucapan hari Natalnya kepada rekannya yang
bernama Richard Jarvis yang bekerja di perusahaan layanan GSM
Vodafone di Inggris. Kemudian, ide komunikasi ini dikembangkan oleh
Riku Pihkonen dari perusahaan Nokia dengan memfasilitaskan layanan
SMS pada telepon selular GSM (Global System for Mobile) sehingga SMS
dapat diketik pada telepon tersebut.
31
Seluruh operator GSM network mempunyai Message Centre, yang
bertanggung jawab terhadap pengoperasian atau manajemen dari
beberapa berita yang ada. Bila seseorang mengirim berita kepada orang
lain dengan hpnya, maka berita ini harus melewati MC (Message Centre)
dari operator network tersebut, dan MC ini dengan segera dapat
menemukan si penerima berita tersebut. MC ini menambah berita tersebut
dengan tanggal, waktu dan nomor dari si pengirim berita dan mengirim
berita tersebut kepada si penerima berita. Apabila HP penerima sedang
tidak aktif, maka MC akan menyimpan berita tersebut dan akan segera
mengirimnya apabila HP penerima terhubung dengan network atau aktif.
SMS menyediakan mekanisme untuk mengirimkan pesan singkat dari dan
menuju media-media wireless dengan menggunakan sebuah Short
Messaging Service Center (SMSC), yang bertindak sebagai sistem yang
berfungsi menyimpan dan mengirimkan kembali pesan-pesan singkat.
Jaringan wireless menyediakan mekanisme untuk menemukan station
yang dituju dan mengirimkan pesan singkat antara SMSC dengan wireless
station.
SMS mendukung banyak mekanisme input sehingga memungkinkan
adanya interkoneksi dengan berbagai sumber dan tujuan pengiriman
pesan yang berbeda. Pengguna telepon seluler, bahkan kini mereka yang
menggunakan layanan berbasis CDMA tidak akan pernah lupa
menanyakan layanan SMS sebelum membeli suatu jenis layanan telepon
seluler. Jika di dunia ada sekitar 1,4 milyar manusia menggunakan jasa
32
layanan telepon seluler (GSM) dan (CDMA), maka sekitar 85% dari jumlah
2) Bahasa Indonesia yang dalam sumpah pemuda telah diakui
sebagai bahasa nasional dipakai di seluruh Indonesia yang
memiliki keragaman bahasa, budaya, suku, dan lapisan
masyarakat yang berbeda-beda latar belakang pendidikannya.
2. Kalimat yang terperinci namun pengertiannya secara umum sudah
diketahui.
Kalimat yang cenderung panjang kemungkinan dibebani dengan
penjelasan yang harus terperinci. Namun, adakalanya kalimat dapat
panjang karena menggunakan keterangan yang tidak perlu. Keterangan
tersebut secara umum sudah diketahui oleh pendengar atau pembaca.
Dengan kata lain, penjelasan tersebut dapat diganti dengan kata yang
sepadan tetapi lebih hemat. Contoh:
1) Hari ini, Deni menggunakan baju dengan kerah pendek yang biasa
orang pakai untuk salat di masjid.
2) Deni memasukkan angin ke dalam ban sepeda agar ban itu
kembali dapat dijalankan.
Kalimat di atas terlalu panjang dan tidak efektif. Kedua kalimat di atas
dapat diganti dengan kalimat berikut.
1) Hari ini, Deni memakai baju koko.
2) Deni memompa ban sepedanya agar dapat jalan lagi.
92
a. Menggunakan kalimat yang efektif dan santun
Komunikasi bukan hanya penyampaian kalimat yang efektif dan
komunikatif yang harus diperhatikan, tetapi juga kesantunan dalam
berbahasa. Kalimat yang santun lebih ditujukan untuk penghormatan
kepada mitra bicara atau komunikan. Penyampaian kalimat memang
harus tetap efektif, cermat, dan komunikatif juga bernilai rasa bagus dan
santun. Menyampaikan kalimat yang santun, harus dipertimbangkan pula
penggunaan kosakata baku dan pilihan kata yang sewajarnya serta tidak
berkonotasi kurang baik. Dengan kalimat yang efektif dan santun,
tanggapan yang muncul dari mitra komunikasi juga akan berkesan baik.
b. Fungsi komunikasi pada bahasa asing.
Masyarakat Indonesia lebih sering menempel ungkapan “No Smoking”
daripada “Dilarang Merokok”, “Stop” untuk “berhenti”, “Exit” untuk “keluar”,
"Open House" untuk penerimaan tamu di rumah pada saat lebaran. Jadi
bahasa sebagai alat komunikasi tidak hanya dengan satu bahasa
melainkan banyak bahasa.
Contohnya :
1) Alat-alat yang digunakan untuk berkomunikasi
2) Gerak badaniah
3) Alat bunyi-bunyian
4) Kentongan
5) Lukisan
6) Gambar
93
7) dsb.
Contohnya :
1) bunyi tong-tong memberi tanda bahaya
2) adanya asap menunjukkan bahaya kebakaran
3) alarm untuk tanda segera berkumpul
4) bedug untuk tanda segera melakukan sholat
5) telepon genggam untuk memanggil orang pada jarak jauh
6) simbol, tanda stop untuk pengguna jalan, simbol laki-laki dan
perempuan bagi pengguna toilet.
7) bunyi alarm (suasana tanda bahaya gempa bumi/bencana alam).
Misalkan seorang satpam perumahan berjaga-jaga/ronda pada malam
hari, pada saat sudah mendekati jam 12.00 malam satpam tersebut
membunyikan kentongan yang bertanda bahwa waktu sudah tepat pukul
12.00 malam. Timbul timbal balik, antara satpam sama orang-orang
disekitar perumahan, setiap orang jadi lebih mengerti tanda waktu
pergantian tersebut. Jadi, bahasa yang dipakai satpam tersebut berupa
kentongan yang memberikan pertanda sesuatu akan terjadi/ sesuatu yang
sudah mestinya dilakukan.
C. Kerangka Pikir
Kreativitas dalam berbahasa, baik secara lisan maupun tulisan, dapat
melahirkan fenomena kebahasaan baru. Ada fenomena bahasa yang
wajar-wajar saja, tetapi ada juga fenomena yang kurang wajar dan
cenderung aneh-aneh sehingga banyak jadi jamur bahasa dalam
94
masyrakat. Kreativitas berbahasa yang aneh-aneh, justru lebih banyak
diterima di masyarakat sehingga lebih dominan digunakan dibanding
bahasa yang wajar-wajar saja.
Banyak variasi bentuk bahasa tulis yang muncul melalui handphone.
Variasi tersebut muncul dari tindak berbahasa melalui SMS. Beberapa
variasi bahasa yang muncul di antaranya adalah adanya ujaran bahasa
yang berbentuk singkatan-singkatan, pemakaian angka sebagai simbol
pengganti fonem dan morfem, dan lain-lain. Bahasa SMS yang digunakan
oleh kebanyakan orang adalah bahasa yang bersifat praktis, singkat,
padat, dan mewakili segala yang hendak diungkapkan oleh penuturnya.
Berdasarkan fenomena di atas, latar belakang pegkajian ini untuk
mengetahui pengaruh SMS dalam menciptakan konstruksi bentuk bahasa
dalam realitas kehidupan bermasyarakat. Selain itu, pengkajian ini juga
dilatarbelakangi oleh suatu usaha dalam menambah khazanah bahasa
dan ilmu bahasa, khususnya bahasa Indonesia.
95
Adapun kerangka pikir tersebut tergambar dalam bagan berikut :
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir
Perkembangan Bahasa Indonesia
Ragam Bahasa
Ragam bahasa berdasarkan waktu penggunaan
Ragam bahasa berdasarkan pokok pembicaraannya / bidang
Ragam bahasa berdasarkan media pembicaraan
Ragam bahasa berdasarkan situasi
SMS Mengkaji penulisan ragam bahasa
Berdasarkan konteks situasi pemakaiannya
Temuan
Analisis
Ragam bahasa berdasarkan penutur
Wujud kaidah
96
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini adalah kualitatif, yaitu penelitian yang dinyatakan dalam
bentuk verbal dan dianalisis tanpa menggunakan statistik. Pendekatan
kualitatif yang diungkapkan Lincodn dan Guba (dalam Moleong: 2000: 4-
8) mempunyai ciri-ciri yaitu: (1) latar alamiah, (2) manusia sebagai alat
(instrument), (3) penggunaan pengetahuan intuisi, (4) analisis atau secara
induktif, (5) metode kualitatif, (6) analisis data secara induktif, (7) teori dari
dasar, (8) desain yang berubah-ubah, (9) hasil penelitian dirundingkan,
(10) model laporan studi kasus, (11) penafsiran idiografis, (12) penerapan
sementara, (13) batas yang ditentukan oleh fokus, dan (14) kriteria khusus
untuk keabsahan data/keterpecayaan data.
Penelitian kualitatif memiliki sejumlah karakteristik yang membedakan
dengan jenis-jenis penelitian yang lain. Penelitian kualitatif dilakukan
dengan menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data langsung
dan manusia merupakan instrumen utama pengumpul data. Data kualitatif
dikumpulkan dalam bentuk kata-kata, gambar, bukan angka-angka, dan
anlisis data dilakukan secara induktif (berangkat dari data empiris).
Penelitian kualitatif dibagi dalam dua hal. Pertama, penelitian kualitatif
kepustakaan (library research). Kedua, penelitian lapangan (field
research). Penelitian ini menggunakan penelitian lapangan, karena
97
sasaran penelitian mengandalkan data yang diperoleh melalui informan
dan data dokumentasi yang berkaitan dengan subjek penelitian (emik).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Andi Jemma Palopo Fakultas
Teknik Informatika. Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada
semester genap tahun pelajaran 2015. Lokasi penelitian ini ditetapkan
berdasarkan pertimbangan (1) lokasi kampus yang berada di pusat kota,
sehingga dominan mahasiswa dalam berkomunikasi atau berinteraksi
sosial menggunakan handphone dengan menggunakan bahasa-bahasa
gaul, (2) merupakan tempat peneliti menjadi tenaga pengajar, sehingga
mendapat dukungan untuk melaksanakan kegiatan penelitian di tempat
tersebut.
C. Unit Analisis dan Penentuan Informan
Studi kasus berbasis penelitian kualitatif lapangan, penarikan sampel
dari subjek penelitian, lebih banyak digunakan teknik penarikan yang
sesuai kebutuhan. Secara populer pola penarikan subjek penelitian ini
dikenal dengan nama snow-ball sampling. Menurut Faisal (1990: 60-61),
snow-ball sampling adalah suatu proses menyebarkan sampel seperti
bola salju yang umumnya kecil kemudian membesar dalam proses
“bergulir-menggelinding” nya.
Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Andi
Jemma Palopo Fakultas Teknik Informatika, yang aktif dan terdaftar pada
98
semester genap tahun ajaran 2014/2015 dengan sasaran utama
penggunaan bahasa SMS mahasiswa kepada dosen. Jadi, pemilihan
sampel ini dengan teknik snow-ball sampling, dianggap akan lebih
representatif, baik ditinjau dari segi pengumpulan data, bahkan dalam
penelitian etnografi.
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Penelitian kualitatif sangat mengandalkan hasil observasi, wawancara
dan data dokumentasi yang dikumpulkan di lapangan, dengan demikian
peneliti harus mempunyai catatan lapangan. Bogdan dan Steven (1975:
74), menyatakan bahwa catatan lapangan adalah catatan tertulis
mengenai apa yang menjadi perantara mengenai apa yang dilihat,
didengar, dirasakan, dicium, dan diraba oleh pancaindera ketika berada
di lapangan dan merupakan refleksi terhadap data penelitian.
Penelitian ini menggunakan teknik catatan lapangan dengan model
catatan observasi, catatan teori, dan catatan metodologi. Penjelasan
mengenai model catatan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Catatan observasi, merupakan pernyataan mengenai semua peristiwa
yang dialami, baik yang dilihat maupun yang didengar oleh peneliti.
2. Catatan teori, merupakan suatu upaya yang terkontrol dan dilakukan
secara sadar untuk memperoleh pengertian dari satu atau beberapa
catatan observasi.
99
3. Catatan metodologi, merupakan suatu pernyataan yang berisi
tindakan operasional yang memiliki pengaruh terhadap suatu aktivitas
observasi yang direncanakan atau yang sudah diselesaikan.
E. Teknik Analisis Data
Kegiatan analisis data pada penelitian kualitatif dilakukan secara
berproses, dan terus mengalir, artinya setiap data yang masuk langsung
dikelompokkan, dipilah dan dibangun menjadi tulisan atau laporan. Hal ini
dilakukan agar dapat memaknai situasi dan menghindari bias. Spradley
(1980), mengemukakan empat macam anlisis data dalam penelitian
kualitatif, yaitu:
1. Analisis domain, adalah mengumpulkan dan menampilkan
keseluruhan jenis temuan yang diperoleh dalam penelitian.
2. Analisis taksonomi, adalah upaya penelitian secara mendalam
dengan cara mengorganisasi data penelitian tersebut.
3. Analisis komponensial, adalah menentukan pola penelitian dengan
memilih suatu situasi sosial dan melakukan observasi secara tidak
langsung.
4. Analisis tema budaya, adalah suatu langkah yang digunakan untuk
memberikan suatu pandangan yang menyeluruh tentang suatu
budaya atau kebiasaan.
Penelitian ini menggunakan kegiatan analisis data domain, dimulai dari
analisis terhadap data yang telah diperoleh berdasarkan hasil observasi
100
deskriptif kemudian menjelaskan terperinci mengenai situasi yang
dihadapi.
F. Pengecekan Keabsahan Temuan
Teknik yang digunakan untuk menguji keterpercayaan data
(memeriksa keabsahan data atau verifikasi data) dalam penelitian ini
adalah triangulasi atau dengan istilah trustworthiness, dengan
memanfaatkan hal-hal lain yang ada di luar data penelitian sebagai
pembanding terhadap data yang akan diteliti. Membandingkan dan
mengecek kembali derajat keterpercayaan suatu informasi melalui waktu
dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif.
Denzin dan Lincolin (2002) mengemukakan empat model triangulasi,
yaitu penggunaan sumber, metode, peneliti, dan teori yang ganda dan
berbeda. Ada beberapa cara yang dilakukan dengan triangulasi, yaitu:
1. Membandingkan data hasil observasi dengan data hasil
wawancara,
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum
dengan apa yang dikatakan secara pribadi,
3. Membandingkan tentang pendapat orang mengenai situasi
penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu,
4. Membandingkan keadaan dan perspektif dengan berbagai
pendapat dan pandangan.
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang
berkaitan.
101
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Karakteristik Objek Penelitian
1. Deskripsi Geografis
Berdasarkan hasil observasi, penulis dapat mengemukakan gambaran
umum kondisi Universitas Andi Jemma Palopo yang merupakan lokasi
penelitian, sebagai berikut :
Universitas Andi Jemma Palopo merupakan lembaga pendidikan
didirikan oleh Yayasan To Ciung dimaksudkan untuk ikut serta
mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia
Indonesia. Fungsi dan peran Universitas Andi Djemma dengan efektif
sebagai lembaga pendidikan tinggi, memerlukan suatu piranti
penatalaksanan berupa statuta yang dijadikan landasan dan pedoman
dasar dalam perencanaan, pengembangan dan penyelenggaraan
tridharma.
Universitas yang terletak di Kota Palopo memiliki 3 bangunan yang
terbagi dalam 3 kampus yakni Kampus A di jalan Sultan Hasanuddin no 3
Kelurahan Batupasi Kecamatan Wara Utara Kota Palopo, ditempati oleh
Fakultas Ekonomi, Fakultas ISIPOL dan Fakultas Hukum, sementara
kampus B terletak di jalan Sultan Hasanuddin No 5 Kelurahan Batupasi
Kecamatan Wara Utara Kota Palopo, untuk rektorat dan beberapa ruang
perkuliahan, kampus C di jalan Tandipau 15 untuk Fakultas Teknik,
102
Perikanan, Kehutanan, dan Pertanian. Saat ini universitas menggenjot diri
menuju universitas negeri dan juga memiliki lahan seluas 30ha di Desa
Barammamase Kecamatan Walenrang Kabupaten Luwu sebagai
prasyarat untuk penegerian.
Batas- batas wilayah dapat dilihat dari :
a. Sebelah utara dibatasi oleh Kantor PJU
b. Sebelah selatan dibatasi oleh jalan Tandipau
c. Sebelah timur dibatasi oleh SMP Negeri 2 Palopo
d. Sebelah barat dibatasi oleh jalan Poros Patang 2
2. Deskripsi Kelembagaan
Universitas Andi Djemma adalah Perguruan Tinggi Swasta yang
didirikan oleh Yayasan To Ciung Luwu tanggal 23 Januari 1995 dan
berkedudukan di Kota Palopo Sulawesi Selatan. Universitas berasaskan
Pancasila dan UUD 1945. Fungsi Universitas ini adalah
menyelenggarakan pendidikan akademik dan pendidikan profesional
dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi tertentu sesuai dengan visi,
misi, dan tujuan universitas. Pola ilmiah pokok universitas adalah ilmu-ilmu
pertanian dan ilmu-ilmu lain sesuai dengan kenyataan lingkungan.
(1) Lambang universitas berbentu mata lonjong (oval) yang isinya
melambangkan konsep-konsep yang secara keseluruhan ditata dari
bawah ke atas sebagai ciri khas penataan dalam pembinaan
pendidikan. Makna dan arti lambang sebagai berikut :
103
a. Segi lima dengan warna hitam melambangkan 5 (lima) sila
Pancasila.
b. Pohon beringin hijau menunjukkan kebangsaan, pengayoman
dan pelindung.
c. Burung hantu hitam putih melambangkan ilmu pengetahuan.
d. Buku dengan warna putih menunjukkan wadah dan penyebar
ilmu.
e. Obor dengan warna api melambangkan penerang, penyuluh,
semangat yang tak kunjung padam.
(2) Bendera universitas berwarna hijau lumut dengan pinggiran jambul
warna kuning emas berukuran 200 cm x 300 cm untuk lapangan dan
100 x 200 untuk dalam ruangan.
(3) Bendera fakultas sebagaimana dimaksud ayat huruf b, berukuran 100
x 200 cm dengan warna sebagai berikut :
a. Fakultas Pertanian berwarna hijau daun
b. Fakultas Perikanan berwarna biru laut
c. Fakultas Kehutanan berwana coklat
d. Fakultas Ekonomi berwarna kuning emas
e. Fakulta Ilmu Sosial dan Ilmu Politik berwarna merah
f. Fakultas Teknik berwarna abu-abu
g. Fakultas Hukum berwana merah maron.
(4) Mars universitas berjudul “Mars Universitas Andi Djemma” dan Hymne
universitas berjudul “Hymne Unanda”
104
(5) Universitas memiliki busana akademik sesuai dengan ketentuan yang
berlaku, yang dikenakan oleh Pimpinan Universitas, anggota-anggota
Senat Universitas/Guru Besar dan Wisudawan pada acara resmi
Universitas.
(6) Busana akademik yang berlaku di universitas terdiri atas topi segi lima
warna biru-tua (biru pekat), kalung lambang universitas, dan toga
dilengkapi bis kecil berwarna sesuai dengan warna bendera fakultas
masing-masing.
(7) Busana akademik yang dipakai mahasiswa pada saat wisuda adalah
sebagai berikut terdiri atas toga segi lima berwarna hitam, dan
selempang berwarna sesuai bendera fakultas.
(8) Selain busana akademik, universitas memiliki jaket almamater
berwarna putih gading, dengan kancing baju berwarna kuning emas,
dan lambang universitas di dada sebelah kiri dengan model leher jas
sesuai model leher baju jas modern.
(9) Universitas menyelenggarakan pendidikan, penelitian serta
pengabdian pada masyarakat.
(10) Universitas menyelenggarakan kegiatan dalam upaya
menghasilkan manusia terdidik yang memiliki kemampuan akademik
dan/atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan
dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau
kesenian
105
(11) Penelitian merupakan kegiatan telaah taat kaidah dalam upaya
untuk menemukan kebenaran dan/atau menyelesaikan masalah
dalam ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau kesenian.
(12) Pengabdian pada masyarakat merupakan kegiatan yang
memanfaatkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau kesenian dalam
upaya memberikan sumbangan demi kemajuan masyarakat.
(13) Penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan dalam program-
program studi atas dasar kurikulum yang disusun oleh masing-masing
fakultas berdasarkan Keputusan Menteri dan memperhatikan aspirasi
yang berkembang pada masyarakat pengguna (user).
(14) Kurikulum terdiri atas kurikulum inti (nasional) dan muatan lokal
yang berorientasi kepada tujuan pogram studi, pengembangan
kemampuan pribadi dan profesional mahasiswa, kepentingan
pembangunan nasional, kebutuhan masyarakat, pola ilmiah pokok,
teknologi, dan/atau kesenian.
(15) Kurikulum yang berlaku pada masing-masing jurusan/program studi
terdiri atas kelompok mata kulian Mata Kuliah Keilmuan dan
Keterampilan (MKK), Mata Kuliah Keahlian Berkarya (MKB), Mata
Kuliah Perilaku Berkarya (MPB), dan Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian (MPK) dan harus dievaluasi secara kontinyu minimal
setiap dua tahun.
(16) Pelaksanaan kurikulum secara teknis diatur dalam Buku Pedoman
Pendidikan pada masing-masing fakultas.
106
(17) Perubahan kurikulum dilaksanakan paling cepat dalam kurun waktu
2 (dua) tahun melalui Surat Keputusan Dekan.
(18) Sarana dan prasarana adalah kekayaan yayasan yang bersumber
dan diperoleh baik melalui wakaf, bantuan semacamnya, maupun
usaha yayasan yang digunakan untuk menunjang pelaksanaan tugas-
tugas universitas dan yayasan .
(19) Sarana dan prasarana meliputi :
a. Gedung
b. Ruang kelas
c. Laboratorium/Workshop/Studio.
d. Rumah Sakit dan Klinik
e. Perpustakaan
f. Kapal latih/praktik
g. Kendaraan bermotor
h. Rumah dinas dosen dan staf
i. Asrama mahasiswa
j. Lahan percobaan dan aset lainnya
(20) Jurusan/Program Studi/Bagian adalah unsur pelaksana akademik
pada fakultas yang melaksanakan pendidikan akademik dan/atau
profesi dan bila memenuhi syarat dapat melaksanakan pendidikan
program pascasarjana dalam sebagian atau cabang ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni.
107
(21) Pimpinan Jurusan/Program Studi/Bagian terdiri atas :
a. Ketua Jurusan, Ketua Program Studi, dan Ketua Bagian.
b. Sekretaris Jurusan dan Sekretaris Program Studi
(22) Unsur pelaksana akademik adalah para dosen.
(23) Dalam Jurusan/Program Studi/Bagian dapat dibentuk laboratorium/
studio
B. Paparan Dimensi Penelitian
Bagian ini di paparan data dan pembahasan ragam bahasa dalam
SMS (Short Message Service) mahasiswa yang dikaji berdasarkan
konteks situasi pemakaian dan kaidah bahasa yang digunakan, yaitu
menyangkut ejaan. Data yang di peroleh melalui hasil catatan lapangan.
Hasil penelitian ini terdiri atas temuan peneliti mengenai konsep
situasi pemakaian ragam bahasa dalam SMS, yaitu ragam bahasa yang
digunakan dalam SMS tersebut dan wujud kaidah penulisan bahasa
dalam SMS mahasiswa kepada dosen yang berupa penggunaan ejaan,
yaitu penulisan huruf, penulisan kata, dan penulisan tanda baca.
1. Konteks Situasi Pemakaian (Ragam Bahasa)
Temuan pertama pada penelitian ini adalah bentuk atau wujud situasi
pemakaian ragam bahasa dalam SMS mahasiswa kepada dosen yang
berupa ragam formal, tetapi dengan kata yang tidak baku.
108
a. “Slamat pagi bu, mau nanya bu kapan keluar nilai mata kuliah bahasa
indonesia & ada kah yang harus perbaikan nilai. trima kasih. (Isgal. 7
Februari 2015)
Mengkaji penulisan pada SMS di atas, dapat dilihat pada penggunaan
dialek nanya yang berasal dari tanya di mana prefiks {N-} yang melekat
pada bentuk verba tidak mengubah bentuk dasar ke kelas kata lain.
b. Alhamdulillah... Baek2 ji buk. Blum pi bah..
Kesalahan pada penulisan SMS di atas tampak jelas pada kalimat “Baek2
ji buk. Blum pi bah..”. Bentuk penulisan baek berasal dari kata baik dan
penggunaan angka 2 merupakan frekuensi pembacaan kata di depannya
dua kali. Dengan menambah angka 2 di belakang kata pertama, maka
tidak perlu menulis kata dasar dua kali dan kata buk yang berarti bu.
Selanjutnya, pada penulisan blum berasal dari kata belum dan kemudian
menambahkan bentuk-bentuk dialek yang sering diucapkan sehari-hari
yaitu pi dan bah.
c. Asslamualaikum dan selamat pagi Maaf uda gangu waktunyaa
sebentar ibu.. Saya dari ketua tinggkat kls bhs indonesia. Ingin
mengkonfirmasikan kepada ibu. Ap kag ibu jdi masuk di ruangan kmi.
Terimah kasih...
Mengkaji penulisan bahasa pada SMS di atas, terdapat beberapa
kesalahan seperti penggunaan huruf yang lebih dan pemendekan kata
yang merujuk pada proses afaresis, namun menghasilkan pola penulisan
dan pengucapan yang tidak baku. Penulisan waktunyaa yang seharusnya
109
menjadi waktunya, begitu juga pada kata tinggkat dan terimah, yang
seharusnya menjadi tingkat dan terima. Selanjutnya kata uda yang
merupakan hasil proses afaresis dari kata sudah dan seharusnya menjadi
udah. Demikian halnya dengan kata kah yang ditulis menjadi kag.
d. Assalamualaikum wr.wb. Tabe’ saya b’maksud mengkonfirmasi
kehadiran ta mengajar pukul 15:00 di kampus 1. L2 kelas A fakultas
teknik. Kalo ibu tidak sempat saya hub dosen yang lain. (KETI A FT
UNANDA)
Mengkaji penulisan SMS di atas, kata b’maksud yang berasal dari
bermaksud dan kata kalo yang berasal dari kalau. Mengkaji struktur
penulisan dan pemilihan kata pada SMS di atas, ragam bahasa yang
digunakan berusaha menampilkan aspek kesopanan berbahasa, dapat
dilihat pada penggunaan kata tabe’ dan ta.
e. Ass.. Bu’, ada mata kuliah bahasa indonesia di kelas A. Masuk khi kha
nanti Bu’?
By Kelas A
(Irsan Heri)
Mengkaji penulisan pada SMS di atas, kosakata yang menonjol ada pada
penggunaan konsonan /h/ pada kata khi dan kha. Penulisan khi berasal
dari ki yang merujuk pada penggunaan dialek kesantunan berbahasa
pada lawan tutur. Sedangkan kha berasal dari partikel kah yang berarti
memberi tekanan dalam pertanyaan.
110
f. Ass.. Bpk tdk ada novel angkatan 60 sy dpt dan kalau bisa angkatan
yang lain sj d ambil bpk ?
Andini kls B
Pada penulisan SMS di atas, penggalan fonem kosonan dan vokal
terdapat pada kata bpk yang berasal dari bapak, kata tdk yang berasal
dari tidak, kata sy yang berasal dari saya, kata dpt yang berasal dari kata
dapat, dan kata d ambil yang berasal dari diambil.
g. Maaf pak sblumnya. y, yg sya kumpul sma kak yudi itu cerpen, Msih
bisa ka pak sya perbaiki kmbli cerpen. y bsok sya ksi kmbli pak.
Penulisan SMS di atas terdapat beberapa penggalan fonem dan vokal
yang terlihat jelas. Penggalan vokal /e/ terdapat pada kata sblumnya yang
berasal dari sebelumnya dan kmbli yang berasal dari kembali, penggalan
vokal /a/ terdapat pada kata sya dan msih yang berasal dari saya dan
masih, dan penggalan vokal /a/ yang tidak baku terdapat pada y yang
berasal dari yah dan kata ksi berasal dari kasi.
h. Maaf bu jelek jringan bah..
Mengkaji SMS di atas, penulisan kalimat singkat dan sekaligus
menggunakan penggalan vokal /a/ terdapat pada kata jringan yang
berasal dari jaringan. Selian itu penulisan kata bah yang merupakan
salah satu bentuk dialek sehari-hari yang terkesan tidak sopan terhadap
lawan tuturnya.
111
i. Ass.ibu tdk kekmpss ki ka ada mta kliaah ni hrii kta janjikann ibu
Penulisan SMS di atas terdapat penggalan dan sekaligus penambahan
vokal serta konsonan. Dilihat pada kata tdk yang berasal dari tidak, kata
mta yang berasal dari mata, kata kta yang berasal dari kita. Sedangkan
kata yang mengalam penggalan dan sekaligus penambahan terdapat
pada kata kekmpss, hrii, dan janjikann, yang berasala dari ke kampus,
hari, dan janjikan. Tujuan dari penambahan dan pengurangan fonem
seperti pada data tersebut adalah variasi tulisan supaya lebih menarik.
Selain itu, dengan menggunakan kata yang mengalami proses seperti
yang tertera di atas, akan memperoleh kesan bahwa pembicaraan yang
harus ditanggapi serius.
j. Ass… Ibu tabe’ masukki sebentar mengajar kah….???
Penulisan SMS di atas menggambarkan penggunaan ragam bahasa dari
segi penuturnya, yaitu penggunaan dialek tabe’. Pengguaan dialek
tersebut memberikan kesan penggunaan dialek yang sopan dalam
memberikan pertanyaan kepada lawan tutur atau penerima pesan.
k. Ass… Pak jadwal’ta hari ini fak Teknik sipil semester 2 klas S4 MK
Bhs inggris…bisa jki masuk’kh pak???
Melihat penulisan SMS di atas dari segi isi atau maksud pesan yang
disampaikan, bentuk kontes situasi penulisan pesan tersebut berupa
pesan dalam situasi formal. Penulisan pesan formal dalam SMS tersebut
tidak sesuai dengan bahasa yang digunakan, seperti penggunaan partikel
ta pada kata jadwal’ta dan penulisan dialek jki yang berasal dari jiki.
112
l. Ibu, harus gah di kumpul itu tugas ini hari bu’.
Wujud SMS di atas, menggambarkan bentuk pertanyaan kepada dosen.
Penggunaan partikel gah yang berarti kah menggambarkan bentuk dialek
dan sekaligus menjadi ciri bahwa pesan yang disampaikan berupa
pertanyaan.
m. Bu pelajaran kalkulus jadi tidak masuk bu,klau jadi minta tolong
cepatki dtang bu
Penulisan SMS di atas menunjukkan bagaimana penggunaan bahasa
mahasiswa. Kalimat yang seharusnya berupa pertanyaan kepada dosen
namun penulisan kalimat yang kurang tepat sehingga menjadikan bentuk
kalimat tersebut terkesan kurang sopan.
2. Kaidah Penulisan ( Ejaan yang digunakan )
a. Ass.. Bu mau ki kh masuk MK BAHASA INDONESIA d, kls E.?
Bentuk penggunaan huruf kapital pada penulisan SMS di atas tampak
jelas terdapat pada MK BAHASA INDONESIA yang seharusnya mata
kuliah Bahasa Indonesia. Penggunaan huruf kapital pada SMS tersebut
bertujuan untuk memberikan tekanan atau penjelasan utama dalam
pesan yang disampaikan.
b. Ass. .bu maaf menggangu itu piala bu qta beli di jembatan blong toko
artana murah di stU bu. .
Pada penulisan SMS di atas, terdapat beberapa kekurangan dalam
penggunaan tanda baca dan kesalahan pada penggunaan huruf kapital.
Penulisan bu yang pertama seharusnya menggunakan huruf kapital /b/
113
menjadi Bu karena penulisan awal setelah tanda titik, sedangkan
penulsan artana juga penggunakan huruf /a/ kapital karena merupakan
nama sebuah toko. Penulisan kata dengan penggabungan huruf kapital di
akhir kata terdapat pada kata stU yang berasal dari situ. Selain itu
kurangnya penggunaan tanda baca pada penulisan SMS di atas, yang
seharusnya menjadi Ass.. Bu maaf mengganggu ! itu piala bu qta beli di
jembatan blong toko Artana, murah di stu bu..
c. Ass. Maaf mengganggu bu. Sakadar mengingatkan, bahwa pada
pukul 13.00. Ibu masuk di ruangan M6, Dgn mata kuliah bahasa
indonesia.. Trimah ksh. Wss
Mengkaji bentuk penulisan SMS di atas dari segi penggunaan huruf
kapital dan penulisan ejaan yang benar. Penulisan sakadar yang berasal
dari sekadar, penulisan huruf /d/ yang menggunakan huruf kapital pada
kata Dgn yang seharusnya dgn, dan bahasa indonesia yang seharusnya
menjadi Bahasa Indonesia.
d. Assalamualaikum ibu... Sebelumnya maaff ibu gangu waktunya
sebentar. Besok ad jadawalta mk ibu bhasa indonesia D. Pukul 09:40
masuk ibu. Mohon dikonfirmasi ibu terimh kasih.
Bentuk bahasa dalam SMS di atas memberikan gambaran kesantunan
berbahasa namun tidak memperhatikan penulisan ejaan yang benar,
seperti kata gangu yang berasal dari ganggu dan jadawalta yang berasal
dari jadwal ta. Selain itu penggunaan huruf kapital pada kata indonesia
yang seharusnya Indonesia dan penulisan singkatan yang tidak sesuai
114
kaidah sehingga dapat menimbulkan penafsiran kepanjangan kata yang
beragam, seperti kata mk yang berasal dari Mata Kuliah (MK).
e. Assalamualaikum wr.wb. Hari ini saya minta izin bu, kalau bisah !
Wujud penulisan bahasa dalam SMS di atas, menggambarkan penulisan
kata yang kurang tepat, seperti pada kata bisah yang seharusnya menjadi
bisa. Selanjutnya, penulisan huruf yang tidak sesuai kaidah, yaitu pada
kata bu yang seharusnya menjadi Bu karena kata bu di sini merujuk pada
penyapaan.
f. Sekedar mengingatkan, jam 1 bapak masuk mengajar di s4…tremah
kasih..
Penulisan SMS di atas, memiliki kesalahan dalam bentuk penulisan kata.
Kata sekedar yang seharusnya dalam kamus bahasa Indonesia yaitu
sekadar dan kata tremah yang berasal dari kata terima.
g. masuk kikah bsok bu megjar dikelas teknik S2
Bentuk penulisan bahasa SMS di atas, menunjukkan kalimat yang berupa
pertanyaan. Selain itu, penulisan kata yang menggunakan dialek ki pada
kikah dan sekaligus memperjelas bentuk kalimat tersebut adalah kalimat
pertanyaan mekipun tidak menggunakan tanda baca berupa tanda tanya
(?). Kata megjar yang seharusnya mengajar dan kata dikelas yang
seharusnya di kelas karena menunjukkan kata tempat.
115
h. Iyee Ibu...Ibu nda pa”kh minggu dpan d’kmpul i2 Tugas peta konsep
krn tman” blum punya modul....
Mengkaji bentuk penulisan SMS di atas, tampak beberapa penulisan
menggunakan tanda dan angka sebagai bentuk penyingkatan.
Penggunaan tanda petikan (“) sebagai maksud penulisan bentuk
reduplikasi, seperti kata pa”kh yang berasal dari apa-apa kah, kata
d’kumpul yang berarti dikumpul. Selanjutnya, penggunaan angka pada
kata i2 yang berarti itu. Angka 2 dalam i2 merupakan kata bahasa Inggris
2 (dua) dilafalkan menjadi /two/, sedangkan penggunaan konsonan /i/
ditambah angka 2 (dua) maka akan dihasilkan kata itu.
i. Ok bu Z k’mpus skrng
Bentuk penulisan SMS di atas yang tampak singkat, singkatan
semacam ini melesapkan huruf-huruf yang membentuknya atau
mengubah kata atau suku kata menjadi sebuah huruf yang lafalnya mirip
kata yang dibentuk menjadi lebih singkat, seperti penggantian saya
menjadi huruf /z/. Selanjutnya, kata k’mpus yang berarti ke kampus.
j. Assalamualaikum . Wr . Wb Ibu hari ini kita masuk mata kulia bahasa
indonesia
Wujud penggunaan bahasa SMS di atas dari segi kaidah penulisan,
nampak pada penulisan tanda baca titik (.) yang diantarai oleh spasi dari
kata sebelumnya. Bentuk lain, nampak pada penulisan huruf yang kurang
pada kata kulia yang seharusnya menjadi kuliah dan penulisan huruf
kapital pada kata indonesia yang seharusnya Indonesia.
116
C. Pembahasan
Fokus pembahasan adalah wujud penggunaan ragam bahasa dalam
SMS mahasiswa kepada dosen dari segi tulisan dan ejaan. Pembahasan
didasarkan atas teori yang berkaitan tentang penulisan ragam bahasa
dalam SMS, di antaranya menyangkut penggunaan ragam bahasa,
karakteristik bahasa SMS, dan bentuk-bentuk penyingkatan kata formal
karena objek kajian dari penelitian ini adalah bentuk ragam bahasa
mahasiswa secara formal kepada dosen melalui SMS (Short Message
Service), yang didasarkan pada tinjauan bahasa Indonesia yang baik dan
benar.
1. Kontes Situasi Pemakaian (Ragam Bahasa)
Konteks situasi yang dikaji dalam bahasa SMS tentunya dapat
dipahami dari makna pesan yang ada dalam SMS tersebut. Sebelum
mengirim pesan atau informasi, tentu sudah diketahui dan dipahami
dengan siapa dan apa maksud pesan atau informasi yang akan
disampaikan. Seorang mahasiswa tentu sudah tahu dan paham betul
maksud dari informasi atau pesan yang akan dikirim kepada dosennya.
Jadi dengan sendirinya mampu memberikan ragam bahasa yang sesuai,
sehingga menciptakan kontes situasi formal melalui pesan-pesan yang
dikirim karena sesungguhnya pesan atau informasi tersebut adalah
pengganti pembicaraan langsung kepada lawan tutur atau dosen sebagai
penerima SMS.
117
Namun, berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh terungkap
bagaimana wujud penulisan ragam bahasa dalam SMS mahasiswa.
Ragam bahasa yang digunakan mahasiswa ini dipengaruhi dialek dari
bahasa sehari-hari dalam masyarakat atau ragam bahasa masa kini.
Aneka inovasi dari pengguna telepon genggam yang menggunakan tanda
tertentu untuk menggantikan sebuah kata, mencampurkan huruf besar
dan huruf kecil sampai dengan menggunakan aneka bentuk smile face.
Penggunaan dialek atau gaya bahasa masa kini dianggap sebagai
bahasa pergaulan masyarakat khususnya mahasiswa, seperti kata nanya
yang lebih dikenal sebagai dialek dari kota-kota besar seperti Jakarta,
digunakan mahasiswa dalam komunikasi formal dengan dosennya
meskipun mahasiswa itu bukan berasal dari kota tersebut. Hal ini
disebabkan bahwa dialek tersebut adalah bahasa yang paling mudah
diterima oleh semua kalangan terlebih dengan merebaknya
penggunaannya melalui media-media yang ada, seperti acara-acara di
televisi, bahasa penyiar di radio, sampai majalah. Dapat dikatakan bahwa
dialek Jakarta dianggap sebagai bahasa yang komunikatif terutama di
kalangan remaja.
Bentuk kajian pada penulisan SMS tersebut sejalan dengan pendapat
Sudaryanto (1997), yang menyatakan bahwa kreativitas (dalam) bahasa
SMS dipahami sebagai hasil ekspresi yang orisinal (jujur). Adapun yang
kreatif tentu saja para manusia penghasil “ragam” itu yakni para penulis
SMS yang berekspresi secara orisinal. Jadi, dalam hal ini dapat dikatakan
118
bahwa penulisan ragam bahasa dalam SMS yang dilakukan merupakan
bentuk ucapan langsung yang akan disampaikan, sehingga penulis
kurang memperhatikan struktur penulisan bahasa SMS-nya.
Penggunaan dialek yang sama, juga dapat dilihat pada kata tabe’ dan
khi. Bentuk dialek ini memang sering digukan sehari-hari dalam
komunikasi langsung dengan lawan tutur. Penyisipan kosakata bahasa
tersebut disebabkan penulis status berasal atau tinggal
dari daerah yang sering menggunakan dialek demikian, sehingga terjadi
percampuran dialek asal dengan bahasa Indonesia. Melihat konsep
penyisipan dialek dalam penulisan SMS seperti yang ada di atas, hal
tersebut sejalan dengan pendapat Poedjosoedarmo (1984: 30) yang
menyatakan bahwa tutur ringkas umumnya terjadi ketika penutur secara
sadar atau tak sadar beranggapan bahwa penutur telah mengetahui latar
belakang tuturan yang akan diucapkan, tidak ada hal-hal khusus yang
harus dijelaskan oleh penutur secara eksplisit, hati-hati, dan terperinci,
serta penyampaian informasi berasal dari kehendak lebih penting
daripada penonjolan suasana keresmian, kesopanan bahasa atau status
sosial penutur. Jadi, dapat dikatakan bahwa konsep bahasa yang terdapat
dalam SMS tersebut menggambarkan adanya pengenalan atau hubungan
dekat, dalam hal ini pengenalan karakter dari pengirim dan penerima
SMS.
Mengkaji bentuk ragam bahasa dalam SMS di atas, terdapat pula
penyisipan beberapa dialek yang terkesan kurang sopan kepada si
119
penerima. Penggunaan partikel bah, berfungsi menekankan bentuk
informasi yang disampaikan tetapi dengan bentuk ungkapan malas.
Sedangkan partikel kah (yang ditulis kha), memberi gambaran bentuk
pertanyaan. Bentuk partikel-partikel ini dalam SMS, digunakan sebagai
tambahan tuturan dalam sebuah kalimat sebagai ciri pembicaraan yang
non-formal. Sedangkan bila dikaji dalam bentuk ragam bahasanya terkait
penerima dan isi pesan yang disampaikan, maka pengirim seharusnya
mengetahui bahwa bentuk pesan dalam SMS tersebut adalah
pembicaraan yang formal. Hal tersebut sejalan dengan pendapat MH.
Taufik ( 21-31) yang menyatakan bahwa komunikasi bukan hanya
penyampaian kalimat yang efektif dan komunikatif yang harus
diperhatikan, tetapi juga kesantunan dalam berbahasa. Kalimat yang
santun lebih ditujukan untuk penghormatan kepada mitra bicara atau
komunikan. Penyampaian kalimat memang harus tetap efektif, cermat,
dan komunikatif juga bernilai rasa bagus dan santun. Menyampaikan
kalimat yang santun, harus dipertimbangkan pula penggunaan kosakata
baku dan pilihan kata yang sewajarnya serta tidak berkonotasi kurang
baik. Dengan kalimat yang efektif dan santun, tanggapan yang muncul
dari mitra komunikasi juga akan berkesan baik.
Krakteristik bahasa dalam SMS memang memberi warna tersendiri, di
antaranya adalah bentuk singkatan dengan pola penghilangan vokal dan
konsonan serta penambahan angka dalam tulisan yang paling banyak
digunakan dalam penggunaan bahasa SMS. Di samping mudah
120
menyingkatnya, hal ini karena hampir semua kata dapat disingkat menjadi
bentuk ragam bahasa. Penanggalan pada vokal dan konsonan pada kata-
kata, terkadang tidak sesuai dengan aturan penyingkatan kata formal
sehingga pesan yang disampaikan dalam bahasa SMS terkadang sulit
dipahami. Peristiwa penanggalan ini terdapat pada SMS data (g) di atas,
penggunaan y yang berasal dari yah. Demikian juga penulisan dengan
melebihkan penggunaan konsonan dan vokal yang berfungsi sebagai
penegas dan penulisan angka yang berfungsi sebagai penyingkat
reduplikasi, bentuk penulisan tersebut juga dianggap sebagai variasi
tulisan supaya lebih menarik.
Tinjauan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kaitannya
dengan konteks situasi dalam penelitian ini, dapat dilihat dari kajian bahwa
bahasa yang baik adalah bahasa yang dapat dipahami oleh lawan tutur
atau bahasa yang penggunaannya sesuai dengan situasi pembicaraan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Finoza (2005: 11-12) mengemukakan
bahwa bahasa sudah dapat dikatakan baik apabila maknanya dapat
dimengerti oleh komunikan dan ragamnya sudah sesuai dengan situasi
pada saat bahasa itu digunakan.
2. Kaidah Penulisan
Kajian kaidah penulisan terkait ejaan yang ada dalam hasil penelitian
adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran,
menempatkan tanda baca, memenggal kata, dan menggabungkan kata-
kata. Bentuk dari kajian yang dimaksud dapat dilihat dari kaidah penulisan
121
dalam SMS di atas, penggunaan huruf kapital di awal kata yang
seharusnya digunakan, separti pada indonesia menjadi Indonesia karena
merupakan nama sebuah negara. Sebaliknya kata yang tidak
menggunakan huruf kapital seperti Dgn menjadi dgn, dari bentuk-bentuk
tersebut dapat digambarkan bahwa sekalipun pesan yang disampaikan
dalam bentuk tulisan, akan tetapi kaidah penulisan harusnya tetap
diperhatikan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Nababan (1994:22)
yang mengatakan bahwa SMS termasuk ke dalam ragam lisan yang
dituliskan. Penulisan SMS berasal dari pemikiran yang akan dibicarakan
penutur kepada lawan tuturnya dalam bentuk tulisan melalui media HP.
SMS merupakan penulisan yang dipadankan dan dilafalkan dalam
bahasa Indonesia yang ditulis dengan singkatan dan susunan huruf yang
tidak teratur yang akhirnya menghasilkan simbol-simbol dalam komunikasi
yang dimengerti antarpengguna SMS tersebut. Penulisan kata-kata dalam
SMS yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa yang baik dan benar, maka
akan menghasilkan bentuk ejaan yang kurang jelas maknanya dan
kesulitan untuk mengartikan tanda yang terdapat dalam pesan tersebut.
Dengan begitu perlu diperhatikan makna yang terkandung dalam SMS
agar tidak terjadi salah pengertian.
Proses penyingkatan semacam kerap menimbulkan kebingungan
karena orang harus menebak-nebak terlebih dahulu sebelum mengetahui
makna sebenarnya. Proses pengekalan yang terjadi dalam singkatan,
seperti yah menjadi y biasanya digunakan oleh para remaja untuk
122
mengekspresikan perasaannya, selain itu penciptaan pada singkatan
pada satu huruf awal akan menjadi unik dan mudah diingat, bahkan
menjadi trend kebahasaan pada suatu masa. Bentuk pemendekan atau
singkatan muncul karena kebutuhan untuk berbahasa secara praktis dan
cepat. Singkatan-singkatan tersebut tentunya dimengerti oleh masing-
masing komunitas karena biasanya disadari atau tidak, mereka memiliki
kesepakatan untuk menggunakan singkatan dan saling mengerti apa kata-
kata yang diwakili. Akan tetapi para pengguna SMS ini, biasanya belum
mampu menyadari dengan siapa mereka berkomunikasi dan waktu
penyampaian pesan.
Bentuk penyingkatan lain juga terdapat pada hasil penelitian di atas,
yaitu pada kata mk yang berasal dari Mata Kuliah (MK), namun
penyingkatan yang tidak sesuai dapat diartikan maka. Hal itu lebih tepat
disebut sebagai permainan bahasa.
Ragam bahasa remaja memiliki ciri khusus, singkat, lincah, dan
kreatif. Kata-kata yang digunakan cenderung pendek, sementara kata
yang agak panjang akan diperpendek melalui proses morfologi atau
menggantinya dengan kata yang lebih pendek. Pemakaian singkatan di
dalam menggunakan SMS kerap kali membuat penulis menjadi terbawa
arus di dalam menuliskan kata-kata baku, seperti kata sekadar yang ditulis
menjadi sakadar, kata jawdal menjadi jadawalta, dan sebagainya. Selain
itu, pemakaian kata yang tak baku di dalam memanfaatkan layanan SMS
juga menimbulkan keraguan atau makna ganda bagi si penerima, tak
123
heran pesan yang kita kirim lewat SMS bisa menghasilkan arti yang
berbeda dari yang kita maksudkan, mungkin bagi mereka yang mengerti
mungkin dengan mudah ia dapat mengartikannya, tetapi bagi mereka
yang baru pertama kali melihat singkatan seperti Ok bu Z k’mpus skrng, ini
mungkin ia akan akan bertanya-tanya apa maksud yang hendak
disampaikan oleh si pengirim.
Hasil dari penelitian ini memberi gambaran, bagaimana wujud
keragaman bahasa dari segi tulisan dan ejaan yang digunakan oleh
mahasiswa sebagai pelaku bahasa bila ditinjau dari bahasa Indonesia
yang baik dan benar sangat menyimpang. Hal tersebut senada dengan
pendapat Finoza (2005: 11-12) yang mengemukakan bahwa bahasa yang
benar adalah bahasa yang sesuai dengan kaidah yang baku. Jadi, bahasa
yang baik dan benar adalah bahasa yang maknanya dapat dipahami dan
sesuai dengan situasi pemakaiannya serta tidak menyimpang dari kaidah
yang dibakukan.
Bentuk komunikasi mahasiswa kepada dosen meskipun melalui pesan
singkat atau SMS, namun isi pesan tersebut menyangkut sesuatu yang
formal jadi kaidah-kaidah penulisan hendaknya tetap diperhatikan.
Dengan membiasakan berbahasa Indonesia yang baik dan benar akan
membuat mudah penguasaan bahasanya dan tidak merasa canggung
meskipun melalui SMS (Short Message Sevice). Bahasa Indonesia yang
merupakan bahasa persatuan dan bahasa yang dapat menyatukan
bangsa ini sudah sewajarnya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
124
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Sejalan dengan rumusan dengan pembahasan masalah yang telah
dijelaskan pada bab sebelumnya, maka penulis dapat merumuskan dua
hal pokok yang perlu disampaikan dalam simpulan ini. Berikut
simpulannya.
1. Konteks situasi pemakaian atau ragam bahasa yang digunakan
merupakan bentuk adanya pengaruh dalam perkembangan bahasa,
penambahan dialek dalam bahasa SMS merupakan gambaran
adanya pengenalan atau hubungan dekat, dalam hal ini pengenalan
karakter dari pengirim dan penerima SMS. Meskipun ada
penambahan dialek yang memberikan kesan kurang sopan, daya
kreatif perlu dimanfaatkan, misalnya bahasa SMS bisa dijadikan
media pengembangan penguasaan bahasa asing dan bahasa daerah,
bahkan untuk pelestarian bahasa-bahasa daerah baru yang tidak
memiliki media tulis sementara penutur-nya juga makin minim.
Namun, etika berbicara juga harus tetap diperhatikan. Penulis pesan
yang berpendidikan tinggi banyak menggunakan kosakata dan istilah
yang lebih baik daripada penulis status yang berpendidikan rendah.
Lingkungan juga mempengaruhi pola pikirnya dalam berbahasa.
125
2. Wujud kaidah pemakaian bahasa SMS ditinjau dari ejaannya,
menggambarkan adanya kebiasaan menyingkat kata demi efisiensi
ketika mengirim pesan singkat melalui ponsel, seringnya menghapus
huruf atau kata yang tidak penting, mengubah frase menjadi inisial,
menyingkat kata, serta malas menggunakan titik atau koma, sehingga
menghasilkan adanya ambigu dan bahasa yang non-baku. Terkait
adanya penyingkatan, permainan angka yang digunakan sebagai
pengganti lambang huruf, pengganti lafal huruf, dan tanda
pengulangan lafal huruf adalah bentuk ekspresi semata. Selain itu,
perlu interven-si normatif agar bahasa SMS baik dan benar, ragam”
SMS mempengaruhi dinamika bahasa Indonesia sehingga perlu terus
mencermati pemakaiannya. Mau tidak mau, suka tidak suka.
B. Saran
Penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan, waktu, serta dana
dalam menyusun penelitian ini. Untuk itu, penulis sangat berharap kepada
peneliti lain agar mengkaji lebih dalam hal yang berkaitan dengan bahasa
yang ada di dalam SMS (Short Message Service).
Berdasarkan hasil analisis serta simpulan, penulis menyarankan
kepada para peneliti lanjutan dan pengguna SMS (Short Message
Service).
1. Fenomena kebahasaan dalam media elektronik tidak hanya terdapat
dalam SMS, tetapi masih banyak media komunikasi yang mempunyai
karakteristik sendiri untuk dibahas. Untuk itu, diharapkan peneliti
126
selanjutnya dapat mengkaji fenomena kebahasaan pada media lain
yang lebih menarik untuk diteliti.
2. Gunakanlah bahasa Indonesia yang sesuai dalam situasi yang formal,
walaupun komunikasi tersebut melalui perantara sebuah alat atau
media.
3. Sesuai dengan namanya, Surat Masa Singkat (SMS) merupakan
pesan yang tampilannya penuh dengan singkatan-singkatan,
perpaduan huruf dengan angka, menggunakan huruf basar dan kecil
sekaligus serta kaya tanda atau simbol yang digunakan untuk
menggantikan sebuah kata dan hanya dimengerti oleh pengguna SMS.
Selain itu, sebagai media elektronik yang menjadi sarana memberi
peluang untuk penyebaran bahasa gaul dari satu penutur ke penutur
lain, untuk itu diharapkan penggunanya dapat menerapkan bahasa
yang baik dan benar serta santun.
127
DAFTAR PUSTAKA
Abbas. 1987. Idiom dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Balai Pustaka.
Alisjahbana, Sutan Takdir. 1974. Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Bogdan, Robert, dan Steven J, Taylor. 1975. Introduction to Qualitative Research Methods: A Phenomenological Approach to the social sciences. New York: Wiley.
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 1995. Pengantar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Chaer, Abdul.1998. Membaca: Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Alfabeta.
Denzin, Norman K., dan Yvonna S. Lincoln (ed). 1994. Handbook of Qualitative Research. New delhi: Sage Publication.
Denzin dan Lincolin, 2002, Prosedur Penelitian Kualitatif Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi IV, Jakarta, Rineka Cipta.
Dittmar, Nobert. 1976. Sociolinguistics A Critical Survey of Theory and Application. London: Edward Arnold Publishers Ltd.
Fairclough. 1995. Citra dalam Media Massa Online. Jakarta: Rajawali Perss.
Faisal. 1990. Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta: Gramedia.
Finoza. 2005. Komposisi Bahasa Indonesia Cetakan X. Jakarta: Diksi Insan Mulia.
Fisman, J. A. (ed). 1968. Language Problems in Developing Nations. New York: Wiley.
Halliday, David. 1978. Language as Social Semiotic. Jakarta. Erlangga.
Kemendikbud. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Bahasa.
128
Kridalaksana, Harimurti. 2007. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Moeliono, Anton M. 1998. Materi Pokok Bahasa Indonesia 2. Jakarta: Depdikbud.
Moleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Morelent. 2007. Pola Singkat pada SMS dan Interpretasi Gandanya. Jakarta: Indeks.
Nababan. L.M. 1994. Karakteristik Bahasa. Dalam Pikiran Rakyat. Jakarta.
Nugraha. 2010. Analisis, Fonologi Sintaksis, Morfologi dalam Wacana SMS. Skripsi tidak Diterbitkan. Palopo: UNCP.
Nurwidyohening. 2003. Bahasa SMS. Jakakarta: Balai Pustaka.
Poejosoedarmo. 1984. Kararteristik Berbahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Puspitandari, Ervika Dewi, 2004. Ragam Bahasa Short Message Service (SMS). Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: UGM.
Rahardi, R Kunjana, 2006. “Dimensi-dimensi Kebahasaan”. Di dalam Aneka Masalah Bahasa Indonesia Terkini. Jakarta: Erlangga
Rahardi, K. 2006. Imperatif dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
Ramlan, M. 1985. Peneningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan kebudayaan.
Sari, Via. 2009. Kajian Semantik pada Ragam Bahasa Tulis Short Message Service (SMS). Skripsi tidak diterbitkan. Palopo: UNCP.
Spradley, James P. 1980. Participant Observation. New York: Rinehart and Winston.
Subagyo, 2006. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktik. Yogyakarta:
BEF. UGM.
129
Sudaryanto. 1997. Aneka Kreativitas Bahasa SMS. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Sugono, Dendy , 1999. Praktis Bahasa Indonesia Jilid 1. Jakarta: Pusat Bahasa.
Sukirman. 2010. Bahasa Indonesia Baku. Jakarta: Erlangga. Tarigan, Henry Guntur.1985. Pengajaran Kosakata. Bandung: Angkasa. ___________________. 1993. Pengajaran Semantik. Bandung: Angkasa.
Thomas, Linda. 1999. Variasi Bahasa. Jakarta: Balai Pustaka. Tias, Sandy. 2009. “Handphone bagi Kehidupan Remaja”, dalam
(http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php/artikel./).
Verhaar, J. W. M. 1982. Pengantar Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Yulianti, Fitri. 2008. “Pengaruh Handphone terhadap Individu dan Lingkungan Sosial”, dalam http://one.indoskripsi.com/makalah/pengantar-teknologi informasi/.
http://hendrapgmi.blogspot.com/2012/10/makalah-ragam-bahasa-indonesia.html (diakses tgl 9 Februari 2015, 19:42 )
http://dhonykurniadi0204.blogspot.com/2012/11/ragam-bahasa-indonesia.html (diakses tgl 9 Februari 2015, 20:02)