Top Banner
ALIRAN DALAM ARSITEKTUR: MODERN & PASCA MODERN
25

Kajian Arsitektur Post Modern.doc

Oct 25, 2015

Download

Documents

Felicia Wagiri

Kajian Arsitektur Post Modern.doc
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Kajian Arsitektur Post Modern.doc

ALIRAN DALAM ARSITEKTUR: MODERN & PASCA MODERN

Page 2: Kajian Arsitektur Post Modern.doc

1. PENGANTAR

Arsitektur modern berkembang secara

konseptual dipelopori diantaranya oleh

Le Corbusier. Pasca modern

merupakan suatu konsep yang

dianggap me-revisi pandangan

arsitektur modern.

2. PASCA MODERN

Untuk mengamati karya arsitektur

kontemporer di Indonesia, terlebih

dahulu akan diamati arsitektur post-

modern. Pengamatan tersebut

diperlukan karena sumber inspirasi dan

konsep arsitektur para arsitek

kontemporer di Indonesia seringkali

mengacu pada perkembangan

arsitektur barat, khususnya arsitektur

post-modern.

Pembahasan akan dilakukan

berdasarkan perumusan gaya bahasa

arsitektur post-modern [Jenck, 1984

h.81-133]. Ungkapan gaya bahasa

arsitektur post-modern tersebut dapat

diklasifikasikan sebagai straight

revivalism, neo-vernacular (neo-

vernakuler), adhocism + urbanist =

contextual, methaphor & metaphisics

(metapora dan metafisik), post-modern

space (ruang post-modern), serta

radical eclecticism (eklektisisme

radikal). Untuk mendapatkan gambaran

pokok tentang gaya bahasa arsitektur

post-modern tersebut, akan diuraikan

secara singkat berikut ini.

Straight revivalism, merupakan

ekspresi arsitektur suatu karya yang

secara langsung mengingatkan suatu

tradisi. Ruang, bentuk atau fasade

sengaja diciptakan berdasarkan

acuan karya-karya arsitektur

tradisional atau klasik.

Neo-vernaculer, merupakan suatu

upaya pembaruan dengan

menggunakan kembali berbagai cara

vernakuler. Neo-vernaculer bukan

merupakan straight revivalism,

melainkan suatu gabungan antara

keterampilan pengungkapan gaya

arsitektur modern dengan tradisi

membangun bangunan batu/bata

abad sembilan belas.

Adhocism + Urbanist = Contextual,

merupakan ekspresi arsitektur

dengan memberikan penekanan

pada suatu rancangan khusus

(kadang-kadang sebagai seriuos

joke). Rancangan-rancangan khusus

tersebut dipandang sebagai aksen

kawasan urban serta dibuat dengan

memperhatikan konteks terhadap

lingkungan.

Page 3: Kajian Arsitektur Post Modern.doc

Metaphor dan metaphysics, dapat

dijelaskan sebagai acuan signifying

baru setelah pandangan arsitektur

modern tentang machine aesthetic

dianggap terlalu naif atau bahkan

membosankan. Arsitektur metapora

mengolah elemen bangunan secara

eksplisit maupun implisit dengan

suatu simbol atau sistem pertanda

yang biasa dikenal. Metafisik,

mengembangkan nilai-nilai metafisis

(seperti nilai religius atau historis)

kedalam bentuk-bentuk arsitektural.

Ruang post-modern, merupakan

suatu tanggapan atas pemahaman

ruang dalam arsitektur modern yang

dipandang sebagai ruang abstrak

sebagai isi dari bentuk (form). Tradisi

penciptaan ruang dalam arsitektur

modern tampak seperti keseragaman

dari semua arah, rasional dan logis

dalam penyusunan dari bagian

hingga keseluruhan serta abstract

limited dengan batas atau tepi.

Sebagai lawan dari pandangan

tersebut, ruang dalam arsitektur post-

modern bersifat spesifik historis,

‘irrasional’ atau transformasi dari

bagian ruang hingga keseluruhan

serta tidak terbatas atau ambiguous

dalam zoning.

Eklektisisme radikal, mencerminkan

tanggapan atas eklektisisme abad

sembilan-belas yang dipandang

sebagai oportunistik - mencampur

berbagai mode atau gaya arsitektur,

pencampuran gaya tersebut juga

dianggap lemah dalam menampilkan

arsitektur secara keseluruhan.

Sebagai kontras, eklektisisme pada

arsitektur post-modern

mengembangkan variasi yang

radikal. Variasi formal, teoritik dan

sosial dikembangkan bersama.

Radikal eklektisisme tidak hanya

mereduksi atau men-sederhana-kan

secara ekstrim, melainkan juga

mengembangkan konteks terhadap

situasi (dialectical in meaning).

Pada tahap awal perkembangan

arsitektur post-modern menonjol

dengan ungkapan eklektisisme

radikal yang dilakukan dengan

berbagai cara. Perkembangan

kemudian adalah menyebarnya

pandangan arsitektur post-modern ke

seluruh penjuru dunia, termasuk

negeri timur. Sebagai gambaran

adalah arsitektur kontemporer di

Jepang. Jepang sebagai negara

yang sangat cepat dalam menyerap

serta men-tranformasi-kan pengaruh

asing dengan dasar tradisi yang kuat,

dengan cepat pula berkembang

ekspresi arsitektur post-modern.

Perkembangan selanjutnya dikenal

sebagai post-modern clasicism, yakni

Page 4: Kajian Arsitektur Post Modern.doc

berkembangnya suatu genre

kebebasan untuk berekspresi eklektik

yang merupakan bagian utama dari

pluralisme. Post-modern clasicism

tersebut diharapkan dapat

berkembang sebagai alat komunikasi

dalam masyarakat, yang

memperhatikan simbol serta teknik

membangun.

Page 5: Kajian Arsitektur Post Modern.doc

Pustaka Concise history of Modern Arch, 2002.

Sampel Karya Mahasiswa Didin WiradianTINJAUAN MENGENAI POST-MODERN

POST- MODERN SECARA GLOBAL

Menurut beberapa literatur, kata Post-Modern sudah muncul pada tahun 1934

yang dipakai oleh Federico de Oniz untuk menyebut suatu periode pendek dalam bidang

sastra, khususnya puisi Spanyol dan Amerika Latin.

Pada tahun 1947, Arnold Toynbee seorang ahli sejarah, dalam bukunya yang

berjudul A Study of History memakai kata Post-Modern untuk menyebut tahap

kontemporer dari kebudayaan barat yang dimulai tahun 1875, dengan ciri peralihan

politik dari pola pemikiran negara nasional ke interaksi global.

POST- MODERN DALAM ARSITEKTUR

Jika ada pertanyaan yang menyatakan “Apa dan siapakah arsitektur post

modern itu ?”, maka tak ada satu jawaban yang pasti untuk menjawabnya. Kata Post-

Modern itu dapat berarti sehabis modern (modern ubah usah): atau berarti setelah

modern (modern masih berlanjut tetapi tidak lagi dominan): dan bisa juga berarti

kelanjutan modern (modern masih berlangsung terus tetapi dengan melakukan adaptasi

terhadap perkembangan dan pembaharuan yang terjadi di masa kini)1.

Pada tahun 1975, arsitek Amerika, Charles Jencks, mengalihkan istilah

postmodern ke dunia arsitektur dan membuka sebuah ruang diskusi baru di benua

Eropa. Arsitektur postmodern menurutnya, mewakili sifat pluralitas kebahasaan.

Kodifikasi plural menjadi tuntutan minimalnya, lebih jelasnya bangunan Postmodern

menggunakan kode yang berbeda, seperti kode eliter, populer, modern dan tradisional,

internasional dan regional, fungsional dan fiksional.2

Secara harfiah, Post-modern dalam bahasa Indonesia disebut juga Pasca

Modern, yakni :

1 “Pengertian Post-Modern”, www.arsitektur-dekonstruksi.com, (halaman 1)2 “Postmodernitas dan Masa Depan Peradabannya”, Aditya Media (halaman 220-222).

Page 6: Kajian Arsitektur Post Modern.doc

Pasca = Menunjukan apa yang telah kita tinggalkan dan lalui tetapi belum

menerangkan dimana kita akan tiba.

Pasca modern = Belum sampai pada tujuannya yang baru tetapi juga belum

melepaskan semua makna modernnya3.

“Post-Modern architecture is obviously concerned with more then ‘pluralism’ and

‘complexity’, although these two key words begin to locate its centre”.4

Ciri-ciri Post-Modern adalah :

Pluralistik = - Banyak ragam pandangan

- memiliki variasi atau keragaman bentuk.

Komunikatif = Digunakan sebagai alat komunikasi

- Arsitek dan masyarakat

- waktu (dulu, sekarang dan yang akan datang).

Tempat dan sejarah = Arsitektur yang berakar pada tempat dan

sejarah.5

10 Karakteristik arsitektur Post-Modern menurut Heinrich Klotz6, diantaranya adalah :

1. Regionalisme gantikan Internasionalisme.

2. Fictional Figurative (“bermain-main” dengan figur bangunan).

3. Fictional (arsitektur adalah sebuah karya seni).

4. Banyak arti, Komunikatif.

5. Menggambarkan “Imajinasi” dunia.

6. Menentang faham “Steril”.

7. Dikuasai “kenangan” (Historisme).

8. Kontekstual, menyesuaikan dengan lingkungan sekitar (fisik dan nonfisik), serta

menghargai ungkapan individu atau personal.

9. Menghindari ‘Langgam tunggal’, mengembangkan vokabulari langgam dan

bentuk.

10. “Fiction” = “Function”.

3 Wisnu Budiarso, ST, “Perkembangan Arsitektur 2” (halaman 2).4 Balding and Mansell Ltd, “The Language of Post-Modern Architecture- Charles Jencks”, Wisbech, England, (halaman 12).5 Ir. Wahyu Prastowo, “Aliran Post-Modern”, Diktat Perkembangan Arsitektur 3, (halaman 7).6 Ir. Wahyu Prastowo, “Aliran Post-Modern”, Diktat Perkembangan Arsitektur 3, (halaman 11).

Page 7: Kajian Arsitektur Post Modern.doc

SEJARAH POST-MODERN

Melihat dari Beberapa definisi Post-Modern7 dibawah ini, yaitu :

Kelanjutan dan reaksi dari arsitektur modern.

Regionalisme yang mengganti Internasionalisme.

Respresentasifisional yang menggantikan bentuk geometrik.

Koreksi terhadap kesalahan Arsitektur Modern.

Arsitektur yang menyatu-padukan Art dan Science, craft dan Teknologi,

Internasional dan local, serta mengakomodasikan kondisi-kondisi paradoksial dalam

arsitektur.

Menyodorkan alternatif sehingga arsitektur tidak hanya satu jalur saja.

Post-Modern berusaha mengembalikan ingatan masa lalu.

Bisa dimengerti sebagai filsafat, pola pikir, pokok berpikir, dasar berpikir, ide,

gagasan dan teori.

Anak dari Arsitektur Modern.

Maka mempelajari arsitektur Post-Modern tidak bisa tanpa melalui Arsitektur

Modern, karena arsitektur Post-Modern merupakan langkah atau tindak lanjut terhadap

evaluasi yang dilakukan terhadap arsitektur Modern. Dimana arsitektur Post-Modern

merupakan arsitektur yang telah melakukan flash back terhadap arsitektur Modern.

Arsitektur Post-Modern merupakan suatu periode arsitektur yang lahir setelah

periode dimana Arsitektur Modern mengalami kematian (The Death of Modern

Architecture)8. Menurut Charles Jencks kematian arsitektur Modern mengalami

puncaknya pada tanggal 15 juli 1972 pukul 03.32 siang di St. Louis, Missouri, Amerika

Serikat tepat ketika bangunan perumahan Pruitti-Igoe diledakkan dengan dinamit

dimana bangunan tersebut merupakan bangunan modern yang didirikan atas peraturan-

peraturan ideal yang dibuat oleh CIAM (the Congress of International Modern Architects)

yang juga memenangkan penghargaan dari American

Institute of Architects pada tahun 19519, (Keterangan sumber dapat dilihat pada

Lampiran no. 5).

7 “Bab II-Pengertian Post-Modern”, www.arsitektur_dekonstruksi.com, (halaman 1)8 Balding & Mansell, “The Language of Post-Modern Architecture-Charles Jencks”, (halaman 1).9 Charles Jencks, “The Language of Post-Modern Architecture”, Wisbech, England, (halaman 1).

Page 8: Kajian Arsitektur Post Modern.doc

Pada tahun 1977, Charles Jencks dalam bukunya The Language of Post-Modern

Architecture, menyatakan bahwa dengan kacamata moda komunikasi, arsitektur dapat

didekati dengan pendekatan bahasa, yang terdiri atas :

1. Kata-kata

2. Sintaksis

3. Semantik

4. Metafora

Pada arsitektur Modern keempat hal tersebut diabaikan, karena sintaks

bangunan pada arsitektur modern harus mengikuti satu cara dan “kata-kata” dalam

bangunannya disusun dalam format yang sama pula10.

Kebanyakan hasil arsitektur modern sudah terstandard, harus umum, kalau tidak

berarti salah. Padahal arsitektur adalah campuran seni, sejarah dan teknologi yang

sifatnya subyektif11.

Post-Modern telah menjadi bahan perbincangan ramai di Barat sebagai isu

kebudayaan, kesenian dan bahasa pada dasawarsa ’70-an, bahkan pada era ’60-an.

Orang mulai kehilangan harapan bahwa kebudayaan modern dapat memajukan

masyarakat12.

Di Indonesia sendiri modernitas telah diperkenalkan sejak penjajahan Belanda.

Di satu pihak kita merasakan dampak negatif proses modernitas tersebut, dipihak lain

10 Ir.Wahyu Prastowo, “Diktat Perkembangan Arsitektur 3”, (halaman 5).11 Tema Arsitektur Postmodern, “Teori Arsitektur”, www. Arsitektur-dekonstruksi.com, (halaman 11).12 “Postmodernisme dan Masa Depan Peradabannya”, Aditya Media, (halaman 19).

Gambar 3.1. Penghancuran bangunan Pruitti Igo dengan dinamit di St.Louis, Amerika Serikat

Page 9: Kajian Arsitektur Post Modern.doc

kita selalu ingin mencari jati diri kita sebagai bangsa dan orang Indonesia. Sebenarnya

dilihat dari pengamatan budaya, Indonesia telah lama menyimpan potensi

Postmodernisme, hal tersebut tercermin pada konsep “Bhineka tunggal Ika”, dimana

mengakui ‘Pluralitas’ (Kebhinekaan) didalamnya yang juga merupakan salah satu ciri

penting Postmodernisme13.

Diagram sejarah lahirnya arsitektur Post-Modern14 :

Tabel Perbedaan Arsitektur Modern, Late Modern dan Post- Modern

13 “Postmodernisme dan Masa Depan Peradabannya”, Aditya Media, (halaman 220).14 Ir. Wahyu Prastowo, “Diktat Perkembangan Arsitektur 3”, (halaman 5)

Puncak Arsitektur MODERN (1920-1960)Puncak Arsitektur MODERN (1920-1960)

Setelah tahun 1969Setelah tahun 1969

Arsitektur Modern mulai berubahArsitektur Modern mulai berubah

ArsitekturLATE MODERN

(bentuk akhir arsitektur Modern)

Bentuk dan Ide dari aritektur ModernPenampilan ekstrim, berlebihan dan tidak

natural

ArsitekturLATE MODERN

(bentuk akhir arsitektur Modern)

Bentuk dan Ide dari aritektur ModernPenampilan ekstrim, berlebihan dan tidak

natural

ArsitekturPOST MODERN

Arsitektur Modern “Plus”Sebagian arsitektur Modern, sebagian

arsitektur TradisionalDouble Coding (bernafas ganda)

ArsitekturPOST MODERN

Arsitektur Modern “Plus”Sebagian arsitektur Modern, sebagian

arsitektur TradisionalDouble Coding (bernafas ganda)

Cikal bakal Arsitektur POST-MODERN

Cikal bakal Arsitektur POST-MODERN

Page 10: Kajian Arsitektur Post Modern.doc

Charles A Jencks dalam bukunya Late-Modern Architecture and Other Essay

mengklasifikasikan perbedaan antara arsitektur Modern, Post-Modern dan Late-Modern

kedalam 30 variabel15, yaitu :

MODERN (1920-1960)

LATE MODERN(1960-)

POST- MODERN(1960-)

IDEOLOGICAL1 One International style,

or ‘no style’.Unconscious style Doble-coding of style

2 Utopian and idealist Pragmatic ‘Populer’ and pluralist3 Deterministic form, functional Loose fit Semiotic form4 Zeitgeist Late-Capitalist Traditions and choice5 Artist as prophet/healer Suppressed artist Artist/client6 Elitist/for ‘everyman’ Elitist professional Elitist and participative7 Wholictic, comprehensive

redevelopmentWholistic Piecemeal

8 Architect as saviour/doctor Architect provides service Architect as respresentative and activist

STYLISTIC9 ‘Straightforwardness’ Supersensualism/Silk-Tech/High-

TechHybrid expression

10 Simplicity Complex simplicity-oxymoron: ambigous reference

Complexity

11 Isotropic space (Chicago frame, Domino)

Extreme isotropic space (open office planning. ‘shed space’) redundancy and flatness

Variable space with surprises

12 Abstract form Scluptural form, hyperbole, enigmatic form

Conventional and abstract form

13 Purist Extreme repetition and purist Ecletic14 Inarticulate ‘dumb box’ Extreme articulation Semiotic articulation15 Mechine aesthetic, strightforward

logic, circulation, mechanical, technology and structure

2nd Mechine Aestetic extreme logic, circulation, maechanical, technology and structure

Variable mixed aestetic depending on context : expression of contentand semantic appropriateness towards

16 Anti-ornament Structure and construction as ornament

Pro-organic and applied ornament

17 Anti-respresentational Respresent logic, circulation, mechanical, technology and structure frozen movement

Pro-respresentation

18 Anti-methaphor Anti-metaphor Pro-metaphor19 Anti hirostical memory Anti-hirostical Pro-hirostical reference20 Anti humour Unintended humour, malapropism Pro-humour21 Anti-symbolic Unintended symbolic Pro-SymbolicDESIGN IDEAS22 City in park ‘Monument” in park Contextual urbanismand

rehabilitation23 Fungtional separation Functions within a ‘shed’ Functional mixing24 ‘Skin and bones’ Slick skin with Op effects wet look

distortion, sfumato‘Mannerist and baroque’

25 Gesamtkunstwerk Reductive, elliptical gridism ‘irrational grid’

All rhetorical means

27 Slab, point block Extrude building, linearity Street building28 Transparency Literal transparency Ambiguity29 Asymetry and ‘regularity’ Tends to symmetry and formal Tends to assimetrical symmetry

15 Charles Jencks, “Late-Modern Architecture and Other Essays”, (halaman 32).

Page 11: Kajian Arsitektur Post Modern.doc

rotation mirroring and series (Queen Anne-Revival)

ALIRAN-ALIRAN DALAM POST-MODERN

Charles Jencks dalam bukunya The Language of Post-Modern, menunjukkan

dalam bentuk “Evolutionary

Tree” (pohon perkembangan) yang mengklasifikasikan enam mahzab awal

Pasca Modern yang menjadi Aliran-aliran dalam arsitektur Post-Modern, yaitu :

Page 12: Kajian Arsitektur Post Modern.doc

1. Historik dan Ekletik Radikal

2. Straight Revivalism Distorted Ornament

3. Neo Vernacular

4. Metafor dan Metafisik

5. Metafor dan Metafisik

Aliran-aliran dalam Arsitektur Post-Modern dapat dikelompokan lagi kedalam 2 bagian

utama16, yaitu :

1) Purna-Modern

2) Pasca Modern

a. Neo Modern

b. Dekonstruksi

Tokohnya antara lain : Peter Eisenman, Bernard Tschumi, Zaha Hadid, Frank

O’Gehry, Totyo Ittoh.

POKOK-POKOK PIKIRAN ARSITEKTUR POST-MODERN

Pokok-pokok pikiran yang dipakai pada arsitektur Post-Modern terdiri dari tiga

bagian penting17, yaitu :

1. Tidak memakai semboyan “Form Follow Function”.

Arsitektur Post-Modern mendefinisikan arsitek sebagai sebuah bahasa dan

oleh karena itu Ia tidak mewadahi melainkan mengkomunikasikan.

16 “Pengertian Post-Modern”, www.arsitektur_dekonstruksi.com, (halaman 2)17 “Pengertian Post-Modern”, www.arsitektur_dekonstruksi.com, (halaman 3).

Gambar 3.2. Diagram “Evolutionary Tree” oleh Charles Jencks.

Gambar 3.13. Frank O’Gehry, Bilbao museum.

Page 13: Kajian Arsitektur Post Modern.doc

Yang dikomunikasikan oleh kedua bagian utama dalam arsitektur Post-Modern

itu berbeda-beda, yakni :

- PURNA MODERN

- PASCA MODERN

Neo Modern

Dekonstruksi

2. Fungsi

Yang dimaksud dengan “fungsi” disini bukanlah “aktifitas”, bukan pula apa

yang dikerjakan manusia terhadap arsitektur dimana keduanya diangkat sebagai

pengertian tentang “fungsi” yang lazim digunakan dalam arsitektur Modern. Dalam

arsitektur Post-Modern yang dimaksud dengan fungsi adalah peran dan kemampuan

arsitektur untuk mempengaruhi dan melayani manusia, dengan kata lain fungsi

merupakan apa yang dilakukan arsitektur, bukan apa yang dilakukan manusia

sehingga dengan demikian fungsi dalam arsitektur Post-Modern bukan berarti

“aktifitas”.

Dibawah ini merupakan beberapa analisa dari fungsi Arsitektur, antara lain :

- Arsitektur mempunyai fungsi memberi perlindungan kepada manusia.

- Arsitektur memberikan perasaan aman, nyaman dan nikmat.

- Arsitektur memberikan gambaran dan kenyataan sejujur-jujurnya.

- Arsitektur memberikan kesempatan pada manusia untuk berhayal.

- Arsitektur berfungsi untuk menyadarkan manusia akan budaya dan masa

silamnya.

Berdasarkan pokok pikiran ini, maka :

- PURNA MODERN : Lebih menonjolkan kepada fungsi metaforik

(simbolik) dan hirostikal.

- PASCA MODERN

Neo Modern : Menunjuk pada fungsi-fungsi mimpi.

Dekonstruksi : Menunjuk pada kejujuran

3. Bentuk dan Ruang

Page 14: Kajian Arsitektur Post Modern.doc

Didalam Post-Modern, bentuk dan ruang adalah komponen dasar yang tidak

harus berhubungan satu dengan yang lain, keduanya menjadi 2 komponen yang

mandiri sehingga bisa dihubungkan atau tidak dihubungkan. Ciri-ciri pokok khas ada

yang terlihat ataupun sebaliknya tidak terlihat (tidak nyata). Kedua ciri ini kemudian

akan menjadi tugas arsitek untuk mewujudkannya.

Berdasarkan pokok pikiran ini, maka dalam arsitektur :

- PURNA MODERN : Bentuk menempati posisi yang lebih dominan dari

pada ruang.

- PASCA MODERN

Neo Modern : Sebaliknya bertolak belakang, menempatkan ruang

sebagai unsur yang dominan.

Dekonstruksi : Tidak ada yang dominan, bentuk dan ruang memiliki

kekuatan yang sama.

III.1.6.KARYA-KARYA ARSITEKTUR POST-MODERN

1.Piazza d’Italia

Charles Moore (1925-), merancang Piazza d’Italia (1975-1980), sebuah taman

atau ruang terbuka dalam rangka renovasi kawasan kumuh di New Orleans Amerika

Serikat, ditujukan untuk para imigran Italia yang mendominasi daerah tersebut. Proyek

ini terletak dalam lingkungan modern, selain berfungsi sebagai ruang terbuka juga

berfungsi sosial bagi masyarakat keturunan Eropa khususnya Italia. Denahnya berupa

lingkaran, diperkuat dengan garis-garis melingkar pada lantai dengan warna dari bahan.

Pada tengah taman dibuat model tanah Italia yang berbentuk seperti sepatu tinggi, di

keliling kolam menggambarkan laut Mediterania. Titik pusat lingkaran adalah Pulau

Sisilia di ujung dari “sepatu Italia” melambangkan masyarakat Sisilia, mayoritas dari

imigran Itali disana. Dengan pola mengikuti bentuk lingkaran terdapat sebuah kuil

Romawi kecil dengan kolom-kolom dari lima orde termasyhur Italia : dorique, ionique,

corinthien, toscan dan composite. Kolom-kolom tadi terletak dalam susunan garis bagian

dari lingkaran (convec) mendukung potongan-potongan architrave lengkap dengan

molding Romawi. Dikiri-kanan dari semacam pintu gerbang kuil terdapat architrave

cukup lebar ditulis kalimat-kalimat yang mengingatkan pada sejarah Italia. Unsur

Gambar 3.14. Pandangan bagian tengah (kolam) Piazza d’italia

Page 15: Kajian Arsitektur Post Modern.doc

modern Art-Deco dimasukan dalam beberapa kepala kolom disela-sela kolom-kolom

Italia tersebut.

Bentuk-bentuk klasik dan sedikit aspek modern digabung dengan unsur modern

kontemporer dalam didominasi warna-warna. Dengan mengetengahkan unsur-unsur

historis, bentuk-bentuk langsung menyentuh tanah Italia lengkap dengan “Laut

Mediterania”, Piazza d’Italia betul-betul merupakan contoh sangat respresentatif dari

Post-Modern yang menghubungkan masa lalu, sekarang dan yang akan datang. Piazza

Italia menjadi bentuk pelopor Post-Modern dan banyak memberikan inspirasi

konsepsual dalam

Gambar 3.17. Salah satu sisi Piazza d’Italia

Gambar 3.16. Maket dari atas Piazza d’ItaliaGambar 3.15. Piazza d’Italia, New Orleans Amerika Serikat

Page 16: Kajian Arsitektur Post Modern.doc

2.Grand Inter-Continental Hotel

Adanya keterkaitan dengan paradigma penomenologi pada bangunan, dimana

konsep dari bangunan ini mengambil bentuk dari site, yang dikelilingi oleh air. Tercermin

kedalam bangunan yang berbentuk kapal layar.

Dari segi tema, bangunan ini bisa dimasukkan ke dalam tema tempat. Karena

bangunan ini melihat lingkungan dari sekitarnya, sehingga terciptalah bentukan kapal itu

3.Teater Carlo Felice

Gambar 3.19.Teater Carlo Felice dilihat dari luar.

Gambar 3.20. Detail sky light Gambar 3.21. Potongan melintang dan denah lantai dasar

Gambar 3.18. Nikken Sekkei, Perspektif Grand Inter-Continental Hotel

Page 17: Kajian Arsitektur Post Modern.doc

Di Genoa Italia, Rossi bersama tiga arsitek lainnya yaitu I. Gardell, F. Reinhart

dan A Sabilla merancang Teater Carlo Felice (1983-1989), dengan menggabungkan

elemen-elemen klasik Yunani, Romawi, Renaissance dengan elemen modern.

Pemakaian unsur lama ciri arsitektur Post-Modern antara lain Gotik, terdapat dalam

sebuah kerucut yang aneh, karena diletakkan di dalam, di atas lobi utama. Puncak

kerucut tajam tinggi ala Gotik ini, muncul ke luar hanya sedikit dilapis kaca di atas nok

atap berbentuk pelana dari unit utama, berfungsi sebagai sky light memasukan sinar

matahari kedalam lobi. Bagian depan dimana terdapat pintu masuk utama ke lobi

merupakan penyederhanaan bentuk arsitektur Renaissance, di sisi kanan terdapat

Porch, mirip dengan kuil-kuil Romawi, berkolom Dorik, tetapi atapnya piramidal dengan

sebuah patung di puncaknya. Disepanjang sisi kiri, wajah depan dan sebagian sisi

kanan terdapat koridor, dengan deretan kolom-kolom mirip kuil Yunani

4.Best Supermarket, Oxford Valley P.A .

Bila arsitektur ekletik akhir abad XIX dan awal abad XX dikemukakan di depan

mengambil bentuk-bentuk klasik, maka arsitektur Post-Modern sering disebut sebagai

Neo-ekletik yang “menghadirkan masa lampau” tidak saja yang klasik tetapi juga

modern awal termasuk Cubism, Art-Deco, Art-Nouveau dan lain-lain. Robert Ventury

dalam merancang Best Supermarket Oxford Valley, P.A (1977) misalnya, menghias

seluruh dinding bagian luarnya yang masif dengan pola bunga warna-warni

mengingatkan pada La Majolikahaus sebuah apartemen di Wina.

Gambar 3.22.Best Supermarket, Oxford Valley.

Page 18: Kajian Arsitektur Post Modern.doc

5. Public Service Building di Portland (The Portland)

Michael Graves (1934-) arsitek dari Amerika serikat setelah memenangkan

sayembara, kemudian menjadi perancang Public Service Building (1980-1982) di

Portland, Oregon. Arsitekturnya menjadi pelopor dan banyak memberi inspirasi pada

perkembangan arsitektur Post-Modern. Bentuk global sangat sederhana seperti kotak

atau balok, ada yang mengatakan seperti sebuah kotak kado Natal raksasa, bahkan ada

yang mengatakan seperti dadu yang dibangun di kota Judi Las Vegas18.

Unsur arsitektur kuno yang menonjol dalam gedung Public Service ini

menghubungkan dengan masa lalu, antara lain berupa sebuah patung wanita dikenal

pada abad XIX bernama “Portlandia”, Personifikasi dari semangat, kebijakan dan

keteguhan moral dari warga negara dalam perdagangan. Kotak seperti dadu bagian

utama dari “The Portland” terletak di atas unit di bawahnya seolah-olah pada sebuah

tumpuan berwarna biru kehijauan, kontras dengan warna diatasnya yang coklat susu

cerah. Unit ini sedikit lebih lebar dari yang ditumpunya, berkolom besar dan berat

memberikan kesan arsitektur kuno seperti arsitektur kuno Oriental Mesir19.

6.Ackerberg House

18 Charles Jencks,”Le Langage de I’architecture Moderne” (langgam dari arsitektur Post-Modern), Denoel, Paris. 1985. (halaman 7).19 Ibid.

Gambar 3.23. Foto tampak depan bangunan Public Service Building

Gambar 3.24. Foto dari samping depan bangunan

Page 19: Kajian Arsitektur Post Modern.doc

Dilihat dari tampak bangunan, bangunan ini mengutamakan estetika sehingga

berkaitan dengan paradigma sublimasi dari estetika. Estetika yang dimaksud adalah

penggunaan elemen bangunan yang berbentuk non- geometris sebagai aksen.

7.Le Fresnoy National Studio for Contemporary Arts

Gambar 3.25. Richard Meier, Ackerberg House.

Gambar 3.26. Bernard Tschumi, Studio Seni Contemporer Le Fresnoy National.