43
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Wanita dalam kehidupannya tidak luput dari adanya siklus
Menstruasi normal yang terjadi secara periodik. wanita akan merasa
terganggu bila hidupnya mengalami perubahan, terutama bila
Menstruasi menjadi lebih lama dan atau banyak, tidak teratur, lebih
sering atau tidak Menstruasi sama sekali, bahkan bisa disertai
nyeri. Diharapkan semua wanita mengalami siklus menstruasi yang
teratur, namun hampir semua wanita pernah mengalami gangguan
Menstruasi selama masa hidupnya. Gangguan ini dapat berupa kelainan
siklus atau pendarahan. Masalah ini dihadapi oleh wanita remaja,
reproduksi dan klimakterium. (Manuaba, dkk. 2010).
(1)Menurut Bobak, (2004) masa remaja disebut pula sebagai masa
penghubung atau masa peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa
dewasa yang di tandai dengan perkembangan dan perubahan fisik,
mental, emosional, termasuk perubahan hormonal yang berpengaruh
pada proses terjadinya menstruasi. Usia gadis remaja pada saat
menstruasi bervariasi, yaitu antara 10 – 16 tahun, tetapi
rata-ratanya 12,5 tahun. Statistik menunjukkan bahwa usia
menstruasi dipengaruhi oleh faktor keturunan, keadaan gizi, dan
kesehatan umum. Dikatakan menstruasi dini apabila menstruasi
terjadi sebelum usia 10 tahun disertai dengan munculnya tanda-tanda
seks sekunder sebelum usia 8 tahun. Dalam hal ini hipofisis oleh
sebab yang belum diketahui memproduksi hormon gonadotropin sebelum
waktunya. Apabila menarche baru datang antara umur 14 – 16 tahun
disebut sebagai menarche tarda. Biasanya tidak ada kelainan yang
mencolok, hal ini dapat disebabkan oleh faktor keturunan, gangguan
kesehatan, dan kekurangan gizi. Apabila menarche belum dating pada
umur 18 tahun disebut amenore primer (Wiknjosastro, 2012).
Prevalensi premenstrual syndrome di Virginia pada 10,3% wanita
obes (BMI >30) mempunyai risiko mengalami premenstrual syndrome
tiga kali lebih besar dibanding wanita nonobes (Odds Ratio/OR =2,8;
IK 95% 1,1–7,2). Dari data ini tampak bahwa obesitas dapat menjadi
faktor risiko terjadinya premenstrual syndrome, namun ada beberapa
penelitian yang menyimpulkan hasil yang berbeda. Penelitian
eksperimen di Korea dengan educational program tentang PMS
menunjukkan bahwa wanita yang mendapatkan program pendidikan
mengalami perubahan yang signifikan (p<0,01) dalam pengetahuan,
cara mengatasi PMS bahkan berkurang atau hilangnya gejala dan
keluhan PMS dibanding dengan wanita yang tidak mendapatkan program
pendidikan (Kyung, 2002 dalam Puspitorini, 2007).
Penelitian yang dilakukan oleh Pelayanan Kesehatan Ramah Remaja
(PKRR) (2005) dalam Setiasih (2007) menyebutkan bahwa permasalahan
wanita di Indonesia adalah seputar permasalahan mengenai gangguan
menstruasi (38,45%), masalah gizi yang berhubungan dengan anemia
(20,3%), gangguan belajar (19,7%), gangguan psikologis (0,7%),
serta masalah kegemukan (0,5%). Penelitian yang dilakukan oleh
Corney dan Stanton (1991 dalam Wijaya 2008), mengatakan ada
perbedaan tingkat prevalensi antara negara Barat dengan negara
Asia, seperti Indonesia kejadian Pre-menstrual syndrome (PMS)
sangat rendah antara 23-24% sedangkan negara Barat seperti Inggris
dan Yugoslavia lebih tinggi tingkat prevalensinya yaitu 71-73%.
Dilaporkan dari negara-negara Barat, gejala-gejala perubahan
emosional telah dialami oleh 88% wanita, sementara gejala fisik ada
69%.
Faktor–faktor yang menyebabkan gangguan Menstruasi yaitu (1)
Faktor psikologis, seperti tekanan hidup, stres, kecemasan,
kelelahan fisik maupun psikis. (2) Gangguan yang bersifat hormonal
yaitu ketidak seimbangan hormon estrogen maupun hormon progesterone
dan prostaglandin. (3) Hormon Prolaktin berlebih, meningkatnya
hormon prolaktin secara otomatis akan menurunkan hormon estrogen
dan progesteron. (4) Kenaikan atau berkurangnya berat badan secara
signifikan. (5) Status gizi (kurus jika IMT < 17,0 dan obesitas
jika IMT >27,0) akan mempengaruhi kerja berupa peningkatan,
keseimbangan ataupun penurunan hormon. (6) Kelainan organik seperti
radang, tumor, trauma dan sebagainya. (Wiknjosastro, 2012).
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam
bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam
bentuk variabel tertentu. Indeks Masa Tubuh (IMT) merupakan alat
yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya
yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan.
Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa di atas 18 tahun.
IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, dan ibu hamil. Pada
perempuan yang obesitas (IMT >27,0) tentunya akan meningkatkan
kerja organ-organ tubuh sebagai bentuk haemodialisa (kemampuan
tubuh untuk menetralisir pada keadaan semula) dalam rangka
pengeluaran kelebihan tersebut. Hal ini tentunya akan berdampak
pada fungsi sistem hormonal pada tubuh berupa peningkatan maupun
penurunan progesteron, estrogen, LH (Luetezing Hormon), dan FSH
(Foklikel Stimulating Hormon) (Supariasa, 2001).
Berdasarkan hasil survey Glas ier, dalam Puspitorini (2007) di
Amerika Serikat menunjukkan, Pre-menstrual syndrome dialami 50%
wanita yang datang ke klinik ginekologi. Lembaga independen yang di
prakarsai Bayer Schering Pharma melakukan penelitian yang
melibatkan 1602 wanita dari Australia, Hongkong, Pakistan dan
Thailand. Hasilnya menyimpulkan bahwa 22% wanita Asia Pasifik
menderita pre-menstrual syndrome.
Berdasarkan penelitian di Indonesia prevalensi Pre-menstrual
syndrome (PMS) pada siswi SMA di Surabaya adalah 39,2% mengalami
gejala berat dan 60,8% mengalami gejala ringan (Christiany, 2006).
Sekitar 80% sampai 95% perempuan antara 16 sampai 45 tahun
mengalami gejala-gejala Pre-menstrual syndrome (PMS) yang dapat
menganggu.
Pada penelitian lain, didapatkan hanya 38% wanita yang
menganggap perdarahan yang banyak pada menstruasi sebagai masalah,
padahal 76% dokter yang menerima kasus tersebut menganggapnya
sebagai kasus yang perlu dirujuk. Hal tersebut menunjukkan masih
rendahnya kesadaran wanita terhadap masalah gangguan menstruasi.
Cakir M et al. dalam penelitiannya menemukan bahwa dismenorea
merupakan gangguan menstruasi dengan prevalensi terbesar (89,5%),
diikuti ketidakteraturan menstruasi (31,2%), serta perpanjangan
durasi menstruasi (5,3%). Pada pengkajian terhadap
penelitian-penelitian lain didapatkan prevalensi dismenorea
bervariasi antara 15,8-89,5%, dengan prevalensi tertinggi pada
remaja. Mengenai gangguan lainnya, Bieniasz J et al. mendapatkan
prevalensi amenorea primer sebanyak 5,3%, amenorea sekunder 18,4%,
oligomenorea 50%, polimenorea 10,5%, dan gangguan campuran sebanyak
15,8%. Selain itu, dismenorea merupakan alasan utama yang
menyebabkan remaja wanita absen dari sekolah. Sindrom pramenstruasi
didapatkan pada 40% wanita, dengan gejala berat pada 2-10%
penderita. (Sianipar, dkk, 2009).
Menurut Kemenkess RI, 2010 persentase remaja putri yang
mendapatkan haid pertama pada usia 15-16 tahun di provinsi Sulawesi
tenggara yaitu 22,8%. Persentase perempuan usia 10-59 tahun di
provinsi Sulawesi tenggara yang mengalami haid tidak teratur yaitu
8,7%. Persentase terendah haid tidak teratur adalah di provinsi
Sulawesi Tenggara 8,7% (Kemenkess RI, 2011). Menurut Kemenkess RI,
2012 persentase remaja putri yang mendapatkan haid pertama pada
usia 15-20 tahun di provinsi yaitu 32,3%. Persentase perempuan usia
30-59 tahun yang mengalami haid tidak teratur yaitu 14,3%
(Kemenkess RI, 2012). Berdasarkan data Kemenkess RI (2013) Jumlah
remaja di Indonesia adalah sebanyak 64.887.035 orang, di indonesia
83,5% mahasiswi mengalami dismenorea. Persentase remaja putri yang
mendapatkan haid pertama pada usia 15-20 tahun di provinsi yaitu
29,7%. Persentase perempuan usia 30-59 tahun yang mengalami haid
tidak teratur yaitu 19,8% (Kemenkess RI, 2013).
Berdasarkan Profil Kesehatan Aceh (2012) jumlah remaja di
Provinsi Aceh sebanyak 1.341.145 orang, sedangkan jumlah remaja
yang mengalami obesitas adalah sebanyak 16,28% dari jumlah remaja
yaitu sebanyak 218.338 orang. Selanjutnya sebanyak 41,18%
respondennya menderita sindrom pre-menstruasi (Dinkes Aceh, 2012).
Persentase remaja putri yang mendapatkan haid pertama pada usia
15-20 tahun di provinsi yaitu 34,5%. Persentase perempuan usia
30-59 tahun yang mengalami haid tidak teratur yaitu 19,7% (Dinkes
Aceh, 2013).
Berdasarkan data dari Dinkes Aceh Barat Daya (2012) jumlah
remaja di Kabupaten Aceh Barat Daya sebanyak 66.672 orang,
sedangkan jumlah remaja yang mengalami gangguan siklus menstruasi
adalah sebanyak 21,4% dari jumlah remaja yang ada (Dinkes Aceh
Barat Daya, 2012). Jumlah remaja di Kabupaten Aceh Barat Daya tahun
2013 sebanyak 75.478 orang, sedangkan jumlah remaja yang mengalami
gangguan siklus menstruasi adalah sebanyak 29,7% dari jumlah remaja
yang ada (Dinkes Aceh Barat Daya, 2013).
Berdasarkan data observasi awal dilapangan, jumlah penduduk di
wilayah kerja Puskesmas Lembah Sabil adalah sebanyak 10.683 jiwa
dengan 4.897 KK, dimana jumlah remaja adalah sebanyak 428 orang
(Puskesmas Lembah Sabil, 2015). Berdasarkan observasi awal
penelitian, wawancara dengan 10 orang remaja di ketahui bahwa
sebanyak 7 orang remaja mengalami siklus menstruasi, dimana mereka
tidak teratur mengalami menstruasi secara teratur tiap bulannya.
Sedangkan 3 lainnya mengalami siklus menstruasi dengan waktu yang
singkat hanya 4 hari saja dalam sebulan.
Penulis melakukan penelitian di wilayah kerja Puskesmas Lembah
Sabil dikarenakan wilayah kerja Puskesmas Lembah Sabil merupakan
puskesmas yang wilayah kerjanya mencakup beberapa gampong dan
memiliki jumlah remaja yang cukup untuk dijadikan populasi bagi
penelitian ini. Selain itu masalah siklus menstruasi merupakan hal
yang harus diperhatikan bagi semua wanita khususnya para remaja.
Selanjutnya di wilayah kerja Puskesmas tersebut belum pernah
dilakukan penelitian yang sama tentang gangguan siklus menstruasi,
sehingga penelitian ini memiliki manfaat tersendiri baik bagi
remaja, pihak puskesmas dan bagi peneliti sendiri.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis melakukan suatu
penelitian dalam bentuk skripsi yang diberi judul: “Faktor-faktor
yang Berhubungan dengan Gangguan Siklus Menstruasi pada Remaja
Putri di Wilayah Kerja Puskesmas Lembah Sabil Kecamatan Lembah
Sabil Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2016
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
Faktor-faktor apasaja yang Berhubungan dengan Gangguan Siklus
Menstruasi pada Remaja Putri di Wilayah Kerja Puskesmas Lembah
Sabil Kecamatan Lembah Sabil Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun
2016.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Gangguan
Siklus Menstruasi pada Remaja Putri di Wilayah Kerja Puskesmas
Lembah Sabil Kecamatan Lembah Sabil Kabupaten Aceh Barat Daya Taun
2016
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui hubungan kelainan sistemik dengan Gangguan
Siklus Menstruasi pada Remaja Putri di Wilayah Kerja Puskesmas
Lembah Sabil Kecamatan Lembah Sabil Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun
2016.
2. Untuk mengetahui hubungan Stres dengan Gangguan Siklus
Menstruasi pada Remaja Putri di Wilayah Kerja Puskesmas Lembah
Sabil Kecamatan Lembah Sabil Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun
2016.
1.4 Hipotesis
Ha:Adanya hubungan kelainan sistemik dan Stres dengan Gangguan
Siklus Menstruasi pada Remaja putri di Wilayah Kerja Puskesmas
Lembah Sabil Kecamatan Lembah Sabil Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun
2016
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Praktis
1. Bagi masyarakat sebagai bahan informasi mengenai ilmu
kesehatan khususnya pada Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Gangguan Siklus Menstruasi pada Remaja putri di Wilayah Kerja
Puskesmas Lembah Sabil Kecamatan Lembah Sabil Kabupaten Aceh Barat
Daya Tahun 2016.
2. Bagi pihak Wilayah Kerja Puskesmas Lembah Sabil Kecamatan
Lembah Sabil Kabupaten Aceh Barat Daya sebagai informasi tentang
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Gangguan Siklus Menstruasi
pada Remaja Putri di Wilayah Kerja Puskesmas Lembah Sabil Kecamatan
Lembah Sabil Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2016.
1.5.2 Manfaat Teoritis
0. Bagi peneliti dapat menambah wawasan dalam melakukan
penelitian khususnya Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Gangguan
Siklus Menstruasi pada Remaja Putri di Wilayah Kerja Puskesmas
Lembah Sabil Kecamatan Lembah Sabil Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun
2016
0. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar
sebagai salah satu bahan masukan atau informasi guna menambah bahan
perpustakaan yang dapat digunakan bagi pihak-pihak yang
berkepentingan.
0. Bagi pihak lain diharapkan penelitian ini dapat dijadikan
sebagai referensi untuk dipelajari dibangku perkuliahan, dan dapat
membandingkan antara teori dengan praktek yang sesungguhnya.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Menstruasi
Siklus menstruasi Menstruasi adalah suatu keadaan fisiologis
atau normal, merupakan peristiwa pengeluaran darah, lendir dan
sisa-sisa sel secara berkala yang berasal dari mukosa uterus dan
terjadi relatif teratur mulai dari menarche sampai menopause,
kecuali pada masa hamil dan laktasi. Lama pendarahan pada
menstruasi bervariasi, pada umumnya 4-6 hari, tapi 2-9 hari masih
dianggap fisiologis (Ganong, 2003).
Menstruasi merupakan aktivitas bersiklus yang melibatkan
peluruhan sebagian endometrium (Andrews, 2009). Wanita yang sehat
dan tidak hamil setiap
bulan secara teratur mengeluarkan darah dari alat kandungannya
yang disebut menstruasi (Syaifuddin, 2006).
Menstruasi adalah perdarahan periodik dari uterus yang dimulai
sekitar 14 hari setelah ovulasi secara berkala akibat terlepasnya
lapisan endometrium uterus (Bobak, 2004). Suzannec (2001),
mendeskripsikan siklus menstruasi adalah proses kompleks yang
mencakup reproduktif dan endokrin. Menurut Bobak (2004), Siklus
menstruasi merupakan rangkaian peristiwa yang secara kompleks
saling mempengaruhi dan terjadi secara simultan.
2.1.1 Fisiologi Menstruasi
(10)Fisiologis Siklus Menstruasi Fungsi menstruasi normal
merupakan hasil interaksi antara hipotalamus, hipofisis, dan
ovarium dengan perubahan-perubahan terkait pada jaringan sasaran
pada saluran reproduksi normal, ovarium memainkan peranan penting
dalam proses ini, karena tampaknya bertanggung jawab dalam
pengaturan perubahan-perubahan siklik maupun lama siklus menstruasi
(Bobak, 2004). Ovarium menghasilkan hormon steroid, terutama
estrogen dan progesteron. Beberapa estrogen yang berbeda dihasilkan
oleh folikel ovarium, yang mengandung ovum yang sedang berkembang
dan oleh sel-sel yang mengelilinginya. Estrogen ovarium yang paling
berpengaruh adalah estradiol.
Estrogen bertanggung jawab terhadap perkembangan dan
pemeliharaan organorgan reproduktif wanita dan karakteristik
seksual sekunder yang berkaitan dengan wanita dewasa. Estrogen
memainkan peranan penting dalam perkembangan payudara dan dalam
perubahan siklus bulanan dalam uterus. Progesteron juga penting
dalam mengatur perubahan yang terjadi dalam uterus selama siklus
menstruasi. Progesteron merupakan hormon yang paling penting untuk
menyiapkan endometrium yang merupakan membran mukosa yang melapisi
uterus untuk implantasi ovum yang telah dibuahi. Jika terjadi
kehamilan sekresi progesteron berperan penting terhadap plasenta
dan untuk mempertahankan kehamilan yang normal. Sedangkan endrogen
juga dihasilkan oleh ovarium, tetapi hanya dalam jumlah kecil.
Hormon endrogen terlibat dalam perkembangan dini folikel dan juga
mempengaruhi libido wanita (Suzannec, 2001).
Menstruasi disertai ovulasi terjadi selang beberapa bulan sampai
2-3 tahun setelah menarche yang berlangsung sekitar umur 17-18
tahun. Dengan memperhatikan komponen yang mengatur menstruasi dapat
dikemungkakan bahwa setiap penyimpangan system akan terjadi
penyimpangan pada patrum umun menstruasi. Pada umumnya menstruasi
akan berlangsung setiap 28 hari selama ±7 hari. Lama perdarahannya
sekitas 3-5 hari dengan jumlah darah yang hilang sekitar 30-40 cc.
Puncak pendarahannya hari ke-2 atau 3 hal ini dapat dilihat dari
jumlah pemakaian pembalut sekitar 2-3 buah. Diikuti fase
proliferasi sekitar 6-8 hari (Manuaba dkk, 2006).
2.1.2 Faktor-faktor yang Berperan dalam Siklus Menstruasi
Menurut Praworohardjo (1999), ada beberapa faktor yang memegang
peranan dalam siklus menstruasi antara lain:
1. Faktor enzim Dalam fase proliferasi estrogen mempengaruhi
tersimpannya enzimenzim hidrolitik dalam endometrium, serta
merangsang pembentukan glikogen dan asam-asam mukopolisakarida.
Zat-zat yang terakhir ini ikut berperan dalam pembangunan
endometrium, khususnya dengan pembentukan stroma di bagian
bawahnya. Pada pertengahan fase luteal sintesis mukopolisakarida
terhenti, yang berakibat mempertinggi permeabilitas
pembuluh-pembuluh darah yang sudah berkembang sejak permulaan fase
proliferasi. Dengan demikian lebih banyak zat-zat makanan mengalir
ke stroma endometrium sebagai persiapan untuk implantasi ovum
apabila terjadi kehamilan. Jika kehamilan tidak terjadi, maka
dengan menurunnya kadar progesterone, enzim-enzim hidrolitik
dilepaskan, karena itu timbul gangguan dalam metabolisme
endometrium yang mengakibatkan regresi endomentrium dan
perdarahan.
2. Faktor vaskuler Mulai fase proliferasi terjadi pembentukan
sistem vaskularisasi dalam lapisan fungsional endometrium. Pada
pertumbuhan endometrium ikut tumbuh pula arteri-arteri, vena-vena.
Dengan regresi endometrium timbul statis dalam vena serta
saluran-saluran yang menghubungkannya dengan arteri, dan akhirnya
terjadi nekrosis dan perdarahan dengan pembentukan hematom baik
dari arteri maupun dari vena.
3. Faktor prostaglandin Endometrium mengandung banyak
prostaglandin E2 dan F2. dengan desintegrasi endometrium,
prostaglandin terlepas dan menyebabkan berkontraksinya miometrium
sebagai suatu faktor untuk membatasi perdarahan pada haid.
2.1.3 Siklus Menstruasi
Panjang siklus menstruasi ialah jarak antara tanggal mulainya
menstruasi yang lalu dan mulainya menstruasi berikutnya. Panjang
siklus menstruasi yang normal atau dianggap sebagai siklus
menstruasi yang klasik ialah 28 hari. Panjang siklus haid
dipengaruhi oleh usia seseorang. Rata-rata panjang siklus haid pada
gadis usia 12 tahun ialah 25,1 hari, pada wanita usia 43 tahun 27,1
hari, pada wanita usia 55 tahun 51,9 hari. Jadi, sebenarnya siklus
panjang siklus haid 28 hari itu tidak sering dijumpai. Wanita yang
berevolusi siklus menstruasinya berkisar antara 18-42 hari. Lama
menstruasi biasanya anatara 3–5 hari, ada yang sampai 7-8 hari.
Pada setiap wanita biasanya lama menstruasi itu tetap. Jumlah darah
yang keluar rata-rata 33,2 ± 16 cc (Wiknjosastro, 2007).
Pada siklus menstruasi, mukosa rahim dipersiapkan secara teratur
untuk menerima ovum yang dibuahi setelah terjadinya ovulasi
(Pudiastuti, 2010). Siklus menstruasi, selaput lendir rahim dari
hari ke hari terjadi perubahan yang berulang selama satu bulan
mengalami empat masa / stadium (Syaifuddin, 2006), yaitu :
a. Stadium Menstruasi (desquamasi)
Pada masa ini endometrium terlepas dari dinding rahim disertai
dengan pendarahan, hanya lapisan tipis yang tinggal disebut stratum
basale berlangsung selama empat hari. Dengan haid, keluar darah,
potongan endometrium dan lendir dari serviks. Darah ini tidak
membeku karena ada fermen (biokatalisator) yang mencegah pembekuan
darah dan mencairkan potongan mukosa, banyaknya pendarahan selama
haid kira-kira 50 cc. Stadium ini berlangsung 3-7 hari.
b. Stadium Post-Menstrumm (regenerasi)
Luka yang terjadi karena endometrium terlepas, berangsur-angsur
ditutup kembali oleh selaput lendir baru yang terjadi dari sel
epitel kelenjar endometrium. Pada masa ini tebal endometrium
kira-kira 0,5 mm dan berlangsung selama empat hari.
c. Stadium Intermenstrum (proliferasi)
Pada masa ini endometrium tumbuh menjadi tebal kira-kira 3,5 mm.
Kelenjar-kelenjar tumbuhnya lebih cepat dari jaringan lain,
berlangsung kira-kira 5-14 hari dari hari pertama haid.
d. Stadium Praemenstruum (sekresi)
Pada stadium ini endometrium tetap tebalnya tetapi bentuk
kelenjar berubah menjadi panjang dan berliku-liku dan mengeluarkan
getah. Dalam endometrium telah tertimbun glikogen dan kapur yang
diperlukan sebagai makanan untuk sel telur. Perubahan ini untuk
mempersiapkan endometrium menerima telur. Pada endometrium sudah
dapat dibedakan lapisan atas yang padat (stratum kompaktum) yang
hanya ditembus oleh saluran-saluran keluar dari kelenjar, lapisan
stratum spongeosum yang banyak lubang-lubangnya karena disini
terdapat rongga dari kelenjar dan lapisan bawah disebut stratum
basale. Stadium ini berlangsung 14-28 hari, kalau tidak terjadi
kehamilan maka endometrium dilepas dengan pendarahan dan berulang
lagi siklus menstruasi.
2.1.4 Hormon yang Berpengaruh pada Menstruasi
Sejumlah hormon yang berpengaruh pada menstruasi (Pudiastuti,
2010), ialah :
1. Progesterone, yang dikeluarkan oleh indung telur.
2. LH (Luteinizing Hormone), yang dihasilkan oleh hipofisis.
3. FSH (Follicle Stimulating Hormone), yang dikeluarkan oleh
hipofisis lobus depan.
4. Estrogen, yang dihasilkan oleh ovarium.
2.1.5 Klasifikasi Gangguan Menstruasi
Menurut Wiknjosastro (2007), gangguan menstruasi dapat
digolongkan dalam :
1. Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan :
a. Hipermen orea (menoragia) ialah perdarahan haid yang lebih
banyak dari normal, atau lebih lama dari normal (lebih dari 8
hari).
b. Hipomenorea ialah perdarahan haid yang lebih pendek dan/atau
lebih kurang dari biasanya.
2. Kelainan siklus
a. Polimenorea, Pada polimenorea siklus haid lebih pendek dari
biasa (kurang dari 21 hari).
b. Oligomenorea, Disini siklus haid lebih panjang, lebih dari 35
hari.
c. Amenorea, Amenorea ialah keadaan tidak adanya haid untuk
sedikitnya 3 bulan berturut-turut.
3. Perdarahan diluar menstruasi Metroragia
4. Gangguan lain yang ada hubungan dengan menstruasi
a. Premenstrual tension (ketegangan prahaid)
b. Mastodinia
c. Mittelschmers (rasa nyeri pada ovulasi)
d. Dismenorea
2.1.6 Keteraturan Siklus Menstruasi
Panjang siklus menstruasi adalah jarak antara tanggal mulainya
menstruasi yang lalu dan mulainya menstruasi berikutnya
(Wiknjosastro, 2007). Panjang siklus menstruasi mengandung
kesalahan ± 3 hari karena waktu keluarnya menstruasi dari ostium
uteri eksternum (OUE) tidak dapat diketahui secara tepat dan jam
mulainya menstruasi tidak diperhitungkan (Wiknjosastro, 2007).
Menurut Nizomy (2002), suatu siklus menstruasi dikatakan teratur
apabila berjalan tiga kali siklus dengan lama siklus yang sama.
Ketidakteraturan menstruasi adalah kondisi di mana siklus dengan
durasi bervariasi dari bulan ke bulan (Tarigan, 2010). Pada siklus
menstruasi tidak teratur, biasanya siklus menstruasinya tidak
mengalami proses ovulasi (Anovulatoric Cycle) (Hendrik, 2006).
Anovulasi terjadi ketika ovarium gagal untuk merilis sebuah
oosit, hal ini menunjukkan bahwa ovulasi tidak terjadi
(Pendergraft, 2011). Bagi remaja putri, mengalami siklus menstruasi
yang tidak teratur pada masa-masa awal adalah hal yang normal.
Mungkin saja remaja putri mengalami jarak antar 2 siklus
berlangsung selama 2 bulan atau dalam 1 bulan terjadi 2 siklus
(Baziad, 2009).
Setelah menarche, pertumbuhan linear melambat untuk 2 tahun
berikutnya, yang disebut masa anovulatori. Sehingga dapat
diasumsikan pemeriksaan persentase lemak tubuh dan status gizi
setelah menarche bisa ditoleransi sampai 2 tahun setelah menarche
(Aryati, 2008).
Kehidupan reproduksi seorang wanita dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yang berpotensi menimbulkan gangguan. Salah satu faktor
yang berpengaruh adalah status gizi. Ciri remaja wanita yang mampu
melakukan kehidupan reproduksi adalah telah menstruasi. Menstruasi
yang berulang setiap bulan tersebut pada akhirnya akan membentuk
siklus menstruasi (Cunningham, 2005).
Pada status gizi lebih (overweight dan obesitas) biasanya
mengalami anovulatory chronic atau menstruasi tidak teratur secara
kronis (Karyadi, 2007). Karena cenderung memiliki sel-sel lemak
yang berlebih, sehingga memproduksi estrogen yang berlebih.
Sedangkan pada status gizi kurang (underweight) akan terjadi
kekurangan berat badan dan tidak mempunyai cukup sel lemak untuk
memproduksi estrogen yang dibutuhkan untuk ovulasi dan menstruasi
sehingga bisa mengakibatkan siklus menstruasi tidak teratur (Evan,
2011).
2.2 Remaja
2.2.1 Defenisi Remaja
Secara etimiologi, remaja berarti “tumbuh menjadi dewasa’.
Defenisi remaja (adolescence) menurut organisasi kesehatan dunia
(WHO) adalah periode usia antara 10 sampai 19 tahun, sedangkan
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menyebut kaum muda (youth) untuk
usia antar 15 samapai 24 tahun. Sementara itu, menurut The Health
Resources and Services Administrations Guidelines Amerika Serikat,
rentang usia remaja adalah 11-21 tahun dan terbagi menjadi tiga
tahap, yaitu remaja awal (11-14 tahun); remaja menengah (15-17
tahun); dan remaja akhir (18-21 tahun). Defenisi ini kemudian
disatukan dalam terminilogi kaum muda (young people) yang mencakup
usia 10-24 tahun (Kusmiran, 2011).
Defenisi remaja sendiri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang,
yaitu :
1. Secara kronologis, remaja adalah individu yang berusia antara
11-12 tahun sampai 20-21 tahun.
2. Secara fisik, remaja ditandai oleh ciri perubahan pada
penampilan fisik dan fungsi fisiologis, terutama yang terkait
dengan kelenjar seksual.
3. Secara psikologis, remaja merupakan masa di mana individu
mengalami perubahan – perubahan dalam aspek koqnitif, emosional,
sosial, dan moral, di antara masa anak – anak menuju masa dewasa
(Kusmiran, 2011).
Menurut WHO (1974) memberikan definisi tentang remaja yang lebih
bersifat konseptual. Dalam definisi tersebut dikemukakan tiga
kriteria, yaitu biologis, psikologis dan sosial ekonomi, sehingga
secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai berikut.
Remaja adalah suatu masa dimana:
1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan
tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan
seksual.
2. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola
identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.
3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang
penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.
2.2.2 Ciri-ciri Kejiwaan dan Psikososial Remaja
Usia Remaja Muda (12-15 Tahun)
1. Sikap protes terhadap orang tua
Remaja pada usia ini cenderung tidak menyetujui nilai-nilai
hidup orang tuanya, sehingga menunjukkan sikap protes terhadap
orang tua. Mereka berusaha mencari identitas diri dan sering kali
disertai dengan menjauhkan diri dari orang tuanya. Dalam upaya
pencarian identitas diri, remaja cenderung melihat kepada
tokoh-tokoh di luar lingkungan keluarganya, yaitu : guru, figure
ideal yang terdapat di film, atau tokoh ideal.
2. Prekupasi dengan badan sendiri
Tubuh seorang remaja pada usia ini mengalami perubahan yang
cepat sekali. Perubahan-perubahan ini menjadi perhatian khusus bagi
remaja.
3. Kemampuan untuk berfikir secara abstark
Daya kemampuan berfikir seorang remaja mulai berkembang dan
dimanifestasikan dalam bentuk diskusi untuk mempertajam kepercayaan
diri.
4. Perilaku yang labil dan berubah-ubah
Remaja sering memperlihatkan perilaku yang berubah-ubah. Pada
suatu waktu tampak bertanggung jawab, tetapi dalam waktu lain
tampak masa bodoh dan tidak bertanggung jawab. Remaja merasa cemas
akan perubahan dalam dirinya. Perilaku demikian menunjukkan bahwa
dalam diri remaja terdapat konflik yang memerlukan pengertian dan
penanganan yang bijaksana.
2.3 Faktor-faktor Penyebab Gangguan Siklus Menstruasi
Penyebab Terganggunya Siklus Haid Banyak penyebab kenapa siklus
haid menjadi panjang atau sebaliknya. Penanganan kasus dengan
siklus haid yang tidak normal, tidak berdasarkan kepada panjang
atau pendeknya sebuah siklus haid, melainkan berdasarkan kelainan
yang dijumpai (Sahara, 2009):
1. Fungsi hormon
Terganggu Haid terkait erat dengan sistem hormon yang diatur di
otak, tepatnya di kelenjar hipofisa. Sistem hormonal ini akan
mengirim sinyal ke indung telur untuk memproduksi sel telur. Bila
sistem pengaturan ini terganggu, otomatis siklus haid pun akan
terganggu.
2. Kelainan Sistemik
Tubuhnya sangat gemuk atau kurus dapat mempengaruhi siklus
haidnya karena sistem metabolisme di dalam tubuhnya tak bekerja
dengan baik, atau wanita yang menderita penyakit diabetes, juga
akan mempengaruhi sistem metabolisme sehingga siklus haidnya pun
tak teratur.
3. Stress
Stress akan mengganggu sistem metabolisme di dalam tubuh, karena
stress, wanita akan menjadi mudah lelah, berat badan turun drastis,
bahkan sakit-sakitan, sehingga metabolisme terganggu. Bila
metabolisme terganggu, siklus haid pun ikut terganggu.
4. Kelenjar Gondok
Terganggunya fungsi kelenjar gondok/tiroid juga bias menjadi
penyebab idak teraturnya siklus haid. Gangguan bisa berupa produksi
kelenjar gondok yang terlalu tinggi (hipertiroid) maupun terlalu
rendah (hipertiroid), yang dapat mengakibatkan sistem hormonal
tubuh ikut terganggu.
5. Hormon prolakin
Berlebih hormon prolaktin dapat menyebabkan seorang wanita tidak
haid, karena memang hormon ini menekan tingkat kesuburan. Pada
wanita yang tidak sedang menyusui hormone prolaktin juga bisa
tinggi.
2.4 Kerangka Teoritis
Kerangka teori ini disimpulkan berdasarkan tinjauan kepustakaan
diatas yaitu menurut (Sahara, 2009):
1. Fungsi Hormon
2. (Gangguan Siklus Menstruasi pada Remaja)Kelainan Sistemik
3. Stres
4. Kelenjar Gondok
5. Hormon Prolakin
(Gambar 2.1 Kerangka TeoritisSumber: Sahara (2009))
2.6 Kerangka Konsep
(Gangguan Siklus Menstruasi pada Remaja) Variabel Independen
Variabel Dependen
1. Kelainan Sistemik
2. Stres
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian survey yang
bersifat analitik dengan pendekatan Cross Sectional, dimana
variabel bebas dan terikat diteliti pada saat yang bersamaan saat
penelitian dilakukan, yang bertujuan untuk mengetahui Faktor-faktor
yang Berhubungan dengan Gangguan Siklus Menstruasi pada Remaja
Putri di Wilayah Kerja Puskesmas Lembah Sabil Kecamatan Lembah
Sabil Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2016.
3.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Penelitian ini di laksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Lembah
Sabil Kecamatan Lembah Sabil Kabupaten Aceh Barat Daya pada tanggal
4-21 Desember 2015.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja di Wilayah
Kerja Puskesmas Lembah Sabil Kecamatan Lembah Sabil Kabupaten Aceh
Barat Daya yaitu sebanyak 428 remaja yang berada dalam 14
gampong.
(24)
3.3.2 Sampel
Menurut Notoatmodjo (2005), penarikan sampel pada penelitian ini
dengan rumus slovin sebagai berikut:
(N)
(1+N (d)²)n =
Keterangan: N : Populasi Penelitian
n : Sampel penelitian
d : Tingkat Kesalahan/ eror yang di gunakan (0,1)
(428)
(1+428 (0,1)²)n =
(428)
(1+428 (0,01))n =
(428)
( 5,28)n =
n = 81
Jadi jumlah keseluruhan yang diambil adalah sebanyak 81
responden. Pengambilan sampel dilakukan secara cluster yaitu teknik
pengambilan sampel dimana pemilihan mengacu pada kelompok bukan
pada individu.
Tabel 3. 1. Daftar Sampel Penelitian
No
Nama Desa
Jumlah Populasi
Rumus Proposi di ruangan
Sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Suka Damai
Meurandeh
Cot Baku
Meunasah Sukon
Ujong Tanoh
Ladang Tuha 2
Alue Rambot
Tokoh
Kaye Aceh
Meunasah Teungah
Padang Kelele
Gelanggang Bate
Kuta Paya
Ladang Tuha 1
33
45
46
25
15
20
48
18
29
35
31
26
5
52
33/428x81
45/428x81
46/428x81
25/428x81
15/428x81
20/428x81
48/428x81
18/428x81
29/428x81
35/428x81
31/428x81
26/428x81
5/428x81
52/428x81
6
8
9
5
3
4
9
3
5
7
6
5
1
10
Jumlah
428
81
3.4 Metode Pengumpulan Data
Setelah data dikumpulkan penulis melakukan pengolahan data
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Editing (memeriksa), yaitu data yang telah didapatkan diedit
untuk mengecek ulang atau mengoreksi untuk mengetahui
kebenaran.
2. Coding, dimana data yang telah didapat dari hasil penelitian
dikumpul dan diberi kode.
3. Tabulating data, data yang telah dikoreksi kemudian
dikelompokkan dalam bentuk tabel.
4. Transfering data, dimana data yang telah dibersihkan
dimasukkan dalam komputer kemudian data tersebut diolah dengan
program komputer.
3.5 Jenis dan Sumber Data
1. Data Primer
Data yang diperoleh dari peninjauan langsung kelapangan melalui
pengamatan dilapangan dan kuisioner yang telah disusun
sebelumnya.
2. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari Puskesmas Lembah Sabil Kecamatan Lembah
Sabil Kabupaten Aceh Barat Daya seperti data jumlah desa, jumlah
bayi, batasan wilayah dan data lainnya yang diperlukan dalam
penelitian ini.
3.6 Definisi Operasional
Tabel 1. Definisi Operasional
Variabel Independen
No
Variabel
Definisi
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala
1.
Kelainan Sistematik
Ukuran berat badan remaja
Wawancara
Kuesioner
1. Gemuk
2. Kurus
Ordinal
2.
Stress
Adanya pikiran yang berlebihan pada remaja terhadap suatu
hal
Wawancara
Kuesioner
1. Stres
2. Tidak Stres
Ordinal
Variabel Independen
1.
Gangguan Siklus Menstruasi
Gangguan datang bulan yang dialami remaja
Wawancara
Kuesioner
1.Terganggu
2.Tidak Terganggu
Ordinal
3.7 Aspek Pengukuran Variabel
Aspek pengukuran yang digunakan dalam pengukuran variabel dalam
penelitian ini adalah skala Guddman yaitu memberi skor dari nilai
tertinggi ke nilai terendah berdasarkan jawaban responden
(Notoatmodjo, 2003.).
1. Faktor Sistematik
Gemuk: jika responden mendapat skor nilai > 25,0
Kurus: jika responden mendapat skor nilai < 18,5
2. Stres
Stres: jika responden mendapat skor nilai >3
Tidak Stres: jika responden mendapat skor nilai ≤ 3
3. Gangguan Siklus Mensstruasi
Terganggu: jika responden mengalami gangguan siklus menstruasi
> 3
Tidak Terganggu: jika responden tidak mengalami gangguan siklus
menstruasi ≤ 3
3.8 Teknik Analisis Data
3.8.1 Analisis Univariat
Analisis Univariat dilakukan untuk mendapat data tentang
distribusi frekuensi dari masing-masing variabel, kemudian data ini
di sajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
3.8.2 Analisis Bivariat
Analisis ini digunakan untuk mengetahui hipotesis dengan
menentukan hubungan antara variabel independen (variabel bebas)
dengan variabel dependen (variabel terikat) dengan menggunakan uji
statistik Chi-square (X2) (Budiarto, 2003).
Kemudian untuk mengamati derajat hubungan antara variabel
tersebut akan di hitung nilai odd ratio (OR). Bila tabel 2 x 2, dan
dijumpai nilai expected (harapan) kurang dari 5, maka yang
digunakan adalah “Fisher’s Exact Test”
Analis data dilakukan dengan menggunakan perangkat computer SPSS
untuk membuktikan yaitu dengan ketentuan p value < 0,05 (Ha
diterima dan H0 ditolak) sehingga disimpulkan ada hubungan yang
bermakna.
Dalam melakukan uji Chi-Square ada syarat-syarat yang harus
dipenuhi:
1. Bila 2 x 2 dijumpai nilai expected (harapan) kurang dari 5,
maka yang digunakan adalah fisher`s test,
2. Bila 2 x 2 dan nilai E > 5, maka uji yang dipakai
sebaliknya Continiuty Corection,
3. Bila table lebih dari 2 x 2 misalnya 2 x 3, 3 x 3 dan
seterusnya, maka digunakan uji pearson Chi-square.
4. Uji ‘’ likelihood Ratio’’, biasanya digunakan untuk keperluan
lebih spesifik , misalnya analisis stratifikasi pada bidang
epidemiologi dan juga untuk mengetahui hubungan linier dua variabel
katagorik, sehingga kedua jenis ini jarang digunakan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum
Lokasi UPP (Puskesmas Lembah Sabil) terletak dijalan Teungku
Peukan Desa Meunasah Teungah Kecamatan Lembah Sabil Kabupaten Aceh
Barat Daya. Jarak Puskesmas Lembah Sabil dengan Ibu Kota Kabupaten
adalah 20 Km jalan yang ditempuh adalah jalan darat. Secara
administrasi dan geografis Puskesmas Lembah Sabil berbatas
dengan:
Sebelah Barat berbatas dengan Kecamatan Manggeng
Sebelah Timur berbatas dengan Kabupaten Labuhan Haji Barat Aceh
Selatan
Sebelah Utara berbatas dengan Kabupaten Gayo Lues
Sebelah Selatan berbatas dengan Samudra Indonesia
Puskesmas ini mempunyai wilayah kerja 14 desa yang ada di
Kecamatan Lembah Sabil yaitu:
Tabel 4.1. Cakupan Wilayah Kerja dan Penduduk Puskesmas Lembah
Sabil
Desa
Jiwa
1
Suka Damai
792
2
Meurandeh
861
3
Cot Baku
989
4
Meunasah Sukon
710
5
Ujong Tanoh
462
6
Ladang Tuha 2
849
7
Alue Rambot
928
8
Tokoh
532
9
Kaye Aceh
1129
10
Meunasah Teungah
870
11
Padang Kelele
722
12
Gelanggang Bate
619
13
Kuta Paya
112
14
Ladang Tuha I
1108
Jumlah
10.683
(30) Sumber: Puskesmas Lembah Sabil, 2015
Tabel 4.2. Data Kelengkapan Sarana Prasarana Puskesmas Lembah
Sabil, 2015
Sarana dan Prasarana
Jumlah
1
Ambulance
1 Unit
2
Sepeda Motor
8 Unit
3
Komputer
1 Unit
4
Rumah Dinas
3 Unit
5
Pustu
1 Unit
6
Poskesdes
8 Unit
7
Posyandu Plus
1 Unit
Sumber: Puskesmas Lembah Sabil, 2015
Tabel 4.3. Data Ruangan Puskesmas Lembah Sabil, 2015
Sarana dan Prasarana
Jumlah
1
Ruang Kartu
1 Unit
2
Ruang Tata Usaha
1 Unit
3
Ruang Kepala Puskesmas
1 Unit
4
Apotik
1 Unit
5
Poly Umum
1 Unit
6
MTBS
1 Unit
7
Ruang Obat
1 Unit
8
Ruang Gizi
1 Unit
9
Ruang Imunisasi
1 Unit
10
Poly Gigi
1 Unit
11
KIA
1 Unit
12
Laboratorium
1 Unit
13
Ruang Bersalin
1 Unit
14
IGD
1 Unit
15
PM 2
1 Unit
\ Sumber: Puskesmas Lembah Sabil, 2015
Tabel 4.4. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Lembah Sabil,
2015
Sarana dan Prasarana
Jumlah
1
Dokter Umum
1 Orang
2
Perawat Gigi
2 Orang
3
Bidan
13 Orang
4
Perawat
11 Orang
5
Sanitasi
1 Orang
6
Cleaning Service
1 Orang
7
Sopir
1 Orang
8
Pekarya
1 Orang
9
Analis
1 Orang
\ Sumber: Puskesmas Lembah Sabil, 2015
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Analisis Univariat
1. Umur Responden
Hasil perhitungan frekuensi dan persentase berdasarkan umur
responden dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut dibawah ini:
Tabel 4.5.Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden dengan
Gangguan Siklus Menstruasi pada Remaja Putri di Wilayah Kerja
Puskesmas Lembah Sabil Kecamatan Lembah Sabil Kabupaten Aceh Barat
Daya Tahun 2016
NOUmur Responden Frekuensi%
111-15Tahun 2024,7
216-20Tahun 3138,3
321-24Tahun 3037,0
Total 81 100
Sumber: data primer 2015
Berdasarkan tabel 4.5 di ketahui bahwa responden tertinggi yang
berumur 16-20 tahun adalah sebanyak 31 orang (38,3%), sedangkan
responden terendah yang berumur 11-15 tahun adalah sebanyak 20
orang (24,7%).
2. Pendidikan
Hasil perhitungan frekuensi berdasarkan pendidikan responden
dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut dibawah ini:
Tabel 4.6.Distribusi Frekuensi Berdasarkan pendidikan Responden
dengan Gangguan Siklus Menstruasi pada Remaja Putri di Wilayah
Kerja Puskesmas Lembah Sabil Kecamatan Lembah Sabil Kabupaten Aceh
Barat Daya Tahun 2016
NOPendidikan Frekuensi%
1SD 6 7,4
2SMP3644,4
3SMA2834,6
4Perguruan Tinggi1113,6
Total81 100
Sumber: data primer 2015
Berdasarkan tabel 4.6 dapat di ketahui bahwa responden tertinggi
yang berpendidikan SMP sebanyak 36 orang (44,4%) dan responden
terendah yang berpendidikan SD sebanyak 6 orang (7,4%).
3. Kelainan Sitemik
Hasil perhitungan frekuensi dan persentase dari variabel
kelainan sistemik dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut dibawah
ini:
Tabel 4.7.Distribusi Frekuensi Berdasarkan Faktor Kelainan
Sistemik Responden dengan Gangguan Siklus Menstruasi pada Remaja
Putri di Wilayah Kerja Puskesmas Lembah Sabil Kecamatan Lembah
Sabil Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2016
NOKelainan Sistemik Frekuensi%
1Gemuk3239,5
2Kurus4960,5
Total81 100
Sumber: data primer 2015
Berdasarkan tabel 4.7 dapat di ketahui bahwa responden yang
kelainan sistemik pada kategori gemuk adalah sebanyak 32 orang
(39,5%), sedangkan responden yang kelainan sistemik pada kategori
kurus adalah sebanyak 49 orang (60,5%).
4. Stres
Hasil perhitungan frekuensi dan persentase dari variabel sters
dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut dibawah ini:
Tabel 4.8.Distribusi Frekuensi Berdasarkan Faktor Stres
Responden dengan Gangguan Siklus Menstruasi pada Remaja Putri di
Wilayah Kerja Puskesmas Lembah Sabil Kecamatan Lembah Sabil
Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2016
NO Stres Frekuensi%
1Stres3442,0
2Tidak Stres4758,0
Total81 100
Sumber: data primer 2015
Berdasarkan tabel 4.8 dapat di ketahui bahwa responden yang
mengalami stres adalah sebanyak 34 orang (42,0%), sedangkan
responden yang tidak mengalami stres adalah sebanyak 47 orang
(58,0%).
5. Gangguan Siklus Mesntruasi
Hasil perhitungan frekuensi dan persentase dari variabel
gangguan siklus menstruasi dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut
dibawah ini:
Tabel 4.9.Distribusi Frekuensi Berdasarkan Gangguan Siklus
Menstruasi pada Remaja Putri di Wilayah Kerja Puskesmas Lembah
Sabil Kecamatan Lembah Sabil Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun
2016
NO Gangguan Siklus Menstruasi Frekuensi%
1Terganggu 4555,6
2Tidak Terganggu 3644,4
Total 81 100
Sumber: data primer 2015
Berdasarkan tabel 4.9 dapat di ketahui bahwa responden yang
mengalami gangguan siklus menstruasi adalah sebanyak 45 orang
(55,6%), sedangkan responden yang tidak mengalami gangguan siklus
menstruasi adalah sebanyak 36 orang (44,4%).
Tabel 4.10.Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden
terhadap Gangguan Siklus Menstruasi pada Remaja Putri di Wilayah
Kerja Puskesmas Lembah Sabil Kecamatan Lembah Sabil Kabupaten Aceh
Barat Daya Tahun 2016
Umur Gangguan Siklus Menstruasi Total
RespondenTerganggu Tidak Terganggu
n % n % n%
11-15 Tahun 9 45,0 1155,020100
16-20 Tahun17 54,3 1445,731100
21-24 Tahun19 63,3 1136,730100
Jumlah45 55,63644,481100
Sumber : data primer 2015
4.2.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan variabel independen
dan dependen. Pengujian ini menggunakan uji chi-square. Dimana ada
hubungan yang bermakna secara statistik jika diperoleh nilai pvalue
< 0,05.
a. Hubungan Faktor Kelainan Sistemik dengan Gangguan Siklus
Menstruasi
Tabel 4.11.Faktor Kelainan Sistemik yang Berhubungan dengan
Gangguan Siklus Menstruasi pada Remaja Putri di Wilayah Kerja
Puskesmas Lembah Sabil Kecamatan Lembah Sabil Kabupaten Aceh Barat
Daya Tahun 2016
Kelainan Gangguan Siklus Menstruasi Total
SistemikTerganggu Tidak Terganggu Pvalue OR
n%n% n%
Gemuk 2475,0 825,0321000,009 4,0
Kurus21 42,92857,149100 (1,5-10,6)
Jumlah4555,63644,481100
Sumber : data primer 2015
Berdasarkan tabel 4.11 diketahui bahwa dari 32 responden yang
kelainan sistemik pada kategori gemuk, sebanyak 24 orang (75,0%)
yang mengalami gangguan siklus menstruasi dan sebanyak 8 orang
(25,0%) yang tidak mengalami gangguan siklus menstruasi. Sedangkan
dari 49 responden yang kelainan sistemik pada kategori kurus,
sebanyak 21 orang (42,9%) yang mengalami gangguan siklus menstruasi
dan sebanyak 28 orang (57,1%) yang tidak mengalami gangguan siklus
menstruasi.
Berdasakan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue = 0,009 dan
ini lebih kecil dari α = 0,05 (Pvalue = 0,009 < α = 0,05) yaitu
Ha di terima dan Ho ditolak, sehingga diuraikan terdapat hubungan
yang signifikan antara faktor kelainan sistemik dengan Gangguan
Siklus Menstruasi pada Remaja di Wilayah Kerja Puskesmas Lembah
Sabil Kecamatan Lembah Sabil Kabupaten Aceh Barat Daya.
Berdasarakan hasil OR 4,0 dapat disimpulkan bahwa responden yang
merasa memiliki kelainan sistemik gemuk akan berpeluang sebanyak
4,0 kali untuk mengalami gangguan siklus menstruasi dibandingkan
responden yang kurus.
b. Hubungan Faktor Stres dengan Gangguan Siklus Menstruasi
Tabel 4.12.Faktor Stres yang Berhubungan dengan Gangguan Siklus
Menstruasi pada Remaja Putri di Wilayah Kerja Puskesmas Lembah
Sabil Kecamatan Lembah Sabil Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun
2016
Stres Gangguan Siklus Menstruasi Total
Terganggu Tidak Terganggu Pvalue OR
n%n% n%
Stres 2676,5 823,5341000,003 4,7
Tidak Stres19 40,42859,647100 (1,7-12,8)
Jumlah4555,63644,481100
Sumber : data primer 2015
Berdasarkan tabel 4.12 diketahui bahwa dari 34 responden yang
mengalami stres, sebanyak 26 orang (76,5%) yang mengalami gangguan
siklus menstruasi dan sebanyak 8 orang (23,5%) yang tidak mengalami
gangguan siklus menstruasi. Sedangkan dari 47 responden yang
mengalami tidak stres, sebanyak 19 orang (40,4%) yang mengalami
gangguan siklus menstruasi dan sebanyak 28 orang (59,6%) yang tidak
mengalami gangguan siklus menstruasi.
Berdasakan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue = 0,003 dan
ini lebih kecil dari α = 0,05 (Pvalue = 0,003 < α = 0,05) yaitu
Ha di terima dan Ho ditolak, sehingga diuraikan terdapat hubungan
yang signifikan antara faktor Stres dengan Gangguan Siklus
Menstruasi pada Remaja di Wilayah Kerja Puskesmas Lembah Sabil
Kecamatan Lembah Sabil Kabupaten Aceh Barat Daya.
Berdasarakan hasil OR 4,7 dapat disimpulkan bahwa responden yang
mengalami stres akan berpeluang sebanyak 4,7 kali untuk mengalami
gangguan siklus menstruasi dibandingkan responden yang tidak
mengalami stres.
4.3 Pembahasan
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui
faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan siklus menstruasi
pada remaja putri di Wilayah Kerja Puskesmas Lembah Sabil Kecamatan
Lembah Sabil Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2016. Variabel yang
diteliti dalam penelitian ini adalah variabel independen yaitu
variabel Gangguan sistematik dan Stres, dengan variabel dependen
yaitu dengan gangguan siklus menstruasi.
4.3.1 Hubungan Faktor Kelainan Sistemik dengan Gangguan Siklus
Mestruasi
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa terdapatnya
hubungan yang signifikan antara faktor kelainan sistemik dengan
Gangguan Siklus Menstruasi pada Remaja putri di Wilayah Kerja
Puskesmas Lembah Sabil Kecamatan Lembah Sabil Kabupaten Aceh Barat
Daya Tahun 2016., dimana dari 32 responden yang kelainan sistemik
pada kategori gemuk, sebanyak 24 orang (75,0%) yang mengalami
gangguan siklus menstruasi dan sebanyak 8 orang (25,0%) yang tidak
mengalami gangguan siklus menstruasi. Sedangkan dari 49 responden
yang kelainan sistemik pada kategori kurus, sebanyak 21 orang
(42,9%) yang mengalami gangguan siklus menstruasi dan sebanyak 28
orang (57,1%) yang tidak mengalami gangguan siklus menstruasi.
Berdasakan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue = 0,009 dan
ini lebih kecil dari α = 0,05 (Pvalue = 0,009 < α = 0,05)
sehingga diuraikan terdapat hubungan yang signifikan antara faktor
kelainan sistemik dengan Gangguan Siklus Menstruasi pada Remaja di
Wilayah Kerja Puskesmas Lembah Sabil Kecamatan Lembah Sabil
Kabupaten Aceh Barat Daya.
Berdasarkan pengamatan peneliti dilapangan peneliti menemukan
bahwa responden yang yang gemuk lebih banyak mengalami gangguan
siklus menstruasi karena mereka jarang melakukan oleh raga,
sehingga tidak ada pergerakan dalam tubuh mereka yang mengakibatkan
terjadinya gangguan sikluss menstruasi, sedangkan responden yang
gemuk akan tetapi tidak mengalami gangguan siklus menstruasi karena
mereka rutin melakukan oleh raga seperti lari pagi dan sore,
ssehingga mereka tidak mengalami gangguan siklus menstruasi.
Selanjutnya responden yang kurus lebih sedikit mengalami
gangguan siklus menstruasi karena mereka tidak memiliki timbunan
kadar lemak yang berlebihan, sehingga sistem metabolisme didalam
tubuh tetap stabil tidak meglami ganggua. Sedangkan responden yang
kurus akan tetapi mengalami gangguan siklus menstruasi karena
mereka banyak melakukan pekerjaan atau banyak memikirkan sesuatu
secara berlebihan hal ini akan mengakibat terjadinya gangguan
siklus mestruasi
Menurut Sahara (2009) Tubuhnya sangat gemuk atau kurus dapat
mempengaruhi siklus haidnya karena sistem metabolisme di dalam
tubuhnya tak bekerja dengan baik, atau wanita yang menderita
penyakit diabetes, juga akan mempengaruhi sistem metabolisme
sehingga siklus haidnya pun tak teratur.
Hasil penelitian Andnyani (2011) Analisa data didapatkan nilai
p=0,000 < α=0,05 dan nilai C (coifisien contingency) = 0,490
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan signifikan antara
berat badan dengan siklus menstruasi pada remaja putri kelas X di
SMA PGRI 4 Denpasar.
4.3.2 Hubungan Faktor Stres dengan Gangguan Siklus
Menstruasi
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa terdapatnya
hubungan yang signifikan antara faktor Stres dengan Gangguan Siklus
Menstruasi pada Remaja Putri di Wilayah Kerja Puskesmas Lembah
Sabil Kecamatan Lembah Sabil Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2016.,
dimana dari 34 responden yang mengalami stres, sebanyak 26 orang
(76,5%) yang mengalami gangguan siklus menstruasi dan sebanyak 8
orang (23,5%) yang tidak mengalami gangguan siklus menstruasi.
Sedangkan dari 47 responden yang mengalami tidak stres, sebanyak 19
orang (40,4%) yang mengalami gangguan siklus menstruasi dan
sebanyak 28 orang (59,6%) yang tidak mengalami gangguan siklus
menstruasi.
Berdasakan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue = 0,003 dan
ini lebih kecil dari α = 0,05 (Pvalue = 0,003 < α = 0,05)
sehingga diuraikan terdapat hubungan yang signifikan antara faktor
Stres dengan Gangguan Siklus Menstruasi pada Remaja di Wilayah
Kerja Puskesmas Lembah Sabil Kecamatan Lembah Sabil Kabupaten Aceh
Barat Daya.
Berdasarkan pengamatan peneliti dilapangan peneliti menemukan
bahwa responden yang mengalami stres lebih banyak mengalami
gangguan siklus menstruasi karena mereka terlalu banyak memikirkan
sesuatu sehingga mereka merasa tidak sehat, cepat lelah dan malas
melakukan oleh raga. Keadaan mereka yang seperti membuat mereka
sakit sehingga metabolisme mereka tergangguan dan akan berakibat
pada terganggunya siklus menstruasi mereka. Sedangkan responden
yang stres akan tetapi tidak mengalami gangguan siklus menstruasi
karena disaat mereka banyak pikiran mereka lebih sering melakukan
olah raga atau hal-hal positif yang dapat menghilangkan stres
mereka. Hal ini sangat baik karena tidak menganggu metabolisme di
saat stres dan terhindar dari gangguan siklus mentsruasi.
Selanjutnya responden yang tidak stres lebih banyak tidak
mengalami gangguan siklus menstruasi karena mereka melakukan
aktifitas seperti biasa, makan seperti biasa dan melakukan oleh
raga seperti biasa sehingga mereka memilki metabolisme yang baik
sehingga terhindar dari gangguan siklus menstruasi. Sedangkan
responden yang tidak stres tetapi mengalami gangguan siklus
menstruasi karena mereka kurang sehat atau sakit, sehingga badan
mereka lemas, mudah lelah yang mengakibatkan metabolisme meraka
terganggu sehingga mengalami gangguan siklus menstruasi.
Stres adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh transaksi antara
individu dengan lingkungan yang menimbulkan persepsi jarak antara
tuntutan yang berasal dari situasi dan sumber daya sistem biologis,
psikologis dan sosial dari seseorang. Stress yang dialami seseorang
tidak saja yang bersangkutan mengeluh secara subyektif bagaimana
diuraikan pada tahapan stres. (Hawari, 2008).
Hasil penelitian Mulastin (2011) hasilnya dengan tehnik sampling
bahwa menurut responden dengan umur 21-25 tahun sebanyak 25 orang
(40,3%), umur 26-30 tahun sebanyak 29 (46,8%) dan umur 31-35 tahun
sebanyak 8 (12,9). Dengan hasil penelitian sebagian besar responden
mengalami stres dengan siklus normal sebanyak 36 (58,1%) dan
sebagian kecil mengalami stres dengan siklus tidak normal sebanyak
26 orang (41,9%). Penelitian terdapat hubungan antara stres dengan
siklus menstruasi. Diharapkan agar lebih meningkatkan dan
memotivasi diri tentang pentingnya kesehatan reproduksi yang
berkaitan dengan stres dengan siklus menstruasi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Adanya hubungan yang signifikan antara faktor Kelainan
Sistematik dengan Gangguan Siklus Menstruasi (Pvalue = 0,009 < α
= 0,05)
2. Adanya hubungan yang signifikan antara faktor Stres dengan
Gangguan Siklus Menstruasi (Pvalue = 0,003 < α = 0,05)
5.2 Saran
1. Diharapkan kepada petugas Puskesmas Lembah Sabil agar dapat
memberikan informasi bagi para remaja tentang cara menghindari
gangguan siklus menstruasi dan cara menjaga agar menstruasi dapat
lancar dan teratur setiap bulannya dengan menjaga kesehatan
reproduksi.
2. Diharapkan kepada petugas Dinas Kesehatan Aceh Barat Daya
agar dapat lebih mensosialisasikan masalah kesehatan reproduksi
bagi seluruh remaja, baik dari menjaga berat badan dan banyak
melakukan kegiatan positif dan olah raga sehingga terhindar dari
stres.
3. Kepada para remaja agar dapat memperhatikan kesehatan
pencernaan pada diri sendiri, memperhatikan berat badan dan lebih
banyak melakukan hal yang baik dan tidak membuat stres karena
dengan demikian akan terhindar dari gangguan siklus menstruasi
(42)
DAFTAR PUSTAKA
Andriani, R., 2013. Gambaran Perilaku Penjual Peptisida di Desa
Ujong Baroh Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. Skripsi.
Universitas Teuku Umar : Meulaboh.
Baziad, Ali., 2009, Obsetri dan Ginekologi, Perkumpulan Obsetri
dan Ginekologi, Jakarta.
Bobak , L. 2004. Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC
Christiany. 2006. Hubungan status gizi, asupan zat gizi mikro
(Kalsium, Magnesium) dengan sindroma premenstruasi pada remaja
putri SMU Sejahtera di Surabaya. Penerbit, [Yogyakarta] :
Universitas Gadjah Mada
Dinkes Aceh Barat Daya. 2012. Profil Kesehatan Aceh Barat Daya
Tahun 2011. Aceh.
____________________. 2013. Profil Kesehatan Aceh Barat Daya
Tahun 2012. Aceh.
Dinkes Aceh. 2012. Profil Kesehatan Aceh Tahun 2011. Aceh
__________. 2013. Profil Kesehatan Aceh Tahun 2012. Aceh
Ganong, W. F. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ganong. Edisi
22, Jakarta:EGC .
Hawari, D. 2013. Manejemen Stres Cemas dan Depresi, Jakarta:
FKUI.
Hill, J., Nelson, E., Tilman, D., Polasky, S., Tiffany, D.
(2006), Environmental, economic, and energetic costs and benefit of
biodiesel and ethanol biofuel, PNAS, 103(30), 11206-11210.
Kemenkes RI. 2011. Data Masalah Menstruasi di Indonesia Tahun
2010. Jakarta
________________. Data Masalah Menstruasi di Indonesia Tahun
2011. Jakarta
________________. Data Masalah Menstruasi di Indonesia Tahun
2012. Jakarta
Kusmiran, E. 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita,
Jakarta: Salemba Medika.
Manuaba dkk. 2010. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita:
Arca;
Manuaba, IBG, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan
KB. Jakarta : EGC
Mulastin. 2011. Hubungan Stres Dengan Siklus Menstruasi Pada
Wanita Pekerja Di Desa Pelemkerep Kecamatan Mayong Kabupaten
Jepara. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Notoadmodjo, S. 2005. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Prinsip-prinsip
Dasar. Rineka Cipta. Jakarta.
Prawirohardjo, sarwono.2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP
Puskesmas Lembah Sabil. 2015. Data Kesehatan Puskesmas Lembah
Sabil. Lembah Sabil.
Puspitorini, Hakimi, Emilia. 2007. Obesitas sebagai Faktor
Risiko Terjadinya Premenstrual Syndrome pada Mahasiswa Akademi
Kebidanan PemerintahKabupaten Kudus. Berita Kedokteran Masyarakat .
Vol 23 No. 1 Halaman 6-11.
Supariasa, dkk. 2001. Penilaian Status Gizi. Buku Kedokteran
EGC. Jakarta
Syaifuddin, 2006, Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan,
Edisi 3, Editor Monica Ester, Jakarta : EGC
Wiknjosastro, Hanifa, 2007, Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP-SP
KUISIONER
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN SIKLUS
MENSTRUASI PADA REMAJA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
LEMBAH SABIL KECAMATAN LEMBAH SABIL
KABUPATEN ACEH BARAT DAYA
I. Karakteristik Responden
Inisial:
Umur Remaja:
Berat badan:
Pendidikan: SD /MI, SMP/MTsN= Rendah
SMA/MAN = Menengah
Perguruan Tinggi (PT) = Tinggi
Berat Badan :Gemuk = < 25,0
Kurus = > 18,5
Stres
1. Apakah Anda banyak pikiran saat ini?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah anda memiliki masalah yang belum selesai hingga saat
ini?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah anda mengalami ke kawatiran yang berlebihan?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah anda mengalami rasa sakut yang berlebihan?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah anda sering memikirkan hal-hal yang anda alami
sehari-hari?
a. Ya
b. Tidak
6. Apakah anda terlalu memikir setiap masalah yang ada?
a. Ya
b. Tidak
Gangguan Siklus
1. Apakah Anda pernah mengalami menstruasi selama kurang dari 23
hari?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah anda pernah mengalami menstruasi dalam jangka
panjang?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah Anda pernah tidak mengalami menstruasi selama kurang
dari 3 bulan berturut-turut?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah anda tidak biasanya mengalami menstruasi yang tidak
teratur selama 3 bulan berturut-turut?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah Anda pernah mengalami menstruasi selama 21 hari?
a. Ya
b. Tidak
6. Apakah anda pernah mengalami mestruasi dalam jangka
pendek?
a. Ya
b. Tidak
TABEL SKOR
NO
Variabel yang diteliti
No. urut pertanyaan
Bobot Skor
Rentang
a
b
1
Faktor Sistematik
Gemuk : < 25,0
Kurus : > 18,5
2
Stres
1
2
3
4
5
6
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
6 - 0
= 3
2
Stres : > 3
Tidak Stres: ≤ 3
4
Gangguan Siklus Menstruasi
1
2
3
4
5
6
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
6 - 0
= 3
2
Terganggu : > 3
Tidak Terganggu: ≤ 3