BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang MasalahKekerasan antar kelompok yang meledak
pasca Reformasi di berbagai kawasan di Indonesia menunjukkan betapa
rentannya rasa kebersamaan yang dibangun dalam Negara-bangsa serta
betapa kentalnya prasangka antar kelompok dan betapa rendahnya
sikap saling pengertian antar kelompok itu. Ketika konflik kecil
seperti percekcokan antara warga telah melibatkan prasangka etnik,
sehingga dapat memicu konflik-konflik yang lebih besar. Hal ini
berangkat dari upaya oleh orang-orang tertentu dengan mengembankan
basis nilai-nilai negatif satu kelompok atas kelompok lain.
Beberapa konflik yang telah terjadi di Indonesia yang mengalami
banyak insiden kekerasan sejak 1998, mulai dari kekerasan rasial
terhadap etnis Tionghoa pada 13-14 Mei 1998 di Jakarta, konflik di
Maluku tahun 1999-2002, pembersihan etnis Madura di Sampit,
Kalimantan Barat tahun 2000, darurat sipil di Aceh, dan konflik
Muslim-Kristen yang kronis di Poso sejak Desember 1998.
Peristiwa-peristiwa konflik tersebut pastinya terekam dalam memori
ingatan seluruh masyarakat Indonesia pada masa itu. Kesatuan
nasional yang mengintegrasikan masyarakat Indonesia menimbulkan
persoalan karena struktur masyarakat Indonesia yang majemuk.
Keberagaman masyarakat menimbulkan persoalan bagaimana masyarakat
Indonesia secara horizontal saling menghormati dan menghargai
kebudayaan. Indonesia merupakan masyarakat majemuk karena mencakup
berbagai suku atau etnik dan agama. Masing-masing etnik dan agama
mempunyai kebudayaan tersendiri yang menjadi identitasnya.
Kemajemukan inilah yang mengancam dasar keutuhan masyarakat. Akan
tetapi, keutuhan masyarakat dapat terjaga ketika terdapat kesatuan
cita-cita dan pendapat mengenai nilai-nilai dan norma-norma yang
berlaku. Dasar-dasar nilai inilah yang menjadi faktor pengikat atau
faktor interaksi masyarakat.Sebagai makhluk sosial yang melakukan
interaksi dengan masyarakat manusia pasti pernah mengalami suatu
pertentangan atau perbedaan. Pertentangan ini yang nantinya akan
menjadi sebuah konflik yang jika dibiarkan akan menjadi suatu
masalah yang akan membesar. Konflik bertentangan dengan interaksi.
Konflik dan Interaksi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat.
Konflik yang terkontrol akan menghasilkan interaksi. Sebaliknya,
interaksi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik. Dalam
proses interaksi baik antara manusia dan manusia maupun manusia
dengan lingkungan, jika tidak terjalin suatu kesepakatan atau
hubungan yang harmonis maka harapan-harapan yang diinginkan tidak
akan terlaksana.
Pada umumnya interaksi antar etnik terjadi karena adanya suatu
proses penyesuaian karakter dan perilaku manusia secara
perlahan-lahan. Interkasi dapat tercapai tentu dengan berbagai
pertimbangan bila terjadi penyesuaian baik dari aspek sosial,
budaya dan aspek ekonomi. Heterogenitas etnik ditandai oleh adanya
pemukiman yang dihuni oleh berbagai etnik dan agama dalam satu
komunitas yang kompleks. Dalam kondisi ini berpotensi untuk
munculnya konflik antar etnik, namun di sisi lain sikap menghargai
dan harmonisasi dapat terjaga ketika interaksi terjadi tanpa harus
berbenturan dengan budaya dari etnik lainnya. Dalam konteks yang
lebih kecil, interaksi masyarakat dapat dilihat di daerah Sulawesi
Tengah pada umumnya dan khususnya di Kelurahan Kayamanya Sentral
Kecamatan Poso Kota Kabupaten Poso.
Salah satu fenomena konkrit terdapat pola interaksi yang terjadi
di Kabupaten Poso terdapat berbagai kelompok etnik dan agama
masyarakat secara horizontal. Walaupun beberapa tahun yang lalu
daerah ini sangat rawan terjadi konflik antar agama. Konflik Poso
pada awalnya sangat terkait dengan kompetisi elite lokal. Saat
konflik poso meletus pertama kalinya akhir Desember 1998, saat itu
berakhir masa tugas bupati Arief Patanga. Perebutan kursi Kepala
Daerah terjadi antara Sekwilda Yahya Patiro dengan Damsyik
Ladjalani, keduanya tokoh Golkar. Akan tetapi Damsyik yang
dikdukung PPP dan Muslim dan Yahya Patiro yang didukung PDI-P dan
tokoh-tokoh Kristen. Keduanya gagal menjadi bupati yang dipilih
anggota DPRD hasil pemilu 1999. Konflik memanas lagi saat Sekwilda
baru mau ditunjuk, seorang PPP mengancam akan ada konflik, apabila
Damsyik tidak ditunjuk sebagai Sekwilda. Sebaliknya tokoh-tokoh
Kristen menuntut Sekwilda dari kalangan mereka sebagai bagian dari
power sharing (Kompas, 16 Desember 2003). Dari gambaran tersebut
dapat diketahui, salah satu penyebab utama terjadi konflik Poso,
karena persaingan antar-elite politik lokal, dipicu tawuran antar
warga yang berbeda agama, entah mengapa kemudian merebak menjadi
konflik antar pemeluk agama. Dari pergeseran konflik yang berawal
dari konflik antar warga beralih menjadi konflik agama, tampak
jelas sekali betapa peristiwa konflik juga mengalami proses
pergeseran makna dari masalah konflik kriminal murni ke konflik
antar umat beragama (dalam Hasrulah, 2009: 21-22).
Namun setelah pasca konflik beberapa tahun belakangan ini telah
banyak masyarakat pendatang yang tinggal dan menetap untuk bekerja
bersama-sama dengan masyarakat lokal. Secara sosiologis terdapat
beragam etnik, yakni etnik diantaranya Pamona, Sanger, Jawa, Bali,
Bugis dan Tator, interaksi pun tetap tercipta. Dengan kata lain,
daerah yang multietnis ini sekarang dapat hidup berdampingan dalam
kehidupan sehari-hari dan dapat dikatakan bahwa sikap menghargai
dan harmonisasi sosial dapat terjaga pada masyarakat lokal maupun
masyarakat pendatang dan masyarakat tidak lagi mudah untuk
terprofokator dengan isu-isu yang ada. Salah satu proses interaksi
antar masyarakat di Poso Kota khususnya di Kelurahan Kayamanya,
yakni adanya sikap saling menghargai terhadap etnik dan agama
lainnya. kondisi seperti ini yang menjadikan sikap menghargai dan
harmonisasi sosial antar masyarakat di Poso Kota tetap terjaga
pasca konflik.Hal inilah yang yang menjadi perhatian penulis untuk
melakukan penelitian dengan judul Interaksi Masyarakat Lokal Dan
Masyarakat Pendatang Pasca Konflik Di Kelurahan Kayamanya Sentral
Kecamatan Poso Kota Kabupaten Poso .1.2 Perumusan MasalahBerangkat
dari latar belakang diatas, maka yang menjadi pusat perhatian dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana
interaksi masyarakat lokal dan masyarakat pendatang sebelum konflik
dan pasca konflik di Kelurahan Kayamanya Sentral Kecamatan Poso
Kota Kabupaten Poso? 2. Bagaimana bentuk interaksi antar masyarakat
lokal dan masyarakat pendatang pasca konflik di Kelurahan Kayamanya
Sentral Kecamatan Poso Kota Kabupaten Poso?1.3 Tujuan dan Manfaat
Penelitian1. Tujuan PenelitianTujuan utama dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui interaski antar masyarakat lokal dan
masyarakat pendatang dapat menjaga sikap menghargai antar
masyarakat yang berbeda etnik dan agama pasca konflik, sehingga
dapat mengurangi konflik pada masyarakat tersebut. Namun secara
spesifik, tujuan penelitian ini adalah:a. Untuk mengetahui
interaksi masyarakat lokal dan masyarakat pendatang sebelum konflik
dan pasca konflik di Kelurahan Kayamanya Sentral Kecamatan Poso
Kota Kabupaten Poso.b. Untuk mengetahui bentuk interaksi antar
masyarakat lokal dan masyarakat pendatang pasca konflik di
Kelurahan Kayamanya Sentral Kecamatan Poso Kota Kabupaten Poso.2.
Manfaat PenelitianHasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat
dijadikan sebagai:a. Dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi
Pemerintah Kabupaten Poso berkaitan terhadap pengambilan kebijakan
serta pada masyarakat pasca konflik, baik dalam hal interaksi antar
masyarakat lokal dan masyarakat pendatang yang berbeda etnik dan
agama demi terjaganya interaksi yang baik.b. Dapat memberi nilai
tambah ilmu pengetahuan bagi penulis untuk secara kreatif khususnya
menyangkut masalah interaksi serta dapat menjadi bahan referensi
penelitian yang sama di masa yang akan datang.1.4 Sistematika
PembahasanRencana skripsi ini akan disusun dalam lima bab yang
selanjutnya dirinci kedalam beberapa sub-bab, secara keseluruhan
merupakan satu komponen yang menjalin satu komposisi pembahasan
yang serasi. Adapun sistematikanya adalah sebagai berikut:Bab satu
adalah pendahuluan, yang terdiri dari beberapa sub-bab yakni latar
belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian
serta sistematika pembahasan.Bab dua, adalah memuat kajian pustaka
dan definisi konsep. Dalam kajian pustaka berisi tentang konflik,
interaksi sosial, paguyuban (Gemeinscaft), defenisi masyarakat dan
etnik serta agama.Bab tiga, memuat tentang metode penelitian yang
terdiri atas jenis penelitian, lokasi penelitian, unit analisis dan
informan,teknik pengumpulan data serta interpretasi data.Bab empat,
merupakan hasil dan pembahasan yang memuat deskripsi lokasi
penelitian serta mengenai proses dan bentuk interaksi antar
masyarakat lokal dan masyarakat pendatang yang berbeda etnik dan
agama pasca konflik di Poso Kota serta upayah masyarakat lokal dan
masyarakat pendatang dalam menjaga interaksi yang baik sampai saat
ini.Bab lima, merupakan bab penutup yang memuat kesimpulan dan
saran yang berkenan dengan objek penelitian.
BAB IIKAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Pustaka2.1.1 Konflik SosialKonflik merupakan salah
satu bagian dalam interaksi sosialyang berbentuk disosiatif.
Konflik ini jika dibiarkan berlarut-larutdan berkepanjangan serta
tidak segera di tangani akan menimbulkan terjadinya disintegrasi
sosial suatu bangsa. Suatu keadaan yang memiliki peluang besar
untuk timbulnya konflik adalah perbedaan. Perbedaan yang dimaksud
adalah perbedaan kepentingan.Selama lebih dua puluh tahun Lewis A.
Coser tetap terikat pada model sosiologi dengan tekanan pada
struktur sosial. Pada saat yang sama dia menunjukkan bahwa model
tersebut selalu mengabaikan studi tentang konflik sosial. Coser
mengakui beberapa susunan structural merupakan hasil persetujuan
dan consensus, suatu proses yang ditonjolkan oleh kaum fungsionla
structural, tetapi dia juga menunjuk pada proses lain yaitu konflik
sosial. Menurut Coser (dalam Novri Susan 2010: 59-60):konflik tidak
hanya berwajah negatif. Konflik memiliki fungsi positif terhadap
masyarakat melalui prubahan-perubahan sosial yang di
akibatkanya
Pendapat ini sesungguhnya berangkat dari sosiologi konflik
Simmel (dalam Novri Susan 2010: 60): konflik itu sesungguhnya
menunjuk dirinya sebagai suatu faktor positifCoser melihat konflik
sebagai mekanisme perubahan sosial dan penyesuain, dapat memberi
peran positif, atau fungsi positif, dalam masyarakat. Sehingga
dalam suatu hubungan sosial tertentu, konflik yang disembunyikan
tidak akan memberi efek positif.Akan tetapi para ahli sosiologi
kontemporer sering mengacuhkan analisa konflik sosial, secara
implicit melihatnya sebagai desktruktif atau patologis bagi
kelompok sosial. Coser memilih menunjukkan berbagai sumbangan
konflik yang secara potensial positif untuk membentuk serta
mempertahankan struktur. Dia melakukan hal ini dengan membangun di
atas sosiologi klasik pernyataan-pernyataan yang berhubungan
konflik sosial, dan terutama melalui kepercayaan pada ahli
sosiologi Jerman yang terkenal yaitu George Simmel. Coser (1957)
memberikan perhatian terhadap asal muasal konflik sosial, bahwa ada
keagresifan atau bermusuhan dalam diri orang (hostile feeling), dan
dia memperhatikan bahwa dalam hubungan intim dan tertutup, antara
cinta dan rasa benci hadir. Coser mempunyai pendapat yang sama
dengan Simmel dalam melihat unsur dasar konflik, yaitu bostile
feeling. Walaupun demikian, Coser mengkritik pendapat Simmel yang
hanya berhenti pada unsure bostile feeling. Bagi Coser, hostile
feeling belum tentu menyebabkan konflik terbuka (over conflict).
Sehingga Coser menambahkan unsur perilaku permusuhan. Perilaku
permusuhan inilah yang menyebabkan masyarakat mengalami situsi
konflik (Novri Susan 2010: 60).Coser membedakan dua tipe dasar
konflik, yaitu konflik realistis dan non realistis. Konflik
realistis memiliki sumber yang konkret atau bersifat materiil,
seperti perebutan sumber ekonomi atau wilayah. Jika mereka telah
memperoleh sumber rebutan tersebu, dan bila di peroleh tanpa
perkelahian, maka konflik akan segera di atasi dengan baik.
Sedangkan konflik non realistisdi dorong oleh keinginan yang tidak
rasional dan cenderung bersifat ideologi, konflik ini seperti
konflik antar agama, antar etnis, dan konflik antar kepercayaan
lainnya. Konflik adalah tujuan itu sendiri, baik diizinkan atau
tidak. Konflik non realistis merupakan satu cara menurunkan
ketegangan atau mempertegas identitas satu kelompok, dan cara ini
mewujudkan bentuk-bentuk kekejian yang sesungguhnya turun dari
sumber-sumber lain. Antara konflik yang pertama dan kedua, konflik
yang non relistislah cenderung yang sulit untuk menemukan resolusi
konflik, konsensus, dan perdamaian tidak akan mudah diperoleh. Bagi
coser sangat memungkinkan bahwa konflik melahirkan kedua tipe ini
sekaligus sehingga menghasilkan situasi konflik yang lebih kompleks
(Novri Susan 2010: 60-61). Adapun dalam hal ini Sanderson (1993:
12) menyebutkan bahwa, beberapa strategi konflik marsian-modern
adalah sebagai berikut :1. Kehidupan social pada dasarnya merupakan
arena konflik atau pertentangan di antara dan didalam
kelompok-kelompok yang bertentangan.2. Sumber-sumber daya ekonomi
dan kekuasaan-kekuasaan politik merupakan hal penting, sehingga
berbagai kelompok berusaha merebutnya.3. Akibat tipikal dari
pertentangan ini adalah pembagian masyarakat menjadi kelompok yang
determinan secara ekonomi dan kelompok yang tersubordinasi.4.
Pola-pola social dasar suatu masyarakat sangat ditentukan oleh
pengaruh social dari kelompok yang secara ekonomi merupakan
kelompok yang determinan.5. Konflik dan pertentangan social didalam
dan di antara berbagai masyarakat melahirkan kekuatan-kekuatan yang
menggerakkan perubahan social.6. Karena konflik dan pertentangan
merupakan ciri dasar kehidupan social, maka perubahan social
menjadi hal yang umum dan sering terjadi.
2.1.2 Interaksi SosialDalam kehidupan masyarakat terdapat
interaksi sosial, karena interaksi sosial merupakan bentuk umum
dari proses sosial. Young dan Raymond (dalam Soekanto, 2007:54)
menyatakan bahwa:Interaksi sosial merupakan kunci dari semua
kehidupan sosial karena tanpa interaksi, tak akan mungkin ada
kehidupan bersama.Interaksi sosial pun merupakan dasar proses
sosial, yang menunjuk pada hubungan-hubungan sosial yang dinamis.
Dengan demikian interaksi sosial adalah syarat utama terjadinya
aktivitas-aktivitas sosial, karena menyangkut hubungan-hubungan
sosial antar orang perorangan, antar kelompok-kelompok manusia
maupun antar orang perorangan dengan kelompok manusia. Hal ini
sejalan dengan pendapat Soekanto (2007:62) yang menyatakan
bahwa:Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis,
menyangkut hubungan antar individu, antara kelompok maupun antara
individu dengan kelompok.Interaksi sosial tak akan mungkin terjadi
apabila manusia melakukan hubungan yang langsung dengan sesuatu
yang sama sekali tidak berpengaruh terhadap sistem syarafnya,
sebagai akibat hubungan tersebut. Berlangsungnya suatu proses
interaksi didasarkan pada berbagai faktor, antara lain faktor
imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati. Faktor-faktor tersebut
dapat bergerak sendiri-sendiri secara terpisah maupun dalam keadaan
tergabung. Apabila masing-masing ditinjau secara lebih mendalam,
faktor imitasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses
interaksi sosial. Salah satu segi posistifnya adalah bahwa imitasi
dapat mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan
nilai-nilai yang berlaku. Namun demikian imitasi mengakibatkan pula
terjadinya hal-hal yang negatif, misalnya seseorang meniru
tindakan-tindakan yang menyimpang. Dalam hal ini, imitasi dapat
melemahkan atau bahkan mematikan pengembangan daya kreasi
seseorang.Faktor sugesti berlangsung apabila seseorang memberi
suatu pandangan atau sesuatu sikap yang berasal dari dirinya yang
kemudian diterima oleh pihak lain. Jadi proses ini sebenarnya
hampir sama dengan imitasi, tetapi titik tolaknya berbeda.
Berlangsungnya sugesti dapat terjadi karena pihak yang menerima
dilanda emosi, yang menghambat daya berpikirnya secara rasional.
Identifikasi sebenarnya merupakan kecenderungan-kecenderungan atau
keinginan-keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan
pihak lain. Identifikasi sifatnya lebih mendalam daripada imitasi,
karena kepribadian seseorang dapat terbentuk atas dasar proses ini.
Berlangsungnya identifikasi mengakibatkan terjadinya
pengaruh-pengaruh yang lebih mendalam dibanding proses imitasi dan
sugesti, walaupun ada kemungkinan bahwa ada mulanya proses
identifikasi diawali oleh imitasi dan atau sugesti.Proses simpati
sebenarnya merupakan suatu proses dimana seseorang merasa tertarik
pada pihak lain. Di dalam proses ini perasaan memegang peranan yang
sangat penting, walaupun dorongan utama pada simpati adalah
keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk bekerjasama
dengannya. Proses simpati akan dapat berkembang di dalam suatu
keadaan ketika faktor saling mengerti terjamin.Hal-hal tersebut
diatas merupakan faktor-faktor yang menjadi dasar bagi
berlangsungnya proses interaksi sosial. Akan tetapi, suatu
interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi
dua syarat sebagai berikut: pertama, adanya kontak sosial yang
dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yakni antar individu, antara
individu dengan kelompok serta antar kelompok. Selain itu, suatu
kontak sosial dapat pula bersifat langsung maupun tidak langsung.
Kedua adanya komunikasi, yakni seseorang memberi arti pada perilaku
orang lain, perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang
tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberi reaksi terhadap
perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Adapun
Soekanto (2007:65) menyatakan sebagai bentuk-bentuk dalam interaksi
sosial ada empat, yakni;1. Kerjasama (cooperation), kerja sama
timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai
kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan
mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri
untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut.2. Persaingan
(competition) dapat diartikan sebagai suatu proses sosial, dimana
individu atau kelompok-kelompok manusia yang bersaing mencari
keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa
tertentu menjadi pusat perhatian umum (baik perseorangan maupun
kelompok manusia) dengan cara kmenarik perhatian publik atau dengan
mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan ancaman
atau kekerasan.3. Akomodasi (accomodation) dimaksudkan sebagai
suatu proses dimana orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia
yang mula-mula saling bertentangan, saling mengadakan penyesuaian
diri untuk mengatasi ketengangan-ketegangan. Akomodasi merupakan
suatu cara untuk menyelesaikan masalah tanpa menghancurkan pihak
lawan sehingga lawan tidak kehilangan pribadinya.4. Pertentangan
atau pertikaian (conflict) merupakan pribadi maupun kelompok yang
kmenyadari adanya perbedaan-perbedaan misalnya dalam ciri-ciri
badaniah, emosi, unsur-unsur kebudayaan, pola-pola perilaku, dan
seterusnya dengan pihak lain. Ciri tersebut dapat mempertajam
perbedaan yang ada hingga menjadi suatu pertentangan atau
pertikaian.Dalam kehidupan tidak ada satupun manusia yang dapat
hidup sendiri tanpa adanya bantuan dari orang lain, karena manusia
adalah makhluk sosial. Hal inilah yang melahirkan adanya interaksi
sosial dalam kehidupan masyarakat.2.1.3Paguyuban
(Gemeinscaft)Paguyuban merupakan bentuk kehidupan bersama, dimana
anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan
bersifat alamiah serta bersifat kekal. Dasar hubungan tersebut
adalah rasa cinta dan rasa kesatuan batin yang memang telah
ditakdirkan. Kehidupan tersebut dinamakan juga bersifat nyata dan
organis. Di dalam gemeinschaft atau paguyuban terdapat suatu
kemauan bersama, ada suatu pengertian serta juga kaidah-kaidah yang
timbul dengan sendirinya dari kelompok tersebut. Apabila terjadi
pertentangan antara anggota suatu paguyuban, pertentangan tersebut
tidak akan dapat diatasi dalam suatu hal saja. Hal itu disebabkan
karena adanya hubungan yang menyeluruh antara anggota-anggotanya.
Tonnies (dalam Soekanto, 2007:118) menyatakan bahwa:Suatu paguyuban
mempunyai beberapa ciri pokok sebagai berikut: pertama intimate,
yakni hubungan menyeluruh yang mesra. Kedua private, yakni hubungan
yang bersifat pribadi atau khusus untuk beberapa orang saja. Ketiga
exclusive, yakni hubungan tersebut hanyalah untuk kita saja dan
tidak untuk orang lain diluar kita.Adapun tipe-tipe paguyuban yakni
sebagai berikut:1. Paguyuban karena ikatan darah (gemeinschaft by
blood), yakni gemeinscaft atau paguyuban yang merupakan ikatan yang
didasarkan pada ikatan darah atau keturunan.2. Paguyuban karena
tempat (gemeinschaft of place), yakni suatu paguyuban yang terdiri
dari orang-orang yang berdekatan tempat tinggal sehingga dapat
saling tolong-menolong.3. Paguyuban karena jiwa-pikiran
(gemeinschaft of mind), yang merupakan suatu gemeinschaft yang
terdiri dari orang-orang yang walaupun tak mempunyai hubungan darah
ataupun tempat tinggal yang berdekatan, tetapi mereka mempunyai
jiwa dan pikiran yang sama atau ideologi yang sama.2.1.4 Masyarakat
Manusia merupakan mahluk yang memiliki keinginan untuk menyatu
dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan
menggunakan pikiran, naluri, perasaan, keinginan dan sebagainya
manusia memberi reaksi dan melakukan interaksi dengan
lingkungannya. Pola interaksi oleh hubungan yang berkesinambungan
terdapat dalam suatu masyarakat. Dengan kata lain, masyarakat
adalah sekumpulan manusia yang berinteraksi dalam kawasan yang
ditetapkan dan dibimbing oleh satu budaya yang dikembangkan
bersama.Manusia selalu hidup berkembang secara berkelompok atau
bermasyarakat. Manusia tidak akan berkembang dan mengalami kemajuan
tanpa adanya dukungan dari orang lain. Ia saling membutuhkan satu
sama lain dan karena itulah memungkinkan terbentuknya atau
munculnya sebuah kehidupan berkelompok yang didalamnya terjalin
hubungan atau interaksi. Hal ini sejalan dengan pendapat Syani
(2007:30) sebagai berikut:Masyarakat sebagai community dapat
dilihat dari dua sudut pandang. Pertamamemandang community sebagai
unsur statis, artinya community terbentuk dalam suatu wadah/tempat
dengan batas-batas tertentu, maka ia menunjukkan bagian dari
kesatuan-kesatuan masyarakat yang ditandai pula oleh adanya
hubungan sosial. kedua, community dipandang sebagai unsur yang
dinamis, artinya menyangkut suatu proses yang terbentuk melalui
faktor psikologis dan hubungan antar manusia.Definisi tersebut
menjelaskan bahwa masyarakat terbentuk karena adanya suatu wadah
kehidupan sekelompok orang tersebut dan terdapat hubungan sosial
didalamnya yang ditandai dengan adanya perasaan-perasaan sosial,
nilai-nilai, norma-norma yang timbul akibat dari adanya pergaulan
hidup. Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah
sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar
interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam
kelompok tersebut. Selanjutnya Comte (dalam Syani, 2007: 31)
menyatakan bahwa:Masyarakat merupakan kelompok-kelompok mahluk
hidup dengan realitas-realitas baru yang berkembang menurut
hukum-hukumnya sendiri dan berkembang menurut pola perkembangan
yang tersendiri. Masyarakat dapat membentuk kepribadian yang khas
bagi manusia sehingga tanpa adanya kelompok,manusia tidak akan
mampu dapat berbuat banyak dalam kehidupannya.Adapun definisi
masyarakat oleh Shadily (dalam Syani, 2007:31) sebagai
berikut:Masyarakat dapat didefinisikan sebagai golongan besar atau
kecil dari beberapa manusia, yang dengan atau sendirinya bertalian
secara golongan dan mempunyai pengaruh kebatinan satu sama
lain.Dari beberapa pengertian diatas mengenai masyarakat,
memberikan gambaran bahwa masyarakat bukan hanya sekedar sekumpulan
manusia yang hidup atau mendiami suatu wilayah, akan tetapi harus
ditandai pula dengan adanya hubungan atau pertalian satu sama
lainnya. Hidup bersama dalam arti bermasyarakat bagi manusia adalah
sangat penting. Hal ini dikarenakan manusia tidak dapat hidup
sendiri secara berkelanjutan apabila ternyata dapat hidup bersama
dengan manusia lain dalam masyarakat.2.1.4.1 Masyarakat Lokal
Pengertian community (Masyarakat setempat) merupakan bagian
kelompok dari masyarakat (society) dalam lingkup yang lebih kecil,
serta mereka lebih terikat oleh tempat (teritorial).(dalam Soerjono
Soekanto. 2006:132) Istilah community dapat di terjemahkan sebagai,
masyarakat setempat istilah mana menunjuk pada warga-warga sebuah
desa, sebuah kota, suku atau suatu bangsa.Jika anggota suatu
kelompok, baik kelompok itu besar atau kecil, hidup bersama
sedemikian rupa sehingga mereka merasakan bahwa kelompok tersebut
dapat memenuhi kepentingan-kepentingan hidup yang utama, maka
kelompok tadi dapat disebut masyarakat setempat. Intinya mereka
menjalin hubungan soaial (social relationship).Dengan mengambil
pokok-pokok uraian di atas, dapat dikatakan bahwa masyarakat
setempat menunjuk pada bagian masyarakat yang bertempat tinggal di
suatu wilayah (dalam arti geografis) dengan batas-batas tertentu di
mana factor utama yang menjadi dasarnya adalah interaksi yang lebih
besar di antara anggota-anggotanya, di bandingkan interaksi dengan
penduduk di luar batas wilayah .Dapat di simpulkan bahwa masyarakat
setempat (community) adalah suatu wilayah kehidupan sosial yang di
tandai oleh suatu derajat hubungan sosial yang tertentu.
Dasar-dasar dari masyarakat setempat adalah Lokalitas dan perasaan
masyarakat setempat.Jadi unsur pertama dari komunitas ialah adanya
wilayah atau lokalitas. Suatu komunitas pasti mempunyai lokalitas
atau tempat tinggal tertentu. Meskipun suatu kelompok manusia
mereka adalah pengembara, tetapi pada suatu saat tertentu mereka
mereka mempunyai wilayah tertentu.Unsur kedua dari komunitas adalah
perasaan saling ketergantungan atau saling membutuhkan. Perasaan
anggota masyarakat setempat dengan anggota lainya di dasari adanya
persamaan tempat tinggal. Perasaan bersama antara anggota
masyarakat setempat tersebut di atas di sebut community sentiment .
setiap community sentiment memiliki unsure :1. Seperasaan2.
Sepenanggungan; dan3. Saling memerlukan.Unsur seperasaan muncul
karena aggota komunitas memosisikan dirinya sebagian dari kelompok
lain yang lebih besar. Mereka menganggap dirinya sebagai kami
ketimbang dengan saya. Umpamanya tujuan kami, kelompok kami , atau
perasaan kami. Unsur sepenanggungan muncul karena setiap anggota
masyarakat setempat sadar akan perananya dalam kelompok. Setiap
anggota menjalankan perananya sesuai dengan posisi kedudukanya
masing-masing .Unsur saling memerlukan muncul karena setiap anggota
dari komunitas tidak bisa memenuhi kebutuhanya tanpa bantuan
anggota lainya. Ada saling ketergantungan untuk memenuhi kebutuhan
fisik dan psikologisnya.
2.1.4.2 Masyarakat PendatangMasyarakat Pendatang atau migrasi
merupakan bagian dari mobilitas penduduk. Menurut kesimpulan
Laporan Tahunan Demografi PBB, apabila dengan laju pertambahan
penduduk masih 1.9% setiap tahun, maka pada tahun 2011, penduduk
dunia yang kini berjumlah 3,976 milyar jiwa, bisa mencapai 8
milyar. Hal ini berarti setiap tahun 77 juta jiwa lahir sebagai
penduduk dunia. Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan
untuk menetap dari suatu tempat ke tempat lain melampaui batas
politik/negara ataupun batas administratif/batas bagian dalam suatu
negara ( Munir, 2000:115) Menurut Soemarwoto (dalam Rockeffeler.
1976:237) memperingatkan bahaya kenaikan jumlah penduduk yang tidak
terkendalikan, pada suatu saat akan melampui daya dukung lingkungan
yakni kemampuan suatu daerah untuk mendukung sejumlah manusia
tertentu pada tingkat kehidupan yang wajar.Transmigrasi sebenarnya
merupakan perpindahan penduduk dari daerah yang padat penduduk ke
daerah yang masih jarang penduduknya, tapi masih dalam wilayah
suatu Negara (dari Jawa, Bali yang padat penduduk ke luar jawa
seperti: Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Irian Jaya dan
sebagainya).Trasmigrasi ini sesungguhnya merupakan salah satu
kebijaksanaan pemerintah dewasa ini di bidang kependudukan. (kalau
pada zaman Belanda di kenal dengan kolonisasi, yang mempekerjakan
mereka pada perkebunan-perkebunan yang menghasilkan devisi bagi
kepentingan penjajahan waktu itu). Kebijakan transmigrasi ini
adalah; Pertama untuk lebih meratakan penyebaran jumlah penduduk ke
seluruh wilayah tanah air, dengan sasaran yang dituju terutama di
daerah pulau Jawa ( Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Maliku, Irian
jaya dan sebagainya ). Kedua, dari segi pertahanan dan keamanan
nasional (HANKAMNAS), dimana dari segi pertahanan wilayah, maka
semua pulau harus ada manusianya untuk mempertahankanya terutama
untuk menjaga serangan yang datang dari luar. Sedangakan Ketiga
dari ekonomi, diharapkan dapat menciptakan pusat-pusat kegiatan
ekonomi baru di luar Jawa.Macam-macam transmigrasi yang dilakukan
pemerintah saat ini adalah bermacam-macam. Diantaranya adalah
transmigrasi umum yang ditangani serius oleh pemerintah sendiri.
Saat ini telah diarahkan sesuai dengan keahlian transmigran itu
sendiri. Jadi para trnasmigran tidak terpokus pada petani saja
tetapi juga diusahakan pada bidang spesialisasi pekerjaan yang lain
dan sesuai dengan kondisi daerah transmigran. Kemudian adapula
transmigrasi spontan. Ini adalah atas kemauan kelompok masyarakat
tertentu yang sadar akan keadaanya sendiri, dan berkeinginan untuk
memperbaiki kehidupan mereka di tempat lain.Ada pula transmigrasi
ABRI, mereka ini adalah transmigran yang sudah purnawirawan
(pensiun). Adapula tranmigrasi nelayan pemerintah, dan mereka yang
diberikan kredit usaha nelayan. Kemudian ada juga transmigrasi desa
potensial dalam pelita VI akan dipindahkan 600.000 sampai 400.000
(KK) atau 2 juta jiwa dengan sasaran irian jaya, Maluku, Sulawesi,
Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah. Ini disebabkan rendahnya
kepadatan penduduk di daerah tersebut.Beberapa pendapat atau
pemikiran yang bermanfaat bagi melancarkan program transmigrasi
adalah:1. Harus memberikan penerangan yang jujur, menyeluruh dan
terus terang. Karena penerangan yang kurang bertanggung jawab dapat
menjadikan masyarakat merasa tertipu.2. Diadakan penerangan dengan
system pembanding. Maksudnya adalah memberikan contoh pada mereka
pada daerah-daerah yang sudah maju.3. Harus ada kesepakatan dan
kordinasi antara daerah pengirim dan penerima transmigrasi.
Sehingga tidak terjadi salah urus. Karena pengalaman mereka yang di
kecewakan, sangat terdengar nyaring di daerah pengirim . dan ini
mudah sekali di jadikan semakin surut minat orang untuk
bertrasnmigrasi.4. Mengubah cara berfikir yang sentripetal menjadi
cara berfikir yang sentrifugal. Dalam hal ini kita tanamkan pada
transmigran.Tranmigrasi di daerah penempatan ( Luar jawa ) dapat
diarahkan untuk pembangunan macam-macam usaha yaitu :1. Pembangunan
pusat pengembangan misalnya suatu kota kecamatan yang masih tipis
penduduknyan dan kecil transaksi ekonominya dapat dibesarkan dengan
menambah dan kegiatan ekonomi dengan cara membangun suatu proyek
transmigrasi didekatnya.2. Transmigrasi sisipan, transmigran secara
berkelompok kecil atau besar dapat disisipkan di antara desa-desa
tradisioanl di luar jawa supaya di daerah tersebut terbentuk suatu
rantai ekonomi antara desa satu dengan yang lainya, di samping itu
petani trasnmigran dapat mendorong adanya modernisasi pertanian dan
usaha.3. Pusat produksi, misalnya untuk produksi tebu, kedele,
jagung, kelapa sawit, karet tembakau dan lain-lain . Tentu saja
untuk ini sudah di bangun pula mekanisme pemasaran, ekspor maupun
prdagangan dalam negri.4. Mengisi tanah kosong, di luar jawa memang
banyak terdapat tanah kosong yang bisa di gunakan untuk membangun
suatu unit besar transmigrasi lengkap dengan prasarana suatu
masyarakat otonom. Hubungan dengan luar terutama dalam dalam rangka
pemasaran hasil produksi, tentu saja juga sudah di persiapkan
mekanismenya.Nampak bahwa untuk menyelenggarakan suatu proyek
transmigrasi yang bermanfaat maupun penerimah secara menyeluruh
perlu disinkronisasi tingkat tinggi. Tetapi tampak pula bahwa
manfaatnya, terutama dalam rangka menimbulkan interaksi positif
dipercepat bagi penanggulangan masalah kependudukan dapat besar
sekali. Daya tarik untuk transmigrasi spontan juga besar dan akan
semakin besar sesuai dengan semakin matangnya proyek-proyek
transmigrasi dan pembangunan daerah setempat. Penduduk jawah akan
pindah keluar jawa lebih mudah. Perkembangan ekonomi yang pesat di
luar jawa setelah melakukan pembangunan yang akhirnya akan menyedot
modal dan penduduk di jawa, membuat pemerintah tidak perlu lagi
secara besar-besaran membiayai proyek transmigrasi.
2.1.5EtnikAdapun masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama
yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian, tak ada masyarakat
yang tidak mempunyai kebudayaan dan sebaliknya tak ada kebudayaan
tanpa masyarakat sebagai wadah dan pendukungnya. Dalam setiap
masyarakat pula terdapat lapisan sosial, karena setiap masyarakat
mempunyai sikap menghargai yang tertentu terhadap bidang-bidang
kehidupan yang tertentu pula. Himpunan orang-orang yang merasa
dirinya tergolong pada lapisan sosial tertentu, yang diakui
masyarakat itu dinamakan kelas sosial. Masing-masing kelas sosial
punya kebudayaannya masing-masing, yang menghasilkan kepribadian
yang tersendiri pula pada setiap diri anggota-anggotanya.
Perbedaan-perbedaan inilah yang mengidentifikasi kebudayaan mereka
dengan istilah etnik. Hal ini sejalan dengan pendapat Sanderson
(2000:355) mengemukakan bahwa:Definisi etnik digunakan untuk
mengacu suatu kelompok atau kategori sosial yang perbedaannya
terletak pada kriteria kebudayaan, bukan biologis.Kemudian Barth
(1998:11) memberikan ciri-ciri suatu kelompok etnik sebagai
berikut:Pada umumnya kelompok etnik dikenal sebagai populasi yang
secara biologis mampu berkembang biak dan bertahan, mempunyai
nilai-nilai budaya yang sama dan sadar akan rasa kebersamaan dalam
suatu bentuk budaya, membentuk jaringan komunikasi dan interaksi
sendiri serta menentukan ciri kelompoknya sendiri yang diterima
oleh kelompok lain dan dapat dibedakan dari kelompok populasi
lain.Dari pengertian diatas, disimpulkan bahwa kelompok etnik lebih
memberikan batasan pada suatu kelompok yang sadar memiliki suatu
kebudayaan dan seiring ditandai dengan adanya suatu bahasa.Adapun
dua pendekatan terhadap identitas etnik yakni pendekatan objektif
dan pendekatan subjektif. Pendekatan objektif melihat sebuah
kelompok etnik sebagai kelompok yang bisa dibedakan dari
kelompok-kelompok lainnya berdasarkan ciri-ciri budayanya seperti
bahasa, agama, atau asal-usul kebangsaan. Sedangkan dari perpektif
subjektif merumuskan etnisitas sebagai suatu proses dalam mana
orang-orang mengalami atau merasakan diri mereka sebagai bagian
dari suatu kelompok etnik dan diidentifikasi demikian oleh orang
lain (Mulyana dan Rakhmat, 2006). Pada umumnya kelompok etnik
tersebut, dapat hidup bersama dengan kelompok etnik lain. Latar
belakang kebudayaan yang berbeda, termasuk bahasa dan pola prilaku
yang tertuang dalam adat masing-masing etnik bukan merupakan
halangan dalam proses integrasi.2.1.2 2.1.3 2.1.4 2.2 Definisi
KonsepA. InteraksiInteraksi sosial merupakan suatu fondasi dari
hubungan yang berupa tindakan yang berdasarkan norma dan nilai
sosial yang berlaku dan diterapkan di dalam masyarakat. Dengan
adanya nilai dan norma yang berlaku,interaksi sosial itu sendiri
dapat berlangsung dengan baik jika aturan-aturan dan nilainilai
yang ada dapat dilakukan dengan baik. Jika tidak adanya kesadaran
atas pribadi masingmasing,maka proses sosial itu sendiri tidak
dapat berjalan sesuai dengan yang kita harapkan. Di dalam kehidupan
seharihari tentunya manusia tidak dapat lepas dari hubungan antara
satu dengan yang lainnya,ia akan selalu perlu untuk mencari
individu ataupun kelompok lain untuk dapat berinteraksi ataupun
bertukar pikiran. Menurut Prof. Dr. Soerjono Soekamto di dalam
pengantar sosiologi, interaksi sosial merupakan kunci semua
kehidupan sosial. Dengan tidak adanya komunikasi ataupun interaksi
antar satu sama lain maka tidak mungkin ada kehidupan bersama. Jika
hanya fisik yang saling berhadapan antara satu sama lain, tidak
dapat menghasilkan suatu bentuk kelompok sosial yang dapat saling
berinteraksi.B. Masyarakat LokalMasyarakat lokal, pribumi atau
penduduk asli adalah setiap orang yang lahir di suatu tempat,
wilayah atau negara, dan menetap di sana dengan status orisinal
atau asli atau tulen (indigenious) sebagai kelompok etnis yang
diakui sebagai suku bangsa bukan pendatang dari negeri lainnya.
PrIbumi bersifat autochton (melekat pada suatu tempat). Secara
lebih khusus, istilah prIbumi ditujukan kepada setiap orang yang
terlahir dengan orang tua yang juga terlahir di suatu tempat
tersebut.C. Masyarakat PendatangMasyarakat pendatang atau Migrasi
merupakan bagian dari mobilitas penduduk. Mobilitas penduduk adalah
perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah lain. Mobilitas
penduduk ada yang bersifat nonpermanen (sementara) misalnya turisme
baik nasional maupun internasional, dan ada pula mobilitas penduduk
permanen (menetap). Mobilitas penduduk permanen disebut migrasi.
Migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat
lain dengan melewati batas negara atau batas administrasi dengan
tujuan untuk menetap.
BAB IIIMETODE PENELITIAN3.1 Jenis PenelitianUntuk mendapatkan
gambaran mengenai bentuk dan proses terjadinya interaksi antar
masyarakat lokal dan masyarakat pendatang, dengan unsur-unsur pokok
yang harus diketahui sesuai dengan butir-butir rumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, maka digunakan metode penelitian
kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian ini dimaksudkan
agar dapat memberikan gambaran mengenai interaksi antar masyarakat
lokal dan pendatang dalam menjaga interaksi yang baik pasca konflik
di Poso Kota.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
(Moleong, 2010). Dalam penelitian ini yang akan diamati atau
dipahami adalah masyarakat dengan segala aktivitasnya yang
menunjang terjadinya interaksi antar masyarakat lokal dan pendatang
yang berbeda etnik dan agama.Dengan menggunakan metode kualitatif,
maka data yang didapat akan lebih lengkap, lebih mendalam dan
bermakna sehingga tujuan penelitian dapat dicapai. Dengan metode
kualitatif, maka akan dapat diperoleh data yang lebih tuntas dan
pasti sehingga memiliki kredibilitas yang tinggi (Sugiyono,
2012).Adapun langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan adalah
sebagai berikut:a. Studi KepustakaanStudi pustaka berguna untuk
menjajaki keadaan di lapangan dengan maksud untuk mendapatkan
konsep-konsep, teori-teori serta informasi yang berkaitan dengan
objek penelitian, yakni wujud interaksi masyarakat lokal dan
masyarakat pendatang pasca konflik di Poso Kota. Hal ini dilakukan
dengan cara menjelajahi referensi berupa buku-buku maupun sumber
lainnya.b. Penelitian LapanganSegala sesuatu yang akan dicari dari
objek penelitian belum jelas dan pasti masalahnya, sumber datanya
serta hasil yang diharapkan karena rancangan penelitian masih
bersifat sementara. Oleh karena itu, akan berkembang setelah
peneliti memasuki objek penelitian. Metode ini dilakukan agar
memperoleh data penelitian yang bersifat primer dan sekunder yang
berkaitan dengan objek penelitian. 3.2 Lokasi PenelitianLokasi
adalah tempat dimana manusia melakukan kegiatan tertentu.
Penelitian ini akan dilaksanakan di Kelurahan Kayamanya Sentral
Kecamatan Poso Kota Kabupaten Poso. Penentuan lokasi ini dengan
pertimbangan bahwa Kelurahan Kayamanya Sentral menjadi salah satu
daerah yang memiliki masyarakat lokal dan masyarakat pendatang yang
berbeda etnik dan agama di Kecamatan Poso Kota Kabupaten Poso. 3.3
Unit Analisis dan InformanUnit analisis penelitian ini adalah
beberapa individu yaitu orang-orang yang berada dalam lingkungan
Kelurahan Kayamanya Sentral. Berdasarkan data yang diperoleh dari
Kantor Lurah Kayamanya Sentral, jumlah penduduk 6.160 jiwa. Oleh
karena jumlah penduduk yang cukup besar, maka penentuan informan
dilakukan dengan bentuk Purposive Sampling. Hal ini dilakukan
dengan memilih dan menetapkan beberapa informan yang dapat
memberikan data dan informasi yang akurat terkait dengan masalah
penelitian, yakni berjumlah 12 orang.3.4 Teknik Pengumpulan
DataDalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan pada kondisi
yang alamiah (Natural setting). Adapun teknik pengumpulan data yang
akan dilakukan adalah sebagai berikut:a. Pengamatan
(Observasi)Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara
mengamati secara langsung objek penelitian di lapangan, yakni
proses dan bentuk interaksi antar masyarakat lokal dan masyarakat
pendatang. Dengan observasi di lapangan, peneliti akan lebih mampu
memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial.b. Wawancara
Mendalam (In-depth Interview)Untuk mendapatkan informasi yang lebih
mendalam, maka peneliti akan melakukan wawancara secara langsung
dengan para informan. Dengan wawancara mendalam, maka peneliti akan
mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang informan dalam
menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal
ini tidak bisa ditemukan melalui observasi. Wawancara ini dilakukan
dengan menggunakan pedoman wawancara untuk mendapatkan informasi,
keterangan, fakta, pendapat serta tanggapan mengenai wujud
interaksi antar masyarakat lokal dan masyarakat pendatang yang
berbeda etnik dan agama pasca konflik yang terjadi di Poso Kota. c.
DokumentasiPada tahap pengumpulan data dengan menggunakan
dokumentasi ini merupakan cara mengumpulkan data dengan
memanfaatkan hasil/gambar yang diambil saat berada di lapangan atau
pada saat penulis melakukan penelitian. Pada teknik ini, penulis
mengambil gambar dari apa yang hendak diteliti dan dianalisis,
seperti pada saat wawancara penulis atau kegiatan-kegiatan lainnya
yang bisa melengkapi data dari hasil penelitian penulis.3.5
Interpretasi DataSetelah mengumpulkan seluruh data yang memiliki
kesesuaian dengan objek penelitian, maka penulis kemudian mengelola
data tersebut untuk dijadikan jawaban dari penelitian dengan
menggunakan metode kualitatif. Secara kualitatif, data akan
dikelola dengan menganalisis gambaran mengenai hubungan-hubungan
yang terjadi dalam proses interaksi antar masyarakat lokal dan
masyarakat pendatang. Hasil dari pengolahan panduan observasi dan
wawancara serta dokumentasi dapat menunjang jawaban dari masalah
penelitian.
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN4.1. Hasil Penelitian4.1.1Sejarah
Singkat Kelurahan KayamanyaSebelum tahun 1950an Kelurahan Kayamanya
masih memiliki nama yang sebutannya masih dipimpin oleh Ketua-ketua
atau Raja-raja pada masa itu. Memasuki tahun 1950 seorang pendatang
yang bernama Kayamanya merubah dan memberi tempat ini nama menjadi
Dusun Kayamanya. Pada tahun 1960 sampai pada tahun 1968 istilah
Dusun berubah menjadi Kampung, Kampung Kayamanya. Kemudian tahun
1968 sampai pada tahun 1972 tempat ini berubah lagi menjadi Desa
Kayamanya. Dan akhirnya pada tahun 1972 Desa Kayamanya diresmikan
menjadi Kelurahan Kayamanya sampai saat ini.4.1.2 Kondisi Geografis
Kelurahan Kayamanya LetakKelurahan Kayamanya merupakan salah satu
dari 4 (Empat) kelurahan yang berada di wilayah di Kec. Poso Kota
Kabupaten Poso Provinsi Sulawesi Tengah. Kelurahan Kayamanya secara
orbitasi atau jarak dari pusat pemerintahan adalah sebagai
berikut:1. Jarak dari Ibu Kota Propinsi Sulawesi Tengah : Km2.
Jarak dari Ibu Kota Kabupaten Poso : Km3. Jarak dari Ibu Kota
Kecamatan Poso Kota : Km Batas WilayahSecara administratif
Kelurahan Kayamanya berbatasan dengan dua Kelurahan dan pantai,
adapun batas tersebut sebagai berikut: 1. Sebelah Utara Kelurahan
Berbatasan Dengan Laut2. Sebelah Selatan Kelurahan Berbatasan
Dengan Kelurahan Gebang Rejo3. Sebelah Barat Kelurahan Berbatasan
Dengan Kelurahan Moengko Baru 4. Sebelah Timur Kelurahan Berbatasan
Dengan Kelurahan Gebang Rejo Luas WilayahDari luas seluruh wilayah
Kelurahan Kayamanya mencapai Kota : Ha. Penggunaan lahan yang
dilakukan masyarakat terdiri dari sebagian besar adalah kawasan
pemukiman, dan terdiri dari:1. Luas wilayah menurut penggunaan Luas
Pekarangan: 500 Ha Luas Perkebunan: 50 Ha Luas Taman: 250 Ha
Perkantoran: 2500 Ha2. Hutan Rakyat: 150 Ha3. Lahan fasilitas umum
Pasar: 1 Ha Sekolah: 6 Ha Perkantoran Pemerintah: 1,5 Ha Pemakaman
Umum: 1 Ha Terminal: 1 Ha Keadaan Iklim dan Curah HujanKelurahan
Kayamanya memiliki curah hujan tinggi, karena selama 6 bulan setiap
tahunya daerah ini menjadi langganan hujan. Hal ini menandakan
bahwa tempat ini adalah daerah yang subur dan suhu rata-rata harian
adalah .4.1.3 Keadaan Demografis Kelurahan Kayamanya Jumlah
PendudukDari data Monografi Kelurahan Kayamanya pada tahun 2012
tercatat jumlah penduduk sebanyak 6.160 jiwa yang terdiri dari
1.666 kk, jumlah itu masing-masing tersebar di 22 RT, dan jumlah
kepadatan penduduk mencapai 1.122 jiwa /km2 . Untuk memperjelas
tentang penduduk Kelurahan Kayamanya menurut umur, akan digambarkan
dalam bentuk tabel dan penjelasannya : Tabel 1. DistrIbusi Penduduk
Menurut Kelompok Umur Golongan UsiaPenduduk (Jiwa)Presentase
(%)
0-05Tahun72711,80
06-17Tahun1.44823,51
18-40Tahun2.02532,87
41-60Tahun1.94031,49
61-KeatasTahun200,32
Jumlah6.160100
Sumber : Profil Kelurahan Kayamanya 2012 Jumlah Penduduk Menurut
Jenis KelaminTabel 2. Jumlah Penduduk menurut Jenis KelaminNoJenis
KelaminPenduduk (Jiwa)Persentase (%)
1Laki-Laki2.95447,95
2Perempuan3.20652,05
Jumlah6.160100
Sumber : Profil Kelurahan Kayamanya 2012Dari tabel tersebut
dapat dilihat bahwa jumlah penduduk Kelurahan Kayamanya menurut
jenis kelamin ada perbedaan, jumlah perempuan lebih besar yaitu
berjumlah 3.206 jiwa atau 52,05% sedangkan laki-laki berjumlah
2.954 jiwa atau 47,95%. Jumlah Penduduk Menurut AgamaManusia ialah
makhluk individu, manusia juga sebagai makhluk Tuhan, disamping
harus bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, masyarakat dan
Negara maka harus bertanggung jawab pula kepada Tuhan Yang Maha Esa
dengan cara menjalankan apa yang diperintahkan dan menjauhi apa
yang menjadi laragan-Nya. Pemeluk agama di Kelurahan Kayamanya
dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 3. Jumlah penduduk
menurut agama yang dianut :NoAgamaPenduduk (jiwa)Persentase (%)
1.Islam6.14999,82
2.Kristen Katholik--
3.Kristen Protestan40,06
4.Budha--
5.Hindu70,11
Jumlah6.160100
Sumber : Profil Kelurahan Kayamanya 2012Dari tabel di atas dapat
di ketahui bahwa masyarakat yang ada di Kelurahan Kayamanya dengan
presentase 100% penganut agama Islam sebanyak 99,82 %, penganut
agama Kristen Protestan berjumlah 0,06 % dan penganut agama Hindu
sebanyak 0,11 %. 4.1.4 Keadaan Ekonomi dan Sosial Budaya Jumlah
Penduduk Menurut Mata PencaharianPerekonomian tidak lepas dari
usaha memproduksi suatu barang atau jasa untuk mendapatkan
keuntungan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan guna
pencapaian kesejahteraan. Keadaan perekonomian masyarakat juga
ditentukan oleh mata pencaharian yang berbeda dari berbagai
masyarakat, karena mata pencaharian yang berbeda juga membedakan
tingkat pendapatan yang diterima oleh masyarakat. Untuk mengetahui
lebih jelasnya mengenai mata pencaharian penduduk maka dapat
dilihat dari tabel dibawah ini:Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut
Mata PencaharianNoMata PencaharianPenduduk (jiwa)Persentase (%)
1.Pegawai Negeri Sipil25041,19
2.Nelayan20633,94
3.Montir71,15
4.TNI50,82
5.POLRI101,65
6.Dosen Swasta40,66
7.Karyawan Perusahaan Pemerintah101,65
8.Seniman81,32
9.Petani 11218,45
10.Jasa Pengobatan Alternatif71,15
11.Pensiunan20,33
Jumlah607100
Sumber : Profil Kelurahan Kayamanya 2012Penjelasan dari tabel
diatas dapat diketahui bahwa penduduk yang bermata pencaharian
sebagai buruh tani memiliki presentase terbesar dari jumlah
penduduk Kelurahan Kayamanya dengan persentase 41,19 % ini dapat
ditunjukkan bahwa masyarakat Kelurahan Kayamanya mayoritas
pekerjaan mereka sebagai PNS dan Nelayan 33,94 %. 5. Keadaan Sosial
Kelurahan Kayamanya AgamaSarana peribadatan sangatlah diperlukan
dalam meningkatkan keimanan manusia kepada sang pencipta, ini juga
dijelaskan dalam pembukaan UUD 1945 pasal 29 yang isinya masyarakat
diwajibkan untuk memeluk agama sesuai dengan keyakinannya
masing-masing. Begitupun masyarakat Desa Bulumario yang tidak
pernah lupa akan kewajibannya untuk melaksanakan ibadah menurut
keyakinannya. Adapun jumlah prasarana peribadatan sebagai berikut
:Tabel 5. Prasarana Peribadatan NoJenis Prasarna PeribadatanJumlah
(buah)Persentase(%)
1.Masjid457,14
2.Mushola342,86
3.Gereja katholik--
3.Gereja protestan--
4Pura --
Jumlah7100
Sumber : Profil Kelurahan Kayamanya 2012Dari tabel yang ada di
atas menunjukkan bahwa Kelurahan Kayamanya memiliki sebelas sarana
peribadatan yaitu 4 Masjid dan 3 Mushola. Prsarana
KesehatanKesehatan merupakan salah satu unsur yang sangat penting
dalam kehidupan manusia, karena merupakan kebutuhan yang harus
dipenuhi disamping kebutuhan yang lain seperti sandang, papan dan
pendidikan. Seseorang terganggu kesehatannya baik kesehatan jasmani
maupun rohaninya maka akan kehilangan kemampuan untuk bekerja
dengan baik, oleh karena itu sangatlah dIbutuhkan sarana kesehatan
dan tenaga medisnya guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Adapun jumlah prasarana kesehatan sebagai berikut :Tabel 6.
Prasarana Kesehatan NoJenis Prasarna KesehatanJumlah
(buah)Persentase(%)
1.Puskesmas17,14
2.Apotik214,29
3.Posyandu535,71
3.Toko Obat214,29
4.Kantor Praktek Dokter321,43
5.Rumah Bersalin17,14
Jumlah14100
Sumber : Profil Kelurahan Kayamanya 2012Prasarana kesehatan di
Kelurahan Kayamanya ini adalah prasarana kesehatan yang melayani
masyarakat dalam pelayanan kesehatan serta memperoleh pengobatan
dalam penyembuhan penyakit. Sarana PendidikanSarana pendidikan
merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas
sumber daya manusia. Sarana pendidikan di Profil Kelurahan
Kayamanya cukup memadai, ini dilihat dari prasarana pendidikan
untuk tingkat TK, SD, SMP, SMA telah lengkap. Untuk lebih jelasnya
akan dijelaskan dalam tabel dibawah ini :Tabel 7. Sarana
PendidikanNoJenis SaranaJumlahPersentase (%)
1.TK325,00
2.SD541,67
3.SMP216,67
4.SMA18,33
5.Lembaga Pendidikan Agama18,33
Jumlah12100
Sumber : Profil Kelurahan Kayamanya 2012Tabel di atas
menunjukkan bahwa Kelurahan Kayamanya telah memiliki prasarana
pendidikan yang memadai.6. Pemerintahan Kelurahan KayamanyaLetak
Kantor Kelurahan Kayamanya sangat strategis karena letaknya berada
di tengah pemukiman penduduk dan berdekatan pula dengan
sarana-sarana lain seperti sarana pendidikan dan sarana olahraga
(lapangan sepak bola) dan juga Kantor Kelurahan Kayamanya dekat
dengan Ibu Kota Kabupaten Poso dan Ibu Kota Kecamatan Poso Kota.
Karena letaknya yang sangat strategis sehingga memudahkan akses
masyarakat dengan pemerintahan dalam pelayanan publik.4.2. Profil
Informan Adapun penjelasan singkat profil informan dalam bentuk
tabel sebagai berikut:NoNamaUsiaAgamaEtnis
1.Muhlis Malik28 TahunIslamBugis
2.Rosmini Abidin47 TahunIslamBugis
3.Syarifudin39 TahunIslamGorontalo
4.Ali Mutakhim35 TahunIslamJawa
5.Abduhraman Sima49 TahunIslamBugis
6.Delfiana24 TahunIslamGorontalo
7.Nurul Fajriah22 TahunIslamBugis
8.Farhan Salim20 TahunIslamArab
9.Filadelvia22 TahunIslamBugis
10.Inda. SE26 TahunKristenPamona
11.Chandra29 TahunKristenPamona
12.Deni23 TahunKristenPamona
4.3. Pembahasan4.3.1 Interaksi Masyarakat Lokal dan Masyarakat
Pendatang Sebelum Konflik di Kelurahan Kayamanya Interaksi sosial
merupakan hubungan-hubungan sosial yang menyangkut hubungan antar
individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok.
Tanpa adanya interkasi sosial maka tidak akan mungkin ada kehidupan
bersama. Proses sosial adalah suatu interaksi atau hubungan timbal
balik atau saling mempengaruhi antar manusia yang berlangsung
sepanjang hidupnya didalam masyarakat. Proses sosial diartikan
sebagai cara-cara berhubungan yang dapat dilihat jika individu dan
kelompok-kelompok sosial saling bertemu serta menentukan sistem dan
bentuk hubungan sosial. Interaksi positif hanya mungkin terjadi
apabila terdapat suasana saling mempercayai, menghargai, dan saling
mendukung. Syarat terjadinya interaksi sosial terdiri atas kontak
sosial dan komunikasi sosial. Kontak sosial tidak hanya dengan
bersentuhan fisik. Dengan perkembangan tekhnologi manusia dapat
berhubungan tanpa bersentuhan, misalnya melalui telepon, telegram,
media sosial dan lain-lain. Komunikasi dapat diartikan jika
seseorang dapat memberi arti pada perilaku orang lain atau
perasaan-perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.
Proses interaksi sosial yang terjadi dalam masyarakat bersumber
dari faktor imitasi, sugesti, simpati, identifikasi dan empati.
Imitasi merupakan suatu tindakan sosial seseorang untuk meniru
sikap, tindakan, atau tingkah laku dan penampilan fisik seseorang,
Sugesti merupakan rangsangan, pengaruh, atau stimulus yang
diberikan seseorang kepada orang lain sehingga ia melaksanakan apa
yang disugestikan tanpa berfikir rasional, Simpati merupakan suatu
sikap seseorang yang merasa tertarik kepada orang lain karena
penampilan,kebijaksanaan atau pola pikirnya sesuai dengan
nilai-nilai yang dianut oleh orang yang menaruh simpati,
Identifikasi merupakan keinginan sama atau identik bahkan serupa
dengan orang lain yang ditiru (idolanya) dan Empati merupakan
proses ikut serta merasakan sesuatu yang dialami oleh orang lain.
Proses empati biasanya ikut serta merasakan penderitaan orang lain.
Seperti interaksi masyarakat lokal dan masyarakat pendatang yang
terjadi di Poso Kota khususnya di Kelurahan Kayamanya, terjadinya
proses interaksi yang berbeda atau berubah sebelum konflik dan
pasca konflik. Terjadinya perubahan proses interaksi ini bukan
dalam artian yang negatif, melainkan dalam artian yang positif,
dimana terjadinya suatu keharmonisan dalam suatu masyarakat yang
lebih saling menghargai pasca konflik.Masyarakat di Kelurahan
Kayamanya merupakan salah satu masyarakat yang memiliki masyarakat
lokal dan masyarakat pendatang yang berbeda etnik dan agama
diantara kelurahan-kelurahan yang ada di Kota Poso. Keragaman ini
sudah ada sebelum konflik sampai pada pasca konflik pun masyarakat
pendatang yang berbeda etnik tetap tinggal di kelurahan ini.
Interaksi Sebelum KonflikIndonesia yang merupakan masyarakat yang
mejemuk karena mencakup berbagai etnik dalam suatu daerahInteraksi
masyarakat di Kota Poso khususnya di Kelurahan Kayamanya terjalin
sangatlah harmonis sebelum konflik terjadi, hidup rukun dan damai
itulah gambaran hubungan masyarakat pada saat itu, baik masyarakat
lokal dan masyarakat pendatang yang berbeda agama maupun yang
berbeda etnik saling menghargai satu sama lainnya. Seperti yang
dikatakan oleh Ibu Rosmini salah satu Ibu rumah tangga di Kelurahan
Kayamanya (47 tahun) mengatakan:Sebelum kerusuhan, warga disini
saling menghargai, saling membantu dan saling percaya satu sama
lain. Saya ingat pada saat hari lebaran teman-teman saya yang
beragama kristen sering berkunjung kerumah saya untuk
bersilaturahmi, begitupun juga pada saat perayaan hari natal, saya
dan teman-teman yang beragama islam sering berkunjung kerumah
teman-teman yang beragama kristen untuk bersilaturahmi. Pada saat
itu semua terasa aman dan tidak ada saling curiga. Semuanya sudah
seperti keluarga pada saat itu (Wawancara Sabtu 11 Oktober 2014)Hal
tersebut juga di katakan oleh Bapakk Syarifudin seorang wiraswasta
(39 Tahun) yang telah puluhan tahun tinggal di Kelurahan
Kayamanya:Poso ini dulunya adalah tempat yang aman, semua orang
sudah seperti keluarga saling membantu saat ada masalah. Masyarakat
asli Poso juga sering mengundang saya dan teman-teman jika ada
acara pernikahan atau kegiatan adat seperti syukuran/ padungku
untuk datang hadiri acara tersebut. Dulu itu semua masyarakat
saling menjaga satu sama lain, baik masyarakat asli Poso dan
masyarakat pendatang (Wawancara Senin 13 Oktober 2014)Dari
wawancara di atas, interaksi atau hubungan masyarakat sebelum
konflik sudah sangat harmonis, bahkan perbedaan-perbedaan itu
dipadukan untuk menuju suatu kesatuan dan menciptakan suatu
hubungan yang harmonis dalam suatu masyarakat. Keutuhan masyarakat
dapat dicapai bila terdapat unsur-unsur kesamaan kepentingan atau
kebutuhan anggota pada suatu objek sosial tertentu dalam
masyarakat. Seperti yang dikatakan oleh Bapakk Ali Muthakhim
seorang karyawan swasta (35 tahun):Poso sebelum konflik adalah
tempat yang tenang dan damai untuk bekerja, tidak membeda-bedakan
antara suku yang satu dengan suku yang lainnya, begitu juga agama
islam, kristen dan hindu semuanya saling menghargai. Masyarakat
dengan sama-sama menjunjung silahturami dan menerima segala
perbedaan yang ada di masyarakat. (Wawancara Sabtu 11 Oktober
2014)Berdasarkan penjelesan diatask,
Interaksi Pasca KonflikPeacemaking (membuat perdamaian) dan
Peacekeeping (menjaga perdamaian) dIbutuhkan untuk mencegah konflik
dan mempertahankan perdamaian jika kondisi tersebut telah tercapai.
Jika sukses, keduanya akan memperkuat kesempatan pasca konflik,
yang mana dapat mencegah kemunculan kembali kekerasan diantara
individu dan negara Strategi yang digunakan bukan pemutusan
hubungan antara kelompok, melainkan peningkatan hubungan antar
kelompok, bukan berasal dari atas, tapi dari bawah. Bagaimana
mencegah konflik sosial baik yang berlatar belakang agama, etnis,
politik maupun ekonomi. Cara yang bisa dilakukan adalah dengan
memenej konflik atau potensi konflik. Salah satu bentuk manajemen
konflik yang dapat dilakukan adalah melalui proses pembelajaran di
lembaga pendidikan (sekolah). Dalam hal ini terlihat bahwa terdapat
beban yang sangat berat bagi pendidikan kita terutama pendidikan
moral atau proses sosialisasi tentang keberagamaan dan makna dari
keberagaman tersebut bagi kehidupan. Oleh karena itu sudah
seharusnya kita mulai memikirkan pendidikan multikultur yang
mengembangkan konsep toleransi, saling menghargai, saling
menghormati dan saling menyadari tentang sebuah perbedaan. Para
pendidik harus bekerja keras untuk melakukan reorientasi
pembelajaran agama kepada para peseta didik dengan tetap
mensosialisasikan nilai-nilai dan norma agama dari masing-masing
agama yang diajarkan.Masyarakat Kota Poso banyak belajar dari
konflik-konflik yang telah terjadi dan tidak mudah lagi
terprovokasi oleh isu-isu yang beredar. Pasca konflik interaksi
yang terjadi di Kota Poso terjalin sangat baik dan harmonis,
Khususnya Kelurahan Kayamanya, beberapa tahun terakhir ini
masyarakat lokal dan masyarakat pendatang telah menjalin hubungan
yang baik. Seperti informasi yang diterangkan oleh Bapak Muhlis
Malik seorang wiraswasta (28 tahun):Pasca konflik hubungan antara
masyarakat terjalin lebih baik lagi, masyarakat yang beragama islam
dan kristen tidak mudah lagi terprovokasi dengan isu-isu dan lebih
mementingkan kedamaian dan keamanan yang telah berlangsung beberapa
tahun ini. Hubungan yang terjadi antara masyarakat asli dan
pendatang terjalin sangat baik dan saling menghoramati tanpa
melihat suku dan agama yang berbeda (Wawancara Rabu 15 Oktober
2014) Meskipun beberapa masyarakat masih ada yang khawatir akan
terjadinya konflik kembali, tetapi mereka juga berusaha untuk
saling menjaga, dan membangun kembali kepercayaan dan persaudaraan
di Kota Poso khusunya di Kelurahan Kayamanya. Ketika kehidupan yang
rukun dan damai terpelihara, maka akan membentuk suatu kehidupan
bersama yakni paguyuban. Hal ini akan membuat masayarakat Kelurahan
Kayamanya yang anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan
bersifat alamiah serta bersifat kekal. Dasar hubungan antar etnik
lainya tersebut adalah rasa cinta dan rasa kesatuan batin yang
memang telah ditakdirkan. (Tonnis dalam Soekanto, 2007)Terjalinnya
interaksi yang baik dan harmonis di Kelurahan Kayamanya dapat
dilihat dari beberapa informan. Seperti penuturan saudari Inda. SE
seorang wiraswasta (26) sebagai berikut:Saya pikir sekarang ini
semua masyarakat pasti tidak ingin lagi terjadi konflik seperti
yang telah terjadi, saya melihat hubungan masyarakat terjalin lebih
baik, bahkan setiap kali ada hari perayaan atau hari besar dari
agama islam atau kristen, masyarakat saling membantu dan menghargai
hari perayaan yang ada, kadang juga kalau ada kegiatan rohani atau
religi masyarakat saling mendukung satu sama lain dan saling
menjaga keamanan (Wawancara Jumat 17 Oktober 2014)
Konflik yang telah terjadi di Kota Poso menyisahkan banyak
kenangan yang menyedihkan dan juga pembelajaran bagi masyarakat
lokal maupun masyarakat pendatang yang telah lama tinggal di Kota
Poso khususnya di Kelurahan Kayamanya. 4.3.2 Bentuk-bentuk
Interaksi Masyarakat Lokal dan Masyarakat Pendatang Pasca Konflik
di Kelurahan KayamanyaManusia sebagai salah satu mahluk yang
bermasyarakat dengan memperlihatkan sifat-sifat yang paradoks.
Sifat-sifat tersebut biasanya pada satu pihak ia menjadi produk
masyarakat, sedangkan dipihak lain ia juga menjadi produser
masayrakat. Pada saat yang sama manusia merupakan anggota dari
kelompoknya dan menjadi mahluk sosial yang diatur oleh norma sosial
yang membatasi cara berpikir, berperasaan dan tindakanya sesusai
dengan peraturan serta pola masyarakat. Manusia pun sebagai
individu yang bertindak dan bertanggung jawab atas perbuatannya
sendiri. Akan tetapi sebagai mahluk sosial ia harus bertindak
sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.Sebagai
mahluk sosial, manusia memiliki keinginan untuk dapat bergaul
dengan orang lain. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka manusia
menggunakan potensi dasar yang dimiliki dengan cara berinteraksi.
Proses interaksi yang terjadi dapat menyebabkan integrasi dengan
orang-orang disekitarnyaBentuk-bentuk dalam interaksi sosial ada
empat, yakni; Kerjasama, kerja sama timbul apabila orang menyadari
bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada
saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian
terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan
tersebut.Interaksi dalam bentuk kerjasama ini terjadi seperti yang
dikatakan oleh saudara Chandra (29 tahun) seorang karyawan yang
bekerja di sebuah toko pakaian/distro di Kelurahan Kayamanya,
mengatakan:Kerjasama yang terjadi seperti gotong royong, kerja
bakti dan mengikuti lomba atau seni yang biasa diadakan saat
hari-hari besar seperti 17 Agustus, masyarakat lokal dan masyarakat
pendatang sangat antusias dalam mengikuti kegiatan-kegiatan
tersebut dan bersama-sama memeriahkan kegiatan tersebut. Seperti
yang saya perhatikan kerjasama juga terjadi dipasar sentral Poso
dan kantor pemerintah dan kantor swasta. Seperti tidak ada lagi
perbedaan yang terlihat dalam masyarakat di Kelurahan Kayamanya,
bukan hanya itu pasca konflik kita disini juga bersama-sama menjaga
hubungan yang sudah terjalin sangat baik dan saling bertukar
informasi, bukan hanya masyarakat yang ada dikelurahan kayamanya
tetapi masyarakat yang ada di Kota Poso juga (Wawancara Kamis 16
Oktober 2014)
Persaingan dapat diartikan sebagai suatu proses sosial, dimana
individu atau kelompok-kelompok manusia yang bersaing mencari
keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa
tertentu menjadi pusat perhatian umum (baik perseorangan maupun
kelompok manusia) dengan cara menarik perhatian publik atau dengan
mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan ancaman
atau kekerasan.Sesuai dengan keterangan diatas saudari Nurul
Fajriah salah seorang pedagang baju di Pasar Sentral Poso (22
tahun) mengatakan:Beberapa tahun ini saya merasa masyarakat sudah
tenang dalam beraktifitas diKota Poso seperti bekerja. Saya ingat
saat kerusuhan terjadi, orang tua saya sangat susah untuk bekerja
karena mereka adalah guru, begitu juga dengan anak sekolah tidak
diperbolehkan untuk kesekolah, tetapi sekarang kami sudah tenang
untuk berdagang, meskipun dipasar sentral poso terjadi
persaingan-persaingan dengan para pedagang yang lain dan juga
pedagang pendatang yang baru, tetapi kami tetap menjaga hubungan
agar tetap berjalan baik dan aman, begitu juga dengan anak-anak
yang ingin bersekolah sekarang tidak khawatir untuk bersekolah. Dan
kami juga sadar konflik yang telah terjadi membuat kami rugi dalam
bentuk apapun, jadi kami juga berusaha menjaga kedamaian yang telah
berjalan dengan baik beberapa tahun ini (Wawancara Sabtu 18 Oktober
2014)
Dari hasil wawancara di atas dapat dilihat bahwa pemenuhan
kebutuhan hidup masyarakat yang terpenuhi bukan hanya dari segi
kenyamanan dan kebutuhan ekonomi namun juga dari segi kebutuhan
sosial salah satunya dalam pendidikan.
Akomodasi dimaksudkan sebagai suatu proses dimana orang
perorangan atau kelompok-kelompok manusia yang mula-mula saling
bertentangan, saling mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi
ketengangan-ketegangan. Akomodasi merupakan suatu cara untuk
menyelesaikan masalah tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga
lawan tidak kehilangan pribadinya.Seperti hasil informasi yang
diterangkan oleh saudari Delfiana seorang wiraswasta (24 tahun)
menerangkan bahwa:Konflik yang telah terjadi berapa tahun lalu
membuat masyarakat yang bertikai lebih berpikir positif dan saya
melihat masyarakat asli Poso mulai menerima perbedaan agama dengan
masyarakat pendatang yang telah lama dan juga pendatang baru,
begitu juga masyarakat asli Poso yang dulunya mengungsi, telah
banyak yang kembali pulang ke Poso dan mulai bekerja dan membuka
usaha kembali, dan juga jika terjadi perkelahian atau masalah yang
terjadi antar anak muda atau warga setempat, mereka
menyelesaikannya dikantor Polisi atau menyelesaikannya secara
kekeluargaan (Wawancara Minggu 19 Oktober 2014)Berdasarkan
informasi yang di dapatkan Penulis bentuk-bentuk interaksi
masyarakat di Kelurahan Kayamanya sudah sangat baik, dengan adanya
unsur-unsur kesamaan kepentingan dan kebutuhan, menyebabkan
kelompok-kelompok masyarakat saling menjaga keseimbangan untuk
mewujudkan kedekatan-kedekatan antar hubungan sosial, budaya dan
ekonomi, begitu juga dengan adanya perbedaan-perbedaan membuat
masyarakat lokal dan masyarakat pendatang di Kelurahan Kayamanya
lebih saling menghargai satu sama lain. Dengan demikian, interaksi
pasca konflik merupakan suatu proses untuk mempertahankan
kelangsungan hidup masyarakat lebih baik. Hal ini akan menjamin
suatu keadaan yang harmonis dalam kehidupan masyarakat di Kelurahan
Kayamanya. Pasca konflik ada beberapa hal yang harus dilakukan baik
dari pemerintah, orang tua serta masyarakat di Kota Poso khusunya
di Kelurahan Kayamanya agar tidak memicu terjadinya konflik
kembali, seperti: Orang tua memberi perhatian serta pengawasan
khusus kepada anak-anak muda dirumah maupun di lingkugan luar rumah
misalnya, dengan memberikan pemahaman agama yang mendalam.
Pemerintah harus terus memperhatikan dan menjaga keamanan yang
sudah berjalan, dengan cara meningkatkan patroli malam dan
menertipkan peredaran minuman keras (Miras) dan obat-obatan
terlarang. Serta masyarakat sendiri kiranya harus menjaga keamanan
masing-masing dan selalu berfikir positif, tidak mudah terprovokasi
yang bisa mengakibatan konflik terjadi kembali.Sesungguhnya dengan
beranekaragamnya etnik dalam suatu daerah tertentu seperti halnya
di Kelurahan Kayamanya, konflik bisa saja terus terjadi dalam
masyarakat tersebut, namun masyarakat tersebut lebih mementingkan
kepentingan bersama yakni kehidupan yang damai, maka konflik dapat
diminimalisir sedini mungkin. Inilah yang menurut Ata Ujan dkk
(2009:99), ada beberapa sikap yang di kembangkan dalam menghadapi
konflik pada masyarakat multikultural seperti sebagai berikut:1.
Sikap terbuka terhadap kebudayaan lainSikap terbuka terhadap
masyarakat yang memiliki kebudayaan lain telah terlihat sejak
masuknya para pendatang bahkan sebelum konflik terjadi di Kelurahan
Kayamanya 2. Sikap menghargai realitas multikulturalInilah sikap
yang paling mendasar untuk menjadikan keharmonisan di Kelurahan
Kayamanya. Banyaknya perbedaan-perbedaan yang dimiliki tentunya aan
terkrompomi dengan saling menghargai dan mengakui keberadaan
budaya-budaya etnik lainya.3. Menjadi pribadi yang menolak
kekerasanPenyelesaian konflik maupun ketegangan-ketegangan yang ada
di Kelurahan Kayamanya diperankan oleh pemerintah di kelurahan dan
lembaga adat yang ada4.3.3 Harapan Masyarakat Pasca KonflikHarapan
berasal dari kata harap yaitu keinginan supaya sesuatu terjadi atau
sesuatu yang belum terwujud. Harapan dapat diartikan sebagai
menginginkan sesuatu yang dipercayai dan dianggap benar dan jujur
oleh setiap manusia dan harapan agar dapat dicapai, memerlukan
kepercayaan kepada diri sendiri, kepercayaan kepada orang lain dan
kepercayaan kepada TUHAN. Beberap pendapat dari orang-orang bahwa
manusia yang tidak mempunyai harapan adalah manusia yang mati
sebelum waktu-nya. Bisa jadi, karena harapan adalah sesuatu yang
hendak kita raih dan terpampang dimuka. Hampir sama dengan visi
walau dalam spektrum sederhana, harapan merupakan ciptaan yang kita
buat sebagai sesuatu yang hendak kita raih. Jadi hidup tanpa
harapan adalah hidup tanpa visi dan tujuan.Seperti yang telah
dijelaskan diatas, informan saudari Filadelvia Taepo seorang
mahasiswa STIKES Poso yang tinggal di Kelurahan Kayamanya (22
tahun), menerangkan bahwa:Harapan saya masyarakat di Poso dapat
hidup lebih damai kedepannya, masyarakat harus lebih bijak jika ada
masalah-maslah yang terjadi, jangan lagi terprovokasi dengan
isu-isu, saya dan pastinya masih banyak anak-anak muda di Poso
ingin masa depan yang lebih baik di Kota Poso ini, sudah cukup
dengan kerusuhan-kerusuhan kemarin, banyak orang yang menderita,
saya harap masyarakat siapapun itu lebih memikirkan kehidupan
anak-anak mereka kedepannya (Wawancara Rabu 22 Oktober 2014)Dalam
mencukupi kebutuhan kodrat maupun kebutuhan, manusia membutuhkan
orang lain untuk mencapai harapan-harap tersebut.Bila manusia yang
hidup tanpa harapan pada hakekatnya dia sudah mati. Harapan
bukanlah sesuatu yang terucap dimulut saja tetapi juga berangkat
dari usaha. Dia adalah kecenderungan batin untuk membuat sebuah
rencana aksi, peristiwa, atau sesuatu menjadi lebih bagus.
Sederhananya, harapan membuat kita berpikir untuk melakukan sesuatu
yang lebih baik untuk meraih sesuatu yang lebih baik. Pasca konflik
di Kota Poso, terjadi perubahan-perubahan positif di dalam
masyarakat dan juga timbulnya keinginan dan harapan untuk hidup
lebih baik dan lebih menghargai perbedaan yang ada di masyarakat,
baik masyarakat lokal dan pendatang. Begitu juga harapan yang
dimiliki Farhan Salim seorang mahasiswa UNSIMAR (20 tahun) ketika
di wawancarai mengatakan:kedepan saya harap hubungan masyarakat
lebih baik, saling menghargai lagi seperti sebelum kerusuhan, tidak
saling menyinggung agama orang lain, saya mau keadaan yang aman
seperti ini tetap bertahan sterusny. Saya juga berharap masyarakat
sadar dengan dampak konflik yang sama sekali tidak menghasilkan
apa-apa, kecuali kehancuran semata (Wawancara Sabtu 24 Oktober
2014)Sama halnya dengan yang dikatakan oleh bapak Abduh Sima
seorang Pegawai Negri Sipil di Kantor Bupati yang tinggal di
Kelurahan Kayamanya (49 tahun) mengatakan:saya berharap kedepannya
hubungan yang baik seperti sekarang ini berkesinambungan, baik
program pemerintah dengan program tokoh-tokoh agama bisa berjalan
dengan baik sehingga terjalin silahturahmi antara semua golongan
yang berbeda agama dan suku. Para aparat harus bertindak lebih baik
dalam menangani masalah di Kota Poso. Saya juga berharap masyarakat
tidak terprovokasi dengan berita-berita yang sumbernya tidak jelas
dan tidak ada lagi pengelompokan-pengelompokan dengan harapan kita
semua bersaudara. Saya berharap Poso bisa seperti dulu, tidak ada
konflik yang terjadi dan hidup tenang atau mungkin bisa lebih baik
lagi kedepanya (Wawancara Selasa 21 Oktober 2014)Harapan-harapan
dari masyarakat di Kelurahan Kayamanya merupakan harapan semua
masyarakat pasca konflik di Kota Poso pada umumnya. Harapan hidup
yang lebih baik di Kelurahan Kayamanya dapat tercapai dengan sikap
saling mengharagai, menghormati, menerima dan mengakui keberadaan
masing-masing. BAB IVPENUTUP5.1 KesimpulanBerdasarkan pembahasan
terhadap permasalahan yang telah di uraikan pada bab empat mengenai
interaksi antar masyarakat lokal dan masyarakat pendatang pasca
konflik di Kelurahan Kayamanya Kecamatan Poso Kota Kabupaten Poso,
Maka ada beberapa kesimpulan sebagai berikut:1. Interaksi antara
masyarakat lokal dan masyarakat pendatang yang berbeda etnik dan
agama di Kelurahan Kayamanya telah berlangsung sebelum tejadinya
konflik di Kota Poso. Adanya kepentingan akan kebutuhan pada suatu
jenis pekerjaan atau tujuan masing-masing individu untuk memenuhi
kebutuhan menjadikan setiap masyarakat menginginkan kehidupan yang
rukun dan damai. Keterbukaan oleh masing-masing masyarakat
menyebabkan hal ini dilakukan dengan saling menghargai serta
toleransi antar warga.2. Bentuk interaksi yang terjadi antar
masyarakat lokal dan masyarakat pendatang pasca konflik di
Kelurahan Kayamanya terjadi karena adanya hubungan pekerjaan,
gotong royong serta pemukiman yang saling berdekatan. Hal ini
dikarenakan nilai-nilai yang dipahami sebagai konsensus sosial yang
dapat merekatkan hubungan antar warga masyarakat yakni adat
istiadat, agama dan pemerintah di Kelurahan Kayamanya serta sikap
saling menghargai, menerima dan mengakui keberadaan
masing-masing.
5.2 SaranWalaupun interaksi antar masyarakat lokal dan
masyarakat pendatang sudah berjalan dengan baik dan harmonis,
Pemerintah Kabupaten Poso perlu mengoptimalkan kembali peran dan
fungsi lembaga adat maupun lembaga keagamaan di Kelurahan Kayamanya
untuk mensosialisasikan tentang pentingnya hidup dalam keberagaman,
baik berbeda etnik, agam, budaya dan bahasa dalam satu ikatan
kekerabatan serta nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat di
Kabupaten Poso khusunya di Kelurahan Kayamanya. Hal ini penting
untuk mencegah terjadinya konflik di masa yang akan datang. 45