-
1
ANALISIS PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP
PROFITABILITAS
PERUSAHAAN PRODUSEN ROKOK DI INDONESIA
(Studi pada PT. Bentoel International Investama Tbk. , PT.
Gudang Garam Tbk. , dan PT. Hanjaya
Mandala Sampoerna Tbk. Periode 2007-2011)
MARIA ADELA JUDITH LARASATI
Jurusan Manajemen Bisnis Telekomunikasi dan Informatika
Sekolah Telekomunikasi dan Media, Institut Manajemen Telkom
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1)
pengungkapan tanggung jawab sosial atau
Corporate Social Responsibility dengan pengukuran phylantrophic
(Carroll,1991) (2) pengaruh pengungkapan
Corporate Social Responsibility dengan pengukuran terhadap
Profitabilitas yang diukur menggunakan net
profit margin (3) pengaruh pengungkapan Corporate Social
Responsibility terhadap Profitabilitas yang diukur
menggunakan ROE (Return On Equity).
Sampel penelitian ini adalah pengungkapan CSR pada perusahaan
produsen rokok yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode 2007-2011 dengan menggunakan metode
sampel jenuh. Terdapat 3 perusahaan yaitu PT
Bentoel International Investama Tbk., PT. Gudang Garam Tbk., PT
Handala Manjaya Sampoerna Tbk. Yang
memenuhi kriteria sebagai sampel penelitian. Metode analisis
pada penelitian ini adalah analisis regresi data
panel.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa CSR tidak berpengaruh
signifikan terhadap profitabilitas baik yang
diukur menggunakan Net Profit Margin (NPM) maupun Return On
Equity (ROE). Pengungkapan CSR yang
diukur melalui CSR index dengan alat ukur GRI menunjukkan bahwa
sampel penelitian belum melakukan CSR
dengan baik pada periode 2007-2011.
Kata kunci : CSR, Profitabilitas, NPM, ROE
I. PENDAHULUAN
Tujuan utama dari kegiatan yang dilakukan perusahaan adalah
laba. Laba merupakan syarat perusahaan
dapat terus hidup dan berkembang. (Permanasari, 2009). Namun
untuk memperoleh laba yang maksimal maka
perusahaan harus menjalankan kegiatan operasionalnya untuk
menghasilkan produk dengan menggunakan
secara efektif dan efisien faktor-faktor produksi yang mendukung
kegiatan operasional tersebut.Secara ilmu
ekonomi, setiap perusahaan memerlukan faktor-faktor produksi
inti yaitu berupa modal, tenaga kerja, sumber
daya fisik, sumber daya informasi, referensi, dan
entrepreneurship. Faktor-faktor produksi tersebut sangat
berpengaruh terhadap produksi dan pengalokasian sumber daya yang
digunakan dalam proses produksi.
Proses produksi terdiri dari tiga tahap yaitu input, proses dan
output. Pada tahap input, pengalokasian
sumber daya berperan penting karena bahan baku dari produk
dikumpulkan untuk digunakan pada tahap proses
produksi. Proses produksi membutuhkan juga sumber daya untuk
menggerakan bahan baku produk yang akan
menghasilkan sebuah output yaitu berupa produk hasil
produksi.
-
2
Dari hasil proses produksi, menghasilakan sebuah produk yang
dapat menunjang eksistensi perusahaan di
pasar dan lingkungannya. Eksistensi perusahaan di tengah
lingkungan berperan mengubah dua kondisi, yaitu
positif (positive externalities) dan negatif (negative
externalities). Dalam tulisan Norhadi (2011) positive
externalities, perusahaan memberi manfaat peningkatan ekonomi,
sosial, dan lingkungan dalam bentuk
peningkatan kesejahteraan, infrasturktur, tata sosial, ilmu
pengetahuan, dan teknologi. Dampak negatif (negative
externalities), keberadaan perusahaan memunculkan ketimpangan
sosial, diskriminasi, relokasi masyarakat kecil
termarginal akibat digunakan untuk kawasan industri, sebagian
masyarakat kehilangan tempat kerja akibat
relokasi, polusi, pencemaran lingkungan, global warming dan
sejenisnya. Keseluruhan dari dampak negatif
tersebut merupakan kesalahan pada pengalokasian sumber daya
manusia dan alam.
Pengungkapan Corporate Sosial Responsibility (selanjutnya
disebut dengan CSR) dewasa ini sangat
berperan di dalam perusahaan. Hal ini disebabkan karena banyak
timbulnya dampak negatif dari kegiatan
produksi sebuah perusahaan. Beberapa kasus berskala nasional dan
internasional, seperti : global warming,
pencemaran, radiasi serta munculnya berbagai penyakit mematikan
akibat infeksi bahan kimia dari
industrialisasi adalah sederetan negative externalities
industrialisasi. Dalam kasus tersebut pihak yang dirugikan
adalah masyarakat, terutama masyarakat kelas bawah karena mereka
tidak secara langsung memperoleh kontra
prestasi langsung dari industrialisasi, namun mereka yang
menanggung dampak sosial dan lingkungan.(Norhadi,
2009)
Kasus Lapindo di Sidoarjo yang sebenarnya muncul akibat
kelalaian manusia (human error) yang oleh
pemerintah bahkan ditetapkan sebagai bencana nasional karena
semburan lumpur dari perut bumi di tengah
kepadatan penduduk akibat kelalaian eksploitasi migas yang
merugikan berbagai sector baik sosial, ekonomi,
kehidupan masyarakat, dan lingkungan hidup disekitarnya
(Norhadi, 2011 : 11). Selain itu kasus penambangan
PT Newmont di Teluk Buyat yang menyebabkan kerusakan lingkungan
hidup akibat pencemaran karena
membuang limbah sisa olahan dengan menggunakan sistem Submarine
Tailing Disposal (SDT) yang sedikitnya
110.000 ton tailing dibuang ke laut setiap hari oleh perusahaan
dan dinyatakan tidak memenuhi jaminan
keamanan lingkungan, akibatnya beberapa sentral pemukiman di
lingkungan tambang tidak dapat menjalankan
kegiatan secara normal, terjadi kekeringan karena pertambangan
rakus terhadap air, dan juga nelayan yang
kehilangan hasil tangkap akibat perairan mereka tercemar oleh
trailing. (Norhadi, 2011:13)
Timbulnya polusi udara dan air, kebisingan suara, kemacetan lalu
lintas, limbah kimia, hujan asam, radiasi
sampah nuklir, dan masih banyak lagi sehingga menyebabkan stress
mental dan gangguan fisik dalam
kehidupan masyarakat merupakan dampak negative externalities.
Dalam kasus ini, perusahaan merupakan
penyebab utama apa yang sekarang disebut kesalahan alokasi
sumber daya manusia dan alam. (Norhadi, 2009
:1)
Terkait dengan negative externalities (ketimpangan
industrialisasi) paling tidak stakeholders harus
menanggung lima macam biaya, antara lain : (1) damage cost; (2)
transaction cost; (3) avoidance cost; (4)
abatement cost; (5) philanthropic cost (Memed dalam Norhadi,
2009). Externalitas, membuat perusahaan
memiliki tanggung jawab secara lebih meluas, yaitu sampai pada
tanggung jawab sosial dan lingkungan (social
responsibility) baik secara fisik maupun psikis. Pelebaran
tanggung jawab tersebut dapat dilakukan misalnya
dengan berinvestasi pada sektor-sektor ramah lingkungan, menjaga
keseimbangan eksploitasi,, pengolahan
-
3
limbah, menaikkan pengeluaran-pengeluaran sosial (biaya sosial)
serta cara lain guna menjaga keseimbangan
lingkungan. (Memed dalam Norhadi, 2009)
Secara yuridis formal, pemerintah memberikan pengakuan dan
anjuran terhadap partisipasi pengelolaan
lingkungan bagi semua pihak lewat Undang-Undang no.40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas Bab IV
pasal 66 ayat 2b dan Bab V pasal 74 yang menjelaskan bahwa
laporan tahunan perusahaan harus mencerminkan
tanggung jawab sosial, bahkan perusahaan yang kegiatan usahanya
berkaitan dengan sumber daya alam harus
melaksanakan CSR. Secara lebih operasional, Menteri BUMN
mengeluarkan Surat Keputusan Nomor KEP-
04/MBU/2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil
dan Program Bina Lingkungan. Dengan
demikian menunjukkan keseriusan dan perhatian pemerintah
terhadap dunia bisnis, khususnya BUMN dan
perusahaan yang pengoperasiannya berkaitan dengan eksploitasi
sumber daya alam agar melaksanakan praktik
CSR.
Istilah CSR pertama kali muncul dalam tulisan Browen (1953) yang
menjawab keresahan di dunia bisnis.
Konsep CSR sendiri pada perusahaan dikenal pada awal 1970 yang
secara umum diartikan sebagai kumpulan
kebijakan dan praktik yang berhubungan dengan stakeholder,
nilai-nilai, pemenuhan ketentuan hukum,
penghargaan masyarakat, lingkungan, serta komitmen dunia usaha
untuk konstruksi pembangunan yang
berkelanjutan. Kemudian CSR berkembang menjadi kegiatan yang
bisa menjadi penawar image buruk
perusahaan yang selalu dicap sebagai pemburu keuntungan yang
tidak peduli pada dampak kemiskinan dan
kerusakan lingkungan. Konsep Piramida CSR yang dikembangkan oleh
Carroll (1991) memberikan justifikasi
teoritis dan logis mengapa sebuah perusahaan perlu menerapkan
CSR bagi masyarakat di sekitarnya. Tanggung
jawab perusahaan tersebut terdiri dari tanggung jawab ekonomis,
tanggung jawab legal, tanggung jawab etis,
tanggung jawab filantropis. Dalam pandangan Carroll, CSR adalah
puncak piramida yang erat terkait, dan
bahkan identik dengan tanggung jawab filantropis (Gambar
1.1).
Kegiatan CSR pada perusahaan produsen ini merupakan salah satu
bentuk timbal balik kepada masyarakat
dan lingkungan perusahaan. Kegiatan CSR ini dilakukan agar citra
perusahaan menjadi lebih baik di mata
stakeholder sehingga tetap dapat mencapai tujuan utama yaitu
profit. Namun dapat kita cermati, pada
perusahaan produsen rokok, setiap kegiatan yang dilakukan hanya
sedikit kegiatan yang berhubungan dengan
proses produksi yang menghasilkan rokok tersebut.
Fenomena ini yang menimbulkan suatu kejanggalan pada CSR
perusahaan rokok yang mungkin tidak kita
sadari. Setiap kegiatan CSR dilakukan untuk membuat citra
perusahaan menjadi baik dan memberikan kesan
ramah lingkungan yang merupakan pemenuhannya pada philanthropic
responsibility namun kita semua tahu
jika produk yang dihasilkan tidak mencerminkan keramahan
lingkungan bahkan merusak kesehatan yang secara
kasat mata tidak memenuhi tanggung jawab etik dari perusahaan
kepada lingkungan dan masyarakat.
Seperti kita ketahui rokok sangatlah membahayakan bagi kesehatan
baik untuk perokok maupun untuk
orang disekitarnya. Sudah sangat jelas tertera di setiap bungkus
rokok berbagai kontraindikasi yang akan timbul
dari efek merokok, namun mengapa tetap saja dikonsumsi dan tidak
mengindahkan peringatan yang tercantum
dalam bungkus tersebut, padahal sudah banyak kasus orang
meninggal dunia akibat penyakit yang
-
4
menggerogoti karena aktivitas merokok. Dampak rokok terhadap
kesehatan sering disebut sebagai silent killer
karena timbul perlahan dalam tempo yang relatif lama, tidak
langsung dan tidak nampak secata nyata.
Rokok dikelompokkan sebagai produk dewasa dan bahkan tidak
sedikit kalangan pengamat CSR yang
mengkategorikannya sebagai produk berbahaya yang masuk ke dalam
harmfull industries yang dianggap legal
setara dengan miras, judi, dan senjata yang tampil dengan
elegan. Industri rokok memang sudah lama menjadi
sponsor untuk berbagai event yang sama sekali bertentangan
dengan kebiasaan merokok, seperti turnamen
sepakbola, kejuaraan bulu tangkis, dan bahkan tidak sedikit
menjadi sponsor utama untuk acara-acara
keagamaan. Padahal olahraga adalaha upaya untuk meningkatkan
kesehatan yang selalu disejajarkan dengan
upaya menghindari rokok, sementara mayoritas norma agama
menganjurkan agar tidak merokok. Event lain
yang disponsori rokok adalah pagelaran seni, secara rutin
menyelenggarakan konser musik tahunan dengan tur
keliling ke kota-kota besar di Indonesia dengan memberikan pesan
yang menyentuh sisi positif seperti
ungkapan, Tur musik demi perubahan.
Sesungguhnya baik pesan yang menunjukkan kepedulian terhadap
penderitaan sosial, kesehatan, menjadi
sahabat disaat duka dan menjadi teman yang paling pas di kala
suka, dengan sangat mudah dipastikan bahwa itu
semua merupakan strategi pemasaran. Bertambahnya jumlah pecandu
rokok adalah tujuan utama dari kegiatan
ini. Padahal para dokter punya banyak daftar nama penyakit
akibat kecanduan rokok. (www.csrindonesia.com).
Indonesia merupakan negara ketiga dengan jumlah perokok terbesar
di dunia setelah China dan India (WHO,
2008). Selama kurun waktu 1970-2000, konsumsi rokok di Indonesia
meningkat 7 kali lipat dari sekitar 33
milyar menjadi 217 milyar batang.
Selanjutnya, dari tahun 2000 hingga tahun 2002 terjadi penurunan
konsumsi rokok karena terjadi
peningkatan harga riil rokok pada tahun 1998. Hal ini terjadi
karena meningkatnya harga bahan baku akibat
adanya gelombang reformasi di dalam tatanan pemerintahan yang
menyebabkan krisis moneter di Indonesia
pada tahun 1998. Akan tetapi penurunan tersebut sebenarnya semu
karena Departemen Keuangan mendeteksi
adanya rokok ilegal dan pemalsuan cukai. Dengan adanya penurunan
konsumsi rokok tersebut maka
Departemen Keuangan membekukan peningkatan cukai tahunan selama
tahun 2003-2004 yang bertujuan untuk
menyehatkan industri. Dampak dari kebijakan pembekuan ini, pada
data tahun 2008 menunjukkan konsumsi
rokok sebesar 240 milyar batang, meningkat tajam setelah tahun
2005 sebesar 214 milyar batang (Gambar 1.2).
Dengan tingkat konsumsi yang mencapai 240 milyar batang per
tahun sama dengan 658 juta batang rokok
per hari atau sama dengan uang senilai 330 milyar rupiah dibakar
oleh para perokok Indonesia setiap hari.
Dengan jumlah perokok di Indonesia yang mencapai lebih dari 60
juta dan konsumsi rokok yang mencapai 240
milyar batang per tahun, maka dapat dikalkulasi jumlah konsumsi
rokok rata-rata per hari yaitu 10,95 batang per
hari. Dapat dikatakan bahwa pada tahun 2008 setiap perokok di
Indonesia menghisap rata-rata 10 hingga 11
batang rokok perhari.(www.infodokterku.com)
Tingkat konsumsi rokok yang tinggi berdampak besar pada
penjualan produsen rokok di Indonesia, salah
satunya yaitu peningkatan penjualan dan tercapainya laba
operasional. Peningkatan penjualan dapat dicermati
melalui Tabel 1.5. Tingkat konsumsi yang tinggi juga berdampak
pada peningkatan pendapatan negara karena
rokok merupakan salah satu komoditi yang banyak mendatangkan
devisa pada perekonomian negara. Tingginya
-
5
tingkat konsumsi rokok diiringi dengan meningkatnya volume dari
kegiatan CSR yang dilakukan oleh
perusahaan, sehingga pengakuan (legitimasi) masyarakat akan
produk dan perusahaan lebih nyata dan membuat
konsumen loyal dan disukai investor.
Namun, selain digunakan kembali untuk modal dan pembagian
dividen kepada pemilik saham, laba atau
profit sebaiknya dianggarkan untuk melakukan kegiatan CSR
sebagai bentuk kepedulian perusahaan terhadap
lingkungan dan kesehatan masyarakat sekitar. Di tengah
masyarakat yang semakin kritis dan peduli terhadap
keberlangsungan lingkungan dalam jangka panjang dan menjunjung
nilai estetika, CSR merupakan suatu bentuk
kewajiban bagi perusahaan. Dari CSR, perusahaan memperoleh
manfaat yang sangat berkaitan dengan
manajemen reputasi. CSR yang semula merupakan kegiatan
kemanusiaan berubah menjadi strategic
philanthropy, yang merupakan strategi perusahaan dan dikelola
secara professional.
Pada sebuah perusahaan, sebelum melakukan investasi, investor
perlu memastikan apakah modal yang
ditanam mampu memberikan tingkat pengembalian (rate of return)
yang diharapkan atau tidak, yaitu dengan
cara mengetahui kinerja perusahaan. Perusahaan yang berkinerja
baik akan dapat memberikan tingkat
pengembalian yang lebih diharapkan daripada berinvestasi pada
perusahaan yang memiliki kinerja tidak baik.
Untuk itu diperlukan suatu penilaian kinerja pada perusahaan
yang dijadikan sebagai tempat investasi. Kinerja
perususahaan dapat diukur menggunakan salah satunya Net Profit
Margin (NPM) dan Return On Equity (ROE)
yang merupakan salah satu indikator penting bagi investor untuk
menilai prospek perusahaan di masa yang akan
datang dengan melihat pertumbuhan profitabilitas perusahaan,
sehingga investor dapat melihat tingkat
pengembalian atas investasi yang diukut dengan membandingkan
laba bersih terhadap penjualan dan laba bersih
terhadap ekuitas saham biasa. (Mawarani, 2010).
Penggunaan Net Profit Margin untuk mengukur keuntungan dengan
membandingkan antara laba bersih
setelah bunga dan pajak dibandingkan dengan penjualan (Kasmir,
2010). Hal ini untuk menunjukkan kestabilan
kesatuan untuk menghasilkan pendapatan pada tingkat penjualan.
Dengan memeriksa margin laba pada tahun
sebelumnya, kita dapat menilai efisiensi operasi dan strategi
penetapan harga serta status persaingan perusahaan
dengan perusahaan lain. Efisiensi operasi perusahaan sangat
menetukan jumlah laba yang dihasilkan karena
mengukur seberapa besar dan maksimal perusahaan menggunakan
sumber daya. Margin laba yang tinggi lebih
disukai karena menunjukkan bahwa perusahaan mendapat hasil yang
baik melebihi harga pokok penjualan
(Fahmi, 2011:136). Sedangkan penggunaan Return On Equity
digunakan untuk mengukur apakah perusahaan
telah efisien dalam memanfaatkan ekuitas atau modalnya pada
kegiatan operasional perusahaan, selain itu ROE
dianggap memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas
perusahan karena menunjukkan efektivitas
manajemen dalam menggunakan ekuitas untuk memperoleh pendapatan.
(Permanasari, 2009)
Dalam penelitian Marpaung (2010) menuliskan bahwa manfaat yang
diperoleh perusahaan dalam
pelaksanaan CSR antara lain produk semakindisukai oleh konsumen
dan perusahaan diminati investor. CSR
dapat digunakan sebagai alat marketing baru bagi perusahaan bila
itu dilaksanakan berkelanjutan. Dengan
melaksanakan CSR, citra perusahaan akan semakin baik sehingga
loyalitas konsumen semakin tinggi. Seiring
meningkatnya loyalitas konsumen dalam waktu yang lama, maka
penjualan perusahaan akan semakin membaik,
dan pada akhirnya dengan pelaksanaan CSR, diharapkan tingkat
profitabilitas perusahaan juga meningkat.
-
6
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Goukasian dan Withney dalam
Mawarani (2010) yang menganalisis
kinerja keuangan dan operasional perusahaan yang bertanggung
jawab secara sosial dan etis. Kesimpulan dari
penelitian Goukasian dan Withney mengindikasikan bahwa
perusahaan yang mengeluarkan biaya untuk
bertanggung jawab secara sosial dan etis tidak menyebabkan
trade-off (pertukarannya) negative dan tetap dapat
menampilkan kinerja sebaik perusahaan lain yang tidak
mengimplementasi CSR. Selain itu Tsoursoura dalam
Mawarani (2010) juga menemukan bahwa CSR berpengaruh positif
terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Berdasarkan fenomena latar belakang yang telah dijelaskan pada
sub bab sebelumnya, maka ditarik
beberapa permasalah yang dapat dirumuskan sebagai berikut (1)
Bagaimana pengungkapan CSR dengan
pengukuran phylantrophic (Carroll,1991) pada perusahaan produsen
rokok yang listing di BEI periode 2007-
2011? (2) Bagaimana pengaruh Corporate Social Responsibility
terhadap Profitabilitas yang diukur
menggunakan Net Profit Margin (NPM) pada perusahaan produsen
rokok yang listing di BEI periode 2007-
2011? (3) Bagaimana pengaruh pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan atau Corporate Social
Responsibility terhadap Profitabilitas yang diukur menggunakan
ROE (Return On Equity) pada perusahaan
produsen rokok yang listing di BEI periode 2007-2011?
II. KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Menurut Undang-Undang No.8 Tahun 1997 (Dokumen Perusahaan),
perusahaan adalah setiap kegiatan
usaha yang dilakukan secara tetap / terus menerus dengan tujuan
untuk mencapai atau mencari keuntungan /
laba baik yang dilaksanakan oleh orang perorangan maupun oleh
badan usaha yang tidak berbadan hukum
maupun badan usaha yang berbadan hukum yang didirikan dan berada
di wilayah RI. Selain itu perusahaan
adalah suatu tempat untuk melakukan kegiatan produksi barang
atau jasa. Dalam menjalankan kegiatan
operasional, perusahaan digerakkan oleh sejumlah orang yang
mengelola, mengatur, dan menata sedemikian
rupa agar tercapai tujuan perusahaan tersebut.
Di dalam perusahaan, komponen yang mengelola keseluruhan
kegiatan operasional disebut Corporate
Governance (CG). Peran CG yaitu pencapaian profit perusahaan
dengan tujuan memaksimalisasi kesejahteraan
pemegang saham. Dalam Warsono, dkk. (2009),usaha pencapaian
tujuan jangka panjang yang tidak semata-
mata untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi tetapi juga untuk
kebutuhan sosial, CG merupakan sistem yang
terdiri dari fungsi-fungsi yang dijalankan oleh pihak-pihak yang
berkepentingan untuk memaksimalkan
penciptaan nilai perusahaan sebagai entitas ekonomi maupun
entitas sosial, dimana semua pelaksanaannya
diawasi oleh direksi dan jajaran komisaris.
Selain untuk mencapai tujuan, CG di dalam perusahaan juga
memiliki tanggung jawab untuk memberikan
hak memegang saham yaitu berupa profit dalam bentuk saham. Namun
dalam pelaksanaannya, timbul berbagai
isu yang muncul karena adanya konflik kepentingan antara
pemegang saham, pemilik, manajemen atau CG,
kreditur dan stakeholders.
Corporate Governance merupakan konsep yang mendasari teori
keagenan, diharapkan bisa berfungsi
sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada investor bahwa
mereka akan menerima return atas dana yang
-
7
telah mereka investasikan. Salah satu asumsi utama dari teori
keagenan bahwa tujuan prinsipal dan tujuan agen
yang berbeda dapat memunculkan konflik karena manajer perusahaan
cenderung untuk mengejar tujuan pribadi
atau memfokuskan pada proyek dan investasi perusahaan yang
menghasilkan laba yang tinggi dalam jangka
pendek daripada memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham
melalui investasi di proyek-proyek yang
menguntungkan dalam jangka panjang. (Warsono, 2009).
Bila tidak ada pengawasan yang memadai maka agen akan memainkan
beberapa kondisi perusahaan agar
seolah-olah target tercapai. Maka akan terjadi creative
accounting yang menyalahi aturan yang berdampak pada
besarnya nilai aktiva dalam neraca yang mempercantik laporan
keuangan, selain itu dapat dilakukan juga
income smoothing (membagi keuntungan ke periode lain) agar
setiap tahun perusahaan terlihat meraih
keuntungan, namun kenyataannya merugi atau laba menurun. Praktik
seperti in dapat memberikan dampak
terhadap kualitas laba yang dilaporkan. Salah satu cara yang
paling efisien untuk mengurangi konflik
kepentingan dan memastikan pencapaian tujuan perusahaan maka
diperlukan keberadaan peraturan dan
mekanisme pengendalian yang secara efektif mengarahkan kegiatan
operasional perusahaan serta kemampuan
untuk mengidentifikasi pihak-pihak yang mempunyai kepentingan
yang berbeda. (World Bank, 1999 dalam
Setyo, 2012)
Selain bertanggung jawab kepada pemegang saham atau
shareholders, CG juga memiliki tanggung jawab
kepada pihak eksternal yaitu pemangku kepentingan atau
stakeholders. Fenomena tersebut terjadi karena adanya
tuntutan masyarakat akibat negative externalities yang timbul
serta ketimpangan sosial yang terjadi. (Harahap,
2002 dalam Norhadi, 2011:93) Maka, tanggung jawab perusahaan
yang semula hanya sebatas pada economic
focused kini harus bergeser dengan memperhitungkan faktor-faktor
sosial terhadap stakeholder (Norhadi,
2011:93). Oleh sebab itu legitimasi masyarakat merupakan faktor
strategis bagi perusahaan dalam rangka
mengembangkan perusahaan di masa depan, hal tersebut dijadikan
wacana untuk mengkonstruksi perusahaan,
terutama upaya meloloskan diri di tengah globalisasi masyarakat.
Legitimasi merupakan keadaan psikologis
keberpihakan orang dan kelompok orang yang sangat peka terhadap
gejala lingkungan baik fisik maupun
nonfisik. (Norhadi, 2011:87)
Pengurangan kesenjangan legitimasi dapat dilakukan dengan cara
meningkatkan social responsibility dan
memperluas pengungkapan sebagai wujud akuntabilitas dan
keterbukaan operasi perusahaan atas dampak yang
ditimbulkan. Tingginya kesenjangan legitimasi sebagai akibat
ketidaksesuaian antara aktivitas perusahaan
terhadap ekspektasi masyarakat, memunculkan tekanan dari
stakeholder.
Untuk mengurangi tekanan dari stakeholder maka perusahaan perlu
melakukan pencitraan kepada
stakeholder terutama masyarakat yang berada disekitar perusahaan
yaitu berupa tanggung jawab sosial secara
filantropis seperti yang dijelaskan dalam jurnal Carroll (1991)
dimana pada saat perusahaan memperoleh laba,
taat hukum dan berperilaku etis, maka perusahaan dituntut agar
dapat memberi kontribusi yang dirasakan secara
langsung oleh masyarakat. Tujuannya adalah untuk meningkatkan
kualitas kehidupan semua. Para pemilik dan
pegawai yang bekerja di perusahaan memiliki tanggungjawab ganda,
yakni kepada perusahaan dan kepada
publik yang kini dikenal dengan istilah non-fiduciary
responsibility.
-
8
Profitabilitas perusahaan diukur menggunakan rasio
profitabilitas, dalam penelitian ini menggunakan NPM
dan ROE sebagai alat ukur dari tingkat profitabilitas
perusahaan, dimana seperti tujuan awal perusahaan adalah
maksimasi profit, maka pada tahap inilah profit perusahaan
diukur untuk mengetahui besarnya profit yang telah
dicapai dan untuk dipertanggung jawabkan kepada pemegang saham
perusahaan. Perusahaan yang menerapkan
CSR dalam aktivitas perusahaan akan berpengaruh pada persepsi
masyarakat atas perusahaan yang dapat
meningkatkan citra dan nilai perusahaan di mata masyarakat serta
meningkatkan profit untuk menarik minat
investor untuk menamkan sahamnya di perusahaan. (Marpaung, 2010
: 16)
Menurut Sugiono (2008:64) mengatakan bahwa hipotesis merupakan
jawaban sementara terhadap
perumusan masalah. Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian
ini berkaitan dengan ada tidaknya pengaruh
yang signifikan antara variable yang satu dengan variabel
lainnya dalam hal ini CSR dengan profitabilitas
perusahaan. Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :
1. Ho1 : = 0, tanggung jawab sosial perusahaan tidak berpengaruh
signifikan terhadap return on equity.
Ha1: 0, tanggung jawab sosial perusahaan berpengaruh signifikan
terhadap return on equity.
2. Ho2 : = 0, tanggung jawab sosial perusahaan tidak berpengaruh
signifikan terhadap net profit margin.
Ha2: 0, tanggung jawab sosial perusahaan berpengaruh signifikan
terhadap net profit margin.
III. METODE PENELITIAN
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek
atau subjek yang mempunyai kausalitas dan
karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2007:72). Populasi bukan hanya manusia, ataupun
mahluk hidup lain, tetapi juga objek dan benda-
benda alam yang lain. Bukan hanya sekedar jumlah yang ada pada
subjek atau objek yang dipelajari, tetapi
meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subjek
atau objek yang diteliti. Adapun populasi yang
digunakan adalah perusahaan produsen rokok yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2007-2011.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode sampling jenuh. Metode
sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota
populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini
sering dilakukan bila jumlah populasi relative kecil, kurang
dari 30 sampel, atau penelitian yang ingin membuat
generalisasi kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel
jenuh adalah sensus, dimana semua anggota
populasi dijadikan sampel (Sugiyono, 2010:124).
Jumlah sampel yang diteliti dalam penelitian ini adalah 3
perusahaan berdasarkan kriteria atau pertimbangan
sampel yang digunakan penulis yakni perusahaan produsen rokok
yang terdaftar di BEI periode 2007-2011 yaitu
PT. Bentoel International Investama Tbk. (RMBA), PT. Gudang
Garam Tbk. (GGRM), dan PT. Hanjaya
Mandala Sampoerna Tbk. (HMSP) dan memberikan informasi keuangan
yang lengkap dan informasi tanggung
jawab sosial perusahaan (CSR) yang diungkapkan pada laporan
tahunan perusahaan yang bersangkutan selama
periode 2007-2011.
Variabel Operasional
1. Variabel Independen
-
9
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
tanggung jawab sosial perusahaan
(CSR). CSR dalam penelitian ini bersifat dummy variabel dimana
pengukurannya dilakukan dengan
pengamatan mengenai ada tidaknya suatu item informasi yang
ditentukan dalam laporan tahunan
perusahaan mengenai CSR, apabila item informasi tidak dilaporkan
dalam laporan tahunan perusahaan
maka diberi skor nol, dan jika item informasi yang ditentukan
dilaporkan dalam laporan tahunan
perusahaan maka diberi skor satu. Informasi mengenai CSR
berdasarkan standar GRI (Global
Reporting Initiative), yang terdiri 6 indikator pengungkapan
yaitu kinerja ekonomi, lingkungan,
praktek tenaga kerja dan pekerjaan yang layak, hak asasi
manusia, tanggung jawab produk, dan
masyarakat sosial. Total dari penilaian berjumlah 79 item.
2. Variabel dependen
Variabel terikat (Dependent Variable) adalah variabel utama yang
dipengaruhi oleh besarnya variabel
independen. Dalam penelitian in yang menjadi variabel dependen
adalah profitabilitas perusahaan yang
diukut dengan menggunakan rasio Net Profit Margin (NPM) dan
Return on Equity (ROE).
TABEL VARIABEL OPERASIONAL
Nama
Variabel Definisi Pengukuran Skala
CSR Sebuah komitmen usaha untuk bertindak
secara etis, beroperasi secara legal, dan
berkontribusi untuk peningkatan ekonomi
bersama dengan peningkatan kualitas hidup
karyawan dan keluarganya, komuniti lokal,
dan masyarakat secara lebih luas.
CSRit =
- CSRit : CSR index perusahaan
pada periode t
- ni : jumlah item CSR sesuai
dengan GRI yang berjumlah 79
item
- : jumlah item CSR yang
diuangkapkan perusahaan
Rasio
NPM Laba yang dapat dihasilkan dari penjualan
atau pendapatan
Laba setelah pajak
Penjualan
Rasio
ROE Kemampuan perusahaan secara keseluruhan
dalam menghasilakn keuntungan dalam
jumlah ekuitas perusahaan
Laba setelah pajak
Total equity
Rasio
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
a. NPM
Berdasarkan hasil penenelitian uji normalitas yang bisa dilihat
dari Gambar 4.1 di dapatkan
kesimpulan bahwa probability value dari NPM menunjukan nilai
yang tidak signifikan, karena
lebih kecil dari 5% (0,05) sehingga data yang diuji
berdistribusi tidak normal yaitu 0.000337.
Karena hasil dari uji normalitas pada data NPM menceng ke kiri
atau berdistribusi tidak
normal, maka selanjutnya dilakukan pengujian residual untuk
mentransformasi data yang tidak
normal dengan cara membuat penyimpangan antar nilai actual
dengan nilai normal
(unstandarized) yang lebih sempit seperti menambah jumlah data,
kemudian melakukan
-
10
transformasi data menjadi log atau LN atau bentuk lainnya.
Namun, pada akhirnya lebih baik
menghilangkan data yang dianggap sebagai penyebab data tidak
normal. Pada akhirnya diperoleh
nilai transformasi yang berdistribusi normal namun masih
memiliki karakter yang sama dengan
data aktualnya. Dari hasil pengujian residual yang dilakukan
untuk mentransformasi data yang
tidak terdistribusi secara normal, maka diperoleh hasil sebesar
0,429. Hal ini menunjukkan bahwa
data NPM sudah terdistribusi dengan normal karena nilainya
diatas 0,05 (5%).
Uji Normalitas NPM Uji Residual NPM
b. ROE
Berdasarkan hasil penenelitian uji normalitas yang bisa dilihat
dari gambar 4.2 di dapatkan
kesimpulan bahwa probability value dari ROE menunjukan nilai
yang signifikan, karena lebih
besar dari 5% (0,05) sehingga data yang diuji berdistribusi
normal.
2. Hasil Pengujian Hipotesis
a. NPM
Dari hasil uji-t dapat diketahui variabel CSR akan berpengaruh
secara parsial terhadap
profitabilitas yang diukur dengan NPM jika nilai probabilitasnya
< 0,05. Berdasarkan hasil uji-t,
dapat diketahui nilai probabilitas untuk CSR adalah 0.272874
berarti penerapan CSR
berpengaruh negative terhadap NPM karena probabilitasnya berada
di atas 0,05.
Dari hasil perhitungan t-tabel dan t-hitung maka dapat
disimpulkan nilai t-hitung t-tabel
yaitu 0,272824 1.76, maka Ho diterima sedangkan nilai
probability CSR terhadap NPM yaitu
sebesar 0.7892 0.05 sehingga menyebabkan Ho diterima.
Pengujian dilakukan dengan tujuan untuk menguji ada tidaknya
pengaruh dari variabel
independen terhadap variabel dependen. Berdasarkan hasil
pengolahan diperoleh model persamaan
sebagai berikut Y1= 0.047585 + 0.132187 X + e
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
-0.1 -0.0 0.1 0.2 0.3
Series: Standardized Residuals
Sample 2007 2011
Observations 15
Mean 0.000000
Median 0.006862
Maximum 0.290000
Minimum -0.135000
Std. Dev. 0.096166
Skewness 1.694026
Kurtosis 6.755451
Jarque-Bera 15.98894
Probability 0.0003370
1
2
3
4
5
6
7
-6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1
Series: LOGRESID
Sample 2007 2011
Observations 15
Mean -2.299421
Median -3.139896
Maximum 0.000000
Minimum -5.624276
Std. Dev. 2.160401
Skewness -0.046087
Kurtosis 1.357627
Jarque-Bera 1.691177
Probability 0.429305
0
1
2
3
4
5
6
7
-0.4 -0.2 -0.0 0.2 0.4 0.6
Series: Standardized Residuals
Sample 2007 2011
Observations 15
Mean -2.59e-17
Median -0.073730
Maximum 0.514018
Minimum -0.360607
Std. Dev. 0.236985
Skewness 0.745914
Kurtosis 2.673641
Jarque-Bera 1.457539
Probability 0.482502
-
11
- Konstanta 0.047585 menyatakan bahwa jika nilai skor penerapan
CSR = 0 maka NPM akan
sebesar 0.047585,
- Koefisien X = 0.132187 menunjukkan bahwa CSR berpengaruh
positif terhadap NPM. Hal ini
berarti jika variabel skor penerapan CSR ditingkatkan, maka akan
meningkatkan NPM
sebesar 0.132187.
- Standar error (e) menunjukkan tingkat kesalahan
pengganggu.
Koefisien determinasi R2 pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam
menerangkan variasi variabel independen. Dalam hal ini koefisien
determinasi R2 digunakan
untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan skor penerapan CSR (X)
dalam menerangkan NPM
(Y1). Nilai R square dikatakan baik jika diatas 0,5 karena nilai
R square berkisar antara 0 sampai
1. Nilai koefisien determinasi sebesar 0.005695. Hal ini berarti
NPM tidak dapat dijelaskan oleh
skor penerapan CSR.
b. ROE
Dari hasil uji-t dapat diketahui variabel CSR akan berpengaruh
secara parsial terhadap
profitabilitas yang diukur dengan ROE jika nilai probabilitasnya
< 0,05. Nilai probabilitas untuk
CSR adalah 0.138757 berarti penerapan CSR berpengaruh negative
terhadap NPM karena
probabilitasnya berada di atas 0,05.
Dalam penelitian ini, sampel berjumlah 15 maka dapat diketahui
nilai t-tabelnya yaitu sebesar
1.76. Hasil t-tabel diperoleh dari tabel nilai kritis dengan 5%
(0.05). Dari hasil perhitungan t-
tabel dan t-hitung maka dapat disimpulkan nilai t-hitung t-tabel
yaitu 0.138757 1.76, maka
hipotesis diterima sedangkan nilai probability 0.8918 sehingga
menyebabkan hipotesis diterima.
Berdasarkan hasil pengolahan diperoleh model persamaan sebagai
berikut Y2= 0.199128+
0.165646X + e
- Konstanta 0.199128 menyatakan bahwa jika nilai skor penerapan
CSR = 0 maka NPM akan
sebesar 0.199128.
- Koefisien X = 0.165646 menunjukkan bahwa CSR berpengaruh
positif terhadap NPM. Hal ini
berarti jika variabel skor penerapan CSR ditingkatkan, maka akan
meningkatkan NPM
sebesar 0.165646.
- Standar error (e) menunjukkan tingkat kesalahan
pengganggu.
Koefisien determinasi R2 pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam
menerangkan variasi variabel independen. Dalam hal ini koefisien
determinasi R2 digunakan
untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan skor penerapan CSR (X)
dalam menerangkan ROE
(Y2). Nilai R square dikatakan baik jika diatas 0,5 karena nilai
R square berkisar antara 0 sampai
1. Nilai koefisien determinasi sebesar 0.001479. Hal ini berarti
ROE tidak dapat dijelaskan oleh
skor penerapan CSR.
Hasil penelitian ini secara parsial menemukan bahwa penerapan
CSR tidak berpengaruh terhadap
profitabilitas perusahaan. Hal ini tentunya tidak sejalan dengan
teori yang ada yang berhubungan dengan
pengaruh CSR terhadap profitabilitas perusahaan. Teori yang ada
mengatakan bahwa penerapan CSR
-
12
perusahaan akan berpengaruh positif terhadap persepsi masyarakat
atas perusahaan dan produk yang ditawarkan
sehingga berdampak pada peningkatan mutu penjualan dan laba yang
diperoleg perusahaan serta turut menarik
minat principal dan investor. Ketidakkonsistenan pada hasil
penelitian ini dengan teori yang ada disebabkan
karena penerapan CSR perusahaan produsen rokok belum
dilaksanakan dengan maksimal, belum secara rutin
dilaksanakan dan tidak melaporkan secara rinci semua aspek yang
menjadi indikator penilaian CSR oleh GRI
pada setiap perusahaan. Hal tersebut sangat bertentangan dengan
UU PT pasal 74 tahun 2007 yang mewajibkan
perseroan menganggarkan dana pelaksanaan CSR dengan menyisihkan
dari laba bersih untuk pelaksanaan
program CSR tersebut.
Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil yang diperoleh oleh
Marpaung (2010) yang menyatakan bahwa
CSR tidak berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan namun
memiliki hubungan yang positif antar
variabelnya. Hasil penelitian ini tidak berhasil mendukung teori
legitimasi yang menyatakan profitabilitas
berpengaruh negatif terhadap pengungkapan CSR perusahaan.
Hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian
terdahulu oleh Nurkhin (2009) yang menyatakan
bahwa ROE signifikan positif terhadap CSR karena dibuktikan
bahwa perusahaan yang memiliki tingkat
profitabilitas yang tinggi akan mengungkapkan informasi CSR yang
telah dilakukan sehingga membentuk
persepsi atau anggapan bahwa aktivitas CSR bukanlah aktivitas
yang merugikan dan tidak bermanfaat bagi
perusahaan, melainkan langkah strategis jangka panjang yang
memberikan efek positif bagi perusahaan sesuai
dengan teori keagenan. Sedangkan hasil penelitian dan
Kesumaningrum (2011), menyatakan bahwa CSR
berpengaruh positif dan signifikan terhadap NPM, dan berpengaruh
negative dan signifikan terhadap ROE.
Hasil penelitian Tresnawati (2008) juga bertentangan karena
menunjukkan penerapan CSR berpengaruh
signifikan terhadap kinerja keuangan yang diukur dengan rasio
profitabilitas. Hal tersebut disebabkan karena
hanya terfokus pada ROA saja sebagai perwakilan profitabilitas
perusahaan dan pengamatan yang dilakukan
hanya pada satu perusahaan saja.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dengan menggunakan
latar belakang, landasan teori, kerangka
pemikiran, serta hipotesis mengenai pengaruh CSR terhadap
profitabilitas perusahaan produsen rokok yaitu PT
Gudang Garam Tbk, PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk, dan PT
Bentoel Internasional Investama Tbk, maka
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Hasil perhitungan tentang pengungkapan CSR, diperoleh
rata-rata CSR dari sampel perusahaan
produsen rokok yaitu sebesar 45% dari semua sampel tahun 2007
sampai dengan tahun 2011. Hasil
tersebut memiliki nilai yang tidak terlalu besar sehingga dapat
disimpulkan bahwa perusahaan
produsen rokok belum melakukan kegiatan CSR secara philanthropic
dengan baik di setiap tahunnya.
Kegiatan CSR dalam hal ini adalah pengungkapannya di laporan
tahunan perusahaan, hanya terfokus
pada kategori-kategori indikator tertentu yang diukur oleh
GRI.
-
13
2. Hasil analisis pengaruh CSR terhadap profitabilitas
perusahaan produsen rokok yaitu pada indikator
Net Profit Margin (NPM), CSR berpengaruh positif namun tidak
signifikan terhadap margin laba
bersih perusahaan karena nilai signifikansinya yaitu sebesar
0.272874 > 0,05 (5%)
3. Sedangkan hasil analisis pengaruh CSR terhadap profitabilitas
perusahaan produsen rokok dengan
indikator Return On Equity (ROE) memiliki nilai signifikansi
sebesar 0.138757 > 0.05 (5%) yang
artinya CSR berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap
tingkat pengembalian ekuitas berupa
modal atau investasi yang ditanamkan dan dimiliki oleh principal
dan investor.
Dari hasil penelitian tersebut maka dapat diketahui bahwa CSR
tidak memiliki pengaruh atau tidak
signifikan terhadap profitabilitas perusahaan dengan indikator
pengukuran terhadap margin laba bersih dan
tingkat pengembalian ekuitas perusahaan. Hal ini tidak sesuai
dengan hipotesis yang dilakukan pada awal
penelitian dimana pada hipotesis dinyatakan bahwa CSR
berpengaruh signifikan terhadap peningkatan
profitabilitas dengan menggunakan skala pengukuran NPM dan ROE.
Hasil ini memiliki makna yaitu H0
diterima yang berarti CSR tidak berpengaruh terhadap
profitabilitas perusahaan yang diukur melalui NPM dan
ROE. Maka dari itu peningkatan kegiatan CSR perusahaan tidak
berpengaruh terhadap penjualan rokok dan
konsumsi rokok yang terus meningkat dari tahun ke tahunnya.
Peningkatan penjualan berarti terjadi juga
peningkatan produksi rokok yang menyebabkan peningkatan negatif
externalities seperti polusi dari asap rokok
yang merusak kesehatan dan juga limbah dari proses produksi.
Namun hal tersebut sama sekali tidak
mempengaruhi peningkatan penjualan yang dapat dilihat melalui
tingkat profitabilitas produsen rokok.
Mengingat masih terdapat banyak kekurangan dan keterbatasan
dalam penelitian ini, maka penulis dapat
memberikan saran bagi peneliti selanjutnya. Berdasarkan hasil
analisis pembahasan serta beberapa kesimpulan
dan keterbatasan pada penelitian ini, adapun saran-saran yang
dapat diberikan melalui hasil penelitian ini agar
mendapatkan hasil yang lebih baik, yaitu :
1. Bagi perusahaan
Perusahaan diharapkan agar dapat melakukan dengan lebih baik
kegiatan CSR sehingga dapat menarik
stakeholder sehingga perusahaan memperoleh citra yang baik di
mata stakeholdernya, selain itu
perusahaan diharapkan menyajikan laporan keuangan dan laporan
tahunan yang lebih baik dan
lengkap sehingga informasi dapat diterima dengan baik oleh
stakeholder terutama investor.
2. Bagi Investor
Investor diharapkan agar dapat lebih kritis dalam memilih
perusahaan yang akan dijadikan tempat
berinvestasi, diharapkan untuk memilih perusahaan yang memiliki
laporan keuangan dan laporan
tahunan yang lengkap dan menyajikannya dengan baik dan
terbuka.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Penelitian selanjutnya diharapkan agar :
- meneliti tanggung jawab sosial secara lebih substantif,
diharapkan agar lebih memperluas objek
penelitian,
- menambah jumlah sampel misalnya meneliti perusahaan industri
secara keseluruhan atau semua
perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia,
- membuat rentang waktu penelitian yang lebih lama, dan
- menggunakan indikator lain selain ROE dan NPM untuk menilai
profitabilitas suatu perusahaan.
-
14
VI. DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Samsinar.,Haerani, Siti., Pagalung, Gagaring. (2010).
Pengaruh Pengungkapan Corporate Social
Responsibility Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan dan Harga
Saham : dipublikasikan
Carroll, Archie B. (1991). The Pyramid of Corporate Social
Responsibility : Toward the Moral Management of
Organizational Stakeholders. Business Horizon, July-August
1991.
Fahmi, Irham. (2011). Analisis Laporan Keuangan. Bandung :
Alfabeta
Ghozali, Imam. (2011). AplikasiAnalisis Multivariate Dengan
Program SPSS.Semarang : BP
UniversitasDiponegoro
Isnanta, Rudi. (2008). Pengaruh Corporate Governance dan
Struktur Kepemilikan terhadap Laba dan Kinerja
Keuangan. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia :
dipublikasikan
Jalal.(2009). Pembangunan Berkelanjutan, CSR dan ISO 26000.
Bogor. LingkarStudi CSR, Pelatihan ISO
26000
Kasmir.(2010). Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta :
Kencana
Kesumaningrum, Linda Prasasti. (2011). Pengaruh Corporate Social
Responsibility Terhadap Profitabilitas
pada Perusahaan Food And Beverages di Bursa Efek Indonesia (BEI)
Tahun 2007-2010. Skripsi
Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta :
dipublikasikan.
Kusumadilaga, Rimba. (2010). Pengaruh Corporate Social
Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan Dengan
Profitabiilitas Sebagai Variabel Moderating Studi Empiris pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas
Diponegoro : dipublikasikan.
Marpaung, Samuel Ronaldi. (2010). Faktor yang Mempengaruhi
Pengungkapan Sosial Dalam Laporan
Tahunan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Skripsi Program
Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara
Medan : dipublikasikan.
Mawarani, Elisabeth Inge. (2010). Pengaruh Pengungkapan
Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap
Profitabilitas Perusahaan Pertambangan di Bursa Efek Indonesia.
Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas
Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur : tidak
dipublikasikan.
Norhadi. (2009). Corporate Social Responsibility. Executive
Summary Disertasi : tidak dipublikasikan
Norhadi.(2011). Corporate Social Responsibility. Yogyakarta :
Graha Ilmu
Nurkhin, Ahmad. (2009). Corporate Governance dan Profitabilitas;
Pengaruhnya Terhadap Pengungkapan
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Studi Empiris Pada Perusahaan
Yang Tercatat di Bursa Efek
Indonesia. Tesis Magister Akuntansi Universitas Diponegoro :
dipublikasikan
Permanasari, Mirra. (2011). Pengaruh Penerapan Corporate Social
Responsibility Terhadap Tingkat
Profitabilitas, Besaran Pajak Penghasilan, Dan Biaya Operasi
Pada Perusahaan yang Terdaftar di
-
15
Bursa Efek Indonesia. Jurnal Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntasi
Universitas Gunadarma :
dipublikasikan
Rahman,Taufik. (2007). Aktivis Lingkar Studi CSR. CSR Indonesia
Newsletter, Vol.1,Minggu 37
Rahayu, Sri. (2010). Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai
Perusahaan Dengan Pengungkapan
Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Governance
Sebagai Variabel Pemoderasi Studi
Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta.
Skripsi Program Sarjana Fakultas
Ekonomi Universitas Diponegoro : dipublikasikan
Riduwanto, dan Sunarto. (2007). Pengantar Statistika. Untuk
Penelitian Pendidikan, Sosial, Ekonomi,
Komunikasi, dan Bisnis. Bandung : Alfabeta
Rokok dan Prevalensi Merokok. (2009). Tobacco Initiative :
diakses 22 Maret 2012
Rusmawati. (2008). Managerial Ownership Dan Conflict Of Interest
Dalam Agency Relationship, Jurnal
Keuangan Dan Bisnis, Vol.1, No.1, 55-63.
Sekaran, Uma. (2006). Research Methods for Business Buku 2.Edisi
4.Jakarta : Salemba Empat
Siagian, Dergibson dan Sugiarto, (2006). Metode Statistika untuk
Bisnis dan Ekonomi. Jakarta :Gramedia
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Administrasi. Bandung :
Alfabeta
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan
R & D. Bandung : Alfabeta
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung : Alfabeta
Sunyoto, Danang. (2012). Prosedur Uji Hipotesis untuk Riset
Ekonomi. Bandung : Alfabeta
Supranto, J. (2001). Statistik. Jakarta : Penerbit Erlangga
Tresnawati, Rina. (2008). Pengaruh Sebelum Dan Setelah Penerapan
Corporate Social Responsibility Terhadap
Profitabilitas Perusahaan Studi Kasus Terhadap PT.Telkom.
Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Widyatama : dipublikasikan.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas
Warsono,Soni., Amalia, Fitri., dan Rahajeng, Dian Kartika.
(2009). Corporate Governance; Concept and
Model. Yogyakarta : Center for Good Corporate Governance
Wibisono, Yusuf. (2007). Membedah Konsep dan Aplikasi Corporate
Social Responsibility. Gresik : Fascho
Publising
www.bentoel.co.id/id: diakses 24 Mei 2012
www.csrindonesia.com: diakses 20 Februari 2012
www.infodokterku.com: diakses 22 Maret 2012
www.idx.co.id :diakses 15 September 2012
-
16
www.gudanggaramtbk.com: diakses 24 Mei 2012
www.globalreporting.org : diakses 15 September 2012
www.sampoerna.com/id_id/ : diakses 24 Mei 2012