IMPLEMENTASI HUMANISME DALAM PANDANGAN YUSUF BILYARTA MANGUNWIJAYA: SEBUAH KONSEP TEOLOGI PEMBEBASAN DI YOGYAKARTA Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh: Oktavia Damayanti 1113032100056 JURUSAN STUDI AGAMA-AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017
115
Embed
JURUSAN STUDI AGAMA-AGAMA FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37884/1/OKTAVIA...v ABSTRAK Oktavia Damayanti Implementasi Humanisme dalam Pandangan Yusuf
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
IMPLEMENTASI HUMANISME DALAM PANDANGAN YUSUF BILYARTA
MANGUNWIJAYA: SEBUAH KONSEP TEOLOGI PEMBEBASAN DI YOGYAKARTA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
Oktavia Damayanti
1113032100056
JURUSAN STUDI AGAMA-AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
v
ABSTRAK
Oktavia Damayanti
Implementasi Humanisme dalam Pandangan Yusuf Bilyarta
Mangunwijaya Sebuah Konsep Teologi Pembebasan di Yogyakarta
Studi ini membahas pandangan Yusuf Bilyarta Mangunwijaya, salah satu
tokoh yang humanis dan cinta kerukunan yang muncul disaat-saat genting ketika
ketertindasan dan ketidakadilan berkembang cukup parah dikalangan pemimpin
kepada masyarakat biasa dan kurangnya sikap saling membantu untuk keadilan di
Indonesia pada masa orde baru. Permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini
adalah bagaimana pandangan humanisme Yusuf Bilyarta Mangunwijaya dan
Implementasinya terhadap kehidupan bermasyarakat dan beragama dewasa ini
yang bersifat Individualis. Dalam menjawab permasalahan penelitian kepustakaan
ini, peneliti menggunakan pendekatan sosiologis dengan cara menggambarkan
data-data yang ditemukan secara apa adanya dan mengkonstruksinya melalui
kategorisasi sesuai dengan data yang didapat.
Sepanjang penelusuran dan pembahasan data dan fakta yang didapat,
penelitian ini menemukan bahwa sikap humanisme Yusuf Bilyarta Mangunwijaya
dibangun atas dasar Keprihatinan dan Kepedulian kepada sesama umat yang
sama-sama menyembah Allah Yang Esa. Pemahaman humanisme yang ada di
dunia ini bersifat tidak sempurna karena sudah dipahami oleh manusia yang tidak
sempurna.
Dalam mengimplemekasikan pemahaman Humansime, Yusuf Bilayrta
Mangunwijaya membantu warga yang terpinggirkan seperti di Kali Code dan
daerah lainnya, sikap kemanusiaanya terhadap sesame yang muncul dari hati
nuraninya mampu membantu warga untuk mengerti arti kata memanusiakn
manusia.
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah semata yang semoga
senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis. Segala syukur
harus senantiasa penulis panjatkan atas segala nikmat sehat dan beragam nikmat
lainnya. Dengan syukur kepada Yang Maha Entah maka nikmat secuil pun akan
manis dirasa. Salah satu nikmat yang tak boleh penulis ingkari adalah dapat
menyelesaikan skripsi yang masih jauh dari kesempurnaan. Tanpa izin-Nya maka
apalah arti langkah, mungkin tak akan terarah.
Salawat beriring salām pun semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Agung
Muhammad yang telah dianugrahkan agama rahmatan li-al-‘ālamīn ini. Semoga
penulis senantiasa dapat mempelajari akan arti agama yang diajarkannya dengan
bijaksana. Karena sungguh hal yang tak mungkin jika seorang utusan
mengajarkan kepada umatnya berupa keburukan yang akan menjerumuskannya ke
dalam lembah hitam nan kelam.
Hal yang harus penulis lakukan pula adalah ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang senantiasa membimbing dan mendoakan penulis sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Terima kasih penulis haturkan
kepada :
1. Mamah dan bapak yang senantiasa mendoakan kesuksesan penulis
dalam tiap detiknya, terima kasih penulis ucapkan atas bimbingan dan
kesabarannya dalam mendidik putra-putrinya, seorang Ibu yang luar
biasa dan terima kasih pula kepada Ayah penulis, yang dengan sabar dan
vii
vii
tabahnya mencari nafkah untuk putra-putrinya. Terima kasih kepada
kedua pahlawanku ini yang atas kuasa-Nya telah menghantarkan penulis
pada bangku kuliah. Semoga kesehatan senantiasa atas mereka.
2. Om junaidi dan Tante tamsini yang sudah menjadi orang tua kedua
penulis, yang selalu merawat, membimbing dan membantu penulis
disetiap ada kesusahan. Yang dengan sabar menyemangati penulis untuk
tetap kuat dan sabar, terima kasih kedua pelindungku.
3. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Prof. Dr. Masri Mansoer, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Dr. Media Zainul Bahri, MA selaku Ketua Jurusan Studi Agama-agama,
Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
6. Dra. Halimah SM, M.Ag Selaku Sekertaris Jurusan Studi Agama-
agama, Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif
14. Untuk sahabat Penulis Tamara, Ira, Iin, Ayu, Lala, Lina, Rara, Aul,
Salmah, Dian, Yeni, Idha.
15. Teman-teman dan keluarga besar di BBC Motivator School
16. Teman di kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN) Cisoka 2016.
17. Teman-teman kosan Itha, Novi, Zuhroh, terimakasih atas semangatnya.
18. Dan seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Jakarta
Oktavia Damayanti
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN.………………………………………………. iii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iv
ABSTRAK ...................................................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Pembatasan Masalah ......................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 8
E. Tinjauan Pustaka…………………………………………………... 8
F. Metodo Penelitian............................................................................... 10
G. Sumber Rujukan ................................................................................ 11
H. Sistematika Penulisan……………………………………………… 14
BAB II BIOGRAFI Y.B MANGUNWIJAYA DAN KARYA-KARYANYA
A. Biografi ............................................................................................... 16
B. Sumber Pemikirannya ....................................................................... 20
1. Keadilan sosial………………………………………………….. 20
2. Kemanusiaan…………………………………………………… 23
C. Karya-karya Y.B. Mangunwijaya .................................................... 27
BAB III AJARAN HUMANISME DAN PANDANGAN YUSUF BILYARTA
MANGUNWIJAYA
ix
A. Pengertian dan Sejarah Humanisme ................................................ 32
1. Humanisme Masa Klasik……………………………………... 34
2. Humanisme Zaman Renaisans……………………………….. 35
3. Humanisme Abad Modern…………………………………… 37
B. Humanisme dalam Teologi Pembebasan ......................................... 39
C. Ajaran Humanisme dalam Agama Katolik ..................................... 43
D. Humanisme dalam Pandangan Y.B. Mangunwijaya ...................... 46
BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN YUSUF BILYARTA MANGUNWIJAYA
A. Refleksi Teologi Terhadap Humanisme Y.B. Mangunwijaya... 53
B. Kelebihan dan Kelemahan Konsep Romo Mangunwijaya ............ 57
C. Sumbangsih Pemikiran Yusuf Bilyarta Mangunwijaya Terhadap
Kehidupan Manusia ........................................................................... 60
D. Tinjaun Pemikir Muslim Terhadap Gagasan Teologi Yusuf Bilyarta
Mangunwijaya……………………………………………………… 63
E. Respon Masyarakat Kali Code Terhadap Humansime Yusuf Bilyarta
Mangunwijaya……………………………………………………… 66
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 64
B. Saran ................................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA
BAB
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Semua agama berdedikasi untuk memuja, memuliakan Yang Maha Agung
yang disembah sebagai Yang Tertinggi. Yang Maha Kuasa. Semangat Kristiani
disamakan dengan semangat kemanusiaan, khususnya dan terutama terhadap
mereka yang selama ini tidak dianggap, bahkan dipaksa hidup tanpa martabat dan
kemanusiaan.1
Secara fitrah manusia lahir untuk saling menolong, memberi dan diberi, dan
menebarkan cinta kasih kepada sesama umat. Semua ajaran pasti mengajarkan
tentang kebaikan dan salah satunya didalam Alkitab, mengajarkan bahwa manusia
merupakan ciptaan tertinggi, memiliki harkat sebagai mandataris pencipta-Nya.
Hanya manusia yang memiliki aspek lahiriah dan spiritual. Dalam dimensi
lahiriahnya manusia sangat terbatas dalam kekuatan, ruang dan waktu. Dimensi
spiritualnya memungkinkan manusia berelasi kepada Khaliknya. Dan spiritualnya
memiliki kebutuhan yang hanya bisa dipuaskan dan dipenuhi oleh PenciptaNya,
panggilan Allah kepada manusia adalah untuk berserah diri kepada-Nya, secara
aktif dengan segenap hati, jiwa, pikiran, dan kekuatan. Sejajar dengan itu manusia
diberi tanggung jawab untuk mengasihi sesamanya sama seperti dirinya.
Berhubungan dengan semua hal tentang cara berdedikasi kita kepada Allah
untuk saling mengasihi antara sesama, maka muncullah ide-ide baru tentang
1Y.B Mangunwijaya, Memuliakan Allah Mengangkat Manusia, Dari Majalah Rohani, Mei
, h. - , Ed.,YB. Priyanahadi dkk., Memuliakan Allah Mengangkat Manusia
(Yogyakarta:Penerbit Kanisius, ), h. .
sebuah golongan yang berdedikasi untuk mengikrarkan dirinya membantu sesama
makhluk Tuhan maka muncullah teori baru tentang Humanisme, “Humanisme”
yaitu suatu paham yang menganggap manusia sebagai objek terpenting secara
maksimal kepada kemajuan manusia, karena manusia dianggap dapat membangun
dirinya sendiri untuk melakukan hal-hal positif yang dimiliki oleh setiap manusia
Dari awal munculnya humanisme banyak tokoh-tokoh yang terkenal, yang
dianggap layak disebut sebagai pejuang kemanusiaan dan salah satunya yaitu Y.B.
Mangunwijaya (dan selanjutnya dipanggil Romo Mangun), dia adalah seorang
arsitektur, sastrawan dan juga seorang pastur kerohaniawan di dalam Agama
Katolik. Dan pada umumnya misi seorang pastur dalam menyantuni suatu
kelompok masyarakat, apalagi masyarakat miskin yang tidak jelas asal-usul dan
agamanya, dan seorang pastur ialah untuk menyebarkan ajaran Katolik dan
menariknya ke dalam kelompok keagamaan ini. Namun pengertian misi semacam
ini tampaknya sudah tidak berlaku lagi dikalangan Gereja Katolik, terutama sejak
tahun -an (Konsili Vatikan II).2
Romo3 Mangun termasuk pastur yang meninggalkan pengertian misi
kristenisasi yang sudah ketinggalan zaman itu. Meskipun bukan penganut
Theology of Liberation (“Teologi Pemerdekaan” dalam terjemahan Romo
Mangun, bukan “Teologi Pembebasan”), Romo Mangun mengakui sendiri punya
visi yang sama dengan gerakan sosial di Amerika Latin yang merujuk kepada
2Darwis Khudori, Menuju Kampung Pemerdekaan (Yogyakarta : Yayasan Pondok Rakyat,
) 3Sapaan akrab Y.B Mangunwijaya, kata “Romo” adalah gelar panggilan yang diberikan
oleh umat Katolik Indonesia kepada para imam Katolik (pastor). Gelar panggilan ini berdasarkan
atas Korintus dan TESALONIKA -
Iman kristiani dan Marxisme4 ini. Kesamaan ini terletak pada keberpihakannya
secara total (melalui pikiran dan tindakan) kepada kaum miskin dan tertindas.
Paradigma pembebasan adalah penegasan dari paradigma penyelamatan.
Intinya adalah bahwa manusia diciptakan dengan citra Allah yang kudus, artinya
bebas dari segala bentuk dosa, namun karena kesombongan dan keserakahannya
ia kehilangan kebebasannya, terkungkung dalam penjara dosa dan kegelapan.
Oleh karena kemurahan Allah maka diutuslah Yesus dari Nasareth yang berasal
dari Roh Allah yang bekerjasama dengan Daging Maria yang tidak ternoda dosa
mewartakan kebenaran dan keadilan.
Teologi pembebasan adalah salah satu yang menawarkan sistem sosial yang
mengedepankan keadilan sebagai warga negara dan warga dunia dalam
pandangan agama (manusia yang adil, tidak tertindas) yang dirusak oleh manusia
sendiri. teologi pembebasan berfokus pada gerakan perlawanan yang kebanyakan
dilakukan oleh para agamawan terhadap kekuasaan yang hegemoni dan otoriter.
Pemikiran teologi pembebasan bermula dari Hermeneutika Alkitab. Setelah
menafsirkan pesan-pesan dalam Alkitab berdasarkan tindakan Yesus yang
membela dan menolong orang-orang lemah, sakit, tertindas, maka peran agama
juga seharusnya demikian. Dalam agama Kristen sendiri, hal ini menjadi
tanggung jawab gereja sebagai lembaga agama yang memiliki pengaruh, baik
kepada jemaatnya, masyarakat dimana dia tinggal, maupun kepada
pemerintahannya. Nilai-nilai yang muncul itu biasanya dilihat dari
perikemanusiaan dan perikeadilan. Pelanggaran nilai-nilai ini di sejumlah negara
4Sebuah paham yang berdasar pada pandangan Karl Marx, yang dimana Marx protes
terhadap paham kapitalisme dan merupakan dasar teori komunisme modern.
telah membangkitkan keprihatianan di kalangan aktivis Teologi Pembebasan
berdasarkan nilai-nilai yang didapat dari tafsir kitab sucinya masing-masing.
Sebagai contoh, umat Kristen dengan ajaran kristologi yang menafsirkan
bahwa Kristus (Tuhan) adalah seorang yang hadir dalam situasi karut marut dan
membawa pembebasan bagi rakyat kecil dan tertindas. Dari dasar inilah, maka
orang Kristen mengikuti teladan Yesus dan menentang ketidakadilan. Mereka
merasa mendapat tugas untuk meneruskan perjuangan Tuhan yang disembahnya.
Menurut Guitterez yang membagi teologi pembebasan kedalam
karakteristik dan di dalamnya tertulis bahwasanya teologi sesungguhnya adalah
praksis5 pembebasan dari belenggu ekonomi, sosial, politik, dan dari sistem
masyarakat yang mengingkari kemanusiaan dan dari kedosaan yang merusak
hubungan manusia dengan Allah dan teologi adalah sebuah refleksi yang lahir dari
tindakan.6
Romo Mangun sebagai seorang anak yang mampu mengenyam pendidikan
hingga dia dewasa, mempunyai keinginan untuk mengabdikan dirinya pada agama
yang dianutnya dan mengabdikan dirinya kepada bangsa Indonesia sehingga
selesai pendidikannya di Institut Filsafat dan Teologi Sancti Pauli di Yogyakarta,
ia ditasbihkan sebagai pastur oleh Uskup Monseignour Soegiopranoto SJ (tokoh
yang dikaguminya) pada tanggal september dengan nama Yusuf Bilyarta
Mangunwijaya .7
5Kata Praksis adalah kata lain dari praktik atau aksi yang merupakan sebuah istilah teknis
dalam filsafar marxisme 6http//TeologipembebasanWikipediabahasaIndonesia,ensiklopediabebas.html
7Romo Y.B Mangunwijaya Tahun, Mendidik Manusia Merdeka (Yogyakarta:Institut
Dian/interfidei bekerjasama dengan Pustaka Pelajar, ), h. .
Ia memilih menjadi Pastur. Ia sadar bahwa ia akan hilang kesempatannya
untuk menjadi “orang terhormat dengan rumah besar, mobil bagus dan istri
cantik” sebagaimana dibayangkan kaum remaja pada masanya. Tapi “benih”
yang ditanam ayahnya telah tumbuh kuat oleh perang, ia percaya bahwa pekerjaan
paling mulia baginya ialah mempersembahkan hidupnya bagi rakyat menderita
dan jalan yang paling tepat untuk itu ialah menjadi pastur, agar ia tak perlu
tergoda mencari “uang” dan “kekuasaan”, sehingga ia dapat mencurahkan seluruh
tenaganya untuk mewujudkan “cinta kasih”.
Hanya satu hari setelah pentasbihannya, Uskup memanggilnya, ia diminta
menempuh pendidikan arsitektur. Uskup mengatakan bahwa Gereja Indonesia
membutuhkan arsiteknya sendiri atau dari kalangan pastur untuk membangun
gereja-gerejanya agar bercitra “pribumi”, tidak sekedar meniru gaya “Barat”
seperti selama ini.
Dari semua yang telah dibaca oleh penulis tentang Y.B Mangunwijaya,
dilihat bahwa Mangun banyak mereflesikan kehidupan kemanusiaannya guna
kecemerlangan masa depan. Dan menata kehidupan manusia dengan tidak
mengesampingkan atau meninggalkan ajaran-ajaran agama, karena itu penulis
memandang bahwa ia adalah sosok yang memiliki cita-cita membangun dan
mendidik bangsa yang lebih kuat. Dalam petisi tulisannya terdapat kalimat bahwa
dia mengatakan:
“Pemujaan kepada Tuhan Yang Maha Besar diungkapkan lewat pengangkatan
manusia bina ke taraf kemanusiawian yang layak, sebagaimana dirancang Tuhan
pada awal penciptaan, tetapi dirusak oleh kelahiran hukum rimba buatan manusia”.
Dan dari penjabaran diatas, penulis tertarik untuk menulis tentang
implementasi dan refleksi teologi Mangun dalam sikap kemanusiaannya, dan
menurut penulis hal ini perlu dikaji atau dibahas lebih lanjut tentang sosok Y.B
Mangunwijaya dikarenakan mengandung relevansi yang baik terhadap kenyataan
manusia saat ini. Bahwa berbagai hal perbuatan dan juga ide untuk menjunjung
kemanusiaan dan keadilan serta pendidikan diantara umat manusia sangatlah
layak dikaji dan disampaikan kepada khalayak. Hal tersebut kemudian menjadi
latar belakang penulisan skripsi yang berjudul “Implementasi Humanisme
Dalam Pandangan Romo Bilyarta Mangunwijaya: Sebuah Konsep Teologi
Pembebasan Di Yogyakarta”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Agar penelitian ini lebih fokus, penulis akan membatasi ruang lingkup
pembahasan, yaitu bagaimana implementasi dan refleksi teologi Y.B.
Mangunwijaya dalam humanisme dalam membahas tentang pengaruh keagamaan
Romo Mangun yaitu seorang rohaniawan di dalam agama Kristen Katolik
terhadap hal-hal kemanusiaan dan pejuang kemanusiaan yang beliau lakukan
selama hidupnya.
Sedang rumusan masalah, penulis memfokuskan kepada masalah yaitu:
Bagaimana pandangan YB Mangunwijaya terhadap humanisme dan implementasi
humanisme di Yogyakarta?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk menjawab kedua masalah di atas
yaitu:
. Mengetahui pandangan Romo Mangunwijaya terhadap humanisme.
. Mengetahui model implementasi pandangan humanisme di Yogyakarta.
D. Manfaat Penulisan
. Manfaat Akademis
Skipsi ini bermanfaat untuk memahami realitas berbagai gejala
keberagamaan khususnya yang berkenaan dengan implementasi humanisme
sebagai manifestasi konsep teologi pembebasan di Yogyakarta. Sehingga
pemikiran tersebut akan memperkaya wawasan civitas akademika lembaga
pendidikan tinggi keagamaan terahadap berbagai fenomena perbandingan
keberagamaan. Sebagaimana hal ini telah dilakukan oleh teologi pembebasan
yang dilakukan teolog Katolik Romo Mangunwijaya.
. Manfaat Praktis
Skripsi ini akan bermanfaat guna memberikan kontribusi untuk
memperkaya bacaan di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya
Fakultas Ushuluddin dan Jurusan Studi Agama-Agama. Tentang perbandingan
femonena keberagamaan berbagai kelompok masyarakat.
. Manfaat Umum
Penulis ingin memberikan manfaat dan pengetahuan bagi setiap orang yang
ingin mendalami sebuah proses transformasi dari teologi normatif dan filosofis
menjadi teologi fungsional dalam kehidupan masyarakat.
E. Tinjauan Pustaka
Sejauh penulis melakukan penelusuran, belum pernah menemukan judul
skripsi, tesis, disertasi yang berjudul Implementasi Humanisme Dalam Pandangan
Romo Bilyarta Mangunwijaya: Sebuah Konsep Teologi Pembebasan Di
Yogyakarta. Dari semua yang sudah ditelusuri oleh penulis seperti halnya banyak
ditemukan tulisan tentang Romo Mangun yang hanya bersifat jurnal dan ebook,
dan juga penulis menemukan skripsi yang berjudul “Gereja Diaspora, Teologi
Pemerdekaan dalam Praksis Hidup menggereja menurut Y.B Mangunwijaya, Pr.
Dalam buku Gereja Diaspora”, Jurusan Teologi Program Studi Ilmu Teologi
Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta , yang dimana didalamnya
membahas tentang kritikan Romo Mangun tentang Gereja Diaspora, dan di
dalamnya tidak terlalu dibahas tentang ibadat Romo Mangunwijaya.
Tesis Prapto Waluyo yang berjudul “Moralitas Y.B Mangunwijaya: kajian
novel Burung-burung Manyar dan Durga Umayl Universitas Indonesia, yang
dimana di dalam tesis ini dijelaskan bagimana penulis mencoba mengungkapkan
tentang tingkah laku moral Mangunwijaya dalam penulisan novelnya di novel
Burung-burung Manyar dan Durga Umayl, karena Mangun adalah juga seorang
sastrawan oleh sebab itu dia lebih banyak menjelaskan atau menuangkan idenya
lewat tulisan-tulisan baik berupa sebuah teks tulisan maupun novel.
Melihat daftar pustaka diatas, penulis melihat belum ada yang meneliti lebih
inheren kepada implementasi dan teologi Romo Mangunwijaya yang
mempengaruhi sikap kemanusiaannya. Tesis, skrpsi dan tulisan tentang Romo
Mangun memang banyak ditemukan tapi belum ada yang menyinggung tentang
Refleksi teologi Romo Mangun dalam pejuang kemanusiaan, padahal humanisme
Mangunwijaya itu adalah humanisme religi yang tidak mengeyampingkan agama,
bahkan dia adalah seorang pastur yang pasti kemanusiaannya terpengaruh oleh
Agama Katolik yang Romo Mangun anuti ajarannya, dan juga karna perintah
Agama untuk mengasihi sesama.
F. Metodologi Penelitian
Jenis Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian
kualitatif. Penelitian kualitatif adalah pendekatan dengan menggunakan penelitian
tentang riset yang bersifat deskriptif dengan berusaha menggunakan analisis tebal
(thick analysis). Proses dan makna (perspektif subjek) lebih ditonjolkan dalam
penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus
penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga
bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan
sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Perlu diketahi bahwa terdapat
perbedaan mendasar antara peran landasan teori dalam penelitian kuantitatif
dengan penelitian kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif, penelitian berangkat
dari teori menuju data, dan berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap
teori yang digunakan, sedangkan dalam penelitian kualitatif peneliti bertolak dari
data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan
suatu “teori”.8
G. Sumber Rujukan
. Sumber Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang dapat memberikan data
penelitian secara langsung,9 sumber data primer ini merupakan sumber data
utama, berupa karya yang ditulis langsung oleh Romo mangunwijaya ataupun
ditulis oleh orang yang ahli di bidangnya yang berhubungan dengan humanisme
dan teologi. Adapun sumber yang digunakan yaitu: Memuliakan Allah,
Mengangkat Manusia10
, Politik Hati Nurani11
, Spiritualitas Baru12
, Impian Dari
Yogyakarta13
.
. Sumber Sekunder
8M. Iqbal Hasan, Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya (Penerbit
Ghalia Indonesia: Jakarta ), h. . 9Suharsini arikurto,
10Y.B Mangunwijaya, Pr, Memuliakan Allah Mengangkat Manusia (Yogyakarta: Kanisius,
)
11
Y.B Mangunwijaya, oleh Ignatius Haryanto, Politik Hati Nurani (Jakarta: Grafiasri
Mukti, )
12
Y.B. Mangunwijaya, Spiritualitas baru: Agama an aspirasi rakyat, 13
Y.B Mangunwijaya, Impian Dari Yogyakarta, Kumpulan Esai Masalah Pendidikan
(Jakarta: Kompas, )
Sumber data sekunder adalah data yang materinya tidak langsung
berhubungan dengan masalah yang diungkapkan,14
Sumber data ini digunakan
sebagai pelengkap sumber data primer yang berisi tentang kajian-kajian pokok
yang relevan atau yang berhubungan dengan tema yang diangkat. Data sekunder
ini berupa buku, artikel atau jurnal ilmiah, majalah atau media lain yang
mendukung. Adapun sumber data yang digunakan: Mendidik Manusia Merdeka
Y.B. Mangunwijaya Tahun15
, Y.B. Mangunwijaya, Pejuang Kemanusiaan16
,
Sebuah Pengantar Perjalanan Hidup Seorang Yusuf Bilyarta Mangunwijaya17
,
Penziarahan Panjang Humanisme Mangunwijaya.18
a. Tekhnik pengumpulan Data
Dalam memeperoleh data, penulis menggunakan metode, library research
(penelitian kepustakaan). Dalam metode ini, penulis mengklarifikasi sumber yang
dijadikan acuan menjadi sumber primer dan sumber sekunder. Pada sumber
primer, penulis menelaah karya-karya yang ditulis Y.B Mangunwijaya, serta
tulisan-tulisannya dalam bentuk opini, dan lain sebagainya yang dimuat di
berbagai media baik cetak maupun elektronik dan juga berasal dari tulisan buku-
buku yang membahas tentang Y.B Mangunwijaya. Sedangkan pada sumber
sekunder, penulis menelaah buku-buku serta literatur lain seperti majalah, jurnal,
14
Hadari nawawi & martini hadari, 15
Sumartana, dkk. Mendidik Manusia Merdeka Romo Y.B. Mangunwijaya
Tahun.(Yogyakarta:Institut Dian/Interfedei dan Pustaka Pelajar, ) 16
A. Sudiarja, Humanisme Y.B Mangunwijaya (Jakarta: Kompas Media Nusantara: ) 17
Willy Pramudya, Sebuah Pengantar Perjalanan Hidup Seorang Yusuf Bilyarta
Mangunwijaya dalam “Mendidik Manusia Merdeka”, Romo Y.B Mangunwijaya Tahun
(Yogyakarta: interfidei ) 18
A. Ferry T. Indratno, “Pedagogi Humanisme Mangunwijaya” dalam A. Supratiknya, dkk.,
Penziarahan Panjang Humanisme Mangunwijaya (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, )
surat kabar, buletin, dokumentasi, maupun yang bersumber dari website dan lain
sebagainya yang dapat menunjang dalam pembahasan masalah yang diangkat.
Teknik pengumpulan data yang lain adalah melakukan wawancara
mendalam (indepth interview) guna memahami konsep itu serta respon
masyarakat khususnya di sekitar Kali Code terhadap gagasan Romo
Mangunwijaya tersebut.
Sementara pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosiologis, suatu
studi tentang dari agama dan masyarakat serta bentuk-bentuk interkasi yang
terjadi antar mereka.19
Peranggapan dasar perspektif sosiologis berfokus pada
struktur sosial, konstruksi pengalaman manusia dan kebudayannya termasuk
agama. Menurut Media Zainul Bahri, bahwa pendekatan sosiologis berfokus
kepada masyarakat yang memahami dan mempraktikkan agama; bagaimana
pengaruh masyarakat terhadap agama dan pengaruh agama terhadap masyarakat.20
b. Analisis Data
Di dalam pengolahan data, penulis menggunakan metode analisis. Metode
analisi yang digunakan ialah content analysis (isi analisis), yaitu upaya
menafsirkan ide atau gagasan “Teologi Humanisme” dari Y.B Mangunwijaya,
kemudian ide-ide dan gagasan tersebut dianalisis secara mendalam dan seksama,
guna untuk menjawab masalah implementasi dan refleksi teologi Mangunwijaya.
c. Teknik Penulisan
19
Prof. Dr. Imam Suprayogo, Metodologi Penelitian Sosial-Agama (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, ), h. . 20
Media Zainul Bahri, Wajah Studi Agama-agama Dari Era Teosofi Indonesia ( - )
Hingga Masa Reformasi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, ), h. .
Tekhnik penulisan skripsi ini penulis mengacu pada standar penulisan
skripsi yang didasarkan apada buku “ Pedoman Akademik” yang diterbitkan oleh
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dan mengacu pada buku
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah tahun yang diterbitkan oleh penerbit
Ceqda (Center for Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
H. Sistematika Penulisan
Agar pembahasan skripsi ini lebih terarah dan sistematis, penulis membagi
menjadi kedalam beberapa bab dan Sub bab.
Bab I pendahuluan di dalamnya menjelaskan tentang latar belakang masalah
dan rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini. Di bagian ini juga
dikemukakan bahwa Y.B Manguwijaya adalah seorang sastrawan, budayawan dan
Pastur Katolik yang banyak memusatkan pemikiran-pemikirannya pada persoalan
keagamaan, kemanusiaan dan pendidikan untuk bangsa yang banyak
mempengaruhi pemikiran humanismenya.
Pada bab II, akan dikemukakan biografi Y.B Mangunwijaya dari mulai latar
belakang keluarga sampai masa intelektualnya dan sampai akhir hidupnya. Pada
bab ini juga akan diuraikan bagaimana kondisi sosial yang mengiringi langkah
Y.B Mangunwijaya hingga ia mampu menghasilkan karya-karya popular yang
diperhitungkan.
Pada bab III, akan memaparkan humanism dalam agama Katolik, ajaran-
ajarannya tentang kemanusiaan, dimulai dari pengertian humanisme, kemudian
perkembangan seputarnya, terlebih dalam dunia umum dan ajaran Katolik.
Hingga pada bagian akhir dari bab ini akan dilengkapi dengan pengaruh bebarapa
tokoh tentang pandangannya terhadap Y.B. Mangunwijaya.
Pada bab IV yang merupakan inti dari skripsi ini yakni tentang
humanismenya Y.B Mangunwijaya. Dalam bab ini akan diuraikan dari mulai hal
yang menjadi landasan teologi pemikiran humanismenya Y.B Mangunwijaya,
hingga pembahasan mengenai sebuah desa yang bernama Kali Code di pinggiran
Yogya yang beliau hidupkan kembali dari ketertindasan. Dalam bab ini Y.B
Mangunwijaya menjelaskan bahwa mewujudkan perdamaian diantara umat
manusia maka ajaran tentang kemanusiaan harus terwujud dan terealisasikan.
Kesimpulan pada penelitian ini akan dibahas pada bab V, selain itu dalam
bab ini juga akan memberikan jawaban terhadap masalah yang menjadi fokus
dalam penelitian ini yakni seputar refleksi teologi Y.B Mangunwijaya. Tidak lupa
penulis juga melengkapi bab ini dengan saran-saran dan rekomendasi yang
bersifat konstruktif sebagai pemicu agar penelitian ini dapat dikembangkan lagi
oleh akademisi lainnya.
BAB II
BIOGRAFI YUSUF BILYARTA MANGUNWIJAYA
DAN KARYA- KARYANYA
A. Biografi
Sastrawan, cendekiawan dan tokoh humanis yang terkenal dengan nama
panggilan Romo Mangun ini lahir di Ambarawa, Jawa Tengah, Mei dari
pasangan Yulianus Sumadi Mangunwijaya dan Serafin Kamdanijah. Romo
mangun adalah anak sulung dengan duabelas adik, tujuh diantaranya perempuan.
Dari keluarga besar itu, hanya ia seorang yang terjun ke medan penggembalaan
umat.
Sebelum menjadi seorang pastur banyak kejadian lika-liku kehidupannya.
Dari kecil dia termasuk orang yang beruntung karena ayah dari Romo Mangun
diangkat anak oleh pakde ayahnya sebagai lurah di daerah Parakan Jawa Tengah.
Pengangkatan pakde ayahnya ini kelak ikut membentuk sejarah Romo Mangun.
Sebab berkat pengangkatan ayahnya lantas dimungkinkan mengenyam pendidikan
dan menjadi guru SD. Ibu Romo Mangun juga sempat mengenyam pendidikan
menjadi guru TK.1 Berbeda dengan teman-teman asramanya dari berbagai daerah
yang harus pisah dengan orang tua dan lingkungannya (yang merupakan sistim
pendidikan waktu itu).2
1Willy Pramudya, Sebuah Pengantar Perjalanan Hidup Seorang Yusuf Bilyarta
Mangunwijaya dalam “Mendidik Manusia Merdeka”, Romo Y.B Mangunwijaya Tahun
(Yogyakarta: interfidei ), Cet II Juli, h. . 2Willy, Sebuah Pengantar Perjalanan Hidup Seorang Yusuf Bilyarta Mangunwijaya dalam
“Mendidik Manusia Merdeka”, Romo Y.B Mangunwijaya Tahun, Cet II Juli, h. .
Meski cukup lama tinggal di asrama Romo Mangun lebih banyak terbentuk
oleh keluarganya sendiri, jelas masa kanak-kanaknya penuh dengan kenangan
yang manis dan menguntungkan menurutnya. Namun setelah kedatangan Jepang
sekolah tersebut dibubarkan dan tidak terdengar lagi kabar teman-teman Romo
Mangun sampai saat ini. Di masa kanak-kanaknya meski tidak pernah bergaul
langsung dengan Belanda atau Indo-Belanda, Romo Mangun punya kenang-
kenangan yang berkaitan dengan suasana anak Belanda atau Indo-Belanda.3
Nama lengkapnya adalah Yusuf Bilyarta Mangunwijaya. Bilyarta adalah
nama kecilnya. Yusuf nama baptisnya. Sedangkan Mangunwijaya adalah nama
kakeknya, seorang petani tembakau.4 Sejak kecil Romo Mangun menunjukkan
talenta pada bidang ilmu-ilmu pasti alam dan tekhnik.
Romo Mangun tamat SD di Magelang tahun , Sekolah Teknik
(setingkat SMP) di Yogyakarta tahun , dan SLA (Sekolah Lanjutan Atas) di
Malang tahun . Setelah itu ia menempuh pendidikan sebagai calon Imam
dengan masuk ke Seminari5 Menengah di Jalan Code Yogyakarta hingga
dan dilanjutkan Seminari Mertoyudan, Magelang hingga .
Di masa remajanya Romo Mangun sempat ikut berjuang sebagai prajurit
BPR, TKR Divisi III, Batalyon X, Kompi Zeni - , ia bertugas di asrama
Vrederbug, lalu di asrama militer di Kotabaru, bahkan ia pernah menjadi
3“Melihat mereka, serasa mereka dalam suasana surgawi sebagaimana cerita-ceria yang
diajarkan dalam pelajaran agama. Mereka memiliki mainan lengkap dan menyenangkan yang tak
mungkin dibeli oleh orang tuaku” kenangnya. Sebagai orang jawa, Mangun kecil tidak merasa
terganggu, iri, cmburu melihat tingkah laku mereka meskipun sadar bahwa tidak mungkin bermain
bersama karena suasana zaman yang membedakan mereka secara social”. (Eilly Pramudya, h. . 4Willy, Sebuah Pengantar Perjalanan Hidup Seorang Yusuf Bilyarta Mangunwijaya dalam
“Mendidik Manusia Merdeka”, Romo Y.B Mangunwijaya Tahun, Cet II Juli, h. . 5Seminari adalah tempat pendidikan bagi calon rohaniawan Kristiani, entah itu Kristen
yang mendidik Pendeta atau Katholik yang mendidik Pastor.
Komandan Seksi TP Brigade XVII, Kompi Kedu - . Ia ikut terlibat
dalam pertempuran di Magelang, Ambarawa, dan Semarang.
Ia melanjutkan studi di Institut Filsafat dan Teologi Sancti Pauli,
Yogyakarta tamat tahun , di tahun yang sama pada tanggal September, ia
ditahbiskan menjadi Imam. Oleh Uskup Agung Semarang, Mgr. Albertus
Soegijapranata. SJ. Kemudian belajar di Institut Teknologi Bandung jurusan
Arsitektur Fakultas Teknik sampai tahun , tahun - ia melanjutkan
pendidikannya di Sekolah Tinggi Teknik Rhein, Westfalen, jurusan Arsitektur di
Aachen Jerman.6
Sepulang dari studi di Jerman. Ia bertugas sebagai Pastor di Paroki Salam,
Magelang, menjadi pelindung Kring Karitas Nandan. Tahun - ia
menjadi dosen luar biasa di jurusan Arsitektur fakultas Teknik Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta. Sejak ia mulai aktif menulis kolom di berbagai surat
kabar dan majalah. Pada tahun memenangkan Piala Kincir Emas, dalam
cerpen yang diselanggarakan Radio Nederland.
Kemudian tahun ia mengikuti Felow of Aspen Institut for Humanistic
Studies, Aspen, Colorado, Amerika Serikat. Pada tahun Romo Mangun
berhenti menjadi Dosen di UGM, keluar juga sebagai Paroki dan memutuskan
tinggal dan berkarya sebagai pekerja sosial di pemukiman “hitam” Kali Code
Yogyakarta sampai . Melakukan mogok makan untuk menolak rencana
penggusuran.
6Willy, Sebuah Pengantar Perjalanan Hidup Seorang Yusuf Bilyarta Mangunwijaya dalam
“Mendidik Manusia Merdeka”, Romo Y.B Mangunwijaya Tahun, Cet II Juli, h. .
Tahun - ia berkarya di Grigak Gunung Kidul, mendampingi
penduduk setempat dalam program lingkungan hidup dan pengadaan air bersih.
Serta ia mendampingi warga Kedung Ombo yang menjadi korban proyek
pembangunan waduk.7
Tahun mendapat penghargaan The Aga Khan Award untuk arsitektur
Kali Code. Tahun ia mendirikan Laboratorium Dinamika Edukasi Dasar
yaitu sebuah Lembaga nirlaba yang memusatkan perhatian pada bidang
pendidikan bagi anak miskin dan terlantar. Model pendidikan ini diterapkan di
SD Kanisius Mangunan, di Kalasan, Sleman, Yogyakarta. Bersamaan dengan itu
ia pun membangun panti asuhan dan mengasuh sejumlah anak puteri yang
sebagian dipungut dari jalanan.
Sampai akhir hayatnya Romo Mangun tidak pernah surut bergerak sebagai
pejuang kemanusian, seperti pada masa orde baru ia ikut berada ditengah-tengah
ribuan mahasiswa dalam people power. Pada Mei menjadi salah satu
pembicara utama dalam aksi demonstrasi peringatan terbunuhnya Moses
Gatutkaca di Yogyakarta.
Rabu siang, tanggal Februari , pejuang kemanusiaan yang akrab di
panggil Romo Mangun, meninggal di Hotel Le Mendien Jakarta karena serangan
jantung, setelah memberikan ceramah dalam seminar Meningkatkan Peran Buku
dalam Upaya Membentuk Masyarakat Indonesia Baru. Ia dimakamkan di makam
biara komunitasnya di Kentungan, Yogyakarta.8
7Willy, Sebuah Pengantar Perjalanan Hidup Seorang Yusuf Bilyarta Mangunwijaya dalam
“Mendidik Manusia Merdeka”, Romo Y.B Mangunwijaya Tahun, Cet II Juli, h. . 8Y.B Mangunwijaya, Rara Mendut: Sebuah Trilogi (Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka
Utama, ), h. .
B. Sumber Pemikirannya
Romo Mangun adalah sosok intelektual, banyak gagasannya yang tertuju
pada persoalan yang substansi dan mendasar. Paradigma pendidikan
pemerdekaan Mangun secara makro dimaknainya sebagai proses awal dalam
usaha menumbuhkan kesadaran sosial pada setiap manusia sebagai pelaku sejarah.
Sebab kesadaran sosial hanya akan bisa tercapai apabila seseorang telah berhasil
membaca realitas dan belajar memahami lingkungan mereka dengan perantaraan
dunia di sekitar mereka. Proses yang paling tepat untuk pencapaian kesadaran
tersebut adalah lewat pendidikan.9
Rakyat kecil adalah pilihan awal dan akhir Romo Mangun. Dengan segala
kelebihan dan kekurangannya, dia telah memberikan warisan yang terbaik bagi
bangsa ini. Dia memang bukanlah sosok yang lengkap dengan pemikirannya.
Pemikirannya memang amat subur tetapi, ia bukanlah pemikir sistematis yang
mengajukan teori. Pemikirannya adalah respon spontan kepada keadaan, tanpa
memberikan suatu kerangka besar yang dapat dipegang secara konseptual. Hal
yang melandasi beliau untuk berjuang kepada umat manusia ialah:
. Keadilan Sosial
Sebagai seorang pendidik serta rohaniawan yang mengenyam banyak
pendidikan di luar maupun dalam negeri, Ia selalu terfokus kepada pendidikan.
Pendidikan dimaknainya sebagai upaya pemerdekaan manusia.
9Singgih Nugroho, Pendidikan Pemerdekaan dan Islam (Yogyakarta: Pondhok Edukasi,
), Cet I Sep, h. .
Pendidikan pemerdekaan Mangun dipengaruhi oleh prinsip hidupnya, yang
dikenal dengan “tribina” yakni bina manusia, bina usaha, dan bina lingkungan.
Prinsip itulah yang mendorong dirinya untuk selalu komitment total. Selalu
melakukan usaha pembebasan dan pemerdekaan jiwa individu dari penindasan
oleh yang kuat terhadap yang lemah, dalam segala bentuk, melalui proses
penyadaran (Conscientiization).10
Menurut Romo Mangun fungsi esensial dunia pendidikan demi kehidupan
real kini dan mendatang ialah bagaimana jalan-jalan persekolahan formal maupun
nonformal dan informal, ketiganya berpadu secara bagus agar peserta didikan
semakin cerdas memakai daya intelegensinya mereka. Terlatih untuk jeli
menemukan sendiri sumber-sumber informasi yang penting, dan pandai
menyeleksi mana sumber serius mana sumber gadungan, mana yang relevan dan
tidak.11
Romo Mangun mengatakan pendidikan formal hanyalah eksplisit saja
meskipun penting, akan tetapi dalam situasi komunikasi modern masa kini, tidak
begitu penting mempersoalkan pendidikan formal atau pendidikan non formal,
yang terpenting sekarang adalah bagaimana mendialogkan12
pendidikan itu semua
kepada masyarakat, baik pendidikan dalam bentuk formal maupun pendidikan
10
Kata konsientisasi (berasal dari bahasa Brazil conscientizaCao), proses dimana manusia
berpartisipasi secara kritis dalam aksi perubahan. Konsientisasi tidak dapat mengabaikan
perubahan yang menghasilkan penyingkapan dan realisasi yang konkrit, Paulo Freire, Politik
Pendidikan kebudayaan, kekuasaan, dan pembebasan. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, ), Cet IV
Des, h. . 11
Singgih Nugroho, Pendidikan Pemerdekaan dan Islam, h. . 12
Pola dialogisme yang dikembangkannya sebenarnya bukan hanya pola relasi antara
pemerintah dan masyarakat, tapi bagaimana upaya dialog yang dilakukan oleh guru terhadap
murid. Sehingga dengan demikian tidak ada lagi dominasi antara guru terhadap murid maupun
pemerintah terhadap masyarakat, sehingga wewenang untuk mencerdaskan bangsa adalah
tanggung jawab bersama.
dalam bentuk non formal. Agar masyarakat dapat sadar terhadap berbagai
permasalahan yang menimpa mereka sebagai masyarakat.13
Sebenarnya
pembagian pendidikan formal, nonformal, dan informal oleh UNESCO
bermaksud baik, tetapi dalam praktiknya pembagian itu ditafsiri keliru, seolah-
olah pendidikan formal itu normative, standart dan sempurna, sehingga
pendidikan kelas dua (informal dan non formal) itu tidak normal dan hanya
ditoleransi, mengingat mereka yang bodoh, yang miskin, yang seharusnya
mengikuti pendidikan formal tetapi tidak mampu.14
Maka dari itu, Selepas dari Jerman dan mengajar di UGM selama tahun,
Romo Mangun memilih keluar dari UGM. Karena menurutnya kampus itu telah
menjadi milik orang-orang besar. Kemudian dia lebih berkonsentrasi
menjalankan tugas kepastorannya.15
Agar bisa memahami perkembangan pemikiran Romo Mangunw dalam
bingkai yang utuh, secara sederhana kita bisa melihatnya dalam sosok diri Romo
Mangun yang Agamawan sekaligus Budayawan.16
Sebagai seorang budayawan, tulisan menjadi salah satu alat perjuangannya.
Pergulatan hidupnya yang selalu bersama dengan rakyat, membuat isi karangan
yang pernah dibuatnya, tidak berpisah dengan realitas kehidupan. Hampir dalam
13
Firdaus M. Yunus, , Pendidikan Berbasis Realitas Sosial Paulo Freire YB Mangunwijaya
(Yogyakarta: Logos Pustaka , ), Cet I September, h. . 14
Y.B Mangunwijaya, Impian Dari Yogyakarta, Kumpulan Esai Masalah Pendidikan
(Jakarta: Kompas, ), Cet I, h. . 15
Y.B Mangunwijaya, Tumbal, Kumpulan Tulisan YB Mangunwijaya (Yogyakarta: Benten
Intervisi Utama, ), Cet II Juni, h. . 16
Dua Profesi inilah yang menjadi dasar berpijak untuk menjalani pilihan hidupnya.
Sebagai agamawan Katholik, dia berprinsip bahwa hidup keagamaannyaadalah pengembangan
iman dan religius, bukan mengerasnya lembaga agama yang dapat mengakibatkan eklusifisme. Dia
mengatakan bahwa agama cenderung dan dalam tingkat tertentu, harus menjadi eksklusif, tetapi
iman selalu terbuka dan inklusif. Singgih Nugroho, Pendidikan Pemerdekaan Islam (Yogyakarta:
Pondok Edukasi ), Cet I Sep, h. .
setiap tulisannya, pasti kita akan menemukan nuansa dan wacana pemerdekaan,