Top Banner
1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan ternyata diikuti pula dengan pergeseran pola penyakit yang ada di masyarakat. Pola penyakit yang semula didominasi penyakit-penyakit menular dan infeksi mulai digeser oleh penyakit-penyakit degeneratif, termasuk penyakit jantung (Wasyanto, 2005). Jantung merupakan organ yang berfungsi dalam sistem sirkulasi darah, pekerjaan jantung adalah memompa darah keseluruh tubuh untuk memenuhi kebutuhan metabolisme pada setiap saat baik istirahat, bekerja maupun menghadapi beban. Hal ini dilakukan dengan baik bila kemampuan otot jantung untuk memompa baik, sistem katub serta pemompaan baik. Bila ditemukan ketidaknormalan pada salah satu di atas maka mempengaruhi efisiensi pemompaan dan kemungkinan dapat menyebabkan kegagalan memompa (Mansjoer, 2000). Data Association Heart America (AHA) tahun 2003 menunjukkan gagal jantung sebagai penyebab menurunnya kualitas hidup penderita dan penyebab kematian bertambah. Penderita gagal jantung di Amerika Serikat 4,8 juta dan setiap tahun bertambah 550 orang. Setiap tahun gagal jantung menyebabkan kematian 290 ribu orang. Pada tahun 2004 Association Heart America (AHA) melaporkan 5,2 juta
50

Kadek Home Visit

Feb 20, 2016

Download

Documents

iwanoskigilang

home vpisit
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Kadek Home Visit

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberhasilan pembangunan ternyata diikuti pula dengan pergeseran pola

penyakit yang ada di masyarakat. Pola penyakit yang semula didominasi penyakit-

penyakit menular dan infeksi mulai digeser oleh penyakit-penyakit degeneratif,

termasuk penyakit jantung (Wasyanto, 2005).

Jantung merupakan organ yang berfungsi dalam sistem sirkulasi darah,

pekerjaan jantung adalah memompa darah keseluruh tubuh untuk memenuhi

kebutuhan metabolisme pada setiap saat baik istirahat, bekerja maupun menghadapi

beban. Hal ini dilakukan dengan baik bila kemampuan otot jantung untuk memompa

baik, sistem katub serta pemompaan baik. Bila ditemukan ketidaknormalan pada

salah satu di atas maka mempengaruhi efisiensi pemompaan dan kemungkinan dapat

menyebabkan kegagalan memompa (Mansjoer, 2000).

Data Association Heart America (AHA) tahun 2003 menunjukkan gagal

jantung sebagai penyebab menurunnya kualitas hidup penderita dan penyebab

kematian bertambah. Penderita gagal jantung di Amerika Serikat 4,8 juta dan setiap

tahun bertambah 550 orang. Setiap tahun gagal jantung menyebabkan kematian 290

ribu orang. Pada tahun 2004 Association Heart America (AHA) melaporkan 5,2 juta

penduduk Amerika Serikat Menderita gagal jantung.(Kenneth D, 2008)

Menurut Barita (2003), prevalensi penyakit jantung di Indonesia dari tahun

ketahun terus meningkat berdasarkan data RS Jantung Harapan Kita, peningkatan

kasus di mulai pada tahun 1997 dengan 248 kasus, kemudian melaju dengan pesat

hingga mencapai puncak tahun 2000 dengan 532 kasus. Kematian akibat penyakit

jantung tahun 2000 hanya 4,3% jumlah yang lebih kecil dibandingkan dengan

insiden pada tahun 1999 sejumlah 12,2%.

Page 2: Kadek Home Visit

2

B. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui faktor resiko dan dampak penyakit hipertensi dan gagal jantung.

2. Mengetahui penanganan penyakit hipertensi dan gagal jantung.

3. Mengidentifikasi permasalahan kesehatan anggota keluarga yang dikunjungi

sesuai dengan penyakit.

4. menentukan Prioritas faktor biologis, psikologis, sosial, dan fisik yang besar

pengaruhnya terhadap kesehatan pasien

C. Manfaat

1. Pasien dan keluarga dapat mengetahui gejala dan faktor – faktor penyebab

hipertensi dan gagal jantung.

2. Penulis dapat mengetahui pentingnya menjadi dokter keluarga, dan kendala apa

saja yang dialami untuk menjadi dokter keluarga.

Page 3: Kadek Home Visit

3

K FORM HASIL KEGIATAN HOME VISIT

LAPORAN HOME VISIT DOKTER KELUARGA

Berkas Pembinaan Keluarga

Puskesmas Taman No. RM : 18220____________

Tanggal kunjungan: 3 Juni 2015,

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Nama Kepala Keluarga : Tn. Ishariadi

Alamat lengkap : Tropodo, RT 5 RW 1 Mojokerto

Bentuk Keluarga : Nuclear / Extended Family

Tabel 1. Daftar Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumahNo Nama Kedudukan

dalam

keluarga

L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Penderita

Klinik

(Y/T)

Ket

1 Tn. Ishariadi Kepala

Keluarga

L 46th SMP Supir T

2 Ny. Suhartini Istri P 42th SMP Swasta T

3 Trendy Anak L 20th SMP Supir T

4 Trenda Anak P 13th SMP Pelajar T

5 Trias Anak P 11 th SD Pelajar T

6 Trindu Anak P 6th TK - T

7 Triando Anak L 4 th - - T

8 Triansyah Anak P 3 bln - Y

Sumber :Data Primer

Page 4: Kadek Home Visit

4

LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA

BAB I

STATUS PENDERITA

A. IDENTITAS PENDERITA

Nama : An. Tr

Umur : 3 bulan

Jenis kelamin : Perempuan

Pekerjaan : -

Pendidikan : -

Agama : Islam

Alamat : Tropodo RT 1 RW 5

Suku : Jawa

Tanggal Home Visit :

A. ANAMNESIS

1. Keluhan Utama :

Ibu mengeluhkan kondisi anaknya yang berbeda dengan anak-anak lain yang

seumuran dengan anaknya.

2. Riwayat Penyakit Sekarang :

Saat ini tidak ada keluhan kesehatan pada anak. Tidak ada batuk, muntah,

diare, kuning ataupun kebiruan di wajah anak.

3. Riwayat Penyakit Dahulu:

Saat ibu pasien mengetahui bahwa dia hamil anak Tr, si ibu berusaha untuk

menggugurkan kandungannya karena dia merasa anaknya sudah terlalu banyak dan

tingkat ekonominya pas-pasan. Dia selalu minum-minuman bersoda dan selalu

bekerja tanpa memperhatikan waktu istirahatnya. Ibu pasien baru mau memeriksakan

Page 5: Kadek Home Visit

5

kehamilannya saat sudah berusia 6 bulan. Kemudian saat kelahirannya, pasien lahir

normal spontan belakang kepala. Ibu pasien kaget dan sedih melihat keadaan

anaknya saat lahir karena wajahnya terlihat tidak normal. Pasien merasa sangat

bersalah karena hal yang dialami oleh An. Tr adalah karena ulah ibunya yang

berusaha menggugurkan kehamilannya dulu.

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Ayah pasien mempunyai keponakan yang memiliki kelainan yang sama dengan

An. Tr dan sekarang usianya sudah 12 tahun.

5. Riwayat Kebiasaan

Ibu memandikan pasien sehari dua kali, mengganti popok pasien sehari tiga

kali. Rumah yang ditempatinya adalah sebagai warung kopi, sehingga setiap hari

banyak orang membeli kopi sambil merokok dirumahnya.

6. Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien tinggal di sebuah rumah yang berpenghuni 8 orang. Pasien memiliki

ayah bernama Tn. I dan ibu yang bernama Ny. S, memiliki 5 orang kakak yang

masih tinggal satu rumah Pasien memiliki asuransi BPJS untuk pemeriksaan

kesehatan rutin.

7. Riwayat Gizi.

Pasien hanya meminum susu formula SGM, karena ASI ibu tidak keluar.

C. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum : Cukup

2. Kesadaran : compos mentis (GCS E4V5M6).

3. Tanda Vital dan Status Gizi

Tanda Vital

Nadi : 112 x / menit

Pernafasan : 32 x / menit

Suhu : 36,5 C

Page 6: Kadek Home Visit

6

Tensi : - mmHg

Status gizi ( Kurva NCHS ) :

BB : 4,4 Kg

TB : 48 cm

Status Gizi : Cukup

4. Kulit : putih, gatal (-), ikterik (-), sianosis (-)

5. Kepala : Mongoloid Face (+), Sakit kepala (-), pusing (-), rambut kepala tidak

rontok,

Mata : Konjungtiva anemis (-), Sklera ikterik (-), kabur (-)

Hidung : Dypsneu (-),sekret (-), epistaksis (-),

Mulut : Sianosis (-), mulut kering (-), sariawan (-), lidah kotor (-)

Telinga : Low set ear (+) Sekret (-), pendengaran berkurang (-), berdengung

(-), keluar cairan (-)

Tenggorokan : Nyeri telan (-), serak (-),tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-)

6. Leher : Trakea ditengah, pembesaran KGB (-)

7. Thoraks

a. Jantung

Inspeksi : iktus kordis tidak tampak

Palpasi : iktus kordis tidak teraba, heave(-), thrill(-)

Perkusi : batas kanan : ICS 4 parasternal dextra

Batas kiri : ICS 5 mid clavicular sinistra

Batas atas : ICS 2 parasternal sinistra

Auskultasi : S1 S2 tunggal Reguler, Murmur (-), S3 Gallop (-)

b. Pulmo

Inspeksi : pergerakan napas simetris, retraksi interkosta (-)

Palpasi : fremitus raba kiri sama dengan kanan

Perkusi : sonor di semua lapang paru

Auskultasi : suara dasar vesikuler

Rhonki Wheezing

Page 7: Kadek Home Visit

7

8. Abdomen :

Inspeksi : dinding perut sejajar dengan dinding dada

Auskultasi : Bising Usus (+) N

Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tak teraba

Perkusi : timpani seluruh lapang perut, shifting dullness (-)

9. Ektremitas: polidactili (-), Simian Crease (+)

Akral Dingin Oedem

- - - -

- - - -

10. Sistem Genetalia: Dalam batas normal

11. Pemeriksaan Neurologik

Fungsi Luhur : dalam batas normal

Fungsi Vegetatif : dalam batas normal

Fungsi Sensorik : dalam batas normal

Fungsi motorik :

KLONUS TONUS REFLEKS FISIOLOGIS REFLEKS

PATOLOGIS

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

E. RESUME

Seorang laki-laki 35 tahun dengan keluhan utama sering sesak napas sejak 5 tahun.

Sesak dirasakan apabila berjalan jauh atau mengerjakan pekerjaan yang membuatnya

lelah serta saat tidur di malam hari. Sesak berkurang bila beristirahat dengan posisi

setengah duduk.sering Kadang juga disertai dengan batuk dan berkeringat saat malam

Page 8: Kadek Home Visit

8

hari. Pasien juga mengeluhkan dada sebelah kiri terasa nyeri sejak 1 bulan belakangan

ini. Nyeri dirasakan seperti tertindih benda berat, namun nyerinya hilang timbul. Selain

itu pasien juga mengeluhkan punggungnya terasa sakit saat bangun tidur dan nyeri pada

sendinya terutama bahunya. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan TB. Ibu pasien

memiliki riwayat sakit jantung hipertensi, dan TB

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum cukup, composmentis. Tanda

vital Tensi: 170/100 mmHg N: 112 x / menit, RR: 22 x / menit, Suhu: 36,7 C, BB: 67 kg,

TB: 163 cm. Terdapat peningkatan JVP : 5 + 2 cmH2O dan pembesaran jantung.

F. PATIENT CENTERED DIAGNOSIS

1. Diagnosis Biologis: Down Syndrome

2. Diagnosis Sosial Ekonomi dan Budaya : Status Ekonomi kurang dan kondisi

lingkungan kurang sehat

G. PENATALAKSANAAN

Non Medika mentosa

1. Istirahat 

2. Diet Rendah Garam untuk mengontrol tekanan darah sehingga tidak memperparah

kondisi penderita.

3. Hindari aktivitas berlebihan

Medikamentosa

Amlodipin tab 1 x 10 mg

Bisoprolol tab 1 x 5 mg

ISDN tab 3 x 5 mg

B. FOLLOW UP

Tanggal : Senin, 8 Juni 2015

S : Sesak napas masih dirasakan namun sudah membaik, tengkuk terasa agak

kaku dan terdapat nyeri pada sendi bahu.

Page 9: Kadek Home Visit

9

O : KU baik, compos mentis, gizi cukup

Vital sign : - HR : 108 x/ menit - Tensi : 150 / 100menit

- RR : 22 x/ menit - Suhu : 36,5° C

Status generalis : dalam batas normal

Status neurologis : dalam batas normal

A : Decompensatio Cordis Functional Class II + Hipertensi Grade II

P : - Edukasi keluarga tentang keadaan penderita

FLOW SHEET

Nama Pasien : Tn. Djoko Marwoto

Diagnosis : Decompensatio Cordis Functional Class II + Hipertensi Grade II

NO TanggalTensi

(mmHg)

BB

Kg

TB

Cm

Status

Gizi

Mantoux

Test

Foto

Rontgen

Thoraks

Mata KET

1 Rabu, 3 Juni

2015

170/100

mmHg67 kg 163 cm Cukup

Tidak

dilakukan

Tidak

dilakukanDbn

2 Senin,8 Juni

2015

150/100

mmHg67

Kg163 cm Cukup

Tidak

dilakukanDbn

Page 10: Kadek Home Visit

10

BAB II

IDENTIFIKASI FUNGSI- FUNGSI KELUARGA

A. FUNGSI KELUARGA

1. Fungsi Biologis.

Keluarga penderita terdiri dari penderita (Tn Djoko Marwoto/57th), istri (Ny.

Mukhairoh/54th), anak pertama (Tn. Heru/32th), menantu (Ny. Wahyu Reni/28th),

anak kedua (Sdr. M. Yaki/21 th), cucu pertama (An. M. Hilman/5th), dan cucu kedua

(An. M. Aufar/1th).

2. Fungsi Psikologis.

Hubungan komunikasi antar individu dalam keluarga terjalin dengan baik

antara satu dengan yang lain. Sebelum sakit penderita bekerja sebagi penjaga

perumahan yang sedang dibangun. Biasanya penderita berangkat pagi hari dan

pulang sore hari kemudian bercengrama sambil menonton tv bersama keluarganya.

Namun setelah sakit dan berhenti bekerja sejak 6 bulan yang lalu, pasien selalu

beristirahat di rumah dan memiliki banyak waktu bersama cucunya. Penderita sangat

diperhatikan oleh keluarganya. Setiap bulan selalu diantar ke puskesmas untuk

kontrol penyakitnya.

3. Fungsi Sosial

Penderita memiliki sifat terbuka, suka bergaul dengan tetangga sekitar

rumahnya. Dalam masyarakat penderita tidak pernah memegang peranan sosial

tertentu, hanya sebagai anggota saja.

4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan

Penderita sudah berhenti bekerja sejak 6 bulan yang lalu, sehingga saat ini

penghasilan keluarga hanya bersumber dari anak pertamanya, sedangkan anak

keduanya masih belum bekerja. Penghasilan tersebut digunakan untuk memenuhi

kebutuhan 7 orang anggota rumah tersebut yaitu untuk biaya hidup sehari-hari

seperti makan, minum dan listrik Kebutuhan air menggunakan air sumur. Untuk

pemeriksaan kesehatan rutin tiap bulan, biaya ditanggung oleh BPJS.

Page 11: Kadek Home Visit

11

5. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi

Penderita memiliki sifat terbuka, suka bergaul dengan tetangga sekitar

rumahnya. Penderita sering memberikan solusi kepada warga yang sedang

mengalami masalah. Dan setiap ada permasalahan pribadi, penderita selalu

mendiskusikan dengan istri beserta anak anaknya.

B. APGAR SCORE

ADAPTATION

Penderita selalu mendapat dukungan dari seluruh anggota keluarganya atas

masalah yang dihadapi penderita, baik dukungan moral, spiritual, dan memberi motivasi

untuk rajin minum obat dan latihan fisik agar kondisi kesehatan penderita tetap stabil.

PARTNERSHIP

Penderita sadar bahwa ia merupakan orang yang bertanggung jawab segala

keperluan rumah tangga dalam keluarganya. Dimana seluruh anggota keluarga tersebut

juga menghargai penderita. Hubungan komunikasi antar anggota keluarga juga berjalan

dengan baik.

GROWTH

Penderita sadar bahwa ia harus bersabar dalam menghadapi penyakitnya, yaitu

dengan mau rutin mengkonsumsi obat, selalu kontrol ke puskesmas, melakukan latihan

fisik dan juga mematuhi saran yang diberikan oleh dokter yang merawatnya.

AFFECTION

Penderita merasa hubungan kasih dan interaksi dengan masing-masing individu

yang ada dalam rumah tersebut adalah cukup baik meskipun akhir-akhir ini ia sering

menderita sakit.

RESOLVE

Penderita merasa puas dengan kebersamaan yang ada dan waktu yang penderita

dapatkan bersama anak dan cucunya. Masih terjalinnya komunikasi yang efektif

membuat penderita menjadi nyaman.

Page 12: Kadek Home Visit

12

APGAR Tn. Djoko Marwoto (57 th)Penderita

Sering/selalu

Kadang-kadang Jarang/tidak

ASaya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah

PSaya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya

GSaya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru

ASaya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama

Total poin = 10 fungsi keluarga dalam keadaan baik

Tn.Djoko sudah tidak bekerja lagi sehingga sehari-hari waktunya dihabiskan di

rumah, beristirahat, menghabiskan waktu dengan keluarga, terutama berkumpul bersama

kedua cucunya.

APGAR Ny. Mukhairoh (54 th)Istri Penderita

Sering/selalu

Kadang-kadang Jarang/tidak

ASaya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah

PSaya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya

GSaya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru

ASaya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama

Total poin = 10, fungsi keluarga dalam keadaan baik

Page 13: Kadek Home Visit

13

Ny. Mukhairoh adalah ibu rumah tangga yang sehari-harinya berada di rumah,

memasak, membersihkan rumah dan menjaga cucunya.

APGAR Ny. Wahyu Reni (28 th)Menantu Penderita

Sering/selalu

Kadang-kadang Jarang/tidak

ASaya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah

PSaya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya

GSaya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru

ASaya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama

Total poin = 10, fungsi keluarga dalam keadaan baik

Ny. Wahyu Reni adalah seorang ibu rumah tangga yang selalu berada di rumah dan

mengurusi anaknya terutama anak keduanya yang baru berusia 1 tahun.

Secara keseluruhan total poin dari APGAR keluarga Tn.Djoko adalah 30, sehingga

rata-rata APGAR dari keluarga Tn.Djoko adalah 10. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi

fisiologis yang dimiliki keluarga Tn.Djoko dan anggota keluarganya dalam keadaan baik.

Hubungan antar individu dalam keluarga tersebut terjalin baik.

Page 14: Kadek Home Visit

14

C. SCREEMSUMBER PATHOLOGY KET

Sosial Interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga juga dengan saudara partisipasi mereka dalam masyarakat cukup meskipun banyak keterbatasan

+

Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal ini dapat dilihat dari pergaulan sehari-hari baik dalam keluarga maupun di lingkungan, banyak tradisi budaya yang masih diikuti. Sering mengikuti acara-acara yang bersifat hajatan, sunatan, nyadran dll. Menggunakan bahasa jawa, tata krama dan kesopanan

+

ReligiusAgama menawarkan pe-ngalaman spiritual yang haik untuk ketenangan in-dividu yang tidak didapat-kan dari yang lain

Pemahaman agama cukup. Namun penerapan ajaran agama kurang, hal ini dapat dilihat dari pendenta dan orang tua Hanya menjalankan sholat sesekali saja. Sebelum sakit pendenta rutin belajar mengaji di sore hari di masjid dekat rumah

-

Ekonomi Ekonomi keluarga ini tergolong menengah ke bawah, untuk kebutuhan primer sudah bisa terpenuhi, meski belum mampu mencukupi kebutuhan sekunder rencana ekonomi tidak memadai, diperlukan skala prioritas untuk pemenuhan kebutuhan hidup

-

Edukasi Pendidikan anggota keluarga kurang memadai. Tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua masih rendah. Kemampuan untuk memperoleh dan memiliki fasilitas pendidikan seperti buku-buku, koran terbatas.

-

Medical Pelayanan kesehatan puskesmas memberikan perhatian khusus terhadap kasus pendentaTidak mampu membiayai pelayanan kesehatan yang lebih balk Dalam mencari pelayanan kesehatan keluarga ini biasanya menggunakan Puskesmas dan hal ini mudah dijangkau karena letaknya dekat

_

Kesimpulan yang didapat : Keluarga tidak memiliki permasalahan dalam sosial,

cultural,, religius, ekonomi, edukasi, maupun medical.

Page 15: Kadek Home Visit

15

D. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Alamat lengkap : Menyanggong, Kletek no 266

Bentuk keluarga : Nuclear / Extended Family

Diagram 1. Genogram Keluarga Tn.D, dibuat

Dibuat tanggal 10 Juni 2015

Keterangan : Penderita (Tn. Djoko)

Sumber : Data Primer, 27 februari 2014

Page 16: Kadek Home Visit

16

E. Informasi Pola Interaksi Keluarga

Keluarga

Hubungan antara Tn. Djoko dengan istri, cucu dan anaknya sangat dekat. Dalam

keluarga ini jarang terjadi konflik atau hubungan buruk antar anggota keluarga.

F. Pertanyaan Sirkuler

1. Ketika penderita jatuh sakit apa yang harus dilakukan oleh istri?

Jawab :

Istri merawat penderita dan menyiapkan kebutuhan penderita.

2. Ketika istri bertindak seperti itu apa yang dilakukan anak?

Jawab :

Anak mendukung dan membantu penderita

3. Kalau butuh dirawat/operasi ijin siapa yang dibutuhkan?

Jawab :

Keputusan bisa diambil oleh anak penderita

4. Siapa anggota keluarga yang terdekat dengan penderita?

istri

cucumenantu

anak

Tn. Djoko

Page 17: Kadek Home Visit

17

Jawab :

Anggota keluarga yang dekat dengan penderita adalah istri.

5. Selanjutnya siapa?

Jawab :

Selanjutnya adalah anak pertama.

6. Siapa yang secara emosional jauh dari penderita?

Jawab :

Tidak ada, karena penderita selalu menjaga komunikasi dengan istri dan anak -

anaknya

7. Siapa yang selalu tidak setuju dengan penderita?

Jawab :

Tidak ada, karena penderita adalah ayah, jadi istri dan anaknya menghormati dan

menghargai semua keputusan yang diambil penderita.

8. Siapa yang biasanya tidak setuju dengan anggota keluarga lainnya?

Jawab :

Tidak ada, karena keputusan apapun yang di ambil sudah kesepakatan bersama

Page 18: Kadek Home Visit

18

BAB III

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KESEHATAN

A. Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga

1. Faktor Perilaku Keluarga

Tn. D adalah seorang suami dan ayah dari 3 anak. Sejak berhenti bekerja,

penderita hanya berada di rumah, bersantai, dan bercengkrama dengan kedua

cucunya

Lingkungan di dalam rumah Penderita cukup tertata dengan rapi . Penderita

sehari-hari bersantai di rumah ditemani oleh istrinya setiap pagi, siang hari

penderita beristirahat dan sore hari berkumpul bersama di ruang keluarga sambil

menonton tv bersama cucunya.

Keluarga ini memiliki jamban sendiri di dalam rumahnya dan untuk kegiatan

mencuci dan mandi keluarga ini menggunakan air dari sumur yang ada di rumah.

2. Faktor Non Perilaku

Dari segi perekonomian, keluarga ini termasuk keluarga yang cukup.

Keluarga ini memiliki sumber penghasilan yaitu dari penghasilan anak pertamanya

yang bekerja di perusahaan swasta.

Rumah yang dihuni keluarga ini cukup memadai karena memiliki satu ruang

tamu yang sekaligus sebagai ruang keluarga dan ruang tv, tiga kamar tidur, ruang

makan, dapur dan kamar mandi beserta jamban sendiri.

B. Identifikasi Lingkungan Rumah

Page 19: Kadek Home Visit

KAMAR 1

KAMAR 2

KAMAR PASIENKAMAR MANDI

SUMUR

DAPUR

RUANG TAMU

MEJA MAKAN

8 METER

20 METER

19

Gambaran Lingkungan

Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran 20 x 8 m2 berdempetan

dengan rumah tetangganya di sebelah kanan dan sebelah kirinya terdapat gang dengan

lebar 2 meter. Memiliki teras di depan rumahnya namun tidak terdapat pagar. Terdiri

dari ruang tamu, kamar tidur, ruang makan, dapur dan kamar mandi yang memilki

fasilitas jamban. Memiliki 1 pintu keluar yaitu pintu depan dan jendela d bagian depan

setra di masing masing kamar. Lantai rumah sudah berkeramik. Ventilasi dan

penerangan rumah sudah cukup. Atap rumah tersusun dari genteng. Dinding rumah

terbuat dari batubata dan dicat. Perabotan rumah tangga cukup banyak. Sumber air untuk

kebutuhan sehari-harinya keluarga ini menggunakan sumur. Secara keseluruhan

kebersihan rumah cukup. Sehari-hari keluarga memasak menggunakan kompor gas dan

mencucci pakaian dengan menggunakan mesin cuci..

Denah Rumah :22

Page 20: Kadek Home Visit

20

BAB IV

DAFTAR MASALAH

1. Masalah aktif :

a. Decompensatio Cordis Functional Class II

b. Hipertensi Grade II

2. Faktor resiko :

a. Faktor genetik

DIAGRAM PERMASALAHAN PENDERITA

(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada dengan faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan Penderita)

PENDERITA

HIPERTENSI

DECOMPENSATIO CORDIS

GENETIK

Page 21: Kadek Home Visit

21

BAB V

PATIENT MANAGEMENT

A. PATIENT CENTERED MANAGEMENT

1. Suport Psikologis

Penderita memerlukan dukungan dari semua anggota keluarga dan dokter

yang merawatnya, misalnya dengan cara memperhatikan berbagai permasalahan

penderita dan memberikan solusinya, disamping tetap memperhatikan kondisi

kesehatan penderita itu sendiri dengan rutin mengajak penderita untuk kontrol di

puskesmas terdekat.

Penderita juga diarahkan untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan

dengan rajin ibadah, berdoa.

2. Penjelasan, Basic Konseling dan Pendidikan Penderita

Memberikan informasi kepada Penderita dan anggota keluarganya tentang

penyakit yang diderita Tn.D secara menyeluruh, dari pencegahan, pengobatan dan

memulihkan kondisinya.

Penderita harus diberi pengertian tentang pentingnya pengobatan secara

rutin agar bisa terkontrol dan tidak menimbulkan komplikasi lebih lanjut.

3. Pengobatan

Medika mentosa dan non medikamentosa seperti yang tertera dalam

penatalaksanaan.

4. Pencegahan dan Promosi Kesehatan

Pencegahan dan promosi kesehatan sangatlah berperan dalam mencegah

meningkatnya derajat keparahan penyakit dan komplikasi yang mungkin timbul

akibat penyakitnya. Dapat berupa perubahan tingkah laku yaitu pola makan yang

rendah garam dan beristirahat secara cukup.

.

Page 22: Kadek Home Visit

22

BAB VI

TINJAUAN PUSTAKA

A. DECOMPENSATIO CORDIS

1. Definisi

Gagal jantung kongestif (decompensasi cordis) adalah ketidakmampuan

jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi

kebutuhan jaringan terhadp oksigen dan nutrient (Dickstein, 2008).

Decompensasi cordis adalah suatu keadaan patofisiologi adanya kelainan

fungsi jantung berakibat jantung gagal memompakan darah untuk memenuhi

kebutuhan metabolisme jaringan dan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai

peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri (Hunt SA, 2005).

Berdasarkan definisi patofisiologik gagal jantung (decompensatio cordis)

atau dalam bahasa inggris Heart Failure adalah ketidakmampuan jantung untuk

memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan pada saat istirahat atau kerja ringan. Hal

tersebut akan menyebabkan respon sistemik khusus yang bersifat patologik (sistem

saraf, hormonal, ginjal, dan lainnya) serta adanya tanda dan gejala yang khas

(Fathoni, 2007).

Jadi gagal jantung adalah suatu kegagalan pemompaan (di mana cardiac

output tidak mencukupi kebutuhan metabolik tubuh) sedangkan tekanan pengisian ke

dalam jantung masih cukup tinggi, mekanisme yang mendasar tentang gagal jantung

termasuk kerusakan sifat kontraktilitas  jantung yang berkurang dan vetrikel tidak

mampu memompa keluar darah sebanyak yang masuk selama diastole. Hal ini

menyebabkan volume diastolic  akhir ventrikel secara progresif bertambah. Hal yang

terjadi sebagai akibat akhir dari gangguan jantung ini adalah jantung tidak dapat

mencukupi kebutuhan oksigen pada sebagi organ.

2. Klasifikasi

a. Decompensasi cordis kiri/gagal jantung kiri

Dengan berkurangnya curah jantung pada gagal jantung mengakibatkan pada

akhir sistol terdapat sisa darah yang lebih banyak dari keadaan keadaan normal

sehingga pada masa diastol berikutnya akan bertambah lagi mengakibatkan

Page 23: Kadek Home Visit

23

tekanan distol semakin tinggi, makin lama terjadi bendungan didaerah natrium

kiri berakibat tejadi peningkatan tekanan dari batas normal pada atrium kiri

(normal 10-12 mmHg) dan diikuti pula peninggian tekanan vena pembuluh

pulmonalis dan pebuluh darah kapiler di paru, karena ventrikel kanan masih

sehat memompa darah terus dalam atrium dalam jumlah yang sesuai dalam

waktu cepat tekanan hodrostatik dalam kapiler paru-paru akan menjadi tinggi

sehingga melampui 18 mmHg dan terjadi transudasi cairan dari pembuluh kapiler

paru-paru.

Pada saat peningkatan tekanan arteri pulmonalis dan arteri bronkhialis, terjadi

transudasi cairanin tertisiel bronkus mengakibatkan edema aliran udara menjadi

terganggu biasanya ditemukan adanya bunyi eksspirasi dan menjadi lebih

panjang yang lebih dikenal asma kardial fase permulaan pada gagal jantung, bila

tekanan di kapiler makin meninggi cairan transudasi makin bertambah akan

keluar dari saluran limfatik karena ketidaka mampuan limfatik untuk,

menampungnya (>25 mmHg) sehingga akan tertahan dijaringan intertissiel paru-

paru yang makain lama akan menggangu alveoli sebagai tempat pertukaran udara

mengakibatkan udema paru disertai sesak dan makin lama menjadi syok yang

lebih dikenal dengan syak cardiogenik diatandai dengan tekanan diatol menjadi

lemah dan rendah serta perfusi menjadi sangat kurang berakibat terdi asidosis

otot-otot jantung yang berakibat kematian.

Gagalnya kkhususnya pada ventrikel kiri untuk memompakan darah yang

mengandung oksigen tubuh yang berakibat dua antara lain:

Tanda-tanda dan gejela penurunan cardiak output seperit dyspnoe de

effort (sesak nafas pada akktivitas fisik, ortopnoe (sesak nafas pada saat

berbaring dan dapat dikurangi pada saat duduk atau berdiri.kemudian

dispnue noktural paroksimalis (sesak nafas pada malam hari atau sesak

pada saat terbangun)

 Dan kongesti paru seperti menurunnya tonus simpatis, darah balik yang

bertambah, penurunan pada pusat pernafasan, edema paru, takikakrdia,

Page 24: Kadek Home Visit

24

Disfungsi diastolik, dimana ketidakmampuan relaksasi distolik dini

( proses aktif yang tergantung pada energi ) dan kekakuan dindiing

ventrikel

b. Decompensasi cordis kanan

Kegagalan venrikel kanan akibat bilik ini tidak mampu memeompa melawan

tekanan yang naik pada sirkulasi pada paru-paru, berakibat membaliknya

kembali kedalam sirkulasi sistemik, peningkatan volume vena dan tekanan

mendorong cairan keintertisiel masuk kedalam(edema perier).Kegagalan ini

akibat jantung kanan tidak dapat khususnya ventrikel kanan tidak bisa

berkontraksi dengan optimal, terjadi bendungan diatrium kanan dan venakapa

superior dan inferiordan tampak gejal yang ada adalah udemaperifer,

hepatomegali, splenomegali, dan tampak nyata penurunan tekanan darah yang

cepat., hal ini akibaat vetrikel kanan pada saat sisitol tidak mampu mempu darah

keluar sehingga saat berikutnya tekanan akhir diatolik ventrikel kanan makin

meningkat demikin pula mengakibatkan tekanan dalam atrium meninggi diikuti

oleh bendungan darah vena kava supperior dan vena kava inferior serta selruh

sistem vena tampak gejal klinis adalah erjadinya bendungan vena jugularis

eksterna, bven hepatika (tejadi hepatomegali, vena lienalis (splenomegali) dan

bendungan-bedungan pada pada ena-vena perifer. Dan apabila tekanan hidristik

pada di pembuluh kapiler meningkat melampui takanan osmotik plasma maka

terjadinya edema perifer.

Diagnosis Gagal Jantung Kongestif (Kriteria Framingham) Kriteria mayor 1. Dispnea nokturnal paroksismal atau ortopnea 2. Peningkatan tekanan vena jugularis 3. Ronki basah tidak nyaring 4. Kardiomegali 5. Edema paru akut 6. Gallop S3

7. peningkatan tekanan vena >16 cm H2O 8. Refluks hepatojugular

Page 25: Kadek Home Visit

25

Kriteria Minor 1. Edema ekstremitas bawah 2. Batuk malam hari 3. Dyspnea d’effort 4. Hepatomegali 5. Efusi pleura 6. Kapasitas vital berkurang menjadi 1/3 maksimum 7. Takikardi ( nadi >120x/menit) Kriteria mayor atau minor Penurunan berat badan >4,5 kg dalam 5 hari setelah terapiDiagnosis ditegakkan dari 2 kriteria mayor; atau 1 kriteria mayor dan 2 kriteria minor harus ada pada saat yang bersamaan.

Pada gagal jantung kongestif terjadi manifestasi gabungan gagal jantung kiri dan

kanan. New York Heart Association (NYHA) membuat klasifikasi fungsional dalam

4 kelas :

1) Kelas 1; Bila pasien dapat melakukan aktivitas berat tanpa keluhan.

2) Kelas 2; Bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas lebih berat dari aktivitas

sehari hari tanpa keluhan

3)  Kelas 3; Bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas sehari hari tanpa

keluhan.

4) Kelas 4; Bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktivits apapun dan

harus tirah baring.

3. Etiologi

Mekanisme fisiologis yang menyebabkan timbulnya dekompensasi kordis

adalah keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal, beban akhir atau yang

menurunkan kontraktilitasmiokardium. Keadaan yang meningkatkan beban awal

seperti regurgitasi aorta, dan cacat septumventrikel. Beban akhir meningkat pada

keadaan dimana terjadi stenosis aorta atau hipertensi sistemik. Kontraktilitas

Page 26: Kadek Home Visit

26

miokardium dapat menurun pada infark miokard atau kardiomyopati. Faktor lain

yang dapat menyebabkan jantung gagal sebagai pompa adalah gangguan pengisisan

ventrikel ( stenosis katup atrioventrikuler ), gangguan pada pengisian dan ejeksi

ventrikel (perikarditis konstriktif dan temponade jantung). Dari seluruh penyebab

tersebut diduga yang paling mungkin terjadi adalah pada setiap kondisi tersebut

mengakibatkan pada gangguan penghantaran kalsium di dalam sarkomer, atau di

dalam sistesis atau fungsi protein kontraktil. ( Purwaningtyas, 2007).

Penyebab gagal jantung digolongkan menurut apakah gagal jantung tersebut

menimbulkan gagal yang dominan sisi kiri atau dominan sisi kanan. Dominan sisi

kiri : penyakit jantung iskemik, penyakit jantung hipertensif, penyakit katup aorta,

penyakit katup mitral, miokarditis, kardiomiopati, amiloidosis jantung, keadaan

curah tinggi ( tirotoksikosis, anemia, fistula arteriovenosa). Dominan sisi kanan :

gagal jantung kiri, penyakit paru kronis, stenosis katup pulmonal, penyakit katup

trikuspid, penyakit jantung kongenital (VSD, PDA), hipertensi pulmonal, emboli

pulmonal masif. (Chandrasoma, 2006).

Gagal jantung dapat disebabkan oleh banyak hal. Secara epidemiologi cukup

penting untung mengetahui penyebab dari gagal jantung, di Negara berkembang

penyakit arteri koroner dan hipertensi merupakan penyebab terbanyak sedangkan di

negara berkembang yang menjadi penyebab terbanyak adalah penyakit jantung katup

dan penyakit jantung akibat malnutrisi.4 Pada beberapa keadaan sangat sulit untuk

menentukan penyebab dari gagal jantung. Terutama pada keadaan yang terjadi

bersamaan pada penderita. Penyakit jantung koroner pada Framingham Study

dikatakan sebagai penyebab gagal jantung pada 46% laki-laki dan 27% pada

wanita.4 Faktor risiko koroner seperti diabetes dan merokok juga merupakan faktor

yang dapat berpengaruh pada perkembangan dari gagal jantung. Selain itu berat

badan serta tingginya rasio kolesterol total dengan kolesterol HDL juga dikatakan

sebagai faktor risikoindependen perkembangan gagal jantung.

Hipertensi telah dibuktikan meningkat-kan risiko terjadinya gagal jantung

pada beberapa penelitian. Hipertensi dapat menyebabkan gagal jantung melalui

beberapa mekanisme, termasuk hipertrofi ventrikel kiri. Hipertensi ventrikel kiri

dikaitkan dengan disfungsi ventrikel kiri sistolik dan diastolik dan meningkatkan

Page 27: Kadek Home Visit

27

risiko terjadinya infark miokard, serta memudahkan untuk terjadinya aritmia baik itu

aritmia atrial maupun aritmia ventrikel. Ekokardiografi yang menunjukkan hipertrofi

ventrikel kiri berhubungan kuat dengan perkembangan gagal jantung.4

Kardiomiopati didefinisikan sebagai penyakit pada otot jantung yang bukan

disebabkan oleh penyakit koroner, hipertensi, maupun penyakit jantung kongenital,

katup ataupun penyakit pada perikardial. Kardiomiopati dibedakan menjadi empat

kategori fungsional : dilatasi (kongestif), hipertrofik, restriktif dan obliterasi.

Kardiomiopati dilatasi merupakan penyakit otot jantung dimana terjadi dilatasi

abnormal pada ventrikel kiri dengan atau tanpa dilatasi ventrikel kanan.

Penyebabnya antara lain miokarditis virus, penyakit pada jaringan ikat seperti SLE,

sindrom Churg-Strauss dan poliarteritis nodosa.

Kardiomiopati hipertrofik dapat merupakan penyakit keturunan (autosomal

dominan) meski secara sporadik masih memungkinkan. Ditandai dengan adanya

kelainan pada serabut miokard dengan gambaran khas hipertrofi septum yang

asimetris yang berhubungan dengan obstruksi outflow aorta (kardiomiopati

hipertrofik obstruktif). Kardiomiopati restriktif ditandai dengan kekakuan

serta compliance ventrikel yang buruk, tidak membesar dandihubungkan dengan

kelainan fungsi diastolic(relaksasi) yang menghambat pengisian ventrikel.4,5

Penyakit katup sering disebabkan oleh penyakit jantung rematik, walaupun saat ini

sudah mulai berkurang kejadiannya di negara maju. Penyebab utama terjadinya gagal

jantung adalah regurgitasi mitral dan stenosis aorta. Regusitasi mitral (dan

regurgitasi aorta) menyebabkan kelebihan beban volume (peningkatan preload)

sedangkan stenosis aorta menimbulkan beban tekanan (peningkatan afterload).

Aritmia sering ditemukan pada pasien dengan gagal jantung dan dihubungkan

dengan kelainan struktural termasuk hipertofi ventrikel kiri pada penderita

hipertensi. Atrial fibrilasi dan gagal jantung seringkali timbul bersamaan. Alkohol

dapat berefek secara langsung pada jantung, menimbulkan gagal jantung akut

maupun gagal jantung akibat aritmia (tersering atrial fibrilasi). Konsumsi alkohol

yang berlebihan dapat menyebabkan kardiomiopati dilatasi (penyakit otot jantung

alkoholik). Alkohol menyebabkan gagal jantung 2 – 3% dari kasus. Alkohol juga

dapat menyebabkan gangguan nutrisi dan defisiensi tiamin. Obat – obatan juga dapat

Page 28: Kadek Home Visit

28

menyebabkan gagal jantung. Obat kemoterapi seperti doxorubicin dan obat antivirus

seperti zidofudin juga dapat menyebabkan gagal jantung akibat efek toksik langsung

terhadap otot jantung. (Santosa, A 2007)

4. Manifestasi Klinik

Dampak dari cardiac output dan kongesti yang terjadi sisitem vena atau sistem

pulmonal antara lain :

Lelah

Angina

 Cemas

Oliguri.

Penurunan aktifitas GI

Kulit dingin dan pucat

Tanda dan gejala yang disebakan oleh kongesti balik dari ventrikel kiri, antara lain :

Dyspnea

Batuk

Orthopea

Reles paru

 Hasil x-ray memperlihatkan kongesti paru.

Tanda-tanda dan gejala kongesti balik ventrikel kanan :

Edema perifer

 Distensi vena leher

Hati membesar

Peningkatan central venous pressure (CPV)

5. Pemeriksaan Diagnostik

a. EKG : Hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia san

kerusakan pola mungkin terlihat. Disritmia mis : takhikardi, fibrilasi atrial.

Kenaikan segmen ST/T persisten 6 minggu atau lebih setelah imfark miokard

menunjukkan adanya aneurime ventricular.

b. Sonogram : Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam

fungsi/struktur katub atau penurunan kontraktilitas ventricular.

Page 29: Kadek Home Visit

29

c. Scan jantung : Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan pergerakan

dinding.

d. Pemeriksaan laboratorium

Darah

Hemoglobin dan eritrosit menurun sedikit karena hemodilusi. Kadar

hemoglobin di bawah 5% sewaktu-waktu dapat menimbulkan gagal jantung,

setidaknya keadaan anemi akan menyebabkan bertambahnya beban jantung.

Jumlah leukosit dapat meninggi; bila sangat meninggi mungkin terdapat

superinfeksi, endokarditis atau sepsis yang akan memberatkan jantung. Laju

endap darah (LED) biasanya menurun, bila gagal jantung dapat diatasi tapi

infeksi atau karditis masih aktif ada maka LED akan meningkat. Kadar

natrium dalam darah sedikit menurun walaupun natrium total bertambah.

Keadaan asam basa tergantung pada keadaan metabolisme, masukan kalori,

keadaan paru, besarnya shunt dan fungsi ginjal.

Urine

Jumlah pengeluaran urine berkurang, berat jenis meninggi, terdapat

albuminuria sementara. 

e. Kateterisasi jantung : Tekanan bnormal merupakan indikasi dan membantu

membedakan gagal jantung sisi kanan verus sisi kiri, dan stenosi katup atau

insufisiensi, Juga mengkaji potensi arteri kororner. Zat kontras disuntikkan

kedalam ventrikel menunjukkan ukuran bnormal dan ejeksi fraksi/perubahan

kontrktilitas. (Wilson, 2006)

f. Foto thorak dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung, edema atau efusi

fleura yang menegaskan diagnisa CHF.

g. EKG dapat mengungkapkan adanya takikardi, hipertrofi bilik jantung dan

iskemik (jika disebabkan oleh AMI)

h. Elektrolit serum yang mengungkapkan kadar natrium yang rendah sehingga hasil

hemodilusi darah dari adanya kelebihan retensi air.

Page 30: Kadek Home Visit

30

6. Penatalaksanaan

a. Perawatan

Tirah baring/bedrest

Kerja jantung dalam keadaan decompensasi harus benar-benar dikurangi

dengan bederest, mengingat konsumsi oksigen yang relatif meningkat.

 Pemberian oksigen.

Pemberian oksigen secara rumat biasanya diperlukan 2 liter/menit dalam

keadaan sianosis sekali dapat lebih tinggi.

Diet.

Umumnya diberikan makanan lunak dengan rendah (pembatasan)

garam. Jumlah kalori sesuai kebutuhan, pasien dengan gizi kurang diberi

makanan tinggi kalori tinggi protein. Cairan diberikan 80-100 ml/kgBB/hari.

b. Pengobatan medic

Digitalisasi: Digitalis akan memperbaiki kerja jantung dengan memperlambat

dan memperkuat kontraksi jantung serta meninggikan curah jantung.

Dosis digitalis :

1. Digoksin oral untuk digitalisasi cepat 0,5 – 2 mg dalam 4 – 6 dosis

selama 24 jam dan dilanjutkan 2 x 0,5 mg selama 2 – 4 hari.

2. Cedilanid IV 1,2 – 1, 6 mg dalam 24 jam.

Dosis penunjang untuk gagal jantung :

Digoksin 0,25 mg sehari untuk pasien usia lanjut dan gagal ginjal dosis

disesuaikan.Dosis penunjang digoksin untuk fibrilasi atrium 0,25 mg.

Diuretik : Diuresis dapat mengurangi beban awal (preload), tekanan

pengisian yang berlebihan dan secara umum untuk mengatasi retensi cairan

yang berlebihan. Yang digunakan : furosemid 40 – 80 mg. pemberian dosis

penunjang bergantung pada respon, rata-rata 20 mg sehari.

Vasodilator : Obat vasodilator menurunkan tekanan akhir diastolic ventrikel

kiri dan menghilangkan bendungan paru serta beban kerja jantung jadi

berkurang.Preparat vasodilator yang digunakan :Nitrogliserin 0,4 – 0,6 mg

sublingual atau 0,2 – 2 mg/kgBB/menit IVNitroprusid 0,5 – 1

mg/kgBB/menit IV

Page 31: Kadek Home Visit

31

Pengobatan penunjang lainnya bersifat simptomatik

Jika terjadi anemia, maka harus ditanggulangi dengan pemberian sulfa

ferosus, atau tranfusi darah jika anemia berat.Jika terdapat infeksi sistemik

berikan antibiotikUntuk penderita gagal jantung anak-anak yang gelisah,

dapat diberikan penenang; luminal dan morfin dianjurkan terutama pada anak

yang gelisah.

Operatif (Sugeng, 2003)

Page 32: Kadek Home Visit

32

BAB VII

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Segi Biologis :

Tn.D 57 tahun, menderita penyakit Decompensatio Cordis Functional Class II

dan Hipertensi Grade II

2. Segi Fisik : Rumah dan lingkungan sekitar keluarga Tn.D sehat.

3. Segi Psikologis :

Hubungan antara anggota keluarga dan masyarakat tergolong baik

Pengetahuan tentang penyakit jantung dah hipertensi masih kurang

Tingkat kepatuhan dalam menjaga pola makan dan melakukan aktifitas fisik

secara rutin cukup baik

4. Segi Sosial : faktor ekonomi sudah mencukupi

B. SARAN

1. Untuk masalah medis dilakukan langkah-langkah :

Preventif : menjaga pola makan dengan diet rendah garam, melakukan

aktivitas fisik secukupnya, istirahat yang cukup, dan kontrol yang rutin.

Promotif : edukasi penderita dan keluarga mengenai penyakit jantung

dan hipertensi dan pengobatannya oleh petugas kesehatan atau dokter yang

menangani.

Kuratif : saat ini penderita memasuki pengobatan fase lanjutan,

Rehabilitatif : memberi dukungan penuh kepada Tn.E agar selalu semangat

dalam menjalani kehidupan sehari-hari sehingga tidak rendah diri akibat

penyakitnya

Page 33: Kadek Home Visit

33

BAB VII

DAFTAR PUSTAKA

Barita, S, 2003. Buku ajar kardiologi edisi 3. Jakarta. Balai penerbit FKUI.

Chandrasoma dan Taylor. 2006. Ringkasan Patologi Anatomi. Ed: ke-2. Jakarta :EGC.

Dickstein, K, Alain and Gerasimos et al. 2008. ESC Guildlines for the diagnosis and

treatment of acute and cronic hearth failure. European Journal Of Heart Failure.

http://www.European Heart Journal.com/2015/Wasyanto, 2005 Wasyanto, 2005.

Penyakit Degeneratif. Diakses tanggal 1 Juni 2015. http://www.medika.com/2015/

Fathoni, 2007). Fathoni, Mochammad. 2007. Heart Failure Pathophysiologi and

Management.Dalam : CatKul IPD Jantung. Surakarta : Forrinsik 04

FKUNS

Hunt SA et al, 2005. Guideline update for the diagnosis and management of chronic heart

failure in the adult. European Journal Of Heart Failure. http://www.European

Heart Journal.com/

Kenenth D. 2008. ESC Guildlines for the diagnosis and treathment of acute and cronic heart

failure. Eropean Journal Of Heart Failure, 933-989

Mansjoer A, Suprohaita, Wardani WI, Setiowulan W. Kapita Selekta Kedokteran Jilid-2.

Jakarta : Media Aesculapius FKUI. 2000.

Price dan Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed: Ke-

6. Jakarta: EGC.

Purwaningtyas, Niniek. 2007. Gagal Jantung (Decompensatio

Cordis). Dalam :Cardiology After Mid. Surakarta : Filamen 05 FKUNS

Santosa, A 2007 Nugroho, HS. 2009. Heart Failure Pathophysiologi and

Management. Surakarta: Slide Kuliah Blok Kardiovaskuler Angkatan 2007

FKUNS.

Sugeng dan Sitompul. 2003. Gagal Jantung. Dalam : Buku Ajar Kardiologi.Jakarta :

Balai Penerbit FKUI.

Page 34: Kadek Home Visit

34

LAMPIRAN FOTO

Ruang TV dan Ruang Tamu

Page 35: Kadek Home Visit

35

Ruang Makan Kamar Tn. Djoko

Kamar Anak ke-2 Kamar Anak ke-1, istri dan cucu

Dapur Kamar Mandi

Page 36: Kadek Home Visit

36

Sumur

Foto bersama Keluarga TN. Djoko