Top Banner
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Obesitas merupakan suatu kondisi dimana berat badan melebihi kebutuhan otot dan tulang sebagai akibat dari penumpukan lemak yang berlebihan dalam tubuh 1 , atau secara praktis dapat disebut sebagai penimbunan lemak yang berlebihan dalam tubuh 2 . Obesitas mulai menjadi masalah kesehatan diseluruh dunia, bahkan WHO menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan suatu epidemi global dimana jumlahnya mencapai 400 juta dunia di seluruh dunia. Sehingga obesitas sudah merupakan suatu problem kesehatan yang harus segera ditangani. Di Indonseia sendiri, prevalensi obesitas telah mencapai angka 48,6% pada dewasa. terutama dikota-kota besar, dengan adanya perubahan gaya hidup yang menjurus ke westernisasi dan sedentary berakibat pada perubahan pola makan / konsumsi masyarakat yang merujuk pada pola makan tinggi kalori, tinggi lemak dan kolesterol, terutama terhadap penawaran makanan siap saji (fast food) yang berdampak meningkatkan risiko obesitas. 3,4 Hal yang sama terjadi pada anak, bahkan sebuah penelitian menyebutkan bahwa dari 1.730 anak SD, angka obesitas mencapai 12,1% dan overweight mencapai 9,1%. 5 Fakta ini menjadi semakin menghawatirkan, mengingat penderita obesitas kemungkinan akan mengalami hipertrigliserida, penurunan kadar HDL. Diabetes, hipertensi, penyakit jantung koroner, kolelitiasis (batu 1
33

Isi Referatv

Jan 11, 2016

Download

Documents

Rugas Pribawa

rugas
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Isi Referatv

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Obesitas merupakan suatu kondisi dimana berat badan melebihi kebutuhan otot dan

tulang sebagai akibat dari penumpukan lemak yang berlebihan dalam tubuh 1, atau secara praktis

dapat disebut sebagai penimbunan lemak yang berlebihan dalam tubuh 2. Obesitas mulai

menjadi masalah kesehatan diseluruh dunia, bahkan WHO menyatakan bahwa obesitas

sudah merupakan suatu epidemi global dimana jumlahnya mencapai 400 juta dunia di seluruh

dunia. Sehingga obesitas sudah merupakan suatu problem kesehatan yang harus segera

ditangani. Di Indonseia sendiri, prevalensi obesitas telah mencapai angka 48,6% pada dewasa.

terutama dikota-kota besar, dengan adanya perubahan gaya hidup yang menjurus ke

westernisasi dan sedentary berakibat pada perubahan pola makan / konsumsi masyarakat

yang merujuk pada pola makan tinggi kalori, tinggi lemak dan kolesterol, terutama terhadap

penawaran makanan siap saji (fast food) yang berdampak meningkatkan risiko obesitas. 3,4

Hal yang sama terjadi pada anak, bahkan sebuah penelitian menyebutkan bahwa dari

1.730 anak SD, angka obesitas mencapai 12,1% dan overweight mencapai 9,1%.5 Fakta ini

menjadi semakin menghawatirkan, mengingat penderita obesitas kemungkinan akan mengalami

hipertrigliserida, penurunan kadar HDL. Diabetes, hipertensi, penyakit jantung koroner,

kolelitiasis (batu empedu), hipoventilasi, dan berbagai penyakit kronik lainnya.5 Berdasarkan

data Riskesdas tahun 2010, diperkirakan prevalensi balita di Indonesia mengalami gizi lebih dan

kegemukan (obesitas) yaitu sebesar 14,2 %.

Obesitas tidak bisa dianggap remeh hal ini dsebabkan oleh obesitas dapat menimbulkan

komplikasi yang berlanjut hingga dewasa apabila tidak ditangani dengan serius karena obesitas

adalah salah satu faktor predeposisi dari berbagai macam penyakit metabolik, degeneratif dan

penyakit yang berkaitan dengan obesitas.7 Penyebab obesitas yang multifaktorial sangat

menyulitkan usaha mengatasinya. Sehingga tatalaksana obesitas dititik beratkan pada usaha

pencegahan. Selain pencegahan terhadap obesitas itu sendiri, penting juga untuk dilakukan

pencegahan terhadap dampak obesitas.

1

Page 2: Isi Referatv

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi dan Kriteria

Obesitas dan overweight adalah dua istilah yang sering digunakan untuk menyatakan

adanya kelebihan berat badan. Kedua istilah ini mempunyai pengertian yang berbeda. 8 Obesitas

didefinisikan sebagai suatu kelainan atau penyakit yang ditandai dengan penimbunan

(akumulasi) jaringan lemak tubuh secara berlebihan. Menurut kamus kedokteran Dorland,

obesitas diartikan sebagai peningkatan berat badan melebihi batas kebutuhan skeletal dan fisik

sebagai akibat akumulasi lemak berlebihan dalam tubuh. Disebut juga adiposity, adiposis,

corpulency dan pimelosis. 8 Overweight adalah kelebihan berat badan dibandingkan dengan berat

ideal yang disebabkan oleh penimbunan jaringan lemak atau non-lemak, misalnya pada

binaragawan kelebihan berat badat disebabkan oleh hipertrofi otot.9

Kriteria obesitas paling umum ditentukan berdasarkan data antropometri. Tiga metode

pengukuran antropometri dibawah ini dapat digunakan dalam penentuan obesitas.10

a. Berat badan/tinggi badan diatas persentil 90 atau 120% diatas berat badan ideal. Berat

badan lebih besar dari 140% didefinisikan sebagai superobesitas. Dengan pengukuran ini,

mencerminkan proporsi atau penampilan namun tidak mencerminkan massa lemak tubuh.

b. Indeks masa tubuh (IMT) dihitung dengan cara berat badan dalam kilogram dibagi kuadrat

tinggi dalam meter, bila nilai IMT pada anak adalah lebih besar sama dengan persentil 95

maka termasuk kedalam obeistas. WHO mengeluarkan kurva klasifikasi IMT terbaru yang

berdasarkan z-score, digunakan untuk usia 0-5 tahun. Usia >5- 18 tahn menggunakan kurva

CDC.

Dibawah ini tabel penentuan kriteria status gizi menurut Waterlow, WHO 2006 dan CDC

2000.

2

Page 3: Isi Referatv

Tabel 2.1 Penentuan status gizi menurut WHO dan CDC6

Status gizi BB/TB BB/TB WHO 2006 IMT CDC 2000

Obesitas >120 >+3SD >P95

Overweight >110 >+2SD hingga +3SD P85-P95

Normal >90 +2SD hingga -2 SD

Gizi kurang 70-90 -2SD hingga -3 SD

Gizi buruk <70 <-3 SD

c. Pengukuran lemak subkutan dengan mengukur tebal lipatan kulit (TLK) diatas persentil 85

merupakan indikator obesitas. Tebal lipatan kulit dapat biseps, triceps, subskapular, dan

suprailiaka.

Perawatan kesehatan profesional mendefinisikan obesitas atau kelebihan berat badan

dengan menggunakan indeks massa tubuh (BMI), yang merupakan metode yang sangat baik

untuk pengukuran langsung lemak tubuh. BMI = berat badan dalam kg / (tinggi dalam meter) 2.

Orang dewasa dengan BMI ≥ 30 memenuhi kriteria untuk obesitas, dan orang-orang dengan

BMI antara 25-30 mengalami kelebihan berat badan. Selama masa kanak-kanak, tingkat

perubahan lemak tubuh dimulai dengan penyimpanan jaringan adiposa yang tinggi selama masa

kanak-kanak. Kadar lemak tubuh menurun menjelang usia 5,5 tahun sampai periode yang

disebut "adiposity rebound", ketika lemak tubuh biasanya berada pada tingkat terendah.

Adipositas kemudian meningkat sampai awal masa dewasa . Akibatnya, obesitas dan kelebihan

berat badan didefinisikan menggunakan persentil BMI, anak usia diatas 2 tahun dengan persentil

BMI ≥ 95 memenuhi kriteria untuk obesitas, dan orang-orang dengan BMI antara persentil ke-

85 dan ke-95 mengalami kelebihan berat badan.

3

Page 4: Isi Referatv

Gambar 2.1 Kurva CDC Persentil Indeks Massa Tubuh per Umur Untuk Anak perempuan

dan laki laki

2.2 Epidemiologi Obesitas

Obesitas pada anak dewasa ini merupakan masalah global yang ditemukan tidak hanya di

negara maju namun banyak juga ditemukan di negara berkembang. Menurut berbagai penelitian

epidemiologi, prevalensi obesitas pada anak meningkat tiap tahunnya.10

Bertambahnya produk makanan cepat saji, perkembangan teknologi, penggunaan kendaraan

bermotor dan berbagai media elektronik, memberi dampak ketidakseimbangan energi.

Berkurangnya aktivitas fisik diikuti asupan kalori tinggi, membuat status keseimbangan anak

mengarah positif.10

Menurut data RISKESDAS tahun 2010 disebutkan prevalensi anak kegemukan dan obesitas

pada usia 6-12 tahun ialah sebesar 9,2%. Penelitian lain menyebutkan terjadi peningkatan

prevalensi kegemukan dan obesitas meningkat dua kali lipat setiap tahun, terutama pada usia

anak sekolah.6,7

Pada tahun 2010 prevalensi kegemukan secara nasional di Indonesia adalah 14,0 persen

Terjadi peningkatan prevalensi kegemukan yaitu dari 12,2 persen tahun 2007 menjadi 14,0

4

Page 5: Isi Referatv

persen tahun 2010. Dua belas provinsi memiliki masalah kegemukan di atas angka

nasional. Urutan ke 12 provinsi dari prevalensi tertinggi sampai terendah adalah: (1) DKI

Jakarta, (2) Sumatera Utara, (3) Sulawesi Tenggara, (4) Bali, (5) Jawa Timur, 6) Sumatera

Selatan, (7) Lampung, (8) Aceh, (9) Riau, (10) Bengkulu, (11) Papua Barat dan (12) Jawa

Barat.6

Prevalensi obesitas di Amerika Serikat dalam tiga dekade terakhir pada usia 6-17 tahun

meningkat dari 7,6-10,8% menjadi 13-14%. Prevalensi di Rusia pada usia 6-18 tahun adalah 6%

- 10%, di Cina adalah 3,4% - 3,6%, dan di Ingrirs adalah 22-31% dan 10-17%. Prevalensi

obesitas anak-anak sekolah di Singapura meningkat dari 9% menjadi 19%.10

2.3 Etiologi Obesitas

Berdasarkan hukum termodinamik, obesitas disebabkan adanya keseimbangan energi

positif, sebagai akibat ketidak seimbangan antara asupan energi dengan keluaran energi,

sehingga terjadi kelebihan energi yang disimpan dalam bentuk jaringan lemak.12,13 Sebagian

besar gangguan keseimbangan energi ini disebabkan oleh faktor eksogen/nutrisional (obesitas

primer) sedang faktor endogen (obesitas sekunder) akibat kelainan hormonal, sindrom

atau defek genetik hanya sekitar 10%.14

Penyebab obesitas belum diketahui secara pasti. Obesitas adalah suatu penyakit

multifaktorial yang diduga bahwa sebagian besar obesitas disebabkan oleh karena interaksi

antara faktor genetik dan faktor lingkungan, antara lain aktifitas, gaya hidup, sosial ekonomi

dan nutrisional yaitu perilaku makan dan pemberian makanan padat terlalu dini pada bayi.12,13

2.3.1 Faktor Genetik

Parental fatness merupakan faktor genetik yang berperanan besar. Bila kedua orang tua

obesitas, 80% anaknya menjadi obesitas; bila salah satu orang tua obesitas, kejadian obesitas

menjadi 40% dan bila kedua orang tua tidak obesitas, prevalensi menjadi 14%.14

Hipotesis Barker menyatakan bahwa perubahan lingkungan nutrisi intrauterin

menyebabkan gangguan perkembangan organ-organ tubuh terutama kerentanan terhadap

pemrograman janin yang dikemudian hari bersama-sama dengan pengaruh diet dan stress

5

Page 6: Isi Referatv

lingkungan merupakan predisposisi timbulnya berbagai penyakit dikemudian hari.

Mekanisme kerentanan genetik terhadap obesitas melalui efek pada resting metabolic rate,

thermogenesis non exercise, kecepatan oksidasi lipid dan kontrol nafsu makan yang

jelek.15,16 Dengan demikian kerentanan terhadap obesitas ditentukan secara genetik sedang

lingkungan menentukan ekspresi fenotipe.16

2.3.2 Faktor lingkungan.

2.3.2.1 Aktifitas fisik.

Aktifitas fisik merupakan komponen utama dari energy expenditure, yaitu sekitar 20-50%

dari total energy expenditure. Penelitian di negara maju mendapatkan hubungan antara aktifitas

fisik yang rendah dengan kejadian obesitas. Individu dengan aktivitas fisik yang rendah

mempunyai risiko peningkatan berat badan sebesar = 5 kg.15 Penelitian di Jepang

menunjukkan risiko obesitas yang rendah (OR:0,48) pada kelompok yang mempunyai

kebiasaan olah raga, sedang penelitian di Amerika menunjukkan penurunan berat badan

dengan jogging (OR: 0,57), aerobik (OR: 0,59), tetapi untuk olah raga tim dan tenis tidak

menunjukkan penurunan berat badan yang signifikan.

Penelitian terhadap anak Amerika dengan tingkat sosial ekonomi yang sama

menunjukkan bahwa mereka yang nonton TV = 5 jam perhari mempunyai risiko obesitas

sebesar 5,3 kali lebih besar dibanding mereka yang nonton TV = 2 jam setiap harinya.16

2.3.3. Faktor nutrisional.

Peranan faktor nutrisi dimulai sejak dalam kandungan dimana jumlah lemak tubuh dan

pertumbuhan bayi dipengaruhi berat badan ibu. Kenaikan berat badan dan lemak anak

dipengaruhi oleh : waktu pertama kali mendapat makanan padat, asupan tinggi kalori dari

karbohidrat dan lemak14 serta kebiasaan mengkonsumsi makanan yang mengandung

energi tinggi.12,14

Penelitian di Amerika dan Finlandia menunjukkan bahwa kelompok dengan asupan

tinggi lemak mempunyai risiko peningkatan berat badan lebih besar dibanding kelompok

dengan asupan rendah lemak dengan OR 1.7. Penelitian lain menunjukkan peningkatan

6

Page 7: Isi Referatv

konsumsi daging akan meningkatkan risiko obesitas sebesar 1,46 kali.17 Keadaan ini

disebabkan karena makanan berlemak mempunyai energy density lebih besar dan lebih tidak

mengenyangkan serta mempunyai efek termogenesis yang lebih kecil dibandingkan makanan

yang banyak mengandung protein dan karbohidrat. Makanan berlemak juga mempunyai rasa

yang lezat sehingga akan meningkatkan selera makan yang akhirnya terjadi konsumsi yang

berlebihan.15 Selain itu kapasitas penyimpanan makronutrien juga menentukan keseimbangan

energi. Protein mempunyai kapasitas penyimpanan sebagai protein tubuh dalam jumlah

terbatas dan metabolisme asam amino di regulasi dengan ketat, sehingga bila intake protein

berlebihan dapat dipastikan akan di oksidasi; sedang karbohidrat mempunyai kapasitas

penyimpanan dalam bentuk glikogen hanya dalam jumlah kecil. Asupan dan oksidasi

karbohidrat di regulasi sangat ketat dan cepat, sehingga perubahan oksidasi karbohidrat

mengakibatkan perubahan asupan karbohidrat. Bila cadangan lemak tubuh rendah dan asupan

karbohidrat berlebihan, maka kelebihan energi dari karbohidrat sekitar 60-80% disimpan

dalam bentuk lemak tubuh. Lemak mempunyai kapasitas penyimpanan yang tidak terbatas.

Kelebihan asupan lemak tidak diiringi peningkatan oksidasi lemak sehingga sekitar 96% lemak

akan disimpan dalam jaringan lemak.8

2.3.4. Faktor sosial ekonomi.

Perubahan pengetahuan, sikap, perilaku dan gaya hidup, pola makan, serta peningkatan

pendapatan mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi.14

Suatu data menunjukkan bahwa beberapa tahun terakhir terlihat adanya perubahan gaya hidup

yang menjurus pada penurunan aktifitas fisik, seperti: ke sekolah dengan naik kendaraan dan

kurangnya aktifitas bermain dengan teman serta lingkungan rumah yang tidak memungkinkan

anak-anak bermain diluar rumah, sehingga anak lebih senang bermain komputer / games,

nonton TV atau video dibanding melakukan aktifitas fisik. Selain itu juga ketersediaan dan

harga dari junk food yang mudah terjangkau akan berisiko menimbulkan obesitas.18

2.4 Patofisiologi Obesitas

Secara umum, obesitas dapat disebabkan oleh ketidak seimbangan kalori, yang diakibatkan

asupan energi yang jauh melebihi kebutuhan tubuh. Pada bayi (infant), penumpukan lemak

7

Page 8: Isi Referatv

terjadi akibat pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu dini, terutama apabila makanan

ini memiliki kandungan karbohidrat, lemak, dan protein yang tinggi. Pada masa anak-anak dan

dewasa, asupan energi bergantung pada diet seseorang.5

Penelitian yang dilakukan menemukan bahwa pengontrolan nafsu makan dan tingkat

kekenyangan seseorang diatur oleh mekanisme neural dan humoral (neurohumoral) yang

dipengaruhi oleh genetik, nutrisi, lingkungan, dan sinyal psikologis. Mekanismeini dirangsang

oleh respons metabolik yang berpusat pada hipotalamus. Mekanisme neurohumoral ini dapat

dibagi menhadi 3 komponen sesuai gambar 2.

a. Sistem perifer/sistem aferen menyalurkan sinyal dari berbagai tempat, dimana komponen

utamanya adalah leptin dan adiponektin (dariadiposit), ghrelin (dari lambung), Peptida

YY/PYY (dari ileum dan colon), insulin (pancreas).

b. Nukleus arkuatus dalam hipotalamus memproses dan mengintegrasikan sinyal periferal

dan menghasilkan sinyal eferen kepada 2 jenis neuron orde pertama, yaitu (a) POMC (pro-

opiomelanocortin) dan CART (cocaine and amphetamine-regulated transcripts) neuron, (b)

neuropeptida Y (NPY), dan AgRP (Agouli-related peptide). Neuron orde pertama ini akan

berkomunikasi dengan neuron orde kedua

c. Sistem eferen yang menerima sinyal yang diberikan neuron orde pertama dari hipotalamus

untuk mengontrol asupan makanan dan penggunaan energi. Hipotalamus juga

berkomunikasi dengan otak depan dan tengah untuk mengontrol sistem saraf otonom. 5

Neuron POMC dan CART meningkatkan penggunaan energi dan penurunan berat badan

dengan menghasilkan MSH (-Melanocyte Stimulating Hormone), dan mengaktifkan reseptor

melanokortin nomor 3 dan 4 (MC3/4R) sebagai neuron orde ke 2 sebagai efek anoreksigenik.

Sedangkan neuron NYP dan AgRP merangsang lapar (food intake) dan peningkatan berat badan

dengan mengaktifkan reseptor Y1/5 pada neuron orde ke2nya sebagai efek oreksigenik.5

8

Page 9: Isi Referatv

Gambar 2. 2. Pengaturan keseimbangan energi. Jaringan lemak menghasilkan sinyal aferen yang mengaktifkan hipotalamus untuk mengatur nafsu makan dan kekentyangan. Sinyal ini mengnurunkan intake makanan dan

menghambat siklus anabolik, dan mengaktifkan pemakaian energi dan mengaktifkan siklus katabolik.

Gambar 2.3 Jalur neurohumoral di hipotalamus yang mengatur kesetimbangan energi. Terlihat POMC dan CART sebagai neuron anoreksigenik, dan serta NPY dan AgRP sebagai neuron oreksigenik di hipotalamus bagian nukleud arkuatus

2.5 Perjalanan Perkembangan Obesitas

Menurut Dietz terdapat 3 periode kritis dalam masa tumbuh kembang anak dalam

kaitannya dengan terjadinya obesitas, yaitu: periode pranatal, terutama trimester 3 kehamilan,

periode adiposity rebound pada usia 6 – 7 tahun dan periode adolescence.19 Pada bayi dan anak

9

Page 10: Isi Referatv

yang obesitas, sekitar 26,5% akan tetap obesitas untuk 2 dekade berikutnya dan 80% remaja

yang obesitas akan menjadi dewasa yang obesitas.20 Menurut Taitz, 50% remaja yang obesitas

sudah mengalami obesitas sejak bayi.13 Sedang penelitian di Jepang menunjukkan 1/3 dari

anak obesitas tumbuh menjadi obesitas dimasa dewasa8 dan risiko obesitas ini diperkirakan

sangat tinggi, dengan OR 2,0 – 6,7.17

Penelitian di Amerika menunjukkan bahwa obesitas pada usia 1-2 tahun dengan orang

tua normal, sekitar 8% menjadi obesitas dewasa, sedang obesitas pada usia 10-14 tahun dengan

salah satu orang tuanya obesitas, 79% akan menjadi obesitas dewasa.8

2.6 Tipe dan Jenis Obesitas

Tipe dan jenis dari obesitas berdasarkan selnya, kegemukan dapat digolongkan dalam

beberapa tipe yaitu

a. Tipe hiperplastik

Kegemukan yang terjadi karena jumlah sel yang lebih banyak dibandingkan kondisi

normal, tetapi ukuran sel-selnya dengan ukuran sel normal. Tipe ini biasa terjadi pada masa

anak-anak. Upaya menurunkan berat badan ke kondisi normal di usia anak-anak akan lebih

sulit.

b. Tipe hipertropik

Kegemukan ini tejadi karena ukuran sel yang lebih besar dibandingkan ukuran sel

normal, tapi jumlah sel normal. Kegemukan tipe ini terjadi pada usia dewasa dan upaya

untuk menurunkan berat badan akan lebih mudah dibandingkan tipe hiperplastik.

c. Tipe hiperplastik dan hipertropik

Kegemukan tipe ini terjadi karena jumlah dan ukuran sel melebihi normal. Kegemukan

tipe ini dimulai pada masa anak-anak dan berlangsung tersu setelah dewasa. Upaya untuk

menurunkan berat badan paling sulit dan paling beresiko terjadinya komplikasi penyakit,

seperti penyakit degeneratif.

2.7 Manifestasis Klinis

Obesitas dapat terjadi pada semua golongan umur, akan tetapi pada anak biasanya timbul

menjelang remaja dan dalam masa remaja, terutama anak wanita. Selain berat badan meningkat

10

Page 11: Isi Referatv

dengan pesat, juga pertumbuhan dan perkembangan lebih cepat (ternyata jika diperiksa usia

tulangnya), sehingga pada akhirnya anak yang cepat tumbuh dan matang itu akan mempunyai

tinggi badan yang relatif rendah dibandingkan dengan anak yang sebayanya. Bentuk tubuh,

penampilan dan raut muka penderita obesitas:

a. Raut muka

Hidung dan mulut tampak relatif kecil dengan dagu yang berbentuk ganda.

b. Dada dan payudara

Bentuk payudara mirip dengan payudara yang telah tumbuh. Pada anak pria keadaan

demikian menimbulkan perasaan yang kurang menyenangkan.

c. Abdomen

Membuncit dan menggantung serupa dengan bentuk bandul lonceng kadang-kadang

terdapat stria putih atau keunguan.

d. Genitalia luar

Pada pria penis seakan-akan terpendam dalam jaringan lemak mons pubis, sehingga

tampak kecil dari bagian yang tersembul ke luar. Pubertas dapat terjadi awal dengan akibat

bahwa pada akhirnya ketinggian anak gemuk mungkin kurang dari pada tinggi akhir dari

sebayanya yang dewasa lebih lambat. Normal pada kebanyakan wanita, dan menarche

biasanya tidak tertunda bahkan mungkin maju.

e. Anggota badan

Lengan atas dan paha tampak besar, terutama pada bagian proksimal, tangan relatif kecil

dengan jari-jari yang berbentuk runcing. Terdapat kelainan berupa koksa vara dengan genu

valgum pada tungkai.

f. Kelainan emosi

Pada penderita sering ditemukan gejala gangguan emosi yang mungkin merupakan

penyebab atau akibat dari keadaan obesitas. Bahkan pada anak yang tampaknya

menyesuaikan diri dengan baik.

2.8. Dampak Obesitas pada anak

2.8.1. Faktor Risiko Penyakit Kardiovaskuler

Faktor Risiko ini meliputi peningkatan: kadar insulin, trigliserida, LDL-kolesterol

11

Page 12: Isi Referatv

dan tekanan darah sistolik serta penurunan kadar HDL- kolesterol. Risiko penyakit

Kardiovaskuler di usia dewasa pada anak obesitas sebesar 1,7 - 2,6. IMT mempunyai

hubungan yang kuat (r = 0,5) dengan kadar insulin. Anak dengan IMT > persentile ke 99, 40%

diantaranya mempunyai kadar insulin tinggi, 15% mempunyai kadar HDL-kolesterol yang

rendah dan 33% dengan kadar trigliserida tinggi.23 Anak obesitas cenderung mengalami

peningkatan tekanan darah dan denyut jantung, sekitar 20-30% menderita hipertensi.12

2.8.2. Diabetes Mellitus tipe-2

Diabetes mellitus tipe-2 jarang ditemukan pada anak obesitas.5,15 Prevalensi

penurunan glukosa toleran test pada anak obesitas adalah 25% sedang diabetes mellitus tipe-2

hanya 4%. Hampir semua anak obesitas dengan diabetes mellitus tipe-2 mempunyai IMT > +

3SD atau > persentile ke 99. 24

2.8.3. Obstruktive sleep apnea

Sering dijumpai pada anak obesitas dengan kejadian 1/100 dengan gejala

mengorok.12 Penyebabnya adalah penebalan jaringan lemak didaerah dinding dada dan perut

yang mengganggu pergerakan dinding dada dan diafragma, sehingga terjadi penurunan volume

dan perubahan pola ventilasi paru serta meningkatkan beban kerja otot pernafasan. Pada saat

tidur terjadi penurunan tonus otot dinding dada yang disertai penurunan saturasi oksigen dan

peningkatan kadar CO2, serta penurunan tonus otot yang mengatur pergerakan lidah yang

menyebabkan lidah jatuh kearah dinding belakang faring yang mengakibatkan obstruksi

saluran nafas intermiten dan menyebabkan tidur gelisah, sehingga keesokan harinya anak

cenderung mengantuk dan hipoventilasi. Gejala ini berkurang seiring dengan penurunan berat

badan.12

2.8.4. Gangguan ortopedik

Pada anak obesitas cenderung berisiko mengalami gangguan ortopedik yang disebabkan

kelebihan berat badan, yaitu tergelincirnya epifisis kaput femoris yang menimbulkan gejala

nyeri panggul atau lutut dan terbatasnya gerakan panggul.12

2.8.5. Pseudotumor serebri

Pseudotumor serebri akibat peningkatan ringan tekanan intrakranial pada obesitas

12

Page 13: Isi Referatv

disebabkan oleh gangguan jantung dan paru-2 yang menyebabkan peningkatan kadar CO2 dan

memberikan gejala sakit kepala, papil edema, diplopia, kehilangan lapangan pandang perifer

dan iritabilitas.12

Gambar 2.5 komplikasi obesitas pada anak

2.9. Diagnosis dan Diagnosis Banding Obesitas

Bila datang seorang anak dengan keluhan obesitas, maka perlu dipastikan apakah kriteria

obesitas terpenuhi secara klinis maupun antropometris. Selanjutnya perlu ditelusuri faktor resiko

obesitas serta dampak yang mungkin akan terjadi. Pola makan serta aktifitas fisik penting untuk

ditelusuri.10

Bila kriteria obesitas sudah terpenuhi, perlu dilakukan skrining kelanjutan meliputi lima

area risiko kesehatan sebagai berikut.

a. Riwayat keluarga, menelusuri riwayat penyakit kardiovaskular, diabetes mellitus,

hiperlipidemia, atau riwayat obesitas kedua orangtua.

b. Tekanan darah, dengan menggunakan metode dan kriteria tekanan darah anak-anak.

c. Kadar kolesterol total, kenaikan diatas 200 mg/dL.

d. Tambahan kenaikan tahunan IMT, yaitu kenaikan melebihi dua unit dari tahun sebelumnya.

e. Penilaian keprihatinan, emosional, dan psikologik.25

Saat satu atau lebih dari lima hal tersebut positif, maka anak perlu mendapat evaluasi

medik yang diteliti untuk memikirkan patologis medik primer seperti terdaftar pada diagnosis

banding.25

Diagnosis banding obesitas biasanya berkaitan dengan gangguan endokrin atau sindrom

genetik. Berikut dibawah ini alur diagnosis obesitas menurut The Endocrine Society’s

Clinical Guideline:

13

Page 14: Isi Referatv

Gambar 2.6 Diagnosis dan manajemen obesitas pada anak

2.10. Tatalaksana Obesitas Pada Anak

Kesuksesan dalam pengendalian obesitas paling baik dilakukan melalui pendekatan

multi dimensional untuk mencapai perubahan gaya hidup yang termodifikasi dengan baik.

Terapi kognitif untuk motivasi penurunan berat badan serta kombinasi gizi, aktivitas jasmani

serta kemauan akan menjadi hal terbaik.

Hal ini penting untuk memulai langkah-langkah yang direkomendasikan mengenai

asupan kalori yang tepat bagi anak yang obesitas. Makanan harus didasarkan pada buah-buahan,

sayuran, biji-bijian, daging tanpa lemak, ikan, dan unggas. Makanan siap saji harus dipilih

sesuai dengan nilai gizi mereka, dengan mengatur kalori dan lemak. Makanan yang memberikan

kalori berlebihan dan nilai gizi yang rendah diberikan sesekali. Karena anak obesitas

menkonsumsi banyak kalori diluar kebutuhan mereka. Pendekatan bertahap dianjurkan, seperti

seorang anak usia 10 tahun yang membutuhkan 2000 kkal / hari dan mengkonsumsi 3500 kkal /

hari dapat mengurangi asupan sebanyak 280 kkal dengan menghindari 2 kaleng minuman soda

dan menggantinya dengan air minum. Meskipun perubahan diet tidak akan mengakibatkan

penurunan berat badan, mungkin akan menghasilkan pertambahan berat badan sedikit lebih

14

Page 15: Isi Referatv

lambat. Setelah perubahan ini telah berhasil dilakukan, anak bisa membuat perubahan lain

seperti mengurangi camilan, sehingga menghilangkan sebuah kkal 300 tambahan.

Tabel 2.2 Rekomendasi Intake Kalori Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin (Nelson, 2011)

Mengingat penyebab obesitas bersifat multifaktor, maka penatalaksanaan obesitas

seharusnya dilaksanakan secara multidisiplin dengan mengikut sertakan keluarga dalam proses

terapi obesitas. Prinsip dari tatalaksana obesitas adalah mengurangi asupan energi serta

meningkatkan keluaran energi, dengan cara pengaturan diet, peningkatan aktifitas fisik,

dan mengubah / modifikasi pola hidup.14,18

1. Menetapkan target penurunan berat badan

Untuk penurunan berat badan ditetapkan berdasarkan: umur anak, yaitu usia 2 - 7 tahun

dan diatas 7 tahun, derajat obesitas dan ada tidaknya penyakit penyerta/komplikasi. Pada anak

obesitas tanpa komplikasi dengan usia dibawah 7 tahun, dianjurkan cukup dengan

mempertahankan berat badan, sedang pada obesitas dengan komplikasi pada anak usia

dibawah 7 tahun dan obesitas pada usia diatas 7 tahun dianjurkan untuk menurunkan berat

badan. Target penurunan berat badan sebesar 2,5 - 5 kg atau dengan kecepatan 0,5 - 2 kg per

bulan.14

2. Pengaturan diet

Prinsip pengaturan diet pada anak obesitas adalah diet seimbang sesuai dengan RDA,

hal ini karena anak masih mengalami pertumbuhan dan perkembangan. 14 Intervensi diet

harus disesuaikan dengan usia anak, derajat obesitas dan ada tidaknya penyakit penyerta. Pada

obesitas sedang dan tanpa penyakit penyerta, diberikan diet seimbang rendah kalori dengan

pengurangan asupan kalori sebesar 30%. Sedang pada obesitas berat (IMT > 97 persentile) dan

15

Page 16: Isi Referatv

yang disertai penyakit penyerta, diberikan diet dengan kalori sangat rendah (very low calorie

diet ).18

Dalam pengaturan diet ini perlu diperhatikan tentang. Menurunkan berat badan dengan

tetap mempertahankan pertumbuhan normal. Diet seimbang dengan komposisi karbohidrat 50-

60%, lemak 20-30% dengan lemak jenuh < 10% dan protein 15-20% energi total serta

kolesterol < 300 mg per hari. Diet tinggi serat, dianjurkan pada anak usia > 2 tahun dengan

penghitungan dosis menggunakan rumus: (umur dalam tahun + 5) gram per hari. 14,18

3. Pengaturan aktifitas fisik

Peningkatan aktifitas fisik mempunyai pengaruh terhadap laju metabolisme. Latihan

fisik yang diberikan disesuaikan dengan tingkat perkembangan motorik, kemampuan fisik dan

umurnya. Aktifitas fisik untuk anak usia 6-12 tahun lebih tepat yang menggunakan

ketrampilan otot, seperti bersepeda, berenang, menari dan senam. Dianjurkan untuk

melakukan aktifitas fisik selama 20-30 menit per hari.14

Tabel 2.3 Jenis kegiatan dan jumlah kalori yang dibutuhkan

Jenis kegiatan

Kalori yang digunakan/jam

Jalan kaki 3 km/jam

Jalan kaki 6 km/jam

Joging 8

km/jam Lari

12 km/jam

Tenis tunggal

Tenis ganda

Golf

Berenang

150

300

480

600

360

240

180

350

660

4. Mengubah pola hidup/perilaku

16

Page 17: Isi Referatv

Untuk perubahan perilaku ini diperlukan peran serta orang tua sebagai komponen

intervensi, dengan cara: Pengawasan sendiri terhadap: berat badan, asupan makanan dan

aktifitas fisik serta mencatat perkembangannya. Mengontrol rangsangan untuk makan. Orang

tua diharapkan dapat menyingkirkan rangsangan disekitar anak yang dapat memicu keinginan

untuk makan. Mengubah perilaku makan, dengan mengontrol porsi dan jenis makanan

yang dikonsumsi dan mengurangi makanan camilan. Memberikan penghargaan dan hukuman.

Pengendalian diri, dengan menghindari makanan berkalori tinggi yang pada umumnya

lezat dan memilih makanan berkalori rendah.14

5. Peran serta orang tua, anggota keluarga, teman dan guru

Orang tua menyediakan diet yang seimbang, rendah kalori dan sesuai petunjuk ahli

gizi. Anggota keluarga, guru dan teman ikut berpartisipasi dalam program diet,

mengubah perilaku makan dan aktifitas yang mendukung program diet.18

6. Terapi Intensif

Terapi intensif diterapkan pada anak dengan obesitas berat dan yang disertai komplikasi

yang tidak memberikan respon pada terapi konvensional, terdiri dari diet berkalori sangat

rendah (very low calorie diet), farmakoterapi dan terapi bedah. Indikasi terapi diet dengan

kalori sangat rendah bila berat badan > 140% BB Ideal atau IMT > 97 persentile, dengan

asupan kalori hanya 600-800 kkal per hari dan protein hewani 1,5 - 2,5 gram/kg BB Ideal,

dengan suplementasi vitamin dan mineral serta minum > 1,5 L per hari. Terapi ini hanya

diberikan selama 12 hari dengan pengawasan dokter. 14

Farmakoterapi dikelompokkan menjadi 3, yaitu: mempengaruhi asupan energi dengan

menekan nafsu makan, contohnya sibutramin; mempengaruhi penyimpanan energi dengan

menghambat absorbsi zat-zat gizi contohnya orlistat, leptin, octreotide dan metformin;

meningkatkan penggunaan energi. Farmakoterapi belum direkomendasikan untuk terapi

obesitas pada anak, karena efek jangka panjang yang masih belum jelas. 14

17

Page 18: Isi Referatv

Terapi bedah di indikasikan bila berat badan > 200% BB Ideal. Prinsip terapi ini adalah

untuk mengurangi asupan makanan atau memperlambat pengosongan lambung dengan cara

gastric banding, dan mengurangi absorbsi makanan dengan cara membuat gastric bypass dari

lambung ke bagian akhir usus halus. Sampai saat ini belum banyak penelitian tentang manfaat

dan bahaya terapi ini pada anak. 14

2.11 Pencegahan pada anak dengan obesitas

Pencegahan obesitas anak dan remaja sangat penting bagi kesehatan masyarakat di

Amerika Serikat dan sebagian besar negara-negara lain (Tabel 44-7 dan 44-8). National

Institutes of Health (NIH) dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC)

merekomendasikan berbagai inisiatif untuk memerangi lingkungan obesigenic saat ini, termasuk

promosi menyusui, akses ke buah dan sayuran, dan 60 menit / hari aktivitas untuk anak-anak.

USDA mensponsori program 5,5 cangkir buah-buahan dan sayuran per hari. Insentif bagi

industri makanan untuk mempromosikan konsumsi makanan sehat harus dipertimbangkan.

Pemasaran makanan sehat kepada anak-anak sudah mulai diatur. 26

Tabel 2.4 Saran Untuk Mencegah Usulan Obesitas26

Fase Saran

Kehamilan Menormalkan indeks massa tubuh sebelum hamil.

Jangan merokok.

Melakukan olahraga ringan yang dapat ditolerir

Pada penderita diabetes gestasional, mengontrol glukosa dengan

teliti.

Postpartum Dan

Bayi

Menyusui minimal 3 bulan.

Menunda pengenalan makanan padat dan cairan manis.

Keluarga Makan bersama keluarga di tempat yang tetap dan waktu yang

tetap.

Jangan melewatkan makan, khususnya sarapan.

Jangan menonton televisi selama makan.

Gunakan piring kecil.

Hindari makanan manis atau berlemak yang tidak perlu dan

18

Page 19: Isi Referatv

minuman ringan.

Jangan menaruh televise di kamar tidur anak-anak, membatasi

waktu menonton televisi, permainan dan video

Sekolah Hilangkan penjual permen dan kue.

Tinjau isi mesin penjual otomatis dan mengganti dengan pilihan

makanan sehat.

Mendidik guru tentang gizi dasar dan manfaat dari aktivitas fisik.

Mendidik anak dari prasekolah sampai SMA mengenai diet yang

tepat dan gaya hidup yang sehat.

Olahraga 30-45 menit, 2-3 kali seminggu.

Masyarakat Meningkatkan fasilitas bermain untuk anak-anak dari segala usia.

Mencegah penggunaan lift dan eskalator.

Penyedia Layanan

Kesehatan

Jelaskan pengaruh biologis dan kontribusi genetik untuk obesitas.

Jelaskan berat badan idela sesuai usia pada anak-anak.

Bekerja kearah mengklasifikasikan obesitas sebagai penyakit

untuk meningkatkan pengakuan, penggantian untuk perawatan,

dan kemauan dan kemampuan untuk memberikan pengobatan.

Industri Mandat sesuai usia nutrisi pelabelan untuk produk yang ditujukan

untuk anak-anak (misalnya, lampu merah / lampu hijau makanan,

dengan ukuran porsi).

Mendorong pemasaran video game interaktif di mana anak-anak

harus berolahraga dalam bermain.

Gunakan iklan yang mengarahkan anak-anak untuk makanan

sehat untuk mempromosikan sarapan dan makan secara teratur.

Jangan menghukum anak selama waktu makan dan berkaitan dengan makan. Suasana

emosional makan sangat penting. Interaksi saat makan harus menyenangkan dan

bahagia.

Jangan menggunakan makanan sebagai hadiah.

Orang tua, saudara, dan rekan-rekan harus memodelkan makan yang sehat, mencicipi

makanan baru, dan makan makanan yang seimbang.

19

Page 20: Isi Referatv

Anak-anak harus terkena berbagai makanan, selera, dan tekstur.

Makanan harus ditawarkan beberapa kali. Paparan berulang untuk awalnya tidak

menyukai makanan akan memecah resistensi.

Menawarkan berbagai makanan dengan kepadatan energi yang rendah membantu anak

asupan keseimbangan energi.

Membatasi akses ke makanan akan meningkat ketimbang menurunkan preferensi anak

untuk makanan itu.

Memaksa anak untuk makan makanan tertentu akan menurunkan preferensi nya untuk

makanan itu. Kewaspadaan anak-anak makanan baru adalah normal dan harus

diharapkan.

Anak-anak cenderung lebih sadar kenyang dibandingkan orang dewasa, sehingga

memungkinkan anak-anak untuk merespon kenyang, dan membiarkan yang mendikte

porsi. Jangan memaksa anak-anak untuk "membersihkan piring mereka."26

2.12 Prognosis

Orang yang menderita obesitas dan kelebihan berat badan pada masa kecil memiliki

kemungkinan lebih tinggi untuk menderita obesitas pada saat dewasa. Individu yang menderita

obesitas memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita berbagai penyakit termasuk kematian yang

lebih dini. Menurut “American Obesity Association” anak-anak yang menderita obesitas pada

umur 10-13 tahun memiliki kemungkinan 70% untuk tetap menderita obesitas sepanjang hidup

mereka. Program-program untuk memodifikasi kelakuan dan gaya hidup dapat membantu

contohnya dengan menentukan tujuan hidup positif, berolahraga lebih sering, dan terapi

kelompok dapat membantu anak-anak dan remaja untuk mengurangi berat badan dengan

sukses.13

20

Page 21: Isi Referatv

BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang

berlebihan. kegemukan adalah dampak dari konsumsi energy yang berlebihan, dimana energy

yang berlebihan tersebut dapat disimpan didalam tubuh sebagai lemak, sehingga akibatnya dari

waktu ke waktu badan akan bertambah berat disamping faktor kelebihan konsumsi energi, faktor

keturunan juga mempunyai andil dalam kegemukan.

keadaan berat badan anak balita yang melebihi berat badan normal atau seharusnya.

Hingga hari ini, Indonesia masih menghadapi paradox dalam hal kesehatan gizi

masyarakat, terutama pada kelompok usia anak yaitu mengenai persoalan kekurangan gizi

(malnutrisi) di satu sisi dan peningkatan prevalensi kegemukan dan obesitas di sisi lainnya,

terutama di kota-kota besar di Indonesia.

Saat ini, pemerintah bersama organisasi profesi dan organisasi masyarakat sedang

melakukan inisiatif baru dalam bentuk suatu gerakan untuk menanggulangi perbaikan gizi

baik kekurangan maupun kelebihan gizi, yang mana memfokuskan pada Percepatan

Perbaikan Gizi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan atau Scalling Up Nutrition (SUN).

Dalam mendiagnosis obesitas, selain menilai dari tanda dan gejala klinis, dibutuhkan

pengukuran yang lebih obyektif untuk menegakkan diagnosis, yaitu antropometri dan

laboratorik. Setelah kriteria obesitas terpenuhi, selanjutnya ditelusuri faktor resiko obesitas

serta dampak yang ada.

Terapi obesitas anak berbeda dengan dewasa. Terapi obesitas anak dibagi atas modifikasi

gaya hidup dan terapi intensif. Modifikasi gaya hidup mencakup pengaturan diet,

peningkatan aktifitas fisik, perubahan perilaku serta yang terpenting adalah dukungan dan

keterlibatan keluarga dalam proses terapi yang dilakukan. Terapi intensif hanya dilakukan

bila modifikasi gaya hidup gagal menurunkan berat badan, dipilihi bila efek signifikan

menurunkan co-morbiditas.

Komplikasi yang ditimbulkan obesitas mencakup berbagai penyakit metabolik,

cardiovaskular dan degenerative

21

Page 22: Isi Referatv

DAFTAR PUSTAKA

1. Dorlan, W.A. Newman. Kamus kedokteran Dorland. Andy Setiawan dkk., penerjemah; Herni Koesoemawati, penyunting. Ed ke-29. Jakarta: ECG; 2002. Terjemahan dari: Dorland’s Illustrated Medical Dictionary.

2. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran: Eksitasi Otot Rangka: Penghantaran Neuromuskular dan Gabungan Eksitasi-Kontraksi. 11th ed. Singapore: Elsevier Inc,; 2006.p.889.

3. WHO. Global Database of Body Mass Index: an interactive surveillance tool for monitoring nutrition transition. Diunduh dari http://apps.who.int/bmi/ index.jsp. Diakses 25 Juli 2010.

4. Sudoyo AW, Setiohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setati S. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2006; 4th ed. 1919-1925

5. Kumar V, Abbas AK, Fausto N, Aster JC. Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease. 8th ed. Philadelphia: Saunders, An imprint of Elsevier Inc. 2010; 438-442

6. Riset Kesehatan Dasar, Riskesdas 2010. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Tahun 2010. Diunduh dari www.riskesdas.litbang.depkes.go.id pada 15 Desember 2013.

7. Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Kegemukan dan Obesitas pada Anak Sekolah. Kemenkes 2012

8. WHO. Obesity: Preventing and Managing The Global Epidemic, WHO Technical Report Series 2000; 894, Geneva.

9. Damayanti Rusli, Endang DL, Maria Mexitaha, Sri Sudaryati N. Buku Ajar Nutrisi Pediatrik dan Penyakit Metabolik. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Badan Penerbit IDAI. 2011. Hal 230-241.

10. Obesitas [online]. 2009 [cited 2015 Agustus 08 ]; available from: URL: http://milissehat.web.id/?p=91

11. Heird, W.C. Parental Feeding Behavior and Children’s Fat Mass. Am J Clin Nutr, 2002; 75: 451 – 452.

12. Taitz, L.S. Obesity, Dalam Textbook Of Pediatric Nutrition, IIIrd ed, McLaren, D.S., Burman, D., Belton, N.R., Williams A.F. (Eds). London: Churchill Livingstone, 1991; 485 – 509.

13. Syarif, D.R. Childhood Obesity: Evaluation and Management, Dalam Naskah Lengkap National Obesity Symposium II, Editor: Adi S., dkk. Surabaya, 2003; 123 – 139.

14. Kopelman,G.D. Obesity as a Medical Problem, NATURE, 2000; 404: 635-43.15. Newnham,J.,P. Nutrition and the early origins of adult disease, Asia Pacific J Clin

Nutr 2002;11(Suppl): S537-42.16. Fukuda, S., Takeshita, T., Morimoto,K. Obesity and Lifestyle. Asian Med.J., 2001;

44: 97-10217. Kiess W, et al. Multidisciplinary Management of Obesity in Children and Adolescents-

Why and How Should It Be Achieved?. Dalam Obesity in Childhood and Adolescence, Kiess W., Marcus C., Wabitsch M.,(Eds). Basel: Karger AG, 2004; 194-206

22

Page 23: Isi Referatv

18. Dietz, W ,H. Childhood Obesity. Dalam Textbook of Pediatric Nutrition, II ed, Suskind, R.,M., Suskind, L.,L. (Eds). New York: Raven Press,1993; 279-84.

19. Pi-Sunver, F.X. Obesity, Dalam Modern Nutrition In Health and Disease, VIII ed, Shils, M.E., Olson, J.A., Shike, M. (Eds). Tokyo: Lea & Febiger,1994; 984 – 1006.

20. Dina Agoes, Maria Poppy. 2003. Mencegah dan Mengatasi Kegemukan pada Balita. Jakarta : Puspa Swara, 2003.

21. Hassan R, Alatas H. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jilid I. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 1985: 214-218.

22. Freedman,D.,S. Childhood Obesity and Coronary Heart Disease. Dalam Obesity in Childhood and Adolescence, Kiess W., Marcus C., Wabitsch M.,(Eds). Basel: Karger AG, 2004; 160-9.

23. Bluher, S., et al. Type 2 Diabetes Mellitus in Children and Adolescents: The European Perspective, Kiess W., Marcus C., Wabitsch M.,(Eds). Basel: Karger AG, 2004; 170-180

24. Lewis A. Barness, John S. Curran. Nutrisi. Dalam: Nelson WE, Behrman RE, Kliegman RM, Arvin AM, editor. Ilmu Kesehatan Anak, edisi 15, volume 1. Jakarta: EGC. 2000. Hal 214-218.

25. Speiser PW, Rudolf MCJ, Anhalt H, et al: Konsensus Pernyataan: obesitas, J Clin Endocrinol Metabol 90:1871-1887, 2005.

23