UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK BIJI Jatropha curcas TERHADAP MORTALITAS Sitophilus zeamays PENDAHULUAN Tanaman jarak pagar (Jatropa curcas) merupakan tanaman tahunan yang tahan kekeringan. Tanaman ini mampu tumbuh dengan cepat dan kuat pada lahan yang beriklim panas, tandus, dan berbatu, serta cenderung menghindar dari wilayah yang basah. Jarak pagar atau jarak cina Pengembangan jarak pagar paling sesuai untuk lahan marginal atau lahan kritis Indonesia (Hambali.dkk.2002).nusa Tenggara Timur dengan kondisi iklim semi arid merupakan salah satu daerah yang berpotensi untuk mengembangkan Salah satu faktor rendahnya kualitas dan kuantitas produksi jagung adalah penanganan pascapanen. Penaanganan pascapanen yang kurang baik akan mengakibatkan terjadinyakehilangan dan kerusakan hasil sehingga dapat mengurangi jumlah dan mutu produk. Besarnya kehilangan dan kerusakan jagung setelah pemanenan mencapai 8,60 – 20,20 % termasuk yang terjadi selama penyimpanan yang disebabkan oleh serangan serangga, jamur dan tikus (Lando, dkk, 2001). Kehilangan hasil yang cukup besar tersebut terutama disebabkan oleh serangan kumbang bubuk Sitophilus zeamays yang bersifat polifag. Selain merusak jagung, kumbang bubuk tersebut juga merusak beras, biji kacang tanah dan gaplek (Kartasapoetra, 1991). ). Sutyoso
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK BIJI Jatropha curcas TERHADAP MORTALITAS
Sitophilus zeamays
PENDAHULUAN
Tanaman jarak pagar (Jatropa curcas) merupakan tanaman tahunan yang tahan kekeringan.
Tanaman ini mampu tumbuh dengan cepat dan kuat pada lahan yang beriklim panas, tandus, dan
berbatu, serta cenderung menghindar dari wilayah yang basah. Jarak pagar atau jarak cina
Pengembangan jarak pagar paling sesuai untuk lahan marginal atau lahan kritis Indonesia
(Hambali.dkk.2002).nusa Tenggara Timur dengan kondisi iklim semi arid merupakan salah satu
daerah yang berpotensi untuk mengembangkan
Salah satu faktor rendahnya kualitas dan kuantitas produksi jagung adalah penanganan
pascapanen. Penaanganan pascapanen yang kurang baik akan mengakibatkan
terjadinyakehilangan dan kerusakan hasil sehingga dapat mengurangi jumlah dan mutu produk.
Besarnya kehilangan dan kerusakan jagung setelah pemanenan mencapai 8,60 – 20,20 %
termasuk yang terjadi selama penyimpanan yang disebabkan oleh serangan serangga, jamur dan
tikus (Lando, dkk, 2001). Kehilangan hasil yang cukup besar tersebut terutama disebabkan oleh
serangan kumbang bubuk Sitophilus zeamays yang bersifat polifag. Selain merusak jagung,
kumbang bubuk tersebut juga merusak beras, biji kacang tanah dan gaplek (Kartasapoetra,
1991). ). Sutyoso (1964) dalam Kartasapoetra (1991) mengemukakan bahwa jagung dalam
simpanan di daerah Uganda selama 4 minggu telah mengalami pengurangan berat sekitar 20%.
Populasinya demikian hebat karena dalam setiap kuintal jagung simpanan, terdapat sekitar
32.000 ekor hama. Pakan (1997) menyataka bahwa serangan Sitophilus zeamays dapat
menyebabkan susut bobot 12,65 – 21,54 % setelah disimpan sekitar 4 bulan ditingkat petani di
Amarasi Kabupaten Kupang dengan rata – rata populasi imago Sitophilus zeamays adalah 250
ekor/Kg.
Melihat besarnya kehilangan hasil yang ditimbulkan mengisyaratkan perlunya perbaikan
teknik penyimpanan sehingga dapat menekan kehilangan hasil jagung ditingkat petani. Aspek
perbaikan teknik penyimpanan tersebut diharapkan dapat terjangkau oleh petani. Teknik
penyimpanan yang dimaksud ialah teknik pengendalian.
Penggunaan pestisida dalam pertanian telah menunjukkan kemampuan dalam
menanggulangi merosotnya hasil akibat serangan hama. Hal ini karena pestisida dapat menekan
hama dalam waktu singkat, relatif mudah di aplikasikan dan sudah diformulasikan dalam bentuk
yang sudah siap digunakan (Oka, 1995). Akan tetapi penggunaan pestisida yang kurang tepat
dapat menimbulkan resistensi hama, resurgensi hama, pencemaran lingkungan dan berdampak
pada kesehatan (Untung, 1993). Risiko kesehatan yang dapat timbul berupa keracunan akut dan
keracunan kronik dalam jangka waktu yang panjang. Keracunan akut terjadi karena kecerobohan
dan tidak mempertahankan aspek keamanan penggunaan bahan berbahaya. Keracunan kronik
akibat terpapar pestisida dapat dalam bentuk kerusakan hormone endokrin, system syaraf, dan
system pernapasan (Untung, 2006).
Untuk menekan pengeluaran petani serta mengurangi dampak yang merugikan di
lingkungan, maka pengaplikasian pestisida botanik merupakan salah satu cara yang efektif.
Di Nusa Tenggara Timur (NTT) terdapat beberapa tumbuhan lokal yang diperkirakan dapat
dipergunakan sebagai bahan nabati yang diharapkan dapat membantu petani dalam penghematan
biaya produksi. Jarak pagar (Jatropa curcas) merupakan salah satu tanaman yang berpotensi
menjadi pestisida botanik. Tanaman ini hampir tidak diserang hama karena sebagian besar
bagian tubuhnya beracun. Kandungan kimia dari tanaman jarak pagar adalah sebagai berikut :
viteksin, isoviteksin dan asam sianida (HCN). Daun dan batangnya mengandung saponin,
flafonoida, tannin dan senyawa polyfenol. Getahnya mengandung tannin 11 – 18 % sedangkan
bijinya mengandung berbagai senyawa alkaloida, saponin dan jenis protein beracun yang disebut
kursin (Sinaga, 2006).
3.5. Pengendalian terhadap Sitophilus zeamays dalam Gudang Penyimpanan di BBI Palawija Tarus
Pengendalian Sitophilus zeamays yang dilakukan berdasarkan wawancara terhadap
pegawai, adalah terdiri atas tiga cara yaitu :
1) Secara fisik
Tujuan pengendalian ini adalah menciptakan lingkungan disekitar bahan-bahan
simpanan (benih jagung) sehingga tidak disukai oleh hama. Beberapa cara yang termasuk
dalam pengendalian fisik yaitu penjemuran dengan tujuan mengurangi kadar air dalam
bahan secara alami. Kadar air simpan benih pada BBI Tarus adalah 11 %.
2) Secara mekanik
Pengendalian secara mekanik dapat dilakukan dengan menggunakan drum
sebagai tempat penyimpanan. Berdasarkan pengamatan secara langsung pengendalian
dengan cara ini cukup berhasil, hal ini disebabkan karena tidak ada sirkulasi udara yang
mampu menekan pertumbuhan dan perkembangan serangga hama.
3). Secara sanitasi
Pengendalian secara sanitasi dilakukan yaitu untuk membersihkan gudang dengan
tujuan menghilangkan tempat bersarangnya Sitophilus zeamays.
4). Secara kimiawi
Penggunaan pestisida untuk mengatasi perkembangbiakan Sitophilus zeamays
dalam penyimpanan biasanya dilakukan dengan penyemprotan pestisida. Pestisida yang
digunakan untuk penyemprotan adalah Curacron 500 EC dan Dusban 20 EC,
penyemprotan dilakukan langsung pada karung yang berisi benih jagung.
Selain pestisida dalam bentuk cair, Balai Benih Induk Palawija Tarus juga
menggunakan pestisida dalam bentuk tepung dan tablet. Pestisida bentuk tepung
aplikasinya dilakukan dengan cara menabur pada permukaan karung plastik yang berisi
benih jagung kemudian ditutupi dengan plastik agar tidak menguap karena kondisi
gudang penyimpanan belum memenuhi persyaratan. Aplikasi pestisida bentuk tablet
dilakukan dengan cara meletakkan tablet diantara benih jagung lalu ditutupi dengan
plastik dan dibiarkan selama 24 jam dan ternyata hama Sitophilus zeamays dapat
dimusnahkan.
3.6. Pemanfaatan bahan nabati biji Jatropa curcas untuk mengendalikan Sitophilus zeamays
Pestisida botanik diartikan sebagai bahan yang berasal dari tumbuhan yang dipakai untuk
mematikan atau menekan aktifitas hama dan menahan pertumbuhan atau mematikan jamur atau
fungi sebagai patogen. Bahan yang dipakai sebagai pestisida botanik berupa bagian tumbuhan
yang mengandung zat – zat yang memiliki efek fungisidal, diduga diantaranya yang mengandung
alkaloid (Ahmed dan Grainge, 1980 dalam Widinugraheni (1996). Selain itu juga terdapat
senyawa polifenol yang bersifat fungisisdal. Tumbuhan yang mengandung senyawa polifenol
dicirikan olehnya rasanya yang sepat.
Mudita dan Widayanto dalam Widinugraheni (1996) menyatakan bahwa beberapa tumbuhan
lokal di NTT diperkirakan dapat digunakan sebagai pestisida botanik. Salah satu tumbuhan
diantaranya adalah tanaman jarak pagar yang diketahui bersifat racun.
Secara umum semua bagian dari tanaman jarak pagar mempunyai efek pestisida baik
terhadap serangga, cendawan, maupun nematode. Hasil penelitian Nath dan Duttta(1992)
membuktikan bahwa kandungan protein beracun yang disebut kursin adalah enzim proteolytic
yang terkandung dalam getahnya.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Mortalitas Sitophilus zeamays Akibat Aplikasi Pestisida Nabati Jatropa curcas
Waktu
Pengamatan
(MSA)
Dosis
5 gr/200 gr
Jagung
10 gr/200 gr
Jagung
15 gr/200 gr
Jagung
Kontrol
I II III I II III I II III
1
08/12/2007
3 2 3 1 2 2 3 3 4 -
2
15/12/2007
5 4 6 4 6 5 6 7 8 * 2
3
22/12/2007
8 7 7 8 9 8 9 9 10 *4
∑
mortalitas
8 + 7 + 7 = 22
Ekor
8 + 9 + 9 = 25
Ekor
9 + 9+ 10 = 28
Ekor
Keterangan : (-) = Tidak ada yang mati(*) = Penambahan populasi(MSA) = Minggu Setelah Aplikasi
3.7. Perhitungan Persen Mortalitas :
∑ serangga yang mati% Mortalitas = X 100 % ∑ serangga yang mati + ∑ serangga yang hidup
a) Dosis 5 gr/200 gr jagung
22% Mortalitas = X 100 %
30 = 73 %
b) Dosis 10 gr/200 gr jagung
25% Mortalitas = X 100 %
30 = 83 %
c) Dosis 15 gr/200 gr jagung
28% Mortalitas = X 100 %
30 = 93 %
d) Kontrol = Tidak ada yang mati.
3.8. Pembahasan
Hasil pengamatan terhadap Sitophilus zeamays dapat diperoleh setelah kurang lebih 3
minggu pengaplikasian bahan nabati Jatropa curcas.
Dalam kegiatan PKL digunakan 3 kali ulangan dalam beberapa dosis bahan nabati yaitu 5 gr
bahan nabati dengan 200 gr jagung yang diisi 10 ekor Sitophilus zeamays, 10 gr bahan nabati
dengan 200 gr biji jagung yang diisi 10 ekor Sitophilus zeamays dan 15 gr bahan nabati dengan
200 gr biji jagung yang diisi 10 ekor Sitophilus zeamays. Disamping ke-3 dosis tersebut juga
dibuat kontrol yaitu 200 gr biji jagung dengan 10 ekor Sitophilus zeamays tanpa bahan nabati.
Dari hasil pengamatan selama 3 minggu dapat diketahui bahwa bahan nabati Jatropa curcas
efektif dalam mengendalikan hama Sitophilus zeamays ditempat penyimpanan benih atau Balai
Benih Induk (BBI) Palawija Tarus. Hal ini dibuktikan dengan hasil pengamatan dan perhitungan
yang dilakukan. Dari hasil perhitungan didapatkan nilai mortalitas dari kumbang bubuk melebihi
50 % yaitu pada dosis 5 gr bahan nabati % mortalitasnya mencapai 73 %, pada dosis 10 gr
bahan nabati % mortalitasnya mencapai 83% dan pada dosis 15 gr bahan nabati % mortalitasnya
mencapai hampir 100 % yaitu 93 %, sedangkan pada kontrol tidak ada hama Sitophilus zeamays
yang mati, hal ini disebabkan karena pada kontrol tidak ada perlakuan bahan nabati Jatropa
curcas, selain itu terjadi penambahan populasi yaitu pada minggu II sebanyak 2 ekor dan minggu
III sebanyak 4 ekor.
Dari hasil tersebut maka dapat pula diketahui bahwa semakin tinggi dosis bahan nabati
Jatropa curcas yang diberikan maka akan semakin mempercepat atau mempertinggi mortalitas
dari serangga hama dalam hal ini Sitophilus zeamays.
Tingginya mortalitas dari serangga hama tersebut diakibatkan oleh karena zat – zat racun
yang terkandung dalam biji Jatropa curcas.
IV. PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Melalui kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang telah dilaksanakan, dapat menambah
wawasan bagi mahasiswa dalam bidang ilmu pengetahuan dan keterampilan mengenai
keefektifan Jatropa curcas, proses pembuatan dan aplikasi sebagai pestisida nabati pada benih
jagung dipenyimpanan. Jenis tumbuhan tersebut diketahui sangat efektif sebagai pestisida nabati
karena mengandung zat - zat yang bersifat toksik terhadap Sitphilus zeamays. Zat – zat tersebut
ialah alkaloida, saponin dan jenis protein beracun yang disebut kursin (Sinaga, 2006). Selain itu,
cara pembuatan dan aplikasi pestisida ini dapat dilakukan dengan mudah ditingkat petani.
Tumbuhan ini dapat dibudidayakan di NTT, karena tumbuhan ini dapat tumbuh dengan baik
pada kondisi daerah tropis.
4.2. Saran
Mengingat hama kumbang bubuk Sitophilus zeamays sangat berbahaya dan merugikan
bagi petani maka pengetahuan tentang cara pengendaliannya sangatlah penting. Pengendalian
dengan penggunaan pestisida agar dikurangi dan digunakan pengendalian yang lebih aman bagi
petani dan lingkungannya.
Dari hasil kegiatan PKL ini juga diharapkan dapat dilakukan penelitian bagi pihak –
pihak yang berkepentingan dengan penambahan dosis bahan nabati Jatropa curcas atau
mengkombinasikan bahan nabati tersebut dengan bahan nabati lain dalam mengendalikan hama
Sitophilus zeamays.
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Nusa Tenggara Timur (NTT). 2007.
Hambali, E. dkk,. 2006. Jarak Pagar Tanaman Penghasil Biodisel. Penebar Swadaya. Jakarta.
Harini T. S. 2000. Penuntun Praktikum Pestisida dan Teknik Aplikasi. Fakultas Pertanian. Universitas Nusa Cendana. Kupang.
Imdad H. P. dan A.A. Nawangsih.1995. Menyimpan Bahan Pangan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Kalshoven, L, G, E. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. PT. Ichtiar Baru. Van Hoeve. Jakarta.
Kartasapoetra, A.G., 1991. Hama Hasil Tanaman dalam Gudang. Rineka Cipta, Jakarta.
Lando. I. M, Ramlah, Margaretha dan Djafar. 2001. Penyimpanan Jagung Skala Kecil untuk Tingkat Petani. Jurnal Litbang Pertanian. Balai Penelitian Tanaman Jagung dan Serealia lain. Sulawesi Selatan.
Mudita. I. W. dan F. Alexander. 1999. Bahan Ajar Pengendalian Hayati dan Pengelolaan Habitat. Fakultas Pertanian. Universitas Nusa Cendana. Kupang. Tidak dipublikasikan.
Mudita. I. W. dan J. A. londingkene. 2003. Pengendalian Hayati, Pengendalian Hama, Patogen dan Gulma dengan menggunakan Musuh Alami. Fakultas Pertanian.. Universitas Nusa Cendana. Kupang. Tidak dipublikasikan.
Oka. I. N. 1995. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Pakan. S. 1997. Hama Pascapanen Jagung di Kabupaten Kupang. Buletin Leguminosae Vol 4. Fakultas Pertanian. Universitas Nusa Cendana. Kupang.
Pracaya. 2007. Hama dan Penyakit Tanaman (Edisi revisi). Penebar Swadaya. Jakarta
Sinaga. E. 2006. Jatropa curcas L. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tumbuhan UNHAS. Jakarta. Diakses dari internet http://iptek.apjii.or.id/artikel/ttg tanaman obat/jarak pagar
Suprapto, HS., 1992. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya, Jakarta.
Untung. K. 1993. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Untung. K. 2006. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu (Edisi revisi). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Widinugraheni, S. 1996. Pengaruh Ekstrak Daun Tumbuhan Pada Medium PSA terhadap Pertumbuhan Jamur Alternaria Sp. Asal Kubis, Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana. Kupang. Tidak dipublikasikan.