Top Banner
BAB I PENDAHULUAN A. Arti Instinbath Instinbath artinya, mengeluarkan hukum dari dalil. Jalan instinbath ini memberikan kaidah-kaidah yang bertalian dengan pengeluaran hukum dari dalil. B. Arti Syar’iyah Kaidah syar’iyah ialah ketentuan umum yang ditempuh syara’ dalam menetapkan hukum dan tujuan penetapan hukum bagi subyek hukum (mukallaf). C. Kaidah Lughawiyah Kaidah lughawiyah, makna dari suatu lafadh, baik dari dalalahnya maupun uslubnya dapat diketahui, selanjutnya dapat dijadikan pedoman dalam menetapkan hukum. Kaidah ini berasal dari ketentuan-ketentuan ahli bahasa yang dijadikan sandaran ulama ushul dalam memahami arti lafadh menurut petunjuk lafadh dan susunannya. BAB II PERISTIWA HUKUM DAN KAIDAH-KAIDAH FIQIYAH
33

Kaidah Hukum Islam Iman Jauhari

Feb 03, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Kaidah Hukum Islam Iman Jauhari

BAB I

PENDAHULUAN

A. Arti Instinbath

Instinbath artinya, mengeluarkan hukum dari dalil.

Jalan instinbath ini memberikan kaidah-kaidah yang

bertalian dengan pengeluaran hukum dari dalil.

B. Arti Syar’iyah

Kaidah syar’iyah ialah ketentuan umum yang

ditempuh syara’ dalam menetapkan hukum dan tujuan

penetapan hukum bagi subyek hukum (mukallaf).

C. Kaidah Lughawiyah

Kaidah lughawiyah, makna dari suatu lafadh, baik

dari dalalahnya maupun uslubnya dapat diketahui,

selanjutnya dapat dijadikan pedoman dalam menetapkan

hukum. Kaidah ini berasal dari ketentuan-ketentuan ahli

bahasa yang dijadikan sandaran ulama ushul dalam

memahami arti lafadh menurut petunjuk lafadh dan

susunannya.

BAB II

PERISTIWA HUKUM DAN KAIDAH-KAIDAH FIQIYAH

Page 2: Kaidah Hukum Islam Iman Jauhari

Tujuan utama dari pembentukan hukum, ialah untuk

merealisir kemaslahatan ummat manusia dalam

kehidupannya di dunia dan akhirat, menarik keuntungan

untuk mereka dan melenyapkan bahaya dari mereka. Karena

kemaslahatan manusia dalam hidup ini terdiri dari

beberapa hal yang bersifat dharuriyah (primer/kebutuhan

pokok), hajiyah (kebutuhan skunder) an tahsiniyah

(kebutuhan pelengkap).

Kaidah fiqhiyah ialah kaidah-kaidah umum yang

meliputi seluruh cabang masalah-masalah fiqhi yang

menjadi pedoman untuk menetapkan hukum setiap peristiwa

fiqhiyah baik yang ditunjukan oleh nash yang sharih

maupun yang belum ada nashnya sama sekali.

Kaidah fiqhiyah di samping berfungsi sebagai

disamping berfungsi sebagai tempat para mujtahid

mengembalikan seluruh seluk beluk masalah fiqhiyah juga

sebagai kaidah (dalil) untuk menetapkan hukum masalah-

masalah baru yang tidak ditunjukkan oleh nash yang

sharih yang sangat memerlukan untuk ditentukan

hukumnya.

Pada prinsipnya perumusan kaidah fiqhiyah itu

berdasarkan Al-Quran dan sunnah dalam rangka untuk

mempermudah pelaksanaan istinbath dan ijtihad yang

dirumuskan dalam sub sistem ilmu ushul fiqh.

BAB III

Page 3: Kaidah Hukum Islam Iman Jauhari

BEBERAPA KASUS DIPUTUSKAN PARA ULAMA DENGAN MENGGUNAKAN

KAIDAH-KAIDAH FIQHIYAH

A. Pengertian dan Pentingnya Kaidah Fiqhiyah

Kalau kaidah berasal dari bahasa Arab “Qaidah”

oleh karena itu, kaidah-kaidah dalam bahasa Arab

“Qawa’id”. Kaidah-kaidah hukum Islam merupakan

terjemahan dari istilah bahasa Arab Qawa’id dalam

bahasa Arab sehari-hari berarti fondasi atau landasan

bangunan.

Pengertian Kaidah Menurut Ahli Ushul Fiqh

Menurut T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, kaidah fiqhiyah

ialah: “Qaidah-qaidah yang bersifat kully yang diambil

dari dalil-dalil kully dan dari maksud-maksud syarat’

menetapkan hukum (maqashidusy Syar’iy) pada mukallaf

serta dari memahami rahasia tasyri’ dan hikmah-

hikmahnya.

Rahasia-rahasia tasyri’ itu ialah kaidah-kaidah

yang menerangkan maksud syari’ dalam menetapkan para

mukallaf di bawah beban taklif dan menerangkan bahwa

syari’ memperhatikan pelaksanaan hukum, kemashlahatan

hamba, dan menerangkan bahwa tujuan menetapkan hukum

(aturan-aturan) ialah untuk memelihara: “Agama, jiwa,

akal, keturunan dan harta”.

Page 4: Kaidah Hukum Islam Iman Jauhari

T.M. Hasbi Ash-Shiddiqiey berpendapat: “Oleh

karena pentingnya qaidah-qaidah itu dan besar

manfaatnya serta mendalam pengaruhnya dalam memberikan

petunjuk-petunjuk dalil-dalil serta mengistinbahtkan

hikmah, para fuqaha dari segala mazhab memperhatikan

sungguh-sungguh kaidah-kaidah.

B. Kaidah-Kaidah Kulliyah Fiqhiyah

1. Keadaan yang dharurat (genting) membolehkan hal-hal

yang terlarang

2. Apa yang diperbolehkan karena sharurat, harus diukur

menurut ukuran dharurat itu

3. Menolak kerusakan, didahulukan atas menarik

kemaslahatan

4. Kesukaran menarik kemudaan

5. Hajat kebutuhan ditempatkan di tempat dharurat.

C. Peristiwa-peristiwa Hukum (kasus-kasus) Hubungan

dengan Kaidah-kaidah Hukum

1. Kebutuhan itu biasa menduduki tingkatan keterpaksaan

dalam kebolehan memperoleh sesuatu yang haram

2. Keyakinan tidak dapat dihapuskan dengan keraguan

3. Asal sesuatu adalah boleh, sampai ada dalil yang

menunjukkan keharamannya

4. Sesuatu yang diperbolehkan karena dharurat

ditetapkan hanya sekedar kedharuratannya

Page 5: Kaidah Hukum Islam Iman Jauhari

5. Tidak boleh membikin mudharat pada dirinya sendiri

dan tidak boleh membuat membuat mudharat pada orang

lain

6. Hukum itu berputar bersama illat hukumnya. Jika

illatnya ada, hukumnya tetap, dan jika illatnya

sudah tidak ada maka hukumnya pun tidak ada

7. Sungguh pemimpin (hakim) yang salah memaafkan orang

itu lebih baik daripada bersalah menghukum

BAB IV

PERUBAHAN HUKUM DALAM ISLAM

A. Hukum Darurat dan Kepentingan

Dalam keadaan darurat dibenarkan melakukan

perbuatan yang terlarang. Iamam Al-Ghazali menyatakan,

yang artinya: semua larangan dibolehkan karena darurat.

Ahli hukum islam membuat kaedah, yang artinya:

Bahwasannya kesukaran itu melahirkan kemudahan.

Kebanyakan ahli hukum Islam mengatakan: keadaan

darurat (terpaksa) ialah sesuatu yang berkenaan dengan

keharusan dan kepentingan orang untuk menjaga agamanya,

Page 6: Kaidah Hukum Islam Iman Jauhari

jiwanya, hak miliknya, keturunannya dan keluarganya

dari kerusakan.

Beberapa larangan yang diperbolehkan karena

darurat antara lain kewenangan minum-minuman yang

memabukkan bagi orang yang terlalu haus (dalam keadaan

tidak ada minuman lain yang halal), makan daging babi

bagi orang lapar (bila tidak ada makanan lain yang

halal).

Para ahli hukum telah menyebutkan sebab-sebab yang

menimbulkan keringanan hukum, yaitu:

1. Kekurangan

Kurang adalah sifat yang tidak sempurna dan setiap

kurang menghendaki yang sempurna. Atas dasar inilah

tidak dibebankan hukum atas orang gila, demikian

juga tidak dibebankan jihad terhadap anak-anak dan

wanita

2. Kejahilan dan tidak mengetahui hakikatnya. Atas

dasar inilah dikembalikan barang yang dibeli apabila

nampak cacat setelah dibeli

3. Sakit

Kepada orang sakit diberikan keringanan boleh

bertayamum ganti berwudhuk, boleh berbuka puasa di

bulan ramadhan, boleh bagi seorang dokter melihat

aurat orang sakit untuk diobati dan sebagainya

Page 7: Kaidah Hukum Islam Iman Jauhari

4. Musafir

Diantara hal yang berkaitan dengan ini boleh

menghasharkan dan menjamakkan sholat dalam keadaan

safat. Demikian juga boleh berbuka puasa

5. Lupa

Sebagai contoh tidak dihukum dengan dosa bagi orang

yang berbuat kesalahan karena lupa. Hal ini bila

dihubungkan dengan hak Allah. Adapun lupa yang

berhubungan dengan hak manusia tidaklah

menghilangkan hukuman. Atas dasar inilah apabila

seseorang merusak harta orang lain kerena lupa, maka

wajiblah dia membayar atau menggantinya

6. Kesukaran

Karena kesukaran inilah maka dibebaskan wanita yang

menstruasi tidak wajib mengkadha sholatnya, demikian

juga dibolehkan bagi dokter memegang aurat orang

sakit untuk diobatinya. Contoh yang serupa itu

dibenarkan melakukan perceraian bila antara suami

istri tidak dapat hidup damai lagi dan tidak mungkin

didamaikan lagi antara keduanya

7. Paksaan

Atas dasar terpaksa atau dipaksa, dibolehkan

seseorang melafazkan kalimat kekafiran, memakan

bangkai, meminum-minuman yang memabukan bila semua

itu dilakukan atas dasar paksaan

Page 8: Kaidah Hukum Islam Iman Jauhari

B. Keadaan Darurat dan Tanggung Jawab

Dalam keadaan darurat dapat menjadi kelonggaran

hukum, timbul permasalahan. Menurut Mazhab Imam Hanafi

dan beberapa Mazhab yang lain, orang tersebut wajib

membayarnya, karena sesuai dengan kaedah hukum lain.

Bahwa hukum darurat tidak menghilangkan hak orang lain.

Hal ini sesuai dengan kaedah, darurat itu harus ditolak

harus ditolak sekadar mungkin.

C. Kemashlahatan Umum Harus Diutamakan Atas

Kemashlahatan Pribadi

Kaidah mengatakan: di pihak kemudharatan khusus

untuk menolak kemudharatan umum. Boleh kita menjual

harta orang yang berhutang untuk membayar hutangnya

guna menolak kemudharatan daripada orang-orang yang

memberikan hutang kepadanya.

D. Mazhab-mazhab di Kalangan Ummat Islam

1. Mazhab dalam lapangan tauhid

2. Mazhab-mazhab dalam bidang syariah (fiqih)

3. Mazhab-mazhab dalam bidang akhlaq (tasauf)

4. Masalah khilafah

Khilafah artinya perbedaan paham, perlu dicatat

bahwa tidak ada khilafah dalam agama Islam itu

sendiri, hanya terjadi perbedaan paham dalam

memahami ajaran agama. Apabila terjadi perbedaan

Page 9: Kaidah Hukum Islam Iman Jauhari

pendapat dalam persoalan agama maka sebaiknya perlu

dimusyawarahkan. Namun untuk ikut dalam musyawarah

tidaklah semua orang yaitu:

a. Berilmu

b. Jujur, karena bukan mencari kemenangan tetapi

mencari kebenaran

c. Sikap mental, yaitu pendapat sendiri belum tentu

benar dan pendapat lawan belum tentu salah

5. Ikhtilaf dalam masalah bid’ah

Bid’ah artinya model dalam bidang agama.

Selanjutnya yang harus dicatat ialah:

a.Janganlah hendaknya mengkhilafkan hal-hal yang

sudah jelas bid’ahnya

b.Janganlah pula membid’ahkan hal-hal yang sudah

jelas bid’ahnya

c.Janganlah pula membid’ahkan hal-hal yang belum

jelas bid’ahnya

d.Ummat Islam dan khilafah

Ummat Islam mundur dan pecah bukanlah karena

masalah khilafah semata tetapi karena masalah lain,

antara lain karena pertentangan dalam bidang politik,

kekuasaan, kursi dan kedudukan.

Page 10: Kaidah Hukum Islam Iman Jauhari

BAB V

MENJUAL DARAH UNTUK KEPENTINGAN TRANSFUSI DITINJAU

DARI HUKUM ISLAM (SEBAGAI CONTOH KASUS)

A. Pendahuluan

Hukum islam merupakan kristalisasi refleksi dari

penalaran mujtahid atas teks hukum selalu sarat dengan

muatan ruang dan waktu yang melingkupinya. Misalnya

masalah “tranfusi darah”, ini merupakan masalah baru

dalam wacana hukum islam. Karena secara faktual tidak

ada terungkap status hukumnya dalam fiqh pada masa

pembentukan hukum islam. Bahkan, al-Quran dan hadist

pun sebagai sumber utama hukum islam tidakk

mengungkapkan hukumnya secara jelas. Sehingga pantaslah

hal tersebut disebut sebagai masalah ijtihadiyyah.

B. Pengertian Tranfusi Darah

Tranfusi darah adalah memanfaatkan darah manusia

dengan cara memindahkannya dari tubuh orang yang sehat

kepada orang yang membutuhkannya untuk mempertahankan

hidupnya.

C. Hukum Menjual Darah untuk Tranfusi

Menurut Hamzah Ya’qub ada 3 (tiga) komponen yang

dilarang oleh syara’ untuk diperdagangkan, yaitu:

Page 11: Kaidah Hukum Islam Iman Jauhari

1. Barang atau zat yang terlarang diperjualbelikan.

Misalnya babi, minuman keras, berhala (patung yang

disembah). Usaha atau objek dagang yang terlarang,

misalnya anjing, bangkai, darah dan alat-alat

maksiat serta lain sebagainya.

2. Usaha atau objek dagang yang dilarang, misalnya

usaha pelacuran, perjudian, pengangkatan barang-

barang yang haram dan lain sebagainya.

3. Cara-cara dagang atau jual beli yang dilarang,

misalnya persaingan (tidak sehat) dengan sesama

muslim, banyak sumpah, penghadangan kafilah

perdagangan, penimbunan barang dan lain sebagainya.

Demikian pula hukum menjual darah untuk

kepentingan tranfusi, Islam membolehknya, asalkan

penjualan itu terjangkau oleh orang yang membutuhkannya

sesuai dengan kode etik perdagangan secara Islam dengan

tidak merugikan kedua belah pihak. Akan tetapi, jika

penjualannya melampui batas kemampuan dari orang yang

membutuhkan darah untuk tujuan komersial, maka haram

hukumnya, karena bertentangan dengan prinsip

kemanusiaan dan nilai-nilai moral agama.

BAB VI

TRANSPLANTASI ORGAN BINATANG PADA ORGAN TUBUH MANUSIA

(SEBAGAI CONTOH KASUS)

Page 12: Kaidah Hukum Islam Iman Jauhari

A. Pengertian Transplantasi Organ Tubuh dan Ruang

Lingkupnya

Menurut bahasa inggris, transplantion, yang berarti

pencangkokan. Sedangkan menurut istilah yaitu,

“pemindahan organ tubuh yang masih punya daya hidup

sehat untuk menggantikan organ tubuh yang tidak sehat

atau organ tubuh yang sudah tidak berfungsi lagi dengan

baik.

Menurut Masjfuk Zuhdi mendefinisikan transplantion

yaitu, “Pemindahan organ tubuh yang mempunyai daya

hidup yang sehat untuk menggantikan organ tubuh yang

tidak sehat dan sudah tidak berfungsi lagi dengan

dengan baik, yang apabila diobati dengan prosedur

biasa, harapan penderita untuk mempertahankan hidupnya

sudah tidak ada lagi”.

B. Kajian Alur Pemikiran Tentang Transplantasi Organ

Tubuh Manusia Dengan Organ Binatang

Tranplantasi organ tubuh manusia dengan organ

tubuh binatang yang dilakukan dengan tujuan untuk

menghindari kematian resipien, merupakan motivasi

paling utama diperhatikan dan secara ushuliyyah

termasuk maslahah dharuriyyah yang dapat dilakukan

tindakan pencangkokannya atas dasar keadaan darurat.

Page 13: Kaidah Hukum Islam Iman Jauhari

Oleh karena itu masalah kontemporer ini yang

berkaitan dengan dunia medis, para ulama cenderung

membolehkannya karena keharusan menghilangkan darurat.

Karena seorang yang menderita penyakit jantung

misalnya, yang sudah mencapai stadium gawat, maka bias

saja ia menghadapi bahaya maut. Maka menurut kaedah di

atas, bahaya maut itu harus dihilangkan dengan usaha

pengobatan melalui transplantasi organ tubuh.

Perkembangan pesat dalam dunia medis telah

melahirkan berbagai alternatif pengobatan yang

memberikan banyak sekali peluang hidup bagi manusia

dengan ilmu pengetahuan yang berkembang. Tentang

transplantasi ini, para ulama berpendapat bahwa apabila

tingkat kebutuhan hanya dalam tingkat hajiyah maka hal

tersebut tidak diperbolehkan, apalagi dalam tingkat

tahsiniyah. Sedangkan dalam kondisi yang sangat darurat

maka transplantasi dapat dilakukan dengan catatan bahwa

organ tubuh itu mestilah organ bagian dalam yang pada

dasarnya memang sudah merupakan benda najis, sama

halnya dengan organ dalam tubuh manusia.

BAB VII

BERBEKAM DI BULAN RAMADHAN

(SEBAGAI CONTOH KASUS)

Page 14: Kaidah Hukum Islam Iman Jauhari

Berbekam, yang dalam istilah Arab disebut ihtijam

atau hijamah adalah mengeluarkan darah (kotoran) dari

kepala atau anggota tubuh lainnya yang sakit, dengan

maksud untuk menyembuhkannya. Berbeda dengan definisi

di atas, para ulama fiqh pada umumnya membedakan

penamaan didasarkan pada tempat pengambilan darah kotor

tersebut. Jika berasal dari kepala dinamakan hijamah.

Sedangkan dari anggota tubuh lainnya disebut al-fashd.

Berangkat dari perbedaan istilah di atas, pembahasan

disandarkan pada pendapat fuqaha.

A. Klasifikasi Pendapat Ulama

Menyikapi dalil-dalil yang membicarakan tentang

hukuman berbekam di bulan Ramadhan, ulama terbagi

kepada dua golongan. Pertama, golongan yang berpendapat

bahwa berbekam adalah perbuatan makruh dilakukan pada

bulan Ramadhan, tetapi tidak membatalkan puasa. Menurut

kelompok ini, hukum makruh tersebut terkait dengan

akibat yang kadang kala timbul setelah berbekam, yaitu

lemahnya anggota tubuh. Pendapat ini didukung ulama

Hanafiyah, Malikiyah dan Syafi’iyah. Kedua, golongan

yang mengharamkan perbuatan tersebut dilaksanakan pada

siang Ramadhan karena membatalakn puasa si pelaku.

Golongan ini diwakili oleh ulama Hanabilah.

B. Dalil yang dipergunakan

Page 15: Kaidah Hukum Islam Iman Jauhari

1. Dalil kelompok pertama

Pada hadits ini dijelaskan bahwa Rasulullah saw

pernah berbekam ketika ihram dan puasa. Ini menunjukkan

bahwa berbekam boleh dilaksanakan pada waktu puasa.

2. Dalil kelompok kedua

Berdasarkan hadits ini dapat dipahami bahwa orang

yang berbekam ketika sedang berpuasa dapat membatalkan

puasa yang sedang dilaksanakannya, bahkan bagi mereka

yang membantu membekamkan. Orang yang berbekam karena

keluarnya darah secara sengaja, sedangkan yang

memberikan dikaitkan secara dugaan (al-hukm bi al-

muzhannah) karena boleh jadi ada sesuatu dari darah

yang bersama air liur, masuk ke perutnya tanpa

disadari.

C. Sebab-sebab Perbedaan Pendapat

Sebab terjadinya perbedaan pendapat para ulama

mengenai hal tersebut di atas adalah:

1. Perbedaan dalam menilai kesahihan hadits

2. Perbedaan pemahaman terhadap dalil yang digunakan,

terutama dalam menyelesaikan hadits-hadits yang

bertentangan

Pembekaman merupakan salah satu perbuatan yang

diperselisihkan fuqaha, jika dilakukan pada siang hari

Ramadhan. Dalam hal ini, mereka memandangnya sebagai

Page 16: Kaidah Hukum Islam Iman Jauhari

sesuatu yang makruh dilakukan dan kelompok lain yang

mengharamkannya.

Berdasarkan analisa terhadap dalil dan argumentasi

yang dikemukakan masing-masing kelompok, maka pendapat

pertama, dengan menggunakan metode jama’, lebih dapat

diberikan.

BAB VIII

ABORSI MENURUT PANDANGAN HUKUM ISLAM

(SEBAGAI CONTOH KASUS)

A. Pendahuluan

Uraian ini mencakup mengenai aborsi, sterilisasi

dan menstrual regulation yang mempunyai pengertian yang

berbeda, tetapi tujuannya boleh dikatakan sama, yaitu

tidak menginginkan keturunan.

B. Abortus (pengguguran Kandungan)

1. Pengertian

Abortus adalah sebagai pengakhiran kehamilan atau

hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar

kandungan. Dengan kata lain abortus adalah pengeluaran

hasil konsepsi dari Rahim sebelum waktunya (sebelum

dapat lahir secara alamiah), atau sebelum janin itu

dapat hidup diluar kandungan.

Page 17: Kaidah Hukum Islam Iman Jauhari

2. Cara pelaksanaan abortus

Untuk melakukan abortus banyak cara yang ditempuh

diantaranya dengan menggunakan jasa ahli medis di rumah

sakit. Cara seperti ini pada umumnya dilakukan oleh

para dokter yang hidup dinegara yang mengizinkan

pengguguran. Ada juga yang menggunakan jasa dukun bayi,

terutama di daerah pedesaan dan menggunakan obat-obatan

tradisional seperti jamu.

3. Macam-macam abortus

a. Abortus spontan yaitu abortus yang tidak

disengajar

b. Abortus buatan yaitu abortus atas usaha manusia

4. Faktor-faktor pendorong orang melakukan abortus

Faktor-faktor yang mendorong mereka melakukan

abortus ini, bahwa: aneka ragam faktor yang mendorong

dilakukan abortus, diantaranya banyak para ibu yang

memang tidak menginginkan lagi untuk melahirkan. Bagi

kaum remaja putri abortus dilakukan karena terlanjur

hamil sedang perkawinan belum dilaluinya, akibat

pergaulan bebas tanpa kendali. Dan juga sementara

sekejap, kadang-kadang akibat tekanan ekonomi sehingga

mengandung adalah di luar kehendaknya.

5. Dampak abortus

Page 18: Kaidah Hukum Islam Iman Jauhari

Sebenarnya abortus itu, tidak terlepas dari risiko

atau bahaya besar atau kecil, diantaranya:

a. Timbul luka-luka dan infeksi pada dinding alat

kelamin

b. Robek mulut rahim sebelah dalam (satu otot lingkar)

c. Dinding rahim bisa tembus, karena alat-alat yang

dimasukkan ke dalam rahim itu.

d. Terjadi pendarahan.

6. Cara pencegahan abortus

a. Melalui upaya hukum

b. Melalui gerakan sosial keagamaan

7. Hukum abortus

Menurut pandangan Islam, apabila abortus dilakukan

sesudah janin bernyawa atau berumur empat bulan, maka

telah ada kesepakatan ulama tentang keharaman abortus

itu, karena dipandang sebagai pembunuhan terhadap

manusia. Tetapi apabila abortus dilakukan sebelum

diberi ruh/nyawa pada janin itu, yaitu sebelum berumur

empat bulan, ada beberapa pendapat, yaitu: Muhammad

ramli kitab an-Nihayah, membolehkan abortus dengan

alasan belum bernyawa

C. Sterilisasi

Sterilisasi ialah memandulkan lelaki atau wanita

dengan jalan operasi (pada umumnya) agar tidak dapat

menghasilkan keturunan. Sterilisasi pada lelaki disebut

Page 19: Kaidah Hukum Islam Iman Jauhari

vasektomi atau vas ligation, yaitu operasi pemutusan atau

pengikatan saluran/pembuluh yang menghubungkan testis

(pabrik sperma) dengan kelenjar prostat (gudang

sperma), sehingga sperma tidak dapat mengalir keluar

penis (uretra). Sterilisasi pada lelaki termasuk

operasi ringan, tidak memerlukan perawatan di rumah

sakit dan tidak mengganggu kehidupan seksualnya. Lelaki

tidak kehilangan sifat kelaki-lakiannya karena operasi.

Bahkan ada pendapat yang menyebutkan “lelaki yang

melakukan vasektomi dapat bertambah nafsu seksnya

sebesar 25%”.

Sedangkan sterilisasi pada wanita tersebut

tubektomi atau tuba ligation, yaitu operasi pemutusan

hubungan saluran/pembuluh sel telur (tuba falofii) yang

menyalurkan ovum dan menutup kedua ujungnya, sehingga

sel telur tidak dapat keluar dan memasuki rongga rahim,

sementara itu sel sperma yang masuk ke dalam vagina

wanita itu tidak mengandung spermatozoa sehingga tidak

terjadi kehamilan walaupun coitus tetap normal tanpa

gangguan apapun.

Sterilisasi baik untuk lelaki (vasektomi) maupun

wanita (tubektomi) menurut Islam pada dasarnya haram

(dilarang), karena ada beberapa hal yang prinsipal,

yaitu:

1. Sterilisasi (vasektomi/tubektomi) berakibat

kemandulan tetap

Page 20: Kaidah Hukum Islam Iman Jauhari

2. Mengubah ciptaan Allah dengan jalan memotong dan

menghilangkan sebagian tubuh yang sehat dan berfungsi

(saluran mani/telur)

3. Melihat aurat orang lain. Apabila melihat aurat

itu diperlukan karena kepentingan medis, maka sudah

tentu Islam membolehkan, karena keadaan semacam itu

sudah sampai ke tingkat darurat.

D. Menstrual Regulation

Menstrual Regulation secara harfiah artinya

pengaturan menstruasi/haid. Tetapi dalam praktek,

menstrual regulation ini dilaksanakan terhadap wanita

yang merasa terlambat waktu menstruasi dan berdasarkan

pemeriksaan laboratoris ternyata positif dan mulai

mengandung.

Agama Islam melarang ber-KB dengan menstruasi

regulation karena pada hakikatnya sama dengan abortus,

merusak/menghancurkan janin, calon manusia yang

dimuliakan Allah, sedangkan janin itu berhak tetap

survive dan lahir dalam keadaan hidup sekalipun

eksistensinya hasil dari hubungan yang tidak sah.

Tetapi, pengguguran kandungan yang benar-benar

dilakukan atas dasar indikasi medis dan hal itu

dilakukan karena keaadaan darurat dapat dibenarkan.

Page 21: Kaidah Hukum Islam Iman Jauhari

BAB IX

KLONING DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

(SEBAGAI CONTOH KASUS)

A. Kloning

Kloning adalah suatu upaya untuk memproduksi

sejumlah individu yang jika dilihat secara genetik akan

identik. Secara logika, upaya kloning adalah suatu

upaya menciptakan makhluk atau individu yang persis

sama dengan makhluk atau individu yang pernah ada

sebelumnya.

Teknologi kloning pada dasarnya adalah merupakan

teknologi kelanjutan loguis dari teknologi bayi tabung.

Seperti halnya kloning, teknologi bayi tabung yang

telah banyak diterapkan di berbagai Negara, akan tetapi

masih banyak menimbulkan kontroversi.

1. Reproduksi manusia menurut Al-Qur’an

Dalam surat Al-Faathir: 11, yang artinya: “dan

Allah menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari air

mani, kemudian dia menjadikan kamu berpasangan (laki-

laki dan perempuan). Dan tidak ada seorang perempuan

yang mengandung dan tidak (pula) melahirkan melainkan

dengan sepengetahuanNya, sesungguhnya yang demikian itu

adalah mudah bagi Allah”.

Dari ayat ini terlihat bahwa manusia itu lahir

dari setitik mani atau nuftah, yang bisa diartikan

Page 22: Kaidah Hukum Islam Iman Jauhari

sebagai spermatozoa atau sperma, atau bisa diartikan

sebagai hasil dari pembuahan atau zygote.

Dalam HR Bukhari, Rasulullah saw juga menerangkan

tentang kejadian manusia dengan dalil yang didapat

beliau dari turunnya ayat-ayat dalam Al-Qur’an. Adapun

fase-fase yang dimaksud adalah sebagai berikut: telah

menceritakan kepada kami dari Rasulullah SAW dialah

orang yang benar dan dibenarkan: “Sesungguhnya seorang

manusia kejadiannya dikumpulkan dalam rahim ibunya

selama 40 hari kemudian ia menjadi sesuatu yang

menggantung atau alaqah selama itu juga, kemudian

dikirim kepada malaikat, lalu ditiupkan pada ruh.

2. Prosedur kloning

Dengan prosedur kloning ini, maka akan dihasilkan

janin manusia atau makhluk baru yang akan sepenuhnya

membawa gen baru dan ciri khas yang baru sesuai dengan

ciri dari sumber sel yang intinya dimasukkan ke sel

telur.

3. Manfaat dan keburukan reproduksi melalui kloning

a. Kloning memberikan manfaat bagi pasangan-pasangan

yang infertile, yaitu pasangan-pasangan yang

mengalami kesulitan untuk mendapat keturunan

b. Kloning yang pernah dilakukan di Colorado, Amerika

Serikat, dimanfaatkan untuk alasan kesehatan.

Page 23: Kaidah Hukum Islam Iman Jauhari

B. Kloning dalam perspektif Hukum Islam

Munculnya rekayasa genetika melalui proses kloning

dalam wacana ilmu pengetahuan saat ini, tidak lain

merupakan suatu prestasi tersendiri bagi manusia. Untuk

itulah Al-Quran telah menuntun para ulama untuk

melakukan kegiatan-kegiatan dalam berbagai ilmu

pengetahuan, baik agama, maupun bidang umum.

Dalam hal kloning ini, maka dengan adanya fatwa

majelis Ulama Indonesia (MUI), yang secara nasional

melarang melakukan segala jenis percobaan terhadap

upaya pengkloningan terhadap manusia, maka dapatlah

dikatakan bahwa kloning untuk manusia itu tidak dapat

dilakukan atau dilarang, karena tidak sesuai dengan

ketentuan syar’i bagi umat Islam. Namun, kloning

dikecualikan bagi hewan maupun tumbuhan guna

meningkatkan produksi. Menurut para ulama bahwa

kloning manusia walaupun dengan alasan untuk

memperbaiki keturunan adalah haram hukumnya.

Oleh sebab itulah, seorang muslim haruslah

mempunyai kemampuan untuk memilah dan memilih hal yang

baik dan memberi maslahah bagi dirinya dan menjauhkan

hal yang memberi mudharat bagi dirinya.

BAB X

Page 24: Kaidah Hukum Islam Iman Jauhari

TRANSPLANTASI TUBUH MANUSIA, TERAPI URINE DAN

PENGGUNAAN ARI-ARI UNTUK KOSMETIKA MENURUT

HUKUM ISLAM (SEBAGAI CONTOH KASUS)

A. Pendahuluan

Dalam sejarah perkembangan hukum islam yang

diketahui, setiap masalah yang terjadi dalam kehidupan

masyarakat, selalu ada penyelesaian hukumnya.

menghadapi masalah-masalah kontemporer yang timbul

dewasa ini, semua pakar hukum Islam mengakui bahwa

sulit ditemukan orang yang ahli dalam segala hal, dalam

segala cabang ilmu pengetahuan. Untuk itu diperlukan

ijtihad jama’i (memecahkan masalah hukum secara

bersama-sama sesuai dengan disiplin ilmu masing-masing)

dan menghindarkan ijtihad farhi (memecahkan masalah

secara individu).

Dalam menghadapi masalah-masalah kontemporer yang

timbul dewasa ini, semua pakar hukum Islam mengakui

bahwa sulit ditemukan orang yang ahli dalam segala

cabang ilmu pengetahuan. Untuk itu diperlukan ijtihad

jama’i (memcahkan masalah hukum secara bersama-sama

sesuai dengan disiplin ulmu masing-masing).

B. Transplantasi Organ Tubuh Manusia

Pencangkokan atau dikenal juga dalam transplantasi

yaitu pemindahan organ tubuh yang masih daya hidup

Page 25: Kaidah Hukum Islam Iman Jauhari

untuk menggantikan organ tubuh yang tidak sehat atau

tidak berfungsi dengan baik. Pencangkokan organ tubuh

yang menjadi pembicaraan waktu itu adalah mata, ginjal

dan jantung.

Masifuk Zuhdi membagi tipe donor organ tubuh

menjadi tiga tipe dan setiap tipe memiliki

permasalahannya sendiri yaitu: pertama, tipe donor

dalam keadaan hidup, tipe ini memerlukan seleksi yang

cermat dan general check up baik terhadap donor maupun

terhadap penerima (resipen) untuk mencegah risiko yang

timbul. Kedua, tipe donor dalam keadaan hidup koma atau

diduga kuat akan segera meninggal, tipe ini memerlukan

alat control dan penunjang kehidupan, misalnya dengan

bantuan alat pernafasan khusus. Ketiga, tipe donor

dalam keadaan mati. Tipe ini merupakan tipe yang ideal,

sebab secara medis tinggal menunggu penentuan kapan

donor dianggap meninggal secara medis dan yuridis,

harus diperhatikan pula daya tahan organ yang mau

diambil untuk ditransplantasi.

1. Transplantasi dari donor keadaan hidup

Para ahli hukum Islam sepakat bahwa transplantasi

organ tubuh manusia dari donor yang masih hidup dan

sehat tidak boleh dan hukumnya haram. Dasar hukum dari

pendapat ini adalah:

Page 26: Kaidah Hukum Islam Iman Jauhari

a. Firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat

195, yang artinya: dan jangalah kamu menjatuhkan

dirimu kedalam lembah kebinasaan.

b. Kaidah hukum Islam, yang artinya: menghindarkan

kerusakan atau risiko didahulukan atas menarik

kemaslahatan

c. Kaidah hukum Islam yang artinya: Bahaya tidak boleh

2. Transplantasi dari donor orang yang masih hidup tapi

koma

Menurut pandangan syariat Islam, selama orang itu

masih hidup tidak boleh dilaksanakan transplantasi

organ tubuhnya, karena hal itu mempercepat kematiannya,

dan berarti pula mendahului kehendak Allah, walaupun

menurut pertimbangan dokter orang itu akan segera

meninggal.

3. Transplantasi dari donor yang sudah meninggal

Adapun dasar hukum syari’at syariat Islam

memperbolehkan transplantasi organ tubuh manusia dari

donor orang lain yang sudah meninggal dunia yuridis dan

klinis adalah sebagai berikut:

a. Al-qur’an surat al-maidah ayat 32, yaitu artinya:

dan barang siapa yang memelihara kehidupan seseorang

manusia, maka seolah-olah ia memelihara kehidupan

manusia semuanya

Page 27: Kaidah Hukum Islam Iman Jauhari

b. Hadits riwayat ahmad bin hambal, at-tarmizi, abu

daud, an nasa’i, ibnu majah, ibnu hibban dan al-

hakim, ibnu hibban dan al-hakim dari usman bin

syarik rasullah bersabda, yang artinya: bertobatlah

allah tidak membuat suatu penyakit kecuali dia juga

menurunkan obat untuk menyembuhkannya, selain

penyakit yang satu yaitu tua dan pikun.

1. Tentang Donor kepada Orang Non Muslim

Tentang mendonorkan organ tubuh kepada orang non

muslim, pada umumnya kalangan ulama fiqh membolehkan

memerikan shadaqah kepada non muslim di luar harta

zakat. Demikian juga, tidak ada halangan bagi orang

Islam untuk mendonorkan sebagian organ tubuhnya kepada

orang non muslim, bahkan orang yang mendonorkan organ

itu dapat pahala di sisi tuhan dari perbuatannya.

Diantara hal yang menguatkan pendapat ini adalah bahwa

semua pihak dapat mengambil manfaat dari perbuatan

tersebut baik umat Islam maupun umat lainnya.

2. Pahala bagi pendonor organ tubuh

Terhadap permasalahan ini para pakar hukum Islam

berpendapat bahwa ia akan mendapat pahala atas segala

perbuatannya yang baik itu, asalkan perbuatan itu

dilaksanakan dengan ketulusan hati tanpa pamrih suatu

apapun.

a. Al-Qur’an surat al-Najm ayat 39-41, yang artinya:

“Bahwasannya manusia itu tidak memperoleh selain

Page 28: Kaidah Hukum Islam Iman Jauhari

yang ia usahakan. Dan bahwasannya usahanya itu kelak

akan diperlihatkan. Kemudian akan diberi balasan

kepadanya dengan balasan yang paling sempurna

b. Al-Qur’an surat najm ayat 38, yang artinya:

Bahwasannya seseorang yang berdosa tidak akan

memikul dosa orang lain

c. Hadits riwayat Bukhari dari Abu Huraira ra, yang

artinya: “Jika manusia itu telah meninggal dunia,

maka terputuslah amalnya, kecuali ia meninggalkan

tiga hal yaitu, shadaqah jariyah, ilmu yang bisa

diambil manfaatnya oleh orang lain dan anak yang

shaleh yang selalu mendoakan untuk orang tuanya”.

Donor organ tubuh tidak bertanggung jawab atas

perbuatan orang yang menerima organ tubuh (resipien),

demikian juga ia (pendonor) tidak berhak memperoleh

pahala dari amalan-amalan yang baik dari penerima organ

tubuh (resipen).

C. Terapi Urine untuk Pengobatan

1. Terapi urine di Barat dan Timur

Pengobatan dengan air seni telah berusia ribuan

tahun. Bukan saja menjadi tradisi pengobatan di India,

tetapi juga di Eropa dan Amerika. Menurut Iwan T.

Budiarso bangsa Inggris dan Eropa sudah mengenal terapi

urine sejak empat ribu tahun yang lalu. Di negara

timur, tradisi minum air sendiri sebagai metode

Page 29: Kaidah Hukum Islam Iman Jauhari

pencegahan dan pengobatan telah berusia lebih dari 5000

tahun, dan terus berkembang seiring dengan kesadaran

baru tentang kemanjurannya.

Kesimpulannya bahwa baik di negara barat maupun di

negara timur, tradisi minum air seni untuk mencegah dan

mengobati berbagai penyakit telah dilaksanakan lebih

dari 5000 tahun yang lalu. Dan sekarang pertumbuhannya

semakin marak seiring dengan kesadaran baru tentang

kemujarabannya. Dalam perkembangan terakhir, dunia

kedokteran berpaling kembali pada sistem pertahanan dan

kekebalan tubuh sebagai benteng awal penghambat

penyakit. Teori ini sangat relevan dengan terapi urine

yang membentuk sistem pertahanan dan meningkatkan

kekebalan tubuh, selain tidak berbahaya, air seni

memang bersifat alamiah.

2. Pengobatan dengan terapi urine

Ada satu hal yang dilarang yaitu tidak dianjurkan

kepada peminat terapi urine apabila ia sedang menjalani

pengobatan allopatik secara kedokteran atau sedang

meminum obat-obatan yang bersifat kimiami. Menurut

penelitian yang dilaksanakan oleh para ahli, terapi

urine kurang efektif apabila dilaksanakan bersamaan

dengan pengobatan kimiawi.

Terapi urine terdiri dari dua bagian, bagian

pertama disebut dengan terapi internal yaitu terapi

yang dilakukan dengan cara meminum air seni, sedangkan

Page 30: Kaidah Hukum Islam Iman Jauhari

yang kedua adalah terapi urine eksternal adalah terapi

yang dilakukan dengan meminjat atau membasuh bagian

tubuh yang sakit dengan air seni. Kedua cara terapi ini

bersifat saling melengkapi untuk mencapai hasil yang

optimal.

Sejarah membuktikan bahwa secara empiris maupun

ilmiah kedokteran kontemporer, bahwa terapi urine dapat

mengobati berbagai jenis penyaki.

3. Hukum mempergunakan air seni sebagai obat

Harus diketahui bahwa pengobatan tradisional

maupun yang bersifat pengobatan modern, sama-sama tidak

ada mutlak benar. Sedangkan kemanjuran keduanya

bersifat relatif.

Keputusan fatwa musyawarah nasional VI MUI Nomor:

2/MUNAS VI/MUI/2000 tanggal 30 Juli 20000 tentang

penggunaan air seni untuk kepentingan pengobatan

hukumnya adalah haram. Dasar hukum dari pendapat

tersebut adalah:

- Hadits nabi saw menyatakan, yang artinya:

Berobatlah, karena Allah tidak membuat atau

menurunkan suatu penyakit, kecuali menurunkan pula

obatnya selain satu penyakit yaitu pikun”. (H.R. Abu

Daud).

Musyawarah Nasional VI Majelis Ulama Indonesia

tahun 2000 memperbolehkan penggunaan air seni untuk

Page 31: Kaidah Hukum Islam Iman Jauhari

diminum sebagai obat apabila dalam keadaan darurat

syariah.

D. Penggunaan Ari-Ari Untuk Kosmetika

Dalam ilmu farmatologi, ari-ari ini disebut

plasenta, yang dipergunakan sebagai komponen untuk

bahan kosmetik yang dianggap berkhianat untuk perawatan

kulit agar kulit tidak lekas menua dan selalu tampak

awet muda.

Saat ini banyak sekali ditemukan di pasaran

kosmetik yang mencantumkan ekstak plasenta sebagai

komponen bahan bakunya. Sebenarnya menggunakan ekstrak

plasenta dalam pembuatan kosmetik hanya sedikit saja

manfaatnya.

Keputusan Fatwa Musyawarah Nasional VI Majelis

Ulama Indonesia Nomor: 2/MUNAS VI/MUI/2000 tanggal 30

Juli 2000 tentang penggunaan ari-ari untuk kepentingan

kosmetika hukumnya adalah haram. Penggunaan kosmetika

yang mengandung atau berasal dari bagian organ tubuh

manusia adalah haram.

BAB XI

BEDAH PLASTIK DAN OPERASI KELAMIN MENURUT

HUKUM ISLAM (SEBAGAI CONTOH KASUS)

A. Pendahuluan

Page 32: Kaidah Hukum Islam Iman Jauhari

Perkembangan bedah plastik sebagai kebutuhan

kodrati yang mendasar telah ada sejak awal kejadian

manusia. Manusia sebagai ciptaan Allah adalah makhluk

sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Ia memerlukan

mitra dan orang lain.

Islam bukan semata-mata mengurus masalah yang

bersifat ukharawiah atau ibadah ritual. Islam bukan

hanya mengurus persoalan sholat, puasa, naik haji,

pembangunan mesjid, hari kiamat seperti yang sering

diarahkan oleh pihak orientalis barat atau kolonial

Belanda tempo dulu.

B. Bedah plastik dalam nuasa dan wajah dalam hubungan

dengan Allah dan Manusia

1. Bedah plastik dalam nuansa kaffah holistik (kaffah)

a. Bedah plastik masa lalu

Kemakmuran masyarakat menyebabkan kebutuhan akan

bedah plastik bukan saja menangani kasus kecacatan

tetapi meluas ke arah kepentingan estetika dan

kenyamanan kualitas hidup manusia. Perkembangan

bedah plastik dapat diketahui usulnya dari nuansa

keagamaan dimulai dari Timur, di bawah ke Barat

dan saat ini kembali diterapkan di Timur

berdasarkan kemajuan ilmu dan teknologi mutakhir

dari Barat.

b. Bedah plastik masa kini

Page 33: Kaidah Hukum Islam Iman Jauhari

Kasus-kasus bedah plastik, umumnya dinilai dari

kelainan ragawi terletak pada permukaan luar

tubuh, sehingga akan mudah terlihat dan dapat

diperhatikan oleh orang lain. Kelainan itu

terletak “top to toe” dari ujung ubun-ubun kepala

sampai ke telapak kaki. Bagian yang paling banyak

adalah wajah.

Penerapan bedah plastik masa kini yang sering

dijumpai di masyarakat. Berdasarkan penerapan yang

holistik dan deontologik dapat dibagi dalam 4 kategori,

yaitu:

1. Bedah plastik kedaruratan

2. Bedah plastik elektif

3. Bedah plastik estetik

4. Bedah plastik kontraversi.

c. Bedah plastik masa depan

Menurut pengamat dan peramal perubahan sosial dan

ekonomi di era globalisasi ini, di Timur akan

terjadi sebuah model modernisasi sebagai

kebangkitan (renaissance) yang akan dipersamakan

kepada dunia.