Page 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Arti Instinbath
Instinbath artinya, mengeluarkan hukum dari dalil.
Jalan instinbath ini memberikan kaidah-kaidah yang
bertalian dengan pengeluaran hukum dari dalil.
B. Arti Syar’iyah
Kaidah syar’iyah ialah ketentuan umum yang
ditempuh syara’ dalam menetapkan hukum dan tujuan
penetapan hukum bagi subyek hukum (mukallaf).
C. Kaidah Lughawiyah
Kaidah lughawiyah, makna dari suatu lafadh, baik
dari dalalahnya maupun uslubnya dapat diketahui,
selanjutnya dapat dijadikan pedoman dalam menetapkan
hukum. Kaidah ini berasal dari ketentuan-ketentuan ahli
bahasa yang dijadikan sandaran ulama ushul dalam
memahami arti lafadh menurut petunjuk lafadh dan
susunannya.
BAB II
PERISTIWA HUKUM DAN KAIDAH-KAIDAH FIQIYAH
Page 2
Tujuan utama dari pembentukan hukum, ialah untuk
merealisir kemaslahatan ummat manusia dalam
kehidupannya di dunia dan akhirat, menarik keuntungan
untuk mereka dan melenyapkan bahaya dari mereka. Karena
kemaslahatan manusia dalam hidup ini terdiri dari
beberapa hal yang bersifat dharuriyah (primer/kebutuhan
pokok), hajiyah (kebutuhan skunder) an tahsiniyah
(kebutuhan pelengkap).
Kaidah fiqhiyah ialah kaidah-kaidah umum yang
meliputi seluruh cabang masalah-masalah fiqhi yang
menjadi pedoman untuk menetapkan hukum setiap peristiwa
fiqhiyah baik yang ditunjukan oleh nash yang sharih
maupun yang belum ada nashnya sama sekali.
Kaidah fiqhiyah di samping berfungsi sebagai
disamping berfungsi sebagai tempat para mujtahid
mengembalikan seluruh seluk beluk masalah fiqhiyah juga
sebagai kaidah (dalil) untuk menetapkan hukum masalah-
masalah baru yang tidak ditunjukkan oleh nash yang
sharih yang sangat memerlukan untuk ditentukan
hukumnya.
Pada prinsipnya perumusan kaidah fiqhiyah itu
berdasarkan Al-Quran dan sunnah dalam rangka untuk
mempermudah pelaksanaan istinbath dan ijtihad yang
dirumuskan dalam sub sistem ilmu ushul fiqh.
BAB III
Page 3
BEBERAPA KASUS DIPUTUSKAN PARA ULAMA DENGAN MENGGUNAKAN
KAIDAH-KAIDAH FIQHIYAH
A. Pengertian dan Pentingnya Kaidah Fiqhiyah
Kalau kaidah berasal dari bahasa Arab “Qaidah”
oleh karena itu, kaidah-kaidah dalam bahasa Arab
“Qawa’id”. Kaidah-kaidah hukum Islam merupakan
terjemahan dari istilah bahasa Arab Qawa’id dalam
bahasa Arab sehari-hari berarti fondasi atau landasan
bangunan.
Pengertian Kaidah Menurut Ahli Ushul Fiqh
Menurut T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, kaidah fiqhiyah
ialah: “Qaidah-qaidah yang bersifat kully yang diambil
dari dalil-dalil kully dan dari maksud-maksud syarat’
menetapkan hukum (maqashidusy Syar’iy) pada mukallaf
serta dari memahami rahasia tasyri’ dan hikmah-
hikmahnya.
Rahasia-rahasia tasyri’ itu ialah kaidah-kaidah
yang menerangkan maksud syari’ dalam menetapkan para
mukallaf di bawah beban taklif dan menerangkan bahwa
syari’ memperhatikan pelaksanaan hukum, kemashlahatan
hamba, dan menerangkan bahwa tujuan menetapkan hukum
(aturan-aturan) ialah untuk memelihara: “Agama, jiwa,
akal, keturunan dan harta”.
Page 4
T.M. Hasbi Ash-Shiddiqiey berpendapat: “Oleh
karena pentingnya qaidah-qaidah itu dan besar
manfaatnya serta mendalam pengaruhnya dalam memberikan
petunjuk-petunjuk dalil-dalil serta mengistinbahtkan
hikmah, para fuqaha dari segala mazhab memperhatikan
sungguh-sungguh kaidah-kaidah.
B. Kaidah-Kaidah Kulliyah Fiqhiyah
1. Keadaan yang dharurat (genting) membolehkan hal-hal
yang terlarang
2. Apa yang diperbolehkan karena sharurat, harus diukur
menurut ukuran dharurat itu
3. Menolak kerusakan, didahulukan atas menarik
kemaslahatan
4. Kesukaran menarik kemudaan
5. Hajat kebutuhan ditempatkan di tempat dharurat.
C. Peristiwa-peristiwa Hukum (kasus-kasus) Hubungan
dengan Kaidah-kaidah Hukum
1. Kebutuhan itu biasa menduduki tingkatan keterpaksaan
dalam kebolehan memperoleh sesuatu yang haram
2. Keyakinan tidak dapat dihapuskan dengan keraguan
3. Asal sesuatu adalah boleh, sampai ada dalil yang
menunjukkan keharamannya
4. Sesuatu yang diperbolehkan karena dharurat
ditetapkan hanya sekedar kedharuratannya
Page 5
5. Tidak boleh membikin mudharat pada dirinya sendiri
dan tidak boleh membuat membuat mudharat pada orang
lain
6. Hukum itu berputar bersama illat hukumnya. Jika
illatnya ada, hukumnya tetap, dan jika illatnya
sudah tidak ada maka hukumnya pun tidak ada
7. Sungguh pemimpin (hakim) yang salah memaafkan orang
itu lebih baik daripada bersalah menghukum
BAB IV
PERUBAHAN HUKUM DALAM ISLAM
A. Hukum Darurat dan Kepentingan
Dalam keadaan darurat dibenarkan melakukan
perbuatan yang terlarang. Iamam Al-Ghazali menyatakan,
yang artinya: semua larangan dibolehkan karena darurat.
Ahli hukum islam membuat kaedah, yang artinya:
Bahwasannya kesukaran itu melahirkan kemudahan.
Kebanyakan ahli hukum Islam mengatakan: keadaan
darurat (terpaksa) ialah sesuatu yang berkenaan dengan
keharusan dan kepentingan orang untuk menjaga agamanya,
Page 6
jiwanya, hak miliknya, keturunannya dan keluarganya
dari kerusakan.
Beberapa larangan yang diperbolehkan karena
darurat antara lain kewenangan minum-minuman yang
memabukkan bagi orang yang terlalu haus (dalam keadaan
tidak ada minuman lain yang halal), makan daging babi
bagi orang lapar (bila tidak ada makanan lain yang
halal).
Para ahli hukum telah menyebutkan sebab-sebab yang
menimbulkan keringanan hukum, yaitu:
1. Kekurangan
Kurang adalah sifat yang tidak sempurna dan setiap
kurang menghendaki yang sempurna. Atas dasar inilah
tidak dibebankan hukum atas orang gila, demikian
juga tidak dibebankan jihad terhadap anak-anak dan
wanita
2. Kejahilan dan tidak mengetahui hakikatnya. Atas
dasar inilah dikembalikan barang yang dibeli apabila
nampak cacat setelah dibeli
3. Sakit
Kepada orang sakit diberikan keringanan boleh
bertayamum ganti berwudhuk, boleh berbuka puasa di
bulan ramadhan, boleh bagi seorang dokter melihat
aurat orang sakit untuk diobati dan sebagainya
Page 7
4. Musafir
Diantara hal yang berkaitan dengan ini boleh
menghasharkan dan menjamakkan sholat dalam keadaan
safat. Demikian juga boleh berbuka puasa
5. Lupa
Sebagai contoh tidak dihukum dengan dosa bagi orang
yang berbuat kesalahan karena lupa. Hal ini bila
dihubungkan dengan hak Allah. Adapun lupa yang
berhubungan dengan hak manusia tidaklah
menghilangkan hukuman. Atas dasar inilah apabila
seseorang merusak harta orang lain kerena lupa, maka
wajiblah dia membayar atau menggantinya
6. Kesukaran
Karena kesukaran inilah maka dibebaskan wanita yang
menstruasi tidak wajib mengkadha sholatnya, demikian
juga dibolehkan bagi dokter memegang aurat orang
sakit untuk diobatinya. Contoh yang serupa itu
dibenarkan melakukan perceraian bila antara suami
istri tidak dapat hidup damai lagi dan tidak mungkin
didamaikan lagi antara keduanya
7. Paksaan
Atas dasar terpaksa atau dipaksa, dibolehkan
seseorang melafazkan kalimat kekafiran, memakan
bangkai, meminum-minuman yang memabukan bila semua
itu dilakukan atas dasar paksaan
Page 8
B. Keadaan Darurat dan Tanggung Jawab
Dalam keadaan darurat dapat menjadi kelonggaran
hukum, timbul permasalahan. Menurut Mazhab Imam Hanafi
dan beberapa Mazhab yang lain, orang tersebut wajib
membayarnya, karena sesuai dengan kaedah hukum lain.
Bahwa hukum darurat tidak menghilangkan hak orang lain.
Hal ini sesuai dengan kaedah, darurat itu harus ditolak
harus ditolak sekadar mungkin.
C. Kemashlahatan Umum Harus Diutamakan Atas
Kemashlahatan Pribadi
Kaidah mengatakan: di pihak kemudharatan khusus
untuk menolak kemudharatan umum. Boleh kita menjual
harta orang yang berhutang untuk membayar hutangnya
guna menolak kemudharatan daripada orang-orang yang
memberikan hutang kepadanya.
D. Mazhab-mazhab di Kalangan Ummat Islam
1. Mazhab dalam lapangan tauhid
2. Mazhab-mazhab dalam bidang syariah (fiqih)
3. Mazhab-mazhab dalam bidang akhlaq (tasauf)
4. Masalah khilafah
Khilafah artinya perbedaan paham, perlu dicatat
bahwa tidak ada khilafah dalam agama Islam itu
sendiri, hanya terjadi perbedaan paham dalam
memahami ajaran agama. Apabila terjadi perbedaan
Page 9
pendapat dalam persoalan agama maka sebaiknya perlu
dimusyawarahkan. Namun untuk ikut dalam musyawarah
tidaklah semua orang yaitu:
a. Berilmu
b. Jujur, karena bukan mencari kemenangan tetapi
mencari kebenaran
c. Sikap mental, yaitu pendapat sendiri belum tentu
benar dan pendapat lawan belum tentu salah
5. Ikhtilaf dalam masalah bid’ah
Bid’ah artinya model dalam bidang agama.
Selanjutnya yang harus dicatat ialah:
a.Janganlah hendaknya mengkhilafkan hal-hal yang
sudah jelas bid’ahnya
b.Janganlah pula membid’ahkan hal-hal yang sudah
jelas bid’ahnya
c.Janganlah pula membid’ahkan hal-hal yang belum
jelas bid’ahnya
d.Ummat Islam dan khilafah
Ummat Islam mundur dan pecah bukanlah karena
masalah khilafah semata tetapi karena masalah lain,
antara lain karena pertentangan dalam bidang politik,
kekuasaan, kursi dan kedudukan.
Page 10
BAB V
MENJUAL DARAH UNTUK KEPENTINGAN TRANSFUSI DITINJAU
DARI HUKUM ISLAM (SEBAGAI CONTOH KASUS)
A. Pendahuluan
Hukum islam merupakan kristalisasi refleksi dari
penalaran mujtahid atas teks hukum selalu sarat dengan
muatan ruang dan waktu yang melingkupinya. Misalnya
masalah “tranfusi darah”, ini merupakan masalah baru
dalam wacana hukum islam. Karena secara faktual tidak
ada terungkap status hukumnya dalam fiqh pada masa
pembentukan hukum islam. Bahkan, al-Quran dan hadist
pun sebagai sumber utama hukum islam tidakk
mengungkapkan hukumnya secara jelas. Sehingga pantaslah
hal tersebut disebut sebagai masalah ijtihadiyyah.
B. Pengertian Tranfusi Darah
Tranfusi darah adalah memanfaatkan darah manusia
dengan cara memindahkannya dari tubuh orang yang sehat
kepada orang yang membutuhkannya untuk mempertahankan
hidupnya.
C. Hukum Menjual Darah untuk Tranfusi
Menurut Hamzah Ya’qub ada 3 (tiga) komponen yang
dilarang oleh syara’ untuk diperdagangkan, yaitu:
Page 11
1. Barang atau zat yang terlarang diperjualbelikan.
Misalnya babi, minuman keras, berhala (patung yang
disembah). Usaha atau objek dagang yang terlarang,
misalnya anjing, bangkai, darah dan alat-alat
maksiat serta lain sebagainya.
2. Usaha atau objek dagang yang dilarang, misalnya
usaha pelacuran, perjudian, pengangkatan barang-
barang yang haram dan lain sebagainya.
3. Cara-cara dagang atau jual beli yang dilarang,
misalnya persaingan (tidak sehat) dengan sesama
muslim, banyak sumpah, penghadangan kafilah
perdagangan, penimbunan barang dan lain sebagainya.
Demikian pula hukum menjual darah untuk
kepentingan tranfusi, Islam membolehknya, asalkan
penjualan itu terjangkau oleh orang yang membutuhkannya
sesuai dengan kode etik perdagangan secara Islam dengan
tidak merugikan kedua belah pihak. Akan tetapi, jika
penjualannya melampui batas kemampuan dari orang yang
membutuhkan darah untuk tujuan komersial, maka haram
hukumnya, karena bertentangan dengan prinsip
kemanusiaan dan nilai-nilai moral agama.
BAB VI
TRANSPLANTASI ORGAN BINATANG PADA ORGAN TUBUH MANUSIA
(SEBAGAI CONTOH KASUS)
Page 12
A. Pengertian Transplantasi Organ Tubuh dan Ruang
Lingkupnya
Menurut bahasa inggris, transplantion, yang berarti
pencangkokan. Sedangkan menurut istilah yaitu,
“pemindahan organ tubuh yang masih punya daya hidup
sehat untuk menggantikan organ tubuh yang tidak sehat
atau organ tubuh yang sudah tidak berfungsi lagi dengan
baik.
Menurut Masjfuk Zuhdi mendefinisikan transplantion
yaitu, “Pemindahan organ tubuh yang mempunyai daya
hidup yang sehat untuk menggantikan organ tubuh yang
tidak sehat dan sudah tidak berfungsi lagi dengan
dengan baik, yang apabila diobati dengan prosedur
biasa, harapan penderita untuk mempertahankan hidupnya
sudah tidak ada lagi”.
B. Kajian Alur Pemikiran Tentang Transplantasi Organ
Tubuh Manusia Dengan Organ Binatang
Tranplantasi organ tubuh manusia dengan organ
tubuh binatang yang dilakukan dengan tujuan untuk
menghindari kematian resipien, merupakan motivasi
paling utama diperhatikan dan secara ushuliyyah
termasuk maslahah dharuriyyah yang dapat dilakukan
tindakan pencangkokannya atas dasar keadaan darurat.
Page 13
Oleh karena itu masalah kontemporer ini yang
berkaitan dengan dunia medis, para ulama cenderung
membolehkannya karena keharusan menghilangkan darurat.
Karena seorang yang menderita penyakit jantung
misalnya, yang sudah mencapai stadium gawat, maka bias
saja ia menghadapi bahaya maut. Maka menurut kaedah di
atas, bahaya maut itu harus dihilangkan dengan usaha
pengobatan melalui transplantasi organ tubuh.
Perkembangan pesat dalam dunia medis telah
melahirkan berbagai alternatif pengobatan yang
memberikan banyak sekali peluang hidup bagi manusia
dengan ilmu pengetahuan yang berkembang. Tentang
transplantasi ini, para ulama berpendapat bahwa apabila
tingkat kebutuhan hanya dalam tingkat hajiyah maka hal
tersebut tidak diperbolehkan, apalagi dalam tingkat
tahsiniyah. Sedangkan dalam kondisi yang sangat darurat
maka transplantasi dapat dilakukan dengan catatan bahwa
organ tubuh itu mestilah organ bagian dalam yang pada
dasarnya memang sudah merupakan benda najis, sama
halnya dengan organ dalam tubuh manusia.
BAB VII
BERBEKAM DI BULAN RAMADHAN
(SEBAGAI CONTOH KASUS)
Page 14
Berbekam, yang dalam istilah Arab disebut ihtijam
atau hijamah adalah mengeluarkan darah (kotoran) dari
kepala atau anggota tubuh lainnya yang sakit, dengan
maksud untuk menyembuhkannya. Berbeda dengan definisi
di atas, para ulama fiqh pada umumnya membedakan
penamaan didasarkan pada tempat pengambilan darah kotor
tersebut. Jika berasal dari kepala dinamakan hijamah.
Sedangkan dari anggota tubuh lainnya disebut al-fashd.
Berangkat dari perbedaan istilah di atas, pembahasan
disandarkan pada pendapat fuqaha.
A. Klasifikasi Pendapat Ulama
Menyikapi dalil-dalil yang membicarakan tentang
hukuman berbekam di bulan Ramadhan, ulama terbagi
kepada dua golongan. Pertama, golongan yang berpendapat
bahwa berbekam adalah perbuatan makruh dilakukan pada
bulan Ramadhan, tetapi tidak membatalkan puasa. Menurut
kelompok ini, hukum makruh tersebut terkait dengan
akibat yang kadang kala timbul setelah berbekam, yaitu
lemahnya anggota tubuh. Pendapat ini didukung ulama
Hanafiyah, Malikiyah dan Syafi’iyah. Kedua, golongan
yang mengharamkan perbuatan tersebut dilaksanakan pada
siang Ramadhan karena membatalakn puasa si pelaku.
Golongan ini diwakili oleh ulama Hanabilah.
B. Dalil yang dipergunakan
Page 15
1. Dalil kelompok pertama
Pada hadits ini dijelaskan bahwa Rasulullah saw
pernah berbekam ketika ihram dan puasa. Ini menunjukkan
bahwa berbekam boleh dilaksanakan pada waktu puasa.
2. Dalil kelompok kedua
Berdasarkan hadits ini dapat dipahami bahwa orang
yang berbekam ketika sedang berpuasa dapat membatalkan
puasa yang sedang dilaksanakannya, bahkan bagi mereka
yang membantu membekamkan. Orang yang berbekam karena
keluarnya darah secara sengaja, sedangkan yang
memberikan dikaitkan secara dugaan (al-hukm bi al-
muzhannah) karena boleh jadi ada sesuatu dari darah
yang bersama air liur, masuk ke perutnya tanpa
disadari.
C. Sebab-sebab Perbedaan Pendapat
Sebab terjadinya perbedaan pendapat para ulama
mengenai hal tersebut di atas adalah:
1. Perbedaan dalam menilai kesahihan hadits
2. Perbedaan pemahaman terhadap dalil yang digunakan,
terutama dalam menyelesaikan hadits-hadits yang
bertentangan
Pembekaman merupakan salah satu perbuatan yang
diperselisihkan fuqaha, jika dilakukan pada siang hari
Ramadhan. Dalam hal ini, mereka memandangnya sebagai
Page 16
sesuatu yang makruh dilakukan dan kelompok lain yang
mengharamkannya.
Berdasarkan analisa terhadap dalil dan argumentasi
yang dikemukakan masing-masing kelompok, maka pendapat
pertama, dengan menggunakan metode jama’, lebih dapat
diberikan.
BAB VIII
ABORSI MENURUT PANDANGAN HUKUM ISLAM
(SEBAGAI CONTOH KASUS)
A. Pendahuluan
Uraian ini mencakup mengenai aborsi, sterilisasi
dan menstrual regulation yang mempunyai pengertian yang
berbeda, tetapi tujuannya boleh dikatakan sama, yaitu
tidak menginginkan keturunan.
B. Abortus (pengguguran Kandungan)
1. Pengertian
Abortus adalah sebagai pengakhiran kehamilan atau
hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan. Dengan kata lain abortus adalah pengeluaran
hasil konsepsi dari Rahim sebelum waktunya (sebelum
dapat lahir secara alamiah), atau sebelum janin itu
dapat hidup diluar kandungan.
Page 17
2. Cara pelaksanaan abortus
Untuk melakukan abortus banyak cara yang ditempuh
diantaranya dengan menggunakan jasa ahli medis di rumah
sakit. Cara seperti ini pada umumnya dilakukan oleh
para dokter yang hidup dinegara yang mengizinkan
pengguguran. Ada juga yang menggunakan jasa dukun bayi,
terutama di daerah pedesaan dan menggunakan obat-obatan
tradisional seperti jamu.
3. Macam-macam abortus
a. Abortus spontan yaitu abortus yang tidak
disengajar
b. Abortus buatan yaitu abortus atas usaha manusia
4. Faktor-faktor pendorong orang melakukan abortus
Faktor-faktor yang mendorong mereka melakukan
abortus ini, bahwa: aneka ragam faktor yang mendorong
dilakukan abortus, diantaranya banyak para ibu yang
memang tidak menginginkan lagi untuk melahirkan. Bagi
kaum remaja putri abortus dilakukan karena terlanjur
hamil sedang perkawinan belum dilaluinya, akibat
pergaulan bebas tanpa kendali. Dan juga sementara
sekejap, kadang-kadang akibat tekanan ekonomi sehingga
mengandung adalah di luar kehendaknya.
5. Dampak abortus
Page 18
Sebenarnya abortus itu, tidak terlepas dari risiko
atau bahaya besar atau kecil, diantaranya:
a. Timbul luka-luka dan infeksi pada dinding alat
kelamin
b. Robek mulut rahim sebelah dalam (satu otot lingkar)
c. Dinding rahim bisa tembus, karena alat-alat yang
dimasukkan ke dalam rahim itu.
d. Terjadi pendarahan.
6. Cara pencegahan abortus
a. Melalui upaya hukum
b. Melalui gerakan sosial keagamaan
7. Hukum abortus
Menurut pandangan Islam, apabila abortus dilakukan
sesudah janin bernyawa atau berumur empat bulan, maka
telah ada kesepakatan ulama tentang keharaman abortus
itu, karena dipandang sebagai pembunuhan terhadap
manusia. Tetapi apabila abortus dilakukan sebelum
diberi ruh/nyawa pada janin itu, yaitu sebelum berumur
empat bulan, ada beberapa pendapat, yaitu: Muhammad
ramli kitab an-Nihayah, membolehkan abortus dengan
alasan belum bernyawa
C. Sterilisasi
Sterilisasi ialah memandulkan lelaki atau wanita
dengan jalan operasi (pada umumnya) agar tidak dapat
menghasilkan keturunan. Sterilisasi pada lelaki disebut
Page 19
vasektomi atau vas ligation, yaitu operasi pemutusan atau
pengikatan saluran/pembuluh yang menghubungkan testis
(pabrik sperma) dengan kelenjar prostat (gudang
sperma), sehingga sperma tidak dapat mengalir keluar
penis (uretra). Sterilisasi pada lelaki termasuk
operasi ringan, tidak memerlukan perawatan di rumah
sakit dan tidak mengganggu kehidupan seksualnya. Lelaki
tidak kehilangan sifat kelaki-lakiannya karena operasi.
Bahkan ada pendapat yang menyebutkan “lelaki yang
melakukan vasektomi dapat bertambah nafsu seksnya
sebesar 25%”.
Sedangkan sterilisasi pada wanita tersebut
tubektomi atau tuba ligation, yaitu operasi pemutusan
hubungan saluran/pembuluh sel telur (tuba falofii) yang
menyalurkan ovum dan menutup kedua ujungnya, sehingga
sel telur tidak dapat keluar dan memasuki rongga rahim,
sementara itu sel sperma yang masuk ke dalam vagina
wanita itu tidak mengandung spermatozoa sehingga tidak
terjadi kehamilan walaupun coitus tetap normal tanpa
gangguan apapun.
Sterilisasi baik untuk lelaki (vasektomi) maupun
wanita (tubektomi) menurut Islam pada dasarnya haram
(dilarang), karena ada beberapa hal yang prinsipal,
yaitu:
1. Sterilisasi (vasektomi/tubektomi) berakibat
kemandulan tetap
Page 20
2. Mengubah ciptaan Allah dengan jalan memotong dan
menghilangkan sebagian tubuh yang sehat dan berfungsi
(saluran mani/telur)
3. Melihat aurat orang lain. Apabila melihat aurat
itu diperlukan karena kepentingan medis, maka sudah
tentu Islam membolehkan, karena keadaan semacam itu
sudah sampai ke tingkat darurat.
D. Menstrual Regulation
Menstrual Regulation secara harfiah artinya
pengaturan menstruasi/haid. Tetapi dalam praktek,
menstrual regulation ini dilaksanakan terhadap wanita
yang merasa terlambat waktu menstruasi dan berdasarkan
pemeriksaan laboratoris ternyata positif dan mulai
mengandung.
Agama Islam melarang ber-KB dengan menstruasi
regulation karena pada hakikatnya sama dengan abortus,
merusak/menghancurkan janin, calon manusia yang
dimuliakan Allah, sedangkan janin itu berhak tetap
survive dan lahir dalam keadaan hidup sekalipun
eksistensinya hasil dari hubungan yang tidak sah.
Tetapi, pengguguran kandungan yang benar-benar
dilakukan atas dasar indikasi medis dan hal itu
dilakukan karena keaadaan darurat dapat dibenarkan.
Page 21
BAB IX
KLONING DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
(SEBAGAI CONTOH KASUS)
A. Kloning
Kloning adalah suatu upaya untuk memproduksi
sejumlah individu yang jika dilihat secara genetik akan
identik. Secara logika, upaya kloning adalah suatu
upaya menciptakan makhluk atau individu yang persis
sama dengan makhluk atau individu yang pernah ada
sebelumnya.
Teknologi kloning pada dasarnya adalah merupakan
teknologi kelanjutan loguis dari teknologi bayi tabung.
Seperti halnya kloning, teknologi bayi tabung yang
telah banyak diterapkan di berbagai Negara, akan tetapi
masih banyak menimbulkan kontroversi.
1. Reproduksi manusia menurut Al-Qur’an
Dalam surat Al-Faathir: 11, yang artinya: “dan
Allah menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari air
mani, kemudian dia menjadikan kamu berpasangan (laki-
laki dan perempuan). Dan tidak ada seorang perempuan
yang mengandung dan tidak (pula) melahirkan melainkan
dengan sepengetahuanNya, sesungguhnya yang demikian itu
adalah mudah bagi Allah”.
Dari ayat ini terlihat bahwa manusia itu lahir
dari setitik mani atau nuftah, yang bisa diartikan
Page 22
sebagai spermatozoa atau sperma, atau bisa diartikan
sebagai hasil dari pembuahan atau zygote.
Dalam HR Bukhari, Rasulullah saw juga menerangkan
tentang kejadian manusia dengan dalil yang didapat
beliau dari turunnya ayat-ayat dalam Al-Qur’an. Adapun
fase-fase yang dimaksud adalah sebagai berikut: telah
menceritakan kepada kami dari Rasulullah SAW dialah
orang yang benar dan dibenarkan: “Sesungguhnya seorang
manusia kejadiannya dikumpulkan dalam rahim ibunya
selama 40 hari kemudian ia menjadi sesuatu yang
menggantung atau alaqah selama itu juga, kemudian
dikirim kepada malaikat, lalu ditiupkan pada ruh.
2. Prosedur kloning
Dengan prosedur kloning ini, maka akan dihasilkan
janin manusia atau makhluk baru yang akan sepenuhnya
membawa gen baru dan ciri khas yang baru sesuai dengan
ciri dari sumber sel yang intinya dimasukkan ke sel
telur.
3. Manfaat dan keburukan reproduksi melalui kloning
a. Kloning memberikan manfaat bagi pasangan-pasangan
yang infertile, yaitu pasangan-pasangan yang
mengalami kesulitan untuk mendapat keturunan
b. Kloning yang pernah dilakukan di Colorado, Amerika
Serikat, dimanfaatkan untuk alasan kesehatan.
Page 23
B. Kloning dalam perspektif Hukum Islam
Munculnya rekayasa genetika melalui proses kloning
dalam wacana ilmu pengetahuan saat ini, tidak lain
merupakan suatu prestasi tersendiri bagi manusia. Untuk
itulah Al-Quran telah menuntun para ulama untuk
melakukan kegiatan-kegiatan dalam berbagai ilmu
pengetahuan, baik agama, maupun bidang umum.
Dalam hal kloning ini, maka dengan adanya fatwa
majelis Ulama Indonesia (MUI), yang secara nasional
melarang melakukan segala jenis percobaan terhadap
upaya pengkloningan terhadap manusia, maka dapatlah
dikatakan bahwa kloning untuk manusia itu tidak dapat
dilakukan atau dilarang, karena tidak sesuai dengan
ketentuan syar’i bagi umat Islam. Namun, kloning
dikecualikan bagi hewan maupun tumbuhan guna
meningkatkan produksi. Menurut para ulama bahwa
kloning manusia walaupun dengan alasan untuk
memperbaiki keturunan adalah haram hukumnya.
Oleh sebab itulah, seorang muslim haruslah
mempunyai kemampuan untuk memilah dan memilih hal yang
baik dan memberi maslahah bagi dirinya dan menjauhkan
hal yang memberi mudharat bagi dirinya.
BAB X
Page 24
TRANSPLANTASI TUBUH MANUSIA, TERAPI URINE DAN
PENGGUNAAN ARI-ARI UNTUK KOSMETIKA MENURUT
HUKUM ISLAM (SEBAGAI CONTOH KASUS)
A. Pendahuluan
Dalam sejarah perkembangan hukum islam yang
diketahui, setiap masalah yang terjadi dalam kehidupan
masyarakat, selalu ada penyelesaian hukumnya.
menghadapi masalah-masalah kontemporer yang timbul
dewasa ini, semua pakar hukum Islam mengakui bahwa
sulit ditemukan orang yang ahli dalam segala hal, dalam
segala cabang ilmu pengetahuan. Untuk itu diperlukan
ijtihad jama’i (memecahkan masalah hukum secara
bersama-sama sesuai dengan disiplin ilmu masing-masing)
dan menghindarkan ijtihad farhi (memecahkan masalah
secara individu).
Dalam menghadapi masalah-masalah kontemporer yang
timbul dewasa ini, semua pakar hukum Islam mengakui
bahwa sulit ditemukan orang yang ahli dalam segala
cabang ilmu pengetahuan. Untuk itu diperlukan ijtihad
jama’i (memcahkan masalah hukum secara bersama-sama
sesuai dengan disiplin ulmu masing-masing).
B. Transplantasi Organ Tubuh Manusia
Pencangkokan atau dikenal juga dalam transplantasi
yaitu pemindahan organ tubuh yang masih daya hidup
Page 25
untuk menggantikan organ tubuh yang tidak sehat atau
tidak berfungsi dengan baik. Pencangkokan organ tubuh
yang menjadi pembicaraan waktu itu adalah mata, ginjal
dan jantung.
Masifuk Zuhdi membagi tipe donor organ tubuh
menjadi tiga tipe dan setiap tipe memiliki
permasalahannya sendiri yaitu: pertama, tipe donor
dalam keadaan hidup, tipe ini memerlukan seleksi yang
cermat dan general check up baik terhadap donor maupun
terhadap penerima (resipen) untuk mencegah risiko yang
timbul. Kedua, tipe donor dalam keadaan hidup koma atau
diduga kuat akan segera meninggal, tipe ini memerlukan
alat control dan penunjang kehidupan, misalnya dengan
bantuan alat pernafasan khusus. Ketiga, tipe donor
dalam keadaan mati. Tipe ini merupakan tipe yang ideal,
sebab secara medis tinggal menunggu penentuan kapan
donor dianggap meninggal secara medis dan yuridis,
harus diperhatikan pula daya tahan organ yang mau
diambil untuk ditransplantasi.
1. Transplantasi dari donor keadaan hidup
Para ahli hukum Islam sepakat bahwa transplantasi
organ tubuh manusia dari donor yang masih hidup dan
sehat tidak boleh dan hukumnya haram. Dasar hukum dari
pendapat ini adalah:
Page 26
a. Firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat
195, yang artinya: dan jangalah kamu menjatuhkan
dirimu kedalam lembah kebinasaan.
b. Kaidah hukum Islam, yang artinya: menghindarkan
kerusakan atau risiko didahulukan atas menarik
kemaslahatan
c. Kaidah hukum Islam yang artinya: Bahaya tidak boleh
2. Transplantasi dari donor orang yang masih hidup tapi
koma
Menurut pandangan syariat Islam, selama orang itu
masih hidup tidak boleh dilaksanakan transplantasi
organ tubuhnya, karena hal itu mempercepat kematiannya,
dan berarti pula mendahului kehendak Allah, walaupun
menurut pertimbangan dokter orang itu akan segera
meninggal.
3. Transplantasi dari donor yang sudah meninggal
Adapun dasar hukum syari’at syariat Islam
memperbolehkan transplantasi organ tubuh manusia dari
donor orang lain yang sudah meninggal dunia yuridis dan
klinis adalah sebagai berikut:
a. Al-qur’an surat al-maidah ayat 32, yaitu artinya:
dan barang siapa yang memelihara kehidupan seseorang
manusia, maka seolah-olah ia memelihara kehidupan
manusia semuanya
Page 27
b. Hadits riwayat ahmad bin hambal, at-tarmizi, abu
daud, an nasa’i, ibnu majah, ibnu hibban dan al-
hakim, ibnu hibban dan al-hakim dari usman bin
syarik rasullah bersabda, yang artinya: bertobatlah
allah tidak membuat suatu penyakit kecuali dia juga
menurunkan obat untuk menyembuhkannya, selain
penyakit yang satu yaitu tua dan pikun.
1. Tentang Donor kepada Orang Non Muslim
Tentang mendonorkan organ tubuh kepada orang non
muslim, pada umumnya kalangan ulama fiqh membolehkan
memerikan shadaqah kepada non muslim di luar harta
zakat. Demikian juga, tidak ada halangan bagi orang
Islam untuk mendonorkan sebagian organ tubuhnya kepada
orang non muslim, bahkan orang yang mendonorkan organ
itu dapat pahala di sisi tuhan dari perbuatannya.
Diantara hal yang menguatkan pendapat ini adalah bahwa
semua pihak dapat mengambil manfaat dari perbuatan
tersebut baik umat Islam maupun umat lainnya.
2. Pahala bagi pendonor organ tubuh
Terhadap permasalahan ini para pakar hukum Islam
berpendapat bahwa ia akan mendapat pahala atas segala
perbuatannya yang baik itu, asalkan perbuatan itu
dilaksanakan dengan ketulusan hati tanpa pamrih suatu
apapun.
a. Al-Qur’an surat al-Najm ayat 39-41, yang artinya:
“Bahwasannya manusia itu tidak memperoleh selain
Page 28
yang ia usahakan. Dan bahwasannya usahanya itu kelak
akan diperlihatkan. Kemudian akan diberi balasan
kepadanya dengan balasan yang paling sempurna
b. Al-Qur’an surat najm ayat 38, yang artinya:
Bahwasannya seseorang yang berdosa tidak akan
memikul dosa orang lain
c. Hadits riwayat Bukhari dari Abu Huraira ra, yang
artinya: “Jika manusia itu telah meninggal dunia,
maka terputuslah amalnya, kecuali ia meninggalkan
tiga hal yaitu, shadaqah jariyah, ilmu yang bisa
diambil manfaatnya oleh orang lain dan anak yang
shaleh yang selalu mendoakan untuk orang tuanya”.
Donor organ tubuh tidak bertanggung jawab atas
perbuatan orang yang menerima organ tubuh (resipien),
demikian juga ia (pendonor) tidak berhak memperoleh
pahala dari amalan-amalan yang baik dari penerima organ
tubuh (resipen).
C. Terapi Urine untuk Pengobatan
1. Terapi urine di Barat dan Timur
Pengobatan dengan air seni telah berusia ribuan
tahun. Bukan saja menjadi tradisi pengobatan di India,
tetapi juga di Eropa dan Amerika. Menurut Iwan T.
Budiarso bangsa Inggris dan Eropa sudah mengenal terapi
urine sejak empat ribu tahun yang lalu. Di negara
timur, tradisi minum air sendiri sebagai metode
Page 29
pencegahan dan pengobatan telah berusia lebih dari 5000
tahun, dan terus berkembang seiring dengan kesadaran
baru tentang kemanjurannya.
Kesimpulannya bahwa baik di negara barat maupun di
negara timur, tradisi minum air seni untuk mencegah dan
mengobati berbagai penyakit telah dilaksanakan lebih
dari 5000 tahun yang lalu. Dan sekarang pertumbuhannya
semakin marak seiring dengan kesadaran baru tentang
kemujarabannya. Dalam perkembangan terakhir, dunia
kedokteran berpaling kembali pada sistem pertahanan dan
kekebalan tubuh sebagai benteng awal penghambat
penyakit. Teori ini sangat relevan dengan terapi urine
yang membentuk sistem pertahanan dan meningkatkan
kekebalan tubuh, selain tidak berbahaya, air seni
memang bersifat alamiah.
2. Pengobatan dengan terapi urine
Ada satu hal yang dilarang yaitu tidak dianjurkan
kepada peminat terapi urine apabila ia sedang menjalani
pengobatan allopatik secara kedokteran atau sedang
meminum obat-obatan yang bersifat kimiami. Menurut
penelitian yang dilaksanakan oleh para ahli, terapi
urine kurang efektif apabila dilaksanakan bersamaan
dengan pengobatan kimiawi.
Terapi urine terdiri dari dua bagian, bagian
pertama disebut dengan terapi internal yaitu terapi
yang dilakukan dengan cara meminum air seni, sedangkan
Page 30
yang kedua adalah terapi urine eksternal adalah terapi
yang dilakukan dengan meminjat atau membasuh bagian
tubuh yang sakit dengan air seni. Kedua cara terapi ini
bersifat saling melengkapi untuk mencapai hasil yang
optimal.
Sejarah membuktikan bahwa secara empiris maupun
ilmiah kedokteran kontemporer, bahwa terapi urine dapat
mengobati berbagai jenis penyaki.
3. Hukum mempergunakan air seni sebagai obat
Harus diketahui bahwa pengobatan tradisional
maupun yang bersifat pengobatan modern, sama-sama tidak
ada mutlak benar. Sedangkan kemanjuran keduanya
bersifat relatif.
Keputusan fatwa musyawarah nasional VI MUI Nomor:
2/MUNAS VI/MUI/2000 tanggal 30 Juli 20000 tentang
penggunaan air seni untuk kepentingan pengobatan
hukumnya adalah haram. Dasar hukum dari pendapat
tersebut adalah:
- Hadits nabi saw menyatakan, yang artinya:
Berobatlah, karena Allah tidak membuat atau
menurunkan suatu penyakit, kecuali menurunkan pula
obatnya selain satu penyakit yaitu pikun”. (H.R. Abu
Daud).
Musyawarah Nasional VI Majelis Ulama Indonesia
tahun 2000 memperbolehkan penggunaan air seni untuk
Page 31
diminum sebagai obat apabila dalam keadaan darurat
syariah.
D. Penggunaan Ari-Ari Untuk Kosmetika
Dalam ilmu farmatologi, ari-ari ini disebut
plasenta, yang dipergunakan sebagai komponen untuk
bahan kosmetik yang dianggap berkhianat untuk perawatan
kulit agar kulit tidak lekas menua dan selalu tampak
awet muda.
Saat ini banyak sekali ditemukan di pasaran
kosmetik yang mencantumkan ekstak plasenta sebagai
komponen bahan bakunya. Sebenarnya menggunakan ekstrak
plasenta dalam pembuatan kosmetik hanya sedikit saja
manfaatnya.
Keputusan Fatwa Musyawarah Nasional VI Majelis
Ulama Indonesia Nomor: 2/MUNAS VI/MUI/2000 tanggal 30
Juli 2000 tentang penggunaan ari-ari untuk kepentingan
kosmetika hukumnya adalah haram. Penggunaan kosmetika
yang mengandung atau berasal dari bagian organ tubuh
manusia adalah haram.
BAB XI
BEDAH PLASTIK DAN OPERASI KELAMIN MENURUT
HUKUM ISLAM (SEBAGAI CONTOH KASUS)
A. Pendahuluan
Page 32
Perkembangan bedah plastik sebagai kebutuhan
kodrati yang mendasar telah ada sejak awal kejadian
manusia. Manusia sebagai ciptaan Allah adalah makhluk
sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Ia memerlukan
mitra dan orang lain.
Islam bukan semata-mata mengurus masalah yang
bersifat ukharawiah atau ibadah ritual. Islam bukan
hanya mengurus persoalan sholat, puasa, naik haji,
pembangunan mesjid, hari kiamat seperti yang sering
diarahkan oleh pihak orientalis barat atau kolonial
Belanda tempo dulu.
B. Bedah plastik dalam nuasa dan wajah dalam hubungan
dengan Allah dan Manusia
1. Bedah plastik dalam nuansa kaffah holistik (kaffah)
a. Bedah plastik masa lalu
Kemakmuran masyarakat menyebabkan kebutuhan akan
bedah plastik bukan saja menangani kasus kecacatan
tetapi meluas ke arah kepentingan estetika dan
kenyamanan kualitas hidup manusia. Perkembangan
bedah plastik dapat diketahui usulnya dari nuansa
keagamaan dimulai dari Timur, di bawah ke Barat
dan saat ini kembali diterapkan di Timur
berdasarkan kemajuan ilmu dan teknologi mutakhir
dari Barat.
b. Bedah plastik masa kini
Page 33
Kasus-kasus bedah plastik, umumnya dinilai dari
kelainan ragawi terletak pada permukaan luar
tubuh, sehingga akan mudah terlihat dan dapat
diperhatikan oleh orang lain. Kelainan itu
terletak “top to toe” dari ujung ubun-ubun kepala
sampai ke telapak kaki. Bagian yang paling banyak
adalah wajah.
Penerapan bedah plastik masa kini yang sering
dijumpai di masyarakat. Berdasarkan penerapan yang
holistik dan deontologik dapat dibagi dalam 4 kategori,
yaitu:
1. Bedah plastik kedaruratan
2. Bedah plastik elektif
3. Bedah plastik estetik
4. Bedah plastik kontraversi.
c. Bedah plastik masa depan
Menurut pengamat dan peramal perubahan sosial dan
ekonomi di era globalisasi ini, di Timur akan
terjadi sebuah model modernisasi sebagai
kebangkitan (renaissance) yang akan dipersamakan
kepada dunia.