KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BENGKULU Mei 2017 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Bengkulu dipublikasikan secara triwulanan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, untuk menganalisis perkembangan perekonomian Provinsi Bengkulu secara komprehensif. Analisis dalam buku ini mencakup Perkembangan Ekonomi Makro Daerah, Keuangan Pemerintah; Perkembangan Inflasi Daerah; Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan, dan UMKM; Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah; Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan; dan Prospek Perekonomian Daerah. Penerbitan buku ini bertujuan sebagai : (1) Laporan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia tentang kondisi perkembangan ekonomi dan keuangan di Provinsi Bengkulu, dan (2) Informasi kepada stakeholders di daerah mengenai perkembangan ekonomi dan keuangan terkini. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu Endang Kurnia Saputra : Kepala Perwakilan Christin R. Sidabutar : Deputi Kepala Perwakilan Dhony Iwan Kristanto : Analis Ekonomi M. Fajar Andrianto : Analis Ekonomi Heryanto Handoko : Analis Ekonomi Deded Tuwanda Prima : Analis Ekonomi M. Farhan Krisnadi : Analis Ekonomi Softcopy buku ini dapat di-download dari website Bank Indonesia dengan alamat http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/bengkulu/Default.aspx
87
Embed
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Bengkulu dipublikasikan secara triwulanan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL
PROVINSI BENGKULU
Mei 2017
Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Bengkulu dipublikasikan secara
triwulanan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, untuk menganalisis
perkembangan perekonomian Provinsi Bengkulu secara komprehensif. Analisis dalam buku ini
mencakup Perkembangan Ekonomi Makro Daerah, Keuangan Pemerintah; Perkembangan
Inflasi Daerah; Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan, dan UMKM;
Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah; Ketenagakerjaan dan
Kesejahteraan; dan Prospek Perekonomian Daerah. Penerbitan buku ini bertujuan sebagai : (1)
Laporan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia tentang kondisi perkembangan ekonomi dan
keuangan di Provinsi Bengkulu, dan (2) Informasi kepada stakeholders di daerah mengenai
perkembangan ekonomi dan keuangan terkini.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu
Endang Kurnia Saputra : Kepala Perwakilan
Christin R. Sidabutar : Deputi Kepala Perwakilan
Dhony Iwan Kristanto : Analis Ekonomi
M. Fajar Andrianto : Analis Ekonomi
Heryanto Handoko : Analis Ekonomi
Deded Tuwanda Prima : Analis Ekonomi
M. Farhan Krisnadi : Analis Ekonomi
Softcopy buku ini dapat di-download dari website Bank Indonesia dengan alamat
PERIODEVOLUME EKSPOR (TON) NILAI EKSPOR (US$ JUTA)
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Provinsi Bengkulu Edisi Mei 2017 9
Kinerja impor tercatat tumbuh sebesar
10,18% (yoy), lebih tinggi dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh
sebesar 9,22% (yoy). Peningkatan
bersumber dari impor luar negeri maupun
impor antar provinsi. Peningkatan terutama
didorong oleh impor antar provinsi dengan
pangsa sebesar 99,22% dari total impor
Bengkulu. Peningkatan konsumsi rumah
tangga dan daya beli masyarakat yang
didorong perbaikan harga komoditas turut
mendorong peningkatan impor Bengkulu
karena sebagian besar barang konsumsi non-
pangan berasal dari luar Bengkulu.
Grafik 1.20. PDRB Impor Antar Provinsi
PDRB Impor antar provinsi tercatat tumbuh
10,04% (yoy), meningkat dibandingkan
triwulan sebelumnya sebesar 9,85% (yoy)
(Grafik 1.20). Sementara PDRB impor luar
negeri mengalami perbaikan, tercatat sebesar
30,44% (yoy), lebih baik dibandingkan
triwulan sebelumnya sebesar -49,73% (yoy)
(Grafik 1.21). Namun belum memberikan
pengaruh yang besar terhadap PDRB
Bengkulu, karena pangsanya yang masih
sangat kecil.
Grafik 1.21. PDRB Impor Luar Negeri
Memasuki bulan Mei 2017, pertumbuhan
ekonomi pada triwulan II 2017 diperkirakan
meningkat. Peningkatan terutama
diperkirakan bersumber dari Konsumsi Rumah
Tangga dan Konsumsi Pemerintah. Perkiraan
meningkatnya konsumsi rumah tangga
didorong oleh meningkatnya konsumsi pada
periode Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri
1438 H.
Grafik 1.22. Indeks Tendensi Konsumsi
Sementara itu, kinerja konsumsi Pemerintah
pada awal triwulan II 2017 diperkirakan akan
meningkat karena Perda APBD 2017
Prov/Kab/Kota telah disahkan dan masa
penyesuaian paska pergantian pejabat OPD
telah terlewati. Secara keseluruhan Pemda se-
Bengkulu mentargetkan realisasi anggaran
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
-
2,000
4,000
6,000
8,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2015 2016 2017
% y
oy
Rp
Mili
ar
Sumber: BPS
PDRB Impor Antar Provinsi
gPDRB Impor Antar Provinsi
-80.00
-60.00
-40.00
-20.00
0.00
20.00
40.00
-
20
40
60
80
100
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2015 2016 2017
% y
oy
Rp
Mili
ar
Sumber : BPS
PDRB Impor Luar Negeri
gPDRB Impor Luar Negeri
80.00
90.00
100.00
110.00
120.00
130.00
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2014 2015 2016 2017
Indeks
Sumber : BPS
Indeks Tendensi Konsumsi
Indeks Konsumsi Barang
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Provinsi Bengkulu Edisi Mei 2017 10
pada TW II 2017 dapat mendekati 22,5% dari
total APBD.
Tabel 1.4 Realisasi APBD April 2017
Pemerintah
Daerah
TW II 2017 (%)
Realisasi
Target
TW2
Target
TW1
Provinsi 14.6 12.0 20.0
Mukomuko 10.9 10.0 15.0
Bengkulu Utara 14.2 15.1 33.7
Rejang Lebong 13.2 10.0 15.0
Kepahiang 11.9 11.0 18.0
Lebong 14.8 12.0 20.0
BengkuluTengah 13.3 12.0 19.0
Kota Bengkulu 13.5 13.7 26.0
Seluma 6.0 22.5 30.6
Bengkulu Selatan 16.1 24.5 30.8
Kaur 14.8 15.0 20.0
Keseluruhan 13.3 14.00 22.5
Sumber : TEPRA, 2017
1.2. SISI PENAWARAN
Kinerja sektor pertanian, kehutanan, dan
perikanan mengalami penurunan, yaitu
tercatat tumbuh sebesar 3,60% (yoy), lebih
rendah dibandingkan triwulan sebelumnya
yang tercatat tumbuh sebesar 3,96% (yoy).
Menurunnya kinerja sektor pertanian
terutama disebabkan oleh kondisi cuaca
(curah hujan tinggi) sehingga menurunkan
produktifitas, terutama sawit dan karet.
Beberapa hal yang mendorong penurunan
kinerja sektor pertanian selama triwulan
laporan antara lain : (i) Kondisi rata-rata curah
hujan yang menengah-tinggi (200-300 mm)1
pada periode Januari-Maret 2017 mendorong
hasil produksi sawit menurun serta proses
penyadapan getah karet terkendala; dan (ii)
Sebanyak 6.000 Ha sawit (70% dari total
1 Data BMKG
perkebunan sawit rakyat) di Kab. Mukomuko
tidak produktif.
Menurunnya kinerja sektor pertanian
terkonfirmasi dari hasil Survei Kegiatan
Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia. Pada
triwulan I 2017, realisasi sektor pertanian
tercatat sebesar 1,19%, lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tercatat terealisasi sebesar 4,64%.
Menurunnya realisasi sektor pertanian
terutama disebabkan oleh penurunan kinerja
sektor perkebunan. Realisasi sektor
perkebunan pada triwulan laporan tercatat
sebesar terkontraksi -0,21%, berbeda
dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tercatat sebesar 0,81% (Grafik 1.23).
Grafik 1.23. SBT Sektor Pertanian
Sementara itu, penurunan produktifitas
perkebunan sawit tercermin dari
menurunnya volume ekspor luar negeri
CPO. Menurunnya produksi sawit tercermin
dari penurunan volume ekspor luar negeri
CPO. Volume ekspor luar negeri CPO tercatat
menurun sebesar 15 juta Ton dibandingkan
triwulan sebelumnya yang terealisasi sebesar
21 juta Ton (Grafik 1.24) [Penjelasan
penurunan komoditas kelapa sawit terdapat
pada bagian Ekspor].
-2.00
-1.00
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
-10.00
-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
1 2 3 4 1 2 3 4 1
2015 2016 2017
Indeks Indeks
Sumber : BI
SKDU Pertanian
SKDU Kebun (rhs)
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Provinsi Bengkulu Edisi Mei 2017 11
Grafik 1.24. Volume Ekspor Luar Negeri Sawit
Kinerja sektor Pertambangan dan
Penggalian menningkat, pada triwulan I
2017 tercatat tumbuh sebesar 1,05% (yoy),
lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
0,90% (yoy). Meningkatnya kinerja
pertambangan didorong oleh membaiknya
permintaan global yang didukung perbaikan
harga komoditas batubara internasional yang
tercatat sebesar 44,94 US$/mt menjadi 50,05
US$/mt pada triwulan laporan. [Penjelasan
peningkatan komoditas batubara terdapat
pada bagian Ekspor].
Grafik 1.25. Harga dan Ekspor Batubara
Meningkatnya aktivitas pertambangan
tersebut tercermin dari peningkatan kinerja
kredit sektor pertambangan. Meskipun
tercatat masih mengalami kontraksi, namun
pertumbuhan kredit pertambangan pada
triwulan I 2017 tercatat lebih baik sebesar -
3,03% (yoy), lebih baik dibandingkan
kontraksi pada triwulan sebelumnya sebesar -
66,23% (yoy) (Grafik 1.26).
Grafik 1.26. Kredit Pertambangan
Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, dan
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
menujukkan perlambatan. Pada triwulan I
2017, kinerja sektor perdagangan besar dan
eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor
tercatat tumbuh sebesar 8,82% (yoy), lebih
rendah dibandingkan triwulan sebelumnya
sebesar 9,33% (yoy).
Grafik 1.27. Tendensi Sektor Perdagangan
Menurunnya kinerja perdagangan tersebut
seiring dengan menurunnya kegiatan
ekspor antar daerah khususnya pada
perdagangan komoditi pertanian beras dan
-100
-50
0
50
100
150
0
5
10
15
20
25
30
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2014 2015 2016 2017
% yoy Volume (Ton)
Sumber : BI
VOLUME (Ton)
gVOLUME(%)
(100.00)
(50.00)
-
50.00
100.00
150.00
40.00
45.00
50.00
55.00
60.00
65.00
70.00
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2013 2014 2015 2016 2017
%yoy US$/MT
Sumber : Bloomberg
Harga Internasional
gVolume Ekspor (rhs)
-80
-60
-40
-20
0
20
0
20
40
60
80
100
120
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2014 2015 2016 2017
% yoy Rp Miliar
Sumber : BI
Kredit Pertambangan
%Kredit
-10
-5
0
5
1 2 3 4 1 2 3 4 1
2015 2016 2017
Indeks
Sumber : BI
Realisasi Ekspektasi
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Provinsi Bengkulu Edisi Mei 2017 12
sayur mayur. [Penjelasan penurunan
perdagangan antar daerah terdapat pada
bagian Ekspor].
Menurunnya kinerja perdagangan
tercermin dari penurunan kinerja kredit
Sektor Perdagangan serta hasil Survei
Kegiatan Dunia Usaha yang dilakukan oleh
Bank Indonesia. Indeks tendensi kegiatan
usaha pada Sektor Perdagangan tercatat
mengalami penurunan pada triwulan laporan
sebesar -3,90, lebih dalam dibandingkan
triwulan sebelumnya sebesar -2,13. (Grafik
1.28). Sementara itu realisasi kredit sektor
perdagangan pada triwulan I 2017 tercatat
melambat sebesar 4,97% (yoy) dibandingkan
triwulan sebelumnya sebesar 5,69% (yoy).
(Grafik 1.28).
Grafik 1.28. Kredit Sektor Perdagangan
Sektor Konstruksi tercatat tumbuh sebesar
7,25% (yoy), relatif stabil dibandingkan
triwulan sebelumnya sebesar 7,20% (yoy).
Masih stagnannya kinerja sektor konstruksi
terutama didorong oleh realisasi belanja
modal pemerintah yang masih rendah
[Penjelasan terdapat pada bagian investasi].
Pada triwulan I 2017, realisasi belanja modal
yang bersumber dari APBD tercatat masih
nihil sehingga menahan laju kinerja sektor
konstruksi.
Grafik 1.29. Belanja Modal APBD
Sektor Transportasi dan Pergudangan
mengalami penurunan, tercatat sebesar
5,30% (yoy), lebih rendah dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
5,73%. Menurunnya kinerja sektor
transportasi didorong oleh menurunnya
permintaan masyarakat paska libur akhir
tahun. Penurunan sektor transportasi dan
pergudangan juga sebagai dampak dari
penurunan kinerja sektor Perdagangan dan
Pertanian [Penjelasan terdapat pada bagian
Perdagangan dan Pertanian]. Penurunan
kinerja di sektor ini juga terkendala kondisi
cuaca dimana pada periode awal tahun
banyak terjadi bencana longsor yang
menghambat transportasi seperti di jalur
Lebong, Curup dan Muara Sahung.
Sementara di sisi transportasi laut khususnya
layanan Ferry penyeberangan Enggano-
Bengkulu sempat terkendala selama 25 hari
karena Kapal Motor Pulo Telo mengalami
proses perbaikan selama sebulan di Jakarta.
Kinerja sektor Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum menurun. Pertumbuhan pada
0
5
10
15
20
0
1,000
2,000
3,000
4,000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2014 2015 2016 2017
yoy Rp Miliar
Sumber : BI
Nominal (Rp Miliar)
Pertumbuhan (yoy)-rhs
-150
-100
-50
0
50
100
150
0
50
100
150
200
250
300
350
1 2 3 4 1 2 3 4 1
2015 2016 2017
% yoy Rp Miliar
Sumber : BI
APBD (Rp Miliar)gAPBD(% yoy)
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Provinsi Bengkulu Edisi Mei 2017 13
triwulan I 2016 tercatat sebesar 9,53% (yoy),
lebih rendah dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 9,76%
(yoy). Penurunan kinerja di sektor pada
triwulan I 2017 ini salah satunya disebabkan
penurunan permintaan paska libur Natal akhir
tahun.
Memasuki triwulan II 2017, pertumbuhan
ekonomi diperkirakan meningkat. Di sisi
sektoral, peningkatan diperkirakan bersumber
dari sektor Perdagangan Besar dan Eceran;
Transportasi dan Pergudangan; dan Pertanian.
Kinerja sektor Perdagangan Besar dan
Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor diperkirakan akan mengalami
peningkatan. Meningkatnya konsumsi
masyarakat memasuki periode Ramadhan dan
Hari Raya diperkirakan akan mendorong
kinerja sektor perdagangan. Hasil SPE hingga
periode Mei 2017 mengindikasikan terjadinya
peningkatan perkiraan penjualan pada
periode Mei. Sementara berdasarkan hasil
liaison, mayoritas kontak menyampaikan
bahwa perkiraan penjualan di triwulan II 2017
akan mengalami peningkatan.
Grafik 1.30. Survei Penjualan Eceran
Kinerja sektor pertanian diperkirakan
mengalami kenaikan, Kab. Kepahiang dan
Rejang Lebong diperkirakan akan
melakukan periode panen kopi pada bulan
Juni hingga Agustus 2017. Periode panen
kopi saat ini diperkirakan memberikan
keuntungan cukup baik pada petani karena
sampai dengan bulan Mei 2017 harga kopi
lokal terus mengalami kenaikan hingga Rp
25.000/kg.
35,000
55,000
75,000
95,000
115,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4
2016 2017
Sum of
Sumber : BI
Realisasi Ekspektasi
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Provinsi Bengkulu Edisi Mei 2017 14
Boks 1. POTENSI INVESTASI BENGKULU
A. KONDISI INVESTASI DI BENGKULU
Berbeda dengan kondisi nasional di mana
investasi memegang peranan penting
terhadap perekonomian (pangsa mencapai
52%), pertumbuhan ekonomi Provinsi
Bengkulu lebih didorong oleh konsumsi
pemerintah. Porsi investasi Bengkulu hanya
sebesar 4% terhadap perekonomian
Bengkulu dan merupakan yang terkecil di
Sumatera. Realisasi investasi Bengkulu pada
tahun 2016 hanya mencapai Rp 1,7 Triliun
dan merupakan yang terendah di Sumatera.
Rendahnya realisasi investasi tersebut
disebabkan oleh rendahnya realisasi
Penanaman Modal Asing (PMA) Bengkulu
(terendah di Sumatera) maupun Penanaman
Modal Dalam Negeri (PMDN) (terendah kedua
di Sumatera).
Gambar 1.1 Pangsa Investasi Bengkulu
Grafik 1.31. Realisasi Investasi (Rp Triliun)
Rendahnya investasi di Provinsi Bengkulu
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :
(1) masih adanya elemen-elemen yang
menghambat aliran investasi di Provinsi
Bengkulu; (2) belum adanya insentif daerah
bagi investor; dan (3) pangsa pasar yang
relatif kecil di Provinsi Bengkulu dengan
jumlah penduduk yang hanya sekitar 1,8 juta
jiwa. Berdasarkan hasil kajian growth
diagnostic Provinsi Bengkulu tahun 2016,
beberapa kendala yang menghambat
investasi antara lain : (1) Kondisi pelabuhan
yang kurang optimal; (2) Kurangnya kapasitas
listrik di mana belum terdapat jaringan
interkoneksi antara sistem listrik yang surplus
dengan yang defisit; (3) masih relatif
rendahnya kualitas SDM Bengkulu di mana
kurang dari 10% tenaga kerja di Bengkulu
yang lulus perguruan tinggi; (4) belum adanya
hilirisasi produk kelapa sawit sehingga belum
mampu memberikan nilai tambah bagi
perekonomian Bengkulu; (5) Sebagian besar
1.7
2.91
4.26
4.7
4.86
7.18
7.46
18.28
18.48
46.02
Bengkulu
Babel
Aceh
Jambi
Sumatera Barat
Lampung
Kepulauan Riau
Riau
Sumatera Utara
Sumatera Selatan
Sumber : BKPM 2016, diolah
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Provinsi Bengkulu Edisi Mei 2017 15
(40%) kondisi infrastruktur jalan dalam
keadaan buruk; dan (6) belum adanya insentif
yang diberikan Bengkulu bagi calon investor.
Gambar 1.2 Sumber Ekonomi Baru
Menurut Kepala Pelindo II, kondisi
pelabuhan yang kurang optimal
merupakan salah satu penghambat
aktivitas ekonomi di Provinsi Bengkulu.
Pelindo melakukan serangkaian upaya yang
diselaraskan dengan program Pemerintah
Daerah dalam menyusun roadmap
pembangunan pelabuhan Pulau Baai.
Gambar 1.2 Liaison Bank Indonesia dan
Pelindo II
Luas lahan pelabuhan Pulau Baai termasuk
yang terluas di Indonesia yaitu mencapai
1.200 ha. Namun, dari 1.200 ha lahan yang
dimiliki oleh Pelindo, baru terpakai hanya 80
ha, dengan tingkat okupansi hanya sebesar
60%. Banyak investor keluar dari Bengkulu
karena permasalahan perizinan. Kondisi
pendangkalan di Pulau Baai bukan
merupakan penghambat aktivitas pelabuhan
karena frekuensi kedatangan kapal bertonase
besar di Provinsi Bengkulu sangat kecil
(hampir tidak ada).
Pelabuhan Pulau Baai merupakan satu-
satunya pelabuhan dengan kolam alami, yang
potensinya belum digali secara maksimal.
Beberapa program prioritas yang akan
dilakukan untuk mendorong kinerja
pelabuhan antara lain : (1) penataan area
pelabuhan (lini 1 dan 2); (2) kerja sama lahan
PT Semen Padang; (3) pembangunan PLTU;
(4) pembangunan terminal penumpang; (5)
pembangunan terminal curah cair; (6)
pembangunan terminal peti kemas; dan (7)
pembangunan kawasan industri. Ke depan,
setelah kawasan industri terealisasi (tahun
2020), kedalaman akan ditambah hingga 13
mdpl dan Pulau Baai akan menjadi pelabuhan
terbesar di Sumatera setelah Belawan.
Penggunaan pelabuhan dalam aktivitas
ekonomi dapat memberikan efisiensi yang
cukup besar bagi perusahaan. Dengan
potensi kopi mencapai 56 ribu ton (terutama
April s.d. Agustus pada saat panen kopi),
transportasi kopi saat ini masih melalui jalur
darat sehingga menyebabkan kerusakan pada
infrastruktur jalan. Selain itu, biaya yang
diperlukan untuk mengakut kopi melalui jalur
darat juga lebih mahal dibandingkan jalur
laut. Ongkos angkut kopi jika melewati lautan
hanya RP 400/kg sedangkan lewat darat
mencapai RP 800/kg.
Leader Meeting PT Pelindo II Bengkulu & Bank Indonesia Bengkulu
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Provinsi Bengkulu Edisi Mei 2017 16
B. RENCANA BENGKULU INVESTMENT
DAY
Melihat peluang dan potensi daerah yang
ada di Bengkulu, Bank Indonesia
bekerjasama dengan Pemerintah Daerah
berupaya menggali potensi investasi di
Provinsi Bengkulu. Langkah awal yang
dilakukan adalah identifikasi potensi investasi
di seluruh Kabupaten/Kota se-Provinsi
Bengkulu, melalui Focus Group Discussion
Bengkulu Investment Day yang dilaksanakan
pada tanggal 26 April 2017. Beberapa hal
yang berhasil dirumuskan dari pertemuan
tersebut antara lain : (1) menjalin kerja sama
dengan dinas kab/kota se-Provinsi Bengkulu
dalam upaya mendorong investasi; (2)
Meningkatkan komunikasi dan proaktif dalam
menghadapi kendala yang ada di lapangan;
(3) Aktif dalam penyelenggaraan kegiatan
untuk mendorong potensi investasi; (4) Upaya
pemangkasan jalur yang dinilai menghambat
investasi; (5) membuat SOP pelayanan
perizinan agar masyarakat memahami
prosedur investasi secara baik; (6)
penggunaan aplikasi pengurusan perizinan
secara online; (7) meningkatkan regulasi
daerah dalam hal jaminan keamanan kepada
investor; dan (8) alokasi wilayah untuk
dijadikan kawasan investasi termasuk
kawasan industri khusus maupun kawasan
ekonomi khusus. Langkah lainnya yang
diambil Dinas Penanaman Modal yaitu
berkoordinasi dengan KPwBI Provinsi
Bengkulu dalam mendorong potensi investasi
di Provinsi Bengkulu.
Adapun beberapa potensi investasi yang
berhasil dirumuskan dalam pertemuan
Bengkulu Investment Day sebagaimana Tabel
1.5.
Tabel 1.5 Potensi Investasi Bengkulu
Kabupaten/Kota Potensi Investasi
Mukomuko Industri Hilirisasi Sawit (misal : minyak
goreng dan sabun)
Lebong Energi Panas Bumi
Wisata Alam dan Buatan
Bengkulu Utara Industri Pengolahan Hasil Perkebunan
(hilirisasi)
Wisata Buatan
Enggano Agro Maritim
Wisata Bahari
Industri Kemaritiman
Kota Bengkulu Industri Galangan Kapal
Industri Pengalengan Ikan
Wisata (Bahari, Sejarah, Buatan)
Perdagangan
Kawasan Industri
Seluma Industri Pengolahan Hasil Tambang
Industri Kemaritiman
Wisata Bahari
Kaur Industri Pengalengan Ikan
Industri Galangan Kapal
Wisata Bahari
Rejang Lebong Agro Food
Wisata Alam dan Buatan
Kepahiang Industri Teh
Industri Kopi
Wisata Alam dan Buatan
Bengkulu Selatan Industri Pengolahan perkebunan
Hasil pertemuan tersebut akan ditindaklanjuti
dengan pembahasan lebih lanjut terkait
finalisasi potensi investasi di Provinsi
Bengkulu. Lebih lanjut, hasil finalisasi tersebut
akan disampaikan kepada investor tingkat
lokal maupun Nasional untuk dapat
mendorong peningkatan kinerja investasi
Provinsi Bengkulu.
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Provinsi Bengkulu Edisi Mei 2017 17
BAB 2 KEUANGAN PEMERINTAH
Realisasi pendapatan terhadap pagu Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)
Pemerintah Provinsi Bengkulu pada triwulan I tahun 2017 lebih tinggi dibandingkan
periode yang sama pada tahun 2016. Realisasi pendapatan pada triwulan I tahun 2017
mencapai 24,11% , sementara pada triwulan I tahun 2016 hanya mencapai 19,87%.
Peningkatan terutama bersumber dari Pendapatan Perimbangan. Rendahnya realisasi
pendapatan pada tahun sebelumnya terkait kebijakan penundaan DAU dari Kementerian
Keuangan.
Di sisi belanja, realisasi pada triwulan I tahun 2017 menurun dibandingkan periode yang
sama pada tahun sebelumnya. Realisasi belanja mencapai 8,62%, lebih rendah dibandingkan
tahun sebelumnya dengan realisasi sebesar 9,95%. Menurunnya realisasi belanja APBD
terutama bersumber dari menurunnya realisasi Belanja Hibah.
Sementara realisasi APBN di Provinsi Bengkulu pada triwulan I tahun 2017 relatif sama
dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya, sebesar 21,62%, sementara
pencapaian periode yang sama pada tahun 2016 sebesar 21,04%. Pos belanja APBN tercatat
meningkat terbatas sementara pos Transfer ke Daerah dan Dana Desa relatif stabil.
2.1. Penerimaan Pemerintah Provinsi
Persentase realisasi Pendapatan Daerah
terhadap pagu anggaran Pemerintah
Provinsi Bengkulu pada triwulan I tahun
2017 lebih tinggi dibandingkan periode
yang sama pada tahun sebelumnya.
Peningkatan realisasi Pendapatan APBD
terutama bersumber dari Pendapatan
Perimbangan/Transfer. Realisasi Pendapatan
Perimbangan/Transfer pada triwulan I 2017
mencapai 24,11% dari pagu, lebih tinggi
dibandingkan tahun sebelumnya sebesar
19,87% dari pagu. Peningkatan Pendapatan
Perimbangan tersebut didorong oleh
peningkatan realisasi yang terjadi pada pos Dana
Bagi Hasil Pajak, pos Dana Alokasi Umum, dan
pos Dana Alokasi Khusus, sementara pos Dana
Bagi Hasil Bukan Pajak cenderung menurun.
Realisasi Dana Bagi Hasil Pajak tercatat sebesar
38,53% dari pagu, lebih tinggi dibandingkan
realisasi pada tahun sebelumnya sebesar
22,78% dari pagu. Selanjutnya realisasi Dana
Alokasi Umum tercatat sebesar 30,95%, relatif
sama dibandingkan realisasi pada tahun
sebelumnya sebesar 30,53%. Selanjutnya
realisasi Dana Alokasi Khusus tercatat sebesar
16,02% dari pagu, meningkat dibandingkan
tahun 2016 yang belum mencatatkan realisasi
pada triwulan I. Sementara itu, realisasi Dana
ANGGARAN PENDAPATAN APBD 2017 PAD Rp 905,54 M Transfer Pusat Rp 2.132,92 M Lain-lain Rp 2,87 M Total Rp 3.041,33 M REALISASI PENDAPATAN APBD TW 1 2017 PAD Rp 174,58 M Transfer Pusat Rp 558,06 M Lain-lain Rp 0,51 M Total Rp 733,15 M
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Provinsi Bengkulu Edisi Mei 2017 18
Bagi Hasil Bukan Pajak mencapai 25,37%,
menurun signifikan dibandingkan tahun
sebelumnya sebesar 71,89%.
Tabel 2.1. Pendapatan APBD Provinsi Bengkulu Triwulan I Tahun 2017
PENDAPATAN
APBD Provinsi
Triwulan I
2017
Pagu Anggaran
Tahunan (Rp Miliar)
Realisasi Akumulasi
(Rp Miliar) Realisasi (%)
Share Realisasi
(%)
2016 2017 2016 2017 2016 2017 2016 2017
Pendapatan Asli Daerah 754.61 905.54 150.56 174.58 19.95 19.28 34.15 23.81
Dana Alokasi Umum 876.88 1354.43 267.69 419.16 30.53 30.95 60.71 57.17
Dana Alokasi Khusus 512.91 698.65 0.00 111.91 0.00 16.02 0.00 15.26
Dana Penyesuaian 2.50 2.87 0.00 0.51 0.00 17.77 0.00 0.07
Lain-lain Pendapatan yang
Sah 2.50 2.87 1.58 0.51 63.29 17.77 0.36 0.07
Total Pendapatan 2218.92 3041.33 440.93 733.15 19.87 24.11 100.00 100.00
*) Merupakan data sementara Sumber : Biro Keuangan Pemerintah Provinsi Bengkulu
Realisasi Pendapatan Lain-lain yang Sah pada
triwulan I tahun 2017 mencapai 17,77% dari
pagu, menurun signifikan dibandingkan periode
yang sama pada tahun sebelumnya dengan
realisasi sebesar 63,29% dari pagu. Secara
nominal, realisasi Pendapatan Lain-lain yang Sah
mencapai Rp 0,51 M dari pagu Rp 2,87 M.
Sementara itu, realisasi Pendapatan Asli
Daerah pada triwulan laporan relatif sama
dibadingkan periode yang sama pada Tahun
2016. Realisasi Pendapatan Asli Daerah pada
triwulan I tahun 2017 tercatat sebesar 19,28%
dari pagu, relatif stabil dibandingkan tahun
sebelumnya sebesar 19,95% dari pagu. Secara
nominal, realisasi Pendapatan Asli Daerah pada
triwulan I 2017 mencapai Rp 174,51 M dari
pagu Rp 905,54 M. Pos Pendapatan Asli
Daerah yang mengalami peningkatan adalah
pos Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
sebesar 19,59% dibandingkan triwulan I 2016
sebesar 7,68%. Sementara pos yang
mengalami penurunan adalah pos Pendapatan
Retribusi Daerah sebesar 6,84% dibandingkan
periode yang sama pada tahun sebelumnya
sebesar 14,61%.
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Provinsi Bengkulu Edisi Mei 2017 19
Berdasarkan struktur APBD 2017, porsi
realisasi triwulan I 2017 pos Dana
Perimbangan Pemerintah/Transfer dari
Pemerintah Pusat mendominasi pos
Pendapatan APBD Pemerintah Provinsi. Hal
ini tercermin dari pangsa Pendapatan
Perimbangan/Transfer sebesar 76,12%, lebih
besar dibandingkan Pendapatan Asli Daerah
dan Lain-lain Pendapatan yang Sah dengan
pangsa masing-masing hanya sebesar 23,81%
dan 0,07%. Pangsa realisasi Pendapatan
Perimbangan Pemerintah/Transfer dalam
struktur APBD mengalami peningkatan dari
65,50% menjadi 76,12% pada triwulan I
tahun 2017.
Sebagaimana pada tahun tahun sebelumnya,
struktur pendapatan utamanya masih berasal
dari pos Pendapatan Pajak Daerah dan Dana
Alokasi Umum. Namun demikian, realisasi
Dana Alokasi Khusus sampai dengan triwulan I
2017 cukup menggembirakan, terutama bila
dibandingkan periode sebelumnya yang tidak
tercapai (0%).
2.2. Belanja Pemerintahan Provinsi
Persentase realisasi Belanja Pemerintah
Provinsi Bengkulu pada triwulan I tahun
2017 menurun dibandingkan periode yang
sama pada tahun sebelumnya. Realisasi
belanja mencapai Rp 287,79 Miliar atau 8,62%
dari pagu Rp 3.338,98 Miliar, lebih rendah
dibandingkan tahun sebelumnya dengan
realisasi sebesar 9,95% dari pagu Rp 2.337,15
Miliar.
Realisasi belanja APBD pada triwulan I 2017
hanya berasal dari pos Belanja Operasi,
sementara pos Belanja Modal dan Belanja
Tak Terduga belum mencatatkan realisasi.
Realisasi Belanja Operasi pada triwulan I tahun
2017 tercatat sebesar 14,18%, relatif sama
dibandingkan tahun sebelumnya sebesar
14,66%. Menurunnya realisasi Belanja Operasi
terutama bersumber dari Belanja Hibah.
Realisasi Belanja Hibah tercatat sebesar
14,19% dari pagu, lebih rendah dibandingkan
periode yang sama pada tahun 2016 sebesar
23,90%. Realisasi Belanja Pegawai tercatat
stabil sebesar 21,20% dibandingkan triwulan I
2016 sebesar 21,23%. Sementara realisasi
Belanja Barang tercatat sebsar 2,43% lebih
tinggi dibandingkan triwulan I 2017 sebesar
1,24%.
Selanjutnya, anggaran Belanja Modal pada
triwulan I 2017 belum mencatatkan
realisasi. Belum terealisasinya anggaran
Belanja Modal pada triwulan I 2017
diperkirakan berkaitan dengan terlambatnya
pengesahan APBD 2017, yaitu melewati batas
31 Desember 2016, sehingga proses
pengadaan oleh Organisasi Perangkat Daerah
(OPD) menjadi terlambat.
ANGGARAN BELANJA APBD 2017 Belanja Operasi Rp 2.029,14 M Belanja Modal Rp 1.010,59 M Tidak Terduga Rp 5,00 M Transfer Rp 294,25 M Total Rp 3.338,98 M REALISASI BELANJA APBD TW I 2017 Belanja Operasi Rp 287,79 M Belanja Modal Rp 0,00 M Tidak Terduga Rp 0,00 M Transfer Rp 0,00 M Total Rp 287,79 M
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Provinsi Bengkulu Edisi Mei 2017 20
Peranan belanja modal dalam mendorong
pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu
cukup besar. Oleh karena itu, optimalisasi
realisasi belanja modal pada periode yang akan
datang perlu terus didorong, agar
perekonomian Bengkulu dapat tumbuh sesuai
harapan.
Tabel 2.2. Belanja APBD Provinsi Bengkulu Triwulan I Tahun 2017
BELANJA APBD
Provinsi Triwulan I
2017
Pagu Anggaran
Tahunan (Rp Miliar)
Realisasi Akumulasi
(Rp Miliar) Realisasi (%)
Share Realisasi
(%)
2016 2017 2016 2017 2016 2017 2016 2017
Belanja Operasi 1584.98 2029.14 232.32 287.79 14.66 14.18 99.92 100.00
Belanja Pegawai 636.94 1031.32 135.22 218.60 21.23 21.20 58.16 75.96
Belanja Barang 569.32 597.98 7.08 14.51 1.24 2.43 3.05 5.04
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Provinsi Bengkulu Edisi Mei 2017 32
sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar
0,35% (mtm). Meningkatnya tekanan inflasi
pada kelompok administered prices disebabkan
meningkatnya Tarif Listrik (andil 0,21% mtm)
yang merupakan kelanjutan kenaikan tarif
pelanggan 900VA non subsidi yang
dilaksanakan bertahap sejak Januari 2017.
Dengan perkembangan tersebut, pencapaian
inflasi Bengkulu hingga April 2017 adalah
sebesar 1,13% (ytd), relatif tinggi
dibandingkan rata-rata 3 tahun terakhir (2014-
2016) yang tercatat mengalami deflasi sebesar
-0,38% (ytd). Perbedaan tersebut didorong
oleh kenaikan Tarif Listrik (andil 0,30% ytd)
dan Tarif Pulsa Ponsel (andil 0,14% ytd).
Sementara inflasi Bengkulu pada triwulan II
2017 diperkirakan akan berada pada kisaran
6,20 6,60% (yoy), yang pada akhir tahun
berpotensi di atas sasaran inflasi Nasional
(4%±1%) sebagaimana yang telah
diperkirakan sebelumnya.
3.3. AKTIVITAS PENGENDALIAN
INFLASI [TPID]
Memasuki periode Ramadhan dan dan Hari
Raya Idul Fitri 1438 H, TPID Provinsi
Bengkulu melakukan langkah antisipatif
dalam rangka menahan lonjakan harga,
terutama komoditas bahan makanan.
Beberapa upaya pengendalian inflasi yang
telah dilakukan TPID dalam rangka antisipasi
tekanan inflasi menjelang Hari Raya Idul Fitri
1438 H antara lain :
1. TPID Provinsi dan TPID Kota Bengkulu
berkoordinasi dalam pelaksanaan pasar
murah pada bulan Ramadhan yang akan
difokuskan pada H-14 sd H-7 menjelang
Hari Raya karena pada periode tersebut
umumnya pedagang akan mengambil profit
taking tinggi. Pelaksanaan pasar murah oleh
Pemerintah Provinsi akan dilakukan di 24
titik sementara oleh Pemerintah Kota
dilaksanakan di 67 titik
2. Pengendalian inflasi difokuskan pada
komoditas yang memiliki frekuensi dan
andil yang besar terhadap inflasi yaitu
daging ayam ras, cabai merah, minyak
goreng, telur ayam ras, dan beras.
3. Pengendalian inflasi difokuskan pada
komoditas yang bergejolak dan memiliki
bobot inflasi tinggi antara lain Cabai Merah,
Daging Ayam Ras, Minyak Goreng, Telur
Ayam Ras, dan Beras.
4. Titik lokasi Pasar Murah maupun Operasi
Pasar difokuskan pada wilayah yang
penduduknya memiliki daya beli menengah
tinggi untuk mengantisipasi lonjakan
harga akibat over consumption.
Disamping langkah khusus dalam menghadapi
Hari Raya, beberapa upaya pengendalian inflasi
yang telah dilakukan TPID untuk mencapai
sasaran inflasi tahun 2017 (4%±1%) antara
lain :
1. Pengendalian inflasi difokuskan di Kota
Bengkulu (sebagai kota penghitungan
inflasi BPS di Prov. Bengkulu) namun tetap
tidak mengurangi peran kab/kota yang lain
sebagai sumber daerah pemasok untuk
kebutuhan Kota.
2. Berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah
agar APBD dapat dilakukan secara merata
sepanjang tahun.
3. Kerja sama antara TPID dengan BULOG
dan pasar modern melalui promo produk
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Provinsi Bengkulu Edisi Mei 2017 33
dan perluasan pendirian RPK (Rumah
Pangan Kita).
4. Mengupayakan sinergi program
pemotongan jalur distribusi melalui Rumah
Pangan Kita (RPK) Bulog, Toko Tani
Indonesia (TTI) BKP, dan program sejenis
lainnya untuk diperluas jangkauannya.
5. Berkoordinasi dengan Dishub, Otoritas
Bandara, dan Maskapai untuk memastikan
pasokan armada penerbangan mencukupi
kebutuhan pada musim libur akhir tahun.
Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID)
Provinsi maupun Kabupaten/Kota terus
berupaya menjaga stabilitas inflasi Provinsi
Bengkulu. Melalui rapat tim teknis pada
tanggal 14 Maret 2017, beberapa upaya yang
akan terus dilakukan TPID untuk meredam
inflasi tahun 2017 antara lain :
A. Produksi
Dinas Ketahanaan Pangan berkoordinasi
dengan Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura,
dan Perkebunan untuk mensosialisasikan
pemanfaatan lahan pekarangan dan
penyaluran bibit.
B. Distribusi
1. Mempercepat persetujuan penyaluran beras
sejahtera (rastra).
2. Perbaikan infrastruktur dan tata niaga
dalam rangka memperlancar arus distribusi
barang.
3. Menambah frekuensi dan lokasi pasar
murah untuk mendukung stabilitas harga.
4. Menyelenggarakan pasar murah pada hari
raya keagamaan, di mana lokasi
pelaksanaan akan dipusatkan pada
kantung-kantung kemiskinan di Provinsi
Bengkulu bersama dengan beberapa
instansi.
C. Ekspektasi Konsumsi
1. Bekerjasama dengan public figure untuk
membentuk persepsi positif masyarakat
untuk mengkonsumsi cabai kering.
2. Bekerjasama dengan media untuk
membentuk persepsi positif inflasi bagi
masyarakat.
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Provinsi Bengkulu Edisi Mei 2017 34
Boks 2. MENGOPTIMALKAN KAWASAN MINAPOLITAN DALAM UPAYA PENGENDALIAN INFLASI
A. OVERVIEW PROGRAM KLASTER
Menyadari besarnya masalah pasokan
sebagai faktor pendorong angka inflasi di
daerah, maka berbagai upaya
pengendalian inflasi perlu menjadi
perhatian. Salah satunya dengan
mengoptimalkan potensi daerah untuk
menjamin ketersediaan pasokan komoditas
penyumbang inflasi. Setelah dicermati bobot
inflasi Bengkulu paling besar bersumber dari
komoditas beras sebagai bahan pokok
masyarakat Bengkulu (4,49%). Oleh karena
itu, adanya peningkatan harga beras akan
mendorong inflasi Bengkulu melonjak tinggi.
Setelah dilakukan identifikasi, harga beras di
Bengkulu cenderung tidak stabil. Ditengarai
penyebabnya adalah gabah hasil panen
dibawa keluar dari provinsi Bengkulu untuk
diolah dan masuk kembali ke Bengkulu
berupa beras. Salah satu faktor penyebabnya
adalah kurangnya sarana dan prasarana paska
panen di sentra produksi.
Bercermin pada kondisi tersebut, pada
tahun 2015 Kantor Bank Indonesia Provinsi
Bengkulu memberikan bantuan kepada
kelompok tani Margaluhur berupa 1 unit
lengkap rice milling unit (RMU) di Desa
Margasakti, Kabupaten Bengkulu Utara.
Bantuan sarana pasca panen tersebut
diharapkan dapat membantu petani dalam
mengolah gabah hasil panenya dan pasokan
beras untuk Bengkulu dapat dipenuhi dari
dalam daerah sendiri. Sehingga,
ketergantungan pada daerah lain mulai dapat
dikurangi.
Gambar 2.1. Fasilitas RMU
Tidak hanya sampai disitu, Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Bengkulu terus mengembangkan kelompok
Margasakti menjadi sebuah klaster
terintegrasi dengan komoditas utama padi
dan ikan, mengingat topografi daerah yang
berada pada kawasan minapolitan dengan
sumber daya air yang berlimpah. Pada
tahun 2016 Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Bengkulu mulai memberikan
pendampingan pada petani bagaimana
budidaya yang tepat untuk padi dan ikan air
tawar. Tujuannya adalah untuk meningkatkan
kapasitas ekonomi dari budidaya padi dan
ikan. Dalam mencapai tujuan tersebut,
prinsip yang akan dijalankan adalah efisiensi
biaya produksi melalui penyediaan fasilitas
untuk meggurangi biaya yang termasuk pada
kategori komponen biaya terbesar.
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Provinsi Bengkulu Edisi Mei 2017 35
Gambar 2.2. Hamparan Sawah di Kawasan
Minapolitan
Hasil identifikasi diperoleh bahwa biaya
terbesar yang harus dikeluarkan oleh
seorang petani dalam proses produksi padi
dan ikan adalah biaya pakan Ikan. Oleh
karena itu, kembali melalui Program Sosial
Bank Indonesia (PSBI) kelompok dilengkapi
dengan fasilitas mesin untuk membuat pakan
yang terdiri dari: mesin pembuat pakan,
mesin penepung, dan mesin pengaduk.
Adanya mesin ini diharapkan dapat mereduksi
biaya pakan sebesar 30% dari porsinya
selama ini sebesar 65% dari total biaya.
Hadirnya mesin ini sekaligus dibarengi
bantuan teknis dari ahli yang berbagi ilmu
tentang proses pembuatan pakan secara
mandiri dengan memanfaatkan nutrisi-nutrisi
yang tersedia di sekitar lokasi klaster.
Gambar 2.3. Mesin Pembuat Pakan
Kemudian pada tahun 2017 program
pengembangan klaster Margaluhur terus
dilanjutkan melalui pemberian bantuan
sarana dan prasarana serta pendampingan.
Bantuan yang akan diberikan pada periode ini
berupa prasarana produksi dalam bentuk
mesin genset untuk memastikan proses
produksi pakan terus berjalan karena
seringnya pemadaman listrik. Selain itu, juga
akan diberikan mesin pengering (dryer) untuk
membantu proses pengeringan bahan baku,
karena curah hujan yang cukup tinggi di
daerah klaster.
B. HASIL PRODUKSI
Setelah adanya bantuan Bank Indonesia
melalui penyediaan sarana/prasarana,
pendampingan, dan Bantuan teknis terlihat
progres adanya peningkatan produksi padi
dan ikan. Pada triwulan IV 2016 sebagai
periode panen awal setelah dilakukannya
intervensi oleh Bank Indonesia, hasil panen
ikan membaik dari yang tadinya hanya rata-
rata 50 ton per triwulan menjadi 52,9 ton per
triwulan. Faktor yang menjadi pendorong
meningkatnya produksi adalah pola budidaya
yang lebih terprogram. Kemudian pada
triwulan I 2017 produksi ikan mengalami
penurunan menjadi hanya 36,9 ton karena
adanya virus yang melanda beberapa kolam
anggota, sehingga banyak ikan yang mati
sebelum masa panen. Meskipun demikian
margin yang diperoleh petani setelah adanya
intervensi melalui program kalaster oleh Bank
Indonesia meningkat 30% karena adanya
efisiensi biaya pakan dalam besaran yang
sama.
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Provinsi Bengkulu Edisi Mei 2017 36
Sejalan dengan itu, produktivitas lahan
padi juga menunjukan adanya perbaikan
setelah adanya intervensi melalui program
klaster. Tercatat produktivitas lahan yang
biasanya hanya berada pada angka 4 ton per
hektar, saat ini sudah meningkat menjadi 4,5
ton per hektar. Angka tersebut memang
belum mencapai target yang telah ditetapkan,
yaitu 6 ton per hektar. Namun, dengan
tersedianya fasilitas RMU pendapatan petani
mulai meningkat karena saat ini petani
menjual beras dengan nilai ekonomis yang
lebih tinggi daripada menjual gabah.
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Provinsi Bengkulu Edisi Mei 2017 37
BAB 4
STABILITAS KEUANGAN DAERAH,
PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN, DAN UMKM
Ketahanan sektor korporasi pada triwulan I 2017 menurun dibandingkan triwulan
sebelumnya. Hal ini tercermin dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Provinsi
Bengkulu, di mana penurunan kinerja korporasi terjadi pada tiga sektor utama yaitu
Pertanian; Perdagangan, Hotel, dan Restoran; dan Jasa-jasa. Namun demikian, akses
dan kemampuan pembiayaan korporasi cenderung meningkat dibandingkan triwulan
sebelumnya. Responden korporasi mengkonfirmasi adanya peningkatan pada akses
kredit, likuiditas, dan rentabilitas.
Sejalan dengan kinerja korporasi, eksposur perbankan di sektor korporasi menunjukkan
bahwa pertumbuhan kredit cenderung melambat namun tingkat risiko (NPL) relatif
membaik. Sementara itu, ketahanan sektor rumah tangga pada triwulan I 2017 cukup
terjaga, yang tercermin dari stabilnya kinerja pembiayaan, meskipun tingkat risiko (NPL)
sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya.
4.1 KETAHANAN SEKTOR KORPORASI
Hasil SKDU menunjukkan adanya penurunan
realisasi kegiatan usaha pada tiga sektor
utama yakni sektor Pertanian, Perkebunan,
Peternakan, Kehutanan dan Perikanan;
Perdagangan, Hotel dan Restoran; dan Jasa-
jasa. Penurunan yang terjadi pada ketiga
sektor utama tersebut sejalan dengan
perkembangan PDRB Provinsi Bengkulu pada
triwulan I 2017. Hasil SKDU mencatat bahwa
Saldo Bersih Tertimbang1 (SBT) sektor
Pertanian, Perkebunan, Peternakan,
Kehutanan dan Perikanan tercatat sebesar
1,19%, lebih rendah dibandingkan dengan
1 Saldo Bersih Tertimbang (SBT) merupakan
indikator untuk mengetahui naik atau turunnya kegiatan usaha. SBT bernilai positif menunjukkan bahwa kegiatan usaha mengalami peningkatan (ekspansi), dan apabila negatif, kegiatan usaha mengalami penurunan (kontraksi).
triwulan sebelumnya yang mengalami
ekspansi sebesar 4,64%. Penurunan kinerja
sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan,
Kehutanan dan Perikanan terjadi pada seluruh
subsektornya, utamanya didorong oleh
subsektor Tanaman Perkebunan dan
Peternakan. SBT sub sektor Tanaman
Perkebunan terkontraksi sebesar -0,21%,
berbeda dengan triwulan sebelumnya yang
mengalami ekspansi sebesar 0,81%.
Subsektor Peternakan terkontraksi sebesar -
0,51%, sementara triwulan sebelumnya
tercatat mengalami ekspansi sebesar 0,58%.
Selanjutnya sektor Perdagangan, Hotel,
dan Restoran pada triwulan I 2017
mengalami kontraksi sebesar -3,72%, lebih
dalam dibandingkan triwulan sebelumnya
yang tercatat kontraksi sebesar -2,20%.
Kontraksi yang lebih dalam pada sektor
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Provinsi Bengkulu Edisi Mei 2017 38
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
diperkirakan disebabkan menurunnya tingkat
permintaan paska libur Natal dan akhir tahun.
Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sub sektor
Perdagangan tercatat mengalami kontraksi
sebesar -3,90%, lebih dalam dari triwulan
sebelumnya sebesar -2,13%. Sementara sub
sektor Hotel tercatat relatif stabil sebesar -
0,07%, tidak berubah dibandingkan SBT
triwulan sebelumnya. Sementara itu, SBT
subsektor Restoran tercatat meningkat dari
0,00% menjadi sebesar 0,25% pada triwulan
laporan.
Grafik 4.1. Realisasi SKDU
Meskipun kinerja sektor korporasi
mengalami penurunan, akses dan
kemampuan pembiayaan korporasi
meningkat. Peningkatan ini lebih untuk
mendukung sustainabilitas korporasi dalam
jangka panjang meskipun kondisi lapangan
usaha pada triwulan I 2017 cenderung turun.
Peningkatan kemampuan pembiayaan ini
tercermin dari hasil SKDU Bank Indonesia di
mana Saldo Bersih2 akses pembiayaan
mengalami peningkatan dari 29,17% pada
2 Saldo Bersih merupakan selisih antara responden
SKDU yang menjawab baik dan buruk. Nilai Saldo bersih yang semakin positif menunjukkan kondisi pembiayaan yang semakin baik.
triwulan IV 2016 menjadi 33,33% pada
triwulan I 2017. Hal ini dilakukan sebagai
langkah persiapan ekspansi usaha kedepan
yang didorong optimisme korporasi bahwa
daya beli masyarakat akan membaik seiring
mulai meningkatnya harga komoditas. Pada
triwulan laporan, kenaikan pembiayaan
korporasi lebih bersumber dari perusahaan
induk (self financing) dibandingkan
pembiayaan oleh perbankan.
Meningkatnya akses pembiayaan tersebut
juga sejalan dengan meningkatnya kondisi
keuangan korporasi, baik berdasarkan
kemampuan likuiditas3 maupun
rentabilitas4. Hasil SKDU mencatat bahwa
saldo bersih likuiditas korporasi mengalami
peningkatan dari 36,77% menjadi 39,49%
pada triwulan I 2017. Sejalan dengan hal
tersebut, rasio rentabilitas korporasi juga
meningkat. Saldo bersih rentabilitas korporasi
pada triwulan I 2017 mencapai 43,31%,
meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya
sebesar 40,65%.
Grafik 4.2. Indikator Pembiayaan Korporasi
3 Kemampuan likuiditas menunjukkan ketahanan
korporasi dalam hal pembiayaan kegiatan korporasi dalam jangka pendek 4 kemampuan rentabilitas merupakan kemampuan
korporasi dalam hal pembiayaan kegiatan perusahaan dalam jangka panjang
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Provinsi Bengkulu Edisi Mei 2017 39
Eksposur Perbankan di Sektor
Korporasi
Penyaluran kredit korporasi pada triwulan I
2017 meningkat terbatas. Kredit korporasi
triwulan I 2017 tumbuh sebesar 2,89% (yoy),
sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar 2,33% (yoy).
Meningkatnya kinerja penyaluran kredit
korporasi bersumber dari membaiknya kinerja
penyaluran kredit korporasi untuk Modal
Kerja yang merupakan pangsa terbesar kredit
korporasi (51%). Walaupun masih mengalami
kontraksi, pertumbuhan kredit korporasi
untuk modal kerja tercatat membaik, sebesar
-9,52% (yoy) dibandingkan triwulan
sebelumnya yang terkontraksi sebesar -
14,59% (yoy). Sementara kredit korporasi
untuk Investasi tercatat tumbuh sebesar
22,65% (yoy), lebih rendah dibandingkan
triwulan sebelumnya sebesar 31,66% (yoy).
Membaiknya kinerja kredit korporasi untuk
modal kerja diperkirakan disebabkan upaya
peningkatan stok dari pelaku usaha untuk
menjaga persediaan tengah tahun, dimana
perkiraan konsumsi rumah tangga meningkat
sehubungan dengan periode Ramadhan.
Grafik 4.3. Pangsa Kredit Korporasi
Secara sektoral, meningkatnya kinerja
penyaluran kredit korporasi terutama
didorong oleh meningkatnya kinerja kredit
pada sektor Perdagangan Besar dan Eceran
dan sektor Industri Pengolahan.
Berdasarkan strukturnya, kredit korporasi
Bengkulu terkonsentrasi pada empat sektor
utama yaitu sektor Pertanian, Perburuan, dan
Kehutanan (41,36%), sektor Konstruksi
(11,28%), sektor Perdagangan Besar dan
Eceran (11,24%), dan sektor Industri
Pengolahan (11,08%).
Grafik 4.4. Pangsa Kredit Korporasi Sektoral
Pertumbuhan kredit korporasi pada sektor
Perdagangan Besar dan Eceran meningkat
cukup signifikan, tumbuh sebesar 11,76%
(yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar 4,01% (yoy). Berdasarkan
hasil liaison, pelaku usaha di sektor PBE
mengestimasikan perkiraan penjualan yang
meningkat pada triwulan II 2017 yang
didorong oleh Hari Raya Idul Fitri, sehingga
pelaku usaha akan meningkatkan kapasitas
persediaan.
Selanjutnya, kredit korporasi pada sektor
Industri Pengolahan mengalami peningkatan
sebesar 6,91% (yoy), meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya yang
mengalami tumbuh sebesar 5,30% (yoy).
Perbaikan kondisi tersebut mendorong
meningkatnya pertumbuhan kredit korporasi
secara keseluruhan. Meningkatnya kredit
Konsumsi 1%
Modal Kerja 51%
Investasi 48%
Pertanian 42%
Lain-lain 16%
Perdagangan 11%
Konstruksi 11%
Industri Pengolahan 10%
Perikanan 10%
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Provinsi Bengkulu Edisi Mei 2017 40
korporasi pada sektor Industri pengolahan
diperkirakan didorong kegiatan maintenance
mesin produksi yang biasa dilakukan
perusahaan pada awal tahun.
Grafik 4.5. Pertumbuhan Kredit Korporasi
Sektoral
Risiko kredit menunjukkan perbaikan
tercatat sebesar 8,26%, lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar
8,33%. Kondisi tersebut terutama didorong
oleh membaiknya NPL sektor Perantara
Keuangan (bobot 27% dari total NPL). NPL
sektor Perantara Keuangan tercatat menurun
dari 78,79% menjadi 18,87% pada triwulan I
2017. Membaiknya NPL sektor tersebut
dipengaruhi oleh membaiknya harga
komoditas yang mendorong pendapatan
masyarakat sehingga mampu mengurangi
jumlah kredit kurang lancar. Namun disisi lain
NPL sektor Konstruksi (pangsa terbesar, 57%
dari total NPL) masih tercatat cukup tinggi
sebesar 41,86% pada triwulan laporan,
dibandingkan periode sebelumnya 41,52%.
Grafik 4.6. NPL Kredit Korporasi
Memasuki periode Ramadhan dan Hari
Raya pada triwulan II 2017 diperkirakan
akan berdampak pada meningkatnya
kinerja penyaluran kredit korporasi. Hal ini
terindikasi dari meningkatnya pertumbuhan
kredit korporasi pada bulan April 2017 yaitu
tercatat sebesar 9,70% (yoy), meningkat
signifikan dibandingkan Maret 2017 sebesar
2,89% (yoy). Meningkatnya penyaluran kredit
korporasi didorong membaiknya kinerja kredit
Investasi. Pertumbuhan kredit korporasi untuk
Investasi pada April 2017 sebesar 29,19%
(yoy), lebih baik dibandingkan Maret 2017
sebesar 22,85% (yoy). Hal ini diperkirakan
didorong oleh upaya pelaku usaha melakukan
penambahan kapasitas utilisasi dalam
mengantisipasi melonjaknya permintaan pada
periode Ramadhan dan Hari Raya.
Di sisi sektoral, meningkatnya pertumbuhan
kredit didorong kredit sektor Pertanian,
Perburuan, dan Kehutanan, yang tumbuh
sebesar 17,24% (yoy), meningkat
dibandingkan triwulan I 2017 yang tercatat
tumbuh sebesar 14,66% (yoy). Kredit tersebut
merupakan kredit dengan pangsa terbesar
(41,36%) terhadap total kredit korporasi.
-100.00
-50.00
0.00
50.00
100.00
150.00
I II III IV I II III IV I II III IV I
2014 2015 2016 2017
PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN
INDUSTRI PENGOLAHAN
KONSTRUKSI
PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN
-100.00
0.00
100.00
I II III IV I II III IV I II III IV I
2014 2015 2016 2017
NPL KORPORASI PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN INDUSTRI PENGOLAHAN KONSTRUKSI PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN PERANTARA KEUANGAN
*Januari 2017
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Provinsi Bengkulu Edisi Mei 2017 41
Kondisi ini dikonfirmasi oleh hasil Liaison Bank
Indonesia di mana terdapat peningkatan
kegiatan usaha/produksi sektor Pertanian
terutama kelapa sawit, yang didorong oleh
meningkatnya permintaan domestik.
4.2 KETAHANAN SEKTOR RUMAH
TANGGA
Survei Konsumen Bank Indonesia mencatat
pangsa penghasilan Rumah Tangga untuk
pengeluaran konsumsi dan cicilan pinjaman
mengalami penurunan, sementara
pengeluaran untuk tabungan mengalami
peningkatan. Pangsa pengeluaran Rumah
Tangga untuk Konsumsi mengalami
penurunan dari 73,06% menjadi 64,80%
pada triwulan I 2017, diikuti oleh penurunan
pangsa pengeluaran untuk cicilan pinjaman
dari 16,65% menjadi 15,83% pada triwulan
laporan. Sementara pangsa pengeluaran
untuk tabungan mengalami peningkatan dari
10,30% menjadi 19,73%. Meningkatnya
saving rumah tangga dipicu oleh peningkatan
penghasilan masyarakat disaat kebutuhan
akan konsumsi belum meningkat. [Penjelasan
lengkap tentang Perkembangan Sektor
Rumah Tangga dijelaskan pada bab 1].
Grafik 4.7. Pangsa Pengeluaran (%)
Dana Pihak Ketiga Perseorangan di
Perbankan
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK)
Perseorangan di Perbankan mengalami
peningkatan. DPK perseorangan tercatat
tumbuh sebesar 14,64% (yoy), meningkat
dibandingkan triwulan sebelum yang tercatat
sebesar 11,65% (yoy).
Peningkatan pertumbuhan bersumber dari
Tabungan dan Deposito, sementara
pertumbuhan Giro tercatat mengalami
kontraksi. Tabungan Perseorangan pada
triwulan I 2017 tercatat sebesar 16,83%
(yoy), meningkat dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar 11,15% (yoy). Sementara
pertumbuhan Deposito tercatat sebesar
19,97% (yoy), meningkat signifikan
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar
10,95% (yoy). Adapun pertumbuhan Giro
pada triwulan laporan tercatat mengalami
kontraksi sebesar -33,89% (yoy), berbanding
terbalik dibandingkan triwulan sebelumnya
yang mampu tumbuh 26,11% (yoy).
Perlambatan Giro didorong oleh masih
rendahnya tendensi kegiatan usaha
perseorangan pada triwulan I 2017.
Peningkatan deposito diperkirakan
merupakan shifting dari Giro karena
masyarakat ingin mendapatkan imbal hasil
lebih besar dari suku bunga Giro.
Selanjutnya, memasuki triwulan II 2017,
pada April 2017 pertumbuhan DPK
Perseorangan mulai menunjukkan
peningkatan, tercatat tumbuh sebesar
15,21% (yoy), meningkat dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar
14,64% (yoy). Kondisi ini didorong oleh
73.06 64.80
16.65 15.83 10.30
19.73
Q4 2016 Q1 2017
Konsumsi Cicilan Tabungan
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Provinsi Bengkulu Edisi Mei 2017 42
meningkatnya Tabungan dan Deposito.
Tabungan tercatat tumbuh sebesar 17,74%
(yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar 16,83% (yoy).
Selanjutnya, Deposito tercatat tumbuh
sebesar 22,30% (yoy), lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar
19,87% (yoy).
Grafik 4.8. Pertumbuhan DPK Perseorangan
Grafik 4.9. Komposisi DPK Perseorangan
(*April 2017)
Kredit Perseorangan di Perbankan
Penyaluran kredit rumah tangga non
produktif sebesar 10,50% (yoy) pada
triwulan I 2017, relatif stabil dibandingkan
triwulan sebelumnya sebesar 10,37% (yoy).
Relatif stabilnya kredit perseorangan didorong
oleh stabilnya penyaluran kredit Multiguna
yang merupakan pangsa kredit perseorangan
terbesar berdasarkan jenis, sementara
penyaluran Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
tercatat melambat namun terjadi trade-off
karena Kredit Kendaraan Bermotor (KKB)
tercatat mengalami peningkatan.
KPR tercatat tumbuh sebesar 15,56% (yoy),
lebih rendah dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tumbuh 17,04% (yoy)
sementara pertumbuhan KKB membaik dari -
4,89% (yoy) pada triwulan sebelumnya
menjadi 13,90% (yoy) pada triwulan I 2017.
Menurunnya pertumbuhan penyaluran kredit
KPR tersebut merupakan turning point ke
posisi normal setelah pada triwulan
sebelumnya meningkat sebagai dampak dari
kebijakan penyempurnaan LTV yang berlaku
sejak 29 Agustus 2016, di mana terdapat
penurunan uang muka (down payment)
untuk Rumah Tapak dan Rumah Susun
[Ketentuan terkait LTV terdapat pada
Peraturan Bank Indonesia No. 18/16/PBI/2016
tentang Rasio Loan to Value untuk Kredit
Properti, Rasio Financing to Value untuk
Pembiayaan Properti, dan uang Muka untuk
Kredit atau Pembiayaan Kendaraan
Bermotor].
-40.00
-20.00
0.00
20.00
40.00
60.00
I II III IV I II III IV I
2015 2016 2017
*April 2017
DPK JENIS
DEPOSITO
*April 2017
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Provinsi Bengkulu Edisi Mei 2017 43
Grafik 4.10. Pertumbuhan Kredit Perseorangan
Risiko kredit rumah tangga tercatat
meningkat. Risiko kredit rumah tangga pada
triwulan I 2017 tercatat sebesar 0,74%,
meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya
sebesar 0,66%. Kondisi tersebut didorong
oleh peningkatan risiko KPR dan KKB,
sementara risiko pembiayaan Multiguna relatif
stabil dibandingkan triwulan sebelumnya.
Pada triwulan laporan, NPL KPR tercatat
sebesar 2,09%, selanjutnya NPL KKB,
Multiguna, dan Kredit lainnya masing-masing
tercatat sebesar 1,28%, 0,43%, dan 0,27%.
Memasuki triwulan II 2017, pada bulan
April 2017 penyaluran kredit rumah tangga
melambat, yang disebabkan KPR, KKB dan
Multiguna. Hal ini sejalan dengan hasil Survei
Konsumen yang menunjukkan indeks cicilan
pinjaman menurun dari 15,16 menjadi 14,40
poin pada April 2017. Selanjutnya, risiko
kredit perorangan pada bulan April 2017
relatif stabil sebesar 0,72% dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
0,74%.
Grafik 4.11. NPL Kredit Perseorangan
Grafik 4.12. Pangsa Kredit Perseorangan
4.3. EKSPOSUR PERBANKAN di
SEKTOR UMKM
Berdasarkan skala usahanya, pangsa
penyaluran kredit sektor UMKM didominasi
oleh kredit UMKM skala kecil dengan
penyaluran mencapai Rp 2.512 Miliar (38%),
diikuti oleh UMKM skala mikro sebesar Rp
2.283 Miliar (34%), dan skala menengah Rp
1.882 Miliar (28%), sehingga secara total
eksposur UMKM mencapai 34,43% dari total
kredit.
Grafik 4.13. Pangsa Kredit UMKM
-50.00
0.00
50.00
100.00
I II III IV I II III IV I II*
2015 2016 2017
*April 2017
PERSEORANGAN NON PRODUKTIF
KPR/KPAMULTIGUNA
LAINNYA
KKB
0.00
5.00
I II III IV I II III IV I II*
2015 2016 2017
*April 2017
NPL PERSEORANGAN NON PRODUKTIF
KPR/KPA
MULTIGUNA
MIKRO 34%
KECIL 38%
MENENGAH 28%
Lainnya 34%
KPR / KPA 17%
KKB 9%
MULTIGUNA 40%
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Provinsi Bengkulu Edisi Mei 2017 44
Kinerja penyaluran Kredit UMKM
meningkat signifikan. Pada triwulan laporan,
kredit UMKM tercatat tumbuh sebesar
13,75% (yoy), meningkat signifikan
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar
6,63% (yoy). Peningkatan penyaluran kredit
UMKM didorong oleh penyaluran kredit
UMKM skala Menengah, sementara
penyaluran kredit UMKM skala Mikro dan
Kecil mengalami perlambatan.
Pertumbuhan kredit UMKM skala Menengah
tumbuh signifikan sebesar 33,31% (yoy),
meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya
yang mengalami kontraksi sebesar -12,46%
(yoy). Sementara Kredit UMKM skala Mikro
tercatat tumbuh sebesar 7,32% (yoy), lebih
rendah dibandingkan triwulan sebelumnya
sebesar 12,68% (yoy). Menurunnya suku
bunga kredit Mikro dari sebesar 12,54%
menjadi sebesar 12,25% (Non KUR) dan 9%
untuk KUR belum mampu mendorong
peningkatan kinerja kredit Mikro.
Selanjutnya, pertumbuhan kredit UMKM
skala Kecil sebesar 8,14% (yoy), melambat
dibandingkan triwulan sebelumnya 15,09%
(yoy). Penurunan suku bunga kredit UMKM
skala Kecil dari 14,58% menjadi 14,10%
belum mampu mendorong peningkatan
kredit tersebut.
Grafik 4.14. Pertumbuhan Kredit UMKM
Peningkatan penyaluran kredit UMKM
didorong oleh ketentuan BI [SE Ekternal Bank
Indonesia No. 17/19/DPUM tanggal 8 Juli
2015] yang mengatur penyaluran kredit
UMKM pada akhir tahun 2016 sebesar 10%
bagi masing-masing bank. Apabila bank
umum belum memenuhi ketentuan tersebut,
maka BI akan mengenakan disinsentif berupa
pengurangan jasa giro kepada bank umum
dimaksud.
Grafik 4.15. Suku Bunga Kredit UMKM
Berdasarkan risikonya, NPL kredit UMKM
relatif membaik dan terjaga pada level
wajar. NPL pada triwulan I 2017 tercatat
sebesar 3,33%, lebih rendah dibandingkan
triwulan sebelumnya sebesar 3,40%.
Menurunnya NPL kredit UMKM didorong oleh
menurunnya NPL kredit UMKM skala
Menengah, yang tercatat sebesar 3,31%
pada triwulan I 2017. Sementara kondisi NPL
UMKM Skala Mikro dan Kecil mengalami
peningkatan masing-masing sebesar 2,11%
dan 4,47%.
-50.00
0.00
50.00
I II III IV I II III IV I II*
2015 2016 2017
*April 2017
UMKM MIKRO
KECIL MENENGAH
12
17
22
I II III IV I II III IV I II*
2015 2016 2017
*April 2017
UMKM MIKRO
KECIL MENENGAH
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Provinsi Bengkulu Edisi Mei 2017 45
Grafik 4.16. NPL Kredit UMKM
Pada triwulan II 2017 sampai dengan bulan
April, penyaluran kredit UMKM
mengindikasikan perlambatan. Kredit
UMKM pada April 2017 tercatat tumbuh
sebesar 12,81% (yoy), menurun dibandingkan
triwulan I 2017 sebesar 13,75% (yoy).
Melambatnya penyaluran kredit UMKM
bersumber dari menurunnya kredit UMKM
skala Mikro dan Menengah. Sementara risiko
kedit UMKM mengalami peningkatan, yaitu
tercatat sebesar 3,65%.
4.4. PENGEMBANGAN UMKM
Program pengambangan UMKM Di Kantor
Perwakilan bank Indonesia Bengkulu pada
tahun 2017 terdiri dari program pembinaan
klaster eksisting dan inisiasi pengembangan
klaster baru. Untuk klaster eksisting Kantor
perwakilan Bank Indonesia Bengkulu
melanjutkan pembinaan terhadap Klaster padi
dan Ikan di kawasan Minapolitan, Kabupaten
Bengkulu Utara. Sementara program inisiasi
pengembangan klaster baru terdiri dari
program pengembangan kelompok nelayan
tangkap di Desa Air Rami, Kabupaten
Mukomuko serta pengembangan kelompok
pengrajin kain batik basurek di Kota
Bengkulu.
Arah pengembangan klaster padi dan ikan
pada tahun ini adalah efisiensi biaya
produksi untuk meningkatkan income
petani. Hasil focus group discussion (FGD)
Bank Indonesia dengan seluruh anggota
klaster telah disepakati beberapa rencana aksi
yang akan dilakukan pada tahun ini,
diantaranya: (i) melengkapi sarana dan
prasarana produksi; (ii) Pembuatan demplot
pola tanam padi dengan pola tanam jajar
legowo; dan (iii) bantuan teknis tentang cara
pembuatan pakan ikan memanfaatkan nutrisi
yang tersedia di daerah Kabupaten Bengkulu
Utara. Beberapa sarana dan prasarana
produksi yang akan dilengkapi pada tahun ini,
diantaranya: Mesin genset, mesin pengering
(dryer), pembangunan gudang mesin pakan,
pembangunan bak tampungan ikan,
pembelian jaring panen ikan, pengadaan alat
pengukur PH tanah dan air.
Selanjutnya untuk kegiatan pendampingan
Bank Indonesia Bengkulu akan bekerjasama
dengan institusi yang berkompeten di
bidangnya. Sebagai pendamping kegiatan
budidaya padi dan pembuatan demplot Bank
Indonesia telah bekerjasama dengan tenaga
ahli dari Universitas Muhammadiyah
Bengkulu. Kemudian pendampingan kegiatan
budidaya ikan Bank Indonesia telah
bekerjasama dengan Dinas Kelautan dan
Perikanan Provinsi Bengkulu.
Pada triwulan I tahun 2017 produksi ikan
tercatat 36,9 ton dengan produksi tertinggi
berada pada bulan Maret sebanyak 17 ton.
0.00
5.00
10.00
I II III IV I II III IV I II*
2015 2016 2017*April 2017
UMKM MIKRO
KECIL MENENGAH
*Januari 2017
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Provinsi Bengkulu Edisi Mei 2017 46
Dibandingkan dengan produksi pada triwulan
sebelumnya yang mencapai 52,9 ton, angka
tersebut jauh merosot. Hal ini disebabkan
oleh virus yang menyerang ikan pada bulan
Januari hingga Februari. Kemudian, penjualan
seluruh ikan tersebut fokus pada pasar dalam
negeri (100%) dengan wilayah pemasaran di
Kota Arga makmur, Kota Bengkulu, Padang,
dan Pagar Alam. Kedepan, tindakan preventif
terhadap virus pun akan menjadi bagian dari
pendampingan program.
Sementara itu, produktivitas padi sudah
mulai meningkat dari yang tadinya hanya 4
ton per hektar, saat ini menjadi 4,5ton per
hektar. Angka tersebut memang masih jauh
dibawah target yang ditetapkan sebesar 6 ton
per hektar. Diharapkan dengan mulai
diterapkannya metode jajar legowo pada
musim tanam tahun ini, target produktivitas
tersebut dapat tercapai.
Disamping pengembangan klaster
eksisting, Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Bengkulu mulai tahun ini
menginisiasi untuk mengembangkan
kelompok nelayan di Desa Air Rami,
Kabupaten Mukomuko. Program ini
merupakan wujud nyata untuk menjamin
ketahanan pangan di Provinsi Bengkulu dan
menyukseskan program pemerintah di bidang
kemaritiman. Program ini akan dimulai
dengan pemberian bantuan sarana dan
prasarana untuk nelayan tangkap. Beberapa
bantuan sarana dan prasarana yang akan
diberikan diantaranya: Perahu bercadik
sebanyak 12 unit, mesin tempel sebanyak 12
unit, dan alat tangkap berupa pukat dan
jaring.
Pemberian bantuan sarana dan prasarana
tersebut dimaksudkan untuk melepaskan
ketergantungan nelayan kepada tengkulak.
Hasil verifikasi lapangan yang telah dilakukan
oleh tim dari Fungsi Pelaksanaan dan
Pengembangan UMKM Kantor Bank
Indonesia Provinsi Bengkulu terbukti para
nelayan di Desa Air Rami, Kabupaten
Mukomuko mayoritas tidak memiliki perahu
sendiri sehingga bekerja sebagai buruh
nelayan dengan tengkulak yang memiliki
kapal. Dalam praktiknya tengkulak sebagai
pemilik kapal tidak transparan terhadap hasil
tangkapan yang diperoleh nelayan, sehingga
upah yang mereka terima setiap harinya tidak
ada standar yang jelas. Akibatnya,
kesejahteraan nelayan tak kunjung membaik.
Program lainnya yang sedang diinisiasi oleh
Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Bengkulu adalah pengembangan Kelompok
Pengrajin Batik Basurek di Kota Bengkulu.
Semangat dari program ini adalah untuk
melesatarikan kain batik basurek sebagai kain
khas yang sangat otentik di Provinsi Bengkulu
dan upaya untuk mendukung program
pemerintah dalam pemberdayaan
perempuan.
Sebagaimana survei yang dilakukan oleh
Tim dari Fungsi Pelaksanaan dan
Pengembangan UMKM Kantor Perwakilan
Bank Indonesia Bengkulu dapat
disimpulkan bahwa kain kain batik basurek
sudah mulai ditinggalkan oleh pengrajin
karena kurangnya minat konsumen untuk
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Provinsi Bengkulu Edisi Mei 2017 47
membeli produk tersebut. Terdapat
beberapa faktor yang menyebabkan
kurangnya minat konsumen untuk membeli
kain batik basurek, diantaranya: desain yang
kurang Inovatif dan harga yang tidak bersaing
dengan produk sejenis.
Oleh karena itu, pengembangan kelompok
pengarajin batik basurek akan difokuskan
pada proses inovasi desain agar produk
tersebut memiliki nilai estetika tinggi,
sehingga akan memiliki nilai jual di pasar
nasional. Untuk mewujudkannya, Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu
akan bekerjasama dengan desainer
profesional sebagai pendamping bagi para
pengrajin. Disamping itu, Bank Indonesia juga
akan melengkapi sarana dan prasarana
produksi berupa: bahan sadar kain, canting,
dan aneka ragam warna yang dibutuhkan.
Targetnya adalah hasil karya pengrajin dapat
ditampilkan pada pameran batik nusantara.
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Provinsi Bengkulu Edisi Mei 2017 48
Boks 3 : Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha dan Liaison
Melambatnya pertumbuhan ekonomi
Bengkulu pada triwulan I 2017
terkonfirmasi dari hasil Survei Kegiatan
Dunia Usaha (SKDU) dan Liaison. Hasil
SKDU menunjukkan adanya penurunan Saldo
Bersih Tertimbang (SBT) kegiatan usaha pada
triwulan I 2017 dibandingkan triwulan
sebelumnya. Sementara itu, hasil liaison
mencatat bahwa penjualan domestik dan
kinerja investasi juga menunjukkan
penurunan pada triwulan I 2017
dibandingkan triwulan sebelumnya.
PERMINTAAN DOMESTIK
Permintaan domestik pada triwulan I 2017
melambat dibandingkan triwulan
sebelumnya. Kondisi ini tercermin dari
menurunnya likert scale (LS) permintaan
domestik dari 1,21 pada triwulan sebelumnya
menjadi 1,00 pada triwulan I 2017.
Grafik 4.15 LS Penjualan Domestik
Menurunnya kinerja penjualan tersebut juga
terkonfirmasi dari hasil SKDU di mana kinerja
seluruh sektor usaha mengalami penurunan.
Hasil SKDU menunjukkan bahwa Saldo Bersih
Tertimbang (SBT) kegiatan usaha pada
triwulan I 2017 tercatat sebesar -16,77%,
lebih rendah dibandingkan SBT triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 2,44%.
Menurunnya SBT secara keseluruhan
terutama didorong oleh menurunnya SBT
sektor pertanian (sektor utama Provinsi
Bengkulu) dari 4,64% pada triwulan
sebelumnya menjadi 1,19% pada triwulan I
2017.
Grafik 4.16 SBT Realisasi SKDU
Menurunnya kinerja penjualan juga
dikonfirmasi oleh pelaku usaha pada sektor
keuangan. Kondisi tersebut tercermin dari
menurunnya kinerja penyaluran pembiayaan
perbankan di Provinsi Bengkulu. Hingga
pertengahan triwulan I 2017, penyaluran
pembiayaan masih menunjukkan perlambatan
dan tercatat lebih rendah dibandingkan
triwulan sebelumnya maupun periode yang
sama pada tahun sebelumnya.
Grafik 4.17 Perkembangan Pembiayaan
-1.5
-1
-0.5
0
0.5
1
1.5
I II III IV I II III IV I II III IV I
2014 2015 2016 2017
LS Penjualan Domestik - lhs
-22%
-12%
-2%
8%
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2014 2015 2016 2017
Indeks
Sumber : BI
Keseluruhan Sektor Pertanian
9
11
13
15
17
19
I II III IV I II III IV I II III IV I
2014 2015 2016 2017Sumber : Bank Indonesia
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Provinsi Bengkulu Edisi Mei 2017 49
INVESTASI
Realisasi investasi pada triwulan I 2017
melambat dibandingkan triwulan
sebelumnya. Kondisi ini terkonfirmasi dari
hasil Liaison maupun SKDU pada triwulan I
2017. LS Investasi pada triwulan I 2017
tercatat sebesar 0,67, lebih rendah
dibandingkan LS pada triwulan sebelumnya
yang tercatat sebesar 2,17.
Grafik 4.18 LS dan PDRB Investasi
Sementara itu, menurunnya kinerja investasi
pada triwulan I 2017 juga terkonfirmasi dari
SBT Investasi SKDU. SBT Investasi mengalami
penurunan dari 9,28% pada triwulan
sebelumnya menjadi 6,03% pada triwulan I
2017. Menurunnya kinerja investasi terutama
dikonfirmasi oleh responden yang berasal dari
sektor Pertanian. SBT investasi sektor
pertanian mengalami penurunan dari 6,86%
menjadi 2,18% pada triwulan I 2017.
Grafik 4.19 Realisasi Investasi SKDU
TENAGA KERJA
Kebijakan ketenagakerjaan pada triwulan I
2017 direspon beragam oleh pelaku usaha.
Apabila tren usaha meningkat, maka pelaku
usaha melakukan penambahan jumlah tenaga
kerja, sementara apabila tren usaha menurun
maka pelaku usaha melakukan efisiensi
pengurangan tenaga kerja. Sebanyak 33,33%
pelaku usaha mengkonfirmasi adanya
peningkatan jumlah tenaga kerja, sementara
66,67% mengkonfirmasi bahwa jumlah
tenaga kerja relatif stabil dibandingkan tahun
sebelumnya.
Grafik 4.20 Respon Penggunaan TK
Pelaku usaha dari sektor industri pengolahan
mengkonfirmasi adanya peningkatan jumlah
tenaga kerja untuk kegiatan perawatan dan
panen seiring dengan meningkatnya
produksi. Selanjutnya, pelaku usaha dari
sektor keuangan melakukan penambahan
jumlah tenaga kerja untuk memenuhi
kebutuhan sumber daya akibat adanya
peningkatan status kantor cabang dan
adanya penambahan kantor cabang baru.
Sementara itu, penambahan tenaga kerja
pada pelaku usaha yang bergerak pada
sektor komunikasi ditujukan untuk
pencapaian target kinerja yang ditetapkan
oleh manajemen perusahaan.
0.0
2.0
4.0
6.0
8.0
10.0
12.0
14.0
0
0.5
1
1.5
2
2.5
I II III IV I II III IV I II III IV I
2014 2015 2016 2017
Skal
a Li
kert
LS Investasi - lhs PDRB Investasi (yoy) - rhs
-4%
1%
6%
11%
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2014 2015 2016 2017
Indeks
Sumber : BI
Keseluruhan
Pertanian
Naik, 33%
Tetap, 67%
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Provinsi Bengkulu Edisi Mei 2017 50
BIAYA
Secara umum, biaya mengalami peningkatan
dalam besaran yang wajar, sejalan dengan
pertumbuhan aktivitas perusahaan (Grafik
17). Sebagian besar pelaku usaha
mengkonfirmasi adanya kenaikan biaya
bahan baku (77,78% dari pelaku usaha) dan
biaya upah (55,56% dari pelaku usaha),
sementara biaya energi relatif sama
dibandingkan tahun sebelumnya. Pelaku
usaha dari sektor industri pengolahan
menyatakan bahwa biaya bahan baku sedikit
meningkat dibandingkan tahun sebelumnya
seiring dengan meningkatnya harga CPO.
Hingga awal Februari 2017, pelaku usaha
membeli TBS dengan harga Rp 1.850 per kg
di tingkat petani, meningkat cukup signifikan
dibandingkan tahun sebelumnya di mana
harga TBS hanya Rp 1.147 per kg. Sejalan
dengan hal tersebut biaya tenaga kerja juga
meningkat, menyesuaikan dengan kenaikan
UMP Bengkulu dari Rp 1.605.000 menjadi Rp
1.730.000 per bulan. Kondisi tersebut
mendorong adanya peningkatan biaya
operasional perusahaan. Pelaku usaha dari
sektor keuangan mengkonfirmasi bahwa
peningkatan biaya disebabkan oleh
meningkatnya biaya cost of fund (COF)
karena porsi dana Non CASA meningkat serta
adanya pemberian special rate untuk
menghadapi persaingan dengan kompetitor.
Sementara itu, kenaikan biaya tenaga kerja
lebih didorong oleh adanya penyesuaian UMP
Bengkulu yang mengakibatkan peningkatan
biaya tenaga kerja sebesar 8% dibandingkan
tahun sebelumnya. Pelaku usaha dari
subsektor perkebunan mengkonfirmasi
bahwa kenaikan UMP Bengkulu pada tahun
2017 berdampak pada kenaikan biaya
operasional lapangan sebesar 24 - 48%
dibandingkan tahun sebelumnya.
Grafik 4.21 LS Biaya
HARGA JUAL DAN MARGIN
Sebagian besar pelaku usaha (44,44%)
mengkonfirmasi adanya peningkatan harga
jual. Menurut pelaku usaha dari sektor
industri pengolahan, harga jual CPO saat ini
berada pada level Rp 9.000/kg meningkat dari
Rp 7.465/kg pada tahun sebelumnya.
Demikian juga dengan pelaku usaha dari
subsektor perkebunan menyatakan bahwa
harga jual RSS tercatat pada kisaran 2,5
USD/kg, meningkat signifikan (rata-rata
peningkatan sebesar 100%) dibandingkan
periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Pelaku usaha lainnya dari subsektor
perkebunan mengkonfirmasi bahwa harga
jual karet di tingkat petani mencapai Rp
7.700 per kg, meningkat 18,45%
dibandingkan periode yang sama pada tahun
sebelumnya. Sementara itu, harga jual di
pasar internasional (Malaysia) berada pada
kisaran 2,15 2,20 USD per kg dari
sebelumnya di kisaran 1 1,2 USD per kg.
Sementara menurut pelaku usaha dari sektor
perdagangan, kenaikan harga jual sepeda
-1
-0.5
0
0.5
1
1.5
2
I II III IV I II III IV I II III IV I
2014 2015 2016 2017
LS Biaya Bahan Baku
LS Biaya Energi
LS Biaya Tenaga Kerja
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Provinsi Bengkulu Edisi Mei 2017 51
motor terjadi sejak awal Maret 2017.
Kenaikan berkisar Rp 150 - 300 ribu/unit,
yang terutama didorong oleh adanya
kenaikan BBN (biaya STNK) dan biaya
produksi. Kenaikan tersebut seiring dengan
kebijakan dari perusahaan pusat.
Secara umum, peningkatan harga jual
memberikan dampak positif pada
peningkatan margin perusahaan. Menurut
pelaku usaha, peningkatan harga jual RSS
berdampak cukup signifikan pada
peningkatan margin perusahaan dari Rp 500
per kg pada tahun sebelumnya menjadi Rp
1.400 per kg, sementara peningkatan harga
jual karet berdampak pada meningkatnya
margin perusahaan dari Rp 500 per kg
menjadi Rp 750 per kg.
Grafik 4.22 LS Harga dan Margin
-1
-0.5
0
0.5
1
1.5
I II III IV I II III IV I II III IV I
2014 2015 2016 2017
LS Margin LS Harga Jual
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Provinsi Bengkulu Edisi Mei 2017 52
Halaman ini sengaja dikosongkan
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Provinsi Bengkulu Edisi Mei 2017 53
BAB 5
PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN
DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH
5.1. SISTEM PEMBAYARAN TUNAI
Pada triwulan I 2017, posisi pengedaran
uang kartal di Bank Indonesia Bengkulu
mengalami net cash inflow. Net cash inflow
mencapai Rp 179 Miliar. Hal ini berbeda
dengan triwulan sebelumnya yang mengalami
net cash outflow sebesar Rp 992 Miliar. Pola
net cash inflow tersebut merupakan siklus
tahunan yang cenderung terjadi pada awal
tahun.
Grafik 5.1. Netflow Kas
Terjadinya net cash inflow diperkirakan
didorong oleh beberapa faktor yaitu (1)
masih rendahnya serapan APBD di awal
tahun; (2) adanya inflow dari retailer pasca
peningkatan konsumsi masyarakat yang
terjadi pada akhir tahun; (3) sisa outflow
pada tahun sebelumnya yang disetorkan
kembali kepada Bank Indonesia.
Tabel 5.1. Netflow Uang Kartal
Tahun 2016
(Rp Juta)
2017
(Rp Juta) Pertumbuhan (% yoy)
Triwulan IV I IV 2016 I 2017
Inflow 170,136 663,343 -2.52% -15.28%
Outflow 1,092,525 483,449 -1.76% 29.86%
Netflow -922,389 179,894 -1.62% -56.20%
Selain menjaga dan memelihara kestabilan
nilai Rupiah, Bank Indonesia juga senantiasa
berupaya menjaga kualitas uang yang
beredar di masyarakat (clean money policy
and fresh for circulation). Kantor Perwakilan
Bank Indonesia Provinsi Bengkulu melakukan
kegiatan pemusnahan Uang yang Tidak Layak
Edar (UTLE) secara berkala dengan
menggunakan Mesin Racik Uang Kertas
(MRUK) dan Mesin Sortasi Uang Kertas Racik
(MSUK-R). Rasio jumlah pemusnahan uang
kartal terhadap inflow triwulan I 2017 sebesar
33%1. Pemusnahan uang kartal pada periode
laporan tercatat menurun sebesar -11.12%
(yoy), sementara inflow uang kartal tercatat
sebesar -15.28%.
Grafik 5.2. Pemusnahan Uang
Jumlah laporan uang rupiah palsu yang
diterima oleh Kantor Perwakilan Bank
1 Data inflow hanya mencakup perputaran uang
kartal oleh perbankan di Provinsi Bengkulu, sementara pemusnahan uang kartal mencakup seluruh pemusnahan uang kartal yang dikelola oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, termasuk kas titipan Lubuk Linggau.
(2,000)
(1,000)
-
1,000
2,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4
2016 2017
Juta
an R
p.
Pembayaran Tunai Netflow
Inflow
0%
200%
400%
0
5,000
10,000
I II III IV I II III IV I
2015 2016 2017
Juta
an R
p
Pemusnahan UangInflow
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Provinsi Bengkulu Edisi Mei 2017 54
Indonesia Provinsi Bengkulu pada triwulan I
tahun 2017 menurun dibandingkan
triwulan sebelumnya. Pada triwulan I tahun
2017, Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Bengkulu menerima laporan uang
palsu sebanyak 60 lembar, lebih sedikit
dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tercatat sebanyak 81 lembar uang palsu.
Grafik 5.3. Uang Palsu (Lembar)
Jumlah Transaksi Uang Kartal Antar Bank
(TUKAB) pada triwulan I 2017 mengalami
peningkatan secara triwulanan (qtq) dan
mengalami peningkatan secara tahunan
(yoy). TUKAB pada triwulan I tahun 2017
tercatat sebesar sebesar Rp344 miliar,
meningkat sebesar 514,63% (qtq)
dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara
tahunan, perkembangan jumlah TUKAB pada
triwulan laporan mengalami peningkatan
sebesar 207,86% (yoy), membaik
dibandingkan triwulan sebelumnya yang
terkontraksi sebesar 94,95% (yoy).
Grafik 5.4. Perkembangan TUKAB
5.2. SISTEM PEMBAYARAN NON
TUNAI
Pada triwulan I tahun 2017, transaksi
kliring secara nominal tercatat sebesar
Rp1.500 Miliar, menurun dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
Rp1.787 Miliar atau menurun sebesar
16,08% (qtq). Penurunan nominal kliring
tersebut juga diikuti dengan menurunnya
jumlah warkat kliring sebesar 9,83% (qtq).
Demikian halnya dengan rata-rata kliring per
hari, mengalami penurunan dari Rp 28 Miliar
per hari menjadi Rp 23 Miliar per hari atau
menurun sebesar 16,08% (qtq). Penurunan
transaksi kliring tersebut didorong rendahnya
transaksi non-tunai terkait realisasi program
dan proyek-proyek Pemda pada awal tahun
2017.
Tabel 5.2. Perkembangan Kliring
Keterangan IV
2016
I
2017 g (qtq)
Bank Peserta
Kliring 20 20
Perputaran Kliring
Nominal
(juta Rp.)
1,787,830
1,500,332 10.69%
Warkat
(lembar)
45,781
41,282 7.72%
Rata-Rata Perputaran Kliring per Hari
Nominal
(juta Rp.)
28,378.26
23,814.79 8.94%
67 56 62
51 61
72 58
81
60
-
20
40
60
80
100
I II III IV I II III IV I
2015 2016 2017
-1000%
0%
1000%
2000%
3000%
0
100
200
300
400
500
1 4 7 10 1 4 7 10 1
2015 2016 2017
TUKAB g TUKAB (yoy) rhs
TUK
AB
(R
p
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Provinsi Bengkulu Edisi Mei 2017 55
Warkat
(lembar)
726.68
655.27 6.01%
Penolakan Cek dan Bilyet Giro
Nominal 1.70% 2.11%
Warkat 1.61% 1.70%
Sementara itu, jumlah penolakan warkat cek
dan bilyet giro mengalami peningkatan
dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada
triwulan I tahun 2017, penolakan jumlah
warkat cek dan bilyet giro tercatat sebesar
2,11% dari total warkat yang ditransaksikan,
meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya
yang tercatat sebesar 1,70%. Sementara itu,
bila dilihat dari nominal, penolakan cek dan
bilyet giro mencapai 1,70% dari nominal
transaksi, lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar sebesar
1,61%. Penolakan transaksi kliring disebabkan
oleh tidak dipenuhinya syarat-syarat
administrasi bank penerima antara lain fisik
warkat, rekening telah ditutup, maupun saldo
tidak mencukupi.
Transaksi Real Time Gross Settlement
(RTGS) secara agregat mengalami
peningkatan. Transaksi ke luar Bengkulu
tercatat mengalami penurunan sebesar 25,7%
(qtq), dari Rp9.769 miliar menjadi Rp7.255
miliar. Sejalan dengan hal tersebut, jumlah
warkat menurun sebesar 27% (qtq) dari 4.264
warkat menjadi 3.114 warkat.
Tabel 5.3. Perkembangan RTGS
Keterangan
2016 2017 g QtQ
(IV)
g QtQ
(I) IV I
Transaksi Keluar Daerah
Nominal (miliar
Rp.) 9,769 7,255 20.7% 25.7%
Volume Transaksi 4,264 3,114 43.4% 27.0%
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Provinsi Bengkulu Edisi Mei 2017 56
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Provinsi Bengkulu Edisi Mei 2017 57
BAB 6
KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
Perkembangan ketenagakerjaan sampai dengan periode Februari 2017 menunjukkan
bahwa tingkat pengangguran mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama
pada tahun sebelumnya. Berlanjutnya tren perbaikan harga komoditas pada triwulan laporan
telah mampu mendorong kesejahteraan petani, yang tercermin dari meningkatnya Nilai Tukar
Petani (NTP) pada triwulan I 2017 dibandingkan triwulan sebelumnya. Perkembangan kondisi
ketenagakerjaan pada triwulan laporan kembali mengalami peningkatan. Kondisi ini
tercermin dari hasil Liaison dan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang menunjukkan adanya
peningkatan penggunaan tenaga kerja pada triwulan I 2017 dibandingkan triwulan
sebelumnya. Hasil SKDU pada triwulan laporan mengkonfirmasi bahwa mayoritas kontak
menyatakan peningkatan realisasi tenaga kerja. Demikian pula dengan hasil SKDU kapasitas
utilisasi yang tercatat meingkat pada triwulan laporan. Meskipun demikian, perkembangan NTP
pada bulan April 2017 mulai menunjukkan penurunan dibandingkan Maret 2017.
6.1. KETENAGAKERJAAN
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
Provinsi Bengkulu mengalami penurunan.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada
Februari 2017 sebesar 2,81%, lebih rendah
dibandingkan Februari 2016 yang tercatat
sebesar 3,84%. Sementara itu, jumlah
angkatan kerja tercatat sebesar 1.033,60 ribu
orang atau meningkat sebesar 3,38% (yoy)
dibandingkan periode yang sama pada tahun
sebelumnya sebanyak 999,80 ribu orang
angkatan kerja. Dari total angkatan kerja per
Februari 2017, sebanyak 1.004,60 ribu orang
telah bekerja sementara 29,00 ribu orang
belum bekerja.
Penurunan TPT didorong oleh peningkatan
jumlah penduduk yang bekerja, sementara
jumlah pengangguran menurun. Jumlah
penduduk yang bekerja meningkat sebesar
4,48% sementara jumlah pengangguran
berkurang sebesar 24,28% dibandingkan
periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Tabel 6.1. Tingkat Pengangguran Terbuka
PENGANGGURAN 2016 2017
Februari Februari
Jumlah Angkatan Kerja (orang, dalam ribuan)
Bekerja 961.50 1004.60
Pengangguran 38.30 29.00
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
Persentase TPAK (%) 73.59 74.58
Tingkat Pengangguran Terbuka
TPT (%) 3.84 2.81
Perkembangan ketenagakerjaan hingga
Triwulan I 2017 mengalami peningkatan.
Kondisi ini tercermin dari hasil Liaison Tw I
2016, di mana sebanyak 44,44% kontak dari
sektor industri pengolahan, keuangan, dan
komunikasi mengkonfirmasi adanya
Februari 2016 3,84 Februari 2017 2,81
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Provinsi Bengkulu Edisi Mei 2017 58
Industri 63.90 6.36 Listrik, Gas & Air Minum 3.00 0.30 Konstruksi 41.60 4.14 Perdagangan, Rumah makan & Akomodasi
145.50 14.49
Transportasi, pergudangan & komunikasi
26.40 2.63
Keuangan 6.80 0.68 Jasa Kemasyarakatan 154.90 15.42 T O T A L 1004.60 100.00
Berdasarkan sektornya, sebagian besar
tenaga kerja terserap pada sektor Pertanian.
Sektor pertanian, perkebunan, kehutanan,
perburuan dan perikanan menyerap tenaga
kerja dengan porsi terbesar (53,76%),
sementara penyerapan tenaga kerja pada
sektor perdagangan, rumah makan, dan
akomodasi sebesar 14,49%. Besarnya
penyerapan tenaga kerja pada sektor Pertanian
dikarenakan sektor Pertanian merupakan
sektor utama Provinsi Bengkulu di samping
masih minimnya tenaga kerja yang
menamatkan pendidikan hingga pada jenjang
universitas (10,65%).
Tabel 6.3. Tenaga Kerja Menurut Pendidikan (%)
Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan (Februari)
2016 2017
SD ke bawah 38.20 44.57
Sekolah Menengah Pertama 18.94 19.56
Sekolah Menengah Atas 19.57 17.39
Sekolah Menengah Kejuruan 8.63 7.83
Diploma I/II/III 2.90 1.81
S1/DIV Ke Atas 11.76 8.84
Tabel 6.4. Tenaga Kerja Berdasarkan Pekerjaan
Status Pekerjaan
Februari 2016
Februari 2017
Porsi (%) Porsi (%)
Berusaha Sendiri 17.2 18.73
Berusaha dibantu buruh tidak tetap
21.0 23.03
Berusaha dibantu buruh tetap
4.4 3.03
Buruh/Karyawan 31.3 25.14
Pekerja bebas di pertanian
7.2 5.29
Pekerja keluarga/tak dibayar
18.9 22.09
Total 100.0 100.00
Sumber : BPS
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Provinsi Bengkulu Edisi Mei 2017 59
Berdasarkan status pekerjaannya,
buruh/karyawan menyerap tenaga kerja
dengan porsi terbesar (25,14%), diikuti oleh
pekerja keluarga/tidak dibayar (19,4%) dan
pekerja berusaha dibantu buruh tidak tetap
(23,03%).
Rata-rata Nilai Tukar Petani1 pada triwulan I
2017 lebih tinggi dibandingkan rata-rata
NTP pada triwulan sebelumnya. Rata-rata
NTP pada triwulan laporan tercatat sebesar
95,41, lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 93,60.
Meskipun mengalami peningkatan, NTP pada
triwulan laporan masih berada dalam tekanan
(di bawah 100). NTP di bawah 100
mengindikasikan bahwa petani mengalami
defisit dalam usahanya sebab penerimaan atas
hasil produksi petani lebih rendah
dibandingkan dengan pengeluaran petani.
Peningkatan NTP bersumber sektor
Hortikultura dan Perkebunan.
1 Nilai Tukar Petani (NTP) adalah rasio antara indeks
harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam persentase. Nilai tukar petani merupakan salah satu indikator dalam menentukan tingkat kesejahteraan petani.
Peningkatan NTP pada sektor hortikultura
terutama bersumber dari sub sektor sayur-
sayuran dan buah-buahan, di mana kenaikan
indeks harga yang diterima petani masing-
masing sebesar (1,08%) dan (1,47%), lebih
tinggi daripada indeks harga yang dibayar
petani (0,15).
Grafik 6.1. Nilai Tukar Petani
Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP)2 pada
triwulan I 2017 tercatat sebesar 106,50, lebih
tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya
sebesar 104,65. NTUP di atas 100
menunjukkan bahwa petani telah memperoleh
keuntungan dalam menjalankan usahanya.
Memasuki triwulan II 2-17 hingga bulan
April 2017, perkembangan NTP dan NTUP
kembali menurun. NTP April 2017 tercatat
sebesar 95,02 sementara NTUP tercatat
sebesar 104,95. Penurunan NTP pada April
2017 lebih didorong oleh sektor Tanaman
Hortikultura [turun 2,01 poin dibanding Maret
2017] dan sektor Tanaman Pangan [turun 0,55
poin dibanding Maret 2017]. Periode panen
raya cabai merah mendorong penurunan harga
yang menyebabkan pendapatan yang diterima
petani berkurang.
2 NTUP menggambarkan keuntungan yang
diperoleh petani dari selisih antara indeks harga pengeluaran yang terkait dengan keperluan produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) dengan indeks harga yang diterimanya
60.00
70.00
80.00
90.00
100.00
110.00
120.00
90
95
100
105
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2014 2015 2016 2017
Indeks
Sumber : BPS
NTP UmumNTP Hortikultura (rhs)
Batas Normal
NILAI TUKAR PETANI TW IV 2016 93,60 TW I 2017 95,41
NILAI TUKAR USAHA PETANI (NTUP)
TW IV 2016 104,65 TW I 2017 106,50
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Provinsi Bengkulu Edisi Mei 2017 60
6.2. KEMISKINAN
Posisi kemiskinan pada September 2016 (rilis
BPS terakhir) lebih rendah dibandingkan
tahun sebelumnya, yaitu menurun dari
17,16% menjadi 17,03%. Penurunan
persentase penduduk miskin terjadi di
perkotaan sementara di perdesaan masih
mengalami peningkatan. Secara nominal,
jumlah penduduk miskin di Bengkulu pada
September 2016 sebesar 325,60 ribu orang,
menurun dibandingkan periode September
2015 sebesar 322,83 ribu orang.
Garis Kemiskinan mengalami kenaikan
sebesar 6,41% dari Rp 410.840
/kapita/bulan pada bulan September 2015
menjadi Rp 437.184/kapita/bulan pada
bulan September 2016. Dengan
memperhatikan komponen Garis Kemiskinan
(GK) yang terdiri dari Garis Kemiskinan
Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan
Makanan (GKBM), terlihat bahwa peranan
komoditi makanan masih jauh lebih besar
dibandingkan peranan komoditi bukan
makanan (perumahan, sandang, pendidikan,
dan kesehatan). Pada September 2016,
sumbangan GKM terhadap GK sebesar
76,79% sementara sumbangan GKBM
terhadap GK sebesar 23,21%. Beberapa
komoditas utama yang memberikan
sumbangan besar terhadap kenaikan Garis
Kemiskinan baik di perdesaan maupun
perkotaan yaitu Beras, Rokok Kretek Filter,
Daging Sapi, dan Cabai Merah.
Sementara itu, Indeks Kedalaman
Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan
Kemiskinan (P2) pada September 2016
menurun dibandingkan dengan September
2015. P1 mengalami penurunan dari 3,63
pada September 2015 menjadi 2,79 pada
September 2016. Sementara P2 turun dari 1,16
pada September 2015 menjadi 0,64 pada
September 2016. Penurunan nilai indeks P1
mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran
penduduk miskin cenderung semakin
mendekati garis kemiskinan. Sementara
penurunan nilai indeks P2 menunjukkan bahwa
ketimpangan pengeluaran di antara penduduk
miskin semakin kecil.
Tabel 6.5. Indeks Kemiskinan (P1 dan P2)
Daerah
2015 2016
September September
P1 P2 P1 P2
Perkotaan 4.19 1.32 2.89 0.65
Pedesaan 3.38 1.09 2.74 0.64
Perkotaan+Pedesaan 3.63 1.16 2.79 0.64
Sumber : BPS
KEMISKINAN (%) SEPT 2015 17,16 SEPT 2016 17,03
INDEKS KEDALAMAN KEMISKINAN (P1)
SEPT 2015 3,63 SEPT 2016 2,79
INDEKS KEPARAHAN KEMISKINAN (P2)
SEPT 2015 1,16 SEPT 2016 0,64
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Provinsi Bengkulu Edisi Mei 2017 61
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Provinsi Bengkulu Edisi Mei 2017 61
BAB 7
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
7.1. PROSPEK MAKROEKONOMI
Perekonomian Bengkulu pada triwulan III
2017 diperkirakan tumbuh pada kisaran
5.3 5.5%, dengan tren melambat
dibandingkan triwulan sebelumnya.
Adapun sumber perlambatan diperkirakan
berasal dari Konsumsi Rumah Tangga dan
Ekspor.
Tabel 7.1 Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi
2017Q2P 2017Q3
P 2017
P
YoY 5.4-5.6 5.3-5.5 5.3-5.5
Sumber : Proyeksi Bank Indonesia
Perkiraan perlambatan Konsumsi Rumah
Tangga didukung oleh meredanya ekspektasi
konsumsi paska Idul Fitri serta perkiraan
tekanan daya beli seiring proyeksi
menurunnya harga komoditas.
Faktor tren penurunan harga komoditas mulai
dirasakan pada komoditas kelapa sawit dan
karet pada permulaan triwulan II 2017.
Tabel 7.2 Perkiraan Harga Komoditas
Periode CPO
($/MT)
Karet
(cts/lb)
Kopi
(cts/lb)
2017Q1 698.2 116.3 109.1
2017Q2P 621.2 110.3 108.1
2017Q3P 599.2 109.8 109.3
Sumber : IMF
Di level petani, harga TBS Kelapa Sawit
terus mengalami penurunan sejak Maret
2017 setelah sebelumnya sempat menyentuh
posisi tertinggi Rp 1.900/kg di bulan Februari
2017. Harga pembelian TBS rata-rata pabrik
pada Mei 2017 hanya mencapai Rp 1.480/kg
atau turun hingga 22% dibandingkan posisi
harga tertinggi. Di tingkat global,
perlambatan harga CPO diperkirakan
berlanjut hingga triwulan III 2017. Kondisi ini
didorong oleh beberapa faktor fundamental :
1. Menurunnya permintaan global CPO
yang dipicu menurunnya harga
komoditi substitusi yaitu minyak kedelai
dan minyak bunga matahari (repessed).
Menurunya harga minyak kedelai
berpengaruh pada permintaan CPO
dunia. China menjadi salah satu negara
yang berpotensi mengalami penurunan
permintaan seiring kebijakannya untuk
menurunkan margin domestik
pengolahan minyak kedelai didalam
negeri. Selanjutnya, India per-1 April 2017
telah mengeluarkan kebijakan untuk
menurunkan bea impor minyak bunga
matahari dari 30% menjadi 10%. Kondisi
ini berpotensi mempengaruhi permintaan
impor CPO dengan pertimbangan harga
minyak bunga matahari yang semakin
kompetitif.
2. Pasokan CPO dunia mengalami
kenaikan terutama didorong
melimpahnya stok CPO Malaysia.
Sementara, tren harga karet pada triwulan III
2017 diperkirakan akan kembali mengalami
penurunan. Disisi produksi, pasokan karet
alam diperkirakan membanjir seiring
berakhirnya musim gugur daun di Thailand.
Disisi permintaan, menurunnya kegiatan
otomotif di Amerika Serikat dan Jepang akan
mendorong turunnya importasi karet alam.
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Provinsi Bengkulu Edisi Mei 2017 62
Ekspansi Fiskal Pemerintah diperkirakan
meningkat pada triwulan III 2017 dengan
pertimbangan masih rendahnya realisasi
fiskal triwulan I 2017. Sampai dengan bulan
April 2017, realisasi fiskal Pemda seluruh
Bengkulu baru mencapai 13.31% dan
diperkirakan akan mengalami lonjakan
signifikan pada triwulan III 2017 dengan
mengacu target serapan mencapai 63%
terhadap pagu. Peningkatan serapan
anggaran Pemerintah Daerah pada triwulan III
2017 akan didorong beberapa hal antara lain
: realisasi gaji ke-13 PNS, Anggaran Dana
Desa (ADD) yang bersumber dari APBD, serta
pembayaran TPP yang sempat tertunda pada
triwulan I 2017.
Tabel 7.3 Realisasi & Target (%)
Serapan APBD 2017 Pemda Se-Bengkulu.
Pemda Realisasi
Target Sd
Provinsi 14.56 57.00 Mukomuko 10.92 50.00 B. Utara 14.15 68.89 Rejang Lebong 13.20 65.00 Kepahiang 11.87 60.01 Lebong 14.84 57.00 B. Tengah 13.25 62.00 Kota Bengkulu 13.48 70.00 Seluma 6.04 72.47 B. Selatan 16.13 75.53 Kaur 14.76 65.00 TOTAL 13.31 63.03
Sumber : TEPRA
Sementara kegiatan investasi diperkirakan
mengalami kenaikan terutama yang
bersumber dari kegiatan konstruksi Pemda.
Beberapa investasi yang bersumber dari
Pemda yang rencana akan dilaksanakan pada
triwulan mendatang antara lain : (i)
Pembangunan infrastruktur darat antar desa
di Pulau Enggano senilai Rp 42 Miliar, (ii)
Pembangunan infrastruktur, renovasi gedung
pemerintahan dan rehabilitasi terhadap 204
rumah penduduk miskin di Mukomuko
dengan target anggaran sebesar Rp 51,5
Miliar, (iii) Proyek pembangunan dan
perbaikan infrastruktur jalan darat di Seluma
dengan anggaran sebesar Rp 70 Miliar
Pertumbuhan ekonomi triwulan III 2017
diperkirakan bersumber dari sektor
konstruksi, sektor transportasi dan Sektor
Jasa Pendidikan sementara Sektor Pertanian,
Sektor Perdagangan dan Sektor Transportasi
dan Pergudangan cederung melambat.
Ekspansi fiskal Pemda yang diperkirakan
meningkat pada triwulan III 2017 khususnya
pada belanja modal akan mendorong
pertumbuhan sektor konstruksi lebih tinggi.
Sementara sektor jasa pendidikan akan
mengalami kenaikan khususnya pada periode
Juli 2017 seiring dimulainya penerimaan siswa
dan mahasiswa baru.
Selesainya proses pengerukan kolam
Pelabuhan Pulau Baai diharapkan mampu
mendorong pertumbuhan sektor transportasi
laut di Bengkulu. Dengan pendalaman kolam
pelabuhan hingga 10 meter, kapal petikemas
bertonase >10rb ton dapat melakukan proses
bongkar muat dengan baik.
Sementara itu tren penurunan harga
komoditas akan memberikan pengaruh pada
penurunan produksi pertanian khususnya
karet dan kelapa sawit. Pada periode harga
rendah, umunya petani karet akan
menurunkan intensitas penyadapan getah
karet sehingga produksi karet alam menurun.
Menurunnya produksi pertanian juga
didorong berakhirnya musim panen raya kopi.
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Provinsi Bengkulu Edisi Mei 2017 63
Perekonomian Bengkulu secara
keseluruhan tahun 2017 diperkirakan
tumbuh lebih baik dibandingkan tahun
2016. Perekonomian meningkat pada kisaran
5,3-5,5% lebih tinggi dibandingkan
pencapaian tahun 2016 sebesar 5,3%. Upaya
pemerintah daerah untuk mendorong
pembangunan infrastruktur dasar dan
program pengentasan kemiskinan diharapkan
mampu memberikan dukungan pada
pertumbuhan. Faktor eksternal pendorong
pertumbuhan adalah kondisi harga komoditas
yang membaik dibandingkan tahun 2016
meskipun dalam penguatan yang terbatas.
7.2 PROSPEK INFLASI
Perkiraan laju inflasi Bengkulu pada
triwulan III 2017 berada pada kisaran 5,2-
5,5% (yoy) cenderung menurun
dibandingkan perkiraan pada triwulan II
2017.
Tabel 7.4 Perkiraan Inflasi
2017Q2P 2017Q3
P 2017
P
YoY 6,8-7,0 5.2 5.5 5.3 5.5
Sumber : Proyeksi Bank Indonesia
Sumber perlambatan inflasi triwulan III
2017 diperkirakan dari komponen Volatile
Food (VF) dan Administered Price (AP).
Meredanya tekanan VF pada triwulan III 2017
didorong oleh perkiraan masuknya panen
musim gaduh pada Juli-Agustus 2017 serta
membaiknya kondisi cuaca untuk mendukung
produksi perikanan tangkap. Berdasarkan
siklus musiman selama 5 tahun terakhir,
harga komoditas bergejolak seperti beras dan
bawang merah cenderung menurun pada
triwulan III yang didukung membaiknya
pasokan di daerah sentr. Namun demikian
cabai merah menjadi komoditas yang perlu
mendapat perhatian karena memiliki
kecenderungan kenaikan harga pada triwulan
III selama lima tahun terakhir.
Grafik 7.1 Inflasi Komoditi VF
Meredanya tekanan AP diperkirakan terjadi
pada komoditas tiket angkutan udara karena
memasuki musim low season penerbangan
-100
-50
0
50
100
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Tren Musiman Bawang Merah
2011 2012 2013
2014 2015
-10
-5
0
5
10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Tren Musiman Beras
2011 2012 2013
2014 2015
-100
0
100
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Tren Musiman Cabai Merah
2011 2012 2013
2014 2015
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Provinsi Bengkulu Edisi Mei 2017 64
paska libur Idul Fitri dan libur tahun ajaran
baru. Namun demikian, meredanya tekanan
AP akan sedikit tertahan oleh kebijakan
pemerintah untuk menaikkan tarif pelanggan
rumah tangga mampu 900VA pada 1 Juli
2017.
Tabel 7.5 Perkiraan Harga Minyak Dunia
Periode 2017Q2P 2017Q3
P 2017
P
US$/bbl 55.2 55.8 55.2
Sumber : IMF
Harga energi diperkirakan masih berada
pada level stabil. Sehingga potensi
kecenderungan kenaikan harga BBM non
subsidi/subisi didalam negeri diperkirakan
minimal.
Sementara laju inflasi inti diperkirakan
mengalami kenaikan khususnya pada
periode tahun ajaran baru. Sumber tekanan
inflasi inti pada periode ini bersumber dari
kenaikan biaya pendidikan dan kenaikan
biaya sewa rumah. Kenaikan harga-harga
didorong oleh meningkatnya permintaan
pada periode tersebut.
Inflasi Bengkulu pada tahun 2017
diperkirakan masih berada pada sasaran
inflasi nasional pada kisaran 4±1%.
7.3 REKOMENDASI KEBIJAKAN
Beberapa rekomendasi kebijakan yang perlu
ditempuh dalam upaya mempertahankan
arah pertumbuhan ekonomi Bengkulu dan
stabilitas inflasi yaitu :
PERTUMBUHAN EKONOMI :
Peningkatan serapan APBD perlu
mendapat perhatian. Serapan APBD
Pemda seluruh Bengkulu sampai dengan
bulan April 2017 masih sangat terbatas
sebesar 13.31% lebih rendah
dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya yang tercatat sebesar
17,07%. Peningkatan serapan APBD pada
triwulan III 2017 menjadi faktor penting
untuk meredam perlambatan ekonomi
ditengah perkiraan akan menurunnya
harga sawit dan karet.
Kebijakan Pemprov untuk menarik dana
kompensasi perbaikan jalan kepada
perusahaan pertambangan dan
perkebunan merupakan langkah tepat
ditengah keterbatasan anggaran belanja
modal pemerintah. Namun demikian
program ini sebaiknya hanya menjadi
program penyelesaian jangka pendek.
Dalam jangka panjang perlu dikaji
pembangunan angkutan berbasis rel dan
angkutan laut sebagai moda transportasi
hasil perkebunan dan hasil tambang.
Berdasarkan hasil FGD investasi antara BI
bekerjasama dengan DPMPTSP se-Provinsi
Bengkulu pada bulan April 2017 tercatat
beberapa hal yang perlu mendapat
perhatian:
Rencana Pemda mendorong 4 sumber
pertumbuhan ekonomi baru
(Agribisnis, Pariwisata, Peternakan,
Kemaritiman) perlu diterjemahkan
dalam tataran konkrit sebagai
destinasi utama investasi Bengkulu.
Investasi yang ditawarkan
Pemkab/Pemkot masih sebatas
potensi ekonomi, belum dirumuskan
sebagai paket investasi yang berisi
kemudahan perizinan usaha,
kemudahan penyediaan lahan dan
kemudahan akses konektivitas.
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Provinsi Bengkulu Edisi Mei 2017 65
PERKEMBANGAN INFLASI :
Dalam lima tahun terakhir, harga
komoditas cabai merah cenderung
meningkat pada triwulan III karena
pasokan didaerah sentra mulai mengalami
penurunan. Kondisi ini seringkali
menimbulkan keresahan masyarakat
dimana harga cabai merah per kg
umumnya meningkat 2-3x lipat dari
kondisi normal. Untuk mengantisipasi hal
tersebut Dinas terkait perlu menyiapkan
wilayah-wilayah cadangan produksi cabai
merah dan memberikan himbauan
kepada petani untuk mulai menanam
pada periode Juni-Juli 2017.
Kendala terhambatnya penyaluran rastra
kemasyarakat yang terjadi pada triwulan I
2017 terkait permasalahan administrasi
verifikasi pendataan RTS dan operasional
distribusi ke RTS perlu dihindarkan karena
berpotensi menekan kenaikan harga
beras di pasaran.
Pemda perlu melihat lagi apakah RPC
(Rice Processing Complex) yang telah
dibangun dengan menggunakan dana
APBD telah beroperasi optimal dan
mampu melakukan fungsi utamanya
untuk menyerap gabah petani,
Pertimbangan pembentukan BUMD
pengolahan hasil pertanian pangan
menjadi penting, mengingat hasil
pertemuan TPID dengan beberapa
kab/kota menyatakan bahwa tingkat
outflow gabah keluar Bengkulu masih
cukup tinggi karena kurangnya buyer
lokal yang memiliki RPC dengan kapasitas
besar. Kondisi ini kurang memberikan
nilai tambah bagi petani lokal dan
mendorong harga beras lebih bergejolak
di masyarakat, karena sebagian besar
beras Bengkulu masih dipasok dari
Lampung dan Sumatera Barat meskipun
produksi gabah Bengkulu surplus.
Pada Idul Adha pada bulan September
2017, ketersediaan sapi hidup untuk
menghadapi kenaikan permintaan
Qurban perlu diantisipasi untuk
mencegah penurunan populasi sapi
indukan. Perlu pengawasan dari Dinas
terkait dan Kepolisian untuk mencegah
adanya tindakan pemotongan sapi betina
produktif karena tingginya permintaan
sapi hidup.
Untuk mendorong penyederhanaan rantai
distribusi pangan, Pemerintah Kabupaten
perlu kiranya mendorong pendirian
Rumah Pangan Kita (RPK) Bulog hingga di
tingkat desa untuk memudahkan akses
pangan dengan harga stabil.
TABEL INDIKATOR MAKRO EKONOMI PROVINSI BENGKULU
TRIWULAN I 2017
Indikator 2016
2016 2017
I II III IV I
PDRB ADHK Penggunaan (Rp Miliar)
9,790.38
9,905.57
10,083.19
10,303.73
40,082.87
10,300.50
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
6,203.90
6,314.52
6,411.10
6,480.56
25,410.09
6,580.49
Pengeluaran Konsumsi LNPRT
254.76
257.63
263.74
278.38
1,054.52
272.50
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
1,790.07
1,996.68
1,915.90
2,055.77
7,758.43
1,770.87
Pembentukan Modal Tetap Bruto
4,069.81
4,230.80
4,451.92
4,849.44
17,601.98
4,388.44
Perubahan Inventori
181.52
168.59
181.22
173.39
704.71
169.37
Ekspor Barang dan Jasa
3,273.14
3,409.15
3,724.74
3,932.87
14,339.89
3,710.45
Impor Barang dan Jasa
5,982.82
6,471.80
6,865.44
7,466.67
26,786.74
6,591.62
PDRB ADHK Sektoral (Rp Miliar)
9,790.38
9,905.57
10,083.19
10,303.73
40,082.87
10,300.50
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
2,833.47
2,871.96
2,909.08
2,937.03
11,551.54
2,935.47
Pertambangan dan Penggalian
364.56
365.96
368.99
373.41
1,472.93
368.38
Industri Pengolahan
614.76
621.55
635.23
646.25
2,517.79
640.82
Pengadaan Listrik, Gas
8.69
9.00
9.10
9.48
36.28
9.25
Pengadaan Air
21.65
21.86
22.22
22.60
88.33
22.74
Konstruksi
427.26
437.14
455.42
472.95
1,792.77
458.23
Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
1,443.41
1,461.41
1,504.40
1,567.13
5,976.35
1,570.67
Transportasi dan Pergudangan
769.46
780.17
795.94
812.86
3,158.43
810.28
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
151.17
153.91
158.24
163.69
627.00
165.57
Informasi dan Komunikasi
422.85
425.45
437.20
452.06
1,737.56
456.00
Jasa Keuangan
346.36
351.79
349.93
352.82
1,400.90
350.84
Real Estate
446.39
447.98
453.85
459.93
1,808.16
466.03
Jasa Perusahaan
221.33
222.35
226.20
229.82
899.69
233.35
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
863.35
870.73
873.87
908.56
3,516.51
908.75
Jasa Pendidikan
632.69
637.31
650.05
652.00
2,572.06
657.90
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
150.62
153.74
158.53
162.96
625.86
165.04
Jasa lainnya
72.35
73.26
74.92
80.17
300.70
81.16
Pertumbuhan PDRB (% yoy)
5.02
5.43
5.18
5.56
5.30
5.21
Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta)
27.00
37.00
40.00
53.00
157.00
53.00
Volume Ekspor Non Migas (Juta ton)
351.00
319.00
492.71
594.61
1,757.32
594.61
Nilai Impor Non Migas (USD Juta)
-
-
-
-
-
Volume Impor Non Migas (Juta ton)
-
-
-
-
-
TABEL INDIKATOR INFLASI PROVINSI BENGKULU
TRIWULAN I 2017
Indikator
2016 2017
I II III IV I
Indeks Harga Konsumen 129.19 130.98 134.05 135.03 136.96
Kelompok Barang 5.93 5.47 4.62 5.00 6.01
Bahan Makanan 8.02 3.97 3.02 3.85 2.84
Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 6.16 6.83 5.73 6.45 6.37
Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bakan Bakar 2.22 2.46 2.53 2.62 4.12
Sandang 4.87 6.24 4.65 3.93 3.29
Kesehatan 4.98 4.98 4.05 3.57 3.00
Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga 11.01 10.65 7.14 6.69 7.02
Traspor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 5.48 7.39 7.15 7.85 13.37