JUAL BELI, KHIYAR & RIBA M A K A L A H Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah " Fiqh Muamalah " Dosen Pengampu : Dr. Abad Badruzaman, Lc, M.Ag Oleh : KHUSNUL KOTIMAH (2013471928) NIKEN SAPUTRI (2013471942) PAI – SMT 4/ SAWO PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH (STAIM) TULUNGAGUNG April 2015
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
JUAL BELI, KHIYAR & RIBA
M A K A L A H
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
" Fiqh Muamalah "
Dosen Pengampu :
Dr. Abad Badruzaman, Lc, M.Ag
Oleh :
KHUSNUL KOTIMAH (2013471928)
NIKEN SAPUTRI (2013471942)
PAI – SMT 4/ SAWO
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH
(STAIM) TULUNGAGUNG
April 2015
ii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini.
Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW
beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah memperjuangkan Agama
Islam.
Kemudian dari pada itu, saya sadar bahwa dalam menyusun makalah ini
banyak yang membantu terhadap usaha saya, mengingat hal itu dengan segala
hormat saya sampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah (STAIM)
Tulungagung Bapak Nurul Amin M.Ag.
2. Dosen pengampu yang telah memberikan bimbingan dalam
penyusunan makalah ini Bapak Dr. Abad Badruzaman, Lc.M.Ag
3. Teman – teman dan seluruh pihak yang ikut berpartisipasi dalam
penyelesaian makalah.
Atas bimbingan, petunjuk dan dorongan tersebut saya hanya dapat berdo' a
dan memohon kepada Allah SWT semoga amal dan jerih payah mereka menjadi
amal soleh di mata Allah SWT. Amin.
Dan dalam penyusunan makalah ini saya sadar bahwa masih banyak
kekurangan dan kekeliruan, maka dari itu saya mengharapkan keritikan positif,
sehingga bisa diperbaiki seperlunya.
Akhirnya saya tetap berharap semoga makalah ini menjadi butir-butir
amalan saya dan bermanfaat khususnya bagi saya dan umumnya bagi seluruh
pembaca. Amin Yaa Robbal 'Alamin.
(PENYUSUN)
iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ……………………………………………….…..…..... i
Kata Pengantar …………………………………………………..…...... ii
Daftar Isi …………………………………………………..…..... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .……………………………........ 1
B. Rumusan Masalah ..……………………………....…....... 2
C. Tujuan Masalah ……………………………………......... 2
BAB II PEMBAHASAN
JUAL BELI, KHIYAR DAN RIBA
A. Pengertian Jual Beli ………………………………………... 3
B. Hikmah Jual Beli ………………………………………….... 8
C. Pengertian Khiyar …………………………………………. 9
D. Hikmah Khiyar …………………………………………….. 12
E. Pengertian Riba …………………………………………… 12
F. Hikmah Diharamkannya Riba ……………………………… 15
BAB III PENUTUP
Kesimpulan .....…………………………………………......... 16
DAFTAR PUSTAKA ....…………………………………………………..... 18
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Allah SWT menciptakan manusia sebagai makhluk sosial, manusia satu
dengan manusia yang lain saling membutuhkan, baik dengan jalan tolong
menolong dalam urusan kemasyarakatan, tukar menukar barang maupun jual beli.
Dalam ekonomi islam, penumpukan kekayaan oleh sekelompok orang
dihindarkan dan secara otomatis tindakan untuk memindahkan aliran kekayaan
kepada anggota masyarakat harus dilaksanakan. Sistem ekonomi islam merupakan
sistem yang adil, berupaya menjamin kekayaan tidak terkumpul hanya kepada
satu kelompok saja, tetapi tersebar ke seluruh masyarakat.
Islam memperbolehkan seseorang mencari kekayaan sebanyak mungkin.
Islam menghendaki adanya persamaan, tetapi tidak menghendaki penyamarataan.
Kegiatan ekonomi harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak terlalu banyak
harta dikuasai pribadi. Di dalam bermuamalah, islam menganjurkan untuk
mengatur muamalah di antara sesama manusia atas dasar amanah, jujur, adil, dan
memberikan kemerdekaan bermuamalah serta jelas-jelas bebas dari unsur riba.
Islam melarang terjadinya pengingkaran dan pelanggaran larangan-larangan dan
menganjurkan untuk memenuhi janji serta menunaikan amanat.
Oleh sebab itu agama islam mengatur seluruh tata kehidupan manusia
termasuk muamalat yang di dalamnya menyinggung banyak persoalan interaksi
manusia dengan manusia. Seperti pelaksanaan perekonomian yang terjadi di
masyarakat seperti jual beli, khiyar, dan riba. Islam melarang terjadinya
pengingkaran dan pelanggaran larangan-larangan dan menganjurkan untuk
memenuhi janji serta menunaikan amanat.
Oleh sebab itu agama islam mengatur seluruh tata kehidupan manusia
termasuk muamalat yang di dalamnya menyinggung banyak persoalan interaksi
manusia dengan manusia seperti pelaksanaan perekonomian yang terjadi di
2
masyarakat, yang salah satunya seperti jual beli. Maka dalam bab ini akan dibahas
tentang jual beli, khiyar dan riba.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan terdapat rumusan
masalah dalam penulisan ini yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan Jual Beli?
2. Apa Hikmah dari Jual Beli?
3. Apa yang dimaksud dengan Khiyar?
4. Apa Hikmah dari Khiyar?
5. Apa yang dimaksud dengan Riba?
6. Apa Hikmah diharamkannya Riba?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui penjelasan mengenai Jual Beli
2. Untuk mengetahui hikmah dari Jual Beli
3. Untuk mengetahui penjelasan mengenai Khiyar
4. Untuk mengetahui hikmah dari Khiyar
5. Untuk mengetahui penjelasan mengenai Riba
6. Untuk mengetahui hikmah diharamkannya Riba
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Jual Beli
1. Pengertian Jual Beli
Perdagangan atau jual beli menurut bahasa berarti al-Bai’, al-Tijarah, dan
al-Mubadalah . sebagaimana firman Allah Swt.:
ب ور . سورة الفاطر : ٢٩ي رجون تجارة لن ت Artinya: “Mereka mengharapkan tijarah (perdagangan) yang tidak akan rugi”.
(QS. Al—Fathir :29)
Jual beli dalam bahasa Arab terdiri dari dua kata yang mengandung makna
berlawanan yaitu Al- Bai’ yang artinya jual dan Asy Syira’a yang artinya beli.
Dengan demikian , jual beli adalah penukaran harta (dalam pengertian luas) atas
dasar saling rela atau tukar menukar suatu benda (barang) yang dilakukan antara
dua pihak dengan kesepakatan (akad) tertentu atas dasar suka sama suka.
Adapun beberapa ulama mendefinisikan jual beli sebagai berikut;
a. Menurut ulama hanafiyah. Jual beli adalah saling menukarkan harta
dangan harta melalui cara tertentu. Atau tukar menukar sesuatu yang
diingini dengan yang sepadan melalui cara tertentu yang bermanfaat.
b. Menurut said sabiq jual beli adalah saling menukar harta dengan harta atas
dasar suka sama suka.
c. Menurut Imam An-Nawawi jual beli adalah saling menukar harta dengan
harta dalam bentuk pemindahan kepemilikan.
2. Landasan hukum Jual Beli
Jual beli sebagai sarana tolong menolong antara sesama manusia
mempunyai landasan yang amat kuat dalam Islam.
Firman Allah Swt.
يع وحرم الرجب ٢٧٥. سورة البقرة : وا واحل هللا الب Artinya: “Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…
(QS.Al-baqarah: 275)
4
Firman Allah SWT:
ن ربجكم . سورة البقرة : غوا فضل مج بت ١٩٨ليس عليكم جناح ان ت Artinya: Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniagaan)
dari Tuhanmu..(QS.Al-baqarah: 198)
Firman Allah SWT:
نكم اجل أن تكون راض مج رة عن ت ٢٩ سورة النساء:. تج Artinya: “…kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-
suka di antara kamu” (QS.An-nisa:29)
3. Rukun dan Syarat-syarat Jual Beli
Mengenai rukun dan syarat jual beli, para ulama memiliki perbedaan
pendapat. Menurut mahzab hanafi rukun jual beli hanya ijab dan kabul saja.
Menurut mereka, yang menjadi rukun dalam jual beli hanyalah kerelaan antara
kedua belah pihak untuk berjual beli.
Menurut jumhur ulama rukun jual beli ada empat:
a. Orang yang berakad (Penjual dan pembeli)
b. Sighat (lafal ijab dan kabul)
c. Benda-benda yang diperjual belikan
d. Ada nilai tukar pengganti barang.
Menurut mahzab hanafi orang yang berakad, barang yang dibeli dan nilai
tukar barang termasuk syarat bukan rukun .Menurut jumhur ulama, bahwa syarat
jual beli sama dengan rukun jual beli yang disebutkan di atas adalah sebagai
berikut:
Syarat orang yang berakad yaitu:
a. Berakal
b. Orang yang melakukan akad itu adalah orang yang berbeda.
Maksudnya, seseorang tidak dapat bertindak sebagai pembeli dan
penjual dalam waktu yang bersamaan.
Syarat yang terkait dengan ijab kabul yaitu:
a. orang yang mengucapkannya telah akil baligh dan berakal.
b. qabul sesuai dengan ijab.
5
c. ijab dan kabul dilakukan dalam satu majlis.
Syarat yang diperjual belikan yaitu:
a. Barang itu ada, atau tidak ada di tempat, tetapi pihak penjual
menyatakan kesanggupannya untuk mengadakan barang itu.
b. Dapat dimanfaatkan atau bermanfaat bagi manusia.
c. Jelas orang yang memiliki barang tersebut.
d. Dapat diserahkan pada saat akad berlangsung, atau pada waktu yang
telah disepakati bersama ketika akad berlangsung.
Syarat nilai tukar (harga barang)
a. Harga yang disepakati oleh kedua belah pihak harus jelas jumlahnya.
b. Dapat diserahkan pada saat waktu akad (transaksi).
c. Bila jual beli dilakukan dengan cara barter, maka barang yang
dijadikan nilai tukar, bukan barang yang diharamkan syara’.
4. Macam-macam jual beli :
Jual beli ditinjau dari segi hukumnya dibagi menjadi dua macam yaitu :
a. Jual beli yang sahih
Apabila jual-beli itu disyariatkan, memenuhi rukun atau syarat yang di
tentukan, barang itu bukan milik orang lain, dan tidak terkait dengan khiyar lagi,
maka jual beli itu sahih dan mengikat kedua belah pihak. Umpamanya, seseorang
membeli suatu barang. Seluruh rukun dan syarat jual-beli telah terpenuhi.
Barangitu juga telah di periksa oleh pembeli dan tidak ada cacat, da tidak ada
rusak. Uang yang sudah diserahkan dan barangpun sudah diterima dan tidak ada
lagi khiyar.
b. Jual beli yang tidak sahih (batil)
Apabila pada jual-beli itu salah satu atau seluruh rukunnya tidak terpenuhi,
atau jual beli itu pada dasarnya dan sifatnya tidak di syariatkan, maka jual beli itu
batil. umpamanya, jual beli yang dilakukan oleh orang gila, atau barang-barang
yang di jual itu barang-barang yang di haramkan syara (bangkai, darah, babi dan
khamar).
1) Jual beli sesuatu yang tidak ada
2) Menjual barang yang tidak dapat di serahkan
6
3) Jual beli yang mengandung unsur tipuan
4) Memperjualkan air sungai, air danau, air laut dan air yang tidak dimiliki
oleh seseorang
Jual Beli yang sah tapi terlarang, antara lain:
1) Jual beli yang harganya di atas/di bawah harga pasar dengan cara
menghadang penjual sebelum tiba di pasar. Sabda Nabi SAW dari ibnu
d) Dapat menjauhkan diri dari memakan atau memiliki barang yang haram
atau secara bathil.
e) Penjual dan pembeli mendapat rahmat Allah Swt. Bahkan 90% sumber
rezeki berputar dalam aktifitas perdagangan.
f) Menumbuhkan ketentraman dan kebahagiaan2
C. Khiyar
1. Definisi Khiyar
Khiyar secara Etimologi berarti : memilih,hak untuk memilih.Sedangkan
khiyar secara etimologi adalah :“suatu keadaan yang menyebabkan aqid (orang
yang bertransaksi) memiliki hak untuk memutuskan akadnya, yakni meneruskan
atau membatalkannya. (Syafei, 2000:102)
Jadi, Khiyar yaitu mencari dua pilihan yang terbaik antara imdha (melanjutkan
transaksi) atau ilgha (membatalkan transaksi).
2. Macam-Macam Khiyar
a. Khiyar Majelis
Khiyar ini terjadi bagi penjual dan pembeli sejak dilakukannya akad
hingga keduanya berpisah, selama mereka tidak berjual beli dengan syarat tidak
ada khiyar atau mereka menggugurkan khiyar tersebut setelah akad atau salah satu
dari mereka (baik pen-jual atau pembeli) ada yang menggugurkan hak khiyarnya,
maka gugurlah haknya namun bagi pihak lain (yang tidak menggugur-kannya)
maka hak khiyarnya masih tetap ada.
Dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma, dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wa sallam, beliau bersabda:
هما بجالجيارج ما ل ن د مج بايع الرجلنج فكل واحج فرق إجذا ت ا ا ي ت ج أحد يعا أو ج خآلخر ا وكانا فرقا ب عد أن ي يع وإجن ت قد وجب الب تباي عا على ذلجك ف هم ف ن د مج ر واحج يع تباي عا ول ي ت ا الب
يع قد وجب الب .ف “Jika dua orang saling berjual beli, maka setiap orang dari mereka memiliki
khiyar selama belum berpisah dan mereka bersama-sama (dalam satu tempat),
2 Aikochi, Jual Beli dan Hikmah Jual Beli, dalam http://aikochi-
sinichi.blogspot.com/2011/01/jual-beli-dan-hikmah-jual-beli.html, diakses pada Selasa, 21 April
atau salah satu dari mereka memberikan khiyar kepada yang lain, maka jika salah
satu dari mereka memberikan khiyar kepada yang lainnya kemudian mereka
melakukan transaksi jual beli atas khiyar tersebut sungguh telah (terjadi) jual beli,
dan bila mereka berpisah setelah terjadi jual beli, dan salah satu dari mereka tidak
mening-galkan jual beli maka telah terjadi jual beli.”3
Haram Berpisah Dari Majelis Karena Takut Membatalkan Transaksi
Dari ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya Radhiyallahu anhum
bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
فرقا إجل أن تكون صفقة يار البيجعانج بجالجيارج ما ل ي ت به خ خج صاحج شية أن ول يجل له أن ي فارج .يستقجيله
“Penjual dan pembeli memiliki khiyar selama keduanya belum berpisah kecuali
bila telah disepakati untuk memperpanjang khiyar hingga setelah berpisah, maka
tidak halal baginya untuk meninggalkan sahabatnya karena takut ia akan
membatalkan transaksinya.”4
b. Khiyar Syart
Yaitu penjual dan pembeli atau salah satu dari mereka memberikan syarat
khiyar sampai batas waktu yang jelas. Khiyar seperti ini sah walaupun waktunya
lama.
Dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam, beliau bersabda:
فرقا أو يك ما ما ل ي ت ج بجالجيارج فج ب يعجهج ياراإجن المتبايجع يع خج ون الب . “Sesungguhnya penjual dan pembeli memiliki khiyar dalam jual beli keduanya
selama belum berpisah atau (bila) jual beli tersebut ada khiyar padanya.”5
c. Khiyar ‘Aib
Larangan menyembunyikan aib telah lewat (pembahasannya), maka
apabila seseorang membeli barang yang cacat sementara ia tidak mengetahui
“Barangsiapa yang membeli kambing musharrah6, kemudian ia memerahnya,
maka jika ridha ia menahannya (tidak mengembalikannya), namun jika ia
membencinya maka pada susu yang sudah diperah ia ganti dengan satu sha’
kurma.”7
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam :8
هو بجأحدج النظ رى مصراة ف بجل والغنم فمنج اشت رينج إجن شاء رها ور معها ل تصروا الجن ت ر صاعا مج .
“Janganlah kalian membiarkan susu unta dan kambing (dengan tidak memerahnya
ketika akan menjual), maka barangsiapa yang membelinya setelah itu, ia memiliki
dua pilihan setelah memerahnya, jika mau maka ia memilikinya dan jika mau ia
juga boleh mengembalikannya beserta satu sha’ kurma.”9
6 Kambing musharrah adalah kambing yang susunya tidak diperah agar kan -tung susunya
terlihat besar dan penuh untuk menarik pembeli, demikian pula halnya dengan unta dan sapi 7 Muttafaq ‘alaih: Shahiih al-Bukhari (IV/368, no. 2151) ini adalah lafazhnya, Shahiih
Muslim (III/1158, no. 1524), Sunan Abi Dawud (IX/312, no. 2428), Sunan an-Nasa-i (VII/253). 8 Syaikh Abdul Azhim bin Badawi al-Khalafi, Khiyar (Memilih), dalam
http://almanhaj.or.id/content/1649/slash/0/khiyar-memilih/), diakses pada selasa 31 maret 2015,
a) Khiyar dapat membuat akad jual beli berlangsung menurut prinsip-prinsip
Islam, yaitu suka sama suka antara pembeli dan penjual.
b) Mendidik masyarakat agar berhati-hati dalam melakukan akad jual beli.
Sehingga pembeli mendapatkan barang dagangan yanga baik atau yang
benar-benar disukainya.
c) Penjual tidak semena-mena menjual barangnya kepada pembeli, dan
mendidiknya agar bersikap jujur dalam menjelaskan kondisi dagangannya.
d) Terhindar dari unsur-unsur penipuan, baik dari pihak penjual maupun dari
pihak pembeli, karena ada kehati-hatian dalam proses jual beli.
e) Khiyar dapat memelihara hubungan baik dan terjalin cinta kasih antar
sesama. Karena penyesalan di salah satu pihak bisa mengarah pada
kemarahan, kedengkian, dendam dan akibat buruk lainnya.10
E. Riba
1. Sejarah Riba
Pada mulanya riba merupakan suatu tradisi bangsa Arab pada jual beli
maupun pinjaman dimana pembeli atau penjual, yang meminjam atau yang
memberi pinjaman suatu barang atau jasa dipungut atau memungut nilai yang jauh
lebih dari semula, yakni tambahan (persenan) yang dirasakan memberatkan.
Namun setelah Islam datang, maka tradisi atau praktek seperti ini tidak lagi
diperbolehkan, dimana oleh Allah SWT menegaskan dengan mengharamkannya
dalam Al-Qur’an (baca ; ayat dan hadist yang melarang riba), bahkan oleh Allah
dan RasulNya akan memusuhi dan memeranginya apabila tetap melanggarnya,
yang demikian itu dimaksudkan untuk kemaslahatan dan juga kebaikan umat
manusia.
2. Pengertian Riba
Riba yang berasal dari bahasa arab, artinya tambahan (ziyadah/ addition,
inggris), yang berarti: tambahan pembayaran atas uang pokok pinjaman.
Sementara menurut istilah riba adalah pengambilan tambahan baik dalam
10 Dr. H. Mundzier suparta, pendidikan agama islam fikih (semarang: PT. Karya toha
putra, Cet. 1, 2009), hal. 106
13
transaksi jual beli, maupun pinjam meminjam secara batil atau bertentangan
dengan prinsip mu’amalat dalam islam.
3. Dasar Hukum Riba
Dasar hukum melakukan riba adalah haram menurut Al-Qur’an dan
sunnah. Keharaman riba terkait dengan sistem bunga dalam jual beli yang bersifat
komersial. Di dalam melakukan transaksi atau jual beli, terdapat keuntungan atau
bunga tinggi melebihi keumuman atau batas kewajaran, sehingga merugikan
pihak-pihak tertentu, sehingga identik dengan nuansa sebuah transaksi
pemerasan.11
Dasar hukum pengharaman riba menurut Al-Qur’an dan sunnah adalah sebagai
berikut:
a) Al-Qur’an
Dalam QS. Al-Baqarah: 275-276 dan 278 dinyatakan:
يع وحرم الرجبا ثل الرجبا وأحل الل الب يع مج ج والل يحق . إجنا الب الرجبا وي ربج الصدقا ل يجب اللين آمنوا ات قوا الل وذروا ما بقج مج كل كفار أثجيم . ياأي ها الذج نج مج ن الرجبا إجن كنتم م
“sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan
jual beli dan mengharamkan riba.”
“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai
setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.”
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa
riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman”.
b) Sunnah Rasulullah SAW:
ديهج عن جابجر قال لعن رسول اللج صلى الل عليهج وسلم آكجل الرج كجله وكاتجبه وشاهج وقال هم با وم سواء
Dari Jabir dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melaknat pemakan
riba, orang yang menyuruh makan riba, juru tulisnya dan saksi-saksinya." Dia
berkata, "Mereka semua sama." (HR. Muslim)
11 Kementerian Agama RI, Fikih (Jakarta: Kementerian Agama RI, 2014), hal. 154
14
4. Macam-macam Riba
para ulama Fikih membagi riba menjadi empat macam, yaitu:
a. Riba Fadl
Riba Fadl adalah tukar menukar atau jual beli antara dua buah barang yang
sama jenisnya, namun tidak sama ukurannya yang disyaratkan oleh orang yang
menukarnya, atau jual beli yang mengandung unsur riba pada barang yang sejenis
dengan adanya tambahan pada salah satu benda tersebut. Sebagai contoh adalah
tukar menukar emas dengan emas atau beras dengan beras, dan ada kelebihan
yang disyaratkan oleh orang yang menukarkan. Kelebihan yang disyaratkan itu
disebut riba fadl. Supaya tukar-menukar seperti ini tidak termasuk riba, maka
harus ada tiga syarat, yaitu:
1) Barang yang ditukarkan tersebut harus sama
2) Timbangan atau takarnya harus sama
3) Serah terimanya pada saat itu juga
b. Riba Nasi’ah
Riba Nasi’ah yaitu mengambil keuntungan dari pinjam meminjam atau
tukar-menukar barang yang sejenis maupun yang tidak sejenis karena adanya
keterlambatan waktu pembayaran. Menurut ulama hanafiyah, Riba Nasi’ah adalah
memberikan kelebihan terhadap pembayaran dari yang ditangguhkan. Maksudnya
dalah menjual barang dengan sejenisnya, tetapi yang satu lebih banyak dengan
pembayaran diakhirkan, seperti menjual 1 kg beras dengan 1 ½ kg beras yang
dibayarkan setelah dua bulan kemudian. Kelebihan pembayaran yang disyaratkan
inilah yang disebut Riba Nasi’ah.
وانج ن عن سرة بنج جندب أن رسول اللج صلى الل عليهج وسلم ن ه ي وانج بجا ي يئة ى عن ب يعج ا سج “dari Samurah bin jundub bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam telah melarang
menjual hewan dengan hewan dengan cara penangguhan.” (HR. Lima ahli hadits)
c. Riba Qardi
Riba Qardi Adalah meminjamkan sesuatu dengan syarat ada keuntungan
atau tambahan dari orang yang meminjam. Misalnya andi meminjam uang kepada
arman sebesar Rp 500.000, kemudian arman mengharuskan kepada andi untuk
mengembalikan uang itu sebesar Rp 550.000. Inilah yang disebut Riba Qardi
15
d. Riba Yad
Riba Yad yaitu pengambilan keuntungan dari proses jual beli dimana
sebelum terjadi serah terima barang antara penjual dan pembeli sudah berpisah.
Contohnya, orang yang membeli suatu barang sebelum ia menerima barang
tersebut dari penjual. Penjual dan pembeli tersebut telah berpisah sebelum serah
terima barang itu. Jual beli ini dinamakan Riba Yad.12
F. Hikmah Diharamkannya Riba Yaitu:
a. Menghindari tipu daya di antara sesama manusia
b. Melindungi harta sesama muslim agar tidak dimakan dengan batil
c. Memotivasi orang muslim untuk menginvestasi hartanya pada usaha-usaha
yang bersih dari penipuan, jauh dari apa saja yang dapat menimbulkan
kesulitan dan kemarahan di antara kaum muslimin
d. Menjauhkan orang muslim dari sesuatu yang menyebabkan kebinasaan
karena pemakan riba adalah orang yang zalim dan akibat kezaliman adalah
kesusahan
e. Membuka pintu-pintu kebaikan di depan orang muslim agar ia mencari
bekal untuk akhirat
f. Rajin mensyukuri nikmat Allah dengan cara memanfaatkan untuk
kebaikan serta tidak menyia-nyiakan nikmat tersebut
g. Melakukan praktek jual beli dan utang piutang secara baik menurut islam13
12 Kementerian Agama RI, Fikih (Jakarta: Kementerian Agama RI, 2014), hal. 155-156 13 Ibid., hal. 156
16
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Jual beli adalah penukaran harta (dalam pengertian luas) atas dasar saling rela
atau tukar menukar suatu benda (barang) yang dilakukan antara dua pihak dengan
kesepakatan (akad) tertentu atas dasar suka sama suka.
Macam-macam jual beli : Jual beli yang sahih dan Jual beli yang tidak sahih
(batil)
2. Hikmah jual beli antara lain:
g) Jual beli dapat menata struktur kehidupan ekonomi masyarakat yang
menghargai hak milik orang lain.
h) Penjual dan pembeli dapat memenuhi kebutuhannya atas dasar kerelaan.
i) Masing-masing pihak merasa puas, baik ketika penjual melepas barang
dagangannya dengan imbalan, maupun pembeli membayar dan menerima
barang.
j) Dapat menjauhkan diri dari memakan atau memiliki barang yang haram atau
secara bathil.
k) Penjual dan pembeli mendapat rahmat Allah Swt. Bahkan 90% sumber rezeki
berputar dalam aktifitas perdagangan.
l) Menumbuhkan ketentraman dan kebahagiaan.
3. Khiyar yaitu mencari dua pilihan yang terbaik antara imdha (melanjutkan
transaksi) atau ilgha (membatalkan transaksi). Macam-Macam Khiyar: Khiyar
Majelis; Khiyar Syart; Khiyar ‘Aib
4. Hikmah Khiyar antara lain :
a. Khiyar dapat membuat akad jual beli berlangsung menurut prinsip-prinsip
Islam.
b. Mendidik masyarakat agar berhati-hati dalam melakukan akad jual beli.
c. Penjual tidak semena-mena menjual barangnya kepada pembeli, dan
mendidiknya agar bersikap jujur dalam menjelaskan kondisi dagangannya.
17
d. Terhindar dari unsur-unsur penipuan, baik dari pihak penjual maupun dari
pihak pembeli.
e. Khiyar dapat memelihara hubungan baik dan terjalin cinta kasih antar sesama.
5. Riba adalah pengambilan tambahan baik dalam transaksi jual beli, maupun pinjam
meminjam secara batil atau bertentangan dengan prinsip mu’amalat dalam islam.
Para ulama Fikih membagi riba menjadi empat macam, yaitu : Riba Fadl; Riba
Nasi’ah; Riba Qardi; Riba Yad.
6. Hikmah diharamkannya Riba Yaitu :
a) Menghindari tipu daya di antara sesama manusia
b) Melindungi harta sesama muslim agar tidak dimakan dengan batil
c) Memotivasi orang muslim untuk menginvestasi hartanya pada usaha-usaha
yang bersih dari penipuan, jauh dari apa saja yang dapat menimbulkan
kesulitan dan kemarahan di antara kaum muslimin
d) Menjauhkan orang muslim dari sesuatu yang menyebabkan kebinasaan
karena pemakan riba adalah orang yang zalim dan akibat kezaliman adalah
kesusahan
e) Membuka pintu-pintu kebaikan di depan orang muslim agar ia mencari bekal
untuk akhirat
f) Rajin mensyukuri nikmat Allah dengan cara memanfaatkan untuk kebaikan
serta tidak menyia-nyiakan nikmat tersebut
g) Melakukan praktek jual beli dan utang piutang secara baik menurut islam
18
DAFTAR PUSTAKA
Aikochi, Jual Beli dan Hikmah Jual Beli, dalam http://aikochi-