Top Banner
43

BAB 1 - HKBP Nommensen University

Oct 15, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB 1 - HKBP Nommensen University
Page 2: BAB 1 - HKBP Nommensen University

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia tergolong negara dengan struktur penduduk lanjut usia

(aging structured population). Sensus penduduk pada lanjut usia

menunjukkan bahwa Indonesia termasuk lima besar negara dengan

jumlah penduduk lansia terbanyak di dunia. Jumlah lansia di Indonesia

mencapai 20,24 juta jiwa, setara dengan 8,03 persen dari seluruh

penduduk Indonesia tahun 2014. Jumlah lansia perempuan lebih besar

daripada laki-laki, yaitu 10,77 juta lansia perempuan dibandingkan 9,47

juta lansia laki-laki. Adapun lansia yang tinggal di pedesaan sebanyak

10,87 juta jiwa, lebih banyak daripada lansia yang tinggal di perkotaan

sebanyak 9,37 juta jiwa. Berdasarkan proyeksi data lansia tahun 2013-

2100 kelompok usia 60 tahun keatas terus mengalami peningkatan.

jumlah penduduk lanjut usia yang berada di Sumatera Utara yaitu 5,90

persen.1,2

Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari

60 tahun. Semakin bertambahnya usia, akan terlihat adanya perubahan-

perubahan pada dirinya. Adapun perubahan-perubahan seperti perubahan

fisik dan psikososial. Pada lansia yang harus diperhatikan adalah

kebutuhannya. Kebutuhan fisiologis dasar manusia termasuk lansia yang

harus dipenuhi adalah nutrisi, kenyamanan, cairan elektrolit, dan tidur.

Tidur merupakan suatu keadaan bawah sadar dimana seorang individu

masih dapat dibangunkan dengan adanya ransangan sensorik ataupun

dengan rangsangan lain. Tidur juga diartikan sebagai perilaku yang

ditandai secara khas dengan postur tubuh yang tidak bergerak dan

hilangnya kepekaan tapi mudah muncul kembali akibat rangsangan dari

luar. Tidur adalah keadaan organisme yang teratur, berulang dan mudah

dibalikkan yang ditandai oleh relatif tidak bergerak dan peningkatan

1

Page 3: BAB 1 - HKBP Nommensen University

2

besar ambang respons terhadap stimuli eksternal relatif dari keadaan

terjaga.3–6

Kebutuhan tidur merupakan suatu kebutuhan yang fisiologis. Tidur

yang normal melibatkan dua fase yaitu gerakan bola mata cepat atau

Rapid Eye Movement (REM) dan tidur dengan gerakan bola lambat atau

Non Rapid Eye Movement (NREM). Selama NREM seseorang

mengalami 4 tahapan dalam siklus tidurnya. Tahap 1 dan 2 merupakan

karakteristik dari tidur dangkal dan seseorang lebih mudah terbangun.

Tahap 3 dan 4 merupakan tidur dalam dan sulit untuk dibangunkan. 7

Kualitas tidur adalah suatu keadaan dimana seseorang

mendapatkan kemudahan untuk memulai tidur, mampu mempertahankan

tidur, dan merasa rileks setelah bangun dari tidur. Kebutuhan tidur setiap

orang berbeda-beda, usia lanjut membutuhkan waktu tidur 7-8 jam per

hari. Sebagian besar lansia beresiko tinggi mengalami gangguan tidur

yang diakibatkan oleh beberapa faktor seperti faktor penyakit dan faktor

usia. Selama proses penuaan, terjadi perubahan fisik dan mental yang

diikuti dengan perubahan pola tidur yang khas yang membedakannya

dari orang yang lebih muda. Ketidakcukupan kualitas tidur dapat

merusak memori dan kemampuan kognitif pada lansia. Kualitas tidur

yang baik akan berpengaruh terhadap fungsi kognitifnya dimana pada

tahap tidur dihubungkan dengan aliran darah ke serebral, peningkatan

konsumsi oksigen yang dapat membantu penyimpanan memori dan

pembelajaran yang berhubungan dengan fungsi kognitifnya. 7–9

Fungsi kognitif adalah proses mental manusia yang meliputi

perhatian persepsi, proses berpikir, pengetahuan dan memori. Adanya

perubahan kognitif yang terjadi pada lansia, meliputi berkurangnya

kemampuan meningkatkan fungsi intelektual, berkurangnya efisiensi

transmisi saraf di otak (menyebabkan proses informasi melambat dan

banyak informasi yang hilang selama transmisi), berkurangnya

kemampuan mengakumulasi informasi baru dan mengambil informasi

dari memori, serta kemampuan mengingat kejadian masa lalu lebih baik

Page 4: BAB 1 - HKBP Nommensen University

3

dibandingkan kemampuan mengingat kejadian yang baru saja terjadi.7

Selain mempengaruhi fungsi kognitif, tidur juga dapat mempengaruhi

sistem kardiovaskuler yang akan berpengaruh terhadap tekanan

darahnya.

Tekanan darah adalah gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap

dinding pembuluh darah, dimana hal tersebut tergantung pada volume

darah yang berada dalam pembuluh darah dan daya regang pembuluh

darah. Tekanan darah dapat diukur dengan menggunakan

sfigmomanometer, yaitu suatu manset yang dililitkan di lengan yang di

pasang secara eksternal untuk mengukur tekanan darah. Tekanan darah

dibagi menjadi dua yaitu tekanan sistolik dan tekanan diastolik. Tekanan

darah sistolik adalah tekanan darah yang terjadi ketika otot jantung

berdenyut memompa darah sehingga darah terdorong keluar dari jantung

menuju ke seluruh tubuh, rata-rata tekanan darah sistolik yaitu 120

mmHg. Tekanan darah diastolik adalah tekanan darah saat darah

kembali memasuki jantung, rata-rata tekanan darah diastolik yaitu

80mmHg. Rata-rata tekanan darah normal yaitu 120/80 mmHg.10–12

Faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah yaitu faktor umur,

jenis kelamin, genetik,nutrisi, obesitas, olah raga, stress, merokok, dan

kualitas tidur. Dari beberapa faktor yang mempengaruhi tekanan darah,

tidur merupakan suatu dasar yang penting bagi kehidupan. Proses

degenerasi pada lansia menyebabkan waktu tidur efektif semakin

berkurang, sehingga tidak mencapai kualitas tidur yang adekuat dan akan

menimbulkan berbagai macam keluhan tidur. Apabila tidur mengalami

gangguan dan tidak terjadi penurunan tekanan darah saat tidur, maka

akan meningkatkan resiko terjadinya hipertensi yang berujung menjadi

suatu penyakit kardiovaskular.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Riza Umami dan Sigit

Priyanto sebelumnya membuktikan bahwa terdapat hubungan antara

kualitas tidur dengan fungsi kognitif dan tekanan darah pada lansia di

Desa Pasuruhan Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang.

Page 5: BAB 1 - HKBP Nommensen University

4

Sedangkan menurut penelitian Azmi Hanifa membuktikan bahwa tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas tidur dan fungsi

kognitif pada lanjut usia di Panti Sosial Margaguna Jakarta Selatan.13,14

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti ingin melihat apakah

ada hubungan antara kualitas tidur dengan fungsi kognitif dan tekanan

darah pada lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dirumuskan masalah

sebagai berikut Apakah ada hubungan antara kualitas tidur dengan fungsi

kognitif dan tekanan darah pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut

Usia Binjai.

1.3. Hipotesis

a. Terdapat hubungan antara kualitas tidur dengan fungsi kognitif dan

tekanan dara pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Binjai.

b. Terdapat hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah pada

lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai.

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum

Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk mengetahui

hubungan antara kualitas tidur dengan fungsi kognitif dan tekanan darah

pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai.

1.4.2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui kualitas tidur lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut

Usia Binjai.

b. Mengetahui tekanan darah lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut

Usia Binjai.

c. Mengetahui fungsi kognitif lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut

Usia Binjai.

Page 6: BAB 1 - HKBP Nommensen University

5

1.5. Manfaat Penelitian

1. Institusi

Sebagai bahan informasi untuk kepentingan pendidikan dan

tambahan kepustakaan mengenai hubungan kualitas tidur dengan

fungsi kognitif dan tekanan darah pada lansia

2. Peneliti

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh keluluan sarjana

kedokteran. Sebagai sarana bagi peneliti untuk meningkatkan

wawasan pengetahuan mengenai hubungan antara kualitas tidur

dengan fungsi kognitif dan tekanan darah pada lansia dan

menambah pemahaman peneliti mengenai metode penelitian yang

dilakukan oleh peneliti.

3. Masyarakat

Sebagai informasi serta menambah wawasan untuk mengetahui

hubungan kualitas tidur pada lansia dapat mempengaruhi fungsi

kognitif dan tekanan darah

4. Peneliti selanjutnya

Sebagai bahan referensi untuk peneliti selanjutnya

Page 7: BAB 1 - HKBP Nommensen University

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Lanjut Usia

2.1.1. Definisi Lanjut Usia

Lanjut usia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut

dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan

kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan lingkungan. Penurunan

kemampuan berbagai organ, fungsi dan sistem tubuh itu bersifat

alamiah/fisiologis. Penurunan tersebut disebabkan berkurangnya jumlah

dan kemampuan sel tubuh. Pada lansia terdapat tanda penuaan. Menua

didefinisikan sebagai proses yang mengubah seorang dewasa sehat

menjadi seorang yang “frail” (lemah,rentan) dengan berkurangnya

sebagian besar cadangan sistem fisiologis dan meningkatnya kerentanan

terhadap berbagai penyakit dan kematian secara eksponensial. Menua

juga didefinisikan sebagai penurunan seiring-waktu yang terjadi pada

sebagian besar makhluk hidup, yang berupa kelemahan, meningkatnya

kerentanan terhadap penyakit dan perubahan lingkungan, hilangnya

mobilitas dan ketangkasan, serta perubahan fisiologis yang terkait-

usia.7,15

2.1.2. Perubahan-Perubahan Pada Lanjut Usia

Seiring dengan bertambahnya usia, terjadi berbagai perubahan

fisiologis yang tidak hanya berpengaruh terhadap penampilan fisik,

namun juga terhadap fungsi dan responnya pada kehidupan sehari-hari

seperti fungsi kognitif, perasaan, sosial dan seksual. 7

Perubahan-perubahan pada lanjut usia seperti :

A. Perubahan Sistem Panca-Indra

Terdapat beberapa perubahan morfologik baik pada mata, telinga,

hidung, syaraf perasa di lidah dan kulit. Perubahan yang bersifat

degeneratif ini yang bersifat anatomik fungsional, memberi manifetasi

pada morfologi berbagai organ panca-indra tersebut baik pada fungsi

6

Page 8: BAB 1 - HKBP Nommensen University

7

melihat, mendengar, keseimbangan ataupun perasa dan perabaan.

Beberapa perubahan:

1. Penglihatan

a) Tergangguanya adaptasi gelap

b) Pengeruhan pada lensa

c) Ketidakmampuan untuk fokus pada benda-benda

jarak dekat (presbiopia)

d) Berkurangnya sensitivitas terhadap kontras

e) Berkurangnya lakrimasi. 7

2. Pendengaran

a) Hilangnya nada berfrekuensi tinggi secara bilateral

b) Defisit pada proses sentral

c) Kesulian untuk membedakan sumber bunyi

d) Terganggunya kemampuan membedakan target dari noisi. 7

3. Penghidu

Deteksi penghidu berkurang 50%. 7

4. Keseimbangan

Meningkatnya respons ambang vestibuler

B. Perubahan Sistem Gastro-Intestinal

Mulai dari gigi sampai anus terjadi perubahan morfologik

degeneratif, antara lain perubahan atrofik pada rahang, sehingga gigi

lebih mudah tanggal. Perubahan atrofik juga terjadi pada mukosa

kelenjar dan otot-otot pencernaan. Berbagai perubahan morfologik akan

menyebabkan perubahan fungsional sampai perubahan patologik,

diantaranya gangguan mengunyah dan menelan, perubahan nafsu makan

sampai pada berbagai penyakit.3

C. Perubahan Sistem Kardiovaskuler

Walaupun tanpa adanya penyakit, pada usia lanjut jantung sudah

menunjukkan penurunan kekuatan kontraksi, kecepatan kontraksi dan isi

sekuncup. Terjadi pula penurunan yang signifikan dari cadangan jantung

Page 9: BAB 1 - HKBP Nommensen University

8

dan kemampuan untuk mningkatkan kekuatan curah jantung, misalnya

pada keadaan latihan. Dan terdapat beberapa perubahan lainnya seperti:

1. Berkurangnya pengisian ventrikel kiri

2. Berkurangnya sel pacu jantung (pacemaker) di nodus SA

3. Kontraksi dan relaksasi ventrikel kiri bertambah lama

4. Menurunnya respons inotropik, kronotropik, lusitropik terhadap

stimulasi beta adrenergik

5. Menurunnya curah jantung maksimal

6. Menurunnya hipertrofi sebagai respons terhadap peningkatan

volume dan tekanan

7. Peningkatan resistensi veskular perifer. 3,7

D. Perubahan Sistem Respirasi

Sistem respirasi sudah mencapai kematangan pertumbuhan pada

usia 20-25 tahun, setelah itu mulai menurun fungsinya. Elastisitas paru

menurun, kekakuan dinding dada meningkat, kekuatan otot dada

menurun. Semua ini berakibat menurunnya rasio ventilasi-perfusi

dibagian paru yang tidak bebas dan pelebaran gradient alveolar arteri

untuk oksigen. Disamping itu, terjadi penurunan gerak silia di dinding

sistem respirasi, penurunan refleks batuk dan refleks fisiologik lain, yang

menyebabkan peningkatan kemungkinan terjadinya infeksi akut pada

saluran nafas bawah.3,7

E. Perubahan Sistem Endokrinologik

Pada 50% lansia menunjukkan intoleransi glukosa, dengan kadar

gula puasa yang normal. Di samping faktor diet, obesitas dan kurangnya

olah-raga serta penuaan menyebabkan terjadinya penurunan toleransi

glukosa. Pada lansia terdapat perubahan endokrin seperti penurunan

testosteron bebas maupun yang biovailable, penurunan hormon

Triidothyronine (T3), peningkatan hormon paratiroid (PTH), penurunan

produksi vitamin D oleh kulit.3,7

F. Perubahan Sistem Hematologik

Page 10: BAB 1 - HKBP Nommensen University

9

Pola pertumbuhan sel darah putih atau sel darah merah secara

kualitatif tak berubah pada penuaan, akan tetapi sumsum tulang secara

nyata mengandung lebih sedikit sel hemopoietik dengan respons terhadap

stimuli buatan agak menurun. Respons regeneratif terhadap hilangnya

darah atau terapi anemia pernisiosa agak kurang dibanding waktu muda. 3

G. Perubahan Sistem Persendian

Penyakit rematik merupakan salah satu penyebab utama terjadinya

disabilitas pada usia lanjut, disamping stroke dan penyakit

kardiovaskuler. Pada sinovial sendi terjadi perubahan berupa tidak

ratanya permukaan sendi, fibrilasi dan pembentukan celah dan lekukan di

permukaan tulang rawan. Erosi tulang rawan hialin menyebabkan

eburnasi tulang dan pembentukan kista dirongga subkondral dan sumsum

tulang. Semua perubahan ini serupa dengan yang terdapat pada osteo-

artrosis.3

H. Perubahan Sistem Urogenital Dan Tekanan Darah

Pada usia lanjut ginjal mengalami perubahan antara lain terjadi

penebalan kapsula Bouwman dan gangguan permeabilitas terhadap solut

yang akan difiltrasi. Nefron secara keseluruhan mengalami penurunan

dalam jumlah dan mulai terlihat atrofi. Pada usia lanjut kreatinin juga

tidak menggambarkan keadaan fungsi ginjal, oleh karena junlah protein

tubuh dalam massa otot sudah menurun.

Secara umum pembuluh darah sedang sampai besar pada usia

lanjut sudah mengalami berbagai perubahan. Terjadi penebalan intima

(akibat proses aterosklerosis) atau tunika media (akibat proses menua)

yang pada akhirnya menyebabkan kelenturan pada pembuluh darah tepi

meningkat. Hal ini akan menyebakan peningkatan tekanan darah

(terutama tekanan darah sistolik) walaupun tekanan diastolik sering juga

meningkat sebagai akibat banyak faktor lain termasuk genetik. 3,7

I. Perubahan Infeksi dan Imunologi

Diantara perubahan imunologik yang sering terjadi pada usia

lanjut, timus sudah mengalami resorbsi. Walaupun demikian jumlah sel T

Page 11: BAB 1 - HKBP Nommensen University

10

dan B tidak mengalami perubahan, walaupun secara kwantitatif terjadi

beberapa perubahan , antara lain tanggapan terhadap stimuli artifisial.

Juga terjadi peningkatan pembentukan oto-antibodi, sehingga insidensi

penyakit oto-imun meningkat.Faktor-faktor yang memperberat infeksi

tersebut diantaranya adalah imobilisasi,instrumentasi serta iatrogenik. 3

J. Perubahan Fungsi Kognitif

Pada lanjut usia terjadi perubahan pada fungsi kognitif dimana

kemampuan meningkatkan fungsi intelektual berkurang, berkurangnya

efisiensi transmisi saraf di otak, menyebabkan proses informasi

melambat dan banyak informasi hilang selama transmisi, berkurangnya

kemampuan mengakumulasi informasi baru dan mengambil informasi

dari memori, kemampuan mengingat kejadian masa lalu lebih baik

dibandingkan kemampuan mengingat kejadian yang baru saja terjadi. 7

K. Perubahan Sistem Kulit dan Integumen

Terjadi atrofi dari epidermis, kelenjar, folikel rambut serta

berubahnya pigmentasi dengan akibat penipisan kulit, fragil seperti

selaput. Warna kulit berubah dengan disana-sini terjadi pigmentasi tak

merata. Kuku menipis mudah patah, rambut rontok sampai terjadi

kebotakan. Lemak subkutan juga berkurang menyebabkan berkurangnya

bantalan kulit, sehingga daya tahan terhadap tekanan dan perubahan suhu

menjadi berkurang. Oleh karen itulah sangat mudah terjadi hipo atau

hipertermia, disamping itu mudah terjadi dekubitus. 3

L. Perubahan Otot dan Tulang

Otot-otot mengalami atrofi disamping sebagai akibat berkurangnya

aktivitas, juga sering kali akibat gangguan metabolik atau denervasi

syaraf. Dengan bertambahnya usia, proses berpasangan penulangan yaitu

perusakan dan pembentukan tulang melambat, terutama

pembentukannya. Hal ini selain akibat menurunnya aktivitas tubuh, juga

akibat menurunnya hormon estrogen (wanita), menurunnya vitamin D

dan beberapa hormon lain, misalnya parathormon, dan kalsitonin.

Tulang-tulang terutama trabekulae menjadi lebih berongga-rongga,

Page 12: BAB 1 - HKBP Nommensen University

11

mikro-arsitektur berubah dan sering berakibat patah tulang baik akibat

benturan ringan maupun spontan.3

M.Perubahan-perubahan mental/ psikologis

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :

a) Kesehatan umum

b) Tingkat pendidikan

c) Lingkungan

d) Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan

teman dan keluarga

e) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap

gambaran diri dan perubahan konsep diri

2. Pengaruh proses penuaan pada fungsi psikososial.

a) Perubahan fisik, sosial mengakibatkan timbulnya penurunan

fungsi, kemunduran orientasi, penglihatan, pendengaran

mengakibatkan kurangnya percaya diri pada fungsi mereka.

b) Mundurnya daya ingat, penurunan degenerasi sel sel otak.

c) Lebih mengambil jarak dalam berinteraksi.

d) Fungsi psikososial, seperti kemampuan berfikir dan gambaran

diri.7

Page 13: BAB 1 - HKBP Nommensen University

12

2.2. Tidur

2.2.1. Definisi Tidur

Tidur merupakan suatu keadaan bawah sadar dimana seorang

individu masih dapat dibangunkan dengan adanya ransangan sensorik

ataupun dengan rangsangan lain. Tidur juga diartikan sebagai perilaku

yang ditandai secara khas dengan postur tubuh yang tidak bergerak dan

hilangnya kepekaan tapi mudah muncul kembali akibat rangsangan dari

luar. 4,5

Tidur adalah keadaan organisme yang teratur, berulang, dan

mudah dibalikkan yang ditandai oleh relatif tidak bergerak dan

peningkatan besar ambang respons terhadap stimuli eksternal relatif dari

keadaan terjaga.6

Tidur juga diartikan sebagai periode istirahat untuk tubuh dan

pikiran yang selama masa ini kemauan dan kesadaran ditangguhkan

sebagian atau seluruhnya dan fungsi fungsi tubuh sebagian di hentikan.17

2.2.2. Fisiologi Tidur

Tidur adalah proses fisiologis yang bersiklus yang bergantian

dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan.Siklus tidur-terjaga

mempengaruhi dan mengatur fungsi fisiologis dan respon perilaku.7

A. Siklus Tidur

1. Ada 2 status primer pada siklus tidur yaitu Rapid Eye Movement

(REM) dan non REM.

Status non REM dibagi menjadi 4 stadium antara lain:

a. Stadium 1: saat transisi antara bangun penuh dan tidur, sekitar

30 detik sampai 7 menit dengan karakteristik gelombang otak

low-voltage pada pemeriksaan electroencephalografi (EEG)

b. Stadium 2: juga ditandai dengan gelombang oak low-voltage

pada EEG. Perbedaan dengan stadium 1 adalah adanya

gelombang high voltage yang disebut “sleep spindles” dan K

complexes.

Page 14: BAB 1 - HKBP Nommensen University

13

c. Stadium 3&4: sering disebut tidur yang dalam atau “delta

sleep”. EEG menunjukkan gelombang yang lambat dengan

amplitudo tinggi.

2. REM: ditandai oleh periode autonom yang bervatiasi, seperti

perubahan detak jantung, tekanan darah, laju pernapasan, dan

berkeringat. Pada stadium inilah mimpi saat tidur terjadi.3,7

B. Irama Sikardian

Orang mengalami irama siklus sebagai bagian dari kehidupan

mereka setiap hari, irama yang paling dikenal adalah siklus 24-jam,

siang-malam yang dikenal dengan irama diurnal atau sikardian. Irama

sikardian mempengaruhi pola fungsi biologis utama dan fungsi

perilaku. Irama sikardian termasuk siklus tidur-bangun harian,

dipengaruhi oleh cahaya dan suhu serta juga faktor-faktor eksternal

seperti aktivitas sosial dan rutinitas pekerjaan. Semua orang

mempunyai aktivitas yang singkron dengan siklus tidur mereka.7

2.2.3. Manfaat Tidur

Manfaat tidur adalah salah satunya untuk memulihkan metabolisme

tubuh. Tidur dalam teorinya bermanfaat dalam proses belajar, memori,

kognisi, reaktivasi memori, dan meningkatkan kewaspadaan.18

Fungsi tidur pada sebagian besar penelitian yang telah dilakukan

menyimpulkan bahwa tidur memiliki fungsi restoratif dan homestatik dan

tampaknya penting untuk termoregulasi dan cadangan energi normal.6

2.2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tidur

Ada beberapa yang mempengaruhi kebutuhan tidur, baik dari segi

kuantitas maupun kualitas tidur seseorang.19

a. Status kesehatan, meliputi kesehatan fisik ( batuk, nyeri, sesak napas

dan lain-lainnya)

b. Lingkungan, meliputi ventilasi yang kurang baik,

kebisingan/keributan, dan lain-lainnya

c. Diet, meliputi makanan yang dikonsumsi individu misalnya makanan

yang banyak mengandung L-Triptofan dan karbohidrat dapat

Page 15: BAB 1 - HKBP Nommensen University

14

menyebabkan seseorang mudah tertidur. Sedangkan minuman yang

mengandung kafein dan alkohol membuat seseorang akan sulit untuk

tertidur dikarenakan kafein dan alkohol merangsang saraf pada otak

dan membuat produksi urin meningkat sehingga individu sering

terbangun untuk buang air kecil.

d. Obat-obatan dan substansi, meliputi efek samping dari pada obat yang

dikonsumsi oleh individu. Ada yang memiliki efek samping mudah

mengantuk dan ada yang membuat sulit tidur. Obat golongan

amfetamin dapat menurunkan tidur REM.

e. Gaya hidup, meliputi aktivitas individu. Kelelahan yang menengah

biasanya memperoleh tidur yang mengistirahatkan, terutama bila

aktivitas/latihan yang menyenangkan. Namun sebaliknya, bila

kelelahan akibat kerja yang berlebihan atau dengan stres, maka akan

membuat sulit untuk tidur. 19

2.2.5. Kebutuhan Tidur

Kebutuhan tidur setiap individu berbeda berdasarkan usianya.

Semakin tua usia seseorang maka semakin sedikit kebutuhan tidurnya.

Individu tersebut akan membuat pola tidurnya sendiri sesuai dengan

tugas dan aktivitasnya yang di kerjakan. Kebutuhan tidur sesuai usia

adalah sebagai berikut:19

A. Neonatus (Usia 0-3 bulan)

Kebutuhan tidur 14-17 jam per hari. Pada masa ini pola tidurnya

tidak teratur (hingga 6-8 minggu) oleh karena adanya rasa lapar, periode

tidur yang bervariasi pada siang dan malam hari, tidur juga bersifat aktif

seperti tersenyum, menghisap, pergerakan badan dan sebagainya. Pada

masa ini banyak tidur dilewatkan pada NREM tahap 3 dan 4 setiap siklus

45-60 menit, pernafasan teratur dan gerak tubuh sedikit.19

B. Bayi (Usia 10-11 bulan)

Kebutuhan tidur sekitar 12-15 jam perhari. Durasi tidur malam

bertambah, pola tidur mulai terlihat, tidur siang yang awalnya berjumlah

Page 16: BAB 1 - HKBP Nommensen University

15

3-4 kali, berubah menjadi 1-2 kali di akhir tahun pertama. Tidur yang

cukup akan membuat tubuh dan otak bayi berkembang dengan baik dan

normal.19

C. Toddler (Usia 1-2 tahun)

kebutuhan tidur 11-14 jam per hari (tidur siang antara 1,5-3,5 jam).

Sifat tidur yaitu tidur di pagi hari semakin berkurang pada usia sekitar 18

bulan.19

D. Pra sekolah (Usia 3-5 tahun)

Kebutuhan 10-13 jam per hari. Tidur siang biasanya tidak

ditemukan lagi pada akhir tahun kelima, pada saat ini mungkin dapat

timbul ketakutan di malam hari. Menurut penelitian, anak di usia di

bawah lima tahun yang kurang tidur, akan berpengaruh pada status

obesitas di kemudian hari.19

E. Sekolah (Usia 6-13 tahun)

Kebutuhan tidur 9-11 jam per hari. Dikarenakan anak sudah mulai

memasuki sekolah sehingga kegiatan anak dapat mengakibatkan kurang

tidur. Pengaruh televisi dan media elektronik lainnya dan keadaan

fisik/medis dapat mengganggu tidur. Kurangnya tidur pada usia ini dapat

mengakibatkan anak kurang konsentrasi, mudah mengantuk di siang hari,

dan cenderung memiliki masalah di sekolah.19

F. Remaja (Usia 14-17 tahun)

Jumlah tidur yang dibutuhkan usia ini sekitar 8-10 jam per hari. Di

usia remaja mereka menghadapi peningkatan aktivitas dan kurang tidur.

Tidak fokus dan cenderung sensitif.19

G. Dewasa muda (Usia 18-25 tahun)

membutuhkan tidur sekitar 7-9 jam per hari. Pada usia ini jarang

sekali tidur siang. 19

H. Dewasa (Usia 26-64 tahun)

kembutuhkan tidur sekitar 7-9 jam per hari dan 20% diantaranya

tidur REM. Hal ini memugkinkan pada masa ini mengalami insomnia.19

Page 17: BAB 1 - HKBP Nommensen University

16

I. Lansia (Usia diatas 65 tahun)

kembutuhkan tidur 7-8 jam per hari. Episode tidur REM

cenderung singkat dan adanya penurunan tahap tidur NREM tahap 3 dan

4. Beberapa lansia juga bahkan tidak memiliki tahap 4. Biasanya pada

masa ini lebih sering terbangun pada malam hari dan membutuhkan

waktu untuk mulai tertidur. 19

2.2.6. Perubahan Tidur Pada Lanjut Usia

Lanjut usia membutuhkan waktu lebih lama untuk masuk tidur

(berbaring lama di tempat tidur sebelum tertidur) dan mempunyai lebih

sedikit/lebih pendek waktu tidur nyenyaknya. Dari penelitian The Gallup

Organization didapatkan 50% penduduk Amerika pernah mengalami

sulit tidur. Dari hasil penelitian di masyarakat, prevalensi sulit tidur

(insomnia) pada lanjut usia di Amerika adalah 36% untuk aki-laki dan

54% untuk perempuan, hanya 26% laki-laki dan 21% perempuan usia

lanjut yang mengatakan tidak ada kesulitan tidur. 3,7

Pada penelitian di laboratorium tidur, orang usia lanjut mengalami

waktu tidur yang dalam (delta sleep) lebih pendek, sedangkan tidur

stadium 1 dan 2 lebih lama. Orang usia lanjut lebih sering terbangun di

tengah malam akibat perubahan fisik karena usia dan penyakit yang

dideritanya, sehingga kualitas tidur secara nyata menurun. 3,7

Pada usia lanjut juga terjadi perubahan pada irama sikardian tidur

normal yaitu menjadi kurang sensitif dengan perubahan gelap dan terang.

Dalam irama sikardian yang normal terdapat peranan pengeluaran

hormon dan perubahan temperatur badan selama siklus 24 jam. Ekskresi

kortisol dan growth hormone (GH) meningkat pada siang hari dan

temperatur badan menurun di waktu malam. Pada usia lanjut, ekskresi

kortisol dan GH serta perubahan temperatur tubuh berfluktuasi dan

kurang menonjol. Melatonin, hormon yang diekskresikan pada malam

hari dan berhubungan dengan tidur, menurun dengan meningkatnya

umur. Kualitas tidur usia lajut yang sehat juga bergantung pada aktivitas

Page 18: BAB 1 - HKBP Nommensen University

17

pada siang hari. Bila siang hari sibuk dan aktif sepanjang hari, pada

malam hari tidak ada gangguan dalam tidurnya, sebaliknya bila siang hari

tidak ada kegiatan dan cenderung tidak aktif, malamnya akan sulit tidur.7

2.3. Kualitas Tidur

2.3.1. Definisi

Kualitas tidur merupakan kepuasan yang dirasakan seseorang pada

saat tidur sedangkan kuantitas tidur adalah waktu atau durasi tidur yang

dibutuhkan seseorang sehingga tidak menunjukkan tanda-tanda kurang

tidur seperti mata merah,kelopak mata bengkak, mudah lelah, lesu,

apatis, sakit kepala dan mengantuk pada siang hari. Pada saat bangun

pagi tubuh akan terasa segar dan memberikan perasaan tenang serta tidak

mengganggu kesehatan. 9

2.3.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tidur

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kualitas tidur yaitu:

A. Status kesehatan

1. Penyakit fisik: kondisi fisik dapat menimbulkan rasa tidak nyaman

pada saat tertidur antara lain rasa nyeri, batuk, sesak nafas, demam

dan jantung berdebar

2. Stress: stress merupakan masalah yang berhubungan dengan

suasana hati seperti cemas, depresi, frustasi bahkan stress dapat

menyebabkan masalah pada tidur seseorang.19

B. Usia dan tahap perkembangan

Kualitas tidur pada masa anak-anak dipengaruhi oleh karena

perasaan takut, mimpi buruk serta meningkatnya aktivitas anak sebelum

waktu tidur. Pada orang dewasa tua lebih cenderung terjaga di malam

hari dan lebih banyak tidur siang akibat kelelahan. Kebutuhan dan

interval tidur berubah saat usia dewasa.

Page 19: BAB 1 - HKBP Nommensen University

18

C. Gaya hidup

1. Aktivitas dan kebiasaan olah raga : melakukan aktivitas dan olah

raga yang berlebihan pada saat mendekati jam tidur akan

mengganggu seseorang untuk tertidur.

2. Kebiasaan makan: Jenis makanan dan jumlah makanan dalam

jumlah yang banyak seperti kadar lemak yang tinggi, pedas

beberapa saat sebelum tidur akan menyebabkan ketidak nyamanan

di bagian saluran cerna

D. Kondisi lingkungan sekitar

Rangsangan sensorik dari lingkungan seperti bunyi, cahaya,

pergerakan, dan bau dapat mempengaruhi inisiasi dan kualitas tidur.

Lokasi tidur juga dapat mempengaruhi kualitas tidur seperti dikamar atau

pada transportasi umum. Posisi tidur juga sangat berpengaruh pada

kualitas tidur.

E. Obat-obatan

Pada dasarnya obat memiliki dua efek yaitu efek terapeutik dan

efek samping. Ada beberapa obat yang menimbulkan efek samping yaitu

mengantuk. Golongan diuretik termasuk mengganggu proses tidur

sehingga menyebabkan insomnia. Kafein juga dapat meningkatkan saraf

simpatis yang menyebabkan sulit untuk tidur, golongan beta bloker

menimbulkan insomnia serta golongan anti depresan dan golongan

narkotik dapat menekan REM dan mengantuk.19

2.3.3. Metode Pengukuran Kualitas Tidur

Metode pengukuran kualitas tidur di peroleh dari kuesioner

Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Penelitian PSQI terdiri dari tujuh

komponen yaitu kualitas tidur subjektif, latensi tidur,durasi tidur,efisiensi

tidur sehari-hari, gangguan tidur, penggunaan obar tidur dan disfungsi

aktivitas siang hari. Jika salah satu dari tujuh komponen tersebut

terganggu maka akan mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas tidur.

Skor setiap komponen dimulai dari 0 (tidak sulit) sampai 3 (sangat sulit).

Page 20: BAB 1 - HKBP Nommensen University

19

Skor dari setiap komponen akan dijumlahkan untuk mendapatkan skor

total ( antara 0-21). Bila skor total dari PSQI >5 maka kualitas tidur

dinyatakan buruk, demikian sebaliknya.20

Penilaian terhadap kualitas tidur dinilai bagaimana seseorang

menilai rata-rata kualitas tidurnya dalam sebulan terakhir. Penilaian

terhadap masa laten tidur dinilai beberapa lama (hitung menit) yang

dipakai seseorang tersebut mengalami kesulitan tidur karena tidak dapat

tertidur dalam waktu 30 menit setelah pergi ke tempat tidur. Penilaian

terhadap durasi yang dinilai adalah berapa lama (hitung jam) tertidur

pada malam hari. Penilaian ini dibedakan dengan waktu yang dihabiskan

di tempat tidur. Pada penilaian terhadap efisiensi tidur dinilai waktu

seseorang biasanya jam tidur malam dan waktu seseorang bangun pada

pagi hari serta durasi tidur pada malam hari.20

Penilaian terhadap gangguan tidur dinilai apakah seseorang

terbangun pada tengah malam atau bangun pagi terlalu cepat, bangun

untuk pergi ke kamar mandi, sulit bernafas secara nyaman, batuk atau

mendengkur keras, merasa kedinginan, merasa kepanasan, mengalami

mimpi buruk, merasa sakit dan alasan lain yang mengganggu tidur.

Penilaian terhadap gangguan kualitas tidur hanya ditunjukkan pada

penilaian seberapa sering seseorang mengkonsumsi obat-obat untuk

membantu tidur. Selanjutnya, penilaian terhadap disfungsi tidur pada

siang jari seberapa sering timbul masalah yang menggangu ada tetap

terjaga ketika mengendarai kendaraan, makan, dan bagi seseorang dalam

menjaga antusiasme yang cukup dalam menyelesaikan sesuatu.20

2.4. Fungsi Kognitif

2.4.1. Definisi

Fungsi kognitif adalah proses mental dalam memperoleh

pengetahuan atau kemampuan kecerdasan, yang meliputi cara berfikir,

daya ingat, pengertian, perencanaan dan pelaksanaan.

Page 21: BAB 1 - HKBP Nommensen University

20

2.4.2. Aspek-Aspek Kognitif

Fungsi kognitif seseorang meliputi berbagai fungsi berikut, antara

lain :

A. Memori

1. Memori didefinisikan sebagai kemampuan dalam menyimpan dan

mengulang kembali informasi yang diperoleh yang terdiri dari 3

tahap yaitu: Tahap pertama yaitu encoding yang merupakan fungsi

menerima, proses, dan penggabungan informasi.

2. Tahap kedua yaitu consolidation dimana terjadi pembentukan suatu

catatan permanen dari informasi yang telah dilakukan encoding.

3. Tahap ketiga yaitu retrieval, tahap ini merupakan suatu fungsi

memanggil kembali informasi yang telah disimpan untuk

interpretasi dari suatu aktivitas.21

Memori menurut American Academy of Neurology membagi

memori menjadi 3 kategori yaitu:

1. Short-term memory: kemampuan seseorang dalam mengingat

informasi baru misalnya pada saat kita mengingat nomor telepon

baru.

2. Working memory: kemampuan mengingat informasi di pikiran

selama beberapa detik sampai menit setelah kejadian sekarang telah

lewat.

3. Long-term memory: kemampuan mengingat dalam jangka waktu

yang cukup lama, baik beberapa hari, minggu, bahkan seumur

hidup.21

McCoy & Strecker membagi long-term memory dalam dua

kategori yaitu:

1. Memori deklaratif (atau memori eksplisit) yaitu memori yang tahap

penyimpanan dan pemanggilannya berada pada tahap sadar dan

Page 22: BAB 1 - HKBP Nommensen University

21

dapat diekspresikan dengan bahasa. Memori deklaratif dapat dibagi

menjadi dua kategori yaitu:

a) Memori episodik yaitu ingatan mengenai pengalaman terkait

waktu dan tempat.

b) Memori semantik yaitu ingatan mengenai fakta dan informasi

umum yang didapat dalam pengalaman bicara.21–23

2. Memori non-deklaratif (atau memori prosedural/implisit) yaitu

memori yang pada tahap tidak sadar. Memori ini melibatkan

kemampuan dan asosiasi yang berada pada tahap bawah sadar21,23.

Dasar anatomi untuk memori episodik dipengaruhi oleh sistem

limbik (termasuk hipokampus, talamus dan koneksinya), sementara

memori semantik dipengaruhi oleh neokorteks temporal. Memori implisit

melibatkan berbagai struktur seperti basal ganglia, serebelum dan

koneksinya dengan korteks serebri.23

B. Bahasa

Berbahasa merupakan suatu instrumen dasar bagi manusia untuk

berkomunikasi antara satu orang dengan yang lainnya. Bila terdapat

gangguan dalam hal ini, akan mengakibatkan hambatan yang cukup besar

bagi penderita. Kemampuan berbahasa seseorang mencakup kemampuan

untuk berbicara spontan, pemahaman, pengulangan, membaca, dan

menulis.24

Beberapa kelainan dalam berbahasa antara lain disartria (pelo),

disfonia (serak), disprosodi (gangguan irama bicara), apraksia oral,

afasia, aleksia (kehilangan kemampuan membaca), dan agrafia

(gangguan dalam penulisan).24

Broca (1861) menemukan pusat bicara terletak di girus frontalis

inferior hemisfer kiri, sedangkan Wernicke menemukan pusat pengertian

bahasa di girus temporalis superior hemisfer kiri di belakang pusat

pendengaran primer. Dejerine menemukan pusat baca di daerah girus

angularis lobus parietalis kiri. Pusat menulis juga berada di lobus

Page 23: BAB 1 - HKBP Nommensen University

22

parietalis kiri yang menyimpan ingatangerakannya berkerja sama dengan

pusat gerakan menulis di lobus frontalis di depan pusat motorik tangan.22

Di lobus parietalis kiri pada perbatasan dengan lobus oksipitalis,

terdapat pusat ingatan benda. Di dekat pusat ingatan benda ini

diperkirakan berkembang pusat yang menyimpan nama benda

bersangkutan. Pusat nama benda ini meluas hingga perbatasan lobus

oksipitalis dengan lobus temporalis kiri. Pada kerusakan di perbatasan

lobus oksipitalis dan lobus parietalis kiri terjadi anomia atau afasia

nominal, yaitu kehilangan daya mengingat nama benda yang dilihat. Pada

anomia ini, pasien dapat mengatakan nama benda yang diperlihatkan,

bila dibantu dengan memberikan suku kata pertama nama benda yang

sebelumnya tidak dapat dia sebutkan namanya. Pada kerusakan di daerah

perbatasan lobus oksipitalis dengan lobus temporalis, pasien tetap tidak

dapat mengatakan nama benda yang diperlihatkan, meskipun diberi

bantuan dengan memberikan suku kata pertama nama bendanya. Bila

diminta menggambar dengan menyebutkan nama benda tersebut, dia juga

tidak dapat melakukannya.22

Daerah yang diperkirakan homolog dengan pusat bahasa ini berada di

lobus temporalis dan lobus frontalis hemisfer kanan. Daerah ini mengatur

prosodi, yaitu irama bicara yang digunakan.22

C. Praksis

Praksis merupakan integrasi motorik untuk melakukan gerakan

kompleks yang bertujuan. Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain

dengan meminta pasien menggambar segi lima, membuat gambar secara

spontan, atau dengan membuat gambar secara spontan.24

Praksis dipengaruhi oleh lobus frontalis dan parietalis. Ingatan

gerakan, segi aferen propriosepsi dan kinestesia, dan aspek visuospasial

disimpan di lobus parietalis. Kontrol visual gerakan dilakukan oleh lobus

oksipitalis bersama lobus frontalis bagian dorsolateral. Lobus parietalis

bersama area 6 lobus frontalis memulai, menghentikan, dan menyusun

urutan gerakan yang akan disampaikan kepada neuron pelaksana di area

Page 24: BAB 1 - HKBP Nommensen University

23

4 korteks motorik primer. Area Brodman 6 meliputi area motorik

suplementer yang terletak di bagian atas depan korteks motorik primer

dan area premotorik di bawahnya. Pada kerusakan area motorik

suplementer, daya gerak cepat menjadi berkurang. Pada gangguan daerah

premotorik, terjadi kesulitan mengubah urutan gerakan.22

D. Visuospasia

Visuospasial merupakan kemampuan konstruksional seperti

menggambar atau meniru berbagai macam gambar dan menyusun balok.

Semua lobus berperan dalam kemampuan konstruksi dan lobus parietal

terutama hemisfer kanan berperan paling dominan.22

E. Atensi

Atensi merupakan kegiatan otak yang berupa peningkatan aktivitas

perangsangan, pemilahan dan kategorisasi rangsangan yang diterima,

persiapan fisiologis untuk bertindak atau bereaksi dan proses

mempertahankan aktivitas di dalam usaha mencapai sasaran. Atensi

menjadi dasar perilaku direktif, selektif dan terorganisasi. Atensi

mempunyai tingkatan dasar, elementer dan luhur. Luria menemukan

bahwa ketika daya atensi luhur terbentuk, potensial cetusan yang terjadi

meningkat dan terjadi di korteks sensorik yang bersangkutan dan lobus

frontalis. Atensi yang baik dapat terjadi pada keadaan sadar penuh. Hal

ini menandakan formasio retikularis di daerah pons, mesensefalon dan

hubungannya berperan dalam atensi.22

F. Orientasi

Orientasi merupakan pengertian, pemahaman mengenai relasi diri

sendiri dengan benda-benda yang tampak di sekitar tempat kita berada.

Orientasi terdiri dari 3 jenis yaitu:

1. Orientasi Tempat

Mengetahui dimana kita berada memerlukan pelihatan dan

merupakan daya visuospasial sehingga orientasi tempat diurus oleh

bagian otak yang mengurus fungsi dan ingatan visuospasial, yaitu

Page 25: BAB 1 - HKBP Nommensen University

24

lobus oksipitalis, lobus parietalis, girus temporalis inferior dan

daerah yang berkaitan dengan pelihatan lobus frontalis.

2. Orientasi Orang

Pada keadaan sadar, kita dapat mengenali wajah anggota keluarga

atau teman. Pengenalan wajah (prosopognosis) dilakukan oleh

lobus oksipitalis, temporalis, dan parietalis terutama sebelah kanan.

3. Orientasi Waktu

Mengenal waktu secara tepat memerlukan jam dan kalender.

Mengira-ngira berlangsungnya waktu juga sulit dilakukan.

Perkiraan waktu untuk mengucapkan satu-dua dengan kecepatan

biasa, berlangsung kurang lebih 1 detik. Jadi ada urutan

pengucapan yang dapat didengar atau dapat juga tulisan yang dapat

dilihat atau diraba yang berkaitan dengan persepsi waktu. Area

korteks serebri yang terkait dengan urutan bunyi terdapat di dalam

lobus temporalis, urutan tulisan di lobus oksipito-parietalis dan

urutangerakan di lobus frontalis. Selain itu, nukleus supra-

kiasmatis di dalam diensefalon berfungsi sebagai jam biologis.22

G. Kalkulasi

Kemampuan berhitung dapat dinilai dengan meminta pasien

berhitung sederhana seperti mengurangi 100 dengan 7 dan dikurangi 7

dan seterusnya. Kemampuan berhitung umumnya tidak dimakan oleh

usia. Kemampuan berhitung dipengaruhi oleh pendidikan dan

pekerjaan.24

Ukuran banyak, panjang, tinggi, dan jauh merupakan pengukuran

dalam ruangan yang terlihat. Berat ringan suatu benda dirasakan dari

bobotnya ketika diangkat. Pelihatan merupakan fungsi lobus oksipitalis.

Penilaian dalam ruangan dan bobot adalah fungsi lobus parietalis. Kedua

lobus ini berperan penting dalam kemampuan menghitung. Selain

kemampuan visuospasial, pengertian auditorik yang berkaitan dengan

bahasa juga penting karena berhitung menggunakan bahasa yang khusus.

Hal ini menandakan bahwa lobus temporalis dan frontalis ikut terlibat.22

Page 26: BAB 1 - HKBP Nommensen University

25

H. Eksekusi

Eksekusi merupakan kemampuan kognitif tinggi seperti cara

berpikir dan kemampuan pemecahan masalah. Fungsi ini dimediasi oleh

korteks prefrontal dorsolateral dan struktur subkortikal yang

berhubungan dengan daerah tersebut. Fungsi eksekutif dapat terganggu

bila sirkuit frontal- subkortikal terputus. Lezack membagi fungsi

eksekutif menjadi 4 komponen yaitu volition (kemauan), planning

(perencanaan), purposive action (bertujuan), dan effective performance

(pelaksanaan yang efektif).22

I. Abstraksi

Berpikir abstrak diperlukan untuk menginterpretasi suatu pepatah

atau kiasan, misalnya seseorang mampu menginterpretasi pepatah ada

gula ada semut, atau kemampuan seseorang untuk mendeskrikpsikan

perbedaan antara kucing dan anjing.24

2.4.4. Kognitif pada Lansia

Fungsi kognitif merupakan suatu proses mental manusia yang

meliputi perhatian persepsi, proses berpikir, pengetahuan dan memori.

Adanya perubahan kognitif yang terjadi pada lansia, meliputi

berkurangnya kemampuan meningkatkan fungsi intelektual,

berkurangnya efisiensi tranmisi saraf di otak. (menyebabkan proses

informasi melambat dan banyak informasi hilang selama transmisi),

berkurangnya kemampuan mengakumulasi informasi baru dan

mengambil informasi dari memori, serta kemampuan mengingat kejadian

masa lalu lebih baik dibandingkan kemampuan mengingat kejadian yang

baru saja terjadi.

Penurunan menyeluruh pada fungsi sistem saraf pusat dipercaya

sebagai kontributor utama perubahan dalam kemampuan kognitif dan

efisiensi dalam pemrosesan informasi. Penurunan terkait penuaan

ditunjukkan dalam kecepatan, memori jangka pendek, memori kerja dan

Page 27: BAB 1 - HKBP Nommensen University

26

memori jangka panjang. Perubahan ini telah dihubungkan dengan

perubahan pada struktur dan fungsi otak. terjadinya hiperintensitas

substansia alba, yang bukan hanya di lobus frontalis, tapi juga dapat

menyebar hingga daerah posterior, akibat perfusi serebral yang

berkurang. Buruknya lobus frontalis seiring dengan penuaan telah

memunculkan hipotesis lobus frontalis, dengan asumsi penurunan fungsi

kognitif lansia adalah sama dibandingkan dengan pasien dengan lesi

lobus frontalis. Kedua populasi tersebut memperlihatkan gangguan pada

memori kerja, atensi dan fungsi eksekutif.15,23

2.4.5.1. Karakteristik Demografi Penurunan Kognitif pada Lansia

A. Status Kesehatan

Salah satu faktor penyakit penting yang mempengaruhi penurunan

kognitif lansia adalah hipertensi, Angina pektoris, infark miokardium,

penyakit jantung koroner dan penyakit vaskular lainnya juga dikaitkan

dengan memburuknya fungsi kognitif .

B. Faktor usia

Suatu penelitian yang mengukur kognitif pada lansia menunjukkan

skor di bawah cut off skrining adalah sebesar 16% pada kelompok umur

65-69, 21% pada 70-74, 30% pada 75-79, dan 44% pada 80+. Hasil

penelitian tersebut menunjukkan adanya hubungan positif antara usia dan

penurunan fungsi kognitif

C. Status Pendidikan

Kelompok dengan pendidikan rendah tidak pernah lebih baik

dibandingkan kelompok dengan pendidikan lebih tinggi .

D. Jenis Kelamin

Wanita tampaknya lebih beresiko mengalami penurunan kognitif.

Hal ini disebabkan adanya peranan hormon estrogen dalam perubahan

fungsi kognitif. Reseptor estrogen telah ditemukan dalam area otak yang

berperan dalam fungsi belajar dan memori, seperti hipokampus.

Rendahnya level estradiol dalam tubuh telah dikaitkan dengan penurunan

fungsi kognitif umum dan memori verbal. Estradiol diperkirakan bersifat

Page 28: BAB 1 - HKBP Nommensen University

27

neuroprotektif dan dapat membatasi kerusakan akibat stress oksidatif

serta terlihat sebagai protektor sel saraf dari toksisitas amiloid pada

pasien Alzheimer.

2.5. Tekanan Darah

2.5.1. Definisi

Tekanan darah adalah daya yang dihasilkan oleh darah terhadap

dinding pembuluh, bergantung pada volume darah yang terkandung di

dalam pembuluh dan compliance, atau distensibilitas dinding pembuluh.

Tekanan darah hampir selalu dinyatakan dalam milimeter air raksa

(mmHg) karena manometer air raksa telah dipakai sejak lama sebagai

rujukan baku untuk pengukuran tekanan darah. Tekanan darah

merupakan tekanan darah yang dipantau dan diatur tubuh, bukan tekanan

sistolik atau diastolik arteri atau tekanan nadi dan juga bukan tekanan di

bagian lain pohon vaskular.10

2.5.2. Fisiologi Tekanan Darah

Tekanan arteri rerata bergantung pada curah jantung dan resistensi

perifer total. Curah jantung bergantung pada kecepatan jantung dan isi

sekuncup. Kecepatan Jantung bergantung pada keseimbangan relatif

aktivitas parasimpatis, yang menurunkan Kecepatan Jantung dan

aktivitas simpatis yang meningkatkan kecepatan jantung. Isi sekuncup

meningkat sebagai respon terhadap aktivitas simpatis. Isi sekuncup juga

meningkat jika aliran balik vena meningkat. Aliran balik vena

ditingkatkan oleh vasokonstriksi vena yang diindikasi oleh saraf simpatis,

pompa otot rangka, pompa pernapasan, dan pengisap jantung. Volume

darah sirkulasi efektif juga mempengaruhi seberapa banyak darah

dikembalikan ke jantung. Volume darah jangka pendek bergantung pada

ukuran perpindahan cairan bulkflow pasif antara plasma dan cairan

interstisium, menembus dinding kapiler. Dalam jangka panjang volume

darah bergantung pada keseimbangan garam dan air, yang secara

Page 29: BAB 1 - HKBP Nommensen University

28

hormonal dikontrol masing-masing oleh sistem renin-angiotensin-

aldosteron dan vasopresin. 10

Penentu utama lain tekanan darah arteri rerata, resistensi perifer

total, bergantung pada jari-jari semua erteriol serta ekentalan darah.

Faktor utama yang menentukan kekentalan darah adalah sel darah merah.

Namun, jari-jari arteriol adalah faktor yang lebih penting dalam

menentukan resistensi prefer total. Jari-jari arteriol dipengaruhi oleh

kontrol metabolik lokal (intrinsik) yang juga dipengaruhi oleh aktivitas

simpatis, suatu mekanisme kontrol ekstrinsik yang menyebabkan

vasokonstriksi arteriol untuk meningkatkan resistensi perifer total dan

tekanan darah arteri rerata. Jari-jari arteriol juga dioengaruhi secara

ekstrinsik oleh hormon vasopresin dan angiotensin II, yaitu

vasokonstriktor poten serta penting dalam keseimbangan garam dan air.

Perubahan setiap faktor di atas yang mempengaruhi tekanan darah akan

mengubah tekanan darah.10

2.5.3. Pengukuran Tekanan Darah

Metode pengukuran tekanan darah terdiri atas tiga bagian yaitu:

A. Metode Langsung

Bila kanul dimasukkan ke arteri, tekanan arteri dapat diukur secara

langsung dengan manometer air raksa atau ukuran dasar ketegangan yang

sesuai dan suatu osiloskop diatur untuk menulis secara langsung pada

potongan kertas yang bergerak. Bila arteri diikat di atas titik tempat

memasukkan kanul, suatu tekanan ujung terekam. Aliran dalam darah

tergantung dan semua energi kinetik dari aliran dikonvensi menjadi

energi tekanan.25

B. Metode Auskultasi

Tekanan darah arteri pada manusia secara rutin diukur dengan

metode auskultasi. Suatu manset yang dapat dipompa (manset Riva-

Rocci) dihubungkan pada manometer air raksa (sfigmomanometer)

kemudian dililitkan di sekitar lengan dan stetoskop di letakkan diatas

arteri brakialis pada siku. Manset secara cepat dipompa sampe tekanan

Page 30: BAB 1 - HKBP Nommensen University

29

didalamnya di atas tekanan sistolik yang diharapkan dalam arteri

brakialis. Arteri dioklusi oleh manset dan suara tidak terdengar oleh

stetoskop. Kemudian secara perlahan tekanan manset diturunkan maka

pada bunyi pertama terdengar suara tekanan sistolik. Menurunnya

tekanan suara menjadi lebih keras, kemudian tidak jelas dan menutupi,

akhirnya akan menghilang pada kebanyakan individu ini disebut dengan

bunyi korotkoff. Tekanan diastolik pada orang dewasa dalam keadaan

istirahat berkolerasi paling baik dengan tekanan pada saat bunyi

menghilang. Tepi pada orang dewasa yang baru selesai berolahraga dan

pada anak, tekanan diastolik berkolerasi paling baik saat bunyi

menghilang.25

C. Metode Palpasi

Tekanan sistolik ditentukan dengan cara memompa manset lengan

dan kemusian membiarkan tekanan turun dan menentukan tekanan pada

saat denyut radialis pertama kali teraba. Oleh karena kesulitan

menentukan secara pasti kapan denyut pertama teraba, tekanan yang

diperoleh dengan metode palpasi biasanya 2-5 mmHg lebih rendah

diandingkan dengan diukur dengan metode auskultasi.25

2.5.4. Klasifikasi Tekanan Darah

Klasifikasi tekanan darah (JNC VIII).26

Gambar 2.1. (JNC VIII)

Page 31: BAB 1 - HKBP Nommensen University

30

2.6. Hubungan Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah

Pada saat keadaan tidur normal tekanan darah menurun sekitar 10-

20% dibandingkan pada saat keadaan sadar. Hal ini diakibatkan karena

adanya perubahan fungsi aktivitas sistem saraf simpatis dan parasimpatis

pada keadaan tidur. Saraf simpatis yang akan merangsang kecepatan

denyut jantung dan kontraktilitas jantung dengan reseptor β1 di jantung.

Saraf simpatis juga mengeluarkan norepinefrin di sebagian besar

pembuluh darah yang berikatan dengan reseptor alfa (α) yang

mengakibatan pembuluh darah mengalami penyempitan sehingga

tekanan darah meningkat oleh karena tahanan perifer total (TPR)

meningat juga. Maka pada saat tekanan darah meningkat terjadi

penurunan rangsangan simpatis kejantung yang mengakibatkan

menurunnya kecepatan denyut jantung dan TPR. Rangsangan simpatis

juga berperan dalam menurunkan kecepatan denyut jantung. Penurunan

aktivitas saraf simpatis pada saat tidur normal sering disebut dengan

dippers/nocturnal dipping. Apabila dippers/nocturnal terganggu

seseorang akan mengalami gangguan tidur. Penurunan tekanan darah

dapat berkurang atau tidak terjadi pada hipertensi atau sering disebut

nondippers.27

Adanya ganguan kualitas tidur seseorang dapat mengakibatkan

gangguan kardiovaskular, metabolik dan endokrin. Kualitas tidur yang

baik penting dalam mengatur regulasi tekanan darah sehingga jika terjadi

gangguan akan meningkatkan resiko terjadinya gangguan kardiovaskular

yaitu hipertensi. Pada penelitian yang dilakukan gelombang tidur lambat

berperan penting terhadap penekanan kadar katekolamin dan

pertumbuhan kadar hormon secara fisiologis pada malam hari.

Pengurangan gelombang tidur lambat dapat menyebabkan katekolamin

nokturnal meningkat yang berhubungan dengan penyakit kardiovaskular.

Gangguan tidur juga mengaktifkan proses inflamasi yang mampu

menginduksi disfungsi endotel dalam memulai aktivitas plak untuk

mendukung penyakit kardiovaskular.28,29

Page 32: BAB 1 - HKBP Nommensen University

31

Beberapa penelitian telah melaporkan bahwa gangguan tidur

adalah faktor resiko terjadinya hipertensi. Maka hal ini perlu dilaukan

perhatian khusus terhadap gangguan tidur untuk mengirangi risiko

terjadinya hipertensi. Oleh karena itu pengaturan waktu tidur dapt

dilakukan untuk mendapatkan kualitas tidur yang baik. 30

2.7. Hubungan Kualitas Tidur dengan Fungsi Kognitif

Kualitas tidur yang buruk ternyata berpengaruh juga terhadap

bagian hipokampus. Tidur berperan penting dalam homeostasis.

Deprivasi tidur yang berkepanjangan merupakan stresor poten yang

menyebabkan gangguan metabolik dan kognitif pada area otak yang

terlibat dalam fungsi belajar, memori, dan emosi seperti hipokampus,

amigdala, dan korteks prefrontal. 31

Deprivasi tidur juga dapat menyebabkan gangguan pada proses

proliferasi sel dan neurogenesis di hipokampus sehingga dapat

mengganggu proses belajar dan memori. Neurogenesis diduga

disebabkan oleh peran Brain Derived Neurotrophic Factor (BDNF) pada

prosesnya. Plastisitas neuronal, neurogenesis dan kognisi diduga

dimodulasi oleh BDNF. Peran stres oksidatif pada deprivasi tidur

memicu gangguan pada neurogenesis dan mempengaruhi fungsi belajar

dan memori.31

Proses pengubahan memori jangka pendek dan working memory

menjadi memori jangka panjang melalui proses yang dinamakan

konsolidasi. Proses ini dimulai dengan peningkatan sementara kalsium

(Ca2+) yang melalui reseptor N-methyl-D-aspartate (NMDA) dan α-

amino-3-hydroxy-5-methyl-4-isoxazolepropionic acid (AMPA) serta

peningkatan adenilatsiklase ketika belajar. Enzim ini bertanggung jawab

untuk produksi second messenger yaitu cyclic adenosine monophosphate

(cAMP). cAMP mengaktifkan tiga target penting untuk sintesis protein

dan konsolidasi memori. Target ini mencakup protein kinase A (PKA),

pertukaran protein yang diaktivas cAMP, dan hyperpolarization-activated

cyclic nucleotide-gated channels. Aktivasi dari target ini, bersama

Page 33: BAB 1 - HKBP Nommensen University

32

dengan kinase lain seperti calmodulin-dependent protein

kinase(CAMKII), mitogen activated protein kinase, dan extracellular

signal-regulated kinase(ERK1/2), menyebabkan fosforilasi faktor

transkripsi. Faktor transkripsi seperti cAMP response element binding

protein(CREB), mendorong up-regulationdari ekspresi gen untuk protein

yang akan mengkonsolidasikan memori sementara menjadi memori

jangka panjang.

Alkadhi mengungkapkan bahwa deprivasi tidur dapat

menyebabkan gangguan pada reseptor NMDA dan AMPA. Deprivasi

tidur juga dapat menyebabkan gangguan pada jalur sinyal intraselular

seperti pada jalur cAMP dan PKA, peningkatan kadar

phosphodiesteraseIV yang dapat menyebabkan penurunan cAMP.

Gangguan ini dapat mengakibatkan gangguan pada kadar CaMKII dan

CREB selama proses konsolidasi.31

2.8. Kerangka Konsep

variabel Independen variabel Dipenden

Kualitas tidur Fungsi kognitif

Tekanan darah

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Page 34: BAB 1 - HKBP Nommensen University

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik kategorik tidak

berpasangan menggunakan desain penelitian Cross-sectional.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1. Tempat Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Binjai.

3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Oktober

sampai November 2016.

3.3. Populasi Penelitian

3.3.1. Populsi Target

Populasi target pada penelitian ini adalah lanjut usia

3.3.2. Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah lanjut usia di UPT

Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai

3.4. Sampel dan Cara Pemilihan Sampel

3.4.1. Sampel

Sampel penelitian ini adalah lansia yang berada di UPT Pelayanan

Sosial Lanjut Usia Binjai yang memenuhi kriteria inklusi dan terbebas dari

kriteria eksklusi

3.4.2. Cara Pemilihan Sampel

Cara pemilihan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik

Simple Random Sampling.

3.5. Kriteria Inklusi dan Ekslusi

3.5.1. Kriteria Inklusi

a. Lanjut usia yang tinggal di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Binjai

33

Page 35: BAB 1 - HKBP Nommensen University

34

b. Lanjut usia yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian dan

telah menandatangani informed consert

3.5.2. Kriteria Eksklusi

a. Lanjut usia yang memiliki gangguan dalam penglihatan, bicara,

dan pendengaran (tidak bisa melihat, bicara dan mendengar)

b. Lanjut usia dengan kondisi cacat fisik

c. Lanjut usia yang mengalami penyakit stroke

3.6. Estimasi Besar Sampel

Besar sampel yang dibutuhkan diperkirakan melalui rumus besar

sampel Analitik dengan skala variabel kategorikal. Nilai α yang ditetapkan

adalah 5% dan nilai β dalam penelitian ini adalah 20 % maka untuk satu

variabel bebas akan diperoleh besar sampel sebagai berikut.

Keterangan :

n = sampel

= deviat baku alfa

= deviat baku beta

Menghitung besar sampel :

kesalahan tipe 1 ditetapkan sebesar 5 %, hipotesis dua arah, sehingga

= 1,96

kesalahan tipe 2 ditetapkan sebesar 10 %, maka = 0,842

Q = 1-P

Q1 = 1-P1

Q2 = 1-P2

P = (P1+P2)/2

Page 36: BAB 1 - HKBP Nommensen University

35

PENYELESAIAN

Z = 1,96

Z = 0,842

= 0,5

= 1 – P2

= 1 – 0,5

= 0,5

P1 =P2+0,3

=0,5 + 0,3

= 0,8

Q1 = 1 – P1

= 1 – 0,8

= 0,2

P = (P1 + P2)

= (0,8+ 0,5)

= 0,65

Q = 1 – P

= 1 – 0,65

= 0,35

Judgemen = P1-P2

30% = P1 – 0,5

0,3 = P1 – 0,5

P1 = 0,8

n1 = n2 =

=

=

Page 37: BAB 1 - HKBP Nommensen University

36

= = 38,47 menjadi 39

Jadi jumlah sampel adalah 78 sampel

3.7. Cara Kerja

1. lansia diberikan penjelasan mengenai penelitian

2. lansia yang bersedia dipersilahkan untuk menandatangani informed

consent.

3. lansia diberikan penjelasan terlebih dahulu mengenai cara pengisian

kuisioner.

4. Peneliti melakukan wawancara secara terpimpin kepada lansia untuk

mengisi kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index( PSQI ) untuk

melihat skor kualitas tidur. Pengukuran kualitas tidur pada lansia

dilakukan sebanyak 3 kali (awal penelitian, pertengahan dan akhir

penelitian ).

a. Kualitas tidur baik (Total skor ≤ 5)

b. Kualitas tidur buruk ( Total skor > 5)

Setelah dilakukan pengumpulan data kualitas tidur pada lansia,

skor tertinggi yang akan digunakan untuk analisis data

5. Peneliti melakukan wawancara secara terpimpin kepada lansia untuk

mengisi kuisioner Mini Mental State Examination (MMSE) untuk

melihat skor fungsi kognitif

a. Fungsi kognitif baik (Total skor > 23)

b. Fungsi kognitif buruk (Total skor ≤ 23)

6. Melakukan pengukuran tekanan darah dengan menggunakan

Sphgmomanometer. Langkah-langkah pengukuran tekanan darah :

a. Mencuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan

b. Mempersiapkan dan mengecek Sphgmomanometer dan

stethoscope

c. Menyakinkan responden berbaring dalam posisi lengan rileks

d. Membebaskan lengan kanan atas dari pakaian

e. Memasang manset di lengan atas secara tepat

Page 38: BAB 1 - HKBP Nommensen University

37

f. Fossa cubiti terekspos ( terbuka) dan siku dalam keadaan sedikit

fleksi

g. Melakukan palpasi pada a.radialis di fossa cubiti

h. Memompa manset dengan tangan kanan, jari tangan kiri

merasakan hilangnya denyutan a.radialis

i. Menempatkan corong stetoskop dengan memakai aurial yang

benar

j. Mencatat hasil tekanan darah systole palpatoar

k. Memompa manset perlahan 20-30 mmHg setelah tekanan

didapatkan darah systole palpatoar dan menentukan suara

denyut nadi korofkof 1 yang pertama kali

l. Melanjutkan menurunkan tekanan manset sampai suara denyut

nadi tidak terdengar lagi untuk tekanan darah dyastole

m. Mencatat tekanan darah dyastole (suara nadi tidak terdengar).

n. Pengukuran tekanan darah diukur dua kali dengan interval 5

menit

o. Hasil tekanan darah dilaporkan dengan menghitung rata-rata

tekanan darah yang diukur dua kali.

3.8. Identifikasi Variabel

1. Variabel Bebas : Kualitas Tidur

2. Variabel terikat : Fungsi Kognitif dan Tekanan Darah

Page 39: BAB 1 - HKBP Nommensen University

38

3.9. Definisi Operasional

Variabel Definisi

Operasional

Alat ukur Hasil

Pengukuran

Skala

Pengukuran

Jenis

Kelamin

Identitas

responden

Wawancara 1. Laki-laki

2. perempuan

Nominal

penelitian sesuai

dengan kondisi

biologis fisik

Usia Usia

yang

responden

dihitung

Wawancara 1. 60-74 tahun

2. 75-90 tahun

Ordinal

sejak dilahirkan 3. > 90 tahun

hingga ulang tahun

Tingkat

Pendidikan

terakhir

Jenjang ilmu

pengetahuan yang

didapat dari

lembaga

pendidikan formal

terakhir

Wawancara 1.SD

2.SMP

3.SMA

4.Perguruan

Tinggi

Ordinal

Kualitas

Tidur

Kemampuan

individu untuk

tidur dan

memperoleh

jumlah istirahat

sesuai dengan

kebutuhannya

Pengukuran

dilakukan dengan

kuesioner

Pittsburgh Sleep

Quality Index

(PSQI)

Skor 0-21

Hasil terbagi

menjadi 2

kategori:

baik : ≤ 5

buruk : > 5

Ordinal

Page 40: BAB 1 - HKBP Nommensen University

39

Fungsi

Kognitif

Tekanan

Darah

Kemmpuan

seseorang yang

terdiri dari aspek

intelektual,

perhatian, bahasa,

memori,

visuospasial, dan

eksekutif

Tekanan di dalam

pembuluh darah

ketika jantung

memompakan

darah ke seluruh

tubuh

Pengukuran

dilakukan dengan

kuesioner Mini

Mental State

Examination

(MMSE)

Sphgmomanometer

dan stethoscope

Terdiri dari 11

pertanyaan

dengan niai :

Tertinggi : 30

Terendah :0

Hasil Dibagi

menjadi:

1.Baik : > 23

2.Buruk : ≤ 23

Nilai systole

dan dyastole

dinyatakan

dalam mmHg

hasil:

normal

:<150/90

hipertensi

:≥150/90

Ordinal

Ordinal

Page 41: BAB 1 - HKBP Nommensen University

40

3.9. Alur Penelitian

Meminta surat izin survei awal dariFakultas kedokteran universitasHKBP Nommensen

Mengajukan surat izin survei ke UPT

Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai.

Melakukan survei awal

Meminta surat izin melakukan penelitian darifakultas kedokteran universitas HKBP Nommensenuntuk diajukan ke badan penelitian danpengembangan provinsi sumatera utara

Mengajukan surat izin melakukan penelitian ke badankesatuan bangsa, politik dan perlindungan masyarakatprovinsi sumatera utara

Mengajukan surat izin melakukan penelitian ke DinasKesejahteraan dan Sosial provinsi Sumatera Utara

Setelah menerima surat izin dapat melakukan penelitian dariDinas Kesejahteraan dan Sosial provinsi Sumatera Utara,lalu mengajukan surat izin untuk melakukan penelitian keUPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai.

Persiapan penelitian

Populasi ada 172 orang

Page 42: BAB 1 - HKBP Nommensen University

41

Isolasi : 46 orangStroke :1 orangBisu : 1 orangTuli : 1 orangButa : 1 orangMeninggal : 2 orangTukang masak : 2orangTidak bersedia : 12orang

Melakukan identifikasi subyek sesuai dengan kriteriainklusi dan eksklusi di lokasi subyek berada

dan pemberian Informed Consent

Sisa 106 orang

Melakukan Simple Random Sampling

Didapatkan sampel 78 orang

Mengelompokkan lanjut usia berdasarkanusia dan jenis kelamin, tingkat pendidikan

Mengukur fungsi kognitif dengan kuesionerMini Mental State Examination (MMSE)

Mengukur kualitas tidur dengan kuesionerPittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) dan

Periksa Tekanan Darah

Pengukuran kualitas tidur dilakukan sebanyak 3 kali(awal penelitian, pertengahan dan akhir penelitian )

Diakhir penelitian dilakukan pengisiankuesioner kualitas tidur dan fungsi kognitif

Periksa Tekanan Darah

Page 43: BAB 1 - HKBP Nommensen University

42

Pengumpulan Data

Menghitung skor kualitas tidur (padapenghitungan kualitas tidur nilai yangtertinggi yang digunakan sebagai analisisdata)

Menghitung skor fungsi kognitif danmencatat hasil tekanan darah

Analisis Data

Gambar. 3.1. Alur Penelitian

3.11. Analisa Data

3.11.1. Analisis Univariat

Data masing-masing variabel yaitu kualitas tidur, fungsi kognitif dan

tekanan darah yang diteliti akan ditampilkan melalui tabel distribusi

frekuensi.32

3.11.2. Analisis Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel

dependen dan independen. Untuk mengetahui hubungan antara kualitas

tidur dengan fungsi kognitif dan tekanan darah jika data terdistribusi data

normal, maka uji hipotesa yang digunakan adalah uji Chi-Square. Apabila

syarat uji Chi-Square tidak terpenuhi, maka digunakan uji alternative yang

lainnya yaitu uji Fisher.32