KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN I 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL
PROVINSI SULAWESI TENGGARA
TRIWULAN I 2015
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI SULAWESI TENGGARA
Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:
www.bi.go.id/web/id/Publikasi/
Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi:
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA SULAWESI TENGGARA
Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan
Jl. Sultan Hasanudin No. 150 Kendari
No. Telp. (0401) 3121655; No. Fax.(0401)3122718
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
i
Kata
Pengantar
Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra)
disusun setiap triwulan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara,
mencakup aspek pertumbuhan ekonomi, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan
pengembangan akses keuangan, sistem pembayaran dan pengelolaan uang, ketenagakerjaan
dan kesejahteraan masyarakat, serta prospek perekonomian ke depan. Kajian Ekonomi daerah
disamping bertujuan untuk memberikan masukan bagi Kantor Pusat Bank Indonesia dalam
merumuskan kebijakan modeter, makroprudensial maupun sistem pembayaran, juga diharapkan
dapat menjadi salah satu referensi bagi para stakeholders di daerah dalam membuat keputusan.
Keberadaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di daerah diharapkan dapat semakin berperan
sebagai strategic partner bagi stakeholder di wilayah kerjanya.
Kondisi perekonomian Sulawesi Tenggara pada awal tahun 2015 mulai menunjukan peningkatan
didorong oleh perbaikan kinerja sektor pertambangan dan stabilnya kinerja sektor industri
pengolahan. Sementara dari sisi permintaan, peningkatan kinerja ekonomi Sultra di triwulan I
2015 didorong oleh perbaikan ekspor luar negeri dan stabilnya kinerja investasi. Selama triwulan
I 2015, perekonomian Sulawesi Tenggara tumbuh sebesar 5,8% (yoy), terakselerasi dibandingkan
triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 5,3% (yoy), angka tersebut juga tercatat berada di atas
pertumbuhan nasional sebesar 4,71% (yoy). Inflasi Sulawesi Tenggara pada triwulan I 2015
mengalami penurunan, dari 8,79% (yoy) di triwulan sebelumnya menjadi 7,80% (yoy).
Penurunan laju inflasi Sulawesi Tenggara sejalan dengan menurunnya laju inflasi yang terjadi baik
di Kota Kendari maupun di Kota Baubau. Penurunan tekanan inflasi tersebut terutama bersumber
dari komponen administered prices dan volatile food.
Dalam penyusunan laporan ini, Bank Indonesia memanfaatkan data serta informasi dari berbagai
institusi baik secara langsung melalui survei dan liason maupun data yang sudah tersedia.
Sehubungan dengan hal tersebut, pada kesempatan ini, kami menyampaikan terima kasih dan
penghargaan kepada semua pihak yang telah berkontribusi baik berupa pemikiran maupun
penyediaan data/informasi secara kontinyu, tepat waktu, dan reliable. Saran serta masukan dari
para pengguna sangat kami harapkan untuk menghasilkan laporan yang lebih baik ke depan.
Kendari, Mei 2015
KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI SULAWESI TENGGARA
Dian Nugraha
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
ii
VISI BANK INDONESIA Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional
melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki
serta pencapaian inflasi yang rencah dan nilai tukar yang stabil
MISI BANK INDONESIA 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan
menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter
untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.
2. Mendorong sistem keuangan nasional
bekerja secara efektif dan efisien
serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal
untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan
dapat berkontribusi pada
pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional.
3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar
yang berkontribusi terhadap
perekonomian, stabilitas moneter, dan stabilitas sistem keuangan
dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional
4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia
yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja,
serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualiatas
dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan Undang-Undang
NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen dan pegawai
untuk bertindak dan atau berperilaku, yang terdiri atas:
Trust and Integity Professionalism Excellence Public Interest Coordination and Teamwork
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
iii
Daftar
Isi
KATA PENGANTAR .................................................................................................... i
VISI MISI BANK INDONESIA ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ v
DAFTAR GRAFIK ...................................................................................................... vi
TABEL INDIKATOR TERPILIH ...................................................................................... viii
RINGKASAN EKSEKUTIF ................. 1
BAB 1. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ............................. .............................. 5
1.1. Kondisi Umum .................................................................................. 6
1.2. Perkembangan Sisi Pengeluaran ......................................................... 6
1.2.1 Konsumsi Rumah Tangga ......................................................... 7
1.2.2 Konsumsi Pemerintah ............................................................... 9
1.2.3 Investasi ................................................................................... 9
1.2.4 Ekspor dan Impor ..................................................................... 11
1.3. Perkembangan Sisi Penawaran: Sektor Ekonomi Utama ...................... 13
1.3.1 Sektor Pertanian ....................................................................... 14
1.3.2 Sektor Pertambangan ............................................................... 14
1.3.3 Sektor Industri Pengolahan ....................................................... 16
1.3.4 Sektor Perdagangan Besar dan Eceran ....................................... 17
1.3.5 Sektor Konstruksi ..................................................................... 18
1.3.6 Sektor Transportasi dan Pergudangan ....................................... 19
BOKS 1: POTENSI SEKTOR TAMBANG PROVINSI SULAWESI TENGGARA ............................ 21
BAB 2. KEUANGAN PEMERINTAH ... ............................................... 23
2.1 Struktur Anggaran ............................................................................ 24
2.2 Perkembangan Realisasi Anggaran APBD ........................................... 24
2.2.1 Realisasi Anggaran Pendapatan ................................................ 24
2.2.2 Realisasi Anggaran Belanja ....................................................... 26
BAB 3. INFLASI DAERAH ...... .......................................................................... 29
3.1 Kondisi Umum .................................................................................. 30
3.2 Disagregasi Inflasi .............................................................................. 32
3.3 Upaya Pengendalian Inflasi ................................................................ 34
BAB 4. PERKEMBANGAN SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM
PEMBAYARAN .......................................................... 41
4.1 Perkembangan Perbankan ................................................................. 42
4.1.1 Intermediasi Perbankan ............................................................. 42
4.1.2 Ketahanan Sektor Keuangan dari Sisi Koorporasi ...................... 43
4.1.3 Ketahanan Sektor Rumah Tangga ............................................ 44
4.1.4 Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ................... 44
4.2 Perkembangan Sistem Pembayaran .................................................... 45
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
iv
4.2.1 Transaksi Pembayaran Non Tunai ........................................... 45
4.2.2 Transaksi Pembayaran Tunai ................................................... 46
BAB 5. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN.... ............................................ 47
5.1 Ketenagakerjaan ............................................................................... 48
5.2 Kesejahteraan .......... ......................................................................... 50
BAB 6. PROSPEK EKONOMI ...................................................................................... 51
6.1 Prospek Ekonomi Makro .................................................................... 52
6.2 Prospek Inflasi .......... ........................................................................ 55
DAFTAR ISTILAH
TIM PENYUSUN
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
v
Daftar
Tabel
Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran (yoy) ........................................ 7
Tabel 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran (yoy) .......................................... 13
Tabel 2.1. Realisasi dan Pencapaian Target Pendapatan Pemerintah Sulawesi
Tenggara ............................................................................................. 25
Tabel 2.2. Realisasi dan Pencapaian Target Belanja Pemerintah Sulawesi Tenggara 26
Tabel 3.1. Inflasi Kota Kendari (mtm) Per Kelompok ............................................... 31
Tabel 3.2. Inflasi Kota Kendari (qtq) Per Kelompok ................................................ 32
Tabel 6.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Triwulan I 2015....................... 53
Tabel 6.2. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran Triwulan I 2015 .......... 54
Tabel 6.3. Faktor Resiko dan Dampaknya Terhadap Inflasi di Triwulan II 2015 ......... 56
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
vi
Daftar
Grafik
Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara ............................................ 6
Grafik 1.2. Pergerakan Indeks Keyakinan Konsumen ............................................. 7
Grafik 1.3. Indeks Penghasilan ............................................................................. 7
Grafik 1.4. Pertumbuhan Konsumsi Listrik ............................................................ 8
Grafik 1.5. Pertumbuhan Konsumsi Air .................................................................. 8
Grafik 1.6. Penerimaan Pajak ............................................................................. 8
Grafik 1.7. Pertumbuhan Kredit Konsumsi ........................................................... 8
Grafik 1.8. Penanaman Modal Asing .................................................................... 10
Grafik 1.9. Penanaman Modal Dalam Negeri ....................................................... 10
Grafik 1.10. Kredit Investasi Sulawesi Tenggara ........................................................ 10
Grafik 1.11. Impor Barang Modal ........................................................................... 10
Grafik 1.12. Perkembangan Pembangunan Smelter Pengolahan Nikel s.d Akhir 2014 11
Grafik 1.13. Pertumbuhan Nilai Ekspor .................................................................... 12
Grafik 1.14. Pangsa Komoditas Ekspor .................................................................. 12
Grafik 1.15. Ekspor Feronikel ............................................................................... 12
Grafik 1.16. Pertumbuhan Ekspor Perikanan ........................................................... 12
Grafik 1.17. Volume Impor .................................................................................... 13
Grafik 1.18. Arus Bongkar Barang Pelabuhan ........................................................... 13
Grafik 1.19. Perkembangan Produksi Ore Nikel ......................................................... 15
Grafik 1.20. Kredit Sektor Pertambangan ................................................................. 15
Grafik 1.21. Perkembangan Produksi Feronikel ......................................................... 16
Grafik 1.22. Perkembangan Kredit Sektor Industri .................................................... 16
Grafik 1.23. Penjualan Kendaraan Bermotor ............................................................. 17
Grafik 1.24. Transaksi Perdagangan Luar Negeri ....................................................... 17
Grafik 1.25. Nominal Exim Sultra .............................................................................. 18
Grafik 1.26. Penjualan Kendaraan Bermotor ............................................................. 18
Grafik 1.27. Kredit Sektor Konstruksi ....................................................................... 19
Grafik 1.28. Penjualan Semen .................................................................................. 19
Grafik 1.29. Arus Penumpang Pesawat Udara........................................................... 19
Grafik 1.30. Arus Penumpang Kapal laut .................................................................. 19
Grafik 2.1. Perkembangan dan Porsi Realisasi Pendapatan APBD Sulawesi Tenggara 24
Grafik 2.2. Perkembangan dan Porsi Realisasi Belanja APBD Sulawesi Tenggara ....... 24
Grafik 2.3. Perkembangan Kondisi Keuangan Antara Realisasi dan Target Bulanan
APBD Sulawesi Tenggara .................................................................... 27
Grafik 2.4. Perkembangan Penyelesasian Fisik Pengadaan Antara Realisasi dan
Target Bulanan APBD Sulawesi Tenggara ............................................... 27
Grafik 3.1. Pergerakan Inflasi Sulawesi Tenggara ................................................... 30
Grafik 3.2. Perbandingan Inflasi ............................................................................. 30
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
vii
Grafik 3.3. Inflasi Bulanan Kota Kendari ................................................................ 31
Grafik 3.4. Perbandingan Pola Inflasi Kota Kendari.................................................. 31
Grafik 3.5. Perkembangan Inflasi Sultra Berdasarkan Disagregasi Inflasi ................... 33
Grafik 3.6. Roadmap Pengendalian Inflasi Sulawesi Tenggara .................................. 35
Grafik 3.7. Program Mendukung Tingkatkan Produksi Pangan Strategis .................. 36
Grafik 3.8. Program Mendukung Tingkatkan Kelancaran Pasokan dan Distribusi ...... 37
Grafik 3.9. Program Mendukung Tingkatkan Koordinasi dan Penguatan TPID .......... 38
Grafik 3.10. Program Mendukung Tingkatkan Kelancaran Arus Informasi Kepada
Masyarakat .......................................................................................... 39
Grafik 3.11. Peta TPID Kab/Kota di Sulawesi Tenggara (per April 2015) ..................... 39
Grafik 4.1. Dana Pihak Ketiga di Perbankan Sulawesi Tenggara ............................... 42
Grafik 4.2. Kinerja Kredit, DPK dan LDR .................................................................. 43
Grafik 4.3. Penyaluran Jenis Kredit Perbankan ........................................................ 43
Grafik 4.4. Pertumbuhan Kredit Sektor Utama ........................................................ 43
Grafik 4.5. NPL Kredit Sektor Utama ...................................................................... 43
Grafik 4.6. Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga ...................................................... 44
Grafik 4.7. NPL Kredit Rumah Tangga .................................................................... 44
Grafik 4.8. Kinerja Kredit dan NPL Kredit UMKM .................................................... 45
Grafik 4.9. Transaksi RTGS Sulawesi Tenggara ........................................................ 46
Grafik 4.10. Perkembangan Inflow-Outflow pembayaran tunai ................................. 46
Grafik 5.1. Pertumbuhan Penduduk Menganggur .................................................. 48
Grafik 5.2. Pertumbuhan Penduduk Bekerja ........................................................... 48
Grafik 5.3. Indeks Realisasi Kegiatan Usaha ............................................................ 49
Grafik 5.4. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja ..................................................... 49
Grafik 5.5. Pangsa Penyerapan Tenaga Kerja Per Sektor (per Februari 2015) ............ 49
Grafik 5.6. Pertumbuhan Tenaga Kerja Per Sektoral (per Februari 2015) .................. 49
Grafik 5.7. Indeks Penghasilan ............................................................................... 50
Grafik 5.8. Perkembangan NTP Sulawesi Tenggara ................................................. 50
Grafik 6.1. Indeks Perkiraan Perkembangan Usaha.................................................. 52
Grafik 6.2. Perkiraan Perkembangan Usaha Sektoral ............................................... 52
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
viii
Tabel
Indikator Terpilih
A. Inflasi dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
2015
I II III IV I II III IV I
Indeks Harga Konsumen
- Kendari 102.02 104.02 109.46 108.16 107.34 108.71 110.43 116.16 114.65
- Baubau - - - - 109.84 112.72 115.31 121.89 121.39
Laju Inflasi Tahunan (%, yoy)
- Kendari 3.02 3.76 7.30 5.92 5.21 4.50 0.88 7.39 6.81
PDRB Penawaran - Harga Konstan (Rp miliar)
1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3,516 3,867 4,155 3,970 4,004 4,333 4,502 4,082 3,981
2. Pertambangan dan Penggalian 3,371 3,809 3,849 3,837 3,371 3,499 3,632 3,646 3,687
3. Industri Pengolahan 940 993 926 966 905 1,016 1,054 1,146 1,069
4. Pengadaan Listrik, Gas 8 8 8 8 8 8 8 9 10
5. Pengadaan Air 32 32 33 34 35 34 35 36 36
6. Konstruksi 1,680 1,781 1,894 2,086 1,953 2,027 2,110 2,290 1,986
7. Perdagangan Besar & Eceran, dan Reparasi Mobil & Spd Motor 1,740 1,878 1,921 1,977 1,927 1,991 2,075 2,146 2,056
8. Transportasi dan Pergudangan 654 692 713 746 700 717 739 793 737
9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 84 90 91 94 92 98 99 103 98
10. Informasi dan Komunikasi 353 364 384 395 370 376 390 403 384
11. Jasa Keuangan 325 340 342 345 354 368 371 388 392
12. Real Estate 269 273 277 283 290 294 294 299 302
13. Jasa Perusahaan 30 32 32 34 34 35 35 36 37
14. Adm Pemerintahan, Pertahanan & Jaminan Sosial Wajib 783 822 881 903 872 906 1,003 1,048 938
15. Jasa Pendidikan 641 664 712 808 737 755 804 924 843
16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 142 145 153 164 164 168 166 181 175
17. Jasa Lainnya 209 214 228 242 244 252 252 260 258
PDRB Permintaan - Harga Konstan (Rp miliar)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 7,588 7,659 7,929 8,139 8,070 8,135 8,435 8,629 8,559
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 173 174 174 178 199 194 192 198 177
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 2,102 2,460 2,528 2,883 2,149 2,528 2,607 3,030 2,202
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 5,858 5,988 6,241 6,721 6,241 6,453 6,974 7,435 6,483
5. Perubahan Inventori (151) 478 (107) 196 (108) 430 337 (188) 285
6. Eksport Luar Negeri 3,033 2,408 1,961 3,837 1,483 729 893 961 844
7. Import Luar Negeri 739 631 811 1,097 708 752 1,167 1,579 1,149
8. Net Eksport Antar Daerah (3,085) (2,532) (1,316) (3,966) (1,266) (843) (699) (696) (413)
Total PDRB (Rp Miliar) 14,779 16,003 16,599 16,893 16,061 16,876 17,571 17,790 16,988
Pertumbuhan PDRB (%, yoy) - - - - 8.68 5.45 5.86 5.31 5.77
Indikator2013 2014
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
ix
B. Perkembangan Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
2015
I II III IV I II III IV I
Total Asset (Rp miliar) 17.523 17.874 19.145 17.866 19.297 20.245 19.686 18.833 20.871
- Bank Umum 16.347 16.676 17.785 16.765 17.884 19.100 18.598 17.743 19.702
- BPR 104 105 112 133 133 142 163 187 200
- Syariah 1.072 1.094 1.248 968 1.281 1.003 925 903 969
Dana Pihak Ketiga (Rp miliar) 11.111 11.384 11.862 11.709 12.218 12.775 13.094 12.172 13.250
- Giro 3.188 3.327 3.602 2.298 3.253 3.836 3.712 2.181 3.512
- Tabungan 5.944 6.072 6.249 7.334 6.358 6.305 6.445 7.142 6.248
- Deposito 1.979 1.985 2.010 2.077 2.607 2.634 2.936 2.849 3.491
Kredit (Rp miliar) 11.732 12.692 13.278 13.781 13.950 14.560 14.886 15.175 15.432
- Modal Kerja 3.778 3.824 3.966 4.067 4.200 4.145 4.236 4.247 4.268
- Investasi 1.339 1.835 1.957 2.081 1.923 1.742 1.738 1.773 1.797
- Konsumsi 6.614 7.033 7.354 7.632 7.827 8.673 8.912 9.154 9.367
NPL (Gross) (Rp miliar) 208.754 236.400 209 236 270 250 315 382 409
NPL (%) 1,78 1,86 2,03 1,82 2,26 2,62 2,74 2,55 3,07
LDR (%) 106 111 112 118 114 114 114 125 116
Kredit UMKM (Rp miliar) 3.765 4.131 4.247 4.360 4.391 4.729 4.780 4.786 4.859
NPL Kredit UMKM (%) 3,25 3,68 3,59 3,58 4,38 5,16 5,41 4,94 5,87
Kredit ke Rumah Tangga (Rp miliar) 6.429 6.827 7.147 7.414 7.586 8.128 8.349 8.583 8.787
NPL Kredit ke Rumah Tangga (%) 0,84 0,93 0,89 0,74 0,87 1,05 1,07 1,00 1,39
- Inflow 522 188 572 397 632 319 462 281 939
- Outflow 162 604 1.221 1.430 120 675 1.056 1.025 230
- Net (Inflow - Outflow) 360 (417) (649) (1.032) 512 (356) (595) (744) 708
- Volume (lembar) 30.167 39.590 35.330 44.054 44.549 39.339 38.672 42.665 44.644
- Nominal (Rp miliar) 599 944 1.063 11.652 902 842 847 979 1.003
- Volume (lembar) 15.328 22.138 24.609 39.800 21.472 23.296 25.676 23.907 9.513
- Nominal (Rp miliar) 12.078 39.800 30.663 34.745 22.108 25.541 28.649 28.768 25.624
Kas (Rp miliar)
Perbankan
Kliring
RTGS
Indikator2013 2014
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
x
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
1
Ringkasan
Eksekutif
Perekonomian
Sulawesi
Tenggara pada
Triwulan I tumbuh
meningkat
Perbaikan kinerja
sektor tambang
dan stabilnya
kinerja investasi
mendorong
peningkatan
ekonomi pada
triwulan I 2015
Gambaran Umum
Pada Triwulan I 2015 ekonomi Sulawesi Tenggara (Sultra) tumbuh sebesar
5,8% (yoy) mengalami peningkatan dibandingkan triwulan IV 2014
(5,3%, yoy). Dengan pertumbuhan tersebut, pertumbuhan Sultra lebih
tinggi daripada pertumbuhan ekonomi nasional yang pada triwulan I
mencapai 4,7% (yoy). Sementara itu, tekanan inflasi di Sulawesi Tenggara
tercatat menurun sebesar 7,80% (yoy), dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 8,79% (yoy). Penurunan tekanan inflasi
tersebut terutama bersumber dari komponen administered prices dan
volatile food. Di sisi lain, kondisi sistem keuangan di Provinsi Sulawesi
Tenggara juga mengalami perlambatan sejalan dengan trend konsumsi
pemerintah dan masyarakat yang melambat di awal tahun.
Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Kondisi perekonomian Sulawesi Tenggara pada awal tahun 2015 mulai
menunjukan peningkatan didorong oleh perbaikan kinerja sektor
pertambangan dan stabilnya kinerja sektor industri pengolahan.
Sementara dari sisi permintaan, peningkatan kinerja ekonomi Sultra di
triwulan I 2015 didorong oleh perbaikan ekspor luar negeri dan stabilnya
kinerja investasi. Selama triwulan I 2015, perekonomian Sulawesi
Tenggara tumbuh sebesar 5,8% (yoy), terakselerasi dibandingkan
triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 5,3% (yoy), angka tersebut juga
tercatat berada di atas pertumbuhan nasional sebesar 4,7% (yoy).
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
2
Peningkatan
realisasi belanja
pemerintah tidak
diikuti oleh
peningkatan
realisasi
pendapatan
pemerintah
Tekanan inflasi
Sultra menurun
yang disebabkan
oleh penurunan
harga BBM
bersubsidi
Intermediasi
perbankan
mengalami
peningkatan
dengan risiko
yang meningkat
Keuangan Pemerintah
Realisasi belanja fiskal pemerintah provinsi mengalami peningkatan jika
dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya. Realisasi
belanja Provinsi Sulawesi Tenggara mencapai 12,5%, lebih tinggi
dibandingkan dengan realisasi pendapatan triwulan I tahun 2014 sebesar
10,3%. Di sisi lain, realisasi pendapatan pemerintah provinsi justru
mengalami penurunan yang signifikan yakni hanya mencapai 0,03%,
menurun cukup dalam jika dibandingkan dengan periode yang sama di
tahun 2014 yang mencapai 12,3%
Inflasi Daerah
Secara agregat, inflasi Sulawesi Tenggara pada triwulan I 2015 mengalami
penurunan, dari 8,79% (yoy) di triwulan sebelumnya menjadi 7,80%
(yoy). Penurunan laju inflasi Sulawesi Tenggara sejalan dengan
menurunnya laju inflasi yang terjadi baik di Kota Kendari maupun di Kota
Baubau. Penurunan tekanan inflasi tersebut terutama bersumber dari
komponen administered prices dan volatile food. Komponen administered
prices menjadi faktor terbesar yang mendorong penurunan pada periode
tersebut disebabkan oleh kebijakan menurunkan harga BBM bersubdisi
pada Bulan Januari 2015. Sementara itu, penurunan komponen volatile
food dipicu telah masuknya musim panen komoditas cabai merah dan
cabai rawit.
Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
Kinerja perbankan di Sulawesi tenggara pada Triwulan I 2015 mengalami
peningkatan. Hal ini terlihat dari adanya percepatan pertumbuhan
penghimpunan dana masyarakat dan kredit yang disalurkan. Meskipun
demikian, risiko kredit mengalami peningkatan meskipun masih berada
dalam level yang aman. Di sisi lain, kondisi sistem keuangan di Provinsi
Sulawesi Tenggara juga mengalami perlambatan sejalan dengan trend
konsumsi pemerintah dan masyarakat yang melambat di awal tahun.
Bab 6- Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
3
Kondisi
ketenagakerjaan
mengalami
penurunan yang
diikuti
menurunnya
tingkat
kesejahteraan.
Perumbuhan
ekonomi Sultra
pada triwulan II
2015 akan
mengalami
peningkatan
disertai kenaikan
tekanan inflasi
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Tingkat pengangguran terbuka meningkat dari 2,1% (Februari 2014)
menjadi 3,6% (Februari 2015). Meskipun jumlah penduduk yang bekerja
juga meningkat, namun belum pulihnya kinerja semua sektor ekonomi
utama berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja di Sulawesi
Tenggara. Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan
mengalami penurunan terutama pada masyarakat pedesaan. Hal tersebut
terlihat dari Nilai Tukar Petani (NTP) yang masih berada di bawah level 100
dan bahkan semakin menurun dibandingkan dengan periode
sebelumnya.
Prospek Perekonomian
Pada triwulan II 2015 mendatang, pertumbuhan ekonomi Sulawesi
Tenggara diperkirakan mengalami peningkatan disertai dengan adanya
kenaikan tekanan inflasi. Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara pada
triwulan II 2015 diprakirakan berada pada kisaran 6,0% - 6,5% (yoy).
Peningkatan tersebut diperkirakan didorong oleh peningkatan kinerja
sektor pertambangan dan sektor pertanian.
Sementara itu, tekanan inflasi Sulawesi Tenggara pada triwulan II 2015
cenderung meningkat dengan perkirakan berada pada kisaran 7,7% -
8,1% (yoy). Kenaikan tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan
tekanan inflasi dari kelompok volatile food seiring naiknya tingkat
permintaan masyarakat atas komoditas bahan pangan memasuki momen
bulan suci ramadhan.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
4
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
5
Pertumbuhan
Ekonomi Daerah
Kondisi perekonomian Sulawesi Tenggara pada awal tahun 2015 mulai menunjukan
peningkatan didorong oleh perbaikan kinerja sektor pertambangan dan stabilnya
kinerja sektor industri pengolahan. Sementara dari sisi permintaan, peningkatan
kinerja ekonomi Sultra di triwulan I 2015 didorong oleh perbaikan ekspor luar negeri
dan stabilnya kinerja investasi. Selama triwulan I 2015, perekonomian Sulawesi
Tenggara tumbuh sebesar 5,8% (yoy), terakselerasi dibandingkan triwulan
sebelumnya yang hanya tumbuh 5,3% (yoy).
Bab 1
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
6
1.1 KONDISI UMUM
Perekonomian Sulawesi Tenggara pada triwulan I 2015 tumbuh sebesar 5,8% (yoy), tumbuh
terakselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 5,3% (yoy). Dari
sisi penawaran, meningkatnya perekonomian Sulawesi Tenggara di periode laporan secara dominan
didorong oleh meningkatnya kinerja sektor tambang pasca kontraksi yang terjadi sejak awal tahun
2014 akibat pemberlakuan UU Minerba. Peningkatan kinerja sektor tambang juga turut memberikan
multiplier efek atas kinerja positif di sektor industri olahan. Dari sisi permintaan, peningkatan kinerja
ekonomi didorong oleh perbaikan ekspor luar negeri dan stabilnya kinerja investasi. Hal tersebut
sejalan dengan fokus pemerintah daerah atas pengembangan sarana prasarana infrastruktur daerah
seperti pembangunan jembatan, pengembangan pelabuhan laut dan udara, serta fokus pemerintah
dalam pembangunan kawasan industri khusus.
Sumber : BPS Sultra, BPS RI
Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara
Bila dibandingkan dengan perekonomian secara nasional, perekonomian Sulawesi Tenggara berada
di atas level pertumbuhan nasional yang hanya tumbuh 4,7% (yoy). Hal ini menunjukkan bahwa
perekonomian Sulawesi Tenggara masih memiliki potensi untuk tumbuh lebih tinggi lagi di periode
mendatang. Mulai beroperasinya smelter baru di Sulawesi Tenggara serta based point effect di periode
triwulan I tahun 2014 mendorong perbaikan perekonomian Sultra apabila dibandingkan dengan
kinerja ekonomi nasional yang masih relatif melambat di triwulan I 2015.
1.2 PERKEMBANGAN SISI PENGELUARAN
Dari sisi pengeluaran, peningkatan perekonomian Sulawesi Tenggara di triwulan I 2015
didorong oleh perbaikan pada kinerja ekspor luar negeri dan stabilnya kinerja investasi.
Meskipun masih terkontraksi, kinerja ekspor luar negeri yang lebih baik dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya mampu mendorong perekonomian secara keseluruhan. Sementara itu, perekonomian
10,6%
11,7%
7,5%
6,3%
8,7%
5,5%5,9%
5,3%5,8%
6,2% 6,0%5,6%
5,0% 5,1% 5,0% 4,9% 5,0%4,7%
I II III IV I
2011 2012 2013 2014 . 2014 2015
Pertumbuhan Ekonomi Sultra Pertumbuhan Ekonomi Nasional
%, yoy
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
7
Sulawesi Tenggara juga ditopang oleh stabilnya pertumbuhan investasi di triwulan I 2015. Adapun
komponen konsumsi rumah tangga meskipun melambat masih memberikan kontribusi terbesar pada
perekonomian Sulawesi Tenggara. Dari pertumbuhan secara total sebesar 5,8%, kontribusi konsumsi
rumah tangga mencapai 2,9%.
Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran (yoy)
PMTB = Pembentukan Modal Tetap Bruto; SOG = Source of Growth (kontribusi)
Sumber : BPS Sultra, Diolah
1.2.1 Konsumsi Rumah Tangga
Aktivitas konsumsi rumah tangga di Sulawesi Tenggara pada triwulan I 2015 masih tumbuh
cukup tinggi sebesar 5,7% (yoy), namun lebih lambat dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya yang dapat mencapai 6,0% (yoy). Perlambatan yang terjadi tersebut terkonfirmasi oleh
indeks keyakinan konsumen di Kota Kendari hasil Survei Konsumen-Bank Indonesia yang juga
mengalami penurunan dari 130,39 di triwulan IV 2014 menjadi 127,33 di triwulan I 2015. Beberapa
faktor yang mempengaruhi melambatnya konsumsi berdasarkan hasil survei tersebut adalah
ketersediaan lapangan pekerjaan yang menjadi lebih terbatas dan adanya penundaan pembelian
barang tahan lama (durable goods). Adapun indeks penghasilan diindikasikan mengalami
peningkatan seiring dengan adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi, meskipun demikian hal
tersebut tidak mendorong konsumsi secara umum.
Sumber: Survei Konsumen-BI Provinsi Sultra Sumber: Survei Konsumen-BI Provinsi Sultra
Grafik 1.2. Pergerakan Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 1.3. Indeks Penghasilan
2015 Pangsa % SOG %
I II III IV I
1. Konsumsi Rumah Tangga 7,0% 6,6% 6,8% 6,6% 6,8% 6,4% 5,7% 50,4% 2,9%
2. Konsumsi LNPRT 1,8% 11,9% 15,0% 11,8% 10,0% 10,8% -11,0% 1,0% -0,1%
3. Konsumsi Pemerintah 5,5% 3,4% 2,2% 2,8% 3,1% 5,1% 2,5% 13,0% 0,3%
4. PMTB 6,2% 9,2% 6,5% 7,8% 11,7% 10,6% 10,0% 38,2% 1,5%
5. Perubahan Inventori 2,4% -9,9% -13,2% -16,1% -360,4% -1198,0% -425,4% 1,7% 2,3%
6. Eksport Luar Negeri -2,5% -63,8% -51,1% -69,7% -54,5% -75,0% -43,1% 5,0% -4,0%
7. Import Luar Negeri 37,9% 28,3% -4,2% 19,3% 43,9% 43,9% 62,4% -6,8% -2,8%
8. Net Eksport Antar Daerah -13,0% -67,7% -58,1% -61,8% -38,1% -90,9% -68,5% -2,4% 5,6%
PDRB 7,5% 6,3% 8,7% 5,5% 5,9% 5,3% 5,8% 100% 5,8%
2014Komponen Pengeluaran 2013 2014
Tw I 2015
127,33
80
90
100
110
120
130
140
150
160
170
I II III IV I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014 2015
Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Kondisi Saat Ini
Indeks Ekspektasi Konsumen
Indeks
143,33
108,67
80
90
100
110
120
130
140
150
160
I II III IV I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014 2015
Indeks Penghasilan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja
Indeks
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
8
Selain itu, perlambatan konsumsi juga terlihat dari perlambatan konsumsi listrik dan konsumsi air
(Grafik 1.4 dan 1.5). Pada triwulan I 2015, konsumsi listrik di Sulawesi Tenggara hanya tumbuh 0,6%
(yoy), lebih rendah daripada konsumsi di triwulan sebelumnya yang dapat tumbuh sebesar 1,0% (yoy).
Rusaknya salah satu pembangkit listrik dan beberapa jaringan transmisi yang putus karena kondisi
cuaca menyebabkan defisit listrik di Sulawesi Tenggara mencapai 25 MW setiap harinya. Kondisi yang
sama juga terjadi pada konsumsi air minum PDAM yang masih terkontraksi sebesar 8,0% (yoy).
Indikator konsumsi lainnya seperti penerimaan pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak pembelian
barang mewah (PPnBM) juga menunjukkan adanya penurunan. Bahkan pada triwulan I 2015
pertumbuhan penerimaan pajak tersebut terkontraksi sebesar 37,1% (Grafik 1.7).
Sumber: PLN Area Kendari (diolah) Sumber: PDAM Kendari (diolah)
Grafik 1.4. Pertumbuhan Konsumsi Listrik Grafik 1.5. Pertumbuhan Konsumsi Air
Sumber: KPP Kendari (diolah) Sumber: LB Bank Umum, Lokasi Proyek (diolah)
Grafik 1.6. Penerimaan Pajak Grafik 1.7. Pertumbuhan Kredit Konsumsi
85.345
0,56%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
-
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
70.000
80.000
90.000
I II III IV I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014 2015
Konsumsi Listrik gKonsumsi Listrik (sb. Kanan)
Konsumsi Listrik (MW)yoy
710
-7,99%
-25%
-20%
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
400
500
600
700
800
900
1.000
I II III IV I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014 2015
Konsumsi Air gKonsumsi Air (sb. Kanan)
Volume (ribu m3)
yoy
25,7
-37,14%
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
-
20
40
60
80
100
120
140
I II III IV I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014 2015
PPN & PPnBM gPPN,PPnBM (sb.kanan)
Rp miliaryoy
9,63
14,4%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
0
2
4
6
8
10
12
I II III IV I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014 2015
Kredit Konsumsi gKredit Konsumsi (sb. Kanan)
Rp triliun %, yoy
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
9
Seiring dengan aktivitas konsumsi yang melambat, penyaluran kredit konsumsi juga mengalami
perlambatan. Melambatnya kredit konsumsi tersebut juga dipengaruhi oleh perlambatan ekonomi
nasional. Pada triwulan I 2015, kredit konsumsi hanya tumbuh sebesar 14,4% (yoy), lebih rendah
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang dapat tumbuh sebesar 14,9% (yoy). Perlambatan
tersebut terutama terjadi pada kredit pemilikan rumah yang tumbuh sebesar 19,7% (yoy), lebih
rendah dari sebelumnya dapat tumbuh sebesar 20,5% (yoy). Kondisi yang sama juga terjadi di kredit
kepemilikan kendaraan dan kredit rumah tangga lainnya.
1.2.2 Konsumsi Pemerintah
Konsumsi pemerintah pada triwulan I 2015 tumbuh sebesar 2,5% (yoy), mengalami
perlambatan dari triwulan sebelumnya yang dapat tumbuh sebesar 5,1% (yoy). Hal tersebut
menyebabkan andil komponen konsumsi pemerintah juga masih relatif rendah yakni hanya sebesar
0,3% dari keseluruhan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,8% (yoy). Rendahnya laju pertumbuhan
konsumsi pemerintah tersebut sejalan dengan relatif masih rendahnya realisasi APBD pemerintah
daerah sesuai dengan pola tahunannya dimana serapan anggaran belanja pemerintah baru mulai
optimal memasuki semester II. Perlambatan tersebut sebagai akibat masih rendahnya pembayaran gaji
pegawai, realisasi belanja barang/jasa dan belanja bantuan sosial pemerintah terutama yang
bersumber dari APBD. Meskipun demikian, sejak triwulan I berbagai kegiatan sudah diupayakan oleh
pemerintah daerah dalam mendorong percepatan proses lelang dan pengadaan barang dan jasa, di
antaranya dengan pengadaan melalui sistem online.
Selain itu, masih rendahnya kontribusi konsumsi pemerintah juga terkait dengan belum terealisasinya
pengadaan barang dan jasa yang menggunakan anggaran APBN. Pada triwulan I 2015 masih
dilakukan konsolidasi anggaran dan nomenklatur di pemerintahan baru. Peraturan pemerintah
mengenai rincian APBN-P tahun 2015 juga baru dikeluarkan pada tanggal 17 Maret 2015 (Peraturan
Presiden Nomor 36 Tahun 2015 tentang Rincian APBN 2015). Hal tersebut menyebabkan realisasi
program dengan menggunakan APBN akan lebih banyak dilakukan pada triwulan mendatang.
1.2.3 Investasi
Kondisi kegiatan investasi di Sulawesi Tenggara pada triwulan I 2015 masih tumbuh dalam
tingkatan yang tinggi dan cenderung stabil. Investasi tumbuh sebesar 10% (yoy), relatif stabil
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 10,6% (yoy). Masih stabilnya pertumbuhan
investasi tersebut turut menopang kondisi perekonomian di triwulan I 2015.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
10
Sumber: BKPM (diolah) Sumber: BKPM (diolah)
Grafik 1.8. Penanaman Modal Asing Grafik 1.9. Penanaman Modal Dalam Negeri
Stabilnya kegiatan investasi terutama disebabkan terealisasinya penanaman modal asing (PMA) di
triwulan I 2015 sebesar US$55,7 juta, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya
terealisasi sebesar US$40,5 juta. Meskipun demikian, peningkatan tersebut tertahan oleh tidak adanya
realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) padahal pada triwulan sebelumnya terdapat realisasi
sebesar Rp191,8 miliar.
Sumber: LB Bank Umum, lokasi proyek (diolah) Sumber: KP Bea Cukai (diolah)
Grafik 1.10 Kredit Investasi Sulawesi Tenggara Grafik 1.11. Impor Barang Modal
Masih stabilnya aktivitas investasi juga berpengaruh pada realisasi kredit investasi yang masih berada
pada kisaran Rp3,80 miliar dan masih terkontraksi sebesar 6,3% (yoy), relatif sama dengan kondisi di
triwulan sebelumnya. Hal ini juga dipengaruhi oleh lebih besarnya PMA dibandingkan dengan PMDN
di triwulan I 2015, dimana PMA lebih banyak menggunakan kredit sindikasi dari perbankan/lembaga
keuangan luar negeri.
40,5
55,7
-
10
20
30
40
50
60
70
I II III IV I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014 2015
Penanaman Modal Asing
US$ Juta
191,8
0,0
-
100
200
300
400
500
600
700
800
900
I II III IV I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014 2015
Penanaman Modal Dalam Negeri
Rp miliar
3,80
-6,3%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
140%
160%
180%
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
3,0
3,5
4,0
4,5
I II III IV I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014 2015
Kredit Investasi gKredit Investasi (sb. Kanan)
Rp triliun %, yoy
0,83
9,86
-
2,0
4,0
6,0
8,0
10,0
12,0
I II III IV I II III IV I
2013 2014 2015
Impor Barang Modal
Volume (ribu ton)
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
11
Di sisi lain, aktivitas impor barang modal menunjukkan peningkatan yang signifikan, dari hanya 0,83
ribu ton pada triwulan IV 2014 menjadi 9,86 ribu ton pada triwulan laporan. Tingginya volume impor
barang modal tersebut didorong oleh beberapa proyek pembangunan smelter pengolahan nikel. Di
samping itu, pelaksanaan beberapa proyek instansi seperti pembangunan beberapa power plant PLN
dalam rangka mendukung ketersediaan pasokan listrik juga mendorong impor barang modal tersebut.
Meskipun tendensi peningkatan investasi tercatat cukup tinggi, namun masih terdapat kendala-
kendala pengembangan investasi agar dapat menopang pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, antara
lain; (1) kualitas sumber daya manusia yang masih cukup rendah menyebabkan pengembangan
investasi berbiaya tinggi karena harus mendatangkan tenaga kerja dari luar wilayah Sulawesi
Tenggara, (2) infrastruktur jalan yang masih banyak rusak sehingga meningkatkan biaya transportasi,
(3) masih terdapat masalah pembebasan lahan serta kurangnya infrastruktur pendukung seperti
telekomunikasi, listrik dan pelabuhan.
Sumber: Dinas ESDM Provinsi Sultra
Grafik 1.12. Perkembangan Pembangunan Smelter Pengolahan Nikel s.d Akhir 2014
1.2.4 Ekspor Dan Impor
Komponen ekspor luar negeri Sulawesi Tenggara pada triwulan I 2015 tercatat masih terkontraksi
sebesar 43,1% (yoy). Meskipun demikian, kondisi tersebut menujukkan adanya perbaikan karena
kontraksi ekspor tersebut tidak sedalam triwulan sebelumnya yang mencapai 75,0% (yoy).
Terkontraksinya ekspor Sulawesi Tenggara pada periode laporan masih disebabkan dampak atas
pemberlakuan UU Minerba No. 4 Tahun 2009 terkait pelarangan aktivitas ekspor hasil tambang
berupa mineral mentah. Komoditas ekspor Sulawesi Tenggara yang didominasi oleh komoditas bahan
tambang mentah yang mayoritas adalah ore nikel terkena dampak secara langsung atas
diberlakukannya UU Minerba tersebut. Aktivitas ekspor tambang Sulawesi Tenggara berhenti secara
total memasuki bulan Februari tahun 2014 terutama berasal dari perusahaan yang tidak memiliki
smelter.
Smelter Feni Swasta Asing
Smelter NPI Swasta Asing 100%
Realisasi: Rp160 M
30%
Smelter NPI Swasta Asing 40%
Smelter NPI Swasta Asing 30%
Smelter NPI Swasta Asing 60%
Smelter Feni Swasta Asing 30%
Smelter NPI Swasta Asing 40%
Smelter Feni Swasta Asing30%
Smelter NPI Swasta Asing 40%
Smelter NPI Swasta Asing 30%
Smelter NPI Swasta Asing 60%
Smelter Feni BUMN100%
Realisasi: Rp2,72 T
A: Rp168 M
A: Rp34 M
A: Rp1,96 T
A: $139,9 rb
A: $5 jutaA: $100 juta
A: $172,5 juta
A: $13 juta
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
12
Sumber: KP Bea Cukai (diolah) Sumber: KP Bea Cukai (diolah)
Grafik 1.13 Pertumbuhan Nilai Ekspor Grafik 1.14. Pangsa Komoditas Ekspor
Perbaikan kinerja ekspor tersebut terlihat dari ekspor Sulawesi Tenggara di triwulan I 2015 yang
mencapai US$ 66,1 juta. Meskipun masih terkontraksi sebesar 47,7% (yoy), namun lebih baik
daripada triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 75,1% (yoy). Perbaikan tersebut terutama
didorong oleh peningkatan ekspor hasil perikanan, seperti rajungan, gurita, ikan tuna dan ikan hidup
lainnya. Sementara itu, ekspor feronikel masih menunjukkan penurunan yang semakin dalam di
triwulan I 2015.
Sumber: KP Bea Cukai (diolah) Sumber: KP Bea Cukai (diolah)
Grafik 1.15 Ekspor Feronikel Grafik 1.16. Pertumbuhan ekspor perikanan
Sejalan dengan arah ekspor, aktivitas impor luar negeri Sulawesi Tenggara pada periode laporan juga
menunjukkan peningkatan yang cukup tinggi yaitu sebesar 62,4% (yoy) setelah di triwulan
sebelumnya tercatat tumbuh terakselerasi sebesar 43,9% (yoy). Dari data Bea Cukai, impor luar negeri
di triwulan I 2015 mencapai US$ 17,14 juta, tumbuh sebesar 298,1% (yoy) lebih tinggi dibandingkan
dengan periode sebelumnya yang mencapai 124,6% (yoy).
66,1
-47,74%
-100%
-80%
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
-
50
100
150
200
250
300
350
400
I II III IV I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014 2015
Millions
Ekspor Sultra gEkspor Sultra (sb.kanan)
Juta US$yoy
Ikan hidup202,7
0%
Tuna413,2
1%
Rajungan340,4
1%
Gurita1237,9
2%
Feronikel63793,1
96%
Lainnya112,6
0%
63,8
-19,98%
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
300%
350%
400%
450%
-
20
40
60
80
100
120
I II III IV I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014 2015
Ekspor Ferronikel gEkspor Feronikel (sb.kanan)
Juta US$yoy
-94,9%
-75,7%
30,3%
47,2%
-47,3%
-13,1%
35,9%
72,6%
-150,0% -100,0% -50,0% 0,0% 50,0% 100,0%
Ikan Hidup
Tuna
Rajungan
Gurita
Tw I-15 Tw IV-14
%,yoy
Dalam ribu USD
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
13
Sumber: KP Bea Cukai (diolah) Sumber: PT. Pelindo IV (diolah)
Grafik 1.17 Volume Impor Grafik 1.18. Arus Bongkar Barang Pelabuhan
1.3 PERKEMBANGAN SISI PENAWARAN: SEKTOR EKONOMI UTAMA
Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran (yoy)
PMTB = Pembentukan Modal Tetap Bruto; SOG = Source of Growth (kontribusi)
Sumber : BPS Sultra, Diolah
Dari sisi penawaran, meningkatnya pertumbuhan ekonomi Sultra secara dominan didorong oleh
kinerja positif di sektor pertambangan yang pada periode laporan tercatat tumbuh sebesar 9,4%
(yoy) setelah selama tahun 2014 tercatat tumbuh negatif akibat dari diberlakukannya UU
Minerba. Selain itu, stabilnya kinerja sektor industri pengolahan turut menopang peningkatan
perekonomian di triwulan I 2015. Hal tersebut seiring dengan mulai optimalnya proses produksi nikel
olahan di salah satu produsen penghasil Nickel Pig Iron yang baru berdiri di Sultra, setelah di periode
17,14
298,09%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
300%
-
10
20
30
40
50
60
70
I II III IV I
2014 2015
Impor Sultra gImpor Sultra (sb.kanan)
Juta US$yoy
316.901,0
-23,31%
-40%
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
-
50.000
100.000
150.000
200.000
250.000
300.000
350.000
400.000
450.000
I II III IV I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014 2015
Arus Bongkar Pelabuhan gArus Bongkar (sb. Kanan)
Volume (T/M3)
yoy
2015 Pangsa % SOG %
I II III IV IPertanian, Kehutanan, dan Perikanan 6,0% 9,1% 13,9% 12,0% 8,3% 2,8% -0,6% 23,4% -0,1%
Pertambangan dan Penggalian 7,5% -4,8% 0,0% -8,1% -5,6% -5,0% 9,4% 21,7% 2,0%
Industri Pengolahan 4,2% 7,7% -3,8% 2,3% 13,9% 18,7% 18,2% 6,3% 1,0%
Pengadaan Listrik, Gas 13,6% 10,6% 7,1% 7,3% 9,1% 18,6% 17,0% 0,1% 0,0%
Pengadaan Air 9,3% 7,0% 9,5% 4,9% 7,3% 6,2% 3,0% 0,2% 0,0%
Konstruksi 8,7% 12,6% 16,2% 13,8% 11,4% 9,8% 1,7% 11,7% 0,2%
Perdagangan Besar dan Eceran 9,1% 8,3% 10,8% 6,0% 8,0% 8,5% 6,7% 12,1% 0,8%
Transportasi dan Pergudangan 6,4% 5,1% 7,0% 3,6% 3,7% 6,3% 5,3% 4,3% 0,2%
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 8,3% 9,4% 9,7% 9,5% 8,8% 9,6% 5,8% 0,6% 0,0%
Informasi dan Komunikasi 13,8% 2,9% 4,8% 3,3% 1,7% 2,0% 3,6% 2,3% 0,1%
Jasa Keuangan 14,2% 9,4% 8,8% 8,2% 8,4% 12,2% 10,8% 2,3% 0,2%
Real Estate 5,6% 6,6% 7,7% 7,5% 5,9% 5,5% 4,0% 1,8% 0,1%
Jasa Perusahaan 13,0% 9,7% 13,0% 9,9% 9,3% 7,1% 7,7% 0,2% 0,0%
Administrasi Pemerintahan 4,3% 13,0% 11,3% 10,2% 13,9% 16,1% 7,6% 5,5% 0,4%
Jasa Pendidikan 11,5% 14,0% 14,9% 13,7% 13,0% 14,4% 14,4% 5,0% 0,7%
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 11,1% 12,1% 15,2% 15,6% 8,2% 10,0% 6,8% 1,0% 0,1%
Jasa Lainnya 8,5% 12,9% 16,7% 18,0% 10,5% 7,4% 5,5% 1,5% 0,1%
PDRB 7,5% 6,3% 8,7% 5,5% 5,9% 5,3% 5,8% 100,0% 5,8%
Sektoral 2013 20142014
Tw IV 2014
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
14
tahun 2014 masih berada dalam fase produksi uji coba. Sementara itu, sektor dominan lainnya seperti
sektor pertanian mengalami kontraksi dan sektor perdagangan besar dan sektor konstruksi
mengalami perlambatan kinerja. Hal tersebut menahan laju peningkatan di triwulan I 2015.
1.3.1 Sektor Pertanian
Pada periode laporan, perkembangan sektor pertanian tercatat mengalami kontraksi sebesar
0,6% (yoy) setelah di periode sebelumnya tumbuh sebesar 2,8% (yoy). Berdasarkan hasil liaison
dengan beberapa instansi serta beberapa pelaku usaha di lapangan, penurunan kinerja sektor
pertanian yang terjadi di triwulan I 2015 terutama disebabkan oleh bergesernya musim panen raya di
hampir seluruh sentra produksi padi di Sulawesi Tenggara. Pola panen raya yang biasanya terjadi di
rentang periode triwulan I (bulan Maret), pada tahun ini bergeser menjadi bulan April-Mei. Pergeseran
musim panen itu sendiri disebabkan oleh relatif tingginya tingkat curah hujan selama awal periode
triwulan I (bulan Februari) sehingga menganggu pola masa tanam komoditas padi.
Sejalan dengan hal tersebut, tingginya curah hujan di awal periode triwulan I selain menganggu
kinerja sub-sektor tabama juga turut menganggu kinerja sub-sektor perikanan. Berdasarkan hasil
liaison kepada instansi terkait, diketahui bahwa terjadi penurunan produksi ikan segar. Tingginya
tingkat curah hujan menyebabkan nelayan mengalami kesulitan untuk pergi melaut sehingga
menganggu kinerja dan mengurangi hasil tangkapan ikan segar.
Di sisi lain, rendahnya kinerja sektor pertanian juga tidak lepas dari rendahnya kinerja tanaman
perkebunan yang secara dominan diwakili oleh tanaman kakao. Sebagaimana pola musimannya,
periode triwulan I merupakan fase perawatan bagi pohon kakao, sehingga hasil produksi dari
komoditas tersebut relatif sangat rendah. Masa panen kakao sendiri baru akan terjadi memasuki akhir
periode triwulan II dengan asumsi tidak terjadi pergeseran musim panen yang biasanya dipengaruhi
oleh kondisi cuaca.
1.3.2 Sektor Pertambangan
Setelah pada tahun 2014 tercatat tumbuh terkontraksi dan memberikan andil negatif, sektor
pertambangan tumbuh terakselerasi cukup tinggi di awal tahun 2015, yakni sebesar 9,4% (yoy).
Peningkatan tersebut sangat signifikan karena di triwulan sebelumnya kinerja sektor ini terkontraksi
sebesar 5,0% (yoy). Tingginya tingkat pertumbuhan sektor tambang di periode laporan, selain
disebabkan oleh based point effect pasca pemberlakuan UU Minerba di awal tahun 2014, juga
disebabkan oleh tingginya kebutuhan akan pasokan bahan tambang berupa ore nickel yang
dibutuhkan dalam proses pembuatan nikel olahan. Kondisi tersebut sejalan dengan pesatnya
perkembangan di sektor industri olahan seiring dengan pembangunan smelter baru di beberapa
wilayah di Sulawesi Tenggara. Berdasarkan hasil pemantauan terakhir di lapangan, diketahui bahwa
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
15
saat ini sudah terdapat 2 (dua) smelter yang telah beroperasi secara penuh. Pengoperasian tungku
smelter secara maksimal akan memberikan efek langsung atas naiknya tingkat kebutuhan ore nickel
yang digunakan untuk proses pemurnian menjadi komoditi Nickel Pig Iron (NPI) maupun Ferro Nickel
(Feni) sehingga turut mendorong kinerja sektor tambang.
Mulai membaiknya kinerja sektor tambang tercermin dari mulai meningkatnya produksi ore nickel di
salah satu perusahaan pertambangan yang dapat tumbuh sebesar 1027,4% (yoy) di triwulan I 2015.
Perusahaan tersebut berhasil memproduksi ore nickel sebesar 112,7 ribu WMT. Meskipun demikian,
hasil produksi tersebut masih jauh dari rata-rata produksi triwulanan pada tahun 2012-2013 yang
lalu, dimana rata-rata produksi ore nickel dapat mencapai 710 ribu WMT/triwulan. Perusahan yang
memiliki smelter pengolahan nikel berupa Feni juga mencatat peningkatan produksi Feni. Pada
triwulan I 2015, produksi Feni mencapai 4.501 WMT, tumbuh sebesar 35,6% (yoy) lebih tinggi
dibandingkan kinerja triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 29,8% (yoy).
Sumber: Salah Satu Produsen Nikel Utama Sultra Sumber: LB Bank Umum, Lokasi Proyek (diolah)
Grafik 1.19.Produksi Ore Nikel Grafik 1.20. Kredit Sektor Pertambangan
Sejalan dengan telah berlakunya UU Minerba terkait pelarangan ekspor mineral mentah, maka fokus
pemerintah saat ini beralih kepada realisasi pembangunan dan pengembangan industri pengolahan
di wilayah Sulawesi Tenggara. Diharapkan dengan berdirinya pabrik pengolahan dan pemurnian
mineral (smelter) tersebut akan memberikan nilai tambah yang jauh lebih tinggi terhadap hasil
pertambangan di Sulawesi Tenggara, selain itu juga dapat menjaga kesinambungan pertumbuhan
ekonomi di sektor tambang sekaligus turut mendorong berkembangnya sektor industri pengolahan.
Upaya pemerintah saat ini terlihat dari telah berdirinya 2 (dua) pabrik pengolahan dan pemurnian
mineral di Kabupaten Konawe dan Kolaka. Berdasarkan hasil liaison yang dilakukan beberapa waktu
lalu terhadap responden pelaku usaha tambang, diketahui bahwa terdapat rencana pengembangan
dan pembangunan 34 pabrik pengolahan dan pemurnian mineral lainnya, dimana 12 di antaranya
sudah mulai masuk di tahap konstruksi. Diharapkan pembangunan smelter tersebut sudah dapat
selesai pada tahun 2016 dan beroperasi secara optimal di tahun 2017.
112.738,0
1027,38%
-200%
0%
200%
400%
600%
800%
1000%
1200%
-
200.000
400.000
600.000
800.000
1.000.000
1.200.000
1.400.000
I II III IV I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014 2015
Produksi Ore Nickle gProduksi Ore Nickle (sb.kanan)
Volume (WMT)yoy
1.521
5,9%
-20,0%
0,0%
20,0%
40,0%
60,0%
80,0%
100,0%
120,0%
1.360
1.380
1.400
1.420
1.440
1.460
1.480
1.500
1.520
1.540
1.560
III IV I II III IV I
2013 2014 2015
Kredit Sektor Pertambangan gKredit Pertambangan (sb.kanan)
Rp miliar %, yoy
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
16
Peningkatan kinerja sektor pertambangan juga diikuti dengan meningkatnya kredit ke sektor tersebut.
Pada triwulan I 2015, kredit ke sektor pertambangan di Sulawesi Tenggara berdasarkan lokasi proyek
mencapai Rp1,52 triliun, tumbuh sebesar 5,9% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya
yang terkontraksi sebesar 7,2% (yoy). Dengan demikian, perbankan merealisasikan tambahan kredit
ke sektor ini sebesar Rp87 miliar selama 1 triwulan.
1.3.3 Sektor Industri Pengolahan
Sejalan dengan kinerja di sektor pertambangan, pada triwulan I 2015 sektor industri pengolahan
tercatat tumbuh stabil sebesar 18,2% (yoy), relatif sama dengan kinerja di triwulan sebelumnya
sebesar 18,7% (yoy). Tingginya kinerja sektor industri pengolahan di Sulawesi Tenggara tersebut
turut menopang akselerasi perekonomian di periode laporan. Hal tersebut didorong peningkatan
kapasitas produksi feronikel di salah satu perusahaan industri pengolahan terbesar di Sulawesi
Tenggara. Pada triwulan I 2015, produksi feronikel di perusahaan tersebut tumbuh sebesar 35,6%
(yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 29,8% (yoy).
Selain itu, tingginya kinerja sektor industri olahan juga turut didorong oleh mulai berproduksinya salah
satu perusahaan pengolah nikel yang telah memasuki fase produksi optimal, setelah selama tahun
2014 silam berada di fase uji coba.
Sumber: Salah Satu Produsen Feronikel Utama Sultra Sumber: LB Bank Umum Sultra, Lokasi Proyek (diolah)
Grafik 1.21 Perkembangan Produksi Feronikel Grafik 1.22. Perkembangan Kredit Sektor Industri
Stabilnya kinerja sektor pengolahan belum diikuti dengan membaiknya realisasi kredit perbankan di
sektor ini. Pada triwulan I 2015, kredit ke sektor industri pengolahan hanya tumbuh sebesar 8,3%
(yoy), lebih rendah daripada pertumbuhan di triwulan sebelumnya yang mencapai 13,5% (yoy).
Meskipun demikian, kondisi tersebut tidak terlalu mempengaruhi kinerja sektor ini dan tetap
menunjang perkembangan ekonomi di Sulawesi Tenggara. Berdasarkan hasil konfirmasi dari beberapa
pelaku usaha terkait, diketahui bahwa mayoritas pelaku usaha sektor industri olahan relatif cenderung
4.501,0
35,55%
-40%
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
-
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
I II III IV I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014 2015
Produksi Ferro Nickle gProduksi Ferro Nickle (sb.kanan)
Volume (WMT)yoy
171,6
8,3%
0,0%
5,0%
10,0%
15,0%
20,0%
25,0%
30,0%
35,0%
135
140
145
150
155
160
165
170
175
180
185
III IV I II III IV I
2013 2014 2015
Kredit Sektor Industri gKredit Industri (sb. Kanan)
Rp miliar %, yoy
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
17
memilih memenuhi kebutuhan modalnya melalui pemenuhan modal sendiri dibandingkan melalui
fasilitas kredit perbankan.
1.3.4 Sektor Perdagangan Besar Dan Eceran
Sejalan dengan masih terkontraksinya ekspor dan melambatnya konsumsi rumah tangga
maupun konsumsi pemerintah, kinerja sektor perdagangan besar dan eceran pada triwulan I
2015 hanya tumbuh sebesar 6,7% (yoy), lebih rendah dari periode sebelumnya yang dapat
tumbuh sebesar 8,5% (yoy). Beberapa faktor yang mendorong perlambatan pertumbuhan sektor
perdagangan besar dan eceran di periode laporan di antaranya adalah akibat menurunnya aktivitas
perdagangan antarpulau. Di samping itu, pelemahan daya beli masyarakat juga turut mendorong
penurunan aktivitas dan kinerja di sektor perdagangan besar dan eceran.
Kondisi tersebut terkonfirmasi dari penurunan penjualan kendaraan bermotor baik roda dua maupun
roda empat. Data Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara menunjukan adanya
penurunan penjualan kendaraan roda dua sebesar 13,6% (yoy) dan penurunan sebesar 31,0% (yoy)
atas penjualan kendaraan roda empat.
Sumber: Dispenda Provinsi Sultra (diolah) Sumber: KP Bea Cukai (diolah)
Grafik 1.23 Penjualan Kendaraan Bermotor Grafik 1.24 Transaksi Perdagangan luar negeri
Melambatnya kinerja sektor perdagangan juga dipengaruhi oleh menurunnya transaksi perdagangan
luar negeri. Melemahnya nilai ekspor disebabkan oleh masih tidak stabilnya kondisi ekonomi negara
tujuan ekspor seperti Tiongkok. Di sisi lain, pulihnya kondisi ekonomi Amerika dan Eropa yang
memberikan efek atas melemahnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang dolar Amerika
menyebabkan beban biaya perolehan barang impor menjadi lebih mahal. Kondisi tersebut mendorong
beberapa importir cenderung menahan pembeliannya sambil menunggu kondisi menjadi lebih stabil.
-13,55%
-31,03%-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
I II III IV I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014 2015
Kendaraan Roda 2 Kendaraan Roda 4
%, yoy
66,1
17,1
-
20
40
60
80
100
120
140
160
I II III IV I
2014 2015
Ekspor LN Impor LN
Juta USD
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
18
Di sisi lain, perlambatan yang terjadi di sektor perdagangan besar dan eceran juga turut terkonfirmasi
oleh menurunnya aktivitas bongkar dan muat di pelabuhan Kota Kendari. Data PT Pelindo
menunjukan bahwa aktivitas bongkar barang tercatat mengalami penurunan sebesar 23,3% (yoy),
sementara aktivitas muat barang juga mengalami penurunan yakni sebesar 3,7% (yoy).
Sumber: PT Pelindo (diolah) Sumber: LB Bank Umum, Lokasi Proyek (diolah)
Grafik 1.25 Nominal Exim Sultra Grafik 1.26 Penjualan Kendaraan Bermotor
Selain itu, kondisi perlambatan sektor perdagangan diikuti dengan melambatnya realisasi kredit ke
sektor tersebut. Pada triwulan I 2014, kredit sektor perdagangan mencapai Rp3,99 triliun, atau
tumbuh sebesar 10,7% (yoy), lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yang dapat tumbuh
sebesar 12,1% (yoy).
1.3.5 Sektor Konstruksi
Pada triwulan I 2015, sektor konstruksi tumbuh sebesar 1,7% (yoy) melambat cukup besar bila
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang dapat tumbuh sebesar 9,8% (yoy). Perlambatan
tersebut sejalan dengan melambatnya aktivitas investasi bangunan di Sulawesi Tenggara dan
terkofirmasi juga dari perlambatan kredit sektor konstruksi di triwulan I 2015. Adapun investasi yang
masih tumbuh tinggi di triwulan tersebut adalah investasi non-bangunan, yaitu berupa kendaraan dan
mesin smelter.
Perlambatan investasi bangunan terjadi karena realisasi konstruksi fisik bangunan belum terlalu tinggi.
Di samping itu, based point effect akibat dari tingginya kinerja sektor konstruksi di periode yang sama
tahun lalu juga turut menjadi salah satu penyebab atas rendahnya tingkat pertumbuhan sektor
konstruksi di periode laporan.
Meski demikian, fokus pemerintah atas lanjutan pengembangan infrastruktur di beberapa
kota/kabupaten seperti konstruksi gedung perkantoran dan beberapa realisasi proyek swasta terkait
konstruksi beberapa hotel dan komplek perumahan diperkirakan akan turut mendorong
-23,31%
-3,69%
-150%
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
300%
350%
I II III IV I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014 2015
Arus Bongkar Arus Muat
%, yoy
3.994
10,7%
0,0%
5,0%
10,0%
15,0%
20,0%
25,0%
30,0%
35,0%
40,0%
3.100
3.200
3.300
3.400
3.500
3.600
3.700
3.800
3.900
4.000
4.100
III IV I II III IV I
2013 2014 2015
Kredit Sektor Perdagangan gKredit Perdagangan
Rp miliar %, yoy
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
19
perkembangan pertumbuhan sektor konstruksi memasuki periode triwulan II 2015. Berdasarkan hasil
liaison dengan beberapa instansi terkait, diperkirakan kondisi tersebut akan berlangsung secara
berkesinambungan selama rentang tahun 2015 hingga tahun 2016.
Sumber: LB Bank Umum, lokasi proyek (diolah) Sumber: Asosiasi Semen
Grafik 1.27 Kredit Sektor Konstruksi Grafik 1.28. Penjualan Semen
1.3.6 Sektor Transportasi Dan Pergudangan
Sektor transportasi dan pergudangan Sulawesi Tenggara tercatat tumbuh melambat sebesar
5,3% (yoy) pada triwulan I 2015 setelah di periode sebelumnya tumbuh sebesar 6,3% (yoy).
Perlambatan tersebut terkonfirmasi oleh jumlah penumpang bandara yang mengalami penurunan
sebanyak 86,1 ribu orang dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Di samping itu, penurunan
jumlah penumpang juga terjadi pada mode transportasi laut dimana terdapat penurunan arus jumlah
penumpang di pelabuhan sebesar 26,8 ribu penumpang bila dibandingkan dengan posisi di triwulan
sebelumnya.
Sumber: Bandar Udara Haluoleo Sumber: PT Pelindo
Grafik 1.29.Arus Penumpang Pesawat Udara Grafik 1.30. Arus Penumpang Kapal laut
428,6
-8,9%
-15,0%
-10,0%
-5,0%
0,0%
5,0%
10,0%
15,0%
20,0%
25,0%
0
100
200
300
400
500
600
III IV I II III IV I
2013 2014 2015
Kredit Sektor Konstruksi gKredit Konstruksi (sb.kanan)
Rp miliar %, yoy
136.246
123.173
-
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
140.000
160.000
I II III IV I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014 2015
Penjualan Semen
kg
250.009
163.936
-
50.000
100.000
150.000
200.000
250.000
300.000
I II III IV I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014 2015
Penumpang Pesawat Udara
orang
152.200
125.377
-
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
140.000
160.000
180.000
200.000
I II III IV I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014 2015
Penumpang Kapal Laut
orang
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
20
Berdasarkan hasil konfirmasi dari beberapa instansi terkait, penurunan yang terjadi di periode laporan
terutama disebabkan oleh adanya kenaikan harga tiket pesawat udara sejalan dengan kebijakan
pemerintah. Di samping itu, penurunan yang terjadi juga sejalan dengan pola tahunan yang ada,
dimana pada rentang periode triwulan I relatif tidak terdapat momen hari raya, libur panjang ataupun
pelaksanaan event skala nasional maupun internasional yang dapat mendorong tingginya arus
transportasi masyarakat, baik melalui mode transportasi udara maupun laut.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
21
BOKS 1
POTENSI SEKTOR TAMBANG PROVINSI SULAWESI TENGGARA
Berdasarkan hasil studi dan penelitian terakhir terhadap kondisi sektor pertambangan di Sulawesi
Tenggara diketahui bahwa di dalam perut bumi Sulawesi Tenggara terkandung berbagai macam
potensi sumber daya alam yang bernilai tinggi.
Terdapat 3 (tiga) komoditas tambang utama di Sulawesi Tenggara yakni Ore Nikel, Aspal dan Emas.
Ketiga komoditas tersebut tersebar secara merata di seluruh wilayah Kabupaten di Sulawesi
Tenggara. Dari gambar diatas diketahui bahwa untuk komoditas ore nikel, potensi cadangan alam
terbesar terdapat di Kabupaten Konawe Utara dan Konawe Selatan dengan potensi produksi
sebanyak 50 miliar WMT. Untuk keseluruhan Sultra sendiri, memiliki potensi cadangan ore nikel
sebanyak 97 miliar WMT dengan nilai ekonomi sebesar Rp23 ribu triliun. Sementara untuk
komoditas aspal terkonsentrasi di Pulau Buton, Kabupaten Buton dengan potensi produksi
sebanyak 3,8 miliar WMT dan memiliki nilai ekonomis sebesar Rp2,300 triliun. Di sisi lain,
kandungan emas yang terdapat di kabupaten Bombana diperkirakan mencapai 1,12jt ton dengan
nilai ekonomis yang diperkirakan mencapai hingga Rp400ribu triliun.
Kolaka• Luas Potensi 57rb ha• Potensi Produksi 12
miliar WMT
Bombana (Emas)• Potensi Produksi 1,12jt ton• Nilai Ekonomis 400rb triliunBombana (Nikel)• Luas Potensi 24rb ha• Potensi Produksi 28 miliar WMT
Konawe Utara & Selatan• Luas Potensi 85rb ha• Potensi Produksi 50
miliar WMT
Baubau & Buton• Potensi Produksi 3,8 miliar WMT• Nilai Ekonomis 2300 triliunTambang Nikel• Luas Potensi 5rb ha• Potensi Produksi 1,7 miliar WMT
Konawe• Luas Potensi 61rb ha• Potensi Produksi 1,7
miliar WMT
±Rp425 ributriliun
Kolaka Utara• Luas Potensi 80rb ha• Potensi Produksi 2,8
miliar WMT
Nikel
NikelNikel
Nikel
Nikel
Aspal
Emas
Potensi Nikel Sultra:97 Miliar WMT23 ribu triliun
Potensi Emas Sultra:1,2 juta ton
400 ribu triliun
Potensi Aspal Sultra:4 Miliar WMT
2300 triliun
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
22
Halaman ini sengaja dikosongkan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
23
Keuangan
Pemerintah
Kondisi perekonomian yang sudah menunjukkan adanya perbaikan belum diikuti
oleh peningkatan pendapatan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara di triwulan I
2015. Realisasi pendapatan asli daerah yang menurun ditambah dengan belum
direalisasikannya pendapatan transfer pemerintah pusat menyebabkan serapan
realisasi pendapatan pemerintah daerah baru sebesar 0,03% atau senilai Rp71,93
miliar dari total target sebesar Rp2,26 triliun.
Sementara itu, pengelolaan belanja Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara
menunjukkan adanya peningkatan. Pada triwulan I 2015 serapan realisasi belanja
pemerintah daerah mencapai 12,5% atau senilai Rp286,36 miliar dari total target
sebesar Rp2,3 triliun. Hal ini terutama terjadi karena adanya peningkatan belanja
operasi dan belanja modal.
Bab 2
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
24
2.1 STRUKTUR ANGGARAN
Konsolidasi pemerintahan baru dan APBN-P tahun 2015 yang baru disetujui di pertengahan
triwulan I 2015 menyebabkan kinerja realisasi pendapatan APBD Pemerintah Provinsi Sulawesi
Tenggara tidak sebesar tahun-tahun sebelumnya1. Hal tersebut terlihat dari realisasi pendapatan
yang hanya mencapai Rp71,93 miliar di triwulan I 2015 dan seluruhnya disumbangkan oleh
pendapatan asli daerah (PAD). Adapun pada triwulan tersebut tidak ada pendapatan transfer yang
didapatkan baik berupa dana alokasi umum, dana alokasi khusus maupun dana bagi hasil. Padahal
sejak tahun 2011, pendapatan transfer mendominasi pendapatan APBD Pemprov di triwulan I dengan
pangsa sebesar 67%-77% (Grafik 2.1).
Sementara itu dari sisi belanja, pos belanja operasi masih menjadi pos dominan dari struktur belanja
pemerintah daerah di triwulan I dengan pangsa sebesar 81%, relatif sama dengan pangsa di tahun
sebelumnya yang mencapai 80%. Meskipun demikian, terdapat peningkatan secara nominal pada
pos belanja operasi tersebut sehingga mendorong realisasi belanja yang lebih besar di tahun ini. Selain
itu, kondisi yang perlu diapresiasi adalah meningkatnya pangsa belanja modal dari hanya 1% di
triwulan I 2014 menjadi 3% di triwulan I 2015.
Sumber: BPKAD Provinsi Sulawesi Tenggara (diolah) Sumber: BPKAD Provinsi Sulawesi Tenggara (diolah)
Grafik 2.1. Perkembangan dan Porsi Realisasi
Pendapatan APBD Sulawesi Tenggara Triwulan I
Grafik 2.2. Perkembangan dan Porsi Realisasi Belanja
APBD Sulawesi Tenggara Triwulan I
2.2 PERKEMBANGAN REALISASI ANGGARAN APBD
2.2.1 REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN
Realisasi pendapatan Sulawesi Tenggara terhadap anggaran pada triwulan I 2015 jauh lebih
rendah jika dibandingkan realisasi pendapatan pemerintah daerah di periode yang sama tahun
1 APBN Perubahan Tahun 2015 disetujui oleh DPR RI dalam Sidang Paripurna pada tanggal 13 Februari 2015 dengan
mengeluarkan UU Nomor 3 tahun 2015 tentang Perubahan APBN 2015. Adapun UU tersebut ditindaklanjuti dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2015 tentang Rincian APBN 2015 pada tanggal 17 Maret 2015.
-
100
200
300
400
500
600
2011 2012 2013 2014 2015
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pendapatan Transfer
Pendapatan Lain-Lain yang Sah
Rp miliar
Rp71,9
Rp263,7
Rp564,9
Rp371,5
Rp301,6
100%33%23%29%27%
71%
67%
77%
71%73%
Triwulan I
-
50
100
150
200
250
300
350
400
450
2011 2012 2013 2014 2015
Belanja Operasi Belanja Modal Transfer
Rp miliar
Rp286,4
Rp251,2
Rp301,7
Rp411,3
Rp172,6
81%80%65%
74%
91%
16%19%
30%
20%
9%
Triwulan I
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
25
sebelumnya. Pendapatan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara di triwulan I 2015 baru terealisasi
senilai Rp71,93 miliar, atau sebesar 0,03% dari target total pendapatan dalam APBD 2015. Angka
serapan tersebut tercatat mengalami penurunan yang sangat signifikan dibandingkan dengan realisasi
di triwulan I 2014 yang tercatat sebesar Rp263,72 miliar atau 12,3% dari target dalam APBD.
Penurunan realisasi pendapatan daerah tersebut secara dominan disebabkan oleh belum terealisasinya
pendapatan transfer dari pemerintah pusat yang pada periode triwulan I tahun 2014 dapat terealisasi
sebesar 11,5% atau senilai Rp175,68 miliar.
Di sisi lain, realisasi pada pos Pendapatan Asli Daerah (PAD) di periode laporan juga tercatat mengalami
penurunan apabila dibandingkan realisasi di triwulan yang sama tahun sebelumnya. Pada periode
laporan, realisasi PAD Sultra tercatat sebesar 13,6% dari target dalam APBD 2015, atau senilai
Rp71,93 miliar, angka tersebut diketahui lebih rendah dibanding realisasi di triwulan I tahun 2014
yang mencapai 15,4% atau senilai Rp88,04 miliar.
Tabel 2.1. Realisasi dan Pencapaian Target Pendapatan Pemerintah Sulawesi Tenggara
Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara
Penurunan PAD Sultra tersebut terutama disebabkan oleh belum terealisasinya pendapatan pada pos
hasil pengelolaan yang dipisahkan. Meskipun demikian, pos pendapatan pajak daerah di triwulan I
2015 tersebut justru tercatat mengalami peningkatan sebesar 11,3% (yoy) atau senilai Rp6,53 miliar.
Kembali meningkatnya aktivitas di sektor pertambangan diperkirakan turut memberikan efek positif
atas meningkatnya pendapatan pajak daerah Sulawesi Tenggara.
Realisasi
(Miliar Rp)Serap (%)
Realisasi
(Miliar Rp)Serap (%)
Realisasi
(Miliar Rp)Serap (%)
PENDAPATAN 564,94 28,94% 263,72 12,34% 71,93 0,03
PENDAPATAN ASLI DAERAH 128,77 25,62% 88,04 15,44% 71,93 13,63%
Pendapatan Pajak Daerah 96,38 25,66% 57,59 12,32% 64,12 16,02%
Hasil Retribusi Daerah 5,39 22,26% 4,19 18,17% 0,84 4,59%
Hasil Pengelolaan yang Dipisahkan 23,82 100,00% 23,29 97,04% - 0,00%
Lain-lain PAD 3,18 4,03% 2,97 5,34% 6,97 8,18%
PENDAPATAN TRANSFER 434,51 30,10% 175,68 11,51% - 0,00%
Transfer Pemerintah Pusat 362,13 31,73% 175,61 14,49% - 0,00%
Dana Bagi Hasil Pajak 0,51 0,75% - 0,00% 0,00%
Dana Bagi Hasil Bukan Pajak 18,63 46,85% - 0,00% 0,00%
Dana Alokasi Umum 327,01 33,33% 175,61 16,67% 0,00%
Dana Alokasi Khusus 15,98 30,00% - 0,00% 0,00%
Transfer Pemerintah Pusat Lainnya 72,38 23,95% 0,08 0,02% - 0,00%
Dana Otonomi Khusus - - - - -
Dana Penyesuaian 72,38 23,95% 0,08 0,02% 0,00%
LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 1,66 28,58% - 0,00% - -
Pendapatan Hibah 0,00% - 0,00% -
Pendapatan Dana Darurat - - - - -
Pendapatan Lainnya 1,66 - - - -
Triwulan I Triwulan I Triwulan IU R A I A N
APBD 2015APBD 2014APBD 2013
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
26
2.2.2 REALISASI ANGGARAN BELANJA
Berkebalikan dengan kinerja di sisi pendapatan, penyerapan belanja APBD Provinsi Sulawesi
Tenggara pada triwulan I 2015 justru tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi
anggaran di triwulan I 2014. Realisasi belanja Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara pada periode
laporan mencapai 12,5% dari target, lebih tinggi daripada kinerja di periode yang sama tahun
sebelumnya yang hanya mampu merealisasikan anggaran sebesar 10,3%. Peningkatan kinerja
keuangan pemerintah terutama didorong peningkatan daya serap belanja operasi dan belanja modal.
Belanja operasi telah direalisasikan sebesar 16,0% dan secara nominal meningkat sebesar 15,7%
(yoy). Sementara belanja modal tercatat telah direalisasikan sebesar 1,8% atau secara nominal
meningkat sebesar 214,4%. Disamping itu, pos dana transfer bagi hasil ke kabupaten/kota juga telah
terealisasi dengan cukup baik atau sebesar 19,7% dari target APBD.
Tabel 2.2 Realisasi dan Pencapaian Target Belanja Pemerintah Sulawesi Tenggara
Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara
Meskipun realisasi pos belanja modal penyerapannya baru sebesar 1,8% dari target APBD, namun
secara nominal mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Hal
ini disebabkan oleh telah terealisasinya beberapa proyek pada pos belanja jalan, irigasi, serta pada pos
belanja peralatan dan mesin. Kondisi tersebut sejalan dengan realisasi belanja pemerintah pada
perbaikan ruas jalan nasional, maupun jalan provinsi di beberapa wilayah di Sulawesi Tenggara.
Realisasi
(Miliar Rp)Serap (%)
Realisasi
(Miliar Rp)Serap (%)
Realisasi
(Miliar Rp)Serap (%)
BELANJA 301,73 13,86% 251,22 10,25% 286,36 12,45%
BELANJA OPERASI 197,59 14,90% 199,91 13,75% 231,36 16,01%
Belanja Pegawai 96,83 16,67% 84,02 14,59% 101,60 17,12%
Belanja Barang 14,67 4,93% 21,19 5,22% 20,85 6,65%
Belanja Bunga 8,11 27,69% 8,67 33,92% 7,64 31,63%
Belanja Subsidi - 0,00% - 0,00% - 0,00%
Belanja Hibah 74,42 24,22% 80,03 24,49% 101,27 24,52%
Belanja Bantuan Sosial - 0,00% - 0,00% - 0,00%
Belanja Bantuan Keuangan 3,56 3,19% 6,00 5,04% - 0,00%
BELANJA MODAL 12,15 2,01% 3,37 0,46% 10,61 1,79%
Belanja Tanah - 0,00% - 0,00% - 0,00%
Belanja Peralatan dan Mesin 0,46 0,96% 0,13 0,26% 0,80 1,55%
Belanja Bangunan dan Gedung 0,12 0,22% 0,03 0,02% 0,04 0,02%
Belanja Jalan, irigasi dan Jaringan 11,56 2,46% 3,21 0,74% 9,76 2,94%
Belanja Aset Tetap Lainnya 0,00 0,02% 0,00 0,00% 0,00 0,05%
BELANJA TIDAK TERDUGA - 0,00% - 0,00% - 0,00%
Belanja Tak Terduga - 0,00% - 0,00% - 0,00%
TRANSFER 91,99 38,95% 47,93 19,20% 44,39 19,74%
Transfer Bagi hasil ke Kab/Kota - 0,00% 47,93 19,20% 44,39 19,74%
Bagi Hasil Pajak 91,99 38,95% - 0,00% - 0,00%
Triwulan I Triwulan I Triwulan IU R A I A N
APBD 2015APBD 2014APBD 2013
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
27
Sementara itu data Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Daerah (LKPP) menunjukkan kinerja
keuangan per bulan untuk Provinsi Sulawesi Tenggara selama triwulan I 2015 relatif masih rendah
dibandingkan dengan target yang ditetapkan. Sampai dengan akhir triwulan I 2015, kondisi keuangan
Pemprov Sultra baru mencapai 13,7% di bawah target 32,3%. Sementara itu kondisi penyelesaian
fisik baru mencapai 3,4%, di bawah target 27,5%. Kondisi tersebut diperkirakan disebabkan oleh
masih berlangsungnya proses lelang sehingga tingkat realisasi di lapangan relatif masih rendah.
Sumber: Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Sumber: : Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
Grafik 2.3. Perkembangan Kondisi Keuangan
Antara Realisasi dan Target Bulanan APBD
Sulawesi Tenggara
Grafik 2.4. Perkembangan Penyelesasian Fisik
Pengadaan Antara Realisasi dan Target Bulanan
APBD Sulawesi Tenggara
Meskipun demikian, bila dibandingkan dengan pencapaian tahun sebelumnya, tingkat realisasi baik
kondisi keuangan maupun pada proses penyelesaian fisik di periode laporan tercatat relatif lebih baik
apabila dibandingkan kinerja di periode yang sama tahun sebelumnya. Tingkat realisasi keuangan
sampai dengan triwulan I 2015 sebesar 13,7%, mengalami peningkatan kinerja dibandingkan periode
triwulan I 2014 sebesar 10,6%. Sejalan dengan hal tersebut, realisasi penyelesaian fisik sampai dengan
posisi triwulan tercatat sebesar 3,44%, mengalami peningkatan kinerja dibandingkan periode yang
sama di tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 2,7%.
3,20%
10,75%
19,48%
3,41%
22,97%
32,34%
2,65%
7,37%
10,58%
2,59%
8,79%
13,66%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
1 2 3 1 2 3
2014 . 2015
Target
Realisasi
1,33%
6,56%
16,18%
3,78%
10,90%
27,49%
0,00% 0,86%2,67%
0,00%1,35%
3,43%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
1 2 3 1 2 3
2014 . 2015
Target
Realisasi
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
28
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
29
Inflasi
Daerah
Secara agregat, inflasi Sulawesi Tenggara pada triwulan I 2015 mengalami
penurunan, dari 8,79% (yoy) di triwulan sebelumnya menjadi 7,80% (yoy). Penurunan
laju inflasi Sulawesi Tenggara sejalan dengan menurunnya laju inflasi yang terjadi baik
di Kota Kendari maupun di Kota Baubau. Penurunan tekanan inflasi tersebut
terutama bersumber dari komponen administered prices dan volatile food.
Komponen administered prices menjadi faktor terbesar yang menyebabkan
penurunan pada periode tersebut disebabkan oleh kebijakan menurunkan harga
BBM bersubdisi pada Bulan Januari 2015. Sementara itu, penurunan komponen
volatile food dipicu telah masuknya musim panen komoditas cabai merah dan cabai
rawit. Lebih lanjut, salah satu upaya TPID (Tim Pengendalian Inflasi Daerah) untuk
melakukan pengendalian inflasi di daerah adalah dengan membuat Roadmap
Pengendalian Inflasi.
Bab 3
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
30
3.1 KONDISI UMUM
Berdasarkan rilis inflasi yang dikeluarkan oleh BPS mengenai tingkat inflasi Kota Kendari dan
Kota Baubau, menunjukkan bahwa tingkat inflasi secara agregat provinsi Sulawesi Tenggara
mencapai 7,80% (yoy) pada triwulan I 20151. Angka inflasi tersebut lebih rendah dibandingkan
dengan laju laju inflasi di periode triwulan sebelumnya yang mencapai 8,79% (yoy). Penurunan laju
inflasi Sulawesi Tenggara sejalan dengan menurunnya tekanan inflasi yang terjadi baik di Kota Kendari
maupun di Kota Baubau. Laju inflasi Kota Kendari di triwulan I 2015 mencapai sebesar 6,81% (yoy),
menurun cukup signifikan bila dibandingkan dengan laju inflasi di triwulan IV 2014 sebesar 7,39%
(yoy).
Meskipun demikian, realisasi inflasi di Kota Kendari tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan dengan
tingkat inflasi nasional (6,38%, yoy) maupun tingkat inflasi Kawasan Timur Indonesia -KTI (6,83%,
yoy). Di sisi lain, laju inflasi kota Baubau di triwulan I 2015 mencapai 10,52% (yoy), mengalami
penurunan dibandingkan laju inflasi di triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 11,37% (yoy).
Sumber: BPS Prov Sultra (diolah) Sumber: BPS Prov Sultra (diolah)
Grafik 3.1. Pergerakan Inflasi Sulawesi Tenggara Grafik 3.2. Perbandingan Inflasi Tahunan
Penurunan inflasi di Kota Kendari, terutama disebabkan oleh adanya penurunan pada kelompok
transportasi dan komunikasi yang pada triwulan I 2015 mengalami inflasi sebesar 5,13% (yoy) setelah
pada periode sebelumnya mencapai 12,50% (yoy). Penurunan ini disebabkan oleh kebijakan
pemerintah yang sempat menurunkan harga BBM pada periode laporan. Sedikit berbeda dengan
kondisi di Kota Kendari, penurunan tingkat inflasi di Kota Baubau secara dominan didorong oleh
kelompok bahan makanan (dari 17,02%-yoy menjadi 14,82%-yoy), kelompok sandang (dari 10,05%-
1 Seluruh angka inflasi Sulawesi Tenggara merupakan perhitungan agregasi oleh KPw BI Sulawesi Tenggara berdasarkan data inflasi Kota Kendari yang dikeluarkan oleh BPS Provinsi Sulawesi Tenggara dan inflasi Kota Baubau yang dikeluarkan oleh BPS Kota Baubau
6,38%
6,81%
7,80%
10,52%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar
2014 2015
Inflasi Nasional Inflasi Kendari Inflasi Sultra Inflasi Baubau
%,yoy
IHK Inflasi
Kendari
IHK Inflasi
Baubau
IHK Inflasi
Sultra
IHK Inflasi
Nasional
IHK Inflasi
KTI
6,81%
10,52%
7,80%
6,38%6,83%
Perbandingan Inflasi Tahunan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
31
yoy menjadi 8,70%-yoy) dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (dari 9,28%-
yoy menjadi 8,00%-yoy).
Tabel 3.1 Inflasi Provinsi Sulawesi Tenggara (mtm) Per Kelompok
Sumber: BPSProv Sultra (diolah)
Secara bulanan, tingkat inflasi Sulawesi Tenggara selama triwulan I 2015 mengalami laju inflasi yang
lebih rendah dibandingkan dengan kondisi di periode triwulan IV 2014. Secara agregat, selama
periode triwulan I 2015 tersebut Provinsi Sulawesi Tenggara mengalami deflasi sebesar 0,61% (mtm)
pada bulan Januari, deflasi sebesar 0,75% (mtm) pada bulan Februari dan inflasi sebesar 0,30% (mtm)
pada bulan Maret. Deflasi yang terjadi pada bulan Januari dan Februari tersebut disebabkan oleh
adanya koreksi harga pada kelompok bahan makanan. Sedangkan untuk bulan Maret terjadi inflasi
yang disebakan oleh tekanan pada kelompok transportasi dan komunikasi. Hal tersebut merupakan
dampak kebijakan pemerintah yang menaikan harga komoditas bensin pada tanggal 28 Maret 2015
dari semula Rp6.800,-/liter menjadi Rp7.300,-/liter dan komoditas solar dari yang semula Rp6.400,-
/litter menjadi Rp6.900,-/liter.
Sumber: BPS Prov Sultra Sumber: BPS Prov Sultra (diolah)
Grafik 3.3. Inflasi Bulanan Kota Kendari Grafik 3.4 Perbandingan Pola Inflasi Kota Kendari
Kondisi tersebut sejalan dengan laju inflasi yang terjadi di Kota Kendari selama triwulan I 2015. Setelah
deflasi yang terjadi di bulan Januari dan Februari 2015, Kota Kendari mengalami inflasi di bulan Maret.
Berdasarkan data yang dirilis oleh BPS Prov. Sultra, Kota Kendari mengalami deflasi sebesar 0,96%
Okt Nov Des Jan Feb Mar
Bahan Makanan 0,35% 2,55% 1,53% 0,19% -0,86% -1,66%
Makanan Jadi 0,13% 0,33% 1,04% 0,94% 0,44% 0,39%
Perumahan 0,91% 0,55% 3,81% 0,84% -0,11% 0,28%
Sandang -0,42% -0,67% 2,57% -0,42% 0,30% 0,88%
Kesehatan 0,34% 0,14% 1,54% 0,37% 0,04% 1,20%
Pendidikan & Kesehatan 0,06% 0,15% 1,68% -0,85% 0,49% 0,04%
Transportasi & Komunikasi -0,02% 4,52% 6,91% -3,96% -2,96% 2,67%
Inflasi (mtm) 0,31% 1,65% 3,29% -0,61% -0,76% 0,30%
2014 2015Kelompok
Oct Nov Dec Jan Feb Mar
TW IV TW I
0,18%
1,67%
3,27%
-0,96% -0,91%
0,57%
0,31%
0,71%
-0,97%
-0,01%-0,10%
0,08%
Jan '15 (mtm, %) Rata-rata InflasiJan 2010-2014
Feb '15 (mtm, %) Rata-rata InflasiFeb 2010-2014
Mar '15 (mtm, %) Rata-rata InflasiMar 2010-2014
MarFebJan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
32
(mtm) di bulan Januari, deflasi sebesar 0,91% (mtm) di bulan Februari dan mengalami inflasi sebesar
0,57% (mtm) di bulan Maret (Grafik3.3). Sementara itu, kondisi inflasi di kota Baubau memiliki pola
yang berbeda dengan kota Kendari, dimana pada bulan Januari mengalami inflasi sebesar 0,32%
(mtm) dan pada bulan Februari dan Maret mengalami deflasi sebesar 0,34% (mtm) dan 0,39% (mtm).
Secara triwulanan, Sulawesi Tenggara mengalami deflasi sebesar 1,06% (qtq) pada triwulan I 2015,
lebih rendah dibandingkan dengan laju inflasi triwulan sebelumnya yang mencapai 5,33% (qtq).
Penurunan tersebut didorong oleh deflasi pada kelompok bahan makanan dan kelompok transportasi
yang masing-masing tercatat mengalami deflasi sebesar 2,32% dan 4,31%. Penurunan pada
kelompok bahan makanan terutama dipengaruhi oleh sudah masuknya musim panen aneka cabai
pada triwulan I 2015, sedangkan pada kelompok transportasi dan komunikasi disebabkan deflasi yang
terjadi pada subkelompok transport sebesar 6,34% (qtq) akibat kebijakan pemerintah yang
menurunkan harga BBM bersubsidi pada bulan Januari 2015.
Kondisi serupa terjadi di Kota Kendari dan Kota Baubau yang masing-masing tercatat mengalami
deflasi sebesar 1,30% (qtq) dan 0,41 (qtq) setelah sebelumnya mengalami inflasi sebesar 5,19% (qtq)
dan 5,71%(qtq) di triwulan IV 2014. Rendahnya tekanan inflasi di Kota Kendari disebabkan oleh
deflasi yang yang terjadi kelompok bahan makanan (-1,36%, qtq) dan kelompok transport dan
komunikasi (-6,75%, qtq). Sedangkan untuk deflasi yang terjadi di Kota Baubau hanya disebabkan
oleh deflasi yang terjadi pada kelompok bahan makanan yaitu sebesar 4,55% (qtq).
Tabel 3.2 Inflasi Kota Kendari (qtq) Per Kelompok
Sumber: BPSProv Sultra (diolah)
3.2 DISAGREGASI INFLASI2
Penurunan tekanan inflasi Sulawesi Tenggara pada triwulan I 2015, terutama bersumber dari
komponen administered prices dan volatile food. Komponen administered prices menjadi faktor
terbesar yang menyebabkan penurunan pada periode tersebut. Pada triwulan I 2015 komponen
administered prices di provinsi Sulawesi Tenggara mengalami inflasi lebih rendah jika dibandingkan
2Analisis disagregasi membagi inflasi menjadi inflasi inti (core inflation) dan inflasi non inti (volatile food dan administered prices). Hal ini dilakukan untuk menghasilkan indikator inflasi yang lebih menggambarkan pengaruh dari faktor yang bersifat fundamental.
2015
I II III IV I II III IV I
Bahan Makanan 0,24% 1,06% 9,09% -5,15% -4,69% 4,34% 2,98% 4,18% -1,36%
Makanan Jadi 0,65% 0,96% 1,70% 0,55% 0,82% 1,01% 1,54% 1,04% 2,08%
Perumahan 0,88% 6,16% 0,96% 0,79% 0,76% 0,12% 2,01% 5,48% 1,19%
Sandang -1,03% -7,11% 1,65% -1,31% 0,48% -0,34% 0,36% -0,08% 0,33%
Kesehatan 1,58% 0,10% 0,02% 1,04% 1,05% 0,88% 1,22% 2,13% 2,20%
Pendidikan & Kesehatan 0,66% -0,05% 0,42% 0,11% 0,08% 0,30% 0,66% 1,33% -0,60%
Transportasi & Komunikasi -0,96% 4,77% 13,56% 0,19% -0,21% 0,70% 0,48% 11,42% -6,75%
Inflasi (qtq) 0,18% 1,96% 5,23% -1,20% -0,76% 1,28% 1,58% 5,19% -1,30%
2013 2014Inflasi IHK (qtq)
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
33
dengan periode sebelumnya. Penurunan inflasi di kelompok tersebut sudah terjadi sejak bulan Januari
2015, dimana terdapat kebijakan pemerintah pusat terhitung sejak tanggal 19 Januari 2015 yang
menurunkan harga bahan bakar premium bersubsidi dari Rp7.600,-/liter menjadi Rp6.600,-/liter dan
bahan bakar solar dari Rp7.250,-/liter menjadi Rp6.400,-/liter. Hal tersebut membuat komoditas
bensin dan solar di Kota Kendari dan Kota Baubau mengalami deflasi masing-masing sebesar 15,53%
(mtm) dan 8,08% (mtm).
Selanjutnya, penurunan tekanan inflasi dari komponen administered prices masih berlanjut pada bulan
Februari 2015 pada komoditas bensin dan solar serta berimbas pada koreksi harga pada tarif
angkutan. Pada bulan Februari 2015 di Kota Kendari komoditas angkutan antarkota dan komoditas
angkutan dalam kota masing-masing mengalami deflasi sebesar 3,88% (mtm) dan 7,93% (mtm).
Pada bulan Maret 2015 komponen administered prices mengalami peningkatan akibat adanya
kebijakan pemerintah pada tanggal 1 Maret 2015 yang menaikkan harga premium bersubsidi dari
dari Rp6.600,-/liter menjadi Rp6.800,-/liter serta pada tanggal 28 Maret 2015 dimana harga premium
tercatat mengalami kenaikan harga dari semula Rp6.800,-/liter menjadi Rp7.300,-/liter. Di samping
itu, pemerintah juga menaikkan harga solar bersubsidi dari semula Rp6.400,-/liter menjadi Rp6.900,-
/liter.
Selain itu, tingkat inflasi kelompok administered prices juga turut dipengaruhi oleh kenaikan tarif
angkutan udara khususnya di kota Baubau yang mengalami inflasi sebesar 44,26% (mtm) pada bulan
Januari 2015. Inflasi yang terjadi tersebut disebabkan oleh kebijakan pemerintah untuk menaikan
batas bawah tar
Grafik 3.5.Perkembangan Inflasi Sultra Berdasarkan Disagregasi Inflasi
Adapun untuk komponen volatile food, selama triwulan I 2015 juga menunjukkan adanya
perkembangan harga yang menurun. Pada triwulan I 2015 inflasi komponen volatile food tercatat
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
-3%
-2%
-1%
0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2013 2014 2015
Inflasi Volatile Food (sb.kanan)
Core (sb.kanan) Administered Price (sb.kanan)
%,mtm %,mtm
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
34
lebih rendah jika dibandingkan dengan periode sebelumnya. Penurunan komponen volatile food
utamanya terjadi pada bulan Januari dan Februari 2015.
Beberapa komoditas volatile food di Kota Kendari yang mengalami penurunan harga selama Januari
2015 antara lain subkelompok sayur-sayuran seperti komoditas daun singkong (-33,16%, mtm) dan
komoditas terong panjang (-33,91%, mtm). Disamping itu, dari subkelompok bumbu-bumbuan,
komoditas yang mengalami penurunan harga yang cukup signifikan adalah komoditas cabai merah (-
27,88%, mtm) dan komoditas cabe rawit (-17,24%, mtm). Penurunan harga yang terjadi tersebut
disebabkan oleh masuknya musim panen komoditas-komoditas tersebut sehingga menambah jumlah
supply yang ada di pasar. Sementara itu, di Kota Baubau, penurunan selain disebabkan oleh
subkelompok bumbu-bumbuan juga disebabkan oleh subkelompok ikan segar dan subkelompok
daging dan hasil-hasilnya. Seperti halnya yang terjadi pada kota Kendari, penurunan level harga pada
subkelompok bumbu-bumbuan disebabkan oleh komoditas cabai merah (-24,75%, mtm) dan
komoditas cabai rawit (-3,41%, mtm). Sementara itu, pada subkelompok ikan segar didorong oleh
penurun harga pada beberapa komoditas seperti cakalang (-10,26%, mtm), kembung (-10,22%,
mtm), cumi-cumi (-34,40%, mtm) dan baubara (-9,85%, mtm) disebabkan faktor cuaca yang
mendukung nelayan untuk melaut sehingga menyebabkan peningkatan stok ikan di pasaran yang
pada akhirnya mendorong penurunan indeks harga komoditas ikan segar di Kota Baubau. Sedangkan
untuk subkelompok daging dan hasil-hasilnya didorong oleh penurunan harga pada komoditas
daging sapi (-1,17%, mtm).
Kondisi tersebut terus berlanjut di bulan Februari 2015, sehingga di Kota Kendari terjadi penurunan
harga terutama pada subkelompok sayur-sayuran (-7,91%, mtm), bumbu-bumbuan (-19,46%, mtm)
sementara untuk kota Baubau penurunan harga terutama terjadi pada subkelompok bumbu-
bumbuan (-15,27%, mtm) serta daging dan hasil-hasilnya (-1,82%, mtm).
Sementara itu, untuk perkembangan komponen inflasi inti (core inflation) di Sulawesi Tenggara
berada pada level yang stabil. Terdapat beberapa subkelompok yang mengalami peningkatan level
harga yaitu subkelompok sandang (semula 4,33%, yoy menjadi 2,61%, yoy) dan subkelompok
pendidikan, rekreasi dan olah raga (semula 4,85%, yoy menjadi 2,71%, yoy). Sementara peningkatan
yang terjadi pada subkelompok perumahan mampu menahan level inflasi. Inflasi pada subkelompok
perumahan tersebut tercatat sebesar 8,79% (yoy) setelah sebelumnya tercatat sebesar 5,67% (yoy).
3.3 UPAYA PENGENDALIAN INFLASI
Upaya pengendalian inflasi memerlukan suatu alur yang holistic dan terintegrasi. Berdasarkan
karakteristik inflasi di Indonesia yang lebih dipengaruhi oleh sisi supply baik pada kelompok volatile
food maupun administered prices, diperlukan upaya untuk menjaga kesinambungan laju inflasi yang
rendah melalui penyusunan Roadmap Pengendalian Inflasi yang secara garis besar terdiri dari 3 (tiga)
fase utama, yakni:
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
35
A. Fase 1: Membangun Sinergi (2015-2017)
B. Fase 2: Memantapkan Langkah (2018-2021)
C. Fase 3: Menjaga Komitmen (2021-2024)
Grafik 3.6.Roadmap Pengendalian Inflasi Sulawesi Tenggara
Pada masing-masing fase tersebut terdapat 4 (empat) strategi kebijakan yang perlu dilakukan oleh
setiap pihak terkait. Kebijakan yang dapat disingkat menjadi Berempati (4Ti), yaitu:
1. Tingkatkan Produksi Pangan Strategis
a. Prioritas perbaikan infratsruktur pendukung produksi pertanian, perikanan dan
peternakan.
b. Prioritas akses petani, nelayan dan peternak atas sarana produksi (pupuk, bibit, dll) dan
penguatan permodalan.
c. Peningkatan kompetensi SDM petani, nelayan maupun peternak.
d. Penguatan kerjasama antar dinas terkait dengan penyuluh ataupun akademisi.
e. Identifikasi potensi penambahan lahan pertanian, jumlah ternak maupun kapal nelayan.
Roadmap Pengendalian Inflasi
Fase 2
Str
ate
gi
Ke
bija
kan Tingkatkan
ProduksiPangan Strategis
Tingkatkan Kelancaran Pasokan & Distribusi
Tingkatkan Koordinasi & Penguatan TPID
Tingkatkan Arus Informasi Kepada Masyarakat
.
.
.
.
.
Data &
Analisis
Rekomendasi
Kebijakan
Komunikasi
Monitoring
Evaluasi 1 INPUT 2PRODUKSI 3 DISTRIBUSI 4 KONSUMSI
Sik
lus
Ke
rja
area pengembangan
i p d k
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
36
Grafik 3.7.Program Mendukung Tingkatkan Produksi Pangan Strategis
2. Tingkatkan Kelancaran & Pasokan Distribusi
a. Pembangunan infrastruktur logistik pertanian dan pedesaan, serta pelabuhan
penghubung.
b. Identifikasi pola perdagangan intra maupun antar daerah.
c. Mempersingkat rantai perdagangan antar daerah.
d. Pembangunan sub-terminal agribisnis dan perikanan.
e. Identifikasi produsen/pedagang yang berpotensi untuk bermitra dengan
pedagang/produsen dari daerah lain.
f. Pemenuhan energi (listrik, BBM maupun LPG).
Fase 2
Memprioritaskan perbaikan
infrastruktur pendukung produksi
pertanian, peternakan dan
perikanan
Peningkatan dan perbaikan
infrastruktur produksi dan
transportasi di daerah sentra
produksi
Perluasan pembangunan
infrastruktur pendukung produksi
dan transportasi di daerah sentra
produksi
Memprioritaskan akses petani,
peternak, nelayan kepada sarana
produksi (pupuk, bibit, dll) dan
modal
Peningkatan dan perbaikan akses
petani, peternak, nelayan kepada
sarana produksi (pupuk, bibit, dll)
dan modal
Perluasan akses petani, peternak,
nelayan kepada sarana produksi
(pupuk, bibit, dll) dan modal
Tingkatkan ProduksiPangan Strategis
Peningkatan kompetensi petani
dan nelayan melalui pelatihan
Penyiapan kompetensi SDM
dalam meningkatkan produksi
pertanian melalui intensifikasi,
diversifikasi, pengembangan dan
rehabilitasi
Pengoptimalan kemampuan SDM
dalam memaksimalkan
produktivitas melalui
intensifikasi, diversifikasi,
pengembangan dan rehabilitasi
Penguatan kerjasama antara
dinas pertanian/peternakan,
penyuluh dan akademisi
Memperluas kerjasama antara
dinas pertanian/peternakan,
penyuluh dan akademisi
Pengoptimalan kerjasama antara
dinas pertanian/peternakan,
penyuluh dan akademisi
Identifikasi potensi penambahan
lahan pertanian, jumlah ternak
atau kapal nelayan
Meningkatkan luas lahan
pertanian, jumlah ternak dan
kapasitas kapal nelayan
Meningkatkan produktivitas dan
merevitalisasi lahan pertanian dan
kapal yang ada
Infrastruktur
penunjang
Sarana
pendukung
Pengelolaan
SDM
Pemanfaatan
teknologi
Peningkatan
kapasitas
i p
i
i p
p
p
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
37
Grafik 3.8.Program Mendukung Tingkatkan Kelancaran Pasokan dan Distribusi
3. Tingkatkan Koordinasi dan Penguatan TPID
a. Pengembangan SDM anggota TPID tingkat Kota/Kabupaten.
b. Pembentukan TPID di seluruh Kota/Kabupaten di Sulawesi Tenggara.
c. Membangun dan mengembangan mekanisme pengendalian harga oleh TPID Provinsi,
Kota dan Kabupaten.
d. Peningkatan sinergi dan koordinasi TPID antar kota/kabupaten dalam 1 provinsi untuk
dikembangan dalam penguatan sinergi dan koordinasi TPID antar provinsi.
Fase 2
Memprioritaskan pembangunan
infrastruktur logistik pertanian dan
pedesaan dan pelabuhan
penghubung
Peningkatan dan perbaikan
infrastruktur transportasi antar
kabupaten dan antar provinsi (jalan
dan pelabuhan)
Peningkatan dan perbaikan
infrastruktur transportasi antar
kabupaten dan antar provinsi (jalan
dan pelabuhan)
• Identifikasi perdagangan intra
dan antar daerah
• Mempersingkat rantai
pemasaran untuk menekan
biaya dan mengantisipasi risiko
produk rusak
Peningkatan efisiensi jalur
distribusi bahan pangan strategis,
terutama untuk menjaga stabilitas
harga dan ketersediaan stok
Terciptanya rantai pemasaran
yang efisien sehingga
meningkatkan daya saing, dan
memberikan kesejahteraan bagi
petani
Konektivitas
Tata niaga
Tingkatkan Kelancaran Pasokan & Distribusi
Memprioritaskan pembangunan
sub terminal agribisnis dan
perikanan
Meningkatkan jaringan sub
terminal agribisnis/perikanan
dengan pusat perdagangan
Membuat pusat distribusi
komoditas pokok dan strategis
provinsi
Infrastruktur
tata niaga
Mengidentifikasi
produsen/pedagang yang
berpotensi untuk bermitra dengan
produsen/pedagang daerah lain
Meningkatkan fasilitasi dan
mempermudah perijinan untuk
kerjasama produsen/pedagang
dengan produsen/pedagang
daerah lain
Perluasan fasilitasi kerjasama
antar produsen/pedagang di
daerahnya dengan daerah lain
Kerjasama
antar daerah
d
d
d
d
Memprioritaskan pemenuhan
energi (listrik, BBM dan LPG)
Menambah pasokan energi Memastikan stabilitas pasokan
energi
Pasokan
energi
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
38
Grafik 3.9.Program Mendukung Tingkatkan Koordinasi dan Penguatan TPID
4. Tingkatkan Arus Informasi Kepada Masyarakat
a. Membangun PIHPS regional, mencakup perkembangan harga tingkat provinsi dan
kota/kabupaten dan perkembangan harga di tingkat konsumen.
b. Memperluas komunikasi kebijakan TPID kepada masyarakat melalui media massa.
c. Membangun kepedulian masyarakat atas budaya konsumsi yang wajar.
Fase 2
Capacity Building SDM TPID
tingkat Kabupaten/
Kota
Pemantapan Capacity Building
SDM TPID tingkat Kabupaten/
Kota
Meningkatkan Capacity SDM TPID
tingkat Kabupaten/ Kota
Membentuk TPID di seluruh
kota/kabupaten
Membentuk klaster wilayah untuk
mempermudah koordinasi dan
sinergi antar TPID kab/kota
Meningkatkan koordinasi dan
sinkronisasi kebijakan
pengendalian inflasi
Membangun dan
mengembangkan mekanisme
pengendalian harga oleh TPID
Provinsi dan
Kabupaten/Kota
Membangun dan mengembangkan
mekanisme manajemen krisis
Pemantapan mekanisme
manajemen krisis
Pengeloaan
SDM
Penguatan
lembaga
Pola kerja
Tingkatkan Koordinasi & Penguatan TPID
Pembahasan antar TPID dalam
satu Provinsi untuk meningkatkan
kerjasama antar daerah dalam
satu provinsi dan dengan Provinsi
Lain
TPID memfasilitasi kerjasama
antar produsen/pedagang di
daerahnya dengan
daerah lain
Perluasan fasilitasi kerjasama
antar produsen/pedagang di
daerahnya dengan daerah lain
oleh TPID
Kerjasama
antar daerah
kd
kd
kd
kd
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
39
Grafik 3.10.Program Mendukung Tingkatkan Kelancaran Arus Informasi Kepada Masyarakat.
Selain itu, selama tahun 2015 hingga bulan April sudah terbentuk 4 TPID baru di tingkat
Kota/Kabupaten. Daerah yang sudah membentuk TPID tersebut adalah Kota Kendari, Kota Baubau,
Kab. Wakatobi, Kab. Kolaka utara, Kab. Kolaka Timur, Kab. Kolaka, Kab Konawe, Kab Bombana, Kab
Konawe Utara, Kabupaten Buton Utara dan Kab. Muna. Dengan demikian, sudah terdapat 1 TPID di
tingkat provinsi dan 11 TPID di tingkat Kota/Kabupaten. Dengan terbentuknya TPID di
kota/kabupaten, pengendalian inflasi diharapkan lebih mudah dikoordinasikan dan disinergikan,
terutama terkait dengan kelancaran produksi dan distribusi bahan makanan strategis.
Grafik 3.11.Peta TPID Kab/Kota di Sulawesi Tenggara (per April 2015)
Fase 2
Membangun PIHPS regional
(tingkat provinsi – mencakup
seluruh Kabupaten/ Kota) dengan
harga pada tingkat konsumen
Mengembangan PIHPS regional
dengan memperluas komoditas
serta deseminasi harga via papan
harga dan sms gateway, serta
integrasi dengan data produksi
Pemantapan PIHPS melalui
pengintegrasian dengan
manajemen krisis
Memperluas komunikasi kebijakan
TPID kepada masyarakat melalui
media massa
Memperluas komunikasi kebijakan
TPID kepada masyarakat melalui
media massa dan media sosial
Mengoptimalkan komunikasi
kebijakan TPID kepada
masyarakat
Membangun kepedulian
masyarakat terhadap budaya
konsumsi yang wajar
Meningkatkan kepedulian
masyarakat terhadap budaya
konsumsi yang wajar
Meningkatkan peran serta
masyarakat dalam pengendalian
inflasi
Pusat
Informasi
Harga
Penguatan
lembaga
Ekspektasi
inflasi
Tingkatkan Arus Informasi Kepada Masyarakat
k
k
k
TPID Kab. Kolaka Utara
TPID Kab.Kolaka Timur
TPID Kab.Kolaka
TPID Kota Bau-Bau TPID Kab. Wakatobi
TPID Kota Kendari
2014
2014
2014
2013 2014
TPID Kab. Muna
2014
TPID Kab. Bombana
2015
TPID Kab. Konawe
2012
2015
TPID Kab. Konawe Utara
2015
TPID Kab. Buton Utara
2015
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
40
Halaman ini sengaja dikosongkan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
41
Perkembangan Sistem
Keuangan dan Sistem
Pembayaran
Kinerja perbankan di Sulawesi tenggara pada Triwulan I 2015 mengalami
peningkatan. Hal ini terlihat dari adanya percepatan pertumbuhan penghimpunan
dana masyarakat dan kredit yang disalurkan. Meskipun demikian, risiko kredit
mengalami peningkatan meskipun masih berada dalam level yang aman.
Di sisi lain, kondisi sistem keuangan di Provinsi Sulawesi Tenggara juga mengalami
perlambatan sejalan dengan trend konsumsi pemerintah dan masyarakat yang
melambat di awal tahun.
Bab 4
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
42
4.1 PERKEMBANGAN PERBANKAN
Secara umum, perkembangan sistem keuangan terutama kinerja perbankan di Sulawesi
Tenggara mengalamai peningkatan. Hal ini salah satunya terlihat dari penghimpunan Dana Pihak
Ketiga (DPK) pada triwulan I 2015 yang mengalami percepatan pertumbuhan setelah pada triwulan
sebelumnya berada dalam tren yang melambat. Sampai dengan triwulan I 2015, jumlah dana yang
berhasil dihimpun mencapai Rp13,25 triliun. Peningkatan kinerja tersebut didorong oleh
pertumbuhan pada giro sebesar 5,11% (yoy) dan tabungan sebesar 2,62% (yoy). Hal tersebut salah
satunya dipengaruhi oleh peningkatan suku bunga rata-rata giro perbankan di Sulawesi Tenggara dari
2,38% pada triwulan IV 2014 menjadi 3,39% pada triwulan I 2015.
Sumber: LHBU BI Provinsi Sultra
Grafik 4.1.Dana PihakKetiga di Perbankan Sulawesi Tenggara
4.1.1 Intermediasi Perbankan
Dari sisi penyaluran kredit, secara keseluruhan penyaluran kredit perbankan juga mengalami sedikit
peningkatan. Pada triwulan I 2015, kredit perbankan tumbuh sebesar 10,6% (yoy) lebih tinggi
dibandingkan dengan kinerja periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 10,1% (yoy). Secara nominal,
kredit yang disalurkan sampai dengan awal tahun 2015 tersebut mencapai Rp15,43 triliun.
Peningkatan yang terjadi di sisi penyaluran kredit tersebut lebih dipengaruhi adanya perbaikan
penyaluran kredit investasi. Kredit investasi tercatat mengalami kontraksi sebesar 6,59% (yoy) lebih
baik setelah pada triwulan IV 2014 terkontraksi sebesar 14,77% (yoy). Sementara itu kredit modal
kerja tumbuh sebesar 1,63% (yoy) pada triwulan I 2015, melambat setelah pada triwulan sebelumnya
tumbuh sebesar 4,42% (yoy).
Dengan kondisi tersebut intermediasi perbankan yang diindikasikan dengan indikator Loan to Deposit
Ratio (LDR) pada triwulan I 2015 mencapai 116,46%, lebih rendah daripada triwulan sebelumnya
yang mencapai 124,67%. Meskipun demikian, penurunan intermediasi tersebut lebih dipengaruhi
oleh pertumbuhan penghimpunan dana yang lebih besar dari pertumbuhan pada penyaluran kredit.
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
45%
-
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
I II III IV I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014 2015
Dana Pihak Ketiga (miliar Rp) Growth yoy
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
43
Sumber: LHBU BI Provinsi Sultra Sumber: LHBU BI Provinsi Sultra
Grafik 4.2. Kinerja Kredit, DPK dan LDR Grafik 4.3.Penyaluran Jenis Kredit Perbankan
4.1.2 Ketahanan Sektor Keuangan dari Sisi Korporasi
Percepatan kinerja kredit dipicu oleh pertumbuhan kinerja beberapa sektor utama Sulawesi Tenggara.
Kinerja penyaluran kredit sektor pertanian, perburuan dan kehutanan menunjukkan percepatan dari
yang terkontraksi sebesar 72,45% (yoy) pada triwulan IV menjadi tumbuh sebesar 1,28% (yoy) pada
triwulan I 2015, hal ini sejalan dengan masuknya musim panen pada periode laporan sehingga para
petani membutuhkan bantuan dana untuk memanen lahannya. Meskipun demikian, ketahanan
sektor pertanian, perburuan dan kehutanan mengalami pelemahan pada triwulan I 2015 dibanding
dengan triwulan sebelumnnya. Hal ini terlihat dari rasio NPL yang naik dari 3,93% menjadi 4,09%
pada triwulan I 2015.
Sumber: LHBU BI Provinsi Sultra Sumber: LHBU BI Provinsi Sultra
Grafik 4.4.Pertumbuhan Kredit Sektor Utama Grafik 4.5.NPL Kredit Sektor Utama
Sementara itu, kinerja kredit sektor konstruksi tumbuh sebesar 12,70% (yoy), lebih tinggi daripada
triwulan sebelumnya yang tumbuh 9,32% (yoy). Ketahanan sektor ini mengalami perbaikan jika
dibandingkan dengan periode sebelumnya. Hal ini terlihat dari rasio NPL yang turun dari 5,55%
(triwulan IV 2014) menjadi 5,29% pada periode laporan. Meskipun demikian, NPL yang berada di atas
5% tersebut masih menjadi titik kritis dan dapat mempengaruhi perbankan dalam menyalurkan
kreditnya ke sektor tersebut.
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
95%
100%
105%
110%
115%
120%
125%
130%
I II III IV I II III IV I
2013 2014 2015
LDR growth DPK (yoy) growth Kredit (yoy)
-20,0%
-10,0%
0,0%
10,0%
20,0%
30,0%
40,0%
50,0%
60,0%
70,0%
80,0%
I II III IV I II III IV I
2013 2014 2015
growth Kredit growth Modal Kerja
growth Investasi growth Konsumsi
(100)
(50)
-
50
100
150
I II III IV I II III IV I
2013 2014 2015
Pertanian PerikananPertambangan & Penggalian PengolahanKonstruksi Perdagangan
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
16%
I II III IV I II III IV I
2013 2014 2015
Pertanian Perikanan
Pertambangan & Penggalian Pengolahan
Konstruksi Perdagangan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
44
Selain itu, terdapat beberapa ketahanan sektor utama Sulawesi Tenggara yang mengalami tekanan
pada triwulan I 2015 dibanding dengan triwulan sebelumnnya. Sektor utama yang mengalami
peningkatan tekanan yaitu sektor perikanan dan sektor pertambangan. Rasio NPL kredit sektor
perikanan meningkat dari 9,41% pada triwulan IV 2014 menjadi 13,82% pada triwulan I 2015. Di
sisi lain, pada sektor pertambangan dan penggalian tercatat rasio NPL sebesar 8,44%, meningkat jika
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,80%.
4.1.3 Ketahanan Sektor Rumah Tangga
Pada triwulan I 2015, pertumbuhan kredit sektor rumah tangga yang dicerminkan oleh kredit
konsumsi mengalami pertumbuhan yang melambat dibandingkan periode laporan sebelumnya. Pada
periode laporan, kredit sektor rumah tangga tersebut tumbuh sebesar 19,68% (yoy), melambat
dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 19,94% (yoy). Hal tersebut terutama
disebabkan turunnya minat konsumen untuk membeli barang selain kebutuhan pokok. Kondisi
tersebut terlihat dari turunnya Indeks Konsumsi Barang Kebutuhan Tahan Lama berdasarkan Survei
Konsumen yang dilakukan oleh KPw BI Provinsi Sulawesi Tenggara dari 96 pada triwulan IV 2014
menjadi 92 pada triwulan I 2015.
Sumber: LHBU BI Provinsi Sultra Sumber: LHBU BI Provinsi Sultra
Grafik 4.6. Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga Grafik 4.7.NPL Kredit Rumah Tangga
Di sisi lain, ketahanan sektor rumah tangga mengalami peningkatan risiko pada triwulan I 2015. Hal
ini tercermin dari rasio NPL untuk kredit rumah tangga yang sedikit mengalami kenaikan dari 1,00%
pada triwulan IV 2014 menjadi 1,39% pada triwulan I 2015.
4.1.4 Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
Sejalan dengan kondisi kredit perbankan secara umum, laju pertumbuhan kredit UMKM pun
mengalami percepatan. Percepatan ini terutama terjadi pada usaha yang bergerak di sektor pertanian,
perburuan dan kehutanan yang meningkat dari terkontraksi sebesar 55,13% (yoy) pada triwulan IV
2014 menjadi tumbuh sebesar 1,84% (yoy) pada triwulan I 2015. Sedangkan kredit yang diberikan
-150%
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
I II III IV I II III IV I
2013 2014 2015
Otomotif Multiguna Perumahan dan Apartemen Lainnya
0,0%
0,5%
1,0%
1,5%
2,0%
2,5%
3,0%
3,5%
4,0%
I II III IV I II III IV I
2013 2014 2015
Otomotif Multiguna Perumahan dan Apartemen Lainnya
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
45
pada UMKM yang bergerak di bidang konstruksi juga mengalami percepatan pertumbuhan dari
8,36% (yoy) pada triwulan IV 2014 menjadi 16,42% (yoy) pada triwulan I 2015.
Sumber: LHBU BI Provinsi Sultra
Grafik 4.8.Kinerja Kredit dan NPL Kredit UMKM
Sementara itu, ketahanan sektor UMKM menunjukan pelemahan. Hal ini ditunjukkan dengan level
NPL kredit UMKM berada sebesar 5,87%, lebih tinggi daripada periode sebelumnya yang mencapai
4,94%. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh masih adanya sektor-sektor usaha yang NPL-nya berada
pada level yang tinggi, yaitu sektor usaha perikanan (13,98%), sektor pertambangan dan penggalian
(16,00%), sektor transportasi, pergudangan dan komunikasi (14,07%) dan sektor jasa pendidikan
(12,29%).
4.2 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
4.2.1 Transaksi Pembayaran Nontunai
Transaksi pembayaran nontunai nominal besar melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-
RTGS) mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Nilai transaksi RTGS
menurun 10,93% (qtq) dengan volume transaksi yang juga menurun sebesar 60,21% (qtq).
Penurunan ini sejalan dengan trend konsumsi pemerintah dan masyarakat yang menurun di awal
tahun dan juga aktivitas perdagangan yang melambat.
Berbeda dengan transaksi melalui RTGS, transaksi pembayaran nontunai melalui sistem Kliring
Nasional Bank Indonesia (SKNBI) mengalami peningkatan pada triwulan I 2015, baik dari sisi volume
maupun nominalnya. Peningkatan pada nilai transaksi SKNBI yaitu sebesar 2,48% (qtq) dengan
peningkatan volume sebesar 4,64% (qtq).
0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
7%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
I II III IV I II III IV I
2013 2014 2015
g Kredit Rasio NPL Batas aman NPL
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
46
Grafik 4.9.Transaksi RTGS Sulawesi Tenggara
4.2.2 Transaksi Pembayaran Tunai
Transaksi pembayaran tunai pada triwulan I 2015 mengalami perbedaan jika dibadingkan dengan
triwulan sebelumnya. Data triwulan I mencatat inflow mengalami kenaikan sebesar 234,24% (qtq)
sedangkan untuk outflow mengalami penurunan sebesar 77,54% (qtq) sehingga pada triwulan I
2015 mengalami net inflow, sedangkan pada triwulan sebelumnya terjadi outflow. Hal ini
menunjukan bahwa pada triwulan I 2015 terjadi arus masuk kas fisik ke Bank Indonesia setelah pada
periode sebelumnya terjadi arus keluar akibat adanya perayaan hari raya Natal dan tahun baru.
Grafik 4.10. Perkembangan Inflow-Outflow pembayaran tunai
Di sisi lain, selama triwulan I 2015, uang palsu yang ditemukan mengalami peningkatan dari 60 lembar
pada triwulan IV 2014 menjadi 77 lembar pada triwulan I 2015. Uang palsu tersebut ditemukan dari
kegiatan penukaran uang di loket Bank Indonesia, kegiatan kas keliling, loket perbankan, setoran
perbankan, maupun yang dilaporkan masyarakat atau ditemukan oleh pihak kepolisian. Sebagai
upaya untuk menanggulangi peredaran uang palsu tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Sulawesi Tenggara terus berupaya untuk meningkatkan kesadaran dari masyarakat melalui
berbagai macam kegiatan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada semua lapisan masyarakat
dan berbagai daerah di Sulawesi Tenggara.
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
I II III IV I II III IV I
2013 2014 2015
Volume Transaksi (ribu warkat) Nominal (miliar)
-2000
-1500
-1000
-500
0
500
1000
1500
I II III IV I II III IV I
2013 2014 2015
Inflow (miliar Rp) Outflow (miliar Rp)
Net Inflow/Outflow (miliar Rp)
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
47
Ketenagakerjaan dan
Kesejahteraan
Perbaikan perekonomian Sulawesi Tenggara belum diikuti dengan penurunan
tingkat pengangguran. Tingkat pengangguran terbuka meningkat dari 2,13%
(Februari 2014) menjadi 3,62% (Februari 2015). Meskipun jumlah penduduk yang
bekerja juga meningkat, namun belum pulihnya kinerja semua sektor ekonomi
utama berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja di Sulawesi Tenggara.
Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan mengalami
penurunan terutama pada masyarakat pedesaan. Hal tersebut terlihat dari Nilai
Tukar Petani (NTP) yang masih berada di bawah level 100 dan bahkan semakin
menurun dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Bab 5
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
48
5.1 KETENAGAKERJAAN
Pada awal tahun 2015, penyerapan tenaga kerja di Sulawesi Tenggara mengalami penurunan.
Hal ini tercermin dari data BPS Sulawesi Tenggara yang menunjukan penambahan jumlah penduduk
yang menganggur di Provinsi Sulawesi Tenggara. Selama setahun, dari Februari 2014 hingga Februari
2015, jumlah pengganguran terbuka bertambah sebanyak 18,1 ribu orang atau meningkat sebesar
74,92% (yoy) (Grafik 5.1). Dengan adanya peningkatan tersebut, jumlah penduduk yang menganggur
di bulan Februari 2015 mencapai 42,3 ribu orang.
Sumber: BPS Sultra (diolah) Sumber: BPS Sultra (diolah)
Grafik 5.1. Pertumbuhan Penduduk Menganggur Grafik 5.2.Pertumbuhan Penduduk Bekerja
Sementara itu, jumlah penduduk yang bekerja juga mengalami peningkatan. Pada Februari 2015
jumlah orang yang bekerja meningkat sebanyak 13,7 ribu orang atau meningkat sebesar 1,23% (yoy).
Dengan demikian pada Februari 2015 jumlah penduduk yang bekerja mencapai 1,12 juta orang.
Karena peningkatan penduduk yang mengganggur lebih besar daripada peningkatan penduduk
bekerja, maka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Sulawesi Tenggara meningkat dari 2,13%
(Februari 2014) menjadi 3,62% (Februari 2015). Sementara itu untuk Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja mengalami sedikit penurunan dari sebesar 71,05% pada Februari 2014 menjadi sebesar 71,04%
pada Februari 2015.
Penurunan kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Sulawesi Tenggara sejalan dengan hasil Survei Kegiatan
Dunia Usaha (SKDU) dan Survei Konsumen (SK) yang dilakukan oleh KPw BI Provinsi Sulawesi
Tenggara. SKDU menunjukkan bahwa Saldo Bersih Tertimbang (SBT)1 kegiatan usaha kegiatan bernilai
negatif (-9,79%) jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (Grafik 5.3). Sedangkan untuk Indeks
Ketersediaan Lapangan Kerja pada triwulan I 2015 tercatat sebesar 108,67, jauh lebih rendah jika
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 133 (Grafik 5.4).
1 Saldo Bersih Tertimbang dihasilkan dari perkalian antara saldo bersih yang berasal dari selisih antara persentase jumlah responden yang memberikan jawaban “meningkat” dengan responden yang memberikan jawaban “menurun”, dengan bobot yang dihitung dari pangsa sektor tersebut dalam PDRB tahun 2000.
42,3
74,92%
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
-
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Februari Februari Februari Februari
2012 2013 2014 2015
Penduduk Menganggur gPenduduk Menganggur (sb. Kanan)
ribu orang %, yoy
1.125,7
1,23%
-4%
-3%
-2%
-1%
0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
1.000
1.020
1.040
1.060
1.080
1.100
1.120
1.140
Februari Februari Februari Februari
2012 2013 2014 2015
Penduduk Bekerja gPenduduk Bekerja (sb. Kanan)
ribu orang %, yoy
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
49
Dilihat secara sektoral, sektor pertanian, sektor perdagangan dan rumah makan serta sektor jasa
merupakan sektor yang menyerap tenaga kerja terbesar di Sulawesi Tenggara sejak tahun 2013
dengan pangsa masing-masing sebesar 39,2%, 20,7% dan 20,2% (Grafik 5.5). Meskipun demikian,
peningkatan terbesar terjadi pada sektor industri dengan pertumbuhan tenaga kerja sebesar 52,42%
(yoy). Sebaliknya, penurunan terbesar terjadi di sektor pertambangan sebesar 48,35%-yoy (Grafik
5.6).
Sumber: SKDU-BI Provinsi Sultra Sumber: Survei Konsumen-BI Provinsi Sultra
Grafik 5.3. Indeks Realisasi Kegiatan Usaha
Grafik 5.4.Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja
Sumber: BPS Provinsi Sultra (diolah)
Ket: PHR = Perdagangan Hotel dan Restoran
LGA = Listrik Gas dan Air
Sumber: BPS Provinsi Sultra (diolah)
Ket: PHR = Perdagangan Hotel dan Restoran
LGA = Listrik Gas dan Air
Grafik 5.5. Pangsa Penyerapan Tenaga Kerja Per
Sektor (per Februari 2015)
Grafik 5.6.Pertumbuhan Tenaga Kerja Sektoral
(per Februari 2015)
Dengan jumlah penduduk bekerja di Sulawesi Tenggara terkonsentrasi di sektor pertanian, maka
pekerja yang berada di sektor informal juga masih mendominasi struktur ketenagakerjaan di provinsi
ini. Pekerja informal dalam perekonomian Sulawesi Tenggara mencapai sebesar 71,58% atau 742.629
orang, lebih rendah dibandingkan Februari 2014 sebesar 75,85% atau 756.424 orang. Meskipun
demikian, dari sisi kualitas input tenaga kerja mengalami peningkatan. Hal tersebut tercemin dengan
pangsa pekerja dengan pendidikan tinggi (Diploma dan Universitas) mencapai 17,50% pada Februari
2015, lebih tinggi daripada tahun sebelumnya yang baru mencapai 13,36% dari keseluruhan
0,04 -0,10
-6
-4
-2
0
2
4
6
I II III IV I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014 2015
Realisasi Kegiatan Usaha
SBT
133,00
108,67
80
90
100
110
120
130
140
150
I II III IV I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014 2015
Indeks Ketersediaan Lap Kerja
Indeks
Pertanian39%
Tambang1%Industri
8%LGA0%
Konstruksi5%
PHR21%
Transportasi4%
Jasa Dunia Usaha2%
Jasa20%
-5%
-23%
12%
208%
6,53%
11%
0%
-31%
6%
-50% 0% 50% 100% 150% 200% 250%
Pertanian
Tambang
Industri
LGA
Konstruksi
PHR
Transportasi
Jasa Dunia Usaha
Jasa
Pertumbuhan Jumlah Tenaga Kerja
%, yoy
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
50
penduduk yang bekerja. Selain itu, pekerja yang memiliki pendidikan dasar (SD-SMP) juga semakin
berkurang dari 59,52% di Februari 2014 menjadi 53,91% di Februari 2015.
5.2 KESEJAHTERAAN
Penurunan yang terjadi dari sisi ketenagakerjaan di Sulawesi Tenggara, diikuti juga oleh
penurunan dari sisi kesejahteraan pada triwulan I 2015. Indikator kesejahteraan yang digunakan
adalah pendapatan petani dan pendapatan konsumen. Pendapatan petani yang diindikasikan dari
Nilai Tukar Petani (NTP) menunjukkan adanya penurunan pada triwulan I 2015. Sebanyak 441,6 ribu
penduduk Sulawesi Tenggara yang mencapai 39,23% dari total penduduk adalah bekerja di sektor
pertanian sehingga NTP yang turun akan berdampak pada keseluruhan kondisi kesejahteraan di
Sulawesi Tenggara. Pada triwulan I 2015, NTP tercatat sebesar 98,15, lebih rendah daripada triwulan
sebelumnya yang mencapai 99,63 (Grafik 5.8). Dengan pencapaian NTP di bawah 100% maka total
pendapatan petani lebih rendah dibandingkan dengan total pengeluaran untuk memproduksi hasil
usahanya.
Penurunan NTP paling besar terjadi pada tanaman perkebunan rakyat dari 101,76 di triwulan IV 2014
menjadi 95,87 di triwulan I 2015. Kondisi ini disebabkan produksi kakao yang mengalami penurunan
dari tahun ketahun dikarenakan pohon kakao yang dimiliki oleh para petani saat ini berusia tua. Selain
itu, pada triwulan I 2015 terdapat dua sektor lainnya yang memiliki NTP berada di bawah 100, yaitu
sektor tanaman pangan (97,9) dan sektor holtikultura (93,1).
Sumber: Survei Konsumen-BI Provinsi Sultra Sumber: BPS Sultra (diolah)
Grafik 5.7.Indeks Penghasilan Grafik 5.8. Perkembangan NTP Sulawesi Tenggara
Di sisi lain, berdasarkan hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh KPw BI Provinsi Sulawesi Tenggara
menunjukkan bahwa indeks penghasilan masyarakat pada triwulan I 2015 berada pada level yang
meningkat. Pada triwulan I 2015 Indeks Peghasilan Konsumen tercatat sebesar 143,33 meningkat jika
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 137,67.
143,33
80
90
100
110
120
130
140
150
160
I II III IV I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014 2015
Indeks Penghasilan
Indeks
99,63
93,13
97,19
101,76
103,02
103,23
98,55
97,94
93,15
95,87
104,31
104,31
85,00 90,00 95,00 100,00 105,00 110,00
Total
Tanaman Pangan
Hortikultura
Tanaman Perkebunan Rakyat
Peternakan
Perikanan
Tw I 2015
Tw IV 2014
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
51
Prospek
Perekonomian
Pada triwulan II 2015 mendatang, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara
diperkirakan mengalami peningkatan disertai dengan adanya sedikit kenaikan
tekanan inflasi. Berdasarkan beberapa indikator pendukung, hasil survei dan liaison,
pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara pada triwulan II 2015 diprakirakan berada
pada kisaran 6,0% - 6,5% (yoy). Peningkatan tersebut diperkirakan didorong oleh
peningkatan kinerja sektor konstruksi dan sektor pertanian. Adapun untuk keseluruhan
tahun 2015, perekonomian Sulawesi Tenggara diprakirakan tumbuh pada kisaran
6,4% - 6,8% (yoy).
Sementara itu, dari arah trend data, isu di lapangan, serta hasil survei kepada
masyarakat dan pelaku usaha, serta memperhatikan laju inflasi hingga triwulan
laporan, tekanan inflasi Sulawesi Tenggara pada triwulan II 2015 cenderung sedikit
meningkat dengan perkirakan berada pada kisaran 7,7% - 8,1% (yoy). Kenaikan
tersebut terutama disebabkan oleh meningkatnya tekanan inflasi dari kelompok
volatile food seiring dengan masuknya bulan suci Ramadhan serta persiapan
menjelang hari raya Idul Fitri. Ke depannya, inflasi masih cenderung tinggi karena
adanya risiko terhambatnya pasokan bahan makanan seiring dengan kondisi cuaca
dan gelombang laut yang tinggi.
Bab 6
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
52
6.1 PROSPEK EKONOMI MAKRO
Berdasarkan beberapa indikator pendukung, hasil survei dan liaison, pertumbuhan ekonomi
Sulawesi Tenggara pada triwulan II 2015 diprakirakan berada pada kisaran 6,0% - 6,5% (yoy),
lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan I 2015 yang hanya tumbuh 5,8% (yoy). Dari sisi
penawaran, peningkatan tersebut diperkirakan didorong oleh peningkatan kinerja sektor pertanian,
sektor perdagangan besar dan eceran dan sektor konstruksi. Sementara itu dari sisi permintaan,
meningkatnya kondisi perekonomian Sultra diperkirakan didorong oleh peningkatan dan kinerja
positif dari komponen konsumsi rumah tangga dan komponen konsumsi pemerintah. Meski demikian
masih tingginya realisasi investasi sejalan dengan kinerja positif sektor konstruksi juga diperkirakan
turut memberikan sumbangan positif atas meningkatnya kinerja ekonomi Sultra di periode triwulan
mendatang.
Hal ini sesuai dengan perkiraan para pelaku usaha di Sultra pada Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)
yang mempekirakan akan terjadi peningkatan kinerja mereka. Pelaku usaha di bidang pertanian
memperkirakan akan terjadi peningkatan produksi baik itu pada komoditas tanaman pangan,
perikanan maupun peternakan. Selain itu, usaha konstruksi juga diperkirakan akan meningkat seiring
dengan mulai berjalannya proyek pembangunan perumahan maupun infrastruktur pemerintah.
Sumber: SKDU-BI Provinsi Sultra Sumber: SKDU-BI Provinsi Sultra
Grafik 6.1. Indeks Perkiraan Perkembangan Usaha Grafik 6.2. Perkiraan Perkembangan Usaha Sektoral
Meningkatnya kinerja sektor pertanian di periode triwulan II 2015 didorong oleh masuknya musim
panen raya yang semula diperkirakan jatuh di periode triwulan I 2015 namun mengalami pergeseran
di periode triwulan II 2015. Berdasarkan hasil konfirmasi dari dinas terkait, pergeseran musim panen
disebabkan oleh kondisi cuaca yang kurang kondusif disertai tingkat curah hujan yang tinggi di
periode awal masa tanam, sehingga mengangu pola panen. Panen raya diprakirakan akan
berlangsung selama bulan Mei dan puncak panen raya jatuh pada bulan Juni. Dari hasil konfirmasi di
lapangan, diketahui bahwa faktor perluasan lahan tanam, disertai pola tanam yang lebih efektif yang
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
I II III IV I II
2014 2015
Realisasi Usaha Perkiraan Usaha
SBT
-5,00% 0,00% 5,00% 10,00%15,00%20,00%25,00%
Pertanian-Tabama
Perikanan
Peternakan
Pertambangan
Industri
Konstruksi
Perdagangan
Tw II 2015 Tw I 2015
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
53
menunjang kenaikan produktivitas diprakirakan akan menjadi faktor yang mendorong kenaikan
kinerja positif sektor pertanian di periode triwulan II 2015.
Tabel 6.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Triwulan I 2015
Sementara itu, sektor perdagangan besar dan eceran diperkirakan juga akan mengalami peningkatan
memasuki periode triwulan II 2015. Persiapan memasuki bulan suci Ramadhan dan Idul Fitri
diperkirakan akan mendorong aktivitas perdagangan di Sulawesi Tenggara, terutama mengingat
tingginya tingkat ketergantungan Sulawesi Tenggara akan pasokan komoditi bahan pangan dan
bahan bangunan dari luar wilayah Sulawesi Tenggara. Di samping itu, musim panen raya pada
komoditas tabama juga diperkirakan turut memberikan multiplier effect atas peningkatan kinerja di
sektor perdagangan besar dan eceran.
Di sisi lain, sektor konstruksi juga diperkirakan menjadi salah satu sektor yang secara dominan
memberikan kontribusi atas peningkatan kinerja ekonomi Sultra di periode triwulan II 2015. Fokus
pemerintah atas pembangunan dan pengembangan sarana prasarana infrastruktur daerah seperti
pembangunan dan pengembangan Bandar udara, pelabuhan laut, pembangunan jembatan,
perbaikan ruas jalan nasional dan jalan provinsi, serta masih berlangsungnya pembangunan Kawasan
2014
II I II
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 12.0 (0.3) 1.0 - 1.5 9.1 2.0 - 3.0
Pertambangan dan Penggalian (8.1) 9.4 7.0 - 8.0 (4.8) 5.0 - 7.0
Industri Pengolahan 2.3 18.2 12.0 - 13.5 7.7 14.5 - 16.5
Pengadaan Listrik, Gas 7.3 7.8 12.5 - 13.5 10.6 17.0 - 18.0
Pengadaan Air 4.9 3.0 6.2 - 6.9 7.0 4.5 - 5.5
Konstruksi 13.8 1.7 4.2 - 4.9 12.6 6.0 - 6.6
Perdagangan Besar dan Eceran, dan
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor6.0 6.7 7.0 - 8.0 8.3 7.0 - 7.8
Transportasi dan Pergudangan 3.6 5.3 7.7 - 8.3 5.1 7.0 - 7.8
Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum9.5 5.8 1.1 - 1.6 9.4 4.0 - 4.8
Informasi dan Komunikasi 3.3 3.7 2.2 - 2.7 2.9 3.0 - 3.6
Jasa Keuangan 8.2 8.2 7.2 - 7.8 9.4 8.6 - 9.2
Real Estate 7.5 4.0 2.3 - 3.0 6.6 5.5 - 6.0
Jasa Perusahaan 9.9 7.7 7.8 - 8.4 9.7 7.8 - 8.3
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib10.2 7.6 13.8 - 14.4 13.0 13.0 - 14.0
Jasa Pendidikan 13.7 14.4 13.0 - 14.5 14.0 12.0 - 13.0
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 15.6 6.8 8.2 - 8.7 12.1 7.3 - 7.8
Jasa Lainnya 18.0 5.5 5.2 - 5.8 12.9 7.7 - 8.2
PDRB 5.5 5.8 6.0 - 6.5 6.3 6.4 - 6.8
*Keterangan
Meningkat
Melambat
2015Sektor PDRB 2014 2015
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
54
Industri Khusus (KIK) di Kabupaten Konawe diperkirakan akan memberikan kontribusi yang signifikan
atas perkembangan kinerja sektor konstruksi di periode triwulan mendatang.
Tabel 6.2. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran Triwulan I 2015
Dari sisi permintaan, meningkatnya kondisi perekonomian Sultra diperkirakan didorong oleh
peningkatan dan kinerja positif dari komponen konsumsi rumah tangga dan komponen konsumsi
pemerintah. Meningkatnya komponen konsumsi rumah tangga diperkirakan sejalan dengan indeks
ekspektasi konsumen yang meningkat di pertengahan tahun 2015. Masyarakat cenderung memiliki
optimisme yang tinggi terhadap peningkatan penghasilan di triwulan tersebut, terutama yang
disebabkan oleh pembagian gaji ke-13 bagi PNS di bulan Juni. Di samping itu, masuknya musim panen
raya diperkirakan turut mendorong kenaikan tingkat penghasilan dan tingkat konsumsi masyarakat.
Di sisi lain, masuknya momen bulan suci ramadhan di bulan Juni juga diperkirakan turut memberikan
efek positif atas naiknya tingkat konsumsi masyarakat Sulawesi Tenggara di periode triwulan
mendatang.
Sementara itu, meningkatnya komponen konsumsi pemerintah diperkirakan disebabkan oleh realisasi
belanja pemerintah yang semakin optimal seperti pembagian gaji ke-13 yang hampir dipastikan
dicairkan di bulan Juni. Selain itu, beberapa proyek pemerintah yang bersifat multiyears atas
pembangunan dan pengembangan sarana prasaran infrastruktur daerah seperti revitalisasi Teluk
Kendari, peningkatan jalan bypass di Kota Kendari, dan pembangunan jembatan Bahteramas juga
diperkirakan meningkatkan kinerja sektor tersebut.
Adapun kinerja investasi diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 9.0% s.d 9.5% (yoy). Beberapa
kegiatan investasi yang diperkirakan masih berlangsung adalah beberapa proyek pemerintah yang
bersifat multiyears, penyelesaian proyek smelter, pembangunan Kawasan Industri Khusus (KIK) di 13
daerah, pembangunan jembatan Bahteramas, perbaikan dan pengembangan Bandar udara, serta
pembangunan dan perbaikan jaringan irigasi.
Adapun untuk keseluruhan tahun 2015, perekonomian Sulawesi Tenggara diprakirakan tumbuh pada
kisaran 6,4% - 6,8% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan pada tahun 2014 yang hanya
sebesar 6,3% (yoy). Peningkatan tersebut terutama didorong oleh peningkatan kinerja sektor utama
di Sulawesi Tenggara seperti sektor pertanian, sektor pertambangan dan sektor perdagangan besar
2014
II I II
Konsumsi Rumah Tangga 6.6 5.7 5.8 - 6.2 6.6 5.5 - 6.0
Konsumsi LNPRT 11.8 (11.0) 5.2 - 5.6 11.9 (1.0) - 1.0
Konsumsi Pemerintah 2.8 2.5 2.8 - 3.3 3.4 3.0 - 4.0
Investasi 5.1 10.0 9.0 - 9.5 8.9 8.8 - 9.3
Ekspor Luar Negeri (69.7) (43.1) (30) - (15) (63.8) 5.0 - 10.0
Impor Luar Negeri 19.3 62.4 20 - 40 28.3 25.0 - 30.0
Net Ekspor Antar Daerah (61.8) (68.5) (30) - (20) (67.7) (30) - (10)
PDRB 5.5 5.8 6.0 - 6.5 6.3 6.4 - 6.8
Sektor PDRB 2014 20152015
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
55
dan eceran. Selain itu ekspor luar negeri diperkirakan mengalami perbaikan dan ditambah dengan
penigkatan realisasi investasi selama tahun 2015 terutama terkait perbaikan infrastruktur untuk
menunjang program kemaritiman.
6.2 PROSPEK INFLASI
Tekanan inflasi Sulawesi Tenggara pada triwulan II 2015 diperkirakan akan mengalami sedikit
kenaikan disebabkan oleh adanya tekanan inflasi pada komoditas kelompok volatile food
menjelang memasuki bulan suci ramadhan dan persiapan hari raya idul fitri. Inflasi pada triwulan
II 2015 diperkirakan berada pada kisaran 7,7% s.d 8,1% (yoy), sedikit meningkat daripada triwulan
sebelumnya yang mencapai 7,8% (yoy). Kenaikan tingkat inflasi tersebut diperkirakan lebih banyak
dipengaruhi oleh kenaikan harga BBM di akhir triwulan I 2015 dan ekspektasi pelaku usaha untuk
menaikan harga bahan pangan menjelang bulan suci ramadhan.
Kenaikan harga BBM di pertengahan periode triwulan diprakirakan akan memberikan efek langsung
maupun tidak langsung atas naiknya indeks harga beberapa komoditas utama penyumbang inflasi
seperti cabai dan bawang. Di samping itu, beberapa komoditas bahan bangunan yang didatangkan
dari luar Sulawesi Tenggara juga diprakirakan akan mengalami kenaikan harga seiring dengan naiknya
biaya transportasi yang timbul untuk mendatangkan komoditas tersebut. Tarif transportasi udara juga
mengalami kenaikan meskipun kenaikannya relatif tidak terlalu signifikan. Di samping itu,
sebagaimana pola musimannya, memasuki bulan suci Ramadhan yang jatuh pada pertengahan bulan
Juni, diperkirakan akan turut mempengaruhi kenaikan indeks harga khususnya pada komoditas bahan
pangan di Sulawesi Tenggara. Di samping itu, rusaknya lahan sawah siap panen milik warga karena
rusaknya bendungan di Kabupaten Konawe dapat mempengaruhi pasokan beras dan dapat
mendorong kenaikan tingkat inflasi di periode triwulan II 2015.
Meskipun tekanan inflasi lebih tinggi daripada sebelumnya, namun terdapat beberapa faktor yang
diperkirakan dapat menahan laju inflasi khususnya pada komoditas bahan makanan. Hal tersebut
diindikasikan dari perkiraan kondisi cuaca yang relatif cukup kondusif dimana tingkat curah hujan
relatif cukup rendah selama periode triwulan II 2015 khususnya di bulan Juni 2015. Kondisi cuaca
yang cukup kondusif diharapkan dapat mendukung pola panen, khususnya terhadap beberapa
komoditas yang memilki andil cukup tinggi atas pembentukan tingkat inflasi di Sulawesi Tenggara
seperti komoditas cabai dan bawang. Di samping itu, kondisi cuaca juga memiliki pengaruh yang
signifikan atas pergerakan arus barang khususnya komoditas bahan pangan yang didatangkan ke
Sulawesi Tenggara. Kondisi cuaca yang diprakirakan relatif cukup kondusif diharapkan dapat
memperlancar arus barang komoditas bahan makan menuju Sulawesi Tenggara.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
56
Tabel 6.3. Faktor Risiko dan Dampaknya Terhadap Inflasi di Triwulan II 2015
Faktor Risiko Potensi
Dampak
Volatile
Food
Ketersediaan stok daging ayam potong,telur ayam dan daging sapi
untuk memenuhi tingkat kebutuhan masyarakat di bulan ramadhan.
Ketersediaan stok ikan segar yang relatif minim disebabkan oleh pola
kebiasaan masyarakat nelayan untuk berhenti melaut selama rentang
waktu 7 hari sebelum dan sesudah hari raya Idul Fitri.
Tingginya gelombang laut juga berpotensi menurunkan jumlah
produksi ikan tangkap sehingga mendorong kenaikan harga komoditas
ikan tangkap.
HIGH
b. Distribusi:
Terganggunya saluran distribusi komoditas bahan pangan yang
didatangkan dari luar Sultra yang disebabkan oleh lambatnya aktivitas
bongkar muat di pelabuhan akibat padatnya antrian kapal.
Adm.
Prices
• Kenaikan harga minyak dunia berimplikasi terhadap kenaikan harga
BBM
• Kenaikan tarif angkutan umum dan angkutan penyeberangan baik laut
maupun udara sejalan dengan momen hari raya idul fitri.
MEDIUM
Core • Transmisi kenaikan harga TTL dan LPG terhadap kenaikan kontrak dan
sewa rumah
LOW
Secara whole year tahun 2015, tingkat inflasi Sulawesi Tenggara diperkirakan berada di kisaran 2,8%
- 3,4% (yoy). Rendahnya tingkat inflasi Sulawesi Tenggara lebih disebabkan oleh based point effect
akibat lonjakan inflasi yang timbul di periode akhir tahun 2014 setelah kenaikan harga BBM
bersubsidi. Di samping hal tersebut, rendahnya tingkat inflasi di akhir tahun juga diperkirakan
didorong oleh masuknya musim panen raya yang terjadi di bulan November. Terjaganya ketersediaan
stok bahan pangan khususnya beras dan komoditas bumbu-bumbuan di pasar turut menjadi salah
satu hal yang mendukung pencapaian tingkat inflasi yang rendah di akhir tahun 2015.
Mengacu kepada perkiraan inflasi tersebut, terdapat beberapa isu strategis yang menjadi pendorong
utama terjadinya inflasi selama tahun 2015, sebagai berikut:
a. Ketergantungan yang masih cukup tinggi terhadap wilayah luar Sulawesi Tenggara, yang
berdasarkan data I/O (Input/Output) BPS Sultra mencapai 85% dari total komoditas konsumsi
masyarakat. Beberapa komoditas utama yang didatangkan dari luar Sulawesi Tenggara antara
lain bumbu-bumbuan (bawang merah, cabe merah, tomat, sayuran), telur, daging ayam ras,
gula pasir, minyak goreng, tepung dll.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
57
b. Sistem distribusi yang belum lancar akibat kendala dari sisi infrastruktur, cuaca serta alat
transportasi yang terbatas. Saat ini arus masuk barang ke Sulawesi Tenggara melalui jalur laut
dan darat yang masing-masing memiliki kendala keterbatasan infrastruktur sebagai berikut:
i. Pelabuhan Kota Kendari sebagai pintu masuk utama jalur laut memiliki keterbatasan
infrastruktur yang mencakup tempat sandar kapal, area parkir kontainer, dan
angkutan penjemputan yang terbatas. Selain infrastruktur juga terdapat keterbatasan
tenaga kerja bongkar muat serta juru pandu sandar kapal di pelabuhan.
ii. Jalur darat di Sulawesi Tenggara yang mencakup jalan provinsi Kolaka Utara-Kendari
sebagai jalur distribusi utama, saat ini dalam kondisi tidak mantap (75% dari total
panjang jalan), sehingga menyebabkan peningkatan biaya transportasi yang diikuti
peningkatan harga kebutuhan konsumsi masyarakat.
Berdasarkan isu strategis tersebut, dalam pengendalian inflasi, Tim Pengendali Inflasi Daerah
memberikan beberapa rekomendasi sebagai berikut:
a. Untuk pembentukan ekspektasi, informasi harga secara rutin selain dipublikasikan melalui media
cetak koran sebagaimana yang sudah berjalan, juga perlu diperkuat melalui papan informasi
harga elektronik yang ditempatkan pada pasar-pasar utama di Kota Kendari sebagaimana yang
dilakukan di kota lain seperti Bandung, Banjarmasin, dan Palangkaraya.
b. Sebagai bentuk pengendalian inflasi pada jangka panjang, TPID (Tim Pengendalian Inflasi Daerah)
Sulawesi Tenggara memberikan rekomendasi kepada pemerintah daerah terkait kendala
infrastruktur dan tenaga kerja pelabuhan sebagai berikut:
i. Mendirikan pusat pergudangan yang berguna sebagai tempat stok komoditas konsumsi
sekaligus memberikan solusi perhentian kontainer yang datang, sehingga tidak harus
mengantri di lapangan parkir kontainer pelabuhan.
ii. Menganjurkan kepada Administrasi Pelabuhan agar membuat shift malam bagi tenaga
buruh bongkar pelabuhan sehingga aktivitas bongkar dapat dilakukan pada malam hari.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
58
Halaman ini sengaja dikosongkan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Daftar
Istilah
Administered
price
Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya
diatur oleh pemerintah.
Andil inflasi Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota
terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan.
APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Rencana keuangan tahunan pemerintah
daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan
ditetapkan dengan peraturan daerah.
Bobot inflasi Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komoditas terhadap tingkat inflasi
secara keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi
masyarakat terhadap komoditas tersebut.
Dana
Perimbangan
Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan
kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi
daerah.
Dana Pihak
Ketiga (DPK)
Dana masyarakat (berupa tabungan, deposito, giro, dll) yang disimpan di suatu
bank.
Faktor
Fundamental
Faktor fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang dapat dipengaruhi oleh
kebijakan moneter, yakni interaksi permintaan-penawaran atau output gap,
eksternal, serta ekspektasi inflasi masyarakat
Faktor Non
Fundamental
Faktor non fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang berada di luar
kewenangan otoritas moneter, yakni produksi maupun distribusi bahan pangan
(volatile foods), serta harga barang/jasa yang ditentukan oleh pemerintah
(administered price)
Imported
inflation
Salah satu disagregasi inflasi, yaitu inflasi yang berasal dari pengaruh perkembangan
harga di luar negeri (eksternal)
Indeks Ekspektasi
Konsumen
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen
terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1 100.
Indeks Harga
Konsumen (IHK)
Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa
yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.
Indeks Kondisi
Ekonomi
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen
terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1 100.
Indeks Keyakinan
Konsumen (IKK)
Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat
ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1 100.
Investasi Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi melalui peningkatan
modal.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Inflasi inti Inflasi inti adalah inflasi yang dipengaruhi oleh faktor fundamental
Liaison Kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang bersifat kualitatif dan
kuantitatif yang dilakukan secara periodik melalui wawancara langsung kepada
pelaku ekonomi mengenai perkembangan dan arah kegiatan ekonomi dengan cara
yang sistematis dan didokumentasikan dalam bentuk laporan
Loan to Deposit
Ratio (LDR)
Ratio yang menunjukkan perbandingan antara jumlah pinjaman yang disalurkan
dengan dana pihak ke tiga yang dihimpun pada suatu waktu tertentu.
Migas Minyak dan gas. Merupakan kelompok sektor industri yang mencakup industri
minyak dan gas.
Mtm Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya.
Non Performing
Loan (NPL)
Besarnya jumlah kredit bermasalah pada suatu Bank dibanding dengan total
keseluruhan kreditnya
Omzet Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi.
PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan
hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu.
Pendapatan Asli
Daerah (PAD)
Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak
daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan
kekayaan daerah.
Perceived risk Persepsi risiko yang dimiliki oleh investor terhadap kondisi perekonomian sebuah
negara
Qtq Quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan
sebelumnya.
Saldo Bersih S
dengan persent
SBT Saldo Bersih Tertimbang. Nilai yang diperoleh dari hasil perkalian saldo bersih
sektor/subsektor yang bersangkutan dengan bobot sektor/subsektor yang
bersangkutan sebagai penimbangnya.
Sektor ekonomi
dominan
Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai
pengaruh dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan.
Volatile food Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya
sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.
West Texas
Intermediate
Jenis minyak bumi yang menjadi acuan untuk transaksi perdagangan minyak dunia.
Yoy Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Tim
Penyusun
PENANGGUNG JAWAB
Dian Nugraha
KOORDINATOR PENYUSUN
Harisuddin
TIM PENULIS
Daniel Agus Prasetyo, Reinaldy Akbar Ariesha, Argo Hadianto
KONTRIBUTOR
Unit Statistik, Survei dan Liaison
Unit Akses Keuangan dan UMKM
Unit Operasional Kas
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA SULAWESI TENGGARA Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan
Jl. Sultan Hasanudin No. 150 Kendari
No. Telp. (0401) 3121655; No. Fax.(0401)3122718
Email :[email protected]