IMPLEMENTASI PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI DITINJAU DARI
INTELLIGENCE QUOTIENT (IQ)
Oleh :
Ida Bgs Nym Semara Putera
ABSTRAK
Semara Putera, Ida. Bagus Nyoman, 2012. Implementasi Problem Based Learning (PBL) Terhadap Hasil Belajar Biologi SMA Ditinjau dari Intelligence Quotien ( IQ) . Tesis Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja Tesis ini sudah dikoreksi dan diperiksa oleh: Pembimbing : ( I ) Prof. Dr. Putu Budi Adnyana, M.Si ( II ) Dr. I Gusti Agung Nyoman Setiawan, M.Si Kata-kata kunci : Problem Based Learning, , IQ
hasil belajar Biologi Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis implementasi problem based learning terhadap hasil belajar biologi SMA ditinjau dari IQ. Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Ubud dengan menggunakan rancangan Post Test Only Control Group Design. Sampel penelitian berjumlah 84 orang yang dipilih dengan menggunakan teknik Random Sampling. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan analisis varians (ANAVA) dua jalur melalui uji F dan dilanjutkan dengan uji Tukey. Hasil penelitiannya adalah : (1) secara keseluruhan, hasil belajar Biologi siswa yang belajar dengan model pembelajaran problem based learning lebih tinggi daripada siswa yang belajar dengan model pembelajaran langsung (FA = 4,36 dengan p < 0,05), (2) untuk siswa yang memiliki IQ tinggi, hasil belajar Biologi siswa yang belajar dengan model pembelajaran problem based learning lebih tinggi daripada siswa yang belajar dengan model pembelajaran langsung (F = 25,96 dengan p < 0,05), (3) untuk siswa yang memiliki IQ rendah, hasil belajar Biologi siswa yang belajar dengan model pembelajaran langsung lebih tinggi daripada siswa yang belajar dengan model pembelajaran problem based learning (F = 24,72 dengan p < 0,05), dan (4) terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran dengan IQ terhadap hasil belajar Biologi siswa (FAB = 4,35 dengan p < 0,05).
Dari hasil temuan penelitian, disimpulkan bahwa implementasi problem based learning berpengaruh terhadap hasil belajar Biologi ditinjau dari IQ pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Ubud. Penelitian ini memberikan implikasi antara lain : 1) model pembelajaran problem based learning merupakan model pembelajaran yang perlu dipertimbangkan untuk dilaksanakan dalam proses pembelajaran Biologi, dan 2) penerapan model pembelajaran problem based learnin hendaknya mempertimbangkan tingkat keterampilan IQ siswa.
ABSTRACT
Semara Putera, Ida Bagus Nyoman, the Implementation of Problem Based Learning (PBL) toward Biology Learning Achievement viewed from Intelligence Quotien (IQ). Thesis of Science Educational Study Program, Post Graduate Program, Ganesha Educational University, Singaraja. Councilors : ( I ) Prof. Dr. Putu Budi Adnyana, M.Si ( II ) Dr. I Gusti Agung Nyoman Setiawan, M.Si Key words : Problem Based Learning, IQ Biology Learning Achievement This study is aimed at finding out and analyzing the implementation of Problem Based Learning toward Biology Learning Achievement of high school students viewed from IQ. This research was conducted in science class XI of SMA Negeri 1 Ubud using Post Test Only Control Group Design. The research samples were 84 students selected using Random Sampling Technique. The data obtained was processed by using Two Path Varians Analysis (ANAVA) and followed up by Tukey test. The result of the study shows the followings : (1) On the whole, Biology Learning Achievements of students studying using Problem Based learning Instructional model is higher than those of students studying using direct instructional model(FA = 4,36 at p
kualitas dibidang pendidikan. Diperlukan peningkatan dan pengembangan sikap
kompetitif SDM melalui pendidikan (Sadia, 2008). Dalam sistem pendidikan, guru
merupakan salah satu komponen sistem yang menempati posisi sentral. Betapapun
baiknya program pendidikan yang dikembangkan oleh para ahli, apabila guru tidak dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik, maka pelaksanaan dan hasil belajarnya menyimpang
dari tujuan. Guru memegang peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran
biologi (Nuryani, 2005).
Dengan diberlakukannya KBK dan kemudian menjadi KTSP, maka diperlukan
perubahan paradigma dalam pembelajaran. Beberapa paradigma yang diperlukan yang
diadaptasikan dari Arnyana (2006), yaitu: (1) dari peran guru sebagai sumber
pengetahuan menjadi kawan belajar, (2) dari belajar berdasarkan fakta menuju berbasis
masalah atau proyek, (3) dari kebiasaan mengulang dan latihan menuju perencanaan dan
penyelidikan. Upaya-upaya yang telah ditempuh tersebut ternyata belum memberikan dampak
positif terhadap peningkatan kuantitas maupun kualitas pendidikan. Hal ini tampak dari
perolehan Nilai Ujian Akhir Nasional (NUAN) dan Nilai Ujian Akhir Sekolah (NUAS) IPA
sekolah menengah atas (SMA) dari tahun ke tahun masih belum memenuhi standar nasional.
Kita ketahui bersama bahwa hasil NUAN adalah salah satu indikator yang mudah dilihat oleh
masyarakat luas untuk digunakan sebagai acuan tentang keberhasilan pendidikan di Indonesia.
Berdasarkan permasalahan tersebut penulis tertarik untuk meneliti salah satu
model pembelajaran yaitu: model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based
Learning) dengan melihat IQ (Intelligence Quotient).
Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini, hasil dari penelitian
memberikan sumbangan terhadap perkembangan kasanah pengetahuan yang berhubungan
dengan penerapan model pembelajaran dalam proses pembelajaran di kelas secara umum dan
pada pembelajaran biologi pada khususnya.
Selain menambah kasanah pengetahuan akademik, hasil penelitian ini dapat menjadi masukan
yang berharga bagi para guru, khususnya guru mata pelajaran biologi dalam menerapkan model
pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang diajarkan dengan memperhatikan
kemampuan berpikir kritis siswa dalam upaya mengembangkan kemampuan siswa dalam belajar
biologi. Pengaruh model problem based learning terhadap hasil belajar biologi dapat diterapkan
dalam proses pembelajaran sesuai tuntutan kurikulum sebagai upaya mengembangkan
kemampuan siswa.
B. METODE PENELITIAN
Dilihat dari fokus masalah dan kaitan antar variabel yang dilibatkan maka penelitian ini termasuk
dalam katagori penelitian eksperimen. Hal ini didasari oleh karena penelitian ini: 1) bertujuan untuk
menguji hubungan kausal antara variabel bebas dan variabel terikat, 2) membandingkan kelompok
eksperimen dengan kelompok kontrol melalui perbedaan kondisi yang sistematis, dan 3) mengacu pada
terjadinya inovasi yang sengaja dan bertujuan. Karena dalam penelitian ini tidak bisa dilakukan
randomisasi individu maka dalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian semu dengan Post-
test Only Control Group Design.
Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yang terdiri dari dua variabel bebas dan satu variabel
terikat. Variabel bebas pertama adalah model pembelajaran (A) sebagai variabel perlakuan, variabel bebas
kedua adalah model pembelajaran langsung, IQ (B) sebagai variabel moderator. Variabel terikat adalah
hasil belajar biologi (Y).
Variabel perlakuan model pembelajaran (A) dibedakan menjadi dua, yaitu model Problem Based
Learning (A1) untuk kelompok eksperimen, dan model pembelajaran langsung (A2) untuk kelompok
kontrol. Variabel moderator IQ dibedakan menjadi dua level, yaitu IQ tinggi (B1) dan IQ rendah (B2).
Dalam penelitian ini, yang merupakan populasi adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri
1 Ubud tahun pelajaran 2010/2011.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, karena itu diperlukan dua kelompok sampel
yaitu satu kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol.Untuk menentukan sampel dalam
penelitian ini digunakan teknik random samplingdengan tahapan. Mula-mula dari empat kelas
yang sudah setara, diambil secara random menggunakan undian, didapat empat kelas sebagai
sampel, yaitu kelas XIIPA1, XI IPA2, XI IPA3, ,dan XI IPA4. Kemudian dilanjutkan dengan
memilih secara random dua kelas sebagai kelas eksperimen diperoleh kelas XI IPA1,dan XI
IPA4, dua kelas sebagai kelas kontrol diperoleh kelas XI IPA2, dan XI IPA3.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis varians dua jalur (ANAVA 2x2) dengan bantuan
SPSS 16.0 PC for Windows. Untuk analisis varians memerlukan beberapa persyaratan analisis antara lain:
Uji Normalitas dan Uji Homogenitas Varians. Data berdistribusi normal berarti sebaran variabel terikat
yang dibandingkan rata-ratanya mengikuti sebaran normal artinya tidak menyimpang secara signifikan
dari sebaran normal baku dari Gauss, sedangkan homogenitas varians yaitu variansi antara kelompok
yang satudengan kelompok yang lainnya tidak berbeda secara signifikan (Hadi, 1997). Teknik analisis
yang digunakan untuk pengujian hipotesis adalah teknik analisis varians (ANAVA) dua jalur dengan
bantuan SPSS 16.0 PC for Windows. Dasar penggunaan teknik ANAVA ini adalah variansi total semua
subyek dalam suatu eksperimen dapat dianalisis menjadi dua sumber yaitu varians antar kelompok dan
varians dalam kelompok.
Pada penelitian ini akan menguji perbedaan hasil belajar biologi antara dua kelompok dengan dua
jenis pendekatan pembelajaran yaitu model Problem Based Learning dan model pembelajaran langsung
dengan variabel moderator IQ. Juga akan diuji pengaruh interaksi antara pendekatan pembelajaran dan
IQ.
Dalam penelitian ini diajukan empat hipotesis. Pengujian hipotesis-hipotesis tersebut dijabarkan
menjadi pengujian hipotesis nol (H0) melawan hipotesis alternatif (HA). Hipotesis statistik yang akan diuji
adalah sebagai berikut.
Hipotesis 1:
Terdapat perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang dibelajarkan dengan model problem based
learning dan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran langsung pada kelas XI IPA SMA
Negeri 1 Ubud. Hipotesis ini dapat diformulasikan sebagai berikut.
Ho : YY AA 21
H1 : YY AA 21
Hipotesis 2 :
Terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan IQ terhadap hasil belajar biologi siswa kelas XI
IPA SMA Negeri 1Ubud
Ho : 0 BAINT
H1 : 0 BAINT
Hipotesis 3 :
Terdapat perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang dibelajarkan dengan model Problem Based
Learning dan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran langsung pada siswa kelas XI IPA
SMA Negeri 1 Ubud yang memiliki skor IQ tinggi
Ho : YY BABA 1211
H1 : YY BABA 1211
Hipotesis 4 :
Terdapat perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang dibelajarkan dengan model Problem Based
Learning dan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran langsung pada siswa kelas XI IPA
SMA Negeri 1 Ubud yang memiliki skor IQ rendah
Ho : YY BABA 2221
H1 : YY BABA 2221
Keterangan:
1A : skor rata-rata kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran biologi dengan model
pembelajaran Problem Based Learning .
2A : skor rata-rata kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran biologi dengan model
pembelajaran langsung.
11BA : skor rata-rata kelompok siswa yang memiliki ketrampilan IQ tinggi yang mengikuti
pembelajaran biologi dengan model pembelajaran Problem Based Learning .
12BA : skor rata-rata kelompok siswa yang memiliki IQ tinggi yang mengikuti pembelajaran biologi
dengan model pembelajaran langsung.
21BA : skor rata-rata kelompok siswa yang memiliki IQ rendah yang mengikuti pembelajaran biologi
dengan model pembelajaran Problem Based Learning.
22BA : skor rata-rata kelompok siswa yang memiliki IQ rendah yang mengikuti pembelajaran biologi
dengan model pembelajaran langsung. Y : hasil belajar Biologi siswa
C. HASIL PENELITIAN DAB PEMBAHASAN
Secara keseluruhan uji hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan ANAVA dua-jalur
dengan taraf signifikansi 5%. Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS 16.0
for Windows. Hasil analisis uji hipotesis dapat disajikan sebagai berikut.
Ringkasan Hasil Uji ANAVA
Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: HASIL BELAJAR
Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Ket.
Corrected Model 4722,44a 3 1574,15 38,15 0,00 Intercept 444640,73 1 444640,73 1,08 0,00 MODEL_PEMBELAJARAN 179,78 1 179,78 4,36 0,04 Signifikan
IQ 3471,30 1 3471,30 84,12 0,00 MODEL_PEMBELAJARAN * IQ 1071,36 1 1071,36 25,96 0,00 Signifikan
Total 452664,55 84 Corrected Total 8023,82 83 R Squared = 0,59 (Adjusted R Squared = 0,57)
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah diuraikan, terlihat bahwa keempat hipotesis
yang diajukan pada penelitian ini telah berhasil menolak hipotesis nol, rincian hasil hipotesis tersebut
sebagai berikut.
Pertama, hasil uji hipotesis pertama telah berhasil menolak Ho dan menerima H1, yang berarti
bahwa ada perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang dibelajarkan dengan model Problem Based
Learning dan model pembelajaran langsung pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Ubud. Skor rata-rata
hasil belajar biologi siswa yang dibelajarkan dengan model Problem Based Learning = 74,22 dan rata-
rata skor hasil belajar biologi siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran langsung = 71,29.
Sehingga secara keseluruhan, hasil belajar biologi siswa yang dibelajarkan dengan model Problem Based
Learning lebih baik daripada model pembelajaran langsung.
Hasil uji hipotesis tersebut menunjukkan bahwa model Problem Based Learning lebih unggul dalam
meningkatkan hasil belajar biologi daripada model pembelajaran langsung. Keunggulan penerapan model
Problem Based Learning juga dibuktikan dengan hasil penelitian Savoie & Andre (1994) yang
menemukan bahwa penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatan motivasi untuk
memberikan pemikiran kepada siswa tentang pemecahan masalah yang sedang dihadapi. Demikian pula
hasil penelitian Wiswayana (2006), menunjukkan bahwa model belajar berbasis masalah merupakan
model belajar yang mampu meningkatkan hasil pembelajaran biologi.
Hal senada juga diungkapkan oleh Semiawan ( Surata, 2008) yang mengatakan bahwa pembelajaran akan
lebih efektif apabila kegiatan belajar sesuai dengan berkembangan intelektual anak dan dikaitkan dengan
kehidupan sehari-hari. Guru perlu mengenal setiap anak didik dan bakat-bakat khusus yang meraka miliki
agar dapat memberikan pegalaman pendidikan yang dibutuhkan oleh masing-masing siswa untuk
mengembangkan bakat-bakat mereka secara optimal sesuai dengan tujuan pendidikan. Oleh karena itu
pembelajaran hendaknya di usahakan mengaitkan antara materi pembelajaran, pengalaman siswa,
perkembangan dan lingkungan di mana siswa berada melalui pemberian masalah sehingga pembelajaran
menjadi bermakna.
Bermakna di sini memberikan arti bahwa pada model Problem Based Learning, siswa dapat
memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang
menghubungkan antar konsep dalam biologi dengan pemasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari serta
memberikan kesempatan untuk menunjukkan kemampuan terbaik mereka. Siswa terlatih untuk
mengemban suatu tanggung jawab, mempertajam keahlian berpikir dalam tingkatan yang lebih tinggi
melalui identifikasi masalah, analisis masalah, dan menciptakan solusi. Melatih siswa melakukan evaluasi
diri terhadap kesalahan-kesalahan yang dilakukannya, dan untuk selanjutnya melakukan perbaikan-
perbaikan terhadap kesalahan-kesalahan yang dilakukannya sehingga dengan demikian siswa tidak akan
melakukan kesalahan yang sama dengan sebelumnya. Hal ini akan mampu meningkatkan hasil belajar
siswa.
Jika dibandingkan dengan model pembelajaran langsung, maka model Problem Based Learning
tampak lebih menekankan keterlibatan siswa dalam belajar, sehingga siswa aktif terlibat dalam proses
pembelajaran dan penilaian untuk pembuatan keputusan. Hal ini sesuai dengan panduan kurikulum yang
menyatakan bahwa pengalaman belajar siswa menempati posisi penting dalam usaha meningkatkan
kualitas lulusan. Untuk itu guru dituntut harus mampu merancang dan melaksanakan proses pembelajaran
dengan tepat. Setiap siswa memerlukan bekal pengetahuan dan kecakapan agar dapat hidup di masyarakat
dan bekal ini diharapkan diperoleh melalui pengalaman belajar di sekolah. Oleh sebab itu pengalaman
belajar di sekolah sedapat mungkin memberikan bekal siswa dalam mencapai kecakapan untuk berkarya.
Kecakapan ini disebut dengan kecakapan hidup yang cakupannya lebih luas dibanding hanya sekadar
keterampilan. Pembelajaran yang mengaitkan anak dengan pengalamannya sehari-hari, akan tampak jelas
manfaat biologi dalam kehidupan anak, sehingga anak belajar biologi ada keterkaitan dengan pengalaman
anak sehari-hari. Selain itu, model Problem Based Learning dikatakan sebagai pembelajaran yang
berpusat pada anak, karena pada dasarnya model Problem Based Learning merupakan suatu sistem
pembelajaran yang memberikan keleluasaan pada siswa, baik secara individu maupun kelompok dalam
memecahkan masalah informal maupun formal biologi. Siswa dapat aktif mencari, menggali, dan
menemukan konsep serta prinsip-prinsip dari suatu pengetahuan yang harus dikuasainya sesuai dengan
perkembangannya. model Problem Based Learning juga menekankan pembentukan pemahaman dan
kebermaknaan, mengkaji suatu fenomena dari berbagai macam aspek yang membentuk semacam jalinan
antar siswa, sehingga akan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari siswa. Hasil yang
nyata didapat dari segala konsep yang diperoleh dan keterkaitannya dengan konsep-konsep lain yang
dipelajari dan mengakibatkan kegiatan belajar menjadi lebih bermakna. Hal ini diharapkan akan berakibat
pada kemampuan siswa untuk dapat menerapkan perolehan belajarnya pada pemecahan masalah-masalah
yang nyata dalam kehidupannya, belajar melalui pengalaman langsung, pada model Problem Based
Learning diprogramkan untuk melibatkan siswa secara langsung pada konsep dan prinsip yang dipelajari
dan memungkinkan siswa belajar dengan melakukan kegiatan secara langsung. Sehingga siswa akan
memahami hasil belajarnya sesuai dengan fakta dan peristiwa yang mereka alami, bukan sekedar
informasi dari gurunya dan lebih memperhatikan proses dari pada hasil semata. Model Problem Based
Learning dikembangkan dengan pendekatan discovery inquiry yang melibatkan siswa secara aktif dalam
proses pembelajaran yaitu mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai proses penilaian. Model Problem
Based Learning dilaksanakan dengan melihat kemampuan siswa, sehingga memungkinkan siswa
termotivasi untuk belajar secara terus menerus dan sarat dengan muatan keterkaitan dengan masalah
nyata. Model Problem Based Learning memusatkan perhatian pada pengamatan dan pengkajian suatu
gejala atau peristiwa keseharian, sehingga memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena
pembelajaran dari segala sisi, yang pada gilirannya nanti akan membuat siswa lebih aktif dan bijak dalam
menyikapi atau menghadapi kejadian yang ada.
Sementara itu, pembelajaran langsung merupakan suatu model pembelajaran yang sebenarnya
bersifat teacher centered (Wartono, 2004). Pada pembelajaran biologi menggunakan model pembelajaran
langsung lebih menekankan fungsi guru sebagai pemberi informasi. Guru mengatur secara ketat proses
pembelajaran baik dari segi topik, materi maupun strategi. Disini guru lebih menekankan tugasnya
sebagai model. Tujuan akan dicapai secara maksimal bila guru mampu mendemonstrasikan pengetahuan
dan keterampilan secara tepat sehingga dapat ditiru dengan siswa. Sementara siswa hanya pasif
mendengarkan penjelasan-penjelasan guru tanpa dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran. Penjelasan
mengenai konsep atau prinsip biologi telah dirancang sedemikian rupa oleh guru, dimulai dari teori atau
definisi atau teorema, diberikan contoh-contoh. Tugas-tugas diatur secara ketat sesuai dengan waktu yang
telah ditetapkan.
Dalam penerapan model pembelajaran langsung, guru juga harus mendemonstrasikan pengetahuan
atau keterampilan yang akan dilatihkan kepada siswa langkah demi langkah. Karena dalam pembelajaran
peran guru sangat dominan, maka guru dituntut agar dapat menjadi seorang model yang menarik bagi
siswa. Yang lebih dominan dalam pembelajaran langsung adalah guru, sehingga materi yang
dikembangkan sesuai dengan selera guru. Karena seluruh kegiatan diatur dan berpusat pada guru dan
siswa hanya bersifat menerima secara pasif, daya nalar dan pengetahuan siswa hanya berkembang sebatas
pengetahuan yang dimiliki oleh guru. Hal ini menyebabkan aktivitas siswa menjadi terbatas dan
mengakibatkan siswa tidak mampu meningkatkan hasil belajarnya secara optimal. Berdasarkan paparan di
atas, tampak jelas bahwa model Problem Based Learning lebih baik diterapkan untuk siswa daripada
pembelajaran langsung karena dengan model Problem Based Learning semua indra siswa terlibat dalam
proses pembelajaran. Oleh karena itu, hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model
Problem Based Learning pada pembelajaran biologi lebih baik daripada siswa yang mengikuti
Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran langsung.
Kedua, hasil uji hipotesis keempat berhasil menolak Ho dan menerima H1. Ini berarti ada pengaruh
interaksi antara model pembelajaran dengan IQ terhadap hasil belajar biologi siswa kelas XI IPA SMA
Negeri 1 Ubud. Untuk siswa yang memiliki IQ tinggi, skor rata-rata hasil belajar biologi siswa yang
dibelajarkan dengan model Problem Based Learning = 84,22 dan skor rata-rata hasil belajar biologi siswa
yang dibelajarkan dengan model pembelajaran langsung = 74,15 sehingga dapat disimpulkan bahwa
untuk siswa yang memiliki IQ tinggi, hasil belajar biologi siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
model Problem Based Learning lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model
pembelajaran langsung.
Selanjutnya, untuk siswa yang memiliki IQ rendah, skor rata-rata hasil belajar biologi siswa yang
dibelajarkan dengan model Problem Based Learning = 64,22 dan skor rata-rata hasil belajar biologi siswa
yang dibelajarkan dengan model pembelajaran langsung = 68,44 sehingga hasil belajar biologi siswa yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran langsung lebih baik daripada siswa yang dibelajarkan dengan
model Problem Based Learning.
Ketiga, hasil uji hipotesis kedua berhasil menolak Ho dan menerima H1 yang berarti bahwa untuk
siswa yang memiliki IQ tinggi, ada perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang dibelajarkan dengan
model Problem Based Learning dengan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran langsung
pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Ubud.
Skor rata-rata hasil belajar biologi siswa yang memiliki IQ tinggi yang dibelajarkan dengan model
Problem Based Learning = 84,22 dan skor rata-rata hasil belajar biologi siswa yang dibelajarkan dengan
model pembelajaran langsung = 74,15, sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk siswa yang memiliki IQ
tinggi, hasil belajar biologi siswa yang dibelajarkan dengan model Problem Based Learning lebih baik
daripada siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran langsung pada siswa kelas XI IPA SMA
Negeri 1 Ubud.
Penerapan model Problem Based Learning pada siswa yang memiliki IQ tinggi memberikan peluang
kepada siswa untuk bisa mengeksplorasikan kemampuannya sehingga pada saat proses pembelajaran
terjadi siswa mampu mengembangkan kemampuan yang mereka miliki secara optimal, karena pada
proses pembelajaran dengan model problem based lerning mereka dilibatkan secara aktif untuk
menemukan dan memahami konsep-konsep materi pembelajaran yang dipelajari serta diberi kesempatan
untuk menunjukkan kemampuan terbaik mereka. Dengan demikian, pembelajaran akan terasa lebih
bermakna karena melibatkan siswa secara keseluruhan dalam proses pembelajaran.
Sementara untuk siswa yang memiliki IQ tinggi jika dibelajarkan dengan model pembelajaran
langsung dimana pembelajaran berpusat pada guru, akan merasa terbelenggu dan memungkinkan siswa
merasa jenuh dalam menerima materi pembelajaran karena mereka hanya bisa menerima materi
pembelajaran sebatas apa yang diterangkan oleh guru. Mereka tidak mempunyai kesempatan siswa dalam
mengeksplorasikan diri secara optimal, sehingga hasil belajar yang dicapai juga tidak akan maksimal.
Dilihat dari uraian di atas, tampaknya bahwa model Problem Based Learning memberi kesempatan
kepada siswa untuk mengembangkan ide-idenya secara sendiri yang melibatkan semua indranya. Model
pembelajaran langsung lebih menekankan pada kemampuan guru dalam memberikan motivasi ekstrinsik
kepada siswa sehigga siswa kelihatan pasif, karena semua sudah diatur oleh guru. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa untuk siswa yang memiliki IQ tinggi, hasil belajar biologi siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan model Problem Based Learning lebih baik daripada siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran langsung.
Keempat, hasil uji hipotesis ketiga berhasil menolak Ho dan menerima H1 yang menyatakan bahwa
untuk siswa yang memiliki IQ rendah, ada perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang dibelajarkan
dengan model Problem Based Learning dengan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran
langsung pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Ubud.
Skor rata-rata hasil belajar biologi siswa yang memiliki IQ rendah yang mengikuti pembelajaran
dengan model Problem Based Learning = 64,22 dan skor rata-rata hasil belajar biologi siswa yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran langsung = 68,44 sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk
siswa yang memiliki IQ rendah, hasil belajar biologi siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran
langsung lebih baik daripada siswa yang dibelajarkan dengan model Problem Based Learning pada siswa
kelas XI IPA SMA Negeri 1 Ubud. Penerapan model Problem Based Learning pada siswa yang memiliki
IQ rendah membuat siswa tertekan dalam mengikuti pembelajaran karena pada model Problem Based
Learning siswa dituntut mengembangkan kemampuan yang mereka miliki secara optimal. Siswa
diorientasikan pada masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, dan berdasarkan pada masalah
tersebut siswa diharapkan mampu untuk mengembangkan konsep-konsep yang berkaitan dengan
permasahan yang sedang dihadapi. Siswa dituntut terlibat secara aktif untuk menemukan dan memahami
konsep-konsep materi pembelajaran yang dipelajari serta mampu menunjukkan kemampuan mereka
dalam menyelesaikan tugas. Dengan demikian, pembelajaran betul-betul berpusat pada siswa. Sehingga
untuk siswa yang memiliki IQ rendah, hal ini akan sangat sulit dilakukan karena mereka akan cenderung
menerima saja apa yang diberikan oleh guru tanpa ada keinginan untuk mengkritisi permasalahan yang
diberikan.
Sementara, jika siswa yang memiliki IQ rendah diberikan model pembelajaran langsung yaitu
pembelajaran yang berpusat pada guru, akan merasa senang dalam mengikuti proses pembelajaran karena
meraka terbiasa dengan proses pembelajaran terbimbing. Jika siswa sudah merasa senang dengan apa
yang mereka lakukan maka ini akan memicu mereka untuk berprestasi, sehingga model pembelajaran
langsung lebih cocok diberikan kepada siswa yang memiliki IQ rendah.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa untuk siswa yang memiliki IQ rendah, hasil belajar
biologi siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran langsung lebih baik daripada
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model Problem Based Learning. Dari pembahasan masing-
masing hasil hipotesis di atas, menunjukkan bahwa untuk siswa yang memiliki IQ tinggi, model Problem
Based Learning lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar biologi siswa daripada model
pembelajaran langsung. Sementara untuk siswa yang memiliki IQ rendah, model pembelajaran langsung
lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar biologi siswa daripada model Problem Based Learning.
Hal ini disebabkan karena pada pembelajaran dengan model Problem Based Learning, kegiatan yang
menonjol adalah adanya kebebasan pada siswa menyampaikan pengetahuan informal siswa melalui
masalah-masalah kontekstual sebagai awal dari proses pembelajaran. Masalah kontekstual yang dipakai
untuk membangun konsep formal biologi dengan alasan bahwa anak ke sekolah tidak dengan kepala
kosong, melainkan sudah membawa ide-ide biologi. Dengan perkataan lain bahwa pengetahuan itu adalah
konstruksi dari seseorang yang sedang belajar. Ini berarti, siswa diberi keleluasaan untuk
mengekspresikan jalan pikirannya, menyelesaikan masalah menurut dirinya sendiri,
mengkomunikasikannya, dan dapat belajar dari ide teman-temannya. Siswa dilibatkan secara penuh
dalam proses menemukan dan merumuskan kembali konsep yang sedang ingin dituju, dengan guru
sebagai pembimbingnya. Model Problem Based Learning menampilkan konteks nyata sebagai awal dari
proses pembelajaran. Dengan adanya konteks nyata ini kelihatan bahwa belajar biologi ada manfaatnya
dalam kehidupan siswa. Karena biologi dipandang ada manfaatnya, maka siswa cenderung berminat
mempelajari biologi dan didorong oleh motivasi sehingga hasil belajarnya dapat meningkat. Pembelajaran
yang mementingkan motivasi intrinsik akan menimbulkan dorongan dari dalam diri siswa untuk
mencapai tujuan belajar. Tujuan dan cara mencapainya dapat ditentukan sendiri oleh siswa. Siswa diberi
kebebasan menyampaikan ide-idenya sendiri dalam belajar maupun dalam menyelesaikan masalah.
Disamping itu pembelajaran lebih menekankan pada dunia nyata. Dengan penekanan pada dunia nyata,
siswa belajar tampak jelas manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Pertanyaan-pertanyaan lebih
cenderung bersifat terbuka, artinya memiliki banyak penyelesaian sesuai dengan konteks yang ada.
Sehingga model Problem Based Learning sangat baik diberikan kepada siswa yang memiliki IQ tinggi,
karena siswa yang memiliki IQ tinggi cenderung menggunakan nalar, logika, dan ide-ide mereka dalam
meyelesaikan masalah yang diberikan dan berkesempatan memberikan jawaban yang terbuka yang tidak
hanya terfokus pada satu cara penyelesaian. Sementara pada pembelajaran biologi menggunakan model
pembelajaran langsung, proses belajar mengajar lebih menekankan fungsi guru sebagai pemberi
informasi. Pembelajaran langsung lebih menekankan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher
centered). Guru mengatur secara ketat proses pembelajaran baik dari segi topik, materi, maupun strategi.
Tujuan akan dicapai secara maksimal bila guru mampu mendemonstrasikan pengetahuan dan
keterampilan secara tepat sehingga dapat ditiru dengan siswa. Sementara siswa hanya pasif
mendengarkan penjelasan-penjelasan guru tanpa dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran. Penjelasan
mengenai konsep/prinsip biologi telah dirancang sedemikian rupa oleh guru, dimulai dari
teori/definisi/teorema, diberikan contoh-contoh, dan diberikan latihan soal. Tugas-tugas diatur secara
ketat sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Model pembelajaran langsung ini cocok diberikan
kepada siswa yang memiliki IQ rendah karena siswa yang seperti ini cenderung tidak kreatif dan hanya
menerima materi pembelajaran sebatas yang diterangkan oleh guru saja, tanpa berusaha menemukan
alternatif lain dalam pemecahan masalah.
Dari paparan di atas, masing-masing model pembelajaran memiliki arah yang sama yaitu pencapaian
tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran akan tercapai bila guru dan siswa merasakan proses
pembelajaran yang bermakna. Ini terjadi jika proses pembelajaran mengikuti langkah-langkah
pembelajaran yang sesuai dengan karakateristik/sintaks dari model pembelajaran yang diterapkan.
Dengan demikian optimalisasi pencapaian tujuan belajar dapat tercapai secara maksimal.Berdasarkan
uraian tersebut, terlihat adanya keunggulan dan kelemahan masing-masing model pembelajaran,
tergantung dari tingkat IQ siswa. Sehingga dalam proses pembelajaran sebaiknya guru
mempertimbangkan kondisi siswa tersebut. Siswa yang memiliki IQ tinggi lebih baik diberikan
pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning, sementara siswa yang memiliki
keterampian berpikir kritis rendah lebih baik diberikan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran langsung.
D. PENUTUP
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Model Problem Based
Learning dalam upaya meningkatkan hasil belajar biologi di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Ubud.
Penelitian ini dilatarbelakangi pengamatan terhadap kondisi siswa di SMA Negeri 1 Ubud yang
menunjukkan indikasi penurunan baik yang berhubungan dengan kemampuan akademis maupun sikap
terhadap pelajaran, khususnya pada mata pelajaran biologi. Tuntutan kurikulum yang diterapkan saat ini
menuntut pada konsep belajar tuntas. Kondisi ini tentunya sangat menyulitkan guru dalam upaya
menuntaskan siswa dalam penguasaan materi pelajaran. Rendahnya ketuntasan belajar siswa disebabkan
oleh salah satunya karena rendahnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, seperti misalnya
kecenderungan siswa hanya menunggu instruksi dari guru tanpa mau berusaha untuk mencari
penyelesaian dari suatu permasalahan. Akumulasi dari kondisi seperti itu akan berimplikasi terhadap
rendahnya hasil belajar biologi siswa.
Berbagai usaha telah dilakukan untuk memperbaiki keadaan tersebut sehingga diharapkan hasil
belajar biologi siswa bisa ditingkatkan. Usaha yang dilakukan sangatlah kompleks dan ada banyak faktor
yang bisa mempengaruhi hasil belajar biologi tersebut, baik faktor internal yang meliputi minat, bakat,
IQ siswa, dan faktor eksternal yang meliputi kondisi sekolah, sarana prasarana ataupun model
pembelajaran yang diterapkan dalam proses belajar mengajar. Penerapan model pembelajaran ini
diidentifikasikan sebagai salah satu faktor yang bisa mempengaruhi hasil belajar siswa.
Biologi adalah sebuah mata pelajaran yang bersifat abstrak tetapi selalu digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Sehingga diharapkan dalam proses pembelajaran biologi siswa dihadapkan pada
permasalahan yang dihadapi oleh siswa yang berkaitan langsung dengan kehidupan sehari-hari.
Sehubungan dengan hal tersebut, dalam penelitian ini diterapkan sebuah model pembelajaran untuk
merangsang siswa agar mau mengaktualisasikan dirinya sehingga tujuan pembelajaran bisa dicapai.
Model pembelajaran yang diterapkan adalah Model Problem Based Learning yaitu sebuah model
pembelajaran yang menstrukturkan materi pelajaran dalam kurikulum pembelajaran yang mendorong
siswa berhadapan dengan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari yang memberikan sebuah
stimulus untuk belajar sehingga dalam proses pembelajaran yang dilakukan masalah tersebut dijadikan
sebagai basis pembelajaran. Guru tidak menyampaikan konsep secara langsung tetapi memberikan
masalah kepada siswa dan siswa diharapkan membangun konsep dari permasalahan yang diberikan.
Model Problem Based Learning menjadikan pembelajaran berpusat pada siswa dan guru berperan sebagai
fasilitator pembelajaran. Karena pembelajaran berpusat pada siswa, disini siswa juga diharapkan mampu
melakukan penilaian terhadap segala aktivitas yang telah dikerjakannya, dimulai dengan melakukan
evaluasi diri dimana siswa memberikan penilaian terhadap hasil pekerjaannya, kemudian melakukan
refleksi diri yang pada akhirnya siswa melakukan perbaikan-perbaikan terhadap hasil kerjanya. Dari hasil
refleksi diri ini siswa akan mampu untuk menhghasilkan karya terbaik dari apa yang ditugaskan padanya.
Dalam dunia pendidikan, kumpulan hasil karya siswa ini yang merupakan hasil pelaksanaan tugas kinerja,
yang ditentukan oleh guru atau oleh siswa bersama guru, sebagai bagian dari uasaha mencapai tujuan
belajar. Sehingga model pembelajaran yang diterapkan dalam upaya peningkatan hasil belajar Biologi di
kelas XI IPA SMA Negeri 1 Ubud adalah Model Problem Based Learning.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Model Problem Based Learning dan model
pembelajaran langsung, hasil belajar biologi sebagai variabel terikat, dan IQ sebagai variabel moderator.
sampel penelitian menggunakan teknik ramdom sampling yang menghasilkan empat kelas sampel
dimana dua kelas sebagai kelas eksperimen dan dua kelas sebagai kelas kontrol yang ditentukan dengan
cara diundi. Rancangan penelitian menggunakan rancangan Post-test Only Control Group Design dimana
kelompok eksperimen diberikan Model Problem Based Learning dan kelompok kontrol diberikan model
pembelajaran langsung. Di akhir kegiatan kedua kelompok diberikan post-test yang sama berupa tes hasil
belajar biologi untuk mendapatkan data tentang hasil belajar biologi yang selanjutnya di analisis dengan
menggunakan analisis ANAVA dua-jalur dengan bantuan SPSS 16.0 PC for Windows.
Dari hasil analisis data diperoleh bahwa: 1) hasil belajar biologi siswa yang dibelajarkan dengan
Model Problem Based Learning lebih tinggi dari pada siswa yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran langsung, 2) terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran dengan IQ terhadap
hasil belajar biologi siswa, 3) hasil belajar biologi siswa yang dibelajarkan dengan Model Problem Based
Learning lebih tinggi dari pada siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran langsung, untuk
siswa yang memiliki IQ tinggi, dan 4) hasil belajar biologi siswa yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran langsung lebih tinggi dari pada siswa yang dibelajarkan dengan Model Problem Based
Learning, untuk siswa yang memiliki IQ rendah.
Berdasarkan temuan di atas, dapat disimpulkan bahwa Model Problem Based Learning
berpengaruh terhadap hasil belajar biologi ditinjau dari IQ pada siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Ubud
DAFTAR PUSTAKA
Adnyana, P.B., Desak Made Citrawathi., I Nengah Sumardika., I Nengah Kariasa. 2003. Pengembangan Model Pembelajaran Sains (Biologi) pada Pendidikan Dasar dan Menengah dengan Menerapkan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Mencapai Kompetensi dan Pembekalan Kecakapan Hidup (life skills). Laporan Penelitian (tidak diterbitkan) Jurusan Pendidikan Biologi-FMIPA Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Singaraja.
Arends, R. 1995. Classroom Instruction and Management. New York: McGraw-Hill Arikunto, S. 1999. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. . 2002. Manajemen penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. .................... 2003. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Arnyana, I.B.P. 2006. Perencanaan dan Desain Model-Model Pembelajaran. Singaraja: Jurusan
Pendidikan Biologi Fakultas Pendidikan MIPA UNDIKSHA. Arnyana, I B. P., Setiawan, I G. A. N., Rapi, N. K. 2007. Pengembangan perangkat pembelajaran biologi
berbasis model-model pembelajaran kontruktivistik untuk meningkatkan kompetensi dan kemampuan berpikir kritis kreatif siswa SMA. Laporan Penelitian (tidak ditebitkan). Universitas pendidikan Ganesha Singaraja.
Barrows, Howaed. 1994. Practice-Based Learning: Problem Based Learning Applied to Medical
Education. Sprngfield II: Soutthern Illionis University School of Medicine. Carin, A.A & Sund, R.B. 1993. Teaching Science Throuh Discovery. Ohio: Charles S. Merril Publiser. Candiasa. 2004. Analisis Butir. Singaraja: IKIP Negeri Singaraja. .... 2004. Statistik multivariat. Disertai aplikasi dengan SPSS. Buku Pendukung mata kuliah
statistik multivariat. IKIP Negeri Singaraja. Depdiknas. 2002a. Pedomam Umum SistemPengujian Hasil KBM Berbasis Kemampuan Dasar : Dirjen
Dikdasmen. ............2002b. Pedoman Khusus Sistem Pengujian Hasil KBM Berbasis Kemampuan Dasar : Dirjen
Dikdasmen. ............2007. Model Silabus KTSP SMK. Jakarta: BSNP. 2007. Analisis Butir Soal Secara Manual: Jakarta Pusat Penilaian Pendidikan, Badan Penelitian
dan Pengembangan. Depdiknas. Frieda Nurlita (2007). Penggunaan Perangkat Pembelajaran Berdasarkan Masalah untuk Meningkatkan
Pemahaman Konsep dan Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas X3 SMAN 1 Singaraja Tahun Ajaran 2006/2007,
Gallagher, Shelagh A & Stepien, William J. 1996. Implementing Problem Based Learning in Science Classroom. School Science and Mathemathics. Gregory, R J. 2000.Psychological Testing: Histori, Prinsiples, And Applications. Boston: Allyn and
Bacon. Kawiwati. 2009. Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Berbasis Asesmen Portofolio
Terhadap Prestasi Belajar.Matematika Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Payangan. Tesis. Program Pasca Sarjana, Undhiksa Singaraja.
Koyan. 2007. Statistika Terapan (Teknik Analisis Data Kuantitatif).Singaraja: Undiksha. Muslich, M. 2008. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Konstektual. Jakarta: Bumi Aksara. Nasution. 1993. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka. Nasution, Farid. 2001. Hubungan Mengajar Dosen Ketrampilan Mengajar, Sarana Mengajar dan
Lingkungan Belajar dengan Prestasi Belajar Mahasiswa. Dalam Jurnal Ilmu Pendidikan Jilid 8 Nomor 1.
Ngalim Purwanto, M. 2000. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya. Raharso, S. 2007. Implementasi Problem Based Learning di Perguruan Tinggi. Jurnal Kajian Teori dan
praktek kependidikan, 34 (1), 55-62, Januari 2007. Riduwan. 2007. Belajar Mudah Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sutawa Redina. 2007. Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Ditinjau Dari Penalaran Formal Dalam Pembelajaran Fisika di SMA Negeri 3 Singaraja. Tesis.Program Sarjana Undiksha Singaraja.
Sadia. 1996. Pengembangan Model Pembelajaran Konstruktivise dalam Pembelajaran IPA di SMP.
(Suatu Studi Eksperimental dalam PembelajaranKonsep Energi Usaha dan Suhu di SMP 1 Singaraja). Disertasi (tidak diterbitkan). Bandung: IKIP Bandung.
.............2003. Stratda seminar peningkatan pregi Pembelajaran Berbasis Orientasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Makalah disajikan pada seminar peningkatan profesionalisme Guru-guru SMA Negeri 3 Singaraja dalam menyongsong KBK 2003 Tanggal 26 Januari 2003.
.............2006. Kemampuan Berpikir Formal Siswa SMA di Kabupaten Bleleng Merlalui Penerapan
Model Pembelajaran Learning Cycle dan Problem Based Learning dalam Pembelajaran Fisika. Laporan Hasil Penelitian. Universitas Pendidikan Ganesha.
Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group. Suastra. 2009. Pembelajaran Sains Terkini. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Sudiartha .2010. Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Berbasis Asesmen Kinerja
Terhadap Hasil Belajar Fisika Ditinjau dari Konsep Diri Akademik siswa kelas X SMA Negeri 1 Blahbatuh.
Sugiyono. 2007. Model Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sugiarta. 2001. Teknik Sampling. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kasinus. Surata. 2008. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam Setting Pembelajaran Kooperatif
Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Sekolah Dasar. Laporan Penelitian Widyaiswara LPMP Bali.
Sutawa Redina. 2007. Pengaruh Model Pembelajaran Prolem Based Learning Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Ditinjau Dari Penalaran Formal Dalam Pembelajaran Fisika di SMA Negeri 3 Singaraja. Tesis. Program Pasca Sarjana Undiksha Singaraja.
Sutrisno, 2006. Studi Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) untuk
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Penentuan Struktur Senyawa Organik di Jurusan Kimia FMIPA. Jurnal Universitas Negeri Malang.
Setiawan, I.G.A.N. 2006. Pengaruh Pembelajaran Kontekstualdalam Strategi Inkuiri dan Pembelajaran
Berdasarkan Masalah untuk meningkatka Kemampuan Berpikir dan Penguasaan Konsep IPA SMP di Kecamatan Buleleng. Desertasi ( tidak diterbitkan ). Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang.
Savoie J. M & Andrew S.H. 1994. Problem Based Learning As Classroom Solution. Journal Educational
Leadership. Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. JakartaRineka Cipta. Wardhani, Sri. 2006. Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Berbasis Masalah.
Depdiknas. Wiersma, William & Stephen G. Jurs. 1990. Educational Measurement and Testing. Boston: Allyn and
Bacon. Wina Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana
Prenada Media. Wiswayana. 2006. Pengaruh Model Belajar Berbasis Masalah dan Adversity Quotient Siswa terhadap
Hasil Belajar Matematika dan Konsep Diri Siswa SMA Negeri 4 Singaraja. Tesis. Program Pascasarjana Undiksha Singaraja.