Top Banner

of 28

Isi Referat Luka Tembak

Oct 10, 2015

Download

Documents

danbo89

isi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

BAB I

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANGLuka tembak memiliki keterkaitan pada peradilan pidana serta sistem perawatan kesehatan. Beberapa statistik dasar yang penting dalam memahami besarnya dan beratnya beban sosial ekonomi pada masyarakat Amerika Serikat masih diperdebatkan.1Di Amerika Serikat untuk tahun 2010, ada 31.513 kematian akibat senjata api, dengan modus kematian yang bermacam-macam: Bunuh Diri 19308; Homicide 11015; Kecelakaan 600. Hal ini membuat cedera akibat senjata api merupakan salah satu dari sepuluh penyebab kematian di Amerika Serikatr Jumlah senjata api yang berhubungan dengan cedera di Amerika Serikat, baik fatal maupun non - fatal, meningkat hingga 1993, turun sampai 1999, dan telah tetap relatif konstan sejak tahun tersebut. Namun, cedera akibat senjata api tetap menjadi penyebab utama kematian di Amerika Serikat, terutama di kalangan pemuda. 2,3Sebuah studi kematian akibat senjata api di negara-negara berpenghasilan tinggi (Australia, Austria, Kanada, Republik Ceko, Finlandia, Perancis, Jerman, Hungaria, Islandia, Italia, Jepang, Luksemburg, Belanda, Selandia Baru, Norwegia, Portugal, Slovakia, Spanyol, Swedia, Inggris Raya (Inggris dan Wales), Inggris (Irlandia Utara), Inggris (Skotlandia), dan Amerika Serikat) dilakukan dengan cara pendataan oleh WHO dari statistik nasional resmi dari masing-masing negara dari tahun 2003 4. Total populasi untuk Amerika Serikat untuk tahun 2003 adalah 290.800.000 sedangkan populasi gabungan untuk 22 negara lain adalah 563.500.000. Ada 29.771 kematian senjata api di Amerika Serikat dan 7.653 kematian senjata api di 22 negara lain. Dari semua kematian senjata api di 23 negara-negara berpenghasilan tinggi ini pada tahun 2003, 80 % terjadi di Amerika Serikat . Di Amerika Serikat tingkat kematian senjata api secara keseluruhan adalah 10,2 per 100.000, secara keseluruhan tingkat pembunuhan senjata api 4,1 per 100.000, dan tingkat pembunuhan keseluruhan 6,0 per 100.000, dengan tingkat pembunuhan tertinggi senjata api orang 15 sampai 24 tahun. Bagi Amerika Serikat angka bunuh diri secara keseluruhan adalah 10,8 per 100.000, dan sedikit lebih dari setengah dari kematian ini adalah bunuh diri senjata api ( 5,8 per 100.000 ). Angka bunuh diri dengan senjata api meningkat mengikuti usia. Di negara-negara berpenghasilan tinggi lainnya pada tahun 2003 tingkat kematian senjata api secara keseluruhan adalah 1,4 per 100.000, secara keseluruhan tingkat pembunuhan senjata api 0,2 per 100.000, dan tingkat pembunuhan keseluruhan 0,9 per 100.000. Tingkat pembunuhan senjata api yang tertinggi pada usia 25 tahun untuk kelompok usia 34 tahun . Tingkat bunuh diri secara keseluruhan adalah 14,9 per 100.000 dengan tingkat bunuh diri dengan senjata api secara keseluruhan dari 1,0 per 100.000.Angka kematian akibat senjata api ( per 100.000 , usia disesuaikan ) untuk Negara Terpilih dalam satu tahun antara tahun 1990 dan 1995. 5

Dewasa ini, senjata api banyak memiliki peranan dalam kasus pembunuhan, bunuh diri, dan kecelakaan. Sepanjang tahun 2006, KONTRAS mencatat 92 kasus yang melibatkan anggota kepolisian dengan berbagai peran, mulai dari pelaku tunggal hingga berkelompok dalam melakukan tindak kriminal. Kasus yang paling menonjol adalah penganiayaan sebanyak 36 kasus dan penembakan 18 kasus. Penembakan terhadap pelaku kriminal sejumlah 26 kasus.6Setiap dokter yang bekerja di Indonesia perlu memahami Ilmu Kedokteran Forensik terlebih dahulu agar tidak menemui kesulitan dalam menerapkan ilmu kedokteran yang dimilikinya untuk kepentingan peradilan. Dalam referat ini kami menyajikan tentang luka akibat tembakan senjata api. Dengan mengetahui kriteria luka dengan jelas dapat membantu dalam penyidikan yang dilakukan oleh polisi atau penyidik.6Untuk mengetahui kriteria luka tidaklah mudah karena luka akibat senjata api itu dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terkait dengan luka akibat senjata itu sendiri. Hal ini diperumit lagi dengan adanya perkembangan teknologi senjata, misalnya macam-macam peluru dari jenis bahan yang berbeda.6Pada kenyataannya, beberapa orang telah mengadakan penelitian dalam bidang ini tetapi hanya sedikit yang menghasilkan informasi yang akurat dan dapat berguna bagi peradilan untuk membuat keputusan.6Pada referat ini, kami berusaha menyatukan informasi yang dapat dipercaya dan yang berhubungan dengan luka tembak. Semoga referat ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Contoh kasus Penembakan Cebongan7Penembakan Cebongan adalah peristiwa penembakan yang terjadi di Lembaga Pemasyarakatan Cebongan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta pada 23 Maret 2013. Penembakan dilakukan oleh beberapa orang tak dikenal dan menyebabkan empat orang tewas. Empat korban tewas merupakan pelaku pengeroyokan seorang anggota Kopassus bernama Heru Santosa hingga tewas di Hugos Caf beberapa hari sebelumnya.

Latar belakangPada Selasa, 19 Maret 2013, pukul 02.30 terjadi pengeroyokan yang dilakukan oleh beberapa orang terhadap seorang sersan satu Kopassus Kandang Menjangan Kartasura bernama Heru Santosa di tempat hiburan Hugo's Cafe di Jalan Adisucipto, Depok, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Heru Santosa tewas dalam pengeroyokan tersebut.Keributan itu sendiri terjadi antara salah seorang pelaku dengan teman-temannya tak lama setelah Heru beserta rekan rekannya sesama anggota Kopassus bernama Alen tiba di tempat hiburan tersebut sekitar pukul 02.20 WIB. Awalnya, Heru beserta rekannya didatangi oleh seseorang bernama Diki bersama sekitar tujuh temannya. Mereka bertanya asal daerah korban. Heru menjawab bahwa dirinya adalah anggota Kopassus. Setelah itu, tiba-tiba terjadi keributan antara Heru dengan kelompok Diki.Perkelahian awalnya terjadi di halaman cafe, namun karena tak kunjung selesai, keributan kembali terjadi di dalam kafe. Beberapa orang sempat berupaya melerai. Akan tetapi, Heru tetap dikeroyok dan tewas setelah ditikam dengan pecahan botol di bagian dadanya. Setelah Heru terkapar, para pelaku segera melarikan diri. Dalam kondisi luka parah, Heru dilarikan ke Rumah Sakit Bethesda, namun meninggal dalam perjalanan. Jenazah korban lalu diterbangkan ke kampung halamannya di Palembang.Empat pelaku pengeroyokan berhasil ditangkap oleh kepolisian. Sebagian pelaku ditangkap di sebuah asrama di kawasan Lempuyangan, Yogyakarta, yang sering dijadikan tempat mangkal kelompok tersebut. Para pelaku awalnya ditahan di Mapolda DIY sebelum kemudian dipindahhkan Lembaga Pemasyarakatan Cebongan pada Jumat 22 Maret 2013 siang dengan alasan sel di Mapolda DIY sedang direnovasi.

PenembakanPada Sabtu 23 Maret 2013, sekitar pukul 01.30 WIB, satu kelompok yang terdiri atas sekitar 17 orang tak dikenal mendatangi Lapas Cebongan. Mereka berhasil masuk setelah mengancam petugas lapas dengan senjata api. Pelaku juga melakukan tembakan ke udara agar sipir dan napi yang lain tiarap. Mereka lalu meminta sipir menunjukkan sel di mana terdapat tahanan yang terlibat kasus penganiayaan anggota Koppasus hingga tewas di Hugo's Cafe. Mereka juga meminta sipir memberikan kunci sel tempat para tersangka ditahan. Dalam prosesnya, mereka sempat melukai sipir, dan melakukan ancaman dengan menunjukkan granat. Akhirnya sipir memberitahu bahwa para tahanan tersebut ditempatkan di sel 5A serta memberikan kunci selnya. Setelah memperoleh informasi tersebut, kelompok itu kemudian pergi menuju sel para tersangka.Dalam prosesnya, ketika mereka semakin mendekati sasaran, jumlah pelaku yang ikut serta semakin sedikit. Dari 17 orang yang melakukan penyerangan, hanya satu orang yang melakukan penembakan. Begitu tiba di sel 5A, mereka menyuruh para tahanan yang berada di sana untuk berkumpul. Kemudian salah seorang pelaku bertanya di mana kelompok Diki. Ia berkata, "Yang bukan kelompok Diki, minggir!". Sempat ada tahanan yang berkata bahwa Diki tidak ada, namun pelaku mengancam bahwa mereka akan menembak semua tahanan itu jika tidak diberitahu. Akhirnya para tahanan memisahkan diri hingga tersisa tiga orang. Mereka disuruh untuk berkumpul, kemudian langsung ditembak hingga tewas. Setelah itu, pelaku menembak satu orang tahanan lagi.Setelah menembak mati para tahanan, para penembak memaksa sebanyak 31 tahanan di sel tersebut yang menyaksikan eksekusi itu untuk bertepuk tangan. Begitu selesai, para pelaku pun pergi meninggalkan sel. Untuk menghilangkan barang bukti, mereka merusak kamera CCTV dan mengambil rekaman CCTV lapas.Penyerangan berlangsung selama kurang lebih 15 menit, sementara penembakannya berlangsung selama 5 menit. Salah satu saksi melaporkan bahwa, selama peristiwa berlangsung, ada seorang pelaku yang terus-menerus melihat jam di tangannya.

KorbanKorban yang tewas dalam pristiwa penembakan ini adalah:1. Hendrik Benyamin Angel Sahetapi alias Diki Ambon, 31 tahun. Diki merupakan seorang karyawan swasta namun dikenal pula sebagai seorang preman. Ia pernah ditangkap Polresta Yogyakarta dalam kasus pembunuhan mahasiswa tahun 2002 dan pemerkosaan tahun 2007. Diki pernah bergabung dengan ormas pimpinan Hercules, namun kemudian mundur dan tidak aktif lagi. Ia juga menjadi tenaga keamanan di Hugo's Cafe yang terletak depan halaman Hotel Sheraton Mustika di Jl Solo Km 10 Maguwoharjo, Sleman.2. Adrianus Candra Galaja alais Dedi, 33 tahun3. Gameliel Yermiyanto Rohi Riwu alias Adi, 29 tahun4. Yohanes Juan Manbait alias Juan, 38 tahun. Yohanes adalah seorang anggota Polresta Yogyakarta yang pernah terlibat kasus sabu-sabu. Akibat kasus itu, ia dipecat dari kepolisian. Ia juga divonis hukuman 2,8 tahun dan perawatan di RS Grhasia khusus narkoba. Ketika mengeroyok Heru, Juan sedang menjalani masa bebas bersyarat.Keempat korban berasal dari Nusa Tenggara Timur, dengan rincian tiga orang berasal dari Kupang dan satu orang berasal dari Flores.

PelakuMenurut Ketua Komnas HAM Siti Noor Laila, para pelaku penembakan adalah orang-orang yang sangat terlatih dan profesional. Siti mengungkapkan bahwa, berdasarkan keterangan para saksi, masing-masing pelaku membawa senjata laras panjang dan pistol di kiri dan kanan pinggang, serta memakai rompi, yang diduga antipeluru, dan zebo (penutup muka) yang seragam. Mereka juga membawa granat. Sementara pakaian yang dikenakan tidak seragam. Ada yang memaki kemeja lengan pendek maupun panjang. Celana yang dikenakan juga bukan seragam. Para pelaku disebutkan memiliki postur yang tegap dan tinggi badannya hampir sama. Siti mengatakan bahwa mereka "bergerak dengan singkat, cepat, terencana."Pada 4 April 2013, tim investigasi bentukan internal TNI yang diketuai oleh Wadan Puspomad Brigjen Unggul K. Yudhoyono mengumumkan bahwa pelaku penembakan Cebongan adalah 12 anggota Kopassus grup 2 Kandang Menjangan, Kartasura. Aksi tersebut dilakukan karena dilatarbelakangi utang budi sang eksekutor, Serda Ucok terhadap Serka Heru Santoso yang tewas di Hugo's Cafe yang juga merupakan mantan atasannya. Para pelaku yang sedang latihan di Gunung Lawu mendapat kabar bahwa salah satu anggota Kopassus dibunuh. Kemudian mereka turun gunung menuju LP dan terjadilah penyerangan. Senjata yang digunakan mereka untuk melakukan penembakan bukan berasal dari gudang senjata melainkan senjata yang diambil seusai latihan.

TanggapanSejumlah orang menunjukkan keprihatinan atas peristiwa penyerangan ini. Ketika kempat jenazah korban penembakan berada di tempat Instalasi Kedokteran forensik Rumah Sakit Dr Sardjito Yogyakarta, puluhan warga Nusa Tenggara Timur berkumpul di depan tempat tersebut. Sementara Gubernur Nusa Tenggara Timur berpesan agar keempat jenazah "diperlakukan secara patut dan layak dan dikembalikan ke keluarganya." Keempat jenazah itu sendiri akhirnya diterbangkan ke daerah asalnya dengan biaya yang ditanggung Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur.Kopassus mengklaim belum ada bukti keterlibatan Kopassus dalam penembakan ini. Selain itu, Kasi Intel Grup II Kopassus Kandang Menjangan, Kartasura, Kapten Inf Wahyu Yuniartoto menyatakan bahwa seluruh anggotanya sedang berada di dalam satuan saat kejadian penyerangan berlangsung. Ia mekenkan bahwa tidak ada satupun anggotanya yang keluar dari kegiatan pengamanan markas. Meskipun demikian, Kepala Penerangan Kopassus Mayor Susilo menyatakan bahwa pihaknya akan menindak tegas anggotanya jika memang ada yang terlibat dalam kasus penyerangan ini.Dugaan keterlibatan anggota Kopassus juga dibantah oleh Panglima Kodam IV/Diponegoro, Mayjen TNI Hardiono Saroso dan Assintel Komandan Jenderal Kopassus, Letkol Infantri Richard.Haris Azhar, Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan atau yang lebih dikenal dengan KONTRAS, mengatakan bahwa penyerangan ini dilakukan secara terencana karena berlangsung dengan "rapi dan cepat." Haris juga menyamakan cara para pelaku, yang mengurangi jumlah ketika semakin mendekati sasaran, dengan operasi buntut kuda.Sementara itu kepolisian belum bisa memastikan apakah penyerangan tersebut merupakan sesuatu yang terencana.Pengamat Kepolisian Bambang Widodo Umar berpendapat bahwa ada kemungkinan penyerangan tersebut terkait dengan peredaran narkoba di Indonesia. Dugaan ini muncul karena salah satu korban tewas dalam penembakan itu diduga memiliki informasi mengenai peredaran narkoba. Bambang lebih jauh menjelaskan bahwa ada kecenderungan bahwa peristiwa ini merupakan konflik antaragen bandar, yaitu polisi yang meninggal (salah satu korban penembakan) dengan Heru Santosa. Bambang bahkan mengatakan bahwa kedua pihak tersebut sama-sama berada di bawah kekuasaan sebuah mafia narkoba.Wandi Marceli, pengacara keempat tersangka pengeroyokan yang tewas dalam penyerangan ini, mempertanyakan keputusan polisi untuk memindahkan para kliennya dari Mapolda DIY ke Lapas Cebongan. Ia menyatakan bahwa dirinya merasa "janggal" karena keempat kliennya tewas ditembak tidak sampai satu hari setelah dipindahkan.

B. RUMUSAN MASALAHBerdasarkan latar belakang diatas maka didapatkan adanya perumusan masalah, yaitu:1. Apa saja jenis-jenis senjata api?2. Bagaimana mekanisme kerja senjata api?3. Bagaimana mekanisme terjadinya luka akibat senjata api?4. Bagaimana pemeriksaan forensik untuk mengindentifikasi luka akibat tembakan senjata api?

C. TUJUAN PENULISAN1. Untuk mengetahui jenis-jenis senjata api dan mekanisme kerjanya.2. Untuk mengidentifikasi luka tembak akibat senjata api 3. Untuk mengetahui pemeriksaan forensik yang mendeteksi luka akibat tembakan senjata api.

D. MANFAAT PENULISAN1. Manfaat TeoritisMemberikan informasi dan wacana mengenai luka tembak.2. Manfaat Aplikatifa. Bagi MahasiswaMenambah wawasan mahasiswa mengenai luka tembak. b. Bagi Tenaga Medis Menambah wawasan bagi tenaga medis mengenai luka tembak sehingga bisa membantu mengidentifikasikan jenis luka tembak. c. Bagi Masyarakat Memberikan informasi mengenai luka tembak sehingga bisa memahami tindakan medis yang dilakukan.

Gunshot wounds impact severely on the criminal justice as well as health care systems. Some basic statistics are important in understanding the magnitude and severity of the social and economic burden to the U.S. The subject remains contentious. (Glantz and Annas, 2009)

In the U.S. for 2010, there were 31,513 deaths from firearms, distributed as follows by mode of death: Suicide 19,308; Homicide 11,015; Accident 600. This makes firearms injuries one of the top ten causes of death in the U.S. The number of firearms-related injuries in the U.S., both fatal and non-fatal, increased through 1993, declined to 1999, and has remained relatively constant since. However, firearms injuries remain a leading cause of death in the U.S., particularly among youth (CDC, 2001) (Sherry et al, 2012).

A study of firearm deaths in high income countries (Australia, Austria, Canada, Czech Republic, Finland, France, Germany, Hungary, Iceland, Italy, Japan, Luxembourg, Netherlands, New Zealand, Norway, Portugal, Slovakia, Spain, Sweden, United Kingdom (England and Wales), United Kingdom (Northern Ireland), United Kingdom (Scotland), and the United States) was conducted with data from the World Health Organization assembled by the WHO from the official national statistics of each individual country from 2003 (Richardson and Hemenway, 2011). The total population for the United States for 2003 was 290.8 million while the combined population for the other 22 countries was 563.5 million. There were 29,771 firearm deaths in the US and 7,653 firearm deaths in the 22 other countries. Of all the firearm deaths in these 23 high-income countries in 2003, 80% occurred in the US. In the US the overall firearm death rate was 10.2 per 100,000, the overall firearm homicide rate 4.1 per 100,000, and the overall homicide rate 6.0 per 100,000, with firearm homicide rates highest persons 15 to 24 years of age. For the US the overall suicide rate was 10.8 per 100,000, and slightly over half of these deaths were firearm suicide (5.8 per 100,000). Firearm suicides rates increased with age. In the other high income countries 2003 the overall firearm death rate was 1.4 per 100,000, the overall firearm homicide rate 0.2 per 100,000, and the overall homicide rate 0.9 per 100,000. Firearm homicide rates were highest in the 25 year old to 34 year old age group. The overal suicide rate was 14.9 per 100,000 with a overall firearm suicide rate of 1.0 per 100,000.

A comparison across countries for an earlier time period is shown below.

Firearms Death Rate (per 100,000, age adjusted) for Selected Countries in one year between 1990 and 1995 (Krug, Powell and Dahlberg, 1998)

Penembakan di Ciputat: Rudi Tak Sempat Lihat PenembakTRIBUNNEWS.COM, TANGERANG SELATAN - Petugas Satpam perumahan Palm Residance, Rudi Hartono (36), menjadi korban penembakan oleh orang tak dikenal di perumahan yang ia jaga itu, di RT 05 RT 04, Kelurahan Sawah, Kecamaan Tangerang Selatan, Jumat (03/01/2014), sekitar pukul 16.30 WIB.Ditemui wartawan di Mapolsek Ciputat, Rudi mengatakan kejadian tersebut berawal saat ia tengah duduk-duduk di bawah pohon Mangga, yang terletak tak jauh dari pos penjagaan pintu masauk perumahan."Tiba-tiba ada suara letusan, saya kaget, kening saya terus berdarah," ujarnya.Rudi pun tidak sempat melihat siapa gerangan yang melepaskan tembakan itu ke keningnya. Peluru tersebut melesat dari sisi samping, hingga peluru berwarna keemasan itu menyerempet keningnya. Beruntung peluru itu hanya merusak kulit, dan tidak sempat merusak tengkorak Rudi.Warga asli Ciputat itu kemudian dibawa ke Rumah Sakit Cinta Kasih, yang terletak sekitar beberapa kilometer dari lokasi penembakan. Di rumah sakit dokter berhasil mengangkat peluru yang bersarang di keningnya, dan Rudi terpaksa mendapat empat jahitan.Ia pun diperbolehkan pulang setelah selesai menjalani perawatan. Rudi hingga kini masih terus menjalani pemeriksaan di Mapolsek Ciputat.

TRIBUNnews.comJum, 3 Jan 2014

http://id.berita.yahoo.com/penembakan-di-ciputat-rudi-tak-sempat-lihat-penembak-154730776.html

BAB IILuka Akibat Tembakan Senjata Api

A. DEFINISILuka adalah suatu keadaan ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat kekerasan.3Luka tembak adalah gambaran luka yang tidak hanya terjadi sebagai akibat terjangan anak peluru pada sasaran, tetapi juga oleh produk ikutan yang terjadi saat tembakan dilepaskan, yaitu partikel logam akibat geseran anak peluru dengan laras, butir mesiu yang tidak sempurna terbakar, asap serta panas akibat ledakan mesiu dan pada luka tembak yang terjadi akibat tembak tempel, kerusakan jaringan akibat moncong laras yang juga menekan sasaran.Luka tembak terdiri atas luka tembak masuk dan luka tembak keluar. Luka tembak masuk adalah luka yang ditemukan pada tempat anak peluru memasuki tubuh korban, sedangkan luka tembak keluar adalah luka yang ditemukan pada tempat anak peluru meninggalkan tubuh korban.3Senjata api adalah suatu senjata yang menggunakan tenaga hasil perledakan mesiu, dapat melontarkan proyektil (anak peluru) yang berkecepatan tinggi melalui larasnya.3Senjata api adalah jenis senjata yang menggunakan mesiu sebagai sumber energi kinetiknya.4B.KLASIFIKASI LUKA TEMBAKYang diperlukan sebenarnya penentuan jarak tembak atau jarak antara moncong senjata dengan targetnya (tubuh korban). Berdasarkan ciri-ciri yang khas pada setiap tembakan yang dilepaskan dari pelbagai jarak, maka perkiraan jarak tembak dapat diketahui; dengan demikian dapat dibuat klasifikasinya. Klasifikasi yang dimaksud adalah:51. Luka tembak tempel (contact wounds)Terjadi bila moncong senjata ditekan pada tubuh korban dan ditembakkan, bila tekanan pada tubuh erat disebut hard contact, sedangkan yang tidak erat disebut soft contact. Umumnya luka berbentuk bundar, yang dikelilingi kelim lecet yang sama lebarnya pada setiap bagian. Di sekeliling luka tampak daerah yang berwarna merah atau merah coklat, yang menggambarkan bentuk dari moncong senjata; ini yang disebut jejas laras. Rambut dan kulit di sekitar luka dapat hangus terbakar. Saluran luka akan berwarna hitam yang disebabkan oleh butir-butir mesiu, jelaga, dan minyak pelumas. Tepi luka dapat berwarna merah, oleh karena terbentuknya COHb.5 Bentuk luka tembak tempel sangat dipengaruhi oleh keadaan/densitas jaringan yang berada di bawahnya; dengan demikian dapat dibedakan:5a. Luka tembak tempel di daerah dahi mempunyai ciri luka berbentuk bintang dan terdapat jejas larasb. Luka tembak tempel di daerah pelipis mempunyai ciri luka berbentuk bundar dan terdapat jejas larasc. Luka tembak tempel di daerah perut mempunyai ciri luka berbentuk bundar dan kemungkinan besar tidak ada jejas laras

2. Luka tembak jarak dekat (close-range wounds)Terjadi bila jarak antara moncong senjata dengan tubuh korban masih dalam jangkauan butir-butir mesiu (luka tembak jarak dekat), atau jangkauan jelaga dan api (luka tembak jarak sangat dekat). Luka berbentuk bundar atau oval tergantung sudut masuknya peluru, dengan di sekitarnya terdapat bintik-bintik hitam (kelim tattoo), dan atau jelaga (kelim jelaga). Di sekitar luka dapat ditemukan daerah yang berwarna merah atau hangus terbakar. Bila terdapat kelim tattoo berarti jarak antara moncong senjata dengan korban sekitar 60 sentimeter (50-60 sentimeter), yaitu untuk senjata genggam. Bila terdapat pula kelim jelaga, jaraknya sekitar 30 sentimeter (25-30 sentimeter). Bila terdapat pula kelim api, maka jarak antara moncong senjata dengan korban sekitar 15 sentimeter.5 3. Luka tembak jarak jauh (long-range wounds)Terjadi bila jarak antara moncong senjata dengan tubuh korban di luar jangkauan atau jarak tempuh butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau sebagian terbakar. Luka berbentuk bundar atau oval dengan disertai adanya kelim lecet. Bila senjatanya sering dirawat (diberi minyak pelumas), maka pada kelim lecet dapat dilihat pengotoran berwarna hitam berminyak, jadi ada kelim kesat atau kelim lemak.5

Gambar 1. Klasifikasi Luka TembakDix Jay. Color Atlas Of Forensic Pathology: Firearms (Handguns And Rifles). 1st edition. New York: CRC Press, 2000. p 68 98

C.JENIS SENJATA APIKlasifikasi senjata dapat didasarkan pada berbagai macam hal, antara lain:41. Berdasarkan tenaga pendorong/pelontarAtas dasar tenaga yang digunakan untuk melontarkan anak pelurunya maka jenis senjata dapat dibagi menjadi :4a. Senjata api :Yaitu jenis senjata yang menggunakan mesiu sebagai sumber kinetiknya, terdiri atas :i. Mesiu hitam (black powder atau smoke powder) Terdiri atas : belerang, arang dan sendawa.Ciri-cirinya : Menimbulkan asap banyak, berwarna hitam serta sisa-sisa pembakaran. Tenaga lontarnya kurang kuat.ii. Mesiu putih (white powder atau smokeless powder) Terdiri atas : Nitrocellulose saja (single base powder). Nitrocellulose dan nitroglycerine (double base powder).Ciri-cirinya : Menimbulkan asap sedikit. Menimbulkan sisa pembakaran sedikit. Tenaga lontarnya lebih kuat.b. Senjata angin :Yaitu jenis senjata yang menggunakan kompresi udara atau cairan CO2 sebagai sumber energi untuk melontarkan pelurunya.

Gambar 2. Senapan anginhttp://www-medlib.med.utah.edu/WebPath/TUTORIAL/GUNS/GUNTERM.html

2. Berdasarkan cara menggunakanPembagian jenis senjata berdasarkan cara menggunakannya dapat dibedakan menjadi:4a. Senapan / bedilCara mengoperasikan senjata dari jenis ini adalah dengan kedua tangan sambil memanfaatkan bahu.Terdiri atas : Senapan berlaras lebih dari 22 inci (long-barrel weapon) Senapan berlaras kurang dari 22 inci (short-barrel weapon)b. Senjata genggam (handgun)Cara memegang dan menembakkan senjata jenis ini cukup dengan menggunakan satu tangan.

Terdiri atas :-Pistol, yaitu jenis senapan yang menggunakan magazine kotak panjang seperti yang digunakan dalam film spionase.-Revolver, yaitu jenis senapan yang menggunakan magazine berputar seperti yang digunakan dalam film cowboy.3. Berdasarkan bentuk permukaan dalam larasPembagian jenis senjata ini berdasarkan bentuk permukaan dalam dari laras dibagi menjadi:4a. Senjata berlaras rata (smooth-walled weapon)Permukaan dalam dari larasnya rata atau tidak beralur melingkar. Laras dari shotgun, senapan angin, pistol, atau revolver sering dibuat tanpa alur melingkar.b. Senjata beralur melingkar (rifled weapon)Kegunaan dari alur ini adalah agar anak peluru bergerak memutar sehingga arah dan gerakan giroskopiknya menjadi lebih stabil. Gerakan memutar sesuai atau berlawanan dengan arah jarum jam tergantung dari bentuk spiral dari alur. Senjata militer biasanya dibuat dengan alur melingkar, sedangkan senjata angina atau pistol kadang-kadang dibuat seperti itu.

Gambar 3. Jenis-jenis senjata apihttp://www-medlib.med.utah.edu/WebPath/TUTORIAL/GUNS/GUNTERM.html

D. MEKANISME KERJA SENJATA APIMekanisme kerja senjata, baik senjata angin atau senjata api pada prinsipnya sama, yaitu memanfaatkan tekanan tinggi dari udara atau gas untuk melontarkan anak proyektil atau anak peluru keluar dari laras dengan kecepatan tinggi.4Pada senjata angin, tekanan yang tinggi itu diperoleh dengan cara memampatkan udara atau dengan mengubah CO2 cair menjadi gas dalam ruangan yang volumenya tetap. Sedangkan pada senjata api, tekanan yang tinggi diperoleh dari pembakaran mesiu sehingga dalam waktu sekejap berubah menjadi gas dengan volume yang besar didalam ruangan yang volumenya tetap. Dari 1 gram mesiu dapat dihasilkan gas (CO2, CO, Hydrogen Sulfida, dan methane) antara 200 sampai 900 mililiter dengan suhu yang sangat panas.4Fungsi picu itu sendiri pada senjata angin sebetulnya untuk melepaskan udara yang tekanannya telah dibuat tinggi guna melontarkan proyektil, sedang pada senjata api untuk membuat pin atau pemukul penggalak melakukan tugasnya sehingga menimbulkan percikan api pada penggalak (primer) guna membakar mesiu.4Selanjutnya, anak peluru atau proyektil yang telah memiliki gaya kinetik itu, sesudah meninggalkan laras jalannya amat dipengaruhi oleh banyak hal, seperti berat massa, bentuk dan diameternya, gravitasi, serta tahanan (resistensi) udara yang dilaluinya. Akibat dari gravitasi itu maka arah anak peluru atau proyektil akan membentuk kurva. Semakin jauh dari moncong, pengaruh gravitasi semakin dominan sehingga bentuk kurvanya semakin tampak nyata.4

Gambar 4. Bagian-bagian peluruDix Jay. Color Atlas Of Forensic Pathology: Firearms (Handguns And Rifles). 1st edition. New York: CRC Press, 2000. p 68 98

Mengenai daya tembusnya, baik pada manusia atau binatang, dipengaruhi oleh kecepatan (velocity) ketika menyentuh tubuh, berat massa serta resistensi jaringan.4Proyektil yang dilepaskan dari suatu tembakan dapat tunggal, dapat pula tunggal berurutan secara otomatis maupun dalam jumlah tertentu bersama-sama.3Agar anak peluru dapat berjalan stabil dalam lintasannya, permukaan dalam laras dibuat beralur spiral dengan diameter yang sedikit lebih kecil dari diameter anak peluru, sehingga anak peluru yang didorong oleh ledakan mesiu, saat melalui laras, dipaksa untuk bergerak maju sambil berputar sesuai porosnya, dan ini akan memperoleh gaya sentripetal, sehingga anak peluru tetap dalam posisi ujung depannya di depan dalam lintasannya setelah lepas laras menuju sasaran.3

Gambar 5. Alur larasDix Jay. Color Atlas Of Forensic Pathology: Firearms (Handguns And Rifles). 1st edition. New York: CRC Press, 2000. p 68 98

Alur dalam laras dibuat dalam jumlah 4 sampai 6 alur dengan arah perputaran ke kiri (pada Colt) atau ke kanan (pada Smith and Wesson). Di samping senjata api dengan laras beralur (riffled bore), terdapat pula jenis dengan laras licin (smooth bore) seperti pada senjata api jenis shot gun, yang pada satu kali tembakan dapat melontarkan anak peluru dalam jumlah banyak sekaligus.3

Gambar 6. Mekanisme kerja senjata apiDix Jay. Color Atlas Of Forensic Pathology: Firearms (Handguns And Rifles). 1st edition. New York: CRC Press, 2000. p 68 98

E.MEKANISME TERJADINYA LUKAAkibat yang ditimbulkan oleh anak peluru pada sasaran tergantung pada pelbagai faktor:3a. Besar dan bentuk anak pelurub. Balistik (kecepatan, energi kinetik, stabilitas anak peluru)c. Kerapuhan anak pelurud. Kepadatan jaringan sasarane. Vulnerabilitas jaringan sasaranTembakan yang mengenai tubuh akan menimbulkan luka tembak, yang gambarannya tidak hanya terjadi sebagai akibat terjangan anak peluru pada sasaran, tetapi juga oleh produk ikutan yang terjadi saat tembakan dilepaskan, yaitu partikel logam akibat geseran anak peluru dengan laras, butir mesiu yang tidak sempurna terbakar, asap serta panas akibat ledakan mesiu dan pada luka tembak yang terjadi akibat luka tembak tempel, kerusakan jaringan akibat moncong laras yang juga menekan sasaran.3 Anak peluru yang menembus kulit akan menyebabkan terjadinya lubang yang dikelilingi bagian yang kehilangan kulit ari berupa kelim lecet. Selain itu zat yang melekat pada anak peluru seperti minyak pelumas, jelaga, dan elemen mesiu (Pb, Sb, Ba) akan terusap pada tepi lubang sehingga terbentuk kelim kesat yang terdapat tepat di tepi lubang (pada luka tembak masuk jarak jauh). Butir-butir mesiu yang tidak habis terbakar akan tertanam pada kulit di sekitar kelim lecet, membentuk kelim tattoo (pada luka tembak masuk jarak dekat), dan jelaga/asap yang keluar dari ujung laras senjata akan membentuk kelim jelaga, sedangkan api yang yang ikut keluar akan membentuk kelim api (berupa hiperemi atau jaringan yang terbakar, pada luka tembak masuk jarak sangat dekat).3Ujung laras yang menempel pada kulit saat senjata api ditembakkan akan membentuk luka lecet tekan yang mengelilingi kelim lecet dengan sekitar yang menonjol, dikenal sebagai jejak laras.3Pada bagian tubuh tempat masuknya anak peluru, bagian tubuh sebelah dalam, serta pada bagian tubuh tempat keluarnya anak peluru bentuk kelainannya tidak sama karena faktor-faktor yang mempengaruhinya berbeda.41.Bagian Tubuh Tempat Masuknya Anak PeluruLuka-luka yang terjadi pada tempat ini disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:4 Gaya kinetik anak peluru/proyektil Suhu panas anak peluru/proyektil Semburan api Ledakan gas dari mesiu (pada jarak tempel) Percikan mesiu yang tak terbakar.Bentuk dari luka tembak masuk (LTM) masih tergantung lagi dengan jaraknya, yaitu:a. Jarak kontak (tempel)Ciri-cirinya:LTM jarak sangat dekat dibentuk oleh komponen anak peluru, butir mesiu, jelaga, dan panas/api. LTM tempel/kontak dibentuk oleh seluruh komponen tersebut di atas (yang akan masuk ke dalam saluran luka) dan jejas laras. Saluran luka akan berwarna hitam dan jejas laras akan tampak mengelilingi luka tembak masuk sebagai luka lecet jenis tekan, yang terjadi sebagai akibat tekanan berbalik dari udara hasil ledakan mesiu.3 Bila seluruh lingkaran laras senjata menempel tegak lurus pada kulit, maka butir mesiu, jelaga, api, semuanya langsung masuk ke dalam saluran luka.3 Tekanan balik gas panas yang ikut masuk ke dalam saluran dapat mengakibatkan peregangan kulit yang sangat besar dan memberikan gambaran luka seperti bintang, terutama jika di bawah kulit terdapat tulang. Terdapat jelaga atau derivat dari gas CO pada jaringan tepi luka. Terdapat tattoo di sekitarnya akibat sisa mesiu yang tidak terbakar.4 Bila tidak seluruh lingkaran laras senjata menempel pada permukaan kulit, maka akan terbentuk gambaran LTM yang merupakan kombinasi dari LTM tempel dan LTM jarak sangat dekat.3

Gambar 7. Luka tembak kontak/tempelDix Jay. Color Atlas Of Forensic Pathology: Firearms (Handguns And Rifles). 1st edition. New York: CRC Press, 2000. p 68 98

b.Jarak dekat (1 inci 2 kaki)Ciri-cirinya:Bentuk luka bulat, bagian tengah berupa lubang, bagian tepinya dikelilingi cincin lecet akibat kurang elastisnya kulit dibanding jaringan di bawahnya, diameter cincin lecet sedikit lebih kecil dari diameter anak peluru, terdapat tattoo, rambut di sekitarnya terbakar.4c.Jarak jauh (lebih dari 2 kaki)Ciri-cirinya:Bentuk bulat, bagian tengahnya berupa lubang, bagian tepinya dikelilingi oleh cincin lecet, diameter cincin lecet sedikit lebih kecil dari diameter anak peluru, dan tidak ditemukan produk dari ledakan mesiu.4Gambaran LTM jarak jauh dapat juga ditemukan pada korban yang tertembak pada jarak yang dekat/sangat dekat, apabila di atas permukaan kulit terdapat penghalang misalnya pakaian yang tebal, ikat pinggang, helm, dan sebagainya sehingga komponen-komponen butir mesiu yang tidak habis terbakar, jelaga, dan api tertahan oleh penghalang tersebut.3

Gambar 8. Luka tembak masuk dan keluar jarak jauhDix Jay. Color Atlas Of Forensic Pathology: Firearms (Handguns And Rifles). 1st edition. New York: CRC Press, 2000. p 68 982.Bagian Tubuh Sebelah DalamKelainan yang terjadi di sini disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:4 Gaya kinetik anak peluru atau proyektil Penyebaran gaya kinetik ke jaringan sekitarnya Gerakan giroskopik anak peluruFaktor-faktor tersebut di atas menyebabkan terjadinya kavitas (rongga) pada lintasan anak peluru, yang besarnya melebihi ukuran anak peluru. Lintasan anak peluru yang melewati tulang (misalnya tulang kepala) akan meninggalkan bekas lintasan yang bentuknya seperti corong yang arahnya menunjukkan arah jalannya anak peluru.43. Bagian Tubuh Tempat Keluarnya Anak PeluruPada tempat anak peluru meninggalkan tubuh korban akan ditemukan luka tembak keluar (LTK). Luka-luka yang terjadi pada tempat ini disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:4 Gaya kinetik anak peluru Perubahan bentuk anak peluru sesudah membentur tulang Perubahan arah anak peluru sesudah membentur tulang Serpihan tulang yang kemudian berfungsi sebagai anak peluru sekunder (secondary missiles).Akibat faktor-faktor tersebut maka biasanya luka tembak keluar lebih besar dari diameter anak pelurunya, tetapi pada tembakan oleh senjata modern yang kecepatannya sangat tinggi mempunyai ukuran luka tembak keluarnya lebih kurang sama dengan ukuran anak pelurunya. Seringkali luka tembak keluar hanya berupa robekan kulit saja.4 Pada anak peluru yang menembus tulang pipih, seperti tulang atap tengkorak, akan terbentuk corong yang membuka searah dengan gerak anak peluru.4Ciri-ciri dari luka tembak di tempat keluarnya anak peluru atau proyektil adalah sebagai berikut:4a. Bentuknya bulat, kadang-kadang tak teraturb. Kadang-kadang hanya berupa robekan kulitc. Ukurannya biasanya lebih besar dari diameter anak pelurunya, tetapi kadang-kadang sama besard. Tidak ditemui produk-produk dari ledakan mesiu.

F.PEMERIKSAAN FORENSIKPemeriksaan forensik pada kasus penembakan bisa menentukan banyak hal, misalnya pemeriksaan bekas bekas penembakan di tempat kejadian perkara, pemeriksaan luka yang ada pada tubuh korban, pemeriksaan residu atau sisa sisa penembakan senjata api yang merupakan residu mesiu,dan lain lain. Dari pemeriksaan bekas luka pada korban, bisa ditentukan jenis senjata yang digunakan, bisa juga memperkirakan jarak penembakan serta arah penembakan. Pada pemeriksaan luka harus dibedakan antara luka tembak masuk dan luka tembak keluar.6Pada tempat kejadian perkara, mungkin masih dapat ditemukan sisasisa penembakan. Buktibukti yang ada di tempat kejadian sedapat mungkin harus dikumpulkan oleh petugas. Peluru yang ditembakkan pada umumnya sulit untuk dikumpulkan lagi, karena biasanya peluru tersebut telah menancap pada bendabenda lain di sekitarnya apabila menembus keluar dari tubuh seseorang. Peluru yang ditemukan di tempat kejadian harus selalu diperiksa karena mungkin masih mengandung bahanbahan yang ia lewati selama penembakan, misalnya seratserat tekstil, bekas cat, ataupun bendabenda lain yang bisa menjadi penanda khusus dari seseorang. Apabila senjata masih ditemukan di tempat kejadian, maka senjata yang ada harus secara hatihati dilepaskan komponenkomponennya, kemudian dimasukkan ke dalam wadah plastik yang telah diberi tanda, untuk selanjutnya diperiksa untuk keperluan penyelidikan.6Luka tembak akan menghasilkan bekas luka berbentuk lubang yang ukurannya dipengaruhi oleh densitas dan ciriciri jaringan yang terluka, ukuran, dan konstruksi anak peluru, serta kecepatan anak peluru tersebut menembus jaringan. Anak peluru yang mengenai tubuh akan menimbulkan kelainan yang merupakan gabungan dari banyak faktor. Tembakan yang mengenai tubuh akan menimbulkan luka tembak, yang gambarannya tidak hanya sebagai hasil masuknya anak peluru pada sasaran, tetapi bersama produkproduk lain yang dihasilkan saat tembakan terjadi, antara lain partikel logam yang merupakan gesekan peluru dengan laras, mesiu yang tidak sempurna terbakar, asap, serta panas akibat ledakan mesiu.3,4,6Setiap luka tembak yang terdapat pada tubuh korban harus diperiksa karena dapat memberikan banyak informasi. Antara luka tembak yang terjadi harus dibedakan mana yang merupakan luka tembak masuk dan mana yang merupakan luka tembak keluar dengan memperhatikan ciriciri dari setiap luka yang ada. Cincin lecet, memar, produkproduk ledakan mesiu (tato, jelaga, sisasisa mesiu) merupakan tandatanda yang menunjukkan luka tembak masuk.3Jenis senjata yang digunakan untuk menembak dapat diperkirakan dengan melihat ciriciri luka, apakah merupakan luka hasil tembakan senjata api, senjata angin, atau shotgun. Kaliber senjata dapat diperkirakan dengan melihat diameter cincin lecet. Kaliber tersebut ditentukan berdasarka lumen laras, yang tidak selalu sama dengan diameter peluru.3Jarak penembakan yang tepat hanya dapat diperkirakan dengan membandingkan luka tembak masuk yang ditemukan dengan luka tembak masuk hasil uji coba tembakan dengan menggunakan senjata dan peluru yang sejenis. Penentuan jarak tembak juga dapat diperkirakan dengan penentuan kuantitatif kandungan Sb pada luka tembak masuk, namun hal ini hanya merupakan penentuan kasar. Luka tembak tempel merupakan luka yang jarak penembakannya dapat ditentukan dengan pasti, sebab pada luka tembak tempel ditemukan memar dan luka lecet jenis tekan.3,4Pada kasus penembakan (bukan bunuh diri), apabila ada tersangka, maka tersangka juga dapat diperiksa. Pada tangan yang digunakan untuk menembak diperkirakan masih ada residu dari mesiu ang menempel. Residu tembakan senjata api umumnya mengandung 3 elemen utama (primer) yaitu timah (Pb), antimoni (Sb), dan barium (Ba). Selain ketiga unsure tersebut, ada juga unsur unsur lain yang tidak selalu terdeteksi pada pemeriksaan, yaitu aluminum (Al), sulfur (S), tin (Sn), kalsium (Ca), potassium (K), klorin (Cl), atau silikon (Si). Unsur tambahan ini tergantung dari jenis anak peluru dan jenis senjata yang digunakan, sebagai komposisi tambahan. Residu tembakan senjata api bisa ditemui Residu ini bisa ditemukan pada tersangka pelaku penembakan, karena residu tembakan akan tertinggal pada tangan tersangka.10Pemeriksaan forensik umumnya bisa selalu mendateksi adanya ketiga unsur utama tersebut. Beberapa jenis pemeriksaan yang ada, antara lain : tes paraffin, NAA (neutron activation analysis), FAAS (flameless atomic absorption spectrophotometry), SEM EDX (scanning electrone microscope enery dispersivex-ray microanalysis). Tiap pemeriksaan ini memiliki keunggulan dan kelemahan masing masing, maka dalam prakteknya pemeriksaan pemeriksaan ini kerap dilakukan bersamaan.4,6,9,10Tes paraffin merupakan tes yang paling lama dan paling sederhana untuk dilakukan. Residu yang tersisa diambil dengan menggunakan paraffin cair kemudian diuji menggunakan difenilamin. Tes ini bukan merupakan tes yang spesifik, sebab hanya mendeteksi adanya nitrit maupun nitrat saja. Dengan demikian, tes ini mudah memberikan hasil positif palsu pada jaringan yang mengandung zat tersebut, misalnya saja tembakau, kacang kacangan, obat obatan, pupuk, dan lain lain. Karena kemungkinan hasil positif palsu yang sangat besar pada tes ini, maka sejak tahun 1964 interpol tidak lagi menganjurkan pemeriksaan tes paraffin ini.4Pemeriksaan lain yang masih dilakukan adalah pengambilan residu dengan menggunakan kapas yang telah dicelupkan pada asam hidroklorida atau asam nitrat, kemudian diperiksa dengan NAA atau FAAS. NAA (neutron activation analysis) merupakan tes yang sensitif untuk mendeteksi Ba dan Sb. Tes NAA ini dapat mendeteksi adanya residu meskipun tangan ataupun bagian tubuh lain dari tersangka telah dicuci. Meskipun demikian, sabaiknya pemeriksaan residu dilakukan secepat mungkin agar diperoleh hasil yang lebih akurat. Tes NAA ini mulai jarang digunakan juga semenjak pertengahan tahun 1990-an sebab tes ini tidak bisa mendeteksi adanya residu timah (Pb).4,10FAAS (flameless atomic absorption spectrophotometry) merupakan tes yang bisa mendeteksi adanya ketiga elemen utama residu tembakan. Namun pada FAAS, pemeriksaan harus dilakukan sesegera mungkin. Tes ini mudah memeberikan hasil negatif palsu. Hal ini disebabkan karena residu mudah berkurang ataupun hilang dari jaringan, apalagi seandainya tersangka mencuci tangan. Pemeriksaan dengan FAAS ini pun bisa memberikan hasil negatif apabila jarak pengambilan sampel residu dengan peristiwa penembakan telah berlangsung lebih dari 2 sampai 3 jam.10Tes SEM EDX (scanning electrone microscope energy dispersive x-ray microanalysis) merupakan cara yang paling canggih diantara pemeriksaan yang lain. Pemeriksaan ini masih bisa mendeteksi adanya residu meskipun peristiwa penembakan telah berlangsung 12 jam yang lalu. Cra kerjanya kurang lain adalah sebagai berikut : partikel residu akan dilihat dengan mikroskop electron, kemudian x-ray analyzer akan ditembakkan pada partikel tersebut. Penembakan ini akan menghasilkan pola energi yang terdispersi, langsung terurai menjadi elemen komponen dari pertikel tersebut. Kemudian pola energi ini akan langsung direkam dan dianalisa oleh computer. Berikut ini adalah gambar grafik hasil SEM EDX :10 Gambar 9. Pola energi yang terdispersi pada pemeriksaan residu dengan SEM EDXhttp://www.relentlessdefense.com/gunshot.wounds.html

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan metode SEM EDX ini, residu bisa terdeteksi 90% pada kasus penembakan yang menggunakan handgun. Sementara untuk senjata rifle dan shotgun, hanya 50% kasus yang bisa terdeteksi. Hal ini disebabkan karena pada penggunaan rifle dan shotgun bisa saja tidak meninggalkan residu, atau apabila tersangka memakai sarung tangan sehingga residu tidak ditemukan pada tangan tersangka.9,10Selain pemeriksaan pemeriksaan di atas, bisa juga dilakukan pemeriksaan tambahan radiologik. Bisa dengan foto polos ataupun CT-scan. Adapun kegunaan dari pemeriksaan radiologis ini antara lain untuk mendeteksi apakah ada anak peluru dalam tubuh korban, bisa juga untuk melihat apakan ada fragmen fragmen logam yang masih tertinggal di tubuh korban. Selain itu, bullet track juga bisa dilihat dengan jelas pada pemeriksaan radiologis ini. Penggunaan CT-scan yang lebih canggih akan memberikan hasil yang lebih baik, sebab letak anak peluru maupun fragmen fragmennya bisa lebih jelas terlihat.9

BAB IIIKESIMPULAN

Terdapat banyak jenis senjata api yang dapat kita jumpai. Jenis jenis senjata api berdasarkan senjata yang menggunakan mesiu sebagai sumber kinetiknya terdiri atas mesiu hitam dan mesiu putih, berdasarkan cara menggunakannya dibedakan menjadi senapan/bedil dan senjata genggam sedangkan berdasarkan bentuk dalam larasnya dibagi atas senjata berlaras rata dan senjata beralur melingkar.Mekanisme kerja senjata, baik senjata angin atau senjata api pada prinsipnya sama, yaitu memanfaatkan tekanan tinggi dari udara atau gas untuk melontarkan anak proyektil atau anak peluru keluar dari laras dengan kecepatan tinggi. Adapun mekanisme terjadinya luka tergantung dari berbagai faktor antara lain besar dan bentuk anak peluru, balistik, kerapuhannak peluru, kepadatan jaringan sasaran serta vulnerabilitas jaringan sasaran. Pemeriksaan forensik dilakukan dengan mengidentifikasi jenis luka, jenis senjata yang digunakan, dan jarak penembakan. Pelaku penembakan dapat dilacak dengan tes paraffin dan tes dengan metode neutron activation analysis.

DAFTAR PUSTAKA

1. Glantz LH, Annas GJ. Handguns, health, and the second amendment. N Engl J Med. 2009;360:2360-2365.2. Centers for Disease Control. Surveillance for fatal and nonfatal firearm-related injuries--United States, 1993-1998. MMWR. 2001;50(SS-2):1-34.3. Sherry L. Murphy, B.S.; Jiaquan Xu, M.D.; and Kenneth D. Kochanek, M.A. Deaths: Preliminary Data for 2010. Volume 60, Number 4, January 11, 2012.4. Richardson EG, Hemenway D. Homicide, suicide, and unintentional firearm fatality: comparing the United States with other high-income countries, 2003. J Trauma. 2011 Jan;70(1):238-43.5. Krug EG, Powell KE, Dahlberg LL: Firearm-related death in the United States and 35 other high- and upper-middle-income countries. Int J Epidemiol. 1998;27:214-2216. Kasus Penembakan Cebongan Di unduh dari http://id.wikipedia.org/wiki/Penembakan_Cebongan

1. Urey W. Patrick, Special Agent. Handgun Wounding Factors and Effetiveness. Available at http://www.FirearmsTactical.com. 2. Kasus Penembakan Direktur PT. ASABA. Available at: http://www.Kompasinteractive.com3. Budiyanto Arif, Widiatmaka Wibisana, Sudiono Siswandi, et al. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Pertama, cetakan kedua. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1997. Halaman 44 48. 4. Dahlan Sofwan . Ilmu Kedokteran Forensik: Pedoman Bagi Dokter dan Penegak Hukum. Edisi pertama, cetakan keenam. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2008. Halaman 93 105.5. Idries AM. Luka Akibat Tembakan Senjata Api. Dalam: Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Ed 1. Jakarta: Binarupa Aksara, 1989. Halaman 114-116.6. James S.H., Nordby J.J. Forensic Science: An Introduction to Scientific And Investigative Techniques. 1st edition. Florida: CRC Press LLC, 2003. p 327 - 336 7. Dix Jay. Color Atlas Of Forensic Pathology: Firearms (Handguns And Rifles). 1st edition. New York: CRC Press, 2000. p 68 98, Gambar 1, 4, 5, 6, 7, 88. http://www-medlib.med.utah.edu/WebPath/TUTORIAL/GUNS/GUNTERM.html, Gambar 2,3.9. http://library.med.utah.edu/WebPath/TUTORIAL/GUNS/GUNGSR.html10. http://www.relentlessdefense.com/gunshot.wounds.html

8