Soal : 1. Describe the exposure sequence for a Complete Mouth Radiographic Series (CMRS)/Full Mouth Series that includes both periapical and bite-wing exposures. Jawaban : Radiografi full mouth set terdiri dari proyeksi periapikal dan bite wing. Proyeksi ini ketika terpapar dengan baik dan diproses benar, dapat memberikan informasi yang cukup untuk melengkapi pemeriksaan klinis. Untuk mendapatkan gambaran lengkap rongga mulut yang terdiri dari 32 gigi biasanya diperlukan 18-21 film, 17 foto periapikal dan 4 foto bite-wing. Tanpa urutan paparan, akan sangat mungkin terjadi kehilangan daerah atau mengekspos daerah yang sama sebanyak dua kali.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Soal :
1. Describe the exposure sequence for a Complete Mouth Radiographic Series (CMRS)/Full
Mouth Series that includes both periapical and bite-wing exposures.
Jawaban :
Radiografi full mouth set terdiri dari proyeksi periapikal dan bite wing. Proyeksi ini
ketika terpapar dengan baik dan diproses benar, dapat memberikan informasi yang cukup untuk
melengkapi pemeriksaan klinis. Untuk mendapatkan gambaran lengkap rongga mulut yang
terdiri dari 32 gigi biasanya diperlukan 18-21 film, 17 foto periapikal dan 4 foto bite-wing.
Tanpa urutan paparan, akan sangat mungkin terjadi kehilangan daerah atau mengekspos daerah
yang sama sebanyak dua kali.
Ketika memaparkan film periapikal dengan teknik parallel, selalu dimulai dengan gigi
anterior (insisivus dan kaninus), karena
Film yang digunakan untuk gigi anterior kecil (size 1), mengurangi
ketidaknyamanan, dan sangat mudah di tolerir oleh pasien.
Lebih mudah bagi pasien untuk terbiasa dengan film holder anterior.
Penempatan film pada anterior mengurangi keinginan pasien untuk muntah.
Dimulai dari gigi kaninus kanan maksila (gigi 13).
Mengekspos semua gigi anterior maksila dari kanan ke kiri.
Berakhir dengan gigi kaninus kiri maksila (gigi 23).
Selanjutnya, berpindah ke lengkung mandibula.
Dimulai dengan gigi kaninus kiri mandibula (gigi 33).
Mengekspos semua gigi anterior mandibula dari kiri ke kanan.
Berakhir pada gigi kaninus kanan mandibula (gigi 43).
Penyinaran Kaninus Rahang Atas
Cakupan gambar. Proyeksi ini memberikan gambaran seluruh kaninus dan daerah
periapikalnya.
Penempatan reseptor. Tempatkan reseptor (film size 1) pada palatum, sejauh mungkin dari
gigi. Tempatkan reseptor dengan ujung anteriornya ditengah-tengah dari insisiv lateral dan
sumbu panjangnya parallel dengan sumbu panjang kaninus.
Proyeksi pusat sinar. Posisikan memegang instrument sehingga sinar melalui daerah kontak
mesial dari kaninus. Jangan mencoba untuk membuka daerah kontak distal.
Titik penyinaran. Sinar pusat langsung menembus eminensia kaninus. Titik masuk akan berada
pada perbatasan dari distal dan inferior ala nasi.
Penyinaran Insisiv Pusat Rahang Atas
Cakupan gambar. Gambaran yang terlihat pada radiografi ini kedua insisiv pusat dan daerah
periapikalnya.
Penempatan reseptor. Tempatkan reseptor (film size 1) di daerah premolar kedua atau molar
pertama untuk mendapatkan keuntungan dari ketinggian palatal sehingga seluruh gigi dapat
terproyeksikan. Reseptor dtempatkan pada garis tengah palatum.
Proyeksi pusat sinar.Sinar pusat langsung melalui titik kontak insisiv pusat dan tegak lurus
pada bidang reseptor dan akar gigi.
Titik penyinaran. Titik penyinaran dari sinar pusat berada pada bibir atas, di garis tengah tepat
dibawah septumnasal.
Penyinaran Insisiv Pusat Rahang Atas
Cakupan gambar. Proyeksi ini memprlihatkan insisiv lateral dan daerah periapikalnya tepat
ditengah foto radiograf. Termasuk didalamnya interprosimal area dan distal dari insisiv pusat.
Penempatan reseptor. Tempatkan reseptor didalam rongga mulut parallel dengan sumbu
panjang gigi dan bidang mesio-distal dari insisiv lateral.
Proyeksi pusat sinar. Sinar pusat langsung menembus bagian tengan dari insisiv lateral.
Titik penyinaran. Arah dari sinar pusat berada pada bibir sekitar 1 cm dari garis tengah.
Penyinaran Kaninus Rahang Bawah
Cakupan gambar. Gambar ini menunjukkan seluruh kaninus mandibula dan area periapikalnya.
Terbuka pada area kontak mesialnya. Area kontak distal terlihat dalam proyeksi lain.
Penempatan reseptor. Tempatkan reseptor (fil size 1) di dalam mulut dengan sumbu panjang
secara vertical dan kaninus berada di tengah reseptor. Letakkan sejauh mungkin ke arah lingual
yang dapat ditoleransi oleh lidah dan kontralatral dari prosesus alveolaris, dengan sumbu panjang
parallel dan segaris dengan kaninus. Instrumern harus menyentuh bite-blok diatas kaninus
sebelum pasien diminta untuk menutup mulut.
Proyeksi pusat sinar. Arahkan pusat sinar tepat melalui kontak mesial gigi caninus tanpa
memperhatikan kontak distal.
Titik penyinaran. Dekat ala nasi, di atas posisi gigi caninus, dan sekitar 3cm dari batas inferior
mandibula.
Penyinaran Centrolateral Rahang Bawah
Cakupan gambar. Bagian tengah dari insisiv pusat dan lateral mandibula dan daerah periapikal
pada reseptor. Karena daerah pada area ini secara terbatas, gunakan dua atau reseptor periapikal
yang lebih sempit untuk inisisiv untuk menghasilkan cakupan yang baik dengan
ketidaknyamanan yang minimal. Sebagai tambahan, area kontak insisiv terlihat lebih baik dalam
dua reseptor yang lebih sempit karena sudut dari sinar pusat dapat disesuaikan untuk area kontak
pada tiap sisinya.
Penempatan reseptor. Tempatkan dimensi panjang dari resptor (film size 1) secara vertikal
dibelakang dari insisiv pusat dan lateral dengan area kontak berada di tengah dan batas bawah
dibawah lidah. Posisikan reseptor ke arah posterior sejauh mungkin, biasanya antara kedua
premolar. Reseptor berada di dasar mulut sebagai fulcrum, ujung dari instrument menurun
hingga reseptor-holder bite-blok berada di atas insisiv. Intruksikan pasien untuk menutup mulut
secara perlahan dan dasar mulur berada dalam posisi rileks, putar instrument menggunakan gigi
sebagai fulcrum untuk meluruskan reseptor sehingga menjadi lebih parallel dengan gigi.
Proyeksi pusat sinar. Orientasikan sinar pusat melalui ruang interproksimal antara insisiv pusat
dan lateral.
Titik penyinaran. Sinar pusat masuk dibawah bibir bawah sekitar 1 cm ke lateral dari garis
tengah.
Setelah selesai gigi anterior, baru dilanjutkan dengan gigi posterior. Selalu paparkan dari film
premolar sebelum film molar karena:
Lebih mudah bagi pasien untuk mentolerir penempatan film premolar dibanding film
molar.
Paparan premolar tidak terlalu membangkitkan refleks untuk muntah.
Penyinaran Premolar Rahang Atas
Cakupan gambar. Radiografi dari regio ini termasuk gambaran distal kaninus dan premolar,
dengan ruang setidaknya untuk molar pertama.
Penempatan reseptor. Tempatkan reseptor (film size 2) di dalam mulut dengan sumbu panjang
parallel dengan bidang oklusal dan berada pada garis tengah dan dekat dengan garis tengah
palatal. Paket harus diperluas jauh kedepan untuk menutupi setengah distal dari kaninus. Hal ini
juga termasuk premolar dam molar pertama dan juga mungkin bagian mesial dari molar kedua.
Bidang reseptor harus berada dalam posisi hampir vertikal untuk menyesuaikan dengan sumbu
panjang gigi premolar. Posisikan alat pemegang reseptor sehingga sumbu panjang reseptor
parallel dengan titik tengah bidang bukal dari premolar. Hal ini menyebabkan sudut horizontal
yang sesuai.
Penyinaran sinar pusat. Sinar pusat langsung tegak lurus dengan reseptor. Sudut horizontal dari
pemegang instrumen harus sesuai untuk menghasilkan sinar yang pas melalui area interproximal
antara premolar pertama dan kedua.
Titik penyinaran. Letakkan pemegang instrument sehingga sinar pusat melalui bagian tengah
dari akar premolar kedua. Titik ini biasanya berada dibawah pupil mata.
Penyinaran Molar Rahang Atas
Cakupan gambar. Radiografi pada regio ini memperlihatkan gambaran dari distal premolar
kedua, tiga molar permanen rahang atas, dan sebagian dari tuberositas maksila pada area yang
sama dengan reseptor walaupun sebagian atau seluruh molar hilang. Jika molar ketiga berada
dalam posisi impaksi ada area lain selain daerah tuberositas, miring kearah distal atau proyeksi
ekstraoral ( panoramic atau oblique lateral jaw view) diperlukan.
Penempatan reseptor. Saat menempatkan reseptor (film size 2) untuk penyinaran ini, posisi
dimensi lebar dari reseptor hampir horizontal untuk meminimalkan mengenai palatum dan
dorsum lidah. Saat reseptor berada pada regio yang akan diperiksa, putar sehingga berada pada
posisi yang tepat dengan gerakan yang lembut dan tegas. Gerakan ini penting untuk menghindari
reflex muntah, dan gerakan yang tegas oleh operator dapat meningkatkan percaya diri pasien.
Tempatkan reseptor sejauh mungkin kearah posterior sehingga menutupi molar pertama, kedua,
ketiga, dan sebagian tuberositas. Batas anterior hanya menutupi bagian distal dari premolar
kedua. Untuk menutup molar dari mahkota hingga apikal, tempatkan reseptor pada garis tengah
dari palatum. Pada posisi ini seharusnya tersedia ruangan untuk mengorientasikan reseptor
parallel dengan gigi molar. Rotasi mesial atau distal dari alat pemegang reseptor harus dipastikan
parallel antara sumbu panjang reseptor dengan titik tengah bidang bukal dari gigi molar (untuk
menghasilkan sudut horizontal yang sesuai). Palatum yang dangkal mengharuskan dilakukannya
tipping ringan dari penegang reseptor untuk menghindari bengkoknya reseptor.
CATATAN: Dalam beberapa kasus ukuran mulut (panjang lengkung)tidak memungkinkan
reseptor (alat pemegang) ditempatkan sejauh mungkin kearah posterior seperti yang disarankan
untul proyeksi molar. Bagaimanapun, dengan menempatkan alat pemegang reseptor sehingga
garis arah ring tabung atau pelindung wajah berada dibelakang cantus eksternal mata, molar dan
bagian dari tuberositas biasanya dapat terlihat pada gambaran proyeksi molar.
Proyeksi pusat sinar. Sinar pusat langsung tegak lurus dengan reseptor. Sesuaikan sudut
horizontal dari alat pemegang instrumen langsung dengan sinar pada sudut yang sesuai ke
permukaan bukal dari gigi molar.
Titik penyinaran.Titik masuk dari sinar pusat harus berada pada pipi dibawah cantus external
mata dan tulang pipi (zygoma) berada pada posisi molar kedua rahang atas.
Penyinaran Premolar Rahang Bawah
Cakupan gambar. Gambar radiografi dari daerah ini harus mencakup bagian distal caninus,
kedua gigi premolar, dan gigi molar pertama.
Penempatan reseptor. Tempatkan reseptor (film size 2) ke mulut dengan posisi mendekati
horizontal. Letakkan tepinya pada dasar mulut di antara lidah dan gigi dengan batas anterior
kurang lebih pada garis tengah gigi caninus. Tempatkan reseptor jauh dari gigi agar dapat
ditempatkan pada bagian yang lebih dalam pada mulut. Menempatkan reseptor menghadap ke
garis tengah juga menyediakan ruang yang lebih banyak pada batas anterior reseptor. Cegah
batas anterior menyentuh gingiva cekat pada bagian lingual rahang bawah yang sangat sensitif.
Proyeksi pusat sinar. Posisi penahan reseptor untuk memproyeksikan pusat sinar melalui area
premolar kedua-molar. Sudut vertical harus kecil, separalel mungkin dengan occlusal plane,
untuk mengupayakan agar reseptor separalel mungkin dengan sumbu panjang gigi. Atur sudut
horizontal dan penempatan penahan reseptor untuk mengarahkan sinar tepat pada titik kontak
premolar.
Titik penyinaran. Di bawah pupil mata pada 3 cm di atas batas inferior rahang bawah.
Penyinaaran Molar Rahang Bawah
Cakupan Gambar. Gambaran radiografi pada regio ini harus mencakupi permukaan distal gigi
premolar kedua dan ketiga gigi molar tetap. Pada kasus impaksi gigi molar ketiga atau kondisi
patologis pada distal molar ketiga, dapat dibutuhkan pemeriksaan radiografi lain, seperti
radiografi ekstra oral (contohnya panoramix) untuk mendapat gambar yang lebih adekuat. Jika
area molar berupa edentulous, tempatkan reseptor cukup jauh ke posterior agar pemeriksaan
mencakup area retromolar.
Penempatan reseptor. Tempatkan reseptor (film size 2) pada mulut dengan posisi mendekati
horizontal. Putar tepi inferior ke bawah lateral lidah. Batas anterior reseptor diletakkan kurang
lebih pada garis tengah gigi premolar kedua. Pada kebanyakan kasus, lidah mendorong reseptor
mendekati prosesus alveolaris dan molar, sehingga sulit untuk paralel dengan sumbu panjang
gigi atau dengan occlusal plane.
Proyeksi pusat sinar. Penempatan posisi penahan reseptor yang memungkinkan untuk
mengarahkan pusat sinar melalui gigi molar kedua. Atur sudut horizontal untuk mengarahkan
sinar melalui area kontak.
Titik penyinaran. Arahkan titik penyinaran di bawah batas terluar mata dan sekitar 3 cm di atas
batas inferior rahang bawah.
Setelah selesai menggunakan teknik periapikal, selanjutnya adalah dengan menggunakan
teknik bite-wing. Teknik ini mencangkup duaproyeksi premolar dan dua proyeksi molar. Teknik
bite-wing ini keseluruhannya menggunakan film size 2. Tujuan dari teknik bite-wing ini adalah
untuk mendapatkan gambaran mahkota rahang atas dan rahang bawah serta puncak tulang
alveolar.
Penyinaran Bitewing Premolar
Cakupan gambar. Proyeksi ini harus meliputi bagian distal dari gigi caninus dan mahkota gigi-
gigi premolar rahang atas maupun bawah.
Penempatan receptor. Tempatkan receptor di antara gigi dan lidah, cukup jauh dari permukaan
lingual gigi untuk mencegah interferensi palatum saat menutup mulut dan posisi paralel dengan
sumbu panjang gigi. Batas anterior receptor harus diletakkan di luar area kontak gigi caninus
rahang bawah dengan premolar pertama. Tahan receptor di tempatnya sampai pasien benar-benar
menutup mulutnya. Menahan receptor ketika penutupan mencegah bergeraknya receptor lebih ke
arah distal.
Proyeksi pusat sinar. Sesuaikan sudut horizontal cone dengan proyeksi central ray ke pusat
reseptor melalui daerah kontak premolar. untuk mengkompensasi sedikit inklinasi pada reseptor
terhadap mukosa palatal, sudut vertikal sebaiknya sekitar 5 derajat.
Titik penyinaran. identifikasi titik penyinaran dengan meretraksi pipi dan memastikan bahwa
central ray akan masuk garis oklusi pada titik kontak antara premolar kedua dan molar kesatu.
Penyinaran Bitewing Molar
Cakupan gambar. proyeksi ini memperlihatkan permukaan distal erupsi molar yang paling
belakang dan mahkota dari molar rahang atas dan rahang bawah. karena daerah kontak molar
rahang atas dan bawah ada kemungkinan untuk tidak terbuka dari sudut horizontal yang sama,
jadi dapat tidak terlihat oleh satu reseptor. pada kasus ini diharapkan dapat membuka kontak
molar rahang atas karena kontak molar mandibula biasanya mebuka pada reseptor periapikal.
Penempatan reseptor. tempatkan reseptor diantara lidah dan gigi, sejauh mungkin untuk
menghindari kontak gusi cekat yang sensitif. magin distal pada reseptor sebaiknya diperpanjang
1 sampai 2 mm dari erupssi molar yang paling belakang. ketika menggunaakan XCP, sesuaikan
sudut horizontal dengan menempatkan guide bar sejajar dengan arah central ray untuk membuka
daerah kontak antara molaar pertaama daan molar kedua.
Proyeksi pusat sinar. proyeksikan central ray ke pusat reseptor dan melalui kontak molar
rahang atas pertama dan kedua. belokkan central ray sedikit dari anterior karena kontak molar
biasanya tidak berorientasi pada sudut yang benar pada permukaan bukal dari geligi ini.
disarankan sudut vertikal 10 derajat.
Titik penyinaran. central ray harus masuk pipi di bawah lateral canthus mata pada tingkatan