Top Banner
Jurnal Indonesian Student Research and Summit 2015 THE BLUE ECONOMY DOMINO EFFECT: ENHANCING OUR COMPETITIVENESS TOWARDS GLOBAL MARKET Volume 1 | Desember 2015 Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kelautan: Studi Masyarakat Nelayan di Desa Sarang Tiung, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan Raharja, Prima, Qomariyah, Milani, Ayuni, Soimah, Indah Quick Assesment Pelaksanaan Program Pengembangan Poros Maritim: Studi Kasus PUMP (Pengembangan Usaha Mina Pedesaan) di Desa Sarang Tiung, Kalimantan Selatan Rahayu, Sativa, Amalia, Bonata, Nopiyanto, Anggraeni Analisis Pendapatan Nelayan Bagan: Studi di Desa Sarang Tiung, Kalimantan Selatan Rohmah, Ryanatami, Pratomo, Utami, Gusfa Analisis Faktor yang Memengaruhi Alih Profesi Nelayan: Studi di Desa Sarang Tiung, Kalimantan Selatan Ningsih, Ulfiarti, Geshica, Santy, Rahayu Implementasi Inklusi Keuangan di Pulau Laut Utara, Kalimantan Selatan: Studi Pada Akses Modal UMKM Pengolahan Ikan Wardhani, Maufiroh, Yunita, Daniel, Umi, Zega Hubungan Persepsi terhadap Sumber Daya Laut Perikanan Tangkap dan Motivasi Kerja dengan Sikap Kerja Nelayan Bagan Desa Sarang Tiung, Kecamatan Pulau Laut Utara, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan Novendra, Kusnantoyo, Afwan, Madasaina, Fauzana, Zurunaen, Supriadi ISSN 2477-6475
61

Jurnal Indonesian Student Research Summit KSM Eka Prasetya

Jul 25, 2016

Download

Documents

Jurnal Indonesian Student Research Summit 2015 Jurnal Penelitian mengenai masalah maritim di Desa Sarang Tiung, Kalimantan Selatan yang dilaksanakan pada 18-27 Agustus 2015.
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • Jurnal Indonesian StudentResearch and Summit 2015

    THE BLUE ECONOMY DOMINO EFFECT: ENHANCING OUR COMPETITIVENESS TOWARDS GLOBAL MARKET

    Volume 1 | Desem

    ber 2015

    Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kelautan: Studi Masyarakat Nelayan di Desa Sarang Tiung,

    Kabupaten Kotabaru, Kalimantan SelatanRaharja, Prima, Qomariyah, Milani, Ayuni, Soimah, Indah

    Quick Assesment Pelaksanaan Program Pengembangan Poros Maritim:Studi Kasus PUMP (Pengembangan Usaha Mina Pedesaan) di Desa Sarang

    Tiung, Kalimantan SelatanRahayu, Sativa, Amalia, Bonata, Nopiyanto, Anggraeni

    Analisis Pendapatan Nelayan Bagan: Studi di Desa Sarang Tiung,Kalimantan Selatan

    Rohmah, Ryanatami, Pratomo, Utami, Gusfa

    Analisis Faktor yang Memengaruhi Alih Profesi Nelayan:Studi di Desa Sarang Tiung, Kalimantan Selatan

    Ningsih, Ulfiarti, Geshica, Santy, Rahayu

    Implementasi Inklusi Keuangan di Pulau Laut Utara,Kalimantan Selatan: Studi Pada Akses Modal UMKM

    Pengolahan IkanWardhani, Maufiroh, Yunita, Daniel, Umi, Zega

    Hubungan Persepsi terhadap Sumber Daya Laut Perikanan Tangkap danMotivasi Kerja dengan Sikap Kerja Nelayan Bagan Desa Sarang Tiung,

    Kecamatan Pulau Laut Utara, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan SelatanNovendra, Kusnantoyo, Afwan, Madasaina, Fauzana, Zurunaen, Supriadi

    ISSN 2477-6475

  • Selayang Pandang

  • Tahun ini, isu maritim merupakan topik paling hangat yang sedang didiskusikan di Indonesia. Potensi kelautan dan perikanan yang besar membuat Indonesia bermimpi menjadi poros maritim dunia. Daya dukung dari sumber daya laut menjadi upaya pemerintah baru dalam mening-katkan kesejahteraan rakyat dan demi kepentingan bangsa. Akan tetapi, benarkah Indonesia mampu menjadi kekuatan maritim di Kawasan Timur? Kotabaru merupakan salah satu kabupaten yang memiliki potensi untuk menjadi pusat maritim Indonesia. Hal ini didasari atas okasi yang strategis, tepatnya di Pu-lau Laut, yang berada tepat di tengah-tengah persilangan Indonesia. Selain itu, Desa Sarang Tiung yang merupakan wilayah di Kotabaru memiliki potensi kelautan dan peri-kanan yang sangat besar. Selama hampir setengah bulan, 6 (enam) kelompok penelitian dilepaskan dalam rangkaian kegiatan Research Camp di Desa Sarang Tiung, Kabupaten Kotabaru, Kalim-antan Selatan. Dengan beragam pertanyaan yang diteli-ti, Research Camp memiliki tujuan untuk mengajak kaum pelajar untuk aktif di bidang penelitian dan memecahkan masalah dengan membuat rekomendasi yang dibutuhkan bagi perkembangan maritim di Indonesia. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada pihak-pihak yang turut membantu terlaksananya kegiatan Research Camp 2015. Sekian pengantar dari kami, semoga jurnal ini dapat bermanfaat dan menjadi rekomendasi di masa depan.

    Salam,

    Tim Penyusun

    Selayang PandangPembina

    Berly Martawardaya, M.Sc

    Ketua PelaksanaWidi Kusnantoyo

    Wakil KetuaRiski Vitria Ningsih

    SekretarisSiti Sri Ulfiarti

    Chief of OperationalOfficer

    Tri Nopiyanto

    Acco-Trans CoordinatorM. Nugraha

    Equipment CoordinatorBagus Anugerah Y. P

    Food and BeverageCoordinator

    Madasaina Putri

    Chief of Finance OfficerFirda Amalia Ilmiawati

    Sponsorship CoordinatorMela Milani

    Fund Fighter CoordinatorLailatus Soimah

    Event & SeminarMeyliana Santy

    Nicko YosafatSupriadi

    Siti S. Fauzana

    Chief of Research TutoringRandy Raharja

    Research Tutoring TeamMunzilir Rohmah

    Lintang RahayuRestu Wardhani

    Rehan Novendra

  • Assalamualaikum Wr. Wb

    Puji Syukur alhamdulillah KSM Eka Prasetya UI di usianya yang sudah ke-32 tahun tidak berhenti untuk terus meningkatkan produktifitas dan potensinya di bidang keilmuan. Tahun ini, kami anggota KSM Eka Prasetya UI diberikan kesempatan untuk melakukan penelitian besar yang diselenggarakan di Kotabaru, Kalimantan Selatan.

    Bersamaan dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan pembangunan maritim di Indonesia, maka KSM juga turut memberikan kontribusi dan rekomendasi agar potensi maritim Indonesia lebih baik kedepannya. Selama kurang lebih 6 bulan anggota KSM yang terdiri 6 kelompok penelitian dari berbagai disiplin ilmu telah bekerja keras untuk menemukan masalah kemaritiman di Kotabaru Kalimantan Selatan. Dalam buku ini kami memaparkan beragam masalah dan potensi kemaritiman.

    Saya berharap melalui penelitian ini anggota KSM dapat mengembangkan potensi nya dan ikut serta berkontribusi membangun Indonesia. Tak lupa saya mengucapkan ter-imakasih kepada kakak-kakak alumni KSM, pembina KSM yang memberikan masukan yang sangat membangun, juga kepada pihak Universitas yang mendukung berjalannya penelitian ini. Semoga KSM terus bernalar warnai negeri!

    Jakarta, 30 September 2015

    Oriza SativaKetua KSM Eka Prasetya UI 2015

    Sambutan Ketua KSM Eka Prasetya UI

  • Pertama-tama, kami panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugerah-Nya, kami dapat terus berkarya sampai hari ini, dan tentunya atas restu-Nya buku jurnal Research Camp Indonesia Student Research and Summit 2015 dapat terbit. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia (Archipelagic State in the world) memiliki potensi dan kekayaan laut yang sangat melimpah. Sektor kelautan Indonesia dewasa ini menjadi perhatian utama dunia dan menjadi sektor perhatian utama oleh pemerin-tah Indonesia dalam pembangunan. Melalui program NAWA CITA yang diusung oleh Presiden RI, Joko Widodo, program ini menempatkan faktor kemaritiman di posisi pertama yaitu kami akan mengamankan kepentingan dan keamanan kemaritiman Indonesia, khususnya kedaula-tan negara, kedaulatan maritim dan sumber daya alam. Hal ini tentu saja memberikan angin segar pada masyarakat Indonesia untuk kembali menjayakan bidang kemaritiman yang memang telah tertanam sejak dahulu bahwa Indonesia selain unggul dalam bidang agraris, unggul pula dalam bidang maritim. Berkaca pada sejarah, di Indonesia pernah berdiri kerajaan Sriwijaya dan kerajaan Majapahit yang merupakan kera-jaan terbesar pada jamannya yang berorientasi pada maritim dalam membangun ekonomi dan kedaulatan kerajaannya.Kelompok Studi Mahasiswa Eka Prasetya, Universitas Indonesia sebagai lembaga yang berfokus pada penelitian, penulisan dan kajian telah melaksanakan suatu kegiatan bernama Indonesia Student Research and Summit 2015. Kegiatan itu sebagai wadah bersama mahasiswa di Indo-nesia dalam menggali jutaan potensi negeri ini untuk mendukung pembangunan berkelanju-tan bangsa Indonesia. Melalui salah satu rangkaian kegiatan yaitu Research Camp 2015 yang dilaksanakan di Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan. Kotabaru Kalimantan Sela-tan merupakan daerah yang diproyeksikan untuk menjadi poros maritim Indonesia. Dengan mengambil tema The Ocean Economy Domino Effect : Enhancing Our Competitiveness to-wards Global Market, kegiatan ini akan menggali bagaimana keadaan sebenarnya maritim di Indonesia.Kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Selatan, Di-nas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Selatan, Badan Penelitian dan Pengembagan Daerah Kalimantan Selatan, Badan Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan, Pemer-intah Daerah Kabupaten Kotabaru, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kotabaru, seluruh pejabat daerah dan warga Desa Sarang Tiung, warga Desa Ramba Baru, dan warga Kabupaten Kotabaru serta warga Kalimantan Selatan tentunya, dan teruntuk Bapak Zulfa A. Vikra serta Bapak Amir dan Keluarga yang telah banyak membantu dalam kegiatan kami. Tidak menguran-gi rasa hormat, untuk semua pihak dan tentunya pihak sponsor, serta semua pendukung acara yang telah mendukung acara kami. Terakhir, kami berharap agar buku jurnal ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan se-bagai bahan rekomendasi kebijakan untuk pemerintah terkait dalam meningkatkan pemban-gunan di bidang maritim untuk Indonesia yang lebih baik.

    Widi KusnantoyoKetua Pelaksana Indonesia Student Research and Summit 2015

    Sambutan Ketua Pelaksana ISRS

  • Selayang Pandang i

    Sambutan Pembina KSM EP UI ii Sambutan Ketua KSM EP UI iii

    Sambutan Ketua Pelaksana iv

    Daftar Isi v

    Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kelautan: Studi 1Masyarakat Nelayan di Desa Sarang Tiung, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan

    Implementasi Inklusi Keuangan di Pulau Laut Utara, Kalimantan 10Selatan: Studi Pada Akses Modal UMKM Pengolahan Ikan

    Quick Assesment Pelaksanaan Program Pengembangan Poros 20Maritim: Studi Kasus PUMP (Pengembangan Usaha Mina Pedesaan) di Desa Sarang Tiung, Kalimantan Selatan

    Analisis Pendapatan Nelayan Bagan: Studi di Desa Sarang Tiung, 26Kalimantan Selatan

    Hubungan Persepsi terhadap Sumber Daya Laut Perikanan 34Tangkap dan Motivasi Kerja dengan Sikap Kerja Nelayan Bagan Desa Sarang Tiung, Kecamatan Pulau Laut Utara, Kabupaten Kotabaru,Kalimantan Selatan

    Analisis Faktor yang Memengaruhi Alih Profesi Nelayan: Studi 46di Desa Sarang Tiung, Kalimantan Selatan

    Daftar Isi

  • JURNAL INDONESIA STUDENT RESEARCH & SUMMIT, VOL. 1

    NOMOR ISSN: 2477-6475 10 DESEMBER, 2015

    KELOMPOK STUDI MAHASISWA EKA PRASETYA UNIVERSITAS INDONESIA 1

    Persepsi Masyarakat Terhadap

    Pembangunan Kelautan: Studi Masyarakat Nelayan di Desa Sarang Tiung,

    Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan

    Randy Raharja Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

    Irfan Teguh Prima Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

    Nurul Qomariyah Ilmu Ekonomi Islam, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

    Mela Milani Farmasi, Fakultas Farmasi

    Nesia Qurrota Ayuni Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

    Lailatus Soimah Psikologi, Fakultas Psikologi

    Esti Indah Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

    ABSTRAK. Pembangunan kelautan adalah pembangunan yang memberi arahan dalam

    pendayagunaan sumber daya kelautan untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi,

    pemerataan kesejahteraan, dan keterpeliharaan daya dukung ekosistem pesisir dan laut.

    Pernyataan ini menjelaskan bahwa Indonesia memiliki impian untuk menjadi poros

    maritim dunia sesuai dengan kondisi wilayahnya yang berupa kepulauan terbesar di dunia.

    Kabupaten Kotabaru memiliki potensi cukup besar di bidang kelautan dan perikanan

    karena terletak di salah satu dari tiga Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI). Akses

    langsung menuju ALKI ini merupakan keuntungan geografis dan geostrategis bagi wilayah

    Kotabaru. Akan tetapi, apakah persepsi masyarakat sudah diarahkan untuk berperan dalam

    pembangunan kelautan? Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan

    mewawancarai informan di Desa Sarang Tiung yang merepresentasikan persepsi

    masyarakat mengenai pembangunan kelautan. Terdapat tiga persepsi umum masyarakat

    Desa Sarang Tiung dalam memaknai pembangunan kelautan. Oleh karena itu, penelitian ini

    menyarankan pemangku kepentingan sektor kelautan memperhatikan permasalahan yang

    ada di masyarakat sebelum menerapkan suatu kebijakan. Kebijakan yang tidak tepat bisa

    mengganggu metode produksi masyarakat dan pada akhirnya menghambat peningkatan

    kesejahteraan kehidupan masyarakat.

    KATA KUNCI: Bagan, Pembangunan Kelautan, Persepsi Masyarakat, Poros Maritim.

  • THE BLUE ECONOMY DOMINO EFFECT: ENHANCING OUR COMPETITIVENESS TOWARDS GLOBAL MARKET

    NOMOR ISSN: 2477-6475 10 DESEMBER, 2015

    2

    A. PENDAHULUAN Mengutip pidato Soekarno dalam

    National Maritime Convention pada tahun

    1963, dia mengatakan bahwa untuk

    membangun Indonesia menjadi negara besar,

    kuat, makmur, dan damai yang merupakan

    national building bagi negara Indonesia,

    maka sudah selayaknya bagi bangsa Indonesia

    untuk dapat menguasai lautan. Kutipan

    tersebut menggambarkan bahwa presiden

    pertama Indonesia tersebut telah melihat

    bahwa masa depan bangsa Indonesia akan

    tertumpu pada sektor bahari.

    Kalimantan Selatan merupakan salah

    satu provinsi di Indonesia yang diprediksi

    berpotensi menjadi poros maritim Indonesia.

    Badan Pusat Statistik (2010), menyatakan

    bahwa Kabupaten Kotabaru memiliki luas

    wilayah 9.442,46 km dengan penduduk

    sebanyak 290.142 jiwa. Selain itu, profesi

    nelayan laut merupakan salah satu profesi

    yang banyak digeluti oleh masyarakat sekitar,

    dengan jumlah nelayan laut sebanyak 15.961

    jiwa. Di lain sisi, Kotabaru menggunakan

    potensi kekayaan alam sebagai sumber

    pendapatan asli daerah, kekayaan alam

    tersebut adalah hutan hujan tropis dan hutan

    bakau, pesisir dan laut, serta barang-barang

    tambang dan galian serta kesuburan tanahnya.

    Desa Sarang Tiung, merupakan salah satu

    desa yang berada di Pulau Laut. Desa ini

    sudah ada sejak zaman penjajahan Jepang dan

    kala itu desa ini merupakan desa induk

    pemerintahan di pulau laut karena letaknya

    yang strategis dengan selat makasar dan

    tanjung pemancingan (Profil Desa Sarang

    Tiung, 2014). Desa ini juga sering

    memperoleh perhatian pemerintah dalam

    upaya pembangunan dan peningkatan

    kesejahteraan masyarakat nelayan dan pesisir,

    seperti adanya program PNPM, Desa Inovasi

    Nelayan, maupun program lainnya.

    Berdasarkan paparan di atas, maka

    permasalahan yang akan diteliti dalam

    penelitian ini adalah bagaimana masyarakat

    Kotabaru memersepsikan pembangunan

    kelautan yang ada di daerah Kotabaru,

    Kalimantan Selatan. Penelitian mengenai

    persepsi masyarakat menjadi penting untuk

    dilaksanakan karena sifat masyarakat yang

    dinamis dan bagaimana mereka melihat

    lingkungan sekitar akan dipengaruhi oleh

    potensi kelautan di sana, yang kemudian turut

    memengaruhi pola pembangunan kelautan

    pemerintah Kotabaru, khususnya di Desa

    Sarang Tiung.

    B. PEMBANGUNAN KELAUTAN Menurut Alimuddin (2004) dengan total

    pulau sebanyak 13.667 pulau dan garis pantai

    hampir 81.000 km, Indonesia memiliki

    potensi besar di bidang maritim. Bentang

    lautan Indonesia dapat memberikan kontribusi

    penting dalam bidang ekonomi, sosial,

    budaya, dan pertahanan serta keamanan.

    Bidang maritim juga memegang peranan vital

    dalam upaya pembangunan bangsa. Konsep

    dunia maritim memiliki cakupan yang lebih

    luas dari sekadar sumber daya laut, potensi

    maritim meliputi potensi alam yang ada di

    dalam, di permukaan, dan di daerah pesisir.

    Laut merupakan sektor potensial yang harus

    dikembangkan dan diberdayakan seluas-

    luasnya bagi kesejahteraan rakyat. Laut

    adalah gudang pangan, sumber mineral,

    penyuplai minyak dan gas bumi, serta

    penghasil berbagai bahan baku industri.

    1. Pengertian Pembangunan Kelautan Menurut Riyadi dan Deddy (2005),

    pembangunan adalah semua proses perubahan

    yang dilakukan melalui upaya-upaya secara

    sadar dan terencana. Sedangkan Siagian

    (1994) mendefinisikan pembangunan sebagai

    suatu usaha atau rangkaian usaha

    pertumbuhan dan perubahan yang berencana

    dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa,

    negara dan pemerintah, menuju modernitas

    dalam rangka pembinaan bangsa (nation

    building).

    Dalam UU Nomor 32 Pasal 1 Ayat (6)

    Tahun 2014 tentang Kelautan, menyatakan

    bahwa Pembangunan Kelautan adalah

    pembangunan yang memberi arahan dalam

    pendayagunaan sumber daya kelautan untuk

    mewujudkan pertumbuhan ekonomi,

    pemerataan kesejahteraan, dan

    keterpeliharaan daya dukung ekosistem

    pesisir dan laut.

  • JURNAL INDONESIA STUDENT RESEARCH & SUMMIT, VOL. 1

    NOMOR ISSN: 2477-6475 10 DESEMBER, 2015

    KELOMPOK STUDI MAHASISWA EKA PRASETYA UNIVERSITAS INDONESIA 3

    Dengan demikian, pembangunan kelautan

    adalah proses yang bertujuan untuk

    meningkatkan dan memberdayakan potensi

    kelautan demi kepentingan bersama yang

    mengarah kepada kesejahteraan penduduk.

    Pembangunan kelautan dalam konsep

    pembangunan nasional yang terintegrasi

    sering kali dipadukan dengan konsep

    wawasan nusantara. Wawasan nusantara

    merupakan wawasan hidup bangsa Indonesia

    yang memiliki ciri khusus; persatuan dan

    kesatuan secara laras, serasi, dan seimbang.

    Selain ditegaskan dalam konsep

    pembangunan nasional, wawasan nusantara

    selalu disinggung dalam upaya peningkatan

    persatuan dan kesatuan di bidang politik,

    sosial, ekonomi, dan budaya.

    2. Arah dan Kebijakan Pembangunan Kelautan Indonesia

    Meningkatnya pertumbuhan penduduk

    Indonesia menjadi faktor pendorong khusus

    bagi pemerintah untuk mencari solusi cerdas

    memecahkan masalah pangan dan tingginya

    permintaan terhadap sumber daya alam.

    Strategi pembangunan nasional dapat

    diarahkan ke sektor maritim dengan

    pertimbangan bahwa sektor ini belum secara

    total digarap pemerintah. Di era

    pemerintahan Presiden Joko Widodo, bidang

    maritim dan perikanan menjadi salah satu

    sasaran pembangunan yang ditindaklanjuti

    dengan pengawasan ketat dan penegasan

    peraturan kelautan.

    Menurut (Kementerian PPN/Bappenas,

    2013) kerangka Rancangan Pembangunan

    Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-

    2025, Pembangunan Kelautan dan Perikanan

    dalam Prioritas Pembangunan Nasional 2015-

    2019 masuk dalam rangkaian Rencana

    Pembangunan Jangka Menengah Nasional

    (RPJMN) tahap 3. Pengembangan sektor

    kelautan dan perikanan difokuskan untuk

    mendukung ketahanan pangan, peningkatan

    nilai saing dan daya tambah, dan memelihara

    keberlanjutan pembangunan. Indeks

    Ketahanan Pangan 2012 se-Asia Timur dan

    Pasifik yang dirilis oleh Economic Intelligent

    Unit menempatkan Indonesia posisi ke-10

    didasarkan pada keterjangkauan, ketersediaan,

    dan kualitas serta keamanan pangan (The

    Economist, 2012).

    Didasarkan pada Rencana Kerja

    Pemerintah (RKP) 2015 di bawah

    pemerintahan Jokowi, arah kebijakan bidang

    maritim akan ditekankan pada lima hal,

    pertama, ketahanan pangan dan gizi yang

    bersumber dari protein ikan. Kedua,

    peningkatan daya saing produk ikan. Ketiga,

    optimalisasi pemanfaatan sumber daya

    kelautan. Keempat, konservasi/rehabilitasi

    kawasan perairan dan optimalisasi

    pengawasan sumberdaya kelautan dan

    perikanan. Kelima, penguatan SDM dan

    pemanfaatan IPTEK tepat guna dalam

    mendukung pembangunan kelautan dan

    perikanan.

    C. PENGERTIAN PERSEPSI Sugihartono, dkk (2007: 8) menyatakan

    bahwa persepsi adalah kemampuan otak

    dalam menerjemahkan stimulus atau proses

    untuk menerjemahkan stimulus yang masuk

    ke dalam alat indera manusia. Persepsi

    meliputi cara pandang dan penilaian terhadap

    berbagai hal. Persepsi antara seseorang

    dengan orang lain terhadap suatu hal belum

    tentu sama. Perbedaan tersebut akan

    berpengaruh terhadap cara bertindak dan

    penyikapan seseorang terhadap suatu

    kejadian.

    Walgito (2004: 70) mengungkapkan

    bahwa persepsi merupakan proses

    pengorganisasian, penginterpretasian terhadap

    stimulus yang diterima oleh organisme atau

    individu sehingga menjadi sesuatu yang

    berarti, dan merupakan aktivitas yang

    integrated dalam diri individu. Respons

    sebagai akibat dari persepsi dapat diambil

    oleh individu dengan berbagai macam bentuk.

    Stimulus mana yang akan mendapatkan

    respons dari individu tergantung pada

    perhatian individu yang bersangkutan.

    Berdasarkan hal tersebut, perasaan,

    kemampuan berpikir, pengalaman-

    pengalaman yang dimiliki individu tidak

    sama, maka dalam memberikan persepsi

    terhadap stimulus, hasil persepsi mungkin

    akan berbeda antarindividu. Setiap orang

    mempunyai kecenderungan dalam melihat

  • THE BLUE ECONOMY DOMINO EFFECT: ENHANCING OUR COMPETITIVENESS TOWARDS GLOBAL MARKET

    NOMOR ISSN: 2477-6475 10 DESEMBER, 2015

    4

    benda yang sama dengan cara yang berbeda-

    beda. Perbedaan tersebut bisa dipengaruhi

    oleh banyak faktor, di antaranya adalah

    pengetahuan, pengalaman dan sudut pandang.

    Persepsi juga bertautan dengan cara pandang

    seseorang terhadap objek tertentu dengan cara

    yang berbeda-beda dengan menggunakan alat

    indera yang dimiliki, kemudian berusaha

    untuk menafsirkannya.

    D. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode

    penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan

    data menggunakan wawancara mendalam (in-

    depth interview). Pada penelitian ini teknik

    wawancara yang digunakan adalah

    wawancara semi terstruktur, yang merupakan

    teknik pengumpulan informasi berupa tanya

    jawab sistematis tentang pokok-pokok yang

    akan diteliti. Wawancara ini bersifat semi

    terbuka namun dibatasi oleh pedoman

    wawancara yang disusun dengan pertanyaan-

    pertanyaan terstruktur atau topik yang telah

    ditentukan oleh peneliti. Wawancara semi

    terstruktur ini dipilih untuk mendapatkan

    informasi secara lebih mendalam dari

    masyarakat setempat mengenai persepsi

    mereka terhadap pembangunan kelautan.

    Karakteristik informan yang

    diwawancara adalah masyarakat Desa Sarang

    Tiung, khususnya masyarakat yang telah

    menetap selama kurang lebih lima tahun.

    Adapun jumlah informan yang berhasil

    diwawancarai sebanyak delapan orang

    sebagai representasi dan perwakilan dari

    sepuluh RT yang berada di desa tersebut.

    Adapun teknik analisis data yang

    digunakan menggunakan teknik analisis

    interaktif model dalam penarikan kesimpulan.

    Batasan yang dihadapi penelitian ini

    adalah kurangnya waktu yang dibutuhkan

    yang hanya 10 hari dalam melaksanakan

    penelitian dan jarak yang tidak

    memungkinkan peneliti untuk memperoleh

    data dengan mudah, sehingga persiapan dan

    pelaksanaan terdapat kekurangan dalam

    memperoleh data dan informasi yang

    komprehensif. Selain itu, penelitian ini kurang

    dapat digeneralisasikan karena karakteristik

    informan yang unik sebagai nelayan bagan

    (metode menangkap ikan).

    E. KONDISI MASYARAKAT 1. Kondisi Geografis

    Desa Sarang Tiung termasuk dalam

    Wilayah Kecamatan Pulau Laut Utara

    Kabupaten Kotabaru Provinsi Kalimantan

    Selatan tepatnya di koordinat

    S31451.5 E114162.7. Luas wilayah Desa Sarang Tiung 13.500 ha/m2

    terdiri dari dataran berbukit dengan batas

    wilayah sebelah utara dengan Desa

    Sigam, sebelah selatan dengan Desa

    Gedambaan, sebelah timur dengan Selat

    Makassar, sedangkan sebelah barat

    dengan Desa Tirawan.

    Pemanfaatan wilayah Desa Sarang

    Tiung menurut topografinya adalah untuk

    lahan pertanian, peternakan, perkebunan,

    perumahan penduduk, jalan raya dan

    jalan lingkungan serta fasilitas umum

    lainnya. Detail pemanfaatan wilayah desa

    disajikan dalam tabel berikut ini

    a. Permukiman = 50 Ha b. Perkebunan = 5000 Ha c. Perkantoran = 1 Ha d. Sekolah = 2 Ha

    Gambar 1. Lokasi Geografis Desa

    Sumber: sarangtiung.desa.id

  • JURNAL INDONESIA STUDENT RESEARCH & SUMMIT, VOL. 1

    NOMOR ISSN: 2477-6475 10 DESEMBER, 2015

    KELOMPOK STUDI MAHASISWA EKA PRASETYA UNIVERSITAS INDONESIA 5

    e. Jalan = 5 Km f. Tambak = 2 Ha g. Lapangan Olahraga= 2 Ha h. Padang Ilalang = 5000 Ha i. Kuburan = 8 Ha j. Pegunungan = 3430 Ha Desa Sarang Tiung Memiliki 3 Dusun

    yang terdiri dari:

    Dusun I terdiri dari 3 RT yaitu RT.01

    dan RT.02 dan RT.03

    a. Dusun II terdiri dari 3 RT yaitu RT.04 dan RT.05 dan RT.06

    b. Dusun III terdiri dari 4 RT yaitu RT.07 dan RT.08 dan RT.09 dan

    RT.10

    Untuk mencapai Desa Sarang Tiung,

    membutuhkan jarak sekitar 15 kilometer

    dari pusat kota Kotabaru. Selain itu, desa

    ini memiliki pantai dengan pasir putih

    bersih. Pantai yang landai membuat

    masyarakat dapat berenang apabila air

    laut sedang surut.

    2. Kondisi Sosial-Ekonomi Sebagai desa yang berlokasi di pesisir,

    masyarakat Desa Sarang Tiung rata-rata

    bermata pencaharian sebagai nelayan.

    Meskipun demikian, terdapat masyarakat

    yang bermata pencaharian sebagai petani,

    pegawai negeri sipil, pegawai swasta, dan

    peternak.

    Semenjak pemerintahan periode 2014-

    2019, dicanangkan program di desa ini,

    seperti Program Desa Inovasi. Desa

    Sarang Tiung menjadi salah satu desa

    yang dipilih menjadi desa inovasi sebagai

    program pemberdayaan masyarakat

    nelayan melalui optimalisasi pemanfaatan

    potensi desa dan kearifan lokal.

    Konsep dasar dari desa inovasi adalah

    desa yang masyarakatnya mampu

    memanfaatkan sumberdaya desa dengan

    cara kreatif dan inovatif berdasarkan

    IPTEK dan kearifan lokal guna

    meningkatkan taraf hidup dan

    kesejahteraan masyarakat.

    Pengembangan desa inovatif dilakukan

    dengan melibatkan seluruh unsur

    termasuk kelembagaan desa dan

    pemangku kepentingan terkait, seperti

    pemerintah daerah, perguruan tinggi,

    lembaga riset, pihak swasta, lembaga

    keuangan dan pasar.

    Mayoritas masyarakat yang berprofesi

    sebagai nelayan terutama adalah laki-laki.

    Sedangkan anggota keluarga perempuan

    terutama istri mereka berprofesi sebagai

    ibu rumah tangga, meskipun turut

    membantu dalam mengolah ikan hasil

    tangkapan nelayan.

    Nelayan di desa ini memiliki cara unik

    untuk menangkap ikan yaitu dengan

    menggunakan bagan. Bagan adalah salah

    satu metode menangkap ikan dengan

    membuat bangunan permanen atau semi

    permanen di tidak begitu jauh dari pesisir

    pantai yang menggunakan media kayu

    bakau sebagai pancang dan bahan

    bakunya. Nelayan tetap pergi untuk

    mencari ikan pada malam hari dan

    biasanya ikan yang didapat oleh nelayan

    yaitu ikan teri dan cumi-cumi.

    F. PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PEMBANGUNAN KELAUTAN

    Secara umum, berdasarkan informasi

    yang didapatkan dari masyarakat,

    pembangunan mengenai kelautan di daerah

    mereka belum begitu populer. Belum ada

    program riil dari pemerintah dari tingkat

    manapun yang berfokus pada kelautan dan

    dirasakan oleh seluruh warga Desa Sarang

    Tiung. Masyarakat juga belum tahu mengenai

    pembangunan pemerintah yang berbasis

    Gambar 2. Bagan Tancap

    Sumber: sarangtiung.desa.id

  • THE BLUE ECONOMY DOMINO EFFECT: ENHANCING OUR COMPETITIVENESS TOWARDS GLOBAL MARKET

    NOMOR ISSN: 2477-6475 10 DESEMBER, 2015

    6

    kelautan, yang ada hanyalah pembangunan

    yang bersifat umum.

    Di lain sisi, persepsi masyarakat

    mengenai pembangunan kelautan secara

    umum diketahui dari bagaimana individu

    dalam masyarakat berinteraksi satu sama lain

    dengan sesama masyarakat nelayan dan

    pemerintah. Hal ini mempengaruhi

    pengetahuan, perasaan, dan perilaku

    masyarakat dalam memaknai pembangunan

    kelautan.

    1. Aspek Kognitif, Afektif, dan Perilaku

    Masyarakat terhadap Pembangunan

    Kelautan

    Masyarakat desa Sarang Tiung

    mayoritas berprofesi sebagai nelayan

    bagan dengan tingkat pendidikan yang

    cukup rendah. Keahlian sebagai nelayan

    bagan diperoleh secara turun temurun

    dari ketergantungan masyarakat terhadap

    bagan tancap yang menjadi kearifan lokal

    daerah setempat. Kondisi masyarakat

    yang demikian membentuk pengetahuan

    dan cara pandang yang khas terhadap

    pembangunan kelautan.

    Pembangunan kelautan di pandang

    sebagai pembangunan fisik yang

    mendukung perekonomian masyarakat

    meliputi pembangunan dermaga, jalan,

    dan terutama bagan tancap. Masyarakat

    beranggapan bahwa pembangunan

    kelautan harus memberikan kemudahan

    akses pengambilan kayu bakau yang

    merupakan bahan utama pembuatan

    bagan tancap, mengingat penebangan

    kayu bakau dilarang oleh peraturan

    kehutanan. Hal tersebut menciptakan

    kebimbangan dalam benak masyarakat

    desa Sarang Tiung, sebab mereka belum

    mempunyai keahlian di bidang yang lain.

    Namun, semakin serius pemerintah

    memberlakukan larangan penebangan

    kayu bakau serta musim angin laut

    tenggara yang membuat masyarakat

    kurang produktif selama separuh waktu

    dalam setahun, perlahan masyarakat

    mulai sadar bahwa mereka membutuhkan

    alternatif pekerjaan yang lain.

    Masyarakat merespons pembangunan

    kelautan sebagai usaha positif dengan

    harapan bantuan pemerintah dapat

    diberikan secara merata dan tidak tebang

    pilih. Sebagai desa inovasi dan desa

    percontohan nelayan nusantara, banyak

    program seperti sosialisasi, pelatihan dan

    bantuan peralatan melaut yang diberikan

    untuk masyarakat desa Sarang Tiung.

    Masyarakat dilatih untuk

    membudidayakan rumput laut dan

    membuat berbagai produk olahan

    berbahan dasar rumput laut dan ikan.

    Meski demikian, partisipasi masyarakat

    dalam upaya pembangunan kelautan

    secara keseluruhan masih sangat kurang.

    Hal tersebut dikarenakan beberapa

    masyarakat menganggap program-

    program yang ada hanya diperuntukkan

    untuk orang-orang tertentu saja, sehingga

    efek dari program tersebut tidak

    dirasakan secara menyeluruh.

    Beberapa masyarakat sudah mulai

    menyadari pentingnya pembangunan

    sumber daya manusia untuk mendukung

    pembangunan kelautan sebagai upaya

    memajukan desa. Menurut mereka desa

    Sarang Tiung harus mempunyai lulusan

    sarjana yang dapat membantu masyarakat

    dalam pembangunan. Masyarakat mulai

    mengategorikan kebutuhan sumber daya

    manusia berdasarkan usia. Pelatihan dan

    penambahan keterampilan dibutuhkan

    oleh generasi yang sudah tua dan yang

    beranjak tua. Sementara itu, pendidikan

    dan keterampilan yang mumpuni

    diperlukan oleh generasi muda

    masyarakat Sarang Tiung.

    2. Pembangunan Kelautan sebagai Pembangunan Fisik yang Mendorong

    Perekonomian

    Berdasarkan hasil wawancara,

    persepsi masyarakat mengenai

    pembangunan kelautan menganggap

    bahwa pembangunan kelautan merupakan

    pembangunan fisik yang menempatkan

    pemerintah agar berupaya membangun

    fasilitas, sarana, dan prasarana bagi

    masyarakat. Dengan demikian,

  • JURNAL INDONESIA STUDENT RESEARCH & SUMMIT, VOL. 1

    NOMOR ISSN: 2477-6475 10 DESEMBER, 2015

    KELOMPOK STUDI MAHASISWA EKA PRASETYA UNIVERSITAS INDONESIA 7

    pembangunan fisik ini dapat mendorong

    perekonomian masyarakat setempat.

    Sesuai dengan mayoritas pekerjaan

    nelayan sebagai nelayan bagan, harapan

    dari masyarakat adalah penyediaan

    kemudahan dalam mengakses alat dan

    bahan untuk membangun bagan tancap,

    yaitu kayu pohon bakau, yang sebenarnya

    sudah dilarang oleh pemerintah karena

    dianggap dapat merusak ekosistem pesisir

    dan laut, seperti bakau dan terumbu

    karang. Padahal, pemerintah setempat

    menyatakan telah melakukan sosialisasi

    untuk menghindari penggunaan bagan

    tancap dan beralih ke bagan apung atau

    menangkap ke tengah laut. Akan tetapi,

    masyarakat menganggap bahwa

    pembangunan bagan dapat

    mempermudah masyarakat untuk

    memperoleh lebih banyak penghasilan

    dan mendorong perekonomian setempat.

    Hal ini sesuai dengan pernyataan

    informan sebagai berikut:

    Pembangunan kelautan di Sarangtiung ya bagan tancap itu.

    Bahkan, meskipun masyarakat

    mengetahui bahwa bagan dilarang,

    mereka masih bergantung pada hal

    tersebut, seperti pernyataan berikut:

    Sejak tahun 2008 sudah banyak keluhan karena dilarang mengambil kayu

    bakau untuk bahan baku bagan Pemerintah itu kan pertama dulu dari

    provinsi, terus ke kehutanan tidak

    membolehkan sama sekali. Tapi apa

    boleh buat karena di Sarang Tiung satu-

    satunya cara ya itu saja (menggunakan

    bagang tancap)

    Kondisi masyarakat di Desa Sarang

    Tiung dapat dikatakan bergantung pada

    bagan tancap dalam memperoleh hasil

    tangkapan ikan, tetapi bertolak belakang

    dengan peraturan pemerintah yang ada.

    3. Pembangunan Kelautan sebagai Upaya Pemerataan Kesejahteraan Masyarakat

    Nelayan

    Masyarakat menyatakan sangat

    berharap banyak bahwa pembangunan

    yang diarahkan untuk menggali potensi

    kelautan ini dapat membantu masyarakat

    untuk menciptakan pemerataan

    kesejahteraan nelayan. Hal ini terungkap

    dari pernyataan informan dari hasil

    wawancara sebagai berikut:

    Yaa yang jelas ya untuk mensejahterakan masyarakat lautlah

    rata-rata.

    Masyarakat juga menganggap

    pemerintah adalah aktor utama yang

    memperhatikan dan turun langsung dalam

    membenahi kesejahteraan rakyat, sesuai

    dengan pernyataan berikut:

    Perlu orang dinas sendiri datang langsung ke Desa Sarang Tiung,

    membenahi dan membetulkan, bahwa

    desa sarang tiung harus diperhatikan

    betul-betul.

    Pemerataan kesejahteraan yang

    dimaksud oleh masyarakat adalah

    pemerataan dalam memperoleh akses

    bantuan dari pemerintah, pembangunan

    jalan, pengurangan kemiskinan, dan

    sebagainya. Dapat dikatakan bahwa

    persepsi masyarakat ini merupakan

    persepsi yang sejalan dengan dengan

    pembangunan kelautan yang diharapkan

    oleh pemerintah.

    4. Pembangunan Kelautan sebagai Akses Terbukanya Bantuan Pemerintah bagi

    Masyarakat Nelayan

    Temuan menarik lainnya dalam

    penelitian ini adalah masyarakat

    menganggap bahwa dengan pemfokusan

    program pemerintah di bidang maritim,

    maka akan mempermudah masyarakat

    nelayan untuk memperoleh bantuan dari

    pemerintah melalui program-program

    yang dicanangkan pemerintah. Program-

    program ini nantinya akan membantu

  • THE BLUE ECONOMY DOMINO EFFECT: ENHANCING OUR COMPETITIVENESS TOWARDS GLOBAL MARKET

    NOMOR ISSN: 2477-6475 10 DESEMBER, 2015

    8

    masyarakat pesisir sesuai harapan

    mereka.

    Di lain sisi, masyarakat di desa ini

    masih merasa kekurangan dengan

    bantuan atau program yang telah

    diberikan. Hal ini sesuai dengan temuan

    dari wawancara, berikut:

    Kalau ada bantuan dari pemerintah, kalau menurut saya pribadi, kurang puas

    juga, soalnya tidak sesuai dengan

    permintaan kita.

    Terdapat rasa ketidakpuasan dengan

    model pemerintahan saat ini dengan

    harapan yang ada di masyarakat.

    Terkadang, ada rasa ketidakpercayaan

    masyarakat nelayan terhadap

    pemerintahan yang menjalankan tugas

    dan fungsinya. Meskipun demikian,

    masyarakat masih mengharapkan

    keberadaan program pemerintah yang

    dapat diperoleh dan diperuntukkan bagi

    masyarakat nelayan.

    G. KESIMPULAN DAN SARAN Masyarakat Desa Sarang Tiung

    merupakan masyarakat yang penghidupannya

    bergantung pada pesisir dan laut. Masyarakat

    desa yang berasal dari berbagai suku ini

    sejatinya sudah memiliki kearifan lokal

    mengenai pola pemanfaatan hasil alam

    dengan memperhatikan aspek keberlanjutan.

    Pelarangan penggunaan kayu untuk

    membangun bagan oleh pemerintah

    dikhawatirkan akan menimbulkan

    permasalahan di masa depan karena tidak

    dengan solusi yang tersedia bagi nelayan laut.

    Masyarakat tidak bisa dipaksa untuk

    mengubah metode produksinya apabila tidak

    diberikan metode produksi lainnya. Hal ini

    menyebabkan masyarakat kebingungan dan

    menganggap bahwa pemerintah telah

    menerapkan kebijakan yang berpengaruh

    negatif bagi kehidupan mereka. Masyarakat juga masih melihat konsepsi

    pembangunan kelautan hanya dari dimensi

    pembangunan fisik, peningkatan

    kesejahteraan, dan kesempatan untuk

    mendapatkan bantuan pemerintah. Padahal

    pembangunan kelautan merupakan konsep

    yang sepatutnya diterapkan oleh seluruh

    kelompok, tidak hanya pemerintah tetapi juga

    masyarakat. Ketergantungan terhadap apa

    yang dilakukan pemerintah juga merupakan

    cerminan bahwa masyarakat mempersepsikan

    kemajuan dalam kehidupan mereka

    ditentukan oleh apa yang dilakukan oleh

    pemerintah itu sendiri. Selain itu, masyarakat

    Desa Sarang Tiung belum memahami esensi

    pembangunan kelautan sebagaimana amanat

    Undang-undang terkait. Hal ini merupakan

    indikasi beberapa hal seperti kurangnya

    sosialisasi peraturan yang ada serta tidak

    sesuainya tataran konsep dengan pelaksanaan

    di lapangan. Penelitian mengenai persepsi masyarakat

    Desa Sarang Tiung ini memberikan gambaran

    bahwa rezim pembangunan kelautan yang

    coba dibawa oleh pemerintah saat ini masih

    jauh dari keadaan idealnya. Peraturan

    seharusnya berasal dari permasalahan yang

    timbul di tengah-tengah masyarakat, dan

    apabila kita memperhitungkan dinamis dan

    beragamnya masyarakat di Indonesia maka

    penting bagi pemangku kepentingan untuk

    membuat peraturan yang memang membawa

    kesejahteraan bagi masyarakat umum.

    Perhatian yang diberikan oleh pemangku

    kepentingan juga harus tepat sasaran dan

    tidak dimanipulasi oleh interest group tertentu

    yang dapat menghambat proses pembangunan

    itu sendiri.

    REFERENSI Alimuddin, M. Ridwan. 2004. Mengapa Kita

    (Belum) Cinta Laut?. Yogyakarta: Penerbit

    Ombak.

    Creswell, John. W. 2003. Educational Research:

    Planning, Conducting, and Evaluating

    Quantitative and Qualitative Research 4th ed. United States of America: Pearson.

    Hanafi Imam. 2015. Kotabaru Penyangga Pangan

    Nasional. Diakses melalui URL:

    http://www.antarakalsel.com/berita/28266/ko

    tabaru-penyangga-pangan-nasional (12 Juli

    2015)

    Kementerian PPN/Bappenas. 2013. Pembangunan

    Kelautan dan Perikanan dalam Prioritas

    Pembangunan Nasional 2015-2019.

  • JURNAL INDONESIA STUDENT RESEARCH & SUMMIT, VOL. 1

    NOMOR ISSN: 2477-6475 10 DESEMBER, 2015

    KELOMPOK STUDI MAHASISWA EKA PRASETYA UNIVERSITAS INDONESIA 9

    Disampaikan dalam penyampaian program.

    Jakarta.

    Pieris, John. 1988. Strategi Kelautan

    Pengembangan Kelautan dalam Perspektif

    Pembangunan Nasional. Jakarta: Pustaka

    Sinar Harapan.

    Poesponegoro, Marwati Djoened. 2008. Sejarah

    nasional Indonesia Jilid III. Jakarta: Balai

    Pustaka

    Profil Desa Sarang Tiung. 2014. Diakses melalui

    URL: sarangtiung.desa.id/ (pada 2 Oktober

    2015).

    Poesponegoro, Marwati Djoened. 2008. Sejarah

    nasional Indonesia Jilid VI. Jakarta: Balai

    Pustaka

    Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan.

    1998. Indonesian Journal of Coastal and

    Marine Resources Management. ISSN 1410-

    6825

    Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah. 2005.

    Perencanaan Pembangunan Daerah. Jakarta:

    PT Gramedia Pustaka Utama.

  • THE BLUE ECONOMY DOMINO EFFECT: ENHANCING OUR COMPETITIVENESS TOWARDS GLOBAL MARKET

    NOMOR ISSN: 2477-6475 10 DESEMBER, 2015

    10

    Implementasi Inklusi Keuangan di Pulau Laut

    Utara, Kalimantan Selatan: Studi Pada Akses

    Modal UMKM Pengolahan Ikan

    Restu Wardhani Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

    Maufiroh Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan

    Feny Yunita Geografi, FMIPA

    Carlos Daniel Kimia, FMIPA

    Fitria Nur Umi H Manajemen Informasi dan Dokumen, Vokasi

    Dedi Kurniawan Zega Manajemen Informasi dan Dokumen, Vokasi

    ABSTRAK. Kotabaru merupakan kabupaten yang digadangkan sebagai poros maritime

    dengan potensi sumber daya yang melimpah, khususnya ikan tangkap. Usaha

    perekonomian di Kotabaru, khususnya Pulau Laut Utara menjadi sangat potensial terhadap

    peningkatan pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui UMKM. Adanya penerapan inklusi

    keuangan seharusnya mampu mengembangkan UMKM di Pulau Laut Utara. Sehingga

    tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan inklusi keuangan terhadap akses

    modal pada UMKM pengolahan ikan tangkap di Pulau Laut Utara. Metode yang digunakan

    adalah pendekatan kualitatif dengan teknik pengambbilan sampel, purposive sampling.

    Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa UMKM telah menggunakan

    layanan perbankan dalam akses modal namun penerapan inklusi keuangan di Pulau Laut

    Utara belum terlaksana secara menyeluruh serta terdapat kesenjangan antara kondisi

    penerapan inklusi keuangan di pusat kota dan di desa.

    KATA KUNCI: inklusi keuangan, akses modal, nelayan, UMKM, pengolahan ikan

  • JURNAL INDONESIA STUDENT RESEARCH & SUMMIT, VOL. 1

    NOMOR ISSN: 2477-6475 10 DESEMBER, 2015

    KELOMPOK STUDI MAHASISWA EKA PRASETYA UNIVERSITAS INDONESIA 11

    A. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang

    memiliki potensi tinggi pada bidang maritim.

    Menurut pakar hukum laut, Hasjim Djalal,

    negara maritim adalah negara yang mampu

    mempunyai kemampuan teknologi, ilmu

    pengetahuan, peralatan, dan lainnya untuk

    mengelola dan memanfaatkan potensi laut,

    baik dari segi ruangnya, kekayaan alamnya,

    maupun letaknya yang strategis (Muhamad,

    2014). Indonesia memiliki 17.480 pulau dan

    luas laut yang mencapai 5,8 juta km2

    (Pujayanti, 2011). Pada tingkat internasional,

    Indonesia diakui sebagai produsen perikanan

    tangkap kedua terbesar di dunia setelah

    Tiongkok (FAO, 2012 dalam Kiara, 2014).

    Sebagai negara kepulauan dengan potensi

    besar di laut, Indonesia dapat menjadi negara

    poros maritim dunia.

    Produksi perikanan tangkap di

    Kalimantan Selatan mengalami peningkatan

    selama lima tahun terkahir. Pada tahun 2009,

    jumlah tangkapan ikan laut sejumlah 109.330

    dan meningkat drastis pada tahun 2010

    menjadi 178.023 jumlah tangkapan ikan. Tiga

    tahun berikutnya mengalami kenaikan yang

    cukup signifikan. Pada tahun 2013, produksi

    ikan tangkap sejumlah 241.705 hingga masuk

    ke dalam peringkat 10 besar penghasil ikan

    terbanyak di Indonesia (Badan Pusat Statistik,

    2014).

    Kabupaten Kotabaru merupakan salah

    satu kabupaten di Kalimantan Selatan yang

    memiliki potensi di bidang maritim dan

    perikanan namun kesejahteraan nelayan masih

    dibawah standar. Berdasarkan PERDA

    Kabupaten Daerah Tk.II Kotabaru Nomor 01

    Tahun 1975, lukisan Ikan Todak pada

    lambing Kotabaru menggambarkan hasil

    utama yang tradisional, yaitu ikan. Namun,

    kondisi masyarakat nelayan sangat

    memprihatinkan. Nelayan masih

    menggunakan alat tradisional dalam

    menangkap ikan, tempat memasarkan hasil

    tangkapan sangat jauh, dan adanya monopoli

    dalam penangkapan ikan oleh nelayan yang

    bermodal besar. Sehingga terjadi kesenjangan

    antara nelayan dengan modal kecil dan

    nelayan bermodal besar (Iberahim, 2014).

    Pulau Laut Utara termasuk ke dalam

    kecamatan dengan kemiskinan tinggi di

    Kabupaten Kotabaru. Berdasarkan hasil

    penelitian yang dilakukan oleh Iberahim

    (2014), kondisi kemiskinan masyarakat

    nelayan di Pulau Laut Utara, yaitu masih

    menggunakan perahu dayung sampan,

    memiliki tanggungan keluarga namun sumber

    pendapatan keluarga hanya mengandalkan

    kepala keluarga, dan kondisi rumah masih

    beratapkan daun nipah dengan dinding semi

    permanen dari kayu.

    Keberadaan jumlah perikanan

    tangkap yang cukup tinggi mendorong

    adanya usaha produk olahan perikanan

    tangkap laut guna menambah nilai jual

    produk perikanan. Kondisi ini tentu

    diharapakan dapat terus berlanjut. Usaha

    pengolahan produk perikanan yang dimaksud

    salah satunya dapat berbentuk Usaha Mikro

    Kecil Menengah (UMKM). Akan tetapi,

    dalam pelakasanaannya UMKM seringkali

    mengalami kesulitan dalam memperoleh

    modal untuk menjalankan usahanya. Lembaga

    keuangan perbankan sebagai salah satu

    sumber modal secara optimal masih belum

    dapat membantu permasalahan yang dihadapi

    UMKM tersebut. Tingginya tingkat bunga

    perbankan, prosedur serta persyaratan

    pengajuan kredit yang relatif rumit, serta

    keterbatasan collateral yang dimiiki oleh

    calon peminjam merupakan alasan utama bagi

    sebagian besar UMKM untuk tidak

    mengajukan kredit kepada perbankan. Di sisi

    lain, UMKM dengan segala keterbatasannya

    juga masih sulit untuk meraih modal dari

    sumber-sumber modal lembaga-lembaga

    keuangan non-bank seperti pasar modal dan

    leasing.

    Inklusi keuangan dapat menjadi

    peluang dan solusi bagi masyarakat

    kecamatan Pulau Laut Utara untuk mengatasi

    hambatan permodalan dalam kegiatan

    UMKM . Menurut Global Financial

    Development Report (2014), inklusi keuangan

    merupakan kondisi dimana sejumlah individu

    dapat memanfaatkan layanan/jasa keuangan

    yang tersedia tanpa biaya yang tinggi. Adapun

    tujuan inklusi keuangan adalah untuk

    mengurangi kemiskinan, stabilitas ekonomi

  • THE BLUE ECONOMY DOMINO EFFECT: ENHANCING OUR COMPETITIVENESS TOWARDS GLOBAL MARKET

    NOMOR ISSN: 2477-6475 10 DESEMBER, 2015

    12

    dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi

    dengan beberapa strategi. Adapun strategi

    pada inklusi keuangan melalui kegiatan

    edukasi pengetahuan keuangan, penyediaan

    akses ke lembaga keuangan, jasa

    perlindungan konsumen, pengesahan

    peraturan dan kebijakan perbankan, dan

    meminimalisisasi informasi negatif tentang

    perbankan (Kementerian Keuangan RI, 2013

    dalam Bank Indonesia, 2014).

    Berdasarkan pemaparan kondisi

    masyarakat nelayan di Kotabaru, khususnya

    kecamatan Pulau Laut Utara serta adanya

    peluang inklusi keuangan, maka peneliti ingin

    melakukan analisis implementasi inklusi

    keuangan pada akses modal UMKM

    perikanan laut olahan. Penelitian ini

    dilakukan untuk mengetahui gambaran serta

    peran inklusi keuangan dalam akses modal

    UMKM pengolahan ikan di Pulau Laut Utara

    serta mengidentifikasi faktor penghambat

    pelaksanaan inklusi keuangan tersebut.

    Dengan adanya penelitiannya ini, maka

    diharapkan mampu memberikan manfaat

    dalam pelaksanaan inklusi keuangan juga

    dapat dijadikan acuan dalam mengatasi faktor

    penghambat akses modal pada UMKM

    perikanan laut olahan.

    B. KERANGKA TEORITIS Kecamatan Pulau Laut Utara memiliki

    wilayah seluas 159,30 km2. Pekerjaan yang

    dominan yang dilakukan oleh warga adalah

    sebagai nelayan.Keadaan masyarakat nelayan

    Kabupaten Kotabaru, terutama di Kecamatan

    Pulau Laut Utara sangat memprihatinkan

    karena masih sebagian besar berada dibawah

    garis kemiskinan.Penyebab dari kemiskinan

    masyarakat setempat adalah masyarakat

    nelayan masih menggunakan alat tradisional

    dalam menangkap ikan, tempat memasarkan

    hasil tangkapan sangat jauh sehingga

    memerlukan living cost (biaya hidup) yang

    cukup besar sebaliknya harga ikan relatif

    murah.

    Strategi Nasional Keuangan Inklusif

    menyebutkan keuangan inklusif sebagai Hak setiap orang untuk memiliki akses dan

    layanan penuh dari lembaga keuangan secara

    tepat waktu, nyaman, informatif, dan

    terjangkau biayanya, dengan penghormatan

    penuh kepada harkat dan martabatnya.

    Layanan keuangan tersedia bagi seluruh

    segmen masyarakat, dengan perhatian khusus

    kepada orang miskin, orang miskin produktif,

    pekerja migrant, dan penduduk di daerah

    terpencil.. Adapun dimensi dari sebuah sistem keuangan yang inklusif, yaitu akses

    (access), penggunaan (usage) dan kualitas

    (quality) dari layanan perbankan (Bank

    Indonesia, 2014).

    Berdasarkan UU No. 10 Tahun 1998

    disebutkan bahwa Bank adalah badan usaha

    yang menghimpun dana dari masyarakat

    dalam bentuk simpanan dan menyalurkan

    kembali kepada masyarakat dalam bentuk

    kredit dan/atau bentuk bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat

    banyak. Bank berfungsi sebagai financial

    intermediary yaitu menghimpun dan

    menyalurkan dana masyarakat atau

    pemindahan uang dari penambung kepada

    peminjam.

    Fasilitas penyediaan dana yang disediakan

    oleh pihak bank bagi pembiayaan UMKM

    adalah melalui pemberian kredit dan

    perbankan. Terkait pembiayaan melalui

    perbankan, pemerintah mendukung

    pengembangan UMKM diantaranya melalui

    penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR).

    Penyaluran kredit difokuskan pada lima sector

    usaha yakni pertanian, perikanan, kelautan,

    koperasi, kehutanan, perindustrian dan

    perdagangan.

    C. METODE PENELITIAN Pada penelitian ini menggunakan

    pendekatan kualitatif secara interpretatif,

    yaitu peneliti menginterpretasi data yang telah

    dikumpulkan, kemudian data data tersebut dikembangkan dengan melakukan deskripsi

    dan analisis. Data data yang telah melalui tahap analisis kemudian disimpulkan secara

    teoritis melalui pernyataan dari hasil

    penelitian , serta tidak lupa menawarkan

    rekomendasi penelitian bagi penelitian

    selanjutnya (Creswell, 2003 : 197). Penelitian

    ini dilaksanakan pada tanggal Agustus 2015

    di Pulau Laut Utara, Kalimantan Selatan.

  • JURNAL INDONESIA STUDENT RESEARCH & SUMMIT, VOL. 1

    NOMOR ISSN: 2477-6475 10 DESEMBER, 2015

    KELOMPOK STUDI MAHASISWA EKA PRASETYA UNIVERSITAS INDONESIA 13

    Subjek penelitian ini berfokus kepada

    pada pihak yang terlibat terhadap penyediaan

    akses modal UMKM yang bergerak di sektor

    industri perikanan laut olahan di wilayah

    Kecamatan Pulau Laut Utara. Pemilihan

    informan dilakukan dengan teknik purposive,

    yaitu peneliti menentukan informan yang

    cocok dengan topik penelitian dari sejumlah

    populasi agar dapat memperoleh pemahaman

    secara menyeluruh terkait dengan fokus

    penelitian. Wawancara dilakukan kepada

    informan yang merupakan Bank Daerah,

    Koperasi, Pemerintah daerah, dan UMKM

    yang memiliki informasi terkait dengan topik

    penelitian untuk menjelaskan secara detail

    implementasi inklusi keuangan di Pulau Laut

    Utara.

    D. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

    a. Lembaga Keuangan dan produknya di Pulau Laut Utara

    1.a. Lembaga Keuangan Bank

    Di Pulau Laut Utara terdapat beberapa

    Bank, yaitu Bank Pembangunan Daerah

    Kalimantan Selatan (Bank Kalsel), Bank

    Perkreditan Rakyat Saijaan (BPR Saijaan),

    Bank Mandiri (Syariah dan Konvensional),

    Bank BCA, Bank Danamon, Bank BNI, dan

    Bank BRI.

    Bank Kalsel adalah bank yang paling

    dominan perannya di Pulau Laut Utara. Bank

    ini memiliki visi Menjadi bank yang ungguul di daerah dan berperan dalam mendorong

    pertumbuhan ekonomi. Dalam sistem konvensional, Bank Kalsel memiliki 14

    produk dana, 30 produk jasa, dan beberapa

    produk kredit.

    Tabel 1. Produk kredit Bank Kalsel

    1. Kredit non tunai

    a. Garansi Bank

    Garansi Bank Penawaran (Tender Bond)

    Garansi Bank Uang Muka (Advace Payment

    Bond)

    Garansi Bank Pelaksanaan (Performance

    Bond)

    Garansi Bank Pemeliharaan (Maintenance

    Bond)

    Garansi Pembayaran Termin

    Garansi Bank Pembelian Barang Modal

    Garansi Bank dengan Back to Back Guarantee

    b.Surat Keterangan Berdokumen Dalam

    Negeri (SKBDN)

    2. Kredit Tunai

    a. Kredit Umum (Produktif)

    Kredit Modal Kerja (KMK)

    Kredit Investasi (KI)

    Kredit Konstruksi

    Kredit Kepada Lembaga Keuangan (KKLK)

    Pinjaman Daerah

    Cash Collateral Credit (CCC)

    Kreit Wira Usaha (KWU)

    b. Kredit Program

    Kredit BPD Peduli

    Kredit BPD Peduli Damandiri

    Kredit Usaha Rakyat (KUR)

    Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE)

    Kredit Resi Gudang

    Kredit Channeling DPM-LUEP

    c. Kredit Konsumtif

    Kredit Multiguna

    Kredit Pemilikan Rumah (KPR)

    Kredit Kendaraan Bermotor (KKB)

    Pinjaman Haji

    Dalam sistem Syariah, Bank Kalsel

    memiliki 6 produk dana, 4 produk jasa, dan

    beberapa produk pembiayaan.

    Tabel 2. Produk Pembiayaan

    Pembiayaan Syariah

    1. Pembiayaan Murabahah

    Murabahah Investasi

    Murabahah Modal Kerja

    Murabahah Konsumtif

    2. Pembiayaan Mudharabah

    3. Pembiayaan Musyarakah

    4. Al-Qardhul Hasan

    5. Jajirah iB Ar-rahman

    6. Qardh beragunan emas iB Ar-rahman

    Bank Kalsel menghimpun dananya dari

    tabungan (28,63%), deposito (18,57%), dan

    giro (53,80%), di mana 52,9% giro berasal

    dari dana pemda dan 47,1% berasal dari dana

    non pemda.

    Kredit yang disalurkan Bank Kalsel

    pada tahun 2013, lebih difokuskan pada

    pencapaian portofolio kredit produktif sesuai

    dengan arah kebijakan Program Regional

    Champion, melalui peningkatan porsi untuk

    Kredit Investasi (KI) dan Kredit Modal Kerja

    (KMK). Tujuannya agar Bank Kalsel dapat

    lebih berperan dalam menggerakkan sektor

  • THE BLUE ECONOMY DOMINO EFFECT: ENHANCING OUR COMPETITIVENESS TOWARDS GLOBAL MARKET

    NOMOR ISSN: 2477-6475 10 DESEMBER, 2015

    14

    riil dan usaha produktif di masyarakat yang

    pada gilirannya bisa menopang pertumbuhan

    ekonomi daerah. Penyaluran kredit juga selalu

    tumbuh dari tahun ke tahun, sejak tahun 2009

    hingga 2013 terhitung pertumbuhan kredit

    mencapai 27,32 %. Berdasarkan jenis kredit

    yang disalurkan, kredit konsumsi memiliki

    share yang besar terhadap total kredit yang

    disalurkan, yaitu 59,02%.

    Tabel 3. Penyaluran Kredit Bank Kalsel

    Sektor Ekonomi Persentase

    Pertanian, perburuan, dan sarana

    pertanian 0,40%

    Pertambangan 1,29%

    Industri 3,18%

    Listrik, Gas, Air 5,01%

    Konstruksi 4,97%

    Perdagangan, restoran, dan hotel 12,59%

    pengangkutan, pergudangan, dan

    komunikasi 4,48%

    jasa-jasa dunia usaha 8,72%

    jasa-jasa sosial masyarakat 0,21%

    lain-lain 59,16%

    jumlah 100%

    UMKM, yang menjadi informan

    dalam penelitian ini, berada dalam sektor

    industri yang mana memperoleh 3,18% dari

    total penyaluran kredit. Ada 3 produk

    perbankan yang memiliki fokus untuk

    mendukung golongan menengah bawah dan

    mendukung UMKM, yaitu Al-Qardhul Hasan,

    Kredit Usaha Rakyat (KUR), dan Kredit BPD

    Peduli.

    Al-Qardhul Hasan merupakan

    pinjaman dana kepada nasabah tanpa imbalan

    dengan hanya mengembalikan pokok

    pinjaman secara ekaligus atau cicilan dalam

    jangka waktu tertentu, Al-Qardhul Hasan

    ditujukan bagi orang yang tidak mampu

    (fakirdan/atau miskin) untuk modal usaha

    yang berkelanjutan). KUR adalah kredit

    modal kerja dan investasi yang diberikan

    untuk usaha produktif yang feasible namun

    belum bankable dalam rangka mendukung

    pelaksanaan instruksi presiden Nomor 6 tahun

    2007.

    Kredit BPD Peduli adalah skim kredit

    yang termasuk dalam Kredit Usaha Mikro dan

    Kecil diberikan kepada usaha sebagaimana

    kriteria yang tertuang dalam UU no 20 tahun

    2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan

    Menengah. Pada tahun 2013, telah disalurkan

    KUR sebanyak Rp 8.994.000.000,- kepada 64

    orang, dan Rp 500.000.000,- kepada 1 badan

    hokum. Tahun 2014 telah disalurkan Rp

    9.145.000.000,- kepada 88 orang, dan Rp

    400.000.000,- kepada 2 badan usaha.

    Adapun menurut data yang diperoleh

    dari Pemerintah daerah Kotabaru, penyaluran

    kredit dari beberapa bank di Kabupaten

    Kotabaru besarannya berfluktuasi setiap

    bulannya. Dari data tersebut juga terlihat

    bahwa lebih dari 70% dari total kredit yang

    disalurkan digunakan sebagai kredit konsumsi

    (tabel 1).

    2.a. Lembaga Keuangan non Bank

    Lembaga keuangan non bank di

    Kabupaten Kotabaru (termasuk Kecamatan

    Pulau Laut Utara) di antaranya Pegadaian,

    Lembaga Dana Pensiun, dan Koperasi. Perum

    Pegadaian Kabupaten Kotabaru mencatat

    total penerimaan barang jaminan selama 2013

    berjumlah 15.333 jaminan atau sekitar 65

    miliar rupiah. Secara rinci dapat dilihat pada

    Tabel 2.

    Lembaga Keuangan non Bank yang

    paling dominan di antara lembaga keuangan

    lain dan menjadi informan penelitian ini

    adalah Koperasi. Kotabaru memiliki 213

    koperasi, namun hanya 148 koperasi saja

    yang masih aktif. Jenis-jenis koperasi yang

    termasuk di dalamnya di antaranya Koperasi

    Unit Desa (35 aktif, 26 tidak aktif), Koperasi

    Pondok Pesantren (1 aktif), KPRI (15 aktif,

    20 tidak aktif), Koperasi Karyawan (18 aktif,

    6 tidak aktif), Koperasi ABRI (3 aktif),

    Koperasi Serba Usaha (9 aktif, 4 tidak aktif),

    Koperasi Pasar (1 aktif, 1 tidak aktif),

    Koperasi Simpan Pinjam (6 aktif, 1 tidak

    aktif, Koperasi Angkutan (2 tidak aktif),

    Koperasi Perkebunan (10 aktif), Koperasi

    Wanita (1 aktif), Koperasi Profesi (1 aktif, 3

    tidak aktif), Koperasi Wredatama (1 tidak

    aktif), Koperasi Pensiunan ABRI (1 tidak

    aktif), Koperasi Pemuda (2 tidak aktif),

    Koperasi Tani (2 aktif), Koperasi lainnya (40

    aktif, 2 tidak aktif).

    Adapun jenis koperasi yang menjadi

    informan pada penelitian adalah jenis

    Koperasi Unit Desa, Koperasi Serba Usaha,

    Koperasi Simpan Pinjam, dan Koperasi

  • JURNAL INDONESIA STUDENT RESEARCH & SUMMIT, VOL. 1

    NOMOR ISSN: 2477-6475 10 DESEMBER, 2015

    KELOMPOK STUDI MAHASISWA EKA PRASETYA UNIVERSITAS INDONESIA 15

    Produksi. Adapun perinciannya menurut

    sektor ekonominya yaitu :

    Tabel 4. Jenis Koperasi di Kotabaru

    No Uraian jumlah 6 Jasa 9

    1 Pertanian 7 Koperasi Sekolah 5

    - Tanaman

    Pangan 1 8 Fungsional 35

    - Perkebunan 12 9

    Koperasi Unit Desa

    (KUD) 61

    - Perikanan 5 10 Koperasi Karyawan 23

    - Peternakan - 11 Koperasi Serba Usaha 13

    2 Pertambangan - 12

    Koperasi Simpan

    Pinjam 7

    3 Industri - 13 Koperasi Lainnya 42

    4 Perdagangan - Kotabaru 213

    5 Kerajinan -

    Kecamatan Pulau Laut Utara terdapat

    87 koperasi, empat diantaranya merupakan

    KUD yang mampu menyerap 503 anggota

    dan modal sendiri sebanyak Rp 237.000.000,-

    , 12 Koperasi Serba Usaha, 3 Koperasi

    Simpan Pinjam, dan 4 Koperasi Produksi.

    Lihat Tabel 1.

    Koperasi Simpan Pinjam yang cukup

    besar pengaruhnya di Kabupaten Kotabaru

    (termasuk Kecamatan Pulau Laut Utara)

    adalah Koperasi Kredit Saijaan Sejahtera.

    Koperasi ini adalah koperasi yang jumlah

    anggotanya terbanyak di Kabupaten

    Kotabaru, yaitu 1814 orang. Dengan total

    simpanan Rp 10.922.793.000,- , volume

    usaha Rp 11.530.763.000,- , dan Sisa Hasil

    Usaha Rp 260.731.000,- . Koperasi ini

    menawarkan 8 produk berbentuk simpanan,

    dan 6 produk pinjaman yaitu :

    1. Pinjaman Produktif (suku bunga 1,4 % - 2,3 %)

    2. Pinjaman Konsumtif (suku bunga 1,4 % - 2,3 %)

    3. Pinjaman Perdagangan (suku bunga 1,4 % - 2,3 %)

    4. Pinjaman investasi (suku bunga 1,4 %) 5. Pinjaman Perumahan (suku bunga 1,4 % -

    1,7 %)

    6. Pinjaman Darurat (suku bunga 1,4 % - 2,3 %)

    Menurut Manager Koperasi Kredit Saijaan

    Sejahtera, Lingga, jenis pinjaman yang paling

    sering dan paling banyak diakses oleh

    anggota koperasi adalah Pinjaman Konsumtif.

    Koperasi lainnya yang menjadi informan

    adalah Koperasi Unit Desa Karya Lestari,

    Koperasi Nelayan Nusantara, dan Koperasi

    Simpan Pinjam Berkah. Ketiganya berlokasi

    di desa Sarang Tiung, desa yang sangat

    potensial akan hasil ikan tangkapnya namun

    lokasinya cukup jauh dari pusat kota.

    Pemilihan Desa Sarang Tiung karena desa ini

    adalah Desa Inovasi Nelayan pertama di Indonesia. Kementerian Riset dan Teknologi

    dengan Yayasan BISMA. Muhammad Mastri,

    adalah kepala KUD Karya Lestari, satu-

    satunya kepala koperasi yang dapat ditemui

    dari 3 koperasi tersebut. Menurut informasi

    yang kami peroleh, Koperasi Simpan Pinjam

    Berkah sudah lama tidak beroperasi, dan sulit

    untuk menemui para pengurusnya. Begitu

    pula dengan Koperasi Nelayan Nusantara.

    Koperasi ini didirikan pada bulan September

    2014, yaitu pada saat sosialisasi Desa Inovasi Nelayan. Akan tetapi, warga masih belum mengetahui kegiatan utama dari

    koperasi tersebut. Kepala Desa Sarang Tiung

    juga mengatakan bahwa kepengurusan dua

    koperasi tersebut sedang dipertanyakan.

    KUD Karya Lestari merupakan KUD

    yang kegiatan utamanya berada di sektor jasa.

    Beberapa tahun sebelumnya, koperasi ini

    beranggotakan 86 orang. Akan tetapi karena

    terjadi krisis kepengurusan dan pertikaian

    antar pengurus, maka terjadilah penurunan

    kinerja koperasi. Oleh karena kasus itu pula,

    masyarakat Sarang Tiung mengalami krisis

    kepercayaan kepada KUD Karya Lestari dan

    koperasi lainnya. Kini KUD ini memiliki 20

    anggota yang diharuskan untuk membayar Rp

    50.000,- sebagai simpanan pokok dan Rp

    25.000,- per bulan sebagai simpanan wajib.

    b. UMKM Pengolahan Ikan di Pulau Laut Utara

    Menurut data Dinas Perindustrian

    Kotabaru, di Kecamatan Pulau Laut Utara

    terdapat 15 UMKM Pengolahan Ikan, Lihat

    Tabel 3. Dua dari 15 UMKM pengolahan ikan

    pada tabel tersebut, yaitu UMKM Saijaan dan

    UMKM Gemilang merupakan penerima dana

    PUMP atau Pengembangan Usaha Dana

  • THE BLUE ECONOMY DOMINO EFFECT: ENHANCING OUR COMPETITIVENESS TOWARDS GLOBAL MARKET

    NOMOR ISSN: 2477-6475 10 DESEMBER, 2015

    16

    Pedesaan, yaitu sebuah program hibah

    Kementerian Kelautan dan Perikanan. PUMP

    merupakan bagian dari pelaksanaan PNPM

    Mandiri yang bertujuan untuk

    penanggulangan kemiskinan dan penciptaan

    lapangan kerja di pedesaan (Perpres 15/2010,

    Klaster II). Besaran dana yang diterima oleh

    UMKM di Pulau Laut Utara yaitu Rp

    50.000.000,- . Empat dari 15 UMKM pada

    table tersebut pada tahun 2015 ini sudah tidak

    lagi beroperasi dikarenakan hambatan pada

    proses regenerasi manajemen usaha, dan

    adapuka karena mengalami kerugian.

    Menurut data Dinas Kelautan dan

    Perikanan Kabupaten Kotabaru, terdapat 9

    UMKM pengolahan ikan di Kecamatan Pulau

    Laut Utara. UMKM ini tidak tercantum

    datanya di Dinas Perindustrian. Menurut

    dinas yang terkait hal tersebut dikarenakan

    kegiatan usaha mereka yang berupa

    pengeringan ikan dan pembersihan, pengemasan, dan pemasaran tidak dianggap sebagai salah satu kegiatan pengolahan ikan

    yang datanya dapat dicantumkan di Dinas

    Perindustrian. Adapun UMKM ini tercantum

    dalam data Dinas Kelautan dan Perikanan

    Kabupaten Kotabaru karena UMKM-UMKM

    ini merupakan penerima dana PUMP. Satu

    dari 9 UMKM tersebut yaitu UMKM Sea Food sudah tidak beroperasi karena kegagalan manajemen usaha. Lihat Tabel 4.

    Adapun 5 UMKM sebagai narasumber

    pada penelitian ini berdasarkan arahan dari

    Dinas Koperasi, UKM, dan Perindustrian dan

    Dinas Kelautan dan Perikanan, yaitu UMKM

    Lidya, UMKM Meilan, UMKM Amplang

    Saijaan, UMKM Bamega, dan UMKM Sinar

    Laut lestari.

    Menurut dinas terkait, UMKM Lidya

    adalah UMKM pengolah ikan yang terbesar

    di Pulau Laut Utara, bahkan di Kotabaru.

    Akan tetapi, saat melakukan observasi dan

    wawancara, diperoleh informasi bahwa

    UMKM ini hanya beroperasi 3 hari dalam

    seminggu karena cuaca buruk yang

    menyebabkan pasokan ikan (bahan baku)

    berkurang. Selain itu juga dikarenakan

    regenerasi pimpinan usaha.

    UMKM Lidya didirikan oleh Samsul

    Bahri yang awalnya merupakan seorang PNS

    yang bermodalkan nekad dalam merintis usahanya. Kini beliau sudah berusia lanjut

    sehingga digantikan oleh adik bungsunya,

    Ismed. Pada awal berdiri, UMKM Lidya

    hanya mampu memproduksi 200 kg. Namun

    sekarang telah mampu memproduksi ribuan

    kg dengan omzet Rp 20.000.000,- per hari.

    Saat mendirikan UMKM ini, Samsul

    menghabiskan dana sebesar Rp 10.000.000,-

    yang berasal dari tabungannya dan pinjaman

    dari Bank Kalsel.

    Selama masa pengembangan

    UMKMnya, Samsul sering membuat proposal

    peminjaman dana kepada beberapa BUMN

    seperti PT.PLN dan PT.Telkom. Ia juga

    pernah mendapat bantuan alat produksi dari

    Dinas Kelautan dan Perikanan berupa alat

    press kemasan dan Freezer. Mengenai akses

    modal usahanya, Samsul mengatakan bahwa

    ia lebih menyukai menggunakan uang

    pribadinya dan meminjam kepada BUMN. Ia

    termasuk orang yang kurang berminat untuk

    mengakses modal usaha dari perbankan

    karena bunganya relatif lebih tinggi dibanding

    bunga pinjaman dari BUMN yang hanya 2 %

    - 5% pertahun. Setiap dua tahun sekali ia rutin

    meminjam kepada PT.Telkom sebesar Rp

    75.000.000,- . Alasan lain yang membuatnya

    kurang berminat untuk meminjam, yaitu

    tuntutan pihak Bank dalam memberi

    persyaratan agunan, dan tuntutan Bank dalam

    memeriksa Laporan Keuangan Usahanya.

    Kelemahan terbesar yang dimiliki oleh

    usahanya adalah kemampuan pembukuan

    yang masih sangat minim, bahkan biasanya ia

    melakukan penghitungan laba dan rugi

    menggunakan hitung-hitungan kasar per hari.

    Kelemahannya dalam pembukuan ini

    berdampak pada keengganannya meminjam

    ke Bank.

    UMKM Amplang Saijaan 2 adalah

    UMKM yang merupakan cabang dari UMKM

    Saijaan. Awalnya UMKM Saijaan merupakan

    kelompok penerima dana PUMP, yang mana

    Eny Rosita sebagai ketua kelompoknya.

    Beberapa tahun kemudian, tepatnya pada

    tahun 2005, anak perempuan dari Eny Rosita,

    Fatmaraga mendirikan UMKM Amplang

    Saijaan 2 karena UMKM Saijaan yang

  • JURNAL INDONESIA STUDENT RESEARCH & SUMMIT, VOL. 1

    NOMOR ISSN: 2477-6475 10 DESEMBER, 2015

    KELOMPOK STUDI MAHASISWA EKA PRASETYA UNIVERSITAS INDONESIA 17

    dikelola oleh Eny Rosita dan rekan-rekannya

    mengalami krisis regenerasi usaha.

    Modal yang digunakan untuk

    mendirikan UMKM Saijaan 2 sebanyak 50%

    berasal dari modal pribadi dan 50 % dari

    pinjaman bank. Bank yang menjadi mitra

    kredit modalnya pada saat itu adalah Bank

    BRI 30%, dan Bank BNI 20%, serta Bank

    Kalsel 50%. UMKM ini pernah memperoleh

    bantuan alat pemisah daging (Desember

    2014) dan Neon Box / Plang Usaha (Juli

    2015) dari Bank Indonesia karena Patmaraga

    membuat proposal pengajuan bantuan modal.

    Berbeda dengan Samsul dari UMKM Lidya,

    Patmaraga memiliki niat untuk kelak

    mengakses kredit modal lagi dari bank untuk

    ekspansi usahanya. Menurutnya, laba Rp

    15.000.000,- per bulan yang ia peroleh saat

    ini mampu ia kembangkan menjadi berkali

    lipat dengan tambahan modal dari pinjaman

    bank. Akan tetapi untuk saat ini niatnya

    tersebut masih belum dapat ia wujudkan

    karena ia merasa ada kendala dari sisi

    supplier bahan baku (ikan) di daerah Pulau

    Laut itu sendiri.

    Sedangkan UMKM Meilan adalah

    UMKM yang terbuka terhadap akses modal

    dari pinjaman bank maupun lembaga

    keuangan lain. Akan tetapi UMKM ini kurang

    berminat untuk membuat proposal pengajuan

    bantuan hibah kepada pemerintah. Bahkan

    menurut keterangan Kepala Seksi P2HP

    Dinas Kelautan dan Perikanan Kotabaru,

    UMKM Meilan ini selalu menolak untuk

    diberikan hibah alat produksi dari pemerintah.

    Pemilik UMKM ini merasa usahanya telah

    mandiri sehingga mampu memenuhi

    kebutuhan pendanannya sendiri.

    UMKM Bamega adalah UMKM yang

    sangat terbuka terhadap hibah dari

    pemerintah. UMKM ini juga pernah

    menerima alat press kemasan dari Bank

    Indonesia pada Desember 2014. Akan tetapi,

    UMKM ini kurang berminat terhadap kredit

    modal dari bank karena merasa kurang siap

    dalam mengajukan agunan.

    UMKM yang terakhir adalah UMKM

    Sinar Laut Lestari. UMKM ini berada di Desa

    Sarang Tiung. UMKM ini adalah salah satu

    penerima dana PUMP. Akan tetapi, ketika

    akan dilakukan observasi, ternyata UMKM

    ini sedang tidak beroperasi karena cuaca

    ombak besar. Kepala Desa Sarang Tiung,

    Abdul Mulud, mengatakan bahwa UMKM ini

    hanya beroperasi di saat cuaca dan kondisi

    ombak sudah membaik. Biasanya ikan kering

    yang dihasilkan oleh UMKM ini langsung

    dijual kepada pengepul, sistemnya seperti

    pasar monopsony. Pengepul memiliki

    bargaining power yang lebih kuat dibanding

    dengan masyarakat Desa Sarang Tiung yang

    mengelola UMKM tersebut. Pendanaan

    UMKM ini hanya bertumpu pada hasil

    penjualan, dan hibah dari pemerintah.

    Pengelola UMKM ini belum memiliki niat

    untuk ekspansi maupun meminjam uang ke

    bank. Kemudian, semangat masyarakat untuk

    mengelola UMKM ini cenderung kecil,

    terlihat dari sistem manajemennya yang

    belum baik dan tidak melakukan pembukuan

    arus keuangan. Hal ini sangat disayangkan

    karena UMKM ini berasal dari salah satu desa

    penghasil ikan tangkap terbesar di Kabupaten

    Kotabaru, dan merupakan desa dengan jumlah

    pemilik bagan terbanyak.

    Pembahasan

    1. Keuangan Inklusif dalam Mendukung

    Pemanfaatan Potensi Kabupaten

    Kotabaru, khususnya Pulau Laut Utara

    Kotabaru adalah daerah yang memiliki

    kekayan alam yang melimpah. Selain

    kawasan perikanan, Kabupaten Kotabaru juga

    memiliki potensi sebagai kawasan

    hortikultura yang tersebar di seluruh wilayah

    kecamatan. Menurut data Badan Pusat

    Statistik Kabupaten Kotabaru, inflasi yang

    terjadi pada bahan makanan sebesar 0,44%,

    makanan dan minuman jadi 0,18%, sandang

    2,16%, pendidikan 0,72%, kesehatan 0,36% ,

    yang mana angka-angka tersebut kurang dari

    4%. Inflasi yang kurang dari 4% justru

    dibutuhkan untuk merangsang pertumbuhan

    ekonomi.

    Menurut Hadriansyah, Kabid.Statistik,

    Penelitian, dan Pengembangan Badan

    Perencanaan Pembangunan Daerah, inflasi

    yang terkendali tersebut disebabkan oleh

    sektor produksi (supply) yang mampu

  • THE BLUE ECONOMY DOMINO EFFECT: ENHANCING OUR COMPETITIVENESS TOWARDS GLOBAL MARKET

    NOMOR ISSN: 2477-6475 10 DESEMBER, 2015

    18

    mengimbangi kebutuhan masyarakat

    (demand). Beliau juga menambahkan bahwa

    di Kotabaru sendiri tidak terjadi kelangkaan

    BBM. Menurutnya, selama ini tingkat harga

    BBM tidak memiliki andil yang besar dalam

    mempengaruhi inflasi di Kotabaru. Akan tetapi, terjadi deflasi pada kelompok komoditi

    jasa keuangan sebesar 0,18% di bulan

    Februari 2015, dan sebesar 0,04% di bulan

    April 2015. Menurut Hadriansyah, hal ini

    disebabkan oleh rendahnya minat dan

    keterlibatan masyarakat dalam sektor jasa

    keuangan. Pada kenyatannya, beberapa daerah

    di Kabupaten Kotabaru telah memiliki akses

    yang baik terhadap sektor jasa keuangan.

    Di Indonesia, sektor konsumsi merupakan

    salah satu sektor penyumbang pertumbuhan

    ekonomi terbesar. Oleh karena itu, penyaluran

    kredit oleh perbankan di Kotabaru untuk

    kegiatan konsumsi masyarakat tentunya

    memiliki dampak positif. Akan tetapi,

    menjadi kekhawatiran apabila terdapat

    kesenjangan yang cukup besar antara kredit

    konsumsi dengan kredit investasi/kredit

    produksi. Apalagi jika kredit konsumsi

    tersebut lebih dari 70% dari total kredit.

    Kenaikan kredit konsumsi yang tidak

    terkendali dikhawatirkan dapat mengganggu

    stabilitas keuangan (financial stability) daerah

    yang bersangkutan.

    2. Inklusi Keuangan tanpa Literasi Keuangan yang Tepat hanya Angan

    Inklusi keuangan merupakan hak setiap

    orang untuk memiliki akses dan layanan

    penuh dari lembaga keuangan secara tepat

    waktu, nyaman, informatif, dan terjangkau

    biayanya. Inklusi keuangan memiliki tiga

    pendekatan dalam pelaksanaannya, salah

    satunya adalah financial responsible, yaitu

    edukasi keuangan dan perlindungan

    konsumen. Penerapan inklusi keuangan tidak

    akan optimal apabila tanpa adanya literasi

    keuangan. Hal ini terjadi pada Pulau Laut

    Utara.

    Masyarakat Pulau Laut Utara yang

    memiliki UMKM belum mengetahui tentang

    inklusi keuangan. Selain itu, anggota layanan

    non Bank (koperasi) yang mana juga ikut

    berperan dalam penerapan inklusi

    keuanganpun belum cukup pengetahuan

    terhadap penerapan inklusi keuangan.

    Akibatnya, beberapa UMKM tidak dapat

    memanfaatkan akses layanan keuangan untuk

    pengembangan usahanya.

    Pemerintah telah berusaha untuk

    memberikan edukasi keuangan kepada

    masyarakat melalui layanan keuangan

    perbankan atas dasar program Otoritas Jasa

    Keunagan (OJK). Namun, hasil penelitian

    menunjukkan masih ada masyarakat yang

    menolak menggunakan jasa keuangan. Hal ini

    menjadi evaluasi bagi pihak pemerintah dan

    pihak yang memberikan edukasi untuk

    memberikan edukasi dengan cara yang tepat,

    yaitu melalui pendekatan kultural. Beberapa

    informan mengatakn bahwa tidak

    menggunakan layanan perbankan akibat

    adanya bunga dan faktor budaya lain yang

    memengaruhi masyarakat terhadap pilihan

    penggunaan jasa keuangan perbankan.

    3. Urgensi Sinergisme Birokrasi yang Sederhana dengan Inklusi Keuangan Berdasarkan hasil penelitian,

    permasalahan yang menghambat penggunaan

    jasa keuangan bagi masyarakat adalah

    birokrasi yang dianggap rumit. Peran inklusi

    keuangan, seharusnya bukan hanya mampu

    mengenalkan produk dan layanan keuangan,

    tetapi juga mampu berintegrasi dengan aspek

    lain yang terkait dalam akses keuangan dari

    pihak-pihak terkait. Khusus untuk kasus ini,

    penerapan inklusi keuangan sebaiknya

    disertai juga dengan pengembangan dan

    pembinaan bisnis (UMKM) baik dari segi

    keterampilan pembukuan, bimbingan

    pembuatan perijinan usaha, konsultasi bisnis,

    dan strategi produksi.

    Bank dan koperasi memberikan program

    edukasi keuangan dan edukasi bisnis, baik

    yang targetnya bapak-bapak, ibu-ibu, remaja,

    maupun anak-anak. Ini juga berfungsi untuk

    memperbaiki citra LK itu sendiri. Pemerintah

    terkait memberikan kemudahan dalam

    pembentukan surat ijin usaha. Akademisi

    mengadakan kegiatan pengabdian masyarakat

    untuk membantu memperbaiki sistem

    manajemen UMKM seperti pengembangan

    SDM, mengevaluasi dan mengembangkan

  • JURNAL INDONESIA STUDENT RESEARCH & SUMMIT, VOL. 1

    NOMOR ISSN: 2477-6475 10 DESEMBER, 2015

    KELOMPOK STUDI MAHASISWA EKA PRASETYA UNIVERSITAS INDONESIA 19

    operasional produksi, manajemen pemasaran

    dan manajemen keuangannya. Dinas KKP

    terus menggalakkan program pengiriman

    SDM untuk pelatihan, dan dana PUMP

    kepada nelayan untuk membeli peralatan dan

    kapal nelayan yang teknologinya lebih

    canggih untuk berlayar pada musim ombak

    besar. Karena nelayan adalah pemasok bahan

    baku dari UMKM pengolahan ikan,

    sinergisitasnya sangat urgen dibutuhkan. Oleh

    karena itu, integrasi inklusi keuangan ini

    membutuhkan sinergisme dari pemerintah

    pusat maupun pemerintah setempat terkait,

    lembaga keuangan yang ada di Kotabaru,

    serta peran para akademisi agar UMKM

    Pulau Laut Utara dapat berkembang dna

    mampu meningkatkan taraf perekonomian.

    E. SARAN Berdasarkan hasil penelitian, berikut adalah

    rekomendasi yang dapat diberikan baik untuk

    masyarakat, akademisi, maupun pemerintah.

    1. Merubah paradigma masyarakat untuk stagnan dan mulai melakukan ekspansi

    UMKM. Hal ini berdasarkan pada

    peluang dan potensi usaha yang sangat

    baik bagi Kotabaru maupun Pulau Laut

    Utara.

    2. Peran dinas lingkungan bagi UMKM Pengolahan Ikan agar aspek produksi dan

    operasi UMKM bersifat ramah

    lingkungan.

    3. Diversifikasi produk olahan ikan bagi masyarakat dan UMKM di Pulau Laut

    Utara, Kotabaru. Diversifikasi produk

    perlu dilakukan untuk mengembangkan

    peluang usaha karena 90% usaha di Pulau

    Laut Utara merupakan usaha amplang dan

    kerupuk.

    4. Pemberian pelatihan oleh P2HP dan Mahasiswa untuk pengembangan produk

    usaha UMKM di Pulau Laut Utara.

    5. Edukasi keuangan dengan pendekatan kultural masyarakat setempat.

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Ucapan terima kasih diberikan kepada

    dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis

    Universitas Indonesia yang sudah

    membimbing pembuatan dan penyelesaian

    penelitian ini. Kami juga mengucapkan terima

    kasih kepada pemerintah daerah dan juga

    masyarakat Kotabaru serta teman-teman

    Kelompok Studi Mahasiswa Eka Prasetya UI.

    REFERENSI z

    Badan Pusat Statistik. (2014). Produksi Perikanan

    Tangkap Menurut Provinsi dan Jenis

    Penangkapan 2000-2013.

    http://www.bps.go.id/Subjek/view/id/56#subj

    ekViewTab3|accordion-daftar-subjek3

    Bank Indonesia. (2014). Keuangan Inklusif.

    http://www.bi.go.id/id/perbankan/keuanganin

    klusif/Indonesia/Contents/Default.aspx

    Creswell, J. W. (2003). Research design:

    qualitative, quantitative, and mixed

    approaches (2nd ed.). Thousand Oaks, CA:

    Sage Publications, Inc

    Global Financial Development Report. (2014).

    Financial Inclusion. Washington DC: World

    Bank.

    Iberahim. (2013). Upaya Pemernitah Kabupaten

    Kotabaru dalam Pengentasan Kemiskinan

    Masyarakat Nelayan di Kecamatan Pulau Laut

    Utara. Jurnal Ilmu Politik & Pemerintahan

    Lokal

    Vol 2, No 2.

    Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara).

    (2014). Temu Akbar Nelayan Indonesia.

    http://www.kiara.or.id/temu-akbar-nelayan-

    indonesia-2015/

    Muhamad, SV. (2014). Indonesia Menuju Poros

    Maritim Dunia. Hubungan Internasional, Vol.

    VI, No. 21/I/P3DI.

    http://berkas.dpr.go.id/pengkajian/files/info_si

    ngkat/Info%20Singkat-VI-21-I-P3DI-

    November-2014-7.pdf

    Pemerintah Daerah Kotabaru. Lambang Daerah

    Kotabaru.

    http://setda.ppidkotabarukab.info/wp-

    content/uploads/2015/04/NOMOR-04-

    TAHUN-2010-PERDA-LAMBANG-

    DAERAH.pdf

    Pujayanti, A. (2011). Budaya Martim, Geo-Politik

    dan Tantangan Keamanan Indonesia. diakses

    dari

    http://berkas.dpr.go.id/pengkajian/files/buku_l

    intas_tim/buku-lintas-tim-3.pdf pada 5 Juni

    2015

  • THE BLUE ECONOMY DOMINO EFFECT: ENHANCING OUR COMPETITIVENESS TOWARDS GLOBAL MARKET

    NOMOR ISSN: 2477-6475 10 DESEMBER, 2015

    20

    Quick Assesment Pelaksanaan Program

    Pengembangan Poros Maritim: Studi Kasus PUMP (Pengembangan Usaha Mina

    Pedesaan) di Desa Sarang Tiung, Kalimantan

    Selatan

    Oriza Sativa Departemen Sastra Prancis, Universitas Indonesia

    Lintang Rahayu Departemen Psikologi, Universitas Indonesia

    Firda Amalia Departemen Akuntansi, Universitas Indonesia

    Startian Bonata Departemen Geografi, Universitas Indonesia

    Tri Nopiyanto Departemen Ilmu Politik, Universitas Indonesia

    Nesita Anggraeni Departemen Ilmu Hukum, Universitas Indonesia

    ABSTRAK. Pada masa pemerintahan Jokowi, Kotabaru diproyeksikan menjadi poros

    maritim Indonesia. Sebelas kementrian bekerja sama dengan membentuk Program

    Peningkatan Kesejhateraan Nelayan (PKN). Salah satu program yang digagas oleh

    Kementerian Kelautan dan Perikanan adalah Program PUMP (Pengembangan Usaha Mina

    Pedesaan) dibidang perikanan tangkap. Program ini dimplementasikan di Desa Sarang

    Tiung, Kotabaru, Kalimantan Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan

    gambaran mengenai bagaimana pengimplementasian program PUMP (Program Usaha

    Mina Pedesaan) tahun 2011-sekarang dan persepsi masyarakat terhadap program tersebut.

    Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan luaran berupa saran yang terkait dengan

    program PUMP bagi pemerintah Kotabaru. Menggunakan metode kualitatif dengan cara

    in depth interview, penelitian menghasilkan 2 masalah besar dalam pengimplementasian

    PUMP, yaitu masalah kesesuaian program dengan kebutuhan masyarakat nelayan desa

    Sarang Tiung, dan kebermanfaatan dana bagi kelompok penerima. Sehingga, dapat

    disimpulkan bahwa pemberian dana bantuan PUMP masih belum efektif untuk membantu

    perekonomian nelayan tangkap di Desa Sarang Tiung.

    KATA KUNCI: Kotabaru, PUMP, bagan, Sarang Tiung

  • JURNAL INDONESIA STUDENT RESEARCH & SUMMIT, VOL. 1

    NOMOR ISSN: 2477-6475 10 DESEMBER, 2015

    KELOMPOK STUDI MAHASISWA EKA PRASETYA UNIVERSITAS INDONESIA 21

    A. PENDAHULUAN Kota Baru merupakan wilayah kabupaten

    yang memiliki produksi perikanan tertinggi

    di provinsi Kalimantan Selatan dengan hasil

    produksi perikanan laut pada tahun 2013

    mencapai 56.848 ton, produksi budidaya

    perikanan 2.426 ton, dan juga perikanan darat

    yang mencapai 15.662 ton hasil perikanan

    darat, 14.435 ton hasil budidaya air payau

    (BPS Kalsel, 2014).

    Kementrian Kelautan dan Perikanan

    mencetuskan program PKN (Peningkatan

    Kesejahteraan Nelayan) pada tahun 2011 di

    Kotabaru. Program PKN ini dilaksanakan

    bersama 11 Kementerian/lembaga terkait

    lainnya untuk menindaklanjuti Keppres No 11

    tahun 2011 tentang Tim Koordinasi

    Peningkatan dan Perluasan Program Pro-

    rakyat sebagai bentuk dari penguatan

    ekonomi nelayan (sp.beritasatu.com, Juli

    2015). Program PKN menyasar

    pengembangan kapasitas skala usaha nelayan,

    pembudidaya ikan dan masyarakat perikanan

    lainnya melalui pengembangan usaha rumah

    tangga ke arah usaha industri, dan

    meningkatkan pengolahan serta pemasaran

    hasil kelautan dan perikanan. Pada

    pelaksanannya, program-program seperti

    pembangunan rumah sangat murah bagi

    nelayan, pekerjaan alternatif dan tambahan

    bagi keluarga nelayan, bantuan langsung

    masyarakat berupa skema usaha menengah

    kecil (UMK) dan kredit usaha rakyat (KUR),

    termasuk pembangunan fasilitas sekolah dan

    pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) serta

    fasilitas bank rakyat akan disinergikan dengan

    stakeholder terkait (kkp.go.id). Program PKN

    telah dilakukan di berbagai daerah pesisir di

    seluruh Indonesia, sehingga menargetkan bisa

    membenahi sebanyak 2.834 daerah pesisir

    (sp.Beritasatu.com, Juli 2015).

    Program PKN merupakan bentuk

    kebijakan desentralisasi, karena merupakan

    program nasional yang kemudian wewenang

    serta pelaksanaannya diserahkan ke

    pemerintah daerah. Sehingga pendanaan

    program ini menggunakan APBD yang

    berasal dari ADK (Alokasi Dana Khusus)

    pemerintah pusat serta dana dari daerah itu

    sendiri.

    Dalam kegiatan pencanangan program

    PKN di Kota Baru ini, Kementrian Kelautan

    dan Perikanan (KKP) bersama K/L anggota

    Pokja memberikan stimulus bantuan sosial

    kepada masyarakat nelayan setempat. Adapun

    KKP memberikan bantuan langsung di sub

    sektor bidang perikanan tangkap, perikanan

    budidaya, dan pengolah hasil pemasaran.

    Dicanangkannya Kotabaru sebagai

    kawasan program PKN karena wilayah

    perairan laut di Kotabaru, memiliki potensi

    unggulan yang dapat dimanfaatkan untuk

    pengembangan perikanan (kkp.go.id, Juli

    2015). Nilai produksi perikanan laut

    sepanjang tahun 2013 mencapai Rp. 1 061

    919 000 000 dengan produksi perikanan laut

    sebesar 56 848,2 ton pada tahun 2013 (BPS

    Kalsel, 2014). Jika dibandingkan dengan

    kabupaten dan kota lainnya di Provinsi

    Kalimantan Selatan, Kotabaru merupakan

    kabupaten dengan nilai produksi perikanan\

    laut tertinggi. Namun, Kabupaten Kotabaru

    yang memiliki luas wilayah 9.422,46 m2 yang

    terdiri dari 21 kecamatan dan 202

    desa/kelurahan sedang berfokus untuk

    menurunkan angka kemiskinan. Kotabaru

    memiliki geografis yang sulit karena

    merupakan daerah pesisir yang masih terbatas

    fasilitas dan infrastrukturnya. Salah satunya

    adalah Desa Sarang Tiung yang terletak di

    Kecamatan Pulau Laut Utara.

    Desa Sarang Tiung telah menerima

    bantuan hibah PUMP (Pengembangan Usaha

    Mina Pedesaan) di bidang perikanan tangkap

    sebesar 100juta/per kelompok. Berdasarkan

    data dari Dinas Perikanan dan Kelautan

    Kotabaru pada tahun 2011 sebanyak 3

    kelompok menerima dana hibah sebesar 100

    juta. Pengelolaan dana diserahkan sepenuhnya

    kepada kelompok yang telah menerima dana

    hibah dibantu dengan 1 orang pendamping

    dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kotabaru.

    Berdasarkan pemaparan di atas, penelitian

    ini akan memberikan gambaran mengenai

    pengimplementasian program PUMP. Selain

    itu peneliti juga ingin mengetahui persepsi

    masyarakat terhadap program PUMP yang

    telah berjalan di Desa Sarang Tiung sejak

    2011. Penelitian ini diharapkan dapat

    menghasilkan luaran berupa saran yang

  • THE BLUE ECONOMY DOMINO EFFECT: ENHANCING OUR COMPETITIVENESS TOWARDS GLOBAL MARKET

    NOMOR ISSN: 2477-6475 10 DESEMBER, 2015

    22

    terkait dengan program PUMP bagi

    pemerintah Kotabaru

    B. TINJAUAN PUSTAKA

    1. PUMP (Pengembangan Usaha Mina Pedesaan)

    Program Pengembangan Usaha Mina

    Pedesaan (PUMP) ini merupakan salah satu

    bagian dari program Program Kesejahteraan

    Nelayan (PKN). Program PUMP berada

    dibawah koordinasi Kementerian Kelautan

    dan Perikanan, khususnya Direktorat

    Perikanan Tangkap, serta ad