1 NILAI KALOR SAMPAH HASIL PRODUKSI MASYAKAT KOTA MATARAM Mirmanto Jurusan Teknik Mesin, Universitas Mataram, Jl. Majapahit no. 62, Mataram Telp(0370)636126, (0370)6570632, Fax (0370)636126, e-mail: [email protected]ABSTRAK Sampah adalah barang-barang atau benda-benda yang sudah tidak berguna lagi dan harus dibuang. Sampah merupakan masalah sehari-hari yang dihadapi oleh seluruh lapisan masyarakat baik di kota, maupun di desa, negara maju maupun negara berkembang. Di kota Mataram pemanfaatan dan pengelolaan sampah belum memadai padahal jika sampah hasil produksi masyarakat kota Mataram dimanfaatkan akan mampu menghasilkan energi panas. Adanya energi panas ini dapat dibuktikan melalui penelitian salah satunya dengan menggunakan alat bom kalorimeter. Penelitian ini menggunakan adiabatis bom kalorimeter untuk pengujian nilai kalor pembakaran dan oven pengering dengan suhu 105 o C untuk pengujian kadar air, sampel sampah di ambil dari tiga Depo yaitu Depo Mataram, Depo Ampenan dan Depo Cakra dengan jenis sampah berupa sampah daun, sisa makanan, kayu/ranting, plastik, karet dan sampah aneka kertas. Sebelum pengujian, dilakukan proses persiapan yaitu penimbangan awal, pengeringan dengan panas matahari, penghancuran dan penimbangan akhir. Setelah proses persiapan selesai dilanjutkan dengan proses pengujian. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa sampah plastik termasuk bahan yang memiliki nilai kalor pembakaran yang paling tinggi yaitu 12415,7206 kal/gr, kemudian sampah karet memiliki nilai kalor 8640,8047 kal/gr, sampah sisa makanan 5875,5689 kal/gr, sampah daun 5334,4857 kal/gr, sampah kayu/ranting 5975,5871 kal/gr, sedangkan sampah aneka kertas memiliki nilai kalor pembakaran yang paling rendah yaitu 4425,7468 kal/gr dengan persentase kadar air tertinggi adalah sampah kayu/ranting sekitar 13,7495% sedangkan komposisi sampah terbanyak di kota Mataram adalah sampah daun yaitu 160,87 m 3 atau sekitar 20,65% dari total volume sampah yang ada di TPA. Kata kunci : Sampah, kadar air, nilai kalor dan komposisi sampah
Sampah adalah barang-barang atau benda-benda yang sudah tidak berguna lagi dan harus dibuang. Sampah merupakan masalah sehari-hari yang dihadapi oleh seluruh lapisan masyarakat baik di kota, maupun di desa, negara maju maupun negara berkembang. Di kota Mataram pemanfaatan dan pengelolaan sampah belum memadai padahal jika sampah hasil produksi masyarakat kota Mataram dimanfaatkan akan mampu menghasilkan energi panas. Adanya energi panas ini dapat dibuktikan melalui penelitian salah satunya dengan menggunakan alat bom kalorimeter. Penelitian ini menggunakan adiabatis bom kalorimeter untuk pengujian nilai kalor pembakaran dan oven pengering dengan suhu 105oC untuk pengujian kadar air, sampel sampah di ambil dari tiga Depo yaitu Depo Mataram, Depo Ampenan dan Depo Cakra dengan jenis sampah berupa sampah daun, sisa makanan, kayu/ranting, plastik, karet dan sampah aneka kertas. Sebelum pengujian, dilakukan proses persiapan yaitu penimbangan awal, pengeringan dengan panas matahari, penghancuran dan penimbangan akhir. Setelah proses persiapan selesai dilanjutkan dengan proses pengujian. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa sampah plastik termasuk bahan yang memiliki nilai kalor pembakaran yang paling tinggi yaitu 12415,7206 kal/gr, kemudian sampah karet memiliki nilai kalor 8640,8047 kal/gr, sampah sisa makanan 5875,5689 kal/gr, sampah daun 5334,4857 kal/gr, sampah kayu/ranting 5975,5871 kal/gr, sedangkan sampah aneka kertas memiliki nilai kalor pembakaran yang paling rendah yaitu 4425,7468 kal/gr dengan persentase kadar air tertinggi adalah sampah kayu/ranting sekitar 13,7495% sedangkan komposisi sampah terbanyak di kota Mataram adalah sampah daun yaitu 160,87 m3 atau sekitar 20,65% dari total volume sampah yang ada di TPA.
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
NILAI KALOR SAMPAH HASIL PRODUKSI MASYAKAT KOTA MATARAM
Mirmanto Jurusan Teknik Mesin, Universitas Mataram, Jl. Majapahit no. 62, Mataram
Sampah adalah barang-barang atau benda-benda yang sudah tidak berguna lagi dan harus dibuang. Sampah merupakan masalah sehari-hari yang dihadapi oleh seluruh lapisan masyarakat baik di kota, maupun di desa, negara maju maupun negara berkembang. Di kota Mataram pemanfaatan dan pengelolaan sampah belum memadai padahal jika sampah hasil produksi masyarakat kota Mataram dimanfaatkan akan mampu menghasilkan energi panas. Adanya energi panas ini dapat dibuktikan melalui penelitian salah satunya dengan menggunakan alat bom kalorimeter.
Penelitian ini menggunakan adiabatis bom kalorimeter untuk pengujian nilai kalor pembakaran dan oven pengering dengan suhu 105oC untuk pengujian kadar air, sampel sampah di ambil dari tiga Depo yaitu Depo Mataram, Depo Ampenan dan Depo Cakra dengan jenis sampah berupa sampah daun, sisa makanan, kayu/ranting, plastik, karet dan sampah aneka kertas. Sebelum pengujian, dilakukan proses persiapan yaitu penimbangan awal, pengeringan dengan panas matahari, penghancuran dan penimbangan akhir. Setelah proses persiapan selesai dilanjutkan dengan proses pengujian. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa sampah plastik termasuk bahan yang memiliki nilai kalor pembakaran yang paling tinggi yaitu 12415,7206 kal/gr, kemudian sampah karet memiliki nilai kalor 8640,8047 kal/gr, sampah sisa makanan 5875,5689 kal/gr, sampah daun 5334,4857 kal/gr, sampah kayu/ranting 5975,5871 kal/gr, sedangkan sampah aneka kertas memiliki nilai kalor pembakaran yang paling rendah yaitu 4425,7468 kal/gr dengan persentase kadar air tertinggi adalah sampah kayu/ranting sekitar 13,7495% sedangkan komposisi sampah terbanyak di kota Mataram adalah sampah daun yaitu 160,87 m3 atau sekitar 20,65% dari total volume sampah yang ada di TPA.
Kata kunci : Sampah, kadar air, nilai kalor dan komposisi sampah
2
ABSTRACT
Waste is the matter has refuse anymore and must to throw away. Waste is daily problem in our community (in town, village, developing country and developed country). In Mataram city the use and manage of waste not suitable whereas if result of waste Mataram community using will be able to produce calorific energy. Existing calorific energy proved with research, anything with used the bomb calorimeter. As for this research use adiabatic bomb calorimeter to know higher calorific value and drying oven with temperature 105oC to research moisture conten, waste sample has been taken from three Depo there is Mataram Depo, Ampenan Depo and Cakra Depo with many kind of waste is it leave waste, rest food, wood/branch, plastic, rubber and mixed paper. Before the test do prepare process that is beginning consider, drying, destruction, last consider and than research process. Based research result received that plastic belong to material have highest calorific value on 12415,7206 cal/gr, than rubber have calorific value on 8640,8047 cal/gr, rest food on 5875,5689 cal/gr, leave on 5334,4857 cal/gr, wood/branch on 5975,5871 cal/gr whereas mixed paper have low calorific value from other on 4425,7468 cal/gr with wood/branch have highest moisture content value average 13,7495 %, whereas highest composition of waste in Mataram city is leave waste roundabout 20,65% from prediction total volume of waste in TPA. Key word : waste, moisture content, calorific value and composition
PENDAHULUAN
Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktifitas
manusia maupun alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Meningkatnya jumlah dan
aktivitas penduduk di wilayah perkotaan menghasilakan volume sampah yang semakin
meningkat. Hal ini menimbulkan berbagai masalah karena sampah dapat mencemari
lingkungan apabila tidak dikelola dengan baik.
Akibat adanya sampah yang tidak terkelola dengan baik antara lain tempat
berkembang dan sarang dari serangga dan tikus, menjadi sumber polusi dan pencemaran
tanah, air dan udara, sebab sampah menghasilkan cairan lindi (leachate) dan bau busuk
yang ditimbulkan akibat dari proses dekomposisi yang menghasilkan gas CO2, methan dan
sebagainya dan apabila sampah merupakan sampah anorganik yang menyebabkan tanah
tidak dapat diolah, pemandangan yang tidak sehat, menyebabkan banjir dan merupakan
sumber dan tempat hidup kuman-kuman yang membahayakan kesehatan.
Berdasarkan data sumber Dinas Kebersihaan produksi sampah kota Mataram tahun
2004 sebesar 1020 m3/hari. Komposisi terbesar dari produksi tersebut adalah sampah dari
kawasan pemukiman yaitu 525m3/hari atau 51,47% dari total produksi. Dari jumlah tersebut
di atas yang sampai ke TPA hanyalah 779 m3/hari atau 76,37 % saja. Dengan demikian
3
dapat dikatakan bahwa sampah di Kota Mataram akan menimbulkan masalah yang besar
dalam waktu dekat jika tidak ditangani secara simultan.
Pemanfaatan sampah sampai saat ini nampak belum ada, sebab sampah-sampah yang
ada hanya di buang ke TPA atau dibakar begitu saja oleh penduduk, bahkan terdapat
sebagian penduduk yang membuangnya ke dalam selokan atau sungai. Sebenarnya sampah
dapat didaur ulang (dihancurkan) kemudian dijadikan pupuk atau dibuat briket sebagai
bahan bakar (untuk sampah organik). Namun karena keterbatasan referensi dan teknologi di
Mataram, maka hal-hal yang demikian belum dilakukan atau belum terpikirkan.
Menurut Wiradarma (2002) sampah di kota Mataram jika dapat digunakan sebagai
energi panas maka akan mampu menghasilkan energi listrik sebesar 3,25 MW. Jika
kenyataan adalah demikian, maka sangat disayangkan apabila sampah di kota Mataram
yang jumlahnya semakin melimpah tidak dimanfaatkan untuk memenuhi salah satu unsur
kebutuhan hidup masyarakat atau sebagai sumber tenaga listrik. Berdasarkan sumber BPS
(2002) jumlah rumah tangga di kota Mataram 27.759 rumah tangga. Jika masing-masing
rumah tangga harus dipasang daya listrik 1,3 kW maka untuk kota Mataram membutuhkan
daya listrik sebesar 36,1 MW. Andaikan prediksi yang dilakukan oleh Wiradarma (2002)
menjadi kenyataan, maka berarti PLN akan menghemat 3,25 MW dari kebutuhan yang
seharusnya 36,1 MW.
Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui berapa besar nilai kalor pembakaran
sampah yang mampu dihasilkan oleh sampah hasil produksi masyarakat kota Mataram
dengan melakukan pengujian secara aktual di Laboratorium.
Perumusan Masalah
Masalah umum adalah di kota Mataram penanganan sampah masih belum memadai
sehingga akan menimbulkan dampak negatif yang serius bagi penduduk setempat. Sampah di
kota Mataram belum dimanfaatkan, sedangkan di kota ini mengalami krisis energi listrik.
Masalah spesifiknya adalah berapa nilai kalor pembakaran sampah produksi masyarakat kota
Mataram sesungguhnya.
Batasan Masalah
Pada penelitian ini penulis membatasi permasalahan sebagai berikut:
a. Membahas besarnya kalor yang terkandung pada sampah produksi masyarakat kota
kadar air terendah adalah sampah karet yaitu 3,22%.
Sisa makanan termasuk bahan yang banyak mengandung air. Air yang terkandung
pada sisa makanan tidak hanya kandungan internal tetapi juga dipengaruhi oleh air eksternal
sampah sisa makanan itu sendiri karena sisa makanan merupakan bahan olahan yang
mengalami berbagai proses sebelum menjadi sampah. Sehingga persentase kadar air
sampah sisa makanan sangat dipengaruhi oleh kandungan air eksternalnya. Demikian juga
terhadap sampah plastik jika diperhatikan sampah plastik termasuk sampah yang tidak dapat
19
menyerap air tetapi kadar air yang diperoleh sangat dipengaruhi oleh air yang menepel
secara mekanis pada sampah plastik.
Meskipun waktu dan lamanya pengeringan baik dengan pengeringan matahari dan oven
105oC untuk masing-masing sampah adalah sama tetapi kesamaan waktu dan lamanya
pengeringan sampah tidak meghasilkan pengurangan kadar air yang sama tetapi pengurangan
kadar air di pengaruhi oleh bahan itu sendiri karena air yang terkandung dalam suatu bahan
akan mengalami kehilangan berat jika dilakukan pengeringan baik dengan panas matahari
maupun dengan oven. Pengeringan dengan oven 105o C untuk memperoleh bahan kering dari
sampel sampah yang di uji sehingga diperoleh total kadar air. Jadi kandungan air disini
merupakan air yang berasal dari air kelembaman dan air senyawa. Air kelembaman ialah air
yang menempel secara mekanik sedangkan air senyawa adalah air yang dapat terbentuk jika
unsur O dan H dalam bahan bakar yang mempunyai perbandingan stoikiometris sehingga
besarnya persentase kadar air dipengaruhi oleh tingkat kelembaman maupun kepekaan
terhadap penyerapan air dan juga sangat dipengaruhi oleh jenis sampel itu sendiri. Dengan
demikian semakin tinggi kadar air sampah berarti energi yang diperlukan untuk pembakaran
dan pengeringan juga tinggi.
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
Spesimen
Gro
ss E
nerg
i bas
ah (k
al/g
r)
Daun Sisa makanan Kayu/ranting aneka kertas Plastik Karet
Gambar 3. Gross Energy basah (GEB) dari setiap jenis sampah
Dari grafik (3) dapat di lihat bahwa nilai kalor yang paling tinggi adalah sampah plastik
yaitu sekitar 12345,2863 kal/gr, dan yang paling rendah adalah sampah kertas dengan nilai
kalor sekitar 4152,3862 kal/gr. Ini dipengaruhi oleh tingginya perubahan temperatur dari
20
sampah plastik selain itu juga dipengaruhi oleh kandungan energi dari sampah plastik itu
sendiri serta tingginya pengurangan kadar air dari sampah plastik.
Untuk sampel sampah daun, sisa makanan, sampel sampah kayu atau ranting memiliki
nilai kalor pembakaran cukup tinggi. dikarenakan; untuk daun merupakan salah satu organ
tumbuhan yang berfungsi untuk fotosintesis dan penguapan; untuk sampah sisa makanan
merupakan campuran dari beberapa jenis makanan dimana diketahui makanan termasuk
bahan yang banyak mengandung protein. Protein pada makanan tersusun dari banyak asam
amino yaitu senyawa kimia yang terdiri atas unsur karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen
yang merupakan unsur terpenting dalam bahan bakar, energi diperoleh dari pemecahan zat-zat
makanan melaui pembakaran dengan oksigen; untuk sampah karet merupakan bahan yang
dalam proses pengikatan molekul-molekulnya dicampur dengan sulphur dan bahan-bahan lain
yang ditambah seperti karbon hitam, minyak, asbestos, kapur, oksida, anti oksodan, aktivator
dan banyak jenis bahan lainya.
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
Spesimen
Gro
ss E
nerg
i ker
ing
(kal
/gr)
Daun Sisa makanan Kayu/ranting Aneka kertas Plastik Karet
Gambar 4. Gross energy kering (GEK) dari setiap jenis sampah
Dari grafik (4) energi bruto kering menunjukkan semakin tinggi % berat kering
maka besar energinya pun semakin bertambah karena energi kering diperoleh dari hasil
konversi energi basah yaitu energi sampah yang masih mengandung air. Jadi semakin
kering sampah tersebut energinya pembakarannya pun semakin bertambah tetapi energi
pembakaran sampah tersebut sangat dipengaruhi oleh besar energi dari sampah itu sendiri.
Berdasarkan tabel (4) diperoleh bahwa sampel sampah kayu/ranting memiliki kadar
air paling tinggi yaitu rata-rata 13,7495% jika dibandingkan dengan sampel sampah yang
21
lain terutama sampel sampah kertas yang persentase kadar airnya rata-rata 6,1766%
memiliki nilai kalor pembakaran lebih rendah jika dibandingkan dengan sampel sampah
kayu, sampel sampah daun, maupun sampel sampah sisa makanan yang memiliki
persentase kadar air lebih tinggi. Dari kenyataan bahwa sampel sampah aneka kertas
merupakan bahan yang terbuat dari serat yang terdiri dari cellulose yang terdapat pada
tumbuhan termasuk kayu tetapi nilai kalor pembakaran yang diperoleh berbeda dengan
kayu ini disebabkan karena kertas merupakan jenis sampah lapuk yang mudah terbakar
tetapi dalam proses pembakarannya tidak terbentuk arang melainkan langsung menjadi abu.
Untuk masing-masing sampel sampah kadar air sangat berpengaruh terhadap bahan kering
karena semakin rendah kadar air maka nilai kalor pembakaran yang dihasilkanpun semakin
meningkat.
Dari gambar (3) dan (4) kadar air tidak berpengaruh terhadap kandungan kalor dari
masing-masing jenis sampah ini terlihat pada sampel sampah kayu/ranting yang memiliki
kadar air paling tinggi mempunyai nilai kalor yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan
sampel sampah kertas, sisa makanan maupun sampel sampah daun. Artinya nilai kalor suatu
bahan sangat dipengaruhi oleh kandungan zat dari masing-masing bahan itu sendiri. Tetapi
perbedaan kadar air masing-masing sampel sampah tidak dapat dijadikan sebagai
perbandingan antara jenis sampah yang satu dengan jenis sampah yang lain karena jenis
sampel yang di uji berbeda dan terbatas pada jumlah pengulangan. Dari hasil pengujian
yang diperoleh jika dikaitkan dengan pernyataan Enri (2005) terhadap kandungan kalor
untuk sampah kertas sekitar 4000 – 5000 kalori tidak begitu jauh berbeda. Sedangkan untuk
kalor spesifik berdasarkan tinjauan dari Wiradarma (2002) hasil yang mendekati hanya
sampah aneka kertas yaitu sekitar 18531,5434 kJ/kg dimana Wiraadarama (2002) dalam
penelitiannya kalor spesifik diperoleh dari sumber Paul T. Williams (1998) tanpa
melakukan pengujian secara aktual terhadap nilai kalor pembakaran sampah produksi
masyarakat kota Mataram hanya menghubungkan dengan komposisi sampah di kota
Mataram yang diperoleh berdasar data sumber Dinas Kebersihan.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
22
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
a. Dari data komposisi sampah secara aktual diperoleh bahwa sampah daun memiliki
komposisi paling tinggi yaitu 20,65% dari total volume sampah.
b. Persentase kadar air tertinggi adalah sampah sisa makanan yaitu 74,66% sedangkan
sampah karet termasuk sampah yang kadar airnya paling rendah yaitu 3,22%.
c. Besar nilai kalor sampah tertinggi adalah sampah plastik yaitu 12415,7206 kal/gr,
diikuti sampah karet yaitu 8640,8047 kal/gr, sampah kayu/ranting 5975,5871 kal/gr,
sampah sisa makanan 5875,5689 kal/gr, sampah daun 5334,4857 kal/gr sedangkan
sampah kertas memiliki nilai kalor terendah yaitu 4425,7468 kal/gr.
d. Nilai kalor bahan kering sampah tidak hanya dipengaruhi oleh kadar air dan perubahan
temperatur tetapi juga sangat dipengaruhi oleh kandungan energi masing-masing
sampah tersebut.
e. Energi total sampah hasil produksi masyarakat kota Mataram adalah 23552,3090 kJ/kg.
f. Sampah daun, sampah kertas, kayu/ranting, dan sisa makanan adalah sampah organik
yang combustible dengan persentase sampah organik yang combustible adalah 22,13 %
atau sekitar 333,36 m3 dari total volume sampah ini terlihat dari besarnya kalor
pembakaran yang dimiliki oleh masing-masing sampah tersebut.
Saran
Dari penelitian yang telah dilakukan peneliti ingin memberikan beberapa saran
sebagai berikut :
a. Sebaiknya melakukan uji komposisi kimia berupa oksigen (O), Hidrogen (H), Karbon
(C), Nitrogen (N) dan kandungan Sulfur (S) untuk masing-masing sampah sebagai
pembanding dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
b. Perlu dilakukan lebih lanjut tentang pemanfaatan sampah sebagai energi alternatif baik
dengan melakukan pengkajian sampah sebagai briket maupun sebagai sumber
pembangkit listrik dan melakukan penelitian terhadap gas methan dari sampah di TPA.
c. Sebaiknya dalam penelitian selanjutnya dilakukan perancangan terhadap alat
pengahancur sampah, pengering sampah dan alat-alat penunjang dalam pengembangan
teknologi sampah padat.
d. Perlu dilakukan pengujian secara periodik terhadap kandungan energi sampah hasil
produksi masyarakat kota Mataram dikarenakan pengaruh kondisi alam lingkungan yang
sangat berpengaruh terhadap besarnya energi yang akan dihasilkan.
23
DAFTAR PUSTAKA
, 2002, Sekilas, Dinas Kebersihan Kota Mataram, Mataram, NTB. , 2002, Mataram dalam Angka 2002, BPS Mataram, Mataram, NTB. , 2002, Petunjuk Pengelolaan Persampahan, Dinas Kebersihan Kota Mataram,
Mataram, NTB. , 2005, Waste Technology lecture 3,
http://www.scu.edu.au/staff_pages/mcullen/wt_lec3.html Achmad, Rukaesih., 2004, Kimia Lingkungan, Andi Offset, Yogyakarta. Apriadji, W. Harry., 1995, Memproses Sampah, Penebar Swadaya, Jakarta. Budiman, 2005, Mengelola Sampah Tak Perlu Teknologi Mahal,
www.bppt.go.id/berita/news2php?id=698 Eddy dan Budi., 1990, Teknik Pembakaran Dasar dan Bahan Bakar, Jurusan Teknik Mesin,
Fakultas Teknologi Industri -ITS, Surabaya. Hadiwiyoto, Soewedo., 1983, Penanganan dan Pemanfaatan Sampah, Yayasan Idayu,
Jakarta. Henry, J Glynn., 1989, Environmental Science and Engineering, Prentice Hall, Engle
Wood, Cliffs, New Jersey. INFIC., 1997, International Feed Data Bank System, Publication No. 3 Nebraska, USA Jupri, Ahmad., 2001, Manajemen Sampah Padat (Solid Waste Management), Jurnal Biologi
Tropis Vol. 2 No. 1, Program Studi Pendidikan Biologi PMIPA FKIP, Universitas Mataram, NTB
M. M. El-Wakil., 1992, Instalasi Pembangkit Daya Jilid 1, Erlangga, Jakarta. Sitompul, Darwin., 1989, Prinsip-Prinsip Konversi Energi, Erlangga Jakarta. Tanudi dan Sukardi, Eddi., 1998, Membuat Bahan Bangunan dari Sampah, Puspa Swara. Wiradarma, 2002, The Energy Potency of Municipal Solid Waste to Supply Electricity in
Mataram Regency, Rekayasa Vol. 3 No. 1, Fakultas Teknik, Universitas Mataram, NTB.
NOTASI
A = berat cawan kosong (gram)
24
B = berat cawan dan sampel (gram) Bks = bahan kering segar (%) BKKU = bahan kering kering udara (%) C = berat cawan dan sampel 105oC (gram) D = berat sampel (gram) E = persentase kadar air (%) F = persentase bahan kering (%) GE = Gross energy (kal/gr) GEB = Gross energy basah (kal/gr) GEK = Gross energy kering (kal/gr) GEKU = Gross energy kering udara (kal/gr) S1 = sampah daun S2 = sampah sisa makanan S3 = sampah kayu/ranting S4 = sampah aneka kertas S5 = sampah plastik S6 = sampah karet t1 = temperatur awal aquades (oC) t2 = temperatur akhir aquades (oC) ∆t = perubahan temperatur aquades (oC) w = berat sampel (gram) w1 = berat awal (gram) w2 = berat akhir (gram) bahan kering = bahan bebas air (%) mililiter titerasi = koreksi panas dari asam nitrat (kalori)