i KAJIAN ORAGANOLOGI SARUNEI BULUH SIMALUNGUN BUATAN BAPAK RABES SARAGIH DI DESA NAGORI PURBA TONGAH KECAMATAN PURBA KABUPATEN SIMALUNGUN SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H NAMA : SITY AISYAH SARAGIH NIM : 110707009 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN 2015
96
Embed
KAJIAN ORAGANOLOGI SARUNEI BULUH · PDF file4.1.1 Cerita Sarunei Buluh Simalungun ... lima kelompok masyarakat Batak lainnya, yaitu: Toba, Karo, Pakpak, Mandailing-Angkola (Bangun,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
KAJIAN ORAGANOLOGI SARUNEI BULUH SIMALUNGUN BUATAN BAPAK RABES SARAGIH DI DESA NAGORI PURBA TONGAH KECAMATAN PURBA KABUPATEN SIMALUNGUN SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H NAMA : SITY AISYAH SARAGIH NIM : 110707009
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN 2015
ii
KAJIAN ORAGANOLOGI SARUNEI BULUH SIMALUNGUN BUATAN BAPAK RABES SARAGIH DI DESA NAGORI PURBA TONGAH KECAMATAN PURBA KABUPATEN SIMALUNGUN SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H NAMA: SITY AISYAH SARAGIH NIM : 110707009 Pembimbing I, Pembimbing II,
Drs. Setia Dermawan Purba, M.Si. Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D. NIP 196112211991031001 NIP 196512211991031001 Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Seni (S.Sn.) dalam bidang Etnomusikologi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN 2015
iii
PENGESAHAN DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam bidang disiplin Etnomusikologi pada Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, Medan Pada Tanggal : Hari : Fakultas Ilmu Budaya USU, Dekan, Dr. Syahron Lubis, M.A. NIP 195110131976031001 Panitia Ujian: Tanda Tangan 1. Drs, Muhammad Takari, M.A., Ph.D ( ) 2. Dra. Heristina Dewi, M.Pd. ( ) 3. Drs. Bebas Sembiring, M.Si. ( ) 4. Drs. Setia Dermawan Purba, M.Si. . ( ) 5. Drs. Fadlin, M.A. ( )
iv
DISETUJUI OLEH DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI
KETUA,
Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D.
NIP 196512211991031001
v
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan
Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Agustus 2015
SITY AISYAH SARAGIH
NIM: 110707009
vi
ABSTRAKSI
Skripsi sarjana ini berjudul “Kajian Organologi Sarunei Buluh Simalungun Buatan Bapak Rabes Saragih Di Desa Nagori Purba Tonggah, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun.” Permasalahan yang paling pokok dalam penelitian ini adalah tentang aspek organologi yang mencakup: (a) bagaimana proses dan teknik pembuatan sarunei buluh Simalungun yang dilakukan Bapak Rabes Saragih, (b) bagaimana teknik memainkan sarunei buluh Simalungun, (c) bagaimana eksistensi, guna, dan fungsi alat musik sarunei buluh di tengah-tengah masyarakat Simalungun? Untuk mengkaji tiga masalah organologis tersebut, penulis menggunakan dua teori utama yaitu untuk aspek alat musik itu sendiri digunakan teori struktural fungsional yang ditawarkan Susumu Kashima dan untuk mengkaji eksistensi, guna, dan fungsinya di dalam masyarakat digunakan teori uses and function yang dikemukakan oleh Merriam. Metode penelitian menggunakan metode kualitatif disertai penelitian lapangan, dan penulis bertindak sebagai pengamat partisipan. Untuk melengkapi tulisan ini, penulis menentukan informan yang bersedia memberikan informasi tentang instrumen Sarunei Buluh Simalungun ini yaitu Bapak Rabes Saragih, seorang musisi tradisional Simalungun yang cukup dikenal dan dipandang memiliki kapasitas sebagai pembuat alat musik dan musisi di kalangan masyarakat Simalungun. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut Secara struktural alat musik Sarune Buluh Simalungun ini terbuat dari bambu rogon, dengan panjang 28,5 cm dan diameter bambu 0,5 cm. Alat musik ini masuk ke dalam klasifikassi aerofon berlidah tunggal (single reed), terdiri dari satu lubang hembusan dan sekali gus tempat lidah, satu lubang pembelah udara di sisi belakang, dan enam lubang nada yang keseluruhannya berbentuk lubang segi empat, serta bahagian ujungnya yang terbuka. Fungsinya adalah menghasilkan nada-nama untuk memainkan melodi lagu-lagu tradisi Simalungun, dimainkan secara tunggal. Fungsinya dalam masyarakat adalah sebagai: (i) hiburan, (ii) komunikasi, (iii) komunikasi, dan (iv) reaksi jasmani. Alat musik Sarune Buluh mengekspresikan kebudayaan Simalungun. Kata Kunci: Sarune buluh, struktural, fungsional, guna, organologi.
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapakan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan
penyusunan skripsi yang berjudul “Kajian Organologi Sarunei Buluh Simalungun
Buatan Bapak Rabes Saragih Di Desa Nagori Purba Tongah Kecamatan Purba
Kabupaten Simalungun.” Skripsi ini diajukan sebagai syarat untuk memperoleh
gelar sarjana seni S-1 pada Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya,
Universitas Sumatera Utara.
Terima kasih diucapkan kepada Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A selaku
dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara dan tak lupa kepada
segenap jajarannya, yang telah banyak membantu di kantor FIB USU.
Kemudian penulis mengucapkan terimakasih kepada Ketua Departemen
Etnomusikologi Bapak Drs. Muhammad Takari, M.Hum, Ph.D. sebagai Ketua
Departemen Etnomusikologi dan sekaligus pembimbing dua, juga Ibu Dra.
Heristina Dewi, M.Pd selaku Sekretaris Departemen Etnomusikologi yang telah
memberikan dukungan dan bantuan administrasi serta registrasi dalam perkuliahan
terhadap mahasiswa/i di Departemen Etnomusikologi Universitas Sumatera Utara
(USU) dan dalam menyelesaikan tugas akhir penulis. Juga kepada pegawai
Departemen Etnomusikologi FIB USU yaitu Ibu Siti Nurhawani diucapkan terima
kasih.
Penulis secara khusus tidak lupa untuk mengucapkan terimakasih kepada
Dosen Pembimbing I, yaitu Bapak Drs. Setia Dermawan Purba, M.Si yang telah
memberikan banyak bimbingan melalui arahan, masukan yang positif agar skripsi
viii
penulis dapat menjadi baik dan telah mengajar terhadap mahasiswa/i di Departemen
Etnomusikologi Universitas Sumatera Utara (USU).
Penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh dosen Departemen
Etnomusikologi, yaitu Bapak Prof. Drs. Mauly Purba, M.A., Ph.D., Ibu Dra.
Rithaony Hutajulu, M.A. , Bapak Drs. Torang Naiborhu, M.Hum. , Ibu Dra. Frida
Sopandu yang selalu setia dalam suka dan duka selama perkuliahan dan
penyelesaian skripsi penulis.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Verawati, Anita, Gohana, Nerly,
Blessta yang memberikan bantuan berupa doa, kasih sayang dan semangat kepada
penulis selama perkuliahan dan selama penyelesaian skripsi ini serta kepada seluruh
keluarga besar PSM USU.
Akhirnya, dengan segala kerendahan htai penulis menyadari masih banyak
terdapat kekurangan-kekurangan, sehingga penulis mengharapkan adanya saran dan
kritikyang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Sehingga lebih
mengarah kepada kemajuan ilmu pengetahuan, yang khususnya di bidang ilmu
etnomusikologi. Penulis berharap tulisan ini dapat berguna dan menambah
pengetahuan serta informasi baru bagi seluruh pembaca.
Medan, Agustus 2015
Penulis
Sity Aisyah Saragih
NIM. 110707009
x
DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN .......................................................................... i ABSTRAK .................................................................................................. ii KATA PENGANTAR ............................................................................... vii DAFTAR ISI............................................................................................. viii DAFTAR GAMBAR .................................................................................. ix BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1 1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1 1.2 Pokok Permasalahan ............................................................................. 14 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................................. 15 1.3.1 Tujuan Penelitian .......................................................................... 15 1.3.2 Manfaat Penelitian ........................................................................ 15 1.4 Konsep dan Teori ................................................................................. 15 1.4.1 Konsep ......................................................................................... 15 1.4.2 Teori ............................................................................................. 17 1.5 Metode Penelitian ................................................................................. 19 1.5.1 Kerja Lapangan ............................................................................ 20 1.5.2 Wawanacara ................................................................................ 20 1.5.3 Lokasi Penelitian .......................................................................... 21 1.5.4 Studi Kepustakaan ........................................................................ 21 1.5.5 Kerja Laboratorium ....................................................................... 22 BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN BIOGRAFI BAPAK RABES SARAGIH ................................................ 23 2.1 Lokasai Penelitian ................................................................................ 23 2.2 Keadaan Penduduk ............................................................................... 24 2.3 Bahasa .................................................................................................. 24 2.4 Sistem Kesenian ................................................................................... 25 2.4.1 Seni Musik .................................................................................. 25 2.4.2 Seni Suara ................................................................................... 27 2.4.3 Seni Tari (Tor-tor) ...................................................................... 28 2.5 Sistem Kekerabatan .............................................................................. 32 2.6 Sistem Kepercayaan ............................................................................. 37 2.7 Biografi Singkat Bapak Rabes Saragih .................................................. 40 BAB III KAJIAN ORGANOLOGI SARUNEI BULUH SIMALUNGUN ........................................................................................ 42 3.1 Klasifikasi Sarunei Buluh ..................................................................... 42 3.2 Konstruksi Bagian-bagian Sarunei Buluh .............................................. 44 3.3 Teknik Pembuatan ................................................................................ 46 3.3.1 Bahan Baku yang Digunakan ....................................................... 51 3.3.1.1 Bambu Rogon ................................................................... 53 3.3.1.2 Kayu Sinardaruma ........................................................... 54 3.3.2 Peralatan yang Digunakan ........................................................... 56 3.3.2.1 Parang ............................................................................. 57 3.3.2.2 Pisau Cutter ....................................................................... 57 3.3.3 Proses Pembuatan ....................................................................... 59 3.3.3.1 Memilih dan Menebang Bambu ......................................... 59
xi
3.3.3.2 Memotong Bambu ............................................................. 60 3.3.3.3 Mengikis Ruas Pangkal Bambu ....................................... 60 3.3.3.4 Mengikis Batas Ruas Badan Bambu .................................. 61 3.3.3.5 Mengukur Jarak dan Menggarisi ...................................... 61 3.3.4 Tahap Penyempurnaan ................................................................. 62 3.3.4.1 Pelubangan Awal Bagian Sarunei Buluh............................ 62 3.3.4.2 Mengikis Bidang Lubang Nada ........................................ 63 3.3.4.3 Mengukur dan Memberi Garis ......................................... 63 3.3.3.4 Melubangi Lubang Nada ................................................... 64 3.3.3.5 Manghaluskan Permukaan Sarunei Buluh ........................ 64 3.4 Ukuran Bagian-bagian Sarunei Buluh ................................................... 65 3.5 Kajian Fungsional ................................................................................. 66 3.5.1 Proses Belajar .............................................................................. 67 3.5.2 Cara Memegang Sarunei Buluh ................................................... 67 3.5.3 Posisi Jari Tangan ........................................................................ 68 3.5.4 nada yang Dihasilkan .................................................................. 68 3.5.5 Teknik Memainkan ...................................................................... 68 BAB IV EKSISTENSI DAN FUNGSI SARUNEI BULUH SIMALUNGUN ........................................................................................ 69 4.1 Asal-Usul Sarunei Buluh Simalungun ................................................... 69 4.1.1 Cerita Sarunei Buluh Simalungun ............................................... 70 4.1.2 Sejarah Singkat Sarunei Buluh Simalungun ................................ 70 4.2 Fungsi dan Penggunaan Sarunei Buluh Simalungun ............................. 71 4.2.1 Fungsi .......................................................................................... 71 4.2.1.1 Fungsi Pengungkapan Emosional .................................... 71 4.2.1.2 Fungsi Hiburan ................................................................ 72 4.2.1.3 Fungsi Komunikasi .......................................................... 72 4.2.1.4 Fungsi Reaksi Jasmani..................................................... 73 4.2.2 Penggunaan.................................................................................. 73 4.2.2.1 Kebudayaan Material ....................................................... 74 4.2.2.2 Hubungan Manusia dan Alam.......................................... 75 4.2.2.3 Estetika ........................................................................... 77 4.3 Eksistensi Sarunei Buluh .................................................................... 78 BAB V RANGKUMAN DAN KESIMPULAN ........................................ 80 5.1 Rangkuman .......................................................................................... 80 5.2 Kesimpulan .......................................................................................... 82 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 98 DAFTAR INFORMAN ............................................................................... 98
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Masyarakat Simalungun adalah salah satu kelompok etnis yang ada di
wilayah Provinsi Sumatera Utara. Etnis Simalungun merupakan salah satu dari
lima kelompok masyarakat Batak lainnya, yaitu: Toba, Karo, Pakpak,
Mandailing-Angkola (Bangun, 1993:94). Setiap etnis yang ada di Sumatera
Utara memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.
Demikian juga halnya dengan etnis Simalungun, memiliki budaya yang
diwariskan secara turun-temurun oleh leluhurnya, baik secara lisan maupun
tulisan. Salah satu bentuk kebudayaan tersebut adalah kesenian. Kesenian pada
masyarakat Simalungun terdiri dari berbagai bidang seperti: seni rupa, seni tari,
seni ukir, dan seni musik. Dalam tulisan ini penulis berfokus untuk mengkaji
seni musiknya, khususnya alat musik sarunei buluh.
Pada masyarakat Simalungun, seni musik terbagi atas dua bagian besar
yaitu musik vokal yang disebut inggou, dan musik instrumental yang disebut
gual. Musik instrumen yang dimainkan secara ensambel, dan musik instrumen
dimainkan secara tunggal (solo instrument). Alat-alat musik tersebut dapat
dipakai untuk mengiringi upacara yang bersifat ritual dan hiburan, sebagai
contoh yaitu alat yang dimainkan secara ensambel adalah gonrang sidua-dua
dan gonrang sipitu-pitu. Kedua ensambel musik ini dapat dimainkan dalam
2
upacara-upacara adat masyarakat Simalungun baik upacara sukacita (malas ni
uhur) maupun upacara dukacita (pusok ni uhur).
Alat musik tunggal yang terdapat pada masyarakat Simalungun di
antaranya adalah: garantung, sordam, tulila, husapi, arbab, dan saligung.
Ensambel musik gonrang sidua-dua maupun gonrang sipitu-pitu juga dapat
mengiringi tari-tarian (tortor) dalam konteks hiburan, misalnya Tortor Huda-
huda atau disebut juga Toping-toping. Tortor ini ditampilkan pada upacara
kematian, yaitu acara na matei sayur matua.1 Tortor ini berfungsi untuk
menghibur masyarakat pada umumnya dan keluarga secara khusus agar tidak
larut dalam kesedihan.
Salah satu alat musik tunggal yang akan penulis bahas adalah sarunei
buluh. Alat musik ini merupakan salah satu alat musik yang tergolong dalam
aerophone single reed (aerofon berlidah tunggal) sesuai dengan sistem
klasifikasi Curt Sachs dan Hornbostel. Menurut penjelasan Bapak Rabes
Saragih,2 sarunei buluh adalah alat musik tiup yang memiliki tujuh buah lubang
nada, dalam klasifikasi termasuk ke dalam (aerofon) yang getarannya berasal
dari udara dan dimainkan dengan cara meniup (end blown flute), sedangkan
lubang untuk meniup sarunei tidak memiliki diameter tetapi untuk lubang
hembusan memiliki diameter, pembuatan lubang diameter yang dilakukan oleh
Bapak Rabes Saragih itu hanya dengan menggunakan dua jari tangan saja.
1Yaitu orang yang telah meninggal lanjut usia yang memiliki cucu dan anaknya sudah
menikah semua. 2Yaitu informan pokok penulis yang juga pembuat alat musik sarunei buluh dan juga
salah satu tokoh adat setempat.
3
Sarunei buluh terbuat dari bambu buluh rogon dan kayu simardaruma.
Instrumen ini dimainkan dengan ditiup dengan menggunakan teknik pernafasan
(circular breathing). Bambu yang dipakai oleh Bapak Rabes Saragih ini
memiliki daya tahan, umumnya dalam waktu jangka panjang, dan apabila retak
sarunei buluh tersebut tidak dapat digunakan lagi.
Orang yang memainkan sarunei disebut parsarunei3, sementara orang
yang membuat sarunei disebut pambahen sarunei. Di Purba Tongah terdapat
banyak parsarunei, tetapi tidak semua parsarunei mengerti tentang cara-cara
pembuatan sarunei buluh. Salah satu orang yang dapat membuat sarunei buluh
Simalungun adalah bapak Rabes Saragih. Beliau adalah salah satu pembahen
sarunei dan parsarunei. Selain dikenal kepiawaiannya dalam memainkan dan
membuat sarunei buluh Simalungun beliau juga dikenal sebagai seorang tokoh
masyarakat yang mendukung kelestarian musik tradisional Simalungun seperti
memperkenalkan kebudayaan musik Simalungun kepada muda-mudi, serta
pertunjukan dalam berbagai peristiwa budaya seperti rondang bintang,
kegiatan pariwisata, hiburan dalam upacara perkawinan, dan lain-lainnya. Latar
belakang keluarga yang menjadi dorongan beliau untuk menjadi seorang
pemain musik.Ayahnya seorang pemain sarunei, dan alat-alat musik tradisional
Simalungun lainnya. Hal ini menjadi motivasi beliau untuk menjadi seorang
seniman musik Simalungun.
3Kata par menjadi awalan pada kata sarunei menunjukkan orang yang memainkan.
Dalam konteks budaya dan bahasa Simalungun istilah seperti itu berlaku juga pada alat musik lainnya contohnya, pargonrang (orang yang ahli memainkan gonrang), pararbab (orang yang ahli memainkan arbab), dan lain-lain.
4
Sebagai seorang seniman musik tradisi Simalungun, Rabes Saragih
memulai kinerjanya sebagai pemaian Sarunei Bolon. Kemudian sesuai dengan
pengalamannya berkesenian ia juga menjadi seorang pambahen sarunei.
Sesudah itu kemudian beliau sering dipanggil untuk ikut tampil sebagai
pemaian saruneidi berbagai upacara adat Simalungun.
Sejak tahun 1963 Bapak Rabes Saragih menjadi pemusik tradisi.
Kemudian sesuai perkembangan zaman pada tahun 1990-an ia masuk menjadi
anggota pemusik pada Martile Keyboard Julia Group. Di dalam kelompok ini
ia ditugaskan sebagai pemain sarunei buluh, sarunei bolon, dan gonrang.
Kapan ia memainkan alat-alat musik tersebut adalah sesuai dengan kehendak
pimpinan grup ini. Yang paling sering ia memainkan sarunei bolon. Bapak
Rabes Saragih mulai mempelajari cara memainkan alat musik sarunei buluh
secara ototidak pada saat berumur 18 tahun.
Cara belajar digunakan beliau untuk mempelajari sarunei buluh adalah
dengan menghapal melodi-melodi lagu yang sering dimainkan oleh parsarunei
didalam grup tersebut. Secara lambat laun beliau mulai bisa memainkan
sarunei buluh, dan mulai menggantikan parsarunei utama dengan memainkan
dua atau tiga repertoar lagu, sehingga Bapak Rabes Saragih dipercaya oleh
grup untuk menjadi salah satu parsarunei didalam grup itu. Meskipun belajar
secara otodidak dalam memainkan sarunei buluh beliau tetap menganggap
teman-temannya sebagai tempat belajar bermain dan membuat sarunei buluh.
Hal tersebut dikarenakan banyaknya waktu yang sudah dilalui beliau dengan
5
teman-temannya, sehingga sedikit banyaknya telah mempengaruhi teknik
permainan dan pembuatan sarunei buluh.
Bapak Rabes Saragih sering melihat dan bertanya tentang proses-proses
pembuatan sarunei buluh kepada ayahnya, yaitu Bapak Hormat Saragih, yang
juga seorang pemusik tradisi Simalungun. Kemudian secara perlahan-lahan
beliau mulai mencoba untuk membuat sarunei buluh hasil karya ciptanya
sendiri. Walaupun telah berkali-kali gagal, tetapi Bapak Rabes Saragih tidak
pernah berhenti untuk mencoba hingga beliau menghasilkan sarunei buluh
yang dianggap beliau memenuhi syarat sebagai alat musik tradisi
Simalungun.Untuk membuat satu buah sarunei buluh Bapak Rabes Saragih
membutuhkan waktu kurang lebih satu jam, dengan catatan bambu sudah harus
kering.
Dalam proses pembuatan, Bapak Rabes Saragih masih tetap
menggunakan alat-alat tradisional, yakni berupa: parang, pisau belati, pisau
cutter, dan bahan-bahan buluh rogon dan kayu simardaruma. Proses
pembuatannya tergolong tradisional, yaitu menggunakan tenaga manusia, dan
tidak menggunakan bantuan mesin.
Proses pertama yang dilakukan pambahen sarunei buluh adalah
mencaribambu rogon yang sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan di sekitar
desa, di pinggiran ladang para petani, yang biasanya tumbuh sendiri secara
alamiah. Bagian yang digunakan adalah ranting bambu. Ranting tersebut harus
lurus tidak bengkok, kemudian ranting tersebut dilubangi untuk lubang nada,
dengan menggunakan pisau cutter (kater) yang tajam ujungnya.
6
Setelah bagian kulit luarnya dihaluskan dengan pisau kater (cuter),
barulah pembuat sarunei buluh mengukur dan memberi tanda untuk lobang
nada sarunei buluh tersebut. Setelah itu ujung bambu dikikis secara perlahan
dengan menggunakan pisau kater pada bagian atas dan pangkal pada bambu.
Diukur sesuai garis tengah pada bambu dengan menggunakan dua jari tangan.
Kemudian diukur lagi sebanyak lima kali sebagai tanda hasil dari yang diukur
pada bambu. Setelah selesai mengukur dan menggarisi pada bambu, Bapak
Rabes Saragih membuat pengukuran dengan taksiran dengan berpedoman pada
lebar dua jari tangan, telunjuk dan tengah.
Pembuatan lubang nada sarunei buluh biasanya memakai pisau cutter.
Jarak untuk melubangi lubang nada menggunakan dua jari tangan. Lalu dibuat
dahulu lubangnya yang kecil dengan menggunakan pisau kater. Kemudian
secara pelan-pelan dan hati-hati mengikis lubang nada, maka terbentuklah
lubang tersebut.Pada bagian pangkal lubang hembusan, ditutup dengan kayu
simardaruma. Di bahagian ujung tiupan maka selanjutnya dibentuk lidah dari
bambu itu sendiri, dengan menggunakan pisau kater.
Menurut penjelasan Bapak Rabes Saragih yang banyak memesan
sarunei buluh kepada beliau adalah orang-orang yang hendak mempelajari
sarunei buluh Simalungun (diantaranya pemuda-pemudi), begitu juga halnya
dengan parsarunei yang sudah professional. Terdapat banyak upacara
maupun kegiatan adat masyarakat Simalungun di Purba Tongah yang selalu
melibatkan musik tradisional dalam pelaksaannya seperti upacara pernikahan
dan upacara sayur matua.Sehingga membuat keberadaan dan
7
dilestarikanbegitu juga dengan instrumensarunei buluh yang kerap digunakan
dalam setiap penyajian musik tradisional Simalungun di Purba Tongah.
Sampai saat ini sarunei buluh masih dipergunakan sebagai instrument
musik dalam kegiatan yang berhubungan dengan musik pada masyarakat
Simalungun.Tidak hanya dalam hal penggunaan, pembuatan sarunei buluh
oleh Rabes Saragih masih berlangsung sampai saat ini di Purba Tongah.
Dari uraian latar belakang atas, maka penulis tertarik unutuk meneliti
dan mengkaji, serta menuliskan dalam sebuah tulisan ilmiah dengan judul:
Ukuran Badan bawah 6,5 cm G Gaambar 2 : Ukuran Sarunei Buluh
45
Diameter 0,2 Cm
Gambar 3 : Diameter Lubang nada
46
Diameter kayu Simardaruma 0,8 Cm
Gambar 4 : Diameter Kayu simardaruma
47
Gambar 5: Kayu Simardaruma
3.3 Teknik Pembuatan
Pembuatan Sarunei Buluh Simalungun masih sangat sederhana. Semua proses
pengerjaan Sarunei Buluh tersebut mulai dari tahap pengadaan bahan sampai
proses pembuatan dikerjakan tanpa adanya campur tangan mesin. Berikut ini
akan dijelaskan bahan, alat-alat serta fungsi masing-masing yang digunakan
dalam pembuatan Sarunei Buluh.
3.3.1 Bahan Baku yang Digunakan
Bahan baku yang digunakan dalam pembutan Sarunei Buluh simalungun
sangat sederhana. Pembuatan Sarunei Buluh tidaklah sesulit pembuatan alat
48
musik Siamlungun yang lain Gonrang dan Arbab yang membutuhkan bahan
baku yang kompleks dengan proses yang sulit dan butuh waktu yang sangat
lama. Sarunei Buluh adalah salah satu alat musik Simalungun yang sederhana
dalam proses pembuatannya. Sebab bahan utama yang digunakan dalam
pembuatan Sarunei Buluh hanya seruas bambu.
3.3.1.1 Bambu
Bambu adalah tanaman jenis rumput-rumputan dengan rongga dan ruas di
batangnya. Bambu memiliki banyak tipe. Nama lain dari bambu adalah buluh
dalam bahasa Simalungun. Bambu merupakan yang tidak asing lagi bagi
masyarkat Indonesia.Tanaman ini dapat di daerah iklim basah sampai iklim
kering Menurut Departemen Kehutanan dan Perkebunan (1999, hal 78).Untuk
pembuatan alat musik Sarunei Buluh bahan yang digunakan hanya
bambu.Dimana bambu yang digunakan adalah bambu Rogon ataupun bambu
Talang, hal tersebut disebabkan bahwa bambu Rogon memiliki ruas yang
tidak terlau panjang dan tipis serta berdiameter tidak terlalu besar.Namun karena
sulitnya memperoleh bambu Rogon maka dapat diganti dengan bambu Talang
yang memiliki ciri-ciri yang hampir menyerupai bambu Rogon.Mengapa harus
bambu yang memiliki ruas pendek?Hal tersebut disebabkan karena tekanan
udara yang dikeluarkan dari mulut.Sehingga ruang bambu yang pendek lebih
memudahkan pemunculan suara yang dihasilkan dari tekanan udara dari mulut.
49
Gambar 6: Pohon Bambu Rogon
3.3.1.2 Kayu Simardaruma
Gambar 7: Kayu Simardaruma
50
Untuk membuat bagian diameter pada Sarunei Buluh Simalungun, dipergunakan
kayu Simardaruma.Kayu simardaruma didapatkan oleh bapak Rabes Saragih di
hutan, kayu simardaruma ini bersifat rapuh.Kayu simardaruma yang digunakan
sebagai penutup bagian dari Sarunei Buluh. Kayu simardaruma ini akan
dimasukkan kedalam lubang pada bagian bambu.
3.3.2 Peralatan Yang Digunakan
3.3.2.1 Parang
Gambar 8 : Parang
Parang yang digunakan adalah parang yang berukuran besar dan panjang, parang
tersebut digunakan untuk menebang dan membersihkan dahan bambu.Dan juga
memotong ruas-ruas pangkal dan ujung pada Sarunei Buluh.
51
3.3.2.2 Pisau Cuter
Gambar 9 : Pisau Cuter
Pisau Cutter yang digunakan untuk mengikis pangkal ruas bambu Rogon
dan juga membuat lubang nada Sarunei Buluh tersebut.
3.4.3 Proses Pembuatan
Proses pembuatan merupakan tahap awal dalam membuat Sarunei Buluh,
dimana tahap ini semua cara dalam membentuk badan sarunei buluh dan
pengukuran dalam proses ini. Dalam proses pembuatan sarunei buluh ini yang
pertama dilakukan dengan mempersiapkan bahan baku yaitu bambu rogon atau
bambu talang sebagai bahan yang di gunakan dalam membuat sarunei buluh.
52
3.4.3.1 Memilih dan Menebang Bambu
Pemilihan bambu yang berkualitas akan sangat berpengaruh terhadap
daya tahap atau kekuatan bambu tersebut. Jenis bambu yang baik untuk
dijadikan alat musik Sarunei Buluh adalah bambu tersebut tidak mengalami
perubahan fisik dan tidak mudah kisut/susut sewaktu dikeringkan.
Kemudian memilih ruas bambu sesuai dengan ukuran untuk membuat
Sarunei Buluh yaitu memiliki panjang ruas kurang lebih 28,5 cm dan diameter
lebih kurang 0,4 cm. Pada umumnya bambu yang memiliki rusa pendek tumbuh
di tanah yang tandus. Denga demikian, tidak semua jenis bambu dapat
dipergunakan untuk membuat Sarunei Buluh.Hal ini disebabkan karena
pertimbangan kualitas jenis bambu sebagai bahan untuk mencapai
kesempurnaan bunyi yang dihasilkan dari alat musik Sarunei Buluh.
Menurut hasil wawancara yang penulis lakukan dengan Bapak Rabes
Saragih, untuk menebnag bambu biasanya dilakukan pada sore hari.Hal tersebut
dikarenakan erat dengan kebiasaan masyarakat setempat yang melakukan
pekerjaan tambahan setelah selesai melakukan pekerjaan pokok contohnya
mengambil bambu dilakukan ketika hendak pulang dari ladang yang biasanya
pada sore hari.
3.4.3.2 Memotong Bambu
Bambu yang sudah ditebang dibersihkan dari dahan-dahan dan dipotong
sesuai dengan ukuran dan bagian Sarunei Buluh. Proses pembuatan dapat
digunakan dengan parang, biar supaya untuk mendapatkan hasil yang rapi.
53
Setelah pemotongan selesai maka bambu dikikis secara pelan dengan
menggunakan pisau cuter, dan setelah dikikis secara perlahan maka terciptlah
badan bambu yang dihasilkan. Dalam pengkisan tersebut ujung pangkal
hembusan harus tipis, tujuannya adalah untuk mempermudah dalam memainkan
Sarunei Buluh dimana posisi lubang mulut yang membuat pemaian Sarunei
Buluh merasa nyaman dalam memainkan Sarunei Buluh.
Gambar 10 : Cara memotong bambu
54
Gambar 11: Cara mengikis badan Sarunei Buluh
3.4.3.3 Mengukur dan Memberi Garis
Adapun bagian-bagian Sarunei Buluh yang berbahan baku dari bambu
dibentuk terlebih dahulu, seperti pembuatan diameter lubang hembus pada
Sarunei Buluh, mengukur garis bagian pangkal sesuai dengan garis tengah, lalu
diberi garis sebagai dan pembuatan lubang nada-nada pada Sarunei Buluh.
Dalam proses ini bapak Rabes Saragih mengerjakannya sendiri.
Gambar 12 : Pengukuran Awal
55
Gambar13 :Pengukuran Lubang Nada Pertama
Gambar 14 : Pengukuran Lubang Nada Kedua
56
Gambar 15 : Pengukuran lubang Nada Ketiga
Gambar 16 : Pengukuran lubang nada Terakhir
3.4.3.4 Membuat Badan Sarunei Buluh
Dalam pembuatan awal pertama Sarunei Buluh memotong bambu dengan
menggunakan parang dan dibersihkan dahan-dahan yang ada pada bambu dan
terbentuklah badan Sarunei Buluh memotong ruas-ruas yang ada di pangkal dan
ujung. Lalu mengikis yang terdapat bagian ujung dan pangkal pada sarunei
buluh, dengan mengukur bapak Rabes Saragih menggunakan garis
tengah.setelah selesai membuat garis tengah, bapak rabes saragih menggarisi
sebagai nada setelah itu digarisi lagi sampai keenam kali.
57
Gambar 17 : badan Sarunei Buluh
3.4.3.5 Mengikis Kulit Bambu
Alat yang digunakan dalam mengikis kulit bambu yaitu pisau cuter yang
tajam, agar lebih mempermudah dalam pengikisan batas ruas bambu yang akan
menjadi lubang nada.
58
Gambar 18: cara mengikis kulit bambu
3.4.4 Tahap Penyempurnaan
Tahap penyempurnaan dilakukan agar Sarunei Buluh simalungun dapat
dilakukan dan dimainkan dengan baik.Tahap penyempurnaan ini dilakukan
dengan melubangi lubang hembus, pada lubang-lubang nada pada Sarunei Buluh
ynag dikerjaan satu per satu berdasarkan bagian-bagiannya.
3.4.4.1 Pelubangan Awal Bagian Sarunei Buluh
Pelubangan awal dimulai dari lubang hembusan yang berada pada pangkal ruas
bambu, kemudian diikuti dengan melubangi lubang keluaran udara yang berada
pada ujung ruas bambu.Setelah lubang hembusan dan lubang keluaran udara
selesai, yang terakhir melubangi lubang nada.
Gambar19 : pelubangan awal bagian sarunei buluh
59
Gambar 20: Melubangi Bagian Bawah Pangkal
60
Gambar 21: Proses Pelubangan dari Awal sampai Akhir
Gambar 22 : proses pelubangan lidah
61
Gambar 23 : proses pelubangan nada
Gambar 24 : Proses Pelubanga Selesai
62
3.4.4.2 Proses Pemasukan Kayu Simardaruma Ke Bagian Pangkal
Setelah pelubangan selesai, maka kayu simardaruma lebih awal sudah
dibuat, dan akan dimasukkan ke dalam lubang pangkal (gambar …), lalu setelah
dimasukkan ke dalam lubang pangkal kayu simardaaruma harus pas dimasukkan
jangan sampai kelonggaran dan kesempitan. Dan setelah selesai dilakukan
pemasukan pada kayu simardaruma, maka sisa kayu simardaruma tersebut akan
dikikis lagi untuk merapikan dan meratakan pada bagian pangkal Sarunei Buluh.
Apabila terjadi belum padat untuk menutupi lubang pangkal Sarunei Buluh,
maka masukkan sisa kulit bambu.
Gambar 25 : Proses Pemotong Kayu Simardaruma
63
Gambar 26 : Proses Pemasukan Ke lubang Pangkal
3.4.4.3 Selesainya Sarunei Buluh dan Penghalusan Badan
Dan setelah dilakukan pelurusan terhadap kayu simardaruma, maka ditiup secara
berulang-ulang untuk menandakan sarunei buluh sudah bagus dan sempurna.
Lalu setelah sempurna dan sudah bagus pada sarunei buluh maka untuk
mrapikan dan menghaluskan bagian pangkal dan ujung dengan menggunakan
pisau cuter dan setelah selesai merapikan keseluruhan maka selesailah
pembuatan sarunei buluh yang dilakukan oleh bapak Rabes Saragih.
64
3.5 Kajian Fungsional
Pada kajian fungsional berikut ini, beberapa hal yang akan dibahas adalah
prose belajar, cara memegang Sarunei Buluh, posisi jari tangan, nada yang
dihasilkan, teknik memainkan Sarunei Buluh.
3.5.1 Proses Belajar
Menurut wawancara dengan bapak Rabes Saragih, proses pertama yang
harus dilakukan sebelum memainkan Sarunei Buluh simalungun adalah dengan
cara melihat permainan, mendengarkan permainan Sarunei Buluh, menghafalkan
bunyi Sarunei Buluh. Yang kemudian menirukan apa yang dilihat, didengarkan,
dan dihafalkan.
Perlu diketahui juga untuk menjadi seorang pemain Sarunei Buluh tersebut
adalah harus mempunyai sebuah keinginan yang kuat, yang harus bisa
beradaptasi dan bersabar. Akan tetapi menurut beliau sebelum memainkan
Sarunei Buluh orang ingin belajar dan mendapatkan hasil yang maksimal proses
pertama yang harus dipelajari adalah belajar teknik meniup Sarunei Buluh.
Untuk lagu yang pertama kali oleh bapak Rabes Saragih saat memainkan
Sarunei Buluh ialah sitalasari, yaitu lagu yang lambat. Di dalam masyarakat
Simalungun untuk mempelajari musik dilakukan secara lisan yaitu sang guru
bercerita dan muridnya mendengarkan apa-apa yang dikatakan guru tersebut.
65
3.5.2 Cara Memegang Sarunei Buluh
Cara memgang Sarunei Buluh yang baik dan benar adalah dengan Sarunei
Buluh pada bagian depan, pemain tegak lurus.
Gambar 27 : Cara memegang Sarunei Buluh
3.5.3 Posisi Jari Tangan
Pada Sarunei Buluh simalungun, posisi jari tangan yang terjadi fleksibel
Gambar 28 : Posisi Jari Tangan
66
3.5.4 Nada Yang Dihasilkan
Untuk nada yang dihasilkan sarunei buluh dulunya tidak ada memakai kunci,
baru sekarang inilah bapak Rabes Saragih mempermodern nada yang dihasilkan
sarunei buluh memakai kunci C, D, G dan kunci lainnya.
tablatura
3.5.5 Teknik Memainkan
Teknik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai cara membuat
sesuatu, cara yang terkait dalam sebuah karya seni. Menurut Banoe (2003 : 409)
teknik permainan merupakan cara atau teknik sentuhan pada alat musik atas
nada tertentu sesuai petunjuk atau notasinya. Dapat disimpulkan, teknik dalam
musik berarti dalam musik berarti cara melakukan atau memainkan suatu karya
seni dengan baik dan benar. Permainan dalam Kamus Besar Indonesia (2002 :
67
41) mengandung arti suatu pertunjukan dan tontonan. Dalam hal ini, permainan
dapat diartikan sebagai perwujudan suatu pertunjukan karya seni yang disajikan
secara utuh dari mulai pertunjukan sampai akhir pertunjukan. Setianingsih (2007
– 19) menjelaskan bahwa teknik permainan merupakan gambaran mengenai pola
yang dipakai dalam suatu karya seni musik berdasarkan cara memainkan
instrument beserta pengulangan dan perubahannya, sehingga menghasilkan
suatu kompisisi musik yang bermakna sesuai dengan nada-nad sehingga
menghasilkan suatu komposisi musik yang indah.
Dalam memainkan Sarunei Buluh ada beberapa teknik yang harus di pelajari,
yaitu untuk menghasilkan suara tonal pada Sarunei Buluh bernafaslah
sebagaimana bernafas biasa dan hembuskan secara perlahan, jangan
menghembuskan terlalu keras. Dalam setiap potongan hembusan, pemain
sarunei buluh akan mengambil nafas melalui hidung. Dan untuk mendapatkan
cirikhas nada inggou ( cirikhas irama simalungun) pada alat musik sarunei
buluh. Teknik yang dilakukan adalah teknik penjarian dan pernafasan, penjarian
terhadap lubang nada harus cepat, lubang nada di buka dan di tutup denngan
cepat oleh jari secara berkala, jangan mengangkat jari terlalu tinggi dari lubang
nada dan di butuhkan hembusan udara dari mulut yang lebih kuat sehingga
menghasilkan nada hias yang mencirikan dengan nada Simalungun.
68
BAB IV
EKSISTENSI DAN FUNGSI SARUNEI BULUH SIMALUNGUN
4.1 Asal-Usul Sarunei Buluh Simalungun
Asal-usul alat musik Sarunei Buluh Simalungun, hingga saat ini masih belum
diketahui secara pasti, sebab tulisan-tulisan maupun penelitian-penelitian yang
berhubungan dengan alat musik tersebut sangat jarang. Meskipun demikian,
penulis berusaha untuk mencari tahu tentang sejarah keberadaan alat musik
Sarunei Buluh secara lisan maupun tulisan
4.1.1 Perspektif Sejarah Buluh
Sejak berakhirnya riwayat kerajaan-kerajaan di Simalungun pada tahun
1946 yang diakibatkan oleh sekelompok orang yang tersulut kemarahannya,
karena kolusi yang dilakukan oleh para raja dan keluarga dengan pemerintah
Belanda yang menguntungkan mereka. Demi kekayaan pribadi dari hasil
pungutan sewa tanah, mereka mengorbankan kepentingan masyarakat
Simalungun dengan melakukan pengadilan jalanan secara paksa terhadap raja-
raja dan keluarganya (kecuali yang melarikan diri) dibunuh dan istana mereka
dibakar habis. Peristiwa tersebut kini dikenal dengan Revolusi Sosisal 1946
(Jansen 2003 : 25).
Revolusi social 1946 mengakibatkan sebagian besar peninggalan budaya dan
kesenian musik musnah dan tidak dapat diperoleh kembali.Kesenian dan musik
tradisional hampir mengalami kepunahan, hal tersebut disebabkan istana-istana
yang dulunya berfungsi sebagai tempat pusat kegiatan kebudayaan habis
terbakar.
69
Kemudian pada lima hingga sepuluh tahun Revolusi Sosial tersebut terjadi,
kesenian dan musik tradisional Simalungun meningkat secara bertahap dan
bertahan hingga saat ini. Pada umumnya Masyarakat Simalungun yang
bermukim di Kecamatan Purba memandang diri mereka sebagai satu kelompok
etnis yang kuat dipersatukan oleh bahasa, musik tradisonal, serta adat istiadat
dan tetap berpegang teguh pada falsafah hidup mereka.
Dalam kehidupan sehari-hari, falsafah ini dipegang teguh dan hingga kini tetap
menjadi landasan kehidupan social dan bermasyarakat di lingkungan
Simalungun, khususnya yang bermukim di Kecamatan Purba.Dan juga dalam
melakukan kegiatan yang memiliki unsur-unsur tradisi atau adat istiadat dalam
setiap fase-fase kehidupan mereka, masyarakat simalungun masih
mempergunakan adat istiadatnya dalam mempertahankan identitasnya, salah
satu di antaranya adalah mereka tetap menggunakan hiou (kain adat) setiap
menghadiri ataupun mengadakan suatu upacara adat.
Sebagian besar upacara masyarkat Simalungun tersebut, saat ini tidak lepas dari
peranan agama Kristen sebagai agama yang mayoritas dianut oleh masyarakat
Simalungun, dimana sebelum melaksanakan upacara adatnya, kedua mempelai
terlebih dahulu memperoleh pemberkatan di gereja sesuai dengan peraturan
gereja yang bersangkutan. Begitu juga dengan anak yang diberi nama setelah
lahir, terlebih dahulu mendapatkan baptisan kudus di gereja yang bersangkutan,
lalu kemudian dilaksnakan upacara adatnya.
70
4.2 Fungsi dan Penggunaan Sarunei Buluh
Musik dan manusia seperti halnya bagian dari dua sisi mata uang yang sulit
untuk dipisahkan.Keduanya saling mengisi dan melengkapi.Manusia yang
memiliki kebutuhan rohani selain kebutuhan fisik, mereka perlu mengisinya
dengan hiburan, seperti mendengarkan alunan musik atau mengungkapkan
perasaan melalui musik. Sementara itu musik tidak akan pernah ada jika tanpa
kehadiran manusia sebagai penciptanya.
Musik berkembang keberadaannya selain sebagai hiburan, juga sebagai ekspresi
dari cipta rasa dan karya, dan karsa manusia.Musik sebagai ekspresi cipta, rasa,
karya, dan karsa manusia disebut juga dengan musik tradisional.
Musik merupakan sarana manusia untuk mencurahkan perasaan hati melalui
suara.Musik melukiskan getaran jiwa dan khayalan yang timbul dari alam
pikiran yang tidak dapat diungkapkan melalui perkataan, perbuatan, atau dengan
salah satu kesenian lain, seperti sastra lukis, pahat, dekorasi, kriya, dan
grafika.Oleh karena musik adalah suatu jenis kesenian dengan mempergunakan
suara sebagai media ekspresinya, baik suara manusia maupun instrument.Di
dalam suara itu terkandung melodi, birama, harmoni, dan warna suara.
Dalam kehidupan masyarakat Simalungun musik memiliki peran yang sangat
penting, demikian jugan dengan Sarunei Buluh Simalungun. Adapun penggunan
dan fungsi seperti dikemukakan oleh Merriam (1964 : 210) yaitu :
“ Use then,refers to the situation on in which music employed in human action;
“Function concerns the reson for it employment and particularly the broader
purpose which it serves”.
71
Terjemahan bebas sebagai berikut :
Penggunaan, berkenan terhadap suatu keadaan bagaimana musik tersebut
dipakai dalam kegiatan manusia; fungsi, meliputi alas an pemakaian dan
terutama dalam lingkup yang luas, sejauh mana musik itu dapat memenuhi
kebutuhan manusia tersebut.
Penggunaan dan fungsi didalam musik merupakan suatu pembahasan yang
sangat penting.Hal tersebut dikarenakan musik mempengaruhi aspek-aspek
didalam kehidupan manusia dan efeknya suatu masyarakat. Dengan kata lain,
penggunaan menyangkut konteks pemakaian musik, sementara fungsi
menyangkut kepada bagaimana dan untuk apa musik tersebut disajikan.
4.2.1 Fungsi
Menurut Alan P. Merriam (1964 : 219-226) fungsi dapat dibagi dalam 10
kategori yaitu :
1. Fungsi pengungkapan emosional
2. Fungsi penghayatan estetis
3. Fungsi hiburan
4. Fungsi komunikasi
5. Fungsi perlambangan
6. Fungsi reaksi jasmani
7. Fungsi yang berkaitan dengan norma social
8. Fungsi pengesahan lembaga social dan upacara keagamaan
9. Fungsi kesinambungan budaya
72
10. Fungsi pengintergrasian masyarkat
Dalam penyajian Sarunei Buluh Simalungung dapat dikategorikan kedalam
beberapa fungsi di atas yaitu, fingsi pengungkapan emosional, fungsi hiburan,
fungsi komunikasi, fungsi komunikasi, fungsi reaksi dan jasmani.
4.2.1.1 Fungsi pengungkapan Emosional
Pada berbagai kebuadayaan, musik memiliki fungsi sebagai kendaraan dalam
mengekspresikan ide-ide dan emosi. Dalam menentukan reaksi suasana hati
terhadap musik di kalangan masyarakat Simalungun adalah tempo musik yang
dibawakan. Untuk menunjukan suasana gembira, maka dipakai tempo sedang
hingga tempo cepat.Sedangkan tempo lambat umumnya dipakai untuk yang
berhubungan dengan hal-hal musibah, kekecewaan, kesedihaan dan kerinduan
hati. Banyaknya lagu-lagu sedih di daerah Simalungun dan diguakan istilah
inggou menggambarkan makna suasana hati dari lagu-lagu tersebut serta
persepsi masyarakat Simalungun terhadap musik tersebut. Pengungkapan
perasaan mungkin paling mudah dan sederhana untuk dipahami dari alunan
melodi yang dikandungnya.
Alat musik Sarunei Buluh dapat membantu manusia untuk mengungkapkan rasa
emosi yang ada pada dirinya. Jika seseorang sedang mengalami duka, maka dari
itu seseorang akan menggunakan Sarunei Buluh sebagai alat atau media untuk
membantu mengungkapkan perasaan yang sedang dialaminya, contohnya
apabila seseorang sedang mengalami rasa sedih maka Sarunei Buluh yang
dimainkannya akan mengahsilkan bunyi yang mendayu dayu, produksi suara
73
yang dihasilkan sangat sedih, seperti orang yang sedang menangis, sebagaimana
gambaran perasaan si pemian.
4.2.1.2 Fungsi Hiburan
Hiburan adalah suatu kegiatan yang menyenangkan hati bagi seseorang atau
publik. Musik sebagai salah satu media yang memiliki fungsi yang
menyenangkan hati, membuat rasa puas akan irama, bahasa melodi, atau
keteraturan dari harmoninya. Seseorang bisa saja tidak memahami teks musik,
tetapi ia cukup
terpuaskan atau terhibur hatinya dengan pola-pola melodi, atau pola-pola ritme
dalam irama musik tertentu.
Pada umumnya alat musik simalungun berfungsi sebagai hiburan untuk diri
sendiri maupun pendengarnya.Seperti Sarunei Buluh yang di gunakan untuk
menghibur diri sendiri, pada zaman dahulu, bapak Rabes Saragih mengatakan
bahwa alat musik Sarunei Buluh ini juga dapat berfungsikan untuk menghibur
diri sendiri. Seseorang akan pergi ke juma4 dan bermain Sarunei Buluh di bawah
pohon yang rindang untuk menghibur dirinya akan nasib sedih yang sedang
dialaminya. Tetapi pada saat sekarang ini Sarunei Buluh sudah berfungsi untuk
menghibur orang banyak.
4 Juma adalah suatu tempat atau lahan yang di gunakan untuk bertani
74
4.2.1.3 Fungsi Komunikasi
Musik sudah sejak dahulu digunakan untuk alat komunikasi baik dalam keadaan
damai maupun perang. Komunikasi bunyi yang menggunakan saangkala (sejenis
trumpet), trumpet kerang juga digunakan dalam suku-suku bangsa pesisir pantai,
kentongan juga digunakan sebagai alat komunikasi keamanan di Jawa, dan
teriakan-teriakan pun dikenal dalam suku-suku asli yang hidup baik di
pegunungan maupun di hutan-hutan. Bunyi-bunyi teratur, berpola-pola ritmik,
dan menggunakan alur-alur melodi itu menandakanadanya fungsi komunikasi
dalam musik.
Tetapi pada masyarakat simalungun Sarunei Buluh tidak digunakan untuk
pemberitahuan adanya perang atau sebagai alat komunikasi keamanan.Pada
zaman dahulu Sarunei Buluh ini berfungsi sebagai komunikasi antara garama
dengan anak boru. Fungsi komunikasi Sarunei Buluh ini adalah penyampaian
perasaan hati seorang garama yang mencintai anak boru. Jadi seluruh perasaan
yang dirasakan oleh si garama terhadap anak boru di sampaikan melalui alunan
suara dari Sarunei Buluh.
4.2.1.4 Fungsi Reaksi dan Jasmani
Pesta budaya adalah yang dilakukan setiap tahunya, di dalam acara ini banyak
bentuk-bentuk kesenian Simalungun yang ditampilakan, seperti Tor-tor sombah
yang disebut dengan tarian agung atau tarian klasik yang biasa dipersembahkan
untuk menyambut orang-orang yang dihormati jumlah penarinya 6 orang, Huda-
huda atau Toping-toping tarian Simalungun yang memakai topeng dan paruh
75
burung enggang diiringi Gual Huda-duda jumlah penarinya ada 3 orang, Taur-
taur (Duaet tradisioal Simalungun) menggambarkan cinta yang berkomunikasi
memalui lagu.
4.2.2 Penggunaan
Menurut Herkovits (1964 : 217-218) dalam Merriam, penggunaan musik
dapat dibagi menjadi lima kategori unsur-unsur budaya yaitu : Kebudayaan
Material, Hubungan Maanusia dengan Alam, Estetika dan bahasa. Berdasarkan
kelima kategori tersebut, penggunaan Sarunei Buluh dalam konteks unsur-unsur
budaya dapat diuraikan kedalam kategori estetika.
4.2.2.1 Kebuadayaan Material
Dalam unsur kebudayaan material, penggunaan musik dibagi menjadi dua
bagian yaitu unsur teknologi dan ekonomi.Dalam hal unsur teknologi, musik
digunakan untuk mengiringi pekerjaan yang dilakukan misalnya pekerjaan pada
waktu panen, ataupun pekerjaan yang ada di rumah.Sementar sebagai unsur
ekonomi, musik digunakan untuk mendapatkan keuntungan dari permainan
musik tersebut. Berdasarkan hal tersebut, maka sarunei buluh dapat
dikategorikan kedua-duanya, karena dari unsur teknologi sarunei buluh sering
dipakai untuk melakukan pekerjaan di sawah dan di rumha, karena memang
dulunya sarunei buluh adalah permainan pribadi (self amusement), dan daru
unsur ekonomi, sebab pemain musik sarunei buluh yang dipanggil untuk
76
mengiringi suatu pertunjukan budaya simalungun mendapatkan provit atau
keuntungan dari bermain musik tersebut.
4.2.2.2 Hubungan Manusia dengan Alam
Hubungan manusia dengan alam tempat tinggal sangat erat kaitanya.Dalam hal
ini penggunaan musik sangat penting sebagai sarana komunikasi terhadap
alam.Penggunaan sarunei buluh dapat dilihat dalam memikat dan permanenan
hasil di ladang yaitu untuk panen padi di sawah dan memikat seorang wanita
yang sedang berada di ladang dengan memainkan sarunei buluh.
4.2.2.3 Estetika
Estetika mengacu pada nilai kehidupan yang berasal dari ekspresi hasrat
manusia akan keindahaan yng dinikmati dengan mata ataupun telinga. Sebagai
makhluk yang mempuyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak
kesenian mulai dari yang sederhana hingga perwujudan kesenian yang
kompleks.Musik merupakan cerahan kekuatan tenaga penggambaran yang
berasal dari rasa dalam suatu rentetan suara (melodi) yang berirama. Atau
dengan kata lain, musik merupakan suatu karya seni yang menjadi media untuk
menggungkapkan perasaan seorang dengan cara menuangkannya melalui alunan
nada ataupun melodi, baik dalam bentuk vokal maupun instrumental. Musik
sebagai media utuk menggambarkan atau mengungkapkan perasaan
seseorang.Terkadang seseorang memiliki pikiran, gagasan, harapan, keinginan
yang membutuhkan perwujudan.
77
Musik merupakan wahana yang tepat digunakan dari upaya pemunculan atau
perwujudan hal tersebut. Seseorang suatu ketika ingin menyampaikan gagasan
atau ide tanpa mengharapkan respon secara langsung, melalui musik hal itu
dapat terlaksana dengan baik, pesan-pesan yang ingin dikomunikasikan
dituangkan kedalam sebuah lagu ataupun untaian alunan musik yang indah, yang
kemudian dapat dinikmati sendiri maupun orang lain. Berdasrakan hal tersebut
maka alat musik Sarunei Buluh termasuk kdalam penggunaan estetika di
karenakan Sarunei Buluh di gunakan untuk sebagai pelipur lara yang sedih
maupun senang, dan sebagai media untuk menyampaikan perasaan yang sedang
dialami oleh pemainnya.
4.3 Eksistensi Sarunei Buluh Simalungun
Keberadaan Sarunei Buluh pada zaman dahuluberbeda jauh dengan sekarang,
karena hanya sedikit dari masyarakat Simalungun atau muda-mudi yang
mengenal alat musik ini.Pada sekarang ini alat musik Sarunei Buluh sudah
hampir hilang dari budaya Simalungun.
Kenyataannya sekarang ini Sarunei Buluh sudah hampir tidak dimainkan lagi
oleh kaum muda-mudi.Faktor zaman yang sudah maju dan mereka cenderung
mengenyampingkan hal-hal yang berbau tradisi.Kebanyakan muda-mudi
cenderung terpesona pada zaman serbaa canggih sehingga hampir melupakan
tradisi yang ada di tanah mereka sendiri, da nada juga faktor lain membuat
Sarunei Buluh ini jarang dimainkan oleh kaum muda-mudi.Mungkin bisa saja
teknik permainan dari Sarunei Buluh itu sendiri yang dianggap sulit dalam
78
memainkanya berbeda dengan permaianan zaman modern sekarang seperti
keyboard, gitar, dan lain-lain. Oleh karena itu muda mudi pada zaman ini lebih
akrab dengan permaian keyboard, gitar,dan aplikasi komputer lain yang
berhubungan dengan musik misalnya aplikasi bermain gitar yang bisa di install
di gadget yang mana teknik memainkannya lebih mudah dibandingkan bermain
gitar secara manual.
Berbeda dengan Sarunei Buluh yang cara bermainnya tidak kita temukan
di aplikasi komputer. Tanpa disadari pola piker yang seperti itu akan
mempengaruhi eksistensi budaya di Negara ini khususnya di masyarakat
Simalungun yang mana efek dari modrenisasi banyak masyarakat Simalungun
yang lupa bahkan tidak tahu tentang kebudayaan sendiri. Untung saja masih ada
orang-orang yang peduli dengan keberadaan alat musik ini, seperti Bapak Rabes
Saragih misalnya, beliau adalah seniman Simalungun yang sampai sekarang
masih mengetahui cara membuat alat musik Sarunei Buluh. Walaupun pada
sekarang ini kondisikesehtaan bapak Rabes Saragih sudah sangat menurun,
beliau selalu terbuka untuk mengajari orang-orang ataupun pemuda yang ingin
belajar tentang alat musik Simalungun, seperti alat musik Saruei Buluh.
Selain beliau ada seorang seniman yang mengetahui cara pembuatan alat
musik ini yakni Bapak Riden Purba yang mana beliau adalah seorang seniman
Simalungun yang merupakan teman bapak Rabes Saragih . Bapak Riden Purba
masih membuat Sarunei Buluh Simalungun walaupun membuat Sarunei tersebut
dikarenakan Sarunei Buluh yang berada di museum sudah mulai rusak, jadi
beliau membuat yang baru, agar pengunjung museum atau masyarakat
79
Simalungun tetap dapat melihat Sarunei Buluh. Selian bapak Rabes aragih dan
bapak Riden Purba, seniman Simalungun yang masih menyajikan Sarunei buluh
ini adalah bapak Setia Dermawan Purba, beliau adalah dosen di Universitas
Sumatera Utara, dan alumni Etnomusikologi pertama Universitas Sumatera
Utara, dan bapak Setia Dermawan Purba adalah seniman budaya dari
Simalungun.
80
BAB V
PENUTUP
5.1 Rangkuman
Dalam proses pembuatannya, sarunei buluh simalungun dapat dilakukan
seorang diri seperti menebang bambu, memotong bambu dari dahan-dahan yang
terdapat pada bambu, mengikig ujung dan pangkal pada bambu, melubangi
lubang diameter lubang dan lubang nada, dan terakhir mengukur jarak-jarak
yang terdapat pada bagian sarunei buluh. Dan setelah mengukur, akan
menggaris-garasi hasil dari ukuran yang dibuat oleh bapak Rabes Saragih.
Proses pengerjaannya masih sangat sederhana tanpa dibantu oleh mesin yaitu
dengan menggunakan alat-alat seperti parang, pisau cuter. Dalam pembuatan
sarunei buluh juga memerlukan bahan-bahan untuk membentuk menjadi alat
musik yang baik antara lain, bambu rogon, kayu simardaruma.
Zaman dahulu dalam permainan sarunei buluh dilakukan untuk permainan
pribadi (self amusement), yang dimainkan di sawah, untuk memikat hati seorang
wanita, dan sekarang sarunei buluh dilakukan untuk pertunjukan budaya
simalungun, seperti acara-acara pesta budaya Simalungun.
5.2 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada pembahasan, peneliti
dapat menarik kesimpulan. Adapun kesimpulan yaitu pembuatan Sarunei Buluh
sangat sederhana hanya membutuhkan seruas bambu yang mengikutkan antara
batas ruasnya dan untuk mendapatkan bambu sangatlah mudah, alat-alat yang di
81
gunakan dalam pembuatannya pun sangat sederhana dan mudah, cara membuat
alat musik Sarunei Buluh tersebut tidak terlalu sulit, hanya memotong ujung dari
kedua bambu, membentuk lubang hembusan dan lubang keluaran udara,
mengukur jarak lubang nada, dan memberi lubang nada pada bambu seperti
lubang hembusa, lubang keluaran udara, dan lubang nada. Sarunei Buluh di
mainkan dengan menghembuskan udara melalui mulut, Sarunei Buluh termasuk
kedalam klasifikasi Aerofon (nose flute).Alat musik Sarunei Buluh memiliki
tujuh nada (pentatonik).
Sarunei Buluh di gunakan sebagai penghibur lara atau sebagai media yang
digunakan untuk mengungkapkan perasaan kepada seorang gadis yang
dicintainya. Alat musik Sarunei Buluh menjadi alat musik yang
individual.Karena alat musik Sarunei Buluh hanyadapat dimainkan secara
tunggal.Oleh karena itu alat musik Sarunei Buluh ini tidak bisa digabungkan
dengan ansambel musik dan tidak dapat gi gunakan untuk upacara.
Alat musik Sarunei Buluh merupakan alat musik yang hampir punah dan
sudah jarang di temui pada masyarakat Simalungun, keberadaannya sudah
sangat memprihatinkan, untuk pembuatannya hanya tinggal bapak Rabes
Saragih dan bapak Riden Purbayang mengetahuinya, dan untuk pelestariaanya
hanya bapak Setia Dermawan Purba yang selalu memperkenalkan dan
menyajikan alat musik Sarunei Buluh mejadi masyarakat Simalungun maupun di
luar etnis Simalungun, walaupun fungsi dari alat musik Sarunei Buluh itu sendiri
sudah berubah menjadi pertunjukan, hal tersebut di lakukan bapak Setia
Dermawaan Purba untuk melestarikan budaya Simalungun.
82
Akibat kemajuan teknologi yang berkembang, alat musik Sarunei Buluh sudah
jarang dipakai generasi muda sekarang ini di kabupaten Simalungun.Generasi
muda sekarang lebih tertarik pada alat musik modern dan melupakan tradisional
budaya sendiri.
83
DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud, 2005.Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka: Jakarta. Girsang, Dori Alam, 2011. “Musik Tradisional Simalungun.”(Artikel Budaya). Hood, Mantle, 1981. The Ethnomusikologist. Ohio: The Kent State,University
Press. Hornbostel, Erich M. Von dan Curt Sach, 1961.Clasification of Musikal
Instrument. Translate from original by Anthoni Baines and KlausP. Wachmann.
Khasima, Susumu. Asia Performing Art.(Terjemahan Rizaldi Siagian, 1986). Koentjaraningrat, 1986.Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka Merriam, Alan P, 1964. The Antropology of Music. North Western: University
Press. Nettl, Bruno. 1964. Theory and Method in Ethnomusikology. New York: The Free
Press of Glenco. Purba, Maruli, 2013. Teknik Permainan dan Struktur Musik Husapi Simalungun
Pada Lagu Parenjak-enjak Ni Huda Sitajur yang Disajikan Oleh Arisden Purba di Huta Manik Saribu Sait Buttu, Kecamatan Pematang Sidamanik, Kabupaten Simalungun. Skripsi Sarjana S-1, Departemen Entomusikologi,Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.
Purba, Setia Dermawan. “Musik Tradisional Simalungun.” Jurnal Seni Musik
Vol.5, No.1. Purba, Setia Dermawan.2008. Nyanyian Anak dalam Kebudayaan Simalungun.
Jurnal Etnomusikologi No.8 Saragih, Rianti. 1994. Toping-toping Simalungun: studi deskriptif dan
musikologis dalam upacara sayur matua. Skripsi Sarjana S-1,Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.
Arisden Purba di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu, Kec. Pematang Sidamanik, Kab. Simalungun. Skripsi Sarjana S-1, DepartemenEtnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.
Martuah Saragih di Kecamatan Siantar Utara, Kota Pematang Siantar. Skripsi Sarjana S-1, Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara
Saragih, Fitri Suci. Kajian Organologis Tulila Buatan Bapak J Badu Purba Siboro Di Desa Lestari Indah Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun. Skripsi Sarjana S-1, Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara