Top Banner
ISSN 2685-578 X Volume 2, Nomor 1, Edisi Januari 2020 Jurnal PBI NOMMENSEN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA Program Studi Pendidikan Bahasa I ndonesia Universitas HKBP Nommensen Pematangsiant ar (UHKBPNP) Alamat Kantor: Jl. Sangnauwaluh No. 4 Pematangsiantar (21132 )
25

Jurnal PBI NOMMENSEN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

Oct 21, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Jurnal PBI NOMMENSEN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

ISSN 2685-578X

Volume 2 , Nomor 1, Edisi Januari 2020

Jurnal PBI NOMMENSEN

PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

Program Studi

Pendidikan Bahasa Indonesia

Universitas HKBP Nommensen Pematangsiantar

(UHKBPNP)

Alamat Kantor:

Jl. Sangnauwaluh No. 4 Pematangsiantar (2 1132 )

Page 2: Jurnal PBI NOMMENSEN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

STRUKTUR ORGANISASI JURNAL PBI NOMMENSEN

PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

Pembina

Rektor, Prof. Dr. Sanggam Siahaan, M.Hum.

Plt. Wakil Rektor I, Prof. Dr. Selviana Napitupulu, M.Hum.

Penanggungjawab

Plt. Dekan, Pdt. Dr. Nurliani Siregar, M.Pd.

Plt. Dekan I, Bertharia S. Hutauruk, S.Pd., M.Hum.

Ketua Redaksi

Dr. Jumaria Sirait, M.Pd.

Sekretaris Redaksi

Plt. Wakil Dekan III, Gr. Bangun Munte, S.Pd., M.M.

Monalisa Frince S, S.Pd., M.Pd.

Bendahara

Plt. Wakil Dekan II, Osco P. Sijabat, S.Pd., M.Pd.

Marlina A. Tambunan, S.Pd., M.Pd.

Dewan Redaksi

Drs. Ronald Hasibuan, M.Pd.

Dra. Elfrida Pasaribu, M.M.

Drs. Harlim Lumbantobing, M.Pd.

Tanggapan C. Tampubolon, S.Pd., M.Pd.

Reviewer Internal

Prof. Dr. Sanggam Siahaan, M.Hum.

Prof. Dr. Selviana Napitupulu, M.Hum.

Dr. Hilman Pardede, M.Pd.

Dr. Bloner Sinurat, M.Hum.

Reviewer Eksternal/ Mitra Bestari Prof.

Dr. Khairil Ansari, M.Pd. (Unimed) Prof.

Dr. Tiur Asi Siburian, M.Pd. (Unimed)

Page 3: Jurnal PBI NOMMENSEN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

Editor Teknik

Junifer Siregar, S.Pd., M.Pd.

Martua Reynhat Sitanggang Gusar, S.Pd., M.Pd.

Vita R. Saragih, S.Pd., M.Pd.

Sekretariat/ Administrasi

Manuel B. Situmorang, S.Pd.

Edi Saputra

Beresman Siburian

Page 4: Jurnal PBI NOMMENSEN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya sehingga Jurnal PBI Nommensen

Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas HKBP Nommensen Pematangsiantar dapat menerbitkan tulisan-tulisan

penelitian pada Volume 2 Edisi Januari 2020.

Jurmal PBI Nommensen Volume 2 Nomor 1 Tahun 2020 berisikan sepuluh tulisan tentang pendidikan

bahasa di sekolah, sastra, dan nilai budaya. Selain dosen dari Universitas HKBP Nommensen Pematangsiantar

turut juga dosen dari Universitas HKBP Nommensen, Universitas Sebelas Maret, dan Universitas Simalungun.

Nomor ini dimulai dengan tulisan Jumaria Sirait dengan judul Hubungan Pemahaman Makna

Konseptual dan Makna Asosiatif Terhadap Wacana Deskripsi Oleh Mahasiswa Sem. I Prodi Pendidikan Bahasa

Indonesia, Universitas HKBP Nommensen Pematangsiantar T.A 2019/2020. Marlina A Tambunan dengan judul

Moralitas dalam Novel “Laksamana Malahayati Sang Perempuan Keumala” (Tinjauan Pragmatik). Junifer

Siregar dengan judul Korelasi Penguasaan Kalimat Efektif Terhadap Kemampuan Menulis Paragraf Argumentasi

Oleh Siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Pematangsiantar. Monalisa Frince S dengan judul Pemerolehan Bahasa

Anak Studi Kasus Usia Tiga Tahun. Martua R Sitanggang dengan judul Kemampuan Mengubah Puisi Menjadi

wacana narasi dengan Metode Inkuiri oleh Siswa Kelas X SMK Swasta Yapim Biru-biru Tahun Pembelajaran

2019/2020. Vita Riahni Saragih dengan judul Analisis Nilai-Nilai Didaktis pada Novel “Surga Yang Tak

Dirindukan” Karya Asma Nadia. Ronald Hasibuan dengan judul Studi Korelasi Kemampuan Membaca

Pemahaman dengan Tingkat Kemampuan Menulis Teks Eksposisi Mahasiswa Strata Satu (S1) Program Studi

Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas HKBP Nommensen.

Paulina Herlina Norayanti dengan judul Analisis feminis teologis terhadap Budaya Populer “Perempuan :

Kecantikan dan Gaya Hidup”. Memet Sudaryanto dengan judul Pembelajaran Teks Argumentasi dengan

Stimulus Mind-Map pada Siswa SMA Kota Surakarta. Berlian Turnip dengan judul Kesantunan Berbahasa dalam

Novel “Ayahku Bukan Pembohong” Karya Tere Liye.

Jurnal Volume 2 Nomor 1 Tahun 2020 ini dapat terbit adalah atas kerja keras dan perhatian dari banyak

pihak, oleh karena itu redaksi mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang berkenan memberikan

masukan kepada redaksi dan juga mereview tulisan yang ada. Juga kepada anggota redaksi yang juga meluangkan

waktu untuk bekerja agar Jurnal ini dapat terbit. Redaksi juga memohon maaf untuk segala kekurangan yang

terdapat pada jurnal ini dan akan kami perbaiki pada edisi berikutnya.

Pematangsiantar, Januari 2020

Redaksi

Page 5: Jurnal PBI NOMMENSEN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

VOLUME 2, NOMOR I, EDISI JANUARI 2020 ISSN 2685-578X

PBI NOMMENSEN

DAFTAR ISI

PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

Hubungan Pemahaman Makna Konseptual dan Makna Asosiatif Terhadap Wacana Deskripsi Oleh Mahasiswa

Sem. I Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas HKBP Nommensen Pematangsiantar T.A 2019/2020. (JUMARIA SIRAIT) hal 1 - 19

Moralitas dalam Novel “Laksamana Malahayati Sang Perempuan Keumala” (Tinjauan Pragmatik) (MARLINA A TAMBUNAN) hal 20 - 50

Korelasi Penguasaan Kalimat Efektif Terhadap Kemampuan Menulis Paragraf Argumentasi Oleh Siswa Kelas

XI SMK Negeri 2 Pematangsiantar (JUNIFER SIREGAR) hal 51 - 62

Pemerolehan Bahasa Anak Studi Kasus Usia Tiga Tahun (MONALISA FRINCE S) hal 63 - 74

Kemampuan Mengubah Puisi Menjadi wacana narasi dengan Metode Inkuiri oleh Siswa Kelas X SMK Swasta Yapim Biru-biru Tahun Pembelajaran 2019/2020 (MARTUA R SITANGGANG) hal 75 - 95

Analisis Nilai-Nilai Didaktis pada Novel “Surga Yang Tak Dirindukan” Karya Asma Nadia (VITA RIAHNI SARAGIH) hal 96 - 105

Studi Korelasi Kemampuan Membaca Pemahaman dengan Tingkat Kemampuan Menulis Teks Eksposisi

Mahasiswa Strata Satu (S1) Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas HKBP Nommensen. (RONALD HASIBUAN) hal 106 - 126

Analisis feminis teologis terhadap Budaya Populer “Perempuan : Kecantikan dan Gaya Hidup” (PAULINA HERLINA NORAYANTI) hal 127 – 140

Pembelajaran Teks Argumentasi dengan Stimulus Mind-Map pada Siswa SMA Kota Surakarta (MEMET SUDARYANTO) hal 141 – 153

Kesantunan Berbahasa dalam Novel “Ayahku Bukan Pembohong” Karya Tere Liye

(BERLIAN TURNIP) hal 154-163

JURNAL PBI NOMMENSEN FKIP UHKBPNP

PEMATANGSIANTAR

EDISI JANUARI

2020

Page 6: Jurnal PBI NOMMENSEN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

1

HUBUNGAN PEMAHAMAN MAKNA KONSEPTUAL DAN MAKNA ASOSIATIF

TERHADAP WACANA DESKRIPSI OLEH MAHASISWA SEM. I PRODI

PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA, UNIVERSITAS

HKBP NOMMENSEN PEMATANGSIANTAR T.A 2019/2020

Oleh :

Dr. Jumaria Sirait, M.Pd.

Dosen LLDikti Wil.I Sumut dpk. FKIP-UHKBPNP

Email: [email protected]

Abstrak

Kajian dalam penelitian ini adalah pemahaman makna konseptual dan makna asosiatif

yang dikorelasikan terhadap wacana deskripsi oleh mahasiswa semester I Program Studi

Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas HKBP Nommensen Pematangsiantar

T.A.2019/2020. Berdasarkan kajian penelitian, maka pertanyaan penelitian yang menjadi

rumusan masalah dinyatakan dalam kalimat “Bagaimanakah hubungan pemahaman makna

konseptual dan makna asosiatif terhadap wacana deskripsi oleh mahasiswa semester I

Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia?” Sekaitan dengan pelaksanaan penelitian,

peneliti menerapkan rancangan penelitian korelasional, yaitu mengkaji hubungan variabel

pemahaman makna konseptual dan makna asosiatif terhadap wacana deskripsi.

Penelitian ini dilaksanakan di Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia, FKIP-UHKBPNP

dengan alasan: (1) Sepengetahuan peneliti belum pernah dikaji masalah tersebut; (2) Dari segi

koordinasi, waktu, biaya dan tenaga, serta keadaan, peneliti merasa terbantu karena di lokasi

tempat tugas; (3) jumlah populasi layak untuk dijadikan sebuah penelitian, sesuai dengan

masalah yang telah ditentukan; (4) Pelaksanaan penelitian dimulai pada November 2019 -

Pebruari 2020 dengan jumlah responden penelitian 32 orang. Selanjutnya, instrumen yang

digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian adalah tes. Pemilihan

instrumen ini sudah relevan dengan masalah yang diteliti.

Setelah melaksanakan penelitian, diperoleh: (1) Terdapat korelasi positif pemahaman

makna konseptual dan makna asosiatif terhadap pemahaman wacana deskripsi dari mahasiswa

Semester I Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP-UHKBPNP T.A.2019/2020.

(2) Hubungan tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa yang pemahaman makna konseptual

dan makna asosiatifnya tinggi, menunjukkan pemahaman wacana deskripsi yang tinggi juga.

(3) Kriteria pengujian hipotesis penelitian adalah tolak H0 apabila r0 > rt , selanjutnya terima

H0 apabila r0 ≤ rt pada taraf signifikansi α = 0,05 atau 5%. (4) Interpretasi terhadap t0 adalah

dengan membandingkan df atau db pada tabel r dengan rumus (N1 + N2 ) yakni 32 + 32 – 2 =

62. Selanjutnya, df 62 pada rt pada taraf signifikansi 5% = 1,99 sehingga berdasarkan

perhitungan diperoleh r0 sebesar = 2,60. (5) Berdasarkan kriteria pengujian hipotesis

penelitian, diperoleh r0 > rt yakni 2,60 > 1,99.

Kata Kunci: pemahaman, makna konseptual, makna asosiatif, wacana deskripsi

Page 7: Jurnal PBI NOMMENSEN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

2

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai wadah interaksi antar penutur dengan

pengengar. Sebagai alat komunikasi, bahasa berperan penting dalam seluruh aktivitas

manusia, misalnya menyampaikan gagasan atau ide, mengungkapkan hasrat jiwa dan

keinginan tertentu terhadap sesama, mengungkap cita-cita dan keinginan lawan bicara, dan

sebagainya yang sesuai dengan hakikat bahasa itu sendiri dalam kehidupan manusia. Intinya,

melalui bahasa, hasrat dan cita-cita dapat tersampaikan dengan baik. Oleh karena begitu

pentingnya bahasa itu, maka pengajaran bahasa harus dilakukan dengan serius, ditangani lebih

baik, agar bahasa tersebut dapat memenuhi perannya sebagai alat komunikasi. Berdasarkan

peran bahasa fungsi komunikasi terealisasikan terutama untuk tujuan ungkapan penting antara

pengguna bahasa dengan orang yang mendengarkan, baik secara lisan maupun tulis. Atas

dasar kepentingan inilah, kaidah-kaidah bahasa, terutama bahasa Indonesia perlu dikuasai

untuk dipedomani dalam kegiatan berbahasa. Kaidah-kaidah bahasa Indonesia diperoleh lewat

pemahaman terhadap tatabahasa Indonesia.

Bahasa Indonesia yang dituturkan secara verbal maupun non-verbal mempunyai

aturan atau kaidah-kaidah, patokan yang tersistem dalam kebahasaan Indonesia. Penutur harus

taat pada aturan yang telah ditetapkan tersebut karena berfungsi sebagai acuan untuk

menentukan benar atau salah dalam produktivitas berbahasa. Hal ini berkenaan dengan

keterampilan berbahasa seseorang, baik secara lisan maupun tulisan, sangat ditentukan oleh

pengetahuannya tentang kaidah-kaidah atau aturan/norma yang berlaku dalam suatu bahasa.

Oleh karena itu, kajian tentang bahasa lazim ditinjau dari sudut hakikat serta fungsinya.

Terkait dengan hakikatnya, bahasa dikaji oleh ahli-ahli dalam linguistik, sedangkan

pengkajian dari segi fungsi bahasa merupakan ruang tempat berkomunikasi, yaitu wadah

penghubung dalam pengantar dalam persahabatan dan bersosialisasi dengan sesama manusia.

Salah satu cabang kebahasaan atau tatabahasa Indonesia ialah morfologi. Secara

etimologi morfologi terdiri dari kata morf yang berarti bentuk, dan logi artinya ilmu. Secara

sederhana, morfologi adalah ilmu tentang bentuk kata. Selanjutnya, secara luas, morfologi

adalah ilmu kebahasaan yang mengkaji proses pembentukan kata (proses morfologis), tatacara

urutan komposisi kata, jenis atau kelas kata, dan nosi kata. Aspek morfologis menyangkut

penggambaran satuan-satuan morfemis dengan huruf-huruf. Morfemis ialah bersifat morfem,

sedangkan morfem ialah satuan bahasa yang terkecil yang mengandung makna, baik makna

leksikal maupun gramatikal. Adapun yang dimaksud dengan proses morfologis adalah proses

pembentukan kata-kata dari bentuk dasarnya. Ada 3 hal terpenting dalam pembentukan kata,

yakni: pembentukan afiks, reduplikasi atau pengulangan, dan proses pemajemukan

(kompositum).

Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk membina dan mengembangkan

bahasa Indonesia seperti, melaksanakan seminar dan kongres bahasa, menerbitkan berbagai

majalah bahasa dan sastra, buku-buku yang berkenaan dengan bahasa serta mengasuh acara

Pembinaan Bahasa Indonesia melalui media televisi, dan RRI. Hal ini membuktikan bahwa

sesungguhnya fenomena bahasa terkait dengan kebutuhan semua lapisan masyarakat

penuturnya. Dengan demikian, upaya standarisasi bahasa adalah untuk kepentingan

dinamisasi, sehingga pengembangannya bukan hanya tanggung jawab ahli/pakar bahasa,

tetapi juga segenap lapisan masyarakat pemakainya. Dengan kata lain, segenap lapisan

masyarakat harus sanggup bertanggungjawab atas perkembangan bahasa Indonesia.

Page 8: Jurnal PBI NOMMENSEN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

3

Pengajaran bahasa Indonesia, termasuk juga sasteranya pada tiap tingkat atau level

pendidikan seharusnyalah mendapat perhatian besar, sebab tujuan pengajaran bahasa

Indonesia sangat berkaitan erat dengan proses pengajaran bahasa itu sendiri. Bagaimana

keberhasilan proses pengajaran akan terbukti dari hasil pengajaran (output). Demikian halnya

pengajaran bahasa Indonesia yang baku dapat tercapai, apabila dikuasai benar pola-pola

penyampaiannya kepada anak didik, baik pembakuan struktur kalimat maupun penggunaan

kosa kata. Seorang guru Bahasa Indonesia harus mengetahui perkembangan Bahasa Indonesia

sebagai bidang studi yang diasuhnya. Guru Bahasa Indonesia hendaknya memiliki kreativitas

dalam memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didiknya. Ia tidak cukup bersandar/

berfokus pada buku teks yang ada saja, tetapi harus berusaha mencari sumber-sumber bahan

lainnya seperti: majalah, surat kabar, serta berbagai referensi yang berkaitan penuh dengan

pokok pembelajaran anak didiknya. Hal ini juga akan menjadikan anak didik yang diasuhnya

lebih tanggap, kreatif, dan cepat mandiri dalam belajar. Para siswa akan mau mencari sendiri

bahan yang berhubungan dengan pelajarannya di luar yang sudah diberikan gurunya.

Bahasa terdiri dari dua unsur, yakni: unsur bentuk dan unsur makna. Dalam Bahasa

Indonesia kedua unsur tersebut selalu mengalami perkembangan, sebagaimana yang telah

diuraikan sebelumnya. Dalam proses perkembangan tersebut, sudah pasti terdapat perubahan-

perubahan tentang kaidah-kaidah atau patokan-patokan yang berlaku di dalam bahasa

Indonesia. Hal ini jelas kita ketahui dari pelajaran Tatabahasa. Dan menurut pengamatan

peneliti, terdapatnya kesalahan berbahasa Indonesia di kalangan masyarakat, khususnya di

kalangan anak didik kemungkinan besar disebabkan kesalahan pembentukan kata. Banyak

kalimat yang digunakan tidak efektif, karena pembentukan kata-kata pada kalimat itu tidak

tepat.

Menyikapi kenyataan pahit di atas, peneliti tertarik dan termotivasi untuk mengkaji

sekaligus meneliti masalah pemahaman makna kata yang dihubungkan dengan kajian wacana.

Karena itu, peneliti menetapkan pilihan kajian penelitian yang berjudul: “Hubungan

Pemahaman Makna Konseptual dan Makna Asosiatif Terhadap Wacana Deskripsi Oleh

Mahasiswa Semester I Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas HKBP

Nommensen Pematangsiantar T.A.2019/2020”. Penelitian ini diharapkan menjadi solusi

untuk menjawab pertanyaan yang muncul dari masalah utama penelitian, yakni pemahaman

makna konseptuan dan asosiatif yang dikorelasikan terhadap pemahaman wacana.

2. Identifikasi Masalah

Yang menjadi identifikasi permasalahan penelitian ini adalah:

1. Pemahaman siswa tentang makna kata

2. Pemahaman siswa tentang jenis-jenis makna kata

3. Pemahaman siswa tentang makna konseptual dan assosiatif

4. Kemampuan siswa memaknai kata, baik dalam kalimat maupun wacana

3. Pembatasan Masalah

Page 9: Jurnal PBI NOMMENSEN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

4

Batasan masalah penelitian adalah “Hubungan Pemahaman Makna Konseptual dan

Makna Asosiatif Terhadap Wacana Deskripsi Oleh Mahasiswa Sem.I Prodi Pendidikan

Bahasa Indonesia, Universitas HKBP Nommensen Pematangsiantar T.A. 2019/2020”.

4. Perumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimanakah Hubungan Pemahaman

Makna Konseptual dan Makna Asosiatif Terhadap Wacana Deskripsi Oleh Mahasiswa

Semester I Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas HKBP Nommensen

Pematangsiantar T.A. 2019/2020”.

5. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian harus ada tujuan yang ingin dicapai, maka penelitian ini bertujuan

untuk mengungkap hubungan pemahaman makna konseptual dan makna asosiatif terhadap

wacana deskripsi oleh mahasiswa Semester I Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia,

Universitas HKBP Nommensen Pematangsiantar pada kurun waktu T.A.2019/2020”.

6. Kebermanfaatan Penelitian

Setiap penelitian mempunyai manfaat, antara lain:

a. Secara teoretis kebermanfaatan penelitian ini adalah untuk mengkaji teori-teori

kebahasaan yang diperlukan pada pembelajaran Bahasa dan Sastera Indonesia,

terutama dalam pembelajaran makna kata dan pemahaman wacana bahasa

Indonesia.

b. Secara khusus, penelitian ini memperdalam wawasan berpikir dan

mengembangkan pengetahuan penulis terhadap masalah pemaknaan kata melalui

pemahaman tentang makna konseptual dan assosiatif yang dihubungkan dengan

pemahaman wacana.

c. Pemahaman mahasiswa terhadap makna kata dapat mengembangkan sikap positif

dan kreativitas mahasiswa dalam memahami wacana yang sangat bermanfaat

mengembangkan pola pikir dan wawasan intelektual, serta membangkitkan

motivasi belajar mahasiswa.

B. KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN HIPOTESIS

PENELITIAN

1. Pengertian Makna

Ahli Tatabahasa Tjiptadi (1984:19) berpendapat bahwa suatu kata memiliki makna

atau arti yang terkandung dari diri suatu kata itu sendiri, maka arti kata sangat bertalian dengan

referensi atau bendanya dan menjadi satu kesatuan yang utuh. Demikian sebaliknya, andaikan

kata tertentu tidak dapat dikaitkan terhadap bendanya pada saat maupun kondisi tertentu,

bagaimana sekalipun makna dari kata itu tidak pernah mungkin didapatkan. Dengan perkataan

lain, akan muncul kata tanpa makna karena tidak merujuk benda atau referennya. Senada

dengan pendapat ini, Abdul Chaer menyatakan bahwa ragam atau jenis makna ada 7 yaitu: (1)

Berdasarkan jenis semantiknya dibedakan menjadi makna leksikal dan gramatikal; (2)

Page 10: Jurnal PBI NOMMENSEN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

5

Berdasarkan ada tidaknya referen pada sebuah kata atau leksem dibedakan menjadi makna

referensial dan makna nonreferensial; (3) Berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada sebuah

kata atau leksem dibedakan menjadi makna denotasi dan konotasi; (4) Berdasarkan ketepatan

maknanya dibedakan menjadi makna kata dan makna istilah atau makna umum dan makna

khusus; (5) Berdasarkan ada atau tidak adanya hubungan (asosiasi, refleksi) makna sebuah

kata dengan makna kata lain dibagi menjadi makna konseptual dan makna assosiatif; (6)

Berdasarkan bisa atau tidaknya diramalkan atau ditelusuri, baik secara leksikal maupun

gramatikal dibagi menjadi makna idiomatikal dan peribahasa; dan (7) Kata atau leksem yang

tidak memiliki arti sebenarnya, yaitu oposisi dari makna sebenarnya disebut makna kias.

Sekaitan dengan kajian penelitian ini, maka jenis makna yang menjadi fokus penelitian

adalah jenis makna nomor 5 (lima) di atas, yakni makna konseptual dan asosiatif yang dikaji

secara mendalam.

2. Ragam Makna

Beragam konsep yang berkaitan dengan arti atau makna suatu kata, yaitu makna

denotatif, konotatif, leksikal, serta gramatikal. Berikut ini adalah pengertian dari konsep-

konsep tersebut menurut beberapa pakar bahasa. Salah satu pakar bernama Maskurun

(1984:10) berpendapat bahwa makna denotatif adalah makna dasar, makna umum, apa

adanya, netral tidak mencampuri nilai rasa, dan tidak berupa kiasan. Selanjutnya Daniel Parera

(1991:69) berasumsi tentang makna denotatif (langsung/konseptual), yakni makna langsung,

konseptual atau denotatif yang bermakna kata atau leksem yang didasarkan atas penunjukkan

langsung (lugas) pada suatu hal atau obyek di luar bahasa. Makna langsung atau makna lugas

bersifat obyektif, karena langsung menunjuk objeknya.

Senada dengan pendapat di atas, Harimurti Kridalaksana (1993:40) juga menyatakan

pendapatnya tentang makna denotatif, yakni makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna

wajar, yang berarti makna kata yang sesuai dengan apa adanya, sesuai dengan observasi, hasil

pengukuran dan pembatasan. Makna denotatif didasarkan atas penunjukan yang lugas pada

sesuatu di luar bahasa atau didasarkan atas konvensi tertentu.

Memperhatikan dan memahami beberapa argument pakar di atas, maka disimpulkan

bahwa makna denotatif adalah makna lugas atau makna yang sebenarnya dari yang tersurat

secara eksplisit dan berperan sebagaimana adanya, berlaku secara universal, meniadakan

kiasan atau nilai rasa kata yang memiliki makna di luar yang tersurat, dalam artian mempunyai

arti tersembunyi secara implisit.

Pengertian makna konotatif adalah kebalikan dari makna denotatif, jika makna

denotatif berkenaan dengan makna sebenarnya, maka makna konotatif adalah makna yang

tidak sebenarnya, makna yang sarat dengan kiasan bernilai rasa lain di balik yang tertulis atau

tersurat, nilai rasa dapat saja dibumbui dari kondisi sosial pribadi maupun masyarakat, kondisi

kurun waktu tertentu, serta syarat-syarat lain sebagai penambah yang berada di luar konsep

dan disertakan pada suatu makna konseptual.

Kata leksikal senada dengan leksikon atau leksem merupakan simbol atau lambang

dari suatu benda, kejadian, suatu objek, dan yang lainnya. Terlepas dari konteksnya,

menjadikan unsur bahasa yang melekat bermakna bahwa penggunaan bahasa yang lepas atau

bebas. Contohnya: tikus adalah sebuah kata yang berarti "binatang pengerat yang bisa

menyebabkan penyakit tifus". Secara jelas kata tikus dapat bermakna leksikal pada beberapa

Page 11: Jurnal PBI NOMMENSEN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

6

deretan kalimat: (a) Tikus mati diterkam kucing itu. (b) Kucing mati karena makan tikus. (c)

Serangan tikus mengakibatkan gagal panen. (d) Kucing makan tikus mati. Berdasarkan

keempat kalimat ini, kata tikus semuanya bermakna konseptual atau langsung. Jika

dibandingkan dengan makna asosiatif atau bermakna kiasan adalah pada kalimat: Ternyata

dirinya yang menjadi tikus di organisasi itu. Dengan demikian, makna leksikal (dari leksikon)

adalah makna kata seperti yang terdapat dalam kamus.

Berbicara tentang makna gramatikal atau grammar berkenaan dengan tatabahasa atau

kebahasaan. Jadi makna gramatikal adalah makna kata yang bersumber sebagai produk proses

tatabahasa yang lazim dinamai dengan nosi bahasa. Contohnya: kata karangan sebagai proses

morfologis dari karang+an yang mengandung nosi-an, adalah hasil. Oleh karena itu, makna

yang muncul akibat hubungan di antara unsur-unsur pembentuk kata, frasa, klausa, dan

kalimat sebagai unsur yang lebih besar lazim disebut makna gramatikal.

Berkenaan dengan makna asosiatif atau makna kiasan selalu diasosiasikan dengan

perasaan batin, opini, maupun pengiasan berdasarkan pemikiran sendiri yang muncul secara

otomatis antara manusia penyapa dan manusia yang disapa. Kebermaknaan ini timbul karena

perilaku pengasosiasian emosi pengguna bahasa dengan berbagai kata yang merupakan reson

stimulus pendengarnya. Dengan demikian, kebermaknaan asosiatif mencakup totalitas

keterkaitan makna terhadap nalar di luar konteks. Ia berkaitan penuh dengan masyarakat tutur,

penutur, emosi penutur, serta value atau nilai-nilai masyarakat tutur dan dinamisasi bahasa

yang seirama dengan keinginan penutur.

Dari sudut nilai rasa yang terkandung di dalam kata, Leech (1976) dalam

(Parera,1991:72), membedakan makna kias (asosiatif) atas: (1) Konotatif meaning atau makna

konotatif atau makna kolokatif yang mengandung makna suatu kata dijabarkan oleh penutur

bahasa itu sendiri. Makna kata secara kolokatif adalah makna alamiah atau natural meaning.

(2) Reflectif meaning atau makna reflektif ialah suatu makna kata yang di dalamnya terdapat

makna konseptual serta makna konseptual lainnya, yang sering berpihak pada hal magig dan

sakral, bersih, bersifat tabu atau pantang, minim etika, tidak halal, sering didapatkan dari data

empiris maupun peristiwa masa lampau. (3) Stilistics meaning atau makna stilistika adalah

kebermaknaan suatu kata oleh penutur sesuai dengan situasi dan kondisi serta konteks

masyarakat tuturnya. Selanjutnya dimaknai, bahwa bahasa secara otonom adalah sebagai

unsur utama yang membedakan manusia pemakai bahasa dengan insan lain di muka bumi ini.

(4) Afectif meaning atau makna afektif adalah suatu makna kata secara lazim digunakan oleh

penutur sesuai dengan emosi jiwa dalam berkomunikasi. (5) Interpretatif meaning

atau makna interpretatif adalah sebuah kata yang bermakna sesuai dengan interpretasi maupun

komentar dan argumentasi oleh orang-orang yang membaca, yang mendengarkan, serta kajian

penulis, pembicara, pendengar dan pembaca.

3. Perubahan Makna

Perubahan makna suatu kata atau sering juga disebut dengan pergeseran makna terjadi

sebagai akibat dari kedinamisan zaman yang drastis berubah inklut dengan bahasa yang

digunakan penutur maupun terjadi karena perbedaan penerimaan oleh alat indera dalam

mereaksi bahasa itu. Beragam jenis perubahan makna, antara lain adalah:

1) Perluasan makna atau generalisasi adalah makna suatu kata yang meluas daripada

asal katanya. Misalnya: kata Ibu adalah orang tua perempuan kandung yang

Page 12: Jurnal PBI NOMMENSEN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

7

melahirkan (secara asal), akan tetapi zaman kini, kata tersebut berperan secara

universal sebagai sebutan bagi perempuan orang dewasa yang dihormati. Misalnya:

kata Ibu Angkat, Ibu Theresia, Ibu Asuh, Ibu Kartini, Ibu Negara, dll.

2) Penyempitan makna atau spesialisasi adalah makna suatu kata yang menyempit

daripada asal katanya. Misalnya: kata Pendeta, dahulu makna asalnya adalah para

cendekiawan yang berpengetahuan dan berwawasan luas, akan tetapi saat ini

maknanya menyempit, yaitu pelayan umat kristiani. Disamping itu, ada contoh lain,

seperti: guru, ulama, Sarjana, Madrasah, Nasib, Sastra, dll.

3) Peningkatan makna atau ameliorasi adalah makna suatu kata yang mempunyai

value atau nilai rasa kata tertinggi daripada asal katanya. Misalnya: kata wanita

memiliki nilai rasa kata lebih tinggi daripada cewek atau perempuan. Kata istri dan

nyonya lebih tinggi nilai rasa katanya daripada bini. Kata pria lebih berstatus nilai

rasa daripada laki-laki atau lelaki. Kata sahabat lebih tinggi nilai rasa katanya

daripada kawan atau rekan, dll.

4) Penurunan makna atau peyorasi adalah makna suatu kata yang nilai rasa katanya

menurun daripada terdahulu. Misalnya: dahulu kata abang disebut bagi pria si

kakak, akan tetapi saat ini kata tersebut dipakai bagi para lelaki dengan status sosial

ekonomi rendah, ibarat abang gojeg, abang becak, abang satpam, dan abang

jampang.

5) Perubahan makna atau asosiasi adalah makna suatu kata berubah sebagai dampak

dari kesamaan karakter dan ditunjukkan oleh makna tidak sebenarnya atau kiasan.

Misalnya: kata ranting bermakna cabang dari pohon, namun dalam sebuah

organisasi ranting bermakna sub-organisasi; kata garam bermakna bumbu dapur

yang rasanya asin untuk memberikan rasa pada makanan supaya tidak hambar, akan

tetapi di lingkungan agama seperti istilah jadilah garam dunia dapat bermakna

pemberi rasa kepada banyak orang supaya bermanfaat.

6) Perubahan makna secara sinestesia adalah makna suatu kata berubah sebagai

dampak dari kompetensi yang tidak sama dalam merespon karena 2 panca indera

yang tidak sama pula. Misalnya: Hatinya dingin. Kata dingin sesungguhnya

diperuntukkan bagi perasa kulit.

7) Persamaan makna atau pertalian bentuk kata adalah makna suatu kata yang

disesuaikan dengan suratan maupun lafal kata tertentu. Saat berbahasa secara lisan

maupun tulisan, besar kemungkinan ditemui kata-kata bersamaan makna.

Persamaan atau pertalian bentuk kata dapat dikemukakan atas homonim, homofon,

homograf, dan polisemi sebagaimana dijabarkan sebagai berikut.

a. Frasa atau kelompok kata yang terdiri dari dua kata atau lebih yang ejaan serta

ucapannya sama, akan tetapi maknanya berbeda disebut homonim. Misalnya:

Ular Kobra itu mengeluarkan bisa (racun). Adik bisa mengangkat kotak berat itu

(mampu/dapat).

b. Beberapa kata mempunyai bunyi sama akan tetapi ejaannya tidak sama disebut

homofon. Misalnya: Akibat perbuatannya, pencuri itu dikenai sanksi (ganjaran).

Mereka sangsi ke pesta karena takut kena hujan (ragu-ragu).

Page 13: Jurnal PBI NOMMENSEN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

8

c. Beberapa kata mempunyai penulisan yang sama, akan tetapi artinya berbeda

disebut homograf. Misalnya: Saya tahu bahwa dia sudah pergi (sudah

mengetahui si dia meninggal dunia). Saya suka pergi membeli tahu

(memberitahukan makanan kesukaan).

d. Sebuah kata berkemungkinan mempunyai beberapa makna disebut polisemi.

Misalnya: Surat itu pakai amplop (bungkus surat). Amplop surat pakai logo

(kertas surat). Berikan saja amplop, semua urusanmu selesai (sogok).

8) Idiomatics meaning atau makna peribahasa adalah makna sesuatu kata sesuai penjajakan dari hasil dapat atau tidak dapat diramalkan atau ditelusuri. Pembagian idiom adalah sebagai berikut:

a. Full Idiom atau idiom penuh adalah keseluruhan bentuknya menjadi satu kesatuan utuh, hingga maknanya bersumber dari kesatuan itu juga. Misalnya: bertangan dingin artinya bekerja serasi; buah hati artinya kesayangan.

b. Specially idiom atau idiom sebagaian adalah sebagian atau salah satu aspeknya tetap mempunyai makna harfiahnya tersendiri. Misalnya: gugur di medan perang artinya mati bela negara. Wafat artinya mati secara kerohanian.

c. Kebermaknaan peribahasa adalah makna terjajaki serta dapat dicek keberadaannya berdasarkan unsur pembentuknya, oleh karena keberadaannya dapat diasosiasikan dengan makna asli dan makna sebagai peribahasa. Beberapa kata utama sebagai pembentuk pribahasa adalah bak, bagai, bagaikan, seperti, laksana, umpama, ibarat, dll. Akan tetapi, ada kalanya terdapat beberapa peribahasa tidak menerapkan beberapa kata seperti lazimnya pribahasa, pun demikian, nuansa peribahasanya masih kelihatan.

4. Urgensi Pendidikan Bahasa Indonesia di PT

Mata Kuliah Bahasa Indonesia sebagai MKDU di PT merupakan pembelajaran yang

cenderung diarahkan untuk pemertahanan bahasa Indonesia itu sendiri. Proses pembelajaran

ini dilaksanakan agar bahasa Indonesia tetap dihayati, dimiliki, dan dilestarikan sehingga tidak

punah, terutama untuk generasi muda yang masih labil serta rentan dengan kebudayaan

mancanegara. Disamping itu, para mahasiswa akan mendapatkan panduan dalam penyusunan

tugas-tugas perkuliahan dan laporan tugas akhir seperti makalah, skripsi, tesis, dan disertasi.

Selain itu, kalangan mahasiswa juga sangat perlu menyadari akan fungsi dan kedudukan

bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa resmi Negara, sehingga mahasiswa

terampil berbahasa Indonesia yang baik dan benar dalam konteks bahasa lisan maupun tulisan.

Dalam komunikasi lisan, mahasiswa diharapkan mampu menyampaikan hasrat hatinya,

gagasan/ide-ide cemerlangnya dengan baik sesuai dengan situasi dan kondisi. Sedangkan

dalam komunikasi tulis, mahasiswa terampil menuliskan semua pikirannya atau idenya

dengan benar berdasarkan kaidah struktur bahasa Indonesia yang baku, terutama bidang ejaan.

Dalam menulis, mahasiswa sangat perlu memahami Ejaan Yang Disempurnakan (EYD),

sehingga tulisannya memenuhi kaidah penulisan karya ilmiah. Dengan demikian, pembahasan

tentang bahasa Indonesia di PT semakin terinci dan menjurus pada makna komunikasi dan

interaktif sesuai standar atau aturan yang sudah ada, serta tetap memperhatikan etika

Page 14: Jurnal PBI NOMMENSEN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

9

komunikasi. Oleh karena itu, fungsi bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi menjadi benar-

benar saluran verbal untuk dalam aktivitas hidup sehari-hari.

Secara umum tujuan penentuan mata kuliah Bahasa Indonesia di PT adalah:

1. Menyuburkan rasa setia akan keberadaan bahasa Indonesia, sehingga para

mahasiswa memiliki integritas yang tinggi untuk menjaga dan melestarikan bahasa

Indonesia.

2. Menumbuhkembangkan prinsip menjunjung tinggi bahasa Indonesia sebagai

lambang jati diri (identitas negaranya), sehingga mahasiswa lebih mencintai dan

melestarikan bahasa Indonesia daripada bahasa luar negeri atau bahasa asing.

3. Memelihara ketaatan berbahasa Indonesia yang baik dan benar, sehingga para

mahasiswa sadar hukum untuk menggunakan bahasa Indonesia sesuai dengan

kaidah/norma yang berlaku dalam tatabahasa bahasa Indonesia.

C. Kerangka Konseptual

Berdasarkan kerangka teori yang telah dijabarkan di atas, maka dapat diuraikan

kerangka konseptual sebagai kerangka berpikir dalam melaksanakan penelitian. Sekaitan

dengan kajian makna asosiatif dan makna konseptual penelitian, maka dapat dirumuskan

dengan kalimat sederhana bahwa makna asosiatif adalah makna sebuah kata yang memiliki

pertalian makna di luar kata itu sendiri. Jadi, makna asosiatif merupakan simbol atau lambang

yang digunakan penutur untuk istilah lain yang mempunyai kesamaan dengan karakter,

penanda yang terdapat pada konsep awal kata atau yang sering dinamakan dengan leksem.

Sedangkan makna konseptual adalah makna yang merujuk pada bendanya atau makna yang

memiliki pertalian dengan referennya, makna ini bebas dari segala asosiasi atau keterkaitan

dengan apapun.

D. Hipotesis Penelitian

Peneliti mengajukan 2 hipotesis penelitian, yaitu:

Ha: Ada korelasi pemahaman makna konseptual dan makna asosiatif terhadap

wacana deskripsi mahasiswa sem.I Program Studi PBI, Universitas HKBP

Nommensen Pematangsiantar T.A.2019/2020.

Ho: Tidak ada korelasi pemahaman makna konseptual dan makna asosiatif

terhadap wacana deskripsi mahasiswa sem.I Program Studi PBI, Universitas

HKBP Nommensen Pematangsiantar T.A.2019/2020.

Page 15: Jurnal PBI NOMMENSEN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

10

E. METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain/Rancangan Penelitian

Sesuai dengan jenis penelitian yang dilaksanakan, peneli memilih desain atau

rancangan corelational research, yaitu mengkaji hubungan variabel pemahaman makna

konseptual dan makna asosiatif terhadap wacana deskripsi. Hal ini sesuai dengan pendapat

Ary dkk., 1989; Huda, 1986; Sudjana dan Ibrahim 1989 bahwa ”suatu penelitian dinyatakan

bersifat korelasi, apabila penelitian tersebut mengaitkan satu atau lebih variabel bebas

terhadap variabel yang lain atau variabel terikat”. Selain itu, penelitian ini juga berupaya

menggambarkan tingkat pemahaman mahasiswa terhadap makna konseptual dan makna

asosiatif serta pemahaman mahasiswa terhadap wacana deskripsi. Sekaitan dengan ini,

penelitian ini juga menggunakan rancangan penelitian deskriptif, yaitu menggambarkan

secara objektif kemampuan yang telah ada dimiliki pada saat penelitian ini dilaksanakan (lihat

Ary dkk., 1989; Huda, 1991; Sudjana dan Ibrahim, 1989). Artinya bahwa penelitian ini tidak

melakukan suatu perlakuan untuk mengubah tingkat pemahaman mahasiswa terhadap makna

konseptual dan makna asosiatif serta pemahaman wacana deskripsi. Variabel yang ditelusuri

telah berlangsung sebagaimana semestinya. Ary dkk.,(1989) mengemukakan, suatu penelitian

yang dilaksanakan tanpa suatu perlakuan atas variabel yang ditelusuri terhadap sekelompok

subjek, maka penelitian tersebut dikatakan sebagai suatu penelitian deskriptif (lihat juga Huda,

1991; Sudjana dan Ibrahim, 1989). Jadi, rancangan penelitian ini adalah correlational-

descriptif. Variabel dan hubungan antar variabel yang dianalisis secara korelasional adalah

seperti berikut.

2. Tempat (Lokasi) dan Kurun Waktu Penelitian

Lokasi pelaksanaan penelitian berada di Program Studi PBI-FKIP, Univ.HKBP

Nommensen Pematangsiantar (UHKBPNP). Peneliti memiliki beberapa alasan untuk memilih

dan menentukan tempat penelitian sebagai berikut: (1) Sepengetahuan peneliti belum pernah

dikaji masalah penelitian tersebut; (2) Dari segi koordinasi, waktu, biaya dan tenaga, serta

keadaan, peneliti merasa terbantu karena di lokasi tempat tugas; (3) jumlah populasi layak

untuk dijadikan sebuah penelitian yang dikaitkan dengan permasalahan penelitian; (4)

Pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Nopember 2019 s.d. Pebruari 2020.

3. Populasi dan Sampel

Seluruh mahasiswa Semester I Program Studi PBI-FKIP, Univ.HKBP Nommensen

Pematangsiantar T.A.2019/2020 berjumlah 32 orang menjadi populasi penelitian. Mengacu

Variabel X:

Pemahaman Makna

Konseptual dan

Makna Asosiatif

Variabel Y:

Pemahaman

Wacana Deskripsi

Page 16: Jurnal PBI NOMMENSEN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

11

pada jumlah populasi yang terbatas, maka peneliti menetapkan seluruh jumlah populasi

menjadi sampel penelitian.

4. Instrumen Penelitian

Alat (instrumen) yang digunakan peneliti untuk memperoleh data-data penelitian

adalah tes. Instrumen ini dipikirkan sudah tepat dan relevan dengan permasalahan penelitian

yang telah dikemukakan sebelumnya. Tes yang dimaksud adalah tes pemahaman makna

konseptual dan makna asosiatif. Tes ini dirancang sejumlah 20 soal bentuk pilihan ganda atau

objektif tes. Selanjutnya, untuk tes pemahaman wacana deskripsi dirancang sejumlah 20 soal

juga bentuk pilihan ganda atau objektif tes berdasarkan wacana yang dibaca mahasiswa. Kisi-

kisi soal sebagai instrument penelitian tertera dalam table sebagai berikut:

Tabel 1

Kisi-kisi Tes Variabel Penelitian (Variabel X dan Y)

No Aspek yang dinilai Nomor Item Jumlah Bobot

Variabel X

1.

2.

3.

4.

Ide pokok

Gagasan penjelas

Kesimpulan bacaan

Pandangan pengarang

1

2

3

4

1

1

1

1

40

20

20

20

Jumlah 4 100

Variabel Y

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Kosakata dasar

Kosakata aktif dan pasif

Bentuk kosakata baru

Kosakata umum dan khusus

Makna denotasi dan konotasi

Makna leksikal dan gramatikal

1,2,3,4,

5,6,

7,8,9,

10,11,12

13,14, 15

16,17,18,19,20

4

2

3

3

3

5

20

10

15

15

15

25

Jumlah 20 100

5. Teknik Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data penelitian dilakukan dengan teknik penyajian tes sebagai

instrumen untuk menguji pemahaman makna konseptual dan makna asosiatif, serta

pemahaman wacana deskripsi kepada 32 orang mahasiswa Semester I Prodi Pendidikan

Bahasa Indonesia T.A 2019/2020 yang hadir pada saat penelitian. Jumlah tes pemahaman

makna konseptual dan makna asosiatif, serta tes pemahaman wacana deskripsi yang telah

dirancang peneliti adalah masing-masing 20 soal untuk kedua variable penelitian dengan

bentuk pilihan ganda atau objektif tes. Keseluruhan lembar kerja mahasiswa dikumpulkan

untuk dianalisis secara seksama sebagaimana teknik analisis data telah diajukan pada Bab III

penelitian ini.

6. Organisasi Pengolahan Data Penelitian

Sekaitan dengan kebutuhan olah data jenis penelitian korelasional, teknik analisis data

juga secara korelasional. Adapun cara (teknik) analisis data menempuh beberapa tahapan,

yaitu:

Page 17: Jurnal PBI NOMMENSEN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

12

1. Menentukan skor setiap mahasiswa

2. Mencari mean (skor rata-rata)

3. Menghitung nilai standar dari setiap mahasiswa

4. Menghitung nilai akhir dari setiap mahasiswa.

7. Teknik Pengolahan Data

Sesuai dengan rancangan penelitian deskriptif-korelalsional, maka penganalisisan data

secara simultan dilakukan statistik deskriptif dan statisitik uji korelasi variabel X (pemahaman

makna konseptual dan makna asosiatif) dan variable Y (pemahaman wacana deskripsi).

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan secara objektif pemahaman

mahasiswa terhadap makna konseptual dan makna asosiatif, serta pemahaman wacana

deskripsi. Rumus yang digunakan untuk hal ini adalah sebagai berikut (lihat Nurgiyantoro,

2001 dan Ary dkk., 1989).

𝑀 = ∑ 𝑋/𝑁

Keterangan:

M = rerata skor;

∑ = jumlah;

X = skor-skor

Langkah-langkah yang ditempuh atau dilakukan adalah: (1) menabulasikan data,

(2) menghitung rerata skor (mean score) subjek yang diteliti, dan (3) melakukan interpretasi

rerata skor. Langkah- langkah ini juga dilakukan untuk menganalisis data pemahaman

mahasiswa terhadap makna konseptual dan makna asosiatif, serta pemahaman mahasiswa

terhadap wacana deskripsi. Sedangkan untuk analisis korelasi pemahaman makna konseptual

dan makna asosiatif, serta pemahaman wacana deskripsi digunakan statistik korelasi product-

moment. Skor pemahaman makna konseptual dan makna asosiatif dikorelasikan dengan skor

pemahaman wacana deskripsi. Akan tetapi, sebelum skor kedua variable yang diteliti

dikorelasikan, peneliti terlebih dahulu melakukan uji homogenitas skor (Sugiyono, 2009:190-

191). Cara yang dilakukan untuk hal ini adalah uji varian skor pemahaman makna konseptual

dan makna asosiatif dan uji varian skor pemahaman wacana deskripsi mahasiswa dan lazim

disebut uji F (Sugiyono, 2009:231). Selanjutnya hasil uji F ini dikonsultasikan table F pada

taraf signifikansi (kepercayaan) 95% atau p: 0,05 dan db: n-1. Untuk uji homogenitas

digunakan rumus:

Varian Terbesar

F = ----------------------- (Sugiyono, 2009: 231)

Varian Terkecil

Setelah hal ini dilakukan, langkah berikutnya adalah menguji kedua variabel yang

diselidiki pada taraf dignifikansi 95% (p = 0,05) dan db = n-1 pada aplikasi rumus yang

dikemukakan (Nurgiyantoro, 2001 dan Ary dkk., 1989) sebagai berikut:

𝑟 =∑ 𝑋𝑌 −

(∑ 𝑋)(∑ 𝑌)𝑁

√[∑ 𝑋2 −(∑ 𝑋)2

𝑁] [∑ 𝑌

2 −

(∑ 𝑌)2

𝑁]

Page 18: Jurnal PBI NOMMENSEN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

13

Penjelasan Rumus:

r = Pearson r

∑ 𝑋 = Jumlah skor dalam sebaran X

∑ 𝑌 = Jumlah skor dalam sebaran Y

∑ 𝑋𝑌 = Jumlah hasil kali skor X dan skor Y yang berpasangan

∑ 𝑋2

= Jumalah skor yang dikuadratkan dalam sebaran X

∑ 𝑌2 = Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran Y

N = Jumlah subjek

F. PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN

1. Data Penelitian

Pelaksanaan penelitian adalah hari Senin, tanggal 3 Februari 2020. Penelitian terhadap

sampel penelitian, yakni para mahasiswa Sem.I Program Studi PBI-FKIP T.A 2019/2020

terlaksana sebagaimana yang diharapkan. Sesuai dengan sumber-sumber data penelitian,

kehadiran mahasiswa pada saat pelaksanaan penelitian berjumlah 32 orang, absen 2 orang dari

jumlah sampel pada awal penelitian 34 orang (absensi terlampir). Dengan demikian, data

sampel penelitian untuk tes pemahaman makna konseptual dan makna asosiatif, serta tes

pemahaman wacana deskripsi yang dianalisis adalah sejumlah 32 orang.

Data penelitian yang diperoleh dari lokasi atau tempat penelitian adalah skor tes

pemahaman makna konseptual dan makna asosiatif, serta tes pemahaman wacana deskripsi

dari jumlah responden 32 orang. Adapun jumlah tes pemahaman makna konseptual dan makna

asosiatif, serta tes pemahaman wacana deskripsi yang telah dirancang peneliti adalah masing-

masing 20 soal untuk kedua variable penelitian dengan bentuk pilihan ganda atau objektif tes.

Bentuk tes pilihan ganda telah valid dan reliabel yang digunakan untuk mengukur kemampuan

mahasiswa tentang pemahaman makna konseptual dan makna asosiatif, serta tes pemahaman

wacana deskripsi. Validitas tes yang dianalisis adalah dari segi isi saja, hal ini terdapat pada

kisi-kisi soal. Reliabilitas tes tergolong tinggi (perhitungan reliabilitas tes terlampir).

Keseluruhan hasil kerja mahasiswa dikoreksi dan dianalisis secara seksama. Untuk tahap

analisis data diawali dengan teknik atau cara terlebih dahulu menghitung skor tiap mahasiswa

sebagaimana terdapat dalam tabel 2 ini.

Tabel 2

Skor Tes Pemahaman Makna Konseptual dan Makna Asosiatif (X)

Dan Pemahaman Wacana Deskripsi (Y)

No. Kode

Responden

X Y X2 Y2 XY

1. R01 86 70 7396 4900 6020

2. R02 54 85 2916 7225 4590

3. R03 59 80 3481 6400 4720

4. R04 59 70 3481 4900 4130

5. R05 63 80 3969 6400 5040

6. R06 68 72 4621 5184 4896

7. R07 75 72 5625 5184 5400

Page 19: Jurnal PBI NOMMENSEN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

14

8. R08 64 60 4096 3600 3840

9. R09 67 82 4489 6724 5494

10. R010 80 76 6400 5776 6080

11. R011 50 85 2500 7225 4250

12. R012 67 65 4489 4225 4355

13. R013 43 50 1849 2500 2150

14. R014 54 61 2916 3721 3294

15. R015 53 65 2809 4225 3445

16. R016 88 67 7744 4489 5896

17. R017 56 73 3136 5329 4088

18. R018 60 52 3600 2704 3120

19. R019 64 68 4096 4621 4352

20. R020 54 61 2916 3721 3294

21. R021 82 68 6724 4621 5576

22. R022 76 67 5776 4489 5092

23. R023 59 67 3481 4489 3953

24. R024 79 79 6241 6241 6241

25. R025 83 83 6889 6889 6889

26. R026 66 66 4356 4356 4356

27. R027 55 55 3025 3025 3025

28. R028 77 77 5929 5929 5929

29. R029 89 89 7921 7921 7921

30. R030 55 55 3025 3025 3025

31. R031 87 87 7569 7569 7569

32. R032 72 82 5184 6724 5904

Jumlah 2144 2269 148649 172673 153934

2. Analisis Data Penelitian

a. Mencari Standart Deviasi Variabel X (SDx)

SDx = i

2

22

N

fx

N

fx

= 532

86

32

386

6875,206,125

37,95

= 5 x 3,06

= 15,30

b. Mencari Standart dari Mean Variabel X (SEM1)

SEMI = 11 N

SD

132

30,15

MISE

Page 20: Jurnal PBI NOMMENSEN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

15

31

30,15MISE

65,5

30,15MISE

70,2MISE

c. Mencari Standard Deviasi Variabel Y (SDy)

SDy = i

2

22

N

fx

N

fx

= 5 32

13

32

3852

= 5 28,546,10

= 5 2,5

= 5x2,28

= 11,14

d. Mencari Standart Error dari Mean Variabel X (SEMx)

11

N

SDSEMI

132

40,11

MISE

31

40,11MISE

65,5

12,11MISE

01,2MISE

e. Menghitung Mean (My), Standard Deviasi (SDy) dan Standard Error (SEMy)

dari Mean Variabel Y

Tabel 3

Tabel Persiapan My, SD2 dan SEMy

Skor f Y Y1 fX fX2

85 – 89

80 – 84

75 – 79

70 – 74

65 – 69

60 – 64

55 – 59

50 – 54

45 – 49

40 – 44

2

3

4

4

5

6

3

2

2

1

(62) M2

5

4

3

2

1

0

-1

-2

-3

-4

10

12

12

8

5

0

-3

-4

-6

-4

50

48

36

16

5

0

3

8

18

16

N = 32 fY = 30 fY2 = 200

Page 21: Jurnal PBI NOMMENSEN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

16

f. Menghitung M Variabel Y (My)

2

',

2N

fyiMM

=

46

13562

= 62 +1,41

= 63,41

g. Menghitung SE Perbedaan Mean Variabel X dan Y

22

2 MIMIMI SESEMSE

= 2201,270,2

= 04,229,7

= 33,9

= 3,05

h. Mencari r atau ro

ro = 21

21

MMSE

MM

= 05,3

41,6333,71

= 05,3

93,7

= 2,6

3. Pengujian Hipotesis

Sebagai dasar pengujian dan untuk mempermudah pengujian hipotesis penelitian,

terlebih dahulu ditentukan Ha dan Ho seperti yang telah dirumuskan:

Ha : Ada korelasi pemahaman makna konseptual dan makna asosiatif terhadap

pemahaman wacana deskripsi oleh mahasiswa Sem.I Program Studi PBI- FKIP,

UHKBPNP T.A 2019/2020.

Ho : Tidak ada korelasi pemahaman makna konseptual dan makna asosiatif terhadap

pemahaman wacana deskripsi oleh mahasiswa Sem.I Program Studi PBI-FKIP,

UHKBPNP T.A 2019/2020.

Berdasarkan ciri hipotesis yang dipaparkan di atas, dapatlah ditetapkan bahwa yang diuji

dalam penelitian ini adalah hipotesis nihil atau nol (H0) dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Kriteria pengujian

Tolak H0 apabila r0 > rt

Terima H0 apabila r0 ≤ rt

b. Taraf signifikan terhadap α = 0,05 atau 5%

c. Interprestasi terhadap t0 dengan membandingkan df atau db pada tabel r dengan

rumus (N1 + N2 ) yakni 32 + 32 – 2 = 62.

d. df 62 pada rt sebagai berikut :

Pada taraf signifikansi 5% (ro) = 1,99. Sedangkan ro yang diperoleh = 2,60.

Page 22: Jurnal PBI NOMMENSEN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

17

Berdasarkan kriteria pengujian ternyata ro > rt yakni 2,60 >1,99. Sejalan dengan hasil

uji hipotesis ini dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternative

(Ha) diterima.

4. Temuan Penelitian

Merujuk pada hasil analisis data dan uji hipotesis, dirumuskan temuan penelitian:

a. Ada korelasi positif dan signifikan pemahaman makna konseptual dan makna

asosiatif terhadap pemahaman wacana deskripsi oleh mahasiswa semester I

Program Studi PBI FKIP-UHKBPNP T.A 2019/2020.

b. Hubungan tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa yang pemahaman makna

konseptual dan makna asosiatifnya tinggi, menunjukkan pemahaman wacana

deskripsi yang tinggi juga. Dengan perkataan lain, semakin tinggi korelasi

pemahaman makna konseptual dan makna asosiatif, maka semakin tinggi pula

pemahaman wacana deskripsi oleh mahasiswa semester I Program Studi PBI

FKIP-UHKBPNP T.A 2019/2020.

G. SIMPULAN DAN SARAN-SARAN

1. Kesimpulan

Sesuai dengan pemerolehan analisis data dan berpedoman terhadap temuan penelitian,

dapat ditarik simpulan penelitian antara lain:

a. Terdapat hubungan (korelasi) pemahaman makna konseptual dan makna asosiatif

terhadap wacana deskripsi oleh mahasiswa semester I Program Studi Pendidikan

Bahasa Indonesia (PBI), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas

HKBP Nommensen Pematangsiantar T.A 2019/2020.

b. Hubungan tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa yang pemahaman makna

konseptual dan makna asosiatifnya tinggi, menunjukkan pemahaman wacana deskripsi

yang tinggi juga. Artinya, semakin tinggi korelasi pemahaman makna konseptual dan

makna asosiatif, semakin tinggi juga pemahaman wacana deskripsi oleh mahasiswa

semester I Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia (PBI), Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas HKBP Nommensen Pematangsiantar T.A

2019/2020.

c. Kriteria yang dirumuskan untuk pengujian hipotesis penelitian adalah tolak H0 apabila

r0 > rt , selanjutnya terima H0 apabila r0 ≤ rt pada taraf signifikansi α = 0,05 atau 5%.

d. Interpretasi terhadap t0 adalah dengan membandingkan df atau db pada tabel r dengan

rumus (N1 + N2 ) yakni 32 + 32 – 2 = 62. Selanjutnya, df 62 pada rt pada taraf

signifikansi 5% = 1,99 sehingga berdasarkan perhitungan diperoleh r0 sebesar = 2,60.

e. Berdasarkan kriteria pengujian hipotesis penelitian, diperoleh r0 > rt yakni 2,60 > 1,99.

Hal ini berarti hasil perhitungan dalam analisis data lebih besar daripada hasil yang

tertera di dalam tabel. Selanjutnya dinyatakan, bahwa H0 yang diajukan tidak dapat

diterima keberadaannya, sehingga menegakkan atau menerima Ha.

Page 23: Jurnal PBI NOMMENSEN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

18

2. Saran-saran

Menyikapi simpulan penelitian yang telah dirumuskan, peneliti mengajukan beberapa

saran penelitian berikut:

a. Dengan adanya hubungan (korelasi) pemahaman makna konseptual dan makna

asosiatif terhadap wacana deskripsi, maka sebaiknya pembelajaran kosakata

diintegrasikan dengan membaca wacana untuk mempermudah mahasiswa memahami

kosakata secara komprehensif.

b. Keterampilan membaca pemahaman sangat menunjang kemampuan mahasiswa

memahami kosakata. Oleh karena itu, para dosen pengasuh mata kuliah membaca

wacana diharapkan lebih intensif melatih mahasiswa membaca pemahaman dengan

sajian berbagai jenis wacana singkat yang diintegrasikan dengan penggunaan kamus

bahasa Indonesia.

c. Para dosen dapat melakukan pembelajaran kosakata melalui wacana rumpang dengan

prinsip untuk mengisinya dengan kata-kata yang bermakna asosiatif dan konseptual,

dan sebaliknya melatih mahasiswa membangun wacana berdasarkan kata-kata kunci

yang telah ditentukan.

d. Pemahaman wacana dapat ditingkatkan lewat kepemilikan kosakata yang tinggi oleh

para mahasiswa. Oleh karena itu, sebaiknya selalu konsultasi dengan kamus Bahasa

Indonesia ketika pembelajaran tentang kosakata yang belum familiar bagi mahasiswa.

e. Frekunsi latihan membaca pemahaman yang optimal akan menghasilkan kepemilikan

kosakata yang maksimal, maka diharapkan para dosen lebih memandirikan mahasiswa

berlatih membaca, menghayati materi yang dibaca, menumbuhkan kebiasaan

membaca, dan pada akhirnya kegiatan membaca menjadi suatu budaya di kalangan

mahasiswa secara khusus, dan di kalangan masyarakat pada umumnya.

Page 24: Jurnal PBI NOMMENSEN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

19

DAFTAR PUSTAKA

Alisyahbana, S. Takdir. 1981. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat.

Alwi, Hasan. dkk. 1993. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka

Cipta.

Ary, Donald, dkk. 1989. Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Terjemahan Arief Furchan.

Surabaya: Usaha Nasional.

Badudu, J.S. 1985. Cakrawala Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia.

--------------. 1982. Pelik-pelik Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Prima.

Halim Amran. 1980. Fungsi Politik Bahasa Nasional Dalam Politik Bahasa Nasional Jilid I.

Jakarta : PN. Balai Pustaka.

Keraf, Gorys.1984. Tatabahasa Indonesia. Ende-Flores: Nusa Indah.

Keraf, Gorys. 2000. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia.

Kridalaksana, Harimurti. 1986. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT.Gramedia.

Kridalaksana. 1993. Kamus Linguistik. Jakarta : PT Gramedia.

Maskurun, 1984. Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta Yudistira.

Muslich, Masnur. 2010. Bahasa Indonesia pada Era Globalisasi: Kedududkan, Fungsi,

Pembinaan, dan Pengembangan. Jakarta: Bumi Aksara.

Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra.

Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

Parera. 1991. Sintaksis. Jakarta. Garamadia Utama.

Rahayu, Minto. 2007. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi: Mata Kuliah Pengembangan

Kepribadian. Jakarta: PT Grasindo.

Ramlan, M.1983. Morfologi. (Suatu tinjauan Deskriptif). Jogjakarta: VP. Karyono.

Samsuri. 1982. Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Sudjana, N. dan Ibrahim. 1991. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar.

Subro, Seno.1998. Seri Bahasa Indonesia. Semarang: CV Aneka Ilmu.

Sugono, Dendy, dkk. 2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa. Ed. 4. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama

Tarigan, Henry Guntur. 1986. Pengajaran Morfologis. Bandung: Angkasa.

--------------- 1986. Pengajaran Semantik. Bandung: Angkasa.

Tjiptadi, Bambang.1984. Tata Bahasa Indonesia. Cetakan II. Jakarta: Yudistira.

Page 25: Jurnal PBI NOMMENSEN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA