NEURODERMATITIS Diah Putri Wardani, S.Ked Bagian Dermatologi dan Venereologi FK UNSRI/RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang 2015 PENDAHULUAN Neurodermatitis sirkumskripta, dikenal juga sebagai liken simpleks kronikus, merupakan peradangan kulit kronis berbatas tegas, ditandai dengan kulit menebal dan garis kulit yang tampak lebih menonjol, akibat garukan atau gosokan berulang karena berbagai rangsang pruritogenik. 1 Gambaran histologis neurodermatitis sirkumskripta berupaakantosis (penebalan stratum spinosum) dan hiperkeratosis (penebalan stratum korneum) dansecara klinis, tampak penebalan kulit dengan garis kulit yang lebih menonjol menyerupai kulit batang kayu. 2 Neurodermatitis sirkumskripta mengenai orang dewasa, jarang pada anak. Insiden tertinggi pada usia 3050 tahun, tetapi juga dapat terjadi di usia remaja. 2 Wanita lebih sering menderita penyakit ini daripada pria.Hubungan antara neurodermatitis sirkumskripta dan kelainan atopi pernah dilaporkan, berkisar antara 26 hingga 75 persen. 3 Angka kejadian neurodermatitis sirkumskripta di Poliklinik Dermatologi dan Venereologi Divisi Dermatologi Non Infeksi RSMH tahun 2014 adalah 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
NEURODERMATITIS
Diah Putri Wardani, S.KedBagian Dermatologi dan Venereologi
FK UNSRI/RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang2015
PENDAHULUAN
Neurodermatitis sirkumskripta, dikenal juga sebagai liken simpleks
kronikus, merupakan peradangan kulit kronis berbatas tegas, ditandai dengan kulit
menebal dan garis kulit yang tampak lebih menonjol, akibat garukan atau gosokan
berulang karena berbagai rangsang pruritogenik.1 Gambaran histologis
neurodermatitis sirkumskripta berupaakantosis (penebalan stratum spinosum) dan
Etiologi Belum diketahui Faktor genetik, lingkungan, sawar kulit, farmakologik dan imunologik
Faktor genetik dan imunologik
Faktor imunitas selular
Patogenesis Belum diketahui Defek gen Filagrin dan predominan sitokin Th2
Proliferasi epidermis karena pergerakan antigen eksogen endogen
Belum diketahui
Manifestasi klinis
Plak eritem dan edem berskuama, tunggal, >1 lokasi. Hiperpigmentasi/ hipopigmentasi, likenifikasi dan ekskoriasi sekitar lesi.
Papul pruritik, ekskoriasi dan likenifikasi.
Plak eritema berskuama berlapis, kasar, putih seperti mika.
Papul poligonal,pruritik, purple, datar, berkilat, kadang ada delle, wickham striae.
Predileksi Kulit kepala, leher belakang, pergelangan kaki, ekstremitas ekstensor, dan daerah anogenital.
Daerah lipatan/fleksural
Daerah ekstensor >>
Ekstremitas
7
PENATALAKSANAAN
Terapi neurodermatitis sirkumskripta bertujuan untuk memutus siklus gatal-
garuk. Kedua komponen tersebut harus dipikirkan untuk menghentikan siklus
gatal-garuk yang ada.3Secara ringkas, terapi dibagi menjadi dua, yaitu terapi
umum dan khusus.
Umum
Terapi umum berupa komunikasi, informasi dan edukasi mengenai
penyakit yang diderita oleh pasien.Hal penting yang harus dijelaskan adalah
menghindari garukan karena hal tersebut merupakan faktor utama yang
menyebabkan terjadinya lesi pada penyakit ini.2Selain itu, faktor lain seperti
iritasi, cuaca panas, serta faktor psikologis dan emosional harus dihindari agar
tidak mencetuskan rasa gatal. Kuku harus tetap pendek dan penggunaan alas,
seperti plastik, plester steroid topikal, atau unna boots bisa mengurangi tekanan
garukan yang memperburuk terjadinya neurodermatitis sirkumskripta.3,9
Khusus
Topikal
Terapi topikal berupa preparat steroid, non steroid, emolien, serta steroid
sparing agent.3Secara umum, terapi pruritus telah diringkas dalam ‘tangga
terapeutik terapi antipruritus’ yang dapat dilihat pada Bagan 2. Namun, untuk
terapi neurodermatitis sirkumskripta, terapi antipruritus yang digunakan berupa
steroid topikal superpoten, seperti krim atau salep clobetasol propionate 0,05%,
diflorasone diacetate 0,05%, atau betemethasone dipropionate 0,05%.
Penggunaan steroid tersebut harus dibatasi dan ketika telah terjadi perbaikan
lesi, maka bisa diganti dengan krim steroid topikal potensi medium atau yang
lebih lemah.8Preparat non steroid juga dapat digunakan, seperti krim mentol 1%,
fenol, atau pramoksin 1-2,5%. Selain itu, emolien juga merupakan terapi
tambahan yang penting. Steroid intralesi, seperti triamsinolon asetonid, diberikan
dalam berbagai konsentrasi sesuai dengan ketebalan plak.3 Triamsinolon asetonid
ialah suspensi yang diinjeksikandalamkonsentrasi 5-10 mg/mL, dilaporkan lebih
efektif untuklesi kecil dengan pemberian 3 mg/mL.8,9 Salep takrolimus 0,03-0,1%
8
Antidepresan &neuroleptik
oral:Mirtazapine Gabapentin
Terapi topikal:MentolFenol
Pramoksin
Talidomid& aprepitant
Fototerapi:UVB
gelombang pendek
Antihistamin sedatif oral:Hidroksizin
DifenhidraminPrometazin
Opioid agonis κ-
antagonis µ:
Butorfanol
juga dapat dipertimbangkan sebagai steroid-sparing agent. Antidepresan trisiklik,
seperti krim doksepin 5%, bisa digunakan untuk menghilangkan gatal di malam
hari.3
Bagan 2. Tangga terapeutik terapi antipruritus7
Sistemik
Terapi sistemik dapat juga diberikan pada neurodermatitis sirkumskripta,
berupa antihistamin dan antidepresan,terutama selective serotonin reuptake
inhibitors (SSRIs). Antihistamin sedatif, seperti hidroksizin,dapat digunakan
untuk menghilangkan gatal di malam hari.2Hidroksizin dapat diberikan dengan
dosis 25-50mg setiap 6 hingga 8 jam atau sebelum tidur. Antihistamin non-sedatif
seperti cetirizinejuga dapat diberikan dengan dosis 5-10 mg 1 kali sehari. Selective
serotonin reuptake inhibitors(SSRIs), seperti paroxetine dan fluvoxamine, telah
direkomendasikanuntuk meredakan rasa gatal di siang hari pada pasien gangguan
obsesif kompulsif.3
KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin terjadi adalah gangguan dalam siklus tidur. Pada
neurodermatitis sirkumskripta, non-rapid eye movement (NREM) sleep akan
terganggu dan pasien memiliki peningkatan indeks bangun tidur dikarenakan
garukan.3
PROGNOSIS
9
Etiopatogenesis neurodermatitis sirkumskriptamasih belum jelas, sehingga
penatalaksanaan yang efektif juga belum dapat ditentukan. Penyakit ini bersifat
kronik dengan lesi yang persisten atau rekuren. Eksaserbasi dapat terjadi akibat
respon terhadap stres emosional.3
KESIMPULAN
Neurodermatitis sirkumkripta, atau liken simpleks kronikus, adalah
peradangan kulit kronis berbatas tegas dengan penebalan kulit dan penonjolan
garis kulit (likenifikasi) karena garukan atau gosokan berulang akibat
gatal.Insiden tertinggi pada usia 3050 tahun, lebih sering terjadi pada wanita.
Faktor emosional dan psikologis, serta faktor lingkungan, seperti panas dan iritasi,
merupakan faktor yang diduga mempengaruhi munculnya gatal pada penyakit ini.
Manifestasi klinis berupa bercak meninggi disertai skuama, likenifikasi dan
ekskoriasi. Diagnosis secara sederhana didapatkan dari hasil anamnesis dan
manifestasi klinis. Dermatitis atopik likenifikasi, psoriasis likenifikasi, dan liken
planus hipertrofik merupakan diagnosis banding neurodermatitissirkumskripta.
Edukasi kepada pasien tentang menghindari garukan, menghindari faktor
pencetus, menjaga kuku tetap pendek merupakan salah satu penatalaksanaan
neurodermatitissirkumskripta. Salep atau krim klobetasol propionat 0,05% dapat
diberikan dua kali sehari.
DAFTAR PUSTAKA
10
1. Sularsito SA, Aisah S. Dermatitis. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin.Edisi 6. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2010. Hal.129-53.
2. Holden CA, Jones BJ. Eczema, lichenification, prurigo and erythroderma. Dalam: Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffits C, editors. Rook’s Textbook of Dermatology.8th ed. Oxford: Blackwell Publishing. 2010.Hal.23.39-23.41.
3. Burgin S. Nummular eczema, lichen simplex chronicus, and prurigo nodularis. Dalam: Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K, editors. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine.8 thed. New York: McGraw Hill. 2012. Hal.184-7.
4. Chrostowska-Plak D, Salomon J, Reich A, Szepietowski JC. Clinical aspects of itch in adult atopic dermatitis patients. Acta Derm Venereol.2009. Hal.379–383.
5. Rajalakshmi R, Thappa DM, Jaisankar TJ, Nath AK. Lichen Simplex Chronicus of Anogenital Region: a clinico-etiological study. Indian JDermatolVenereol Leprol. 2011.Hal.28-36.
6. Thorn GC. Dermatitis: lichen simplex chronicus. Dalam: Arndt KA, Hsu JTS, Alam M, Bhatia A, Chilukuri S, editors. Manual of Dermatologic Therapeutics. 8th ed. Philadelphia: Integra Software Service Pvt. Ltd. 2014. Hal.84-5.
7. Yosipovitch G, Patel TS. Pathophysiology and clinical aspect of pruritus. Dalam: Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K, editors. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine.8th ed. New York: McGraw Hill. 2012. Hal.1147-57.
8. James WD, Berger TG, Elston DM. Andrew’s Diseases of the Skin Clinical Dermatology.11th ed. Saunders-Elsevier. 2011.
9. Wolff K, Johnson RA. Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology. 6th ed. New York: McGraw Hill. 2009. Hal.42-3.
10. Ackerman, AB. Differential Diagnosis in Dermatopathology. 3rd ed. 2007.
11. Djuanda A. Dermatosis eritroskuamosa. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S editors. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.Edisi 6. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2010. Hal.189-203.
12. Natahusada EC. Dermatosis eritroskuamosa. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S editors. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 6. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2010. Hal282-3.