ASET TETAP PENDAHULUAN Aset Tetap di lingkungan akuntansi komersial dapat didefinisikan sebagai aset berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun terlebih dahulu yang digunakan dalam kegiatan operasional sehari-hari, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun (PSAK no 16 Tahun 2007). Masa manfaat adalah periode asset tetap yang diharapkan digunakan oleh perusahaan, atau jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan perusahaan diperoleh dari asset. Aset tetap biasanya merupakan aset yang nilainya paling besar dalam neraca suatu entitas, sehingga penyajian dan pengungkapan informasi aset tetap menjadi sangat penting dalam laporan keuangan suatu entitas. Di beberapa entitas atau referensi akuntansi yang lain, aset tetap umumnya direferensikan sebagai property, plant, dan equipment yang meliputi tanah, gedung kantor, gedung pabrik, peralatan, dan lain-lain. Karakteristik utama dari aset tetap adalah : 1. Aset tetap diperoleh untuk digunakan dalam proses operasional perusahaan. Aset tetap tidak dimaksudkan untuk dijual. 2. Secara umum, aset tetap memiliki masa manfaat yang lama (beberapa tahun) dan oleh karena itu didepresiasikan selama masa manfaat tersebut. 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ASET TETAP
PENDAHULUAN
Aset Tetap di lingkungan akuntansi komersial dapat didefinisikan sebagai aset berwujud yang
diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun terlebih dahulu yang digunakan dalam
kegiatan operasional sehari-hari, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal
perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun (PSAK no 16 Tahun 2007).
Masa manfaat adalah periode asset tetap yang diharapkan digunakan oleh perusahaan, atau
jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan perusahaan diperoleh dari asset.
Aset tetap biasanya merupakan aset yang nilainya paling besar dalam neraca suatu entitas,
sehingga penyajian dan pengungkapan informasi aset tetap menjadi sangat penting dalam
laporan keuangan suatu entitas. Di beberapa entitas atau referensi akuntansi yang lain, aset
tetap umumnya direferensikan sebagai property, plant, dan equipment yang meliputi tanah,
gedung kantor, gedung pabrik, peralatan, dan lain-lain. Karakteristik utama dari aset tetap
adalah :
1. Aset tetap diperoleh untuk digunakan dalam proses operasional perusahaan. Aset tetap
tidak dimaksudkan untuk dijual.
2. Secara umum, aset tetap memiliki masa manfaat yang lama (beberapa tahun) dan oleh
karena itu didepresiasikan selama masa manfaat tersebut.
3. Aset tetap secara fisik dapat dilihat wujudnya.
Aset tetap di lingkungan akuntansi pemerintahan di Indonesia didefinisikan sebagai aset
berwujud yang memiliki masa manfaat lebih dari 12 bulan untuk digunakan dalam kegiatan
pemerintahan atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Aset tetap yang termasuk ke dalam
definisi akuntansi pemerintahan adalah :
1. Aset tetap yang dimiliki oleh entitas pelaporan namun dimanfaatkan oleh entitas lain,
misalnya universitas.
2. Hak atas tanah.
1
ASET TETAP
ASET TETAP
1. Klasifikasi
Umumnya dalam akuntansi komersial, aset tetap diklasifikasikan menjadi tiga bagian utama,
yaitu :
1. Tanah (land), yang termasuk dalam kategori ini adalah hak pakai atas tanah serta
kapitalisasi atas biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka menyiapkan tanah tersebut
menjadi siap pakai.
2. Gedung (building), yang meliputi gedung kantor, gedung pabrik, serta gedung lainnya.
Kapitalisasi biaya yang dikeluarkan dalam rangka perolehan gedung ini juga dicatat
sebagai aset tetap.
3. Peralatan (equipment), yang meliputi peralatan kantor seperti furnitur, maupun yang
digunakan di pabrik seperti mesin.
1.1 Klasifikasi Aset Tetap menurut SAP
Dalam akuntansi pemerintahan di Indonesia, tidak ada perbedaan yang signifikan dalam
pengklasifikasian aset tetap. Berdasarkan PP 24 Tahun 2005, aset tetap diklasifikasikan
berdasarkan kesamaan dalam sifat atau fungsinya dalam aktivitas operasional entitas
akuntansi. Klasifikasi aset tetap tersebut adalah :
1. Tanah, termasuk di antaranya tanah yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai
dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap pakai. Tanah tersebut
adalah tanah yang digunakan untuk gedung, bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan.
2. Peralatan dan mesin, termasuk di antaranya mesin-mesin dan kendaraan bermotor, alat
elektronik, dan seluruh inventaris kantor, dan peralatan lainnya yang nilainya signifikan
dan masa manfaatnya lebih dari 12 bulan dan dalam kondisi siap pakai. Peralatan dan
mesin memiliki variasi terbanyak dalam kelompok aset tetap. Peralatan dan mesin ini
dapat berupa alat-alat berat, alat kantor, alat angkutan, alat kedokteran, alat
komunikasi, dan lain sebagainya.
2
ASET TETAP
3. Gedung dan bangunan, mencakup seluruh gedung dan bangunan yang diperoleh
dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam
kondisi siap pakai. Gedung dan Bangunan yang dimaksud contohnya adalah gedung
perkantoran, rumah dinas, bangunan tempat ibadah, bangunan menara,
monumen/bangunan bersejarah, gudang, gedung museum, dan rambu-rambu. Gedung
dan bangunan ini tidak mencakup tanah yang diperoleh untuk pembangunan gedung
dan bangunan yang ada diatasnya. Tanah yang diperoleh untuk keperluan yang
dimaksud dimasukkan dalam kelompok Tanah.
4. Jalan, irigasi, dan jaringan, mencakup jalan, irigasi, dan jaringan yang dibangun oleh
pemerintah serta dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah dan dalam kondisi siap pakai.
Jalan, irigasi, dan jaringan tersebut selain digunakan dalam kegiatan pemerintah juga
dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Termasuk dalam klasifikasi jalan, irigasi, dan
jaringan adalah jalan raya, jembatan, bangunan air, instalasi air bersih, instalasi
pembangkit listrik, jaringan air minum, jaringan listrik, dan jaringan telepon. Jalan,
irigasi, dan jaringan ini tidak mencakup tanah yang diperoleh untuk pembangunan jalan,
irigasi dan jaringan. Tanah yang diperoleh untuk keperluan yang dimaksud dimasukkan
ke dalam kelompok Tanah.
5. Aset tetap lainnya, mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam
kelompok aset tetap tersebut, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan
operasional pemerintah dan dalam kondisi siap pakai. Aset yang termasuk dalam
kategori Aset Tetap Lainnya adalah koleksi perpustakaan/buku dan non buku, barang
bercorak kesenian/kebudayaan/olahraga, hewan, ikan, dan tanaman. Termasuk dalam
kategori Aset Tetap Lainnya adalah Aset Tetap-Renovasi, yaitu biaya renovasi atas aset
tetap yang bukan miliknya, dan biaya partisi suatu ruangan kantor yang bukan miliknya.
6. Konstruksi dalam pengerjaan, mencakup aset tetap yang sedang dalam proses
pembangunan namun pada tanggal laporan keuangan belum selesai seluruhnya.
Standar ini wajib diterapkan oleh entitas yang melaksanakan pembangunan aset tetap
untuk dipakai dalam penyelenggaraan kegiatan operasional pemerintahan dan/atau
pelayanan masyarakat, dalam jangka waktu tertentu, baik yang dilaksanakan secara
3
ASET TETAP
swakelola maupun oleh pihak ketiga. Suatu KDP ada yang dibangun tidak melebihi satu
tahun anggaran dan ada juga yang dibangun secara bertahap yang penyelesaiannya
melewati satu tahun anggaran. Apabila Pemerintah mengontrakkan pekerjaan tersebut
kepada pihak ketiga dengan perjanjian akan dilakukan penyelesaian lebih dari satu
tahun anggaran, maka penyelesaian bagian tertentu dari pekerjaan yang disertai berita
acara penyelesaian, pemerintah akan membayar sesuai dengan tahapan pekerjaan yang
diselesaikan dan selanjutnya dibukukan sebagai KDP. Permasalahan utama akuntansi
untuk KDP adalah identifikasi jumlah biaya yang diakui sebagai aset yang harus dicatat
sampai dengan konstruksi tersebut selesai dikerjakan.
Aset tetap yang tidak digunakan untuk keperluan operasional pemerintah tidak memenuhi
definisi aset tetap dan harus disajikan di pos aset lainnya sesuai dengan nilai tercatatnya.
1.2 Klasifikasi Aset Tetap menurut IPSAS
Pengelompokan/klasifikasi PPE adalah pengelompokan aset yang memiliki kesamaan sifat atau
fungsi dalam operasi suatu entitas. Berikut ini adalah contoh klasifikasi PPE :
1. Tanah
2. Bangunan Operasional
3. Jalan
4. Mesin
5. Jaringan transmisi listrik
6. Kapal
7. Pesawat
8. Peralatan militer khusus
9. Kendaraan Bermotor
10. Furniture dan perlengkapan
11. Perlengkapan kantor, dan
12. Alat Pengeboran Minyak
4
ASET TETAP
2. Pengakuan dan Pengukuran Aset Tetap
Basis akuntansi akrual mengharuskan aset tetap diakui ketika :
1. Besar kemungkinan bahwa manfaat keekonomisan di masa yang akan datang yang
berkaitan dengan aset tersebut akan mengalir ke dalam perusahaan.
2. Biaya perolehan dapat diukur secara andal.
Dari penjelasan tersebut, titik utama pengakuan aset tetap adalah ketika manfaat keekonomian
dan biaya perolehan sudah tersedia. Maka ketika suatu entitas melakukan pembelian
kendaraan secara kredit, pembelian tersebut sudah harus diperhitungkan sebagai perolehan
aset tetap. Kendaraan yang dibeli sudah dapat memberikan manfaat keekonomian dan biaya
pembelian sudah dapat diketahui dengan pasti.
Dalam akuntansi pemerintahan di Indonesia yang menggunakan basis cash toward accrual,
pengakuan aset tetap dilakukan apabila aset tersebut merupakan aset berwujud dan
memenuhi kriteria :
1. Memiliki masa manfaat lebih dari 12 bulan.
2. Biaya perolehan aset dapat diukur dengan andal.
3. Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas.
4. Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan.
Pengakuan aset akan lebih dapat diandalkan apabila terdapat bukti bahwa telah terjadi
perpindahan hak kepemilikan dan/ atau penguasaan secara hukum, misalnya sertifikat tanah
dan buku kepemilikan kendaraan bermotor.
Dalam praktiknya di lingkungan pemerintahan, aset tetap diakui ketika berita acara penerimaan
barang atau penyelesaian pekerjaan telah ditandatangani oleh pihak yang terkait. Baik dalam
akuntansi komersial maupun akuntansi pemerintahan di Indonesia, pengukuran aset tetap
dapat terjadi melalui dua cara, yaitu menggunakan biaya perolehan (historical cost) dan biaya
wajar pada saat perolehan (fair value).
5
ASET TETAP
Pengakuan aset tetap menggunakan biaya perolehan digunakan apabila aset tetap tersebut
diperoleh dengan cara dibeli dari pihak ketiga atau dibangun sendiri. Biaya perolehan terdiri
atas harga belinya, termasuk bea impor dan PPN Masukan yang tidak dapat direstitusikan, dan
setiap biaya yang dapat diatribusikan ke aset tersebut untuk membuat aset dalam kondisi siap
digunakan. Contoh biaya yang dapat diatribusikan adalah :
1. Biaya persiapan tempat.
2. Biaya pengiriman awal.
3. Biaya pemasangan.
4. Biaya professional seperti arsitek dan insinyur.
Pengakuan aset tetap menggunakan biaya wajar pada saat perolehan (fair value) digunakan
apabila informasi mengenai biaya perolehan tidak tersedia. Hal ini digunakan karena aset
tersebut tidak diperoleh dengan cara dibeli dari pihak ketiga ataupun dibangun sendiri. Contoh
dari penggunaan biaya wajar adalah apabila aset tersebut merupakan aset donasi, aset
pertukaran, aset rampasan, dan lain-lain.
3. Komponen Biaya Aset Tetap
Menurut PP tahun 2005, biaya perolehan aset tetap adalah biaya perolehan yang meliputi
harga beli dan biaya lainnya yang relevan dan dijelaskan juga mengenai klasifikasi asset tetap.
Berikut adalah perincian mengenai biaya perolehan untuk setiap kategori klasifikasi aset tetap :
1. Tanah; biaya perolehan meliputi harga pembelian atau biaya pembebasan tanah, biaya yang
dikeluarkan dalam rangka memperoleh hak, biaya pematangan, pengukuran, penimbunan,
dan biaya lainnya yang dikeluarkan sampai tanah tersebut siap pakai. Nilai tanah juga
meliputi nilai bangunan tua yang terletak pada tanah yang dibeli tersebut jika bangunan tua
tersebut dimaksudkan untuk dimusnahkan.
2. Peralatan dan mesin; biaya perolehan meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya
instalasi, serta biaya langsung lainnya untuk memperoleh dan mempersiapkan sampai
peralatan dan mesin tersebut siap digunakan.
6
ASET TETAP
3. Gedung dan bangunan; biaya perolehan meliputi biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh
gedung dan bangunan sampai siap pakai. Biaya ini termasuk diantaranya adalah harga
pembelian atau biaya konstruksi, biaya pengurusan IMB, notaris, dan pajak.
4. Jalan, irigasi, dan jaringan; biaya perolehan meliputi seluruh biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh jalan, irigasi, dan jaringan sampai siap pakai. Biaya ini meliputi biaya perolehan
atau biaya konstruksi dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan sampai jalan, irigasi, dan
jaringan tersebut siap pakai.
5. Aset tetap lainnya; biaya perolehan meliputi biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh
asset tersebut sampai siap pakai.
6. Konstruksi dalam pengerjaan; biaya perolehan meliputi biaya pembayaran per-termin atau
pengeluaran dana sesuai dengan kemajuan (progress) pembangunan. Setelah konstruksi
tersebut selesai, nilai yang tercantum di konstruksi dalam pengerjaan akan dimasukkan
sebagai aset tetap.
4. Pengeluaran Setelah Perolehan
Pengeluaran setelah perolehan awal suatu aset tetap yang memperpanjang masa manfaat atau
yang kemungkinan besar memberi manfaat ekonomi di masa yang akan datang dalam bentuk
kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan standar kinerja, harus ditambahkan pada nilai
tercatat aset yang bersangkutan.
Kapitalisasi biaya dimaksud harus ditetapkan dalam kebijakan akuntansi suatu entitas berupa
kriteria seperti suatu batasan jumlah biaya (capitalization thresholds) tertentu untuk dapat
digunakan dalam penentuan apakah suatu pengeluaran harus dikapitalisasi atau tidak.
Dikarenakan organisasi pemerintah sangatlah beragam dalam jumlah dan penggunan aset
tetap, maka suatu batasan jumlah biaya kapitalisasi (capitalization thresholds) tidak dapat
diseragamkan untuk seluruh entitas yang ada. Masing-masing entitas harus menetapkan
batasan jumlah tersebut dengan mempertimbangkan kondisi keuangan dan operasionalnya.
7
ASET TETAP
Bila telah terbentuk maka batasan jumlah biaya kapitalisasi (capitalization thresholds) harus
diterapkan secara konsisten dan diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Pengeluaran yang terkait dengan aset tetap (setelah perolehan aset tetap – subsequent
expenditure) dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
1. Pengeluaran untuk pemeliharan aset tetap.
2. Pengeluaran yang bersifat memperpanjang masa manfaat atau memberi manfaat
keekonomian di masa yang akan datang dalam bentuk peningkatan kapasitas, mutu
produksi, atau peningkatan standar kinerja.
Baik akuntansi berbasis akrual maupun akuntansi pemerintahan di Indonesia mempunyai
perlakuan yang sama terhadap transaksi tersebut. Untuk kategori yang pertama, perlakuan
akuntansi adalah dengan membebankan semua pengeluaran yang terjadi sebagai belanja
pemeliharaan. Alasannya adalah pengeluaran tersebut tidak menambah masa keekonomian
terhadap aset yang bersangkutan. Pengeluaran tersebut hanya bersifat agar aset tersebut
dalam kondisi baik dan dapat digunakan dalam proses operasional bisnis.
Untuk pengeluaran-pengeluaran yang termasuk dalam kategori kedua, pengeluaran yang
terjadi harus dikapitalisasi (ditambahkan ke aset yang bersangkutan) sehingga nilai buku dari
asset tersebut akan bertambah. Alasannya adalah pengeluaran yang dilakukan menambah
masa manfaat atau masa keekonomian dari asset tersebut, sehingga biaya yang dikeluarkan
seharusnya menjadi penambah nilai aset tetap yang bersangkutan.
5. Perolehan Aset secara Gabungan
Perolehan aset secara gabungan adalah kondisi dimana entitas memperoleh beberapa aset
tetap dengan melakukan satu pembayaran untuk seluruh aset yang diterima. Dengan kondisi
ini, biaya perolehan dari seluruh aset harus dapat didistribusikan dengan jelas keseluruh aset
tetap yang diperoleh. Aset yang diperoleh secara gabungan, maka harga perolehan masing-
8
ASET TETAP
masing asset tetap ditentukan dengan mengalokasikan harga gabungan berdasarkan
perbandingan nilai wajar masing-masing aset yang bersangkutan.
Basis akuntansi akrual maupun akuntansi pemerintahan di Indonesia mengatur penggunaan
nilai wajar dari masing-masing aset sebagai dasar alokasi biaya perolehan. Entitas harus
melakukan perbandingan nilai wajar masing-masing aset untuk mengalokasikan biaya peroleh.
Contoh :
Harga bangunan termasuk tanah seharga Rp 300.000.000,00 (termasuk biaya notaris, bea balik
nama, bea perolehan hak atas tanah dan atau bangunan, dan lain-lain). Alokasi
harga perolehannya dapat dihitung sebagai berikut:
(dalam rupiah)
No Jenis Aset Harga Wajar Alokasi Harga Perolehan
1 Tanah 150.000.000 15 X 300.000.000 = 180.000.000
25
2 Bangunan 100.000.000 10 X 300.000.000 = 120.000.000
25
Jumlah 250.000.000 300.000.000
Ayat jurnal yang disusun saat pembelian tunai adalah:
Tgl Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)
Tanah
Bangunan
Kas dan Bank
180.000.000
120.000.000
300.000.000
6. Konstruksi dalam Pengerjaan
Perolehan aset tetap tidak hanya melalui pembelian aset secara langsung dari pihak ketiga
tetapi dapat juga diperoleh melalui pembangunan, baik yang dilakukan oleh pihak ketiga
melalui kontrak konstruksi maupun dilakukan secara swakelola. Aset tetap yang sedang dalam
9
ASET TETAP
proses penyelesaian ini dikenal dengan istilah akuntansi sebagai konstruksi dalam pengerjaan.
Konstruksi dalam pengerjaan mencakup tanah, peralatan, dan mesin, gedung dan bangunan,
jalan, irigasi, dan jaringan, dan aset tetap lainnya. Ciri utama dari konstruksi dalam pengerjaan
adalah perolehannya memerlukan sejumlah waktu tertentu. Periode waktu tersebut bisa
kurang atau lebih dari satu periode akuntansi.
Untuk akuntansi pemerintahan di Indonesia, konstruksi dalam pengerjaan diakui jika :
1. Besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomi masa yang akan datang berkaitan dengan
aset tersebut akan diperoleh.
2. Biaya perolehan tersebut dapat diukur dengan andal.
3. Aset tersebut masih dalam proses pengerjaan.
Nilai yang dapat diakui sebagai konstruksi dalam pengerjaan bergantung pada proses
pengerjaannya. Apabila dikerjakan secara swakelola oleh unit pemerintahan biaya yang boleh
diakui meliputi :
1. Biaya yang secara langsung berhubungan dengan pengerjaan konstruksi dalam
pengerjaan tersebut meliputi : biaya pekerjaan lapangan, biaya bahan, biaya penyewaan
peralatan, biaya pemindahan peralatan, biaya rancangan, dan bantuan teknis yang
berhubungan dengan proses kontruksi.
2. Biaya lain yang dapat didistribusikan ke dalam kegiatan pembangunan, meliputi
asuransi, biaya perjalanan dinas, biaya rapat, biaya ATK, dan lain-lain.
3. Biaya pinjaman apabila pembangunan tersebut dibiayai dengan dana pinjaman.
4. Biaya lain yang secara khusus dibayarkan sehubungan kontruksi yang bersangkutan.
Nilai yang dapat diakui sebagai kontruksi dalam pengerjaan apabila dikerjakan oleh pihak ketiga
adalah :
1. Termin yang telah dibayarkan kepada kontrkator terkait tingkat penyelesaian pekerjaan.
2. Kewajiban yang masih harus dibayarkan kepada kontraktor terkait pekerjaan yang sudah
diterima namun belum dilakukan pembayaran pada tanggal pelaporan.
10
ASET TETAP
3. Pembayaran klaim kepada kontraktor atau pihak ketiga terkait pelaksanaan kontrak
konstruksi.
4. Biaya pinjaman apabila pembangunan tersebut dibiayai dengan dana pinjaman.
Perlakuan Akuntansi dari KDP yang dibiayai dari pinjaman:
1. Jika konstruksi dibiayai dari pinjaman maka biaya pinjaman yang timbul selama masa
konstruksi dikapitalisasi dan menambah biaya konstruksi, sepanjang biaya tersebut
dapat diidentifikasikan dan ditetapkan secara andal;
2. Jumlah biaya pinjaman yang dapat dikapitalisasi tidak boleh melebihi jumlah biaya
bunga yang dibayarkan pada periode bersangkutan;
3. Apabila pinjaman digunakan untuk membiayai beberapa jenis aset yang diperoleh dalam
suatu periode tertentu, biaya pinjaman periode yang bersangkutan dialokasikan ke
masing-masing konstruksi dengan metode rata-rata tertimbang atas total pengeluaran
biaya konstruksi;
4. Apabila pembangunan konstruksi dihentikan sementara tidak disebabkan oleh hal-hal
yang bersifat force majeur maka biaya pinjaman yang dibayarkan selama masa
pemberhentian sementara, pembangunan konstruksi dikapitalisasi;
Kontrak konstruksi yang mencakup beberapa jenis pekerjaan yang penyelesaiannya jatuh pada
waktu yang berbeda-beda, maka jenis pekerjaan yang sudah selesai tidak diperhitungkan biaya
pinjaman. Biaya pinjaman hanya dikapitalisasi untuk jenis pekerjaan yang masih dalam proses
pengerjaan.
Biaya pinjaman yang dimaksud di atas adalah biaya bunga dan biaya lainnya yang timbul dalam
kaitan dengan pinjaman dana. Biaya pinjaman yang secara langsung dapat diatribusikan dengan
perolehan atau produksi suatu aset tertentu (qualifying asset) harus dikapitalisasi sebagai
bagian dari biaya perolehan aset tertentu tersebut.
Dalam keadaan tertentu sulit untuk mengidentifikasikan adanya hubungan langsung antara
pinjaman tertentu dengan perolehan suatu aset tertentu dan untuk menentukan bahwa
11
ASET TETAP
pinjaman tertentu tidak perlu ada apabila perolehan aset tertentu tidak terjadi. Kesulitan juga
dapat terjadi bila suatu entitas menggunakan beberapa jenis sumber pembiayaan dengan
tingkat bunga yang berbeda-beda. Dalam hal ini, sulit untuk menentukan jumlah biaya
pinjaman yang dapat secara langsung diatribusikan, sehingga diperlukan pertimbangan
profesional (professional judgement) untuk menentukan hal tersebut.
Pada saat pembangunan kontruksi tersebut selesai dan siap digunakan sesuai dengan tujuan
perolehannya, nilai yang tercatat dalam kontruksi harus pindahkan ke aset tetap yang
bersangkutan.
Pengungkapan dalam catatan atas laporan keuangan mengenai informasi konstruksi dalam
pengerjaan meliputi :
1. Rincian kontrak konstruksi dalam pengerjaan berikut tingkat penyelesaian dan jangka
waktu penyelesaiannya.
2. Nilai kontrak konstruksi dan sumber pembiayaannya
3. Jumlah biaya yang telah dikeluarkan
4. Uang muka kerja yang diberikan
5. Retensi
Kontrak konstruksi pada umumnya memuat ketentuan tentang retensi, misalnya termin
pembayaran terakhir yang masih ditahan oleh pemberi kerja selama masa pemeliharaan.
Jumlah retensi diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Aset dapat dibiayai dari sumber dana tertentu. Pencantuman sumber dana dimaksudkan
memberi gambaran sumber dana dan penyerapannya sampai tanggal tertentu.
7. Penyusutan Aset Tetap
Definisi penyusutan di lingkungan akuntansi swasta adalah alokasi sistematik jumlah yang dapat
disusutkan dari suatu aset sepanjang masa manfaat. Aset Tetap yang dimiliki suatu perusahaan
akan mengalami penyusutan Aset Tetap tersebut kecuali Tanah. Misalnya kendaraan yang
12
ASET TETAP
dibeli untuk digunakan mengangkut barang hasil produksi, tentu untuk jangka waktu tertentu
kendaraan tersebut akan memiliki nilai yang lebih rendah dibanding ketika dibeli.
Hal-hal yang menyebabkan penyusutan:
1. Faktor Teknis
a. Rusak
b. Bencana alam dll
2. Faktor Ekonomis
a. Harga perolehan
b. Nilai sisa
c. Umur ekonomis
d. Metode penyusutan yang digunakan
Salah satu konsep dasar yang mendasari penyusutan adalah penandingan biaya dan
pendapatan (matching cost against revenue). Dengan demikian, aset tetap yang memberikan
manfaat selama periode tertentu harus disusutkan nilainya sepanjang periode tersebut.
Metode penyusutan tersebut dapat berupa :
1. Metode garis lurus (straight line method)
2. Metode penyusutan dipercepat (decreasing charge method)
Jumlah tahun penyusutan (sum of the years digit)
Penyusutan berganda (declining balance method)
3. Metode unit produksi (unit of production method)
4. Metode depresiasi khusus (special depreciation method)
Metode depresiasi kelompok (group and composite methods)
Namun yang menjadi pertanyaan, bagaimana memperlakukan depresiasi untuk lingkungan
pemerintahan. Mengingat pemerintah bukanlah organisasi yang bertuuan mencari keuntungan,
konsep matching cost agains revenue tidaklah relevan untuk digunakan.
Berdasarkan PP 24 Tahun 2005, diatur bahwa aset tetap disajikan berdasarkan biaya perolehan
dikurangi akumulasi penyusutan. Apabila terjadi kondisi yang memungkinkan penilaian kembali,
13
ASET TETAP
aset tetap disajikan dengan penyesuaian pada akun aset tetap dan diinvestasikan pada aset
tetap.
Metode yang digunakan berdasarkan PP 24 Tahun 2005 adalah :
1. Metode garis lurus (straight line method)
2. Metode saldo menurun ganda (double declining balance method)
3. Metode unit produksi (unit of production method)
Contoh 9
Pada tanggal 1 April 2007, dilakukan pembelian kendaraan senilai Rp 500 juta.
Kendaraan ini memiliki umur ekonomis (masa manfaat) selama 4 tahun. Kebijakan akuntansi
yang diambil adalah menggunakan metode depresiasi garis lurus dan pada akhir periode
akuntansi kendaraan tersebut memiliki nilai sisa Rp 20 juta.
Langkah-langkah dalam menentukan beban depresiasi adalah :
1. Tentukan dasar biaya yang akan didepresiasikan, yaitu harga perolehan dikurangi nilai
sisa. Dalam kasusu ini adalah Rp 480 juta (Rp 500 juta dikurangi Rp 20 juta).
2. Tentukan beban depresiasi berdasarkan metode yang digunakan. Untuk metode garis
lurus, tingkat depresiasinya adalah 25% / tahun.
(dalam jutaan rupiah)
Tahun Biaya
Akumulasi
Depr.
Nilai Buku
pada Awal
Tahun Tingkat
Depresiasi
per Tahun
Nilai Buku
pada Akhir
Tahun
1 500 0 500 25% 120 380
2 500 120 380 25% 120 260
3 500 240 260 25% 120 140
4 500 360 140 25% 120 20
14
ASET TETAP
Untuk akuntansi berbasis akrual, jurnal transaksi ini adalah :
Dr. Beban Depresiasi Kendaraan 120.000.000
Cr. Akumulasi Depresiasi - Kendaraan 120.000.000
(jurnal untuk tahun pertama)
Untuk akuntansi pemerintahan di Indonesia, jurnal untuk transaksi ini adalah :
Dr. Diinvestasikan dalam Aset Tetap - Kendaraan 120.000.000
Cr. Aset Tetap - Kendaraan 120.000.000
(jurnal untuk tahun pertama)
Apabila kebijakan akuntansi adalah menggunakan metode saldo menurun ganda, maka
perhitungan beban depresiasi adalah :
(dalam jutaan rupiah)
Tahun Biaya
Akumulasi
Depr.
Nilai Buku
pada Awal
Tahun Tingkat
Depresiasi
per Tahun
Nilai Buku
pada Akhir
Tahun
1 500 0 500 50% 250 250
2 500 250 250 50% 125 125
3 500 375 125 50% 62,5 62,5
4 500 437,5 62,5 - 42,5 20
Untuk akuntansi berbasi akrual, jurnal transaksi ini adalah :
Dr. Beban Depresiasi Kendaraan 125.000.000
Cr. Akumulasi Depresiasi - Kendaraan 125.000.000
(jurnal untuk tahun pertama)
15
ASET TETAP
Untuk akuntansi pemerintahan di Indonesia, jurnal untuk transaksi ini adalah :
Dr. Diinvestasikan dalam Aset Tetap - Kendaraan 125.000.000
Cr. Aset Tetap - Kendaraan 125.000.000
(jurnal untuk tahun pertama)
Contoh 10
Pada tanggal 1 April 2007, dilaakukan pembelian ekskavator senilai Rp 2 miliar.
Kebijakan akuntansi yang diambil adalah menggunakan metode unit produksi sebagai metode
depresiasi, dengan nilai sisa pada akhir tahun kelima sebesar Rp 250 juta. Alat ini diperkirakan
dapat bekerja selama 20.000 jam.
Langkah-langkah dalam menentukan beban depresiasi adalah :
1. Tentukan dasar biaya yang akan didepresiasikan, yaitu harga perolehan dikurangi nilai
sisa. Dalam kasusu ini adalah Rp 1,75 miliar (Rp 2 miliar dikurangi Rp 250 juta).
2. Tentukan beban depresiasi berdasarkan metode yang digunakan. Untuk metode unit
produksi, tingkat depresiasinya adalah 87.500 / jam kerja. Jumlah jam kerja pada tahun
pertama sampai akhir tahun keempat berturut-turut 1.000 jam, 1.500 jam, 3.000 jam,