KEBIJAKAN LUAR NEGERI INDONESIA DALAM MENYIKAPI KEBIJAKAN TRAVEL ADVISORY AUSTRALIA DI BAWAH PEMERINTAHAN KEVIN RUDD Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh Ujian Sarjana Program Strata Satu Pada Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Oleh: Cecep Saiman 052030120 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG 2009
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KEBIJAKAN LUAR NEGERI INDONESIA DALAM
MENYIKAPI KEBIJAKAN TRAVEL ADVISORY AUSTRALIA
DI BAWAH PEMERINTAHAN KEVIN RUDD
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh Ujian Sarjana Program Strata Satu Pada Jurusan Ilmu Hubungan Internasional
Oleh:Cecep Saiman
052030120
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKUNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG2009
LEMBAR PENGESAHAN
KEBIJAKAN LUAR NEGERI INDONESIA DALAM MENYIKAPI KEBIJAKAN TRAVEL ADVISORY AUSTRALIA
DI BAWAH PEMERINTAHAN KEVIN RUDD
Oleh:Cecep Saiman
052030120
Telah diujikan tanggal
…………………..
Menyetujui:Pembimbing.
Dra. Dewi Astuti M.Si.
Mengetahui:
Dekan Ketua JurusanFakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Ilmu Hubungan Internasional
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah benar- benar hasil
pekerjaan penelitian saya sendiri. Adapun semua referensi/kutipan (baik kutipan
langsung maupun tidak langsung) dari hasil karya ilmiah orang lain tiap- tiap
satunya telah saya sebutkan sumbernya sesuai etika ilmiah. Apabila dikemudian
hari skripsi terbukti hasil meniru/plagiat dan terbukti mencantumkan kutipan
karya orang lain tanpa menyebutkan sumbernya, saya bersedia menerima sangsi
penangguhan gelar kesarjanaan dan menerima sangsi dari lembaga yang
berwenang.
Bandung,__________________
(Cecep Saiman) Nrp 052030120
Pertama kali saya menemukan masalah untuk menyelesaikan ini,
saya hanya bilang Astagfirullah……..
kedua kalinya,
saya bilang astagfirullah…….
Ketiga kalinya,
Hah……..
Keempat kalinya,
Anj………
Dan ketika semuanya beres,
Pada saat itu juga saya mengucap syukur
dengan tangan menengadah ke atas dengan mengucap
Alhamdulillah………..
Kreativitas Dan Kendali Bisa Berjalan Berdampingan.
--Donald J. Trump
ABSTRAK
Kebijakan Travel Advisory yang dikeluarkan oleh pemerintah Australia di bawah kepemimpinan Kevin rudd merupakan kebijakan dari upaya pemerintah Australia untuk melindungi warga negaranya dari ancaman kekerasan. Pemerintah Australia terus memantau negara-negara tersebut khususnya dalam bidang keamanan. Sebab, travel advisory ini merupakan upaya pemerintah untuk melindungi warga negaranya dari ancaman keamanan.
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui, mengeksplorasi dan mendeskripsikan Kebijakan Indonesia dalam menyikapi kebijakan travel advisoryAustralia di bawah Pemerintahan Kevin Rudd yang berdasarkan pada kesepakatan yang telah dicapai oleh kedua negara pada Traktat Lombok.
Sedangkan kegunaan penelitian ini, secara akademis diharapkan dapat menambah khasanah pengembangan ilmu Hubungan Internasional, Khususnya yang menyangkut Hubungan Internasional dan kerjasama internasional. Selanjutnya, secara praktis diharapkan dapat menambah perbendaharaan wawasan mengenai kebijakan suatu negara.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis yang bertujuan untuk menggambarkan kebijakan Pemerintah Indonesia, serta menganalisa implikasi dari kebijakan travel advisory yang dikeluarkan oleh Pemerintah Australia.
Hasil dari penelitian ini adalah : Pemerintah Indonesia dalam upayanya meyakinkan Australia agar mencabut kebijakan travel advisory. Selain itu, komitmen pemerintah untuk menjamin keamanan di Indonesia juga dapat menjadi modal untuk meyakinkan Pemerintah Australia agar mencabut kebijakan tersebut.
Kata kunci : Kebijakan Indonesia, Travel Advisory
ABSTRACT
Policies Travel Advisory Issued by the Australian government under the leadership of Kevin Rudd is the policy of the Australian government’s efforts to protect its citizens from the threat of violence. Australian Government continue to monitor these countries, especially in the field of securitity. Because of this travel advisory is a government effort to protect its citizens from security threats.
The purpose of this study was to find out, explore and describe the policy of Indonesia in addressing Australia’s travel advisory policy under Kevin Rudd Government is based on that agreement had been reached by both countries in Lombok Treaty.
While this research uses, is expected to increase the academic sphere of the science of International Relations, in particular regarding international relations and international cooperation. Furthemore, practically expected to add insight into the treasury of a state policy.
The method use in this research is descriptive analysis that aims to describe the policy of the Government of Indonesia, and analyze the policy implications of the travel advisory issued by the Australian Government.
The results of this research are: the Government of Indonesia in its efforts to convince Australia to revoke travel advisory policy. In addition, the government’s commitment to ensure security in Indonesia can also be a capital to convince the Australian Government to revoke the policy.
Keywords: Policy Indonesia, Travel Advisory
ABSTRAK
Kabijakan Travel Advisory anu dikaluarkeun ku Pamarentah Australia dina kapamimpinan Kevin Rudd mangrupakeun kabijaksanaan tina upaya Pamarentah Australia kanggo ngalindungan warga nagarana tina ancaman kakerasan. Pamarentah Australia terus nalingakeun nagara-nagara anu diutamakeunana dina bidang kaamanan. Sabab Travel Advisory ieu mangrupakeun usaha pamarentah kanggo ngalindungan warga nagarana tina ancaman kaamanan.
Aya oge tujuan panalitian ieu nyaeta kanggo milarian terang, ngabedahkeun, sareng ngajelaskeun kabijakan Indonesia dina mayunan kabijakan Travel Advisory Australia dina kapamimpinan Pamarentah Kevin Rudd anu ngadasarkeun tina kasangeman anu di jieun ku kadua nagara dina perjanjian lombok.
Kagunaan panalitian ieu, tina akademis diharepkeun tiasa nambah wawasan elmu hubungan internasional utamina nu ngajurus kana hubungan internasional jeung kerjasama internasional. Salajengna, dina praktekna diharepkeun tiasa nambah wawasan tina kabijakan ti hiji nagara.
Metode anu dianggo dina panalitian ieu nyaeta deskriptif analisis anu ditujukeun kanggo ngagambarkeun kabijaksanaan pamarentah Indonesia sareng naliti akibat tina kabijakan Travel Advisory anu dikaluarkeun ku Pamarentah Australia.
Hasil ti panalitian ieu nyaeta : Pamarentah Indonesia ngupayakeun Australia tiasa nyabut kabijakan Travel Advisory. Sajabana, janji pamarentah kanggo ngajamin kaamanan di Indonesia sareng ngajadikeun modal keur ngayakinkeun Pamarentah Australia Kanggo nyabut kabijakan Travel Advisoryna.
Kata Kunci : Kabijakan Indonesia, Travel Advisory
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas kemurahan dan kebesaran-Nya lah akhirnya penulisan skripsi yang berjudul :
KEBIJAKAN LUAR NEGERI INDONESIA DALAM
MENYIKAPI KEBIJAKAN TRAVEL ADVISORY AUSTRALIA
DI BAWAH PEMERINTAHAN KEVIN RUDD dapat diselesaikan
sesuai dengan waktu yang di tetapkan.
Penulis menyadari masih banyak kekutangan yang terdapat dalam penulisan
ini, maka dari itu tetap mengharapkan saran dan kritikan dari pihak- pihak yang
membacanya, bahkan bila perlu melakukan penelitian lanjutan dalam rangka
penyempurnaan skripsi ini.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-
pihak yang turut berjasa dalam penyelesaian skripsi ini, yang terhormat :
1. Bapak Prof. DR. HM Didi Turmudzi, M.Si, selaku Rektor Universitas
Pasundan Bandung.
2. Bapak Drs. Aswan Haryadi, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Pasundan Bandung.
3. Bapak Dr. Thomas Bustomi Selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pasundan Bandung.
4. Bapak Drs. Budiana M.Si, selaku Pembantu Dekan II Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pasundan Bandung.
5. Bapak Drs. Deden Ramdan, M.Si, selaku Pembantu Dekan III Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pasundan Bandung.
6. Bapak Drs. Iwan Gunawan, M.Si, selaku ketua jurusan Hubungan
Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pasundan
Bandung.
7. Bapak Drs. Ade Priangani, M.Si, selaku sekretaris jurusan Hubungan
Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pasundan
Bandung.
8. Ibu Dra. Dewi Astuti, M.Si, selaku pembimbing dalam menyusun skripsi.
9. Abah sareng Ema kaucap syukur anu saageung- ageungna dina sagala
kaayaan ngalirkeun do'a kanggo putra- putrina.
10. Terima kasih Neng…..☻ yang selalu bawel klo aku lagi males buat
ngerjain semuanya.
11. mulai dari dencis….kotek….pajar……air….teh hera…..a iwan……teh
yanti……pasagi……a ojos……n si cantik…….trus si abang
kecil…….nuhuuun…
12. Sahabatku Johan Mashuri & Wanti yang selalu ada dalam duka maupun
susahhe…... Isma*ijot*cahya*iki*ndah*noir dan smua- muanya nuhun
nya……….
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Cecep Saiman
Tempat, Tanggal Lahir : Lembang, 06 Juni 1985
Alamat : Jl. Mama Adiwarta No. 07 Lembang
Nama Orang Tua : -Ayah : Saepudin
-Ibu : Sunarti
Alamat Orang Tua : Jl. Mama Adiwarta No. 07 Lembang
Jumlah Bersaudara : Anak Ke-4 dari 6 bersaudara
Riwayat Pendidikan : - SDN 1 Lembang
- SLTPN 2 Lembang
- SMU 8 Pasundan Bandung
- Universitas Pasundan Bandung
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 1
A. Latar Belakang Penelitian .......................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................. 11
1. Pembatasan Masalah .............................................................. 12
2. Perumusan Masalah ............................................................... 12
C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian............................................. 12
1. Tujuan Penelitian ................................................................... 12
2. Kegunaan Penelitian............................................................... 13
D. Kerangka Teoritis Dan Hipotesis ............................................. 14
D. Analisis Strategis dan Kebijakan Pemerintah Indonesia........ 103
BAB V PENUTUP................................................................................... 107
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 110
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Operasional Variabel dan Indikator ........................................................... i
Tabel 2 Jadwal Penelitian ........................................................................................ i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Studi Hubungan Internasional merupakan studi yang sangat kompleks,
karena studi ini mencakup banyak aspek yang terlibat di dalamnya. Studi
Hubungan Internasional dapat diartikan sebagai studi yang mempelajari segala
bentuk transaksi lintas batas baik secara politik, ekonomi, dan sosial. Hubungan
Internasional juga mempelajari hubungan diplomatis-strategis antar-negara dan
memiliki fokus pada isu-isu perang dan perdamaian, konflik dan kerjasama.
Hubungan Internasional juga disebut merupakan suatu studi yang mempelajari
interaksi berbagai aktor berbeda yang berpartisipasi dalam politik internasional,
termasuk negara, organisasi intenasional, organisasi non pemerintah, kesatuan
subnasional seperti birokrasi dan pemerintah lokal, serta individu. Itu adalah suatu
studi tentang kebiasaan aktor-aktor yang berpartisipasi baik secara individual
maupun bersama-sama dalam proses politik internasional.
Interaksi tidak hanya dilakukan antar-negara (state actor) saja melainkan
ada juga aktor-aktor lain yang juga memiliki peranan dalam hubungan
internasional. Aktor lain selain negara inilah yang dinamakan sebagai aktor non-
negara (non-state actors), misalnya multinational corporations (MNCs),
organisasi internasional, kelompok-kelompok teroris, serta liberation movement
(gerakan pembebasan) yang semuanya merupakan bagian dari politik dunia. Dan
perilaku aktor-aktor tersebut mengarah pada adanya konflik, kompetisi, kerjasama
dan integrasi.
Kerjasama keamanan antara Indonesia dan Australia merupakan salah satu
bentuk interaksi yang menjadi kajian dalam Studi Hubungan Internasional.
Hubungan Indonesia-Australia berlangsung dengan baik, penuh pengertian dan
kerjasama sewaktu Australia dikuasai dan dipimpin oleh Partai Buruh pada tahun
1945-1949 dan tahun 1983-1996 dengan tokoh-tokohnya seperti Chifley dan
Keating. Semasa Chifley, dukungan Australia kepada perjuangan kemerdekaan
Indonersia begitu besar, sehingga Australia ditunjuk Indonesia duduk dalam
Komite Jasa-Jasa Baik (Good Offices Committee) PBB. Komite itu dibentuk
untuk mengakhiri penjajahan Belanda di Indonesia dan mengusahakan pengakuan
atas kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945.1
Indonesia dan Australia merupakan negara yang bertetangga dekat dan
berada pada kawasan Asia-Pasifik. Kondisi ini membuat hubungan kedua negara
semakin intens baik dalam kerjasama maupun konflik. Isu yang paling
berkembang di antara kedua negara ialah isu keamanan. Berdasarkan keadaan
goegrafis, maka kedua negara sering kali bersitegang tentang masalah keamanan.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka dibutuhkan kesepahaman kedua
negara untuk membahasnya yang dituangkan dalam bentuk kerjasama keamanan
Indonesia dan Australia pada awal 2006 sepakat untuk membangun kerangka
kerjasama keamanan bersama di wilayah kedua negara.
Gagasan itu muncul pasca peristiwa 1999, dimana hubungan Indonesia-
Australia mengalami peristiwa pasang surut. Hubungan Jakarta-Canberra
beberapa kali sempat terganggu karena kasus campur tangna Australia di Timor
Timur tahun 1999. Terakhir, Indonesia untuk sementara menarik duta besarnya di
1http://hadiclipping.blogspot.com/2006/06/indonesia -australia-baasyir.htm diakses pada
26 Juli 2009
canberra setelah pemerintah John Howard menerima 43 pencari suaka asal Papua
pada tahun 2006. Sebelumnya, Indonesia juga telah mencabut secara sepihak
perjanjian keamanan bersama setelah Australia ikut campur tangan dalam masalah
di Timor Timur (Putranto, 2006). Dalam kerangka kerjasama yang lebih bersifat
forum konsultasi pengamanan itu, Australia memfokuskan pola pengamanan pada
kedua belah pihak antara lain untuk mengatasi pencuria ikan di wilayah perairan
Indonesia-Australia.
Pasca sejumlah ketegangan yang mewarnai hubungan kedua negara,
penandatanganan kerangka kerjasama keamanan yang lebih dikenal dengan
Perjanjian Lombok (Lombok Treaty) pada 13 November 2006 antara Pemerintah
Indonesia dan Australia mencerminkan kematangan hubungan Indonesia-
Australia sebagai tetangga dekat.2 Hal ini juga akan menandai era baru dalam
hubungan kedua negara dimana berbagai permasalahan sensitif dan kompleks di
antara keduanya dapat dihadapi dengan suatu dasar yang lebih kuat dan tolak ukur
yang jelas dan kerjasama keamanan ini akan menjadi payung bagi berbagai bidang
kerjasama bilateral.
Pemilihan umum di australia pada 24 November 2007 lalu telah mengakhiri
masa kepemimpinan john Howard dari koalisi Partai Liberal dan Nasional. Hasil
pemilu telah menunjikan kemenangan mutlak Partai Buruh di bawah pimpinan
Kevin Rudd dengan perolehan 83 kursi dari 150 kursi parlemen yang
diperebutkan. Ironisnya, bagi Howard yang sering disebut oleh media masa dan
pengamat politik Australia sebagai deputi sheriff Amerika Serikat di Pasifik,
2
Perjanjian Lombok merupakan perjanjian Kerjasama Keamanan antara Indonesia-Australia yang dilakukan di Lombok, Nusa Tenggara Barat oleh Menlu RI Hassan Wirajuda dan Menlu Australia (saat itu) Alexander Downer.
kursinya di parlemen yang telah didudukinya selama 33 tahun lepas dengan
kekalahannya di daerah pemilihan Sydney.
Kini Australia memasuki babak baru dengan pemerintahan yang dipimpin
oleh partai buruh, khususnya dalam hal kebijakan-kebijakan terutama politik.
Selain itu, sebagai tradisi dan kebijakn umum Partai Buruh yang menganut
pendekatan geografis yaitu mengutamakan hubungan baik dengan negara-negara
tetangga khususnya dan Asia pada umumnya, kemenangan Rudd akan
mempengaruhi hubungan Indonesia-Australia.
Dalam era Kevin Rudd, kebijakan pertahanan Australia berdiri di atas tiga
pilat sebagaimana disampaikannya ketika mengunjungi barak AD Lavarack di
Townsville beberapa hari sebelum pemilu bersama menteri pertahanan bayangan
Joel Fitzgibbon, yaitu aliansi dengan Amerika Serikat, kenggotaan negeri itu di
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), dan pelibatan komprehensif di kawasan Asia
Timur dan Asia Pasifik yang lebih luas. Ketiga pilar tersebut akan mendukung
pendekatan terhadap kebijakan keamanan Australia. Dari pernyataan Rudd di
depan parlemen pada 8 Agustus 2007, mungkin akan terjadi perbedaan dengan
pemerintahan sebelumnya saat melaksanakan kebijakan politiknya. Rudd lebih
memilih aliansi dengan AS berada dalam visi strategis Australia bukan alliansi
yang bersifat kepatuhan bentuknya bisa berupa pembagian informasi intelijen,
akses terhadap teknologi maju dan perlengkapan, dipadukan dengan latihan
militer yang meningkakan kemampuan keamanan Nasional Australia.
Setelah setahun lebih pemerintah Partai Baru berjalan, Perdana Menteri
Australia Kevin Rudd menganggap Indonesia merupakan negara yang penting
bagi Australia dalam menghadapi tantangan bersama di tingkat regional dan
global serta signifikasi kerjasama bilateral bagi masa depan kedua bangsa. Rudd
menginginkan Indonesia semakin penting perannya sebagai mitra bagi Australia.
Kerjasama kedua negara juga akan ditingkatkan, termasuk ekonomi, kebudayaan
dan pendidikan. Peningkatan kerjasama kedua negara dimulai pada 2005, lewat
pernyataan bersama tentang kemitraan komprehensif Indonesia dan Australia.
Selain mengatur soal kerjasama ekonomi dan keamanan, kedua negara sepakat
memperkuat hubungan “people-to-people”, atau yang sering dikenal sebagai
“diplomasi total”.3
pemerintah Australia saat ini masih memberlakukan travel advisory kepada
sejumlah negara, termasuk Indonesia. Pencabutan travel advisory sangat
tergantung pada bagaimana negara itu melihat kondisi keamanan di daerah
tersebut. Sebab, travel advisory merupakan upaya pemerintah Australia untuk
melindungi warga negaranya dari ancaman kekerasan. Bahkan, pemerintah
Australia terus memantau negara-negara tersebut khususnya dalam bidang
keamanan. Sebab, travel advisory ini merupakan upaya pemerintah untuk
melindungi warga negaranya dari ancaman keamanan.
Dalam menerapkan kebijakan travel advisory, Pemerintah Australia selalu
memperbaharui isu-isu dan perkembangan yang terjadi di Indonesia seperti
masalah keamanan terutama terorisme. Pemerintah Australia memberikan
peringatan kepada warganya dalam melakukan perjalanan ke Indonesia terutama
Bali yang dianggap masih menjadi sasaran utama terorisme. Selain masalah
terorisme, Australia juga mengawasi tentang perkembangan Pemilihan Umum
2009 di Indonesia yang diwarnai dengan ancaman serangan teroris, demonstrasi
dan kampenye partai politik sehingga berpotensi menimbulkan konflik dan
pertikaian. Berkaitan dengan pernyataan World Health Organization (WHO)
mengenai berkembangnya virus flu burung di Indonesia dan juga rabies di Bali,
Pemerintah Australia juga mengingatkan kembali warganya apabila ingin
berkunjung ke Indonesia.4
Terorisme merupakan ancaman keamanan bagi dunia. Australia
menganggap Indonesia masih merupakan negara yang menjadi salah satu sasaran
utama terorisme terutama Bali. Dalam peringatan kepada warganya, Australia
menyatakan bahwa Indonesia masih berada dalam kategori resiko sangat tinggi
akan serangan teroris. Terutama setelah Pemerintah Indonesia memperingatkan
bahwa target teroris kemungkinan besar orang asing. Serangan teroris di Bali dan
Jakarta mengindikasikan bahwa daerah tersebut merupakan prioritas utama
serangan teroris. Peristiwa bom Bali tahun 2002 dan 2005 serta bom kuningan di
depan Kedutaan Besar Australia pada tahun 2004 telah menelan banyak korban
jiwa. Pasca eksekusi mati ketiga terpidana bom Bali 2002 pada tanggal 9
November 2008 telah menimbulkan resiko akan adanya serangan balasan
terorisme.5
Perkembangan politik, proses dan demonstrasi merupakan hal yang sering
terjadi di Indonesia. Putusan pengadilan yang tidak memuaskan, seperti adanya
perbedaan antara keputusan dengan pelaksanaannya terutama mengenai kasus
korupsi dan pemilihan kepala daerah (pilkada) ataupun pemilihan umum (pemilu)
4
http://www.smartraveller.gov.au/zw-cgi/view/advice/Indonesia, diakses 29 September 2009
5http://www.smartraveller.gov.au/zw-cgi/view/advice/Indonesia, diakses 29 September
2009
dapat menjadi pemicu dan pendorong terjadinya aksi demonstrasi bahkan anarki.
Selain itu, gejolak keamanan di berbagai daerah juga menjadu pertimbangan
utama pemerintah Australia dalam kasus ini.
a. Aceh
Situasi keamanan diaceh mulai stabil setelah disepakati perjanjian
perdamaian antara pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka pada
Agustus 2005. Namun, pemerintah Australia menganggap bahwa situasi
keamanan di Aceh belum stabil sepenuhnya. Masih banyaknya terjadi kekerasan
di beberapa daerah di Aceh terutama tingkat kriminalitas semakin memperkuat
sikap Pemerintah Australia ini.
b. Sulawesi Tengah
Situasi keamanan di Sulawesi Tengah tidak menentu terutama di Palu, Poso
dan Tentena. Seringnya terjadi kasus pengeboman dan penembakan di daerah
tersebut telah membuat situasi keamanan semakin tidak kondusif. Bahkan
serangan yang sering terjadi terhadap bus antar kota dan antar provinsi di Poso
telah mengancam keselamatan warga sipil termasuk warga asing. Di daerah
tersebut yang menjadi sasaran bukan hanya fasilitas umum tetapi fasilitas ibadah
seperti gereja, mesjid dan lainnya sehingga berpotensi menimbulkan konflik antar
agama.
c. Kalimantan Timur
Di Kalimantan Timur, terutama di bagian utara terdapat ancaman akan
adanya bahaya penculikan untuk memperoleh tebusan yang dilakukan oleh
kelompok anti-pemerintah, penjahat dan teroris yang beroperasi di Filipina
Selatan.
d. Maluku
Provinsi Maluku (khususnya Ambon) merupakan daerah yang masih sering
terjadi tindak kekerasan dan serangan bom sehingga belum adanya jaminan
keamanan yang pasti.
e. Papua dan Papua Barat
Ketegangan politik yang terjadi di daerah ini terkait dengan kelompok anti-
pemerintah dan ketegangan antar-etnis dapat mengakibatkan kekerasan.
f. Nusa Tenggara Timur
Situasi keamanan di daerah dekat perbatasan dengan Timor Timur masih
belum stabil, dimana insiden keamanan terus terjadi dan memiliki potensi untuk
menimbulkan konflik lokal.
Kriminalitas merupakan hal yang sering terjadi ditandai dengan tindak
kejahatan dan pencurian yang semakin meningkat bahkan kekerasan juga
mungkin terjadi. Pencurian dengan menggunakan sepeda motor seperti
perampasan tas dari pejalan kaki, pencurian pada saat mobil berhenti di lampu lalu
lintas dan perampokan dengan cara menusuk ban kendaraan merupakan
kejahatan-kejahatan yang sering terjadi.
Selain itu, berbagai tindak kriminalitas lainnya yang diperingatkan oleh
Pemerintah Australia kepada warganya seperti penipuan terhadap kartu kredit dan
ATM, transportasi umum yang ramai rawan akan pencurian, kasus pencurian dan
perampokan yang dilakukan oleh sopir taksi juga menjadi perhatian dari
Pemerintah Australia.
Transportasi umum, termasuk bis, kereta api dan kapal feri merupakan
sarana transportasi yang menurut Pemerintah Australia kurang terpelihara dan
memiliki peralatan keselamatan yang terbatas. Kecelakaan kapal feri yang terjadi
beberapa tahun terakhir telah menimbulkan korban jiwa yang cukup banyak
terutama pada musim hujan yang meningkatkan resiko perjalanan laut.
Pemeruntah Australia juga mengingatkan warganya jika mau melakukan
perjalanan udara terkait seringnya kasus kecelakaan pesawat udara terjadi di
Indonesia terutama adanya larangan terbang maskapai Indonesia terbang di
wilayah Eropa sehungga menjadi perhatian Pemerintah Australia juga.
Indonesia merupakan negara yang berada pada kawasan tropis dan memiliki
posisi strategis yaitu berada pada posisi silang antara Benua Asia-Australia dan
Samudra Hindia-Pasifik. Berbagai daerah di Indonesia merupakan titik rawan
bencana, terutama bencana gempa bumi, tsunami, banjir, dan letusan gunung
merapi. Wilayah Indonesia dikepung oleh lempeng Eurasia, Lempeng Indo-
Australia, dan lempeng Pasifik. Sewaktu-waktu lempeng ini akan bergeser patah
menimbulkan gempa bumi. Selanjutnya jika terjadi tumbukan antar lempeng
tektonik dapat menghasilkan tsunami, seperti yang terjadi di Aceh dan Sumatra
Utara, catatan dari Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi
(DVMBG) Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral menunjukan bahwa ada
28 wilayah di Indonesia yang dinyatakan rawan gempa dan tsunami. Diantaranya
Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Tengah
dan Yogyakarta bagian selatan, Jawa Timur bagian selatan, Maluku Utara,
Maluku Selatan, Biak, Yapen dan Fak-fak di Papua serta Balik Papan di
Kalimantan Timur. Selain dikepung tiga lempeng pasifik dengan lempeng Indo-
Australia, lempeng Eurasia, Lempeng Amerika Utara dan lempeng Nazca yang
bertabrakan dengan lempeng Amerika Selatan. Ia membentang dari mulai pantai
barat Amerika Selatan, berlanjut ke pantai barat Amerika Utara, melingkar ke
Kanada, Semenanjung Kamsatschka, Jepang, Indonesia, Selandia Baru dan
kepulauan di Pasifik Selatan. Indonesia memiliki gunung berapi dengan jumlah
kurang lebih 240 buah, di mana hampir 70 di antaranya masih aktif. Zona
kegempaan dan gununga api aktif Sirkum Pasifik amat terkenal, karena setiap
gempa hebat atau tsunami dahsyat di kawasan itu, dipastikan menelan korban jiwa
manusia yang sangat banyak.6
Dalam situs resminya, Pemerintah Australia memberikan peringatan akan
perkembangan isu kesehatan kepada waganya yang akan berpergian ke Indonesia.
Pemerintah Australia menyarankan warganya agar memiliki asuransi kesehatan
yang lengkap dan memeriksakan kesehatannya sebelum berangkat ke Indonesia.
Rendahnya standar fasilitas kesehatan di Indonesia termasuk fasilitas darurat serta
kualitas pelayanan medis yang lebih mementingkan konfirmasi pembayaran
terlebih dahulu dibandingkan pelayanan kesehatan telah membuat buruk cittra
dunia medis Indonesia.7
Berkembangnya berbagai macam wabah penyakit di Indonesia juga menjadi
perhatian Pemerintah Australia. Penyakit-penyakit yang berkembang di Indonesia
diantaranya penyakit malaria, demam berdarah, kolera, hepatitis, campak,
penyakit tipus dan TBC di mana penyakit-penyakit ini bersifat menular baik
melalui air, parasit dan udara. Selain itu wabah penyakit chikungunya juga
berkembang terutama di daerah pedesaan pertanian. Penyakit lain (termasuk
6
http://pdat.co.id/hg/political_pdat/2006/06/19/pol,20060619-01,id.html, diakses 30 September 2009
7http://www.smartraveller.gov.au/zw-cgi/view/advice/Indonesia, diakses pada 30
September 2009
HIV/AIDS, polio dan penyakit anjing gila) adalah penyakit yang berbahaya
terutama penyakit rabies yang baru-baru ini menyerang anjing-anjing yang ada di
Bali.
Flu burung adalah penyakit yang perlu di perhatikan secara serius. Kasus flu
burung atau Avian Influenza (AI) telah menyebabkan banyak kasus kematian di
Indonesia. World Health Organization (WHO) telah menyatakan bahwa terjadi
kematian manusia akibat flu burung di Indonesia termasuk Bali. Pada bulan
September 2005, Pemerintah Australia memutuskan sebagai tindakan pencegahan
untuk mengirim pasokan obat anti virus oseltamivir (tamiflu) dan masker
pelindung wajah pada stafnya di Indonesia. Tamiflu yang akan digunakan
terutama untuk melindungi staf konsuler dan memberikan bantuan penting lainnya
dari wabah flu burung di antara manusia.8
Dengan alasan-alasan di atas, maka peneliti tertarik untuk lebih jauh
mengkaji permasalahan ini, dan selanjutnya membahasnya dalam sebuah
penelitian dengan judul :
“KEBIJAKAN LUAR NEGERI INDONESIA DALAM MENYIKAPI
KEBIJAKAN TRAVEL ADVISORY AUSTRALIA DI BAWAH
PEMERINTAHAN KEVIN RUUD”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian diatas dan untuk memudahkan dalam menganalisa
masalah, maka penulis mencoba mengidentifikasikan masalahnya dalam bentuk
pertanyaan sebagai berikut:
8http://www.smartraveller.gov.au/zw-cgi/view/advice/Indonesia, diakses pada 3 Oktober
2009
a. Bagaimana Kebijakan Luar Negeri Indonesia dalam menyikapi kebijakan
trevel advisory Australia?
b. Bagaimana perkembangan hubungan Indonesia-Australia terhadap tingkat
sensitifitas keamanan?
c. Bagaimana sikap antara kedua negara dalam menyikapi kemungkinan
munculnya berbagai konflik?
d. Bagaimana upaya Indonesia dalam menyikapi kebijakan Australia
terhadap masalah pemerintahan Kevin Rudd?
1. Pembatasan Masalah
Mengingat cukup luasnya permasalahan yang akan diteliti, maka penulis
membatasi masalah dengan menitikberatkan pada kebijakan luar negeri yang
sudah disepakati kedua belah pihak dalam kebijakan “trevel advisory” yang
diterapkan Australia di bawah pemerintahan Kevin Ridd tahun 2007-2009
terhadap Indonesia belum dicabut.
2. Perumusan Masalah
Mengacu kepada penjelasan dari identifikasi masalah dan pembatasan
masalah diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
“Bagaimana strategi dan kebijakan Pemerintah Indonesia dalam menyikapi
kebijakan travel advisory dari Australia di bawah pemerintahan Kevin Rudd”
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun maksud dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
a. Mengetahui bentuk kerjasama keamanan antara Indonesia dan Australia
pasca kemenangan Partai Buruh terkait dengan kebijakan travel advisory
dari Australia.
b. Menganalisis strategi dan kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah
Indonesia dalam upaya meyakinkan Pemerintah Australia agar mencabut
kebijakan travel advisory ke Indonesia sehingga kerjasama keamanan
kedua negara yang sudah disepakati dapat berjalan dengan baik.
c. Mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh aelama proses studi di Jurusan
Hubungan Internasional FISIP UNPAS
2. Kegunaan Penelitian
Penulisan penelitian ini sebagai hasil dari suatu penelitian yang diharapkan
dapat memberikan kegunaan dan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan
baik secara teoritis maupun praktis. Kegunaan penelitian ini adalah:
a. Ditujukan sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian Sarjana
Program Strata Satu Jurusan Ilmu Hubungan Internasional.
b. Untuk menambah pengetahuan serta wawasan penulis menyangkut
permasalahan yang sedang diteliti.
c. Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan sumbangan informasi
bagi perbendaharaan ilmu pengetahuan dan kepustakaan, terutama yang
berhubungan dengan konteks Hubungan Internasional.
d. Dengan hasil penelitian ini, maka diharapkan dapat memberikan manfaat
bagi para penstudi lain yang sekiranya ingin melakukan penelitian yang
berkenaan dengan permasalahan ekonomi internasional.
D. Kerangka Teoritis dan Hipotesis
1. Kerangka Teoritis
Untuk mempermudah proses penelitian ini diperlukan adanya landasan
berpijak untuk memperkuat analisa. Dan sebelum mengemukakan konsep-konsep
yang akan membahas pokok-pokok pikiran yang sesuai dengan tema penelitian
ilmiah ini, adalah suatu keharusan didalam suatu penelitian untuk menggunakan
pendekatan ilmiah kerangka pikiran konseptual dalam mengarahkan penelitian
yang dimaksud.
Kerangka berfikir ini bertujuan untuk membantu memahami dan
menganalisa permasalahan. Dan dengan ditopang oleh pendapat para pakar yang
berkompeten dalam penelitian ini. Oleh karena itu peneliti akan menggunakan
teori-teori yang berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti sebagai
sarana dalam membentuk pengertian dan menjadikannya pedoman dalam objek
penelitian.
Perkembangan studi Hubungan Internasional mengalami kemajuan yang
pesat, terutama setelah masa perang dunia kedua, karena merupakan salah satu
disiplin ilmu yang cukup penting dalam kajian strategis ilmu pengetahuan. Studi
Hubungan Internasional secara luas adalah studi tentang segala macam aktifitas
politik (perjuangan banyaknya nilai-nilai untuk mencapai titik maksimal;
pengaruh dan kekuasaan) yang independen antar anggota masyarakat
internasional, yang dilakukan oleh pemerintah Negara maupun individu, sebagai
warga negaranya.
Hubungan yang terjadi dalam masyarakat merupakan bentuk perwujudan
dari berlangsungnya interaksi itu sendiri merupakan kunci dari semua kehidupan
sosial antar individu, dimana interaksi itu sendiri merupakan kunci dari semua
kehidupan sosial karena tanpa interaksi sosial, tidak mungkin ada kehidupan
bersama.
Setiap Negara pada hakekatnya memiliki tujuan dan sasaran tertentu, hal ini
terlihat pada hubungan yang mencakup seluruh bentuk interaksi antar Negara, satu
dengan lainnya. Secara konseptual K.J Holsti mengemukakan bahwa
”Hubungan Internasional adalah semua bentuk interaksi antara anggota
masyarakat bangsa-bangsa yang berbeda, baik dengan atau tanpa
pemerintah masing-masing Hubungan Internasional mencakup suatu analisa
terhadap politik internasional atau proses politik antar bangsa, menyangkut
segala hubungan itu”.
Dipertegas oleh Charles A. Mc Clelland, dalam bukunya berjudul ilmu
hubungan internasional: Teori dan Sistem, yakni:
Hubungan Internasional sebagai studi tentang interaksi antara jenis-jenis kesatuan sosial, ekonomi, budaya, dan interaksi lainnya di antara aktor-aktor negara dan aktor non-negara. Hubungan Internasional didefinisikan sebagai studi tentang interaksi antar beberapa aktor yang berpartisipasi dalam Politik Internasional dan penggunaan Politik Luar Negeri dalam pencapaian kepentingan suatu Negara.
Konsep kepentingan nasional sangat penting untuk menjelaskan dan
memahami perilaku internasional. Konsep kepentingan nasional merupakan dasar
untuk menjelaskan perilaku luar negeri suatu negara, kepentingan nasional juga
dapat dijelaskan sebagai tujuan fundamental dan faktor penentu akhir yang
mengarahkan para pembuat keputusan dari suatu negara dalam merumuskan
kebijakan luar negerinya. Kepentingan nasional bagi kedua negara dalam
penelitian ini adalah pelaksanaan kerjasama keamanan. Namun, dalam upaya
pencapaian kepentingan ini seringkali terjadi bentrok dengan kepentingan
nasional yang lain dari negara-negara tersebut sebagai contoh kepentingan
nasional Australia dalam menjamin keselamatan warga Australia dari ancaman
terorisme dalam berkunjung ke Indonesia. Dari sinilah maka Australia
mengeluarkan kebijakan luar negeri tervel advisory bagi warganya untuk
berkunjung ke Indonesia.
Kebijakan luar negeri terdiri dari dua kata yang masing-masing mempunyai
arti kata yang berbeda yaitu kebijakan dan luar negeri, kebijakan atau plan of
action menurut Howard H. Lentner dalam Foreign Policy Analysis: A
comparative and conceptual approach adalah: “A form of action wich involves
(1) selection of objectives, (2) mobilization of means for achieving those
objectives, and (3) implementation or the actual expenditure of efforts and
resources in pursuit of the selected objectives”9
Dalam proses pembuatan kebijakan melibatkan banyak pihak dan organisasi
yang berbeda, mesalnya organisasi masyarakat (ormas), organisasi politik, LSM,
kelompok pengusaha, serikat pekerja, elit politik dll, atau yang oleh David Easton
disebut penguasa yakni:
Orang-orang yang terlibatdalam masalah sehari-hari dalam suatu sistem politik, diakui oleh sebagian terbesar anggota sistem poltik, mempunyai tanggung jawab untuk masalah-masalah ini, dan mengambil tindakan-tindakan yang siterima secara mengikat dalam waktu yang panjang oleh sebagian besar anggita sistem politik selama mereka bertindak dalam batas-batas peran yang diharapkan10
9
Howard H. Lentner, Foreign Policy Analysis: A comparative and conceptual approach(ohio: Charles E. Merril publishing Company, 1974), hlm 3.
10 Budi winarto: teori dan poses kebijakan publik ( Yogyakarta: Mediapresindo, 2002)
hlm 18
Sementara luar negeri atau foreign masih menurut Lentner adalah “The
spesific definition of foregn depend on the viewpoint of any particular
country and refers to all that is outside of that country”11
Sehingga kebijakan luar negeri atau foreign policy menurut Joshua S.
Goldstein yaitu “the strategis used by government to guide their action in the
international arena”.12
International arena si sini adalah pusaran politik
internasional, dalam pusaran tersebut terdapat dua aktor besar yakni aktor negara
dan non-negara.
Dalam proses pembuatan sebuah kebijakan luar negeri suatu negara,
tanggung jawabnya dipegang oleh organisasi pemerintahan yang si dalamnya
terdapat eksekutif, legislatif, dan agen khusus terkait juga organisasi non-
pemerintah seperti partai politik, kelompok kepentingan,media dan opini publik.
Sebuah negara dalam melaksanakan kebijakan luar negeri harus ditunjang
oleh beberapa faktor yang keberadaanya dapat menjadi nilai tawar negara
bersangkutan si arena internasional, Macridis menulisbeberapa faktor tersebut
sbb:
a. The relatively permanent material element:1). Geography2). Natural Resources:
(a). Mineral(b). Food production(c). Energy and power
b. Less permanent material element:1). Industrial establishment2). Military establishment3). Changes in industrial and military capacity
c. The Human Element: Quantitative and qualitative:1). Quantitative – population2). Qualitative:
11
Lentner. Op. Cit. hal 4-512
Joshua S. Goldstein,-3rd ed, international relation, (Newyork: Longman, 1952), hlm 147
(a). Policy makers and leaders(b). The role of ideology
(c). The role of information.13
Setelah menyadari secara objektif akan faktor-faktor tersebut kemudian para
pembuat kebijakan membuat kebijakan dengan model yang sesuai, salah satu
model kebijakan yang sering digunakan adalah Model Rasional artinya para
pembuat kebijakan membuat kalkulasi atau biaya yang dikeluarkan dan
keuntungan yang akan didapat dari sebuah kebijakan, tentunya pilihan rasional
dan ekonomis adalah keuntungan yang tinggi dan biaya yang rendah.
Dalam hal kepada siapa kebijakan luar negeri itu ditujukan terdapat
perbedaan pendapat antara para akademisi HI, Sir Ernest Satow's misalnya
dalam guide to diplomatic practice sebuah buku yang untuk beberapa tahun telah
menjadi ketab suci bagi para diplomat inggris menulis “Is the application of
intelligence and tact to the conduct of official relation beetwen the
government of independent state”.14
Sementara Brian White mempunyai pandangan yang lebih luas, bahwa
kebijakan luar negeri tidak hanya ditujukan kepada aktor negara tapi juga aktor
bukan negara seperti yang dituliskan berikut “Area of government activity
which is concerned with relationship between the state and other actors,
particularly other state in the international system”15
13
Ibid, hlm 1-2, lih juga Sufri Yusuf, Hubungan Internasional dan Politik Luar Negeri “Sebuah analisis teoritis dan uraian tentang pelaksanaannya” (Jakarta: Pusaka Sinar Harapan, 1989), hlm. 113.
14Sir Ernest Satow, Guide to Diplomatic Practice, dalam Palmer & Perkins,
International Relation, (Calcuta: Scientific Book Agency, 1976), hlm. 8415
Brian White, Analyzing Foreign Policy: Problem and Approaches, dalam Understanding Foreign policy: The Foreign Policy System Approach, (London: Edward Elgar Published Limited, 1989), hlm. 1
Kebijakan luar negeri diaktualisasikan dengan proses diplomasi oleh para
diplomat sebagai eksekutor kebijakan luar negeri, tugas utama diplomat adalah:
“1). Representation, 2). Negotiation, 3). Reporting, 4). The protection of the
interests of its citizens in foreign lan”16
Implementasi kebijakan luar negeri berlangsung melalui diplomasi yang
dilakukan oleh para diplomat, kebijakan yang ditetapkan begara dalam waktu
tertentu terhadap isu tertentu, pada akhirnya harus dievaluasi sesuai dengan
mekanisme yang diatur konstitusi sebagai tolak ukur berhasil tidaknya sebuah
kebijakan luar negeri.
Kebijakan luar negeri lazimnya dilakukan oleh sebuah negara merdeka,
artinya sebuah wilayah yang diakui secara hukum internasional, dan juga oleh
begara lain sehingga mampu melakukan hubungan diplomasi dengan begara lain.
Dalam melaksanakan kebijakan luar negeri diperlukan perangkat hukum
yang dapat menjadi patung, agar sebuah kebijakan lebih terarah dan terpadu, bagi
pelaku hubungan luar negeri diantaranya pemerintah pusat, pemerintah daerah,
NGO, MNCs, dan individu. Di Indonesia pada era pasca orde baru pemerintah
telah mengeluarkan UU. No. 37 Yahun 2000 tentang Hubungan Luar Negeri dan
UU. No. 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional.
Pemerintah sesuai undang-undang menetapkan satu pintu kebijakan luar
negeri sebagai saluran resmi yaitu Departemen Luar Negeri. Kebijakan bukan
berarti sebagai upaya sentralisasi hubungan luar negeri tetapi posisi DEPLU
hanya menjadi jembatan yang menghubungkan domestik dan internasional, juga
mempertimbangkan semua hubungan luar negeri yang dilakukan oleh warga
16
Palmer & Perkins, op. cit. hlm. 85
negara, untuk memastikan semua kerjasama hubungan luar negeri yang dibangun
oleh aktor domestik dapat berjalan sesuai undang-undang.
Konsep ini diperlukan dalam penelitian karena merupakan komitmen dalam
menentukan keterlibatan suatu negara di dalam isu-isu internasional atau
lingkungan sekitarnya seperti Indonesia dan Australia. Adapun pengertian dari
politik luar negeri adalah seperangkat pedoman dalam mempertahankan,
mengamankan, dan memajukan kepentingan nasional sehingga dapat dipilih
tindakan tepat yang ditunjukan ke luar wilayah suatu negara. Kebijakan luar
negeri travel advisory ini ditujukan oleh Australia ke negara-negara yang
dianggap Australia memiliki potensi ancaman serangan terorisme termasuk
Indonesia. Bagi Indonesia, kebijakan Australia ini akan diterima oleh para
pembuat keputusan untuk dianalisis dan memberikan respon terhadap kebijakan
Australia tersebut.
Politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif selama ini tidak mengalami
perubahan yang mendasar sejak dicetuskannya di Yogyakarta pada 2 dan 16
September 1948 oleh Mohammad Hatta sebagai perdana menteri dihadapan
komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).
Bebas aktif ini mengacu pada UUD 45 alinea I dan alinea IV yakni Alinea I
menyatakan bahwa .… kemerdekaan ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu
maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri
kemanusiaan dan peri keadilan. Selanjutnya pada alinea IV dinyatakan bahwa ….
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial …..Dari dua kutipan di atas, jelaslah bahwa politik luar
negeri RI mempunyai landasan atau dasar hukum yang sangat kuat, karena diatur
di dalam Pembukaan UUD 1945. Selain dalam pembukaan terdapat juga dalam
beberapa pasal contohnya pasal 11 ayat 1, 2,3; pasal 13 ayat 1,2,3 dan lain-lain.
Pasal 11
(1) Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang,
membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain.
(2) Presiden dalam membuat perjanjian internasional lainnya yang menimbulkan
akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan
beban keuangan negara, dan/atau mengharuskan perubahan atau pembentukan
undang-undang harus dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
(3) Ketentuan lebih lanjut tentang perjanjian internasional diatur dengan undang-
undang.
Pasal 13
(1) Presiden mengangkat duta dan konsul.
(2) Dalam mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan Dewan
Perwakilan Rakyat.
(3) Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.
Walaupun demikian Mochtar Kusumaatmaja merumuskan bebas aktif sebagai
berikut :
Bebas : dalam pengertian bahwa Indonesia tidak memihak pada kekuatan-kekuatan yang pada dasarnya tidak sesuai dengan kepribadian bangsa sebagaimana dicerminkan dalam Pancasila. Aktif : berarti bahwa di dalam menjalankan kebijaksanaan luar negerinya, Indonesia tidak bersifat pasif-
reaktif atas kejadiankejadian internasionalnya, melainkan bersifat aktif .17
17
http://id.wordpress.com/tag/arsip-blog/ diakses pada tanggal 8 September 2009
Dan ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) No. IV/MPR/1999
tentang Garis Garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang mengatur tantang arah
politik yang bebas aktif dan orientasi kepentingan nasional, solidaritas negara
berkembang mendukung kemerdekaan bangsa, menolak segala bentuk penjajahan,
kemandirian bangsa dan kerja sama internasional bagi kesejahteraan rakyat.
Dalam Hubungan Internasional kontenporer dengan berakhirnya perang
dingan, pandangan realis yang state centris srmakin tidak popular lagi, hal ini
ditandai dengan munculnya fenomena abu abu (Gray Phenomena) yang
menempatkan non state actors dan state actor secara seimbang dalam politik
internasional. Dengan alasan ini penelitian akan lebih menggunakan perspektif
pluralism, dalam proses pembuatan dan pelaksanaan kebijakan luar negeri sebagai
objek kajian dari penelitian ini.
Paradigma pluralis menempatkan negara bukan lagi sebagai aktor pertama
dan utama lagi dalam hubungan antar bangsa dan pengambilam keputusan luar
negeri tertunya, karena keterlibatan individu dan kelompok juga harus
diperhitungkan dalam era demokrasi ini.
Aktor-aktor hubungan internasional dalam sebuah sistem internasional akan
melakukan interaksi internasional. Lentner memfokuskan interaksi para aktor
hubungan internasional sebagai berikut:
Konflik; merupakan keadaan yang ditandai dengan kondisi zero sum game di mana jika satu pihak memperoleh kemenangan maka pihak yang lain akan mengalami kegagalan.
Kompetisi; keadaan di mana tidak terdapt zero sum game melainkan keuntungan yang diperoleh tidak seimbang.
Kerjasama; keadaan di mana negara-negara yang berinteraksi mengikuti kebijakan yang sama untuk mencapai kepentinagan
bersama.18
18
Lentner, Foreign Policy Analysis: A Comparative and Conceptual Approach, hlm 86-97
Interaksi dalam hal ini tindakan yang seragam dan perbedaan yang ada
terjalin seemikian rupa sehingga keputusan yang dihasilkan adalah keputusan
yang harus dijalankan bersama.
Bentuk-bentuk interaksi berdasarkan banyaknya pihak yang melakukan
hubungan, antara lain dibedakan menjadi hubungan bilateral, trilateral, regional,
dan multilateral/internasional. Adapun yang dimaksud dengan hubungan bilateral
adalah keadaan yang menggambarkan adanya hubungan saling mempengaruhi
atau terjadinya hubungan timbal balik antara dua pihak. Pola-pola yang terbentuk
dari poroses interaksi, dilihat dari kecenderungan sikap dan tujuan pihak-pihak
yang melakukan hubungan timbal balik tersebut.
Rangkaian pola hubungan aksi reaksi ini meliputi proses sebagai berikut:
1. Rangsangan atau kebijakan aktual dari negara yang memprakarsai.
2. Persepsi dari rangsangan tersebut oleh pembuat keputusan di negara penerima.
3. Respon atau aksi balik dari nrgara penerima.
4. Persepsi atau respon oleh pembuat keputusan dari negara pemrakarsa.
Kerjasama merupakan salah satu bentuk interaksi dalam hubungan
internasional yang paling sering dilakukan. Kerjasama dilakukan ketika ada dua
pihak atau lebih yang menghadapi suatu isu yang menjadi masalah bersama dan
pihak-pihak tersebut memiliki kepentingan tersendiri atau bersama berkaitan
dengan isu tersebut. Hal ini sejalan dengan definisi kerjasama yang dikemukakan
oleh Heywood yaitu “kegiatan yang dilakukan besama untuk mencapai
tujuan bersama melalui tindakan bersama” .19
19
A. Heywood Politics.2nd ed. hlm 4.
Kerjasama internasional adalah bentuk interaksi yang dilakukan antara
negara-negara ataupun melibatkan aktor non-negara yang menyadari kesaling
tergantungan yang mengelilingi mereka. Kerjasama internasional adalah alat bagi
aktor-aktor hubungan internasional yang fungsinya memfasilitasi dan melayani
berbagai macam kegiatan yang tak ada batasnya. Kerjasama ini meliputi bebagai
macam bidang seperti politik, keamanan, ekonomi, budaya dan sebagainya. Holsti
memberikan beberapa alasan mengapa negara-negara melakukan kerjasama
internasional yakni(Holsti, 1995:362):
Untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi, melalui kerjasama negara-negara dapat memotong ongkos produksi untuk memenuhhi kebutuhan mereka dan rakyatnya meskipun +negara-negara tersebut mengalami keterbatasan baik dalam segi sumber daya alam maupun manusia.
Untuk meningkatkan efisiensi, seperti pengurangan biaya dan ongkos. Karena adanya masalah-masalah yang mengancam keamanan
bersama. Untuk mengurangi atau menghilangkan image negatif yang selama ini
menjadi alasan bagi negara lain memandang negara tersebut.20
Dikarenakan faktor interdependensi maka negara akan selalu terkena
pengaruh oleh semua tindakan yang dilakukan oleh aktor-aktor hubungan
internasional lainnya dan kerjasama adalah salah satu bentuk respon terhadap
dinamika yang ditimbulkan oleh aktor-aktor hubungan internasional tersebut.
Interaksi melalui kionflik dan kerjasama dapat terjadi terntu disebabkan
dengan adanya sifat saling membutuhkan yang dialami oleh setiap aktor
internasional. Kondisi ini muncul akibat dari adanya kepentingan nasional suatu
negara sehingga dalam penerapan kebijakan luar negerinya terhadap negara lain
dapat terjadi interaksi internasinal.
20
K. j. Holsti. International Politics: A Framework For Analysis. Hlm 362.
Formulasi dari pola aksi-reaksi ini memberi kesan bahwa rangkaian aksi dan
reaksi selalu tertutup atau berbentuk simetris. Di dalam proses ini terdapat suatu
hubungan timbal balik (resiprokal).
Berdasarkan kerangka teoritis diatas, maka penulis memaparkan beberapa
asumsi, sebagai berikut:
1. Kerjasama keamanan antara Indonesia dan Australia ditengarai sebagai
tolak ukur awal kerjasama yang komprehensif di antara kedua belak pihak.
2. Indonesia-Australia merupakan dua negara besar yang secara geografis
berdekatan sehingga munculnya potensi akan terjadinya konflik cukup
besar.
3. Indonesia-Australia merupakan dua negara yang terlatak di kawasan Asia
Pasifik dimana keduanya sedang berusaha meningkatkan kekuatan dan
pengaruhnya di kawasan tersebut.
4. Peneliti juga tertarik bagaimana kerjasama keamanan Indonesia-Australia
dapat berjalan dengan sukses di tengah banyaknya permasalahan-
permasalahan yang ada di antara kedua negara seperti masalah perikanan,
travel advisory, para pencari suaka dan Sumber Daya Alam.
2. Kerangka Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap
permasalahan yang telah dirumuskan.21
Berdasarkan kepada konsep yang telah
diuraikan diatas penulis menarik suatu hipotesis sebagai berikut:
“kebijakan Pemerintah Indonesia dalam menyikapi kebijakan travel
advisory dengan strategi optimalisasi diplomasi dan peningkatan kerjasama
21 Oman Heryaman (Ed.), Panduan Penyusunan Skripsi, (Bandung: Jurusan Ilmu
Hubungan Internasional FISIP UNPAS, 2008), hlm. 35.
internasional maka Pemerintahan Kevin Rudd melaksanakan kebijakan
pendekatan diplomatis”
3. Operasional Variabel dan Indikator
Dalam mempermudah pengoperasian Variabel maka dibentuk tabel
operasional Variabel dan indikator sebagai berikut:
Tabel 1.1
Operasional Variabel dan Indikator
Variabel dalam
Hipotesis
(Teoritik)
Indikator
(Empirik)
Verifikasi
(Analisis)
Variabel Bebas:
Strategi dan kebijakan
Pemerintah Indonesia
dalam menyikapi
kebijakan travel
advisory dengan strategi
dan kebijakan
pendekatan diplomatis
1. Adanya akses diplomasi
antara kedua negara
a. Adanya peningkatan
kualitas diplomasi
indonesia.
b. Memanfaatkan
sumberdaya dalam
mengkampanyekan
Indonesia damai dan
aman.
2. Adanya perbaikan
hubungan antara kedua
negara dengan Membuka
akses berbagai kerjasama
antara kedua negara.
1. Data fakta dan angka
tentang adanya akses
diplomasi antara
kedua negara
berdasarkan akses
internet dari
http://www.deplu.go.
id/?category_id=12&
news_id=934&main
_id=1
2. Data fakta dan angka
adanya perbaikan
hubungan antara
kedua negara dengan
Membuka akses
berbagai kerjasama
antara kedua negara
berdasarkan akses
internet dari
http://www.ialdf.org/
bi/kegiatanproyek.ht
ml
Variabel Terikat:
Pemerintahan Kevin
Rudd mencabut kbijakan
travel advisorynya
terhadap Pemerintah
Indonesia
3. Adanya pertimbangan
kebijakan travel advisory.
a. Upaya melakukan
diplomasi.
b. Menunjukan keseriusan
Pemerintah Indonesia
dalam Lombok Treaty
4. Adanya perbaikan
berbagai sistem dalam
negeri.
a. Peningkatan keamanan
sipil dan politik.
b. Adanya perbaikan
sumber daya yang dapat
mengundang
masyarakat Australia.
3. Data fakta dan angka
mengenai adanya
upaya pencabutan
kebijakan travel
advisory berdasarkan
akses internet dari
http://hasan.sayangin
anda.com/luar-
negeri/prospek-
hubungan-ri-
australia-20
4. Data fakta dan angka
adanya perbaikan
berbagai sistem
dalam negeri
berdasarkan akses
internet dari
http://www.smartrav
eller.gov.au/zw-
cgi/view/advice/indo
nesia
Sumber: olahan peneliti
4. Skema Kerangka Teoritis
Untuk mempermudah pemahaman kerangka teoritis yang telah dipaparkan
diatas, dirumuskan kedalam skema kerangka teoritis sebagai berikut:
Skema 1.1
Skema Kerangka Teoritis Kebijakan Luar Negeri Indonesia Dalam
Menyikapi Kebijakan Travel Advisory Australia Di Bawah Pemerintahan
Kevin Rudd
Kepentingan Nasional
Politik Luar Negeri
Indonesia Australia
Lombok Treaty
Travel
Advisory
Strategi dan Kebijakan
Pemerintah Indonesia
Sumber: olahan peneliti
E. Metode dan Teknik Pengumpulan Data
1. Tingkat Analisis
Dalam menentukan tingkat analisis dalam studi Hubungan Internasional
terlebih dahulu ditetapkan unit analisa yaitu yang perilaku hendak kita
deskripsikan, jelaskan dan ramalkan (karena itu juga biasa disebut variabel
dependen) dan unit eksplanasi yaitu yang dampaknya terhadap unit analisa hendak
kita amati (bisa disebut variabel dependen).22
Berdasarkan penjelasan tersebut
unit analisa dari penelitian ini adalah ebijakan Australia di bawah pemerintahan
Kevin Rudd. Sedangkan unit eksplanasi penelitian ini adalah kebijakan Luar
Negeri Indonesia dalam menyikapi travel advisory Australia. Dari paparan diatas
maka analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa induksionis,
yaitu: unit eksplanasinya pada tingkat yang lebih tinggi.
2. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitan ini adalah metode
penelitian deskriptif, yaitu suatu metode yang bertujuan untuk mendeskripsikan
atau menjelaskan peristiwa dan kejadian yang ada pada masa sekarang. Dengan
cara mengumpulkan, menyusun, menginterpretasikan data yang kemudian
diajuakan dengan menganalisa data tersebut serta suatu metode dalam meneliti
status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu metode dalam
meneliti atau suatu kelas peristiwa masa sekarang. Metoda ini memudahkan
penulis untuk menganalisa kebijakan Luar Negeri Indonesia dalam menyikapi
kebijakan travel advisory Australia di baeah pemerintahan Kevin Rudd.
22
Mochtar Mas`oed, Ilmu hubungan Internasional Disiplin dan Metode, (Jakarta: LP3ES, 1994), hlm. 39.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Studi kepustakaan/studi literatur (library research), yaitu teknik
pengumpulan data yang dilakukan melalui penelaahan data terhadap buku
teks, jurnal ilmiah, dokumen, majalah berita, surat kabar, laporan lembaga
pemerintah dan non pemerintah, maupun data-data yang terdapat dalam
website/internet, yang berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti.
b. Teknik wawancara (interview) yaitu teknik pengumpulan data dengan
mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara (pengumpul
data) kepada pelaku industri kreatif, dan hasil jawaban-jawaban dicatat
atau direkam dengan alat perekam.
F. Lokasi dan Lama Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi yang digunakan sebagai tempat pencarian data dalam penelitian ini
adalah:
Perpustakaan Ekonomi Universitas Pasundan, jalan Taman Sari No. 8
Bandung.
Perpustakaan FISIP Universitas Pasundan, jalan Lengkong Besar No. 68
Bandung.
Perpustakaan Universitas Parahyangan, Bandung.
2. Lama Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan dalam rentang waktu enam bulan terhitung
dari bulan Maret hingga September 2009. dengan rincian sebagai berikut:
TABEL 1.2JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
TAHUN2009
Bulan Maret April Mei Juni Juli Agustus SeptemberNo. Kegiatan