Top Banner
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Flu burung merupakan wabah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza tipe A yang menyebar antar unggas. Virus influenza ini termasuk famili Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A dapat berubah- ubah bentuk (drift, shift), dan dapat menyebabkan epidemi dan pandemi. Virus flu burung yang sedang berjangkit saat ini adalah subtipe H5N1 yang ditandai adanya Hemagglutinin (H) dan Neuramidase (N) dan memiliki waktu inkubasi selama 1 minggu pada unggas dan 3 hari pada manusia. Burung liar dan unggas domestikasi (ternak) dapat menjadi sumber penyebar H5N1. Virus ini dapat menular melalui udara ataupun kontak melalui makanan, minuman, dan sentuhan. Virus ini akan mati dalam suhu yang tinggi (60ᵒC selama 30 menit), namun dapat bertahan hidup pada suhu rendah (0ᵒC selama lebih dari 30 hari). Gejala flu burung pada unggas adalah kematian secara mendadak dengan laju mortalitas mendekati 100%, jengger berwarna biru, dan luka pada kaki. Sedangkan gejala umum yang terjadi pada manusia adalah demam tinggi (suhu badan di atas 38ᵒC), batuk dan nyeri tenggorokan, radang saluran pernapasan atas, pneumonia, infeksi mata, dan nyeri otot. 1
35

Isi (Flu Burung)

Jul 10, 2016

Download

Documents

indaahpp

makalah flu burung isi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Isi (Flu Burung)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Flu burung merupakan wabah penyakit yang disebabkan oleh virus

influenza tipe A yang menyebar antar unggas.  Virus influenza ini termasuk famili

Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A dapat berubah-ubah bentuk (drift, shift),

dan dapat menyebabkan epidemi dan pandemi.

Virus flu burung yang sedang berjangkit saat ini adalah subtipe H5N1 yang

ditandai adanya Hemagglutinin (H) dan Neuramidase (N) dan memiliki waktu

inkubasi selama 1 minggu pada unggas dan 3 hari pada manusia. Burung liar dan

unggas domestikasi (ternak) dapat menjadi sumber penyebar H5N1.

Virus ini dapat menular melalui udara ataupun kontak melalui makanan,

minuman, dan sentuhan. Virus ini akan mati dalam suhu yang tinggi (60ᵒC selama

30 menit), namun dapat bertahan hidup pada suhu rendah (0ᵒC selama lebih dari 30

hari). Gejala flu burung pada unggas adalah kematian secara mendadak dengan laju

mortalitas mendekati 100%, jengger berwarna biru, dan luka pada kaki. Sedangkan

gejala umum yang terjadi pada manusia adalah demam tinggi (suhu badan di atas

38ᵒC), batuk dan nyeri tenggorokan, radang saluran pernapasan atas, pneumonia,

infeksi mata, dan nyeri otot.  

Replikasi virus dalam tubuh dapat berjalan cepat sehingga pasien perlu

segera mendapatkan perhatian medis. Virus H5N1 lebih patogen daripada

subtipelainnya sehingga disebut dengan Highly Pathogenic H5N1 Avian Influenza

(HPAI). Dari uraian latar belakang di atas penulis bermaksud untuk lebih

memperdalam mengenai wabah penyakit flu burung terutama dalam Asuhan

Keperawatan pada klien dengan flu burung.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam pembahasan ini adalah sebagai berikut :

1. Apa pengertian flu burung?

2. Bagaimana anatomi fisiologi sistem pernafasan?

3. Bagaimana etiologi flu burung?

1

Page 2: Isi (Flu Burung)

4. Bagaimana klasifikasi kasus flu burung?

5. Bagaimana patofisiologi flu burung?

6. Berapa lama masa inkubasi flu burung?

7. Bagaimana manifestasi klinis flu burung?

8. Bagaimana pemeriksaan diagnostik?

9. Bagaimana komplikasi flu burung?

10. Bagaimana penatalaksanaan flu burung?

11. Bagaimana pencegahan flu burung?

12. Bagaimana asuhah keperawatan pada klien dengan flu burung?

C. Tujuan Umum

Makalah ini dibuat untuk memnuhi salah satu tugas Keperawatan Dewasa I

tentang “Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Flu Burung”

D. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengertian flu burung!

2. Untuk mengetahui etiologi flu burung!

3. Untuk mengetahui klasifikasi kasus flu burung!

4. Untuk mengetahui patofisiologi flu burung!

5. Untuk mengetahui manifestasi klinis flu burung!

6. Untuk mengetahui komplikasi flu burung!

7. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik!

8. Untuk mengetahui penatalaksanaan flu burung!

9. Untuk mengetahui pencegahan flu burung!

10. Untuk mengetahui asuhah keperawatan pada klien dengan flu burung!

2

Page 3: Isi (Flu Burung)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Flu Burung

Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah

suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan

oleh unggas. Flu burung (bahas Inggris: avian influenza) adalah penyakit menular

yang disebabkan oleh virus yang biasanya menjangkiti burung dan mamalia

(Rahmat Ilham, 2010).

Flu burung adalah penyakit pada hewan (zoonosis) dan tidak menular ke

manusia. Dalam perkembangannya virus penyebabnya mengalami mutasi genetik

sehingga juga dapat menginfeksi manusia. Mutasi ini dalam perkembangannya

dapat menyebabkan pandemic.

Virus influenza terdiri dari beberapa tipe antara lain tipe A, B dan C.

Influenza tipe A terdiri dari beberapa strain antara lain H1N1, H3N2, H5N1 dan

lain-lain. Salah satu tipe yang diwaspadai adalah yang disebabkan oleh influenza

dengan kode genetik H5N1 ( H: Haemagglutinin, N: Neuramidase ). Salah satu

sifat utama dari infeksi virus Avian influenza adalah airbone infection, yakni

penularan melalui udara yang dapat dengan cepat mencapai selaput lendir di

saluran pernafasan (WHO = Avian Influenza, 2004).

Virus H5N1 adalah subtipe dari virus influenza tipe A dengan ciri

komponen proteinnya menunjukan tipe H5 (hemagglotinin tipe 5) dan

N(neuroamidase tipe 1). Virus ini diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu :

a. AI virulensi rendah adalah tipe virus influenza H5N1 yang menyerang unggas

namun hanya menimbulkan penyakit yang ringan bahkan dapat pula tanpa

menimbulkan penyakit. Dalam litelatur disebut low patogenic avian influenza

(LPAI).

b. AI firulensi tinggi adalah tipe virus influenza H5N1 yang ganas ,menyerang dan

menimbulkan penyakit bahkan kematian pada unggas dalam jumlah besar, dapat

menular ke manusia terutama mereka yang mengadakan kontak secara erat

dengan unggas. Dalam literatur disebut highpatogenic avian influenza (HPAI)

( Tamher, Noorkasiani. 2008 : 6).

3

Page 4: Isi (Flu Burung)

B. Etiologi Flu Burung

Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A. Virus influenza

termasuk famili Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A dapat berubah-ubah

bentuk (Drift, Shift), dan dapat menyebabkan epidemi dan pandemi. Virus

influenza tipe A terdiri dari Hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N), kedua huruf

ini digunakan sebagai identifikasi kode subtipe flu burung yang banyak jenisnya.

Pada manusia hanya terdapat jenis H1N1, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2, H1N2,

H7N7.Sedangkan pada binatang H1-H5 dan N1-N9.

Strain yang sangat virulen/ganas dan menyebabkan flu burung adalah dari

subtipe A H5N1. Virus tersebut dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu

22° C dan lebih dari 30 hari pada 0° C. Virus akan mati pada pemanasan 60° C

selama 30 menit atau 56° C selama 3 jam dan dengan detergent, desinfektan

misalnya formalin, serta cairan yang mengandung iodine.

Masa inkubasi pada unggas adalah l minggu, sedangkan pada manusia l-3

hari. Masa infeksi 1 hari sebelum sampai 3-5 hari sesudah timbul gejala. Pada anak

sampai 21 hari .

Ada banyak sub tipe dari virus flu ini yaitu:

a. Tipe H1N1. Sub tipe ini lebih banyak ditemukan di babi sebagai vektor

utamanya. Di kemudian hari, virus tipe ini lebih dikenal sebagai penyebab flu

babi. Berbeda dengan penyebab flu unggas, sub tipe ini justru lebih efektif

ditularkan lewat manusia. Dalam setiap bersin pasien flu babi, setidaknya

terkandung 100.000 virus H1N1. Untungnya, daya bunuh H1N1 hanya

seperduabelas dari flu burung. Flu babi hanya memiliki kemungkinan fatal

sebesar 6 persen, jauh di bawah angka 80 persen mili flu unggas.

b. H1N2 adalah sub tipe berikutnya. Sub tipe ini merupakan subtipe dari virus

influenza A yang juga disebut virus flu burung. Oleh para ahli, virus ini

dinyatakan sebagai virus pandemik pada manusia dan hewan, khususnya babi.

c. H2N2 adalah sub tipe yang lainnya. Virus H2N2 ini sudah termutasi menjadi

banyak sekali variasi virus flu ini. Salah satu bentuk mutasi dari H2N2 adalah

H3N2 dan banyak lagi subtipe virus flu lainnya yang sering ditemukan pada

unggas. Virus model ini dicurigai sebagai penyebab pandemik pada manusia di

tahun 1889.

4

Page 5: Isi (Flu Burung)

d. H2N3. Berdasarkan struktur penyusunnya, H2N3 terdiri atas proteins sebagai

“casing”nya, hemagglutinin (H) dan neuraminidase (N). Pada umumnya, virus

ini dapat menginfeksi manusia dan unggas.

e. Sub tipe virus Avian Influenza yang paling berbahaya. Dikenal sebagai

penyebab utama flu unggas. H5N1 adalah virus yang sangat berbahaya.

Berdasarkan penelitian para ahli, pasien yang terjangkiti virus H5N1 hanya

memiliki kemungkinan sembuh kurang dari 20 persen. Meskipun hanya

ditularkan lewat unggas, H5N1 merupakan pembunuh yang efektif. Daya

bunuhnya 12 kali lebih dahsyat dibanding sub tipe virus avian influenza yang

lain. Virus ini merupakan jenis virus yang bersifat epizootik atau bersifat

epidemic untuk golongan di luar manusia dan juga bersifat panzootik yang

mampu mempengaruhi beragam spesies hewan. Hasil penelitian menyebutkan

bahwa virus ini sudah “sukses” membunuh setidaknya 10 juta unggas di seluruh

dunia serta menginfeksi ratusan juta lainnya. Pada bulan Desember tahun 2009,

badan kesehatan dunia, WHO mengumumkan bahwa setidaknya terjadi 447

kasus flu yang terjadi pada manusia dan tingkat kematian pada periode ini sangat

tinggi, lebih dari 50 persen dengan angka kematian mencapai 267 orang.

f. Sub tipe lain yang dianggap patogenik untuk manusia adalah H7N3, H7N7 dan

H9N2. Ketiga jenis ini dianggap sebagai virus avian influenza yang memiliki

daya rusak tingga hingga dapat membunuh pengidapnya. Menurut update

terbaru dari FAO, virus-virus ini secara perlahan tapi pasti memperkuat

kemampuan merusak mereka. Untuk virus H7N7 sendiri bisa menginfeksi

manusia, burung, babi, anjing laut serta kuda. Pada uji laboratorium, virus ini

bisa mengifeksi tikus yang digunakan dalam percobaan. Virus H9N2 merupakan

jenis virus yang menginfeksi bebek. Pada perkembangannya, virus ini juga

menginfeksi manusia. Pada Desember 2009, ditemukan kasus anak-anak

terinfeksi H9N2 di Hongkong.

Virus flu burung atau avian influenza ini awalnya hanya ditemukan pada

binatang seperti burung, bebek dan ayam. Namun sejak 1997, virus ini mulai

"terbang" ke manusia ( penyakit zoonosis ). Hasil studi menunjukkan bahwa

unggas sakit (oleh influenza A H5N1) dapat mengeluarkan virus dalam jumlah

besar dalam kotorannya.

5

Page 6: Isi (Flu Burung)

Protein H menentukan tingkat patogen virus influenza.Virus tipe H5 dan H7

misalnya, mempunyai tingkat patogen yang tinggi terhadap ayam. Sementara itu,

protein N juga berfungsi sebagai penentu batas inang (host) disamping juga

menentukan tingkat patogennya. Walaupun protein N dikatakan berpengaruh

terhadap penentuan inang, spesifikasi inang lebih ditentukan lagi oleh protein

nukleokapsid (NP, Nucleocapsid Protein) yaitu protein yang berikatan langsung

dengan gen RNA virus influenza. Karena itu, loncatan inang dari ayam ke manusia

kemungkinan disebabkan oleh mutasi yang terjadi pada protein NP ini. Dengan

kata lain, protein NP yang spesifik terhadap burung bermutasi menjadi protein yang

bisa menginfeksi manusia.

Berdasarkan atas struktur antigen permukaan, yaitu hemaglutin (H) dan

neuraminidase (N), maka virus influenza A dikelompokkan lagi menjadi banyak

subtipe. Dewasa ini dikenal 16 subtipe H (1-16) dan 9 subtipe N (1-9). Keragaman

jenis strain virus avian influenza disebabkan karena virus ini mudah berubah

bentuk akibat timbulnya Antigenic Drift dan Antigenic Shift. Antigenic Drift

adalah perubahan kecil yang terjadi secara terus menerus dalam jangka waktu

tertentu sehingga virus AI yang memakai “baju baru” itu tidak dikenali oleh sistem

kekebalan tubuh. Jadi ayam yang pernah tertular salah satu jenis virus A masih

dapat tertular lagi oleh virus baru. Sedangkan pada Antigenic Shift, perubahan yang

terjadi lebih banyak lagi, meliputi perubahan subtipe hemaglutinin, neuraminidase

atau keduanya. Antigenic Shift lebih jarang terjadi dibandingkan dengan antigenic

drift.Namun pada virus AI dapat terjadi antigenic shift dan antigenic drift sekaligus.

Ada 3 Tipe influenza :

1. Influenza A

a. 15 jenis H (haemaglutinin ) è untuk menempel ke sel lain 9 jenis N

(neuraminidase )

b. Pada unggas H5N1 , H7N1

c. Pada manusia H1 , H2 , H3 , N1 , N2 , H9N2

d. Pada unggas dan manusia H5N1

2. Influenza B

a. Lebih ringan daripada A

b. Hanya menyerang manusia

6

Page 7: Isi (Flu Burung)

3. Influenza C : Sangat jarang dilaporkan pada manusia

Penularan penyakit flu burung ini kepada manusia dapat melalui :

a. Binatang : Kontak langsung dengan unggas atau binatang lain yang sakit atau

produk unggas yang sakit.

b. Lingkungan : Udara atau peralatan yang tercemar virus tersebut baik yang

berasal dari tinja atau sekret unggas yang terserang flu Burung.

c. Manusia : Sangat terbatas dan tidak efisien (ditemukannya beberapa kasus

dalam kelompok / cluster).

d. Makanan : Mengkonsumsi produk unggas mentah atau yang tidak dimasak

dengan sempurna di wilayah yang dicurigai atau dipastikan terdapat hewan

atau manusia yang terinfeksi H5N1 dalam satu bulan terakhir (Tamher &

Noorkasiani. 2008).

C. Klasifikasi Kasus Flu Burung

1. Kasus Suspek

Kasus suspek adalah seseorang yang menderita ISPA dengan gejala

demam (temp > 38°C), batuk dan atau sakit tenggorokan dan atau ber-ingus

serta dengan salah satu keadaan:

a. seminggu terakhir mengunjungi peternakan yang sedang berjangkit klb flu

burung

b. kontak dengan kasus konfirmasi flu burung dalam masa penularan

c. bekerja pada suatu laboratorium yang sedang memproses spesimen manusia

atau binatang yang dicurigai menderita flu burung

2. Kasus "Probable"

Kasus "probale" adalah kasus suspek disertai salah satu keadaan;

a. bukti laboratorium terbatas yang mengarah kepada virus influenza A (H5N1),

misal : Test HI yang menggunakan antigen H5N1

b. dalam waktu singkat berlanjut menjadi pneumonia, gagal pernafasan/

meninggal

c. terbukti tidak terdapat penyebab lain

7

Page 8: Isi (Flu Burung)

3. Kasus Konfirmasi

Kasus konfirmasi adalah kasus suspek atau "probale" didukung oleh salah

satu hasil pemeriksaan laboratorium;

a. Kultur virus influenza H5N1 positip

b. PCR influenza (H5) positip

c. Peningkatan titer antibody H5 sebesar 4 kali

Penderita Konfirm H5N1 dapat dibagi dalam 4 kategori sesuai beratnya

penyakit :

a. Derajat I : Penderita tanpa Pneumonia

b. Derajat II : Penderita dengan Pneumonia Derajat Sedang dan tanpa Gagal

Nafas

c. Derajat III : Penderita dengan Pneumonia Berat dan dengan Gagal Nafas

d. Derajat IV : Pasien dengan Pneumonia Berat dan Acute Respiratory Distress

Syndrome (ARDS) atau dengan Multiple Organ Failure (MOF) (MOPH

Thailand, 2005).

D. Patofisiologi Flu Burung

Virus influenza merupakan virus RNA termasuk dalam famili

Orthomyxoviridae. Asam nukleat virus ini beruntai tunggal, terdiri dari 8 segmen

gen yang mengkode sekitar 11 jenis protein. Virus influenza mempunyai

selubung/simpai yang terdiri dari kompleks protein dan karbohidrat. Virus ini

mempunyai tonjolan (spikes) yang digunakan untuk menempel pada reseptor yang

spesifik pada sel-sel hospesnya pada saat menginfeksi sel. Terdapat 2 jenis spikes

yaitu yang mengandung hemaglutinin (HA) dan yang mengandung neuraminidase

(NA), yang terletak dibagian terluar dari virion. Virus influenza mempunyai 4 jenis

antigen yang terdiri dari (i) protein nukleokapsid (NP) (ii). Hemaglutinin (HA),

(iii). Neuraminidase (NA), dan protein matriks (MP).

Infeksi virus H5N1 dimulai ketika virus memasuki sel hospes setelah terjadi

penempelan spikes virion dengan reseptor spesifik yang ada di permukaan sel

hospesnya. Virion akan menyusup ke sitoplasma sel dan akan mengintegrasikan

materi genetiknya di dalam inti sel hospesnya, dan dengan menggunakan mesin

genetik dari sel hospesnya, virus dapat bereplikasi membentuk virion-virion baru,

dan virion-virion ini dapat menginfeksi kembali sel-sel disekitarnya. Dari beberapa

8

Page 9: Isi (Flu Burung)

hasil pemeriksaan terhadap spesimen klinik yang diambil dari penderita ternyata

avian influenza H5N1 dapat bereplikasi di dalam sel nasofaring dan di dalam sel

gastrointestinal.Virus H5N1 juga dapat dideteksi di dalam darah, cairan

serebrospinal, dan tinja pasien (WHO,2005).

Fase penempelan (attachment) adalah fase yang paling menentukan apakah

virus bisa masuk atau tidak ke dalam sel hospesnya untuk melanjutkan

replikasinya. Virus influenza A melalui spikes hemaglutinin (HA) akan berikatan

dengan reseptor yang mengandung sialic acid (SA) yang ada pada permukaan sel

hospesnya.

Ada perbedaan penting antara molekul reseptor yang ada pada manusia

dengan reseptor yang ada pada unggas atau binatang. Pada virus flu burung, mereka

dapat mengenali dan terikat pada reseptor yang hanya terdapat pada jenis unggas

yang terdiri dari oligosakharida yang mengandung N-acethylneuraminic acid -

2,3-galactose (SA -2,3- Gal), dimana molekul ini berbeda dengan reseptor yang

ada pada manusia. Reseptor yang ada pada permukaan sel manusia adalah SA -

2,6-galactose (SA -2,6-Gal), sehingga secara teoritis virus flu burung tidak bisa

menginfeksi manusia karena perbedaan reseptor spesifiknya. Namun demikian,

dengan perubahan hanya 1 asam amino saja konfigurasi reseptor tersebut dapat

dirubah sehingga reseptor pada manusia dikenali oleh HPAI-H5N1. Potensi virus

H5N1 untuk melakukan mutasi inilah yang dikhawatirkan sehingga virus dapat

membuat varian-varian baru dari HPAI-H5N1 yang dapat menular antar manusia

ke manusia .

Penularan virus flu burung dari unggas ke manusia dapat terjadi ketika

manusia kontak dengan kotoran unggas yang terinfeksi flu burung, atau dengan

permukaan atau benda-benda yang terkontaminasi oleh kotoran unggas sakit yang

mengandung virus H5N1. Orang yang berisiko tinggi tertular flu burung adalah

pekerja di peternakan ayam ,pemotong ayam ,orang yang kontak dengan unggas

hidup yang sakit atau terinfeksi flu burung orang yang menyentuh produk unggas

yang terinfeksi flu burung ,populasi dalam radius 1 km dari lokasi terjadinya

kematian unggas akibat flu burung. Pada dasarnya sampai saat ini, H5N1 tidak

mudah untuk menginfeksi manusia dan apabila seseorang terinfeksi, akan sulit

virus itu menulari orang lain. Pada kenyataannya, penularan manusia ke manusia,

terbatas, tidak efisien dan tidak berkelanjutan. (Radji, 2006)

9

Page 10: Isi (Flu Burung)

Penyakit dimulai dari infeksi virus pada sel epitel saluran napas. Virus ini

kemudian bereplikasi sangat cepat hingga menyebabkan lisis sel epitel & terjadi

deskuamasi lapisan epitel saluran napas. Pada tahap infeksi awal, respons imun

innate akan menghambat replikasi virus. Apabila kemudian terjadi re-eksposure,

respons imun adaptif yang bersifat antigen spesific mengembangkan memori

imunologis yang akan memberikan respons yang lebih cepat. Replikasi virus akan

merangsang pembentukan proinflammatory cytokine termasuk IL-1, IL-6 dan TNF-

Alfa yang kemudian masuk ke sirkulasi sistemik & pada gilirannya menyebabkan

gejala sistemik seperti demam, malaise, myalgia dll. Pada umumnya influenza

merupakan penyakit yang self limiting & virus terbatas pada saluran napas. Pada

keadaan tertentu seperti kondisi sistem imun yang menurun virus dapat lolos masuk

sirkulasi darah & ke organ tubuh lain. Bila strain/subtipe virus baru yang

menginfeksi maka situasi akan berbeda. Imunitas terhadap virus subtipe baru yang

sama sekali belum terbentuk dapat menyebabkan keadaan klinis yang lebih berat.

Sistem imunitas belum memiliki immunological memory terhadap virus baru.

Apalagi bila virus subtipe baru ini memiliki tingkat virulensi atau patogenisitas

yang sangat tinggi seperti virus H5N1. Tipe virus yang berbeda akan menyebabkan

respons imun & gejala klinis yang mungkin berbeda. Diketahui bahwa pada infeksi

oleh virus influenza A H5N1 terjadi pembentukan sitokin yang berlebihan

(cytokine storm) untuk menekan replikasi virus, tetapi justru hal ini yang

menyebabkan kerusakan jaringan paru yang luas & berat. Terjadi pneumonia virus

berupa pneumonitis intertitial. Proses berlanjut dengan terjadinya eksudasi &

edema intraalveolar, mobilisasi sel sel radang dan juga eritrosit dari kapiler sekitar,

pembentukan membran hyalin dan juga fibroblast. Sel radang akan memproduksi

banyak sel mediator peradangan. Secara klinis keadaan ini dikenal dengan ARDS

(Acute Respiratory Distress Syndrome). Difusi oksigen terganggu, terjadi

hipoksia/anoksia yang dapat merusak organ lain. Proses ini biasanya terjadi secara

cepat & penderita dapat meninggal dalam waktu singkat karena proses yang

ireversibel.(Emedicine,2009)

Replikasi virus terjadi selama 4-6 jam sehingga dalam waktu singkat virus

dapa tmenyebar ke sel-sel didekatnya. Masa inkubasi virus 18 jam sampai 4 hari,

lokasi utama dari infeksi yaitu pada sel-sel kolumnar yang bersilia. Sel-sel yang

terinfeksi akan membengkak dan intinya mengkerut dan kemudian mengalami

10

Page 11: Isi (Flu Burung)

knosis. Bersamaan dengan terjadinya disintegrasi dan hilangnya silia selanjutnya

akan terbentuk badan inklusi.

E. Manifestasi Klinis Flu Burung

1. Tanda dan Gejala pada unggas

Gejala pada unggas yang sakit cukup bervariasi, mulai dari gejala ringan

(nyaris tanpa gejala), sampai sangat berat. Hal ini tergantung dari keganasan

virus, lingkungan, dan keadaan unggas sendiri.

Gejala yang timbul seperti jengger berwarna biru, borok di kaki, kepala

bengkak, sekitar mata bengkak, demam, diare, dan tidak mau makan. Dapat

terjadi gangguan pernafasan berupa batuk dan bersin, adanya cairan pada mata

dan hidung.Gejala awal dapat berupa gangguan reproduksi berupa cangkang

telur lembek dan penurunan produksi telur. Gangguan sistem saraf dalam

bentuk depresi. Pada beberapa kasus, unggas mati tanpa gejala. Kematian dapat

11

Page 12: Isi (Flu Burung)

terjadi 24 jam setelah timbul gejala. Pada kalkun, kematian mendadak dan

sangat tinggi jumlahnya mendekati 100% dalam waktu 2 hari, maksimal 1

minggu.

2. Tanda dan Gejala pada manusia

Gejala flu burung pada dasarnya adalah sama dengan flu biasa lainnya,

hanya cenderung lebih sering dan cepat menjadi parah. Masa inkubasi antara

mulai tertular dan timbul gejala adalah sekitar 3 hari sementara itu masa

infeksius pada manusia adalah 1 hari sebelum, sampai 3-5 hari sesudah gejala

timbul pada anak dapat sampai 21 hari.

Gejalanya suhu > 38oC, demam, batuk, sakit tenggorokan, sakit kepala,

nyeri otot dan sendi, sampai infeksi selaput mata ( conjunctivitis ). Bila keadaan

memburuk, dapat terjadi severe respiratory distress yang ditandai dengan sesak

nafas hebat, rendahnya kadar oksigen darah serta meningkatnya kadar CO.

Adapun keluhan gastrointestinal berupa diare dan keluhan lain berupa

konjungtivitis. Spektrum klinis bisa sangat bervariasi, mulai dari asimtomatik,

flu ringan hingga berat, pneumonia, dan banyak yang berakhir dengan ARDS

(acute respiratory distress syndrome).kelainan laboratorium hematologi yang

hampir selalu dijumpai adalah lekopenia, limfopenia dan trombositopenia.

Kelainan foto thoraks bisa berupa infiltrate bilateral luas infiltrate difus,

multilokal atau tersebar (Pathcy) atau terdapat kolaps lobar.

F. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan Laboratorium

Setiap pasien yang datang dengan gejala klinis seperti di atas dianjurkan

untuk sesegera mungkin dilakukan pengambilan sampel darah untuk

pemeriksaan darah rutin (Hb, Leukosit, Trombosit, Hitung Jenis Leukosit),

spesimen serum, aspirasi nasofaringeal.

Diagnosis flu burung dibuktikan dengan :

Uji RT-PCR (Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction) untuk H5.

Biakan dan identifikasi virus Influenza A subtipe H5N1.

Uji Serologi :

1. Peningkatan >4 kali lipat titer antibodi netralisasi untuk H5N1 dari

spesimen konvalesen dibandingkan dengan spesimen akut ( diambil<7

12

Page 13: Isi (Flu Burung)

hari setelah awitan gejala penyakit), dan titer antibodi netralisasi

konvalesen harus pula >1/80.

2. Titer antibodi mikronetralisasi H5N1 >1/80 pada spesimen serum yang

diambil pada hari ke >14 setelah awitan (onset penyakit) disertai hasil

positif uji serologi lain, misalnya titer HI sel darah merah kuda >1/160

atau western blot spesifik H5 positif.

3. Uji penapisan

Rapid test untuk mendeteksi Influensa A.

ELISA untuk mendeteksi H5N1.

2. Pemeriksaan Hematologi

Hemoglobin, leukosit, trombosit, hitung jenis leukosit, limfosit

total.Umumnya ditemukan leukopeni, limfositopeni dan trombositopeni.

3. Pemeriksaan Kimia darah

Albumin, Globulin, SGOT, SGPT, Ureum, Kreatinin, Kreatin Kinase,

Analisis Gas Darah. Umumnya dijumpai penurunan albumin, peningkatan

SGOT dan SGPT, peningkatan ureum dan kreatinin, peningkatan Kreatin

Kinase, Analisis Gas Darah dapat normal atau abnormal. Kelainan laboratorium

sesuai dengan perjalanan penyakit dan komplikasi yang ditemukan.

4. Pemeriksaan Radiologik

Pemeriksaan foto toraks PA dan Lateral harus dilakukan pada setiap

tersangka flu burung. Gambaran infiltrat di paru menunjukkan bahwa kasus ini

adalah pneumonia. Pemeriksaan lain yang dianjurkan adalah pemeriksaan CT

Scan untuk kasus dengan gejala klinik flu burung tetapi hasil foto toraks normal

sebagai langkah diagnostik dini.

5. Pemeriksaan Post Mortem

Pada pasien yang meninggal sebelum diagnosis flu burung tertegakkan,

dianjurkan untuk mengambil sediaan postmortem dengan jalan biopsi pada

mayat (necropsi), specimen dikirim untuk pemeriksaan patologi anatomi dan

PCR.

6. Gejala Klinis

Pada umumnya gejala klinis flu burung yang sering ditemukan adalah

demam > 380 C, batuk dan nyeri tenggorok. Gejala lain yang dapat ditemukan

adalah pilek, sakit kepala, nyeri otot, infeksi selaput mata, diare atau gangguan

13

Page 14: Isi (Flu Burung)

saluran cerna. Bila ditemukan gejala sesak menandai terdapat kelainan saluran

napas bawah yang memungkinkan terjadi perburukan. Jika telah terdapat

kelainan saluran napas bawah akan ditemukan ronki diparu dan bila semakin

berat frekuensi pernapasan akan semakin cepat

7. Diagnosis Banding

Diagnosis banding disesuaikan dengan tanda dan gejala yang ditemukan.

Penyakit dengan gejala hampir serupa yang sering ditemukan antara lain:

a. Demam Dengue : Dengue blot : IgM, IgG untuk menyingkirkan diagnosis

demam dengue

b. Infeksi paru yang disebabkan oleh virus lain, bakteri atau jamur : Biakan

sputum dahak, darah dan urin.

c. Demam Typhoid : Biakan Salmonella, uji Widal untuk menyingkirkan

diagnosis demam tifoid.

d. HIV dengan infeksi sekunder : Pemeriksaan anti HIV

e. Tuberkulosis Paru : Pemeriksaan dahak mikroskopik Basil Tahan Asam

(BTA) dan biakan mikobakterium, untuk menyingkirkan TB Paru.

G. Komplikasi Flu Burung

1. Meningitis (aseptic meningitis, meningitis serosa/non bakterial)

Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meninges, yaitu membrane

atau selaput yang melapisi otak dan syaraf tunjang. Meningitis dapat

disebabkan berbagai organisme seperti virus, bakteri ataupun jamur yang

menyebar masuk kedalam darah dan berpindah ke dalam cairan otak.

2. Encephalitis ( bulbar )

Encephalitis adalah suatu peradangan dari otak. Ada banyak tipe-tipe dari

encephalitis, kebanyakan darinya disebabkan oleh infeksi-infeksi. Paling sering

infeksi-infeksi ini disebabkan oleh virus-virus. Encephalitis dapat juga

disebabkan oleh penyakit-penyakit yang menyebabkan peradangan dari otak.

3. Myocarditis (Coxsackie Virus Carditis) atau pericarditis

Myocarditis adalah peradangan pada otot jantung atau miokardium, pada

umumnya disebabkan oleh penyakit-penyakit infeksi, tetapi dapat sebagai

akibat reaksi alergi terhadap obat-obatan dan efek toxin bahan-bahan kimia dan

radiasi (FKUI, 1999).

14

Page 15: Isi (Flu Burung)

4. Paralisis akut flaksid

5. Pneumonia ( peradangan paru )

Sebuah penyakit pada paru-paru di mana pulmonary alveolus (alveoli) yang

bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer meradang dan terisi oleh

cairan.Radang paru-paru dapat disebabkan oleh beberapa penyebab, termasuk

infeksi oleh bakteria, virus, jamur, atau pasilan (parasite).Radang paru-paru

dapat juga disebabkan oleh kepedihan zat-zat kimia atau cedera jasmani pada

paru-paru atau sebagai akibat dari penyakit lainnya, seperti kanker paru-paru

atau berlebihan minum alkohol.

6. Kematian

Terjadi jika mengalami gagal nafas akut

a. Bronkhitis

b. Infeksi sekunder (radang telinga)

c. Radang paru-paru (pneumonia) (Tamher, Noorkasiani. 2008 : 4)

H. Penatalaksanaan Flu Burung

Prinsip penatalaksanaan avian influenza adalah istirahat, peningkataan daya tahan

tubuh, pengobatan antiviral, pengobatan antibiotic, perawatan respirasi, anti inflamasi,

imunomodulators.

Untuk penatalaksanaan umum dapat dilakukan pelayanan di fasilitas kesehatan non

rujukan dan di rumah sakit rujukan flu burung.

1. Untuk pelayanan di fasilitas kesehatan non rujukan flu burung

Pasien suspek flu burung langsung diberikan Oseltamivir 2 x 75 mg (jika anak, sesuai

dengan berat badan) lalu dirujuk ke RS rujukan flu burung.

Untuk puskesmas yang terpencil pasien diberi pengobatan oseltamivir sesuai skoring di

bawah ini, sementara pada puskesmas yang tidak terpencil pasien langsung dirujuk ke RS

rujukan. Kriteria pemberian oseltamivir dengan sistem skoring, dimodifikasi dari hasil

pertemuan workshop “Case Management” & pengembangan laboratorium regional Avian

Influenza, Bandung 20 – 23 April 2006

Skor

Gejala

1 2

15

Page 16: Isi (Flu Burung)

demam < 38˚ C ≥ 38˚ C

RR N >N

Leukopeni Tidak ada Ada

Kontak Tidak ada Ada

jumlah

Skor :

6 – 7 = evaluasi ketat, apabila meningkat (>7) diberikan oseltamivir

> 7 = diberi oseltamivir.

Batasan Frekuensi Napas :

< 2bl = > 60x/menit

2bl – <12 bl = > 50x/menit

>1 th – <5 th = > 40x/menit

5 th – 12 th = > 30x/menit

>13 = > 20x/menit

Pada fasilitas yang tidak ada pemeriksaan leukosit maka pasien dianggap sebagai

leukopeni (skor = 2)

2. Pelayanan di Rumah Sakit Rujukan

Pasien Suspek H5N1, probabel, dan konfirmasi dirawat di ruang isolasi.

1. Petugas triase memakai APD, kemudian segera mengirim pasien ke ruang

pemeriksaan.

2. Petugas yang masuk ke ruang pemeriksaan tetap mengunakan APD dan melakukan

kewaspadaan standar.

3. Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik.

4. Setelah pemeriksaan awal, pemeriksaan rutin (hematologi dan kimia) diulang setiap

hari sedangkan HI diulang pada hari kelima dan pada waktu pasien pulang.

5. Pemeriksaan PCR dilakukan pada hari pertama, kedua, dan ketiga perawatan.

6. Pemeriksaan serologi dilakukan pada hari pertama dan diulang setiap lima hari.

7. Penatalaksanaan di ruang rawat inap

16

Page 17: Isi (Flu Burung)

Klinis

1. Perhatikan :

– Keadaan umum

– Kesadaran

– Tanda vital (tekanan darah, nadi, frekuensi napas, suhu).

– Bila fasilitas tersedia, pantau saturasi oksigen dengan alat pulse oxymetry.

2. Terapi suportif : terapi oksigen, terapi cairan, dll.

Mengenai antiviral maka antiviral sebaiknya diberikan pada awal infeksi yakni

pada 48 jam pertama. Adapun pilihan obat :

1. Penghambat M2 : a. Amantadin (symadine), b. Rimantidin (flu madine). Dengan dosis

2x/hari 100 mg atau 5 mg/kgBB selama 3-5 hari.

2. Penghambatan neuramidase (WHO) : a. Zanamivir (relenza), b. Oseltamivir (tami flu).

1. Dewasa atau anak ≥ 13 tahun Oseltamivir 2x75 mg per hari selama 5 hari.

2. Anak > 1 tahun dosis oseltamivir 2 mg/kgBB, 2 kali sehari selama 5 hari.

3. Dosis oseltamivir dapat diberikan sesuai dengan berat badan sbb :

> 40 kg : 75 mg 2x/hari

> 23 – 40 kg : 60 mg 2x/hari

> 15 – 23 kg : 45 mg 2x/hari

≤ 15 kg : 30 mg 2x/hari

Departemen Kesehatan RI dalam pedomannya memberikan petunjuk sebagai berikut :

• Pada kasus suspek flu burung diberikan Oseltamivir 2×75 mg 5 hari, simptomatik dan

antibiotik jika ada indikasi.

• Pada kasus probable flu burung diberikan Oseltamivir 2×75 mg selama 5 hari, antibiotic

spectrum luas yang mencakup kuman tipik dan atipikal, dan steroid jika perlu seperti pada

kasus pneumonia berat, ARDS. Respiratory care di ICU sesuai indikasi.

Profilaksis

17

Page 18: Isi (Flu Burung)

Profilaksis 1x75 mg diberikan pada kelompok risiko tinggi terpajan sampai 7-10 hari

dari pajanan terakhir. Penggunaan profilaksis jangka panjang dapat diberikan maksimal

hingga 6-8 minggu sesuai dengan profilaksis pada influenza musiman.

Pengobatan lain

1. Antibiotik spektrum luas yang mencakup kuman dan atipikal (lihat

lampiran 2 petunjuk penggunaan antibiotik).

2. Metilprednisolon 1-2 mg/kgBB IV diberikan pada pneumonia berat,

ARDS atau pada syok sepsis yang tidak respons terhadap obat-obat

vasopresor.

3. Terapi lain seperti terapi simptomatik, vitamin, dan makanan bergizi.

4. Rawat di ICU sesuai indikasi.

Pencegahan Flu Burung

Pencegahan Penyakit Flu Burung dengan cara sebagai berikut:

1. Pada Unggas:

a. Pemusnahan unggas/burung yang terinfeksi flu burung

b. Vaksinasi pada unggas yang sehat

2. Pada Manusia :

a. Kelompok berisiko tinggi (Pekerja pertenakan atau pemprosesan unggas

termasuk dokter hewan dll, Pekerja lab yg memproses sampel pasien/ hewan

terjangkit, Pengunjung peternakan/ pemprosesan unggas dalam 1 minggu

terakhir Kontak dgn penderita flu burung)

b. Mencuci tangan dengan desinfektan alkohol 70% dan mandi sehabis bekerja.

c. Hindari kontak langsung dengan ayam atau unggas yang terinfeksi flu

burung.

d. Petugas yg berhubungan langsung dgn sumber pakai APP ( Masker N95

minimal masker bedah, kaca mata google, gaun pelindung/ apron, sarung

tangan tebal, sepatu bot karet

e. Meninggalkan pakaian kerja ditempat kerja.

f. Membatasi lalu lintas orang yang masuk ke peternakan.

g. Mendisinfeksi orang dan kendaraan yang masuk ke peternakan dan peralatan

peternakan.

h. Mengisolasi kandang dan kotoran dari lokasi peternakan.

18

Page 19: Isi (Flu Burung)

i. Lingkungan peternakan harus bersih

j. Semua orang yang terpapar harus periksa ke fasilitas kesehatan ;

1. Diobati atas rekomendasi dokter antiviral oseltamivir pada kasus suspek

2. Divaksinasi flu manusia bagi yg terpapar agar tidak terjadi 2 infeksi

gabungan virus flu manusia dan virus dapat menyebar dari manusia ke

manusia

3. Pengamatan kesehatan pasif bagi yg berisiko tinggi/ terpapar dan keluarga

jika ada gejala gangguan pernapasan, fludan infeksi mata harus ke fasilitas

kesehatan

4. Golongan rentan ( anak-anak, lanjut usia, penderita jantung, paru kronik )

agar menghindari tempat terjangkit

5. Survelen serologi pada pekerja yang terpapar

6. Pengambilan bahan sampel swab tenggorok, darah, jaringan post mortem

untuk dikirim ke lab

3. Masyarakat umum :

a. Memilih daging yang baik dan segar.

b. Memasak daging ayam minimal 80 ̊C selama 1 menit dan telur minimal 64 ̊ C

selama 5 menit (atau sampai air atau kuahnya mendidih cukup lama).

c. Menjaga kesehatan dan ketahanan umum tubuh dengan makan, olahraga, dan

istirahat yang cukup.

d. Segera ke dokter/puskesmas/rumah sakit bagi masyarakat yang mengalami

gejala-gejala di atas.

e. Menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan bergizi & istirahat

cukup.

f. Mengolah unggas dengan cara yang benar, yaitu :

g. Pilih unggas yang sehat (tidak terdapat gejala-gejala penyakit pada tubuhnya)

h. Memasak daging ayam sampai dengan suhu ± 80 ̊ C selama 1 menit dan

pada telur sampai dengan suhu ±64 ̊ C selama 4,5 menit.

I. Asuhah Keperawatan Pada Klien Dengan Flu Burung

1. Pengkajian

A. Anamnesa

a. Identitas Pasien

19

Page 20: Isi (Flu Burung)

Meliputi nama, umur, alamat, pekerjaan, pendidikan, jenis kelamin

dan penanggung jawab.

b. Riwayat kesehatan sekarang

Data yang mungkin ditemukan demam (suhu> 37oC), sesak napas,

sakit tenggorokan, batuk, pilek, diare

c. Riwayat kesehatan masa lalu

Apakah ada riwayat sakit paru-paru atau tidak.

d. Riwayat kesehatan keluarga

Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.

e. Riwayat perjalanan

Dalam waktu 7 hari sebelumnya apakah melakukan kunjungan ke

daerah atau bertempat tinggal di wilayah yang terjangkit flu burung,

mengkonsumsi unggas sakit, kontak dengan unggas / orang yang positif flu

burung.

f. Kondisi lingkungan rumah

Dekat dengan pemeliharaan unggas dan memelihara unggas.

g. Kebiasaan sehari-hari (aktivitas)

Waktu bekerja, Jenis pekerjaan, Kebersihan diri (kebiasaan mencuci

tangan sebelum dan sesudah melakukan kegiatan)

B. Pemeriksaan Fisik

a. B1 (breathing) :

Inspeksi : Sesak, batuk, nyeri dada, penggunaan otot bantu pernafasaan,

pernafasaan diafragma dan perut meningkat, pernafasan cuping hidung, pola nafas cepat

dan dangkal, retraksi otot bantu pernafasan,RR > 30x/menit. Palpasi : fremitus vokal

menurun. Perkusi : suara perkusi redup sampai pekak. Auskultasi: Ronkhi basah, suara

napas bronkial. sirkulasi O2 < 95%.

b. B2 (Bleeding):

Sianosis, nadi > 100x/menit, CRT > 3 detik, BGA menunujukkan hipoksemia, S1

dan S2 tunggal.

c. B3 (Brain):

20

Page 21: Isi (Flu Burung)

Nyeri kepala, terjadi penurunan kesadaran.

d. B4 (Bladder):

Terkadang produksi urine menurun

e. B5 (Bowel):

Mual, muntah, nafsu makan menurun, bising usus meningkat, diare, karakteristik

feces encer, defekasi > 3x/hari.

f. B6 (Bone):

Nyeri otot, kelemahan pada otot.

C. Pemeriksaan Penunjang

a. Kultur virus

b. PCR

c. Uji serologi: ELISA

d. Hematologi: leukopenia, limfositopenia, limfositosis relatif, trombositopenia.

e. Kimia darah: BGA dapat normal atau abnormal, peningkatan SGOT/SGPT,

penurunan albumin, peningkatan ureum dan kreatinin.

f. Pemeriksaan Radiologi: infiltrasi di paru.

g. Pemeriksaan CT scan toraks

h. Pemeriksaan Post Mortem

2. Diagnosa

3. Evaluasi

Adapun ukuran pencapaian tujuan pada tahap evaluasi meliputi:

a. Masalah teratasi; Jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan tujuan

dan kriteriahasil yang telah ditetapkan.

21

Page 22: Isi (Flu Burung)

b. Masalah sebagian teratasi; Jika klien menunjukkan perubahan sebahagian

dari kriteria hasil yang telah ditetapkan.

c. Masalah tidak teratasi; Jika klien tidak menunjukkan perubahan dan

kemajuan sama sekali yang sesuai dengan tujuan dan kriteriahasil yang

telah ditetapkan atau bahkan timbul masalah/ diagnosa keperawatan baru.

22

Page 23: Isi (Flu Burung)

BABB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah

suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan

oleh unggas.

Virus influenza terdiri dari beberapa tipe antara lain tipe A, B dan C.

Influenza tipe A terdiri dari beberapa strain antara lain H1N1, H3N2, H5N1 dan

lain-lain. Salah satu tipe yan diwaspadai adalah yang disebabkan oleh influenza

dengan kode genetik H5N1 ( H: Haemagglutinin, N: Neuramidase ).

Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A. Virus influenza

termasuk famili Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A dapat berubah-ubah

bentuk (Drift, Shift), dan dapat menyebabkan epidemi dan pandemi

Flu burung bisa menular ke manusia bila terjadi kontak langsung dengan

ayam atau unggas yang terinfeksi flu burung.Virus flu burung hidup di saluran

pencernaan unggas.Unggas yang terinfeksi dapat pula mengeluarkan virus ini

melalui tinja, yang kemudian mengering dan hancur menjadi semacam

bubuk.Bubuk inilah yang dihirup oleh manusia atau binatang lainnya.

Gejala flu burung pada dasarnya adalah sama dengan flu biasa lainnya,

hanya cenderung lebih sering dan cepat menjadi parah. Masa inkubasi antara mulai

tertular dan timbul gejala adalah sekitar 3 hari sementara itu masa infeksius pada

manusia adalah 1 hari sebelum, sampai 3-5 hari sesudah gejala timbul pada anak

dapat sampai 21 hari.

Prinsip penatalaksanaan avian influenza adalah istirahat, peningkataan daya

tahan tubuh, pengobatan antiviral, pengobatan antibiotic, perawatan respirasi, anti

inflamasi, imunomodulators.

B. SaranDengan dibuatnya makalah tentang Asuhan Keperawatan Pada Klien

dengan Flu Burung dapat menambah wawasan kita mengenai bagiman cara

melakuakan perawatan pada klien dengan masalah kesehatan tersebut dengan benar

dan professional.

23