PENDAHULUANLuka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak
dengan suhu tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia,
dan radiasi. Luka ini dapat menyebabkan kerusakkan jaringan
Sejumlah fungsi organ tubuh dapat ikut terpengaruh. Luka bakar bisa
mempengaruhi otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah. Sistem
pernapasan dapat juga rusak, kemungkinan adanya penyumbatan udara,
gagal nafas dan henti nafas. Karena luka bakar mengenai kulit, maka
luka tersebut dapat merusak keseimbangan cairan atau elektrolit
normal tubuh, temperatur tubuh, pengaturan suhu tubuh, fungsi
sendi, dan penampilan fisik.
Pasien luka bakar yang selamat akan mendapat jaringan parut,
infeksi, kehilangan tulang dan massa otot, penyembuhan luka yang
buruk,serta penyembuhan yang lama. Kehilangan jaringan kulit
menyebabkan regulasi panas dan penyembuhan luka menjadi lebih
sulit,. Luka bakar kecil juga menyebabkan morbiditas yang
signifikan, seperti hilangnya fungsi tangan atau kecacatan pada
wajah. Sebagai tambahan terhadap kerusakan fisik yang disebabkan
oleh luka bakar, pasien juga bisa menderita permasalahan psikologis
dan emosional yang dimulai sejak peristiwa terjadi dan bisa
bertahan dan berlangsung untuk jangka waktu yang lama. A. Definisi
dan Etiologi
Luka bakar adalah cedera yang disebabkan oleh panas, listrik,
radiasi atau zat korosif dan berkisar dari luka minor hingga sangat
parah. Tingkat keparahan cedera biasanya ditandai dengan luasnya
kulit yang terkena, lokasi anatomis, kedalaman cedera, usia pasien
dan adanya kelainan penyerta (Stylianou, et al., 2014). Pasien
dapat mengalami mortalitas akibat luka bakar dari berbagai macam
etiologi seperti api (kecelakaan domestic atau di tempat kerja),
listrik, air panas, zat kimia, dan logam (Martina & Wardhana,
2013).
Gambar 1: Etiologi Luka Bakar (Martina & Wardhana, 2013)
B. Epidemiologi
Secara global, luka bakar adalah masalah kesehatan masyarakat
yang serius. Sekitar 13.000 luka bakar membutuhkan perawatan rumah
sakit terjadi setiap tahun di Inggris dan Wales. Selama tahun
2003-2011, 81.181 pasien menghadiri layanan khusus luka bakar di
Inggris dan Wales. Berdasarkan jumlah tersebut, 57.801 dirawat di
layanan, dan sisanya mendapatkan perawatan khusus. Diperkirakan
195.000 kematian terjadi setiap tahun dari kebakaran saja, dengan
korban tewas akibat luka terbakar, luka bakar listrik, dan bentuk
lain dari luka bakar, yang tidak tersedianya data global. Kematian
terkait api merupakan penyebab utama kematian di kalangan anak-anak
dan dewasa muda usia 5-29 tahun. Lebih dari 95% luka bakar fatal
akibat api terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Asia Tenggara menyumbang lebih dari setengah dari total jumlah
kematian yang terkait dengan kebakaran di seluruh dunia dan
perempuan di wilayah ini memiliki tingkat luka bakar api tertinggi
dalam mortalitas global (Stylianou, et al., 2014; Martina &
Wardhana, 2013).
Tabel 1: Data Demografis dari Burn Unit RSCM (Martina &
Wardhana, 2013)
C. Patofisiologi
Luka bakar suhu pada tubuh terjadi baik karena kondisi panas
langsung atau radiasi elektromagnetik. Sel-sel dapat menahan
temperatur sampai 440C tanpa kerusakan bermakna, kecepatan
kerusakan jaringan berlipat ganda untuk tiap drajat kenaikan
temperatur. Saraf dan pembuluh darah merupakan struktur yang kurang
tahan dengan konduksi panas. Kerusakan pembuluh darah ini
mengakibatkan cairan intravaskuler keluar dari lumen pembuluh
darah, dalam hal ini bukan hanya cairan tetapi protein plasma dan
elektrolit. Pada luka bakar ekstensif dengan perubahan
permeabilitas yang hampir menyelutruh, penimbunan jaringan masif di
interstisial menyebabakan kondisi hipovolemik. Volume cairan
intravaskuler mengalami defisit, timbul ketidak mampuan
menyelenggarakan proses transportasi ke jaringan,dengan kata lain
mengalami syok. Respon inflamasi lokal dan sistemik terhadap luka
bakar sangat kompleks, sehingga baik kerusakan jaringan terbakar
secara lokal dan efek sistemik terjadi pada semua system organ lain
yang jauh dari daerah terbakar. Meskipun peradangan dimulai segera
setelah terjadinya luka bakar, respon sistemik berlangsung berkala,
biasanya memuncak 5 sampai 7 hari setelah luka bakar. Sebagian
besar perubahan lokal dan tentu saja mayoritas perubahan luas
disebabkan oleh mediator inflamasi. Luka bakar yang menginisiasi
reaksi inflamasi sistemik memproduksi toksik dan radikal oksigen
dan akhirnya menyebabkan peroksidasi. Hubungan antara jumlah produk
dari metabolisme oksidatif dan pertahanan alami dari radikal bebas
menentukan hasil kerusakan jaringan lokal dan jauh dan kegagalan
organ lebih lanjut dalam luka bakar. Jaringan yang cedera
menginisiasi suatu inflammation-induced hyperdynamic,
hypermetabolic yang dapat menyebabkan kegagalan organ progresif
yang parah. Awal mula terjadi kegagalan organ multi sistem yaitu
terjadinya kerusakan kulit yang mengakibatkan peningkatan pembuluh
darah kapiler, peningkatan ekstrafasasi cairan (H2O, elektrolit dan
protein), sehingga mengakibatkan tekanan onkotik dan tekanan cairan
intraseluler menurun, apabila hal ini terjadi terus menerus dapat
mengakibatkan hipopolemik dan hemokonsentrasi yang mengakibatkan
terjadinya gangguan perfusi jaringan. Apabila telah terjadi
gangguan perfusi jaringan maka akan mengakibatkan gangguan
sirkulasi makro yang menyuplai sirkulasi orang organ organ penting
seperti : otak, kardiovaskuler, hepar, traktus gastrointestinal dan
neurologi yang dapat mengakibatkan kegagalan organ multi sistem.
Luka bakar mayor dapat mengakibatkan trauma parah. Kebutuhan energi
dapat meningkat sebanyak 100% di atas pengeluaran energy istirahat
(REE), tergantung pada luas dan kedalaman cedera. Katabolisme
protein berlebihan dan ekskresi nitrogen urin meningkat seiring
hlpermetabolisme ini. Protein juga hilang melalui luka bakar
eksudat. Pasien luka bakar sangat rentan terhadap infeksi, dan
secara nyata meningkatkan kebutuhan energy dan protein (Jeschke et
al., 2011)D. KLASIFIKASI
Bedasarkan Mekanisme Terjadinya
Berdasarkan mekanisme terjadinya trauma termal yang dapat
mengakibatkan luka bakar diklasifikasikan menjadi:
a. Scald burns
Merupakan penyebab tersering dari luka bakar terutama pada anak.
Scald burns melibatkan berbagai zat seperti cairan, minyak, dan
aspal. Luka bakar terjadi akibat terkena tumpahan, terendam, dan
lain-lain. Mekanisme ini dapat dipakai untuk memperkirakan
kedalaman luka. Kulit manusia dapat bertahan hingga suhu 104F (40C)
dalam janka waktu tertentu sebelum timbulnya luka. Air yang
mendidih memiliki suhu sekitar (210F/99C) dapat menyebabkan luka
bakar yang dalam. Minyak yang sangat panas dengan suhu sekitar 350
- 400F (177 - 204C) dapat menyebabkan luka bakar yang sangat dalam
dan membutuhkan perawatan bedah. Luka bakar muncul pada kulit yang
terkena. Adanya perbedaan lapis pakaian yang digunakan dapat
menghasilkan kedalaman luka bakar yang berbeda.
b. Flame burns
Merupakan penyebab tersering kedua setelah luka bakar. Terutama
terjadi pada orang dewasa akibat adanya kontak nyata antara kulit
dan api sehingga menghanguskan kulit dan mengakibatkan kulit
menghitam.
c. Contact burns
Disebabkan oleh adanya kontak langsung dengan objek atau benda
dengan temperature tinggi seperti metal, plastic, dan kaca. Luka
bakar yang terjadi biasanya sangat dalam namun terbatas pada area
terntentu.
Berdasarkan Kedalaman Luka Bakar
Kedalaman luka bakar diklasifikasikan dalam degree atau derajat.
Klasifikasi kedalaman luka bakar pada lapisan kulit, yaitu:
Derajat 1 (luka superfisial)
Juga dikenal sebagai luka bakar dangkal. Luka bakar terjadi pada
lapisan terluar kulit yaitu epidermis. Terlihat adanya eritema dan
nyeri. Luka bakar superficial tidak mempengaruhi fisiologis tubuh
secara signifikan. Luka bakar derajat 1 dapat disebabkan oleh
paparan berkepanjangan dari panas atau cahaya intensitas rendah
(misal : sunburn), atau paparan jangka pendek dari panas atau
cahaya berintensitas tinggi. Nyeri dapat bertahan sampai 2-3 hari
kemudian mengelupas pada hari ke 7 sampai 10. Epitel mengelupas
meninggalkan epidermis yg utuh dan tidak ada sisa jaringan
parut.
Derajat 2 (Partial thickness)Melibatkan cedera pada epidermis
dan sebagian pada dermis (tidak melewati subkutan). Luka bakar
tingkat dua sangat bervariasi dalam penampilan klinis dan
tergantung pada kedalaman cedera. Kedalaman luka bakar pada dermis
berkorelasi langsung terhadap waktu yang dibutuhkan untuk proses
penyembuhan serta dengan risiko terjadinya jaringan parut. Luka
bakar derajat 2 atau luka bakar partial dibagi menjadi 3 jenis,
yaitu:
a. Superficial (dangkal) cedera hingga ke tingkat membran basal.
Biasanya bewarna merah muda, lembab, dan sangat menyakitkan.
b. Moderate (sedang) cedera hingga ke lapisan papilare
c. Deep (dalam) cedera hingga seluruh lapisan retikulare namun
tidak meluas hingga subkutaneus
Gambar. 1 Potongan melintang dari kulit yang terbakar. (a)
kedalaman partial superficial, (b) kedalaman partial dalam, (c)
derajat 3 (full thickness). Terlihat pada (a) dan (b) pelengkap
kulit seperti folikel rambur, kelenjar keringat) bertindak sebagai
tunas epidermal dan mengisi kembali permukaan kulit dengan sel
epitel. (c) terlihat seluruh peengkap khusus telah hancur dan
penyembuhan tidak dapat terjadi pada daerah yang luas.
Pada luka bakar partial dangkal, epidermis lain seperti kelenjar
keringat dan rambut masih ada dan menjadi sumber regenerasi
epidermis. Proses penyemuhan dapat terjadi selama hemodinamik
stabil, luka tetap kering, dan dicegah terjadinya infeksi. Luka
dapat sembuh dalam dua minggu dengan jaringan parut yang
minimal.
Luka bakar partial dalam lebih lama proses reepitelisasi karena
pelengkap dermal juga mengalami cedera. Beberapa kasusu membutuhkan
eksisi dan cangkok kulit untuk mempercepat penutupan luka. Derajat
3 (Full Thickness) cedera terjadi sangat luas meliputi seluruh
lapisan epidermis dan dermis. Terdapat nekrosis koagulatif pada
epidermis dan dermis dengan destruksi bagian bagian dermis. Karena
semua pelengkap dermal engalami kerusakan, luka bakar ini hanya
dapat sembuh dengan eksisi dan cangkok kulit. Dari luar, lesi
tampak, kering, putih, kasar dan mati rasa. Tidak terdapat blister.
Lesi dapat pula coklat atau hitam karena formasi arang. Kulit tidak
nyeri dengan sentuhan ringan. Luka ini dapat sembuh namun
meninggalkan bekas luka
Derajat 4 (Full Thickness+) Cedera meliputi jaringan subkutan
dasar, fasia, otot, tendo, dan tulang. tampak karbonisasi. Luka
bakar derajat ini hampir akan selalu menghasilkan sindrom
kompartemen dan segera membutuhkan eksisi lengkap untuk jaringan
yang masih hidup dan amputasi pada bagian yang terkena. Tanpa
amputasi, jaringan yang mati dapat mengalami gangrene, sepsis
sistemik hingga dapat mengakibatkan kematian. Sulit menentukan
tepatnya kedalaman luka hingga di ruang operasi.
Terdapat beberapa metode untuk menentukan luas luka bakar
meliputi (1) rule of nine, (2) Lund and Browder, dan (3) hand palm.
Ukuran luka bakar ditentukan dengan presentase dari permukaan tubuh
yang terkena luka bakar. Akurasi dari perhitungan bervariasi
menurut metode yang digunakan dan pengalaman seseorang dalam
menentukan luas luka bakar. Metode rule of nine mulai diperkenalkan
sejak tahun 1940-an sebagai suatu alat pengkajian yang cepat untuk
menentukan perkiraan ukuran / luas luka bakar. Dasar dari metode
ini adalah bahwa tubuh di bagi kedalam bagian-bagian anatomik,
dimana setiap bagian mewakili 9 % kecuali daerah genitalia 1 %.
Gambar 7. Wallace Rule of Nine
Gambar 8. Lund and Browder Chart (Potenza et al, 2007)
E. DIAGNOSIS
Untuk menegakkan diagnosis, dapat ditegakkan dengan menentukan
derajat maupun luas luka bakar yang terjadi. Penentuan luas luka
bakar pada kulit adalah penting pada kasus-kasus dimana kematian
terjadi lambat oleh karena luas dan derajat luka bakar sangat
penting pengaruhnya terhadap prognosis dan manajemen pengobatannya.
Untuk perhitungan luas luka bakar secara tradisional dihitung
dengan menggunakan `Rule of Nines` dari Wallace. Dikatakan bahwa
luka bakar yang terjadi dapat diindikasikan sebagai presentasi dari
total permukaan yang terlibat oleh karena luka termal. Bila
permukaan tubuh dihitung sebagai 100%, maka kepala adalah 9%, tiap
tiap ekstremitas bagian atas adalah 9%, dada bagian depan adalah
18%, bagian belakang adalah 18%, tiap-tiap ekstremitas bagian bawah
adalah 18% dan leher 1%. Lihat gambar (Sjamsuhidajat,2004)Rumus
tersebut tidak dapat digunakan pada anak dan bayi karena relatif
luas permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif
permukaan kaki lebih kecil. Oleh karena itu, digunakan `Rule of
ten` untuk bayi dan `Rule of 10-15-20` dari Lund and Browder untuk
anak. Untuk anak, kepala dan leher 15%, badan depan dan belakang
masing-masing 20%, ekstremitas atas kanan dan kiri masing-masing
10%, ekstremitas bawah kanan dan kiri masing-masing 15%.
(Sjamsuhidajat,2004)
Tabel 2. Rule of Nines untuk Penatalaksanaan Luka Bakar Pada
Permukaan Tubuh
Struktur AnatomiArea Permukaan
Kepala9%
Badan Depan18%
Punggung18%
Tiap Kaki18%
Tiap Lengan9%
Genitalia/perineum1%
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium perlu untuk dilakukan segera. Hal ini
untuk menunjang tatalaksana, mengingat luka bakar dapat menyebabkan
kerusakan yang lebih berat dan gangguan keseimbangan metabolisme
tubuh yang berat. Hal ini harus dikenali sehingga bisa diatasi
secepat mungkin. Pemeriksaan yang dapat dilakukan : Hemoglobin,
hematokrit, elektrolit, gula darah, golongan darah,
carboxyhemoglobin dan kadar sianida (pada luka bakar akiibat
kebakaran di ruangan) (Deborah, 2013) F. PENATALAKSANAAN LUKA
BAKARPertolongan pertama (Enoch, 2009)
Jika pasien tiba di fasilitas kesehatan tanpa pertolongan
pertama yang telah diberikan, basahi luka bakar secara menyeluruh
dengan air dingin untuk mencegah kerusakan lebih lanjut dan melepas
semua pakaian terbakar.
Jika area luka bakar terbatas, masukkan area tersebut dalam air
dingin selama 30 menit untuk mengurangi rasa sakit dan edema dan
untuk meminimalkan kerusakan jaringan.
Jika luas luka bakar besar, setelah disiram dengan air dingin,
oleskan pembungkus bersih sekitar area yang terbakar (atau seluruh
pasien) untuk mencegah hilangnya panas sistemik dan hipotermia.
Hipotermia adalah risiko tertentu pada anak-anak.
Dalam 6 jam pertama setelah cedera sangat penting membawa pasien
luka bakar parah ke rumah sakit sesegera mungkin.
Perawatan awal (Enoch, 2009)
Awalnya, luka bakar steril. Fokus pengobatan pada penyembuhan
cepat dan pencegahan infeksi.
Dalam semua kasus, kelola profilaksis tetanus.
Kecuali pada luka bakar yang sangat kecil, debride semua bula.
Hilangkan jaringan mati dan debridemen semua jaringan nekrotik
selama beberapa hari pertama.
Setelah debridemen, membersihkan luka bakar dengan 0,25% (2,5 g
/ liter) larutan klorheksidin, 0,1% (1 g / liter) larutan setrimid,
atau berbasis air antiseptik lain.
Jangan menggunakan solusi berbasis alkohol.
Menggosok dengan lembut akan menghapus jaringan nekroti. Oleskan
lapisan tipis krim antibiotik (silver sulfadiazin).
Balut luka bakar dengan kain kasa minyak dan kasa kering yang
cukup tebal untuk mencegah rembesan ke lapisan luar.
Pengobatan sehari-hari (WHO, 2010)
Mengubah balut setiap hari (dua kali sehari jika mungkin) atau
sesering yang diperlukan untuk mencegah rembesan melalui balutnya.
Pada setiap perubahan balutan, hilangkan jaringan yang mati.
Periksa luka ( perubahan warna atau perdarahan, yang
mengindikasikan perkembangkan infeksi.
Demam bukanlah tanda yang berguna karena dapat bertahan sampai
luka bakar tertutup.
Selulitis pada jaringan sekitarnya adalah indikator yang lebih
baik dari infeksi.
Berikan antibiotik sistemik dalam kasus infeksi luka
streptokokus hemolitik atau septicemia.
Infeksi Pseudomonas aeruginosa sering menyebabkan septicemia dan
kematian. Perlakukan dengan aminoglikosida sistemik.
Berikan kemoterapi antibiotik topikal harian. Perak nitrat (0,5%
air) merupakan yang termurah, diterapkan dengan dressing oklusif
tetapi tidak menembus eschar. Perak nitrat menguras elektrolit dan
noda pada daerah sekitar.
Gunakan sulfadiazin perak (1% salep larut) dengan selapis
tunggal. Ini memiliki penetrasi eschar terbatas dan dapat
menyebabkan neutropenia.
Mafenide asetat (11% dalam salep larut) digunakan tanpa dibalut.
Meresap eschar tetapi menyebabkan asidosis.
Perlakukan luka bakar dengan perawatan khusus untuk menjaga
fungsi.
Tutup tangan dengan sulfadiazine perak dan tempatkan dalam
sarung tangan plastik longgar atau tas diamankan di pergelangan
tangan dengan balutan krep;
Tinggikan tangan untuk pertama 48 jam, dan kemudian mulai
latihan tangan;
Setidaknya sekali sehari, buang sarung tangan, bersihkan tangan,
memeriksa luka bakar dan kemudian berikan kembali sulfadiazin perak
dan sarung tangan;
Jika pencangkokan kulit diperlukan, pertimbangkan pengobatan
oleh dokter spesialis setelah jaringan granulasi yang sehat
muncul.
G. KOMPLIKASI
Untuk pasien rawat jalan pengobatan harus diinstruksikan untuk
kembali untuk fasilitas petugas medis / kesehatan jika terjadi
gejala berikut ini (untuk anak) (WHO, 2010):
Demam
Muntah / Diare
Nyeri berlebihan
Setiap bukti akan adanya purulen discharge
Berbau
Kemerahan, bengkak atau nyeri
Demam / Infeksi
Demam adalah reaksi umum untuk hipermetabolik anak setelah luka
bakar. Penyebab lain namun harus disingkirkan dengan:
Pemeriksaan fisik (anak dan luka)
Aspirasi nasofaring
Wound Swabs
Sesuai dengan indikasi gambaran klinis.Syok Toksik
Syok toksik adalah diagnosis klinis
Pireksia> 39 C
Ruam
Syok
Diare, muntah atau keduanya
Iritabilitas
Lymphopaenia
Disebabkan oleh superantigens bakteri yang diproduksi oleh
staphylococcus aureus dan streptococcus sp. Superantigen mengikat
langsung ke sel T merangsang mereka untuk menghasilkan sitokin
inflamasi misalnya TNF, IL-1, IL-6 20. Penyebab kebocoran kapiler,
hipotensi dan dapat menyebabkan shock dan kematian. Anak-anak