Page 1
7/24/2019 Jurnal Reading Mata TBI
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-reading-mata-tbi 1/13
PENDAHULUAN
Pergerakkan okular diatur oleh enam otot ekstraokuler. Nervus kranial yang
mempersarafinya adalah nervus III (okulomotorius), nervus IV (troklearis) dan nervus
VI (abdusens). Selain itu, nervus III juga mempersarafi levator palpebra dan muskulus
sfingter pupil.
Saraf okulomotorius merupakan berkas saraf somato motorik dan visero
motorik. !ang intinya terletak sebagian di depan substansia grisea peri akuaduktal
(nukleus motorik) dan sebagian lagi di dalam subtansia grisea (nukleus otonom). "rea
nu#lear nervus okulomotorius terletak di substansia grisea periakuaduktus mesenfali,
ventral dari akuaduktus, stinggi kolikulus superior. "rea ini memiliki dua komponen
utama$ nukleus parasimpatis yang terletak medial (nukleus %dinger&'estphal) yang
mempersarafi otot&otot intraokular (m. sfingter pupil dan m. siliaris) dan kompleks
nukleus okulomotorius, yang terletak lebih lateral yang mempersarafi empat dari
enam otot&otot ekstraokular antara lain m. rektus superior, m. rektus inferior, m. rektus
medialis, m. oblius inferior. Selain itu juga mempersarafi m. levator palpebra.
asikulus nervus okulomotorius keluar dari batang otak mele*ati sinus kavernosus
dan memasuki rongga orbita melalui fissura orbitalis superior. +agian parasimpatis
saraf berjalan ke ganglion siliar. Serabut motorik somatik nervus okulomotorius
terbagi menjadi dua divisi. ivisi superior mempersarafi m. levator palpebra dan m.
rektus superior. ivisi inferior memsarafi m. rektus medialis dan inferior, serta m.
oblius inferior.-
Nukleus nervus toklearis terletak setinggi #oli#uli inferior di depan substansia
grisea periakuaduktal, dan berada di ba*ah nukleus nervus okulomotorius. Saraf ini
mele*ati fisura pontosereberalis rostralis, kemudian berjalan di ba*ah tentorium ke
sinus kavernosus selanjutnya ke orbita. asikulus nervus troklearis sangat pendek,
mengandung - serat saraf. Nervus troklearis merupakan satu&satunya saraf kranial
yang keluar dari batang otak, sehingga rentan terganggu oleh trauma kepala.-
Nervus abdusens berasal dari #audal pons, diba*ah ventrikel IV. Nukleusnya
mengandung /&0 a1on. asikulus keluar dari batang otak mele*ati fossa
posterior dan berjalan di ba*ah ligament petroklinoid (ligament gruber), selanjutnya
memasuki sinus kavernosus dan fissure orbitalis superior mempersarafi m. rektus
lateralis.-
Page 2
7/24/2019 Jurnal Reading Mata TBI
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-reading-mata-tbi 2/13
Pergerakan bola mata bersifat konjugat yaitu keduanya menuju arah yang
sama dan pada saat yang bersamaan. 2erakan konjugat hori3ontal melibatkan
pergerakan simultan pada kedua mata dengan arah berla*anan dari garis tengah4 satu
mata bergerak ke medial, sedangkan mata lainnya bergerak kearah lateral. engan
demikian gerakan konjugat bergantung pada ketepatan koordinasi persyarafan kedua
mata dan pada nu#lei otot yang mempersarafi gerakan mata pada kedua sisi.
5ubungan saraf sentral yang kompleks juga mempengaruhi terjadinya gerakan
tersebut. Saraf yang mempersarafi otot&otot mata juga berperan pada beberapa refleks,
yaitu akomodasi, konvergensi, dan refleks #ahaya pupil.6
Parese nervus okulomotirus dapat dibagi menjadi$ () eksternal oftalmoplegi,
yaitu kelumpuhan otot&otot ekstraokular yang dipersarfi oleh nervus okulomotorius.
(-) internal oftalmoplegia, yaitu reaksi oupil terganggu dan hilangnya refleks
akomodasi m. siliaris. (6) kelumpuhan total nervus okulomotoris, yaitu semua otot
intrao#ular dan semua otot ekstraokular yang dipersarafi oleh nervus okulomotorius
terkena, disertai dengan hilangnya refleks akomodasi dan refleks #ahaya pupil. Pupil
midriasis dan juga terdapat ptosis. (/) kelumpuhan parsial nervus okulomotoris, yaitu
paralisis otot&otot intraokular dan ekstraokular dapat terjadi se#ara terpisah./
Pasien dengan parese nervus IV (troklearis) mengeluh diplopia vertikal,
terutama jika pasien men#oba untuk memba#a. iplopia verti#al makin memburuk
jika melihat ke ba*ah. Pasien mungkin tidak bisa melihat ke ba*ah dan ke dalam.
7elumpuhan otot oblius superior menyebabkan deviasi mata ke atas (hipertropia).
5ipertropia meningkat se*aktu pasien melihat ke ba*ah dan pada adduksi. 7epala
menjauhi sisi mata yang terkena (head tilt ) untuk menghilangkan diplopia./
Pada kelumpuhan nervus VI (abdusens) abduksi terbatas disebabkan oleh
lemahnya otot rektus lateral. Pada posisi primer, terjadi strabismus konvergen oleh
karena tidak adanya perla*anan terhadap kerja otot rekstus medial. Pasien mengalami
diplopia hori3ontal dan bertambah buruk saat melihat jauh. 'ajah akan berpaling ke
sisi yang terkena untuk mengurangi diplopia./
"dapun penyebab o#ular motor palsy antara lain kongenital dimana terjadi
kelumpuhan otot&otot ekstraokular dan kadang disertai ptosis tetapi tidak terdapat
internal oftalmoplegi, trauma dapat berupa trauma saat kelahiran ataupun akibat
ke#elakaan, aneurisma yang biasanya mengenai arteri komunikans posterior atau atau
arteri karotis interna, diabetes dan hipertensi oleh karena arterios#lerosis, dan
neoplasma misalnya tumor nasofaring, tumor kelenjar hipofisis dan meningioma.
Page 3
7/24/2019 Jurnal Reading Mata TBI
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-reading-mata-tbi 3/13
8an#ent Neurol -/4 6$ 0&0
Neuro-oftalmologi pada Trauma Kepala
Rachel E Ventura, Laura J Balcer, Steven L Galettaepartement of Neurology, Ne* !ork 9niversity S#hool of :edi#ine, Ne* !ork, N!,
9S"
Defisit Fungsi Visual pada Trauma Cedera Ota !edang dan "erat
Defisit Umum pada Trauma Cedera Ota #ingan
Pasien dengan ;rauma <edera =tak sedang dan berat dapat memiliki defisit
yang mirip dengan yang terdapat pada ;rauma <edera =tak ringan. Peneliti dari satu
studi retrospektif khusus terke#uali pada ;rauma <edera =tak ringan untuk
menghitung defisit pada pasien dengan ;rauma <edera =tak sedang dan berat, />
diantaranya memiliki ;rauma <edera =tak berhubungan dengan trauma ledakan dan
-6 diantaranya memiliki ;rauma <edera =tak non trauma ledakan. Pada pasien
dengan ;rauma <edera =tak sedang dan berat berhubungan dengan ledakan, >/?
memiliki abnormalitas pada pemeriksaan saccades, /0? pada pemeriksaan pursuit ,
/>? pada konvergen, dan 0-? pada akomodasi. Pada pasien dengan ;rauma <edera
=tak sedang dan berat non trauma ledakan, />? memiliki abnormalitas pada
pemeriksaan saccades, -0? pada pemeriksaan pursuit , 0@? pada konvergen, dan
0? pada akomodasi. Namun, penulis tidak langsung membandingkan subkelompok
sedang atau berat dengan subkelompok ringan untuk menentukan apakah perbedaan
dapat diidentifikasi. Selain itu, pasien dengan ;rauma <edera =tak sedang atau berat
sering memiliki lesi struktural.
Peningkatan sensitivitas #ahaya atau silau yang kronis adalah keluhan umum
pada pasien dengan ;rauma <edera =tak se#ara umum, dan hal tersebut mungkin
karena kelainan pada adaptasi gelap, iritasi meningeal, atau migrain, atau didorong
melalui jalur sentral seperti jalur thalami#.
;abel$ <edera saraf setelah trauma kepala
8etak yang umum terjadinya #edera
Saraf optik +agian intra#anali#ular
Saraf =#ulomotor i pintu keluar dari otak tengah4 fisura orbital superior
Saraf ;ro#hlear +agian otak tengah dari pintu keluar4 kontusio parenkim
Page 4
7/24/2019 Jurnal Reading Mata TBI
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-reading-mata-tbi 4/13
otak tengah sepanjang e1tra&a1ial melalui #istems
Saraf abdu#ens Sepanjang basis #ranii, apeks petrous, dan di titik pintu
masuk kedalam ruang e1tradural
Neuropati Opti Traumatis
Neuropati optik traumatis dapat diklasifikasikan ke dalam bentuk langsung
yang disebabkan oleh #edera tembus pada saraf dan bentuk tidak langsung yang
disebabkan oleh transmisi pasukan ke saraf optik dari sebuah situs yang jauh. <edera
dapat terjadi dimana saja di sepanjang saraf, misalnya pada kepala saraf optik,
intraorbital, intra#anali#ular, atau bagian intrakranial. Neuropati traumatik optik
langsung umumnya memiliki prognosis yang lebih buruk dari neuropati optik
traumatis tidak langsung, sering terjadi dengan kehilangan segera penglihatan yang
ireversibel. Neuropati optik traumatis tidak langsusng telah dilaporkan di ,A B >,?
kasus trauma kepala se#ara keseluruhan, meskipun harus di#atat bah*a sebagian
besar penelitian ini adalah sangat #ondong ke arah #edera kepala sedang atau berat
karena pasien yang termasuk didalamnya adalah pasien yang biasanya dira*at di
rumah sakit atau dirujuk dari unit rehabilitasi. Neuropati optik anterior tidak langsung
traumatis dapat disebabkan oleh #edera avulsi, yang merupakan rotasi bola se#aratiba&tiba dari trauma tumpul, yang mengarah ke pemisahan saraf optik pada bola.
7ebanyakan neuropati optik traumatis tidak langsung adalah posterior dimana arteri
retina sentral memasuki saraf dan dengan demikian berhubungan dengan sirkulasi
retina yang normal. #edera aksonal posterior tidak menimbulkan efek akut pada optic
disc, sehingga pada posterior neuropati optik traumatis tidak langsung dapat
memperlihatkan hasil yang normal pada pemeriksaan funduskopi, dengan atrofi optik
hanya terlihat setelah 6&0 minggu. Pemeriksaan mata harus dilakukan sejak dini dalam
penilaian pasien dan sebelum terjadi pembengkakan kelopak mata yang menyebabkan
kelopak mata menutup sepenuhnya, sehingga menghalangi pemeriksaan tersebut.
Satu&satunya temuan pemeriksaan mata pada posterior neuropati optik traumatis tidak
langsusng mungkin penurunan ketajaman, #a#at aferen pupil relatif jika #edera adalah
unilateral atau asimetris, penurunan penglihatan *arna, dan mungkin #a#at pada
lapang pandang. Posterior neuropati optik traumatis tidak langsung sering karena
pukulan frontal atau midfasial, dan #edera #ukup parah untuk menyebabkan
kehilangan kesadaran pada /&@-? pasien.
Page 5
7/24/2019 Jurnal Reading Mata TBI
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-reading-mata-tbi 5/13
7ebanyakan posterior neuropati optik traumatis tidak langsung terjadi di
bagian intra#anali#ular dari saraf optik. +agian intra#anali#ular adalah satu&satunya
daerah yang tetap pada saraf, dan saraf sangat rentan terhadap pergeseran di ujung
proksimal dan distal dari kanal tulang. Pergeseran dan iskemia mungkin kemudian
diikuti oleh pembengkakan saraf dalam saluran yang ketat, yang menyebabkan #edera
lebih lanjut dan berpotensi kehilangan penglihatan yang terlambat. 7ehilangan
penglihatan yang terlambat digambarkan pada sekitar 6 (?) dari -@ pasien
dengan neuropati optik traumatis dalam satu studi. Neuropati optik trauma tidak
langsung kadang&kadang disertai dengan patah tulang dalam kanal optik dan dengan
demikian <; pen#itraan harus dilakukan sebagai bagian dari penilaian a*al. +agian
intrakranial dari saraf optik adalah bagian kedua yang paling umum terkena pada
neuropati optik traumatis, dan *ilayah ini dapat #edera oleh kompresi terhadap
falciform dural fold , di mana saraf memasuki pembukaan tetap foramen optik.
Pengobatan untuk posterior neuropati optik traumatis tidak langsung adalah
kontroversial. Strategi yang digunakan termasuk steroid dalam berbagai dosis, operasi
dekompresi kanal optik, dan observasi. Sejarah alam neuropati optik traumatis belum
diteliti se#ara memadai, tapi dalam beberapa penelitian observasional dan dalam satu
penelitian a#ak kelompok ke#il yang dikendalikan -&0? dari kelompok yang tidak
diobati mengalami perbaikan visual. 5asil ini bervariasi tergantung pada berapa lama
setelah #edera saraf optik pasien yang dipelajari4 pendaftaran kemudian akan
kehilangan pasien yang telah meningkat hasilnya. Prediktor terbesar perbaikan visual
dalam studi ini adalah ketajaman visual a*al setelah #edera (*aktu yang tepat adalah
variabel dan tidak tersedia dalam beberapa kasus), dengan pasien yang a*alnya bisa
melihat gerakan tangan atau lebih baik menunjukkan lebih banyak perbaikan
dibandingkan dengan persepsi hanya #ahaya atau lebih buruk. Selain itu, pemulihan
visual dalam - hari pertama menandakan peningkatan ketajaman visual akhir, dan
derajat keparahan a*al dari #a#at pupil aferen relatif adalah prediksi berkurang
perbaikan visual akhir. ;idak ada penelitian a#ak uji klinis yang dikendalikan dari
efek pengobatan steroid pada neuropati optik traumatis, tetapi steroid umumnya
belum terbukti bermanfaat. Studi the corticosteroid randomization after significant
injury (<C"S5) menunjukkan peningkatan mortalitas pada pasien yang menerima
steroid dosis tinggi setelah trauma kepala dibandingkan pasien kontrol, menunjukkan
bah*a steroid dalam neuropati optik traumatis mungkin membuat prognosis yang
lebih buruk se#ara keseluruhan. emikian juga, tidak ada penilitian a#ak uji klinis
Page 6
7/24/2019 Jurnal Reading Mata TBI
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-reading-mata-tbi 6/13
terkontrol menilai operasi di neuropati optik traumatis yang telah dilakukan4 hanya
studi observasional yang tersedia. Per#obaan pengobatan he !nternational raumatic
"ptic #euritis reatment dikonversi dari uji #oba se#ara a#ak ke satu pengamatan,
tetapi didapatkan tidak ada manfaat dari operasi atau steroid atas kelompok yang tidak
diobati. +eberapa ahli berpendapat bah*a operasi diperuntukkan bagi mereka dengan
saraf optik terselubung hematoma, kehilangan penglihatan yang terlambat
menunjukkan hematoma, atau adanya fraktur kanal optik. 8aporan retrospektif tidak
terkontrol telah menunjukkan bah*a operasi ekstrakranial untuk dekompresi kanal
optik dapat menghasilkan peningkatan hingga >? dari pasien yang dipilih, meskipun
penelitian lebih definitif tentang peran operasi di neuropati optik traumatis belum
dilakukan.
Kiasma Opti dan $alur #etro%&iasmal
Sindrom #hiasmal traumatis jarang, hanya terjadi pada tiga dari 6-0 pasien
dengan ;rauma <edera =tak dalam satu seri retrospektif, dan biasanya merupakan
hasil dari benturan kepala berat. alam serangkaian kasus terbesar dari D pasien
dengan sindrom #hiasmal traumatis, 0>? pasien memiliki patah tulang tengkorak
yang menyertainya dan lebih dari setengahnya memiliki neuropati kranial yang
menyertainya. Sindrom <hiasmal telah dikaitkan dengan pukulan frontal dan patah
tulang tengkorak basilar garis tengah. 5al ini sering disertai dengan defisit dari
hipofisis dan hipotalamus, dengan 6@&A? pasien diabetes insipidus, menurut
serangkaian beberapa kasus. <edera terkait lainnya termasuk carotid cavernous
fistulae, trauma karotis aneurisma, dan meningitis terkait dengan kebo#oran #airan
serebrospinal. Sindrom <hiasmal disertai dengan haemianopia bitemporal. "ptical
coherence tomography (=<;) telah digunakan untuk menunjukkan hilangnya lapisan
serat saraf retina di sektor hidung kedua mata dalam satu kasus dengan sindrom
#hiasmal traumatis.
8esi traumatik pada saluran optik, radiasi, dan lobus oksipital juga dapat
terjadi. ;emuan dari ulasan retrospektif menunjukkan bah*a D&/? pasien dengan
;rauma <edera =tak memiliki #a#at bidang visual retro#hiasmal. alam revie*
retrospektif dari 6 pasien dengan haemianopia homonim karena ;rauma <edera
=tak, ? memiliki lesi pada saluran optik, -6? di radiasi optik, 6? di lobus
oksipital, dan 0? memiliki beberapa lesi. Semakin parah #edera, semakin mungkin
bah*a #edera jalur visual retro#hiasmal mungkin terjadi, mungkin karena pergeseran.
Page 7
7/24/2019 Jurnal Reading Mata TBI
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-reading-mata-tbi 7/13
alam satu studi otopsi dari /A pasien dengan #edera kepala yang fatal tertutup, >@?
memiliki #edera aksonal di kiasma optik, saluran atau radiasi. alam satu laporan
kasus #edera saluran optik pas#a&trauma, gradient$recalled echo positif ter#atat di
saluran, menunjukkan mekanisme perdarahan fokus dalam kasus itu.
Neuropati Oulomotor
Insiden yang dilaporkan #edera saraf okulomotorius (saraf kranial III) pada
;rauma <edera =tak berkisar 6&?. alam sebuah penelitian, pasien dengan ;rauma
<edera =tak yang memiliki kelumpuhan saraf kranial III memiliki skor 2<S lebih
rendah daripada mereka yang #edera saraf tro#hlear (saraf kranial IV) atau saraf
abdu#ens (saraf kranial VI), menunjukkan peningkatan keparahan #edera. Situs dari
#edera termasuk tempat keluarnya saraf kranial III dari otak tengah, di fisura orbital
superior, atau di sepanjang jalurnya dalam ruang subara#hnoid. alam satu laporan
kasus trauma #edera saraf kranial III, difusi tensor tra#tography menunjukkan
penghentian pada saraf di pintu keluar dari otak tengah, menunjukkan bah*a teknik
ini mungkin memegang janji untuk mengkonfirmasi #edera aksonal traumatis yang
tidak dinyatakan dengan jelas pada urutan :CI standar. 5erniasi un#al karena edema
atau perdarahan traumatik dapat menyebabkan kompresi saraf kranial III di tepi
tentorial, oleh arteri serebral posterior, atau gyrus parahippo#ampal, atau saraf dapat
dipipis oleh dasar tengkorak. ;emuan dari satu revie* retrospektif dari -0 pasien
dengan trauma kranial kelumpuhan saraf III menunjukkan tingkat / bulan pemulihan
DA? untuk ptosis, >6? untuk paresis otot ekstra&okular, dan A? untuk keterlibatan
pupil. Cegenerasi menyimpang dapat terjadi.
<edera saraf kranial IV terjadi di 6&6? pasien dengan ;rauma <edera =tak.
Sebagai saraf motorik okuler, saraf kranial IV adalah yang tertipis dan memiliki jalur
intra#ranial terpanjang. <edera saraf kranial IV dikaitkan dengan kontusio parenkim
otak tengah bagian dorsal dan hematoma mungkin karena dampak dari otak tengah
mela*an tentorium. ;rauma kranial palsi saraf IV juga telah ditunjukkan dengan
#edera di sumur&sumur sepanjang perjalanan ekstra&aksial dari saraf&misalnya,
berkaitan dengan perdarahan di serebelar superior, uadrigeminal, atau ambient. A&
0? pasien dengan trauma kranial #edera saraf IV telah pulih dalam 0 bulan.
<edera saraf kranial VI telah ditunjukkan pada /&0? pasien dengan ;rauma
<edera =tak. Saraf kranial VI saraf memiliki jalur yang kompleks. ;rauma palsi saraf
kranial VI telah dijelaskan dalam hubungannya dengan kerusakan tulang petrosa dan
Page 8
7/24/2019 Jurnal Reading Mata TBI
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-reading-mata-tbi 8/13
dengan #edera fleksi&ekstensi. Paksaan fleksi&ekstensi pada #edera servikal diyakini
menyebabkan gerakan vertikal pada otak. 2erakan ini menyebabkan perpindahan,
peregangan, dan #edera memar saraf keenam di sekitar kanal orello, pada titik
masuk dural yang tetap dan di apeks daerah petrosa. Pemeriksaan patologis sepuluh
orang dengan trauma kepala yang fatal menunjukkan bah*a #edera saraf kranial VI
paling besar di lokasi titik masuk dural dan apeks petrosa, dan #edera diidentifikasi di
lokasi anastomosis dengan pleksus simpatik di sepanjang arteri karotis internal.
<edera saraf abdu#ens yang terlambat dapat terjadi dalam keadaan tekanan
intra#ranial yang tinggi&misalnya, karena perdarahan traumatik atau edema, dan juga
telah dijelaskan dengan pen#itraan normal, menunjukkan mekanisme tambahan
seperti iskemia atau edema lokal. Peneliti men#atat bah*a tujuh dari -A pasien
dengan kelumpuhan saraf kranial VI unilateral dan tiga dari delapan pasien dengan
palsi bilateral se#ara spontan pulih di 0 bulan.
2ambar$ iagram skema perjalanan dari saraf kranial VISaraf kranial VI (hijau) di*akili dari inti dalam pons (") ke dalam mata (+). Saraf keluar dari pons dan
kemudian naik di ruang subara#hnoid sebelum berjalan melalui lubang dural (panah) untuk memasuki
ruang ekstradural. 7emudian saraf naik di atas punggung tulang petrosa (<) untuk men#apai apeks
petrous (tanda bintang), di mana itu ditambatkan ke dura. Saraf kemudian berubah arah dengan - E
dan le*at di ba*ah ligamentum petrosphenoid (ditampilkan dalam *arna pink) di kanal orello
(ditampilkan dalam *arna merah). Setelah kanal orello, itu memasuki sinus kavernosa (tidak
ditampilkan) di mana perjalanan dengan serat simpatik di sepanjang arteri karotis interna, kemudian
mele*ati fisura orbital superior () untuk innervate rektus lateral.
Page 9
7/24/2019 Jurnal Reading Mata TBI
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-reading-mata-tbi 9/13
Cedera "atang Ota
Selain kelumpuhan saraf kranial, #edera batang otak pada ;rauma <edera
=tak dapat menyebabkan beberapa temuan neuro&ophthalmi#, termasuk pupil dan
gangguan motilitas. <edera batang otak sering terjadi pada pukulan berat di belakang
kepala. Internu#lear traumatis oftalmoplegia akibat #edera medial fas#i#ulus
membujur telah digambarkan terjadi bilateral di 6 (,0?) dan se#ara sepihak dalam
(,A?) dari > pasien dengan ;rauma <edera =tak yang dirujuk untuk penilaian
neuro&oftalmologi. 7etika / pasien ra*at inap dengan opthalmoplegia internu#lear
ditinjau, - (A?) memiliki trauma otak sebagai penyebabnya. Sindrom dorsal otak
tengah juga jarang pada pasien dengan ;rauma <edera =tak, terjadi pada - (,6?)
dari 6-0 pasien dalam satu seri retrospektif. Sindrom dorsal otak tengah ditandai
dengan kelumpuhan upga3e, pupil pseudo&"rgyll Cobertson, konvergensi retraksi
nistagmus, dan retraksi kelopak mata.
Cedera $alur !impati
alam sebuah penelitian, tanda&tanda sindrom 5orner terdeteksi di tiga (,D?)
dari 6-0 pasien dengan ;rauma <edera =tak. ;anda&tanda sindrom 5orner terkait
dengan diseksi arteri servikal traumatis dapat terjadi dengan trauma tembus dan
trauma tidak tembus.
Apes Or'ital( Fisura Or'ital !uperior( dan !indrom !inus Ka)ernosus
Sindrom apeks orbital termasuk kerusakan saraf optik, saraf kranial III, saraf
kranial IV, saraf kranial VI, dan #abang oftalmik dari saraf trigeminal. Sindrom fisura
orbital superior termasuk lesi anterior pada apeks orbital dan mengarah ke beberapa
neuropati kranial tanpa keterlibatan saraf optik. Sindrom sinus kavernosus biasanya
menge#ualikan saraf optik sebaliknya men#akup unsur&unsur dari sindrom apeks
orbital dengan penambahan divisi maksilaris dari saraf trigeminal dan serat simpatik,
yang semuanya mungkin disebabkan karena trauma tumpul atau trauma tembus,
mungkin dalam keadaan patah tulang tengkorak.
istula katrotis sinus kavernosus langsung biasanya terjadi selama trauma dan
dapat menyebabkan fitur dari sindrom sinus kavernosus. istula katrotis sinus
kavernosus terjadi ketika ada sobekan di dinding segmen kovernosus dari arteri
karotis interna, menghasilkan hubungan antara karotis dan saluran vena dari sinus
kavernosus. Pasien dengan fistula katrotis sinus kavernosus gejala mungkin dapat
Page 10
7/24/2019 Jurnal Reading Mata TBI
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-reading-mata-tbi 10/13
terjadi segera atau mungkin terdapat penundaan dalam beberapa hari sampai beberapa
minggu. istula katrotis sinus kavernosus dapat menyebabkan proptosis, #hemosis
konjungtiva, pulsasi okular, %ruits, disfungsi dari satu atau lebih saraf okulomotor
atau otot mata, dan kehilangan penglihatan akibat neuropati optik atau #edera retina
atau #horoidal. Pengobatan endovas#ular atau bedah sering kuratif.
2ambar$ Sindrom apeks orbital
'anita ini berusia -/ tahun terlibat dalam ke#elakaan mobil dan memiliki sindrom apeks orbital yang
tepat dengan fraktur fisura orbital superior. ia memiliki ophthalmoparesis lengkap di mata kanan
dengan penglihatan tanpa persepsi #ahaya, juga dengan penglihatan sangat berkurang visi mata kiri
akibat #edera saraf optik.
!indrom Kompartemen Or'ital
Sindrom kompartemen =rbital adalah keadaan darurat pada trauma neuro&
oftalmologi yang sangat langka yang dapat menyebabkan kehilangan penglihatan
ke#uali didiagnosis segera dan diobati. 5al ini terjadi ketika ada kenaikan mendadak
tekanan intraorbital yang lebih besar dari tekanan sistemik, menyebabkan penurunan
perfusi4 sering disebabkan oleh perdarahan retrobulbar arteri setelah trauma *ajah
tumpul. ;anda&tanda sindrom kompartemen orbital termasuk kehilangan penglihatan,
e##hymosis periorbital, ptosis lengkap, oftalmoplegia, dilatasi pupil tetap, dan
perdarahan sub#onjun#tival.7ehilangan penglihatan dan ophthalmoparesis diduga terjadi sebagai akibat
dari kompresi langsung saraf dan suplai darah mereka. <anthotomy 8ateral dapat
dilakukan di tempat tidur untuk mengurangi tekanan dan ketika dilakukan segera
dapat menyebabkan pemulihan visual.
Kesimpulan dan Ara& *asa Depan
;rauma kepala memiliki banyak efek pada sistem visual, yang memerlukan
pemeriksaan neuro&oftalmi# dengan seksama. Individu dengan ;rauma <edera =tak
Page 11
7/24/2019 Jurnal Reading Mata TBI
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-reading-mata-tbi 11/13
ringan atau gegar otak mungkin memiliki defisit dalam fungsi eksekutif, perhatian
visual, dan memori visual, yang semuanya dapat dinilai dengan tes visual termasuk
saccades atau pursuit dan dapat kuantitatif menilai dengan video&o#ulography. ;es
saccades, pursuit , konvergensi, akomodasi, refleks vestibulo&okular, dan phorias
sering tidak normal dan karena itu penting untuk melakukan klinis untuk menilai
#edera #on#ussive, pemantauan pemulihan, dan memberikan terapi visual yang sesuai.
Pasien dengan ;rauma <edera =tak sedang atau berat sering memperlihatkan lesi
struktural atau pergeseran aksonal lebih besar, yang menyebabkan neuropati motorik
mata, neuropati optik, dan patologi orbital.
;es fungsi visual dapat menjadi sarana sensitif untuk menilai #edera kepala
ringan, menyediakan metode skrining sampingan yang menjanjikan untuk gegar otak
yang berhubungan dengan olahraga. ;es berdasarkan garis samping lapang pandang
penglihatan seperti 7ing evi#k (7) tes, yang men#akup penamaan angka dengan
#epat, menunjukkan janji besar dan sedang dinilai lebih lanjut dalam kohort besar
pada atlet. ;es 7 dapat diberikan oleh pengamat non dokter, seperti orang tua
peserta olahraga, dan bisa memiliki aplikasi untuk pengujian #epat dalam militer.
Sebagai pemahaman tentang dampak jangka panjang pertumbuhan dari trauma
kepala berulang, kebutuhan terhadap objektif dan sarana yang sensitif untuk menilai
#edera otak subklinis menjadi sangat penting. ;emuan dari studi elektrofisiologi
menunjukkan bah*a ada perubahan jangka panjang dalam potensi respon yang
membangkitkan pada mereka dengan ;rauma <edera =tak sebelumnya yang
melakukan tugas&tugas memori visual, bahkan ketika pasien dengan ;rauma <edera
=tak lakukan seperti yang dilakukan kontrol pada tugas&tugas klinis. 7ombinasi
pengolahan tugas visual, neuroimaging, biomarker serum, dan rekaman
elektrofisiologi memungkinkan kita untuk menilai #edera subklinis terkait dengan
trauma kepala. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi se#ara persis
pasien mana dengan #edera subklinis beresiko terjadi ensefalopati traumatik kronis
dan karenanya harus dilarang dari kegiatan tabrakan lanjut. ;es struktur dan fungsi
jalur visual tidak hanya membantu dalam penilaian langsung dan pengelolaan ;rauma
<edera =tak tapi mungkin bisa digunakan untuk membantu memprediksi mereka
yang berisiko gejala sisa kognitif jangka panjang, sementara juga menyediakan
ukuran hasil untuk per#obaan pengobatan.
Page 12
7/24/2019 Jurnal Reading Mata TBI
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-reading-mata-tbi 12/13
DAFTA# PU!TAKA
. :isba#h F. Neuro&opthamologi pemeriksaan klinis dan interpretasi. Fakarta$ +alai
Penerbit 79I. DDD. hal &/.
Page 13
7/24/2019 Jurnal Reading Mata TBI
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-reading-mata-tbi 13/13
-. +aehr :, rots#her :. uusG topi#al diagnosis in neurology
anatomyHphysiologyHsignsHsymptoms /th. Ne* !ork$ ;hieme. -A. p 6@&0.
6. :onkhouse S. <ranial nerves fun#tional anatomy. <ambridge$ <ambridge
9niversity Press. -0. P -&@
/. 8umbantobing S:. Neurologi klinik pemeriksaan fisik dan mental. Fakarta$ +alai
Penerbit 79I. -0. hal 6/&A.