KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR TRIWULAN I - 2011 BANK INDONESIA SURABAYA
Penerbit : Bank Indonesia Surabaya Bidang Ekonomi Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA Telp. : 031-3520011 psw. 129/128 Fax : 031-3554178 Email : [email protected] Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI (http://www.bi.go.id)
Visi, Misi dan Nilai Strategis
Bank Indonesia
Visi dan Misi
Kantor Bank Indonesia Surabaya
Misi Kantor Bank Indonesia Surabaya :
“Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang moneter, perbankan
dan sistem pembayaran secara efisien dan optimal serta memberikan saran kepada
Pemda dan lembaga terkait lainnya di daerah dalam rangka mendukung
pembangunan ekonomi daerah.”
Visi Kantor Bank Indonesia Surabaya :
“Menjadi kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui
peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan.”
Misi Bank Indonesia :
“ Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan
moneter dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang
berkesinambungan.“
Visi Bank Indonesia :
“Menjadi bank sentral yang kredibel secara nasional maupun internasional melalui
penguatan nilai-nilai strategis serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil.“
Nilai – Nilai Strategis :
Kompetensi – Intergritas – Transparansi – Akuntabilitas – Kebersamaan.
i
KATA PENGANTAR
Pertama-tama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan
Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga Kajian Ekonomi Regional
Provinsi Jawa Timur Triwulan I - 2011 dapat diselesaikan dengan baik dan tepat
waktu. Kajian triwulanan ini disusun untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi
stakeholders eksternal maupun internal yang berkaitan dengan perkembangan
perekonomian, perbankan dan sistem pembayaran di Jawa Timur baik pada triwulan
dimaksud maupun prospek ke depan.
Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada triwulan I-2011 sebesar 6,99%
(yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan IV-2010 yang sebesar 7,16%,
namun tetap lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan nasional yang tercatat sebesar
6,50%. Dari sisi permintaan, pertumbuhan pada triwulan ini didorong oleh konsumsi
masyarakat dan perdagangan luar negeri (ekspor-impor). Dari sisi penawaran, sektor
Pertanian dan Industri Pengolahan yang menjadi sektor pendorong pertumbuhan
ekonomi Jatim, sementara Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) mengalami
perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya
Sementara itu, tekanan inflasi IHK 7 Kabupaten/Kota di Jawa Timur sebesar
7,46% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 7,10%
serta terhadap inflasi nasional yang tercatat 6,65%. Meskipun sumbangan inflasi
pada kelompok bahan makanan dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok &
tembakau masih mendominasi, namun sumber pendorong inflasi pada triwulan ini
terutama berasal dari kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar,
kelompok kesehatan serta kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan.
Seiring dengan tren pertumbuhan ekonomi yang terus membaik, kinerja
perbankan (bank umum dan BPR) juga menunjukkan peningkatan, khususnya
didukung oleh kinerja penyaluran kredit dan total aset yang mampu tumbuh lebih
tinggi dibandingkan dengan beberapa periode sebelumnya. Peningkatan kinerja
perbankan juga terlihat dari bertambahnya Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun
oleh perbankan di Jatim seiring dengan peningkatan aktivitas perekonomian serta
dukungan upaya perbankan dalam menghimpun dana dari masyarakat, di tengah
cukup banyaknya persaingan di Sektor Keuangan yang menawarkan instrumen0-
instrumen simpanan/investasi dengan imbal hasil bersaing.
Di sisi lain kondisi kesejahteraan masyarakat Jawa Timur yang tercermin
pada kondisi ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat pedesaan
ii
menunjukkan kondisi yang membaik dan ditandai dengan peningkatan penyerapan
jumlah tenaga kerja.
Berdasarkan perkembangan perekonomian dan perbankan pada triwulan ini
serta dengan mempertimbangkan potensi dan prompt indikator baik dari sisi internal
maupun eksternal, kami memperkirakan pada triwulan II-2011 tingkat pertumbuhan
ekonomi Jawa Timur akan berada pada dari rentang pertumbuhan 6,8 - 7,1%. Faktor
pendorong pertumbuhan tersebut yaitu konsumsi rumah tangga, investasi swasta
dan kegiatan perdagangan luar negeri. Adapun tingkat inflasi pada triwulan I-2011
diperkirakan masih menunjukkan peningkatan dan berada di kisaran 6,90% - 7,18%
(yoy), sebagai konsekuensi dari tekanan volatile food dan administered prices.
Analisa pada kajian ini menggambarkan perkembangan perekonomian
daerah Provinsi Jawa Timur yang mengolah data dan informasi yang diperoleh dari
berbagai pihak seperti perbankan dan instansi di lingkungan pemerintah daerah,
BUMN maupun swasta. Atas seluruh bantuan tersebut kami mengucapkan
penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya. Harapan kami, hubungan
kemitraan yang terjalin selama ini dapat lebih ditingkatkan di masa yang akan
datang. Kami juga mengharapkan masukan dan saran untuk lebih meningkatkan
kualitas kajian sehingga dapat memberikan kemanfaatan yang optimal.
Semoga Tuhan Yang Maha Pemurah selalu memberikan kekuatan dan
kemudahan kepada kita semua dalam memberikan kontribusi yang terbaik bagi
peningkatan kesejahteraan masyarakat Jawa Timur pada khususnya dan Indonesia
pada umumnya.
Surabaya, 9 Mei 2011
BANK INDONESIA SURABAYA
Mohamad Ishak Pemimpin
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN xi
RINGKASAN EKSEKUTIF xii
INDIKATOR MAKRO EKONOMI JAWA TIMUR xvii
INDIKATOR PERBANKAN JAWA TIMUR xviii
BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1
1.1 KONDISI UMUM 1
1.2 SISI PERMINTAAN 1
a. Konsumsi 2
b. Investasi 4
c. Ekspor - Impor 6
1.3 SISI PENAWARAN 11
a. Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran 13
b. Sektor Industri Pengolahan 16
c. Pertanian 17
d. Keuangan, Persewaan dan Jasa 18
e. Bangunan 19
f. Transportasi dan Komunikasi 20
Boks 1
1
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI 27
2.1 UMUM 27
2.2 INFLASI TRIWULANAN (qtq) 28
2.3 INFLASI TAHUNAN (yoy) 33
2.4 INFLASI MENURUT KOTA 35
2.5 DISAGREGASI INFLASI 37
Boks 2
64
"KERJASAMA BANK INDONESIA SURABAYA & PEMERINTAH
KABUPATEN BOJONEGORO DALAM PENGEMBANGAN KLASTER SAPI
POTONG"
DAFTAR ISI
ANALISIS DAMPAK TSUNAMI JEPANG PADA KINERJA EKSPOR IMPOR
PROVINSI JAWA TIMUR
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN 39
3.1 PERKEMBANGAN KINERJA BANK UMUM 40
3.1.1. ASET DAN AKTIVA PRODUKTIF 42
3.1.2. DANA PIHAK KETIGA (DPK) 42
3.1.3. KREDIT 44
3.1.4. KREDIT USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (KMKM) 48
3.2 STABILITAS SISTEM PERBANKAN 51
3.2.1. RISIKO KREDIT 52
3.2.2. RISIKO LIKUIDITAS 53
3.3 PERBANKAN SYARIAH 54
3.4 BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) 58
3.5 BANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYA 60
BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 66
4.1 UMUM 66
4.2 REALISASI PENDAPATAN DAERAH 66
4.3 REALISASI BELANJA DAERAH 68
BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN 71
5.1 TRANSAKSI KEUANGAN SECARA TUNAI 71
a. Aliran Uang Masuk/Keluar (Inflow/Outflow) 71
b. Uang Kartal Tidak Layak Edar 73
5.2 TRANSAKSI KEUANGAN SECARA NON TUNAI 74
a. Transaksi RTGS (Real Time Gross Settlement) 75
b. Transaksi Kliring 77
5.3 PENEMUAN UANG PALSU DI PERBANKAN JAWA TIMUR 78
BAB 6 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 85
6.1 UMUM 85
6.2 KETENAGAKERJAAN 85
6.2.1 DATA KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR 85
6.2.2 SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA (SKDU) 88
6.3 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PEDESAAN 89
6.3.1 KESEJAHTERAAN PETANI 89
6.3.2 KESEJAHTERAAN NELAYAN 90
BAB 7 PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA 89
7.1 PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR 89
7.2 PERKIRAAN INFLASI JATIM 90
Tabel 2.1 Inflasi Kumulatif (ytd) 7 Kota di Jawa Timur 28
Tabel 2.2 Inflasi & Sumbangan Inflasi Di Jawa Timur (qtq) 29
Tabel 2.3 Luas Panen,Produktifitas dan Produksi Padi 31
Tabel 2.4 Inflasi Jawa Timur (yoy) Per Kelompok Barang 34
Tabel 2.5 Sumbangan Inflasi Jawa timur (yoy) Per Kelompok Barang 34
Tabel 2.6 Inflasi Kuartalan (qtq) dan Tahunan (yoy) 7 Kota Di Jatim 36
Tabel 2.7 Inflasi 7 Kota DI Jatim Per Kelompok Barang & Jasa Triwulan I - 2011 (yoy) 36
Tabel 2.8 Sumbangan Inflasi 7 kota Di Jatim Per Kelompok Barang & Jasa Triwulan I - 2011
(yoy)36
Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan ( Bank Umum & BPR ) di Jawa Timur 39
Tabel 3.2 Perkembangan Indikator Bank Umum di Jawa Timur 40
Tabel 3.3 Perkembangan NPL per Kelompok Bank 52
Tabel 3.4 Perkembangan NPL Kredit per Sektor 53
Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Berkantor Pusat Di Surabaya 61
Tabel 4.1 Realisasi Pendapatan APBD Prop.Jatim Triwulan I - 2011 66
Tabel 4.2 Realisasi Pendapatan APBD Prov.Jatim Tahun 2005 - 2011 (Rp juta) 67
Tabel 4.3 Realisasi Belanja APBD Prov.Jatim Trwulan I - 2011 (Rp juta) 69
Tabel 4.4 Realisasi Anggaran APBD Prov.Jatim Tahun 2005 - 2011 70
Tabel 5.1 Perkembangan Arus Uang Tunai (inflow-Outflow) KBI - Rp Milyar 72
Tabel 5.2 Perputaran Kliring dan Tolakan Cek,Bilyet Giro TW I - 2011 77
Tabel 6.1 Kondisi Ketenagakerjaan di Jawa Timur (2008-2011) 86
Tabel 6.2 Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja (SBT) Tahun 2008-2011 88
DAFTAR TABEL
Gambar 1.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi 1
Gambar 1.2 Struktur Perekonomian Prov.Jawa Timur 1
Gambar 1.3 Sisi Permintaan PDRB Prov.Jawa timur 2
Gambar 1.4 Sisi Permintaan PDRB Prov.Jawa timur 2
Gambar 1.5 Indeks Penjualan Eceran 3
Gambar 1.6 Konsumsi Listrik Rumah Tangga 3
Gambar 1.7 Penjualan Mobil Baru DI Jawa Timur 3
Gambar 1.8 Penjualan Motor Baru DI Jawa Timur 3
Gambar 1.9 Kredit Konsumsi 4
Gambar 1.10 Dana Simpanan Perbankan Perorangan 4
Gambar 1.11 Survei Konsumen - Kondisi Saat Ini 4
Gambar 1.12 Survei Konsumen - Ekspektasi Masyarakat 4
Gambar 1.13 Perkembangan Jumlah Proyek Investasi 5
Gambar 1.14 Perkembangan Nilai Investasi 5
Gambar 1.15 Perkembangan PMTB 5
Gambar 1.16 Perkembangan Kredit Investasi 5
Gambar 1.17 Perkembangan Volume Penjualan Semen 6
Gambar 1.18 Perkembangan Penjualan Truk 6
Gambar 1.19 Perkembangan Impor Barang Modal 6
Gambar 1.20 Perkembangan Nilai Ekspor 8
Gambar 1.21 Perkembangan Volume Impor 8
Gambar 1.22 Pertumbuhan Volume Ekspor 8
Gambar 1.23 Pertumbuhan Volume Impor 8
Gambar 1.24 Nilai Impor per Jenis Barang 8
Gambar 1.25 Pertumbuhan Impor per Jenis Barang 8
Gambar 1.26 Neraca Perdagangan Luar Negeri 9
Gambar 1.27 Neraca Perdagangan Kumulatif 9
Gambar 1.28 Statistik Kontainer di Tanjung Perak 9
Gambar 1.29 Jumlah Ship Calls 9
Gambar 1.30 Statistik Kontainer Internasional 10
Gambar 1.31 Statistik Kontainer Domestik 10
Gambar 1.32 Negara tujuan Ekspor Jawa Timur 2010 10
Gambar 1.33 Perkembangan Ekspor Menurut Tujuan 10
Gambar 1.34 Komoditas Ekspor ke Amerika Serikat 2010 11
Gambar 1.35 Perkembangan Ekspor Jatim ke Amerika Serikat 11
Gambar 1.36 Pertumbuhan Tiga Sektor Utama 11
Gambar 1.37 Pertumbuhan Sektor Pendukung 11
Gambar 1.38 Pertumbuhan Sektor Pendukung 12
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.39 Utilisasi Kapasitas Produksi 13
Gambar 1.40 Utilisasi Kapasitas Produksi Sektoral 13
Gambar 1.41 Indeks Realisasi Usaha 13
Gambar 1.42 Indeks Realisasi Usaha Sektoral 13
Gambar 1.43 Jumlah Kapal Singgah di Pel.Tanjung Perak 14
Gambar 1.44 Kontainer Load dan Unload di Tanjung Perak 14
Gambar 1.45 Tingkat Hunian Kamar Hotel Berbintang di Jatim 15
Gambar 1.46 Lama Tinggal Tamu di Hotel Berbintang Jatim 15
Gambar 1.47 Jumlah Wisatawan Asing Melalui Bandara Juanda 15
Gambar 1.48 Konsumsi Listrik Golongan Bisnis 15
Gambar 1.49 Perkembangan Kredit PHR 15
Gambar 1.50 Pertumbuhan Produksi Industri Pengolahan 16
Gambar 1.51 Indeks Realisasi Usaha Sektoral 16
Gambar 1.52 Perkembangan Nilai Impor Barang Bahan Baku 16
Gambar 1.53 Perkembnagan Pertumbuhan 16
Gambar 1.54 Konsumsi Listrik Golongan Industri 17
Gambar 1.55 Perkembangan Kredit Sektor Industri Pengolahan 17
Gambar 1.56 Luas Lahan Tanam dan Panen Padi di Jawa Timur 17
Gambar 1.57 Luas Lahan Tanam dan Panen Jagung di Jawa Timur 17
Gambar 1.58 Luas Lahan Puso d Jawa Timur 18
Gambar 1.59 Perkembangan Kredit Sektor Pertanian 18
Gambar 1.60 Pertumbuhan Kredit dan DPK Perbankan Jawa timur 19
Gambar 1.61 Perkembangan NIM Perbankan Jawa timur 19
Gambar 1.62 Perkembangan Fee - Based Income 19
Gambar 1.63 Perkembangan Interest - Based Income 19
Gambar 1.64 Volume Penjualan Semen di Jawa timur 20
Gambar 1.65 Perkembangan Kredit Sektor Konstruksi 20
Gambar 1.66 Perkembangan Kredit Properti 20
Gambar 1.67 Perkembangan Kredit Properti per Jenis 20
Gambar 1.68 Arus Penumpang di Tanjung Perak 21
Gambar 1.69 Arus Barang di Tanjung Perak 21
Gambar 1.70 Penumpang Domestik di Bandara Juanda 21
Gambar 1.71 Penumpang Internasional di Bandara Juanda 21
Gambar 1.72 Perkembangan Kredit Angkutan & Komunikasi 22
Gambar 2.1 Inflasi Jawa Timur & Nasional (yoy) 27
Gambar 2.2 Perkembangan Inflasi Jawa Timur 27
Gambar 2.3 Inflasi di Kawasan Jawa (yoy) 27
Gambar 2.4 Inflasi Volatile Food di Kawasan Jawa (yoy) 27
Gambar 2.5 Inflasi Inti di Kawasan Jawa (yoy) 28
Gambar 2.6 Inflasi Administered Price di Kawasan Jawa (yoy) 28
Gambar 2.7 Inflasi (qtq) Triwulanan Jawa Timur 29
Gambar 2.8 Inflasi Triwulanan (qtq) Kelompok Bahan Makanan 29
Gambar 2.9 Perkembangan Harga Mingguan Gula Pasir 30
Gambar 2.10 Perkembangan Harga Bulanan Gula Pasir di Dunia 30
Gambar 2.11 Inflasi Sub Kelompok Bahan Makanan di Jawa Timur 31
Gambar 2.12 Pergerakan Harga Beras di Pasar Internasional 31
Gambar 2.13 Peta Prakiraan Awal Musim Kemarau di Jawa Timur 32
Gambar 2.14 Perkembangan Harga Mingguan Komoditas Bumbu-bumbuan 32
Gambar 2.15 Perkembangan Harga Mingguan Komoditas Sayur-sayuran 32
Gambar 2.16 Perkembangan Harga Mingguan Daging Ayam & Daging Sapi 33
Gambar 2.17Perkembangan Harga Pakan Ayam (jagung) di Pasar Internasional
33
Gambar 2.18 Pergerakan Harga Emas Dunia Januari 2010 - Maret 2011 33
Gambar 2.19 Pergerakan Harga Komoditas Emas Perhiasan di Surabaya 33
Gambar 2.20Persentase Sumbangan Inflasi Per-Kelompok Barang Triwulan I-2011 34
Gambar 2.21Pergerakan Inflasi Tiga Komoditas penyumbang inflasi (yoy) tertinggi di
Jawa Timur 34
Gambar 2.22 Perkembangan Harga CPO di Pasar Dunia 35
Gambar 2.23 Perkembangan Harga Kedelai di Pasar Dunia 35
Gambar 2.24 Perkembangan Harga Gandum di Pasar Dunia 35
Gambar 2.25 Perkembangan Harga Minyak Mentah di Pasar Dunia 35
Gambar 2.26 Laju Inflasi Jatim per komponen (mtm) 37
Gambar 2.27 Laju Inflasi Jatim per komponen (yoy) 37
Gambar 2.28 Perkembangan Inflasi Volatile Food 37
Gambar 2.29 Perkembangan Inflasi Adm. Price 37
Gambar 2.30 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah 38
Gambar 2.31 Perkembangan Capacity Ultilization 38
Gambar 3.1 Perkembangan LDR 40
Gambar 3.2 Perkembangan LDR per Kelompok Bank 40
Gambar 3.3 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan (yoy) 41
Gambar 3.4 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan (qtq) 41
Gambar 3.5 Perkembangan Total Aset Bank Umum 42
Gambar 3.6 Proporsi Aktiva Produktif 42
Gambar 3.7 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (q-t-q) 43
Gambar 3.8 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (y-o-y) 43
Gambar 3.9 Perkembangan DPK per Jenis Simpanan (Rp juta) 43
Gambar 3.10 Komposisi DPK Bank Umum (%) 43
Gambar 3.11 Perbandingan Suku Bunga Simpanan - BI Rate 44
Gambar 3.12 Pertumbuhan Kredit (yoy) 45
Gambar 3.13 Pertumbuhan Kredit (qtq) 45
Gambar 3.14 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan 45
Gambar 3.15 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank 45
Gambar 3.16 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (q-t-q) 46
Gambar 3.17 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (y-o-y) 46
Gambar 3.18 Proporsi Kredit Sektoral 46
Gambar 3.19 Perkembangan Kredit Sektoral 46
Gambar 3.20 Undisbursed Loans 47
Gambar 3.21 Perbandingan Suku Bunga Kredit - BI Rate 47
Gambar 3.22 Perkembangan Kredit UMKM 49
Gambar 3.23 Proporsi Kredit UMKM Berdasarkan Skala Usaha 49
Gambar 3.24 5 Besar Provinsi Penyalur KUR 50
Gambar 3.25 Perkembangan Penyaluran KUR di Jatim 50
Gambar 3.26 Perkembangan NPL Bank Umum 52
Gambar 3.27 Perkembangan NPL per Jenis Penggunaan 52
Gambar 3.28 Money Position Perbankan di Jawa Timur 54
Gambar 3.29 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah (qtq) 55
Gambar 3.30 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah (yoy) 55
Gambar 3.31 Proporsi DPK Perbankan Syariah di Jatim 56
Gambar 3.32 Pertumbuhan DPK Perbankan Syariah 56
Gambar 3.33 Pertumbuhan Pembiayaan Syariah per Jenis Penggunaan 56
Gambar 3.34 Pangsa Pembiayaan Syariah per Jenis Penggunaan 56
Gambar 3.35 Non Performance Financing ( NPF ) Perbankan Syariah Jatim 57
Gambar 3.36 Financing to Deposit Ratio ( FDR ) Perbankan Syariah Jatim 57
Gambar 3.37 Perkembangan Indikator BPR (yoy) 58
Gambar 3.38 Perkembangan Indikator BPR (qtq) 58
Gambar 3.39 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (% - yoy) 59
Gambar 3.40 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (% - qtq) 59
Gambar 3.41 Pertumbuhan Kredit BPR per Jenis Penggunaan (yoy) 60
Gambar 3.42 Proporsi Kredit BPR per Jenis Penggunaan 60
Gambar 3.43 Perkembangan LDR & NPL BPR 60
Gambar 3.44 Pertumbuhan Indikator Bank ber KP di Surabaya (qtq) 61
Gambar 3.45 Pertumbuhan Indikator Bank ber KP di Surabaya (yoy) 61
Gambar 3.46Proporsi DPK per Jenis Simpanan pada Bank ber KP di Surabaya (Mar-
2011) 62
Gambar 3.47Pertumbuhan DPK per Jenis Simpanan pada Bank Ber KP di Surabaya
(qtq) 62
Gambar 3.48Perkembangan Kredit per Jenis Simpanan pada Bank Ber KP di
Surabaya (qtq) 62
Gambar 3.49 Proporsi Kredit per Jenis Penggunaan Bank ber KP di Surabaya 62
Gambar 3.50 Perkembangan LDR Bank ber KP di Surabaya 63
Gambar 4.1 Dana Pemerintah Provinsi/Kab/Kota Jatim di Perbankan 68
Gambar 5.1 Perkembangan Arus Uang Tunai (Inflow-Outflow) 73
Gambar 5.2 Perkembangan Net Inflow 73
Gambar 5.3 Inflow, Outflow dan Netflow Gabungan 74
Gambar 5.4 Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (PTTB) 74
Gambar 5.5 Perkembangan Transaksi Non Tunai Di Jawa Timur 75
Gambar 5.6 Perkembangan Transaksi RTGS Di Jawa Timur 76
Gambar 5.76 Kota dengan aktivitas transaksi Outgoing RTGS Terbesar Tw I-2011 76
Gambar 5.86 Kota dengan aktivitas transaksi Incoming RTGS Terbesar Tw I-2011 76
Gambar 5.9 Perkembangan Transaksi Kliring Di Jawa Timur 77
Gambar 5.10 Tolakan Transaksi Kliring Di Jawa Timur 77
Gambar 5.11 Rasio Tolakan dalam Perputaran Kliring Di Jawa Timur 78
Gambar 5.12 Statistik Uang Palsu yang ditemukan 79
Gambar 5.13 Statistik Uang Palsu yang ditemukan (lembar) 79
Gambar 5.14 Statistik Uang Palsu Yang Ditemukan (nilai) 79
Gambar 6.1 Penyerapan Tenaga Kerja Sisi Sektoral 86
Gambar 6.2 Penyerapan Tenaga Kerja 87
Gambar 6.3 Komposisi Tenaga Kerja Formal 87
Gambar 6.4 Komposisi Bidang Tenaga Kerja Informal 87
Gambar 6.5 Penyerapan Tenaga Kerja 88
Gambar 6.6 Penyerapan Tenaga Kerja Tiga Sektor Utama 88
Gambar 6.7 Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral 89
Gambar 6.8 NTP Nasional & Jawa Timur 90
Gambar 6.9 NTP dan Pertumbuhan (Nasional & Jatim) 90
Gambar 6.10 It Serta Pertumbuhan Nasional & Jatim 90
Gambar 6.11 Ib dan Pertumbuhan Nasional & Jatim 90
Gambar 6.12 NTN Nasional & Jawa Timur 91
Gambar 6.13 NTN Serta Pertumbuhan (Nasional & Jatim) 91
Gambar 7.1 Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) 89
Gambar 7.2 Indeks Ekspetasi Penghasilan 89
Gambar 7.3 Estimasi Realisasi Usaha Tw I -2011 90
Gambar 7.4 Estimasi Penggunaan Tenaga Kerja Tw I-2011 90
Gambar 7.5 Ekspektasi Harga 3 bulan y.a.d 91
Gambar 7.6 Ekspektasi Harga 6 bulan y.a.d 91
2011
Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw.I
INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK)
JAWA TIMUR 115,26 116,11 116,87 118,50 122,53 124,36 125,5908566
- Kota Surabaya 114,25 115,09 115,81 117,31 121,93 123,53 125,0805263
- Kota Malang 116,38 116,99 118,15 119,61 122,68 124,84 125,7348982
- Kota Kediri 115,54 116,24 116,96 119,25 121,91 124,14 123,9559052
- Kota Jember 116,96 118,54 118,52 120,90 123,74 126,95 127,9696167
- Kota Probolinggo 118,72 119,91 120,77 122,97 120,74 127,92 129,455126
- Kota Madiun 120,10 121,10 122,11 123,52 127,23 129,01 130,0530576
- Kota Sumenep 113,72 114,19 114,79 116,45 126,45 121,91 122,0313567
LAJU INFLASI TAHUNAN (Y-O-Y)
JAWA TIMUR 2,75 3,40 3,01 4,66 6,31 7,10 6,94
- Kota Surabaya 2,78 3,38 2,94 4,71 6,72 7,34 7,60
- Kota Malang 3,23 3,38 3,08 4,19 5,43 6,70 5,82
- Kota Kediri 2,61 3,59 3,30 5,32 5,52 6,80 5,38
- Kota Jember 1,60 3,67 2,59 4,57 5,80 7,09 6,76
- Kota Probolinggo 2,52 3,55 3,67 5,48 6,17 6,68 6,81
- Kota Madiun 2,23 3,41 3,23 4,41 7,17 6,53 5,60
- Kota Sumenep 3,37 2,73 3,00 4,33 5,29 6,75 5,69
PDRB Harga Konstan (Milliar Rp) 81.336.597 81.184.555 82.932.699 85.184.660 87.142.176 86.994.341 88.724.137
- Pertanian 12.381.077 10.136.118 15.127.818 13.104.223 12.759.576 10.287.933 15.553.734
- Pertambangan dan Penggalian 1.887.307 1.921.861 1.633.245 1.978.179 2.046.220 2.099.675 1.802.122
- Industri Pengolahan 21.246.778 21.670.605 20.661.748 21.281.510 22.025.035 22.955.598 21.820.355
- Listrik, gas, dan air bersih 1.113.687 1.113.702 1.095.640 1.156.232 1.183.995 1.206.216 1.174.790
- Bangunan 2.692.947 2.708.788 2.444.916 2.752.099 2.848.380 2.947.205 2.626.382
- Perdagangan, Hotel dan Restoran 24.127.645 25.295.849 25.023.851 26.262.091 27.183.239 27.759.932 27.085.226
- Pengangkutan dan komunikasi 5.941.720 6.089.573 5.467.981 6.293.459 6.545.647 6.769.338 6.546.139
- Keuangan, persewaan, dan jasa 4.465.773 4.492.329 4.422.062 4.602.886 4.737.927 4.896.615 4.785.173
- Jasa 7.479.663 7.755.731 7.055.439 7.753.982 7.812.157 8.071.829 7.330.216
Pertumbuhan PDRB (yoy ) 6,27 6,27 5,82 6,53 7,14 7,16 6,98
Nilai Ekspor Non migas (USD Juta) 2.539 3.094 3.147 2.899 3.137 3.726 3.831
Volume Ekspor Non migas (ribu ton) 2.330.006 2.615.737 1.757.915 1.699.869 1.924.322 2.379.501 1.896.641
Nilai Impor Non migas (USD juta) 2.522 2.705 2.908 3.056 3.280 3.511 3.306
Volume Impor Non Migas (ribu ton) 3.411.802 3.912.001 4.220.239 4.491.958 4.202.823 4.324.500 4.293.192
INDIKATOR2009
INDIKATOR MAKRO EKONOMI JAWA TIMUR
LAMPIRAN
2010
xii
A. Perbankan2011
Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
Bank Umum :
Total Asset (Rp. Triliun) 215.230.203 223.738.664 222.889.874 229.896.301 240.608.858 248.927.046 256430659,9
DPK (Rp. Triliun) 186.080.538 194.192.579 193.347.650 196.308.308 202.513.764 215.098.429 217015966,1
- Tabungan (Rp. Triliun) 68.207.789 76.093.005 72.224.198 75.327.480 82.692.056 90.833.487 38.031.194
- Giro (Rp. Triliun) 36.729.747 35.253.108 36.197.311 37.433.001 36.268.935 35.830.790 88.792.321
- Deposito (Rp. Triliun) 81.143.002 82.846.466 84.926.141 83.547.827 83.552.773 88.434.152 90.192.451
Kredit (Rp. Triliun) - Bank Pelapor 122.927.131 129004070 132.545.850 142.824.021 148.551.644 154.788.596 161.925.327
- Modal Kerja 79.457.149 81.958.525 81.248.863 87.199.824 91.357.692 94.299.854 95.800.705
- Investasi 15.011.976 16.347.905 16.885.608 19.422.773 18.130.906 18.978.220 21.768.593
- Konsumsi 28.458.006 30.697.640 34.411.379 36.201.424 39.063.046 41.510.522 44.356.028
Non Performing Loan (NPL-Gross) 3,15% 3,15% 3,01% 2,89% 3,03% 2,96% 3,37%
Loan to Deposit Ratio - LDR (%) 66,06% 66,43% 68,55% 72,75% 73,35% 71,96% 74,61%
Kredit UMKM (Triliun Rp)-Bank Pelapor 62.216.963 62.216.963 76.910.959 80.769.535 85.882.849 89.901.853 94.716.510
NPL MKM Gross (%) 3,90% 3,34% 2,83% 2,78% 2,80% 2,71% 3,08%
7 Bank Berkantor Pusat di Surabaya
Total Asset (Rp. Triliun) 24.360.204 22.297.233 24.235.582 25.718.896 25.361.355 23.995.207 26.170.817
DPK (Rp. Triliun) 19.743.419 16.672.770 18.872.411 21.094.454 20.613.337 18.327.649 20.726.092
- Tabungan (Rp. Triliun) 3.858.879 4.700.170 3.835.575 4.092.166 4.670.781 7.226.966 9.761.442
- Giro (Rp. Triliun) 9.639.127 7.106.968 9.178.241 10.300.727 6.695.726 4.796.422 6.070.081
- Deposito (Rp. Triliun) 6.245.413 4.865.632 5.858.595 6.701.561 3.566.582 6.304.261 4.894.569
Kredit (Rp. Triliun) 10.750.990 10.832.548 11.260.975 12.213.262 12.714.485 13.135.130 13.775.988
- Kredit Modal Kerja 6.426.224 6.268.528 6.240.615 6.882.824 6.997.370 6.681.471 6.627.095
- Kredit Investasi 3.078.143 3.115.704 3.036.009 3.129.982 2.890.039 2.772.028 2.467.217
- Kredit Konsumsi 1.246.623 1.448.316 1.984.351 2.200.456 2.827.076 3.681.631 4.681.676
Non Performing Loan (NPL-Gross) 0,83% 0,66% 0,77% 0,81% 0,94% 0,79% 0,85%
Loan to Deposit Ratio - LDR (%) 54,45% 64,97% 59,67% 57,90% 61,88% 71,67% 0,66%
BPR :
Total Asset (Rp. Triliun) 4.619.643 4.818.651 4.994.426 5.232.509 5.469.855 5732526 5863144
DPK (Rp. Triliun) 2.852.683 2.963.922 3.090.311 3.237.855 3.350.803 3507915,018 3578663
- Tabungan (Rp. Triliun) 901.839 953.661 981.071 1.000.919 2.328.590 2400933,622 2455302
- Deposito (Rp. Triliun) 1.950.845 2.010.261 2.109.240 2.236.936 1.022.212 1106981,396 1123361
Kredit (Rp. Triliun) 3.540.416 3.564.262 3.732.676 4.043.644 4.177.476 4149040,982 4.282.468
- Modal Kerja 2.454.650 2.460.805 2.616.557 2.796.936 2.901.158 2857164,37 2.942.006
- Investasi 111.318 113.678 113.595 119.591 115.173 120617,005 111.812
- Konsumsi 974.448 989.779 1.036.964 1.127.117 1.161.145 1171259,607 1.228.650
Non Performing Loan (NPL-Gross) 5,31% 4,36% 4,50% 4,52% 4,99% 4,24% 5,10%
Loan to Deposit Ratio - (LDR) % 124,11% 120,25% 120,79% 124,89% 124,67% 118,28% 119,67%
SYARIAH :
Total Asset (Rp. Triliun) 4.369.523 5.022.870 5.162.907 5.680.189 6.539.159 7.264.692 9.317.169
DPK (Rp. Triliun) 3.558.948 4.105.107 4.189.425 4.383.448 4.845.600 5.748.610 7.237.731
- Tabungan (Rp. Triliun) 1.248.871 1.447.541 1.491.103 1.657.203 1.662.223 435.026 528.412
- Giro (Rp. Triliun) 255.041 319.018 347.838 344.776 371.837 2.181.474 2.637.852
- Deposito (Rp. Triliun) 2.055.036 2.338.548 2.350.484 2.381.469 2.811.540 3.132.110 4.071.467
Pembiayaan (Rp. Triliun) 3.151.113 3.487.578 3.853.463 4.372.252 4.765.357 5.568.337 5.960.4655.960.4655.960.4655.960.465
- Modal Kerja 1.228.292 1.266.419 1.342.435 1.621.087 1.846.444 2.116.419 2.139.198
- Investasi 369.503 451.506 533.164 617.981 645.896 696.138 672.358
- Konsumsi 1.553.318 1.769.653 1.977.864 2.133.184 2.273.017 2.755.780 3.148.909
Non Performance Financing (NPF) % 1,54 1,15 1,09 1,24 1,26 1,00 1,19
Financing to Deposit Ratio (FDR) % 88,54 84,96 91,98 99,74 98,34 96,86 82,35
B. SISTEM PEMBAYARAN2011
Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
Inflow (Rp. Triliun) 3,88 8,29 7,67 4,98 8,70 6,84 8,99
Outflow (Rp. Triliun) 7,83 5,14 2,72 5,09 9,55 5,25 3,54
Pemusnahan Uang (Rp- Triliun) 3,24 5,20 5,31 5,22 51,58 2,14 6,30
Nominal Transaksi RTGS 94,82 119,51 107,51 127,74 142,31 141,82 126,95
Volume Transaksi RTGS 126.132 135.944 131.114 145.270 144.268 157.374 142.015
Nominal Kliring Kredit (Rp. Triliun) 39,07 38,47 35,96 33,86 37,09 38,26 40,04
Volume Kliring Kredit (juta lembar) 1,39 1,38 1,31 1,23 1,31 1,27 1,353
Tolakan Kliring (Rp. Juta) 641.871 820.764 585.957 734.610 669.104 598.697 764.425
Tolakan Kliring (lembar) 24.374 27.262 22.215 26.322 24.784 20.592 24.250
LAMPIRAN
INDIKATOR PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN JAWA TIMUR
2010
2010
INDIKATOR
INDIKATOR
2009
2009
xiii
Bab 1Bab 1Bab 1Bab 1
PERKEMBANGAN EKONOMI PERKEMBANGAN EKONOMI PERKEMBANGAN EKONOMI PERKEMBANGAN EKONOMI
MAKRO REGIONALMAKRO REGIONALMAKRO REGIONALMAKRO REGIONAL
1
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – 2011
Gambar 1.1Gambar 1.1Gambar 1.1Gambar 1.1
Perkembangan Pertumbuhan EkonomPerkembangan Pertumbuhan EkonomPerkembangan Pertumbuhan EkonomPerkembangan Pertumbuhan Ekonomi i i i
Prov.Jawa TimurProv.Jawa Timur
Sumber: BPS Jatim
GamGamGamGambar 1.2bar 1.2bar 1.2bar 1.2
Struktur Perekonomian Prov. Jawa TimurStruktur Perekonomian Prov. Jawa TimurStruktur Perekonomian Prov. Jawa TimurStruktur Perekonomian Prov. Jawa Timur
Sumber: BPS Jatim
0%
20%
40%
60%
80%
100%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011
Listrik Gas Air Bersih
Tambang
Bangunan
Keuangan
Angkut & Kom
Jasa
Pertanian
Industri
PHR
5,655,655,655,65
6,036,036,036,03
6,396,396,396,39 6,346,346,346,34
5,995,995,995,996,276,276,276,27
6,176,176,176,17
5,355,355,355,35
4,954,954,954,954,964,964,964,96
4,984,984,984,98
5,165,165,165,16
5,825,825,825,82
6,536,536,536,53
7,147,147,147,14 7,167,167,167,16 6,996,996,996,99
5,85 5,85 5,85 5,85
5,18 5,18 5,18 5,18
4,37 4,37 4,37 4,37
4,00 4,00 4,00 4,00 4,20 4,20 4,20 4,20
4,58 4,58 4,58 4,58
5,70 5,70 5,70 5,70
6,17 6,17 6,17 6,17
5,80 5,80 5,80 5,80
6,96,96,96,9
6,56,56,56,5
3
4
5
6
7
8
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011
Jawa Timur Indonesia
%
y
o
y
1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
1.1. KONDISI UMUM
Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada triwulan I-2011 sebesar 6,99%
(yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan IV-2010 sebesar 7,16%,
namun tetap lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional yang
tercatat sebesar 6,50%. Dari sisi permintaan, pertumbuhan pada triwulan ini didorong
oleh konsumsi masyarakat dan perdagangan luar negeri (ekspor-impor) dengan
kondisi net ekspor. Sementara itu, masih seperti pola-pola sebelumnya, realisasi
anggaran pemerintah masih minim di awal tahun.
Dari sisi penawaran, sektor Pertanian dan Industri Pengolahan
merupakan sektor pendorong pertumbuhan ekonomi Jatim, sementara sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) mengalami perlambatan dibandingkan
triwulan sebelumnya. Sektor lainnya yang menyumbang pertumbuhan pada triwulan
ini, adalah sektor Pertambangan serta sektor Angkutan dan Komunikasi.
1.2. SISI PERMINTAAN
Dari sisi permintaan, pertumbuhan pada triwulan ini didorong oleh konsumsi
masyarakat dan perdagangan luar negeri (ekspor-impor) dengan kondisi net ekspor.
Selanjutnya, masih seperti pola-pola sebelumnya, realisasi anggaran pemerintah
daerah masih minim di awal tahun dan didominasi oleh realisasi belanja pegawai baik
belanja langsung maupun tidak langsung.
2
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – 2011
0
10
20
30
40
50
60
70
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011
0%
5%
10%
15%
20%
25%Kons Rumah Tangga Kons PemerintahgKons Rumah Tangga (rhs) gKonsumsi Pemerintah (rhs)
-5
-4
-3
-2
-1
0
1
2
3
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011
-5000%
-4000%
-3000%
-2000%
-1000%
0%
1000%Net Ekspor Net Ekspor Antar PulaugNet Ekspor (rhs) gNet Ekspor Antar Pulau
a. Konsumsi
Meskipun pertumbuhan investasi di Jawa Timur pada triwulan I-2011 mengalami
penurunan, namun membaiknya pertumbuhan konsumsi masyarakat dari 8,32% (yoy)
menjadi sebesar 9,96%, turut mempengaruhi pada pertumbuhan ekonomi Jawa Timur
yang hanya mengalami sedikit perlambatan pada triwulan ini. Pertumbuhan konsumsi
tersebut dikonfirmasi peningkatan pada beberapa indikator konsumsi seperti hasil
Survei Penjualan Eceran, jumlah konsumsi listrik rumah tangga serta penjualan
kendaraan baru.
Selain itu, adanya momentum Tahun Baru, Perayaan Imlek dan hari besar
keagamaan pada triwulan ini turut memicu peningkatan konsumsi masyarakat.
Lancarnya pelaksanaan Pilkada di Kab.Tuban turut pula mendukung kegiatan
ekonomi terutama terkait distribusi dan kegiatan perdagangan di daerah sekitarnya.
Kegiatan konsumsi masyarakat diindikasikan pula dengan membaiknya indeks
omset riil selama triwulan I-2011 dibandingkan triwulan sebelumnya. Dengan
peningkatan tertinggi terjadi pada kelompok peralatan mamin & tembakau, pakaian
dan alat tulis. Indikator lain yang menjelaskan penguatan konsumsi masyarakat adalah
peningkatan penjualan motor baru di Jawa Timur, sedangkan penjualan mobil relatif
stabil terkait pemberlakuan pajak tambahan bagi pemilik kendaraan lebih dari satu.
Selain itu, tingkat konsumsi listrik rumah tangga pun relatif stabil. Sesuai dengan
karakternya, penjualan mobil dan motor merupakan cermin keyakinan konsumen atas
kebutuhan konsumsi untuk jangka panjang karena sifat barangnya yang relatif mahal
(big ticket items) dan tahan lama (durable goods).
GambarGambarGambarGambar 1.31.31.31.3
Sisi Permintaan PDRB Prov.Jawa TimurSisi Permintaan PDRB Prov.Jawa TimurSisi Permintaan PDRB Prov.Jawa TimurSisi Permintaan PDRB Prov.Jawa Timur
Sumber: BPS Jatim
GambarGambarGambarGambar 1.41.41.41.4
Sisi Permintaan PDRB Prov.Jawa TimurSisi Permintaan PDRB Prov.Jawa TimurSisi Permintaan PDRB Prov.Jawa TimurSisi Permintaan PDRB Prov.Jawa Timur
Sumber: BPS Jatim
3
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – 2011
GambarGambarGambarGambar 1.51.51.51.5
Indeks Penjualan Indeks Penjualan Indeks Penjualan Indeks Penjualan EceranEceranEceranEceran
Sumber: Survei Penjualan Eceran BI Surabaya Sumber: PLN Distribusi Jatim
Gambar 1.7Gambar 1.7Gambar 1.7Gambar 1.7
Penjualan Mobil Baru di Jawa TimurPenjualan Mobil Baru di Jawa TimurPenjualan Mobil Baru di Jawa TimurPenjualan Mobil Baru di Jawa Timur
Sumber: Dispenda Jatim
70
80
90
100
110
120
130
1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3
2007 2008 2009 2010 2011
0
100
200
300
400
500
600
700
800Konsumsi listrik RT KwH per pelanggan RT
0
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3
2007 2008 2009 2010 2011
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%Penjualan Mobil
g Penjualan Mobil (yoy)
0
20
40
60
80
100
120
140
160
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 23*
2007 2008 2009 2010 2011
Indeks Omset Riil Peralatan RT
Mamin & Tembakau Pakaian
Alat Tulis
Sementara itu, pertumbuhan simpanan perorangan sebagai salah satu sumber
pembiayaan konsumsi masyarakat masih sama dengan pola-pola triwulan
sebelumnya yaitu masih relatif rendah. Namun secara keseluruhan pertumbuhannya
mengalami perbaikan dibandingkan di akhir tahun. Sumber pembiayaan eksternal
lainnya yang penting bagi masyarakat adalah kredit konsumsi perbankan yang selama
triwulan I-2011 sedikit melambat, sesuai dengan karakter realisasi kredit di awal tahun,
namun lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan I-2010.
Gambar Gambar Gambar Gambar 1.81.81.81.8
Penjualan Motor Baru di Jawa TimurPenjualan Motor Baru di Jawa TimurPenjualan Motor Baru di Jawa TimurPenjualan Motor Baru di Jawa Timur
GambarGambarGambarGambar 1.61.61.61.6
Konsumsi Listrik Rumah TanggaKonsumsi Listrik Rumah TanggaKonsumsi Listrik Rumah TanggaKonsumsi Listrik Rumah Tangga
Sumber: Dispenda Jatim
0
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3
2007 2008 2009 2010 2011
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
250%g Penjualan Sepeda Motor
g Penjualan Sepeda Motor(yoy)
BAB I – PERKEMBANGAN EKONO
Sumber: Survei Konsumen BI Sura
Gambar Gambar Gambar Gambar
SuSuSuSurvei Konsumen rvei Konsumen rvei Konsumen rvei Konsumen ––––
Gambar 1.Gambar 1.Gambar 1.Gambar 1.9999
Kredit KonsumKredit KonsumKredit KonsumKredit Konsum
-
5.000.000
10.000.000
15.000.000
20.000.000
25.000.000
30.000.000
35.000.000
40.000.000
45.000.000
50.000.000
I II III IV I II III IV I II
2007 2008 2009
Kredit Konsumsi
gKredit Konsumsi (rhs)
Gambar 1Gambar 1Gambar 1Gambar 1
Perkembangan JumlahPerkembangan JumlahPerkembangan JumlahPerkembangan Jumlah
50
60
Selain itu nilai
Ekonomi dan Kon
1.11 dan gambar 1
indeks ini masih b
yang diatas 100 b
pesimis terhadap k
b. Investasi
Pada triwulan
dibandingkan triwu
Menurunnya kinerj
Penanaman Modal
(PMDN) relatif stabil
Tercatat selam
merupakan terbesa
aya
Sumber: Laporan Bulanan Perba
KONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regio
rabaya Sumber: Survei Konsumen BI S
GambGambGambGamb
Survei Konsumen Survei Konsumen Survei Konsumen Survei Konsumen –––– EEEE
r 1.r 1.r 1.r 1.11111111
–––– Kondisi Saat IniKondisi Saat IniKondisi Saat IniKondisi Saat Ini
GambGambGambGamb
Dana Simpanan PeDana Simpanan PeDana Simpanan PeDana Simpanan Pe
msimsimsimsi
(0,10)
-
0,10
0,20
0,30
0,40
0,50
0,60
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2007 2008
gDPK Perorangan
gTab Perorangan
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
III IV I II III IV I
009 2010 2011
1. 1. 1. 1.13131313
h Proyek Investasih Proyek Investasih Proyek Investasih Proyek Investasi
300%
Jumlah Proyek PMA Jumlah Proyek PMDN
Perubahan Jumlah Proyek PMA Perubahan Jumlah Proyek PMDN
nilai Indeks Keyakinan Konsumen yang tercermin
n Kondisi Ekonomi Indonesia 6 bulan yang akan d
mbar 1.12 mengalami peningkatan. Hingga triwula
asih berada di atas 100 yang mencerminkan op
100 berarti lebih banyak responden yang mer
adap kondisi ekonomi saat ini).
ulan I-2011, kegiatan investasi di Jawa Timur m
triwulan sebelumnya, yaitu dari 7,80% (yo
kinerja ini disebabkan oleh penurunan nilai
odal Asing (PMA), sedangkan nilai Penanaman
stabil.
elama triwulan I-2011, realisasi investasi P
rbesar ketiga di Indonesia senilai US$ 277 jut
bankan, diolah Sumber: Laporan Bulanan Perban
4
Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur
Triwulan I – 2011
Surabaya
bar 1.bar 1.bar 1.bar 1.12121212
Ekspektasi MasyarakatEkspektasi MasyarakatEkspektasi MasyarakatEkspektasi Masyarakat
bar 1.bar 1.bar 1.bar 1.10101010
Perbankan PeroranganPerbankan PeroranganPerbankan PeroranganPerbankan Perorangan
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 12 1 2 3
2009 2010 2011
gGiro Perorangan
gDep Perorangan
cermin dari Indeks Kondisi
akan datang pada gambar
triwulan I-2011, nilai kedua
an optimisme (nilai indeks
merasa optimis daripada
mengalami penurunan
(yoy) menjadi 5,03%.
nilai realisasi investasi
man Modal Dalam Negeri
asi PMA di Jawa Timur
77 juta untuk 15 proyek,
nkan, diolah
5
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – 2011
Sumber: Laporan Bulanan Perbankan, diolah
Sumber: BPM Jawa Timur
Gambar 1.Gambar 1.Gambar 1.Gambar 1.11116666
Perkembangan Kredit InvestasiPerkembangan Kredit InvestasiPerkembangan Kredit InvestasiPerkembangan Kredit Investasi
GambarGambarGambarGambar 1.151.151.151.15
Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan PMTBPMTBPMTBPMTB
Sumber: BPS Jawa Timur
-200%
0%
200%
400%
600%
800%
1000%
1200%
-
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1.000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011
Nilai Proyek PMA (USD million) Nilai Proyek PMDN (Rp miliar)
g Nilai Proyek PMA g Nilai Proyek PMDN
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011
0%
5%
10%
15%
20%
25%PMTB gPMTB (rhs)
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
-
5.000.000
10.000.000
15.000.000
20.000.000
25.000.000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011
Kredit Investasi
gKredit Investasi (rhs)
Gambar 1.Gambar 1.Gambar 1.Gambar 1.11114444
Perkembangan Nilai InvestasiPerkembangan Nilai InvestasiPerkembangan Nilai InvestasiPerkembangan Nilai Investasi Gambar 1.Gambar 1.Gambar 1.Gambar 1.13131313
Perkembangan Jumlah Perkembangan Jumlah Perkembangan Jumlah Perkembangan Jumlah Proyek InvestasiProyek InvestasiProyek InvestasiProyek Investasi
-100%
0%
100%
200%
300%
-
10
20
30
40
50
60
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011
Jumlah Proyek PMA Jumlah Proyek PMDN
Perubahan Jumlah Proyek PMA Perubahan Jumlah Proyek PMDN
mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya dengan nilai investasi
sebesar US$ 300 juta (53 proyek). Akibatnya, Jawa Timur tidak termasuk dalam lima
besar provinsi penerima investasi PMA tertinggi di Indonesia. Sementara itu, tingkat
realisasi investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di Jawa Timur pada
triwulan ini menjadi provinsi penerima investasi PMDN tertinggi di Indonesia, dengan
nilai sebesar Rp.2,5 triliun untuk 31 proyek, mengalami peningkatan jika
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya senilai Rp.2,1 triliun dengan 28 proyek.
Nilai realisasi investasi di Jawa Timur diperkirakan terus mengalami
peningkatan mengingat potensi sektor pertambangan dan pariwisata Jatim yang
masih cukup prospektif untuk dikembangkan. Hal tersebut didukung pula adanya
fasilitas Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) yang telah mendapat penghargaan
sebagai Penyelenggara Terbaik Pertama PTSP di Indonesia, bersaing dengan 130
PTSP di bidang penanaman modal lainnya.
Indikator lainnya mengindikasikan hal yang sama, yaitu pada tingkat
penjualan semen dan truk baru. Sementara itu, kinerja kredit investasi mengalami
Sumber: BPM Jawa Timur Sumber: BPM Jawa Timur
6
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – 2011
GambarGambarGambarGambar 1.171.171.171.17
Perkembangan Volume Penjualan SemenPerkembangan Volume Penjualan SemenPerkembangan Volume Penjualan SemenPerkembangan Volume Penjualan Semen
GambaGambaGambaGambar 1.18 r 1.18 r 1.18 r 1.18
Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan Penjualan TrukPenjualan TrukPenjualan TrukPenjualan Truk
Sumber: Dipenda Prov.Jawa Timur
GambarGambarGambarGambar 1.191.191.191.19
Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan Impor Barang ModalImpor Barang ModalImpor Barang ModalImpor Barang Modal
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia
-0,8
-0,4
0,0
0,4
0,8
1,2
1,6
2,0
1 2 3 4 5 6 7 8 910
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1*
2*
3*
2007 2008 2009 2010 2011
gTotal Impor gCapital Goods
%
y
o
y
%
y
o
y
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
0
100.000
200.000
300.000
400.000
500.000
600.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2
3*
2007 2008 2009 2010 2011
Vol Penjualan Semen gPenjualan Semen
peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini menunjukkan kepercayaan
dunia usaha pada kondisi perekonomian Jawa Timur telah membaik, meskipun
secara keseluruhan kinerja investasi di Jawa Timur pada triwulan ini mengalami
perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya.
Sementara itu, pasca penghapusan tarif impor barang modal (semula 0%),
turut pula mempengaruhi kinerja impor barang modal ke Jawa Timur yang
cenderung stagnan dibandingkan triwulan IV-2010. Hal ini dikhawatirkan dapat
mempengaruhi kinerja sektor-sektor yang membutuhkan impor barang modal,
sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja pertumbuhan ekonomi di
Jawa Timur.
c. Ekspor-Impor
Terus membaiknya kinerja ekspor luar negeri Jawa Timur setelah melampaui
kondisi sebelum krisis global, masih terus dipertahankan pada triwulan ini yang
mengalami pertumbuhan sebesar 10,99% (yoy), meskipun sedikit menurun
dibandingkan triwulan sebelumnya (13,70%). Kinerja ekspor Jawa Timur turut
Sumber: Bank Indonesia
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3
2007 2008 2009 2010 2011
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%Penjualan Truk g Penjualan Truk (yoy)
7
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – 2011
dipengaruhi oleh kenaikan harga beberapa komoditas dunia, seperti tembaga dan
kopi, meskipun volumenya sedikit mengalami penurunan. Melanjutkan strategi
ekspor pada triwulan sebelumnya, strategi diversifikasi produk ekspor juga telah
membuahkan hasil, selain mulai dikenalnya produk buah-buahan tropis, Jawa Timur
juga mulai meningkatkan ekspor kimia organik dan komoditas lemak dan minyak
hewan.
Di sisi lain, kondisi impor Jawa Timur mengalami penurunan, sehingga
meningkatkan nilai net ekspor pada triwulan ini. Tercatat impor Jatim tumbuh
sebesar 3,29% (yoy), mengalami penurunan dari triwulan sebelumnya dengan
pertumbuhan sebesar 10,80%. Penurunan ini disebabkan oleh menurunnya ketiga
jenis barang impor dengan penurunan tertinggi yaitu pada jenis barang modal, diikuti
oleh barang konsumsi dan barang bahan baku.
Berdasarkan jenisnya, nilai impor tertinggi masih berupa impor bahan baku,
diikuti oleh impor barang modal dan konsumsi. Dominasi impor bahan baku ke Jatim
hingga triwulan I-2011 masih relatif sama dengan triwulan IV-2010, yaitu berada
pada kisaran 70% - 75%, yang sebelumnya berada pada kisaran 80%. Hal ini dipicu
oleh meningkatnya nilai impor barang modal hingga mencapai kisaran 20%,
meningkat sebesar 10% dibandingkan pada periode sebelumnya. Sedangkan, impor
barang konsumsi relatif tetap berada pada kisaran 5% - 10%. Dengan demikian,
komposisi impor Jatim hingga triwulan I-2011 lebih dipengaruhi oleh kebijakan
pemerintah pusat terkait kegiatan ekspor impor dibandingkan dengan kebijakan
pemberlakuan ACFTA.
Secara keseluruhan, pada triwulan ini Jawa Timur mencatat surplus neraca
perdagangan luar negeri (trade balance) sebesar Rp2,27 triliun, mengalami
peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tercatat sebesar
Rp.2,23 triliun. Nilai ini terus membaik pasca menurunnya nilai surplus perdagangan
luar negeri Jatim di triwulan I-2010.
8
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – 2011
Gambar 1.20Gambar 1.20Gambar 1.20Gambar 1.20
Perkembangan Nilai EksporPerkembangan Nilai EksporPerkembangan Nilai EksporPerkembangan Nilai Ekspor
Gambar 1.22Gambar 1.22Gambar 1.22Gambar 1.22
Pertumbuhan Pertumbuhan Pertumbuhan Pertumbuhan Volume EksporVolume EksporVolume EksporVolume Ekspor
Gambar 1.Gambar 1.Gambar 1.Gambar 1.23232323
Pertumbuhan Pertumbuhan Pertumbuhan Pertumbuhan Volume ImporVolume ImporVolume ImporVolume Impor
Gambar 1.Gambar 1.Gambar 1.Gambar 1.24242424
Nilai Impor per Jenis BarangNilai Impor per Jenis BarangNilai Impor per Jenis BarangNilai Impor per Jenis Barang
Gambar Gambar Gambar Gambar 1.251.251.251.25
Pertumbuhan Impor per Jenis BarangPertumbuhan Impor per Jenis BarangPertumbuhan Impor per Jenis BarangPertumbuhan Impor per Jenis Barang
-40%
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
-
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
1 2 3 4 5 6 7 8 910
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1*
2*
3*
2007 2008 2009 2010 2011
Nilai Ekspor g Nilai Ekspor
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
-
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1*2*3*
2007 2008 2009 2010 2011
Nilai Impor g Nilai Impor
-50%
-40%
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
-
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1.000
1 2 3 4 5 6 7 8 910
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1*2*3*
2007 2008 2009 2010 2011
Volume Ekspor g Volume Ekspor
-80%
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
-
500
1.000
1.500
2.000
2.500 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1*2*3*
2007 2008 2009 2010 2011
Volume Impor g Volume Impor
0
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
1 2 3 4 5 6 7 8 910
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
121*
2*
3*
2007 2008 2009 2010 2011
Consumption Goods Intermediate Goods Capital Goods
-0,8
-0,4
0,0
0,4
0,8
1,2
1,6
2,0
1 2 3 4 5 6 7 8 910
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
121*
2*
3*
2007 2008 2009 2010 2011
gTotal Impor
gCapital Goods
gIntermediate Goods
gConsumption Goods
%
y
o
y
Gambar 1.21Gambar 1.21Gambar 1.21Gambar 1.21
Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan NilaiNilaiNilaiNilai ImporImporImporImpor
Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia
Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia
Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia
9
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – 2011
Gambar 1.Gambar 1.Gambar 1.Gambar 1.26262626
Neraca Perdagangan Luar NegeriNeraca Perdagangan Luar NegeriNeraca Perdagangan Luar NegeriNeraca Perdagangan Luar Negeri
GambarGambarGambarGambar 1.271.271.271.27
Neraca Perdagangan KumulatifNeraca Perdagangan KumulatifNeraca Perdagangan KumulatifNeraca Perdagangan Kumulatif
Gambar 1.Gambar 1.Gambar 1.Gambar 1.29292929
Jumlah Ship CallsJumlah Ship CallsJumlah Ship CallsJumlah Ship Calls
-40%
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
0
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3
2007 2008 2009 2010 2011
%
TEUS
Total kontainer
gTotal Kontrainer (RHS)
60
80
100
120
140
160
180
1 2 3 4 5 6 7 8 910
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3
2007 2008 2009 2010 2011
Jumlah Ship Calls
(400)
(300)
(200)
(100)
-
100
200
300
400
500
1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1*2*3*
2007 2008 2009 2010 2011
Net Ekspor
-80%
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
1 2 3 4 5 6 7 8 91
01
11
2 1 2 3 4 5 6 7 8 91
01
11
2 1 2 3 4 5 6 7 8 91
01
11
2 1 2 3 4 5 6 7 8 91
01
11
21
*2
*3
*
2007 2008 2009 2010 2011
Cumulative Net Ekspor
Relatif stabilnya ekspor luar negeri Jatim pada triwulan I-2011 dapat
tercermin pula pada indikator jumlah kontainer dan ship calls pada perusahaan
petikemas terkemuka di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya yang menunjukkan
nilai relatif sama dengan triwulan sebelumnya. Permasalahan pipa gas yang masih
menjadi penghambat proses bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Perak masih
belum menemui solusi hingga awal tahun 2011, karena rumitnya proses birokrasi di
pemerintah pusat. Dengan semakin membesarnya kegiatan perdagangan luar negeri
Jatim, pipa gas dimaksud perlu dicarikan solusi agar tidak memotong Alur Pelayaran
Barat Surabaya (APBS).
Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia
Sumber: PT X, Tanjung Perak Sumber: PT X, Tanjung Perak
Gambar 1.Gambar 1.Gambar 1.Gambar 1.28282828
Statistik Kontainer Statistik Kontainer Statistik Kontainer Statistik Kontainer di Tanjung Perakdi Tanjung Perakdi Tanjung Perakdi Tanjung Perak
10
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – 2011
Gambar 1.30Gambar 1.30Gambar 1.30Gambar 1.30
Statistik Kontainer Statistik Kontainer Statistik Kontainer Statistik Kontainer InternasionalInternasionalInternasionalInternasional
Gambar 1.32Gambar 1.32Gambar 1.32Gambar 1.32
Negara Tujuan Ekspor Jawa Timur Negara Tujuan Ekspor Jawa Timur Negara Tujuan Ekspor Jawa Timur Negara Tujuan Ekspor Jawa Timur 2010201020102010
Gambar 1.33Gambar 1.33Gambar 1.33Gambar 1.33
Perkembangan Ekspor menurut TujuanPerkembangan Ekspor menurut TujuanPerkembangan Ekspor menurut TujuanPerkembangan Ekspor menurut Tujuan
-
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
70.000
80.000
90.000
100.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3
2007 2008 2009 2010 2011
Impor
Ekspor
Total-
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3
2007 2008 2009 2010 2011
Discharged
Load
Total
0
50.000.000
100.000.000
150.000.000
200.000.000
250.000.000
300.000.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1* 2* 3*
2007 2008 2009 2010 2011
JAPAN USA MALAYSIA
RRC THAILAND SINGAPORE
Japan18%
USA8%
Malaysia11%
China7%
Thailand4%
Spore5%
Others47%
Berdasarkan negara tujuan, ekspor luar negeri Jawa Timur pada triwulan I-
2011 hampir seluruhnya menunjukkan nilai yang stabil, khususnya pada negara
tujuan utama, yaitu Jepang, Malaysia, Amerika dan Cina. Momentum tahun baru
dan Perayaan Imlek di beberapa negara turut mendukung stabilnya kinerja ekspor
luar negeri Jawa Timur pada triwulan ini dibandingkan periode sebelumnya.
Komposisi ekspor Jatim masih didominasi oleh enam negara, yaitu Jepang
(18%), Amerika Serikat (8%), Malaysia (11%), Cina (7%), Singapura (5%) dan
Thailand (4%). Ekspor keenam negara ini mencapai 60% total nilai ekspor Jawa
Timur. Setelah sempat menurun akibat krisis global, nilai ekspor Jawa Timur ke
negara-negara partner dagang utama ini kembali pulih sejak Maret 2010 dan terus
mengalami peningkatan.
Mencermati kinerja ekspor Jatim ke Amerika Serikat yang terus meningkat
pasca krisis global tahun 2008 didominasi oleh produk furnitur, alumunium,
Sumber: PT X, Tanjung Perak
Gambar 1.31Gambar 1.31Gambar 1.31Gambar 1.31
Statistik Kontainer Statistik Kontainer Statistik Kontainer Statistik Kontainer DomestikDomestikDomestikDomestik
Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia
Sumber: PT X, Tanjung Perak
11
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – 2011
Gambar 1.34Gambar 1.34Gambar 1.34Gambar 1.34
Komoditas Komoditas Komoditas Komoditas Ekspor Ekspor Ekspor Ekspor ke Amerika Serikat 2010ke Amerika Serikat 2010ke Amerika Serikat 2010ke Amerika Serikat 2010
Gambar 1.35Gambar 1.35Gambar 1.35Gambar 1.35
Perkembangan Ekspor Perkembangan Ekspor Perkembangan Ekspor Perkembangan Ekspor Jatim ke Amerika SerikatJatim ke Amerika SerikatJatim ke Amerika SerikatJatim ke Amerika Serikat
Sumber: Bank Indonesia
30%
18%
15%
26%
4%
7%
Furniture,bedding,lamps illum.signs
Fish,crustaceans,moluscs,oth.invert
Prep. of meat,fish,crust., molluscs
Alumunium and articles thereof
Paper and paperboard
Plastics and articles thereof
Others
(3.000.000)
2.000.000
7.000.000
12.000.000
17.000.000
22.000.000
27.000.000
32.000.000
37.000.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1*2*3*
2007 2008 2009 2010 2010
-8%
-4%
0%
4%
8%
12%
16%
0
5
10
15
20
25
30
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011
PHR Industri Pertanian
gPHR (rhs) gIndustri (rhs) gPertanian (rhs)
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
0
1
2
3
4
5
6
7
8
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011
Jasa Angkut & Kom Keuangan
gJasa (rhs) gAngkut & Kom (rhs) gKeuangan (rhs)
perikanan dan makanan olahan. Khusus kinerja produk furnitur dan alumunium dan
makanan olahan telah melampaui posisi ekspor sebelum krisis global, sedangkan
produk fresh seafood dan olahan plastik sedikit menurun dibandingkan triwulan
sebelumnya. Gempa dan tsunami yang melanda Jepang di awal bulan Maret 2011
diperkirakan turut mempengaruhi kinerja ekspor-impor Jawa Timur, yang pada
akhirnya berpengaruh pula pada tingkat pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada
triwulan III-2011.
1.3. SISI PENAWARAN
Dari sisi penawaran, struktur perekonomian Jawa Timur pada triwulan I-2011
masih didominasi oleh tiga sektor utama yaitu Perdagangan, Hotel & Restoran (PHR),
Industri Pengolahan, dan Pertanian. Kombinasi ketiganya memberi sumbangan hingga
sekitar 75% terhadap PDRB Jawa Timur.
Gambar 1.36Gambar 1.36Gambar 1.36Gambar 1.36
Pertumbuhan Pertumbuhan Pertumbuhan Pertumbuhan Tiga Sektor UtamaTiga Sektor UtamaTiga Sektor UtamaTiga Sektor Utama
Sumber: BPS Jawa Timur
Sumber: Bank Indonesia
Sumber: BPS Jawa Timur
GaGaGaGambar 1.37mbar 1.37mbar 1.37mbar 1.37
Pertumbuhan Sektor Pertumbuhan Sektor Pertumbuhan Sektor Pertumbuhan Sektor PendukungPendukungPendukungPendukung
12
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – 2011
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
0
1
2
3
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011
Bangunan Tambang Listrik Gas Air Bersih
gBangunan (rhs) gTambang (rhs) gListrik Gas Air Bersih (rhs)
Ketiga sektor utama tersebut masih menjadi sektor pendorong pertumbuhan
ekonomi Jatim. Kinerja sektor Pertanian dan sektor Industri Pengolahan mengalami
peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Sedangkan sektor Perdagangan,
Hotel dan Restoran (PHR) mengalami penurunan.
Pertumbuhan ekonomi pada triwulan ini juga didukung oleh pertumbuhan
sektor lainnya, yaitu sektor Pengangkutan dan Komunikasi serta sektor
Pertambangan. Membaiknya kinerja kedua sektor tersebut sebagai pendukung
sektor utama, menunjukkan membaiknya proses bisnis usaha dari hulu hingga hilir,
seiring makin beragamnya kebutuhan masyarakat saat ini.
Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan
Bank Indonesia Surabaya, tingkat utilisasi kapasitas produksi di Jawa Timur tercatat
mengalami sedikit penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 74,3%
menjadi 73,3%, disebabkan adanya penambahan kapasitas terpasang guna
memenuhi permintaan seasonal di triwulan mendatang.
Membaiknya konsumsi masyarakat yang direspon dengan peningkatan kinerja
sektoral Jatim diindikasikan pula oleh hasil Survei Liaison Bank Indonesia Surabaya,
yang memiliki ekspektasi optimis pada perekonomian Jatim. Berbagai rencana
penambahan kapasitas maupun investasi baru menjadi bagian dari rencana usaha
para pebisnis di Jatim guna merespon permintaan dalam dan luar negeri yang terus
meningkat.
Sumber: BPS Jawa Timur
GaGaGaGambar 1.38mbar 1.38mbar 1.38mbar 1.38
Pertumbuhan Sektor Pertumbuhan Sektor Pertumbuhan Sektor Pertumbuhan Sektor PendukungPendukungPendukungPendukung
13
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – 2011
Gambar 1.39Gambar 1.39Gambar 1.39Gambar 1.39
Utilisasi Kapasitas ProduksiUtilisasi Kapasitas ProduksiUtilisasi Kapasitas ProduksiUtilisasi Kapasitas Produksi
63,4
56,9
67,2
71,5
63,3
64,2
70,069,8
75,1
80,177,7
73,2
74,9
69,370,7
73,974,3
73,3
30
40
50
60
70
80
90
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2006 2007 2008 2009 2010 2011
0
20
40
60
80
100
120
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2006 2007 2008 2009 2010 2011
Total PertanianPertambangan Industri PengolahanListrik Gas Air Bersih
-27,23
7,05
22,1
-0,45
-18,91
11,35
22,32
25,86
-1,85
21,623,29
4,15
1,1
19,55 18,54
6,47
-1,46
20,88
11,6
15,81
6,43
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2006 2007 2008 2009 2010 2011
Indeks Realisasi Usaha
0,240,73
6,48
5,23
-4,30 -4,03
-15
-10
-5
0
5
10
15
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011
Pertanian Industri Pengolahan PHR
Adanya perlambatan nilai realisasi investasi dunia usaha pada triwulan ini
dibandingkan triwulan sebelumnya juga dikonfirmasi oleh angka indeks hasil Survei
Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) terhadap pelaku usaha di Jawa Timur yang
menunjukkan perlambatan realisasi usaha dari 15,81 menjadi 6,43. Secara sektoral,
perbaikan realisasi usaha di Jawa Timur yang tertinggi terjadi pada Sektor Industri
pengolahan, diikuti oleh sektor Pertanian dan PHR. Kondisi ini terkonfirmasi dari
kinerja sektoral Jatim pada triwulan ini, yang mengalami perlambatan pada dua
sektor dominan, yaitu sektor Pertanian dan PHR.
a. Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran
Kinerja sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (PHR) mengalami
perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 9,74% menjadi 8,24%,
seiring berkurangnya kegiatan transaksi perdagangan dan pariwisata pada triwulan
ini. Namun demikian, sektor ini masih mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi
dipengaruhi oleh momentum Tahun Baru, Perayaan Imlek dan beberapa hari raya
Gambar 1.41Gambar 1.41Gambar 1.41Gambar 1.41
Indeks Realisasi UsahaIndeks Realisasi UsahaIndeks Realisasi UsahaIndeks Realisasi Usaha
Sumber: SKDU BI Surabaya
Gambar 1.42Gambar 1.42Gambar 1.42Gambar 1.42
Indeks Indeks Indeks Indeks Realisasi Usaha SektoralRealisasi Usaha SektoralRealisasi Usaha SektoralRealisasi Usaha Sektoral
Sumber: SKDU BI Surabaya
Gambar 1.40Gambar 1.40Gambar 1.40Gambar 1.40
Utilisasi Kapasitas Produksi SektoralUtilisasi Kapasitas Produksi SektoralUtilisasi Kapasitas Produksi SektoralUtilisasi Kapasitas Produksi Sektoral
Sumber: SKDU BI Surabaya Sumber: SKDU BI Surabaya
14
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – 2011
0
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
70.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3
2007 2008 2009 2010 2011
Jml kontainer unload (TEUs)
Jml kontainer load (TEUs)
60
80
100
120
140
160
180
1 2 3 4 5 6 7 8 910
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3
2007 2008 2009 2010 2011
Jumlah Ship Calls
keagamaan, turut mendorong kegiatan perdagangan dalam dan luar negeri, serta
kegiatan berwisata domestik.
Perlambatan kinerja sektor ini juga diindikasikan oleh indikator aktivitas
perdagangan berupa jumlah kontainer di Pelabuhan Tanjung Perak yang
mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Meskipun aktivitas load
dan unload kapal transaksi perdagangan internasional mengalami peningkatan,
namun terjadi perlambatan untuk perdagangan antar pulau.
Disisi lain, konsumsi masyarakat dan kinerja transaksi perdagangan luar
negeri Jawa Timur mengalami perbaikan, namun melambatnya kinerja
perdagangan antar pulau turut mempengaruhi kinerja sektor perdagangan
Jawa Timur.
Selanjutnya, Subsektor Hotel pada triwulan ini menunjukkan perlambatan
pertumbuhan yaitu dari 9,96% menjadi 7,03%, sejalan dengan minimnya
momentum liburan di triwulan ini dibandingkan periode sebelumnya yang tercermin
dari penurunan tingkat hunian hotel berbintang di Jatim. Namun pertumbuhan sub
sektor hotel tersebut masih menunjukkan angka pertumbuhan yang cukup tinggi,
dikonfirmasi dari peningkatan lama tinggal bagi tamu asing (gambar 1.46) melihat
objek wisata favorit mancanegara (Gunung Bromo). Selain itu, tingginya
pemanfaatan hotel di Kota Surabaya dan sekitarnya untuk urusan bisnis dan
kegiatan Meetings, Incentives, Conferences, and Exhibitions (MICE) pun turut
mempengaruhi kinerja sektor perhotelan pada triwulan ini yang turut pula
mempengaruhi peningkatan kinerja sub sektor restoran yang tumbuh dari 9,4%
menjadi 14,79%.
GambarGambarGambarGambar 1.431.431.431.43
Jumlah Kapal Singgah di Jumlah Kapal Singgah di Jumlah Kapal Singgah di Jumlah Kapal Singgah di Pel Tanjung PerakPel Tanjung PerakPel Tanjung PerakPel Tanjung Perak
Sumber: PT X, Tanjung Perak
Gambar 1.44Gambar 1.44Gambar 1.44Gambar 1.44
Kontainer Load dan Unload Kontainer Load dan Unload Kontainer Load dan Unload Kontainer Load dan Unload di Tanjung Perakdi Tanjung Perakdi Tanjung Perakdi Tanjung Perak
Sumber: PT X, Tanjung Perak
15
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – 2011
Gambar 1.45Gambar 1.45Gambar 1.45Gambar 1.45
Tingkat Hunian Kamar Hotel Berbintang di JatimTingkat Hunian Kamar Hotel Berbintang di JatimTingkat Hunian Kamar Hotel Berbintang di JatimTingkat Hunian Kamar Hotel Berbintang di Jatim
Gambar 1.Gambar 1.Gambar 1.Gambar 1.49494949
Perkembangan Kredit PHRPerkembangan Kredit PHRPerkembangan Kredit PHRPerkembangan Kredit PHR
0
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
16.000
18.000
20.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3
2007 2008 2009 2010 2011
Jumlah Wisman Melalui Juanda
0
10
20
30
40
50
60
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2007 2008 2009 2010 2011
TPK Hotel Berbintang Jatim (%)
0
1
2
3
4
5
6
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2007 2008 2009 2010 2011
Asing
Indonesia
TOTAL
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
-
5.000.000
10.000.000
15.000.000
20.000.000
25.000.000
30.000.000
35.000.000
40.000.000
45.000.000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011
Kredit PHR gKredit PHR (rhs)
Dari sisi pembiayaan, kinerja kredit pada sektor PHR mengalami peningkatan
pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya. Berdasarkan data di lapangan,
sebagian besar permodalan sektor PHR berasal dari modal sendiri (subsektor
perdagangan dan restoran) dan PMA (untuk subsektor hotel).
Gambar 1.46Gambar 1.46Gambar 1.46Gambar 1.46
Lama Tinggal Tamu di Hotel Berbintang JatimLama Tinggal Tamu di Hotel Berbintang JatimLama Tinggal Tamu di Hotel Berbintang JatimLama Tinggal Tamu di Hotel Berbintang Jatim
Gambar 1.Gambar 1.Gambar 1.Gambar 1.47474747
Jumlah Wisatawan Asing melalui Bandara JuandaJumlah Wisatawan Asing melalui Bandara JuandaJumlah Wisatawan Asing melalui Bandara JuandaJumlah Wisatawan Asing melalui Bandara Juanda
Sumber: BPS Jawa Timur Sumber: BPS Jawa Timur
Sumber: BPS Jawa Timur
Gambar 1.Gambar 1.Gambar 1.Gambar 1.48484848
Konsumsi Listrik Golongan BisnisKonsumsi Listrik Golongan BisnisKonsumsi Listrik Golongan BisnisKonsumsi Listrik Golongan Bisnis
Sumber: PLN Distribusi Jawa Timur
Sumber: BI, Laporan Bulanan
Perbankan
80
100
120
140
160
180
200
220
240
260
280
1 2 3 4 5 6 7 8 910
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3
2007 2008 2009 2010 2011
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%Konsumsi Listrik Bisnis Pertumbuhan
16
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – 2011
Sumber: BPS Prov.Jawa Timur
Gambar 1.51Gambar 1.51Gambar 1.51Gambar 1.51
Indeks Realisasi Usaha SektoralIndeks Realisasi Usaha SektoralIndeks Realisasi Usaha SektoralIndeks Realisasi Usaha Sektoral
0
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
1 2 3 4 5 6 7 8 910
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
121*
2*
3*
2007 2008 2009 2010 2011
Consumption Goods Intermediate Goods Capital Goods
-0,8
-0,4
0,0
0,4
0,8
1,2
1,6
2,0
1 2 3 4 5 6 7 8 910
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1*
2*
3*
2007 2008 2009 2010 2011
gTotal Impor
gCapital Goods
gIntermediate Goods
gConsumption Goods
%
y
o
y
0,240,73
6,48
5,23
-4,30 -4,03
-15
-10
-5
0
5
10
15
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011
Pertanian Industri Pengolahan PHR
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
Mam
in
Tembakau
Tekstil
Kayu
Kertas
Perceta
kanKim
ia
Karet &
Plast
ik
arang G
alian B
ukan Logam
Logam
Dasa
r
Kendaraan B
ermoto
r
Furnitu
re
Tw II-2010 Tw III-2010 Tw.IV-2010 Tw I-2011
b. Sektor Industri Pengolahan
Membaiknya konsumsi masyarakat Jawa Timur yang diiringi dengan
peningkatan permintaan ekspor ke luar negeri, turut mempengaruhi kinerja sektor
Industri Pengolahan yang relatif stabil dibandingkan periode sebelumnya. Tercatat,
sektor ini mampu tumbuh sebesar 5,61% (yoy). Namun adanya hambatan
kebijakan pemerintah pusat yang mempengaruhi tarif masuk impor barang modal
dikhawatirkan berdampak pada kinerja sektor ini di masa mendatang, karena
sudah cukup tingginya utilisasi kapasitas terpasang industri di Jawa Timur pada
saat ini.
Gambar 1.52Gambar 1.52Gambar 1.52Gambar 1.52
Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan Nilai Nilai Nilai Nilai Impor Impor Impor Impor Barang Bahan BakuBarang Bahan BakuBarang Bahan BakuBarang Bahan Baku
Sumber: Bank Indonesia
Gambar 1.53Gambar 1.53Gambar 1.53Gambar 1.53
Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan PertumbuhanPertumbuhanPertumbuhanPertumbuhan
Sumber: Bank Indonesia
Gambar 1.50Gambar 1.50Gambar 1.50Gambar 1.50
Pertumbuhan Produksi Industri PengolahanPertumbuhan Produksi Industri PengolahanPertumbuhan Produksi Industri PengolahanPertumbuhan Produksi Industri Pengolahan
Sumber: SKDU BI Surabaya
17
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – 2011
Gambar 1.56Gambar 1.56Gambar 1.56Gambar 1.56
Luas Lahan Tanam dan Panen Padi di Jawa TimurLuas Lahan Tanam dan Panen Padi di Jawa TimurLuas Lahan Tanam dan Panen Padi di Jawa TimurLuas Lahan Tanam dan Panen Padi di Jawa Timur
Gambar 1.57Gambar 1.57Gambar 1.57Gambar 1.57
Luas Lahan Tanam dan Panen Jagung di Jawa TimurLuas Lahan Tanam dan Panen Jagung di Jawa TimurLuas Lahan Tanam dan Panen Jagung di Jawa TimurLuas Lahan Tanam dan Panen Jagung di Jawa Timur
Sumber: Laporan Bulanan Perbankan
80
180
280
380
480
580
680
780
880
980
1 2 3 4 5 6 7 8 910
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3
2007 2008 2009 2010 2011
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%Konsumsi Listrik Industri Pertumbuhan
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
-
5.000.000
10.000.000
15.000.000
20.000.000
25.000.000
30.000.000
35.000.000
40.000.000
45.000.000
50.000.000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011
Kredit Industri Pengolahan
gKredit Industri Pengolahan (rhs)
-
50.000
100.000
150.000
200.000
250.000
300.000
350.000
400.000
450.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3
2007 2008 2009 2010 2011
Luas Panen Jagung Luas Tanam Jagung
-
100.000
200.000
300.000
400.000
500.000
600.000
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
2007 2008 2009 2010 2011
Luas Panen Padi Luas Tanam Padi
c. Pertanian
Kinerja Sektor Pertanian mengalami perbaikan yaitu meningkat dari 1,50%
menjadi 2,82%. Membaiknya kinerja subsektor tanaman bahan makanan dan
peternakan pada triwulan ini turut mempengaruhi kinerja sektor pertanian. Tibanya
musim panen pada berbagai jenis tanaman bahan makanan, seperti padi dan
jagung, serta menurunnya jumlah tanaman puso seiring menurunnya wilayah yang
terkena banjir pada akhirnya meningkatkan kinerja subsektor tanaman bahan
makanan pada triwulan ini.
Sumber: Dinas Pertanian Prov. Jawa Timur
Gambar 1.54Gambar 1.54Gambar 1.54Gambar 1.54
Konsumsi Listrik Golongan IndustriKonsumsi Listrik Golongan IndustriKonsumsi Listrik Golongan IndustriKonsumsi Listrik Golongan Industri
Sumber: PLN Distribusi Jawa Timur
Gambar 1.55Gambar 1.55Gambar 1.55Gambar 1.55
Perkembangan Kredit Sektor Industri PengolahanPerkembangan Kredit Sektor Industri PengolahanPerkembangan Kredit Sektor Industri PengolahanPerkembangan Kredit Sektor Industri Pengolahan
Sumber: Dinas Pertanian Prov. Jawa Timur
18
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – 2011
Sumber: Dinas Pertanian Prov.Jawa Timur
Sumber: Laporan Bulanan Perbankan
-50%
-40%
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
-
1.000.000
2.000.000
3.000.000
4.000.000
5.000.000
6.000.000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011
Kredit Pertanian gKredit Pertanian (rhs)
-
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11
12 1 2 3
2007 2008 2009 2010 2011
Luas Puso Padi Luas Puso Jagung
d. Keuangan, Persewaan, dan Jasa
Pada triwulan I-2011, kinerja Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa, relatif
stabil dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu tumbuh sebesar 8,21% (yoy).
Kondisi ini didukung oleh adanya perbaikan pada subsektor keuangan, khususnya
perbankan di Jawa Timur, yang ditunjukkan dengan membaiknya realisasi kredit
perbankan dan Dana Pihak Ketiga (DPK) seiring membaiknya perekonomian Jawa
Timur. Sementara itu, pendapatan fee based income, interest based income dan
Net Interest Margin (NIM) pertumbuhannya relatif stabil.
Kinerja lembaga keuangan non bank diperkirakan mengalami peningkatan
seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat pada produk dengan akses yang
lebih mudah. Kinerja subsektor lainnya yaitu subsektor penyewaan mengalami
perbaikan dibandingkan triwulan IV-2010. Seiring meningkatnya kegiatan bisnis di
Jawa Timur, yang turut mempengaruhi pada kenaikan biaya sewa bangunan
komersial dan residensial, khususnya di Kota Surabaya.
Subsektor ini diperkirakan turut mendukung kinerja subsektor keuangan,
penyewaan dan jasa perusahaan dengan komposisi lebih dari 60%. Sementara itu,
kinerja bank dan lembaga keuangan non bank masing-masing menyumbang 25%
dan 15%.
Gambar 1.58Gambar 1.58Gambar 1.58Gambar 1.58
Luas Lahan Puso di Jawa TimurLuas Lahan Puso di Jawa TimurLuas Lahan Puso di Jawa TimurLuas Lahan Puso di Jawa Timur
Gambar 1.59Gambar 1.59Gambar 1.59Gambar 1.59
Perkembangan Kredit Sektor PertanianPerkembangan Kredit Sektor PertanianPerkembangan Kredit Sektor PertanianPerkembangan Kredit Sektor Pertanian
19
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – 2011
Sumber: Laporan Bulanan Perbankan Sumber: Laporan Bulanan Perbankan
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
-
100.000
200.000
300.000
400.000
500.000
600.000
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3
2006 2007 2008 2009 2010 2011
Fee Based Income
g.Fee Based Income
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
-
1.000.000
2.000.000
3.000.000
4.000.000
5.000.000
6.000.000
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3
2006 2007 2008 2009 2010 2011
Interest Based Income
g.Interest Based Income
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
140%
160%
-
200.000
400.000
600.000
800.000
1.000.000
1.200.000
1.400.000
1.600.000
1.800.000
1 2 3 4 5 6 7 8 91011
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3
2009 2010 2011
Nilai Net Interest Margin (NIM)
gNet Interest Margin (NIM)
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
1 2 3 4 5 6 7 8 910
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3
2007 2008 2009 2010 2011
gDana Pihak Ketiga gKredit
e. Bangunan
Perlambatan kinerja sektor bangunan pada triwulan I-2011 dari 8,80% (yoy)
menjadi 7,42%, diindikasikan berasal dari melambatnya kinerja subsektor
perumahan residensial di Jawa Timur. Kondisi ini dikonfirmasi oleh indikator
volume penjualan semen di Jawa Timur yang mengalami perlambatan
dibandingkan triwulan sebelumnya. Dari sisi pembiayaan, tingkat penyaluran
kredit konstruksi mengalami peningkatan. Sedangkan pertumbuhan kredit properti
mengalami perlambatan, dengan nominal tertinggi berasal dari pembelian rumah
segmen menengah ke bawah (tipe < 70). Fenomena ini mengindikasikan
membaiknya pendapatan masyarakat terutama kelompok menengah ke bawah,
selain adanya program subsidi bunga dari pemerintah sehingga rata-rata suku
bunga kredit properti untuk rumah tipe < 70 berada di kisaran satu digit. Suku
bunga kredit perbankan masih menjadi faktor penting dalam penjualan properti
Gambar 1.61Gambar 1.61Gambar 1.61Gambar 1.61
Perkembangan NIM Perbankan Jawa TimurPerkembangan NIM Perbankan Jawa TimurPerkembangan NIM Perbankan Jawa TimurPerkembangan NIM Perbankan Jawa Timur
Gambar 1.62Gambar 1.62Gambar 1.62Gambar 1.62
Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan FeeFeeFeeFee----Based IncomeBased IncomeBased IncomeBased Income
Gambar 1.63Gambar 1.63Gambar 1.63Gambar 1.63
Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan InterestInterestInterestInterest----Based IncomeBased IncomeBased IncomeBased Income
Sumber: Laporan Bulanan Perbankan
Sumber: Laporan Bulanan Perbankan
Gambar 1.60Gambar 1.60Gambar 1.60Gambar 1.60
Pertumbuhan Kredit dan DPK Perbankan Jawa TimurPertumbuhan Kredit dan DPK Perbankan Jawa TimurPertumbuhan Kredit dan DPK Perbankan Jawa TimurPertumbuhan Kredit dan DPK Perbankan Jawa Timur
20
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – 2011
Sumber: Laporan Bulanan Perbankan
Sumber: Laporan Bulanan Perbankan
GambarGambarGambarGambar 1.641.641.641.64
Volume Penjualan Semen dVolume Penjualan Semen dVolume Penjualan Semen dVolume Penjualan Semen diiii Jawa TimurJawa TimurJawa TimurJawa Timur
GambarGambarGambarGambar 1.651.651.651.65
Perkembangan Kredit Sektor KonsPerkembangan Kredit Sektor KonsPerkembangan Kredit Sektor KonsPerkembangan Kredit Sektor Konstruksitruksitruksitruksi
GambarGambarGambarGambar 1.661.661.661.66
Perkembangan Kredit PropertiPerkembangan Kredit PropertiPerkembangan Kredit PropertiPerkembangan Kredit Properti
Gambar Gambar Gambar Gambar 1.671.671.671.67
Perkembangan Kredit Properti per JenisPerkembangan Kredit Properti per JenisPerkembangan Kredit Properti per JenisPerkembangan Kredit Properti per Jenis
Sumber: Laporan Bulanan Perbankan
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
0
100.000
200.000
300.000
400.000
500.000
600.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12
1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12
1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12
1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12
1 2
3*
2007 2008 2009 2010 2011
Vol Penjualan Semen gPenjualan Semen
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
-
500.000
1.000.000
1.500.000
2.000.000
2.500.000
3.000.000
3.500.000
4.000.000
4.500.000
5.000.000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011
Kredit Konstruksi gKredit Konstruksi (rhs)
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
-
5.000.000
10.000.000
15.000.000
20.000.000
25.000.000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011
Kredit Properti gKredit Properti (rhs)
-
5.000.000
10.000.000
15.000.000
20.000.000
25.000.000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011
rukan/ruko > type 70 < type 70
Investasi Modal Kerja
residensial di Jawa Timur karena sekitar 60% rumah dibeli dengan memanfaatkan
kredit perbankan.
f. Transportasi dan Komunikasi
Meningkatnya kebutuhan komunikasi seiring membaiknya perekonomian
masyarakat Jawa Timur turut pula mempengaruhi kinerja sektor transportasi dan
komunikasi yang mengalami peningkatan pada triwulan ini, dengan pertumbuhan
sebesar 19,92%, meningkat dari sebelumnya berada pada level 11,16%. Selain
mempengaruhi tingkat hunian hotel, kegiatan wisata dan bisnis masyarakat Jatim
pada triwulan ini, turut pula mempengaruhi kinerja subsektor transportasi. Selain
itu, angka penjualan kendaraan yang relatif stabil pun turut menjaga kestabilan
kinerja subsektor ini. Salah satu indikator sektor angkutan, yaitu arus penumpang
dan jumlah volume barang mengindikasikan hal yang sama.
Sumber: Asosisasi Semen Indonesia
21
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – 2011
Gambar 1.70Gambar 1.70Gambar 1.70Gambar 1.70
Penumpang Penumpang Penumpang Penumpang Domestik di Bandara JuandaDomestik di Bandara JuandaDomestik di Bandara JuandaDomestik di Bandara Juanda
Gambar 1.71Gambar 1.71Gambar 1.71Gambar 1.71
Penumpang Internasional di Bandara JuandaPenumpang Internasional di Bandara JuandaPenumpang Internasional di Bandara JuandaPenumpang Internasional di Bandara Juanda
Gambar 1.69Gambar 1.69Gambar 1.69Gambar 1.69
Arus Barang di Tanjung PerakArus Barang di Tanjung PerakArus Barang di Tanjung PerakArus Barang di Tanjung Perak
-10
10
30
50
70
90
110
130
150
1 2 3 4 5 6 7 8 910
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3
2007 2008 2009 2010 2011
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%Jml Penumpang (000 orang)
g Jml Penumpang
Selain itu, kinerja angkutan udara dalam perekonomian Jawa Timur juga
relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya, bahkan menunjukkan adanya
peningkatan pada kelompok penumpang internasional. Pengaruh momentum
Tahun Baru di awal tahun dimanfaatkan dengan baik khususnya oleh wisatawan
internasional, meskipun salah satu obyek wisata favorit yaitu Gunung Bromo
ditutup hingga awal Maret 2011. Hasil ini konsisten dengan stabilnya lama tinggal
tamu asing di hotel-hotel berbintang Jawa Timur pada triwulan ini.
Gambar 1.68Gambar 1.68Gambar 1.68Gambar 1.68
Arus Penumpang di Tanjung PerakArus Penumpang di Tanjung PerakArus Penumpang di Tanjung PerakArus Penumpang di Tanjung Perak
Sumber: BPS Prov. Jawa Timur Sumber: BPS Prov. Jawa Timur
Sumber: BPS Prov. Jawa Timur Sumber: BPS Prov. Jawa Timur
0
100
200
300
400
500
600
1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3
2007 2008 2009 2010 2011
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%Jml Penumpang Domestik
g Jml Penumpang Domestik
0
10
20
30
40
50
60
70
1 2 3 4 5 6 7 8 910
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3
2007 2008 2009 2010 2011
-40%
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%Jml Penumpang Intl
gPenumpang Intl
-100
100
300
500
700
900
1100
1300
1500
1 2 3 4 5 6 7 8 910
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3
2007 2008 2009 2010 2011
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%Vol Barang (000 ton) g Jml Barang
22
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – 2011
Gambar 1.Gambar 1.Gambar 1.Gambar 1.72727272
Perkembangan Kredit Angkutan & KomunikasiPerkembangan Kredit Angkutan & KomunikasiPerkembangan Kredit Angkutan & KomunikasiPerkembangan Kredit Angkutan & Komunikasi
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
-
500.000
1.000.000
1.500.000
2.000.000
2.500.000
3.000.000
3.500.000
4.000.000
4.500.000
5.000.000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011
Kredit Angkutan & Komunikasi
gKredit Angkutan & Komunikasi (rhs)
Sumber: BI, Laporan Bulanan Perbankan
23
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – 2011
BOKS 1
ANALISIS DAMPAK TSUNAMI JEPANG PADA KINERJA EKSPOR IMPOR
PROVINSI JAWA TIMUR
Sebagai negara tujuan ekspor terbesar Provinsi Jawa Timur (Jatim), bencana tsunami yang
melanda Jepang pada tanggal 11 Maret 2011, dikhawatirkan turut mempengaruhi kinerja
perdagangan luar negeri Jatim, yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja PDRB
Jatim baik jangka panjang maupun jangka pendek. Dugaan adanya perlambatan ekonomi
Jepang sebagai akibat rusaknya infrastruktur dan industri di Jepang turut menimbulkan
kekhawatiran.
Ekspor Jawa Timur – Jepang
Berdasarkan klasifikasi HS2 digit dan ISIC, ekspor terbesar kelompok komoditas Jatim ke
Jepang adalah hasil olahan tembaga sebesar 30% di tahun 2010. Diikuti oleh suku cadang
mesin elektrik, kertas/karton, hasil olahan kayu, suku cadang otomotif serta hasil olahan
laut. Ekspor ini didominasi oleh produk hasil olahan industri manufaktur Jatim yang menjadi
komponen produksi bagi industri di Jepang. Sehingga dalam jangka pendek kemungkinan
akan terjadi penurunan ekspor yang cukup besar, kecuali para eksportir telah melakukan
kontrak jangka panjang dengan importir Jepang.
Impor Jawa Timur – Jepang
Untuk impor, Jepang merupakan negara pemasok terbesar ketiga setelah Singapura dan
Cina, dengan porsi sebesar 8,9% di tahun 2010. Komoditas impor terbesar dari Jepang
adalah kelompok mesin barang modal, yang diikuti oleh baja, bahan-bahan kimia, barang
plastik dan karet serta elektronik. Dengan melihat besaran proporsi dan jenisnya,
diperkirakan penurunan supply barang impor akibat perlambatan ekonomi Jepang tidak
akan membawa dampak terlalu besar. Jenis barang ini juga masih dapat mencari barang
Grafik 2. Proporsi Komoditas Ekspor Terbesar Jawa Timur ke Jepang
Tahun 2010 – Berdasarkan Negara Tujuan
Grafik 1. Lima Negara Tujuan Ekspor Non-Migas Utama
Jawa Timur – Nilai (USD)
Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia
24
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – 2011
substitusinya dari Cina, sehingga diharapkan pasokan dalam negeri tidak mengalami
gangguan yang dikhawatirkan akan menyebabkan kenaikan harga.
Yang menjadi kekhawatiran adalah jenis mesin industri berteknologi tinggi sulit didapat
dengan spesifikasi teknologi dan harga sama. Dikhawatirkan hal ini dapat menghambat
proses produksi terutama jika terjadi peningkatan permintaan domestik yang tidak dapat
dipenuhi menyebabkan inflasi di Jatim.
Dampak terhadap PDRB Jawa Timur
Rata-rata proporsi ekspor (gross) terhadap PDRB Jatim selama 5 dan 10 tahun terakhir
adalah sebesar 22,5% dan 18,04%. Berdasarkan skema transmisi (gambar 1), perlambatan
ekonomi Jepang akan berdampak kepada penurunan ekspor Indonesia. Jawa Timur
sebagai provinsi eksportir ke Jepang terbesar kedua, tentu akan mengalami penurunan nilai
ekspor. Selanjutnya, penurunan ekspor ini, dengan asumsi cateris paribus, akan turut
menurunkan PDRB Jatim.
Simulasi dampak penurunan ekpor Jatim ke Jepang sebesar -4,2%, yang mengakibatkan
menurunnya PDRB Jatim sebesar 0,17% dengan asumsi semua ekspor kecuali tembaga
turun sebesar 7,5% (ekspor tembaga diperkirakan tidak terganggu karena telah memiliki
kontrak jangka panjang). Untuk komoditas suku cadang mesin elektronik, suku cadang
kendaraan, kertas/karton dan kayu mengalami penurunan. Khusus ekspor hasil olahan ikan,
diasumsikan mengalami peningkatan, karena adanya preferensi Jepang untuk
Grafik 4. Proporsi Komoditas Impor Barang Asal Jepang ke
Jawa Timur
Tahun 2010
Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia
Gambar 1 Skema Transmisi Dampak Penurunan Ekspor Indonesia ke Jepang Terhadap PDRB Jawa Timur
Penurunan Ekspor
Indonesia ke Jepang
Penurunan Ekspor
Jawa Timur
Proporsi Ekspor Terhadap
PDRB Jawa Timur
Potensi Penurunan
PDRB Jawa Timur
Grafik 3. Impor Non-Migas Jawa Timur – Nilai (USD)
Berdasarkan Negara Pemasok
25
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – 2011
mengkonsumsi makanan impor akibat kekhawatiran imbasan radiasi nuklir terhadap
makanan produksi dalam negeri.
Untuk simulasi penurunan impor sebesar 3% diperkirakan dapat meningkatkan PDRB Jawa
Timur sebanyak 0.05% Asumsi penurunan impor (3%) pada mesin (barang modal) dan
elektronik, karena Sendai (daerah yang mengalami kerusakan terparah) merupakan daerah
industri Jepang, khususnya industri elektronik.
Selanjutnya, berdasarkan simulasi (tabel 1), penurunan ekspor sebesar 4.2% dan impor
sebesar 3% akan menurunkan PDRB Jawa Timur sebanyak 0.12%. Secara menyeluruh,
pengaruh penurunan ekspor dan impor tidak akan berdampak terlalu besar terhadap
pencapaian target pertumbuhan ekonomi Jawa Timur sebesar 6.98%.
Investasi Jepang di Jawa Timur
Sebagai salah satu investor terbesar di Jatim, tercatat outstanding debt pemerintah Jawa
Timur terhadap Jepang sebesar JPY 73,3 Miliar, yang merupakan 43.5% dari total hutang
luar negeri Jatim. Sedangkan commited debt dari Jepang yang sudah ditandatangani pada
tanggal 31 Maret 2009 dan belum direalisasikan adalah sebesar JPY 6,06 Miliar. Rencana
penggunaan pinjaman tersebut adalah untuk pembangunan bendungan di Wonogiri. Salah
satu dampak bencana tsunami yang harus diwaspadai adalah volatilitas nilai tukar Yen di
pasar Internasional, karena hutang tersebut dalam bentuk Yen.
Kesimpulan
Dampak guncangan terhadap perekonomian Jepang terhadap perekonomian Jawa Timur
secara langsung, diperkirakan tidak terlalu besar dan hanya bersifat sementara. Dalam
jangka pendek (3 – 6 bulan) terdapat potensi penurunan ekspor. Untuk jangka menengah (6
– 12 bulan) potensi penurunan ekspor sangat tergantung kepada perkembangan kondisi
PLTN Fukushima. Dalam jangka panjang, terdapat potensi peningkatan ekspor Jatim,
khususnya bahan baku industri, karena dalam masa pemulihan ekonomi, Jepang akan
mendorong pertumbuhan industri untuk kembali ke titik optimal.
I II III
Penurunan Ekspor -1.1% -2.8% -4.2%
Penurunan Impor -3.0% -3.0% -3.0%
Perubahan PDRB
- Ekspor -0.05% -0.11% -0.17%
- Impor 0.05% 0.05% 0.05%
Net Impact 0.00% -0.07% -0.12%
Sumber:
Bank
Indonesia
Tabel 1. Simulasi Dampak Penurunan Ekspor - Impor Jawa Timur dari Jepang Terhadap PDRB Jawa Timur
26
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – 2011
Sedangkan untuk ekspor produk primer seperti kayu dan udang, jangka waktu
penurunannya akan lebih singkat karena Jepang akan tetap membutuhkannya meskipun
dalam masa krisis. Untuk mengantisipasi dampak yang lebih besar lagi terhadap kinerja
ekspor Jawa Timur, diharapkan para eksportir dapat mulai melakukan diversifikasi pasar
terhadap negara-negara Asia yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi, seperti
Cina dan India.
Bab 2Bab 2Bab 2Bab 2
PERKEMBANGAN INFLASI PERKEMBANGAN INFLASI PERKEMBANGAN INFLASI PERKEMBANGAN INFLASI
JAWA TIMURJAWA TIMURJAWA TIMURJAWA TIMUR
27
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2011
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
10.00
1 2 3 4 5 6 7 8 91
01
11
2 1 2 3 4 5 6 7 8 91
01
11
2 1 2 3
2009 2010 2011
Nasional Jatim
-3.00
-1.00
1.00
3.00
5.00
7.00
9.001 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3
2009 2010 2011
yoy qtq mtm
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
Jan
Fe
b
Tw
.I
Ap
r
Ma
y
Tw
.II
Jul
Au
g
Tw
.III
Oct
No
v
Tw
.IV
Jan
Fe
b
Tw
.I
2010 2011
Jatim Jabar
Jateng DIY
Banten JAWA
2 PERKEMBANGAN INFLASI
2.1 UMUM
Pada triwulan I-2011, tekanan inflasi IHK 7 Kabupaten/Kota di Jawa Timur
sebesar 7,46% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat
7,10% serta terhadap inflasi nasional yang tercatat 6,65%. Meskipun sumbangan
inflasi pada kelompok bahan makanan dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok &
tembakau masih mendominasi, namun sumber pendorong inflasi pada triwulan ini
terutama berasal dari kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar,
kelompok kesehatan serta kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan.
Dibandingkan inflasi beberapa wilayah di kawasan Jawa, pergerakan inflasi
Jawa Timur cenderung lebih tinggi, terutama pada inflasi volatile food dan inflasi inti.
Hal ini disebabkan oleh tingginya fluktuasi harga bahan makanan yang pada akhirnya
mendorong ekspektasi inflasi masyarakat di Jawa Timur.
Gambar 2.1
Inflasi Jawa Timur & Nasional (yoy)
Sumber : BPS, data diolah
Gambar 2.2
Perkembangan Inflasi Jawa Timur
Sumber : BPS, data diolah
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I
2010 2011
Jabar Jatim Jateng DIY Banten
Gambar 2.3
Inflasi di Kawasan Jawa (yoy)
Sumber : BPS, data diolah
Gambar 2.4
Inflasi Volatile Food di Kawasan Jawa (yoy)
Sumber : BPS, data diolah
28
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2011
2011
Tw .I Tw .II Tw .III Tw .IV Tw .I
Nasional 0.99 2.42 5.28 6.96 0.70
Jat im 0.65 2.06 5.53 7.10 0.99
Surabaya 0.63 1.93 5.95 7.34 1.25
Malang 0.99 2.24 4.86 6.70 0.72
Kediri 0.62 2.60 4.89 6.81 -0.15
Jember -0.01 1.99 4.39 7.10 0.80
Sumenep 0.52 1.97 5.73 6.75 0.10
Probolinggo 0.72 2.55 6.10 6.68 1.20
Madiun 0.83 1.99 4.42 6.53 0.81
2010WILAYAH
Inflasi Jawa Timur secara kumulatif hingga bulan Maret 2011 sebesar 0,99%,
dimana inflasi kumulatif tertinggi terdapat di Surabaya (1,25%) dan Probolinggo
(1,20%). Sementara inflasi kumulatif terendah terdapat di Kediri (-0,15%).
2.2 INFLASI TRIWULANAN (qtq)
Secara triwulanan, Jawa Timur mencatat inflasi sebesar 0,99%, lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 1,49%. Penurunan inflasi tersebut
didorong oleh menurunnya inflasi pada kelompok bahan makanan, kelompok
makanan jadi, minuman, rokok & tembakau, serta kelompok sandang, namun sedikit
tertahan oleh tingginya inflasi pada kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan
bakar, kelompok kesehatan, kelompok pendidikan, rekreasi & olah raga, serta
kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan.
Tabel 2.1
Inflasi Kumulatif (ytd) 7 Kota di Jawa Timur
Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
Jan
Fe
b
Tw
.I
Ap
r
Ma
y
Tw
.II
Jul
Au
g
Tw
.III
Oct
No
v
Tw
.IV
Jan
Fe
b
Tw
.I
2010 2011
Jatim Jabar Jateng
DIY Banten JAWA
Gambar 2.5
Inflasi Inti di Kawasan Jawa (yoy)
Gambar 2.6 Inflasi Administered Price
di Kawasan Jawa (yoy)
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
Jan
Fe
b
Tw
.I
Ap
r
Ma
y
Tw
.II
Jul
Au
g
Tw
.III
Oct
No
v
Tw
.IV
Jan
Fe
b
Tw
.I
2010 2011
Jatim Jabar Jateng DIY Banten JAWA
Sumber : BPS, data diolah Sumber : BPS, data diolah
29
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2011
Gambar 2.4 Inflasi Triwulanan
Kelompok Bahan Makanan
-2.00
-1.00
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I
2010 2011
bhn mknn
mknn jadi
perumahan
sandang
kesehatan
pendidikn
transport
-1.00 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00
Makanan
Jadi
Minuman
yang Tidak
Beralkohol
Tembakau
dan
Minuman
Beralkohol
Tw.I 2011
Tw.I 2010
Tabel 2.2
Inflasi & Sumbangan Inflasi di Jawa Timur (qtq)
2011201120112011 2011201120112011Tw.ITw.ITw.ITw.I Tw .IITw .IITw .IITw .II Tw.IIITw.IIITw.IIITw.III Tw.IVTw.IVTw.IVTw.IV Tw.ITw.ITw.ITw.I Tw .ITw .ITw .ITw .I Tw.IITw.IITw.IITw.II Tw .IIITw .IIITw .IIITw .III Tw.IVTw.IVTw.IVTw.IV Tw.ITw.ITw.ITw.I
UMUM 0.65 1.40 3.40 1.49 0.99 0.65 1.40 3.40 1.49 0.99
BAHAN MAKANAN 1.40 4.29 6.30 3.54 0.81 0.29 0.93 1.40 0.80 0.18
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 1.41 0.38 2.00 1.94 1.20 0.26 0.07 0.36 0.35 0.22
PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 0.82 0.44 2.49 0.61 1.01 0.18 0.10 0.54 0.13 0.22
SANDANG -1.44 3.87 0.62 3.77 1.04 -0.09 0.25 0.04 0.25 0.07
KESEHATAN 0.53 0.27 0.71 0.48 1.64 0.03 0.01 0.03 0.02 0.08
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA -0.02 0.04 5.40 0.45 0.79 0.00 0.00 0.48 0.04 0.07
TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN 0.03 0.12 3.32 -0.58 1.06 0.01 0.02 0.61 -0.10 0.19
KELOMPOKKELOMPOKKELOMPOKKELOMPOKinflasi (qtq)inflasi (qtq)inflasi (qtq)inflasi (qtq)
2010201020102010 2010201020102010
sumbangan (qtq)sumbangan (qtq)sumbangan (qtq)sumbangan (qtq)
Berdasarkan kelompok barang, inflasi triwulanan terbesar terjadi pada
kelompok kesehatan (1,64%) diikuti oleh kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan
tembakau (1,20%), serta kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan
(1,06%). Sementara itu berdasarkan sumbangannya, kelompok makanan jadi,
minuman, rokok & tembakau serta kelompok perumahan, air, listrik, gas & bahan
bakar mendominasi dengan sumbangan mencapai 0,22%. Faktor yang mendorong
inflasi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau adalah tingginya
harga pada tembakau & rokok pada beberapa wilayah di Jawa Timur yaitu Jember
(1,07%), Kediri (1,47%) dan Surabaya (1,21%).
Pada kelompok makanan jadi, minuman dan tembakau pada triwulan ini
mengalami inflasi sebesar 1,20% (qtq) dan menyumbang inflasi sebesar 0,22% (qtq),
mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya yang menyumbang 0,35%.
Berdasarkan sub kelompok, inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok tembakau &
Gambar 2.3
Inflasi (qtq) Triwulanan Jawa Timur
Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah
Sum
Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah
Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah
30
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2011
10,600
10,700
10,800
10,900
11,000
11,100
11,200
11,300
11,400
11,500
M I
M II
M III
M IV
M I
M II
M III
M IV
M I
M II
M III
M IV
M V M I
M II
M III
M IV
M V M I
M II
M III
M IV
M V M I
M II
Oct 2010 Nov 2010 Dec 2010 Jan 2011 Feb 2011 Mar
2011
gula pasir
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3
2009 2010 2011
USD/oz
minuman beralkohol (2,81%), sub kelompok makanan jadi (1,17%) dan sub kelompok
minuman yang tidak beralkohol (-0,13%).
Inflasi yang terjadi pada sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol
terutama didorong oleh kenaikan harga rokok kretek filter. Sedangkan pada sub
kelompok minuman tidak beralkohol didorong oleh peningkatan harga gula pasir pada
awal triwulan (gambar 2.12). Belum masuknya musim giling tebu serta anomali iklim
yang terjadi mempengaruhi produktivitas dan tingkat rendemen tebu yang berdampak
mundurnya musim giling tebu dibandingkan tahun lalu (hingga mencapai ±3 minggu)
serta ketidaklancaran manajemen panen atau tebang-angkut. Disamping itu, juga
dipengaruhi oleh peningkatan harga gula di pasar internasional yang disebabkan
penurunan produksi gula di sejumlah negara penghasil seperti Australia, Brazil dan
India.
Meskipun menurun, sumbangan inflasi pada kelompok bahan makanan masih
relatif besar, yaitu mencapai 0,18%. Tingkat inflasi yang masih tinggi terutama terjadi
pada sub kelompok bumbu-bumbuan (19,18%), sub kelompok sayur-sayuran
(14,56%) serta sub kelompok lemak dan minyak (8,07%). Sementara itu, pergerakan
harga kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya masih meningkat meskipun
tidak sebesar triwulan sebelumnya. Komoditas beras yang memiliki bobot dominan
terhadap total bahan makanan selama triwulan laporan bergerak cukup stabil dan
lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya.
Gambar 2.12
Perkembangan Harga Mingguan Gula pasir
Sumber: Survey Pemantauan Harga, data diolah
Gambar 2.13 Perkembangan Harga Bulanan Gula pasir di Dunia
Sumber: Bloomberg
31
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2011
Gambar 2.5 Inflasi Sub Kelompok Bahan Makanan
di Jawa Timur
Gambar 2.6 Pergerakan Harga Beras Di Pasar Internasional
Tabel 2.3 Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi
-15.00
-10.00
-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
Tw.I-09 Tw.II-09 Tw.I II-
09
Tw.IV-09 Tw.I-10 Tw.I I-10 Tw.III-
10
Tw.IV-10 Tw.I-11
padi-padian daging & has i lnya
ikan diawetkan telur, sus u
s ayuran bumbu-bumbuan
300.00
350.00
400.00
450.00
500.00
550.00
1 2 3 4 5 6 7 8 91
01
11
2 1 2 3 4 5 6 7 8 91
01
11
2 1 2 3
2009 2010 2011
USD/mt
2010 2011
(ASEM) (ARAM I)
1
- Jawa Timur 1,774,884 1,904,830 1,963,983 1,964,098
- Jawa 5,742,270 6,093,603 6,358,627 6,314,198
- Luar Jawa 6,585,155 6,789,973 6,885,557 6,944,495
- Indonesia 12,327,425 12,883,576 13,244,184 13,258,693
2
- Jawa Timur 59.02 59.11 59.29 59.04
- Jawa 56.33 57.24 57.21 57.70
- Luar Jawa 42.49 43.47 43.62 44.46
- Indonesia 48.94 49.99 50.14 50.76
3
- Jawa Timur 10,474,773 11,259,085 11,643,773 11,596,930
- Jawa 32,346,997 34,880,131 36,375,384 36,431,936
- Luar Jawa 27,978,928 29,518,759 30,036,085 30,875,388
- Indonesia 60,325,925 64,398,890 66,411,469 67,307,324
*)Badan Pusat Statistik
Produksi (ton)
Uraian 2008 2009
Luas Panen (ha)
Produktivitas (ku/ha)
Di sisi lain, harga beras di pasar internasional masih bergerak naik sejak
September 2010 (gambar 2.6) berpotensi mempengaruhi pergerakan harga beras di
Jawa Timur, meskipun pasokan/supply relatif cukup memenuhi kebutuhan
masyarakat. Namun perlu tetap diwaspadai terjadinya penurunan hasil produksi/panen
seiring dengan penurunan luas panen. Faktor cuaca/musim yang cenderung sering
berubah dengan tingkat curah hujan yang cukup tinggi turut mempengaruhi jumlah
dan kualitas panen.
Sumber : bloomberg Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah
32
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2011
Sumber : Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
Gambar 2.8 Peta Prakiraan Awal Musim Kemarau di Jawa Timur
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
80,000
90,000
100,000
M I
M I
I
M I
II
M I
V
M V
M I
M I
I
M I
II
M I
V
M V
M I
M I
I
M I
II
M I
V
M V
M I
M I
I
M I
II
M I
V
M V
Dec 2010 Jan 2011 Feb 2011 Mar 2011
cabe merah
cabe rawit
bawang merah
bawang putih
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
10,000
11,000
12,000
13,000
14,000
M I
M I
I
M I
II
M I
V
M V
M I
M I
I
M I
II
M I
V
M V
M I
M I
I
M I
II
M I
V
M V
M I
M I
I
M I
II
M I
V
M V
Dec 2010 Ja n 2011 Feb 2011 Mar 2011
tomat wortel kentang kacang panjang
kangkung bayam sawi hijau
Komoditas bahan makanan lainnya yang memiliki fluktuasi harga cukup tinggi
adalah produk bumbu-bumbuan dan sayur-sayuran serta pada triwulan I-2011,
perkembangan harga komoditas menunjukkan penurunan, seiring pulihnya pasokan
yang tersedia. Penurunan terbesar terdapat pada harga komoditas cabe rawit, cabe
merah, dan tomat.
Di sisi lain, komoditas daging ayam dan daging sapi yang sempat mengalami
kenaikan harga cukup tinggi pada triwulan III-2010, saat ini mulai stabil. Secara
triwulanan, inflasi sub kelompok daging & hasil-hasilnya menurun dan tercatat sebesar
-0,73% (qtq). Penurunan ini didorong oleh mulai meningkatnya pasokan daging ayam
dan daging sapi di Jawa Timur seiring konsumsi masyarakat yang kembali normal.
Meskipun demikian, terdapat potensi kenaikan harga daging dan telur ayam ke depan,
yang dipengaruhi oleh tren peningkatan harga jagung di pasar internasional.
Gambar 2.9 Perkembangan Harga Mingguan
Komoditas Bumbu-Bumbuan
Sumber : Survei Pemantauan Harga Sumber : Survei Pemantauan Harga
Gambar 2.10 Perkembangan Harga Mingguan
Komoditas Sayur-Sayuran
33
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2011
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
M I
M II
M III
M IV
M I
M II
M III
M IV
M I
M II
M III
M IV
M V M I
M II
M III
M IV
M V M I
M II
M III
M IV
M V M I
M II
Oct 2010 Nov 2010 Dec 2010 Jan 2011 Feb 2011 Mar
2011
70,500
71,000
71,500
72,000
72,500
73,000
73,500
74,000
74,500
daging sapi (right axis)
daging ayam (left axis)
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
4.50
5.00
5.50
6.00
6.50
7.00
1 2 3 4 5 6 7 8 91
0
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3
2009 2010 2011
USD/bushel
800.00
900.00
1,000.00
1,100.00
1,200.00
1,300.00
1,400.00
1,500.00
1 2 3 4 5 6 7 8 91
0
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3
2009 2010 2011
USD/oz
300,000
305,000
310,000
315,000
320,000
325,000
330,000
335,000
340,000
345,000
M I
M II
M III
M IV
M I
M II
M III
M IV
M I
M II
M III
M IV
M V M I
M II
M III
M IV
M V M I
M II
M III
M IV
M V M I
M II
Oct 2010 Nov 2010 Dec 2010 Jan 2011 Feb 2011 Mar
2011
emas perhiasan
Sementara itu, kelompok sandang tercatat mengalami inflasi yang cukup tinggi.
Setelah pada triwulan sebelumnya mengalami kenaikan sebesar 3,77%, pada tiwulan
ini naik sebesar 1,04%. Hal ini terutama masih disebabkan oleh meningkatnya
kenaikan harga emas perhiasan di beberapa kabupaten/kota di Jawa Timur, sejalan
peningkatan harga emas dunia. Tekanan inflasi dari komoditas emas perhiasan
dikonfirmasi dengan hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) di beberapa kota di Jawa
Timur yang menunjukkan tren peningkatan harga emas ke level ±Rp338.594.
2.3 INFLASI TAHUNAN (yoy)
Inflasi tahunan (yoy) 7 kabupaten/kota di Jawa Timur sebesar 7,46%,
didominasi oleh kelompok bahan makanan dengan tingkat inflasi sebesar 15,71%
diikuti oleh kelompok sandang (9,58%). Secara umum terjadi peningkatan inflasi Jawa
Timur dibandingkan triwulan sebelumnya, yang ditunjukkan oleh kenaikan tingkat
inflasi tahunan kelompok barang & jasa, yaitu kelompok kesehatan, kelompok
Sumber: Survey Pemantauan Harga, data diolah
Gambar 2.8 Perkembangan Harga Mingguan
Daging Ayam & Daging Sapi
Gambar 2.9 Perkembangan Harga Pakan Ayam (Jagung) di
Pasar Internasional
Sumber: International Monetary Fund
Gambar 2.14 Pergerakan Harga Emas Dunia
Januari 2010 - Maret 2011
Gambar 2.15 Pergerakan Harga Komoditas Emas Perhiasan
di Surabaya
Sumber: Survey Pemantauan Harga, data diolah Sumber: Survey Pemantauan Harga, data diolah
34
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2011
Tabel 2.5
Sumbangan Inflasi Jawa Timur (yoy) Per Kelompok Barang
2011201120112011
Tw .ITw .ITw .ITw .I Tw .IITw .IITw .IITw .II Tw .IIITw .IIITw .IIITw .III Tw .IVTw .IVTw .IVTw .IV Tw .ITw .ITw .ITw .I Tw .IITw .IITw .IITw .II Tw .IIITw .IIITw .IIITw .III Tw .IVTw .IVTw .IVTw .IV Tw .ITw .ITw .ITw .I
UMUM 7.55 3.68 2.75 3.40 3.01 4.67 6.31 7.10 7.46
BAHAN MAKANAN 11.07 5.11 2.36 4.66 3.11 9.66 13.02 16.39 15.71
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 10.24 7.97 7.58 7.42 6.99 5.76 5.98 5.85 5.63
PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BAHAN BAKAR 7.15 4.51 2.07 1.42 1.80 2.26 4.50 4.42 4.62
SANDANG 9.17 6.69 7.96 6.11 -1.21 6.39 6.01 6.89 9.58
KESEHATAN 5.43 3.31 2.69 2.12 1.80 1.88 1.95 1.99 3.11
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 5.92 5.66 5.89 5.91 5.61 5.01 5.91 5.89 6.75
TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN 2.97 -3.97 -3.27 -0.97 1.27 0.88 2.73 2.87 3.93
2010201020102010KomoditiKomoditiKomoditiKomoditi
2009200920092009
2011201120112011
Tw .ITw .ITw .ITw .I Tw .IITw .IITw .IITw .II Tw .IIITw .IIITw .IIITw .III Tw .IVTw .IVTw .IVTw .IV Tw .ITw .ITw .ITw .I Tw .IITw .IITw .IITw .II Tw .IIITw .IIITw .IIITw .III Tw .IVTw .IVTw .IVTw .IV Tw .ITw .ITw .ITw .I
UMUM 7.52 3.67 2.75 3.40 3.01 4.67 6.31 7.10 7.46
BAHAN MAKANAN 2.30 1.08 0.50 0.97 0.65 2.06 2.90 3.71 3.55
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 1.79 1.43 1.36 1.35 1.28 1.05 1.07 1.05 1.01
PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 1.60 1.01 0.45 0.31 0.40 0.49 0.97 0.95 0.99
SANDANG 0.60 0.43 0.51 0.40 -0.08 0.42 0.38 0.45 0.63
KESEHATAN 0.27 0.16 0.13 0.10 0.09 0.09 0.09 0.09 0.15
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 0.51 0.49 0.52 0.52 0.49 0.44 0.52 0.52 0.59
TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K 0.56 -0.76 -0.62 -0.18 0.24 0.17 0.50 0.52 0.71
2009200920092009 2010201020102010KomoditiKomoditiKomoditiKomoditi
BAHAN MAKANAN
47%
MAKANAN JADI, MINUMAN,
ROKOK & TEMBAKAU
13%
PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS &
BB
13%
SANDANG
8%
KESEHATAN
2%
PENDIDIKAN, REKREASI DAN
OLAH RAGA
8%
TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN
JASA K
9%
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
18.00
Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I
2009 2010 2011
bhn mkanan
mknn jadi
perumhn, air, listrik
perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar, kelompok sandang, kelompok pendidikan,
rekreasi & olah raga, dan kelompok transportasi, komunikasi & jasa keuangan.
Selanjutnya berdasarkan sumbangannya, inflasi pada triwulan I-2011 terutama
masih berasal dari kelompok bahan makanan, yang disusul kelompok makanan jadi,
minuman, rokok dan tembakau, dan kelompok perumahan, air, listrik, gas & bahan
bakar.
Tabel 2.4
Inflasi Jawa Timur (yoy) Per Kelompok Barang
Sumber: BPS, data diolah
Sumber : BPS (data diolah)
Gambar 2.17 Pergerakan Inflasi
Tiga komoditas penyumbang inflasi (yoy)
tertinggi di Jawa Timur
Sumber: BPS, data diolah
Gambar 2.16 Persentase Sumbangan Inflasi
Per-Kelompok Barang Triwulan I-2011
Sumber : BPS, (data diolah)
35
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2011
Gambar 2.20 Perkembangan Harga Gandum
di Pasar Dunia
Gambar 2.21 Perkembangan Harga Minyak Mentah
di Pasar Dunia
Gambar 2.18 Perkembangan Harga CPO
di Pasar Dunia
Gambar 2.19 Perkembangan Harga Kedelai
di Pasar Dunia
500500500500
600600600600
700700700700
800800800800
900900900900
1,0001,0001,0001,000
1,1001,1001,1001,100
1,2001,2001,2001,200
1,3001,3001,3001,300
1111 2222 3333 4444 5555 6666 7777 8888 9999 10101010 11111111 12121212 1111 2222 3333
2010201020102010 2011201120112011
USD/BarelUSD/BarelUSD/BarelUSD/Barel
8888
9999
10101010
11111111
12121212
13131313
14141414
15151515
1111 2222 3333 4444 5555 6666 7777 8888 9999 10101010 11111111 12121212 1111 2222 3333
2010201020102010 2011201120112011
USD/BushelUSD/BushelUSD/BushelUSD/Bushel
----
1111
2222
3333
4444
5555
6666
7777
8888
9999
10101010
1111 2222 3333 4444 5555 6666 7777 8888 9999 10101010 11111111 12121212 1111 2222 3333
2010201020102010 2011201120112011
USD/BushelUSD/BushelUSD/BushelUSD/Bushel
30303030
40404040
50505050
60606060
70707070
80808080
90909090
100100100100
110110110110
1111 2222 3333 4444 5555 6666 7777 8888 9999 10101010 11111111 12121212 1111 2222 3333
2010201020102010 2011201120112011
USD/BarelUSD/BarelUSD/BarelUSD/Barel
Perkembangan 3 (tiga) kelompok utama penyumbang inflasi terbesar di Jawa
Timur menunjukkan terjadinya penurunan yang signifikan terutama pada kelompok
bahan makanan dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau.
Sedangkan kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar menunjukkan
peningkatan. Penurunan inflasi pada kelompok bahan makanan terutama akibat
penurunan harga komoditas bumbu-bumbuan, sayur-sayuran, serta padi-padian. Hal
ini sejalan dengan tingkat harga beberapa komoditas di pasar internasional (gambar
2.18 s.d gambar 2.21) yang juga bergerak lebih rendah hingga akhir triwulan I-2011.
2.4 INFLASI MENURUT KOTA
Inflasi di 7 kota di Jawa Timur yang masuk perhitungan inflasi nasional
(Surabaya, Malang, Kediri, Jember, Sumenep, Probolinggo dan Madiun) pada triwulan
I-2011 menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Tingkat inflasi
tahunan (yoy) selama triwulan laporan yang tertinggi terjadi di Kota Surabaya (8%),
sementara inflasi terendah terjadi di Kediri (5,98%). Sedangkan bila dilihat rata-rata
Sumber: Bloomberg
Sumber: Bloomberg Sumber: Bloomberg
Sumber: Bloomberg
36
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2011
Tabel 2.7 Inflasi 7 Kota di Jawa Timur per Kelompok Barang & Jasa
Triwulan I-2011 (yoy)
2011201120112011 2011201120112011 2011201120112011
Tw.ITw.ITw.ITw.I Tw.IITw.IITw.IITw.II Tw.IIITw.IIITw.IIITw.III Tw.IVTw.IVTw.IVTw.IV Tw.ITw.ITw.ITw.I Tw.ITw.ITw.ITw.I Tw.IITw.IITw.IITw.II Tw.IIITw.IIITw.IIITw.III Tw.IVTw.IVTw.IVTw.IV Tw.ITw.ITw.ITw.I Tw.ITw.ITw.ITw.I Tw.IITw.IITw.IITw.II Tw.IIITw.IIITw.IIITw.III Tw.IVTw.IVTw.IVTw.IV Tw.ITw.ITw.ITw.I
Jawa Timur 0.65 1.40 3.40 1.49 0.99 3.01 4.67 6.31 7.10 7.46 0.22 0.46 1.12 0.49 0.33
Surabaya 1.40 4.29 6.30 1.31 1.25 2.94 4.71 6.72 7.00 8.00 0.21 0.43 1.30 0.44 0.42
Malang 1.41 0.38 2.00 1.76 0.72 3.08 4.19 5.43 6.70 6.42 0.33 0.41 0.85 0.58 0.24
Kediri 0.82 0.44 2.49 1.83 -0.15 3.30 5.32 5.52 6.81 5.98 0.21 0.65 0.74 0.61 -0.05
Jember -1.44 3.87 0.62 2.59 0.80 2.60 4.57 5.80 7.10 7.97 0.00 0.66 0.78 0.86 0.27
Sumenep 0.53 0.27 0.71 0.96 0.10 3.00 4.33 6.17 6.75 6.31 0.17 0.48 1.22 0.32 0.04
Probolinggo -0.02 0.04 5.40 0.54 1.20 3.67 5.48 7.17 6.68 7.19 0.24 0.60 1.15 0.18 0.40
Madiun 0.03 0.12 3.32 2.02 0.81 3.23 4.41 5.29 6.53 6.51 0.28 0.38 0.79 0.67 0.27
inflasi (yoy)inflasi (yoy)inflasi (yoy)inflasi (yoy)
2010201020102010
rata-rata bulanan (mtm)rata-rata bulanan (mtm)rata-rata bulanan (mtm)rata-rata bulanan (mtm)
20102010201020102010201020102010Kabupaten/KotaKabupaten/KotaKabupaten/KotaKabupaten/Kota
inflasi (qtq)inflasi (qtq)inflasi (qtq)inflasi (qtq)
Komoditi Jatim Surabaya Malang Kediri Jember Sumenep Prob Madiun
UmumUmumUmumUmum 7.467.467.467.46 8.008.008.008.00 6.426.426.426.42 5.985.985.985.98 7.977.977.977.97 6.316.316.316.31 7.197.197.197.19 6.516.516.516.51
Bahan Makanan 3.55 3.58 3.11 3.19 5.18 3.47 3.26 4.73
Mknn Jadi, Minmn, Rokok & Tembakau 1.01 0.99 1.32 1.05 0.88 0.85 0.92 0.56
Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar 0.99 1.15 0.55 0.62 0.78 1.02 1.05 1.19
Sandang 0.63 0.78 0.33 0.35 0.40 0.79 0.60 0.30
Kesehatan 0.15 0.16 0.15 0.14 0.19 0.07 0.04 0.07
Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga 0.59 0.63 0.86 0.54 0.44 0.21 0.10 0.14
Transportasi, Komunikasi & Jasa Keuangan 0.71 0.90 0.26 0.24 0.46 0.05 1.36 0.61
Komoditi Jatim Surabaya Malang Kediri Jember Sumenep Prob Madiun
UmumUmumUmumUmum 7.467.467.467.46 8.008.008.008.00 6.426.426.426.42 5.985.985.985.98 7.977.977.977.97 6.316.316.316.31 7.197.197.197.19 6.516.516.516.51
Bahan Makanan 15.71 16.91 12.89 12.96 18.67 11.40 12.42 15.54
Mknn Jadi, Minmn, Rokok & Tembakau 5.63 5.52 6.68 5.85 5.64 5.32 5.11 3.53
Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar 4.62 5.37 2.62 2.83 3.69 5.08 4.55 5.91
Sandang 9.58 11.58 6.21 6.67 5.67 10.47 9.16 3.94
Kesehatan 3.11 3.33 3.33 2.93 4.01 1.70 0.87 1.64
Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga 6.75 6.87 9.46 7.03 6.11 3.68 1.60 2.53
Transportasi, Komunikasi & Jasa Keu 3.93 4.78 1.62 1.37 2.76 0.32 8.79 3.87
inflasi bulanan, selama triwulan I-2011 inflasi tertinggi terjadi di Surabaya (0,42%) dan
inflasi terendah terjadi di Kediri (-0,05%).
Berdasarkan kelompok barang, kelompok bahan makanan masih menjadi
penyumbang inflasi tahunan tertinggi di 7 Kabupaten/Kota di Jawa Timur, namun
relatif lebih rendah dibandingkan triwulan lalu. Faktor pendorong inflasi terutama
berasal dari kenaikan harga daging, ikan, telur, susu & hasil olahannya, bumbu-
bumbuan dan lemak. Inflasi tertinggi pada kelompok bahan makanan ini tercatat di
Jember (18,67%).
Sumber : BPS, data diolah.
Tabel 2.6 Inflasi Kuartalan (qtq) dan Tahunan (yoy)
7 Kota di Jawa Timur
Sumber : BPS, data diolah.
Tabel 2.8 Sumbangan Inflasi 7 Kota di Jawa Timur Per Kelompok Barang & Jasa
Triwulan I-2011 (yoy)
Sumber : BPS, data diolah.
37
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2011
-3.00
-2.00
-1.00
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
Jan
Fe
b
Ma
r
Ap
r
Ma
y
Jun
Jul
Au
g
Se
p
Oct
No
v
De
c
Jan
Fe
b
Ma
r
Ap
r
Ma
y
Jun
Jul
Au
g
Sep
t
Oct
No
v
De
c
Jan
Fe
b
Ma
r
2009 2010 2011
Umum Volatile food
Adm Price Core Inflation
-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
Jan
Feb
Ma
r
Ap
r
Ma
y
Jun
Jul
Au
g
Sep
Oct
No
v
De
c
Jan
Feb
Ma
r
Ap
r
Ma
y
Jun
Jul
Au
g
Sep
t
Oct
No
v
De
c
Jan
Feb
Ma
r
2009 2010 2011
umum Volati le food
Adm Price Core Inflation
-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
Jan
-09
Fe
b-0
9
Ma
r-0
9
Ap
r-0
9
Ma
y-0
9
Jun
-09
Jul-
09
Au
g-0
9
Se
p-0
9
Oc
t-0
9
No
v-0
9
De
c-0
9
Jan
-10
Fe
b-1
0
Ma
r-1
0
Ap
r-1
0
Ma
y-1
0
Jun
-10
Jul-
10
Au
g-1
0
Se
p-1
0
Oc
t-1
0
No
v-1
0
De
c-1
0
Jan
-11
Fe
b-1
1
Ma
r-1
1
Volatile Food (mtm)
Volatile Food (yoy)
-3.00
-2.00
-1.00
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
Jan
-09
Feb
-09
Ma
r-0
9
Ap
r-0
9
Ma
y-0
9
Jun
-09
Jul-
09
Au
g-0
9
Sep
-09
Oct
-09
No
v-0
9
De
c-0
9
Jan
-10
Feb
-10
Ma
r-1
0
Ap
r-1
0
Ma
y-1
0
Jun
-10
Jul-
10
Au
g-1
0
Sep
-10
Oct
-10
No
v-1
0
De
c-1
0
Jan
-11
Feb
-11
Ma
r-1
1
Administered Price (mtm)
Administered Price (yoy)
2.5 DISAGREGASI INFLASI
Dilihat dari komponennya, tekanan inflasi volatile food (bahan makanan yang
harganya fluktuatif) cenderung berkurang selama triwulan I-2011. Adapun tekanan
inflasi administered price dan inflasi inti menunjukkan peningkatan.
Secara bulanan, inflasi volatile food mengalami penurunan yang cukup
signifikan hingga mencatat deflasi pada bulan Februari dan Maret. Selanjutnya secara
tahunan, inflasi volatile food di bulan Maret tercatat sebesar 18,42% (yoy), lebih
rendah bila dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 18,81%.
Tren inflasi volatile food ini dipengaruhi oleh mulai stabilnya harga pada
beberapa komoditas utama bahan makanan yang mempunyai bobot cukup tinggi
dalam menyumbang inflasi seperti beras, sayur-sayuran dan buah-buahan serta
beberapa kebutuhan pokok lainnya.
Sementara itu, inflasi yang berasal dari administered price menunjukkan
adanya sedikit peningkatan. Hal ini dipengaruhi oleh kenaikan harga kendaraan
bermotor yang terjadi di beberapa wilayah di Jawa Timur.
Gambar 2.22 Laju Inflasi Jatim per Komponen (mtm)
Gambar 2.23 Laju Inflasi Jatim per Komponen (yoy)
Gambar 2.24
Perkembangan Inflasi Volatile Food
Gambar 2.25 Perkembangan Inflasi Adm. Price
Sumber : BPS, data diolah. Sumber : BPS, data diolah.
Sumber : BPS, data diolah. Sumber : BPS, data diolah.
38
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2011
62.00
64.00
66.00
68.00
70.00
72.00
74.00
76.00
78.00
80.00
82.00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2008 2009 2010
Di sisi lain, inflasi yang disebabkan oleh faktor fundamental yang biasa disebut
inflasi inti tercatat sebesar 4,95% (yoy) sedikit meningkat dibandingkan triwulan
sebelumnya (4,18%-yoy). Peningkatan ini dipengaruhi oleh dorongan dari sisi
ekspektasi masyarakat yang cenderung meningkat. Sementara itu, perkembangan sisi
supply relatif stabil dan mampu memenuhi permintaan masyarakat, yang tercermin
pada penggunaan kapasitas produksi (capacity utilization) di Jawa Timur pada triwulan
laporan yang diperkirakan meningkat. Peningkatan penggunaan kapasitas produksi ini
mengindikasi terjadinya pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur sebagai hasil produksi
sektor ekonomi dan direspon oleh sisi permintaan masyarakat. Selanjutnya, analisis
terhadap sumber-sumber penyebab inflasi inti yang lain menunjukkan bahwa
pergerakan nilai tukar rupiah terhadap USD relatif stabil dengan tren menguat
dibandingkan triwulan sebelumnya, sehingga tidak terdapat tekanan yang berarti pada
sisi imported inflation.
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha, BI Surabaya
Gambar 2.26
Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Gambar 2.27
Perkembangan Capacity Utilization
Sumber : BI, data diolah
Bab 3Bab 3Bab 3Bab 3
PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN
PERBANKANPERBANKANPERBANKANPERBANKAN
39
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan I – 2011
3 PERKEMBANGAN PERBANKAN
Ekspansi pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur (Jatim) yang masih berlangsung
diiring pula dengan perkembangan kinerja perbankan yang meningkat. Perbaikan
kinerja terjadi pada Bank Umum (konvensional & syariah) maupun Bank Perkreditan
Rakyat (BPR), yang khususnya didukung oleh kinerja penyaluran kredit dan total aset
yang mampu tumbuh lebih tinggi dibandingkan beberapa periode sebelumnya.
Sementara itu, meskipun tidak tumbuh setinggi kedua indikator utama lainnya, Dana
Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh perbankan di Jatim mulai menunjukkan
pertumbuhan tahunan yang meningkat. Hal ini seiring dengan peningkatan aktivitas
perekonomian serta dukungan upaya perbankan dalam menghimpun dana
masyarakat, ditengah cukup banyaknya persaingan di sektor keuangan yang
menawaran instrumen-instrumen simpanan/investasi dengan imbal hasil bersaing.
Total aset bank Umum dan BPR sampai dengan akhir Tw I-2011 tumbuh 15,10%
(yoy) sehingga mencapai Rp.262,29 triliun. Penyaluran kredit tumbuh 21,93% (yoy)
dengan baki debet sebesar Rp.166,20 triliun, lebih tinggi dibandingkan kinerja di
tahun sebelumnya yang hanya tumbuh dikisaran 14%. Sementara itu DPK yang
berhasil dihimpun oleh Bank umum dan BPR tumbuh 12,30% (yoy) menjadi senilai Rp.
220,59 triliun. Pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan DPK
pada periode ini, mendorong kenaikan Loan to Deposit ratio (LDR) dari 72,70%
2011
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
Total Asset 227.884.300 235.128.810 246.078.713 254.659.572 262.293.804
Pertumbuhan (yoy-%) 11,66 10,39 11,93 11,42 15,10
Pertumbuhan (qtq-%) -0,29 3,18 4,66 3,49 3,00
Dana Pihak Ketiga 196.437.961 199.546.163 205.864.567 218.606.344 220.594.629
Pertumbuhan (yoy-%) 9,17 7,83 8,96 10,88 12,30
Pertumbuhan (qtq-%) -0,36 1,58 3,17 6,19 0,91
Kredit Umum 136.312.966 146.867.665 152.729.120 158.937.637 166.207.796
Pertumbuhan (yoy-%) 14,86 20,01 20,77 19,89 21,93
Pertumbuhan (qtq-%) 2,82 7,74 3,99 4,07 4,57
LDR (%) 69,39 73,60 74,19 72,70% 75,35
NPL Gross (%) 3,05 2,93 3,08 2,99 3,41
INDIKATOR2010
Tabel 3.1
Perkembangan Indikator Perbankan (Bank Umum & BPR) di Jawa Timur
Sumber: Laporan Bank Umum & BPR - BI Surabaya, data diolah
40
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan I – 2011
menjadi 75,35%. Namun demikian, peningkatan kredit ini juga diiringi oleh
peningkatan rasio kredit bermasalah yang tercermin dari peningkatan Non Performing
Loans (NPL) dari 2,99% menjadi 3,41%.
3.1. PERKEMBANGAN KINERJA BANK UMUM
Pelaksanaan fungsi intermediasi bank umum di Jatim pada awal tahun 2011
secara umum berjalan dengan lancar dan menunjukkan perkembangan positif.
Dibandingkan triwulan sebelumnya, kinerja pertumbuhan (qtq) total aset dan
penyaluran kredit masih mampu tumbuh stabil dengan pencapaian kinerja
pertumbuhan yang cukup tinggi, sedangkan kinerja penghimpunan DPK cenderung
melambat. Sementara itu, jika dianalisa secara tahunan ketiga indikator utama bank
umum tercatat tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2010 maupun periode
yang sama di tahun 2010.
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Sumber: Bank Indonesia, data diolah Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Tabel 3.2
Perkembangan Indikator Bank Umum di Jawa Timur
Gambar 3.2
Perkembangan LDR per Kelompok Bank Gambar 3.1
Perkembangan LDR
63.00%
65.00%
67.00%
69.00%
71.00%
73.00%
75.00%
77.00%
Tw I
Tw II
Tw II
I
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw II
I
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw II
I
Tw IV
Tw I
2008 2009 2010 2011
Loan to Deposit Ratio (%)
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
80.00%
90.00%
100.00%
110.00%
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
2008 2009 2010 2011
LDR (Umum) Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing
2011
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
Total Asset 227,884,300 235,128,810 246,078,713 254,659,572 262,293,804
Pertumbuhan (yoy-%) 11.66 10.39 11.93 11.42 15.10
Pertumbuhan (qtq-%) -0.29 3.18 4.66 3.49 3.00
Dana Pihak Ketiga 196,437,961 199,546,163 205,864,567 218,606,344 220,594,629
Pertumbuhan (yoy-%) 9.17 7.83 8.96 10.88 12.30
Pertumbuhan (qtq-%) -0.36 1.58 3.17 6.19 0.91
Total Kredit 136,312,966 146,867,665 152,729,120 158,937,637 166,207,796
Pertumbuhan (yoy-%) 14.86 20.01 20.77 19.89 21.93
Pertumbuhan (qtq-%) 2.82 7.74 3.99 4.07 4.57
LDR (%) 69.39 73.60 74.19 72.70% 75.35
NPL Gross (%) 3.05 2.93 3.08 2.99 3.41
INDIKATOR2010
41
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan I – 2011
Pertumbuhan kredit secara triwulanan yang lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan DPK menyebabkan peningkatan Loan to Deposit Ratio (LDR) pada
periode laporan, dari 71,96% menjadi 74,61%. Berdasarkan kelompok bank, rasio LDR
tertinggi masih didominasi oleh kelompok Bank Pemerintah (100,42%), sementara
kelompok bank swasta dan bank asing cenderung memiliki rasio lebih rendah, yaitu
56,03% dan 64,82%.
Dalam rangka mendorong fungsi intermediasi perbankan, Bank Indonesia
melalui Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.12/19/PBI/2010 tanggal 4 Oktober 2010
menetapkan ketentuan mengenai perhitungan besaran Giro Wajib Minimum (GWM)
yang dikaitkan dengan rasio LDR suatu Bank, kebijakan ini berlaku per 1 Maret 2011.
Dalam ketentuan ini, besaran GWM Rupiah bank umum terdiri atas GWM primer (8%),
GWM sekunder (2,5%) dan GWM LDR yang merupakan tambahan GWM yang harus
dialokasikan bank pada saat nilai LDR bank berada diluar range (batas atas dan batas
bawah) yang telah ditetapkan (78%-100%). Secara makro LDR target adalah cerminan
kebutuhan kredit yang diperlukan untuk menopang pertumbuhan ekonomi,
sedangkan secara mikro; LDR target ditetapkan dengan mempertimbangkan kondisi
likuiditas dan LDR Perbankan. Sehingga secara umum, penerapan GWM LDR bertujuan
agar bank mengoptimalkan penyaluran kreditnya pada sektor riil, namun dengan
tetap mengacu pada prinsip kehati-hatian.
Gambar 3.3 Pertumbuhan Indikator Utama
Perbankan (yoy)
Gambar 3.4 Pertumbuhan Indikator Utama
Perbankan (qtq)
Sumber: Bank Indonesia, data diolah Sumber: Laporan Bank Umum- BI Surabaya, data diolah
(2.00)
-
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
2008 2009 2010 2011
Kredit (qtq)
DPK (qtq)
Total Aset (qtq)
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
2008 2009 2010 2011
Kredit (yoy)
DPK (yoy)
Total Aset (yoy)
42
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan I – 2011
3.1.1. ASET DAN AKTIVA PRODUKTIF
Kinerja pertumbuhan total aset bank umum di Jatim pada Tw I-2011
secara triwulanan (qtq) tumbuh stabil dikisaran 3%, namun secara tahunan
(yoy) menunjukkan peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya. Sepanjang periode laporan, total aset bank umum meningkat
sebesar Rp. 7,5 triliun atau tumbuh 3% (qtq) dan 15% (yoy) menjadi senilai
Rp.256,43 triliun. Secara umum, pertumbuhan total aset yang terjadi didorong
oleh meningkatnya pertumbuhan nilai aktiva produktif bank umum dari 2,58%
(qtq) menjadi 5,67% (qtq), dengan didominasi oleh peningkatan pertumbuhan
kredit yang berlangsung pada periode ini.
Berdasarkan komponen pembentuknya, aktiva produktif bank umum di
Jawa Timur didominasi oleh penyaluran kredit kepada masyarakat (94,15%),
diikuti oleh Penempatan pada Bank lain (3,40%) dan Penempatan pada Bank
Indonesia (2,14%), sedangkan aktiva produktif lainnya yang berbentuk surat
berharga mempunyai proporsi yang relatif kecil (0,31%).
3.1.2. DANA PIHAK KETIGA (DPK)
Setelah mencatat pertumbuhan yang cukup baik di akhir tahun 2010,
kinerja pertumbuhan DPK yang dihimpun oleh industri bank umum di Jatim
pada periode Tw I-2011 cenderung melambat. Sepanjang periode laporan, DPK
Gambar 3.6 Proporsi Aktiva Produktif
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Gambar 3.5 Perkembangan Total Aset Bank Umum
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
5
7
9
11
13
15
17
19
21
-
50,000,000
100,000,000
150,000,000
200,000,000
250,000,000
300,000,000
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
2008 2009 2010 2011
Total Aset (Nominal)-LHS
Growth (%)-RHS
2.14%3.40%
0.31%
94.15%
Penempatan pada Bank Indonesia
Penempatan pada Bank lain
Surat Berharga
Kredit
43
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan I – 2011
meningkat Rp.1,9 triliun atau tumbuh 0,89% (qtq) dan 12,24% (yoy) menjadi
Rp.217,01 triliun. Berdasarkan jenisnya, perlambatan ini didorong oleh
minimnya pertumbuhan simpanan tabungan dan deposito pada triwulan
laporan. Simpanan deposito hanya tumbuh 0,41% (qtq), bahkan simpanan
tabungan mencatat kontraksi sebesar -0,71%(qtq). Namun demikian kedua jenis
simpanan ini masih mendominasi DPK dengan proporsi yang cukup tinggi, yaitu
masing-masing sebesar 41,56% dan 40,92%.
Di sisi lain, simpanan giro yang mempunya proporsi lebih rendah (17,52%)
menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi, baik secara triwulanan maupun
tahunan. Hal ini khususnya seiring dengan peningkatan transaksi dunia usaha
serta tidak lepas dari siklus tahunan peningkatan dana rekening giro untuk
belanja pemerintah di bank umum yang masih cukup tinggi dan belum
terealisir di awal tahun.
Gambar 3.8 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (y-o-y)
Gambar 3.7 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (q-t-q)
Gambar 3.9 Perkembangan DPK Per Jenis Simpanan
(Rp. Juta)
Gambar 3.10
Komposisi DPK Bank Umum (%)
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Sumber: Bank Indonesia, data diolah Sumber: Bank Indonesia, data diolah
(10.00)
(5.00)
-
5.00
10.00
15.00
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
2008 2009 2010 2011
GIRO TABUNGAN DEPOSITO
(5.00)
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
2008 2009 2010 2011
GIRO TABUNGAN DEPOSITO
20,000,000 25,000,000 30,000,000 35,000,000 40,000,000 45,000,000 50,000,000 55,000,000 60,000,000 65,000,000 70,000,000 75,000,000 80,000,000 85,000,000 90,000,000 95,000,000
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
2008 2009 2010 2011
Deposito Tabungan Giro
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
45%
Deposito Tabungan Giro
Tw I-2010 43.9% 37.4% 18.7%
Tw II-2010 42.56% 38.37% 19.07%
Tw III-2010 41.26% 40.83% 17.91%
Tw IV-2010 41.11% 42.23% 16.66%
Tw I-2011 40.92% 41.56% 17.52%
Tw I-2010
Tw II-2010
Tw III-2010
Tw IV-2010
Tw I-2011
44
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan I – 2011
Sementara itu, terbatasnya pertumbuhan DPK yang berlangsung pada
beberapa periode terakhir selain diyakini terkait dengan faktor tingkat suku
bunga simpanan yang relatif rendah, juga dipengaruhi oleh cukup banyaknya
pilihan instrumen simpanan sekaligus investasi diluar perbankan yang
menawarkan return menarik, sehingga masyarakat mendapatkan banyak
pilihan dalam penempatan dananya. Namun di sisi lain, rendahnya suku bunga
ini diharapkan mampu menjadi salah satu pendorong penyaluran kredit kepada
masyarakat, mengingat suku bunga DPK merupakan salah satu variabel
pembentuk suku bunga kredit. Rendahnya suku bunga DPK diharapkan dapat
mendorong efisiensi biaya bunga kredit, sehingga pada akhirnya akan
meningkatkan penyaluran kredit kepada masyarakat.
3.1.3. KREDIT
Pertumbuhan penyaluran kredit oleh bank umum di Jatim pada triwulan
laporan mencapai 22,17% (yoy), ini merupakan angka pertumbuhan tertinggi
setelah terjadinya krisis perekonomian global di tahun 2008. Dengan angka
pertumbuhan tersebut, maka outstanding/baki debet kredit yang disalurkan
oleh bank umum di Jatim kepada masyarakat dan dunia usaha sampai dengan
akhir Tw I-2011 mencapai Rp.161,92 triliun. Kondisi perekonomian yang cukup
stabil dan kondusif menjadi salah satu pendorong peningkatan permintaan
kredit di Jatim, sehingga dari sisi perbankan kondisi ini dimanfaatkan sebagai
momentum yang tepat untuk melakukan ekspansi kredit.
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
4.50
6.00
6.50
7.00
7.50
8.00
8.50
9.00
9.50
10.00
10.50
11.00
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
2007 2008 2009 2010 2011
Deposito Bi Rate Tabungan (Skala Kanan)
Gambar 3.11
Perbandingkan Suku Bunga Simpanan – BI Rate
45
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan I – 2011
Berdasarkan jenisnya, kredit di Jatim masih di dominasi oleh kredit
produktif yaitu kredit modal kerja yang mencapai Rp.95,80 triliun atau sebesar
59,16% dari total kredit secara keseluruhan, disusul oleh kredit konsumsi
(27,39%) dan kredit investasi (13,44%). Pertumbuhan kredit paling tinggi pada
periode ini terjadi pada kredit investasi yang tercatat sebesar 14,70% (qtq) atau
28,92% (yoy), sementara kredit modal kerja dan konsumsi cenderung tumbuh
stabil. Cukup besarnya alokasi penyaluran kredit untuk kegiatan produktif
menjadi salah satu cerminan peran perbankan di Jatim dalam melaksanakan
fungsi intermediasinya guna mendorong aktivitas dunia usaha, yang diharapkan
dapat semakin memperbesar multiplier effect pada pertumbuhan
perekonomian di Jatim.
.
Gambar 3.12
Pertumbuhan Kredit (yoy)
Gambar 3.13
Pertumbuhan Kredit (qtq)
Sumber: Bank Indonesia, data diolah Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Gambar 3.14 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan
Jenis Penggunaan
Gambar 3.15 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan
Kelompok Bank
59.16%13.44%
27.39%
Modal Kerja Investasi Konsumsi
54.72%39.96%
5.32%
Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
-
20,000,000
40,000,000
60,000,000
80,000,000
100,000,000
120,000,000
140,000,000
160,000,000
180,000,000 T
w I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
2008 2009 2010 2011
Kredit-Nominal (Skala Kiri)
Growth-% yoy (Skala Kanan)
(2.00)
-
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
-
20,000,000
40,000,000
60,000,000
80,000,000
100,000,000
120,000,000
140,000,000
160,000,000
180,000,000
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
2008 2009 2010 2011
Kredit-Nominal (Skala Kiri) Growth %- qtq (skala kanan)
46
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan I – 2011
Berdasarkan sektor ekonomi, penyaluran kredit bank umum paling besar
disalurkan kepada sektor-sektor yang mendominasi struktur perekonomian di
Jatim, yaitu sektor Industri serta sektor Perdagangan Hotel dan restoran (PHR)
dengan proporsi masing-masing sebesar 27,32% dan 24,64%. Sementara itu,
dilihat dari angka pertumbuhannya, penyaluran kredit kepada sektor angkutan
dan komunikasi, sektor PHR, sektor industri pengolahan mencatat pertumbuhan
tertinggi, masing-masing sebesar 24,48%, 22,36%, dan 18,14% (yoy). Tingginya
penyaluran kredit pada ketiga sektor ini turut mengkonfirmasi tingginya
pertumbuhan masing-masing sektor tersebut pada perhitungan pertumbuhan
ekonomi Jatim di Tw I-2011.
Sumber: Bank Indonesia, data diolah Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Gambar 3.16 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan
(q-t-q)
Gambar 3.17 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan
(y-o-y)
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Gambar 3.19
Perkembangan Kredit Sektoral (yoy)
Gambar 3.18
Proporsi Kredit Sektoral
(50.00)
(40.00)
(30.00)
(20.00)
(10.00)
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
Tw I
Tw II
Tw
III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw
III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw
III
Tw IV
Tw I
2008 2009 2010 2011
Sektor PHR Sektor Industri Pengolahan
Sektor Pertanian Sektor Angkutan/ Komunikasi
Sektor Konstruksi
2.29%
0.52%27.32%
0.30%
2.56%
24.64%2.66%
39.71%
Pertanian
Pertambangan
Industri
Listrik,Gas
Konstruksi
Perdagangan
Angkut/Komnikasi
Jasa & lain lain
(10,00)
(5,00)
-
5,00
10,00
15,00
20,00 T
w I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
2008 2009 2010 2011
Kredit Modal Kerja Kredit Investasi Kredit Konsumsi
-
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
35,00
40,00
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
2008 2009 2010 2011
Kredit Modal Kerja Kredit Investasi Kredit Konsumsi
47
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan I – 2011
Tingginya pertumbuhan kredit pada periode ini juga diiringi dengan
peningkatan jumlah kredit yang tidak terserap (undisbursed loans)
dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2010. Tercatat nilai
undisbursed loan pada posisi akhir Tw.I-2011 sebesar 7,86% dari total plafon
kredit yang disediakan, atau sebesar Rp.17,51 triliun, kondisi ini cenderung
meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya dan periode yang sama tahun
2010, dimana pada saat itu rasio undisbursed loans terhadap total kredit
mesing-masing sebesar 7,34% dan 5,02%. Berdasarkan jenisnya, undisbursed
loan tertinggi terdapat pada kredit modal kerja yang mencapai 11,89% dari
plafon kredit yang telah disetujui oleh bank umum, sedangkan penyaluran
kredit konsumsi dan investasi cenderung terserap lebih baik, sesuai dengan
plafon yang telah disetujui. Sementara itu, kenaikan suku bunga acuan BI rate
sebesar 0,25 bps (basis points) pada bulan Februari 2011 direspon perbankan
dengan menaikkan suku bunga kredit dengan kisaran yang beragam. Kenaikan
suku bunga kredit tertinggi terjadi pada kredit konsumi, disusul oleh kredit
modal kerja dengan tingkat kenaikan yang relatif lebih rendah, sedangkan suku
bunga kredit investasi pada periode ini cukup stabil.
Dalam rangka meningkatkan transparansi mengenai karakteristik produk
perbankan (manfaat, biaya dan risiko), meningkatkan good governance dan
mendorong persaingan yang sehat dalam industri perbankan melalui
Gambar 3.20
Undisbursed Loans
Gambar 3.21
Perbandingkan Suku Bunga Kredit & BI rate
Sumber: Bank Indonesia, data diolah Sumber: Bank Indonesia, data diolah
6.25 6.50 6.75 7.00 7.25 7.50 7.75 8.00 8.25 8.50 8.75 9.00 9.25 9.50 9.75
12.00
12.50
13.00
13.50
14.00
14.50
15.00
15.50
16.00
16.50
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
2007 2008 2009 2010 2011
Investasi Konsumsi Modal Kerja Bi Rate (Skala Kanan)
-2.00%
0.00%
2.00%
4.00%
6.00%
8.00%
10.00%
12.00%
14.00%Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
2010 2011
Undisbursed Loans (Total) UL Kredit Modal Kerja
Ul Kredit Investasi UL Kredit Konsumsi
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
48
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan I – 2011
terciptanya disiplin pasar (market discipline) yang lebih baik, Bank Indonesia
telah menerbitkan Surat Edaran No.13/5/DPNP tanggal 8 Februari 2011 guna
mewajibkan bank-bank umum untuk melakukan transparansi informasi
mengenai aspek perhitungan dan penetapan suku bunga untuk kredit,
khususnya Suku Bunga Dasar Kredit/SBDK (prime lending rate). Ketentuan ini
mulai diberlakukan kepada bank umum konvensional yang beraset diatas Rp.10
triliun per 31 Maret 2011.
SBDK merupakan hasil perhitungan dari 3 (tiga) komponen yaitu (1) harga
pokok dana untuk kredit (HPDK), (2) biaya overhead yang dikeluarkan Bank
dalam proses pemberian kredit, dan (3) marjin keuntungan (profit margin) yang
ditetapkan untuk aktivitas perkreditan, namun didalamnya belum
memperhitungkan komponen premi risiko individual nasabah Bank. SBDK
tersebut dihitung secara per tahun dalam bentuk persentase (%), dan
merupakan suku bunga terendah yang digunakan sebagai dasar bagi bank
dalam penentuan suku bunga kredit yang dikenakan kepada debitur.
Perhitungan SBDK yang wajib dilaporkan kepada Bank Indonesia dan
dipublikasikan kepada masyarakat mencakup 3 (tiga) jenis kredit yaitu kredit
korporasi, kredit ritel, dan kredit konsumsi (KPR dan Non KPR), tidak termasuk
penyediaan dana melalui kartu kredit dan kredit tanpa agunan.
3.1.4 Kredit Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
Sebagai upaya pemberdayaan perekonomian masyarakat yang bergerak di
sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), penyaluran kredit perbankan
pada kelompok usaha ini menjadi hal penting yang perlu ditingkatkan guna
memperkuat kemampuan ekspansi sektor usaha mikro kecil menengah,
sehingga menjadi pendorong perekonomian Jawa Timur serta memperluas
lapangan kerja. Terkait dengan hal ini, Bank Indonesia di wilayah Jawa Timur
(Surabaya, Malang, Kediri, Jember) bersama Pemerintah Daerah berupaya untuk
memfasilitasi serta menyusun kebijakan – kebijakan yang mendorong
peningkatan penyaluran kredit UMKM, seperti pendirian lembaga penjaminan
kredit daerah (PT. Jamkrida Jatim), Pendirian APEX BPR, serta optimalisasi
49
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan I – 2011
keberadaan Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB) guna melakukan
pendampingan kepada usaha mikro yang feasible untuk memperoleh
pembiayaan dari perbankan.
Upaya lain yang dilakukan oleh Bank Indonesia Surabaya dalam
mendorong perkembangan UMKM adalah melalui pengengembangan
beberapa klaster komoditas potensial melalui pola kemitraan. Beberapa klaster
yang telah dikembangkan antara lain klaster alas kaki di Kab. Mojokerto,
klaster rumput laut di Kab. Sumenep Madura, dan yang saat ini sedang
dikembangkan adalah klaster Sapi Potong di wilayah Kab. Bojonegoro. (Lihat
Boks 4: ”Kerjasama Bank Indonesia Surabaya & Pemerintah Kabupaten
Bojonegoro Dalam Pengembangan Klaster Sapi Potong”)
Sampai dengan akhir periode laporan, penyaluran total kredit UMKM1 di
Jawa Timur mencapai Rp.59,19 triliun atau sebesar 36,56% dari total kredit
secara keseluruhan. Berdasarkan jenisnya, realisasi penyaluran kredit UMKM
secara nominal didominasi oleh kelompok usaha kecil dan usaha menengah
dengan baki debet masing-masing mencapai Rp.25,31 triliun (42,76%) dan
Rp.24,86 triliun (42%), sementara itu terkait dengan plafon kredit usaha mikro
1 Mengacu pada kriteria UMKM pada UU No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM) yang selanjutnya telah diakomodir dalam pedoman Laporan Bank Umum (LBU) terbaru (LBU-2008), maka dilakukan perubahan data statistik kredit UMKM yang digunakan dalam Kajian Ekonomi Regional (KER) Jawa Timur Tw I-2011 dan edisi selanjutnya. Sebelumnya statistik kredit UMKM yang digunakan mengacu pada besarnya plafon kredit yang disalurkan sehingga didalamnya termasuk data penggunaan kredit konsumsi. Data UMKM dalam LBU 2008 (data baru) didasarkan pada kriteria skala usaha debitur (omzet dan aset usaha), sehingga didalamnya hanya mengakomodir data kredit yang digunakan oleh sektor usaha/ kredit produktif.
Sumber: Bank Indonesia
Gambar 3.22
Perkembangan Kredit UMKM
Gambar 3.23
Proporsi Kredit UMKM Berdasarkan Skala Usaha
Sumber: Bank Indonesia
-
20,000,000
40,000,000
60,000,000
80,000,000
100,000,000
120,000,000
140,000,000
160,000,000
180,000,000
Tw I
Tw II
Tw II
I
Tw IV
Tw I
2010 2011
Total Kredit Kredit UMKM
Usaha
Mikro;
15.23%
Usaha Kecil;
42.76%
Usaha
Menengah;
42.00%
50
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan I – 2011
yang relatif lebih rendah dibandingkan plafon kredit usaha kecil dan
menengah, maka secara nominal baki debet kredit kepada kelompok usaha
mikro cenderung lebih rendah, yaitu sebesar Rp.9,01 triliun atau 15,23% dari
total kredit UMKM yang disalurkan. Namun demikian, jika dianalisa dari jumlah
rekening/debiturnya, penyaluran kredit mikro masih mendominasi, dengan
proporsi mencapai 72% dari total debitur kredit UMKM sebanayak 1.145.949
debitur yang memperoleh kredit UMKM dari perbankan.
KREDIT USAHA RAKYAT (KUR)
Keberadaan KUR yang bertujuan untuk memberikan akses pembiayaan
bagi UMKM, khususnya usaha mikro yang feasible namun belum bankable
dalam pelaksanaannya di Jawa Timur menunjukkan perkembangan yang
menggembirakan. Berdasarkan data Kementerian Koordinator Perekonomian
RI, realisasi penyaluran KUR oleh 7 bank umum penyalur KUR di Jawa Timur
(BRI, BNI, Mandiri, Mandiri Syariah, BTN dan Bukopin, Bank Jatim) sejak
program ini diluncurkan di tahun 2008 hingga Tw I-2011 mencapai Rp.6,05
triliun dengan 734.030 nasabah atau sebesar 15% dari realisasi KUR nasional.
Kondisi ini membawa provinsi Jatim pada urutan pertama daerah penyaluran
KUR secara nasional. Sampai dengan akhir periode laporan, outstanding/ baki
debet KUR di Jatim tercatat sebesar Rp.3 triliun, dengan didominasi oleh
penyaluran kredit kepada kelompok usaha mikro/ KUR Mikro (plafon s/d Rp. 20
juta) yang mencapai 97%, sementara selebihnya merupakan nasabah kategori
KUR retail (Plafon diatas Rp. 20 juta).
Sumber: Kementrian Koordinator Perekonomian
Gambar 3.24
5 Besar Provinsi Penyalur KUR
Gambar 3.25
Perkembangan Penyaluran KUR di Jatim
Sumber: Kementrian Koordinator Perekonomian
-
100.000
200.000
300.000
400.000
500.000
600.000
700.000
800.000
-
1.000.000
2.000.000
3.000.000
4.000.000
5.000.000
6.000.000
7.000.000
Tw I
Tw II
Tw II
I
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw II
I
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw II
I
Tw IV
Tw I
2008 2009 2010 2011
Jumlah Debitur (skala kanan)
Plafon KUR
JAWA TIMUR;
15,00%
JAWA
BARAT;
13,47%
JAWA
TENGAH;
12,55%SULAWESI
SELATAN;
5,99%
SUMATERA
UTARA; 5,25%
Provinsi lain;
35,59%
51
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan I – 2011
Penyaluran KUR yang merupakan koordinasi antara pemerintah dengan
perbankan diharapkan menjadi salah satu langkah efektif pemberdayaan
UMKM di Indonesia. Untuk itu, dalam rangka lebih mengoptimalkan kinerja
penyaluran KUR yang sudah berlangsung dengan cukup baik di Jatim, Bank
Indonesia Surabaya, Pemerintah Provinsi Jawa Timur bersama dengan 7 Bank
penyalur KUR di Jatim berupaya untuk terus melakukukaan sinergi guna
merumuskan strategi peningkatan penyaluran KUR di Jatim. Disamping
mengupayakan intensifikasi penyaluran KUR dengan melakukan pemasaran
yang intens, KBI Surabaya bersama bank penyalur KUR di Jatim melakukan
beberapa kegiatan sosialisasi kepada masyarakat mengenai alternatif
keberadaan pembiayaan kepada UMKM, seperti berbagai kredit program, KUR
serta informasi lain mengenai produk kredit perbankan sehingga masyarakat
dapat memperoleh gambaran mengenai akses pembiayaan untuk usahanya.
3.2. STABILITAS SISTEM PERBANKAN
Stabilitas industri perbankan yang tercermin dari berbagai risiko yang
dihadapi dalam pelaksanaan transaksi perbankan selama triwulan I-2011
cenderung menunjukkan tekanan, khususnya yang berasal dari risiko kredit dan
risiko operasional. Sementara itu pengelolaan risiko likuditas masih
menunjukkan kondisi yang cukup baik dan terjaga. Potensi tekanan risiko kredit
pada periode ini tercermin dari peningkatan Non Performing Loans (NPL) Bank
umum dan BPR dibandingkan periode sebelumnya.
Selanjutnya, risiko lain yang patut diwaspadai adalah risiko operasional
yang terkait dengan adanya beberapa kasus kejahatan perbankan yang
dilakukan oleh oknum pegawai bank pada periode laporan. Kondisi ini wajib
menjadi perhatian Bank Indonesia maupun bank umum dengan semakin
mengoptimalkan fungsi pengawasan atas kegiatan operasional perbankan.
Risiko operasinal ini terkait dengan mekanisme proses internal, kesalahan
manusia, kegagalan sistem dan atau kejadian – kejadian yang mempengaruhi
operasional bank.
52
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan I – 2011
Terkait dengan beberapa permasalahan perbankan tersebut, Bank
Indonesia berupaya untuk terus mendorong terciptanya iklim perbankan yang
kondusif melalui peningkatan kualitas pelayanan perbankan maupun
perlindungan konsumen/nasabah sebagaimana yang telah diarahkan dalam pilar
ke-6 Arsitektur Perbankan Indonesia (API), yaitu Peningkatan Perlindungan dan
Pemberdayaan Nasabah yang terdiri atas : Transparansi Produk, Penyelesaian
Pengaduan, Mediasi Perbankan, dan Edukasi Konsumen.
3.2.1. RISIKO KREDIT
Risiko kredit perbankan yang tercermin dari rasio kredit bermasalah
terhadap total kredit atau Non Performing Loan (NPL) di Jawa Timur pada
periode laporan menunjukkan peningkatan. NPL bank umum pada akhir
triwulan I-2011 sebesar 3,37%, lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya
(2,96%). Berdasarkan kelompok bank, NPL paling tinggi masih terjadi pada
kelompok bank asing yang mencapai 5,18%. Disusul oleh kelompok bank
pemerintah dan bank swasta dengan rasio NPL masing-masing sebesar 3,79%
dan 2,55%.
Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia
Tabel 3.3
Perkembangan NPL per-Kelompok Bank
Gambar 3.27
Perkembangan NPL per Jenis Penggunaan
2011
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
NPL Bank Umum 3.26% 3.34% 3.15% 3.15% 3.01% 2.89% 3.03% 2.96% 3.37%
-Bank Pemerintah 3.45% 3.41% 3.30% 3.33% 2.76% 2.68% 2.99% 3.14% 3.79%
-Bank Swasta 2.76% 2.79% 2.53% 2.42% 2.69% 2.56% 2.52% 2.32% 2.55%
-Bank Asing 4.59% 5.85% 5.59% 6.06% 6.84% 6.78% 7.30% 6.13% 5.18%
2010Kelompok Bank
2009
2.00%
2.20%
2.40%
2.60%
2.80%
3.00%
3.20%
3.40%
3.60%
Tw
I
Tw I
I
Tw II
I
Tw IV
Tw
I
Tw I
I
Tw II
I
Tw IV
Tw
I
Tw I
I
Tw II
I
Tw IV
Tw
I
2008 2009 2010 2011
Non Performing Loans (%)
0.00%
1.00%
2.00%
3.00%
4.00%
5.00%
6.00%
7.00%
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2008 2009 2010 2011
NPL Kredit Umum NPL Kredit Modal Kerja
NPL Kredit Investasi NPL Kredit Konsumsi
Gambar 3.26
Perkembangan NPL Bank Umum
53
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan I – 2011
Secara sektoral, penurunan kualitas kredit terjadi pada hampir seluruh sektor
ekonomi, khususnya sektor-sektor yang merupakan unggulan dalam perekonomian
di Jatim, seperti sektor Industri, Sektor PHR dan sektor komunikasi &
pengangkutan. Peningkatan NPL ditengah cukup berkembangnya kinerja ketiga
sektor tersebut diharapkan tetap menjadi perhatian perbankan untuk lebih
mengoptimalkan upaya pengendalian risiko kredit yang dihadapi melalui
pelaksanaan prudential banking. Sementara itu, kualitas kredit sektor pertanian
yang justru menunjukkan perbaikan, tibanya masa panen raya beberapa komoditas
pertanian (khususnya beras & palawija) yang berlangsung pada triwulan ini diyakini
mampu meningkatkan kemampuan ekonomi petani, sehingga berpengaruh dalam
perbaikan kualitas pembayaran kredit pertanian.
3.2.2. RISIKO LIKUIDITAS
Risiko likuiditas perbankan di Jatim pada triwulan I-2011 relatif terjaga,
meskipun tetap perlu diperhatikan terjadinya peningkatan preferensi
penempatan dana masyarakat pada instrumen simpanan jangka pendek
perbankan seperti tabungan, dibandingkan dengan deposito yang mempunyai
tenor jangka panjang. Kondisi ini mendorong perbankan di Jatim untuk berhati-
hati dalam pengelolaan aset serta melakukan mitigasi risiko melalui upaya
peningkatan pertumbuhan penyaluran kredit jangka panjang (kredit investasi)
guna mengurangi potensi mismatch likuiditas.
Tabel 3.4
Perkembangan NPL Kredit Per Sektor
2011
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
NPL Per Sektor
Pertanian 2.26% 2.83% 4.34% 2.79% 2.44% 2.95% 6.01% 7.17% 6.18%
Pertambangan 0.65% 1.56% 2.29% 1.33% 0.27% 1.66% 0.99% 1.48% 1.51%
Industri 4.73% 4.62% 3.65% 4.45% 4.32% 3.55% 3.73% 3.72% 3.81%
Listrik, Gas 0.01% 0.08% 0.00% 0.00% 0.04% 0.00% 0.06% 0.10% 0.47%
Konstruksi 1.34% 1.59% 1.54% 1.39% 1.39% 1.88% 2.02% 1.82% 2.42%
Perdagangan/ Hotel 3.28% 3.77% 3.75% 3.37% 3.25% 3.28% 3.77% 3.96% 4.39%
Angkutan/ Komunikasi 4.34% 4.86% 3.40% 3.96% 1.29% 1.29% 2.44% 3.07% 5.87%
Sumber : LBU Bank Indonesia
2010SEKTOR
2009
54
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan I – 2011
Indikator likuiditas perbankan lainnya seperti Cash Ratio yang
mencerminkan kemampuan perbankan untuk melunasi kewajiban – kewajiban
jangka pendek dengan aktiva likuid yang dimiliknya menunjukkan perbaikan.
Tercatat cash ratio bank umum di Jatim meningkat dari 6,55% menjadi 6,74%.
Sementara itu Money position atau jumlah aset likuid yang dimiliki perbankan
di Jawa Timur menunjukkan peningkatan dari Rp.14,15 triliun di Tw IV-2010
menjadi Rp.15,15 triliun atau mencapai 6,98% dari total DPK yang dihimpun
oleh bank umum, dengan komposisi terbesar berupa kas sebesar Rp.5,62 triliun,
disusul dengan penempatan pada bank lain dan Bank Indonesia masing –
masing sebesar Rp.5,85 triliun dan Rp.3,67 triliun.
3.3. PERBANKAN SYARIAH
Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang terus menunjukkan
perkembangan positif, serta masih terbukanya pasar perbankan syariah di
provinsi ini menjadi salah satu pendorong perbankan syariah untuk melakukan
ekspansi usahanya. Hal ini ditunjukkan oleh kinerja indikator-indikator utama
yang mencatat pertumbuhan signifikan serta perkembangan kelembagaan yang
tercermin dari penambahan 43 jaringan kantor baru selama triwulan I-2011,
sehingga secara keseluruhan mencapai 236 jaringan kantor yang dimiliki oleh 8
Gambar 3.28
Money Position Perbankan di Jawa Timur
37.10%
24.28%
38.63%
Kas
Penempatan pada BI
Penempatan pada Bank lain
Sumber: Bank Indonesia
55
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan I – 2011
(delapan) Bank Umum Syariah (BUS)2 dan 8 (delapan) Unit Usaha Syariah (UUS)
3
di seluruh wilayah Jawa Timur.
Selama triwulan I-2011 total aset perbankan syariah di Jawa Timur
meningkat dengan signifikan sebesar Rp.2,05 triliun atau tumbuh 28,25% (qtq)
dan 80,46% (yoy) menjadi senilai Rp.9,31 triliun. Tingginya peningkatan total
aset pada periode ini tekait dengan cukup banyaknya penambahan jaringan
kantor bank syariah selama triwulan laporan, serta pertumbuhan Dana Pihak
Ketiga (DPK) yang cukup besar.
Dana masyarakat yang disimpan pada bank syariah di Jatim selama
triwulan laporan tumbuh 25,90% (qtq) atau 72,76% (yoy) menjadi Rp.23 triliun.
Berdasarkan komposisinya, peningkatan ini didorong oleh cukup tingginya
pertumbuhan ketiga jenis simpanan yaitu deposito, tabungan dan giro yang
masing – masing secara triwulanan tumbuh diatas 20% (qtq). Secara tahunan,
pertumbuhan tabungan dan deposito mendominasi dengan mencatat
pertumbuhan masing-masing sebesar 76,91% dan 73,22% (yoy), sementara itu
simpanan giro tumbuh lebih rendah (51,91%).
2 8 Bank Umum Syariah (BUS) di Jawa Timur : Bank Muamalat, BRI Syariah, Bank Syariah Mandiri, Bank
Syariah Mega Indonesia, Bank Bukopin Syariah, Bank Panin Syariah, BCA Syariah, dan BNI Syariah. 3 8 Unit Usaha Syariah (UUS) di Jawa Timur : BTN Syariah, BII Syariah, HSBC Syariah, Bank Danamon
Syariah, Bank Niaga Syariah, Bank Permata Syariah, OCBC NISP Syariah, dan Bank Jatim Syariah.
Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia
Gambar 3.29
Perkembangan Indikator Perbankan Syariah (qtq)
Gambar 3.30
Perkembangan Indikator Perbankan Syariah (yoy)
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
2008 2009 2010 2011
Total Aset
Dana Pihak Ketiga
Pembiayaan
(5.00)
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
Tw I
Tw
II
Tw II
I
Tw
IV
Tw I
Tw
II
Tw II
I
Tw
IV
Tw I
Tw
II
Tw II
I
Tw
IV
Tw I
2008 2009 2010 2011
Total Aset
Dana Pihak Ketiga (DPK)
Pembiayaan
56
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan I – 2011
Meskipun relatif melambat dibandingkan periode sebelumnya,
pertumbuhan penyaluran pembiayaan oleh bank umum syariah masih dalam
kisaran yang cukup tinggi. Selama Tw I-2011 penyaluran pembiyaan tumbuh
7,04% (qtq) atau 54,68% (yoy) dengan baki debet sebesar Rp.5,96 triliun.
Berdasarkan jenisnya, penyaluran pembiayaan konsumsi masih mendominasi
dengan tren yang cenderung meningkat dengan proporsi sebesar 52,84% dari
total pembiayaan, disusul oleh pembiayaan modal kerja (35,89%) dan
pembiayaan investasi (11,28%).
Modal Kerja;
35,89%
Investasi;
11,28%
Konsumsi;
52,83%
Gambar 3.34 Pangsa Pembiayaan Syariah
Per Jenis Penggunaan
Sumber: Bank Indonesia
Gambar 3.33 Pertumbuhan Pembiayaan Syariah
Per Jenis Penggunaan
Sumber: Bank Indonesia
Gambar 3.31 Proporsi DPK Perbankan Syariah
di Jawa Timur
Gambar 3.32 Pertumbuhan DPK Perbankan Syariah
Sumber: Bank Indonesia
Sumber: Bank Indonesia
GIRO; 7.30%
TABUNGAN;
36.45%DEPOSITO;
56.25%
(100.00)
(50.00)
-
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
Tw I
Tw II
Tw II
I
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw II
I
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw II
I
Tw IV
Tw I
2008 2009 2010 2011
Tabungan (yoy)
Deposito (yoy)
Giro (yoy)
-
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
Tw
I
Tw II
Tw II
I
Tw IV
Tw
I
Tw II
Tw II
I
Tw IV
Tw
I
Tw II
Tw II
I
Tw IV
Tw
I
2008 2009 2010 2011
Modal Kerja Investasi Konsumsi
57
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan I – 2011
Besarnya proporsi pembiayaan konsumsi dibandingkan kedua jenis
pembiayaan lainnya terkait dengan ekspansi bank syariah kepada kebutuhan
pembiayaan kepemilikan rumah/properti, serta kepemilikan kendaraan
bermotor di Jatim. Sementara itu, meskipun mempunyai proporsi yang lebih
rendah, penyaluran pembiayaan untuk modal kerja dan investasi yang
merupakan jenis kredit produktif tetap menjadi perhatian bank syariah dalam
mengalokasikan pembiayaannya. Hal ini tercermin dari tingginya penyaluran
pembiayaan modal kerja dan investasi yang masing-masing tumbuh sebesar
59,35% (yoy) dan 26,11% (yoy). Kinerja penyaluran pembiayaan yang cukup
baik juga diiringi dengan kualitas pembiayaan yang terjaga, tercermin dari rasio
Non Performing Financing (NPF0 yang tercatat sebesar 1,19%.
Disisi lain, Rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) yang mencerminkan
proprosi penyaluran pembiayaan dibandingkan dengan dana yang dihimpun
pada triwulan I-2011 tercatat sebesar 82,35% atau menurun dibandingkan
triwulan sebelumnya yang mencapai 96,8%. Penurunan ini disebabkan oleh
lebih tingginya pertumbuhan DPK dibandingkan pembiayaan yang disalurkan
pada triwulan laporan.
Sumber: Bank Indonesia
Gambar 3.35 Non Performing Financing (NPF) Perbankan Syariah Jawa Timur
Gambar 3.36 Financing to Deposits Ratio (FDR)
Perbankan Syariah Jawa Timur
Sumber: Bank Indonesia
40,00%
50,00%
60,00%
70,00%
80,00%
90,00%
100,00%
110,00%
120,00%
130,00%
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
2008 2009 2010 2011
Finnancing to Deposits Ratio (FDR)
0,00%
0,50%
1,00%
1,50%
2,00%
2,50%
3,00%
3,50%
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
2008 2009 2010 2011
Non Performing Finnancing (NPF)
58
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan I – 2011
3.4. BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)
Indikator kinerja BPR di Jatim pada triwulan I-2011 menunjukkan kinerja
yang beragam. Secara tahunan (yoy) perlambatan terjadi pada ketiga indikator
utama, namun secara triwulanan (qtq) penyaluran kredit berhasil tumbuh cukup
tinggi, khususnya setelah mencatat kontraksi/pertumbuhan negatif pada
periode sebelumya.
Total aset BPR di Jawa Timur pada triwulan laporan meningkat sebesar
Rp.130 milyar atau tumbuh 2,28% (qtq) atau 17,39% (yoy) menjadi senilai
Rp.5,86 triliun, tumbuh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang
mencapai 4,80% (qtq). Perlambatan ini salah satunya disebabkan oleh
perlambatan kinerja penghimpunan DPK dari 4,69% di Tw IV-2010 menjadi
2,02%. Hingga akhir triwulan I-2011 total dana masyarakat yang disimpan pada
BPR di Jatim mencapai Rp.3,7 triliun. Berdasarkan jenisnya, penurunan
pertumbuhan DPK paling besar terjadi pada simpanan tabungan. Setelah
tumbuh signifikan di triwulan sebelumnya (8,29%-qtq), DPK pada triwulan ini
hanya meningkat 1,18% (qtq) menjadi senilai Rp.1,12 triliun. Terbatas
Semantara itu simpanan deposito masyarakat pada BPR di Jatim mencatat
pertumbuhan sebesar 2,26% atau mencapai Rp.2,45. Masih cukup baiknya
pertumbuhan jenis simpanan deposito di BPR dibandingkan dengan jenis
simpanan Tabungan, selain menunjukkan tingginya kepercayaan masyarakat
Gambar 3.37
Perkembangan Indikator BPR (yoy)
Gambar 3.38
Perkembangan Indikator BPR (qtq)
-
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
Tw I
Tw II
Tw II
I
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw II
I
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw II
I
Tw IV
Tw I
2008 2009 2010 2011
Total Aset
Dana Pihak Ketiga
Kredit
(6,00)
(4,00)
(2,00)
-
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
2008 2009 2010 2011
Total Aset
Dana Pihak Ketiga
Kredit
Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia
59
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan I – 2011
juga terkait dengan besarnya suku bunga simpanan deposito BPR yang secara
rata-rata berada diatas level suku bunga deposito bank umum. Bagi sebagian
masyarakat yang menganggap instrumen simpanan perbankan sebagai salah
satu bentuk investasi tentunya memanfaatkan hal ini dalam mengalokasikan
dana yang dimilikinya.
Sama halnya dengan kinerja DPK, pertumbuhan penyaluran kredit BPR
yang sebagian besar merupakan kredit dalam skala Mikro, Kecil dan Menengah
pada triwulan laporan cenderung melambat. Tercatat baki debet kredit yang
disalurkan oleh BPR di Jawa Timur mencapai Rp.4,28 triliun, tumbuh 3,22%
(qtq) atau 13,68% (yoy). Berdasarkan jenisnya, perlambatan terjadi pada kredit
modal kerja dan kredit investasi, semantara kredit konsumsi tumbuh stabil. Jenis
kredit modal kerja yang mempunyai proporsi terbesar (68,70%) tumbuh 12,44%
(yoy) dengan baki debet sebesar Rp.2,94 triliun. Kredit konsumsi yang
memegang porsi 28,69% dari total kredit yang disalurkan tumbuh 4,90% (qtq)
atau 18,49% (yoy) dengan baki debet Rp.1,22 triliun, sedangkan kredit investasi
yang mempunya porsi relatif lebih kecil (2,61%) pada periode ini terjadi
penurunan sehingga mencatat kontraksi sebesar -7,30% (qtq) atau -1,57% (yoy).
Gambar 3.39 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga BPR
(% - yoy)
Gambar 3.40 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga BPR
(%-qtq)
Sumber: Bank Indonesia
-
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
Tw I
Tw II
Tw II
I
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw II
I
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw II
I
Tw IV
Tw I
2008 2009 2010 2011
Dana Pihak Ketiga
Deposito
Tabungan
(4,00)
(2,00)
-
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
2008 2009 2010 2011
Dana Pihak Ketiga
Deposito
Tabungan
Sumber: Bank Indonesia
60
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan I – 2011
3.5. BANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYA
Setelah mencatat penurunan kinerja pada periode sebelumnya, 6
(enam)4 bank umum yang berkantor pusat di Surabaya pada triwulan laporan
menunjukkan pertumbuhan positif. Keenam bank umum tersebut memiliki total
aset sebesar Rp.26,17 triliun, meningkat 9,07% (qtq) dibandingkan triwulan
sebelumnya. Dengan adanya pertumbuhan yang cukup signifikan pada triwulan
4 ) 6 Bank Berkantor Pusat di kota Surabaya : Bank Jatim, Bank Maspion, Bank Antardaerah (Bank Anda),
Bank Anglomas Internasional (Bank Amin), Bank CNB dan Bank Prima Master.
Gambar 3.42
Proporsi Kredit BPR Per Jenis Penggunaan
Sumber: Bank Indonesia
ia Gambar 3.44
Perkembangan LDR & NPL BPR
(5,00)
-
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
35,00
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
2008 2009 2010 2011
Kredit Modal Kerja
Kredit Investasi
Kredit Konsumsi
- Modal Kerja;
68,70%
- Investasi;
2,61%
- Konsumsi;
28,69%
3,00%
3,50%
4,00%
4,50%
5,00%
5,50%
6,00%
6,50%
7,00%
7,50%
105,00%
110,00%
115,00%
120,00%
125,00%
130,00%
Tw
I
Tw II
Tw II
I
Tw
IV
Tw
I
Tw II
Tw II
I
Tw
IV
Tw
I
Tw II
Tw II
I
Tw
IV
Tw
I
2008 2009 2010 2011
Loan to Deposit Ration (LDR-%)
Non Performing Loan (NPL-%)-Skala Kanan
Gambar 3.41 Pertumbuhan Kredit BPR per-Jenis Penggunaan
(yoy)
61
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan I – 2011
ini, berpengaruh pada peningkatan proporsi total aset keenam bank tersebut
terhadap total aset bank umum di Jatim dari 9,64% menjadi 10,21%.
Tingginya pertumbuhan aset didorong oleh peningkatan DPK yang cukup
signifikan pada periode laporan, hal ini terkait dengan realisasi dropping dana
pemerintah pusat ke daerah di awal tahun yang disimpan dalam rekening giro
dan deposito milik pemerintah. Tercatat DPK yang dihimpun oleh 6 bank
berkantor pusat di Surabaya mencapai Rp.20,72 triliun, dan didominasi oleh
simpanan dalam bentuk giro yang mencapai Rp.9,76 triliun (47,10%), disusul oleh
simpanan deposito dan tabungan dengan nilai masing-masing sebesar Rp.6,07
triliun dan Rp.4,89 triliun.
Gambar 3.45 Pertumbuhan Indikator Bank Ber-KP di
Surabaya (qtq)
Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia
Gambar 3.46 Perumbuhan Indikator Bank Ber-KP di
Surabaya (yoy)
Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Berkantor Pusat di Surabaya
(dalam juta Rupiah)
2011
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
Total Asset 24.235.582 25.718.896 25.361.355 23.995.207 26.170.817
Pertumbuhan (yoy-%) 1,64 11,01 4,11 7,62 7,99
Pertumbuhan (qtq-%) 8,69 6,12 -1,39 -5,39 9,07
Dana Pihak Ketiga 18.872.411 21.094.454 20.613.337 18.327.649 20.726.092
Pertumbuhan (yoy-%) (0,58) 10,85 4,41 9,93 9,82
Pertumbuhan (qtq-%) 13,19 11,77 -2,28 -11,09 13,09
Kredit Umum 11.260.975 12.213.262 12.714.485 13.135.130 13.775.988
Pertumbuhan (yoy-%) 24,41 25,16 18,26 21,26 22,33
Pertumbuhan (qtq-%) 3,95 8,46 4,10 3,31 4,88
LDR (%) 59,67% 57,90% 61,68% 71,67% 66,47%
NPL Gross (%) 0,77% 0,81% 0,94% 0,79% 0,85%
INDIKATOR2010
(5,00)
-
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
Tw I
Tw II
Tw II
I
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw II
I
Tw IV
Tw I
2009 2010 2011
Total Aset
Dana Pihak Ketiga (DPK)
Kredit
(20,00)
(15,00)
(10,00)
(5,00)
-
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
Tw I
Tw II
Tw II
I
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw II
I
Tw IV
Tw I
2009 2010 2011
Total Aset
Dana Pihak Ketiga (DPK)
Kredit
62
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan I – 2011
Di sisi lain, total kredit yang dsalurkan oleh 6 bank ber kantor pusat pada
triwulan laporan menunjukkan pertumbuhan yang stabil, dengan ditopang oleh
cukup tingginya penyaluran kredit konsumsi yang secara triwulanan mampu
tumbuh 27,16% (qtq). Sementara itu, sebagaimana yang terjadi pada periode
sebelumnya, penyaluran kredit di sektor produktif yaitu kredit modal kerja dan
kredit investasi masih mengalami penurunan, sehingga mengalami kontraksi
masing - masing sebesar -0,81% (qtq) dan -11% (qtq). Meskipun cenderung
menurun, komposisi kredit pada sektor produktif tersebut masih mendominasi
dengan proporsi total sebesar 66,02%. Selanjutnya, kinerja penyaluran kredit
yang cukup baik ini juga diiringi dengan kualitas kredit yang terjaga, ditunjukkan
oleh rasio NPL yang cukup rendah (0,85%) dan berada dibawah level NPL kredit
secara umum di Jawa Timur.
Modal Kerja;
48,11%
Investasi;
17,91%
Konsumsi;
33,98%
Sumber : Bank Indonesia
Gambar 3.47 Proporsi DPK Per Jenis Simpanan
Pada Bank Ber KP di Surabaya (Mar-2011)
Gambar 3.49 Perkembangan Kredit Per Jenis Simpanan
Pada Bank Ber-KP di Surabaya (qtq)
Sumber : Bank Indonesia
Sumber : Bank Indonesia
Gambar 3.50 Proporsi Kredit Per Jenis Penggunaan
Bank Ber KP di Surabaya
Gambar 3.48 Pertumbuhan DPK Per Jenis Simpanan
Pada Bank Ber-KP di Surabaya (qtq)
(40,00)
(30,00)
(20,00)
(10,00)
-
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
2009 2010 2011
Giro Tabungan Deposito
Giro; 47,10%
Deposito;
29,29%
Tabungan;
23,62%
(20,00)
(10,00)
-
10,00
20,00
30,00
40,00
Tw I
Tw II
Tw II
I
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw II
I
Tw IV
Tw I
2009 2010 2011
Kredit Modal Kerja
Kredit Investasi
Kredit Konsumsi
Sumber : Bank Indonesia
63
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan I – 2011
Fungsi intermediasi perbankan yang ditunjukkan oleh Loan to deposit
Ratio pada triwulan I-2011 menunjukkan penurunan dari 71,67% menjadi
66,47%. Penurunan ini disebabkan oleh kenaikan pertumbuhan DPK yang jauh
lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan penyaluran kredit pada periode yang
sama.
Gambar 3.51 Perkembangan LDR Bank Berkantor
Pusat di Surabaya
Sumber : Bank Indonesia
0,50%
0,55%
0,60%
0,65%
0,70%
0,75%
0,80%
0,85%
0,90%
0,95%
1,00%
40,00%
45,00%
50,00%
55,00%
60,00%
65,00%
70,00%
75,00%
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2009 2010 2011
Loan to Deposit Ratio (LDR)
Non Performing Loan (NPL)- Skala Kanan
64
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan I – 2011
PBI Surabaya, Mohamad Ishak bersama Bupati Bojonegoro,
Suyoto, melakukan penandatanganan Kesepakatan Kerjasama
Pengembangan Klaster Sapi Potong di Bojonegoro
BOKS 3
”KERJASAMA BANK INDONESIA SURABAYA & PEMERINTAH KABUPATEN
BOJONEGORO DALAM PENGEMBANGAN KLASTER SAPI POTONG”
Sebagai upaya mendorong pertumbuhan
ekonomi daerah melalui pengembangan
sektor riil dan UMKM, pada tanggal 4 Maret
2011 bertempat di Pendopo Kabupaten
Bojonegoro dilaksanakan panandatanganan
kerjasama (MOU) pengembangan klaster
peternakan Sapi Potong antara Bank Indonesia
Surabaya dengan Pemerintah Daerah
Bojonegoro. Kegiatan ini merupakan salah
satu bentuk komitmen sinergi yang dilakukan
oleh Bank Indonesia Surabaya dengan Pemkab
Bojonegoro guna meningkatkan kapasitas
perekonomian daerah dengan pendekatan klaster. Program ini juga merupakan usaha Jawa
Timur untuk meningkatkan supply daging sapi guna mendukung program swasembada daging
nasional di tahun 2014, sekaligus sebagai upaya pengendalian inflasi pada komoditas ini.
Disamping didasarkan dari hasil identifikasi potensi ekonomi yang dilakukan oleh BI
Surabaya, pemilihan Kabupaten Bojonegoro sebagai daerah pengembangan klaster sapi potong
tidak lepas dari komitmen yang tinggi dari Pemkab Bojonegoro dalam pemberdayaan dan
peningkatan perekonomian daerahnya, khususnya melalui pengembangan produk unggulan
daerah. Sementara itu, bagi Pemda Bojonegoro program ini merupakan salah satu upaya
peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya melalui peningkatan kinerja sektor
agribisnis, termasuk peternakan yag merupakan salah satu sektor unggulan di kabupaten ini.
Pertumbuhan ekonomi Bojonegoro yang cukup tinggi pada beberapa tahun terakhir paling
besar disumbang oleh kontribusi sektor pertambangan (gas & minyak bumi), sedangkan sektor
pertanian dan peternakan yang 80% menyerap tenaga kerja lokal justru menunjukkan
pertumbuhan yang lebih rendah.
65
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan I – 2011
PBI Surabaya, Mohamad Ishak menyampaikan bantuan Sapi Pejantan
kepada Dinas Peternakan Kabupaten Bojonegoro, untuk selanjutnya
diserahkan kepada kelompok ternak di Desa Napis, Bojonegoro.
Program ini dilaksanakan di Desa
Napis, Kecamatan Tambakrejo, Kabupaten
Bojonegoro dengan tujuan mewujudkan
desa ini sebagai penghasil bibit sapi potong
lokal yang berkualitas (“Breeding village
center”). Dalam pelaksanaannya, Bank
Indonesia Surabaya juga bekerjasama
dengan Fakultas Peternakan Universitas
Brawijaya Malang untuk memberikan
pendampingan dan pelatihan teknis kepada
peternak sapi potong di Desa Napis
Bojonegoro. Pelaksanaan program ini direncanakan dalam beberapa tahapan, yaitu :
- Tahun ke-1 “Persiapan”
Penyamaan presepsi dan pemahaman tentang konsep klaster, pembentukan kelompok
dan peningkatan pengetahuan (SDM) usaha peternakan, pakan, pemeliharaan, reproduksi
dan pengolahan limbah (pupuk organik).
- Tahun ke-2 “Implementasi”
Formalisasi badan hukum kelompok, percontohan/kandang belajar, fasilitasi pembuatan
pakan, kerjasama pemasaran dengan feedlot dan atau pedagang besar, akses pembiayaan.
- Tahun ke-3 “Penguatan”
Peningkatan profesionalisme pemeliharaan pembibitan dan penggemukan sapi potong,
peningkatan pembiayaan, pematangan soliditas kelompok dan klaster menuju “Village
Breeding Center” sapi lokal jenis PO (Peranakan Ongole).
Melalui kegiatan pendampingan selama 3 (tiga) tahun ini diharapkan akan terbentuk
suatu kawasan pembibitan sapi lokal yang kuat secara mandiri dan mampu mengembangkan
usaha kelompoknya dengan penambahan modal usaha melalui pembiayaan perbankan,
sehingga pada akhirnya mampu menghasilkan produk unggulan yang berdaya saing guna
meningkatkan perekonomian di daerah ini.
===**===
Bab 4Bab 4Bab 4Bab 4
PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN
KEUANGAN DAERAHKEUANGAN DAERAHKEUANGAN DAERAHKEUANGAN DAERAH
66
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2011
4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
4.1. UMUM
Kinerja keuangan daerah Provinsi Jawa Timur yang tercermin dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) di awal tahun 2011
mengalami perbaikan dibandingkan triwulan I-2010. Meskipun realisasi
pendapatan daerah mengalami penurunan, namun realisasi belanja daerah
mengalami peningkatan. Realisasi terbesar dari pos pendapatan dan belanja pun tidak
jauh berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, yaitu pendapatan pajak daerah dari pos
pendapatan daerah dan belanja pegawai dari pos anggaran belanja.
4.2. REALISASI PENDAPATAN DAERAH
Pada triwulan I-2011, realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur
mencapai Rp.2,37 triliun (23,95%), lebih rendah dibandingkan realisasi pada
triwulan I-2010. Masih sama dengan pola-pola tahun sebelumnya, sumbangan
pendapatan daerah tertinggi berasal dari pos Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang
bersumber dari pajak daerah yaitu pajak kendaraan bermotor. Sedangkan nilai
realisasi tertinggi berasal dari pos dana perimbangan, yaitu Dana Alokasi Umum
(DAU), seiring tingginya nilai bagi hasil ke daerah di wilayah Provinsi Jawa Timur.
TABEL 4.1
REALISASI PENDAPATAN APBD PROP. JAWA TIMUR TRIWULAN I-2011 (Rp juta)
Anggaran Anggaran
Perubahan
Tahun 2010
Perubahan
Tahun 2011
4 7.397.413,57 2.083.582,68 9.907.001,03 2.373.179,32 28,17% 23,95%
4.1 5.143.999,23 1.487.749,19 7.615.042,88 1.817.155,28 28,92% 23,86%
4.1.1 4.282.150,00 1.313.996,87 6.120.000,00 1.573.943,32 30,69% 25,72%
4.1.2 50.428,20 15.495,14 56.357,56 15.714,67 30,73% 27,88%
4.1.3 239.267,67 - 315.158,90 - 0,00% 0,00%
4.1.4 572.153,36 158.257,19 1.123.526,42 227.497,29 27,66% 20,25%
4.2 2.214.004,80 565.990,26 2.267.158,15 556.024,04 25,56% 24,53%
4.2.1 944.087,83 144.584,02 864.625,25 106.856,81 15,31% 12,36%
4.2.2 1.212.934,77 404.311,59 1.347.501,70 449.167,23 33,33% 33,33%
4.2.3 56.982,20 17.094,66 55.031,20 - 30,00% 0,00%
4.3 39.409,54 29.843,23 24.800,00 5.748,41 75,73% 23,18%
4.3.1 12.900,00 3.333,68 24.800,00 5.748,41 25,84% 23,18%
4.3.4 26.509,54 26.509,54 - - 100,00% 0,00%
7.397.413,57 2.083.582,68 9.907.001,03 2.373.179,32 28,17% 23,95%
% Tw I-
2010 No Uraian
Realisasi
Tw I-2010
PENDAPATAN DAERAH
PENDAPATAN ASLI DAERAH
Pajak Daerah
Retribusi Daerah
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
DipisahkanLain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
DANA PERIMBANGAN
Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH
Pendapatan Hibah
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
JUMLAH PENDAPATAN DAERAH (Rp juta)
Realisasi
Tw I-2011 % Tw I-
2011
Sumber : Biro Keuangan Prov.Jatim
Sumber pendapatan daerah Provinsi Jawa Timur yang terbesar berasal dari
Pendapatan Asli Daerah (PAD). PAD terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil
67
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2011
Sumber: Biro Keuangan Prov.Jatim
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah. Sebagian
besar PAD bersumber dari pajak daerah, terutama terkait dengan penjualan
kendaraan bermotor dan bangunan yang relatif besar dan mengalami peningkatan
setiap tahunnya.
Potensi PAD yang berasal dari pajak kendaraan bermotor pada tahun 2011
semakin besar sejak diberlakukannya pengenaan pajak progresif pada pemilik
kendaraan lebih dari satu. Tujuannya adalah untuk mengurangi perseorangan memiliki
kendaraan bermotor lebih dari satu dan mencegah penyalahgunaan praktik leasing.
Selain itu, meningkatnya pungutan bea cukai di tahun 2010 juga menjadi potensi
kenaikan PAD Provinsi Jawa Timur tahun 2011. Sementara itu, PAD pada jenis
retribusi daerah masih terbatas namun menyimpan potensi yang cukup besar jika
terus-menerus dilakukan perbaikan pelayanan dan sistem penagihan, salah satunya
retribusi parkir dengan memberlakukan sistem langganan.
TABEL 4.2 REALISASI PENDAPATAN APBD PROV.JAWA TIMUR TAHUN 2005 – 2011 (Rp juta)
DANA
PERIMBANGAN PAD LAINYA PAJAK RETRIBUSI TOTAL PAD
TW I 939.556,52 17,24% 200.639,11 21.927,99 671.133,83 45.771,95 738.833,77
TW II 1.101.921,25 20,21% 204.764,98 72.124,86 777.087,46 47.943,95 897.156,27
TW III 1.213.500,53 22,26% 242.864,15 34.396,86 845.075,67 61.320,93 940.793,47
TWIV 2.196.110,38 40,29% 261.598,42 34.915,00 795.834,93 57.046,58 887.796,52
TW I 2.337.579,58 36,91% 285.850,01 26.638,48 712.727,10 64.657,62 804.023,19
TW II 1.217.602,82 19,23% 292.655,69 78.578,79 766.549,01 66.847,46 911.975,26
TW III 1.383.531,13 21,85% 388.274,03 37.499,19 890.863,26 62.880,78 991.243,23
TWIV 1.394.069,74 22,01% 409.968,38 42.088,42 886.763,99 70.461,72 999.314,13
TW I 1.274.777,18 21,48% 379.557,28 40.638,39 800.375,61 49.868,52 890.882,52
TW II 1.497.799,36 25,24% 395.746,22 186.640,27 847.965,03 62.840,87 1.097.446,17
TW III 1.605.043,61 27,04% 514.045,18 49.850,64 981.956,08 53.191,62 1.084.998,34
TWIV 1.557.470,98 26,24% 466.547,35 51.134,44 944.589,52 95.199,67 1.090.923,64
TW I 3.084.380,81 35,05% 316.295,13 45.446,08 963.527,04 50.071,63 1.059.044,75
TW II 1.867.207,15 21,22% 432.932,05 242.462,88 1.096.657,92 63.889,44 1.403.010,24
TW III 2.014.499,36 22,89% 578.191,99 60.804,87 1.277.496,91 102.754,67 1.441.056,45
TWIV 1.832.940,14 20,83% 470.731,84 72.490,57 1.144.109,67 92.607,63 1.309.207,88
TW I 1.676.937,57 19,98% 445.844,36 131.847,49 1.079.982,48 16.266,95 1.228.096,92
TW II 3.706.291,34 44,15% 860.302,05 444.623,11 2.267.561,88 35.385,82 2.747.570,82
TW III 1.679.000,00 20,00%
TWIV 1.332.771,09 15,88%
TW I 2.083.582,68 28,17% 565.990,26 158.257,19 1.313.996,87 15.495,14 1.487.749,19
TW II 2.546.816,45 34,43% 1.173.645,99 39.581,21 2.767.316,59 32.876,89 2.839.774,68
TW III 2.569.674,10 34,74% 162.984,26 (151.310,26) 250.812,80 486,89 99.989,43
TWIV 2.259.585,60 23,89% 542.684,35 10.181,68 1.575.194,15 17.390,75 2.727.471,19
TW I 2.378.927,73 23,95% 556.024,04 227.497,29 1.573.943,32 15.714,67 1.817.155,28
TW II - 0,00% - - - - -
TW III - 0,00% - - - - -
TWIV - 0,00% - - - - -
2011 9.907.001
2008 8.799.027
2009 8.395.000
2010 7.397.414
2005 5.451.089
2006 6.332.783
2007 5.935.091
TAHUN
PENERIMAAN
TOTAL PENERIMAAN%
PENERIMAAN ASLI DAERAH
DAERAH
68
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2011
4.3. REALISASI BELANJA DAERAH
Pada triwulan I-2011, realisasi belanja pemerintah Provinsi Jawa Timur
sedikit lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun
dominasi belanja pegawai masih terjadi pada triwulan ini, serupa dengan tahun-tahun
sebelumnya. Sebagai bagian dari belanja tidak langsung dan belanja langsung, porsi
belanja pegawai masih lebih tinggi dibandingkan belanja modal. Rendahnya porsi
belanja modal pada APBD tingkat provinsi, telah diimbangi dengan belanja bagi hasil
dan bantuan keuangan kepada provinsi/kabupaten/kota dan pemerintahan desa,
sesuai dengan ketentuan penentuan pos anggaran APBD tingkat provinsi di
Indonesia. Porsi belanja modal pada umumnya lebih besar pada APBD tingkat
kabupaten/kota. Selain itu, kebutuhan belanja modal untuk pembangunan infrastruktur
di wilayah provinsi telah cukup banyak dialokasikan dari APBN melalui dinas/instansi
terkait di daerah. Sementara itu, seperti pada tahun sebelumnya, alokasi pos APBD
Provinsi Jawa Timur didasarkan pada berbagai program yang pro rakyat, seperti
program peningkatan kinerja sektor pertanian, program pemberdayaan UMKM dan
program pengentasan kemiskinan.
Pada triwulan I-2011, realisasi belanja daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur
masih berada di bawah target sebesar 15%. Tercatat realisasi belanja pada triwulan
ini baru mencapai 7,22%, meskipun lebih baik dibandingkan triwulan I-2010 yang
hanya mencapai 7,18%. Masih minimnya besaran realisasi APBD Provinsi Jawa Timur
juga tercermin pada meningkatnya saldo dana pemerintah di perbankan pada triwulan
ini dibandingkan akhir tahun 2010 (lihat gambar 4.1).
GAMBAR 4.1
DANA PEMERINTAH PROV/KAB/KOTA JAWA TIMUR DI PERBANKAN
-
2.000.000
4.000.000
6.000.000
8.000.000
10.000.000
12.000.000
14.000.000
16.000.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Tabungan
Deposito
Giro
Sumber : KBI Surabaya, diolah
Sesuai dengan penggunaannya yang bersifat rutin, realisasi belanja terbesar
triwulan ini adalah belanja pegawai baik pada pos belanja tidak langsung (13,74%)
69
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2011
dan langsung (17,92%), dengan total nilai sebesar Rp.382,86 milyar. Selanjutnya,
tingginya realisasi belanja bantuan keuangan kepada provinsi/kabupaten/kota (11,11%
atau sebesar Rp.107,03 milyar) selaras dengan kebijakan pemerintah provinsi Jawa
Timur dalam peningkatan sumber pendanaan keuangan kepada kabupaten/kota guna
meningkatkan perekonomian di daerah.
Sementara itu, realisasi belanja modal APBD Jatim dari total nilai belanja
pemerintah pada triwulan ini masih sangat minim, yang baru mencapai 3,68% atau
sebesar Rp.33,2 milyar, meskipun masih lebih besar dibandingkan realisasi belanja
modal pada triwulan I-2010. Disisi lain, belum terealisirnya realisasi belanja bagi hasil
kepada provinsi/kabupaten/kota dan pemerintahan desa pada triwulan ini
mengindikasikan belum selarasnya kinerja aparatur birokrasi pemerintah baik tingkat
provinisi maupun kabupaten/kota dalam merealisasikan nilai bagi hasil, meskipun nilai
realisasi bagi hasil tingkat kabupaten/kota di Jawa Timur tahun 2010 masih sangat
minim (di bawah 50%). Guna meningkatkan tingkat realisasi pos anggaran ini,
Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah melakukan sosialisasi teknis penggunaan
anggaran terutama untuk kebutuhan pengadaan barang dan jasa, yang masih
menghambat proses realisasi anggaran di daerah karena kekhawatiran atas
kesalahan prosedur dan dugaan kasus korupsi bagi aparat terkait.
TABEL 4.3
REALISASI BELANJA APBD PROV. JAWA TIMUR TRIWULAN I-2011 (Rp juta)
Anggaran
Sebelum
Anggaran
Sebelum Perubahan
Tahun 2010
Perubahan
Tahun 2011
5.1 4.514.699,78 304.410,52 5.797.640,03 398.918,02 6,74% 6,88%
5.1.1 1.483.755,39 206.958,41 1.497.004,81 268.248,77 13,95% 17,92%
5.1.2 768,95 101,11 4.878,21 294,18 13,15% 6,03%
5.1.4 350.275,34 80.134,01 974.301,07 13.080,45 22,88% 1,34%
5.1.5 37.713,58 1.469,00 87.714,90 774,50 3,90% 0,88%
5.1.6 1.091.915,15 - 2.229.468,22 - 0,00% 0,00%
5.1.7 1.490.500,50 15.748,00 963.160,44 107.026,93 1,06% 11,11%
5.1.8 59.770,97 - 41.112,37 9.493,18 0,00% 23,09%
5.2 3.311.905,10 257.841,98 4.828.721,36 368.437,33 7,79% 7,63%
5.2.1 545.532,76 75.612,36 833.869,94 114.609,23 13,86% 13,74%
5.2.2 2.016.330,21 173.401,73 3.094.388,94 220.661,89 8,60% 7,13%
5.2.3 750.042,13 8.827,89 900.462,48 33.166,21 1,18% 3,68%
7.826.604,88 562.252,50 10.626.361,39 767.355,35 7,18% 7,22%
% Tw I-
2010
BELANJA TIDAK LANGSUNG
No Uraian Realisasi
Tw I-2010
Belanja Pegawai
Belanja Bunga
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
Belanja bagi hasil kepada provinsi/kabupaten/kota
dan pemerintahaan desa
Belanja bantuan keuangan kepada
provinsi/kabupaten/kota dan pemerintahaan desa
Belanja tidak terduga
BELANJA LANGSUNG
Belanja Pegawai
Belanja Barang dan Jasa
Belanja Modal
JUMLAH BELANJA DAERAH
Realisasi
Tw I-2011
% Tw I-
2011
Sumber : Biro Keuangan Prov.Jatim
70
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2011
TABEL 4.4 REALISASI ANGGARAN APBD PROV. JAWA TIMUR TAHUN 2005-2011
TW I 562.395 13,37% 2.175 0,39%
TW II 757.968 18,02% 36.291 4,79%
TW III 910.512 21,65% 85.864 9,43%
TWIV 1.975.168 46,96% 368.428 18,65%
TW I 731.554 13,34% 10.024 1,37%
TW II 1.120.932 20,43% 55.561 4,96%
TW III 1.154.594 21,05% 145.826 12,63%
TWIV 2.478.394 45,18% 406.922 16,42%
TW I 346.569 6,22% 975 0,28%
TW II 1.247.208 22,37% 52.423 4,20%
TW III 1.193.231 21,40% 151.573 12,70%
TWIV 2.789.250 50,02% 437.331 15,68%
TW I 864.623 12,83% 15.461 1,79%
TW II 1.930.204 28,65% 85.844 4,45%
TW III 1.367.089 20,29% 153.225 11,21%
TWIV 2.575.864 38,23% 293.980 11,41%
TW I 368.400 4,85% 753 0,20%
TW II 1.861.131 24,48% 422.796 22,72%
TW III 1.548.219 20,37%
TWIV 3.823.923 50,30%
TW I 562.252 7,18% 8.828 1,18%
TW II 2.409.816 30,79% 124.529 5,17%
TW III 2.005.026 25,62% 223.985 11,17%
TWIV 2.849.510 27,21% 126.115 4,43%
TW I 767.355 7,22% 33.166 3,68%
TW II - 0,00% - 0,00%
TW III - 0,00% - 0,00%
TWIV - 0,00% - 0,00%10.626.361
2011
2010
2008
4.206.044
7.601.673
2006
2005
TAHUN
PENGELUARAN
TOTAL BELANJA %BELANJA
MODAL%
5.485.474
5.576.258
6.737.781
7.826.605
2007
2009
Sumber : DJPK Dep.Keuangan & Biro Keuangan Prov.Jatim
BAB V – PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2011
5 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Sepanjang triwulan I-2011 kegiatan sistem pembayaran di Jawa Timur secara umum
berjalan lancar walaupun terjadi peningkatan net inflow yang cukup besar. Selanjutnya,
kegiatan di bidang sistem pembayaran lainnya seperti pemusnahan uang (Pemberian
Tanda Tidak Berharga/ PTTB) dapat berjalan dengan baik dan cenderung menunjukkan
peningkatan.
5.1 TRANSAKSI KEUANGAN SECARA TUNAI
Transaksi sistem pembayaran tunai di Bank Indonesia tercermin dari beberapa
kegiatan, yaitu : aliran uang keluar dan masuk dari perbankan ke Bank Indonesia
(outflow dan inflow), kegiatan pemusnahan uang tidak layak edar atau Pemberian
Tanda Tidak Berharga (PTTB), serta kegiatan penukaran uang pecahan kecil kepada
masyarakat.
a. Aliran Uang Masuk/Keluar (Inflow/Outflow)
Sampai dengan akhir triwulan I tahun 2011, aliran uang kartal yang masuk/
keluar dari Kantor Bank Indonesia (KBI) di wilayah Jawa Timur (KBI Surabaya, KBI
Malang, KBI Kediri, dan KBI Jember) secara kumulatif menunjukkan posisi net
inflow, dimana jumlah aliran uang yang masuk ke Bank Indonesia melalui
perbankan (inflow) lebih besar dibandingkan jumlah aliran uang yang keluar dari
Bank Indonesia (outflow).
Secara umum, kondisi inflow dan outflow uang kartal melalui Bank Indonesia
memiliki pola musiman/cyclical yang terlihat dari tingginya net inflow pada triwulan
I Tahun 2011, yang merupakan aliran kembalinya outflow uang kartal yang cukup
tinggi di tahun sebelumnya. Hal tersebut antara lain disebabkan oleh kegiatan
konsumsi masyarakat pada liburan natal dan akhir tahun, kenaikan Tarif Dasar
Listrik pada pertengahan tahun 2010 dan awal tahun 2011, kenaikan harga BBM
Non Subsidi serta belanja pemerintah yang transaksinya menggunakan uang
kartal. Selain itu meningkatnya beberapa harga komoditas dunia seperti tembaga
dan kopi yang meningkatkan pertumbuhan kinerja ekspor Jawa Timur pada
Triwulan I tahun 2011 juga menjadi salah satu penyebab tingginya net inflow pada
periode ini.
BAB V – PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2011
Tingginya penggunaan uang kartal pada akhir tahun tersebut pada akhirnya
berdampak pada peningkatan kegiatan pemusnahan uang tidak layak edar atau
Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB).
2011
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
KBI Surabaya Outflow 2,018.27 2,396.04 4,805.63 2,468.38 2,000.13
Inflow 4,009.78 2,386.58 4,519.20 3,952.52 4,711.07
Net Flow 1,991.51 (9.46) (286.43) 1,484.14 2,710.94
KBI Kediri Outflow 327.53 1,551.73 2,311.27 1,293.58 926.51
Inflow 949.73 672.38 1,239.55 725.63 1,021.51
Net Flow 622.20 (879.35) (1,071.72) (567.96) 95.00
KBI Malang Outflow 166.70 565.15 1,345.50 822.70 324.03
Inflow 1,608.60 1,224.77 1,807.20 1,393.41 2,319.34
Net Flow 1,441.90 659.62 461.69 570.71 1,995.30
KBI Jember Outflow 209.97 574.62 1,091.19 669.49 292.36
Inflow 1,097.16 694.05 1,129.34 764.64 940.68
Net Flow 887.19 119.43 38.15 95.15 648.31
JAWA TIMUR Outflow 2,722.47 5,087.54 9,553.59 5,254.16 3,543.04
Inflow 7,665.26 4,977.79 8,695.28 6,836.19 8,992.59
Net Flow 4,942.80 (109.75) (858.31) 1,582.04 5,449.56
Keterangan :
Net Flow (+) : Net Inflow
Net Flow (-) : Net outflow
Wilayah Transaksi 2010
Transaksi inflow maupun outflow pada 4 Kantor Bank Indonesia (KBI) di
Jawa Timur pada Tw I-2011 menunjukkan pergerakan sebagai berikut:
1. Outflow menurun sebesar 35,57% dari Rp.5,25 triliun menjadi Rp3,54 triliun,
sedangkan inflow meningkat 31,43% dari Rp 6,84 triliun menjadi Rp 8,99 triliun
(qtq).
2. Penurunan outflow dan kenaikan inflow menyebabkan kenaikan net inflow
yang sangat tajam yaitu 244,94 % atau hampr 2,5 kali lipat dari Rp 1,58 triliun
menjadi Rp 5,45 triliun (qtq). Peningkatan beberapa harga komoditas dunia
seperti tembaga dan kopi yang meningkatkan pertumbuhan kinerja ekspor
Jawa Timur pada Triwulan I tahun 2011 menjadi salah satu penyebab tingginya
net inflow pada periode ini.
Tabel 5.1 Perkembangan Arus Uang Tunai
(Inflow –Outflow) Kantor Bank Indonesia – Rp. Milyar
BAB V – PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2011
3. Peningkatan net inflow tersebut diiringi dengan peningkatan kegiatan
pemusnahan uang tidak layak edar atau Pemberian Tanda Tidak Berharga
(PTTB) dari Rp 2,14 triliun menjadi Rp 6,30 triliun atau sebesar 194,39 %.
b. Uang Kartal Tidak Layak Edar
Terkait dengan perannya dalam mengeluarkan dan mengedarkan uang,
Bank Indonesia berkewajiban memenuhi kebutuhan uang kartal di masyarakat baik
dalam nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu, dan dalam
kondisi yang layak edar (clean money policy).
Sebagai upaya untuk melaksanakan kewajiban tersebut, Bank Indonesia di
Jawa Timur (Surabaya, Malang, Kediri dan Jember) secara rutin melaksanakan
kegiatan pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE)/rusak dengan terlebih dulu
melakukan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB). Tercatat selama triwulan I-
2011 sebesar Rp.6,3 triliun uang kartal yang tidak layak edar dalam berbagai
pecahan dimusnahkan. Kondisi ini meningkat drastis bila dibandingkan dengan
jumlah yang dimusnahkan pada triwulan sebelumnya yang hanya sebesar Rp 2,4
triliun. Atas sejumlah UTLE yang dimusnahkan tersebut, selanjutnya akan
digantikan dengan Uang Layak Edar (ULE) yang siap digunakan untuk kebutuhan
transaksi keuangan di masyarakat.
Gambar 5.1 Perkembangan Arus Uang Tunai
(Inflow –Outflow)
Gambar 5.2
Perkembangan Net Inflow
Sumber : Bank Indonesia Surabaya Sumber : Bank Indonesia Surabaya
BAB V – PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2011
Peningkatan net inflow yang diiringi dengan peningkatan kegiatan
pemusnahan uang tidak layak edar atau Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB)
secara tidak langsung mencerminkan tingginya kegiatan konsumsi masyarakat
yang menggunakan uang kartal, serta kurangnya kesadaran masyarakat dalam
memperlakukan uang kartal. Pemusnahan uang kartal berdampak pada besarnya
biaya pencetakan uang baru yang harus dikeluarkan oleh Bank Indonesia untuk
menggantikan uang yang dimusnahkan tersebut.
Oleh sebab itu, Bank Indonesia terus melakukan sosialisasi kepada
masyarakat mengenai pentingnya perlakuan yang tepat terhadap uang kartal.
Diharapkan masyarakat dapat ikut berperan dalam menjaga kondisi fisik uang
kartal yang dimiliki dengan menggunakan secara cermat dan tepat sehingga
memperpanjang usia edar uang kartal.
5.2 TRANSAKSI KEUANGAN SECARA NON TUNAI
Transaksi sistem pembayaran non tunai dalam kajian ini mencakup kegiatan
transaksi non tunai masyarakat melalui perbankan yang menggunakan sistem BI-Real
Time Gross Settlement (BI-RTGS) dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI).
BI-RTGS merupakan sistem transfer dana elektronik antar Peserta dalam mata uang
rupiah yang penyelesaiannya dilakukan secara seketika per transaksi secara individual
Gambar 5.3 Inflow, Outflow dan Netflow Gabungan
Gambar 5.4 Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (PTTB)
Sumber : Bank Indonesia Surabaya Sumber : Bank Indonesia Surabaya
BAB V – PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2011
dan lebih ditujukan untuk transaksi pembayaran dengan nominal yang bernilai besar
(diatas Rp. 100 juta).
Secara umum transaksi melalui RTGS mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun. Sementara itu, transaksi kliring secara historis data dari tahun ke tahun
cenderung stabil dan mengalami sedikit penurunan.
a. Transaksi RTGS (Real Time Gross Settlement)
Besar transaksi keuangan yang menggunakan sistem BI-RTGS di Jawa
Timur pada Triwulan I - 2011 cenderung menunjukkan penurunan dibandingkan
periode sebelumnya, baik dari sisi nominal maupun dari sisi transaksi. Tercatat
volume transaksi RTGS (outgoing) dari 30 kota di Jawa Timur pada akhir periode
Triwulan I Tahun 2011 sebanyak 142.015 transaksi atau menurun 10,49% (qtq)
dengan nilai nominal tercatat sebesar Rp126,95 triliun
Jika dibandingkan dengan kondisi yang sama di Triwulan I tahun
sebelumnya (2010), transaksi keuangan dengan menggunakan sistem BI-RTGS di
tahun 2011 secara nominal menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan
dengan mencatat pertumbuhan sebesar 18,08% (yoy). Hal ini seiring dengan
pertumbuhan ekonomi di Jawa timur yang cukup baik pada triwulan I tahun 2011
yang mencapai angka 6,99% (yoy).
Gambar 5.5
Perkembangan Transaksi Non Tunai Di Jawa Timur
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
BAB V – PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2011
Searah dengan perkembangan perekonomian di beberapa kota di Jawa
Timur, besarnya transaksi RTGS di tingkat kabupaten/kota di Jawa Timur
menunjukkan masih terpusatnya kegiatan perekonomian pada wilayah – wilayah
tertentu. Berdasarkan asal kotanya, transaksi outgoing maupun incoming RTGS
didominasi oleh beberapa kota/kabupaten dengan karakteristik perekonomian
yang cukup menonjol. Kota Surabaya sebagai ibukota provinsi Jawa Timur
mendominasi besarnya transaksi.
Tercatat transaksi RTGS pada triwulan I - 2011 dari kota Surabaya ke kota
lainnya (outgoing) sebesar Rp71,86 triliun dengan volume sebanyak 56.474
transaksi. Sementara itu transaksi RTGS masuk ke rekening perbankan di
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Gambar 5.6
Perkembangan Transaksi RTGS di Jawa Timur
Gambar 5.7 6 Kota dengan aktivitas Transaksi Outgoing RTGS
Terbesar Tw I - 2011
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Gambar 5.8 6 Kota dengan aktivitas Transaksi Incoming
RTGS Terbesar Tw I - 2011
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
BAB V – PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2011
Surabaya (incoming) tercatat sebanyak 103.734 transaksi dengan nilai tercatat
sebesar Rp.85,02 triliun. Selanjutnya, kota lain di Jawa Timur yang memiliki
transaksi RTGS cukup tinggi adalah kota Kediri, Malang, Gresik, Batu dan
Sidoarjo.
b. Transaksi Kliring
Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) sebagai salah satu
instrumen pembayaran non tunai di Jawa Timur diikuti oleh 412 kantor bank umum
peserta yang tersebar di 38 kabupaten/kota. Kegiatan kliring dilaksanakan oleh 4
(empat) Kantor Bank Indonesia di Jawa Timur yaitu KBI Surabaya, Malang, Kediri
dan Jember.
Jml Hari Kliring : 62 Hari
Jumlah Perputaran Kliring ( D )
Rata-2 Perputaran Jumlah Penolakan Cek Rata-2 Penolakan Cek Persentase Rata-2 Penolakan
Kota Kantor Kliring Sehari Dan Giro Kosong Dan BG Kosong Sehari Cek Dan BG Kosong Sehari
Peserta Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal
(satuan) (juta Rp) (satuan) (juta Rp) (satuan) (juta Rp) (satuan) (juta Rp) (%) (%)
Surabaya 241 1,137,546 33,753,059 18,348 544,404 20,644 670,586 333 10,816 1.81 1.99
Malang 59 107,677 3,463,077 1,737 55,856 1,832 48,706 30 786 1.70 1.41
Kediri 70 59,461 1,708,141 959 27,551 903 20,780 15 335 1.52 1.22
Jember 42 48,646 1,115,033 785 17,984 871 24,353 14 393 1.79 2.18
Jatim 412 1,353,330 40,039,310 21,828 645,795 24,250 764,425 391 12,329 1.79 1.91
Tabel 5.2
Perputaran Kliring dan Tolakan Cek, Bilyet Giro Tw I-2011
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Gambar 5.10
Tolakan Transaksi Kliring Di Jawa Timur
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Gambar 5.9
Perkembangan Transaksi Kliring Di Jawa Timur
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
BAB V – PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2011
Secara nominal, transaksi perputaran kliring di Jawa Timur yang berlangsung
pada triwulan I - 2011 menunjukkan peningkatan. Tercatat sebanyak 1,35 juta
warkat keuangan (cek, bilyet giro, nota kredit dan nota debet perbankan)
ditransaksikan melalui kliring dengan nilai sebesar Rp.40,04 triliun, sehingga rata-
rata perputaran kliring harian tercatat sebesar Rp.645,79 milyar dengan rata-rata
harian perputaran warkat kliring sebanyak 21.828 lembar warkat perhari. Sementara
itu, jumlah tolakan warkat kliring pada periode ini menunjukkan peningkatan
dibandingkan triwulan IV-2010. Tercatat sebanyak 24.250 lembar warkat dengan
nilai Rp.764,42 milyar, lebih tinggi dibandingkan tolakan warkat pada periode
sebelumnya yang hanya sebanyak 20.592 lembar warkat, atau senilai Rp.598,69
milyar.
5.3 PENEMUAN UANG PALSU DI PERBANKAN JAWA TIMUR
Penemuan uang palsu di Jawa Timur pada triwulan I - 2011 yang ditemukan
melalui perbankan maupun berdasarkan laporan masyarakat secara umum
menunjukkan peningkatan.
Gambar 5.11
Rasio Tolakan dalam Perputaran Kliring di Jawa Timur
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
BAB V – PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2011
Tercatat sebanyak 5.250 lembar uang palsu dalam berbagai pecahan dengan
nilai nominal sebesar Rp 411,5 juta, meningkat dibandingkan temuan uang palsu pada
triwulan sebelumnya yang mencapai 5.028 lembar dengan nilai nominal sebesar
Rp403,72 juta. Berdasarkan nilai nominal maupun jenis pecahannya, uang palsu
dalam pecahan Rp.100.000,- paling banyak ditemukan dibandingkan uang palsu
dalam pecahan-pecahan lainnya, dengan proporsi sebesar 61,26% (berdasarkan
lembar uang).
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Gambar 5.12 Statistik Uang Palsu yang ditemukan
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Gambar 5.13 Statistik Uang Palsu yang ditemukan
(lembar)
Gambar 5.14 Statistik Uang Palsu yang ditemukan (nilai)
BAB V – PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2011
Bank Indonesia bersama instansi berwenang terkait telah melakukan
penanggulangan preventif maupun represif terhadap temuan uang palsu yang
semakin meningkat. Penanggulangan secara preventif, dilaksanakan melalui upaya–
upaya memasyarakatkan pengetahuan mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah,
meningkatkan unsur pengaman pada uang baru, serta meningkatkan kerjasama
dengan instansi terkait di dalam negeri maupun internasional. Sementara itu, upaya
penanggulangan secara represif dilaksanakan oleh Kepolisian dengan menangkap
dan menghukum pembuat maupun pengedar uang palsu sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
Bab 6Bab 6Bab 6Bab 6
KESEJAHTERAAN KESEJAHTERAAN KESEJAHTERAAN KESEJAHTERAAN
MASYARAKATMASYARAKATMASYARAKATMASYARAKAT
85
BAB VI – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2011
6 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
6.1. UMUM
Seiring dengan terus membaiknya perekonomian Jawa Timur hingga akhir
triwulan I-2011, perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakat Jawa Timur
yang tercermin dari kondisi ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat
pedesaan kembali menunjukkan perbaikan. Berdasarkan rilis data
Ketenagakerjaan dari Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur (BPS Jatim) dan
hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Jawa Timur Triwulan I-2011
mengindikasikan adanya peningkatan penyerapan jumlah tenaga kerja.
Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Nelayan (NTN) yang menjadi salah
satu indikator kesejahteraan masyarakat pedesaan menunjukkan adanya
peningkatan. Panen raya yang sedang berlangsung dan mencapai puncaknya di
akhir triwulan I-2011 mendorong peningkatan NTP pada periode ini. Sementara
itu kenaikan NTN disebabkan oleh lebih tingginya kenaikan indeks harga yang
diterima oleh nelayan dibandingkan dengan indeks harga yang harus dibayarkan.
6.2 . KETENAGAKERJAAN
Perkembangan ketenagakerjaan di Jawa Timur menunjukkan kondisi
yang semakin baik. Hal ini diindikasikan dengan kenaikan penyerapan tenaga
kerja seiring dengan perbaikan kinerja dibeberapa sektor utama di Jatim yang
berlangsung pada beberapa periode terakhir.
6.2.1. Data Ketenagakerjaan Jawa Timur
Jumlah angkatan kerja di Jatim per Februari 2011 sebanyak 20,25 Juta
orang, meningkat dibandingkan data ketenagakerjaan di bulan Agustus 2011
(19,52 juta). Peningkatan ini menyebabkan menurunnya rasio penduduk yang
menganggur dengan jumlah angkatan kerja yang biasa disebut dengan Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT). Tercatat TPT pada periode laporan menurun dari
4,25% menjadi sebesar 4,18%.
86
BAB VI – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2011
Di sisi lain, perbaikan perekonomian Jatim yang sedang berlangsung
diyakini juga menjadi pendorong peningkatan penyerapan tenaga kerja.
Tercatat terjadi peningkatan jumlah penduduk yang bekerja, dari 18,69 juta
menjadi 19,40 juta jiwa. Peningkatan kinerja di sektor pertanian yang
cenderung padat karya diyakini menjadi salah satu pengurang angka
pengangguran terbuka pada periode laporan.
Tabel 6.1 Kondisi Ketenagakerjaan di Jawa Timur (2008 – 2011) (dalam ribuan)
2011
Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Feb'10-Agst'10 Agst'10- feb'11
Angkatan Kerja 20,117,245 20,178,590 20,316,773 20,338,568 20,623,490 19,527,051 20,251,672 -5.32 3.71
Bekerja 18,861,360 18,882,277 19,123,221 19,305,056 19,611,540 18,698,108 19,406,025 -4.66 3.79
Menganggur 1,255,885 1,296,313 1,193,552 1,033,512 1,011,950 828,943 845,647 -18.08 2.02
TPAK 69.69% 69.32% 69.36% 69.25% 69.77% 69.08% 71.39% - -
TPT 6.24% 6.42% 5.87% 5.08% 4.91% 4.25% 4.18% - -
Growth (%)Kegiatan
2008 2009 2010
Sumber : BPS Jatim
Gambar 6.1 Penyerapan Tenaga Kerja Sisi Sektoral
Struktur penyerapan tenaga kerja secara sektoral di Jatim pada triwulan
laporan tidak banyak mengalami perubahan yang berarti. Sektor pertanian
masih mendominasi dalam penyerapan tenaga kerja, disusul oleh Sektor
Perdagangan dan Sektor Industri Pengolahan. Dibandingkan posisi Februari
2010, peningkatan jumlah tenaga kerja didorong oleh kenaikan jumlah tenaga
kerja pada sektor industri pengolahan dan sektor konstruksi. Kenaikan jumlah
tenaga kerja pada kedua sektor ini seiring dengan membaiknya kinerja yang
sedang berlangsung pada kedua sektor tersebut.
17,000.00
17,500.00
18,000.00
18,500.00
19,000.00
19,500.00
20,000.00
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb
2007 2008 2009 2010 2011
Lainnya *) Jasa Kemasyarakatan
Transportasi Perdagangan
Konstruksi Industri
Pertanian Total Tenaga Kerja (Skala Kanan)
Sumber: BPS Jawa Timur
87
BAB VI – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2011
Gambar 6.2 Gambar 6.3 Penyerapan Tenaga Kerja Komposisi Tenaga Kerja Formal
Grafik 6.4 Komposisi Bidang Tenaga Kerja Informal
Berdasarkan komposisinya, penyerapan tenaga kerja di Jatim masih
didominasi oleh penyerapan tenaga kerja di sektor informal, dengan
pertumbuhan yang cenderung meningkat pada triwulan laporan.
Tingginya penyerapan tenaga kerja sektor informal menjadi perhatian
pemerintah daerah dalam meningkatkan kualitas kesejahteraan
masyarakat Jawa Timur. Berbagai kebijakan pemberdayaan
perekonomian masyarakat dilaksanakan guna mendorong kapasitas
masyarakat dalam meningkatkan taraf hidupnya. Melalui 4 (empat)
strategi pembangunan, yaitu pro-poor, pro-gender, pro-growth dan pro-job,
4.87 5.27 5.29 5.12 5.02 5.19 5.50 5.44 5.70
13.20 13.48 13.58 13.76 14.10 14.12 14.11 13.26 14.11
-8%
-4%
0%
4%
8%
12%
-
5
10
15
20
25
Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb
2007 2008 2009 2010 2011
Informal Formal G Formal G Informal
2.92 3.19 3.33 3.45 3.40 3.42 3.29 3.02 3.46
4.13 4.18 4.26 4.25 4.34 4.46 4.36 4.10 3.91
1.71 1.54 1.48 1.50 1.57 1.51 1.46 1.47 1.45
0.84 0.91 0.86 1.00 0.94 1.04 1.01 0.91 0.89
3.60 3.66 3.65 3.56 3.85 3.69 3.99 3.77 3.99
-
2
4
6
8
10
12
14
16
Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb
2007 2008 2009 2010 2011
Pekerja Tak Dibayar Pekerja Bebas Non Pertanian
Pekerja Bebas di Pertanian Berusaha dibantu buruh tdk tetap
Berusaha sendiri
Sumber: BPS Jawa Timur Sumber: BPS Jawa Timur
Sumber: BPS Jawa Timur
0.57 0.59 0.48 0.58 0.49 0.55 0.51 0.56 0.60
4.30 4.68 4.80 4.54 4.53 4.64
4.99 4.88 5.10
-20%
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
-
1
2
3
4
5
6
Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb
2007 2008 2009 2010 2011
Buruh/Karyawan Berusaha dibantu buruh tetap
g berusaha dibantu buruh tetap g buruh/karyawan
88
BAB VI – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2011
Pemerintah provinsi Jatim menerapkan beberapa kebijakan antara lain cash
transfer (Jamkesmas, RTLH, Raskin, bantuan hibah/sosial), pemberdayaan UMKM
(kredit bunga murah, pembentukan PT.Jamkrida, peningkatan nilai tambah
produksi, produksi sektor primer, dan lembaga keuangan mikro/Kopwan).
Sementara itu, perkembangan tenaga kerja di sektor formal cenderung
stabil, dengan didominiasi oleh tenaga buruh/ karyawan yang mencapai 89%
dari total tenaga kerja yang bekerja di sektor formal, sedangkan selebihnya
merupakan tenaga kerja yang masuk dalam kategori berusaha dibantu buruh
tetap (wirausaha).
6.2.1. Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)
Searah dengan indikator ketenagakerjaan dari BPS Jawa Timur, indikator
ketenagakerjaan berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang
dilakukan oleh Bank Indonesia di wilayah kerja Jawa Timur menunjukkan
peningkatan dibandingkan periode sebelumnya. Total Saldo Bersih Tertimbang
(SBT) yang dihitung dari penggunaan tenaga kerja pada sektor usaha di 9
(sembilan) sektor ekonomi menunjukkan peningkatan dari -0.42 menjadi 3,16.
Secara spesifik peningkatan penggunaan tenaga kerja paling besar terjadi pada
sektor pertanian, sektor bangunan, dan sektor keuangan, hal ini
mengkonfirmasi terjadinya peningkatan pertumbuhan ekonomi ketiga sektor
tersebut di triwulan I-2011.
Tabel 6.2 Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja (SBT) Tahun 2008-2011
2011
I II III IV I II III IV I
REALISASI
1 -3.06 -2.17 -1.39 3.13 2.92 -2.18 7.31 0.99 2.89
2 PERTAMBANGAN 0.1 0.98 0.00 1.97 -1.02 0.00 2.00 0.00 0.00
3 INDUSTRI PENGOLAHAN -2.52 0.35 -2.53 -1.13 -2.41 2.02 -1.94 -0.54 -3.18
4 LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 0.00 -1.39 1.24 -1.20 -0.04 -0.11 -1.30 0.00 0.07
5 BANGUNAN -1.28 0.00 0.00 0.66 -0.39 0.66 -0.37 0.51 1.64
6 PHR -1.52 -0.61 5.02 -1.90 3.45 2.04 3.36 -4.18 -0.58
7 PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI -1.95 2.79 0.14 0.00 1.13 0.84 -0.53 0.07 -0.60
8 KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN 1.39 0.1 -0.92 0.00 -0.84 0.52 -0.17 1.90 2.13
9 JASA - JASA 4.93 -0.03 5.21 5.09 -0.37 0.90 -0.39 0.84 0.79
TOTAL -2.68 0.04 6.77 6.61 2.44 4.69 7.98 -0.42 3.16
2009 2010
PERTANIAN
No SEKTOR
89
BAB VI – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2011
Gambar 6.5 Gambar 6.6 Penyerapan Tenaga Kerja Penyerapan Tenaga Kerja Tiga Sektor Utama
Gambar 6.7 Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
5
6
I II III IV I II III IV I II III IV I
2008 2009 2010 2011
PERTAMBANGAN LGA BANGUNAN
ANGKUTAN KEUANGAN JASA
Sa
ldo
be
rsih
%
6.3. KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PEDESAAN
Tingkat kesejahteraan masyarakat pedesaan di Jawa Timur pada triwulan
I-2011 relatif membaik dibandingkan periode sebelumnya, khususnya didorong
oleh perbaikan Nilai Tukar Petani (NTP). Sementara itu Nilai Tukar Nelayan (NTN)
yang mengindikasikan kondisi kesejahteraan nelayan menunjukkan kondisi yang
stabil.
Sumber: SKDU, KBI Surabaya
-5.01
-3.1
6.97
-0.11
-2.68
0.04
6.776.61
2.44
4.69
7.98
-0.42
3.16
-6
-4
-2
0
2
4
6
8
10
I II III IV I II III IV I II III IV I
2008 2009 2010 2011
Penyerapan Tenaga Kerja (% SBT)
Saldo
bersih
%
0.59
-4.65
3.3
0.29
-3.06
-2.17-1.39
3.13 2.92
-2.18
7.31
0.99
2.89
-0.54
-4.18
-6
-4
-2
0
2
4
6
8
I II III IV I II III IV I II III IV I
2008 2009 2010 2011
PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN PHR
Saldo
bersih %
Sumber: SKDU, KBI Surabaya Sumber: SKDU, KBI Surabaya
90
BAB VI – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2011
6.3.1. Kesejahteraan Petani
Sampai dengan akhir triwulan I-2011, indikator kesejahteraan petani di
Jawa Timur yang tercermin dari indikator Nilai Tukar Petani (NTP) menunjukkan
sedikit peningkatan. Namun demikian, NTP pada periode ini masih berada
dibawah level nasional serta level normal = 100. Peningkatan NTP didorong oleh
pertumbuhan indeks harga yang diterima petan (It) lebih tinggi dibandingkan
dengan indeks harga yang dibayarkan oleh petani (Ib). Tibanya masa panen raya
yang mencapai puncaknya di bulan Maret 2011 berpengaruh pada peningkatan
indeks harga yang diterima oleh petani. Sementara tren penurunan harga
(deflasi) yang terjadi pada kelompok bahan makanan diyakini menjadi
pengurang besaran indeks harga yang dibayarkan oleh petani, khususnya untuk
pemenuhan kebutuhan konsumsi sehari-hari.
Gambar 6.8 Gambar 6.9 NTP Nasional & Jawa Timur NTP dan Pertumbuhan (Nasional & Jatim)
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2009 2010 2011
NTP Nasional NTP Jatim
Sumber: BPS Jawa Timur
Gambar 6.10 Gambar 6.11 It serta Pertumbuhan Nasional & Jatim Ib dan Pertumbuhan Nasional & Jatim
Sumber: BPS Jawa Timur Sumber: BPS Jawa Timur
-10%
-8%
-6%
-4%
-2%
0%
2%
4%
92
94
96
98
100
102
104
I II III IV I II III IV I II III IV I
2008 2009 2010 2011
Nasional Jatim g NTP Nasional g NTP Jatim
-600%
-400%
-200%
0%
200%
400%
600%
800%
1000%
0
20
40
60
80
100
120
140
160
I II III IV I II III IV I II III IV I
2008 2009 2010 2011
It Nasional It Jatim g It Nasional g It Jatim
-100%
0%
100%
200%
300%
400%
500%
600%
0
20
40
60
80
100
120
140
160
I II III IV I II III IV I II III IV I
2008 2009 2010 2011
Ib Nasional Ib Jatim g Ib Nasional g Ib Jatim
Sumber: BPS Jawa Timur
91
BAB VI – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2011
6.3.2. Kesejahteraan Nelayan
Kesejahteraan nelayan yang tercermin pada Nilai Tukar Nelayan (NTN)
Provinsi Jawa Timur pada triwulan I-2011 cenderung stabil, hal ini tercermin dari
nilai NTN yang stabil di level 140. Jika dibandingkan dengan NTN nasional,
kondisi kesejahteraan nelayan di Jawa Timur cenderung berada diatas level
nasional. Mengingat nilainya yang selalu berada diatas level 100, kesejahteraan
nelayan di Jatim dapat dikatakan lebih baik dibandingkan dengan kesejahteraan
petani (level NTP dibawah 100). Biaya operasional yang relatif lebih rendah, serta
faktor risiko kegagalan yang tidak setinggi di sektor pertanian menjadi salah satu
penyebab tingginya nilai NTN dibandingkan NTP.
Sementara itu, berdasarkan komposisinya peningkatan indeks harga yang
diterima nelayan pada periode ini disebabkan oleh kenaikan harga beberapa
jenis ikan, seperti ikan tambang, ikan selar, dan ikan layang, sedangkan kenaikan
indeks harga yang dibayar oleh nelayan dipicu oleh kenaikan indeks harga
konsumsi rumah tangga yang didominasi oleh kelompok bahan makanan dan
kelompok sandang.
Gambar 6.12 Gambar 6.13 NTN Nasional & Jawa Timur NTN serta Pertumbuhan (Nasional & Jatim)
Sumber: BPS Jawa Timur Sumber: BPS Jawa Timur
-10%
-8%
-6%
-4%
-2%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
0
20
40
60
80
100
120
140
160
I II III IV I II III IV I II III IV
2008 2009 2010
Nasional Jatim g NTN Nasional g NTN Jatim
0
20
40
60
80
100
120
140
160
I II III IV I II III IV I II III IV
2008 2009 2010
NTN Nasional NTN Jatim
Bab 7Bab 7Bab 7Bab 7
PERKIRAAN EKONOMI DAN PERKIRAAN EKONOMI DAN PERKIRAAN EKONOMI DAN PERKIRAAN EKONOMI DAN
HARGAHARGAHARGAHARGA
89
BAB VII – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2011
GambGambGambGambar 7.ar 7.ar 7.ar 7.2222 Indeks Indeks Indeks Indeks Ekspektasi Ekspektasi Ekspektasi Ekspektasi PenghasilanPenghasilanPenghasilanPenghasilan
Gambar 7.Gambar 7.Gambar 7.Gambar 7.1111 Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
50
60
70
80
90
100
110
120
130
140
150
1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3
2006 2007 2008 2009 2010 2011
Indeks Penghasilan Saat Ini Ekspektasi Penghasilan
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
140,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3
2006 2007 2008 2009 2010 2011
Indeks Keyakinan Konsumen
Indeks Ekspektasi Konsumen
7 PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
7.1 PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR
Pada triwulan II-2011, pertumbuhan ekonomi Jatim diproyeksikan tumbuh pada
batas atas dari rentang pertumbuhan 6,8% – 7,10%. Faktor pendorong pertumbuhan
pada triwulan ini yaitu konsumsi rumah tangga, kegiatan investasi swasta dan
perdagangan luar negeri. Untuk konsumsi masyarakat didorong oleh momentum libur
sekolah dan cuti bersama, dengan dampak yang diperkirakan lebih besar dari
momentum triwulan I-2011, sehingga konsumsi pada triwulan ini diperkirakan
mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Perkiraan ini dikonfirmasi
oleh hasil Survei Konsumen KBI Surabaya, yang menunjukkan Indeks Ekspektasi
Konsumen (IEK) dan Indeks Ekspektasi Penghasilan mengalami peningkatan.
Kinerja ekspor diperkirakan masih dalam tren perbaikan dibandingkan periode
yang sama tahun sebelumnya, seiring meningkatnya permintaan internasional dan
terdiversifikasinya negara tujuan ekspor Jatim. Permintaan internasional pada triwulan
II-2011 didominasi oleh kebutuhan konsumsi masyarakat internasional pada barang
kebutuhan sehari-hari, seperti furniture, alas kaki dan makanan dan minuman olahan.
Seiring dengan tren kenaikan ekspor, impor pun diperkirakan terus menguat.
Sesuai dengan pola tahun-tahun sebelumnya, pengeluaran pemerintah mulai
mengalami peningkatan pada triwulan II, seiring telah dilaksanakannya tender
beberapa proyek pemerintah dan yang merupakan kelanjutan dari periode
Sumber: Survei Konsumen BI Surabaya Sumber: Survei Konsumen BI Surabaya
90
BAB VII – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2011
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II*
2007 2008 2009 2010 2011
TOTAL PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN PHR
-20
-15
-10
-5
0
5
10
15
20
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II*
2007 2008 2009 2010 2011
TOTAL PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN PHR
sebelumnya, seperti proyek infrastruktur Jalur Lintas Selatan (JLS) dan Jalan Tol
Mojokerto.
Ekspektasi pengusaha untuk merealisasikan rencana investasinya pada
triwulan ini diperkirakan dapat berjalan dengan baik seiring meningkatnya
perekonomian dalam dan luar negeri. Selain itu, meningkatnya minat investasi di
beberapa titik potensi ekonomi Jatim seperti pertambangan dan pariwisata diharapkan
dapat berkembang lebih baik.
Di sisi penawaran, kinerja ketiga sektor utama diperkirakan mengalami
peningkatan. Sektor pertanian diperkirakan mengalami peningkatan seiring berlalunya
musim hujan dan tibanya musim panen beberapa jenis tanaman bahan makanan,
seperti kedelai dan padi. Kinerja sektor industri dan PHR pun mengalami perbaikan
seiring membaiknya konsumsi masyarakat Jawa Timur dan perdagangan Jawa Timur
ke luar negeri. Sementara itu, sektor lainnya tumbuh stabil, seperti sektor
pengangkutan dan komunikasi serta sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan. Kondisi sektoral pada triwulan II-2011 ini diindikasikan pula oleh hasil
Survei Kegiatan Dunia Usaha KBI Surabaya yang menunjukkan optimisme pelaku
usaha yang dituangkan dalam nilai indeks estimasi realisasi usaha dan penggunaan
tenaga kerja sektoral.
7.2 PERKIRAAN INFLASI JAWA TIMURPERKIRAAN INFLASI JAWA TIMURPERKIRAAN INFLASI JAWA TIMURPERKIRAAN INFLASI JAWA TIMUR
Inflasi Jawa Timur pada triwulan I-2011 diperkirakan cenderung melambat
dibandingkan triwulan I-2011 dan berada di kisaran 6,90% - 7,18% (yoy). Dari sisi non
fundamental, pergerakan harga pada kelompok bahan makanan (volatile food) selama
Sumber: SKDU BI Surabaya
Gambar Gambar Gambar Gambar 7777.4.4.4.4 EstimaEstimaEstimaEstimasi Penggunaan Tenaga Kerja Twsi Penggunaan Tenaga Kerja Twsi Penggunaan Tenaga Kerja Twsi Penggunaan Tenaga Kerja Tw....IIII----2012012012011111
Gambar Gambar Gambar Gambar 7777....3333 Estimasi Realisasi Usaha TwEstimasi Realisasi Usaha TwEstimasi Realisasi Usaha TwEstimasi Realisasi Usaha Tw....IIII----2020202011111111
Sumber: SKDU BI Surabaya
91
BAB VII – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2011
3 bln yad
114.00
124.00
134.00
144.00
154.00
164.00
174.00
184.00
194.00
204.00
1 2 3 4 5 6 7 8 91
01
11
2 1 2 3 4 5 6 7 8 91
01
11
2 1 2 3 4 5 6 7 8 91
01
11
2
2008 2009 2010
Ekspektasi Harga Konsumen
Ekspektasi Harga Pengecer
6 bln yad
100.00
110.00
120.00
130.00
140.00
150.00
160.00
170.00
180.00
190.00
200.00
1 2 3 4 5 6 7 8 910
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12
2008 2009 2010
Ekspektasi Harga Konsumen
Ekspektasi Harga Pengecer
triwulan II-2011 diperkirakan mulai menunjukkan peningkatan dan berpotensi untuk
berfluktuasi. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah mulai berakhirnya periode
musim panen di sejumlah sentra produksi di Jawa Timur sehingga akan
mempengaruhi ketersediaan pasokan beras.
Dari sisi fundamental yang tercermin pada inflasi inti diperkirakan masih
mengalami peningkatan di sepanjang triwulan I-2011. Meskipun dari faktor internal,
sisi penawaran diperkirakan masih mampu merespon kenaikan sisi permintaan yang
didukung oleh kapasitas produksi yang tersedia. Namun tingkat ekspektasi harga yang
cenderung meningkat pada masyarakat menjadi salah satu faktor yang berpotensi
mendorong inflasi inti. Sementara dari faktor eksternal, tren penguatan nilai tukar
rupiah dapat memitigasi tekanan inflasi dari jalur imported inflation yang cenderung
meningkat (tercermin dari pertumbuhan ekonomi global yang mulai pulih namun masih
belum stabil serta tren kenaikan harga komoditas global).
Inflasi administered prices diperkirakan mengalami peningkatan yang didorong
oleh rencana pemberlakuan beberapa kebijakan pemerintah terkait pemberlakuan
beberapa tarif, diantaranya tarif PDAM.
Namun demikian, upaya yang telah disusun oleh Pemerintah Daerah serta
pihak terkait lainnya guna menciptakan kecukupan stok bahan pangan di Jawa Timur
dan kelancaran pasokan serta distribusi diharapkan dapat mengendalikan ekspektasi
inflasi masyarakat. Upaya ini diharapkan juga dapat mencegah potensi timbulnya
kesenjangan permintaan dan penawaran (output gap) yang berakibat pada kenaikan
harga yang berlebihan.
.
Gambar 7.1 Ekspektasi Harga 3 bulan y.a.d
Gambar 7.2 Ekspektasi Harga 6 bulan y.a.d
Sumber: Survei Penjualan Eceran & Survei Konsumen
BI Surabaya
Sumber: Survei Penjualan Eceran & Survei Konsumen
BI Surabaya