Top Banner
 PRAKTIKUM ISYARAT DAN SISTEM LANJUT TOPIK 6 ALIH RAGAM LAPLACE  JAW ABAN SOAL PRAKTIKUM 1. a. F ungsi pinda h sis tem pe rtama dan k edua: b. Menggamb ar kut ub dan nol dari ma si ng-masing si stem dengan MATLAB: num1=[2!den1=[1 " 2 ! # koe$ pembilang dan pen%ebut &1 num2=[2!den2=[" 2! # koe$ pembilang dan pen%ebut &2 pole1=roots'den1(! # kutub &1 pole2=roots'den2(! # kutub &2 plot'real'pole1()imag'pole1()*+*(! # petakan kutub &1 grid on!a+is'[-" 1 -2 2(! ,gure! plot'real'pole2()imag'pole2()*+*(! # petakan kutub &2 grid on!a+is'[-2 2 -2 2(! )d. /0 sistem pertama memiliki tiga kemungkinan) %akni ) dan : /0 :   istem tidak mantap dan tidak kausal /0 : istem tidak mantap dan tidak kausal /0 : istem mantap dan kausal /0 sistem kedua memiliki dua kemungkinan ) %akni dan : /0 : istem tidak mantap dan tidak kausal /0 : istem mantap dan kausal 1
7

Jwb Prakt6 (1)

Nov 05, 2015

Download

Documents

ginflixa

praktikum isis
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

PRAKTIKUM ISYARAT DAN SISTEM LANJUTTOPIK 6ALIH RAGAM LAPLACEJAWABAN SOAL PRAKTIKUM

1.a.Fungsi pindah sistem pertama dan kedua:

b.Menggambar kutub dan nol dari masing-masing sistem dengan MATLAB:num1=[2];den1=[1 3 2]; % koef pembilang dan penyebut H1

num2=[2];den2=[3 2]; % koef pembilang dan penyebut H2

pole1=roots(den1); % kutub H1

pole2=roots(den2); % kutub H2

plot(real(pole1),imag(pole1),'x'); % petakan kutub H1

grid on;axis([-3 1 -2 2]);

figure;

plot(real(pole2),imag(pole2),'x'); % petakan kutub H2

grid on;axis([-2 2 -2 2]);

c,d.ROC sistem pertama memiliki tiga kemungkinan, yakni I, II dan III:

ROC I:

I II III

Sistem tidak mantap dan tidak kausal

ROC II:

Sistem tidak mantap dan tidak kausal

ROC III:

Sistem mantap dan kausal

ROC sistem kedua memiliki dua kemungkinan, yakni I dan II:

ROC I:

I

II

Sistem tidak mantap dan tidak kausal

ROC II:

Sistem mantap dan kausale.Jika kedua sistem disusun seri: X(s)

Y(s)

Fungsi pindah totalnya:

f.Jika kedua sistem disusun sejajar:

X(s)

Y(s)

Fungsi pindah totalnya:

2.Listing program bagian a s.d. f:zeta1=0; zeta2=0.25; zeta3=1; zeta4=2;

wn=1; num=wn^2; % koefisien pembilang H1-H4

a1=[1 2*zeta1*wn wn^2]; % koefisien penyebut H1

a2=[1 2*zeta2*wn wn^2]; % koefisien penyebut H2

a3=[1 2*zeta3*wn wn^2]; % koefisien penyebut H3

a4=[1 2*zeta4*wn wn^2]; % koefisien penyebut H4

kutub1=roots(a1);kutub2=roots(a2); % mencari kutub masing-

kutub3=roots(a3);kutub4=roots(a4); % masing sistem

plot(real(kutub1),imag(kutub1),'x');grid on;figure; % memetakan

plot(real(kutub2),imag(kutub2),'x');grid on;figure; % kutub

plot(real(kutub3),imag(kutub3),'x');grid on;figure; % sistem

plot(real(kutub4),imag(kutub4),'x');grid on;figure;

omega=-5:.1:5; % frekuensi uji

H1=freqs(num,a1,omega);H2=freqs(num,a2,omega); % mencari tangg

H3=freqs(num,a3,omega);H4=freqs(num,a4,omega); % frek sistem

plot(omega,abs(H1));grid on;figure; % memetakan magnitudo

plot(omega,abs(H2));grid on;figure; % tanggapan frekuensi

plot(omega,abs(H3));grid on;figure; % sistem

plot(omega,abs(H4));grid on;figure;

zetarange=[0 logspace(-1,1,99)]; % variasi zeta

azeta=zeros(3,100);

azeta(1,:)=1; % koefisien-koefisien

azeta(2,:)=2*wn*zetarange; % penyebut sistem untuk

azeta(3,:)=wn^2; % setiap nilai zeta

zetakutub=zeros(2,100);

for n=1:100 % mencari kutub sistem

zetakutub(:,n)=roots(azeta(:,n)); % dari setiap variasi

end % zeta

plot(real(zetakutub),imag(zetakutub),'x');grid on; % petakan kutub

axis('equal');axis([-4 0 -2 2]);figure; % semua sistem

zeta=0.25;

omegarange=[0 logspace(-1,1,99)]; % variasi wn

azeta2=zeros(3,100);

azeta2(1,:)=1; % koefisien-koefisien

azeta2(2,:)=2*omegarange*zeta; % penyebut sistem untuk

azeta2(3,:)=omegarange.^2; % setiap nilai wn

zetakutub2=zeros(2,100);

for n=1:100 % mencari kutub sistem

zetakutub2(:,n)=roots(azeta2(:,n)); % dari setiap variasi

end % wn

plot(real(zetakutub2),imag(zetakutub2),'x');grid on; % petakan kutub

axis('equal');axis([-4 0 -2 2]);figure; % semua sistem

wn1=1; wn2=2;

H11=freqs([wn1^2],[1 2*zeta*wn1 wn1^2],omega); % mencari tanggapan

H12=freqs([wn2^2],[1 2*zeta*wn2 wn2^2],omega); % frekuensi sistem

plot(omega,abs(H11));grid on;figure; % memetakan magnitudo

plot(omega,abs(H12));grid on; % H11,H12 thdp omegaTanggapan frekuensi H1(s):

Tanggapan frekuensi H2(s): Tanggapan frekuensi H3(s):

Tanggapan frekuensi H4(s):

Peta semua kutub untuk variasi zeta:

Peta semua kutub untuk variasi omega:

Tanggapan frekuensi untuk (=1/4, n=1

Tanggapan frekuensi untuk (=1/4, n=2

Analisa 2c:Keempat tanggapan frekuensi di atas (H1(s) - H4(s)) memiliki nilai kutub berbeda yang disebabkan oleh nilai ( berbeda pula. Pada H1(s) nilai (=0, sistem memiliki 2 kutub kompleks konjugat dengan bagian real = 0. Magnitudo tanggapan frekuensi sangat besar pada saat resonansi. Pada H2(s) nilai (=0.25, sistem memiliki 2 kutub bilangan kompleks konjugat. Magnitudo tanggapan frekuensi hanya memuncak pada frekuensi resonansi saja. Sistem ini berlaku seperti BPF tidak ideal.Pada H3(s) nilai (=1, sistem memiliki sepasang kutub kembar dengan magnitudo tanggapan frekuensi maksimal saat =0 dan cenderung turun seiring meningkatnya .Pada H4(s) nilai (=2, sistem ini memiliki 2 kutub bernilai real dengan magnitudo tanggapan frekuensi mengalami penurunan yang lebih besar dibanding H3(s).Analisa 2d:Saat 0 zetarange < 1, kedua kutub merupakan bilangan kompleks konjugat. Hal tersebut akan menyebabkan magnitudo tanggapan frekuensi memiliki bagian yang berosilasi dengan besarnya lebar pita = 2*zetarange. Sedangkan saat zetarange = 1, kedua kutub akan bernilai sama. Dan akhirnya untuk zetarange > 1, kedua kutub merupakan bilangan real yang mengakibatkan magnitudo tanggapan frekuensi akan menurun seiring meningkatnya .Analisa 2e:

Dengan sedikit penyesuaian (s=j) persamaan sistem orde 2 tersebut dapat ditulis:

Terlihat tanggapan frekuensi merupakan fungsi /n, sehingga perubahan n akan identik dengan penskalaan frekuensi. Contoh dari pernyataan tersebut adalah bagian 2f.Analisa 2f:

Sesuai dengan pernyataan 2e, karena nilai n sistem kedua merupakan dua kali nilai n sistem pertama, maka frekuensi resonansi sistem kedua merupakan frekuensi resonansi sistem pertama yang diskalakan dengan faktor 2. Karena nilai (