Top Banner
BAB I LAPORAN PENDAHULUAN RESIKO BUNUH DIRI A. DEFINISI RESIKO BUNUH DIRI Bunuh diri adalah segala perbuatan dengan tujuan untuk membinasakan dirinya sendiri dan dengan sengaja dilakukan oleh seseorang yang tahu akan akibatnya yang mungkin pada waktu yang singkat (W.F. Maramis, 1992) . Bunuh diri adalah tindakan agresif terhadap diri sendiri untuk mengakhiri kehidupan (Budi Anna Keliat, 1993) . Jadi resiko bunuh diri adalah segala bentuk perilaku agresif yang disengaja yang dapat merusak diri sendiri bertujuan untuk mengakhiri kehidupan B. KLASIFIKASI BUNUH DIRI Klasifikasi bunuh diri menurut WHO membagi bunuh diri menjadi 4 kategori sosial, yaitu : 1. Bunuh diri egoistik terjadi pada orang yang kurang kuat integrasinya dalam suatu kelompok sosial. Misalnya orang yang hidup sendiri lebih rentan untuk bunuh diri daripada yang hidup ditengah keluarga, dan pasangan yang mempunyai anak merupakan proteksi yang kuat dibandingkan yang tidak memiliki anak. Masyarakat di pedesaan lebih mempunyai integritas sosial daripada di perkotaan.
75

jiwa 1

Jul 14, 2016

Download

Documents

assafik
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: jiwa 1

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

RESIKO BUNUH DIRI

A. DEFINISI RESIKO BUNUH DIRI

Bunuh diri adalah segala perbuatan dengan tujuan untuk membinasakan dirinya

sendiri dan dengan sengaja dilakukan oleh seseorang yang tahu akan akibatnya yang

mungkin pada waktu yang singkat (W.F. Maramis, 1992) .

Bunuh diri adalah tindakan agresif terhadap diri sendiri untuk mengakhiri kehidupan

(Budi Anna Keliat, 1993) .

Jadi resiko bunuh diri adalah segala bentuk perilaku agresif yang disengaja yang

dapat merusak diri sendiri bertujuan untuk mengakhiri kehidupan

B. KLASIFIKASI BUNUH DIRI

Klasifikasi bunuh diri menurut WHO membagi bunuh diri menjadi 4 kategori sosial,

yaitu :

1. Bunuh diri egoistik terjadi pada orang yang kurang kuat integrasinya dalam suatu

kelompok sosial. Misalnya orang yang hidup sendiri lebih rentan untuk bunuh diri

daripada yang hidup ditengah keluarga, dan pasangan yang mempunyai anak merupakan

proteksi yang kuat dibandingkan yang tidak memiliki anak. Masyarakat di pedesaan

lebih mempunyai integritas sosial daripada di perkotaan.

2. Bunuh diri alturistik terjadi pada orang orang yang mempunyai integritas berlebih

terhadap kelompoknya, contoh : pelaku bom bunuh diri.

3. Bunuh diri anomik terjadi akibat faktor stress ddan juga tekanan ekonomi. Faktor

lingkungan yang penuh dengan tekanan dapat mendorong orang untuk bunuh diri.

4. Bunuh diri fatalistik terjadi pada individu yang hidup di masyarakat yang terlalu ketat

peraturannya. Dalam hal ini individu dipandang sebagai bagian dimasyarakat dari sudut

integritasi atau disintegrasi yang akan membentuk dasar dari sistem kekuatan, nilai nilai,

keyakinan, dan moral dari budaya tersebut.

Page 2: jiwa 1

C. TANDA DAN GEJALA

a. Mempunyai ide untuk bunuh diri

b. Mengungkapkan keiinginan untuk mati

c. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan

d. Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tenteng obat dosis

kematian)

e. Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panik, marah, dan

mengasing kan diri)

f. Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang depresi, psikosis,

dan menyalagunakan alkohol).

g. Kesehatan fisik (biasanya dengan klien dengan penyakit kronis atau terminial)

D. PSIKODINAMIKA

1. Faktor-faktor penyebab bunuh diri

a. Faktor Predisposisi

1) Diagnostik psikiatrik

> 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri, mempunyai

hubungan dengan penyakit jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat

individu beresiko untuk bunuh diri yaitu gangguan afektif, penyalahgunaan zat,

dan skizofrenia.

2) Sifatkepribadian

Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya resiko bunuh diri

adalah rasa bermusuhan, implisif dan depresi.

3) Lingkunganpsikososial

Seseorang yang baru mengalami kehilangan, perpisahan/perceraian, kehilangan

yang dini dan berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor penting yang

berhubungan dengan bunuh diri.

4) Riwayatkeluarga/factor geneticFactor genetic mempengaruhi terjadinya resiko

bunuh diri pada keturunannya serta merupakan faktor resiko penting untuk

perilaku destruktif. Beberapa orang mewarisi gen dengan emosi yang lemah dan

beberapa penelitian menunjukkan bahwa dalam beberapa garis keluargaterjadi

Page 3: jiwa 1

banyak kasus bunuh diri. Anggota keluarga yang salah seorang di

garisketurunannya pernah bunuh diri, lebih berisiko melakukan bunuh

diri.Disamping itu adanya penurunan serotinin dapat menyebabkan depresi yang

berkontribusi terjadinya resiko bunuh diri.

5) Faktorbiokimia

Susunan kimiawi otak bisa membuat seseorang lebih kuat dalam menghadapi

problem. Kadar serotinin yang rendah khususnya di dalam otak, dapat membuat

mood seseorang menjadi buruk, membuat tidak bahagia , mengurangi minat

seseorang pada keberadaanyya, dan beresiko menjadi depresi dan bunuh diri.

6) Faktor sosiologi

emile durkheim membagi suicide dalam 3 kategori yaitu: egoistik (orang yang

tidak terintregasi pada kelompok sosial), atruistik (melakukan suicide untuk

kebaikan masyarakat) dan anomic (suicide karena kesulitan dalam berhubungan

dengan orang lain dan beradaptasi dengan stressor).

b. Faktor Presipitasi

Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah:

1. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal

melakukan hubungan yang berarti.

2. Kegagalanberadaptasisehinggatidakdapatmenghadapistres.

3. Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri

sendiri.

4. Cara untuk mengakhiri keputusasaan

c. Sumber koping

Perlu dikaji adakah dukungan masyarakat terhadap klien dalam mengatasi

masalah individu dan memecahkan masalah seringkali membutuhkan bantuan orang

lain

d. Mekanisme koping

Mekanisme koping yang berhubungan dengan perilaku merusak diri tak langsung

adalah denial, rasionalisasi, intelektualisasi dan regresi. Seseorang yang melakukan

tindakan bunuh diri adalah individu telah gagal menggunakan mekanisme pertahanan

diri sehingga bunuh diri sebagai jalan keluar menyelesaikan masalah hidupnya

Page 4: jiwa 1

2. Rentang Respon Perilaku Bunuh Diri

a. Rentang Respon

Respon adaptif

respon maladaptif

Peningkatan beresiko desdruktif diri pencedaraan bunuh diri

diri desdruktif tak langsung tinggi

Menurut Beck (1994) dalam Keliat (1991 hal 3) mengemukakan rentang harapan

– putus harapan merupakan rentang adaptif – maladaptif. 

Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan

kebudayaan yang secara umum berlaku, sedangkan respon maladaptif merupakan respon

yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh

norma-norma sosial dan budaya setempat

1) Peningkatan diri. Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri secara

wajar terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan diri. Sebagai contoh

seseorang mempertahan kan dirinya dari pendapat yang berbeda mengenai loyalitas

terhadap pimpinan di tempat kerjanya.

2) Beresiko destruktif. Seseorang memiliki kecenderungan atau berisiko mengalami

perilaku dertruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang seharusnya

dapat mempertahankan diri. Seperti seseorang merasa patah semangat bekerja ketika

dirinya dianggap tidak loyal terhadap pimpinan padahal sudah melukan pekerjaan

secara optimal.

3) Destruktif diri tidak langsung. Seseorang telah mengambil sikap yang kurang tepat

(maladaptif) terhadap situasi yang membutuhkan dirinya untuk mempertahakan diri.

Misalnya karena pandangan pimpinan terhadap pekerjaannya yang tidak loyal, maka

seorang karyawan mrnjadi tidak masukkantor atau bekerja seenaknya dan tidak

optimal.

4) Pencederaan tinggi. Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencenderaan

diri akibat hilangnya harapan terhadap situasi yang ada.

Page 5: jiwa 1

Isyarat Bunuh Diri verbal/nonverbal

Pertimbangan untuk melakukan bunuh diri

Ancaman bunuh diri

Ambivalensi Kematian Kurangnya respon

positif

Upaya Bunuh Diri

Bunuh Diri

5) Bunuh diri. Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan

nyawanya hilang

E. PATOSIKOLOGI

( Stuart & Sundeen , 2006 )

Tahapan rentang perkembangan bunuh diri juga dibedakan sebagai berikut :

1. Suicide Ideation

Pada tahapan ini merupakan proses kontemplasi dari suicide, atau sebuah metode

yang digunakan tanpa melakukan aksi atau tindakan, bahkan klien pada tahap ini

tidak akan mengungkapkan idenya apabila tidak ditekan. Walaupun demikian,

Page 6: jiwa 1

perawat perlu menyadari bahwa pasien pada tahap ini memiliki pikiran tentang

keinginan untuk mati.

2. Suicide Intent

Pada tahap ini klien mulai berpikir dan sudah melakukan perencanaan yang

konkrit untuk melakukan bunuh diri.

3. Suicide Threat

Pada tahap ini klien mengekpresikan adanya keinginan dan hasrat yang dalam,

bahkan ancaman untuk mengakhiri hidupnya.

4. Suicide Gesture

Pada tahap ini klien menunjukan perilaku destruktif yang diarahkan pada diri

sendiri yang bertujuan tidak hanya mengancam kehidupannya tetapi sudah pada

percobaan untuk melakukan bunuh diri. Tindakan yang dilakukan umumnya tidak

mematikan karena mengalami ambivalensi kematian. Individu ini masih memiliki

kemampuan untuk hidup, ingin diselamatkan, dan individu ini sedang mengalami

konflik mental. Tahap ini dinamakan “crying for help” .

5. Suicide Attempt

Pada tahap ini perilaku destruktif klien yang mempunyai indikasi individu ingin

mati dan tidak mau diselamtkan mislanya minum obat yang mematikan, namun

masih ada yang mengalami ambivalensi.

6. Suicide

Tindakan bunuh diri ini sebelumnya telah didahului oleh beberapa percobaan

bunuh diri sebelumnya. 30 % orang berhasil melakukan bunuh diri adalah orang

yang pernah melakukan percobaan bunuh diri sebelumnya. Suicide ini merupakan

pilihan terakhir utnuk mengatasi kesedihan yang mendalam

F. POHON MASALAH

Bunuh diri

Resiko Bunuh diri

Page 7: jiwa 1

MASALAH UTAMA(mencederai diri sendiri untuk mengakhiri hidup)

PENYEBAB Gangguan Harga Diri :

Harga Diri Rendah

Koping diri sendiri tidak efektif

G. MASALAH KEPERAWATAN

a. Resiko mencederai diri sendiri

b. Harga diri rendah kronis

c. Isolasi social

d. Koping individu tidak efektif

H. INTERVENSI

Tgl DiagnosisKeperaw

atan

PerencanaanIntervensiTujuan Kriteria

HasilRisiko Tinggi Bunuh Diri

Klien tidak melakukan bunuh diri

TUK 1Klien dapat membina hubungan saling percaya

1.1 Klien mau membalas salam

1.2 Klien mau menjabat tangan

1.3 Klien mau menyebutkan nama

1.4 Klien mau tersenyum

1.5 Klien mau mengetahui nama perawat .

1.1 Beri salam / panggil nama

a. sebutkan nama perawat

b. Jelaskan maksud hubungan interaksi

c. Jelaskan akan kontrak yang akan dibuat

d. Beri rasa aman dan sikap empati

e. Lakukan kontak singkat tapi sering

TUK 2Klien dapat

2.1Klien terlindung dari

2.1 Modifikasi lingkungan klien

Page 8: jiwa 1

melindungi diri perilaku bunuh diri

perilaku bunuh diri

a. Jauhkan klien dari benda – benda yang dapat digunakan untuk bunuh diri

b. Tempatkan klien diruangan yang nyaman dan mudah terlihat oleh perawat

2.2 Awasi klien secara ketat setiap saat

2.3 Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri

TUK 3 :Klien dapat meningkatkan harga diri

3.1 Klien dapat meningkatkanharga dirinya

3.2 Klien dapat mengidentifikasi aspek positif yang dimiliki

3.3 Klien dapat membuat rencana masa depan yang realistis

3.1 Bantu klien mengeksplorasikan perasaan

a. Biarkan klien mengungkapkan perasaannya

b. Ajak klien untuk berbincang – bincang mengenai perasaannya namun jangan memaksa

3.2 Identifikasi aspek positif yang dimiliki klien

3.3 Bantu mengidentifikasisumber-sumber harapan (misal : hubungan antar sesama, keyakinan, hal-hal untuk diselesaikan).

3.1 Bantu klien merencanakan

Page 9: jiwa 1

masa depan yang realistis

TUK 4Klien dapat mendemonstrasikan cara fisik untuk mencegah bunuh diri

4.1 Klien dapat menyebutkan contoh pencegahan bunuh diri secara fisik :

a. Tarik nafas dalam.

4.2 Klien dapat mendemonstrasikan cara fisik untuk mencegah perilaku bunuh diri.

4.3 Klien mempunyai jadwal untuk melatih cara pencegahan fisik yang telah dipelajari sebelumnya.

4.5 Klien mengevaluasi kemampuan dalam melakukan cara fisik sesuai jadwal yang telah disusun.

4.1 Diskusikan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien.

4.2 Beri pujian atas kegiatan fisik klien yang biasa dilakukan.

4.3 Diskusikan satu cara fisik yang paling mudah dilakukan Untuk mencegah perilaku bunuh diri yaitu: tarik nafas dalam

4.4 Diskusikan cara melakukan nafas dalam dengan klien.

4.5 Beri contoh klien tentang cara menarik nafas dalam.

4.6 Minta klien mengikuti contoh yang diberikan sebanyak 5 kali.

4.7 Beri pujian positif atas kemampuan klien mendemonstrasikan cara nafas menarik dalam.

4.8 Tanyakan perasaan klien setelah selesai bercakap-cakap.

4.9 Anjurkan klien menggunakan cara yang telah dipelajari saat

Page 10: jiwa 1

bunuh diri itu muncul.

4.1.1 Lakukan hal yang sama dengan 6.2.1 sampai 6.2.6 untuk cara fisik lain dipertemuan yang lain.

4.1.2 Diskusikan dengan klien mengenai frekuensi latihan yang akan dilakukan sendiri oleh klien.

4.1.3 Susun jadwal kegiatan untuk melatih cara yang telah dipelajari.

4.1.4 Klien mengevaluasi pelaksanaan latihan, cara pencegahan perilaku bunuh diri yang telah dilakukan dengan mengisi jadwal kegiatan harian ( self- evaluation).validasi kemampuan klien dalam melaksanakan latihan.

TUK 5Klien dapat mendemonstrasikan cara social untuk mencegah

5.1 Klien dapat menyebutkan cara bicara( verbal) yang baik dalam mencegah bunuh diri.

5.1 Diskusikann cara bicara yangbaik dengan klien

5.2 Beri contoh cara bicara yang baika. Meminta

dengan baik

Page 11: jiwa 1

bunuh diri. a. Meminta dengan baik

b. Menolak dengan baik

c. Mengungkapkan erasaan dengan baik

5.2 Klien dapat mendemonstrasikan cara verbal yang baik

5.3 Klien mempunyai jadwal untuk melatih cara bicara yang baika.Klien

melakukan evaluasi terhadap kemampuan cara bicara yang sesuai dengan jadwal yang telah disusun

b. Menolak dengan baik

c. Mengungkapkn perasaan dengan baik

5.3 Meminta klien mengikuti contoh cara bicara yang baik.a. Meminta

maaf dengan baik

“Saya minta uang untuk beli makan”

b. Menolak dengan baik

“Maaf,,saya tidak bisa melakukan karena ada kegiatan lain”

c. Mengungkapkn perasaan dengan baik

“Saya kesal karena permintaan saya tidak dikabulkan”

5.4 Minta klien mengulangi sendiri

5.5 Beri pujian atas keberhasilan pasien

5.6 Diskusikan dengan klien tentang waktu dan kondisi cara bicara yang dapat dilatih di ruangan, misalnya: Mmeminta obat, baju dlll, menolak ajakan

Page 12: jiwa 1

merokok, tidur tidak tepat pada waktunya, menceritakan kekesalan pada perawat.

5.7 Susun jadwal kegiatan untuk melatih cara yang telah dipelajari

5.8 Klien mengevaluasi pelaksanaan latihan cara bicara yang baik dengan mengisi jadwal kegiatan

5.9 Validasi kemampuan klien dalam melaksanakan latihan

5.1.1 Beri pujian atas keberhasilan klien, tanyakan kepada klien, “Bagaimana perasaan klien setelah latihan bicara yang baik? apakah keinginan bunuh diri berkurang?”

TUK 6Klien mendemonstrasikan kepatuhan minum obat untuk mencegah bunuh diri

6.1 Kliendapat menyebutkan jenis, dosis, dan waktu minum obat serta manfaat dari obat itu(Prinsip 5 benar: benar orang, obat, dosis, waktu, dan cara

6.1 Diskusikan dengan klien tentang jenis obat yang diminumnya (nama, warna, besarnya): Waktu minum obat ( jika 3 kali: pkl. 07.00, 13.00, 19.00) cara minum obat.

6.2 Dengan klien

Page 13: jiwa 1

pemberian).6.2 Klien

mendemonstrasikan kepatuhan minum obat sesuai jadwal yang ditetapkan

6.3 Klien mengevaluasi kemampuan dalam mematuhi minum obat.

tentang manfaat minum obat secara teratur:a. Beda perasaan

sebelum minum obat dan sesudah minum obat.

b. Jelaskan bahwa dosis obat hanya boleh diubah oleh dokter.

c. Jelaskan mengenai akibat minum obat yang tidak teratur, misalnya penyakit kambuh.

6.3 Diskusikan tentang proses minum obat:a. Klien meminta

obat kepada perawat(jika di rumah sakit), kepada keluarga(jika di rumah).

b. Klien memeriksa obat sesuai dosis.

c. Klien minum obat padawaktu yang tepat

6.4 Klien mengevaluasi pelaksanaan minum obat dengan mengisi jadwal kegiatan harian (self-evaluation)

6.5 Validasi

Page 14: jiwa 1

pelaksanaan minum obat

6.6 Beri pujian atas keberhasilan klien.

6.7 Tanyankan kepada klien : “ bagaimanaperasaan anda dengan minum obat secara teratur? apakah keinginan untuk bunuh diri brkurang?

TUK 7Klien dapat mengikuti tak stimulasi persepsi pencegahan bunuh diri.

7.1 Klien mengikuti tak: stimulasi persepsi pencegahan bunuh diri.

7.2 Klien mengikuti tak: stimulasi persepsi pencegahan bunuh diri.

7.3 Klien mempunyai jadwal. klien melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan tak.

7.1 Anjurkan klien untuk ikut tak: stimulasi persepsi pencegahan bunuh diri.

7.2 Klien mengikuti tak:stimulasi persepsi pencegahan bunuh diri( kegiatan mandiri).

7.3 Diskusikan dengan klien tentang kegiatan selama tak.

7.4 Fasilitasi klien untuk mempraktikkan hasil kegiatan tak dan beri pujian atas keberhasilannya.

7.5 Diskusikan dengan klien tentang jadwal tak

7.6 Masukkan jadwal tak ke dalam jadwal

Page 15: jiwa 1

kegiatan harian.7.7 Beri pujian atas

kemampuan mengikuti tak

7.8 Tanyakan kepada klien: “ bagaiman perasaan anda setelah ikut tak?

TUK 8Klien mendapatkan dukungan keluarga dalam melakukan cara pencegahan bunuh diri.

8.1 Keluarga dapat mendemonstrasikan cara merawat klien.

8.1 Identifikasi kemampuan keluarga dalammerawat klien sesuai dengan yang telah dilakukan keluarga selama ini

8.2 Jelaskan keuntungan peran serta keluarga dalam merawat klien.

8.3 Jelaskan cara-cara merawat klien:

a. Terkait denganmunculnya bunuh diri.

b. Sikap dan bicara

c. Membantu mengenal penyebab bunuh diri dan pelaksanaan pencegahan bunuh diri

d. Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien.

e. Bantu keluarga

Page 16: jiwa 1

mengungkapkan perasaannya setelah melakukan demonstrasi.

f. Anjurkan keluarga mempraktikkan pada klien selama dirumah sakit dan melanjutkannya setelah pulang ke rumah

E. STRATEGI PELAKSANA

Pasien Keluarga

Sp 1 P

a. Membina hubungan saling percaya

kepada klien

b. Mengidentifikasi benda- benda yang

dapat membahayakan pasien

c. Mengamankan benda-benda yang

dapat membahayakan pasien

d. Melakukan kontrak treatment

e. Mengajarkan cara mengendalikan

dorongan bunuh diri

Sp 1 Keluarga

a. Mendiskusikan masalah yang

dirasakan keluarga dalam merawat

pasien

b. Menjelaskan pengertian, tanda dan

gejala resiko bunuh diri, dan jenis

perilaku bunuh diri yang dialami

pasien beserta proses terjadinya

c. Menjelaskan cara-cara merawat

pasien resiko bunuh diri

Sp 2 Pasien

a. Mengidentifikasi aspek positif pasien

b. Mendorong pasien untuk berfikir

positif terhadap diri sendiri

c. Mendorong pasien untuk menghargai

Sp 2 Keluarga

a. Melatih keluarga mempraktikkan cara

merawat pasien dengan resiko bunuh

diri

b. Melatih keluarga melakukan cara

Page 17: jiwa 1

diri sebagai individu yang berharga merawat langsung kepada pasien

resiko bunuh diri

Sp 3 Pasien

a. Mengidentifikasi pola koping yang

bisa diterapkan pasien

b. Menilai pola kopinh yang biasa

dilakukan

c. Mengidentifikasi pola koping yang

konstruktif

d. Mendorong pasien memilih pola

koping yang kostruktif

e. Menganjurkan pasien menerapkan

pola koping yang konstruktif dalam

kegiatan harian

Sp 3 Keluarga

a. Membantu keluarga membuat jadwal

aktivitas di rumah termasuk minum

obat

b. Menjelakan follow up pasien

Sp 4 Pasien

a. Membuat rencana masa depan yang

realistis bersama pasien

b. Mengidentifikasi cara mencapa

rencana masa depan yang realistis

c. Memberi dorongan pasien melakukan

kegiatan dalam rangka meraih masa

depan yang realistis

Page 18: jiwa 1

DAFTAR PUSTAKA

Dalami, Ermawati. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Jiwa. Jakarta: Tim

KDT (Katalog Dalam Terbitan)

Azizah, Lilik M. 2011. Keperawatan Jiwa (Aplikasi Praktik Klinik). Yogyakarta: Graha

Ilmu

Purwanto, Teguh. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Ed 1. Yogyakarta : Graha Ilmu

Budi Anna Keliat. 2011 . Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas . Jakrta : EGC

Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama

Page 19: jiwa 1

ANALISA KASUS

A. Kasus (Trigger Case)

Tn. B berusia 35 tahun, bekerja di sebuah perusahaan swasta bernama PT.

Bagindo.Status menikah, tapi belum memiliki anak. Perusahaan tempatnya bekerja

mengalami masalah, akibatnya sebagian besar para pekerjanya terkena pemutusan hubungan

kerja (PHK), termasuk salah satunya Tn. B. Akibatnya kondisi keuangan Tn. B memburuk,

sehingga membuat istrinya meminta cerai karena Tn. B tidak bisa memberikan nafkah lagi

kepada istrinya.Klien hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri dan dari keluargapun tidak

ada yang memberi motivasi kepada klien untuk mencari pekerjaan yang baru. Dan klien

selama di PHK hanya menggunakan sisa uang tabungan untuk kebutuhan sehari-hari.

Beberapa hari klien sangat murung, sedih, tidak ada semangat dan merasa tidak berdaya,

bahkan klien tidak ingin untuk makan. Ia pun menjadi putus asa dan ingin mengakhiri

hidupnya dengan cara meminum cairan disinfektan untuk bunuh diri.

1. Psikodinamika

a. Faktor predisposisi

Lingkungan psikososial

Perusahaan tempatnya bekerja mengalami masalah (PHK)

Klien tidak memiliki anak

b. Faktor presipitasi

Istri meminta untuk cerai

c. Penilaian primer

Bagi klien berarti karena tidak bisa memberi nafkah, putus asa dan menyalahkan

dirinya sendiri sehingga ingin mengakhiri hidupnya dengan cara meminum cairan

desinfektan untuk bunuh diri.

Page 20: jiwa 1

d. Penilaian sekunder

Keluarga: Dari keluargapun tidak ada yang memberi motivasi kepad klien untuk

mencari pekerjaan yang baru.

Ekonomi : Dan klien selama di PHK hanya menggunakan sisa uang tabungan untuk

kebutuhan sehari-hari

e. Sumber koping

Klien tidak mendapat dukungan dari keluarga, hal ini dibuktikan ketika klien

mengalami PHK, istrinya tidak memberikan dukungan ataupun semangat terhadap

dirinya. Sehingga istri klien meminta cerai. dan pada akhirnya menyebabkan koping

keluarga klien tidak efektif dan membuat klien tampak putus asa sehingga terfikir oleh

klien untuk mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.

f. Mekanisme Koping

Mekanisme kping Tn.B merupakan defence mekanisme .

Klien hanya bisa menyalahkan dirinya sediri (supresi)

g. Tanda dan gejala

Klien sangat murung, sedih, tidak ada semangat dan tidak berdaya, klien putus asa

2. Perandanfungsiperawat

a. Pencegahanprimer

Menciptakan kehidupan keluarga sebagai pusat temapt klien, dapat mencari

pemecahan dari berbagai konflik dan permasalahan dengan cara menumbuh

kembangkan rasa sikap keluarga klien yang mampu memberikan dan menerima

kasih sayang sebagai pola hidup ideal menuju keluarga kecil, bahagia dan sejahtera

b. Pencegahansekunder

Mengecek kesehatan yang dialami oleh pasien

Memberi kesempatan mengungkapkan perasaan ynag dialami oleh pasien

Page 21: jiwa 1

c. Pencegahantersier

Memberikan hubungan bina saliang percaya antara keluarga dengan pasien agar

pasien tersebut tidak melakukan percobaan bunuh diri

Keluraga harus bisa untuk memantau kondisi pasien yang ingin melakukan

percobaan resiko bunuh diri, memberikan perhatian terhadap pasien

4. Model keperawatan jiwa yang digunakan dalam kasus Resiko Bunuh Diri

a. Model Sosial

Beberapa hari klien sangat murung, sedih,tidak ada semangat, dan merasa tidak

berdaya.

b. Model Komunikasi

klien tidak mencurahkan segala keluh masalah terhadap keluarga terdekat, sehinggga

klien mengalami gangguan jiwa karena ketidak pedulian anggota keluarga akhirnya

klien menjadi putus asa dan ingin mengakhiri hidupanya dengan bunuh diri .

c. Model Perilaku :

Perilaku Tn.B tidak tepat . oleh karena itu sebagai perawat harus bisa untuk

membantu klien agar klien dapat mengubah perilaku yang baik. Member motivasi agar

pasien agar tidak melakukan perbuatan maldaptif seperti percobaan bunuh diri

d. Model Eksistensi

Klien putus asa

5. Model keperawatan TerapiModalitas

Terapi Individual

Dengan adanya terapi individual yang dilakukan hubungan bina saling percaya antara

perawat dengan pasien agar pasien bersedia untuk mengekspresikan tentang masalah

yang dialami dan mau untuk melakuakan kerjasama dalam mengatasi masalah yang

Page 22: jiwa 1

diderita oleh pasien dan dari pihak perawat bisa untuk memberikan solusi dalam

mengatasi masalah yang diderita oleh pasien tersebut.

Terapi Lingkungan

Dengan Terapi lingkungan ini diharapkan klien dapat menata kepribadian hidupnya

agar terjadi perubahan perilaku pada klien dari perilaku maladaptive menjadi perilaku

adaptif. Pada terapi ini pasien diberikan kesempatan, dukungan, pengertian agar klien

dapat berkembang menjadi pribadi yang bertanggung jawab.

Terapi Keluarga

Terapi keluarga ini sangatlah penting pada setiap pasien yang mengalami gangguan

jiwa atau seseorang yang sedang mengalami stressor yang tinggi termasuk bunuh diri.

Dengan demikian terlebih dahulu masing-masing anggota keluarga mawas diri; apa

masalah yang terjadi di keluarga, apa kontribusi masing-masing terhadap timbulnya

masalah, untuk itu kemudian mencari solusi untuk mempertahankan keutuhan keluarga

dan meningkatkan atau mengembalikan fungsi keluarga seperti yang seharusnya.

TerapiKognitif

Dengan adanya terapi kognitif klien harus bisa untuk mengubah pola piker untuk

tidak melakukan tindakan resiko bunuh diri. Tujuan terapi ini untuk mengemabangkan

pola pikir yang rasional, dan klien dapat bersikap baik

Terapi Perilaku

Dengan terapi perilaku ini klien dilatih untuk belajar mengubah kata kata negative

menjadi kata-kata positif dan merubah perilaku dari yang negative ke yang positif .

6. Analisa Data

DATA PROBLEM

DS

Klien ingi nmengakhiri hidupnya dengan

cara meminum cairan desifektan untuk

bunuh diri

Resiko Bunuh Diri

Page 23: jiwa 1

DO

Putusasa

DS :

Merasa tidak ada semnagat dan tidak

berdaya

DO :

Klien tampak murung dan sedih

Ketidakefektifan koping individu

7. Pohon masalah

EFEK Bunuh diri

Resiko Bunuh diri

MASALAH UTAMA(mencederai diri sendiri untuk mengakhiri hidup)

PENYEBAB Gangguan Harga Diri :

Harga Diri Rendah

Koping diri sendiri tidak efektif

8. Diagnosa keperawatan

Resiko bunuh diri

Tindakan Keperawatan

1. Tindakan keperawatan terhadap pasien yang melakukan percobaan bunuh diri

Menemani klien terus menerus sampai dia dapat dipindahkan ketempat yang

aman

Page 24: jiwa 1

Menjauhkan semua benda yang berbahaya

Mendapatkan orang yang dapat segera membawa klien kerumah sakit untuk

pengkajian lebih lanjut dan kemungkinan dirawat

Memeriksa apakah klien benar-benar telah meminum obatnya, jika klien

mendapatkan obat

Dengan lembut menjelaskan pada klien bahwa saudara akan melindungi klien

sampai tidak ada keinginan untuk bunuh diri

2. Tindakan keperawatan keluarga pasien dengan percobaan bunuh diri

a. Tindakan keperawatan keluarga pasien dengan percobaan bunuh diri

Menganjurkan klien untuk ikut mengawasi klien serta jangan pernah

meninggalkan klien sendirian

Menganjurkan keluarga untuk membantu perawat menjauhi barang-barang

berbahaya disekitar klienn

Mendiskusikan dengan keluarga orang yang dapat membawa klien ke RS

sesegera mungkin

Menjelaskan kepada keluarga pentingnya klien minum obat secara teratur

b. Mengajarkan keluarga cara melindungi klien dari perilaku bunuh diri

a) Mendiskusikan tentang cara yang dapat dilakukan keluarga bila klien

memperlihatkan tanda dan gejala bunuh diri

b) Menjelaskan tentang cara- cara melindungi klien antara lain :

Memberikan tempat yang aman, menempatkan klien di tempat yang

mudah diawasi, jangan biarkan klien mengunci diri di kamarnya atau

jangan meninggalkan sendirian di rumah

Menjauhkan barang- barang yang bisa digunakan untuk bunuh diri

Seperti tali, bahan bakar minyak, pisau, zat yang berbahaya(cairan

desinfektan )

Selalu mengadakan peningkatan pengawasan, walaupun klien tidak

menunjukkan tanda dan gejala bunuh diri

c. Mengajarkan keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan apabila klien

melakukan percobaan bunuh diri antara lain :

Page 25: jiwa 1

a) Mencari bantuan pada tetangga sekitar atau pemuka masyarakat apa bila

klien melakukan percobaan bunuh diri

b) Segera membawa klien kerumah sakit atau puskesmas untuk mendapatkan

bantuan medis

c) Membantu keluarga mencari rujukan fasilitas kesehatan yang tersedia bagi

klien

a) Memberi informasi tentang nomor telfon darurat tentang kesehatan

b) Menganjurkan keluarga untuk mengantarkan klien berobat / control secara

teratur untuk mengatasi masalah bunuh diri

c) Menganjurkan keluarga untuk membantu klien minum obat sesuai psrinsip

5 benar

9. Rencana Tindakan Keperawatan

Tgl Masalah

keperawatan

Perencanan Intervensi

Tujuan Kriteria Evaluasi

Resiko

Bunuh

Diri

Tujuan umum:

Klien tidak

mencederai diri

sendiri

TUK 1

Klien dapat

membina hubungan

saling percaya.

Kriteria Evaluasi :

1. Ekspresi wajah

bersahabat,

2. Menunjukkan rasa

senang

3. Ada kontak mata,

mau berjabat tangan

4. Mau menyebutkan

nama

5. Mau menjawab

salam

1. Bina hubungan

saling percaya

dengan

menggunakan

prinsip

komunikasi

terapeutik :

a. Sapa klien

dengan nama

baik verbal

Page 26: jiwa 1

6. Mau duduk

berdampingan

dengan perawat

7. Mau mengutarakan

masalah yang

dihadapi

maupun non

verbal.

b. Perkenalkan

diri dengan

sopan.

c. Tanyakan nama

lengkap klien

dan nama

panggilan yang

disukai klien.

d. Jelaskan tujuan

pertemuan.

e. Jujur dan

menepati janji.

TUK 2:

Klien dapat

terlindung dari

perlaku bunuh diri

Kriteria evaluasi :

Klien dapat terlindung

dari perilaku bunuh diri

1. Jauhkan klien

dari benda-

benda yang

dapat

digunakan

untuk bunuh

diri

2. Tempatkan klien

diruangan ynag

nyaman dan

mudah terlihat

oleh perawat

3. Awasi klien

secra ketat

setiap saat

TUK 3 : Kriteria evaluasi : 1. Bantu klien

Page 27: jiwa 1

Klien dapat

meningkatkan

harga diri,

Klien dapat

meningkatkan harga

dirinya

Klien dapat

mengidentifikasi aspek

positif yang dimiliki

Klien dapat membuat

rencana masa depan

yang realistis

untuk

memahami

bahwa klien

dapat

mengatasi

keputusasaann

ya

2. Bantu

mengidentifika

si sumber

sumber harapan

(missal :

hubungan antar

sesama,

keyakinan, hal-

hal untuk

diselesaikan )

3. Bantu klien

merencanakan

masa depan

yang realistis

TUK 4:

Klien dapat

menggunakan

koping yang

adaptif,

Kriteria evaluasi :

Klien dapat

menggunakan koping

yang adaptif

1. Ajarkan

mengidentifikasi

pengalaman-

pengalaman

yang

menyenangkan.

2. Bantu untuk

mengenali hal-

hal yang ia

cintai dan yang

Page 28: jiwa 1

ia sayangi dan

pentingnya

terhadap

kehidupan orang

lain.

3. Beri dorongan

untuk berbagi

keprihatinan

pada orang lain.

TUK 5:

Klien dapat

menggunakan

dukungan sosial

Kriteria evaluasi :

Klien dapat

menggunakan

dukungan social

1. Kaji dan

manfaatkan

sumber-sumber

eksternal

individu.

2. Kaji sistem

pendukung

keyakinan yang

dimiliki klien.

3. Lakukan

rujukan sesuai

indikasi

(pemuka

agama).

Page 29: jiwa 1

Strategi Pelaksana

DIAGNOSA

KEPERAWATAN

PASIEN KELUARGA

Resiko Bunuh Diri Sp I Pasien : TUK 1 – 2

a. Membina hubungan saling

percayadengan klien

b. Mengidentifikasi benda-benda

yangdapat membahayakan pasien.

c. Mengamankan benda-benda yang

dapat membahayakan pasien.

d. Melakukan kontrak treatment

e. Mengajarkan cara mengendalikan

dorongan bunuh diri

SP 1 Keluaga

a. mendiskusikan

massalah yang

dirasakan keluarga

dalam merawat pasien

b. Menjelaskan pengertia,

tanda dan gejala resiko

bunuh diri, dan jenis

prilaku yang di alami

pasien beserta proses

terjadinya

c. Menjelaskan cara-cara

merawat pasien resiko

bunuh diri yang

dialami pasien beserta

proses terjadinya.

Sp II PasienTUK 3

a. Evaluasi kegiatan yang lalu ( SP 1 )

b. Mengidentisifikasi aspek positif

pasien

c. Mendorong pasien untuk berfikir

positif terhadap diri sendiri

d. Mendorong pasien untuk

menghargai diri sebagai individu

yang berharga

SP II Keluarga

a.Evaluasi kemampuan

keluarga di SP 1

b.Melatih keluarga

mempraktekan cara

merawat pasien

dengan resiko bunuh

diri

c. Melatih keluarga

melakukan cara

Page 30: jiwa 1

merawat langsung

kepada pasien resiko

bunuh diri.

Sp III Pasien :TUK 3 , 4, 5

a. Evaluasi kegiatan yang lalu (Sp 1

& 2)

b. Mengidentisifikasi pola koping

yang biasa diterapkan pasien

c. Menilai pola koping yng biasa

dilakukan

d. Mengidentifikasi pola koping yang

konstruktif

e. Mendorong pasien memilih pola

koping yang konstruktif

f. Menganjurkan pasien menerapkan

pola koping konstruktif dalam

kegiatan harian

SP III Keluarga

a. Evaluasi kemampuan

keluarga

b. Membantu keluarga

membuat jadual

aktivitas dirumah

termasuk minum obat

Sp IV Pasien

a. a. Evaluasi kegiatan yang lalu (Sp 1 &

2)

b. b. Membuat rencana masa depan yang

realistis bersama pasien

c. c. Mengidentifikasi cara mencapai

rencana masa depan yang realistis

d. d. Memberi dorongan pasien

melakukan kehiatan dalam rangka

meraih masa depan yang realistis

Sp IV Keluarga

a. Evaluasi kemampuan

keluarga

b. Mendiskusikan sumber

rujukan yang biasa

dijangkau oleh keluarga

Page 31: jiwa 1

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN Tn.B

DENGAN PERCOBAAN BUNUH DIRI

PERTEMUAN KE 1

Masalah : Resiko Bunuh Diri Tanggal :

Pertemuan : ke 1 (satu) Jam :

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi Klien

a. Klien mengungkapkan perasaan bersalah/sedih/marah/putus asa/tidak berdaya.

klien juga sering mengungkapkan hal-hal negativ tentang diri sendiri yang

menggambarkan harga diri rendah.

b. Memiliki ide untuk bunuh diri/ mengakhiri kehidupannya. dan sudah pernah

melakukan percobaan bunuh diri.

c. Berbicara tentang kematian dan menanyakan tentang obat/ dosis yang mematikan,

serta mengungkapkan keinginan untuk mati.

2. Diagnosa Keperawatan

Resiko bunuh diri

3. Tujuan khusus

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya

b. Klien dapat terlindung dari resiko bunuh diri

4. Tindakan Keperawatan:sp 1 pasien

a. Membina hubungan saling percaya dengan klien

b. Mengidentifikasi benda-benda yang dapat membahayakan pasien

c. Mengamankan benda-benda yang dapat membahayakan pasien

d. melakukan kontrak treatment

e. mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri masuk jadwal kegiatan

pasien.

Page 32: jiwa 1

B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)

1. FASE ORIENTASI

a. Salam terapeutik

“ Selamat pagi Bapak!” “ Bagaimana keadaan Bapak hari ini?”

“ Kenalkan, nama saya ….. , biasa dipanggil…”. Nama Bapak siapa? Biasa dipanggil

apa? Saya mahasiswa Stikes Bina Sehat PPNI yang bertugas hari ini.

“Boleh saya tahu usia Bapak berapa? Tinggal dimana? tinggal dengan siapa?”

b. Evaluasi/ validasi

“Bagaimana perasaan Bapak hari ini?”

c. Kontrak

“Saya yang akan merawat Bapak di ruangan hari ini dan saya akan membantu

menyelesaikan masalah yang Bapak hadapi.”

a. Topik:

“Bagaimana kalau pagi ini kita berbincang-bincang tentang hal/ perasaan yang

dapat mengendalikan dorongan bunuh diri.”

b. Tempat:

“Bapak mau kita bercakap-cakap dimana? Bagaimana kalau di teras depan?”

c. Waktu:

“Bapak mau berapa lama kita bercakap-cakap saat ini? Bagaimana kalau 15

menit

2. FASE KERJA

Apa yang menyebabkan Bapak memiliki perasaan ingin mengakhiri kehidupan

Bapak?

Apakah Bapak merasa kehilangan kepercayaan diri? Apakah Bapak merasa tak

berharga atau bahkan lebih rendah dari pada orang lain?”

Apakah Bapak tahu, apa akibat bagi diri Bapak dan keluarga Bapak jika Bapak

meninggal dengan cara yang Bapak lakukan?

Page 33: jiwa 1

3. FASE TERMINASI

a. Evaluasi Subyektif

“Bagaimana perasaan Bapak B setelah kita bercakap-cakap?Apakah Bapak

merasa ada manfaatnya dari perbincangan kita saat ini?Apakah keinginan bunuh diri

itu masih ada?”

b. Evaluasi Obyektif

“Bapak masih ingat cara mengatsi keinginan bunuh diri?Coba Bapak sebutkan

cara agar keinginan bunuh diri itu tidak muncul lagi!”

c. Rencana tindak lanjut

“Saya harap, bila nanti keinginan bunuh diri itu muncul lagi, Bapak bisa

mempraktikkan cara-cara yang telah kita pelajari tadi.”

d. Kontrak yang akan datang

Topik: “Baiklah….Sementara itu dulu yang kita bicarakan hari ini.

Bagaimana kalau nanti kita bercakap-cakap tentang menghargai diri sebagai

individu yang berharga

Tempat: “Dimana tempatnya nanti kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau

disini saja?”

Waktu: “Mau jam berapa pak kita ngobrol-ngobrol lagi? Bagaimana kalau

jam 17.00 sore nanti”?

Page 34: jiwa 1

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

(INDIVIDU) PADA PASIEN Tn.B

DENGAN PERCOBAAN BUNUH DIRI

PERTEMUAN KE 2

Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan

Nama :

Pertemuan : 2

Hari/tgl :

Jam :

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien

a. Klien masih nampak bingung, mempermainkan jari-jari tangannya, kontak mata kurang,

mau menatap lawan bicara walau sering menunduk, sulit berkomunikasi dengan perawat,

pembicaraan kadang terarah.

b. Memiliki ide untuk bunuh diri/ mengakhiri kehidupannya. dan sudah pernah melakukan

percobaan bunuh diri.

c. Kadang mengungkapkan keinginan untuk mati.

2. Tujuan Umum

Klien tidak menunduk lagi saat diajak bicara

3. Tujuan khusus

a. Klien Dapat meningkatkan harga diri

b. Klien dapat mengekspresikan perasaannya

4. Tindakan Keperawatan: SP2

a. Evaluasi kegiatan lalu (SP 1)

b. Mengidentifikasi aspek positif pasien

c. Mendorong pasien untuk berfikir positif terhadap diri

d. Mendorong pasien untuk menghargai diri sebagai individu yang berharga

e. Masuk jadwal kegiatan pasien

B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP2)

Page 35: jiwa 1

1. FASE ORIENTASI

“Assalamualaikum, Bapak. Masih ingat dengan saya kan?”saya teman dari suster Nuri yang

berjaga tadi pagi pak". Nama saya Derha Nella Agatha, bapak bisa memanggil saya suster

Derha’.

“Melihat kondisi Bapak yang membutuhkan pertolongan segera, maka saya perlu menemani

Bapak disini sampai ada petugas kesehatan lain yang akan menjaga Bapak.”

2. Evaluasi/ validasi

“Bagaimana perasaan Bapak hari ini?” “bagaimana kegiatan dengan suster nuri tadi pagi bapak?”

apakah masih ada yang kurang jelas, jika ada yang kurang jelas, bapak bisa sampaikan kepada

saya”.

3. Kontrak

“Saya yang akan merawat Bapak di ruangan hari ini dan saya akan membantu

menyelesaikan masalah yang Bapak hadapi.”

Topik:

“sesuai dengan janji kita pagi tadi Bagaimana kalau sore ini kita berbincang-bincang tentang cara

meningkatkan kepercayaan diri kita”

Tempat:

“Bapak mau kita bercakap-cakap dimana? Bagaimana kalau di teras depan?”

Waktu:

“Bapak mau berapa lama kita bercakap-cakap saat ini? Bagaimana kalau 15 menit

4. FASE KERJA

“apakah bapak tau apa yang menyebabkan bapak hingga ingin melakukan bunuh diri”?

“Apa yang menyebabkan Bapak memiliki perasaan ingin mengakhiri kehidupan Bapak?

“Bagaimana perasaan Bapak setelah mengetahui penyakit yang Bapak derita?Apakah dengan

penyakit tersebut, Bapak merasa paling menderita di dunia ini?”

“ApakahBapak merasa kehilangan kepercayaan diri? Apakah Bapak merasa tak berharga atau

bahkan lebih rendah dari pada orang lain?”

“Apa yang menjadi cita-cita Bapak?Apa harapan Bapak terhadap tubuh, status, tugas dan

lingkungan?”

Page 36: jiwa 1

“Hal apa yang biasa Bapak lakukan saat keinginan bunuh diri itu muncul? Bagaimana cara

Bapak mewujudkannya?”

“Apakah Bapak tahu, apa akibat bagi diri Bapak dan keluarga Bapak jika Bapak meninggal

dengan cara yang Bapak lakukan?”

“Nah.., karena Bapak tampaknya masih memiliki keinginan untuk mengakhiri hidup, maka saya

tidak akan membiarkan Bapak sendiri.”

“Kalau keinginan itu muncul, maka untuk mengatasinya, Bapak harus langsung minta bantuan

kepada perawat atau keluarga dan teman yang sedang besuk . Jadi usahakan, jangaan pernah

sendirian ya Bapak…

“Apakah hari ini Bapak sudah minum obat?Kalau belum, saya akan bantu Bapak untuk minum

obat.”

5. FASE TERMINASI

a. Evaluasi

1) Evaluasi Subjektif

‘’Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang hal-hal yang menyebabkan

bapak bunuh diri?’’ Masih ada dorongan untuk bunuh diri?

2) Evaluasi Objektif

‘’Coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari!Bagus sekali, sekarang

kita masukkan dalam jadwal. Berapa kali sehari bapak mau latihan bicara yang baik?Bisa kita

buat jadwal?’’.

3) Rencana Tindak lanjut klien

‘’ “Saya harap, bila nanti keinginan bunuh diri itu muncul lagi, Bapak bisa mempraktikkan cara-

cara yang telah kita pelajari tadi.”

6. Kontrak

Topik: “Bagaimana kalau besok kita membahas mendemonstrasikan cara fisik untuk mencegah

bunuh diri

Waktu : “ besok kita ketemu lagi jam 09.00 WIB.”

Tempat :bapak ingin bercakap-cakap dengan saya dimana ? apakah tetap disini atau ditempat

lain ?”Baiklah kalau begitu kita sudahi perbincangan kita saat ini, terima kasih sampai jumpa

besok ya pak !! wassalamu’alaikum...!!

Page 37: jiwa 1

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

(INDIVIDU) PADAPASIEN Tn.B

DENGAN PERCOBAAN BUNUH DIRI

PERTEMUAN KE 3

Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan

Nama : Nanda Ayu S

Pertemuan : 3

Hari/tgl : 22 September 2014

Jam : 09.00 WIB

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien

Klien sudah tidak murung lagi, dan ingin melakukan aktivitas ibadah sesuai agama yang di

anutnya

Ide untuk bunuh diri/ mengakhiri kehidupannya berkurang.

Mulai mengungkapkan keinginan untuk bertahan hidup.

Page 38: jiwa 1

2. Tujuan khusus

Klien Dapat Mendemonstrasikan Cara fisik untuk mencegah bunuhdiri

3. Tindakan Keperawatan:Sp3 pasien

a. Evaluasi kegiatan lalu dan verbal (SP 1,2)

b.Mengidentifikasi pola koping yang biasa diterapkan pasien

c.Menilai pola koping yang biasa dilakukan

d.Mengidentifikasi pola koping yang konstruktif

e.Mendorong pasien memilih pola koping yang konstruktif

f.Menganjurkan pasien menerapkan pola koping konstruktif dalam kegiatan harian

g. Masuk jadwal kegiatan pasien

B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)

1.FASE ORIENTASI

“Assalamualaikum Bapak! Saya mahasiswa STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO. Nama

saya Nanda Ayu. Bapak bisa panggil saya suster nanda.

“Seperti janji kita kemarin, maka hari ini kita akan membahas tentang cara fisik untuk mencegah

bunuh diri.”

“agar kita nyaman ngobrolnya, kita bisa ngobrol dimana bapak? Bagaimana kalau ditempat

seperti kemarin, bagaimana kita akan menikmati ngobrol ini 15 menit pak?”

2. Evaluasi/ validasi

Bagaimana perasaan Bapak hari ini? Sepertinya keadaan bapak hari ini lebih ceria daripada hari

sebelumnya. Untuk evaluasi kegiatan sebelumnya, saya ingin bertanya kepada bapak. Apakah

Masih ada pikiran untuk mengakhiri hidup?” dan apakah bapak juga masih merasa tidak berguna

sampai hari ini”? saya harap bapak sudah tidak memiliki perasaan seperti itu lagi”.

3. Kontrak

“Saya yang akan merawat Bapak di ruangan hari ini dan saya akan membantu menyelesaikan

masalah yang Bapak hadapi.”

Topik:

“sesuai dengan janji kita pagi tadi Bagaimana kalau sore ini kita berbincang-bincang tentang cara

Mendemonstrasikan Cara fisik untuk mencegah bunuhdiri

Tempat:

“Bapak mau kita bercakap-cakap dimana? Bagaimana kalau di teras depan?”

Page 39: jiwa 1

Waktu:

“Bapak mau berapa lama kita bercakap-cakap saat ini? Bagaimana kalau 15 menit

4. FASE KERJA

“apakah bapak sering mengucapkan syukur ketika bapak mendapatkan suatu rezeki, atau sedang

mengalami kebahagiaan“Apa saja dalam hidup Bapak yang perlu Bapak syukuri?Siapa saja kira-

kira yang sedih dan rugi kalau Bapak meninggal?”

“Keluarga masih membutuhkan Bapak. Coba Bapak ceritakan hal-hal yang Bapak rasakan, baik

itu yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan dalam kehidupan ini! Keadaan

seperti apa yang membuat Bapak meraasa puas? Bagus. Ternyata kehidupan Bapak masih

banyak yang menyenangkan, dan itu patut disyukuri. Coba sekarang Bapak sebutkan juga ibadah

shalat 5 waktu yang bapak ketahui” Coba ceritakan kegiatan ibadah yang bisa bapak lakukan !!

Bagus. Baik,yang mana mau dicoba? ”

“Nah,,kalau fikiran bapak mulai muncul ingin bunuh diri coba bapak langsung duduk dan tarik

nafas dalam. Jika fikiran tersebut belum reda juga rebahkan badan agar rileks. Jika masih belum

reda juga ambil air wudlu kemudian shalat”

3. FASE TERMINASI

a. Evaluasi

1) Evaluasi Subjektif

“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap? Bisa Bapak sebutkan kembali apa saja

yang Bapak patut syukuri dalam hidup ini? Bagus Bapak..”

2) Evaluasi Objektif

“Jadi sudah berapa cara untuk mengendalikan fikiran bapak jika terlintas ingin untuk bunuh diri?

Bagus.”

“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan bapak.Mau berapa kali bapak shalat?

Baik kita masukkan shalat..dan..(sesuai kesepakatan pasien)”

3) Rencana Tindak lanjut klien

“Setelah ini coba bapak lakukan jadwal shalat sesuai jadwal yang telah kita buat”

Page 40: jiwa 1

b. Kontrak

Topik : “baiklah kapan kita bisa bertemu lagi pak ?baiklah besok kita akan berbincang-bincang

tentang cara mencapai rencana masa depan/harapan yang realistis

• Waktu : “ nanti kita ketemu lagi jam 10.00 WIB.”

• Tempat : Bagaimana kalau nanti kita ketemu di ruangan ini saja?”

Baiklah kalau begitu kita sudahi perbincangan kita saat ini, terima kasih sampai jumpa besok ya

pak !! wassalamu’alaikum....!!!(sambil berjabat tangan)

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

(INDIVIDU) PADA PASIEN Tn.B

DENGAN PERCOBAAN BUNUH DIRI

PERTEMUAN KE 4

• Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan

Nama : Dwi Vika

Page 41: jiwa 1

Pertemuan : 4

Hari/tgl : 21 September 2014

Jam : 17.00 WIB

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien

klien tampak bingung, diam, dan juga menyendiri dan sudah tidak memiliki ide untuk bunuh diri/

mengakhiri kehidupannya

2. Tujuan umum

Klien lebih bersemangat lagi

3. Tujuan khusus

Klien Dapat meningkatkan mekanisme koping

4. Tindakan Keperawatan: SP4

a. evaluasi kegiatan yang lalu (sp 1.2.3)

b. membuat rencana masa depan yang realistis bersama pasien

c. mengidentifikasi cara mencapai rencana masa depan yang realistis

d. memberi dorongan pasien melakukan kegioatan dalam rangka meraih masa depan yang

realistis

e. masukkan jadwal kegiatan pasien

B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP4)

1. FASE ORIENTASI

“Assalamualaikum, Bapak. Masih ingat dengan saya kan?”wah ternyata ingatan bapak masih

bagus ya..saya teman dari suster Nanda yang berjaga tadi pagi pak". Nama saya Dwi Vika

Andriani, bapak bisa memanggil saya Vika

“Melihat kondisi Bapak yang tiap hari mulai ada peningkatan, saya dan teman-teman disini

sangat kagum dengan bapak. saya harap bapak tidak melakukan hal-hal yang membahayakan diri

bapak lagi ya..

2. Evaluasi/ validasi

“Bagaimana perasaan Bapak hari ini?”. Seperti suster-suster yang lain, disini saya akan

mengevaluasi lagi kegiatan yang sudah bapak lakukan bersama teman-teman saya suster yang

Page 42: jiwa 1

lain. Apa yang sudah bapak lakukan setelah menerima masukan atau arahan yang diberikan

ketika keinginan bunuh diri itu muncul?” wah bagus sekali perkembangan minat bapak untuk

tidak lagi melakukan bunuh diri”.

a. Kontrak

“Saya yang akan merawat Bapak di ruangan hari ini dan saya akan membantu menyelesaikan

masalah yang bapak hadapi.”

b. Topik:

“sesuai dengan janji yang dibuat kemarin, Bagaimana kalau sore ini kita berbincang-bincang

tentang cara pencapaian rencana masa depan/harapan yang selama ini bapak inginkan.

c. Tempat: “Bapak mau kita bercakap-cakap dimana? Bagaimana kalau di taman depan?”

d. Waktu: “Bapak mau berapa lama kita bercakap-cakap saat ini? Bagaimana kalau 15 menit

3. FASE KERJA

“kesibukan apa yang bapak lakukan selama ini, apakah bapak bekerja, atau memiliki usaha

sendiri dirumah?”

“apakah bapak mempunyai keahlian di bidang tertentu, misalnya pandai mengoperasikan

komputer, pandai memperbaiki kendaraan bermotor atau juga bisa melakukan kegiatan di bidang

perdagangan?”

“apakah bapak tidak ingin mengembangkan keahlian bapak tersebut?“suatu bakat atau

kemampuan jika tidak kita kembangkan maka akan menjadi sesuatu hal yang tidak bermanfaat

untuk orang lain. Jika bapak memiliki bakat untuk usaha, misalkan berdagang.bapak bisa

kembangkan potensi tersebut. Tetapi yang harus bapak ingat, dalam setiap usaha pasti ada naik

turunnya atau untung ruginya. ketika kita sedang mengalami kegagalan, kita harus tetap

mempunyai semangat untuk bangkit lagi. Jangan sampai kita tambah jatuh terus kita tidak mau

brusaha, nanti malah tidak akan mendapatkan hasil apa-apa.”. kuncinya adalah sabar, meskipun

sabar itu sulit, tapi hasilnya akan berbuah manis. ketika bapak memiliki kendala, ataupun

masalah dalam pekerjaan, bapak bisa mengungkapkannya pada orang-orang yang dapat

dipercaya untuk menjaga rahasia bapak. Misalnya istri, ataupun keluarga dekat, atau juga bisa

teman dekat”.

4 FASE TERMINASI

1) Evaluasi

Page 43: jiwa 1

a) Evaluasi Subjektif

‘’Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang rencana mengembangkan

keahlian yang bapak miliki?’’ apakah bapak sudah termotivasi untuk mengembangkannya?

b) Evaluasi Objektif

‘’Coba bapak sebutkan lagi apa yang sudah saya jelaskan tadi dan bagaimana caranya agar bapak

termotivasi untuk bangkit lagi ketika dalam keadaan gagal.

c) Rencana Tindak lanjut klien

‘’Bagaimana kalau besok kita ketemu lagi bapak?’’

d) Kontrak

Topik: “Bagaimana kalau besok kita membahas mendemonstrasikan cara fisik untuk mencegah

bunuh diri

Waktu : “ besok kita ketemu lagi jam 09.00 WIB.”

Tempat :bapak ingin bercakap-cakap dengan saya dimana ? apakah tetap disini atau ditempat

lain ?”

Baiklah kalau begitu kita sudahi perbincangan kita saat ini, terima kasih sampai jumpa besok ya

pak !! wassalamu’alaikum...!!

Page 44: jiwa 1

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

(INDIVIDU) PADA PASIEN Tn.B

DENGAN PERCOBAAN BUNUH DIRI

PERTEMUAN KE 5

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

Nama : Hendra Pernama Putra

Pertemuan : ke 5

Hari/tgl : 26 September 2014

Jam : 09.00

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi Klien

klien sudah tidak Memiliki ide untuk bunuh diri/ mengakhiri kehidupannya.

2. Diagnosa Keperawatan

Resiko bunuh diri

3. Tujuan khusus

Klien dapat mengekspresikan perasaannya

4. Tindakan Keperawatan:sp 1 keluarga

a. mendiskusikan masalah yang dirasakan pasien kepada keluarga

b.menjelaskan pengertian tanda dan gejala resiko bunuh diri da jenis perilaku yang dialami

pasien beserta proses terjadinya

c.menjelaskan cara-cara merawat pasien resiko bunuh diri yang dialami pasien beserta prosses

terjadinya

B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)

1. FASE ORIENTASI

“ Selamat pagi Bapak!” “ Bagaimana keadaan Bapak hari ini?”

Page 45: jiwa 1

“ perkeenalkan, nama saya Hendra Pernama Putra, bisa bapak memanggil saya hendra”. Nama

Bapak siapa? Biasa dipanggil apa? Saya mahasiswa Stikes Bina Sehat PPNI yang bertugas hari

ini”.

2. Evaluasi/ validasi

“Bagaimana perasaan Bapak hari ini?” apakah tadi malam bapak bisa tidur dengan nyenyak?”

sebelum memulai perbincangan kita hari ini, saya akan mengevaluasi kegiatan yang sudah bapak

lakukan selama ini, apakah bapak sudah melakukan shalat 5 waktu tiap harinya? Atu juga bisa

mengucapkan syukur meskipun dalam keadaan sedih?”

3. Kontrak

“Saya yang akan merawat Bapak di ruangan hari ini dan saya akan membantu menyelesaikan

masalah yang Bapak hadapi.”

Topik:

“Bagaimana kalau pagi ini kita berbincang-bincang tentang mengungkapkan perasaan

Tempat: “Bapak mau kita bercakap-cakap dimana? Bagaimana kalau di teras depan?”

Waktu: “Bapak mau berapa lama kita bercakap-cakap saat ini? Bagaimana kalau 15 menit

4. FASE KERJA

“pengalaman apa saja yang sudah ibu ketahui tentang penyakit yang bapak alami saat ini?”

bisakah ibu menjelaskan tentang tanda dan gejala resiko bunuh diri?”apakah ibu sudah

mengenali tingkah laku yang bapak lakukan saat sakit?”nah mengenali tanda dan gejala yang

bapak alami saat sakit ini sangatlah penting karena jika suatu saat penyakit bapak kambuh, ibu

sudah bisa mengenalinya dan segera melakukan tindakan yang lebih lanjut atau di bawa ke

rumah sakit terdekat. dan usahakan jangan samapai kondisi bapak atau pikiran bapaknya tegang,

stres, dan juga tertekan agar tidak terjadi kekambuhan.

5. FASE TERMINASI

a. Evaluasi Subyektif

“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap?Apakah ibu merasa ada manfaatnya dari

perbincangan kita saat ini?

b. Evaluasi Obyektif

“ibu masih ingat tanda dan gejala bunuh diri?

c. Rencana tindak lanjut

Page 46: jiwa 1

“Saya harap, bila nanti penyakit bapak kambuh, ibu bisa mengenalinya.

d. Kontrak yang akan datang

Topik: “Baiklah….Sementara itu dulu yang kita bicarakan hari ini. Bagaimana kalau nanti kita

bercakap-cakap tentang cara merawat keluarga dengan resiko bunuh diri.

Tempat: “Dimana tempatnya nanti kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau disini saja?”

Waktu: “Mau jam berapa pak kita ngobrol-ngobrol lagi? Bagaimana kalau jam 17.00 sore

nanti”?

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

(KELUARGA) PADA Tn. B

DENGAN PERCOBAAN BUNUH DIRI

PERTEMUAN 6

Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan

Nama : Gredi Kurniawan

Pertemuan : ke 7

Hari/tgl : 27 September 2014

Page 47: jiwa 1

Jam : 10.00 WIB

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien

Klien terlihat lebih tenang, keluarga dapat mengidentifikasi masalah yang dihadapi saat merawat

klien.

2. Tujuan khusus:

Klien Mendapatkan Dukungan Keluarga Dalam Melakukan Cara Pencegahan Bunuh Diri

3. Tindakan Keperawatan:Sp 2 keluarga

a. Evaluasi (Sp 1,2,3)

b. Latih (langsung ke pasien)

c. Rencana tindak lanjut keluarga:

Follow up

Rujukan

B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)

1. FASE ORIENTASI

“Assalamu’alaikum Bapak/ Ibu. Nama saya Gredi Kurniawan, bisa dipanggil gredi”. Saya

mahasiswa Stikes Bina Sehat PPNI yang bertugas hari ini”.

2. Evaluasi/ validasi

“Bagaimana perasaan Bapak hari ini, apakah bapak sudah merasa lebih baik?”

3. Kontrak

“Saya yang akan merawat Bapak di ruangan hari ini dan saya akan membantu menyelesaikan

masalah yang Bapak hadapi.”

Topik:

“Hari ini Tn.B sudah boleh pulang, maka sebaiknya kita membicarakan jadwal Bapak B selama

di rumah.”

Tempat:

“dimana pak/Bu kita bisa ngobrol, bagaimana kalau di halaman depan saja”

Waktu:

“Berapa lama kita bisa diskusi, bagaimana kalau 15manit? Baik..mari kita diskusikan!”

4. FASE KERJA

Page 48: jiwa 1

“Bapak, Ibu..ini jadwal Bapak B selama di rumah sakit. Coba perhatikan , dapatkah dilakukan di

rumah. Tolong dilanjutkan di rumah, baik jadwal aktivitas maupun jadwal minum obatnya!”

“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh Bapak B

selama di rumah.Kalau misalnya Bapak B terus menerus mengatakan ingin bunuh diri, tampak

gelisah dan tidak terkendali serta tidak mempelihatkan pernaikan, menolak minum obat atau

memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain, tolong Bapak/ Ibu segera hubungi suster E

di Klinik Bakti Persada, klinik terdekat dari rumah Ibu dan Bapak, ini nomor telepon

puskesmasnya.”

“Selanjutnya, perawat gredi yang akan membantu memantau perkembangan Bapak B selama di

rumah.”

5. FASE TERMINASI

“Bagaimana Bapak, Ibu? Ada yang belum jelas?”

“Ini jadwal kegiatan harian Bapak B untuk dibawa pulang. Jangan lupa kontrol kesana sebelum

obat habis atau ada gejala yang tampak.”

“Silahkan selesaikan administrasinya ya….! Terima kasih”

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

(INDIVIDU) PADA T.n B

DENGAN PERCOBAAN BUNUH DIRI

PERTEMUAN KE 7

Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan

Nama : Nugroho Tri

Hari/tgl : 23 September 2014

Jam : 10.00 WIB

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien

Klienterlihat lebih tenang

2. Tujuan khusus

keluarga pasien dapat membantu membuat jadwal aktivitas dirumah untuk pasien Minum Obat

3. Tindakan Keperawatan:Sp 3 keluarga

Page 49: jiwa 1

a. Evaluasi kegiatan lalu dan verbal (SP 1,2,3)

b. membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum obat

c. mendiskusikan sumber rujukan yang biasa dijangkau oleh keluarga

d. Masuk jadwal kegiatan pasien

B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)

1. FASE ORIENTASI

“assalamualaikum bu, perkenalkan nama saya Nugroho Tri, bisa dipanggil nugroho.saya

mahasiswa dari STIKES BINA SEHAT PPNI yang sedang praktik di ruang ini, saya yang

merawat Tn. B. Nama bapak siapa, senangnya di panggil siapa pak?”

2. Evaluasi/ validasi

“Bagaimana perasaan Bapak hari ini, apakah bapak sudah merasa lebih baik?” sepertinya bapak

senang sekali karena sudah mau pulang kerumah

3. Kontrak

“Saya yang bertugas merawat Bapak di ruangan hari ini dan saya akan membantu menyelesaikan

masalah yang Bapak hadapi.”

Topik:

“Sesuai dengan janji kita kemarin, hari ini kita akan mendemonstrasikan kepatuhan minum obat

untuk mencegah bunuh diri

Tempat:

“dimana pak/Bu kita bisa ngobrol, bagaimana kalau di halaman depan saja”

Waktu:

“Berapa lama kita bisa diskusi, bagaimana kalau 15manit? Baik..mari kita diskusikan!”

4. FASE KERJA

“Apakah Bapak selalu memiliki keinginan bunuh diri? Apakah Bapak memiliki cara lain untuk

mengatai masalah?”

“Apakah Bapak bisa merasakan adanya perbedaan setelah minum obat secara teratur?Berapa

macam obat yang Bapaknya minum?”

Ada 3 macam obat yang harus Bapak minum dan ketiganya diminum 3 kali sehari setelah

makan.”

Page 50: jiwa 1

“Kalau keinginan mengakhiri hidup sudah berkurang, Bapak harus tetap minum obatnya.Nanti

akan saya konsultasikan dengan dokter, sebab kalau putus obat, keinginan bunuh diri itu akan

muncul lebih sering.”

“Kalau obatnya habis, Bapak bisa kontrol ke Klinik.Oleh karena itu, sehari sebelum obat habis,

diharapkan Bapak sudah kontrol.”

“Bapak harus teliti saat menggunakan obat-obatan ini.Pastikan bahwa obat itu benar-benar milik

Bapak. Jangan sampai keliru dengan milik orang lain. Baca kemasannya1”

“Pastikan obat diminum pada waktunya dan dengan cara yang benar. Bapak juga harus

perhatikan berapa jumlah obat sekali minum, serta harus cukup minum, 10 gelas per hari.”

5. FASE TERMINASI

“Bagaimana perasaan ibu setelah bercakap – cakap? “Bagaimana perasaan ibu setelah diskusi

tentang program pengobatan? Coba sebutkan lagi obat apa yang harus Bapak minum? Berapa

kali diminum?Bapak harus teratur minum obat ini.”

“Jika ada gejala-gejala yang tidak biasa, misalnya kaku otot, tangan dan anggota tubuh yang lain

gemetar, Bapak jangan panic.Itu semua karena pengaruh obat. “Besok di jam yang sama, kita

akan bertemu lagi di sini untuk membahas tentang cara mengetahui tanda dan gejala resiko

bunuh diri”.