Page 1
Kumpulan Karya Tulis
Minggu, 10 Maret 2013
JAMALUDDIN AL-AFGHANI
LATAR BELAKANG JAMALUDDIN AL-AFGHANI
A. Pendahuluan
Salah satu tokoh gerakan modernisme klasik yang berupaya meningkatkan standar moral
dan intelektual umat Islam dalam rangka menjawab bahaya ekspansionisme barat adalah
Jamaluddin al-Afghani (1255 – 1315 H/1839 – 1897 M). Walaupun Jamaluddin al-Afghani tidak
melakukan modernisme intelektual, namun ia telah menggugah kaum muslimin untuk
mengembangkan dan menyuburkan disiplin dan melakukan pembaharuan dan ia adalah seorang
pemimpin pembaharuan dalam Islam yang tempat tinggal dan aktivitasnya berpindah dari satu
negara Islam ke negara Islam lain.
Abad ke 19 hingga abad ke 20 merupakan suatu momentum dimana umat Islam
memasuki suatu gerbang baru, gerbang pembaharuan. Fase ini kerap disebut sebagai abad
modernisme, suatu abad dimana umat diperhadapkan dengan kenyataan bahwa Barat jauh
mengungguli mereka. Keadaan ini membuat berbagai respon bermunculan, berbagai kalangan
Islam merespon dengan cara yang berbeda berdasarkan pada corak keislaman mereka. Ada yang
merespon dengan sikap akomodatif dan mengakui bahwa memang umat sedang terpuruk dan
harus mengikuti bangsa Barat agar dapat bangkit dari keterpurukan itu. Ada pula yang merespon
dengan menolak apapun yang datang dari Barat sebab mereka beranggapan bahwa itu diluar
Islam. Kalangan ini menyakini Islamlah yang terbaik dan umat harus kembali pada dasar-dasar
wahyu, kalangan ini kerap disebut dengan kaum revivalis.
Berbagai nama tokoh pun segera tampil dalam ingatan ketika disebutkan tentang abad
modernisme Islam yang ditandai dengan dominasi Eropa ini. Dominasi Eropa atas dunia Islam,
Page 2
khusunya di bidang politik dan pemikiran ini ditanggapi dengan beragam cara sehingga
melahirkan kalangan modernis dan fundamentalis. Modernisme cenderung akomodatif terhadap
ide Barat meskipun kemudian mengembangkan sendiri ide-ide tersebut, sedangkan
fundamentalisme menganggap apa–apa yang datang dari Barat adalah bukan berasal dari Islam
dan tak layak untuk diambil. Fundamentalisme merupakan suatu paham yang lahir atau besar
setelah fase modernisme.
Berbicara abad pembaharuan dalam Islam, maka tak lepas dari seorang tokoh yang
merupakan sosok penting dalam pembaharuan Islam, al-Afghani, seorang pembaharu yang
memiliki keunikan, kekhasan, dan misterinya sendiri. Berangkat dari pembagian corak
keIslaman di atas, Afghani menempati posisi yang unik dalam menanggapi dominasi Barat
terhadap Islam. Di satu sisi, Afghani sangat moderat dengan mengakomodasi ide-ide yang
datang dari Barat, ini dilakukannya demi memperbaiki kemerosotan umat. Namun di lain sisi,
Afghani tampil begitu keras ketika itu berkenaan dengan masalah kebangsaan atau mengenai hal-
hal yang berkaitan dengan keIslaman. Alhasil Afghani memijakkan kedua kakinya di dua sisi
berbeda, ia seorang modernis tapi juga fundamentalis. Agaknya tepat apa yang dikatakan Black
bahwa afghani adalah puncak dari kalangan modernis dan fondasi bagi kalangan fundamentalis.
Pada makalah sederhana ini kami akan paparkan sedikit tentang Afghani, hal yang
berkenaan dengan jati diri beliau, sekilas pemikiran beliau, kiprah politik, dan hal lain yang serba
sedikit sebab makalah ini tak cukup representativ jika harus mewakili keseluruhan pemikiran dan
sepak terjang beliau yang begitu fenomenal.
B. Sekilas tentang Afghani
Dilahirkan di Asad abad pada tahun 1838, yakni sebuah distrik di Iran, Jamaluddin al-
Afghani lahir sebagai seorang pembaharu dalam dunia Islam. Ia adalah anak dari sayyid Safder
yang memiliki hubungan darah dengan seorang perawi hadist tekenal, Imam at-Tirmidzi yang
selanjutnya terhubung dengan sayyidina Ali bin Abi Thalib. Masa remajanya banyak ia habiskan
di Afghansitan. Ia adalah anak yang cerdas. Sejak umurnya 12 tahun ia telah hafal al-Qur`an,
Page 3
kemudian saat usianya menginjak 18 tahun ia sudah mendalami berbagai bidang ilmu keislaman
dan ilmu umum. Al-Afghani dikenal sebagai orang yang menghabiskan hidupnya hanya demi
kemajuan islam. Ia rela beranjak dari suatu negara ke negara lainnya demi menyuarakan
pemikiran-pemikiran revolusionernya, tentunya demi mengangkat posisi dan martabat Islam
yang jauh tertinggal dari dunia barat.
Di zamannya Islam berada di bawah bayang-bayang imperialisme Barat. Kondisi
masyarakat muslim yang jauh dari Islam, menurutnya adalah salah satu penyebab utama
kemunduran dunia Islam. Fanatisme yang masih kental kala itu, belum lagi dengan tidak adanya
rasa persaudaraan di antara sesama muslim yang berkonsekwensi pada minimnya rasa solidaritas
menjadikan masyarakat muslim rentan terhadap perpecahan.
C. Kiprah Politik
Terkenal sebagai orator ulung dan politikus sejati, Al-Afghani selalu mendasarkan
kegiatan agama dan politiknya pada ide-idenya tentang pembaharuan dalam Islam. Ia adalah
seorang yang anti terhadap pemerintahan otoriter. Menurutnya, sistem pemerintahan yang sesuai
dengan kondisi umat muslim adalah pemerintahan konstisusional atau republik dan konsep
kewarganegaraan aktif. Bukannya tanpa sebab, pemerintahan otoriter tidaklah jauh berbeda
dengan tirani. Bentuk pemerintahan seperti ini menafikan keaktifan warga negara selain juga
rentan terhadap monopoli asing yang langsung tertuju pada penguasa suatu negara. Hasilnya
dapat dilihat, dengan mudahnya imperialisme Barat menguasai serta mengintervensi bentuk
pemerintahan absolut yang banyak digunakan sebagai sistem pemerintahan di banyak negara
Islam.
Dalam perjuangan politiknya, Afghani kerap berpindah-pindah dari satu negara ke negara
lain, ini dilakukannya sebab seringkali pada suatu negara ia mengalami pngusiran oleh penguasa
setempat. Namun demikian talenta politik Afghani memang telah tampak sejak awal, bahkan ia
lebih menonjol sebagai seorang aktivis gerakan politik ketimbang pemikir keagamaan. Pendapat
tersebut dipaparkan Harun Nasution yang juga ia kutip dari berbagai pendapat semisal Stoddart
Page 4
maupun Goldzhier.Pandangan ini memang bukan sekadar komentar, tapi suatu pandangan yang
memiliki dasar. Jika kita amati kronologi perjalanan hidup Afghani, maka kita akan mendapati
agenda beliau dipenuhi dengan aktivitas politik. Talenta politik ini memang sujah tamapak sejak
dini. Pada usia 22 tahun, ia membantu pangeran Dost Muhammad Khan di Afghanistan, lalu
pada usia kurang lebih 25 tahun ia menjadi penasihat Sher Ali Khan, dan beberapa tahun setelah
itu Afghani diangkat sebagai perdana menteri oleh A’zam Khan.
Perjalanan politiknya ke berbagai negara pun patut mendapat sorotan, semua ia lakukan
untuk menggoyang posisi penguasa yang otoriter, penguasa yang keluar dari rel amanat, dan juga
untuk melawan dominasi barat atas negeri-negeri muslim. Namun ia kerap kali terlibat
pertentangan dengan para pemimpin, kendati pemimpin itulah yang telah mengundangnya masuk
ke negaranya. Misalnya saja pada kasus Iran, ia diundang ke Iran untuk urusan Iran-Rusia,
namun sikap otoriter syah membuatnya menentang syah dan berpendapat bahwa syah harus
digulingkan. Namun pendiriannya ini membuatnya terusir dari Iran. Nasib yang lebih tragis
diterimanya ketika ia Berada di turki, alih-alih menjadi penasihat sultan Hamid II, Afghani
malah berakhir sebagai tahanan kota hingga akhir hayatnya.
PEMBAHASAN
A. Riwayat Hidupnya
Jamaluddin al-Afghani, al-Sayid Muhammad bin Saftar adalah tokoh yang terkemuka,
yang menjadi sentral umat Islam pada abad ke XIX. Keluarganya keturunan Husain bin Ali bin
Abi Thalib, yang selanjutnya silsilahnya bertemu dengan keturunan ahli sunnah yang termasyhur
Ali at-Tirmidzi. Jamaluddin al-Afghani dilahirkan di Asad Abad dekat dengan suatu distrik di
Kabul Afghanistan pada tahun 1839 M. Pendidikannya sejak kecil sudah diajarkan mengaji al-
Qur’an dari ayahnya sendiri, besar sedikit lagi belajar bahasa Arab dan sejarah, serta mengkaji
ilmu syari’at seperti tafsir, hadits, fiqih, usul fiqh dan lain-lain. Kemudian beliau meninggal
dunia di Istambul tahun 1897.
Page 5
Ketika berusia 22 tahun, ia telah menjadi pembantu bagi pangeran Dost Muhammad
Khan di Afghanistan. Di tahun 1864 ia menjadi penasehat Sher Ali Khan. Beberapa tahun
kemudian diangkat oleh Muhammad A’zam Khan menjadi perdana menteri. Dalam pada itu
Inggris telah mulai mencampuri soal politik negeri Afghanistan dan dalam pergolakan yang
terjadi, Afghanistan memihak pihak yang melawan golongan yang disokong Inggris. Pihak
pertama kalah dan Afghanistan meninggalkan tanah tempat kelahirannya dan pergi ke India
tahun 1869.
Di India ia juga merasa tidak bebas bergerak, karena negara ini telah jatuh di bawah
kekuasaan Inggris, oleh karena itu ia pindah ke Mesir pada tahun 1871. Selama di Mesir al-
Afghani mengajukan konsep-konsep pembaharuannya, antara lain:
1) Musuh utama adalah penjajahan (Barat), hal ini tidak lain dari lanjutan perang salib.
2) Umat Islam harus menentang penjajahan di mana dan kapan saja.
3) Untuk mencapai tujuan itu umat Islam harus bersatu (Pan Islamisme).
Pan Islamisme ini bukan berarti leburnya kerajaan Islam menjadi satu, tetapi mereka
harus mempunyai satu pandangan bersatu dalam kerjasama. Persatuan dan kerjasama merupakan
sendi yang amat penting dalam Islam. Persatuan Islam hanya dapat dicapai bila berada dalam
kesatuan pandangan dan kembali pada ajaran Islam yang murni yaitu al-Qur’an dan Sunnah.
Untuk mencapai usaha pembaharuan di atas maka :
1) Rakyat harus dibersihkan dari kepercayaan ketahayulan.
2) Orang harus yakin bahwa ia dapat mencapai tingkat / derajat budi luhur.
3) Rukun iman harus benar-benar menjadi pandangan hidup.
4) Setiap generasi umat harus ada lapisan istimewa untuk memberi pengajaran dan pendidikan
pada manusia-manusia yang bodoh dan juga memerangi hawa nafsu jahat dan menegakkan
disiplin.
B. Beberapa Ajarannya
1. Bidang politik
Page 6
Jamaluddin al-Afghani oleh penulis Barat dikatakan sebagai pelopor “Pan Islamisme”
yang mengajarkan bahwa semua umat Islam harus bersatu di bawah pimpinan seorang khalifah
untuk membebaskan mereka dari penjajahan Barat. Yakni sebagai jaminan keemasan Islam
dahulu sebelum Islam menjadi lemah karena perpecahan yang tak putusnya dan tanah air Islam
menjadi terjerumus kebodohan dan kelemahan, hingga jatuh menjadi mangsa kekuasaan Barat.
Muhammad Ibnu Abdul Wahab dalam perjuangannya menuju kepada perbaikan aqidah.
Maka jalan yang ditempuh oleh Jamaluddin al-Afghani ialah :
a) Perbaikan jiwa dan cara berpikir.
b) Perbaikan pemerintah / negara, kemudian keduanya berhubungan mempunyai jalinan dengan
ajaran agama.
Semua aspek gerakan Jamaluddin al-Afghani yang menjadi sasaran utama ialah
membebaskan negara Islam dari penjajahan dan untuk menuju itu umat Islam harus
membebaskan diri dari pola-pola pikiran yang beku. Untuk mencairkan ini menurut Jamaluddin
al-Afghani, orang-orang Islam harus mempunyai kepandaian teknis dalam rangka kemajuan
barat, wajib belajar secara rahasia kelemahan orang Eropa.
2. Bidang Agama
Jamaluddin al-Afghani walaupun menjadi seorang pemimpin politik, di mana dipandang
dari sudut gerakannya menunjukkan kecondongan dibidang politik, namun tidak dapat dilupakan
jasanya dalam meninggikan kedudukan agama, pembaharu akal umat Islam yang dipengaruhi
tradisi dan khurafat yang membawa kejumudan umat Islam. Jamaluddin al-Afghani dalam
usahanya menentang penjajahan Barat, maka jalan yang ditempuhnya untuk menghadapi
penjajahan ini membangunkan kembali jiwa Islam, menghilangkan sifat kesukuan / golongan
dan mengikis taqlid dan fanatisme serta melaksanakan ijtihad dalam memahami a-Qur’an, hidup
layak dan penuh kebijaksanaan di kalangan umat Islam.
Page 7
Oleh karena itu Jamaluddin al-Afghani berpendapat, bahwa kesejahteraan umat Islam
tergantung pada:
a) Akal manusia harus disinari dengan tauhid, membersihkan jiwanya dari kepercayaan tahayul.
b) Orang harus merasa dirinya dapat mencapai kemuliaan budi pekerti yang utama.
c) Orang harus menjadikan aqidah, sehingga prinsip yang pertama dan dasar keimanan harus
diikuti dengan dalil dan tidaklah keimanan yang hanya ikutan semata (taqlid).
3. Ajarannya tentang Qada dan Qodar
Jamaluddin al-Afghani adalah seorang muslim sejati dan seorang rasionalis dan ia
menuntut kepada semua aliran untuk menjadikan akal sebagai dasar utama untuk mencapai
keagungan Islam, karena akal menempati kedudukan istimewa dalam dunia Islam. Jamaluddin
al-Afghani sebagai seorang yang bersemangat menjunjung tinggi kedudukan akal, mendukung
aliran Mu’tazilah yang mempunyai doktrin tentang pembahasan diri dari ajaran takdir yang
orang barat disebut Fatalisme.
Mengenai hal ini menurut Jamaluddin al-Afghani, adapun yang dikatakan qada dan qodar
yang dikatakan “predestination” dalam bahasa Inggris sebagai tujuan permulaan. Menurut al-
Jabr (fatalism), qada dan qodar adalah penyerahan diri secara mutlak tanpa usaha dan ini suatu
ajaran baru (bid’ah) dalam agama yang dimasukkan dalam ajaran Islam oleh musuh Islam untuk
suatu tujuan politik tertentu agar Islam hancur dari dalam.
Jamaluddin al-Afghani sebagai orang Islam mengakui bahwa kepercayaan asasi. Tidak
ada kepercayaan kepada takdir adalah kehilangan salah satu tonggak dari iman. Kepercayaan
inilah yang menyebabkan umat Islam jaman dahulu, nabi-nabi dan sahabatnya dan salafus
shalihin dapat merebut dunia dan mengaturnya. Menurut dia, timbulnya kerusakan di kalangan
muslim antara lain: dari kepercayaan al-Jabr ini dan kesalahan dalam memahami qada dan qodar,
sehingga memalingkan jiwa umat dari bersungguh-sungguh dalam usaha dan umat Islam di masa
silam bersifat dinamis.
4. Penolakannya terhadap aliran naturalisme dan materialisme
Page 8
Perjalanan hidup Jamaluddin al-Afghani sesuai dengan jalan fikirannya. Teori dan
prakteknya selalu berjalin rapat dengan tindakannya. Kedudukan dan perilakunya ditandai oleh 3
macam keadaan :
a) Kenikmatan jiwa / rohani.
b) Perasaan agama yang mendalam.
c) Moral yang tinggi, ke semua ini sangat berkesan dan mempengaruhi semua usahanya.
Gambaran ini jelas dapat dilihat dalam penolakannya terhadap aliran naturalisme dan
materialisme. Jamaluddin al-Afghani memandang bahwa cara penjajahan Barat di negeri Islam
membawa gambaran yang berbeda untuk menghancurkan kepribadian tiap-tiap orang Islam yang
bersumber dari ajaran al-Qur’an. Ajaran ini mempunyai kekuatan untuk menjalin kekuatan
kesatuan di kalangan kaum muslimin. Ia memperingatkan segala gambaran yang dilihatnya itu
diantaranya : usaha untuk merusak aqidah orang Islam baik dengan cara memecah belahnya
maupun dengan usaha memalingkannya dari ajaran agama, yang berusaha demikian di antaranya
aliran naturalisme dan materialisme.
Naturalisme yaitu hal atau tinjauan berdasarkan alam. Sedangkan materialisme adalah
orang yang hanya mementingkan kebendaan di atas segala-galanya. Jamaluddin sangat
menentang aliran naturalis (ateis) yang tersebar luas di India, 1879. Tentang aliran ini
Jamaluddin berkata “Aliran ini akan membelah kaum muslimin menjadi 2 kelompok; kelompok
lama dan baru, kelompok yang tunduk kepada penjajah dan kelompok oposisi. Aliran ini juga
akan memecah hubungan umat Islam India dari kekhalifahan Utsmani di sisi lain”.
Jamaluddin melihat berbagai bentuk yang dilakukan penjajahan Barat di negara Islam
untuk merusak kepribadian Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan menyatukan umat Islam
dalam satu ikatan. Sedangkan bentuk yang paling berbahaya ialah berusaha merusak akidah dari
hatinya. Maka aliran naturalisme dan materialisme – yang di India dikenal sebutan kaum ateis –
di anggap sebagai senjata melawan kekuatan umat Islam yang sumbernya agama. Menurut
Jamaluddin, bahaya aliran ini, orang yang mempropagandakannya di India memakai “pakaian
muslim” untuk melemahkan aqidah kaum muslim.
Page 9
Ada tiga hal penolakan Jamaluddin terhadap kaum ateis yaitu: tentang pentingnya agama
bagi masyarakat, bahaya aliran ateis dalam masyarakat, dan keunggulan agama Islam sebagai
suatu agama dan akidah di atas agama-agama lain. Jamaluddin berpendapat, keyakinan agama
sebagai suatu akidah menjamin 3 unsur penting bagi masyarakat : rasa malu, jujur dan setia. Ia
menerangkan, ketiga unsur tersebut amatlah penting bagi masyarakat yang jujur, yang tidak
dimiliki oleh ajaran ateisme. Ia berkata demikian: “Sesungguhnya keyakinan seorang ateis tidak
dapat bersatu dengan keutamaan sifat jujur, setia, kepahlawanan dan kesatriaan. Itu disebabkan,
manusia memiliki syahwat yang tidak terbatas, sedangkan alam (nature) tidak memberikan cara-
cara terbentuk untuk mencapai syahwat itu”.
Sedangkan bahaya aliran materialisme dan naturalisme terhadap masyarakat diterangkan
Jamaluddin dengan menyebutkan sejarah beberapa kelompok masyarakat yang telah dikuasai
oleh aliran di atas, dahulu dan sekarang. Jamaluddin menerangkan aliran naturalis menampakkan
diri dalam beberapa bentuk, seperti :
a) Aliran Epikorus dalam masyarakat Greek (Yunani)
b) Aliran Mozdak dalam masyarakat Persi
c) Aliran kebatinan (mistik) dalam masyarakat Islam
d) Aliran Voltaire dan Rousseau dalam masyarakat Prancis
e) Aliran era modern di Turki
f) Aliran Komunisme, nasionalisme dan sosialisme di Eropa dan Rusia
g) Aliran Mourman di Amerika.
C. Pengaruh Ajarannya
Ajaran Jamaluddin al-Afghani berpengaruh besar sekali terutama di Mesir, baik pada
generasi muda (pelajar) dan sebagian ulama Azhar misalnya M. Abdul Karim Salman, Syeikh
Ibrahim Allaqani, Syeikh Saad Zaqlul, pengaruh dari tokoh pembaharuan dalam Islam ini kita
melihat dari Turki ketika Inggris menduduki Mesir tahun 1882, Jamaluddin al-Afghani serta
merta di usir. Kemudian melanjutkan ke Konstatinopel, dan ia mendapat perlindungan dari
Abdul Hamid, lalu membentangkan politik Pan Islamisme.
Page 10
D. Sebab-Sebab Kemunduran Umat Islam
a) Umat Islam mundur, karena telah meninggalkan ajaran Islam yang sebenarnya mengikuti
ajaran yang datang dari luar lagi asing bagi Islam.
b) Salah pengertian tentang maksud hadits yang mengatakan bahwa umat Islam akan mengalami
kemunduran di akhir zaman. Salah pengertian ini membuat umat Islam tidak berusaha merubah
nasib mereka.
c) Perpecahan yang terdapat di kalangan umat Islam, pemerintahan absolut, mempercayakan
pimpinan umat kepada orang-orang yang tidak dapat dipercaya, mengabaikan masalah
pertahanan militer, menyerahkan administrasi negara kepada orang-orang tidak kompeten dan
intervensi asing (bersifat politis).
d) Lemahnya rasa persaudaraan Islam
E. Pembaharuan
a) Melenyapkan pengertian salah yang dianut umat Islam pada umumnya dan kembali pada
ajaran dasar Islam yang sebenarnya, hati disucikan, budi pekerti luhur dihidupkan kembali dan
kesediaan berkorban untuk kepentingan umat.
b) Corak pemerintahan otokrasi harus diubah dengan corak pemerintahan demokrasi.
c) Persatuan umat Islam mesti diwujudkan kembali. Dengan bersatu dan mengadakan kerjasama
yang erat.
GERAKAN JAMALUDDIN AL-AFGHANI
A. Gerakan Pembaharuan Islam di abad Modern
Pada masa itu, bukanlah seorang hakim yang dibutuhkan, karena seorang hakim pada
masa itu tidak bisa lepas dari pesanan dan intervensi pemerintah. Dan pada masa itu, bukan pula
seorang faqih yang dibutuhkan untuk memperbarui hukum-hukum Islam klasik. Andaipun
mereka hidup pada masa itu, maka keberadaan merekapun juga tidak mampu untuk mengubah
Page 11
keadaan yang ada. Sesungguhnya yang dibutuhkan pada masa itu adalah seorang revolusioner
islamis seperti yang terdapat dalam jiwa Jamaluddin al-Afghani.
Afghani memang bukan seorang hakim, tapi dia punya syarat dan kapabilitas untuk
menjadi seorang hakim dan diapun bukan seorang faqih yang menguasai dunia literatur fiqh,
walaupun dia bukan pula orang yang buta dan taklid dalam berfiqih. Tetapi dia adalah seorang
revolusioner islamis, seorang penggugah dalam tidur yang berkepanjangan, seorang pengilham
bagi jiwa-jiwa pesimisme. Dengan jiwa revolusinya dan kepribadian Islam nya membuat dia
mampu untuk menunutun bangsanya untuk bersama-sama menghadapi dua problematika dasar
pada masa itu. Pertama, penjajahan dari luar dan kedua, adalah otoritarianisme pemerintahan dari
dalam. Dan dengan tegas dia katakan bahwa dua hal ini bisa hilang bukanlah sebuah
kemungkinan, namun sebuah keharusan yang bisa tercapai bila kaum dan bangsanya
mempercayainya.
Dan dengung pembaharuannya pun bisa mempengaruhi semua kalangan hingga pada
kalangan yang berpautan jauh dari zaman nya seperti Ahmad Luthfi Sayyid maupun Qasim
Amin. Adapun Mesir sebagai negara satu-satunya yang lama dia berdomisili berhasil melahirkan
adanya kebangkitan pemikiran, kebangkitan jurnalistik dan kebangkitan politik di negeri
tersebut. Dan dialah orang pertama kali yang mengatakan bahwa “Misr lilmasriyyin” dan perintis
pertama “Hizb Wathan” hingga dengan gerakan pembaharuannya berhasil melahirkan tuntutan
adanya undang-undang negara dan pembentukan majelis perwakilan. Dan ini semua telah
tercapai dengan hasil yang tidak sedikit, bahkan jika saja intervensi Inggris yang dimotori oleh
Khadevi tidak turut serta, maka gerakan ini pun bisa mencapai pada kemerdekaan Mesir pada
saat itu.
Dan suatu kelebihan dari diri Afghani ialah kemampuanya untuk menghentak kesadaran
Bangsa Mesir saat itu untuk secara kesuluruhan sadar kembali dalam menghadapi cengkraman
penjajahan Eropa dalam kepemimpinan Ratu Victoria. Adapun perjuangan Afghani dibagi dalam
dua tahap, merombak sistem yang ada saat itu dan membangun kembali sistem yang baru. Dalam
tahap pertama di lakukan dengan cara melawan penjajahan dari luar dan mengecam diktatorisme
pemerintahan dari dalam. Adapun tahap kedua, dia sadar bahwa ini memerlukan waktu yang
Page 12
lama, adapun pelaksanaan pada tahap ini dilakukan oleh para pembaharu-pembaharu selanjutnya
yang hidup pada masa sesudah meninggalnya Jamaluddin al-Afghani. Sepeninggal Afghani
muncul beberapa upaya untuk meragukan kembali perjuangan dan kontribusi Afghani bagi umat
Islam saat itu, namun semua itu mengalami kegagalan dan jauh yang diharapkan.
B. Gerakan Pan Islamisme
Dari sudut pandang ide secara umum gerakan pembaharuan di Indonesia dipengaruhi
secara kuat oleh pemikiran dan usaha tokoh-tokoh pembaharu Timur Tengah pada akhir abad ke-
19, khususnya Sayid Jamaluddin Al-Afghani dan Sheikh Muhammad Abduh.Kedua tokoh
tersebut menyentakkan umat Islam bahwa kemunduran Islam, karena umatnya telah
meninggalkan ajaran Islam yang sebenarnya. Pemikiran dan usaha mereka bertumpu pada
keyakinan bahwa Islam adalah agama yang sangat mendorong penggunaan akal sehingga
keharusan ijtihad tidak pernah tertutup. Meskipun sikap politik mereka secara tegas
menunjukkan anti Barat karena praktek penjajahan terhadap negara-negara Islam,Jamaluddin dan
Mohammad Abduh memberi dukungan kepada umat Islam untuk mempelajari pengetahuan yang
lebih luas sebagaimana telah dilakukan lebih dulu oleh sebagian besar negara Barat. Dalam
kaitan itulah, mereka menyerukan penataan sistem kelembagaan sosial, politik, ekonomi dan
pendidikan.
Gerakan Jamaluddin Al-Afghani dengan Pan Islamismenya mempunyai dua tujuan
utama,yaitu membangun dunia Islam di bawah satu pemerintahan dan mengusir penjajahan dunia
Barat atas dunia Islam (Masyhur Amin, Sejarah Peradaban Islam). Al-Afghani melihat di antara
sebab kemunduran Islam adalah lemahnya persaudaraan antara sesama umat Islam. Karena itu
harus dibangun solidaritas umat Islam sedunia (Pan Islamisme) sehingga umat Islam berada
dalam pemerintahan yang demokratis. Dengan cara demikian umat Islam akan memperoleh
kemerdekaannya kembali dari penjajah Barat.Tentang dunia Nasrani, Al-Afghani berpendapat
sekalipun mereka berlainan keturunan dan kebangsaan, namun mereka bersatu dalam
menghadapi dunia Islam. Mereka sengaja meng halang-halangi kebangkitan umat Islam. Apa
yang dika takan nasionalisme dan patriotisme serta cinta tanah air bagi Barat, untuk dunia Islam
Page 13
mereka katakan sebagai fanatisme, ekstremisme dan chauvinisme.Oleh sebab itu, seru Al-
Afghani, Tidak ada jalan lain bagi umat Islam, kecuali bersatu melawan penjajah Barat tersebut.
Di Indonesia, hampir berbarengan dengan Gerakan Pan Islam berdiri perkumpulan
Jamiatul Kheir di Pekojan, Batavia, pada 1901 sebagai organiasi sosial yang membawa semangat
tolong menolong. Jamiatul Kheir dibentuk dengan tujuan utama mendirikan satu model sekolah
modern yang terbuka luas untuk umat Islam.
Perkumpulan ini lebih menitikberatkan pada semangat pembaruan melalui lembaga pendidikan
modern. Pramudya Ananta Toer dalam bukunya, Rumah Kaca, menyebut Jamiatul Kheir yang
didirikan sejak 1901 merupakan organisasi politik yang bergerak di bidang sosial
kemasyarakatan yang telah menginspirasi lahirnya Boedi Oetomo.Jamiat Kheir membangun
sekolah bukan semata-mata bersifat agama, tapi sekolah dasar biasa dengan kurikulum agama,
berhitung,sejarah, ilmu bumi dan bahasa pengantar Melayu. Bahasa Inggris merupakan pelajaran
wajib, pengganti bahasa Belanda.Sedangkan pelajaran bahsa Arab sangat ditekankan sebagai alat
untuk memahami sumber-sumber Islam.
Keberadaan Jamiatul Kheir yang kemudian disusul dengan Al-Irsyad, setidak-tidaknya
sebagai penggerak dunia Islam baru yang pertama kali di Indonesia. Deliar Noer menulis
pentingnya Jamiat Kheir terletak pada kenyataan bahwa ialah yang memulai organiasi dalam
bentuk modern dalam masyarakat Islam (dengan anggaran dasar, daftar anggota tercatat,rapat-
rapat berkala), dan yang mendirikan sekolah dengan cara-cara yang banyak sedikitnya telah
modern (kurikulum,kelas-kelas, dan pemakaian bangku-bangku,papan tulis dan
sebagainya).Menurut H.Agus Salim banyak anggota Budi Utomo dan Sarikat Islam sebelumnya
adalah anggota Jamiatul Khair.Dalam kaitan dengan gerakan kemerdekaan,pada 4 Oktober 1934,
pemuda keturunan Arab se Nusantara berkongres di Semarang, dipelopori oleh AR Baswedan,
mengumandangkan Sumpah Pemuda Keturunan Arab: Indonesia adalah tanah airnya, bersumpah
untuk turun kelas dari bangsa Timur asing menjadi pribumi.
Kongres itu juga membentuk Persatuan Arab Indonesia (PAI), yang bertujuan meraih
kemerdekaan Indonesia. Ketika Indonesia merdeka, PAI membubarkan diri karena tujuannya
telah tercapai. Seperti anak-anak bangsa lainnya mereka lalu menyebar dan aktif dalam berbagai
bidang di masyarakat.
Page 14
C. Tarbiyah Pemikiran Syaikh Jamaluddin Al-Afghani
Semua orang sepakat bahwa dialah yang menghembuskan gerakan Islam modern dan
mengilhami pembaharuan di kalangan kaum Muslim yang hidup ditengah-tengah kemodernan.
Dia pula yang pengaruhnya amat besar terhadap gerakan-gerakan pembebasan dan konstitusional
yang dilakukan dinegara-negara Islam setelah zamannya. Ia menggabungkan ilmu-ilmu
tradisional Islamnya dengan berbagai ilmu pengetahauan yang diperolehnya dari Eropa dan
pengetahuan modern.
Afghani mengembangkan pemikiran (dan gerakan) salafiyah, yakni aliran keagamaan
yang berpendirian bahwa untuk dapat memulihkan kejayaannya, umat Islam harus kembali
kepada ajaran Islam yang masih murni seperti yang dahulu diamalkan oleh generasi pertama
Islam, yang juga biasa disebut salaf (pendahulu) yang saleh. Sebenarnya Afghani bukanlah
pemikir Islam yang pertama yang mempelopori aliran salafiyah (revivalis). Ibnu Taymiyah telah
mengajarkan teori yang serupa, begitu pula Syeikh Mohammd Abdul Wahab pada abad ke-18.
Tetapi salafiyah (baru) dari Afghani terdiri dari tiga komponen utama, yakni; Pertama, keyakinan
bahwa kebangunan dan kejayaan kembali Islam hanya mungkin terwujud kalau umat Islam
kembali kepada ajaran Islam yang masih murni, dan meneladani pola hidup para sahabat Nabi,
khususnya Al-Khulafa al-Rasyidin. Kedua, perlawanan terhadap kolonialisme dan dominasi
Barat, baik politik, ekonomi maupun kebudayaan. Ketiga, pengakuan terhadap keunggulan barat
dalam bidang ilmu dan teknologi, dan karenanya umat Islam harus belajar dari barat dalam dua
bidang tersebut, yang pada hakikatnya hanya mengambil kembali apa yang dahulu
disumbangkan oleh dunia Islam kepada Barat, dan kemudian secara selektif dan kritis
memanfaatkan ilmu dan teknologi Barat itu untuk kejayaan kembali dunia Islam. Adapun
alairan-aliran salafiyah sebelum Afghani hanya terdiri dari unsur pertama saja.
Afghani mendiagnose penyebab kemunduran di dunia Islam, adalah tidak adanya
keadilan dan syura (dewan) serta tidak setianya pemerintah pada konstitusi dikarenakan
pemerintahan yang sewenang-wenang (despotik), inilah alasan mengapa pemikir di negara-
Page 15
negara Islam di timur tidak bisa mencerahkan masyarakat tentang inti sari dan kebaikan dari
pemerintahan republik. Pemerintahan republik, merupakan sumber dari kebahagiaan dan
kebanggaan. Mereka yang diatur oleh pemerintahan republik sendirilah yang layak untuk disebut
manusia; karena suatu manusia yang sesungguhnya hanya diatur oleh hukum yang didasari oleh
keadilan dan mengatur gerakan, tindakan, transaksi dan hubungan dengan orang yang lain yang
dapat mengangkat masyarakat ke puncak kebahagiaan. Bagi Afghani, pemerintah rakyat adalah
“pemerintahan yang terbatas”, pemerintahan yang yang dapat dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat, dan karenanya merupakan lawan dari pemerintahan absolut. Merupakan suatu
pemerintah yang berkonsultasi dalam mengatur, membebaskan dari beban yang diletakkan
pemerintahan despotik dan mengangkat dari keadaan membusuk ke tingkat kesempurnaan.
Reformasi atau pembaharuan dalam bidang politik yang hendak diperjuangkan oleh
salafiyah (baru) di negara-negara Islam adalah pelaksanaan ajaran Islam tentang musyawarah
melaui dewan-dewan konstitusi dan badan-badan perwakilan (rakyat), pembatasan terhadap
kekuasaan dan kewenangan pemerintah dengan konstitusi dan undang-undang, serta pengerahan
kekuatan dan potensi rakyat untuk mendukung reformasi politik an sekaligus untuk
membebaskan dunia Islam dari penjajahan an dominasi Barat.
Tujuan utama gerakan Afghani ialah menyatukan pendapat semua negara-negara Islam
dibawah satu kekhalifahan, untuk mendirikan sebuah imperium Islam yang kuat dan mampu
berhadapan dengan campur tangan bangsa Eropa. Ia ingin membangunkan kesadaran mereka
akan kejayaan Islam pada masa lampau yang menjadi kuat karena bersatu. Menyadarkan bahwa
kelemahan umat Islam sekarang ini adalah karena mereka berpecah-belah. Afghani adalah
pembaharu muslim pertama yang menggunakan term Islam dan Barat sebagai dua fenomena
yang selalu bertentangan. Sebuah pertentangan yang justru harus dijadikan patokan berpikir
kaum muslim, yaiut untuk membebaskan kaum muslim dari ketakutan dan eksploitasi yang
dilakukan oleh orang-orang Eropa.
Beberapa buku yang ditulis oleh Afghani antara lain ; Tatimmat al-bayan (Cairo, 1879).
Buku sejarah politik, sosial dan budaya Afghanistan. Hakikati Madhhabi Naychari wa Bayani
Hali Naychariyan. Pertama kali diterbitkan di Haydarabad-Deccan, 1298 H/1881 M, ini adalah
Page 16
karya intelektual Afghani paling utama yang diterbitkan selama hidupnya. Merupakan suatu
kritik pedas dan penolakan total terhadap materialisme. Buku ini telah diterjemahkan ke dalam
Arab oleh Muhammad Abduh dengan judul Al-Radd 'ala al-dahriyyin (Bantahan terhadap
Materialisme). Al-Ta'Liqat 'ala sharh al-Dawwani li'l-'aqa'id al-'adudiyyah (Cairo, 1968). Berupa
catatan Afghani atas komentar Dawwani terhadap buku kalam yang terkenal dari] Adud al-Din
al-'Iji yang berjudul al-‘aqa’id al-‘adudiyyah. Berikutnya Risalat al-waridat fi sirr al-tajalliyat
(Cairo, 1968). Suatu tulisan yang didiktekan oleh Afghani kepada siswanya Muhammad 'Abduh
ketika ia di Mesir. Khatirat Jamal al-Din al-Afghani al-Husayni (Beirut, 1931). Suatu buku hasil
kompilasi oleh Muhammad Pasha al-Mahzumi wartawan Libanon. Mahzumi hadir dalam
kebanyakan forum pembicaraan Afghani pada bagian akhir dari hidupnya Buku berisi informasi
yang penting tentang gagasan dan hidup Afghani.
Selanjutnya, pemikiran Afghani, diteruskan dan dikembangkan oleh murid-muridnya
yakni Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha. Selanjutnya, pemikiran Islam modern yang mereka
kembangkan bukan hanya pada tingkat wacana, namun ditransformasikan oleh pengikut-
pengikut selanjutnya menjadi gerakan. Dapat dikatakan bahwa gerakan Islam di abad kedua
puluh banyak terpengaruh olehnya dan menjadikannya sumber inspirasi. Pengaruh tersebut
terlihat dalam tokoh dan gerakan-gerakan Islam modern masa kini seperti Hasan al-Banna
dengan Ikhwanul Muslimin, Abul A’la al-Maududi dengan Jama’atul Islam dan termasuk Muh
Natsir dengan Masyuminya.
Page 17
BAB IV
PEMIKIRAN JAMALUDDIN AL-AFGHANI
A. Ide dan Pemikiran Pembaharuan Islam di Abad Modern
Pemikiran Pembaharuan Al-Afghani ini didasari atas keyakinan bahwa islam adalah
agama yang sesuai untuk semua bangsa, jaman dan keadaan. Dalam pandangannya islam tidak
pernah menganjurkan apalagi memerintahkan untuk statis dan mundur. Sebaiknya, islam terus
mendorong untuk selalu maju.
Al-Afghani melihat kemunduran umat islam pada masa itu disebabkan oleh beberapa
factor yaitu:
1. Umat islam dipengaruhi sifat statis, meninggalkan akhlak tinggi dan melupakan ilmu
pengetahuan.
2. Adanya paham jabariyah, yaitu tentang qada dan qadar, sehingga mereka tidak mau
berusaha.
3. Ada sebuah hadits yang mengatakan bahwa umat islam akan mengalami kemunduran di
akhir zaman.
4. Persaudaraan umat islam sangat lemah.
5. Perpecahan dikalangan umat islam.
Buku yang diajarkan dan di diskusikan:
1. Al-Zaura’ dalam bidang tasawuf.
2. Syah Al-Quthb Al-Syamsiyah dalam bidang logika.
3. Al-Hidayah, Al-Isyarah, Al-hikmah Al-Isyraq dalam bidang filsafat.
4. Tadzirah dalam bidang astronomi.
Page 18
B. Pemikiran Politik Islam Jamaluddin Al-Afghani
Afghani dibesarkan dibesarkan di Afgahanistan. Pada usia 18 tahun di Kabul, Afghani
tidak hanya menguasai segala cabang ilmu keagamaan, tetapi juga mendalami falsafah, hukum,
sejarah, metafisika, kedokteran, sains, astronomi dan astrologi. Kemudian pergi ke India dan
tinggal disana selama satu tahun sebelum menunaikan ibadah haji pada tahun 1857. pada waktu
itu di India terjadi pengotakan dramatis antara pembaharu Muslim yang pro-Inggris dan Muslim
yang anti-Inggris. Afghani bersekutu dengan kelompok Muslim tradisionalis untuk menghadapi
kelompok Muslim pro-Inggris. Ia menyadari bahwa kebangkitan dan solidaritas Islam bisa
menjadi senjata untuk melawan Pemerintahan Inggris di bumi Muslim. Ia mendorong rakyat
India untuk bangkit melawan kekuasaan Inggris. Hasilnya pada tahun 1857 muncul kesadaran
baru di kalangan pribumi India untuk melawan penjajah.
Sekembalinya ia di Afghanistan ia memasuki dinas pemerintahan Amir Dost Muhamma
Khan. Ketia Amir meninggal dan digantikan oleh Amir Syir Ali, Afghani diangkat menjadi
Menteri. Namun ketika Syir Ali dijatuhkan maka dengan dalih akan menunaikan ibadah haji lagi
pada tahun 1869, Afghani meninggalkan Afghanistan. Dari snilah awal keterlibatan langsung
Afghani dalam gerakan internasional anti kolonialisme/imperialisme Barat dan despotisme
Timur.
Pada tahun 1871 Afghani tiba di Istambul. Oleh karena masyarakat Istambul sudah
terlebih dahulu mendengar tentang kealiman dan perjuangannya, maka tokoh-tokoh masyarakat
di ibukota kerajaan Usthmaniyah itu menyambutkanya dengan gembira. Belum lama tinggal di
Istambul ia diangkat menjadi anggota Majelis Pendidikan, dan mulai diundang berceramah di
Aya Sofia serta Masjid Ahmadiyah. Popularitas Afghani ini mengundang kecemburuan Hasan
Fahmi, Syaikh al-Islam, dan mufti itu berhasil memfitnah Afghani dengan materi ceramahnya di
muka sejumlah mahasiswa dan cendekiawan di Dar al-Funun. Karena fitnah ini Afghani
memutuskan untuk pindah ke Kairo.
Page 19
Di Kairo ia disambut gembira, baik oleh penguasa maupun oleh ilmuan. Melihat campur
tangan Inggris di Mesir, dan tidak inginnya Inggris melihat Islam bersatu dan kuat, Afghani
akhirnya kembali lagi ke politik. Sebagai langkah taktis atau intrik politik, Afghani bergabung
dengan perkumpulan Free Masonry, suatu organisasi yang disokong oleh kelompok anti zionis.
Dari sini, tahun 1897 terbentuk partai politik bernama Hizb al-Wathani (Partai Kebangsaan).
Slogan partai ini: “Mesir untuk Bangsa Mesir”. Partai ini antara lain menanamkan kesadaran
berbangsa, memperjuangkan pendidikan universal, kemerdekaanpers, memperjuangkan unsur-
unsur Mesir masuk dalam angkatan bersenjata.
Dengan berdirinya partai ini Afghani merasa mendapat sokongan untuk berusahan
menggulingkan raja Mesir yang berkuasa waktu itu, yakni Khadewi Ismail yang pemboros,
untuk digantikan dengan putera mahkota Taufiq. Taufiq berjanji akan mengadakan
pembaharuan-pembaharuan sebagaimana yang dituntut Hizb al-Wathani. Tetapi karena kegiatan
politik dan agitasinya yang tajam terhadap campur tangan Inggris dalam negeri Mesir, maka
Taufiq atas tekanan Inggris justru mengusir Afghani keluar dari Mesir pata tahun 1879.
Dari mesir Afghani dibawa ke India, ditahan di Haiderabad dan Kalkuta, dan baru
dibebaskan setelah pemberontakan Urabi Pasha di Mesir tahun 1882 berhasil ditumpas. Pada
tahun 1883, Afghani berada di London kemudian pindah ke Paris dan menerbitkan majalah
berkala dalam bahasa Arab Al-Urwah al-Wutqa bersama muridnya Muhammad Abduh yang
juga diusir dari Mesir karena dituduh terlibat dalam pemberontakan Urabi Pasha yang gagal itu.
Afghani mengembangkan polemik anti Inggrisnya. Ia mulai mengemukakan argumen yang
memperkuat pandangannya bahwa persatuan antar negara Islam dapat membendung serbuan
pihak asing. Karena peredarannya dihalangi oleh penguasa kolonial, majalah berkala ini hanya
berumur 8 bulan setelah terbit sebanyak 18 nomor. Nomor pertama terbit 13 Maret 1884 dan
yang terakhir 17 Oktober tahun yang sama.
Pada tahun 1886, Afghani pergi ke Teheran. Dari sana ia pergi ke Rusia, kemudian ke
Eropa. Tahun 1889 kembali ke Teheran. Tetapi kemudian Perdana Menteri Mirza Ali Asghar
Khan, yang menganggap kehadiran Afghani sebagai ancaman bagi kedudukannya, berhasil
Page 20
menghasut Syah Nasirudin supaya tidak percaya lagi kepada Afghani. Pada awal tahun 1891,
Afghani ditangkap dan dibawa ke Khariqin, suatu kota kecil dekat tapal batas Persia-Turki. Dari
sana ia pergi ke London. Kemudian atas undangan Sultan Abdul Hamid ia datang dan menetap di
Istambul, Turki. Afghani wafat pada bulan Maret 1879, karena kanker yang berawal dari
dagunya.
C. Pemikiran Afghani: Revivalis dan Modernis
Semua orang sepakat bahwa dialah yang menghembuskan gerakan Islam modern dan
mengilhami pembaharuan di kalangan kaum Muslim yang hidup ditengah-tengah kemodernan.
Dia pula yang pengaruhnya amat besar terhadap gerakan-gerakan pembebasan dan konstitusional
yang dilakukan dinegara-negara Islam setelah zamannya. Ia menggabungkan ilmu-ilmu
tradisional Islamnya dengan berbagai ilmu pengetahauan yang diperolehnya dari Eropa dan
pengetahuan modern.
Semua usahanya dicurahkan untuk menerbitkan makalah-makalah politik yang
membangkitkan semangat, khususnya yang termuat dalam majalah Al-Urwah al-Wutsqa. Ia telah
membangkitkan gerakan yang berskala nasional dan gerakan jamaah Islam. Afghani
mengembangkan pemikiran (dan gerakan) salafiyah, yakni aliran keagamaan yang berpendirian
bahwa untuk dapat memulihkan kejayaannya, umat Islam harus kembali kepada ajaran Islam
yang masih murni seperti yang dahulu diamalkan oleh generasi pertama Islam, yang juga biasa
disebut salaf (pendahulu) yang saleh.
Sebenarnya Afghani bukanlah pemikir Islam yang pertama yang mempelopori aliran
salafiyah (revivalis). Ibnu Taymiyah telah mengajarkan teori yang serupa, begitu pula Syeikh
Mohammd Abdul Wahab pada abad ke-18. Tetapi salafiyah (baru) dari Afghani terdiri dari tiga
komponen utama, yakni; Pertama, keyakinan bahwa kebangunan dan kejayaan kembali Islam
hanya mungkin terwujud kalau umat Islam kembali kepada ajaran Islam yang masih murni, dan
meneladani pola hidup para sahabat Nabi, khususnya Al-Khulafa al-Rasyidin. Kedua,
perlawanan terhadap kolonialisme dan dominasi Barat, baik politik, ekonomi maupun
Page 21
kebudayaan. Ketiga, pengakuan terhadap keunggulan barat dalam bidang ilmu dan teknologi,
dan karenanya umat Islam harus belajar dari barat dalam dua bidang tersebut, yang pada
hakikatnya hanya mengambil kembali apa yang dahulu disumbangkan oleh dunia Islam kepada
Barat, dan kemudian secara selektif dan kritis memanfaatkan ilmu dan teknologi Barat itu untuk
kejayaan kembali dunia Islam.
Menurut Afghani, dalam ikatan itu eksistensi dan kemandirian masing-masing negara
anggota tetap diakui dan dihormati, sedangkan kedudukan para kepala negaranya, apa pun
gelarnya, tetap sama dan sederajat antara satu dengan yang lain, tanpa ada satu pun dari mereka
yang lebih ditinggikan. Reformasi atau pembaharuan dalam bidang politik yang hendak
diperjuangkan oleh salafiyah (baru) di negara-negara Islam adalah pelaksanaan ajaran Islam
tentang musyawarah melaui dewan-dewan konstitusi dan badan-badan perwakilan (rakyat),
pembatasan terhadap kekuasaan dan kewenangan pemerintah dengan konstitusi dan undang-
undang, serta pengerahan kekuatan dan potensi rakyat untuk mendukung reformasi politik an
sekaligus untuk membebaskan dunia Islam dari penjajahan an dominasi Barat.
Menurut Afghani, cara terbaik dan paling efektif untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut
adalah melalui revolusi yang didasarkan atas kekuatan rakyat, kalau perlu dengan pertumpahan
darah. Ia mengatakan bahwa kalau memang ada sejumlah hal yang harus direbut dan tidak
ditunggu untuk diterima sebagai hadiah atau anugerah, maka kebebasan an kemerdekaan
merupakan dua hal tersebut.
Waktu tinggal di Mesir, sejak awal Afghani menganjurkan pembentukan “pemerintaha
rakyat” melalui partisipasi rakyat Mesir dalam pemerintahan konstitusional yang sejati. Ketika
penguasa Mesir, Khedewi Taufiq bermaksud menarik kembali janjinya untuk membentuk dewan
perwakilan rakyat berdasarkan alasan bahwa rakyat masih bodoh dan buta politik, Afghani
menulis surat kepada Khedewi yang isinya menyatakan bahwa memang benar di antara rakyat
Mesir, seperti halnya rakyat dinegeri-negeri lain, banyak yang masih bodoh, teapi itu tidak
berarti bahwa di antara mereka tidak terdapat orang-orang pandai dan berotak.
Page 22
Khatirat Jamal al-Din al-Afghani al-Husayni (Beirut, 1931). Suatu buku hasil kompilasi
oleh Muhammad Pasha al-Mahzumi wartawan Libanon. Mahzumi hadir dalam kebanyakan
forum pembicaraan Afghani pada bagian akhir dari hidupnya Buku berisi informasi yang penting
tentang gagasan dan hidup Afghani. Selanjutnya, pemikiran Afghani, diteruskan dan
dikembangkan oleh murid-muridnya yakni Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha. Selanjutnya,
pemikiran Islam modern yang mereka kembangkan bukan hanya pada tingkat wacana, namun
ditransformasikan oleh pengikut-pengikut selanjutnya menjadi gerakan. Dapat dikatakan bahwa
gerakan Islam di abad kedua puluh banyak terpengaruh olehnya dan menjadikannya sumber
inspirasi modern masa kini seperti Hasan al-Banna dengan Ikhwanul Muslimin, Abul A’la al-
Maududi dengan Jama’atul Islam dan termasuk Muh Natsir dengan Masyuminya. Wallahu’alam
D. Inspirator dan Motivator Gerakan Reformasi Islam
Jika kita berbicara tentang lahirnya gerakan-gerakan modern dalam Islam, sudah pasti
nama Jamaluddin al-Afghani harus ditempatkan pada posisi yang strategis dalam gerakan-
gerakan itu. Karena Al-Afghani merupakan tokoh yang penting, bahkan yang paling penting,
yang mencetuskan ide dan gerakan modern dalam Islam. Dialah figur aktivis-revivalis Muslim
yang memainkan peranan sangat penting dan strategis dalam panggung percaturan sejarah Islam
pada abad kesembilan belas. Tampilnya Al-Aghani dengan sosok personalitas, aktivitas gerakan
dan intensitas perjuangannya yang penuh dengan dinamika memberikan inspirasi dan motivasi
munculnya gerakan reformasi Islam dan perlawanan-perlawanan umat Islam terhadap
imperialisme Barat pada abad kesembilan belas.
Jamaluddin al-Afghani, menurut pengakuannya sendiri, lahir di Asadabad dekat Konar di
distrik Kabul (Afghanistan) pada tahun 1839. Ayahnya bernama Sayyid Safdar. Keluarga Al-
Afghani masih keturunan Husein bin Ali melalui ahli hadits terkenal Ali al-Tirmidzi. Karena
garis keturunan ini, ia pun menggunakan gelar sayyid dan menamakan dirinya Sayyid
Jamaluddin al-Huseini. akan tetapi di kesultanan Turki, Mesir, dan Eropa, ia dikenal secara luas
dengan nama jamaluddin al-Afghani. sementara itu, buku-buku hasil tulisan Syi'ah mengatakan
Page 23
bahwa tempat kelahiran al-Afghani adalah di asadabad dekat Hamadan di Persia. Versi ini
hendak mengklaim bahwa al-Afghani hanya berpura-pura mengaku berkebangsaan Afghanistan
sebagai upaya untuk menghindarkan diri dari pengejaran penguasa-penguasa Persia yang
despotik.
Al-Afghani menghabiskan masa kanak-kanaknya di Afghanistan. Ia memasuki suatu
universitas di Kabul, mempelajari filsafat dan ilmu pasti yang diajarkan dengan menggunakan
metode abad Pertengahan pada waktu itu. Kemudian, ia melanjutkan studinya di India selama
lebih dari satu tahun di mana ia menerima pendidikan yang lebih modern dan berkesempatan
untuk pertama kalinya mendalami sains dan matematika Eropa modern. PAda tahun 1875 ia
menunaikan ibadah haji Ke Mekkah. Dari masa mudanya ia telah mempunyai cita-cita yang kuat
untuk mengabdikan dan mewakafkan dirinya bagi kepentingan Islam dan umatnya yang pada
masa-masa itu terkapar di bawah dominasi kekuasaan dan penjajahan Barat.
Secara geografi, karier al-Afghani melintasi Iran, India, Mesir, Turki, dan Eropa Barat.
Melalui pidato dan tulisan-tulisannya al-Afghani menyerukan perlunya kebangkitan kembali
umat Islam baik dalam pemikiran, karya dan tindakan. Himbauan, pesan dan seruannya
berkumandang secara luas dan memikat para pendengar dan pengikutnya. Pesan dan seruannnya
memiliki dampak dan pengaruh yang kuat atas jalannya percaturan peristiwa di dunia Arab,
Persia, Turki, India, dan kawasan Timur Tengah pada umumnya.
BAB V
KESIMPULAN
Sepanjang hidupnya Jamaluddin al-Afghani telah diabadikan mengembangkan cita-cita
dan perjuangannya serta ajarannya bagi kepentingan umat Islam, khususnya dan negeri-negeri
yang sedang terjajah pada umumnya.
Program politik adalah menggerakkan Pan Islamisme yaitu dengan tujuan tercapainya
kesejahteraan umat Islam di bawah pimpinan seorang khalifah.
Page 25
“GAMBAR TEMPAT BERSEJARAH”
Page 26
PENUTUP
Demikianlah Makalah yang penulis buat, pada saat melakukan pencarian dalam buku
dengan pembahasan mengenai “Gerakan Jamaluddin Al-Afghani”.
Sekali lagi penulis sampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
membimbing dan membantu penulis dalam pembuatan laporan ini sehingga terwujud sebagai
makalah.
Penulis minta ma’af sebesar-besarnya apabila ada kesalahan-kesalahan, dan penulis
berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca.
Semoga makalah ini diterima oleh pembimbing guna memenuhi tugas sejarah
kebudayaan Islam.
Page 27
Tim Penulis
iii
DAFTAR PUSTAKA
Murodi, Dr.MA. 2004. Sejarah Kebudayaan Islam. Semarang: PT. Karya Toha Putra.
Black, Antony. 2006. Pemikiran Politik Islam. Jakarta: Serambi.
Nasution, Prof. Dr. Harun. 1992. Pembaharuan dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Azzam, Dr. S. Tamini.1982. Democracy in Islami Political Thought. Cairo.
Husayn Ahmad Amin. 2000. Seratus Tokoh dalam Sejarah Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Munawir Sajdzali. 1993. Islam dan Tata Negara: Ajaran, Sejarah dan Pemikiran. Jakarta: UI Press.
RA Gunadi & M Shoelhi (Penyunting), 2002. Dari Penakluk Jerusalem hingga Angka Nol. Jakarta:
Penerbit Republika.
Alex MA. Kamus Ilmiah Populer Internasiona. Disertai Data-data dan Singkatan. Surabaya: PT. Alfa.
Harun Nasution. 1996. Pembaharuan dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan Gerakan. Jakarta : Bulan
Bintang, cet.12.
Page 28
_____________. 2001. Pembaharuan dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan Gerakan. Jakarta : Bulan
Bintang, cet.13.
Muhammad al-Bahiy. 1986. Pemikiran Islam Moder. Jakarta: PT. Pustaka Panjimas.
M. Yusran Asmuni, 2001. Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Dunia Islam.
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, edisi I, cet.3.
M. Sholihan Manan dan Hasanuddin Amin. 1988. Pengantar Perkembangan Pemikiran Muslim (dalam
Studi Sejarah). Surabaya: PT. Sinar Wijaya.
http://www.cis-ca.org/voices/a/afghni.htm http://www.iol.ie/~afifi/Articles/democracy.htm
http://arkoun.multiply.com/
//www.replubika.co.id/berita/7288/Gerakan_pan_Islamisme/
//www.facebook.com/topic/
Republika.co.id/kotasantri.com
Wikipedia.co.id
Diposkan oleh Nur Syifafatul di 00.51
1 komentar:
1.
Döel Hanan 19 Agustus 2013 08.03
Justru kalau kita mau memperdalam tentang konsep2 dari al afghani ini, kita dapat
berpikir bahwa pan islamisme merupakan akar dari apa yang sekarang disebut islam
liberal..semua serba akal...
secerdas apa pun manusia, banyak hal2 yang tak akan mampu dipecahkan oleh
akalnya..makanya dalam islam ada yg disebut dalil aqli dan dalil naqli..
poin ketiga dr konsep pan islamisme nyata2 digunakan sebagai alat untuk memodifikasi
islam agar sesuai dgn konsep2 ala barat seperti sekulerisme, pluralisme, nasionalisme
dsb..yg kemudian pada akhirnya telah menjauhkan umat islam dari agamanya sendiri..
astaghfirullah al 'adzim..
Balas
Page 29
Muat yang lain...
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Arsip Blog
► 2014 (1)
▼ 2013 (4)
o ▼ Maret (4)
JAMALUDDIN AL-AFGHANI
AKU INGIN SEKOLAH LEBIH TINGGI
“DAMPAK KEKERASAN TERHADAP ANAK BANGSA”
PERKEMBANGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI INDONESIA
Mengenai Saya
Nur Syifafatul
Lihat profil lengkapku
Template Picture Window. Diberdayakan oleh Blogger.