Top Banner
5/28/2018 ITS-paper-26812-3608100060-Paper-slidepdf.com http://slidepdf.com/reader/full/its-paper-26812-3608100060-paper 1/6 1  Abstrak—Sebagaimana dipahami bahwa kabupaten Sumenep merupakan salah satu wilayah di Pulau Madura yang memiliki potensi sumber daya alam yang dapat dikembangkan dan dimanfatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu potensi sumberdaya alam yang dimiliki terletak pada sektor pertanian. Adanya pertumbuhan penduduk yang relatif cukup tinggi dan tuntutan peningkatan taraf hidup masyarakat, maka kebutuhan untuk memanfaatkan kawasan agropolitan menjadi tinggi pula. Agroindustri merupakan salah satu rangkaian pengembangan kawasan agropolitan dan merupakan bagian integral dari pembangunan sektor pertanian. Efek agroindustri mampu mentransformasikan produk primer ke produk olahan sehingga dapat memberi nilai tambah terhadap produk hasil pertanian. Penelitian ini dilakukan dengan menentukan komoditas unggulan pada tiap-tiap kecamatan yang ada di Kabupaen Sumenep, serta menentukan faktor-faktor yang menjadi prioritas dalam pengembangan agroindustri, kemudian mengelompokkan kecamatan-kecamatan yang mempunyai karakteristik sama. Tahap terakhir penelitian ini adalah menentukan/merumuskan arahan yang tepat untuk pengembangan wilayah berbasis agroindustri di Kabupaten Sumenep sesuai dengan jenis dan bentuk kegiatan agroindustri yang dapat dikembangkan di wilayah Kabupaten Sumenep. Teknik analisa yang digunakan untuk mencapai sasaran pertama adalah analisis LQ dan shiftshare, sehingga dapat ditentukan komoditas yang menjadi komoditas unggulan di Kabupaten Sumenep. Analisa selanjutnya menggunakan analisi AHP untuk mencari faktor prioritas dalam pengembangan wilayah berbasis agroindustri di Kabupaten Sumenep. Dari hasil analisi AHP, faktor-faktor yang menjadi prioritas tersebut di analisa menggunakan analisis cluster sehinnga terbentuk kelompok wilayah yang mempunyai kesamaan karakteristik. Hasil dari analisa ketiga sasaran tersebut digunakan untuk merumuskan arahan yang tepat untuk pengembangan wilyah berbasis agroindustri di Kabupaten Sumenep  Kata Kunci —Agroindustri, pengembangan wilayah. I. PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam upaya mencapai keberhasilan tujuan  pembangunan wilayah saat ini, secara umum kita dihadapkan pada banyak tantangan yang sangat berbeda sifatnya dibandingkan pada masa-masa yang lalu. Tantangan pertama berkaitan dengan kondisi eksternal seperti perkembangan internasional yang berhubungan dengan liberalisasi arus investasi dan perdagangan global. Sedangkan yang kedua bersifat internal, yaitu yang  berkaitan dengan perubahan kondisi makro maupun mikro dalam negeri. Tantangan internal disini dapat meliputi transformasi struktur ekonomi, masalah migrasi spasial dan sektoral, ketahanan pangan, masalah ketersediaan lahan pertanian, masalah investasi dan permodalan, masalah iptek, SDM, lingkungan dan masih banyak lagi (Andri, 2006). Integrasi antara konsep agroindustri dan  pembangunan wilayah menjadi penting keterkaitannya dalam penyediaan dan penyaluran sarana produksi,  penyediaan dana dan investasi, teknologi, serta dukungan sistem tataniaga dan perdagangan yang efektif. Pengembangan agroindustri pada dasarnya diharapkan selain memacu pertumbuhan tingkat ekonomi, juga sekaligus diarahkan untuk meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan petani. Untuk mengaktualisasikan secara optimal strategi tersebut di atas, Perumusan perencanaan  pembangunan pertanian, perlu disesuaikan dengan karakteristik wilayah dan ketersediaan teknologi tepat guna. Sehingga alokasi sumberdaya dan dana yang terbatas dapat menghasilkan output yang optimal, yang  pada gilirannya akan berdampak positif terhadap  pembangunan wilayah. Di samping nilai tambah produksi wilayah akan meningkat, industrialisasi juga akan mencegah berkembangnya pengangguran terdidik, dan mendorong mereka untuk tetap bekerja dan berpartisipasi dalam pembangunan daerahnya, sebagai pusat-pusat  pertumbuhan (Andri, 2006). Kegiatan agroindustri merupakan bagian integral dari pembangunan sektor pertanian. Efek agroindustri mampu mentransformasikan produk primer ke produk olahan sekaligus budaya kerja bernilai tambah rendah menjadi budaya kerja industrial modern yang menciptakan nilai tambah tinggi (Suryana, 2005). Salah satu kebijakan umum pembangunan bidang  pertanian dalam RPJMD Kab. Sumenep tahun 2011-2015 yaitu revitalisasi sektor pertanian dengan cara meningkatkan produktifitas, daya saing dan nilai tambah  produk pertanian. Meski Kabupaten Sumenep memiliki  potensi sumber daya alam di sektor pertanian yang besar, tetapi pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam tersebut umumnya masih kurang memberikan manfaat yang nyata bagi masyarakat, khususnya masyarakat lokal dan masyarakat miskin. (RPJMD Kab. Sumenep tahun 2011-2015). Pembangunan di wilayah Kabupaten Sumenep masih dihadapkan pada sejumlah situasi problematik seperti; masih adanya penduduk atau keluarga miskin, kualitas sumber daya manusia yang relatif belum terlampau tinggi, adanya wilayah yang relatif terisolasi, khususnya wilayah kepulauan dan ditambah lagi posisi geografis wilayah yang relatif jauh dari sumber-sumber  produksi dan pusat pertumbuhan ekonomi serta sejumlah  problematika yang lain. Menurut data dari Dinas Sosial Kab. Sumenep tahun 2009 masih tercatat keluarga fakir miskin sebanyak 43. 237 jiwa. Menyadari kondisi ini, maka perlu adanya upaya pengembangan potensi sumber daya alam dan potensi sosial-ekonomi yang dimiliki selama ini masih belum dapat dilakukan secara optimal. Selanjutnya, agar upaya menciptakan kesejahteraan masyarakat dan membangun Kabupaten Sumenep dapat dilakukan secara optimal dan lebih terarah sesuai dengan  potensi yang ada pada sektor pertanian maka salah satu cara yang dapat dilakukan adalah melalui pengembangan wilayah berbasis agroindustri. Pembentukan PDRB menurut harga konstan tahun 2006-2010 paling besar disokong oleh sektor  pertanian yang meliputi; tanaman bahan pangan, tanaman  perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Pada tahun 2008 sektor ini menyumbang PDRB atas dasar harga Penulis P. Maulina Oktavia, dan Dosen P. Eko Budi Santoso Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111  E-mail penulis P: [email protected]  , E-mail dosen P: [email protected] 
6

ITS-paper-26812-3608100060-Paper

Oct 19, 2015

Download

Documents

Pendekatan AHP
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 1

    AbstrakSebagaimana dipahami bahwa kabupaten Sumenep merupakan salah satu wilayah di Pulau Madura yang memiliki potensi sumber daya alam yang dapat dikembangkan dan dimanfatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu potensi sumberdaya alam yang dimiliki terletak pada sektor pertanian. Adanya pertumbuhan penduduk yang relatif cukup tinggi dan tuntutan peningkatan taraf hidup masyarakat, maka kebutuhan untuk memanfaatkan kawasan agropolitan menjadi tinggi pula. Agroindustri merupakan salah satu rangkaian pengembangan kawasan agropolitan dan merupakan bagian integral dari pembangunan sektor pertanian. Efek agroindustri mampu mentransformasikan produk primer ke produk olahan sehingga dapat memberi nilai tambah terhadap produk hasil pertanian. Penelitian ini dilakukan dengan menentukan komoditas unggulan pada tiap-tiap kecamatan yang ada di Kabupaen Sumenep, serta menentukan faktor-faktor yang menjadi prioritas dalam pengembangan agroindustri, kemudian mengelompokkan kecamatan-kecamatan yang mempunyai karakteristik sama. Tahap terakhir penelitian ini adalah menentukan/merumuskan arahan yang tepat untuk pengembangan wilayah berbasis agroindustri di Kabupaten Sumenep sesuai dengan jenis dan bentuk kegiatan agroindustri yang dapat dikembangkan di wilayah Kabupaten Sumenep. Teknik analisa yang digunakan untuk mencapai sasaran pertama adalah analisis LQ dan shiftshare, sehingga dapat ditentukan komoditas yang menjadi komoditas unggulan di Kabupaten Sumenep. Analisa selanjutnya menggunakan analisi AHP untuk mencari faktor prioritas dalam pengembangan wilayah berbasis agroindustri di Kabupaten Sumenep. Dari hasil analisi AHP, faktor-faktor yang menjadi prioritas tersebut di analisa menggunakan analisis cluster sehinnga terbentuk kelompok wilayah yang mempunyai kesamaan karakteristik. Hasil dari analisa ketiga sasaran tersebut digunakan untuk merumuskan arahan yang tepat untuk pengembangan wilyah berbasis agroindustri di Kabupaten Sumenep Kata KunciAgroindustri, pengembangan wilayah.

    I. PENDAHULUAN Latar Belakang

    Dalam upaya mencapai keberhasilan tujuan pembangunan wilayah saat ini, secara umum kita dihadapkan pada banyak tantangan yang sangat berbeda sifatnya dibandingkan pada masa-masa yang lalu. Tantangan pertama berkaitan dengan kondisi eksternal seperti perkembangan internasional yang berhubungan dengan liberalisasi arus investasi dan perdagangan global. Sedangkan yang kedua bersifat internal, yaitu yang berkaitan dengan perubahan kondisi makro maupun mikro dalam negeri. Tantangan internal disini dapat meliputi transformasi struktur ekonomi, masalah migrasi spasial dan sektoral, ketahanan pangan, masalah ketersediaan lahan pertanian, masalah investasi dan permodalan, masalah iptek, SDM, lingkungan dan masih banyak lagi (Andri, 2006).

    Integrasi antara konsep agroindustri dan pembangunan wilayah menjadi penting keterkaitannya dalam penyediaan dan penyaluran sarana produksi, penyediaan dana dan investasi, teknologi, serta dukungan

    sistem tataniaga dan perdagangan yang efektif. Pengembangan agroindustri pada dasarnya diharapkan selain memacu pertumbuhan tingkat ekonomi, juga sekaligus diarahkan untuk meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan petani. Untuk mengaktualisasikan secara optimal strategi tersebut di atas, Perumusan perencanaan pembangunan pertanian, perlu disesuaikan dengan karakteristik wilayah dan ketersediaan teknologi tepat guna. Sehingga alokasi sumberdaya dan dana yang terbatas dapat menghasilkan output yang optimal, yang pada gilirannya akan berdampak positif terhadap pembangunan wilayah. Di samping nilai tambah produksi wilayah akan meningkat, industrialisasi juga akan mencegah berkembangnya pengangguran terdidik, dan mendorong mereka untuk tetap bekerja dan berpartisipasi dalam pembangunan daerahnya, sebagai pusat-pusat pertumbuhan (Andri, 2006).

    Kegiatan agroindustri merupakan bagian integral dari pembangunan sektor pertanian. Efek agroindustri mampu mentransformasikan produk primer ke produk olahan sekaligus budaya kerja bernilai tambah rendah menjadi budaya kerja industrial modern yang menciptakan nilai tambah tinggi (Suryana, 2005).

    Salah satu kebijakan umum pembangunan bidang pertanian dalam RPJMD Kab. Sumenep tahun 2011-2015 yaitu revitalisasi sektor pertanian dengan cara meningkatkan produktifitas, daya saing dan nilai tambah produk pertanian. Meski Kabupaten Sumenep memiliki potensi sumber daya alam di sektor pertanian yang besar, tetapi pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam tersebut umumnya masih kurang memberikan manfaat yang nyata bagi masyarakat, khususnya masyarakat lokal dan masyarakat miskin. (RPJMD Kab. Sumenep tahun 2011-2015).

    Pembangunan di wilayah Kabupaten Sumenep masih dihadapkan pada sejumlah situasi problematik seperti; masih adanya penduduk atau keluarga miskin, kualitas sumber daya manusia yang relatif belum terlampau tinggi, adanya wilayah yang relatif terisolasi, khususnya wilayah kepulauan dan ditambah lagi posisi geografis wilayah yang relatif jauh dari sumber-sumber produksi dan pusat pertumbuhan ekonomi serta sejumlah problematika yang lain. Menurut data dari Dinas Sosial Kab. Sumenep tahun 2009 masih tercatat keluarga fakir miskin sebanyak 43. 237 jiwa. Menyadari kondisi ini, maka perlu adanya upaya pengembangan potensi sumber daya alam dan potensi sosial-ekonomi yang dimiliki selama ini masih belum dapat dilakukan secara optimal. Selanjutnya, agar upaya menciptakan kesejahteraan masyarakat dan membangun Kabupaten Sumenep dapat dilakukan secara optimal dan lebih terarah sesuai dengan potensi yang ada pada sektor pertanian maka salah satu cara yang dapat dilakukan adalah melalui pengembangan wilayah berbasis agroindustri.

    Pembentukan PDRB menurut harga konstan tahun 2006-2010 paling besar disokong oleh sektor pertanian yang meliputi; tanaman bahan pangan, tanaman perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Pada tahun 2008 sektor ini menyumbang PDRB atas dasar harga

    Penulis P. Maulina Oktavia, dan Dosen P. Eko Budi Santoso Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi

    Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111

    E-mail penulis P: [email protected], E-mail dosen P: [email protected]

  • 2 konstan mencapai sebesar 50,88%, tahun 2009 menurun menjadi 50,22% dan tahun 2010 sebesar 48,67%. Dari data yang ada selama tiga tahun terakhir terlihat bahwa kontribusi sektor ini mengalami penurunan. Dilihat dari sumbangan PDRB ini maka dapat menggambarkan bagaimana sub sektor pertanian merupakan sisi yang penting di kabupaten Sumenep karena prosentasenya rata-rata mencapai 50%. Berpangkal pada besarnya sumbangan sektor ini pada PDRB, maka pembangunan yang dilaksanakan tidak bisa mengabaikan sub sektor ini. Di sisi lain sektor ini sebagian besar diusahakan dan ditekuni oleh penduduk. Di berbagai wilayah kecamatan tidak sulit menemukan berbagai jenis tanaman pertanian yang diusahakan oleh penduduk, baik di daerah daratan maupun di kepulauan.

    Namun pada sektor industri pengolahan makanan, minuman dan tembakau, sumbangan pada PDRB hanya sebesar 1.85 %. Persentase ini relatif stabil dari tahun 2008-2010.(Badan Pusat Statistik, Kab. Sumenep tahun 2011).

    Sehubungan dengan permasalahan di atas perlu adanya pengembangan agroindustri karena melihat besarnya potensi pada sektor pertanian di wilayah Kab. Sumenep. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan nilai tambah produk pertanian melalui industri berbasis pertanian (agro-industri). Dengan kata lain melalui pengembangan industri hilir untuk meningkatkan permintaan pasar, bail lokal, domestik maupun pasar mancanegara.

    Rumusan Masalah

    Dari uraian latar belakang, maka pertanyaan penelitian ini adalah: Apa saja faktor-faktor pengembangan agroindustri

    dalam kaitannya dengan pengembangan wilayah di Kabupaten Sumenep?

    Bagaimana arahan yang tepat dalam pengembangan wilayah berbasis agroindustri di Kabupaten Sumenep?

    Tujuan dan Sasaran Tujuan penelitian ini adalah merumuskan arahan

    pengembangan wilayah berbasis agroindustri di Kab. Sumenep. Adapun sasaran yang ingin dicapai dari penenlitian ini adalah: 1. Menentukan komoditas unggulan pada tiap-tiap

    kecamatan di Kab. Sumenep. 2. Menentukan prioritas pengembangan wilayah

    berbasis agroindustri di Kab. Sumenep. 3. Mengelompokkan kecamatan-kecamatan dalam

    cluster-cluster agroindustri di wilayah Kab. Sumenep. 4. Merumuskan arahan pengembangan wilayah berbasis

    agroindustri di Kab. Sumenep pada masing-masing tipologi.

    Lingkup Penelitian

    Lokasi penelitian ini adalah Kabupaten Sumenep dengan luas sekitar 2.506,91 km2. Kab. Sumenep mempunyai wilayah daratan dan kepulauan. Secara administratif, batas wilayah Kabupaten Sumenep adalah sebagai berikut: - Sebelah Utara berbatasan dengan laut jawa, - Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Jawa/Laut

    Flores, - Sebelah Selatan berbatasan dengan Selat madura, dan

    - Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Pamekasan.

    Ruang lingkup pembahasan dalam studi ini adalah materi yang berkaitan dengan pembangunan wilayah. Indikator-indikator yang digunakan disesuaikan dengan komponen-komponen komponen pengembangan wilayah (khususnya yang berhubungan dengan agroindustri).

    Substansi ilmu yang digunakan pada penelitian ini sebagai landasan teori yaitu konsep/ilmu pengembangan wilayah dan agroindustri.

    Manfaat Penelitian

    Penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya pengetahuan tentang pengembangan wilayah berbasis agropolitan dan bagaimana prinsip-prinsip agroindustri serta melengkapi penelitian penelitian dan teori-teori yang telah ada sebelumnya.

    Manfaat praksis dari penelitian ini adalah dapat memberikan masukan kepada Pemerintah Kabupaten Sumenep terkait dengan pengembangan sektor pertanian sebagai leading sector sebagai upaya pengembangan wilayah Kabupaten Sumenep melalui peningkatan industri berbasi pertanian (agroindustri).

    II. TINJAUAN PUSTAKA Pengembangan Wilayah Pengembangan wilayah pada dasarnya mempunyai tujuan agar suatu wilayah berkembang menuju tingkat perkembangan yang diinginkan. Pengembangan wilayah dilaksanakan melalui optimasi pemanfaatan sumberdaya yang dimiliki secara harmonis, serasi, dan terpadu melalui pendekatan yang bersifat terpadu dan komprehensif. Keterpaduan mencakup bidang ilmu, sektoral, wilayah, dan hirarki pemerintahan. Komprehensif terhadap aspek fisik, ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan hidup (Djakapermana, 2010).

    Berdasarakan beberapa pengertian pengembangan wilayah, dapat dikaji bahwa pada intinya pengembangan wilayah merupakan suatu upaya pembangunan suatu wilayah melalui optimasi pemanfaatan sumberdaya yang dimiliki wilayah tersebut untuk mendapatkan kondisi-kondisi dan tatanan kehidupan yang lebih bagi kepentingan masyarakat di wilayah itu sendiri dengan memperhatikan azas sosial, ekonomi, serta azas wawasan lingkungan. Dari kajian tersebut, indikator pengembangan wilayah pada penelitian ini yaitu pembangunan wilayah untuk mendapatkan kondisi-kondisi dan tatanan kehidupan yang lebih bagi kepentingan masyarakat di wilayah itu sendiri melalui optimasi pemanfaatan sumberdaya yang dimiliki wilayah bersangkutan. Industri Berbasis Pertanian (AGROINDUSTRI)

    Agroindustri adalah kegiatan yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan baku, merancang dan menyediakan peralatan serta jasa untuk kegiatan tersebut (Anonimous, 1983). Secara eksplisit pengertian Agroindustri pertama kali diungkapkan oleh Austin (1981) yaitu perusahaan yang memproses bahan nabati (yang berasal dari tanaman) atau hewani (yang dihasilkan oleh hewan). Proses yang digunakan mencakup pengubahan dan pengawetan melalui perlakuan fisik atau kimiawi, penyimpanan, pengemasan dan distribusi. Produk Agroindustri ini dapat merupakan produk akhir yang siap dikonsumsi ataupun sebagai produk bahan baku industri lainnya. Agroindustri merupakan bagian dari kompleks industri pertanian sejak produksi bahan pertanian primer,

  • 3 industri pengolahan atau transformasi sampai penggunaannya oleh konsumen (Mangunwidjaja dan Sailah, 2009). Agroindustri merupakan kegiatan yang saling berhubungan (interlasi) produksi, pengolahan, pengangkutan, penyimpanan, pendanaan, pemasaran dan distribusi produk pertanian (Dominguez dan Adriono, 1994). Dari pandangan para pakar sosial ekonomi, agroindustri (pengolahan hasil pertanian) merupakan bagian dari lima subsistem agribisnis yang disepakati, yaitu subsistem penyediaan sarana produksi dan peralatan, usaha tani, pengolahan hasil, pemasaran, sarana dan pembinaan (Soekartawi, 2000).

    Dengan pertanian sebagai pusatnya, agroindustri merupakan sebuah sektor ekonomi yang meliputi semua perusahaan, agen dan institusi yang menyediakan segala kebutuhan pertanian dan mengambil komoditas dari pertanian untuk diolah dan didistribusikan kepada konsumen (soewono, 2005). Nilai strategis agroindustri terletak pada posisinya sebagai jembatan yang menghubungkan antar sektor pertanian pada kegiatan hulu dan sektor industri pada kegiatan hilir. Dengan pengembangan agroindustri secara cepat dan baik dapat meningkatkan, jumlah tenaga kerja, pendapatan petani, volume ekspor dan devisa, pangsa pasar domestik dan internasional, nilai tukar produk hasil pertanian dan penyediaan bahan baku industri (Austin, 1981).

    Tujuan yang ingin dicapai dalam pengembangan agroindustri adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani melalui upaya peningkatan nilai tambah dan daya saing hasil pertanian. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, pengembangan agroindustri diarahkan untuk : a. Mengembangkan kluster industri, yakni industri

    pengolahan yang terintegrasi dengan sentra-sentra produksi bahan baku serta sarana penunjangnya:

    b. Mengembangkan industri pengolahan skala rumah tangga dan kecil yang didukung oleh industri pengolahan skala menengah dan besar, dan

    c. Mengembangkan industri pengolahan yang mempunyai daya saing tinggi untuk meningkatkan ekspor dan memenuhi kebutuhan dalam negeri.

    Dari uraian di atas dapat dikaji bahwa sasaran akhir dari pengembangan agroindustri adalah meningkatnya produktifitas, daya saing produk agroindustri, nilai tambah produk pertanian, dan pendapatan masyaarakat. Dari kajian diatas, diketahui indikator-indikator dari agroindustri adalah : a. Meningkatnya produktivitas agroindustri, sehingga

    dapat merupakan pasar baru bagi produk pertanian; b. Meningkatnya kapasitas pemasaran produk pertanian

    sebagai bahan baku; c. Meningkatnya nilai tambah produk pertanian; d. Meningkatnya kualitas produk agroindustri; e. Meningkatnya penyerapan tenaga kerja; f. Meningkatnya pendapatan masyarakat.

    Pengembangan Agroindustri diperlukan agar tercipta keterkaitan yang erat antara sektor pertanian dan sektor industri, sehingga proses transformasi struktur perekonomian berjalan dengan baik dan efisien dari dominasi pertanian menjadi dominasi industri.

    Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukanan oleh Soekartawi (1993), Sigit (1987) dan Rustiadi dalam Dipayana (2009) dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa indikator yang mempengaruhi pengembangan industri pengolahan hasil pertanian. Indikator komoditas unggulan yang dikemukakan Rustiadi dalam Dipayana

    (2009) memiliki pengertian yang sama dengan indikator bahan baku yang dikemukakan oleh Sigit (1987). Kemudian indikator SDM yang dikemukakan Soekartawi (1993) memiliki pengertian yang sama dengan indikator tenaga kerja yang dikemukakan Sigit (1987). Pengertian indikator permodalan yang dikemukakan oleh Rustiadi dalam Dipayana (2009) mencakup permodalan dan peningkatan teknologi.

    Berdasarkan penjelasan di atas, maka didapatkan indikator-indikator dalam pengembangan industri pengolahan. Indikator-indikator tersebut adalah : pasar dengan variabel jumlah pasar dan jarak pasar; Bahan baku industri dengan variabel kuantitas dan kontinuitas bahan baku; SDM atau tenaga kerja dengan variabel jumlah tenaga kerja dan kualitas tenaga kerja ; Fasilitas dengan variabel ketersediaan mesin produksi ; aksesibilitas dengan variabel ketersediaan jaringan jalan; Infrastruktur pendukung dengan variabel ketersediaan jaringan listrik, telepon, dan air bersih ; kelembagaan; dan kebijakan.

    III. METODOLOGI PENELITIAN Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan rasionalisme yang bersumber pada teori dan kebenaran etik. Pendekatan ini menggunakan rasionalisme dalam penyusunan kerangka konseptualisasi teoritik dalam memberikan pemaknaan hasil penelitian. Jenis Penelitian Gejala yang diteliti adalah fenomena permasalahan yang terjadi pada pengembangan wilayah di Kabupaten Sumenep yang bertumpu pada sektor pertanian sebagai sektor basisnya. Sektor pertanian dianggap belum memberikan kontribusi maksimal dalam pengembangan wilayah. Fakta-fakta dan sifat yang ingin diketahui adalah mengenai faktor komoditas potensial pengembangan industri pertanian (agroindustri), prioritas pengembangan wilayah berbasis agroindustri di Kab. Sumenep, mengelompokkan kecamatan-kecamatan dalam klaster-klaster agroindustri, dan terakhir adalah merumuskan arahan pengembangan wilayah berbasis agroindustri di Kabupaten Sumenep. Teknik Pengumpulan Data

    Proses pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik survey primer dan survey sekunder.

    Teknik analisis

    Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis kualitatif dan kuntitatif dan kuantitif dengan metode deskriptif.

    1. Analisis Penentuan Komoditas Pertanian Unggulan

    dalam Pengembangan Wilayah berbasis Agroindustri di Kabupaten Sumenep

    Analisis ini bertujuan untuk mencari bahan baku dalam pengembangan industri pengolahan yang diasumsikan potensial dengan memenuhi syarat-syarat, yaitu tergolong komoditas basis, berdaya saing baik, pertumbuhannya cepat, dan merupakan komoditas yang termasuk klelompok progresif atau maju. Teknik analisis yang digunakan adalah LQ dan Shiftshare. Analisis LQ (Location Quotient)

  • 4

    Perbandingan relatif Model Location Quotient (LQ) ini dapat dinyatakan melalui persamaan matematis berikkut :

    = //

    Dimana : Vik = Nilai output (PDRB) sektor i daerah studi k

    (kabupaten misalnya) dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) daerah studi k.

    Vk = PDRB total semua sektor di daerah k Vip = Nilai output (PDRB) sektor i daerah referensi p

    (propinsi misalnya) dalam pembentukan PDRB daerah referensi p

    Vp = PDRB total disemua sektor daerah referensi p

    Asumsi utama dalam analisis LQ adalah bahwa semua penduduk di setiap daerah mempunyai pola permintaan yang sama dengan pola permintaan pada tingkat daerah referensi (pola pengeluaran secara geografis adalah sama), produktivitas tenaga kerja adalah sama dan setiap industri menghasilkan barang yang sama (homogeny) pada setiap sektor (Widodo, 2006) : LQ > 1 : sektor i merupakan sektor unggulan daerah studi

    k sekaligus merupakan basis ekonomi untuk dikembangkan lebih lanjut oleh daerah studi k.

    LQ < 1 : sektor i bukan merupakan sektor unggulan daerah studi k dan bukan merupakan basis ekonomi serta tidak prospektif untuk dikembangkan lebih lanjut oleh daerah studi k.

    LQ = 1 : laju pertumbuhan sektor i di daerah studi k adalah sama dengan laju pertumbuhan sektor yang sama dalam perekonomian daerah referensi p.

    Analisis Shift Share Adapun formula yang digunakan dalam analisis

    shiftshare adalah : PPW = ri (ri/ri-nt/nt) PP = ri (nt/nt-Nt/Nt) Keterangan : ri = produksi sektor i regional tahun awal ri = produksi sektor i regional tahun akhir nt = produksi sektor i nasional tahun awal nt = produksi sektor i nasional tahun akhir Nt = produksi total nasional tahun awal Nt = produksi total nasional tahun akhir PP > 0 = sektor i pada region j pertumbuhannya cepat PP < 0 = sektor i pada region j pertumbuhannya lambat PPW >0= region j memiliki daya saing yang baik di sektor j dibandingkan dengan wilayah lain atau region j memiliki comparative advantage untuk sektor i dibandingkan dengan wilayah lain. PB = pergeseran bersih = PP+PPW PB 0 = pertumbuhan sektor i pada wilayah j termasuk kelompok progresif (maju) PB 0 = pertumbuhan sektor i pada wilayah j termasuk lamban.

    2. Analisis Penentuan Prioritas Pengembangan

    Wilayah berbasis Agroindustri di Kabupaten Sumenep

    Langkah awal sebelum melakukan analisis ini adalah merumuskan prioritas dalam pengembangan industri pengolahan melalui metode theorytical descriptive. Metode ini dilakukan dengan cara membandingkan variabel-variabel yang didapatkan dari

    hasil kajian pustaka dengan standar-standar dan teori-teori yang mendukung. Variabel yang memiliki kemiripan akan dikelompokkan dan akan membentuk beberapa faktor yang dimana faktor tersebut merupakan faktor dalam pengembangan industri pengolahan hasil pertanian di Kabupaten sumenep. Faktor-faktor ini akan digunakan sebagai input dalam mencapai sasaran selanjutnya.

    Dalam menganalisis faktor-faktor yang paling berpengaruh dalam pengembangan industri pengolahan dilakukan dengan pembobotan. Dalam analisis pembobotan ini menggunakan alat analisis AHP (Analythical Hierarchy Process). Model AHP memakai persepsi manusia yang dianggap expert sebagai input utamanya. Kriteria expert lebih mengacu pada orang yang mengerti benar permasalahan yang dilakukan, merasakan akibat suatu masalah atau mempunyai kepentingan terhadap masalah tersebut. Dalam hal ini adalah expert yang dianggap terkait langsung dengan pengembangan industri pengolahan berbasis pertanian di Kabupaten Sumenep. Adapun tahapan dalam analisa AHP adalah sebagai berilut :

    3. Analisis Pengelompokan kecamatan-kecamatan

    dalam cluster-cluster agroindustri. Analisis penentuan jenis agroindustri bertujuan

    untuk mengetahui industri apa saja yang dapat dikembangkan pada masing-masing cluster di wilayah Kabupaten Sumenep dengan pengelompokan sesuai dengan jenis komditas pertanian unggulan pada tiap-tiap kecamatan tersebut. Berikut ini adalah sekilas penjelasan mengenai analisis cluster. Dari hasil analisis cluster ini akan diperoleh kelompok-kelompok kecamatan berdasarkan criteria masing-masing untuk memudahkan penentuan konse pengembangan industri berbasiskan pertanian di Kabupaten sumenep. 4. Analisis Perumusan Arahan Pengembangan

    Wilayah berbasis Agroindustri di Kabupaten Sumenep.

    Tahap analisis terakhir adalah merumuskan arahan pengembangan wilayah berbasis agroindustri di Kabupaten Sumenep. Penelitian ini menggunakan analisis triangulasi sebagai sarana untuk memperoleh arahan pengembangan wilayah. Analisis

    Analisis triangulasi digunakan untuk menentukan arahan pengembangan wilayah berbasis agroindustri di Kabupaten Sumenep dengan mengkomparasikan dari tiga sumber, yaitu hasil analisis penelitian penelitian), tinjauan teori dan kebijakan pengembangan agroindustri dan penelitian sebelumnya. Dengan menggunakan analisis triangulasi, diharapkan arahan yang dihasilkan untuk pengembangan Kabupaten Sumenep lebih implementatif.

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Arahan Pengembangan Wilayah berbasis

    agroindustri di Kabupaten Sumenep pada Tipologi I

    Wilayah pada tipologi 1 ini memiliki karakteristik sebagai wilayah yang memiliki kecukupan sub sektor perikanan dan kehutanan dengan komodias perikanan laut, perikanan campuran, dan rimba.

  • 5 2. Arahan Pengembangan Wilayah berbasis

    agroindustri di Kabupaten Sumenep pada Tipologi II

    Wilayah pada tipologi 2 ini memiliki karakteristik sebagai wilayah yang memiliki kecukupan sub sektor pertanian tanaman pangan dan perkebunan dengan komoditas pertanian tanaman pangan tinggi yaitu tanaman jagung, kedelai, kacang tanah, dan ketela pohon dan komoditas perkebunan tinggi yaitu kelapa dan cabe jamu. 3. Arahan Pengembangan Wilayah berbasis

    agroindustri di Kabupaten Sumenep pada Tipologi III

    Wilayah pada tipologi 3 ini memiliki karakteristik sebagai wilayah yang memiliki kecukupan sub sektor peternakan dengan komoditas komoditas tinggi yaitu kambing, itik, ayam kampung dan ayam ras.

    Dari hasil uraian Analisis Triangulasi, dapat dijelaskan arahan pengembangan wilayah berbasis agroindustri di Kabupaten Sumenep secara keseluruhan adalah sebagai berikut : a. Aspek jenis dan bentuk pengembangan

    agroindustri Bentuk pengembangan agroindustri ini dapat

    meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan menambah pendapatan masyarakat Kabupaten Sumenep khususnya karena komoditas pertanian yang terdapat di Kabupaten Sumenep diproses terlebih dahulu melalui proses agroindustri sehingga hasil pertanian tersebut mempunyai nilai tambah. Arahan pengembangan untuk jenis dan bentuk agroindustri adalah sebagai berikut a. Arahan pengembangan di bidang industri berbasis agro

    yang sesuai pada sub sektor perikanan adalah industri rumah tangga (home industri) berbahan baku ikan dan rimba.

    b. Bentuk pengembangan yang tepat untuk subsektor perikanan dan kehutanan adalah berbentuk sentra industri sarden dan sentra industri olahan kayu.

    c. Arahan pengembangan yang tepat dalam pengembangan industri ini adalah sentra. Dalam pembentukan sentra, hal yang pertama dilakukan adalah pembentukan KUB (Kelompok Usaha Bersama) yang terdiri dari 5-10 orang. Dalam kelompok tersebut akan diberikan pembinaan dan penyuluhan tentang cara mendapatkan bahan, modal, peralatan, proses produksinya sampai dengan memasarkannya.

    d. Arahan pengembangan industri untuk industri penyamakan kulit yang lebih tepat digunakan adalah Lingkungan Industri Kecil, karena industri penyamakan ini menghasilkan limbah yang harus dikontrol agar tidak mengganggu masyarakat. Sedangkan industri kerajinan kulit pengembangan industri yang tepat adalah pengembangan Sentra Industri Kulit baru pada tipologi ini.

    b. Aspek system pemasaran hasil produksi agroindustri Wilayah pemasaran produk agroindustri skala lokal,

    regional, maupun nasional, dapat meningkatkan kapasitas pemasaran dari produk-produk hasil agroindustri tersebut. Selain itu wilayah pemasaran lokal, regional, dan nasional dapat meningkatkan daya saing produk-produk agroindustri yang dihasilkan di wilayah Kabupaten Sumenep dengan wilayah-wilayah lainnya. Sehinnga

    arahan yang tepat untuk aspek system pemasaran hasil produksi agroindustri adalah sebagai berikut : a. Peningkatan pemasaran produk agroindustri tidak

    hanya skala lokal dan regional tetapi juga nasional. b. Wilayah pemasaran hasil produksi industri sub sektor

    tanaman pangan dan perkebunan ini adalah tempat-tempat wisata di Kabupaten Sumenep, lokal dan regional karena bentuk pengembangannya masih berbentuk sentra.

    c. Peningkatan wilayah pemasaran industri penyamakan kulit agar dapat dipasarkan dalam skala lokal (outlet dan tempat wisata) serta regional dan nasional, bahkan bisa memenuhi kebutuhan ekspor jika ada permintaan dari luar negeri.

    c. Aspek infrastruktur Peningkatan jaringan listrik, air, dan telepon pada

    wilayah-wilayah yang masih memiliki tingkat ketersediaan jaringan infrastruktur yang masih rendah dapat meningkatkan produktivitas agroindustri sehingga merupakan pasar baru bagi produk pertanian. Sehingga arahan yang tepat untuk aspek infrastruktur adalah sebagai berikut : a. Peningkatan infrastruktur pada wilayah-wilayah yang

    mempunyai tingkat ketersediaan infrastruktur masih rendah agar wilayah yang mempunyai potensi industri kecil tetap bisa berkembang sehingga terbentuk suatu sentra industri yang ungggul baik dari segi produk maupun infrastruktur pendukunya.

    b. Diperlukan peningkatan aksesibilitas terutama peningkatan jaringan jalan.

    c. Diperlukan penambahan jaringan listrik di Kecamatan Pasongsongan, Kecamatan Dasuk, Kecamatan Manding, Kecamatan Batuputih, Kecamatan Raas, Kecamatan Sapeken, Kecamatan Kangayan dan Kecamatan Masalembu, karena kecamatan-kecamatan ini memiliki tingkat pelayanan jaringan listrik yang rendah

    d. Penambahan jaringan listrik, air dan telepon di masing-masing kecamatan sesuai dengan standartnya pada wilayah yang memiliki ketersediaan infrastruktur terendah dibandingkan dengan wilayah lain dalam satu tipologi.

    d. Aspek aksesibilitas Aspek aksesibilitas atau jaringan jalan dapat

    mempermudah dan memperlancar kegiatan agroindustri yaitu untuk proses input agroindustri dan pendistribusian produk-produk agroindustri untuk sampai kepada konsumen atau pasar. Sehingga arahan yang tepat untuk aspek aksesibilitas adalah sebagai berikut : a. Diperlukan peningkatan aksesibilitas terutama

    peningkatan jaringan jalan. b. Untuk memperlancar aksesibilitas diperlukan

    peningkatan jaringan jalan yang mengubungkan antar Kecamatan dalam tipologi ini, penambahan sarana dan prasarana penunjang transportasi seperti lampu penerangan, pembatas jalan, terminal dsb untuk mendukung kegiatan agroindustri mulai dari input proses agroindustri serta pendistribusian hasil agroindustri.

    c. Arahan pengembangan aksesibilitas hanya perlu dilakukan dengan pelebaran jalan ataupun penambahan sarana trasnportasi.

    V. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

  • 6

    Dari hasil penelitian ini dihasilkan 13 komoditas pertanian yang menjadi komoditas unggulan di Kabupaten Sumenep yang diperoleh dari hasil analisis LQ dan shiftshare. Komoditas tersebut digunakan sebagai bahan baku agroindustri yang akan dikembangkan di Kabupaten Sumenep.

    Dari hasil analisis AHP, faktor yang menjadi prioritas pengembangan wilayah berbasis agroindustri adalah faktor bahan baku, faktor tenaga kerja untuk agroindustri, dan ketersediaan pasar sebagai tempat pendistribusian hasil produk-produk agroindustri. Faktor-faktor tersebut digunakan pada analisis cluster untuk mengelompokkan kecamatan-kecamatan yang memiliki karakteristi sama berdasarkan faktor-faktor bahan baku agroindustri, tenaga kerja agroindustri, dan ketersediaan pasar untuk pendistribusian produk agroindustri.

    Hasil analisa dari sasaran-sasaran tersebut digunakan untuk merumuskan arahan bagaimana bentuk dan jenis pengembangan wilayah berbasis agroindustri yang tepat untuk dikembangkan di Kabupaten Sumenep yang disesuaikan dengan tujuan dari agroindustri. Berikut merupakan kesimpulan arahan untuk pengembangan wilayah berbasis agroindustri di Kabupaten Sumenep: e. Aspek jenis dan bentuk pengembangan

    agroindustri Arahan pengembangan di bidang industri berbasis agro

    yang sesuai pada sub sektor perikanan adalah industri rumah tangga (home industri) berbahan baku ikan dan rimba. Bentuk pengembangan yang tepat untuk subsektor perikanan dan kehutanan adalah berbentuk sentra industri sarden dan sentra industri olahan kayu. Arahan pengembangan industri untuk industri penyamakan kulit yang lebih tepat digunakan adalah Lingkungan Industri Kecil, karena industri penyamakan ini menghasilkan limbah yang harus dikontrol agar tidak mengganggu masyarakat. Sedangkan industri kerajinan kulit pengembangan industri yang tepat adalah pengembangan Sentra Industri Kulit baru pada tipologi ini. f. Aspek system pemasaran hasil produksi

    agroindustri Peningkatan pemasaran produk agroindustri tidak

    hanya skala lokal dan regional tetapi juga nasional. g. Aspek infrastruktur

    Peningkatan infrastruktur pada wilayah-wilayah yang mempunyai tingkat ketersediaan infrastruktur masih rendah agar wilayah yang mempunyai potensi industri kecil tetap bisa berkembang sehingga terbentuk suatu sentra industri yang ungggul baik dari segi produk maupun infrastruktur pendukunya. e. Aspek aksesibilitas

    Untuk memperlancar aksesibilitas diperlukan peningkatan jaringan jalan yang mengubungkan antar Kecamatan dalam tipologi ini, penambahan sarana dan prasarana penunjang transportasi seperti lampu penerangan, pembatas jalan, terminal dsb untuk mendukung kegiatan agroindustri mulai dari input proses agroindustri serta pendistribusian hasil agroindustri.

    Saran

    Dari hasil penelitian ini, maka didapatkan saran sebagai berikut: 1. Pembangunan industri berbasis pertanian di Kabupaten

    Sumenep memang perlu dikembangkan untuk meningkatkan nilai tambah dari hasil-hasil pertanian, meningkatkan produktivitas agroindustri, sehingga

    dapat merupakan pasar baru bagi produk pertanian, meningkatkan kapasitas pemasaran produk pertanian sebagai bahan baku, meningkatkan nilai tambah produk pertanian, meningkatkan kualitas produk agroindustri, meningkatkan penyerapan tenaga kerja, serta meningkatkan pendapatan masyarakat karena hal itu semua memang merupakan tujuan dari pengembangan agroindustri sehingga meningkatkan perekonomian wilayah Kabupaten Sumenep.

    2. Pembangunan industri berbasis pertanian di Kabupaten Sumenep bisa dimulai dengan pengembangan awal industri rumah tangga diikuti dengan pengembangan industri skala menengah dan skala besar.

    3. Perlu studi kelayakan pengembangan industri agar pengembangan industri ini secara teknis bisa terealisasikan.

    UCAPAN TERIMAKASIH

    Dalam menyelesaikan tugas akhir ini, banyak pihak yang memberikan bantuan. Oleh karena itu, saya ucapkan terimakasih kepada: 1. Bapak Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic. Rer. Reg. selaku

    pembimbing yang sangat banyak memberikan bimbingan, nasehat serta motivasi sehingga tugas akhir ini bisa selesai dengan baik;

    2. Bapak Ardy Maulidy Navastara, ST. MT selaku koordinator tugas akhir;

    DAFTAR PUSTAKA - Andri, Kuntoro Boga. 2006. Perspektif Pembangunan

    Wilayah Pedesaan, Vol. 6/XVIII/Maret 2006. - Alkadri, Dodi S. Riyadi., et. Al. 1999. Manajemen

    Teknologgi untuk Pengembangan Wilayah, Pusat - Badan Litbang Pertanian. 2003. SOSEK.pdf prospek

    pengemb. - Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumenep Tahun

    2011. - Djakapermana, Ruchyat Deni. 2009. Pengembangan

    Wilayah Melalui Pendekatan Kesisteman.. Jakarta : IPB Press Kampus IPB Darmaga Bogor.

    - Kuznets, Simon. 1964. Economic Growth and the contribution of agriculture, dalam Eicher, C.K dan Witt, L.W. (ed.), agriculture in Economic Development. New York: McGraw-Hill.

    - Mulyanto, H. R. 2008. Prinsip-prinsip Pengembangan Wilayah. Graha Ilmu. Semarang.

    - RPJMD Kabupaten Sumenep Tahun 2011-2015. - Santoso, Imam. 2006. PengantarAgroindusri. Fakultas

    Pertanian Universitas Brawijaya Malang. - Suryana, A. 2005. Arah, Strategi dan Program

    Pembangunan Pertanian 2005-2009. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.

    - Soekartawi. 2000. Pengantar Agroindustri. PT Raja Grafindo Jakarta. Jakarta.

    - Sragih, Bungaran. 1998. Agribisnis : Paradigma Bar Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian. Yayasan Mulia Persada Indonesia-Pusat Studi Pembangunan Lemlit IPB. Bogor.

    - Tambunan, Dr. Tulus T.H. 2003. Perkembangan Sektor Pertanian di Indonesia : Beberapa Isu Penting Penting. Jakarta: Ghalia Indonesia.

    Pengembangan Wilayah1. Arahan Pengembangan Wilayah berbasis agroindustri di Kabupaten Sumenep pada Tipologi I2. Arahan Pengembangan Wilayah berbasis agroindustri di Kabupaten Sumenep pada Tipologi II3. Arahan Pengembangan Wilayah berbasis agroindustri di Kabupaten Sumenep pada Tipologi IIIDari hasil uraian Analisis Triangulasi, dapat dijelaskan arahan pengembangan wilayah berbasis agroindustri di Kabupaten Sumenep secara keseluruhan adalah sebagai berikut :a. Aspek jenis dan bentuk pengembangan agroindustriBentuk pengembangan agroindustri ini dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan menambah pendapatan masyarakat Kabupaten Sumenep khususnya karena komoditas pertanian yang terdapat di Kabupaten Sumenep diproses terlebih dahulu melalui proses agroin...a. Arahan pengembangan di bidang industri berbasis agro yang sesuai pada sub sektor perikanan adalah industri rumah tangga (home industri) berbahan baku ikan dan rimba.b. Bentuk pengembangan yang tepat untuk subsektor perikanan dan kehutanan adalah berbentuk sentra industri sarden dan sentra industri olahan kayu.c. Arahan pengembangan yang tepat dalam pengembangan industri ini adalah sentra. Dalam pembentukan sentra, hal yang pertama dilakukan adalah pembentukan KUB (Kelompok Usaha Bersama) yang terdiri dari 5-10 orang. Dalam kelompok tersebut akan diberikan pembd. Arahan pengembangan industri untuk industri penyamakan kulit yang lebih tepat digunakan adalah Lingkungan Industri Kecil, karena industri penyamakan ini menghasilkan limbah yang harus dikontrol agar tidak mengganggu masyarakat. Sedangkan industri kerajib. Aspek system pemasaran hasil produksi agroindustriWilayah pemasaran produk agroindustri skala lokal, regional, maupun nasional, dapat meningkatkan kapasitas pemasaran dari produk-produk hasil agroindustri tersebut. Selain itu wilayah pemasaran lokal, regional, dan nasional dapat meningkatkan daya sai...a. Peningkatan pemasaran produk agroindustri tidak hanya skala lokal dan regional tetapi juga nasional.b. Wilayah pemasaran hasil produksi industri sub sektor tanaman pangan dan perkebunan ini adalah tempat-tempat wisata di Kabupaten Sumenep, lokal dan regional karena bentuk pengembangannya masih berbentuk sentra.c. Peningkatan wilayah pemasaran industri penyamakan kulit agar dapat dipasarkan dalam skala lokal (outlet dan tempat wisata) serta regional dan nasional, bahkan bisa memenuhi kebutuhan ekspor jika ada permintaan dari luar negeri.c. Aspek infrastrukturPeningkatan jaringan listrik, air, dan telepon pada wilayah-wilayah yang masih memiliki tingkat ketersediaan jaringan infrastruktur yang masih rendah dapat meningkatkan produktivitas agroindustri sehingga merupakan pasar baru bagi produk pertanian. Se...a. Peningkatan infrastruktur pada wilayah-wilayah yang mempunyai tingkat ketersediaan infrastruktur masih rendah agar wilayah yang mempunyai potensi industri kecil tetap bisa berkembang sehingga terbentuk suatu sentra industri yang ungggul baik dari segi pb. Diperlukan peningkatan aksesibilitas terutama peningkatan jaringan jalan.c. Diperlukan penambahan jaringan listrik di Kecamatan Pasongsongan, Kecamatan Dasuk, Kecamatan Manding, Kecamatan Batuputih, Kecamatan Raas, Kecamatan Sapeken, Kecamatan Kangayan dan Kecamatan Masalembu, karena kecamatan-kecamatan ini memiliki tingkat peld. Penambahan jaringan listrik, air dan telepon di masing-masing kecamatan sesuai dengan standartnya pada wilayah yang memiliki ketersediaan infrastruktur terendah dibandingkan dengan wilayah lain dalam satu tipologi.d. Aspek aksesibilitasAspek aksesibilitas atau jaringan jalan dapat mempermudah dan memperlancar kegiatan agroindustri yaitu untuk proses input agroindustri dan pendistribusian produk-produk agroindustri untuk sampai kepada konsumen atau pasar. Sehingga arahan yang tepat u...a. Diperlukan peningkatan aksesibilitas terutama peningkatan jaringan jalan.b. Untuk memperlancar aksesibilitas diperlukan peningkatan jaringan jalan yang mengubungkan antar Kecamatan dalam tipologi ini, penambahan sarana dan prasarana penunjang transportasi seperti lampu penerangan, pembatas jalan, terminal dsb untuk mendukung kec. Arahan pengembangan aksesibilitas hanya perlu dilakukan dengan pelebaran jalan ataupun penambahan sarana trasnportasi.V. KESIMPULAN DAN SARANe. Aspek jenis dan bentuk pengembangan agroindustriArahan pengembangan di bidang industri berbasis agro yang sesuai pada sub sektor perikanan adalah industri rumah tangga (home industri) berbahan baku ikan dan rimba. Bentuk pengembangan yang tepat untuk subsektor perikanan dan kehutanan adalah berben...f. Aspek system pemasaran hasil produksi agroindustriPeningkatan pemasaran produk agroindustri tidak hanya skala lokal dan regional tetapi juga nasional.g. Aspek infrastrukturPeningkatan infrastruktur pada wilayah-wilayah yang mempunyai tingkat ketersediaan infrastruktur masih rendah agar wilayah yang mempunyai potensi industri kecil tetap bisa berkembang sehingga terbentuk suatu sentra industri yang ungggul baik dari segi...e. Aspek aksesibilitasUntuk memperlancar aksesibilitas diperlukan peningkatan jaringan jalan yang mengubungkan antar Kecamatan dalam tipologi ini, penambahan sarana dan prasarana penunjang transportasi seperti lampu penerangan, pembatas jalan, terminal dsb untuk mendukung ...