perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PROSES BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS X DALAM MEMECAHKAN MASALAH GEOMETRI BERDASARKAN TAHAPAN WALLAS DITINJAU DARI ADVERSITY QUOTIENT(AQ) SISWA (Penelitian Dilakukan di SMA Batik 1 Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012) Skripsi Oleh : ISNA NUR LAILATUL FAUZIYAH K 1308022 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Januari 2013
129
Embed
Isna Nur L.F. K1308022 PROSES BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS .../Proses... · Saya yang bertanda tangan di bawah ini Nama : Isna Nur ... PROSES BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS X DALAM
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user i
PROSES BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS X DALAM MEMECAHKAN
MASALAH GEOMETRI BERDASARKAN TAHAPAN WALLAS DITINJAU
DARI ADVERSITY QUOTIENT(AQ) SISWA
(Penelitian Dilakukan di SMA Batik 1 Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012)
Skripsi
Oleh :
ISNA NUR LAILATUL FAUZIYAH
K 1308022
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Januari 2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Isna Nur Lailatul Fauziyah
NIM : K1308022
Jurusan/Program Studi : P.MIPA/Pendidikan Matematika
PROSES BERPIKIR KREATIF SISWA
KELAS X DALAM MEMECAHKAN MASALAH GEOMETRI
BERDASARKAN TAHAPAN WALLAS DITINJAU DARI ADVERSITY
QUOTIENT(AQ) SISWA -benar merupakan hasil karya saya sendiri.
Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,
saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Januari 2013
Yang membuat pernyataan
Isna Nur Lailatul Fauziyah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iii
PROSES BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS X DALAM MEMECAHKAN
MASALAH GEOMETRI BERDASARKAN TAHAPAN WALLAS DITINJAU
DARI ADVERSITY QUOTIENT(AQ) SISWA
(Penelitian Dilakukan di SMA Batik 1 Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012)
Oleh :
ISNA NUR LAILATUL FAUZIYAH
K 1308022
Skripsi
diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Program Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Januari 2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vi
ABSTRACT
Isna Nur Lailatul Fauziyah. K1308022. CREATIVE THINKING PROCESS X CLASS STUDENTS IN SOLVING THE PROBLEM GEOMETRY BASED ON WALLAS STAGES REVIEWED BY STUDENT ADVERSITY QUOTIENT (AQ) (Research conducted at the High School 1 Surakarta Batik in the Academic Year of 2011/2012). Thesis, Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education. Sebelas Maret University, Desember 2012.
The purpose of this study is to investigate the process of creative thinking in X class in solving geometry problems based on Wallas stages reviewed by Adversity Quotient (AQ). This study used a qualitative descriptive method. Subjects were determined through purposive sampling which is based on several criteria, namely: (1) in the category of adversity quotient to be analyzed (climber, camper, quitter) and (2) have good communication skills (based on information from the teacher). Finally, subjects were taken for this research is 1 person for each category of AQ. The techniques of collection the data was done by doing task-based interview. The task in this research is Test of Problem Solving. The data analysis techniques include three activities there are classification, data presentation and conclusion. Data validation was done by time triangulation and perseverance.
Based on the results of data analysis, it can be concluded that: (1) Stages of creative thinking process in solving geometry problems are: (a) In the
preparation stage, climber understood the given problem in a relatively short time, student was able to convey the information with its own language, (b) In the incubation stage, climber was doing reflection activity, (c) In the illumination stage, student is able to specify the idea, (d) In the verification stage, climber were trying to determine the size by trial and error, the student is able to determine the size fluently, student give up eventhough student did some mistakes in defining the size; (2) Stages of camper creative thinking process in solving geometry problems are: (a) In the preparation stage, student was able to understand the problem well with a relatively short time, student was able to convey the information by its own language, (b) In the incubation stage, camper was doing reflection activities, student was thinking of similar problems are encountered in daily lives, (c) In the illumination stage, student was able to specify an idea and trying to imagine a real problem, (d) In the verification stage, student was trying to determine the size by trial and error in a way student chose one side-size and then determine the other size, student was able to determine the size fluently; (3) Stages of quitter creative thinking process in solving geometry problems are: (a) In the preparation stage, quitter was able to understand the given problem, but student relatively needs more time than students camper and climber, when student passed the information from the problem, quitter still speaks with a language problem, (b) In the incubation stage, quitter was doing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vii
reflection activities, but in hindsight was not too mean, (c) In the Illumination stage, quitter decide the ideas will be realized from prior knowledge, there are no new ideas, (d) In the verification stage, student was able to determine the size by finding the factors of a given volume, the scheme used during the test of problem solving , student was able to determine the size fluently.
Keywords: creative thinking processes, stages of Wallas, adversity quotient, geometry.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user viii
ABSTRAK
Isna Nur Lailatul Fauziyah. K1308022. PROSES BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS X DALAM MEMECAHKAN MASALAH GEOMETRI BERDASARKAN TAHAPAN WALLAS DITINJAU DARI ADVERSITY QUOTIENT (AQ) SISWA (Penelitian dilakukan di SMA Batik 1 Surakarta tahun Ajaran 2011/2012). Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Desember 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses berpikir kreatif siswa kelas X dalam memecahkan masalah Geometri berdasarkan tahapan Wallas ditinjau dari Adversity Quotient(AQ) siswa. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ditentukan melalui purposive sampling dan didasarkan pada beberapa kriteria, yakni : (1) berada pada kategori adversity quotient yang akan diteliti (climber, camper, quitter) dan (2) memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik (berdasarkan informasi dari guru). Akhirnya subjek yang diambil untuk penelitian ini adalah 1 orang untuk setiap kategori AQ. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara berbasis tugas. Tugas dalam penelitian ini adalah Tes Pemecahan Masalah. Teknik analisis data meliputi tiga kegiatan yakni penggolongan data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Validasi data dilakukan dengan triangulasi waktu dan ketekunan pengamatan.
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa : (1) Tahapan proses berpikir kreatif siswa climber dalam memecahkan masalah geometri adalah : (a) Pada tahap persiapan, siswa climber tersebut memahami masalah yang diberikan dalam waktu yang relatif singkat, siswa mampu menyampaikan informasi yang diperoleh dengan bahasa sendiri, (b) Pada tahap inkubasi, siswa climber melakukan aktivitas merenung, (c) Pada tahap iluminasi, siswa mampu menetapkan ide, (d) Pada tahap verifikasi, siswa climber mencoba menentukan ukuran bangun dengan cara trial and error, siswa mampu menentukan ukuran bangun ruang secara fasih, siswa tidak berputus asa ketika salah menentukan ukuran; (2) Tahapan proses berpikir kreatif siswa camper dalam memecahkan masalah geometri adalah : (a) Pada tahap persiapan, siswa camper mampu memahami masalah dengan cukup baik dan dengan waktu yang relatif singkat, siswa mampu menyampaikan informasi yang diterima dengan bahasa sendiri, (b) Pada tahap inkubasi, siswa camper melakukan aktivitas merenung siswa memikirkan masalah yang serupa yang dijumpainya dalam kehidupan sehari-hari, (c) Pada tahap iluminasi, siswa camper mampu memunculkan idenya dan menetapkan ide, dari masalah yang diberikan, siswa mencoba memberikan ide dengan membayangkan masalah secara nyata, (d) Pada tahap verifikasi, siswa camper mencoba menentukan ukuran bangun dengan cara trial and error dengan cara siswa menentukan satu ukuran terlebih dahulu, kemudian menentukan ukuran sisi lain yang memenuhi, siswa mampu menentukan ukuran bangun ruang secara fasih; (3) Tahapan proses berpikir kreatif siswa quitter dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ix
memecahkan masalah geometri adalah : (a) Pada tahap persiapan, siswa quitter mampu memahami masalah yang diberikan, namun dalam memahami masalah siswa membutuhkan waktu yang relatif lebih banyak dibandingkan siswa camper dan climber, pada saat siswa menyampaikan informasi dari masalah yang disajikan, siswa quitter masih menyampaikannya dengan bahasa soal, (b) Pada tahap inkubasi, siswa quitter melakukan aktivitas merenung, namun dalam perenungannya tidak terlalu berarti, (c) Pada tahap iluminasi, siswa quitter memutuskan ide yang akan direalisasikan berasal dari pengetahuan sebelumnya, tidak ada ide baru, (d) Pada tahap verifikasi, siswa quitter mampu menentukan ukuran bangun ruang yang dibuat dengan cara mencari faktor dari volume yang diberikan, skema tersebut digunakan pada saat mengerjakan Tes Pemecahan Masalah, siswa mampu menentukan ukuran bangun ruang secara fasih.
Kata kunci : proses berpikir kreatif, tahapan wallas, adversity quotient, geometri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user x
MOTTO:
"
."
(Surah At-Taubah ayat 129)
#keep in faith and do it sincerely #
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xi
PERSEMBAHAN
Allah SWT tujuan dan alasan hidup ku
Rasulullah Muhammad SAW yang kuharapkan memberi
syafaat untukku kelak
Papa dan Mama yang selalu kuharapkan restunya
Mas Eka terima kasih telah menjaga dan melindungiku
Mbak Nik, terima kasih atas kasih sayangmu.
Alm nenek ku Siti Maryugi yang mendorong dan
mengharapkan aku untuk menjadi seorang guru
Orang-orang yang telah mencintaiku dengan tulus dan
yang membenciku.
Teman-teman P.Matematika (especially to Intan, Dewi,
Thea, Wijaya)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik dan inayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Proses Berpikir Kreatif Siswa Kelas X dalam
Memecahkan Soal Geometri Berdasarkan Tahapan Wallas Ditinjau dari Adversity
Quotient (AQ) Siswa
Dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah membantu, yakni :
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan FKIP UNS yang telah
memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.
2. Sukarmin, S.Pd., M.Si., Ph.D, Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS Surakarta yang telah memberikan ijin
penelitian.
3. Dr. Budi Usodo, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Matematika sekaligus
Pembimbing I yang telah dengan sabar memberikan banyak waktu, bimbingan,
saran, dukungan dan kemudahan kepada penulis.
4. Henni Ekana Ch., S.Si, M.Pd., Pembimbing II yang telah dengan sabar
memberikan banyak waktu, pengalaman, bimbingan, saran, dukungan kepada
penulis.
5. Dosen-dosen Program Studi Pendidikan Matematika yang telah banyak
memberikan ilmu, bimbingan, dan dukungannya dan kemudahan bagi penulis.
6. Drs. Literzet Sobri,M.Pd, Kepala SMA Batik 1 Surakarta yang telah memberikan
ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiii
7. Ibu Nur Afifah S.,S.Pd Guru matematika SMA Batik 1 Surakarta yang telah
memberikan banyak bantuan dan kemudahan kepada penulis selama penulis
melakukan penelitian.
8. Seluruh siswa kelas X.5 SMA Batik 1 Surakarta, terimakasih banyak atas
kerjasama selama penelitian.
9. Dewi, Intan, Thea, Yayah, Miftah, Wijaya, Doni yang telah membantu, berbagi
ilmu dan memberikan semangat kepada penulis selama ini.
10. Papa, mama dan mas Eka
kepada penulis.
11. 8 kakak tingkat dan adik tingkat
atas segala dukungan serta suka duka selama kuliah.
12. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dan bantuan, yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Dan akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis, pembaca, dan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan ilmu
pengetahuan dan dunia pendidikan.
Surakarta, Januari 2013
Penulis
Isna Nur Lailatul Fauziyah
NIM. K1308022
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN..................................................................................... ii
HALAMAN PENGAJUAN......................................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN..................................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................................... v
HALAMAN ABSTRAK............................................................................................... vi
HALAMAN MOTTO .................................................................................................. x
HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................................... xi
KATA PENGANTAR .................................................................................................. xii
DAFTAR ISI ................................................................................................................. xiv
DAFTAR TABEL ................................................................................................ ........ xviii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................ ........ xix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................ xx
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................................ 1
B. Pertanyaan Penelitian................................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian....................................................................................... 6
D. Batasan Istilah..... ..................................................................................... 6
E. Manfaat Penelitian.................................................................................... 7
BAB II LANDASAN TEORI........................................................................................ 8
A. Tinjauan Pustaka ...................................................................................... 8
Tabel 2.1. Indikator Tahapan Proses Berpikir Kreatif Oleh Wallas................................................................................................
15
Tabel 2.2. Kerangka Kerja Siswa Dalam Melakukan Tahapan Proses Berpikir
kalau dipanaskan memuai. Kesimpulannya: Semua logam kalau
dipanaskan memuai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
b) Kesimpulan Deduksi ialah kesimpulan yang ditarik dari keputusan yang
umum untuk mendapatkan keputusan yang khusus. Misalnya semua
manusia pasti mati, Karrta manusia, Kartta mesti mati.
c) Kesimpulan Analogi ialah kesimpulan yang sama. Sebab analogi dari kata
an (=tidak) dan a (=tidak) dan logi (=benar). Jadi analogi berarti benar,
atau sama. Artinya kesimpulan analogi adalah kesimpulan yang ditarik
dengan jalan membandingkan situasi yang satu dengan situasi yang lain,
yang telah kita kenal. Tetapi karena biasanya pengenalan kita kepada
situasi pembanding ini kurang teliti, maka kesimpulan analogi ini biasanya
juga kurang benar.
(Agus Sujanto, 2001: 56)
b. Pengertian Berpikir Kreatif
Seorang yang kreatif selalu mempunyai rasa ingin tahu, ingin mencoba-coba, berpetualang, suka bermain-main serta intuitif. Dalam masyarakat kita, kita cenderung memandang orang-orang tertentu seperti seniman, ilmuwan, atau penemu, sebagai orang-orang misterius hanya karena mereka itu kreatif. Walaupun demikian, kita semua mempunyai kemampuan untuk menjadi pemikir-pemikir yang kreatif dan pemecah masalah. Yang diperlukan adalah pikiran yang penuh rasa ingin tahu, kesanggupan untuk mengambil risiko dan dorongan untuk membuat segalanya berhasil.
(Edmund Bachman, 2005)
Pehkonen (Tatag Yuli Eko Siswono, 2006) mengemukakan bahwa
suatu kombinasi dari berpikir logis dan
Menurut Amb
untuk menyelesaikan permasalahan, membuat penyelesaian, mengungkapkan ide
baru dan penyelesaian yang komunikatif.
Maite Garaigordobil dan Laura Berrueco (2011) melakukan suatu
penelitian untuk mengetahui apakah ada pengaruh program bermain terhadap
kekreatifan anak. Program tersebut mencakup 75 menit waktu bermain anak
dalam seminggu waktu sekolah anak. Dalam penelitiannya Maite Garaigordobi
dan Laura Berrueco menggunakan dua instrumen yaitu The Torrance Test Of
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Creatifity (TTTC) dan Behaviours and Traits of Creative Personality Scale. Hasil
penelitian menunjukan bahwa program tersebut secara signifikan meningkatkan
kreatifitas anak.
erpikir kreatif
adalah merupakan suatu proses mental yang digunakan seseorang untuk
dalam pe
Silver (dalam Tatag Yuli Eko Siswono, 2006) menjelaskan bahwa
Untuk menilai berpikir kreatif anak-anak dan orang dewasa sering digunakan
tiga komponen kunci yang dinilai dalam kreativitas adalah kefasihan (fluency),
fleksibilitas dan kebaruan (novelty).
Kefasihan mengacu pada banyaknya ide-ide yang dibuat dalam merespon
sebuah perintah. Fleksibilitas tampak pada perubahan-perubahan pendekatan
ketika merespon perintah. Kebaruan merupakan keaslian ide yang dibuat dalam
merespon perintah. Dalam masing-masing komponen, apabila respon perintah
disyaratkan harus sesuai, tepat atau berguna dengan perintah yang diinginkan,
maka indikator kelayakan, kegunaan atau bernilai berpikir kreatif sudah dipenuhi.
Sedangkan keaslian dapat ditunjukkan atau merupakan bagian dari kebaruan.
Jadi indikator atau komponen berpikir itu dapat meliputi kefasihan, fleksibilitas
lain mengenai aspek berpikir kreatif efasihan mengacu pada banyaknya
masalah yang diajukan, fleksibilitas mengacu pada banyaknya kategori-kategori
berbeda dari masalah yang dibuat dan keaslian melihat bagaimana keluarbiasaan
(berbeda dari kebiasaan) sebuah respon da
Dengan demikian kegiatan pengajuan dan pemecahan masalah yang meninjau
kefasihan, fleksibilitas dan kebaruan dapat digunakan sebagai sarana untuk
menilai kreativitas sebagai produk berpikir kreatif individu .
Dalam kajian ini ketiga komponen itu diartikan sebagai:
1) Kefasihan dalam pemecahan masalah mengacu pada keberagaman
(bermacam-macam) jawaban masalah yang dibuat siswa dengan benar, sedang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
dalam pengajuan masalah mengacu pada banyaknya atau keberagaman
masalah yang diajukan siswa sekaligus penyelesaiannya dengan benar. Dua
jawaban yang beragam belum tentu berbeda. Beberapa jawaban masalah
dikatakan beragam tetapi tidak berbeda bila jawaban-jawaban itu tidak sama
satu dengan yang lain, tetapi tampak didasarkan pada suatu pola atau urutan
tertentu. Misalkan jawaban suatu masalah didasarkan pada bentuk aljabar 2y.
Bila siswa semula menjawab 2 (karena y = 1), kemudian 4 (karena y = 2),
berikutnya 6 (karena y = 3), maka jawaban siswa ini beragam tetapi tidak
berbeda. Bila siswa semula menjawab 2 (karena y = 1), kemudian 5 (karena y
= 2,5), berikutnya 1 (karena y = ½ ), maka jawaban siswa ini beragam
sekaligus berbeda. Jawaban tersebut beragam karena jawaban satu dengan
yang lain tidak sama, sedang jawaban itu berbeda karena pilihan nilai-nilai y
tidak didasarkan pada urutan atau pola tertentu. Dalam pengajuan masalah,
suatu masalah merupakan ragam dari masalah sebelumnya bila masalah itu
hanya mengubah nama subjek tetapi isi atau konsep atau konteks yang
digunakan sama. Dua masalah yang diajukan berbeda bila konsep matematika
atau konteks yang digunakan berbeda.
2) Fleksibilitas dalam pemecahan masalah mengacu pada kemampuan siswa
memecahkan masalah dengan berbagai cara yang berbeda. Sedang fleksibilitas
dalam pengajuan masalah mengacu pada kemampuan siswa mengajukan
masalah yang mempunyai cara penyelesaian berbeda-beda.
3) Kebaruan dalam pemecahan masalah mengacu pada kemampuan siswa
menjawab masalah dengan beberapa jawaban yang berbeda-beda tetapi
bernilai benar atau satu jawaban yang tidak biasa dilakukan oleh individu
(siswa) pada tahap perkembangan mereka atau tingkat pengetahuannya.
Kebaruan dalam pengajuan masalah mengacu pada kemampuan siswa
mengajukan suatu masalah yang berbeda dari masalah yang diajukan
sebelumnya.
Peneliti menyimpulkan proses berpikir kreatif adalah proses berpikir
yang meliputi tahap persiapan (menemukan masalah), inkubasi (melepaskan diri
dari masalah, taking a break), iluminasi (menemukan ide), dan verifikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
(pembuktian ide) untuk menghasilkan sesuatu (produk) yang baru(novelty) secara
fasih (fluency) dan fleksibel.
c. Tahap Proses Berpikir Kreatif Wallas
Proses berpikir kreatif merupakan suatu proses yang mengkombinasikan
berpikir logis dan berpikir divergen. Berpikir divergen digunakan untuk mencari
ide-ide untuk menyelesaikan masalah sedangkan berpikir logis digunakan untuk
memverifikasi ide-ide tersebut menjadi sebuah penyelesaian yang kreatif. Untuk
mengetahui proses berpikir kreatif siswa, pedoman yang digunakan adalah proses
kreatif yang dikembangkan oleh Wallas (Munandar,2002:59) karena merupakan
salah satu teori yang paling umum dipakai untuk mengetahui proses berpikir
kreatif dari para penemu maupun pekerja seni yang menyatakan bahwa proses
kreatif meliputi empat tahap seperti pada Tabel 2.1
Tabel 2.1
Indikator Tahapan Proses Berpikir Kreatif Oleh Wallas
Tahapan Proses Berpikir Kreatif Indikator
1. Tahap Persiapan
Pengumpulan informasi / data untuk
memecahkan masalah.
Bekal pengetahuan pengalaman, menja-jagi
kemungkinan penyelesaian masalah.
Belum ada arah tertentu / tetap tetapi alam
pikiran mengeksplorasi bermacam alternatif.
2. Tahap Inkubasi
Melepaskan diri sementara dari masalah.
Tidak memikirkan secara sadar tetapi
-sadar.
Penting untuk mencari inspirasi.
3. Tahap Iluminasi
Tahap timbulnya inspirasi atau gagasan baru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
4. Tahap Verifikasi Ide atau kreasi baru diuji.
Diuji terhadap realitas, muncul pemikiran
kritis.
Pemikiran dan sikap spontan harus diikuti
oleh pemikiran selektif atau sengaja.
Akseptasi total harus diikuti oleh kritik.
Firasat harus diikuti oleh pemikiran logis.
Keberanian harus diikuti oleh sikap hati
hati.
(Munandar,1983 )
d. Aktivitas Mental yang Membantu Kreativitas.
Berpikir kreatif membutuhkan ketekunan, disiplin diri, dan perhatian
penuh, meliputi aktivitas mental seperti :
1) Mengajukan pertanyaan
2) Mempertimbangkan informasi baru dan ide yang tidak lazim dengan pikiran
terbuka.
3) Membangun keterkaitan, khususnya diantara hal hal yang berbeda.
4) Menghubungkan hubungkan berbagai hal dengan bebas.
5) Menerapkan imajinasi pada setiap situasi untuk menghasilkan hal baru dan
berbeda.
6) Mendengarkan intuisi.
(Edmund Bachman, 2005)
4. Adversity Quotient(AQ)
Stoltz(2000:8) menjelaskan suatu kecerdasan baru, yakni kecerdasan
menghadapi kesulitan dan bagaimana meningkatkan kecerdasan baru tersebut.
Kecerdasan baru dimaksud berawal dari hasil penelitian yang dilakukan para
ilmuwan selama 19 tahun, mengkaji lebih dari 500 referensi dari tiga cabang ilmu
pengetahuan, yakni psikologi kognitif, psikoneuroimunologi, dan neurofisiologi,
dan menerapkan hasil penelitian dan pengkajiannya selama 10 tahun di seluruh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
dunia dan akhirnya sampai pada suatu kesimpulan bahwa terdapat satu kecerdasan
baru yang selama ini tidak terungkap dibutuhkan dan menentukan kesuksesan
seseorang, yakni kecerdasan menghadapi kesulitan yang selanjutnya disebut
Adversity Quotient (AQ).
Stoltz mengelompokkan orang dalam 3 kategori AQ, yaitu: quitter(AQ
rendah), camper(AQ sedang), dan climber(AQ tinggi). Quitters merupakan
kelompok orang yang kurang memiliki kemauan untuk menerima tantangan
dalam hidupnya. Campers merupakan kelompok orang yang sudah memiliki
kemauan untuk berusaha menghadapi masalah dan tantangan yang ada, namun
mereka berhenti karena merasa sudah tidak mampu lagi. Sedangkan Climbers
merupakan kelompok orang yang memilih untuk terus bertahan untuk berjuang
menghadapi berbagai macam hal yang akan terus menerjang, baik itu dapat
berupa masalah, tantangan, hambatan, serta hal hal lain.
Dalam penelitian ini, siswa dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu:
quitter, camper, dan climber. Kategori tersebut berurutan mulai dari siswa ber-
AQ rendah hingga siswa ber-AQ tinggi, yakni: quitter, camper, dan climber.
Quitter
masalah dan menolak kesempatan untuk bisa berhasil belajar matematika. Camper
matematika tetapi tidak mau berusaha keras lagi, siswa camper sudah cukup puas
dengan bisa memahami matematika. Sedangkan siswa climber
selalu berusaha keras dalam belajar maupun memecahkan persoalan matematika.
AQ terdiri dari empat dimensi, yakni CO2RE. CO2RE adalah akronim
dari control, origin dan ownership, reach, serta endurance. Dalam Adversity
Quotient, control
dalam mengelola situasi yang menimbulkan kesulitan. O2 merupakan akronim
dari origin (asal usul) dan ownership
atau apa yang menjadi asal usul kesulitan?. Dan sampai sejauh manakah saya
mengakui akibat Origin berkaitan
-AQ rendah melihat dirinya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
sendiri sebagai satu satunya penyebab atau asal usul (origin) kesulitan
tersebut. Walaupun memang mempersalahkan diri sendiri adalah penting, tapi
hendaknya hanya sampai pada tahap tertentu saja. Rasa bersalah yang terlalu
berlebihan dan melupakan peran orang lain dalam menimbulkan kesulitan tersebut
justru dapat menimbulkan hal yang lebih buruk. Jauh lebih penting ketika seorang
bersedia mengakui akibat akibat yang ditimbulkan oleh kesulitan dan turut
bertanggung jawab atas akibat kesulitan tersebut. Dalam AQ, inilah yang
dinamakan dimensi ownership. Dimensi ketiga dari AQ adalah reach atau
bagian
kemungkinan besar akan menganggap situasi buruk sebagai bencana yang akan
membiarkannya meluas dalam aspek kehidupannya. Sebaliknya, semakin tinggi
AQ seseorang, semakin efektif pula orang tersebut membatasi jangkauan kesulitan
agar tidak merambah jauh dalam aspek kehidupannya. Dimensi terakhir dari AQ
adalah endurance dua hal, yakni
kemungkinannya menganggap kesulitan atau penyebab kesulitan akan
berlangsung lama bahkan selama lamanya. Sebaliknya, orang dengan AQ tinggi
menganggap kesulitan dan penyebab penyebabnya sebagai sesuatu yang bersifat
sementara dan kecil kemungkinannya terjadi lagi.
Stoltz(2000:119) menyebutkan bahwa untuk mengetahui AQ seseorang
dapat digunakan Adversity Response Profile (ARP). Namun ARP cenderung
ditujukan untuk subjek para pegawai (mereka yang telah bekerja), sehingga
peneliti menyusun angket AQ dengan tetap berpedoman pada ARP.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
5. Bangun Ruang
a. Prisma 1) Definisi Prisma
Prisma adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua bidang
berhadapan yang konkuren dan sejajar atau jajargenjang-jajargenjang
yang dua sisi berhadapan masing-masing berimpit dengan sisi-sisi dua
segibanyak itu, sedangkan dua sisi berhadapan yanglain berimpit dengan
sisi sisi jajargenjang yang lain. Berikut ini merupakan beberapa contoh
prisma seperti pada Gambar 2.3.
Prisma diberi nama berdasarkan bentuk segi-n pada bidang alas
Prisma diberi nama berdasarkan bentuk segi-n pada bidang alas
atau bidang atasnya. Rusuk rusuk pada prisma yang tegak lurus dengan
alas maupun bidang atas, sehingga prisma tersebut disebut prisma tegak
Volume prisma
2) Paralellepipedum adalah prisma yang alasnya berupa jajar genjang
3) Paralellepipedum tegak adalah paralellepipedum yang rusuk-rusuk
tegaknya berdiri tegak lurus pada bidang alas.
Volume prisma = luas alas prisma x tinggi
Gambar 2.3.a Gambar 2.3.b
Gambar 2.3 gambar bangun prisma. Gambar 2.3.a prisma dengan alas segitiga dan Gambar 2.3.b prisma dengan alas segi-6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
4) Paralellepipedum siku-siku adalah Paralellepipedum tegak yang bidang
alasnya berupa persegi panjang.Balok adalah bangun yang dibatasi oleh
enam persegi panjang. Paralellepipedum siku-siku disebut juga balok.
Volume balok
Balok ABCD.EFGH di bawah mempunyai panjang =p, lebar= l ,
dan tinggi = t. Gambar balok dapat dilihat seperti pada Gambar 2.1
Oleh karena p x l merupakan luas alas, maka volume balok dapat dinyatakan sebagai berikut.
5) Pareallelepipedum siku-siku yang semua rusuknya sama panjang disebut
kubus.
Volume kubus
Kubus ABCD.EFGH di bawah ini mempunyai panjang rusuk a seperti
pada Gambar 2.2
t
l p
Volume balok = p x l x t
Volume balok = luas alas x tinggi
a
Volume kubus dengan panjang= a adalah:
V= luas alas x t=( a x a) x a= a3
Gambar 2.1 balok
Gambar 2.2 kubus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
b. Limas 1) Definisi limas
Limas adalah suatu bangun ruang yang dibatasi oleh suatu segibanyakdan segitiga-segitiga yang puncak berimpit atau sama dan alas-alas segitiga itu berimpit dengan sisi-sisi segibanyak. Segibanyak itu disebut alas limas dan segitiga-segitiga itu disebut sisi tegak limas.
Limas diberi nama berdasarkan bentuk segi-n pada bidang alasnya. Gambar limas dapat dilihat seperti pada Gambar 2.4
2) Volume limas
c. Tabung
1) Definisi silinder
Silinder adalah permukaan benda yang terbentuk dari suatu garis
lurus (l) yang bergerak sedemikian sehingga selalu sejajar dengan garis
tertentu dan selalu memotong kurva k. kurva k disebut garis lengkung
silinder, garis g disebut garis arah silinder, garis-garis l disebut garis
pelukis.
Volume limas = luas alas limas x tinggi
Gambar 2.4 limas segi-5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Selanjutnya jika kurva k berupa lingkaran maka disebut silinder
lingkaran. Sedangkan jika garis l tegak lurus dengan garis lengkung k
maka disebut silinder lingkaran tegak. Silinder lingkaran tegak disebut
tabung.
2) Volume tabung
Volume tabung =Luas alas x tinggi
= 2.
Dengan r = jari-jari lingkaran
t = tinggi tabung.
d. Kerucut
1) Definisi kerucut
Bidang kerucut adalah permukaan benda yang terbentuk oleh garis-
garis (g) yang bergerak sedemikian hingga selalu melalui suatu titik
tertentu (T) dan selalu memotong kurva (k) dimana titik tertentu itu tidak
terletak pada bidang pemuat kurva.
Titik T disebut puncak, garis k disebut garis pelukis, dan kurva k
disebut garis lengkung arah kerucut. Jika k berupa lingkaran, dan jika
proyeksi T pada k berimpit dengan pusat linkaran maka disebut kerucut
lingkaran tegak.
2) Volume kerucut
Volume kerucut = 13 luas alas x tinggi
= 13 2.
k g
T
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
e. Bola
1) Definisi bola
Bidang bola adalah permukaan tertutup sehingga setiap titik pada
permukaannya memiliki jarak yang sama dari titik tertentu. Titik tertentu
dinamakan titik pusat bola atau sering disingkat pusat bola.
2) Volume bola
Volume bola = 433
Dengan r= jari-jari bola
B. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian oleh Tatag Yuli Eko Siswono.
Tatag Yuli Eko Siswono melakukan penelitian untuk mengetahui proses
berpikir kreatif siswa kelas VII dalam pengajuan masalah(problem posing).
Dalam tulisan tersebut akan memberikan gambaran tentang kreativitas
siswa di kelas I SMP (dalam hal ini SMP Negeri 4 dan SMP Negeri 26 Surabaya)
dalam mengajukan masalah yang berpandu dengan model Wallas maupun
Creative Problem solving (CPS), proses berpikir kreatif siswa ketika mengajukan
masalah matematika, dan tingkat berpikir kreatif siswa dalam mengajukan
masalah matematika. Penjelasan tersebut didasarkan pada hasil penelitian
kualitatif yang telah dilakukan dengan cara pemberian tugas pengajuan masalah
(TPM) dan wawancara. Analisis data dari hasil TPM dilakukan dengan
mengidentifikasi soal matematika yang dapat diselesaikan. Kemudian dianalisis
dengan berdasar kriteria produk kreativitas yaitu kefasihan, kebaruan dan
fleksibilitas.
r
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Penelitian yang dilakukan oleh Tatag Yuli Eko Siswono memiliki
kesamaan dengan penelitian ini yakni meneliti proses berpikir kreatif siswa
berpandu dengan model Wallas, sedangkan perbedaannya pada penelitian Tatag
Yuli Eko Siswono meneliti proses berpikir kreatif ketika mengajukan masalah dan
pada penelitian ini proses berpikir kreatif ketika memecahkan masalah.
2. Penelitian oleh Tatag Yuli Eko Siswono dan I Ketut Budayasa
Tatag Yuli Eko Siswono dan I Ketut Budayasa (2006: 14) melakukan
penelitian dengan tujuan untuk mengimplementasi teori tentang tingkat berpikir
kreatif yang dikembangkan secara teoritis pada siswa SMP kelas VIII dan
untuk mendeskripsikan karakteristik proses berpikir kreatif siswa tersebut.
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara berbasis tugas. Subjek
penelitian dipilih masing-masing 2 orang siswa kelas VIII dari SMP Negeri 5
Sidoarjo dan SMP Negeri 6 Sidoarjo. Hasilnya terbukti terdapat siswa yang
memiliki karakteristik tingkat berpikir kreatif pada tingkat 4, 1 dan 0.
Penelitian yang dilakukan oleh Tatag Yuli Eko Siswono dan I Ketut
Budayasa memiliki kesamaan dengan penelitian ini yakni mendeskripsikan
proses berpikir kreatif siswa, sedangkan perbedaannya pada penelitian Tatag Yuli
Eko Siswono dan I Ketut Budayasa menganalisis tingkat berpikir kreatif dan
pada penelitian ini proses berpikir kreatif ketika memecahkan masalah.
C. Kerangka Konseptual
Adversity Quotient (AQ) atau kecerdasan adversarial sering disebut
sebagai kecerdasan dalam mengatasi kesulitan. Menurut Stoltz (2000:18-19),
berdasarkan Adversity Quotient siswa dikelompokkan ke dalam tiga kategori,
yaitu: quitter, camper, dan climber. Kategori tersebut berurutan mulai dari siswa
ber-AQ rendah hingga siswa ber-AQ tinggi, yakni: quitter, camper, dan climber.
Quitter
masalah dan menolak kesempatan untuk bisa berhasil belajar matematika. Camper
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
upakan siswa yang mau menghadapi tantangan
matematika tetapi tidak mau berusaha keras lagi, siswa camper sudah cukup puas
dengan bisa memahami matematika. Sedangkan siswa climber
tematika,
selalu berusaha keras dalam belajar maupun memecahkan persoalan matematika.
Inovasi pada pokoknya merupakan tindakan berdasarkan suatu harapan.
Inovasi membutuhkan keyakinan bahwa sesuatu yang sebelumnya tidak ada dapat
menjadi ada. Menurut futuris Joel Barker, kreativitas juga muncul dari
keputusasaan. Oleh karena itu, kreativitas menuntut kemampuan untuk mengatasi
kesulitan yang ditimbulkan oleh hal hal yang tidak pasti (Stoltz.2000:94).
Quitters bekerja sekadar untuk hidup, mereka mengambil resiko sesedikit
mungkin dan biasanya tidak kreatif, kecuali saat mereka harus menghindari
tantangan-tantangan yang besar. Berbeda dengan quitters, campers masih
menunjukkan inisiatif, sedikit semangat, dan beberapa usaha. Campers bisa
melakukan pekerjaan yang menuntut kreativitas dan mengambil risiko dengan
penuh perhitungan, tetapi biasanya mereka mengambil jalan yang aman.
Kreativitas dan kesediaan mengambil risiko hanya dilakukan dalam bidang-
bidang yang ancamannya kecil. Berbeda dengan quitters dan campers, climber
menyambut baik tantangan-tantangan. Mereka bisa memotivasi diri sendiri,
memiliki semangat tinggi, dan berjuang untuk mendapatkan yang terbaik dari
hidup. (Stoltz.2000:25) Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana
proses berpikir kreatif siswa Climber, camper, dan quitter.
Proses berpikir kreatif berdasarkan tahapan Wallas meliputi pada tahap
pertama seorang mempersiapkan diri untuk memecahkan masalah dengan cara
mengumpulkan data yang relevan, dan mencari pendekatan untuk
menyelesaikannya. Pada tahap kedua, seseorang seakan-akan melepaskan diri
secara sementara dari masalah tersebut. Tahap ini penting sebagai awal proses
timbulnya inspirasi yang merupakan titik mula dari suatu penemuan atau kreasi
baru dari daerah pra sadar. Pada tahap ketiga, seseorang mendapatkan sebuah
pemecahan masalah yang diikuti dengan munculnya inspirasi dan ide-ide yang
mengawali dan mengikuti munculnya inspirasi dan gagasan baru. Pada tahap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
terakhir adalah tahap seseorang menguji dan memeriksa pemecahan masalah
tersebut terhadap realitas. Di sini diperlukan pemikiran kritis dan konvergen. Pada
tahap verifikasi ini seseorang setelah melakukan berpikir kreatif maka harus
diikuti dengan berpikir kritis.
Berdasarkan hal tersebut maka peneliti menduga jika seorang siswa
dengan Adversity Quotient tinggi dalam arti siswa Climber tidak akan mudah
putus asa jika menghadapi kesulitan dalam memecahkan masalah. Sehingga ia
akan lebih berpikir kreatif dan berusaha keras agar masalah yang dihadapi dapat
diselesaikan dibandingkan siswa Camper , dan Quitter.
Pada tahap persiapan siswa Climber akan memahami masalah kemudian
menghubungkannya dengan yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Pada tahap
inkubasi siswa Climber akan sejenak merenung atau melakukan aktivitas lain
untuk mencari solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah. Kemudian pada
tahap iluminasi timbul ide dan keputusan untuk membuat solusi. Pada tahap
verifikasi siswa melakukan verifikasi apakah ide yang telah ditentukan memenuhi
persyaratan. Sama halnya dengan siswa Climber, siswa Camper dan Quitter akan
melalui tahap yang sama. Hanya saja ketahanan siswa dalam mencari ide dan
penyelesaian masalah yang berbeda. Dugaan tingkah laku siswa dalam proses
berpikir kreatif dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2
Kerangka Kerja Siswa Dalam Melakukan Tahapan Proses Berpikir Kreatif
Tahapan proses
berpikir kreatif Tingkah Laku yang Ditunjukkan
Tahap persiapan Siswa mampu memahami masalah yang disajikan
dan menyebutkan syarat yang diperlukan dalam
masalah yang disajikan.
Siswa mampu menyampaikan informasi dengan
bahasa sendiri.
Siswa menyebutkan bangun ruang apa saja yang
telah dipelajari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Tahap inkubasi Siswa melakukan aktivitas merenung. Dalam
aktivitas ini siswa memikirkan bangun ruang apa
saja yang bisa dibuat sebagai penyelesaian.
Tahap iluminasi Siswa menyampaikan ide yang akan digunakan
sebagai penyelesaian.
Tahap verifikasi Siswa mampu menentukan ukuran bangun ruang
dengan benar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Tempat yang digunakan untuk penelitian adalah SMA Batik 1 Surakarta
kelas X-5 tahun ajaran 2011/2012.
2. Waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan secara bertahap. Adapun tahap tahap waktu
penelitian yang dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a. Tahap Persiapan
Pada tahap ini penulis melakukan kegiatan kegiatan sebagai berikut :
1) Bulan Januari 2012 :penentuan masalah.
2) Bulan Januari 2012 Maret 2012 :penyusunan proposal skripsi.
3) Bulan Februari 2012 Maret 2012 :penyusunan instrumen penelitian.
4) Bulan Maret 2012 :uji coba instrumen angket.
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini penulis melakukan kegiatan permohonan ijin ke SMA Batik 1
Surakarta yang dijadikan tempat penelitian, kemudian melakukan
pengambilan data angket AQ pada tanggal 23 April 2012 kemudian
melakukan wawancara berbasis tugas yaitu pada bulan Mei 2012.
c. Tahap Penyelesaian
Pada tahap ini penulis melakukan penyusunan laporan dan konsultasi pada
pembimbing.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini, maka bentuk
penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Menurut Ruseffendi (1994: 174),
tif adalah suatu penelitian dimana kita akan mengejar lebih jauh
dan dalam, tetapi kita belum bisa memperkirakan apa yang sebenarnya terjadi
ur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata kata tertulis atau lisan dari orang
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat atau memiliki
karakteristik bahwa datanya dinyatakan dalam keadaan sewajarnya atau
sebagaimana adanya, dengan tidak dirubah dalam bentuk simbol simbol atau
bilangan (Hadari Nawawi & Mimi Martini, 2005: 174). Dalam penelitian ini,
tidak ada hipotesis dan data yang dihasilkan adalah data deskriptif yang berupa
kata kata tertulis atau lisan.
Strategi penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif.
dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu
s
menggunakan observasi, wawancara, atau angket mengenai keadaan objek yang
Pengambilan data menggunakan metode wawancara berbasis tugas. Data
yang diperoleh akan didiskripsikan atau diuraikan kembali kemudian akan
dianalisis.
C. Sumber Data
Menurut Lofland dalam Lexy J Moeloeng (2000 : 157) sumber data
utama dalam penelitian kualitatif adalah kata kata dan tindakan, selebihnya
adalah data tambahan seperti dokumen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Sumber data utama pada penelitian ini adalah subjek penelitian yakni
siswa kelas X-5 SMA Batik 1 Surakarta yang dipilih berdasarkan Adversity
Quotient (AQ) siswa.
D. Subjek Penlitian
Pada penelitian ini dalam menentukan subjek penelitian tidak dipilih
secara acak, tetapi pemilihan sampel bertujuan (purposive sample). Sampel
bertujuan memfokuskan pada informan-informan terpilih yang kaya dengan kasus
untuk studi yang bersifat mendalam. Selain itu, juga untuk menggali informasi
yang menjadi dasar dari rancangan dan teori yang muncul. Pada penelitian ini,
subjek penelitian dipilih berdasarkan kriteria Adversity Quotient. Angket AQ yang
telah diujicobakan kemudian diberikan kepada siswa kelas X-5 SMA Batik
Surakarta pada tanggal 23 April 2012 mengambil jam pelajaran matematika saat
jam pelajaran ke-7.
Berdasarkan angket Adversity Quotient yang telah di isi siswa, diperoleh
data seperti Lampiran 11 pada halaman 171 , dan diperoleh rerata dan simpangan
baku sebesar 86,2 dan 9. Sehingga untuk menentukan kategori siswa Climber
adalah siswa dengan skor diatas rerata ditambah setengah simpangan baku ( > +12), yakni jika skor siswa lebih dari 91, kategori siswa Quitter adalah
siswa dengan skor dibawah rerata dikurang setengah simpangan baku yakni
( < 12), jika skor siswa kurang dari 82. Dan sisanya termasuk siswa
Camper.
Dari data skor siswa pada Lampiran 11 jika dibuat dalam diagram boxplot dengan bantuan perangkat minitab diperoleh distribusi data seperti pada Gambar 3.1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
110
100
90
80
70
6023
2
Gambar 3.1.
Sebaran Data Adversity Quotient Siswa Kelas X-5 SMA Batik 1 Surakarta.
Dari Gambar 3.1 terlihat bahwa terdapat 2 pencilan yaitu siswa dengan
nomor absen 2 dan 23. Kategori pencilan menurut Boxplot adalah jika suatu data
terletak lebih dari atau sama dengan kuartil 1 + 1,5(Kuartil 3 Kuartil 1) dan
kurang dari atau sama dengan kuartil 3 - 1,5(Kuartil 3 Kuartil 1). Pencilan
mungkin akibat dari pembulatan angka saat merekam pengukuran, dari kesalahan
membaca instrumen, dari gangguan teknis, dan lain-lain. Bahkan ketika tidak ada
kesalahan pencatatan atau pengamatan, satu set data dapat mengandung satu atau
lebih pengamatan valid yang termasuk pencilan, untuk satu alasan atau lainnya,
sangat berbeda dari data yang lain. Penelitian kualitatif berasumsi bahwa setiap
individu, budaya, latar adalah unik dan penting untuk mengapresiasi keunikan,
sedangkan pencilan merupakan data yang tidak mengikuti pola umum data,
sehingga siswa dengan kategori pencilan diduga memiliki keistimewaan. Pada
penelitian kualitatif, pencilan inilah yang dipilih sebagai subjek penelitian. Siswa
dengan nomor absen 2 tergolong siswa Climber dengan skor 112, sedangkan
siswa dengan nomor absen 23 tergolong siswa Quitter dengan skor 62. Dari data
tersebut, dipilih siswa dengan nomor absen 2 dan 23 sebagai subjek penelitian
dengan kategori Climber dan Quitter. Sedangkan untuk siswa Camper dipilih
siswa dengan nomor absen 10 dengan skor 87.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
E. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode wawancara berbasis tugas.
1. Metode Angket
Metode angket adalah cara pengumpulan data melalui pengajuan
pertanyaan pertanyaan tertulis kepada subyek penelitian, responden, atau sumber
data dan jawabannya diberikan pula secara tertulis (Budiyono, 2003). Di dalam
penelitian ini, metode angket yang digunakan adalah metode angket langsung.
Metode angket langsung yaitu metode angket yang jawaban dari pertanyaan-
pertanyaan diperoleh langsung dari subyek penelitian tanpa melalui perantara.
Metode angket ini dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai adversity
quotient dari subyek penelitian.
2. Metode Tes
Nana Sudjana (1989:35)
adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapatkan
jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes
s umumnya digunakan
untuk mengukur proses berpikir siswa, menilai hasil belajar siswa, terutama hasil
belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan
tujuan pendidikan dan pengajaran. Ada dua macam jenis tes, yaitu tes uraian dan
tes obyektif. Tes uraian adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawabnya
dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan,
memberikan alasan dan bentuk lain yang sesuai dengan tuntutan pertanyaan
dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri. Tes dalam penelitian ini
terdiri atas Tes Pemecahan Masalah dimana masalah geometri yang diberikan
bersifat terbuka.
2. Metode Wawancara
Budiyono (2003:52) Metode wawancara atau
interview adalah pengumpulan data yang dilakukan melalui percakapan
antara peneliti dengan obyek penelitian/ responden. Dalam hal ini,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
pewawancara mengadakan percakapan sedemikian sehingga pihak yang
diwawancarai bersedia terbuka mengeluarkan pendapatnya. Biasanya yang
diminta bukan kemampuan tetapi informasi mengenai sesuatu. Pada penelitian
ini metode wawancara dilakukan pada siswa, untuk menggali informasi dari
subyek penelitian tentang proses berpikir kreatif siswa dalam memecahkan
masalah geometri. Wawancara dalam penelitian ini merupakan wawancara tak
terstruktur.
Untuk mendapatkan data mengenai proses berpikir kreatif siswa dalam
memecahkan masalah bangun ruang dilakukan dengan metode wawancara
berbasis tugas. Wawancara berbasis tugas dipilih karena memungkinkan peneliti
memperoleh kekayaan data. Pada saat wawancara peneliti memberikan tes
pemecahan masalah pada subjek. Peneliti meminta subjek mengerjakan tes
pemecahan masalah sambil mengomunikasikan apa yang ada dalam pemikirannya
dan menanyakan beberapa hal terkait untuk mengungkap proses berpikir kreatif
subjek tersebut. Untuk keperluan triangulasi data, wawancara berbasis tugas
tersebut dilakukan dua kali untuk setiap subjek penelitian.
F. Instrumen Penelitian
Dalam suatu penelitian sangat diperlukan data yang objektif yang berisi
berbagai keterangan dan bahan yang sesuai dengan masalah yang akan diselidiki.
Dalam penelitian ini instrumen penelitiannya adalah peneliti sendiri. Dalam hal
ini peneliti merupakan perencana, pelaksana pengumpul data, analisis, penafsir
data, dan akhirnya menjadi pelapor hasil penelitiannya. Lebih lanjut Lexy
J.Moleong ( 2001 : 121 ) mengungkapkan beberapa hal yang perlu diperhatikan
peneliti sebagai instrumen yakni :
1. Responsif
Manusia sebagai instrument responsive terhadap lingkungan dan terhadap
pribadi pribadi yang menciptakan lingkungan.
2. Dapat menyesuaikan diri
Manusia sebagai instrumen hampir tidak terbatas dapat menyesuaikan diri
pada keadaan dan situasi pengumpulan data.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
3. Menekankan keutuhan
Manusia sebagai instrument memanfaatkan imajinasi dan kreativitasnya dan
memandang dunia ini sebagai suatu keutuhan, jadi sebagai konteks yang
berkesinambungan di mana mereka memandang dirinya sendiri dan
kehidupannya sebagai sesuatu yang riil, benar,dan mempunyai arti.
4. Mendasarkan diri atas perluasan pengetahuan.
5. Memproses data secepatnya.
6. Memanfaatkan kesempatan untuk mengklarifikasikan dan mengikhtisarkan.
Manusia sebagai instrument memiliki kemampuan lainnya, yaitu kemampuan
untuk menjelaskan sesuatu yang kurang dipahami oleh subjek dan
responden.
Selain peneliti sendiri, instrumen bantu dalam penelitian ini antara lain
instrumen tes, instrumen wawancara dan angket Adversity Quotient (AQ).
1. Instrumen Bantu Penelitian (Instrumen Tes)
Dalam penelitian ini digunakan tes uraian untuk mengetahui sampai
sejauh mana proses berpikir kreatif siswa dalam dalam memecahkan masalah
bangun ruang. Tes uraian dalam penelitian ini berkaitan dengan volume bangun
ruang. Lembar tes pemecahan masalah tersebut terdapat sebuah permasalahan.
Peneliti menyusun dua buah tes pemecahan masalah yakni Tes
Pemecahan Masalah 1 dan Tes Pemecahan Masalah 2 untuk keperluan triangulasi.
Data hasil wawancara berbasis Tes Pemecahan Masalah 1 akan ditriangulasi
dengan data hasil wawancara berbasis Tes Pemecahan Masalah 2.
Sebelum digunakan kedua tes pemecahan masalah tersebut dianalisis
oleh dosen pendidikan matematika yang berpengalaman untuk menguji apakah
instrumen ini benar-benar dapat mengungkap bagaimana siswa berpikir kreatif.
Analisis dilakukan dengan menentukan apakah kecocokan materi, konstruksi dan
bahasa yang digunakan dalam instrumen memenuhi kriteria validitas. Kriteria
validitas yang digunakan adalah jika sekurang-kurangnya 2 dari 3 validator
menyetujui bahwa dari segi isi, konstruksi kalimat, bahasa yang digunakan dalam
tiap-tiap butir soal dapat mengungkap bagaimana siswa berpikir kreatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Tes Pemecahan Masalah I divalidasi terlebih dahulu oleh Dr. Imam
Sujadi, M.Si (dosen Pendidikan matematika UNS), Drs. Ponco Sujatmiko, M.Si
(dosen Pendidikan Matematika UNS) dan Dwi Maryana,S.Si (dosen Pendidikan
Matematika UNS). Dari Bapak Imam Sujadi dan Bapak Ponco Sujatmiko peneliti
mendapatkan masukan dari segi bahasa dan konstruksi soal, peneliti awalnya
menginginkan terdapat 3 soal untuk tiap permasalahan namun peneliti
bangun ruang apa saja yang mungkin kamu buat berdasarkan apa yang sudah
kemudian soal terse
yang kedua peneliti mendapatkan masukan dari segi konstruksi soal dan bahasa.
Untuk perintah menentukan banyak wadah jelly, awalnya peneliti meletakkan
perintah tersebut sebagai soal, tetapi peneliti merevisinya sebagai petunjuk khusus
pengerjaan soal, agar tes pemecahan masalah yang kedua setara dengan tes
pemecahan masalah pertama.
Dari ketiga validator, ketiganya menyatakan bahwa instrumen tes yang
digunakan valid untuk mengungkap proses berpikir kreatif siswa. Serta untuk Tes
Pemecahan Masalah II telah dinyatakan setara dengan Tes Pemecahan masalah I.
Teknik wawancara yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik
wawancara tak terstruktur. Pertanyaan disesuaikan dengan keadaan responden
dengan terlebih dahulu peneliti membuat pedoman wawancara yang berisi butir-
butir pertanyaan yang akan ditanyakan ketika wawancara. Pedoman wawancara
divalidasikan kepada validator.
Analisis hasil wawancara dilakukan dengan memperhatikan kata kunci
yang mengindikasikan aspek-aspek berpikir kreatif kemudian dilakukan
pengodean sesuai indikator proses berpikir kreatif yang ditetapkan dan
disimpulkan karakteristik yang muncul.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Validator untuk instrumen pedoman wawancara ini adalah oleh Dr. Imam
Sujadi, M.Si (dosen Pendidikan matematika UNS), Drs. Ponco Sujatmiko, M.Si
(dosen Pendidikan Matematika UNS) dan Dwi Maryana,S.Si (dosen Pendidikan
Matematika UNS). Dari ketiga validator tersebut, ketiganya menyatakan
instrumen pedoman wawancara valid.
4. Angket Adversity Quotient
Instrumen ini digunakan untuk mengategorikan siswa berdasarkan AQ.
Angket adalah cara pengumpulan data melalui pengajuan pertanyaan pertanyaan
tertulis kepada subjek penelitian, responden, atau sumber data dan jawabannya
diberikan pula secara tertulis(Budiyono, 2003:47). Menurut Stoltz (2000:119)
untuk mengetahui kategori AQ seseorang digunakan Adversity Response Profile
(ARP)yang terdiri dari 30 butir peristiwa dengan disertai dua pertanyaan untuk
setiap peristiwa dengan skala Likert lima poin. ARP cenderung ditujukan untuk
responden para pegawai(orang yang telah bekerja), sedangkan subjek dalam
penelitian ini adalah siswa kelas X SMA sehingga peneliti mengembangkan
angket AQ dengan tetap berpedoman pada ARP. Angket AQ disusun sesuai
dengan konteks keseharian siswa SMA dalam skala Likert lima poin dengan
modifikasi menjadi 4 poin.
ARP memiliki rentang skor antara 40 sampai dengan 200 dengan masing
masing dimensi AQ(control, origin & ownership, reach, dan endurance)
memiliki skor maksimal 50. Dengan memperhatikan rentang skor ARP tersebut,
setelah dilakukan uji coba dan analisis konsistensi internal, angket AQ pada
mulanya disusun dalam 56 butir kemudian digugurkan menjadi 30 butir, dengan
rincian sepuluh butir untuk dimensi control, lima butir untuk dimensi origin,
empat butir untuk dimensi ownership, empat butir untuk dimensi reach, tujuh
butir untuk dimensi endurance.
Secara garis besar, langkah langkah dalam menyusun angket AQ
sebagai berikut:
a. Menyusun kisi kisi angket AQ dengan mengacu pada deskripsi masing
masing dimensi AQ yang dikemukakan Stoltz.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
b. Menyusun butir butir angket berdasarkan indikator pada kisi kisi angket.
c. Melakukan validasi terhadap butir butir angket.
d. Melakukan revisi jika memang ada yang perlu direvisi.
e. Melakukan uji coba angket AQ.
Berdasarkan langkah langkah di atas, penyusunan angket AQ dimulai
dengan merumuskan kisi kisi angket AQ. Kisi kisi dirumuskan dengan
berpedoman pada deskripsi aspek AQ yang dikemukakan Stoltz.
Selanjutnya, suatu angket dikatakan valid dari segi isi apabila isi angket
merupakan sampel yang representatif dari keseluruhan isi yang akan diukur.
Untuk menilai apakah angket memiliki validitas isi yang tinggi dilakukan melalui
experts judgement (penilaian yang dilakukan oleh para pakar). Dalam penelitian
ini, untuk memenuhi validitas isi angket AQ divalidasi oleh validator.
Dalam penelitian ini validasi isi dilakukan oleh 3 orang, yakni Dr. Imam
Sujadi, M.Si (dosen Pendidikan Matematika UNS); Ira Kurniawati, S.Si.,
M.Pd.(dosen Pendidikan Matematika UNS); Dra. Sri Wiyanti, M.Si(dosen
Psikologi UNS). Angket Adversity Quotient ini mengalami beberapa kali revisi.
Pertama peneliti menyusun indikator-indikator berdasarkan aspek yang telah
dikemukakan oleh Stoltz. Peneliti menyusun sebanyak 56 butir pernyataan yang
terdiri atas 18 butir untuk aspek Control (kendali), 8 butir untuk aspek Origin
(asal-usul), 8 butir untuk aspek Ownership (pengakuan), 10 butir untuk aspek
Reach (jangkauan), dan 12 butir untuk aspek Endurance (daya tahan). Kemudian
peneliti memvalidasikan angket tersebut kepada Dra. Sri Wiyanti, M.Si. Dari hasil
validasi oleh Dra. Sri Wiyanti, M.Si peneliti mendapat masukan untuk tiap butir
angket kemudian peneliti merevisi butir-butir yang perlu direvisi. Setelah itu,
peneliti juga melakukan konsultasi dengan Ibu Ira Kurniawati, S.Si, M.Pd. Dari
konsultasi tersebut, peneliti merevisi beberapa butir pernyataan, terakhir peneliti
berkonsultasi dengan Dr. Imam Sujadi, M.Si. Dari konsultasi tersebut, peneliti
juga merevisi beberapa butir angket serta menambahkan kata pengantar pada
angket tersebut. Setelah melakukan revisi, peneliti memvalidasikan angket
tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Setelah angket dikatakan valid dari segi isi, selanjutnya dilakukan uji
coba pada angket untuk melihat konsistensi internal setiap butir angket dan
reliabilitas angket tersebut. Sebuah angket yang terdiri dari beberapa butir
haruslah kesemua butir itu mengukur hal yang sama dan menunjukkan
kecenderungan yang sama pula. Hal inilah yang disebut konsistensi internal setiap
butir angket. Untuk mengetahui konsistensi internal pada setiap butir angket
dilakukan dengan menghitung indeks konsistensi internal (rxy) pada masing
masing butir menggunakan rumus korelasi momen produk Karl Pearson, dengan
cara perhitungan sebagai berikut: = ( 2 2)( 2 2) Dimana rxy = indeksi konsistensi internal butir ke i
n = banyaknya subjek yang dikenai uji coba angket
X = skor untuk butir ke i (dari subjek uji coba)
Y = total skor (dari subjek uji coba).
Apabila diperoleh butir angket dengan rxy<0.3 maka butir tersebut harus
dibuang.
Suatu angket disebut reliabel apabila hasil pengukuran dengan angket
tersebut memberikan hasil yang sama jika sekiranya pengukuran tersebut
dilakukan kepada orang yang sama pada waktu yang berlainan atau pada orang
lain (tetapi memiliki kondisi yang sama) pada waktu yang sama atau pada waktu
yang berlainan. Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan untuk menghitung
reliabilitas angket AQ adalah teknik Cronbach Alpha, dengan cara perhitungan
sebagai berikut:
11= 1122
Dimana r11 = indeks reliabilitas angket
n = banyak butir angket
si2 = variansi butir ke-
st2 = variansi skor skor yang diperoleh subjek uji coba
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Suatu angket dikatakan reliabel jika memiliki indeks reliabilitas r11
0,7.(Budiyono,2003:65-70).
Peneliti mengujicobakan angket AQ yang telah divalidasi kepada kepada
76 siswa kelas X.2 dan X.3 SMA AL ISLAM 1 Surakarta. Awalnya peneliti
memberikan angket untuk dibawa pulang agar siswa dapat mengisi angket
tersebut di waktu luangnya. Namun, sistem ini mendapatkan kendala, tidak semua
angket kembali pada peneliti, dan beberapa angket tidak diisi lengkap sehingga
peneliti tidak dapat menggunakannya. Dari ujicoba tersebut peneliti memperoleh
41 angket yang bisa digunakan. Hasil ujicoba angket tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Berdasarkan perhitungan konsistensi internal, dari 56 butir angket diperoleh
30 butir konsisten, dengan rentang indeks konsistensi internal antara 0,302
0,698.
2. Berdasarkan ujicoba reliabilitas angket, diperoleh indeks reliabilitas 0,77
sehingga angket tersebut dinyatakan reliabel.
Butir angket AQ harus mewakili indikator-indikator keempat aspek AQ,
yakni control, origin dan ownership, reach serta endurance. Hasil analisis
konsistensi internal angket Adversity Quotient (AQ) dapat dilihat pada Tabel 3.1
Tabel 3.1
Hasil Analisis Butir Angket Adversity Quotient (AQ).
Aspek Tidak konsisten Konsisten
Jumlah Butir
Nomor Butir Jumlah Butir
Nomor Butir yang Dipakai
Control 8 4,34,10,38,9,29, 55,51
10 7,16,31,1,22,27,13,37,43,10
Origin & Ownership 7
12,24,3,2,18,33, 54 9
47,15,20,35,40, 19,36,45,5
Reach 6 21,14,32,56,49,30 4 41,6,23,44
Endurance
5 28,46,39,42,53 7 8,11,26,48,50,52,25
Total 26 30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Selanjutnya, angket AQ disusun kembali untuk digunakan dalam
pengelompokan siswa. Angket AQ yang digunakan untuk pengelompokan siswa
selanjutnya diberikan pada 38 siswa kelas X.5 SMA Batik 1 Surakarta.
Untuk mengetahui kategori AQ siswa, skor diubah ke dalam skala
nominal, yaitu kategori AQ tinggi, kategori AQ sedang, atau kategori AQ rendah.
Apabila skor siswa berada diatas rerata plus setengah simpangan baku ( > +12) maka termasuk kategori AQ tinggi, apabila skor siswa berada dibawah rerata
dikurangi setengah simpangan baku ( < 12) maka termasuk kategori AQ
rendah, dan sissanya berada pada kategori AQ sedang (Budiyono, 2003:28).
dengan = skor siswa,
= rerata skor satu kelas
= simpangan baku.
Selanjutnya, siswa dengan AQ tinggi disebut climber , siswa dengan AQ sedang
disebut camper, dan siswa dengan AQ rendah disebut quitter. Dari hasil analisis
pengisian angket AQ di kelas X.5 SMA Batik 1 Surakarta diperoleh 9 siswa