KATA PENGANTAR
Tanaman jarak pagar yang saat ini diusahakan petani terus mengalami
perkembangan dan berdampak cukup baik dalam perekonomian nasional khususnya
didaerah pertanaman dan industri olahannya.
Tanaman jarak pagar bernilai ekonomis tinggi dan menjadi salah satu bahan baku
penting industri bahan bakar.
Menghasilkan jarak pagar berkualitas tinggi membutuhkan sistem penanganan
yang terintegrasi, khususnya budidaya tanaman dan pasca panen.
Izinkan kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan buku ini.
Makassar, September 2010
Penyusun
Bidang Pasca Panen dan Sistem Informasi Perkebunan
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... iDAFTAR ISI.................................................................................................. iiSelamat Datang di Sulawesi Selatan......................................................... 1
A. POTENSI ............................................................................................... 1
1. Letak Wilayah................................................................................... 12. Luas Areal dan Produksi.................................................................. 23. Produktivitas dan Jumlah Petani...................................................... 3
B. VISI DAN MISI........................................................................................ 5
C. BUDIDAYA............................................................................................. 6
1. Pendahuluan ................................................................................... 6
2. Aspek Ekonomi Budidaya Tanaman Jarak.................................... 7
3. Pembuatan Minyak Jarak Alami (CJCO).......................................... 91) Pengeringan dan Pengupasan................................................... 92) Proses Ekstraksi........................................................................ 103) Pemanfaatan Minyak Jarak Alami (CJCO)................................ 124) Aspek Ekonomi Pembuatan Minyak Jarak Alami (CJCO).......... 14
4. Aplikasi dan Prinsip Pembuatan Biodiesel....................................... 151) Negara Pengguna Bioetanol dan Biodiesel............................... 152) Karakteristik Minyak Jarak......................................................... 193) Pembuatan Biodiesel................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 28
Selamat Datang Di Sulawesi Selatan
A. POTENSI
1. Letak Wilayah
Sulawesi Selatan merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki
nilai strategis dalam konstalasi pembangunan Indonesia. Selain memiliki sumber
daya alam yang cukup besar, khususnya di bidang pertanian, dengan letak
strategis ditengah-tengah Indonesia dan menjadi pintu gerbang sekaligus berfungsi
sebagai pusat pelayanan Kawasan Timur Indonesia.
Wilayah pengembangan komoditi Jarak Pagar di Provinsi Sulawesi Selatan
tersebar di beberapa Kabupaten/Kota dengan penyebaran areal pada dataran
tinggi dibawah 400 mdpl.
2. Luas Areal dan Produksi
Luas areal Tanaman Jarak Pagar di Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2009
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 1. Luas Areal dan Produksi Jarak Pagar Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2009
NO.
KABUPATEN / KOTA
LUAS AREAL (HA) PRODUKSI
(TON)TBM TM TR/TT JUMLAH
1 2 3 4 5 6 7
1 L u w u - 358,15 195,99 554,14 23,84
2 Palopo 5,00 10,00 5,00 20,00 2,00
3 B o n e 4.041,00 40,00 - 4.081,00 14,08
4 Soppeng 24,50 0,50 - 25,00 0,25
5 Sinjai 20,00 50,00 - 70,00 29,00
6 Bulukumba 1.665,00 - - 1.665,00 -
7 Selayar 5,00 165,00 35,00 205,00 2,60
8
9
Jeneponto
Takalar
201,75
-
167,00
15,00
268,75
-
637,50
15,00
30,42
1,90
10 M a r o s 152,00 13,00 25,00 190,00 5,80
11 Pinrang 565,00 64,00 1,00 630,00 12,00
12 Sidrap 30,00 10,00 - 40,00 3,50
J u m l a h 6.709,2
5
892,65 530,74 8.132,64 132,39
Tabel 1 menunjukkan bahwa luas areal tanaman jarak pagar di Provinsi
Sulawesi Selatan sebesar 8.132,64Ha dengan produksi sebanyak 132,39 Ton.
Dari 12 Kabupaten, terdapat areal jarak pagar dengan luas terbesar yaitu
Kabupaten Bone yang memiliki luas 4.081,00 Ha dengan produksi sebesar 14,08
Ton. Sedangkan kabupaten dengan luas areal terkecil yaitu Kabupaten Takalar
dengan luas areal 15,00 Ha dengan produksi sebesar 1,90 Ton.
3. Produktivitas dan Jumlah Petani
Rata-rata produktivitas tanaman Jarak Pagar di Provinsi Sulawesi Selatan
adalah 148,31 Kg/Ha dengan jumlah petani sebanyak 9.727 KK. Ada beberapa
kabupaten yang memiliki tingkat produktivitas yang tinggi yaitu antara lain
Kabupaten Sinjai dengan produktivitas 580,00 Kg/ha dengan jumlah petani
sebanyak 107 KK, Soppeng 500,00 Kg/Ha dengan jumlah petani sebanyak 20 KK,
Maros 446,15 Kg/Ha dengan jumlah petani 312 KK, Bone 352,00 Kg/Ha dengan
jumlah petani 2.720 KK, dan Kabupaten Bulukumba belum berproduksi disebabkan
tanaman belum berbuah namun dengan jumlah petani terbesar yakni 3.644 KK
Secara terperinci dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Produktivitas dan Jumlah Petani Jarak Pagar Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2009
NO.KABUPATEN /
KOTAPRODUKTIVITAS
(KG/HA)
JUMLAH PETANI
(KK)1 2 3 4
1 L u w u 66,56 1.092
2 Palopo 200,00 39
3 B o n e 352,00 2.720
4 Soppeng 500,00 20
5 Sinjai 580,00 107
6 Bulukumba - 3.644
7 Selayar 15,76 478
8 Jeneponto 182,16 776
9 Takalar 126,67 15
10 Maros 446,15 312
11 Pinrang 187,50 494
12 Sidrap 350,00 30
J u m l a h 148,31 9.727
B. VISI DAN MISI
Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan dalam rangka melaksanakan
program dan kegiatan mengacu kepada Visi dan Misi 2008 – 2013.
1. Visi
Terwujudnya Sulawesi Selatan sebagai wilayah perkebunan terkemuka
berbasis kakao.
2. Misi
Mengembangkan perkebunan yang maju, produktif dan berkualitas melalui
penguatan komoditi unggulan berbasis Kakao;
Mengembangkan usaha agribisnis perkebunan yang utuh melalui
pemberdayaan di hulu untuk memperkuat di hilir dalam mendukung
industri berkelanjutan dan berwawasan lingkungan;
Memberdayakan kelembagaan masyarakat perkebunan untuk mendorong
akses penguatan usaha perkebunan melalui pengembangan kerjasama
dan kemitraan usaha;
Mendorong pengembangan inovasi teknologi dalam mendukung
peningkatan produktivitas dan nilai tambah produk perkebunan yang
berbasis unggulan kompetitif.
Tujuan :
Meningkatkan produksi/produktivitas dan kualitas komoditas perkebunan
dengan berbasis Kakao yang memiliki keunggulan kompetitif untuk
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat perkebunan;
Meningkatkan usaha agribisnis perkebunan untuk menunjang ketersediaan
input produksi dalam rangka mendukung peningkatan pengolahan hasil produk
perkebunan.
Meningkatkan kerjasama usaha untuk mendorong pengembangan kemitraan
dalam rangka memperkuat akses kelembagaan masyarakat perkebunan dan
memperluas jaringan pasar.
C. BUDIDAYA TANAMAN
1. Pendahuluan
Pada tahun 2005, tanaman jarak muncul dengan sebutan jarak pagar karena
tanaman ini lazim ditanam di Indonesia sebagai pagar pembatas tanah ladang,
pagar batas daerah, dan lain-lain. Selain itu, dapat pula tumbuh liar di tepi jalan.
Tanaman ini sering digunakan sebagai pagar karena daunnya tidak disukai hewan
ternak (sapi atau kambing) sehingga dapat melindungi tanaman yang ada dibagian
dalam pagar.
Secara ilmiah, jarak pagar memiliki nama Jatropha Curcas LINN. Dalam
bahasa Yunani Latros berarti dokter, sedangkan Tophe berarti makanan atau
nutrisi. Dengan kata lain, Jatropha Curcas berarti tanaman obat. Namun, tanaman
ini juga dikenal sebagai tanaman penghasil minyak lampu.
Terbukti dengan adanya berbagai nama daerah seperi Nawaih Nawas
(Nangroe Aceh Darussalam), Jirak (Sumatera Barat), Jarak Kosta, Jarak Kusta,
Jarak Budeg, dan Kalake Pagar (Sunda), Jarak Gundul, Jarak Cina, Jarak Iri, dan
Jarak Pager (Jawa), Kalakhe Paghar (Madura), Jarak Pager (Bali), Lulu Nau, Lulu
Aifula, Paku Lunat, dan Jarak Pageh (Nusa Tenggara), Paku Kase (Timor), Kuman
Nema (Alor), Lulunan (Roti), Jarak Kosta, Jarak Wolanda, Tondoutomene, dan
Bindalo (Sulawesi), Bintalo (Gorontalo), Balacai (Manado), Paleng Kaliki (Bugis),
Tangang-tangang Kali atau Tangang-tangang Kanjoli (Makassar), Muun Mav, Ai
Huwa Kamala, Ai Hua Kamaalo, Jai Huakamalo, Balacai dan Kadoto (Maluku),
Malate dan Makamale (Seram), Balacai (Halmahera), serta Balacai Hisa (Ternate
atau Tidore).
2. Aspek Ekonomi Budidaya Tanaman Jarak
Berapakah biaya pemeliharaan tanaman jarak pagar ?
Pemeliharaan tanaman jarak pagar, perlu diingat bahwa sistem tanam yang
digunakan adalah tumpang sari dengan tanaman jagung. Total biaya pemeliharaan
tanaman jarak pagar dan jagung (asumsi 1 ha pada keadaan tahun 2005) dimana
lima tahun pertama sebagai berikut.
Tabel 3. Total Biaya Pemeliharaan Jarak Pagar dan Jagung(Luas Lahan 1 Ha) Lima Tahun Pertama
Tahun Biaya Pemeliharaan (Rp)
1 4.198.0002 3.861.7503 3.588.0574 3.340.6065 3.805.448
Dengan sistem tumpang sari ini berapakah keuntungan yang akan diterima
petani jarak pagar ?
Produksi jarak pagar selama lima tahun pertama sebagai berikut.
Tabel 4. Produksi Jarak Pagar
TahunProduksi
(Kg)(Harga Rp/Kg)
Pendapatan (Rp)
1 1.000 500 500.000
2 2.250 550 1.237.500
3 3.000 600 1.800.000
4 3.750 660 2.475.000
5 4.500 725 3.262.500
Keuntungan yang akan diperoleh petani jarak pagar yang menerapkan sistem
tumpang sari sebagai berikut.
Tabel 5. Keuntungan Penggunaan Tumpang Sari
TahunPendapatan Total (Rp)
Total Biaya Pemeliharaan
(Rp)
Keuntungan (Rp)
1 5.000.000 4.198.000 802.0002 6.187.500 3.861.750 2.325.7513 5.883.750 3.588.057 2.295.6934 5.474.250 3.340.606 2.133.6445 6.563.175 3.805.448 2.757.727
3. Pembuatan Minyak Jarak Alami (CJCO)
1) Pengeringan dan Pengupasan
Kegiatan pertama yang harus dilakukan adalah mengeringkan buah Jatropha
Curcas. Pengeringan bertujuan untuk mempermudah proses pengupasan kulit
buah. Pengeringan dilakukan dengan menghampar buah jarak di atas lembaran
plastik hitam atau lantai jemur. Setelah kering, biji dapat langsung disimpan di
ruang teduh yang berventilasi sambil menunggu proses pengupasan buah. Jika
sebagian buah dari hasil panen tadi (hanya buah yang kuning) akan dijadikan
benih, proses pengeringan buah untuk bibit jangan terkena sinar matahari langsung
karena akan mengurangi daya kecambah.
Buah yang kering bisa langsung dikupas. Proses pengupasan kulit buah dapat
dilakukan dengan cara yang sederhana. Caranya, buah yang sudah kering
diletakkan di atas permukaan yang keras seperti lantai semen atau meja, lalu
digiling sambil ditekan dengan sebuah kayu hingga kulit buah pecah dan biji keluar.
Selanjutnya, kulit buah dan biji dipisahkan dengan cara menampi atau mengayak.
Proses pengupasan juga bisa dilakukan dengan menggunakan mesin yang lebih
modern seperti yang dibuat oleh ITB dan Balai Besar Pengembangan Mekanisasi
Pertanian, Serpong. Biji Jatropha curcas yang sudah dikeluarkan siap untuk
diproses lebih lanjut menjadi minyak jarak alami (minyak kasar) atau Crude
Jatropha curcas oil (CJCO).
2) Proses Ekstraksi
Minyak jarak alami (CJCO) dibuat dari daging buah (kernel) Jatropha Curcas.
Para peneliti menyebut miyak jarak alami ini dengan nama straight vegetable oil
(SVO), unmodified vegetable oil, atau Straight Jatropha Oil (SJO).
Pengekstrakan minyak dari biji jarak pagar dapat dilakukan dengan
menggunakan berbagai alat pengepres atau pemerah yang digerakkan dengan
tangan atau mesin. Alat ini dibuat dengan teknologi yang sederhana. Tujuannya,
agar alat ini bisa diaplikasikan sendiri oleh masyarakat sebagai program
kemandirian agroindustri pedesaan sehingga dapat meningkatkan independensi
suplai bahan bakar karena dapat diproduksi secara lokal.
Demikian juga pemeliharaan Jatropha Curcas sebaiknya dilakukan oleh petani
sebagai program energy farm atau energy pantation. Dengan sistem tanam dan
pengolahan yang dilakukan oleh masyarakat (on farm and off farm) akan
mendatangkan manfaat ganda sebagai berikut.
Meningkatkan pendapatan petani jarak pagar.
Tersedia bahan bakar hayati yang murah.
Terlaksana reboisasi lahan kritis.
Terjadi pengembalian ampas perasan buah jarak pagar sebagai pupuk organik
untuk menyuburkan tanah.
Tercipta “langit biru dan bersih” akibat penggunaan bahan bakar hayati yang
beremisi rendah.
Peralatan modern sudah dikembangkan di pabrik Jains Irrigation yang terletak
di kota Jalgaon, Aurangabad, India (September 2005). Mesin tersebut terdiri dari
beberapa bagian sebagai berikut.
a. Mesin Expeller
Di pabrik Jains Irrigation terdapat sebuah expeller yang dibangun pada tahun
1998. Awalnya, mesin ini digunakan untuk memerah biji kapuk (Ceiba Petandra)
dan Ricinus Communis. Mesin ini memiliki kapasitas 10 ton per hari dengan
penggerak motor listrik 22 kwh. Pada saat ini telah dipasang expeller lain yang
memiliki kapasitas lebih besar. Mesin expeller berfungsi untuk memeras kernel
jarak pagar agar keluar minyak jarak alaminya.
b. Tangki Degumming
Minyak perahan dari expeller dialirkan ke tangki degumming untuk
menghilangkan getah dari biji Jatropha curcas. Tangki berbentuk silinder ini
dipanasi oleh uap. Ketika dipanaskan, minyak perahan diaduk selama satu jam.
Degumming bertujuan untuk menyingkirkan fosfor (fosfolipid) dan pemanasan
bertujuan menghilangkan asam lemak bebas (ALB; free fatty acids) dari CJCO.
Kedua bahan ini harus disingkirkan jika minyak jarak akan digunakan sebagai
biodiesel, karena fosfor dapat mengendap sebagai kerak di ruang bakar diesel.
Sedangkan asam lemak bebas bersifat korosif yang akan merusak berbagai
komponen mesin diesel.
c. Filter press
Filter press digunakan untuk menyaring hasil degumming. Mesin ini memiliki
ukuran 60 x 60 cm dengan tekanan pompa 3 kg/cm2. CJCO yang keluar dari filter
press wujudnya seperti minyak goreng, kental licin, dan berbau tidak mencolok.
3) Pemanfaatan Minyak Jarak Alami (CJCO)
Minyak jarak alami berpotensi sebagai pengganti minyak tanah (kerosin) untuk
memasak di dapur. Namun, desain kompor minyak tanah yang lazim digunakan di
dapur kita harus diubah karena kekentalan CJCO cukup tinggi sehingga sumbu
kompor tidak mampu mengisap CJCO. Karena itu, sumbu kompor harus diganti
dengan sumbu yang terbuat dari bahan khusus. Jika menggunakan kompor
bertekanan udara seperti yang digunakan oleh para penjual gorengan di tepi jalan,
CJCO dapat langsung digunakan sebagai pengganti minyak tanah.
Seandainya terdapat 10% dari 40 juta rumah di pedesaan Indonesia ditanami
Jatropha Curcas sebagai pagar rumah dengan panjang pagar 40 meter, berarti
akan ada pagar sepanjang 160 juta meter atau 160.000 km. Ukuran ini lebih
panjang daripada proyek yang dilakukan di Mali. Jika potensi produktivitasnya 2
kg/meter, akan dihasilkan 320.000 ton biji jarak yang setara dengan 64.000 kiloliter
minyak tanah. Kebutuhan minyak tanah di Indonesia pada saat ini adalah 12 juta
kiloliter. Walaupun kekurangannya masih banyak, tetapi sudah bisa membantu
meringankan beban yang harus ditanggung oleh masyarakat. Setidaknya,
masyarakat yang menanam jarak pagar dan mengolahnya sendiri menjadi CJCO
tidak harus mengeluarkan uang untuk membeli minyak tanah yang sekarang
harganya “selangit”.
Minyak jarak alami (CJCO) berpotensi untuk menggantikan minyak bakar atau
minyak residu (IDO) pada boiler pembangkit tenaga uap. Potensi ini juga yang
sekarang sedang diupayakan oleh PT RNI agar dapat menghemat penggunaan 10
juta liter IDO untuk sembilan buah pabrik gulanya. Minyak kasar juga bisa
digunakan pada berbagai pompa air. Sekedar informasi, pemakaian minyak bakar
di Indonesia pada tahun 2005 mencapai 6 juta kiloliter.
4) Aspek Ekonomi Pembuatan Minyak Jarak Alami (CJCO)
a. Harga Berbagai Alat Pemerah
Alat terdiri dari mesin pengupas kulit biji jarak, alat pengukus, mesin
penghancur biji jarak, dan mesin pengepres ditawarkan produsen dengan harga
Rp 15.500.000 (Oktober 2005). Kapasitas bahan baku alat tersebut sebesar
200 kg biji jarak/hari dan dapat memproduksi minyak jarak 70 liter/hari.
Sumarsono, menyarankan dua tipe peralatan agroindustri pedesaan untuk
mengekstrak minyak jarak, yaitu sistem produksi minyak jarak pagar skala kecil
(0,5-0,6 ton per hari) dan sistem produksi minyak jarak pagar skala menengah
ke atas (10 ton/hari). Investasi pengadaan peralatan untuk skala kecil sekitar
Rp 110 juta belum termasuk harga bangunan dan tanah. Harga peralatan untuk
skala menengah ke atas sekitar satu miliar rupiah, belum termasuk harga
bangunan (luas 300 m2) dan tanah, serta lahan perkebunan seluas 500-1.250 ha.
b. Harga Minyak Jarak Alami (CJCO)
Rama Prihandana (2005) memperkirakan HPP CJCO sebesar Rp 2.000 per
liter. Hendriadi, dkk (2005) mengemukakan harga CJCO yang diolah
menggunakan alat skala pedesaan yang direkayasa BBPMP, serpong adalah
Rp. 2.250 per liter. Sumarsono (2005) mengemukakan harga minyak jarak adalah
Rp 1.400 – Rp 2.100 per liter. Sedangkan Harsisto (2005) mengemukakan harga
minyak jarak Rp 1.136 per liter. Harganya cukup variatif, tetapi jika dibandingkan
dengan harga BBM industri, harga ini cukup murah. Sebagai informasi, harga BBM
Industri per liter mulai November 2005 adalah minyak tanah Rp 6.170, minyak
diesel Rp 5.490, dan minyak bakar Rp 3.870.
4. Aplikasi dan Prinsip Pembuatan Biodiesel
1) Negara Pengguna Bioetanol dan Biodiesel
Bahan bakar hayati atau bahan bakar alternatif berbasis biomasa dapat
dikelompokkan menjadi bio-oil, biodiesel, bio-etanol, dan biogas. Namun, bagian
yang akan dibahas pada bab ini hanya biodiesel dan bio-etanol. Di mancanegara,
bio-etanol dipakai sebagai pengganti atau substitusi bensin (premium), sedangkan
biodiesel digunakan untuk mencampur petrodiesel (solar atau ADO-automotive
diesel oil).
Saat ini, anhidrous etanol atau etil alkohol telah digunakan sebagai bahan
subtitusi BBM dengan nama gasohol (campuran gasolin dan alkohol). Beberapa
negara yang telah memakai gasohol adalah USA, Kanada, Swedia, India, Australia,
Thailand, Kolombia, Peru, Paraguay, dan Brasil.
Etanol dapat diproduksi dengan cara memfermentasikan bahan nabati yang
mengandung karbohidrat, yaitu pati dan gula, diantaranya dari tetes tebu dan
singkong. Produksi fuel etanol dunia saat ini sebesar 38,27 juta kiloliter. Produsen
terbesar fuel etanol adalah Brasil dengan kapasitas produksi 16 juta kiloliter (42%)
yang dihasilkan dari 320 pabrik etanol. Peringkat kedua adalah USA, diikuti China,
India dan Thailand. Kini di sekitar Bangkok telah tersedia lebih dari 100 stasiun
pengisian gasohol.
Generasi mobil berbahan bakar etanol termodern adalah sistem Total Flex.
Mobil dengan sistem ini, bahan bakarnya dapat diganti sesuai dengan keadaan.
Berbagai merek mobil yang telah menggunakan sistem Total Flex, diantaranya
Volkswagen, Fiat, Citroen, General Motors, Daimler Chrysler, dan Ford.
Beberapa negara yang telah memanfaatkan biodiesel adalah Ghana (bahan
baku kacang-kacangan), Amerika Serikat (biodiesel dari minyak kedelai), Jerman
(bahan baku rapeseed atau kanola), serta Inggris dan Prancis (bahan baku bunga
matahari).
Tabel 6. Produksi Biodiesel Di Eropa Pada Tahun 2004 Dan Target Pada Tahun 2006
NegaraProduksi 2004
(Ribu Ton)Estimasi 2006
(Ribu Ton)
Jerman 1.035 1.900-2.100Prancis 348 600-800Italia 320 500-550Inggris - 250Austria 57 150Polandia - 100-120Spanyol 13 70-80Slovakia 15 70-80
Czech Republik 60 60-70Denmark 70 30-40Swedia 1 8-10
Dari tabel 6, terlihat cukup banyak negara yang “berpaling” ke biodiesel.
Penggunaan biodiesel sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 1898, ketika Rudolf
Diesel menciptakan mesin diesel. Ketika itu, beliau menggunakan minyak nabati
dari kacang tanah (Arachis hipogaea) sebagai bahan bakar mesin tersebut. Berikut
ini beberapa pabrik biodiesel yang ada di mancanegara.
Tabel 7. Pabrik Biodiesel di Mancanegara
Perusahaan Kota NegaraKapasitas (Ton/Thn)
Status
Ag Environmental Products
Sergeant Bluffs USA 100.000 Aktif
Biodiesel Industries Las Vegas USA 40.000 AktifBiodiesel Industries Texas USA 10.000 KonstruksiBiodiesel Industries Cslifornia USA 3.500 AktifBiodiesel Industries Colorado USA 10.000 AktifBiodiesel Industries New South Wales Australy 20.000 AktifBiodiesel Industries Buttler USA 5.700 m3 AktifBiodiesel Industries Olomouc Ceko 34.000m3 AktifImperial Western Products
Coachella USA 40.000 Aktif
West Central Soy Ralston USA 40.000 AktifRoyal Chitralada Projects
- Thailand 2 ton/hari Aktif
Lurgi Life Science Marl German 100.000 AktifFortum Porvoo Finland 170.000 KonstruksiArgent Energy Motherwell UK 35.000 Konstruksi
Biofuels Teesside UK 250.000 Commisi oningSundance Renew ables - UK 10.000 Aktif
Seharusnya Indonesia “lebih maju dan berjaya” dibandingkan dengan negara
lain karena Indonesia memiliki iklim, terutama sinar matahari yang sangat
mendukung pertumbuhan tanaman bahan baku green fuel. Selain itu, Kita juga
mempunyai banyak tanaman yang dapat diubah menjadi bahan bakar hayati.
Namun, Bapak SBY berkata, “Kita sudah agak lama dininabobokan, seolah-olah
sumber minyak, gas bumi, dan bahan tambang tidak pernah habis. Jelas, pendapat
ini keliru. Cadangan minyak bumi dan gas (migas) akan habis karena ini sumber
daya alam yang tak terbarukan.
Pemerintah menetapkan bahwa mulai tahun 2006 akan dimulai pemanfaatan
jarak pagar sebagai subtitusi solar dan singkong sebagai subtitusi premium. Kedua
komoditas ini diharapkan dapat mengganti 10% pemakaian solar untuk transportasi
(sebesar 12.487 juta kiloliter) dan premium sebesar 10% (pemakaian 17.207 juta
kiloliter).
Di Indonesia belum ada pabrik anhidrous alkohol. Namun untuk biodiesel, kita
memiliki sejumlah pilot plant yang dilakukan oleh BPPT, Puspitek Serpong (tahun
2003) dengan kapasitas 1,5 ton/hari. Pilot Plant juga dimiliki oleh {T Energi
Alternatif Indonesia (PT EAI, tahun 2005) yang ada di Jakarta Utara. PT EAI
memiliki kapasitas 1 ton/hari. Institut Teknologi Bandung (ITB) mengembangkannya
dengan kapasitas 150 liter/batch (tahun 2004). Pada tahun 2004, BPPT Serpong
bekerja sama dengan Pemda Riau untuk membangun pabrik yang memiliki
kapasitas 8 ton per hari. Namun, sampai saat ini, pabrik tersebut belum beroperasi.
Tiga pilot plant tersebut, saat ini menghasilkan biodiesel dari minyak sawit
(CPO) atau disebut juga biodiesel minyak sawit (BMS). BPPT memproduksinya
dengan merek Solarmax, sedangkan PT EAI dengan merek Natur Fuel.
2) Karakteristik Minyak Jarak
Karekteristik minyak jarak pagar berbeda dengan karekteristik solar. Dari
karekteristik yang dimilikinya,minyak pagar jarak memiliki kekurangan dan
kelebihan. Berikut ini perbandingan karekteristik minyak jarak pagar dengan solar.
Tabel 8. Perbandingan Karakteristik CJCO dan Solar.
Paremeter CJCO Solar Densitas 15 C (g/m 0,92 0,8Viskositas 30 C (cst) 52,6 3,60Bilangan Setana 51 48Flash Point (C) 340 80Nilai Kalor (kkal/kg) 9,470 10.170Karbon (C) per molekul 16-18 8-10
Tabel diatas diketahui bahwa CJCO memiliki kekurangan karena Viskositasnya
lebih tingggi daripada solar, tetapi nilai kalorinya lebih rendah. Namun, memiliki
keuntungan yaitu nilai bilangan setana, atom karbon per molekul, dan flash point
lebih tinggi daripada solar. Keuntungan lain, minyak jarak mengandung banyak
oksigen (solar tidak memiliki oksigen) sehingga akan terjadi pembakaran sempurna
di mesin diesel. Akibatnya, akan diperoleh hasil buangan yang bersih, tidak
berbahaya, low smoke number, dan biodegrable. Tidak salah kalau minyak jarak
dikategorikan sebagai bahan bakar yang akrab lingkungan. Dibandingkan dengan
CPO kelapa sawit, minyak jarak (CJCO) memiliki kelebihan yaitu titik beku rendah
(20C pada CJCO , 140C pada CPO, dan 0.140C pada ADO). Selain itu, minyak
jarak bukan minyak yang dapat dimakan (editable oil) sehingga harga bahan
bakunya akan lebih murah dan tidak bersaing dengan pangan.
Hampir semua komponen bahan kimia yang ada dalam biodiesel lebih rendah
dibandingkan dengan petrodiesel (solar). Biodiesel tidak mengandung senyawa
SO2 (0 ppm). Walaupun ada, nilainya relatif kecil (kurang dari 15 ppm). Selain itu,
emisi karbon monoksida (CO) yang dihasilkan cukup rendah.
Tabel 9. Emisi Biodiesel Dibandingkan Dengan Solar
Bahan kimiaBiodiese
lSolar
Perbedaan (%)
SO2 (ppm) 0 78 -100CO (ppm) 10 40 -75NO (ppm) 37 64 -42NO2 (ppm) 1 1 0O2 (%-b) 6 6,6 -9Total partikulat (mg/Nm3) 0,25 5,6 -96Benzen (mg/Nm3) 0,3 5,01 -99,9Toluen (mg/Nm3 0,57 2,31 -99,9Xylene (mg/Nm3 0,73 1,57 -99,9
Etilbenzen (mg/Nm3) 0,3 0,73 -59
Keterangan: Beberapa referensi lain mengemukakan angka SO2 sebagai berikut. Biodiesel 0 – 14 ppm, dan Solar 1.500 – 4.100 pp
Belerang merupakan pemicu emisi SPM (Solid Particulate Matter) dan asap
hitam. Partikel SPM bersifat karsinogenik atau bahan pemicu tumbuhnya sel
kanker. Kendaraan yang menggunakan bahan bakar solar menghasilkan emisi
SPM lebih banyak, sedangkan emisi SPM dari biodiesel relatif sedikit. Karena itu,
pantas jika biodiesel disebut bahan bakar yang ramah lingkungan. Selain itu,
biodiesel juga ramah terhadap mesin, khususnya pada piston karena memiliki
pelumasan.
3) Pembuatan Biodiesel
a. Prinsip Pembuatan Biodiesel
Proses pembuatan biodiesel disebut transesterifikasi. Proses ini relatif
sederhana, seperti berikut ini.
Lemak + Metanol Katalis Ester metil/etil + Gliserin
Minyak lemak (etanol) 25-800C asam-asam lemak
(biodiesel)
CPO (sawit)
CJCO (jarak pagar)
Keterangan:- Metanol bisa diperoleh dari gas bumi atau biomassa
- Katalis yang digunakan adalah KOH- Gliserin merupakan produk samping yang dapat digunakan di industri farmasi, sabun dan
kosmetika. Pada masa yang akan datang, gliserin dapat dikonversi menjadi etanol.
Jika digambarkan dalam rumus kimia, proses transesterifikasi sebagai berikut.
O O ║ ║
CH2-O-C-R1 CH3-O-C-R1
O O CH2-OH ║ ║ |
CH-OC-R2 + 3CH3OH Katalis CH3-O-C-R2 + CH-OH | CH2-OH O O ║ ║
CH2-O-C-R3 CH3-O-C-R3
Keterangan :
Jumlah etanol 40% dan katalis 1% dari total volume CJPO yang dicampur pada suhu 600 C.
Salah satu tujuan transesterifikasi adalah untuk menurunkan viskositas atau
kekentalan CJCO. Dengan proses ini viskositas biodiesel Jatropha curcas akan
menyamai petrodiesel (solar atau ADO)hingga mencapai nilai 4,84 cst.
b. Aspek Ekonomi Pembuatan Biodiesel
Sonni Solistia Wirawan, mengemukakan bahwa biaya produksi biodiesel
yang berkapasitas sampai dengan 3.000 ton/tahun (exclude raw material) sebesar
Rp 1.000/kg. Harsisto mengemukakan biaya produksinya sebesar Rp1.300/liter,
sedangkan referensi lain menyebutkan biaya produksi biodiesel termasuk bahan
sebesar Rp 1.200/liter.
Harga biodiesel dipengaruhi biaya produksinya. Jadi, sebelumnya kita perlu
mengetahui jumlah biaya produksi yang dikeluarkan untuk menghasilkan biodiesel
Jatropha curcas. Berikut ini perkiraan biaya produksi pembuatan biodiesel Jatropha
curcas.
Biaya Produksi (keadaan tahun 2005 ) Biodiesel Jatropha Curcas
= Harga Bahan Baku + Biaya Produksi + Pajak + Transportasi
1. Biaya produksi CJCO Rp2.000 – Rp 2.250 per liter
2. Biaya produksi biodiesel Rp1.200 per literHarga netto produksi biodiesel Rp 3.200 – Rp 3.450 per liter
3. PPN 10% dari produk biodiesel Rp 320 – Rp 345 per literBiodiesel + pajak = Rp 3.520 – Rp 3.795 per liter
4. Transportasi darat (asumsi 240 km) Rp 300/literHarga netto biodiesel Rp 3.820 – Rp 4.095 per liter
Dari perhitungan sederhana diatas diketahui harga biodiesel Jatropha curcas
adalah Rp 3.850 – Rp 4.100 per liter. Harga ini lebih murah daripada biodiesel dari
CPO kelapa sawit, minyak diesel industri (Rp 5.490/liter), atau harga solar untuk
transportasi (Rp 4.300/liter).
Biodiesel dari CPO kelapa sawit (biodiesel minyak sawit;BMS) pada saat ini
diproduksi secara semi-massal di BPPT dan PT EAI. Sonni Solistia Wirawan (2005)
melaporkan bahwa harga netto BMS di tempat (termasuk PPN, transportasi darat,
dan biaya produksi) sebesar Rp 4.230 per liter. Harga ini tentu lebih murah
dibandingkan dengan harga BBM untuk industri (per 1 November 2005). Harga
BBM industri per liter adalah minyak tanah Rp 6.170, minyak diesel Rp 5.490, dan
minyak bakar Rp 3.870. Berikut ini perkiraan biaya produksi pembuatan biodiesel
minyak sawit.
Harga Produksi (keadaan tahun 2005 ) Biodiesel BMS
= Harga Bahan Baku + Biaya Produksi + Pajak + Transportasi
1. Biaya produksi CPO Rp 3.000/kg
2. Biaya produksi biodiesel Rp 1.000/kgHarga netto produksi biodiesel Rp 4.000/kg
3. PPN 10% dari produk biodiesel Rp 400/kgBiodiesel + pajak = Rp 4.400/kg
4. Transportasi darat (asumsi 240 km) Rp 300/literHarga netto biodiesel Rp 4.700/kg
PT. Rekayasa Industri (milik Pertamina) mengemukakan data sebagai berikut.
Tabel 10. Biaya Investasi, Net Income, dan Kebutuhan Lahan Penanaman Jatropha curcas
UraianKategori Pabrik
Mini Kecil SedangKapasitas (1/hari) 100 500 1.000Harga (juta rupiah) 50 300 800Luas tanam Jatropha Curcas 20 100 250Jumlah pohon (ribu) 50 250 500Net Income/bulan (juta rupiah) 3-4 15-20 30-40
c. Keberlangsungan Pembuatan Biodiesel
Bapak Wapres Jusuf Kalla mengisyaratkan harga BBM bisa turun karena
semakin kondusifnya situasi di Timur Tengah dam Kawasan Teluk lainnya.
Sebaiknya kita jangan menjadi bangsa yang ragu, apalagi latah. Kita jangan
mengulang kesalahan pada saat terjadi krisis energi tahun 1972. Kita latah
mengerahkan tenaga untuk mengembangkan energi terbarukan, tetapi tidak
berlanjut. Meskipun harga minyak dunia turun, pembuatan biofuel (bahan bakar
hayati) harus tetap berlangsung karena suatu saat nanti cadangan minyak bumi
akan habis, mengingat bahan ini merupakan bahan yang nonrenewable. Kita harus
meniru Brasil yang konsisten mengembangkan renewable energy (gasohol) sejak
tahun 1972 sehingga mereka memiliki independensi suplai bahan bakar.
ANALISIS USAHA BUDIDAYA TANAMAN JARAK PAGARTUMPANG SARI DENGAN JAGUNG (LUAS LAHAN SATU HEKTAR)
TAHUN I – V (keadaan tahun 2005)
No Uraian Satuan JmlTahun I Rp/Sat
(RP)Tahun II
(RP)Tahun III
(RP)Tahun IV
(RP)Tahun V
(RP)I. TANAM &
PEMELIHARAAN:1. Kegiatan Fisik:a.Pengolahan
Tanah / Pers. Lahan
HOK 12 10,000 120,000 - - - -
b.Tanam (Incl. Lubang & Pancang)
HOK 15 10,000 150,000 - - - -
c.Sisip / Sulam (10%)
HOK 3 10,000 30,000 31,500 - - -
d.Pemangkasan / Topping
HOK10
10,000 100,000 105,000 110,250 115,760 121,547
e.Pembumbunan / menyiang
HOK 10 10,000 100,000 84,000 88,200 92,610 97,241
f. Pemupukan HOK 10 10,000 100,000 105,000 115,763 121,550 127,627g.Penyiraman HOK 25 10,000 250,000 262,500 289,406 335,026 407,226h.Pengendalian
HPTHOK 1 10,000 10,000 10,500 11,025 11,576 12,155
Jumlah - - 860,000 598,500 614,644 676,521 765,7962. Bahan:a. Bibit (Incl.
Sulam 10%)Pk
1,833
275 458,000 42,000 - - -
~ 29 ~
No Uraian Satuan JmlTahun I Rp/Sat
(RP)Tahun II
(RP)Tahun III
(RP)Tahun IV
(RP)Tahun V
(RP)b. Pupuk :
- Pupuk kandang
- Pupuk NPK
KgKg
3,000100
255,000
75,000500,000
-525,000
78,751551,250
-578,813
82,689607,752
c. Pestisida Ltr 1 75,000 75,000 78,750 82,688 86,821 91,162Jumlah - - 1,108,000 645,750 712,689 665,633 781,603
TOTAL BIAYA TANAM & PEMEL. (I)
- - 1,968,000 1,244,250 1,327,332 1,342,155 1,547,399
II P A N E N :a. Panen HOK 15 10,000 150,000 337,500 496,125 651,164 820,467b. Kupas HOK 8 10,000 80,000 180,000 264,600 347,288 437,582TOTAL BIAYA PANEN (II)
- - 230,000 517,500 760,725 998,452 1,258,049
III TOTAL BIAYA (I + II)
2,198,000 1,761,750 2,088,057 2,340,606 2,805,448
IV Biaya Tumpang Sari*)
2,000,000 2,100,000 1,500,000 1,000,000 1,000,000
V TOTAL BIAYA + TUMPANG SARI
4,198,000 3,861,750 3,588,057 3,340,606 3,805,448
VI ESTIMASI PENDAPATAN :1. Jarak Pagar: a. Produksi Rp/Kg 1,000 2,250 3,000 3,750 4,500 b. Harga Rp 500 550 600 660 725 c. Pendapatan Rp 500,000 1,237,500 1,800,000 2,475,000 3,262,5002. Tumpang Sari: a. Produksi Kg 3,000 3,000 2,250 1,500 1,500 b. Harga Rp/Kg 1,500 1,650 1,815 2,000 2,200 c. Pendapatan Rp 4,500,000 4,950,000 4,083,750 2,999,250 3,300,6753. Total
PendapatanRp 5,000,000 6,187,500 5,883,750 5,474,250 6,563,175
VII LABA (RUGI) Rp 802,000 2,325,751 2,295,693 2,133,644 2,757,727
DAFTAR PUSTAKA
Alloreung David, 2005. Potensi Hambatan Pengembangan Jarak Pagar (Jatropha Curcas L.) sebagai Bahan Baku Diesel. Round Table Discussion tentang Biodiesel di Lembaga Riset Perkebunan Indonesia. Bogor.
Anonim, 2005. Jarak Pagar (Jatropha Curcas L.) : Potensi Pengembangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Bogor.
Hariyadi, 2005. Budi Daya Tanaman Jarak (Jatropha Curcas L.) sebagai Sumber Bahan Alternatif Biofuel. Fokus Grup Diskusi Prospektif Sumberdaya Lokal Bioenergi, Kementrian Negara Riset dan Teknologi. Jakarta.
Somarsono, 2005. Proses Ekstraksi Minyak Jarak Pagar sebagai Sumber Energi Alternatif. Fokus Grup Diskusi Prospektif Sumberdaya Lokal Bioenergi, Kementrian Negara Riset dan Teknologi. Jakarta.
Soni S.W., 2005. Biodiesel sebagai Bahan Bakar Alternatif. Fokus Grup Diskusi Prospektif Sumberdaya Lokal Bioenergi, Kementrian Negara Riset dan Teknologi. Jakarta.