BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu faktor yang penting dalam terlaksananya kegiatan perusahaan. Setiap karyawan akan bekerja secara maksimal apabila terdapat jaminan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja karyawan. Adapun pengertian dari keselamatan dan kesehatan kerja itu sendiri menurut para ahli adalah sebagai berikut : Menurut Bennett N.B. Silalahi dan Rumondang (1991:22 dan 139) menyatakan : ”Keselamatan merupakan suatu usaha untuk mencegah setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan. Sedangkan kesehatan kerja yaitu terhindarnya daru penyakit yang mungkin akan timbul setelah memulai pekerjaannya”. Setiap aktivitas yang melibatkan faktor manusia, mesin dan bahan serta melalui tahap-tahap proses memiliki risiko bahaya dengan tingkat risiko yang berbeda-beda yang memungkinkan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja tersebut disebabkan karena adanya sumber-sumber bahaya akibat dari aktivitas kerja di tempat kerja. Tenaga kerja merupakan aset perusahaan yang sangat penting dalam proses produksi, sehingga perlu diupayakan agar tingkat kesehatan tenaga kerja selalu dalam keadaan optimal. Kecelakaan kerja dapat terjadi sewaktu-waktu
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu faktor yang penting dalam
terlaksananya kegiatan perusahaan. Setiap karyawan akan bekerja secara maksimal apabila
terdapat jaminan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja karyawan. Adapun pengertian
dari keselamatan dan kesehatan kerja itu sendiri menurut para ahli adalah sebagai berikut :
Menurut Bennett N.B. Silalahi dan Rumondang (1991:22 dan 139) menyatakan :
”Keselamatan merupakan suatu usaha untuk mencegah setiap perbuatan atau kondisi tidak
selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan. Sedangkan kesehatan kerja yaitu
terhindarnya daru penyakit yang mungkin akan timbul setelah memulai pekerjaannya”.
Setiap aktivitas yang melibatkan faktor manusia, mesin dan bahan serta melalui tahap-
tahap proses memiliki risiko bahaya dengan tingkat risiko yang berbeda-beda yang
memungkinkan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Risiko kecelakaan dan
penyakit akibat kerja tersebut disebabkan karena adanya sumber-sumber bahaya akibat dari
aktivitas kerja di tempat kerja. Tenaga kerja merupakan aset perusahaan yang sangat
penting dalam proses produksi, sehingga perlu diupayakan agar tingkat kesehatan tenaga
kerja selalu dalam keadaan optimal. Kecelakaan kerja dapat terjadi sewaktu-waktu dan
tidak terduga. Setiap tempat kerja terdapat berbagai macam kondisi yang tidak pernah
luput dari risiko bahaya.
Rumah sakit merupakan tempat kerja yang unik dan kompleks untuk menyediakan
pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Semakin luas pelayanan kesehatan dan fungsi rumah
sakit tersebut, maka akan semakin komplek peralatan dan fasilitas yang dibutuhkan.
Kerumitan tersebut menyebabkan rumah sakit mempunyai potensi bahaya yang sangat
besar, tidak hanya bagi pasien dan tenaga medis, tetapi juga pengunjung rumah sakit.
Potensi bahaya di RS, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi bahaya-bahaya
lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di RS, yaitu kecelakaan (peledakan,
kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik, dan sumber-sumber
cidera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia yang berbahaya, gas-gas anastesi, gangguan
psikososial dan ergonomi.
RSIA Kendangsari Surabaya menerapkan upaya-upaya K3, agar penyelenggaraan K3
lebih efektif, efisien dan terpadu, diperlukan sebuah pedoman manajemen K3 di RS, baik
bagi pengelola maupun karyawan RS. Penyelangaraan K3 dapat menciptakan lingkungan
kerja di RSIA Kendangsari Surabaya dengan nyaman dan aman bagi seluruh dokter, staf
dan karyawan.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bahaya keselamatan kerja apa saja yang mungkin ditemui di RSIA Kendangsari
Surabaya?
2. Bagaimana bentuk manajemen kesehatan dan keselamatan kerja di RSIA
Kendangsari Surabaya?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui bahaya keselamatan kerja yang mungkin ditemui di RSIA
Kendangsari Surabaya.
2. Mengetahui bentuk manajemen kesehatan dan keselamatan kerja di RSIA
Kendangsari Surabaya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, Pasal 23
dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus diselenggarakan di
semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya kesehatan,
mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang. Maka
Rumah Sakit (RS) juga termasuk dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman
bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya terhadap para pelaku
langsung yang bekerja di RS, tapi juga terhadap pasien maupun pengunjung RS.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah
suatu kondisi kerja yang terbebas dari ancaman bahaya yang mengganggu proses aktivitas
dan mengakibatkan terjadinya cedera, penyakit, kerusakan harta benda, serta gangguan
lingkungan. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan peralatan
pada tempat kerja pada lingkungan, serta cara-cara melakukan pekerjaan. Tujuan adanya
keselamatan kerja adalah :
a. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melaksanakan pekerjaan.
b. Menjamin keselamatan setiap orang yang ditempat kerja.
c. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisiensi.
Pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam
usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi baik
jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan setelah Indonesia merdeka
menimbulkan konsekuensi meningkatkan intensitas kerja yang mengakibatkan pula
meningkatnya resiko kecelakaan di lingkungan kerja.
Segala hal yang menyangkut penyelenggaraan K3 di rumah sakit diatur di dalam
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 432 tentang Pedoman Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) di Rumah Sakit termasuk pengertian dan ruang lingkup kesehatan dan
keselamatan kerja di Rumah Sakit.
a. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja
1. Kesehatan Kerja Menurut WHO / ILO (1995)
Kesehatan kerja bertujuan untuk peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan
fisik, mental, dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jenis pekerjaan,
pencegahan terhadap gangguan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan;
perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang merugikan
kesehatan; dan penempatan serta pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang
disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan psikologisnya. Secara ringkas merupakan
penyesuaian pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada pekerjaan atau
jabatannya.
2. Kesehatan dan keselamatan kerja
Upaya untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan
para pekerja/buruh dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja,
pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan, dan rehabilitasi.
3. Konsep Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit adalah upaya
terpadu seluruh pekerja rumah sakit, pasien, pengunjung/pengantar orang sakit untuk
menciptakan lingkungan kerja, tempat kerja rumah sakit yang sehat, aman dan nyaman
baik bagi pekerja rumah sakit, pasien, pengunjung/pengantar orang sakit, maupun bagi
masyarakat dan lingkungan sekitar rumah sakit.
b. Ruang Lingkup
1. Prinsip, Kebijakan Pelaksanaan dan Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Rumah Sakit (K3RS)
a) Prinsip K3RS
Agar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3RS) dapat dipahami secara
utuh, perlu diketahui pengertian 3 komponen yang saling berinteraksi, yaitu :
(1) Kapasitas kerja adalah status kesehtan kerja dan gizi kerja yang baik serta
kemampuan fisik yang prima setiap pekerja agar dapat melakukan pekerjaannya dengan
baik.
(2) Beban kerja adalah beban fisik dan mental yang harus ditanggung oleh pekerja
dalam melaksankan tugasnya.
(3) Lingkungan kerja adalah lingkungan terdekat dari seorang pekerja
b) Program K3RS
Program K3 di rumah sakit bertujuan untuk melindungi keselamatan dan kesehatan
serta meningkatkan produktifitas pekerja, melindungi keselamatan pasien, pengunjung, dan
masyarakat serta lingkungan sekitar Rumah Sakit. Kinerja setiap petugas petugas
kesehatan dan non kesehatan merupakan resultante dari tiga komponen yaitu kapasitas
kerja, beban kerja, dan lingkungan kerja. Program K3RS yang harus diterapkan adalah :
(1) Pengembangan kebijakan K3RS
(2) Pembudayaan perilaku K3RS
(3) Pengembangan Sumber Daya Manusia K3RS
(4) Pengembangan Pedoman dan Standard Operational Procedure (SOP) K3RS
(5) Pemantauan dan evaluasi kesehatan lingkungan tempat kerja
(6) Pelayanan kesehatan kerja
(7) Pelayanan keselamatan kerja
(8) Pengembangan program pemeliharaan pengelolaan limbah padat, cair, gas
(9) Pengelolaan jasa, bahan beracun berbahaya dan barang berbahaya
(10) Pengembangan manajemen tanggap darurat
(11) Pengumpulan, pengolahan, dokumentasi data dan pelaporan kegiatan K3
(12) Review program tahunan
c) Kebijakan pelaksanaan K3
Rumah sakit merupakan tempat kerja yang padat karya, pakar, modal, dan teknologi,
namun keberadaan rumah sakit juga memiliki dampak negatif terhadap timbulnya penyakit
dan kecelakaan akibat kerja, bila rumah sakit tersebut tidak melaksanakan prosedur K3.
Oleh sebab itu perlu dilaksanakan kebijakan sebagai berikut :
(1) Membuat kebijakan tertulis dari pimpinan rumah sakit
(2) Menyediakan Organisasi K3 di Rumah Sakit sesuai dengan Kepmenkes Nomor
432/Menkes/SK/IV/2007 tentang Pedoman Manajemen K3 di Rumah Sakit
(3) Melakukan sosialisasi K3 di rumah sakit pada seluruh jajaran rumah sakit
(4) Membudayakan perilaku k3 di rumah sakit
(5) Meningkatkan SDM yang professional dalam bidang K3 di masing-masing unit
kerja di rumah sakit
(6) Meningkatkan Sistem Informasi K3 di rumah sakit
2. Standar Pelayanan K3 di Rumah Sakit
Pelayanan K3RS harus dilaksanakan secara terpadu melibatkan berbagai komponen
yang ada di rumah sakit. Pelayanan K3 di rumah sakit sampai saat ini dirasakan belum
maksimal. Hal ini dikarenakan masih banyak rumah sakit yang belum menerapkan Sistem
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan kerja (SMK3).
a. Standar Pelayanan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit
Setiap Rumah Sakit wajib melaksanakan pelayanan kesehatan kerja seperti tercantum
pada pasal 23 UU kesehatan no.36 tahun 2009 dan peraturan Menteri tenaga kerja dan
Transmigrasi RI No.03/men/1982 tentang pelayanan kesehatan kerja. Adapun bentuk
pelayanan kesehatan kerja yang perlu dilakukan, sebagai berikut:
(1) Melakukan pemeriksaan kesehatan sebekum kerja bagi pekerja
(2) Melakukan pendidikan dan penyuluhan/pelatihan tentang kesehatan kerja dan
memberikan bantuan kepada pekerja di rumah sakit dalam penyesuaian diri baik fisik
maupun mental terhadap pekerjanya.
(3) Melakukan pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus sesuai dengan pajanan
di rumah sakit
(4) Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan fisik
pekerja
(5) Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi pekerja yang
menderita sakit
(6) Melakukan pemeriksaan kesehatan khusus pada pekerja rumah sakit yang akan
pension atau pindah kerja
(7) Melakukan koordinasi dengan tim Panitia Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
mengenai penularan infeksi terhadap pekerja dan pasien
(8) Melaksanakan kegiatan surveilans kesehatan kerja
(9) Melaksanakan pemantauan lingkungan kerja dan ergonomi yang berkaitan dengan
kesehatan kerja (Pemantauan/pengukuran terhadap faktor fisik, kimia, biologi, psikososial,
dan ergonomi)
(10) Membuat evaluasi, pencatatan dan pelaporan kegiatan kesehatan kerja yang
disampaikan kepada Direktur Rumah Sakit dan Unit teknis terkait di wilayah kerja Rumah
Sakit
b. Standar pelayanan Keselamatan kerja di Rumah Sakit
Pada prinsipnya pelayanan keselamatan kerja berkaitan erat dengan sarana, prasarana,
dan peralatan kerja. Bentuk pelayanan keselamatan kerja yang dilakukan :
(1) Pembinaan dan pengawasan keselamatan/keamanan sarana, prasarana, dan
peralatan kesehatan
(2) Pembinaan dan pengawasan atau penyesuaian peralatan kerja terhadap pekerja
(3) Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja
(4) Pembinaan dan pengawasan terhadap sanitair
(5) Pembinaan dan pengawasan perlengkapan keselamatan kerja
(6) Pelatihan/penyuluhan keselamatan kerja untuk semua pekerja
(7) Member rekomendasi/masukan mengenai perencanaan, pembuatan tempat kerja
dan pemilihan alat serta pengadaannya terkait keselamatan/keamanan
(8) Membuat sistem pelaporan kejadian dan tindak lanjutnya
(9) Pembinaan dan pengawasan Manajemen Sistem Penanggulangan Kebakaran
(MSPK)
(10) Membuat evaluasi, pencatatan, dan pelaporan kegiatan pelayanan keselamatan
kerja yang disampaikan kepada Direktur Rumah Sakit dan Unit teknis terkait di wilayah
kerja kerja Rumah Sakit
3. Standar K3 Sarana, Prasarana, dan Peralatan di Rumah Sakit
Sarana didefinisikan sebagai segala sesuatu benda fisik yang dapat tervisualisasi oleh
mata maupun teraba panca indera dan dengan mudah dapat dikenali oleh pasien dan
umumnya merupakan bagian dari suatu bangunan gedung (pintu, lantai, dinding, tiang,
kolong gedung, jendela) ataupun bangunan itu sendiri. Sedangakan prasarana adalah
seluruh jaringan/instansi yang membuat suatu sarana bisa berfungsi sesuai dengan tujuan
yang diharapkan, antara lain: instalasi air bersih dan air kotor, instalasi listrik, gas medis,
komunikasi, dan pengkondisian udara, dan lain-lain.
4. Pengelolaan Jasa dan Barang Berbahaya
Barang Berbahaya dan Beracun (B3) adalah bahan yang karena sifat dan atau
konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau dapat membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya.
a) Kategori B3
Memancarkan radiasi, Mudah meledak, Mudah menyala atau terbakar, Oksidator,