Istilah Dalam Beton Prategang beton prategang beton bertulang yang telah diberikan tegangan tekan dalam untuk mengurangi tegangan tarik potensial dalam beton akibat beban kerja friksi kelengkungan friksi yang diakibatkan oleh bengkokan atau lengkungan di dalam profil tendon prategang yang disyaratkan friksi wobble friksi yang disebabkan oleh adanya penyimpangan yang tidak disengaja pada penempatan selongsong prategang dari kedudukan yang seharusnya gaya jacking gaya sementara yang ditimbulkan oleh alat yang mengakibatkan terjadinya tarik pada tendon
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Istilah Dalam Beton Prategang
beton prategang
beton bertulang yang telah diberikan tegangan tekan dalam untuk mengurangi tegangan
tarik potensial dalam beton akibat beban kerja
friksi kelengkungan
friksi yang diakibatkan oleh bengkokan atau lengkungan di dalam profil tendon prategang
yang disyaratkan
friksi wobble
friksi yang disebabkan oleh adanya penyimpangan yang tidak disengaja pada penempatan
selongsong prategang dari kedudukan yang seharusnya
gaya jacking
gaya sementara yang ditimbulkan oleh alat yang mengakibatkan terjadinya tarik pada tendon
pada panjang sekitar 24 m. Batang-batang baja tersedia sampai Ø 34,9
mm.
Bab IV : Beton Pratekan ( Beton Prategang )Posted by bagusprahutdi on 20 Juni 2011
Seperti yang telah diketahui bahwa beton adalah suatu materialyang tahan terhadap tekanan, akan tetapi tidak tahan terhadap tarikan. Sedangkan baja adalah suatu material yang sangat tahan terhadap tarikan. Dengan mengkombinasikan antara beton dan baja dimana nanti akan disebut sebagai beton bertulang ( reinforced concrete ). Jadi pada beton bertulang, beton hanya memikul tegangan tekan, sedangkan tegangan tarik dipikuloleh baja sebagai penulangan ( rebar ). Sehingga pada beton bertulang, penampang beton tidak 100% efektif digunakan, karena bagian yang tertarik tidak diperhitungkan sebagai pemikul tegangan. Hal ini dapat dilihat pada sketsa gambar disamping.
Suatu penampang beton bertulang dimana penampang beton yang diperhitungkan untuk memikul tegangan tekan adalah bagian diatas garis netral ( bagian yang diarsir ), sedangkan bagian dibawah garis netral adalah bagian tarik yang tidak diperhitungkan untuk memikul gaya tarik karena beton tidak tahan terhadap tegangan tarik. Gaya tarik pada beton bertulangdipikul oleh besi penulangan ( rebar ). Kelemahan lain dari konstruksi beton bertulang adalah berat sendiri ( self weight ) yang besar, yaitu 2.400 kg/m3 , dapat dibayangkan berapa berat penampang yang tidak diperhitungkan untuk memikultegangan ( bagian tarik ).
Untuk mengatasi ini pada beton diberi tekanan awal sebelum beban-beban bekerja, sehingga seluruh penampang beton dalam keadaan tertekan seluruhnya, inilah yang kemudian disebut beton pratekan atau beton prategang ( prestressed concrete ). Perbedaan utama antara beton bertulang dengan beton pratekan adalah cara kerjanya. Cara kerja beton bertulang adalah mengkombinasikan antara beton dan baja tulangan dengan membiarkan kedua material tersebut bekerja sendiri-sendiri, dimana beton memikul tekan dan tulangan baja memikul tarik.
Sedangkan beton pratekan mempunyai cara kerja dengan mengkombinasikan beton dan tulangan baja secara aktif. Cara aktif ini dapat dicapai dengan cara menarik baja yang menahannya ke beton, sehingga beton dalam keadaan tertekan.
Kelebihan beton pratekan :
1.Tahan terhadap korosi karena tahan retak di daerah tarik
2.Lebih kedap air
3.Lendutan lebih kecil
4.Penampang lebih kecil dari beton bertulang biasa/ volume lebih kecil
5.Berat baja yang digunakan lebih sedikit
6.Ketahanan geser dan puntir lebih besar
Kekurangan beton pratekan :
1.Berat jenis sedikit lebih besar
Prinsip Dasar Beton Pratekan
Beton pratekan dapat didefinisikan sebagai beton yang diberikan tegangan tekan internal sedemikian rupa sehingga dapat meng-eleminir tegangan tarik yang terjadi akibat beban eksternal sampai suatu batas tertentu. Ada 3 ( tiga ) konsep yang dapat dipergunakan untuk menjelaskan dan menganalisa sifat-sifat dasar dari beton pratekan atau prategang :
1.Sistem pratekan/prategang untuk mengubah beton yang getas menjadi bahan yang elastis.
2.Sistem pratekan untuk kombinasi baja mutu tinggi dan beton mutu tinggi
3.Sistem prategang untuk mencapai keseimbangan beban
Metode Prategangan
Pada dasarnya ada 2 macam metode pemberian gaya prategang padabeton, yaitu :
1.Pratarik ( Pre-Tension Method ) Cara kerja metode ini baja prategan diberi gaya prategang dahulu sebelum beton dicor, oleh karena itu disebut pre-tension method. Setelah gaya prategang ditransfer ke beton, balok beton tersebut akan melengkung ke atas sebelum menerima beban kerja. Setelah bebankerja bekerja, maka balok beton tersebut akan rata
2.Pasca tarik ( Post-Tension Method ) Pada metode pascatarik, beton dicor terlebih dahulu, dimana sebelumnya telah disiapkansaluran kabel atau endon yang disebut duct. Karena alasan transportasi dari pabrik beton ke site, maka biasanya beton prategang dengan sistem post-tension ini dilaksanakan segmental ( balok dibagi-bagi, misalnya dengan panjang 1 -1,5 m ), kemudian pemberian gaya prategang dilaksanakan di site, setelah balok segmental tersebut dirangkai.
Beton Prategang
Beton adalah suatu bahan yang mempunyai kekuatan tekan yangtinggi, tetapi kekuatan tariknya relatif rendah. Sedangkanbaja adalah suatu material yang mempunyai kekuatan tarik yangsangat tinggi. Dengan mengkombinasikan beton dan baja sebagaibahan struktur maka tegangan telah dipikulkan kepada betonsementara tegangan tarik dipikulkan kepada baja.Pada struktur dengan bentang yang panjang, struktur bertulangbiasa tidak cukup untuk menahan tegangan lentur sehinggaterjadi retak-retak di daerah yang mempunyai tegangan lentur,geser atau puntir yang tinggi.
Untuk mengatasi keretakan serta berbagai keterbatasan yanglain maka dilakukan penegangan pada struktur beton bertulang.Sistem penegangan ini mulai digunakan pada tahun 1886 saat PH.Jakson dari Amerika Serikat membuat kontruksi pelat atap.Di Jerman pada tahun 1888, CEW Doehring mendapatkan hak patenuntuk penegangan plat beton dengan kawat baja. Pada 1928Eugene Freyssinet, seorang insinyur Perancis, berhasilmemberikan pratekan terhadap struktur beton sehinggadimungkinkan untuk membuat desain dengan penampang yang lebihkecil untuk bentang yang relatif panjang.Kesulitan kemudian timbul dalam perhitungan struktur statistak tentu, karena pemberian pratekan menimbulkan gaya tambahanyang sulit diperhitungkan. Pada 1951 Yves Guyon berhasilmemberikan solusinya. Perkembangan beton pratekan berlanjutdengan dikemukakannya Load Balancing Theory oleh Tung Yen Linpada 1963. Teori tersebut telah mendorong perkembanganpenggunaan beton pratekan yang pesat. PW. Abeles dari Inggriskemudian memperkenalkan penggunaan Partial Prestressing yangmenginjinkan tegangan tarik terbatas pada beton.Keuntungan penggunaan beton prategang adalah :1. Dapat memikul beban lentur yang lebih besar dari betonbertulang.2. Dapat dipakai pada bentang yang lebih panjang denganmengatur defleksinya.3. Kelebihan geser dan puntirnya bertambah dengan adanyapenegangan.4. Dapat dipakai pada rekayasa kontruksi tertentu, misalnyapada kontruksi jembatan segmen.5. Berbagai kelebihan lain pada penggunaan struktur khusus,seperti struktur plat dan cangkang, struktur tangki, strukturpracetak dan lain-lain.6. Pada penampang yang diberi penegangan, tegangan tarik dapatdieleminasi karena besarnya gaya tekan disesuaikan denganbeban yang akan diterima.Kekurangan struktur beton prategang relatif lebih sedikitdibanding berbagai kelebihannya, diantaranya :1. Memerlukan peralatan khusus seperti tendon, angkur, mesinpenarik kabel, dll2. Memerlukan keahlian khusus baik dalam perencanaan maupunpelaksanaannya.A. Metode Pratekan
Untuk memberikan tekanan pada beton pratekan dilakukan sebelumatau setelah beton dicetak/dicor. Kedua kondisi tersebutmebedakan sistem pratekan, yaitu Pre-Tension (pratarik) danPost-Tension (pascatarik). PratarikPada cara ini, tendon pertama-tama ditarik dan diangkur padaabutmen tetap. Beton dicor pada cetakan yang sudah disediakandengan melingkupi tendon yang sudah ditarik tersebut. Jikakekuatan beton sudah mencapai yang disyaratkan maka tendondipotong atau angkurnya dilepas. Pada saat baja yang ditarikberusaha untuk berkontraksi, beton akan tertekan. Pada caraini tidak digunakan selongsong tendon. PascatarikDengan cara yang sudah disediakan, beton di cor disekelilingselongsong (ducts). Posisi selongsong diatur sesuai denganbidang momen dari struktur. Biasanya baja tendon tetap beradadidalam selongsong selama pengecoran. Jika beton sudahmencapai kekuatan tertentu, tendon ditarik. Tendon bisaditarik disatu sisi dan sisi yang lain diangkur. Atau tendonditarik di dua sisi dan diangkur secara bersamaan. Betonmenjadi tertekan setelah pengangkuran.
B. Tahap PembebananTidak seperti beton bertulang, beton pratekan mengalamibeberapa tahap pembebanan. Pada setiap tahap pembebanan harusdilakukan pengecekan atas kondisi serat tertarik dari setiappenampang. Pada tahap tersebut berlaku tegangan ijin yangberbeda-beda sesuai kondisi beton atau tendon. Ada dua tahappembebanan pada beton pratekan, yaitu Transfer dan Service. TransferTahap transfer adalah tahap pada saat beton sudah mulaimengering dan dilakukan penarikan kabel prategang. Pada saatini biasanya yang bekerja hanya beban mati struktur, yaituberat sendiri struktur ditambah beban pekerja dan alat. Padasaat ini beban hidup belum bekerja sehingga momen yang bekerjaadalah minimum, sementara gaya yang bekerja adalah maksimumkarena belum ada kehilangan gaya prategang. ServisKondisi Service (servis) adalah kondisi pada saat betonpratekan digunakan sebagai komponen struktur. Kondisi inidicapai setelah semua kehilangan gaya prategang
dipertimbangkan. Pada saat itu beban luar pada kondisi yangmaksimum sedangkan gaya pratekan mendekati harga minimum.Pada setiap tahapan di atas ditentukan hasil analisis untukdievaluasi. Hasil analisis bisa berupa perhitungan teganganatau kontrol terhadap harga, misalnya lendutan terhadaplendutan ijin, nilai retak terhadap suatu nilai batas, danlain sebagainya. Perhitungan tegangan dilakukan untuk desainterhadap kekuatan, sedangkan kontrol terhadap harga dilakukanuntuk desain kekuatan, daya layan, ketahanan terhadap apiataupun tahap batas yang lain. Perhitungan untuk tegangan bisadilakukan dengan pendekatan kombinasi beban, konsep kopelinternal ( Internal Couple Concept ) atau metode bebanpenyeimbang ( Load Balancing Method ).
C. Prosedur PerencanaanAda dua metode perencanaan struktur beton, yaitu metode bebankerja (working stress method) dan metode beban batas (limitstates method). Metode beban kerja dilakukan dengan meghitungtegangan yang terjadi dan membandigkan dengan tegangan ijinyang bersangkutan. Apabila tegangan yang terjadi lebih kecildari tegangan yang diijinkan maka dinyatakan aman. Dalammenghitung tegangan, semua beban tidak dikalikan dengan faktorbeban. Tegangan ijin dikalikan dengan suatu faktor kelebihantegangan (overstress factor). Untuk struktur beton, metode iniditerapkan pada Peraturan Beton Indonesia (PBI 1971).Metode beban kerja didasarkan pada batas-batas tertentu yangbisa dilampaui oleh suatu sistem struktur. Batas-batastersebut, terutama adalah kekuatan, kemampuan layan, keawetan,ketahanan terhadap api, ketahanan terhadap beban kelelahan danpersyaratan khusus yang berhubungan dengan sistem strukturtersebut. Setiap batas dinyatakan aman apabila aksi rencanalebih kecil dari kapasitas komponen struktur. Aksi rencanadihitung dengan menggunakan faktor reduksi kekuatan. Peraturanbeton saat ini menggunakan pendekatan ini, termasuk diIndonesia, SNI T15-1991-03, atau edisi barunya, SNI 03-2874-2002.Beban pada struktur umumnya terdiri dari beban mati, bebanhidup, beban angin, prategang, gempa, tekanan tanah, tekananair, dan lain-lain. Beban yang digunakan dalam desain strukturdikalikan dengan suatu faktor beban dalam suatu kombinasipembebanan. Berikut ini kombinasi pembebanan dari beberapaperaturan untuk tahap batas kekuatan (Strength Limit States).
SNI 03-2874-2002 kode Indonesia.Beban Mati : U = 1,4 DBeban Mati dan Hidup : U = 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (A atau R)Beban Angin : U = 1,2 D + 1,0 L + 1,6 W + 0,5 (A atau R)Gempa : U = 1,2 D + 1,0 L ± 1,0 E atau 0,9 D ± 1,0 EACI 318-83 (1983) Peraturan Amerika Serikat.Beban Mati dan Hidup : U = 1,4 D + 1,7 L Beban Angin : U = 0,75 (1,4 D + 1,7 L + 1,7 W) atau 0,9 D +1,3 WGempa : U = 0,75 (1,4 D + 1,7 L + 1,1 E) atau 0,9 G + 1,1 ETekanan Tanah : U = 1,4 D + 1,7 L + 1,7 E atau 0,9 D + 1,7 E
D. Material Beton Prategang BetonBeton adalah campuran air, semen dan agregat serta suatu bebantambahan. Setelah beberapa jam dicampur, bahan-bahan tersebutakan langsung mengeras sesuai bentuk pada waktu basahnya.Campuran tipikal untuk beton dengan perbandingan berat adalahagregat kasar 44 %, agregat halus 31 %, dan air 7 %. Kekuatanbeton ditentukan oleh kuat tekan karakteristik, pada usia 28hari f’c. Kuat tekan karakteristik adalah tegangan yangmelampaui 95 % dari pengukuran kuat tekan uniaksial yangdiambil dari tes penekanan standar, yaitu dengan kubus ukuran150 x 150 mm, atau silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi300 mm. Pengukuran kekuatan dengan kubus adalah lebih tinggidaripada dengan silinder. Rasio antara kekuatan silinder dankubus adalah 0,8.Beton yang digunakan untuk beton prategang adalah yangmempunyai kekuatan tekan yang cukup tinggi dengan nilai f’cantara 30-45 Mpa. Kuat tekan yang tinggi diprelukan untukmenahan tegangan tekan pada serat tertekan, pengangkurantendon, mencegah terjadinya keretakan, mempunyai moduluselastisitas yang tinggi dan mengalami rangka lebih kecil.
Baja Baja yang dipakai untuk beton prategang dalam taktik ada empatmacam, yaitu :1. Kawat tunggal (wires), biasanya digunakan untuk bajaprategang pada beton prategang dengan sistem pratarik.2. Untaian Kawat (strand), biasanya digunakan untuk bajaprategang untuk beton prategang dengan sistem pascatarik
3. Kawat Batangan (bars), biasanya digunakan untuk bajaprategang pada beton prategang dengan sistem pratarik.4. Tulangan biasa, sering digunakan unutk tulangan non-prategang (tidak ditarik), seperti tulangan memanjang,sengkang, tulangan untuk pengangkuran dan lain-lain.Kawat tunggal yang dipakai untuk beton prategang adalah yangsesuai dengan spesifikasi ASTM A 421 di Amerika Serikat.Ukuran dari kawat tunggal bervariasi dengan diameter 3-8 mm,dengan tegangan tarik (fp) antara 1500 – 17000 Mpa, denganmodulus elastisitas Ep = 200 x 10³ Mpa. Untuk tujuan desain,tegangan leleh dapat diambil sebesar 0,85 dari tegangantariknya (0,85 fp). E. Perhitungan Tegangan Serat Pada Balok Prategang DenganMetode DasarContoh 1Sebuah balok T ganda 10LDT4 pratarik tanpa topping yangditumpu sederhana mempunyai bentang 64 ft (19,51 m) dangeometri. Balok tersebut mengalami beban mati terbagi meratatambahan WSD dan beban hidup WL sehingga totalnya adalah 420plf (6,13 KN/m). Prategang awal sebelum kehilangan adalah ƒpi= 0,70 ƒpu = 189.000 psi (1303 Mpa) dan prategang efektifsesudah kehilangan adalah ƒpe = 150.000 psi (1034 Mpa).Hitungan tegangan serat ditengah bentang akibat .a) Prategang penuh awal tanpa beban gravitasi eksternalb) Kondisi beban kerja akhir apabila kehilangan prategangtelah terjadi.Data tegangan ijin adalah sebagai berikut :ƒc’ = 6000 psi, beton ringan (41,4 Mpa)ƒpu = 270.000 (1862 Mpa) = kuat tarik tendon yang ditetapkanƒpy = 220.000 psi (1517 Mpa) = kuat leleh tendon yangditetapkanƒpe = 150.000 psi (1034 Mpa)ƒt = 12 √ƒ’c = 930 psi (6,4 Mpa) = tegangan tarik izinmalsimum di betonƒci’ = 4800 psi (33,1 Mpa) = kuat tekan beton pada saatprategang awalƒci = 0,6 ƒci’ = 2880 psi (19,9 Mpa) = tegangan izin maksimumdi beton pada saat prategang awal.ƒc = 0,45 ƒc’ = tegangan tekan ijin maksimum di beton padakondisi beban kerjaAsumsikan bahwa tendon dengan 10 strands tujuh kawatberdiameter 1/2 in (12,7
mm) dengan pola strand 108-D1 digunakan pada balok prategangini.Ac = 449 in.² (2915 cm²)Ic = 22.469 inr ² = Ic / Ac = 50,04 in²cb = 17,77 in. (452 mm)ct = 6,23 in. (158 mm)