Top Banner
DAFTAR ISI DAFTAR ISI TENTATIVE AGENDA AKREDITASI LABORATORIUM PENGUJI KIMIA-MINERAL DAN BATUBARA PUSAT SUMBERDAYA GEOLOGI WEBSITE PMG LAN PMG DATABASE ASEAN RENCANA STRATEGIS PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINAL DI DAERAH LONG DALIQ, KABUPATEN KUTAI BARAT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PENGEMBANGAN DATABASE BATUBARA GAMBUT INVENTARISASI BATUBARA DI DAERAH KABUPATEN JAYAPURA PROVINSI PAPUA INVENTARISASI BATUBARA DI DAERAH KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU PEMBORAN DALAM DAN PENGUKURAN PACKER TEST BATUBARA DAERAH LOA LEPU DAN SEKITARNYA, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR INVENTARISASI BATUBARA BERSISTEM DI DAERAH MEKARBARU DAN SEKITARNYA KEC. MUARA ANCALONG DAN KEC. BUSANG KAB.KUTAI KARTANEGARA DAN KAB. KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR i
121

INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

Mar 03, 2019

Download

Documents

nguyencong
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

DAFTAR ISI DAFTAR ISI

TENTATIVE AGENDA

AKREDITASI LABORATORIUM PENGUJI

KIMIA-MINERAL DAN BATUBARA PUSAT

SUMBERDAYA GEOLOGI

WEBSITE PMG

LAN PMG

DATABASE ASEAN

RENCANA STRATEGIS PUSAT SUMBER DAYA

GEOLOGI

INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA

MARGINAL DI DAERAH LONG DALIQ,

KABUPATEN KUTAI BARAT PROVINSI

KALIMANTAN TIMUR

PENGEMBANGAN DATABASE BATUBARA

GAMBUT

INVENTARISASI BATUBARA DI DAERAH

KABUPATEN JAYAPURA PROVINSI PAPUA

INVENTARISASI BATUBARA DI DAERAH

KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU

PEMBORAN DALAM DAN PENGUKURAN

PACKER TEST BATUBARA DAERAH LOA LEPU

DAN SEKITARNYA, KABUPATEN KUTAI

KARTANEGARA, PROVINSI KALIMANTAN

TIMUR

INVENTARISASI BATUBARA BERSISTEM DI

DAERAH MEKARBARU DAN SEKITARNYA

KEC. MUARA ANCALONG DAN KEC. BUSANG

KAB.KUTAI KARTANEGARA DAN KAB. KUTAI

TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

i

Page 2: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA DI

KABUPATEN NABIRE, PROVINSI PAPUA

PENYUSUNAN NERACA BATUBARA DAN

GAMBUT

INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA DI

DAERAH MARGINAL KABUPATEN NIAS,

PROVINSI SUMATERA UTARA

PENGUKURAN KANDUNGAN GAS DALAM

LAPISAN BATUBARA DI WILAYAH

EKSPLORASI PKP2B DI PROVINSI

KALIMANTAN TIMUR

INVENTARISASI BATUBARA BERSISTEM

DAERAH UMAQDIAN DAN SEKITARNYA

KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

KALIMANTAN TIMUR

KAJIAN ZONASI DAERAH POTENSI

BATUBARA UNTUK TAMBANG DALAM

CEKUNGAN TARAKAN, PROVINSI

KALIMANTAN TIMUR

INVENTARISASI KANDUNGAN MINYAK

DALAM BITUMEN PADAT DAERAH

PADANGLAWAS, KABUPATEN

DHARMASRAYA, PROVINSI SUMATRA BARAT

SURVEY PENDAHULUAN BITUMEN PADAT

DAERAH TABA PENANJUNG KABUPATEN

BENGKULU UTARA, PROVINSI BENGKULU

INVENTARISASI BITUMEN PADAT DENGAN '

OUTCROP DRILLING ' DAERAH MUARA

SELAYA, PROVINSI RIAU

INVENTARISASI ENDAPAN BITUMEN PADAT

DENGAN OUTCROP DRILLING DI DAERAH

SUNGAI RUMBIA DAN SEKITARNYA

KABUPATEN BUNGO, PROVINSI JAMBI

ii

Page 3: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

( LEMBAR PETA : 0814-61)

KAJIAN POTENSI ENDAPAN GAMBUT

INDONESIA BERDASARKAN ASPEK

LINGKUNGAN

INVENTARISASI ENDAPAN GAMBUT DAN

PENGUKURAN WATERPAS DAERAH S.

KAMPAR UTARA, KABUPATEN PELALAWAN

PROVINSI RIAU

INVENTARISASI GAMBUT DAN WATERPASS

DAERAH PADANG TIKAR DAN SEKITARNYA

KABUPATEN PONTIANAK, PROVINSI

KALIMANTAN BARAT

INVENTARISASI GAMBUT DAERAH SUNGAI

BILAH, KABUPATEN LABUHAN BATU

PROPINSI SUMATERA UTARA

KAJIAN POTENSI TAMBANG DALAM PADA

KAWASAN HUTAN LINDUNG DI TAPADAA,

KABUPATEN BONE BOLANGO, PROVINSI

GORONTALO

PENDATAAN PENYEBARAN MERKURI PADA

WILAYAH PERTAMBANGAN DI DAERAH

PONGKOR, KABUPATEN BOGOR, PROVINSI

JAWA BARAT

EVALUASI POTENSI BAHAN GALIAN PADA

BEKAS TAMBANG DAN WILAYAH PETI

DAERAH BALAI KARANGAN, SANGGAU,

KALIMANTAN BARAT

EVALUASI SUMBER DAYA DAN CADANGAN

BAHAN GALIAN UNTUK PERTAMBANGAN

SEKALA KECIL DI KABUPATEN BIMA,

PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

EVALUASI SUMBER DAYA - CADANGAN

BAHAN GALIAN UNTUK PERTAMBANGAN

iii

Page 4: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

SEKALA KECIL DI KAPUAS HULU,

KALIMANTAN BARAT

KAJIAN POTENSI TAMBANG DALAM PADA

KAWASAN HUTAN LINDUNG DI DAERAH

LUMAJANG, JAWA TIMUR

PENDATAAN PENYEBARAN UNSUR MERKURI

PADA WILAYAH PERTAMBANGAN EMAS

DAERAH GUNUNG GEDE, KABUPATEN

BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN POTENSI TAMBANG PADA KAWASAN

HUTAN LINDUNG DI DAERAH BUOL PROVINSI

SULAWESI TENGAH

EVALUASI SUMBER DAYA DAN CADANGAN

BAHAN GALIAN UNTUK PERTAMBANGAN

SEKALA KECIL DI PULAU LEMBATA,

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

EVALUASI POTENSI BAHAN GALIAN PADA

BEKAS TAMBANG DAN WILAYAH PETI DI

DAERAH MONTERADO, KABUPATEN

BENGKAYANG, PROVINSI KALIMANTAN

BARAT

INVENTARISASI POTENSI BAHAN GALIAN

PADA WILAYAH PETI, DAERAH NABIRE,

PROVINSI PAPUA

EVALUASI SUMBER DAYA DAN CADANGAN

BAHAN GALIAN UNTUK PERTAMBANGAN

SEKALA KECIL , DAERAH KABUPATEN

BANYUMAS PROVINSI JAWA TENGAH

INVENTARISASI POTENSI BAHAN GALIAN

PADA WILAYAH PETI DAERAH BELITUNG,

PROVINSI BANGKA BELITUNG

INVENTARISASI POTENSI BAHAN GALIAN

PADA WILAYAH PETI DAERAH HALMAHRA

iv

Page 5: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

UTARA, PROVINSI MALUKU UTARA

PENDATAAN PENYEBARAN MERKURI PADA

WILAYAH PERTAMBANGAN DI DAERAH

SELOGIR, KAB.WONOGIRI, PROVINSI JAWA

TENGAH

INVENTARISASI BAHAN GALIAN PADA

WILAYAH PETI DAERAH KABUPATEN

KAMPAR, PROVINSI RIAU

INVENTARISASI BAHAN GALIAN PADA

WILAYAH PETI DI DAERAH KAMIPANG,

KABUPATEN KATINGAN, PROVINSI

KALIMANTAN TENGAH

INVENTARISASI BAHAN GALIAN PADA BEKAS

TAMBANG DI DAERAH KABUPATEN

SAROLANGUN, PROVINSI JAMBI

PENYUSUNAN ENSIKLOPEDI BAHAN GALIAN

INDONESIA SERI BATUGAMPING

EKSPLORASI PASIR BESI DI DAERAH

KECAMATAN GALELA UTARA, KABUPATEN

HALMAHERA UTARA, PROVINSI MALUKU

UTARA

PEDOMAN TEKNIS EKSPLORASI BIJIH BESI

PRIMER

INVENTARISASI MANGAN DI KABUPATEN

MANGGARAI DAN KABUPATEN MANGGARAI

BARAT, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

EKSPLORASI PASIR BESI DI KABUPATEN

MANGGARAI PROVINSI NUSA TENGGARA

TIMUR

EKSPLORASI EMAS DI KABUPATEN KERINCI

PROVINSI JAMBI

EKSPLORASI MINERAL LOGAM TIPE SEDEX

DI DAERAH RANTAUPANDAN DAN

v

Page 6: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

SEKITARNYA KABUPATEN MUARA BUNGO

PROVINSI JAMBI

INVENTARISASI CEBAKAN BIJIH BESI

PRIMER DI KABUPATEN LAMANDAU DAN

KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT,

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

INVENTARISASI BIJIH BESI PRIMER DI

KABUPATEN TANAH LAUT DAN KABUPATEN

TANAH BUMBU, PROVINSI KALIMANTAN

SELATAN

EKSPLORASI CEBAKAN MANGAN DI

KABUPATEN SUMBAWA, PROVINSI NUSA

TENGGARA BARAT

INVENTARISASI ENDAPAN PASIR BESI DI

SULAWESI UTARA

INVENTARISASI DAN PENYELIDIKAN

MINERAL NON LOGAM KABUPATEN ACEH

SELATAN, PROVINSI NANGGROE ACEH

DARUSSALAM

INVENTARISASI DAN EVALUASI MINERAL

NON LOGAM DI DAERAH KABUPATEN

BURU DAN KABUPATEN SERAM BAGIAN

BARAT PROVINSI MALUKU UTARA

INVENTARISASI DAN PENYELIDIKAN BAHAN

GALIAN NON LOGAM KABUPATEN

KATINGAN, PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

INVENTARISASI DAN EVALUASI BAHAN

GALIAN NON LOGAM DI KABUPATEN

LAMPUNG TENGAH DAN LAMPUNG TIMUR,

PROVINSI LAMPUNG

INVENTARISASI DAN EVALUASI MINERAL

NON LOGAM DI DAERAH KABUPATEN

LANDAK DAN KABUPATEN SANGGAU

vi

Page 7: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

PROVINSI KALIMANTAN BARAT

INVENTARISASI DAN EVALUASI BAHAN

GALIAN NON LOGAM DI KABUPATEN MUSI

RAWAS DAN MUSI BANYUASIN, PROVINSI

SUMATERA SELATAN

INVENTARISASI DAN PENYELIDIKAN

MINERAL NON LOGAM KABUPATEN

MELAWI, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

INVENTARISASI DAN EVALUASI MINERAL

NON LOGAM DI KABUPATEN OGAN

KOMERING ILIR, PROVINSI SUMATERA

SELATAN DAN KABUPATEN TULANG

BAWANG, PROVINSI LAMPUNG

INVENTARISASI DAN PENYELIDIKAN

MINERAL NON LOGAM KABUPATEN SARMI,

PROVINSI PAPUA

INVENTARISASI DAN EVALUASI BAHAN

GALIAN NON LOGAM DAERAH KABUPATEN

NIAS DAN NIAS SELATAN

INVENTARISASI DAN PENYELIDIKAN BAHAN

GALIAN NON LOGAM DI KABUPATEN RAJA

AMPAT, PROVINSI IRIAN JAYA BARAT

INVENTARISASI DAN EVALUASI MINERAL

NON LOGAM KABUPATEN ACEH SINGKIL

DAN SIMELUE PROVINSI NANGGROE ACEH

DARUSSALAM

INVENTARISASI DAN EVALUASI MINERAL

NON LOGAM DI KABUPATEN SERUYAN DAN

KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN

TENGAH

INVENTARISASI DAN EVALUASI MINERAL

NON LOGAM DI KABUPATEN TELUK

WONDAMA DAN TELUK BINTUNI, PROVINSI

vii

Page 8: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

IRIAN JAYA BARAT

ANOMALI MAGNET DAN GAYABERAT PADA

DAERAH PANAS BUMI G.ENDUT, KABUPATEN

LEBAK, PROPINSI BANTEN

GEOLOGI DAN GEOKIMIA PANAS BUMI

DAERAH SONGA - WAYAUA, HALMAHERA

SELATAN, PROVINSI MALUKU UTARA

PEMBORAN LANDAIAN SUHU SUMUR JBO-1

DAN JBO-2 DAERAH PANAS BUMI JABOI, P.

WEH, KOTA SABANG – NAD

PENYELIDIKAN GAYA BERAT DAN

GEOMAGNET DAERAH PANAS BUMI DOLOK

MARAWA, KABUPATEN SIMALUNGUN,

PROPINSI SUMATRA UTARA

PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DAERAH PANAS

BUMI DOLOK MARAWA, KABUPATEN

SIMALUNGUN, PROPINSI SUMATERA UTARA

PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DI DAERAH

PANAS BUMI SONGA – WAYAUA, KABUPATEN

HALMAHERA SELATAN, PROVINSI MALUKU

UTARA

PENYELIDIKAN GEOLOGI DAN GEOKIMIA

DAERAH PANAS BUMI SANGALA-MAKALE

KABUPATEN TANATORAJA – SULAWESI

SELATAN

PENYELIDIKAN PANAS BUMI PENDAHULUAN

WILAYAH KABUPATEN BURU – MALUKU

PEMBORAN SUMUR LANDAIAN SUHU SWW-1

LAPANGAN PANAS BUMI SUWAWA

KABUPATEN BONEBOLANGO - GORONTALO

PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DAN HEAD-ON

DI DAERAH PANAS BUMI MAKALE-SANGALA

KABUPATEN TANA TORAJA, PROPINSI

viii

Page 9: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

SULAWESI SELATAN

PENYELIDIKAN TERPADU DAERAH PANAS

BUMI SONGA-WAYAUA, KABUPATEN

HALMAHERA SELATAN, MALUKU UTARA

PENYELIDIKAN TERPADU PANAS BUMI

DAERAH GUNUNG ENDUT KABUPATEN

LEBAK, BANTEN

PENYELIDIKAN GEOLOGI DAN GEOKIMIA

PANAS BUMI DAERAH GUNUNG ENDUT

KABUPATEN LEBAK, BANTEN

EVALUASI PROSPEK LAPANGAN MATALOKO

DENGAN SURVEI MISE-A-LA-MASSE DAN

PENGUJIAN SUMUR MT-5

PENYELIDIKAN TERPADU DAERAH PANAS

BUMI OMA- HARUKU, MALUKU

SURVEI TAHANAN JENIS DC DI DAERAH

PANAS BUMI GUNUNG ENDUT KABUPATEN

LEBAK – BANTEN

SURVEY GEOMAGNET DI DAERAH PANAS

BUMI SONGA-WAYAUA, KABUPATEN

HALMAHERA SELATAN, MALUKU UTARA

SURVEI PANAS BUMI TERPADU (GEOLOGI,

GEOKIMIA DAN GEOFISIKA) DAERAH

DOLOK MARAWA, KABUPATEN

SIMALUNGUN - SUMATERA UTARA

PENGUJIAN UAP/MONITORING SUMUR PANAS

BUMI MATALOKO, NUSA TENGGARA TIMUR

TAHUN 2006

PENYELIDIKAN GAYA BERAT DAN

GEOMAGNET DAERAH PANAS BUMI MAKULA

KABUPATEN TANA TORAJA, PROPINSI

SULAWESI SELATAN

ix

Page 10: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

PENYELIDIKAN GEOLOGI DAN GEOKIMIA DI

DAERAH PANAS BUMI DOLOK MARAWA,

KABUPATEN SIMALUNGUN - SUMUT

x

Page 11: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

x

TENTATIVE AGENDA Pemaparan Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

19 Desember 2006 07.30 – 08.30 : Registrasi

08.30 – 08.40 : Laporan Ketua Panitia 08.40 – 08.50 : Sambutan Kepala Pusat Sumber Daya Geologi 08.50 – 09.00 : Sambutan Kepala Badan Geologi (Membuka

secara resmi)

GEDUNG LOGAM LANTAI 4 ( MODERATOR : Ka. BID INFORMASI )

Waktu Materi Penyaji

09.00 - 09.20 Akreditasi Lab Kimia - Fisika Mineral PMG Penyerahan Sertifikat Akreditasi Lab Kimia Batubara

Drs. Mulyana Sukandar, DESS

09.20 - 09.35 Renstra PMG 2006 - 2009 Dr. Bambang Tjahyono 09.35 - 09.50 Website PMG Dr. Agus Pudjobroto, M.Sc 09.50 - 10.00 Tanya Jawab 10.00 - 10.30 REHAT KOPI

Page 12: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

GEDUNG UTAMA LANTAI 1 GEDUNG UTAMA LANTAI 2 KELOMPOK MINERAL KELOMPOK ENERGI

Waktu Materi Penyaji Notulen Moderator Materi Penyaji Notulen Moderator10.30 - 10.45 Eksplorasi

Cebakan Mangan di Kabupaten Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat

Moetamar, ST Muhamad Daroji, ST

Ir. Dwi Nugroho Sunuhadi

Batubara Bersistem dan Marginal Daerah Mekarbaru, Umagdian, Long Daliq, Pulau Nias dan Jayapura

Ir. Tarsis Ari Dinarna

Rahmat Hidayat, ST

Ir. Sukardjo, M.Sc

10.45 - 11.00 Inventarisasi Endapan Pasir Besi di Provinsi Sulawesi Utara

Hotma Simangunsong, Dipl. ME

Muhamad Daroji, ST

Ir. Dwi Nugroho Sunuhadi

Inventarisasi Gambut Daerah S. Kampar Utara Provinsi Riau dan Daerah Padang Tikar, Provinsi Kalimantan Barat serta Kajian Potensi Endapan Gambut Indonesia

Ir. JAE Tjahjono, DESS

Rahmat Hidayat, ST

Ir. Sukardjo, M.Sc

11.00 - 11.15 Inventarisasi Cebakan Bijih Besi di Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan

Asep Sofyan, ST

Muhamad Daroji, ST

Ir. Dwi Nugroho Sunuhadi

Evaluasi Prospek Mataloko dengan Metode Mise A-la-mase dan pengujian Sumur MT-5

Edi Suhanto Dahlan, ST Ir. Kasbani, M.Sc

11.15 - 11.30 Pedoman Teknis Eksplorasi Bijih Besi Primer

Deddy T.Sutisna, MSc, Ir Bambang Nugroho Widi, MSc

Muhamad Daroji, ST

Ir. Dwi Nugroho Sunuhadi

Penyelidikan Terpadu Daerah Panas Bumi Songa-wayauwa, Halmahera Selatan

Timor Sitomorang, Dipl.Gr

Dahlan, ST Ir. Kasbani, M.Sc

11.30 - 12.00 Diskusi Diskusi

12.00 - 13.30 LUNCH/PAMERAN ( Gedung Utama Lantai 1/ Halaman Parkir )

xi

Page 13: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

GEDUNG UTAMA LANTAI 1 GEDUNG UTAMA LANTAI 2 KELOMPOK MINERAL KELOMPOK ENERGI

Waktu Materi Penyaji Notulen Moderator Materi Penyaji Notulen Moderator13.30 - 13.45 Inventarisasi dan

Evaluasi Mineral Non Logam Kabupaten Kotawaringin Timur dan Kabupaten Seruyan, Provinsi Kalimantan Tengah

Tisna Sutisna, BE

Bayu Sayekti, ST

Ir. Herry Rodiana Eddy

Penyelidikan Terpadu Daerah Panas Bumi Dolok Marawa, Sumatera Utara

Herry Sundoro, MSC

Dahlan, ST Ir. Sri Widodo

13.45 - 14.00 Inventarisasi dan Evaluasi Mineral Non Logam Kabupaten Aceh Singkil, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

Ir. Zulfikar, SP1

Bayu Sayekti, ST

Ir. Herry Rodiana Eddy

Penyelidikan Terpadu Daerah Panas Bumi Gunung Endut, Jawa Barat

Alanda Idral Asep Sugianto, ST

Ir. Sri Widodo

14.00 - 14.15 Penyelidikan dan Inventarisasi Mineral Non Logam, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Irian Jaya Barat

Ir. Martua Radja P

Bayu Sayekti, ST

Ir. Herry Rodiana Eddy

Inventarisasi Bitumen Padat dengan Outcrop Drilling Daerah Sungai Rumbia, Jambi dan Daerah Muara Silaya Riau serta Inventarisasi Kandungan Minyak dalam Bitumen Padat Daerah Padang Lawas, Sumatera Barat

S. M Tobing, MSc

Ageung Hatma Mahardika, ST

Ir. Deddy Amarullah

14.15 - 14.30 Potensi Batuan Ultrabasa di daerah Provinsi Sulawesi Selatan

Ir. Abdul Fatah Yusuf

Bayu Sayekti, ST

Ir. Herry Rodiana Eddy

Kajian Potensi Gas Methan Dalam Batubara di Cekungan Kutai dan Cekungan Barito serta

Eko Budi Cahyono, ST

Ageung Hatma Mahardika, ST

Ir. Deddy Amarullah

xii

Page 14: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

untuk menanggulangi emisi karbon dioksida

Pengukuran Gas Methan Dalam Batubara Daerah Kalimantan

14.30 - 15.00 Diskusi Diskusi

REHAT KOPI 15.00 - 15.30

15.30 - 15.45 Evaluasi Potensi Bahan Galian pada Bekas Tambang dan Wilayah PETI di daerah Monterado, Kabupaten Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat

Ir. Rudy Gunradi

Nixon Juliawan, ST

Ir. Rahardjo Hutamadi

Database dan Neraca Batubara Indonesia

Ir. Eddy R. Sumaatmadja

Ageung Hatma Mahardika, ST

Ir. Deddy Amarullah

15.45 - 16.00 Pendataan Penyebaran Unsur Merkuri Pada Wilayah Pertambangan Selogiri, kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah

Ir. Denni Widhiyatna

Nixon Juliawan, ST

Ir. Rahardjo Hutamadi

Pemboran Dalam Batubara Daerah Loa Lepu, Kalimantan Timur serta Kajian Zonasi Potensi Batubara untuk Tambang Dalam Cekungan Tarakan

Fatimah, ST Ageung Hatma Mahardika, ST

Ir. Deddy Amarullah

16.00 - 16.15 Evaluasi Sumber Daya Cadangan Bahan Galian untuk Pertambangan

Mangara P. Pohan, DESS

Nixon Juliawan, ST

Ir. Rahardjo Hutamadi

Penyelidikan Panas Bumi Pendahuluan wilayah Kabupaten Buru, Maluku

Bambang. S, ST

Asep Sugianto, ST

Ir. Harahap M. M.Sc

xiii

Page 15: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

xiv

Skala Kecil di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat.

16.15 - 16.30 Kajian Potensi Tambang Dalam pada Kawasan Hutan Lindung di Daerah Nokan, Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu

Ir. Ridwan Arief

Nixon Juliawan

Ir. Rahardjo Hutamadi

Penyelidikan Landaian Suhu Daerah Panas Bumi Jaboi, Sabang, NAD

Ir. Arif Munandar.

Asep Sugianto, ST

Ir. Harahap M. M.Sc

16.30 - 17.00 Diskusi Diskusi 17.00 - 17.15 PENUTUPAN PENUTUPAN

Page 16: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

AKREDITASI LABORATORIUM PENGUJI KIMIA-MINERAL DAN BATUBARA PUSAT

SUMBERDAYA GEOLOGI

Oleh : Nuryasin Ardiwinata

Sub Bidang Laboratorium, Bidang Sarana Tehnik

S A R I

Dalam rangka menghadapi era globalisasi, pengawasan mutu suatu produk termasuk diantaranya produk jasa laboratorium merupakan hal yang sangat penting agar dapat bersaing dengan negara-negara lain. Laboratorium perlu diakreditasi, untuk memberikan keyakinan kepada pelanggan bahwa mutu hasil pengujian laboratorium tersebut menerapkan sistim manajemen mutu dan jaminan mutu yang pengelolaannya sesuai dengan ISO/IEC 17025:2005. Dengan diberlakukannya ISO-9000, maka peran laboratorium penguji akan semakin penting sebagai sarana pendukung perdagangan bebas. Laboratorium Penguji Kimia-Mineral dan Batubara (LPKMB) telah meraih Akreditasi ISO/IEC 17025:2005 dari Komite Akreditasi Nasional. melalui surat Keputusan Komite Akreditasi Nasional tertanggal 15-Agustus 2006, dengan Nomor Sertifikat Akreditasi : LP-326-IDN.

Dengan terakreditasinya Laboratorium Penguji Kimia-Mineral dan Batubara Pusat Sumber Daya Geologi, diharapkan laboratorium ini mampu meningkatkan kepercayaan pelanggan baik di lingkungan internal Pusat Sumberdaya Geologi maupun pelanggan eksternal pengguna jasa LPKMB.

1

Page 17: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

WEBSITE PMG

S A R I

Pengembangan dan updating website Pusat Sumber Daya Geologi (PMG) dimaksudkan untuk mempublikasikan hasil-hasil kegiatan yang dilakukan PMG agar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas serta mensosialisasikan reorganisasi DESDM yang sebelumnya bernama DIM (Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral) berubah menjadi PMG (Pusat Sumber Daya Geologi).

Pengembangan website PMG sebagian besar menggunakan aplikasi

software open source yang didownload dari internet sehingga dapat meringankan biaya pengeluaran software lisensi, seperti CMS (Content Management System) dan Map Server untuk aplikasi webmap. Pengembangan dan updating website dapat dilakukan secara manual maupun online. Dengan penggunaan software CMS (Content Management System), pengeditan isi website PMG dapat dilakukan secara online.

Pada website PMG ditambahkan beberapa fitur yang sebelumnya tidak ada

pada website DIM, antara lain berita PMG, publikasi, buletin, metadata, download makalah seminar dan buku tamu. Aplikasi yang berbasis GIS (Geographic Information System) seperti potensi wilayah, webmap, dan metadata digunakan untuk bahan informasi dalam pengambilan keputusan bagi pimpinan di lingkungan DESDM serta mempromosikan sumber daya mineral logam, non logam, batubara dan panas bumi yang ada di Indonesia agar dapat meningkatkan investasi di bidang pertambangan untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia.

2

Page 18: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

LAN PMG

S A R I Pengembangan LAN (Local Area Network) Pusat Sumber Daya Geologi

(PMG) dimaksudkan untuk menunjang tugas dan fungsi Pusat Sumber Daya Geologi dalam pengelolaan data dan informasi sumber daya geologi dalam suatu sistem informasi yang tertata dengan baik (mudah diakses, efisien, cepat dan akurat).

Seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan meningkatnya kebutuhan perangkat pengelolaan data dan informasi, dibutuhkan sarana hardware, software dan brainware yang memadai. Sehubungan dengan hal ini diperlukan LAN sebagai sarana untuk menggunakan perangkat komunikasi yang ada dan dapat digunakan secara bersamaan dan simultan sehingga dapat meningkatkan efisiensi waktu, tenaga dan biaya.

Dalam pengelolaan LAN PMG sebelumnya digunakan pembagian kelas IP (Internet protocol) yang dapat menampung jumlah maksimal komputer sebanyak 256 buah (kelas C). Seiring dengan bertambahnya jumlah komputer dan mengantisipasi pertambahan perangkat pengolahan data dan informasi setiap tahunnya yang membutuhkan akses jaringan komputer/LAN, maka dibuatlah kesepakatan bersama untuk memperbanyak alamat IP sehingga naik ke kelas B (terbatas) dengan mengubah subnet mask kelas B, yang dapat menampung jumlah maksimal komputer sebanyak 1024 buah. Disamping penambahan dan atau perubahan IP juga pemeliharaan (di dalamnya termasuk sebagian instalasi ulang) jaringan yang meliputi Router, Proxy Server, DNS Server, Mail Server dan Web Server. LAN juga dipakai agar semua komputer yang ada di PMG dapat memanfaatkan akses internet dengan menggunakan transmisi teknologi wireless LAN ke Internet Service Provider (ISP) dengan bandwith sebesar 256 Kbps.

3

Page 19: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

DATABASE ASEAN

S A R I

Pengembangan Database Energi Fosil dan Mineral ASEAN dimaksudkan untuk untuk dapat menampung data potensi energi fosil dan mineral di negara anggota ASEAN. Aplikasi database ini dibuat sehubungan ditunjuknya negara Indonesia sebagai koordinator dan penanggung jawab Working Group on Mineral Information and Database (WGMID) ASEAN dan telah disepakatinya formulir input database energi fosil dan mineral ASEAN.

Pengembangan aplikasi database energi dan mineral ASEAN berbasis web yang menggunakan aplikasi software open source yang didownload dari internet sehingga dapat meringankan biaya pengeluaran software lisensi, seperti database Postgre SQL, sistem operasi Linux, Apache web server, Pemrograman PHP dan Map Server untuk menampilkan informasi data spasialnya. Aplikasi ini merupakan aplikasi yang terintegrasi antara data tekstual dan spatial sehingga memudahkan pengguna dalam mengelola data dan informasi potensi energi fosil dan mineral ASEAN.

Aplikasi database ini juga dilengkapi dengan sistem pengamanan dalam menginput data ke dalam formulir yang telah disepakati, yaitu berupa pemberian username dan password serta negara penginput data. Dengan terbentuknya sistem informasi energi dan mineral ASEAN diharapkan dapat dijadikan sebagai sarana publikasi dan promosi pertambangan dan energi negara-negara anggota ASEAN yang disajikan dalam bentuk informasi berupa data tekstual dan spasial yang dinamis serta dapat meningkatkan devisa negara yang bersangkutan khususnya dalam bidang energi dan sumber daya mineral.

4

Page 20: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

RENCANA STRATEGIS PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

Tim Renstra

Pusat Sumber Daya Geologi

S A R I Dalam sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, Perencanaan Strategis merupakan langkah awal yang harus dilakukan oleh instansi pemerintah agar mampu menjawab tuntutan lingkungan strategi lokal, nasional maupun global dan tetap berada dalam tatanan Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan pendekatan dan pemahaman perencanaan strategi yang jelas dan sinergis, instansi pemerintah lebih dapat menyelaraskan visi dalam upaya peningkatan akuntabilitas kinerjanya. Rencana Strategis (Renstra) Pusat Sumber Daya Geologi disusun sebagai dokumen pedoman dalam penyusunan rencana kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi tahun 2006 – 2009, dan sebagai dasar dalam penilaian kinerja Pusat Sumber Daya Geologi yang mencerminkan pemerintah yang baik, bersih, transparan dan akuntabel. Dalam perencanaan strategis, Pusat Sumber Daya Geologi telah merumuskan visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan dan program kegiatan jangka menengah. Visi dan misi merupakan pandangan kedepan dan diarahkan agar pegawai dapat berkarya secara produktif, inovatif dan konsisten, sehingga citra dan cita-cita instansi ini dapat diwujudkan. Selain itu visi dan misi Pusat juga diselaraskan dengan tugas dan fungsi organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Berdasarkan visi dan misi Pusat, dirumuskan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu 1 - 5 tahun kedepan. Selanjutnya tujuan yang telah ditetapkan dapat dipakai untuk mengarahkan perumusan sasaran dan strategi yang dijabarkan kedalam kebijakan dan program serta kegiatan jangka menengah dalam rangka merealisasikan misi Pusat Sumber Daya Geologi.

5

Page 21: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

IINVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MMARGINAL DI DAERAH LONG DALIQ, KABUPATEN KUTAI BARAT

PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Oleh : Eddy R. Sumaatmadja dan David P. Simatupang

Kelompok Kerja Energi Fosil

S A R I

Daerah penyelidikan secara administratif termasuk Daerah Long Daliq, Kecamatan Long Iram dan Barong Tongkok, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur, yang secara geografis terletak antara koordinat 00o00’00’’–00o15’00’’ LS dan 115o30’00’’–116o45’00’’ BT.

Litologi enyusun daerah Long Daliq terdiri dari batuan sedimentasi sejak Eosen hingga Plio Plistosen yang menghasilkan Formasi Tuyu, Tanjung, Haloq, Ujoh Bilang, Berai, Pamaluan Pulubalang, Balikpapan dan Kampungbaru; Formasi pembawa batubara di daerah penyelidikan adalah Formasi Haloq dan Balikpapan. Ditemukan 4 lokasi dengan ketebalannya berkisar dari beberapa cm sampai dengan > 4,75 meter; kemiringan berkisar 14o – 37o dengan arah hampir baralaut-timurlaut.

Hasil korelasi antara singkapan batubara, terdapat 2 (dua) Lapisan Haloq

(Formasi Haloq) dan Lapisan Balikpapan. Lapisan Haloq tebal sekitar >2,00m dan Lapisan Balikpapan terdiri dari 5 lapisan tebal 0,75 – >4,75m dan kemiringan 14o – 37o, yaitu : Lapisan 1, tebal >0,75->4,75m; Lapisan 2, tebal >1,10->1,50m; Lapisan 3, tebal >2,00m; Lapisan 4, tebal >1,00–2,15mr dan Lapisan 5, tebal >1,20m.

Hasil analisa kimia batubara, Lapisan Haloq, dicirikan oleh M (Moisture)

1,05 – 2,76%, abu (Ash) 53,52 – 74,44 %, sulphur 1,15 – 4,154%, nilai kalori 1.829 – 3.426 kal/gr padalokasi Ld- 04 dan Ld-05, sedangkan Ld-03 sekitar 6.403 kal/gram dan nilai kekerasan (HGI) 54 – 72. Sedangkan Lapisan Balikpapan 1 – 5, dicirikan oleh M (Moisture) 8,41 – 11,02%, abu (Ash) 2,17 – 27,97%, sulphur 0,23 – 0,45%, nilai kalori 3.925 – 3.965 kal/g pada lokasi Ld- 02 dan Ld-17, sedangkan Ld-08A, Ld-24, Ld-22, Ld-09 dan Ld-18 berkisar 5.091 – 5.890 kal/gram; nilai Kekerasan (HGI) 62 – 98.

Hasil perhitungan sumberdaya batubara tereka Lapisan Haloq sebesar

1.108.771 ton dan Lapisan Balikpapan 1 – 5 sebesar 16.628.256 ton; total sumberdaya tereka daerah Long Daliq sebesar 17.737.647 ton.

6

Page 22: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

PENGEMBANGAN DATABASE BATUBARA GAMBUT

Oleh : Eko Budi Cahyono1

1Kelompok Keja Energi Fosil

S A R I

Pengembangan database batubara gambut yang dilakukan saat ini merupakan pekerjaaan rutinitas yang dilakukan kelompok kerja energi fosil tiap tahun untuk menginventarisasi data laporan yang selanjutnya di entry-kan ke dalam program Sistim Informasi Geografis (SIG). Dari SIG ini data laporan yang berupa hardcopy bisa terinventarisis dengan baik, sehingga mudah dan dapat diakses oleh berbagai pihak berdasarkan keperluan menurut tingkatan data.

Pekerjaan ini berupa pekerjaan deskword, dimana dilakukan di kantor,

sebagian ada beberapa uji-petik lapangan untuk sinkronisasi data di daerah yang dituju agar kevalidan data akan sama baik dari yang di tingkat pusat maupun di daerah.

Tahapan atau proses database laporan yang dimasukkan melalui berbagai

tahap dari mulai pengumpulan laporan, data entry hingga analisa sistem

7

Page 23: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

INVENTARISASI BATUBARA DI DAERAH KABUPATEN JAYAPURA PROVINSI PAPUA

Oleh :

Ir. Tarsis A. D.

Kelompok Kerja Energi Fosil

S A R I

Untuk membantu pemerintah daerah dalam penyediaan data mengenai

sumberdaya batubara maka Pusat Sumberdaya Geologi melakukan Inventarisasi batubara di daerah Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. dengan biaya DIPA 2006.

Inventarisasi batubara di daerah marginal dimaksudkan untuk

mendapatkan data batubara meliputi jurus dan kemiringan lapisan, ketebalan, pelamparan, sumberdaya dan kualitas. Tujuannya untuk mengetahui potensi batubara dan digunakan untuk menambah bank data neraca batubara pada data base Pusat Sumberdaya Geologi

Lokasi inventarisasi dibatasi dengan batasan koordinat 140005’00” -

140020’00” Bujur Timur dan 02030’00” - 02045’00” Lintang Selatan. Adapun alasan pemilihan daerah inventarisasi adalah adanya sebaran Formasi Pembawa Batubara yang cukup luas yaitu Formasi Unk dan adanya informasi keterdapatan endapan batubara dimana kuantitas dan kualitas yang belum diketahui.

Secara administratif daerah inventarisasi termasuk dalam Wilayah

Kecamatan Nimboran dan Kecamatan Kemtuk Gresie, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. Sedangkan secara geografis terletak antara 140005’00” -140020’00” Bujur Timur dan 02030’00” - 02045’00” Lintang Selatan Seluas 27,5Km x 27,5Km. Daerah tersebut dapat dicapai dari Jayapura kearah Barat-daya kurang lebih 105 Km melalui jalan darat

Dari hasil kegiatan lapangan yang berupa pemetaan geologi di daerah

inventarisasi didapat hasilt sebagai berikut :Formasi pembawa batubara di daerah inventaisasi adalah Formasi Unk yang berumur Kuarter dengan lingkungan pengendapan peralihan. Sumberdaya tereka batubara di daerah ini adalah : 2.160.535,5 (ton).

8

Page 24: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

INVENTARISASI BATUBARA DI DAERAH KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU

Oleh :

Ir. Tarsis A. D.

Kelompok Kerja Energi Fossil

S A R I

Dengan diberlakukannya otonomi daerah tahun 2001, konsekwensinya Pemerintah Daerah harus dapat membiayai operasionalnya yaitu dari Pendapatan Asli Daerah (PAD). Untuk itu perlu dilakukan peningkatan PAD dari segala sektor, salah satunya adalah dari sektor pertambangan batubara. Kendala yang sekarang dihadapi oleh pemerintah daerah adalah kurangnya data yang dimiliki mengenai potensi sumberdaya batubara di daerah sehingga tidak bisa merencanakan kebijaksanaan di sektor pertambangan batubara.

Untuk membantu pemerintah daerah dalam penyediaan data mengenai sumberdaya batubara maka Pusat Sumberdaya Geologi melakukan Inventarisasi batubara di daerah Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. dengan biaya DIPA Luncuran 2006.

Seiring dengan perkembangan industri dan transportasi maka kebutuhan

sumberdaya energi semakin meningkat, namun sumber daya minyak dan gas bumi semakin menipis. Oleh karena itu pemerintah berusaha mencari sumber daya energi alternatif. Salah satu sumberdaya energi yang berpotensi untuk dikembangkan adalah endapan batubara.

Maksud pekerjaan inventarisasi batubara di daerah marginal tersebut

adalah untuk mendapatkan data batubara meliputi jurus dan kemiringan lapisan, tebal batubara, pelamparan, sumberdaya dan kualitas. Tujuannya adalah untuk mengetahui potensi batubara dan digunakan untuk menambah bank data neraca batubara pada data base Pusat Sumberdaya Geologi

Secara administratif daerah Inventarisasi termasuk dalam Kecamatan

Kampar Kiri, dan Kampar Kiri Hulu, Kabupaten Kampar, Propinsi Riau. Sedangkan secara geografis terletak antara 0000’00” - 0015’00” Lintang Selatan dan 100052’30” – 101007’30” Bujur Timur .

Hasil penyelidikan menunjukan bahwa batubara di daerah inventarisasi terkonsentrasikan di daerah sekitar Desa Muara Silaya dan Desa Lubuk Agung. Di daerah ini terdapat 4 lapisan batubara dengan total sumberdaya 3.140.800,11 ton dengan kualitas batubara termasuk batubara dengan kalori menengah

9

Page 25: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

PEMBORAN DALAM DAN PENGUKURAN PACKER TEST BATUBARA DAERAH LOA LEPU DAN SEKITARNYA,

KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Oleh :

Dahlan Ibrahim

Kelompok Kerja Energi Fosil

S A R I

Daerah Loa Lepu dan Sekitarnya terletak di Kecamatan Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Secara geografis dibatasi oleh 116°50’00” - 117°05’00” BT dan 0°20’00” - 0°35’00” LS. Daerah ini terletak di Cekungan Kutai dengan stratigrafi tersusun oleh batuan sedimen Tersier berumur Miosen Awal hingga Pliosen yaitu Formasi Pamaluan, Formasi Bebuluh, Formasi Pulubalang dan Formasi Balikpapan.

Kegiatan pemboran dalam dilakukan terhadap lapisan batubara Formasi

Balikpapan pada dua lokasi yaitu B-01 dan B-02 dengan kedalaman total mencapai 680 m. Pemilihan lokasi dilakukan berdasarkan kriteria ketebalan lapisan yang cukup memadai, kemiringan lapisan cukup landai dan nilai kalori cukup tinggi.

Pada B-01 telah ditembus beberapa lapisan batubara dengan ketebalan

mulai < 1,00 m – 2,10 m. Dengan kriteria ketebalan lapisan yang diperhitungkan minimal 1 m pada interval 0 – 100 m terdapat dua lapisan (B dan C) dengan ketebalan 2,00 m dan 2,10 m. Interval 100 – 350 m mengandung tiga lapisan (D,E dan F) dengan ketebalan 1,93 m ; 1,25 m dan 1,06 m. Kualitas batubara dari conto bor B-01 menunjukkan kandungan abu berkisar 1,54 – 16.65 %, kandungan belerang 0,19 – 3,92 % dan nilai kalori 5504 – 6832 kal/gr. Kualitas batubara dari conto singkapan menunjukkan kandungan abu 1,54 – 12,27 %, kandungan belerang 0,23 – 3,43 % dan nilai kalori 6200 – 7005 kal/gr.

Pengukuran packer test pada lapisan B, C, D dan E menunjukkan nilai

permeabilitasnya (k) masing-masing : 2,6072 x 10-9 cm/det, 1,58 x 10-8 cm/det, 2,5185 x 10-9 cm/det), 1,7695 x 10-9 cm/det. Tampak bahwa nilai permeabilitas lapisan batubara relatif kecil, kemungkinan karena batubaranya relatif kompak dan tidak banyak mengandung pori, cleat atau rekahan yang berpengaruh terhadap nilai permeabilitas.

Berdasarkan hasil penyelidikan endapan batubara di daerah ini

berkemungkinan untuk dikembangkan ke arah penambangan dalam

10

Page 26: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

INVENTARISASI BATUBARA BERSISTEM DI DAERAH MEKARBARU DAN SEKITARNYA KEC. MUARA

ANCALONG DAN KEC. BUSANG KAB.KUTAI KARTANEGARA DAN KAB. KUTAI TIMUR

PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Oleh : Ir. Nanan Sumarna Kartasumantri

Pusat Sumber Daya Geologi

S A R I

Secara Administratif daerah penyelidikan yaitu daerah Mekarbaru dan sekitarnya termasuk kedalam dua wilayah kabupaten yaitu Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kabupaten Kutai Timur. Secara Geografis dibatasi oleh koordinat 00o 30’ 00 ‘’ – 00o 45’ 00’’ LU dan 116o 10’ 00’’ – 116o 25’ 00’’ BT yang termasuk dalam lembar peta No. 1816-52 (Mekar Baru), dengan skala peta 1 : 50.000. Secara regional daerah penyelidikan ini merupakan bagian dari Cekungan Kutai, dimana cekungan tersebut diketahui mengandung potensi endapan batubara cukup besar.

Berdasarkan aspek morfologi, daerah Mekar Baru dan sekitarnya dapat dibedakan menjadi tiga satuan morfologi yaitu Satuan Morfologi Pedataran,Satuan Morfologi Perbukitan Bergelombang Rendah sampai Sedang dan Satuan Morfologi Perbukitan Bergelombang Tinggi. Berdasarkan stratigrafi, daerah penyelidikan yaitu daerah Mekar Baru dan sekitarnya disusun oleh formasi batuan yang berumur Tersier dan Endapan Aluvial yang berumur Kuarter. Formasi batuan tersebut dari tua ke muda terdiri dari Bancuh Telen Kelinjau (Jkm), Formasi Batu Kelau (Tek), Formasi Batu Ayau (Tea), Formasi Ujoh Bilang (Tou), Batuan Terobosan Atan (Toma), Formasi Balikpapan (Tmbp), Batuan Gunung Api Metulang (TmQm). Sedangkan struktur yang berkembang di daerah ini adalah strutur lipatan dan sesar.Sedangkan formasi pembawa batubara di daerah penyelidikan adalah Formasi Balikpapan.

Dari hasil pemetaan geologi dan pemboran inti yang dilakukan, dibuat peta geologi dan sebaran batubara dengan skala 1 : 50.000. Sedangkan lokasi-lokasi singkapan batubara hanya diketemukan di sebelah Barat lembar peta yaitu disekitar desa Belwen, Desa Longnah dan Desa Gemarbaru, pada Formasi Balikpapan di daerah penyelidikan diketemukan sebanyak 28 lokasi singkapan

11

Page 27: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

batubara, sedangkan pekerjaan pemboran inti yang dilakukan di daerah penyelidikan sebanyak 12 titik pemboran dengan kedalaman berkisar antara 53,00m hingga 62,15 m, dengan total kedalaman mencapai 700,55 m. Dari hasil korelasi beberapa singkapan batubara dan titik bor diketahui ada 8 lapisan batubara dengan ketebalan berkisar dari 0,10m-0,65m..

Hasil analisis kimia dari beberapa conto batubara menunjukan bahwa Total

Moisture berkisar antara 12,96 %-19,59 % (adb), Free Moisture berkisar antara 7,18 %-13,87 %, Fixed Carbon berkisar antara 24,28 %-41,23 % (adb), HGI berkisar antara 43 hingga 61. Calorific Value berkisar antara 3.451kal/gr-5.509 kal/gr (adb), Sulfur berkisar antara 4,87%-9,49% (adb) dan Ash berkisar antara 10,76 %-39,80 %. Maka berdasarkan klasifikasi ASTM, batubara yang ada diklasifikasikan sebagai batubara Lignit-Sub Bituminus.

12

Page 28: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA DI KABUPATEN NABIRE, PROVINSI PAPUA

Oleh :

Agus Subarnas dan Robet L. Tobing

Kelompok Kerja Energi Fosil

S A R I

Dalam rangka menunjang Program Pemerintah untuk menginventarisir Sumber Daya Energi diseluruh wilayah Indonesia, melalui Program DIPA-L Tahun Anggaran 2006 Pusat Sumber Daya Geologi telah melaksanakan inventarisasi batubara Di Daerah Kabupaten Nabire, Provinsi Papua.

Secara administratif lokasi inventarisasi batubara di daerah ini termasuk

kedalam wilayah Distrik Napan, Kabupaten Nabire, Provinsi Papua. Pada posisi geografis 135º 43’ 26" – 135º 50’ 13 "Bujur Timur dan antara 03º 10’ 27" – 03º 17’ 38" Lintang Selatan.

Endapan batubara di daerah penyelidikan sebagian besar berada dilokasi

sekitar S. Stenkol yang merupakan anak S. Musairo Kegiatan yang dilakukan yaitu Pemetaan endapan batubara dan selama

kegiatan berlangsung hanya didapatkan sebanyak 1 singkapan batubara. dengan tebal sekitar 0.18 m dan dari perhitungan dalam klasifikasi Hipotetik didapatkan sumber daya batubara sebesar 23.400 ton.

Secara megaskopis batubara berwarna hitam, kusam-agak terang,

perlapisan kurang baik - tidak berlapis, sangat keras, belahan sub konkoidal-konkoidal, terlihat adanya lapisan terang vitrinit dengan pola tidak beraturan, terdapat kandungan mineral sulfida sebagai pirit dan sedikit kandungan resin

Sedangkan dari hasil analisis kimia, batubara di daerah penyelidikan

mempunyai kalori 4922 kal/gr, kandungan air 15.46 %, kadar abu 6.42 %, sulfur total 0.42 %, Zat terbang 40.72 % dan Berat Jenis 1.42 gr/cm3 dan HGI 19. Berdasarkan klasifikasi ASTM – ASA batubara tersebut termasuk kedalam jenis Sub Bituminus C.

13

Page 29: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

PENYUSUNAN NERACA BATUBARA DAN GAMBUT

Oleh : Eddy R. Sumaatmadja1

1Kelompok Kerja Energi Fosil

S A R I

Batubara adalah bahan galian strategis dan merupakan salah satu bahan baku energi nasional yang mempunyai peranan besar dalam pembangunan nasional. Informasi sumberdaya dan cadangan batubara menjadi hal penting dalam merencanakan strategi kebijaksanaan bidang energi nasional. Penyusunan Peta Sebaran Batubara dan Gambut Indonesia ini dilaksanakan untuk mengetahui kualitas, sumberdaya dan cadangan batubara Indonesia di masing-masing provinsi yang memiliki endapan batubara, sehingga dapat memberikan informasi yang dibutuhkan oleh daerah, terutama untuk perencanaan pengembangan energi batubara di masing-masing provinsi. Pengumpulan data berasal dari laporan hasil penyelidikan APBN, DIK-S, serta laporan hasil penyelidikan pihak swasta. Berdasarkan laporan tersebut kemudian dibuat neraca batubara dan gambut Indonesia. Dalam neraca tersebut memuat data mengenai, kualitas, sumberdaya dan cadangan batubara dan gambut..

Sumberdaya batubara Indonesia tahun 2005 adalah sebesar 64.480 milyar ton yang terdiri dari

Kalori rendah <5100 kal/gr, adb 15.677,62 juta ton (24,32%) Kalori sedang 5100 – 6100 kal/gr, adb 37.550,12 juta ton (58,23%) Kalori tinggi 6100 – 7100 kal/gr, adb 10.554,64 juta ton (16,37 %) Kalori sangat tinggi >7100 kal/gr, adb 69.10 juta ton (1,08%)

Cadangan batubara Indonesia yang tercantum berdasarkan laporan

beberapa perusahaan pemegang ijin usaha PKP2B adalah sebesar 9.010,13 juta ton

Sumberdaya Gambut Indonesia tahun 2006 adalah sebesar 8.221 juta ton

yang terdiri dari : • Sumberdaya Gambut P. Sumatera sebesar 5,356 jutar ton • Sumberdaya Gambut P. Kalimantan sebesar 2,864 milyar ton • Sumberdaya Gambut P. Sulawesi sebesar 0,001 milyar ton

14

Page 30: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH MARGINAL KABUPATEN NIAS, PROVINSI SUMATERA UTARA

Oleh :

Agus Subarnas dan Robet L. Tobing

Kelompok Kerja Energi Fosil

S A R I

Dalam rangka menunjang Program Pemerintah untuk menginventarisir Sumber Daya Energi diseluruh wilayah Indonesia, melalui Program DIPA Tahun Anggaran 2006 Pusat Sumber DayaGeologi telah melaksanakan inventarisasi batubara Di Daerah Marginal.

Secara administratip lokasi inventarisasi batubara di daerah marginal ini

terletak di Kabupaten Nias, Provinsi Sumatera Utara. Pada posisi geografis 970 25' 00" – 970 40' 00" Bujur Timur dan antara 010 10' 00" – 010 25' 00" Lintang Utara.

Endapan batubara di daerah penyelidikan sebagian besar berada dilokasi

sekitar S. Muzoi dan disekitanya. Kegiatan yang dilakukan yaitu Pemetaan endapan batubara dan selama kegiatan berlangsung telah didapatkan sebanyak 16 singkapan batubara.

Berdasarkan hasil rekonstruksi didapatkan sebanyak 6 lapisan dengan

ketebalan bervariasi antara 0.50 – 1.70 m dan dari perhitungan dalam klasifikasi tereka didapatkan sumber daya batubara sebesar 8.619.494,96 juta ton.

Secara megaskopis kenampakan batubara pada Formasi Gomo berwarna

Coklat kehitaman-hitam, kusam, perlapisan sering tidak tegas, keras, kadar abu tinggi, struktur kayu terlihat dengan jelas. Sedangkan pada Blok Alooa umumnya berwarna hitam, terang (brigtht), berlapis, keras-agak rapuh, bentuk belahan Sub konkoidal-konkoidal mengandung sedikit sulfur/pirit dan kandungan resin, kandungan abu umumnya rendah.

15

Page 31: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

PENGUKURAN KANDUNGAN GAS DALAM LAPISAN BATUBARA DI WILAYAH EKSPLORASI PKP2B DI

PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Oleh : Eko Budi Cahyono1

1Kelompok Keja Energi Fosil

S A R I

Pengukuran kandungan gas dilakukan pada titik bor dalam di wilayah PKP2B, daerah Loa Lepu Kabupaten Kutai Kartanegera, Kecamatan Tenggarong, Provinsi Kalimantan Timur. Pengukuran kandungan gas ini dimaksudkan untuk mengetahui akan adanya komposisi dan kuantitas gas yang ada pada sampel atau seam batubata di wilayah ini pada pengamatan titik bor dalam. Hasil pengukuran kandungan gas ini selain untuk mengetahui akan kandungan gas sampel batubara, dapat digunakan sebagai acuan atau referensi pentingnya gas dalam hubungannya keselamatan tambang, sumber daya gas methane-nya, dampak adanya gas yang keluar terhadap lingkungan sekitar tambang.

Gas yang ada dalam batubara umumnya mengandung komponen methane

CH4, Ethane C2, Propane C3, Iso-Butane i-C4, Normal Butane n-C4, Iso-Pentane i-C5, Normal-Pentane n-C5, Hexane C6, Heptane Plus C7+, Hydrogen Sulfida H2S, Carbob Dioksida CO2, Nitrogen N2, dan Oksigen O2. Kesemua komponen di atas secara umum dapat terkandung dalam batubara, tergantung dari properti fisik dari batubara tersebut (kadar dan kualtias serta akumulasi terbentuknya).

Pengamatan dan pengukuran kandungan gas itu sendiri dapat dibagi tiga

bagian yaitu : Total Gas, yang terdiri atas Lost Gas (Q1), Measured Gas (Q2) dan Resudial Gas (Q3), dan dari hasil pengamatan daerah Loa Lepu di lapangan kandungan gas Q2 mendapatkan kisaran 12 – 100 cc (dari dua titik bor) .

16

Page 32: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

INVENTARISASI BATUBARA BERSISTEM DAERAH UMAQDIAN DAN SEKITARNYA KABUPATEN KUTAI

KARTANEGARA KALIMANTAN TIMUR

Oleh : Untung Triono1 dan M. Awaluddin

1Kelompok Kerja Energi Fosil

S A R I

Daerah inventarisasi merupakan wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara,menempati wilayah dalam koordinat 00 30 00-00 45 00LU dan 115 55 00 – 116 10 00.dalam lembar peta No.1816-51 berskala 1:50.000 lembar Umaqdian.Morfologi daerah ini dikelompokkan menjadi 3 satuan morfologi,berupa Satuan Dataran,Satuan perbukitan bergelombang Rendah dan Satuan Perbukitan Terjal.Formasi pembawa batubara adalah Formasi Balikpapan yang berumur Miosen akhir-pliosen.dan Formasi Batuayau yang berumurEosen akhir-Oligosen Bawah,pada formasi Balikpapan di jumpai 7 lapisan batubara dengan penyebaran membentuk Sinklin yang membujur Barat-Timur,pada Formasi Batuayau dijumpai 3 lapisan batubara membentuk lapisan Homoklin dengan arah Barat-Timur.Total sumberdaya batubara pada kedua formasi ini sebesar 111.744.718,091 ton

17

Page 33: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

KAJIAN ZONASI DAERAH POTENSI BATUBARA UNTUK TAMBANG DALAM

CEKUNGAN TARAKAN, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Oleh : F a t i m a h

Kelompok Kerja Energi Fosil

S A R I Kajian zonasi daerah potensi batubara untuk tambang dalam dilakukan pada Cekungan Tarakan dan Sub Cekungan Berau Provinsi Kalimantan Timur, yang dibatasi oleh koordinat 1°45΄00” sampai 4°30’00” Lintang Utara dan 116°15’00” sampai 118°15’00” Bujur Timur. Secara administratif wilayah kerja termasuk dalam Kabupaten Berau, Kabupaten Nunukan, Kabupaten Bulungan, serta Kota Tarakan, Provinsi Kalimantan Timur. Parameter yang digunakan untuk penyusunan zonasi daerah potensial bagi tambang batubara bawah tanah ini antara lain: kemiringan lapisan batubara (dip), ketebalan lapisan batubara, serta nilai kalori batubara. Sumber data yang digunakan berupa data sekunder yang berasal dari laporan penyelidikan batubara yang dilakukan oleh instansi pemerintah maupun laporan dari perusahaan-perusahaan batubara (PKP2B dan KP). Kegiatan ini berhasil menyusun zonasi daerah potensial bagi tambang dalam batubara di daerah Berau, Bulungan, dan Simenggaris dengan kedalaman maksimum zona sampai dengan 500 m di bawah permukaan.

18

Page 34: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

INVENTARISASI KANDUNGAN MINYAK DALAM BITUMEN PADAT DAERAH PADANGLAWAS, KABUPATEN

DHARMASRAYA, PROVINSI SUMATRA BARAT

Oleh : S. M. TOBING

Kelompok Kerja Energi Fosil

S A R I

Penyelidikan endapan serpih bitumen di daerah Padanglawas dan sekitarnya, Kabupaten Dharmasraya, Propinsi Sumatra Barat adalah untuk mengetahui kandungan minyak yang terdapat di dalam formasi pembawanya.

Stratigrafi daerah penyelidikan terdiri dari batuan sedimen tersier yaitu

Formasi Telisa Bawah dan Atas, Airbenakat, Kasai dan Alluvial. Formasi Telisa Bawah terletak tidak selaras di atas Fm. Kuantan, sementara semua formasi yang lain masing-masing terletak selaras satu sama yang lain. Semua batuan sedimen tersier dipengaruhi oleh proses tektonik membentuk struktur antiklin dan sinklin berarah Baratlaut – Tenggara.

Berdasarkan pemetaan geologi dan data pemboran menunjukkan bahwa

lapisan serpih bitumen hanya ditemukan pada Fm. Telisa Atas. Total ketebalan lapisan tunggal serpih bitumen sekitar 144,10 m. Penyebaran endapan lapisan serpih bitumen di dalam Fm. Telisa Atas mengikuti sayap sinklin asimetri dengan arah Baratlaut – Tenggara dengan kemiringan 20o – 70o.

Sumber daya batuan dan minyak/hidrokarbon di daerah penyelidikan

dibagi menjadi empat blok perhitungan. Luas daerah dan sumber daya minyak pada keempat Blok I – IV masing-masing adalah 2.018.873 m2 (52.635.447 barrel); 5.255.552 m2 (137.021.165 barrel); 4.215.551 m2 (121.158.912 barrel) dan 2.058.082 m2 (59.151.218 barrel)

19

Page 35: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

SURVEY PENDAHULUAN BITUMEN PADAT DAERAH TABA PENANJUNG KABUPATEN BENGKULU UTARA,

PROVINSI BENGKULU

Oleh : F a t i m a h

Kelompok Kerja Energi Fosil

S A R I Daerah survey secara geografis terletak pada 3°32’00” - 3°47’00” Lintang Selatan dan 102°20’00” - 102°35’00” Bujur Timur. Secara administratif daerah ini termasuk dalam Kecamatan Taba Penanjung, Kecamatan Pagar Jati dan Kecamatan Pematang Tiga, Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu. Daerah ini juga terdapat dalam Peta Geologi Lembar Bengkulu berdasarkan indeks peta geologi regional yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung. Secara fisiografi daerah inventarisasi terdapat dalam Cekungan Bengkulu, yang litologinya terdiri dari seri batuan sedimen dan volkanik berumur Oligosen sampai Holosen. Struktur geologi yang sangat umum terdiri atas pelipatan dan pensesaran. Arah perlapisan batuan hampir Utara – Selatan dengan kemiringan bervariasi antara 2º - 80º. Informasi dari peta geologi regional mengindikasikan bahwa formasi pembawa bitumen padat di daerah survey adalah Formasi Lemau. Formasi ini tersusun atas breksi dengan sisipan batupasir dan lempung, pada beberapa tempat menyerpih dan mengandung lapisan batubara. Endapan bitumen padat yang ditemukan di daerah survey terdapat di daerah Air Kotok, Desa Surau, Desa Lubuk Unen, Desa Kancing serta pada lereng Bukit Puding dengan ketebalan bervariasi mulai dari beberapa cm sampai mencapai 2 m. Endapan bitumen padat tersebut tersingkap sebagai jendela-jendela dalam satuan batuan volkanik muda. Hasil analisa laboratorium untuk mengetahui nilaii kandungan minyak pada conto bitumen padat sampai saat ini belum diperoleh. Sumber daya endapan bitumen padat di daerah survey tidak dihitung mengingat keberadaannya yang hanya berupa jendela dalam batuan volkanik dengan sebaran terbatas sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan perhitungan sumber daya bitumen padat sesuai dengan Standar Nasional Indonesia.

20

Page 36: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

INVENTARISASI BITUMEN PADAT DENGAN “OUTCROP DRILLING”

DAERAH MUARA SELAYA, PROVINSI RIAU

Oleh : Deddy Amarullah dan Dede Ibnu Suhada

Kelompok Kerja Energi Fosil

S A R I

Sesuai dengan kebijakan pemerintah, pada tahun anggara 2006 Kelompok Kerja Energi Fosil telah melakukan inventarisasi bitumen padat dengan “outcrop drilling” didaerah Muara Selaya, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Secara geografis daerah Muara Selaya terletak pada koordinat antara 0000’00,00” - 0007’00” Lintang Selatan dan 100055’00” – 101000’00” Bujur Timur.

Secara geologi daerah Inventarisasi merupakan cekungan kecil tipe

“intra montane” yang termasuk kedalam Peta Geologi lembar Solok (Silitonga P.H. dan Kastowo, 1995), dan merupakan salah satu bagian dari Cekungan Sumatera Tengah. Formasi yang dianggap sebagai pembawa bitumen padat adalah Anggota Bawah Formasi Telisa yang berumur Miosen Bawah, perlapisannya membentuk sinklin yang sumbunya berarah baratlaut-tenggara. Kemiringan lapisan batuan pada sayap sinklin bagian timurlaut berkisar antara 4o-85o, dan kemiringan lapisan pada sayap sinklin bagian baratdaya berkisar antara 15o-75o. Di beberapa tempat perlapisan tersebut mengalami pensesaran yang berarah baratdaya-timurlaut.

Didaerah Inventarisasi terdapat 5 (lima) blok bitumen padat, di blok I pada

sayap sinklin bagian timurlaut terdapat 8 (delapan) lapisan, tebalnya berkisar antara 0,20 m – 8,55 m, panjang sebaran kearah jurus sekitar 300 m. Pada sayap bagian baratdaya terdapat 4 (empat) lapisan, tebalnya berkisar antara 1,40 m – 2,85 m, panjang sebaran kearah jurus sekitar 250 m.

Bitumen padat di blok II pada sayap sinklin bagian timurlaut sebanyak

1(satu) lapisan, tebalnya sekitar 2,55 m, panjang sebaran kearah jurus sekitar 150 m. Jumlah lapisan pada sayap sinklin bagian baratdaya sebanyak 1(satu) lapisan, tebalnya > 1,20 m, panjang sebaran kearah jurus sekitar 150 m.

Bitumen padat di blok III pada sayap sinklin bagian timurlaut terdiri dari 2

(dua) lapisan, tebalnya berkisar antara 0,30 m – 3,90 m, panjang sebaran kearah jurus sekitar 150 m. Bitumen padat untuk sayap sinklin bagian baratdaya sebanyak 8 (delapan) lapisan, tebal lapisan berkisar antara 0,30 m – 9,25 m, panjang sebaran kearah jurus sekitar 400 m.

21

Page 37: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

Bitumen padat di blok IV pada sayap sinklin bagian timurlaut hanya 1 (satu) lapisan, tebal lapisan sekitar 2,80 m, sebaran kearah jurus diperkirakan sekitar 200 m. Bitumen padat pada sayap sinklin bagian baratdaya hanya 1 (satu) lapisan, tebal total lapisan sekitar 7,60 m, panjang sebaran kearah jurus sekitar 400 m.

Bitumen padat di blok V hanya ditemukan 1 (satu) lapisan pada sayap

sinklin bagian timurlaut, tebal total lapisan sekitar 4,00 m, panjang sebaran kearah jurus sekitar 300 m.

22

Page 38: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

INVENTARISASI ENDAPAN BITUMEN PADAT DENGAN OUTCROP DRILLING DI DAERAH SUNGAI RUMBIA DAN

SEKITARNYA KABUPATEN BUNGO, PROVINSI JAMBI

( LEMBAR PETA : 0814-61)

Oleh : Asep Suryana

Kelompok Kerja Energi Fosil

S A R I Penyelidikan endapan bitumen padat di daerah Sungai Rumbia dimaksudkan untuk mempelajari keadaan geologi, khususnya mengenai sebaran dan ketebalan endapan bitumen padat yang terdapat pada Formasi Sinamar sebagai formasi batuan pembawa endapan bitumen padat. Secara administratif daerah penyelidikan termasuk kedalam wilayah hukum Kecamatan Jujuhan dan Kecamatan Rantau Pandan, Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi, sedangkan secara geografis terletak pada koordinat 01o 15’ 00’’ sampai 01o 30’ 00’’ Lintang Selatan dan 101o 30’ 00’’ sampai 101o 45’ 00’’ Bujur Timur menempati Lembar Peta Bakosurtanal No 0814-61(Tanjungalam). Daerah penyelidikan merupakan bagian dari Cekungan Ombilin bagian selatan yang berbatasan dengan Cekungan Sumatera Selatan bagian Baratlaut. Secara stratigrafi daerah penyelidikan disusun oleh beberapa formasi batuan yaitu : Formasi Sinamar, Formasi Rantauikil, Formasi Kasai, dan Endapan Aluvium. Evaluasi terhadap keadaan geologi daerah penyelidikan dan berdasarkan pada conto batuan yang ditemukan di lapangan menunjukkan bahwa endapan bitumen padat yang terdapat pada Formasi Sinamar umumnya merupakan batuan serpih abu-abu kecoklatan berlapis tipis. Berdasarkan hasil pemetaan geologi menunjukkan bahwa endapan bitumen padat pada Formasi Sinamar ditemukan berupa lapisan serpih. Panjang sebaran endapan bitumen padat pada Formasi Sinamar sekitar 7 km hingga 15 kilometer berarah Utara – Selatan dengan kemiringan antara 14o hingga 35o . Sumberdaya bitumen padat yang terdapat di daerah Sungai Rumbia dan sekitarnya adalah 232.630.788,37 ton dengan kandungan minyak 2 liter/ton - 70 liter/ton

23

Page 39: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

KAJIAN POTENSI ENDAPAN GAMBUT INDONESIA BERDASARKAN ASPEK LINGKUNGAN

Oleh :

J.A. Eko Tjahjono

Kelompok Kerja Energi Fosil

S A R I

Berdasarkan kebijakan pemerintah, mengenai diversifikasi penggunaan energi alternatip, serta mengingat luas sebaran lahan gambut Indonesia yang menempati posisi ke 4 terluas di dunia setelah Canada, Rusia dan Amerika Serikat, yaitu sekitar 26 juta hektar, maka perlu adanya penanganan mengenai pemanfaatan endapan gambut di Indonesia secara terpadu dan konseptual. Untuk itu Pusat Sumber Daya Geologi membentuk Tim, guna membuat Kajian Potensi Endapan Gambut Indonesia Berdasarkan Aspek Lingkungan. Adapun tujuan dari kajian tersebut yaitu untuk mengetahui zona sebaran endapan gambut di Indonesia yang masih layak untuk dieksplorasi lanjut atau ditambang guna kebutuhan bahan baku energi, dari pada terbakar secara sia-sia pada musim kemarau yang mengakibatkan dampak yang tidak sehat.

Berdasarkan data penyelidikan potensi endapan gambut yang umumnya terkonsentrasi di sekitar wilayah Sumatera dan Kalimantan, sedangkan data di wilayah lainnya sangat minim, maka kajian potensi endapan gambut tersebut diutamakan dibuat di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Dengan beberapa metoda dalam hal pembuatan kajian potensi endapan gambut, maka dibuat peta Kajian Potensi Endapan Gambut Berdasarkan Aspek Lingkungan di Pulau Sumatera dan Kalimantan berukuran A0 dengan sekala 1 : 2.000.000. Untuk wilayah Sumatera meliputi Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Riau, Jambi dan Sumatera Selatan, dengan luas sebaran potensi endapan gambut sekitar 4.587.190 Hektar. Untuk wilayah Kalimantan meliputi Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan dengan luas sebaran potensi endapan gambut sekitar 2.914.440 Hektar. Jadi luas sebaran Potensi Endapan Gambut Indonesia Berdasarkan Aspek Lingkungan, sampai saat ini yaitu sekitar 7.501.630 Hektar, yaitu hanya sekitar 29% dari seluruh sebaran lahan gambut di Indonesia. Hasil kajian potensi endapan gambut ini diharapkan juga dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan Keppres, PP, dan Kepmen mendatang yang mengatur mengenai pemanfaatan lahan gambut di Indonesia.

24

Page 40: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

INVENTARISASI ENDAPAN GAMBUT DAN PENGUKURAN WATERPAS DAERAH S. KAMPAR UTARA, KABUPATEN

PELALAWAN PROVINSI RIAU

Oleh : J.A. Eko Tjahjono

Kelompok Kerja Energi Fosil

S A R I

Daerah inventarisasi endapan gambut terletak di hilir Sungai Kampar bagian utara, kira-kira berjarak 180 Km sebelah timur Kota Pekanbaru dengan cara menyusuri S. Kampar. Secara administratip masuk dalam wilayah Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Secara geografis luas daerah inventarisasi sekitar 756 Km2 yang dibatasi oleh koordinat 0012’00’’ sampai 0027’00’’ Lintang Utara dan 102036’00’’ sampai 102051’00’’ Bujur Timur.

Stratigrafi regional daerah Kabupaten Pelalawan terletak dalam Cekungan Sumatera Tengah dengan formasi batuan yang tersingkap yaitu Formasi Petani, Minas, endapan permukaan tua Plistosen dan endapan aluvium Holosen yang mengandung Gambut, lempung, lanau, pasir dan sisa tumbuh-tumbuhan. Daerah inventarisasi umumnya didominasi oleh endapan gambut yaitu sekitar 80%, sedangkan sisanya berupa endapan aluvial sungai.

Data fisik gambut di daerah ini berwarna cokelat tua hingga kehitaman, dengan derajat pembusukan sedang, yaitu sekitar H3 sampai H6 dalam kelompok Febric-Hemic sampai Hemic menurut sekala Van Post, dengan kandungan serat rata-rata sekitar 20% sampai 40% dan masih terdapat kandungan kayu dan akar.

Hasil rata-rata analisis kimia gambut menunjukkan bahwa Lembab Nisbi sekitar 90,20%, Moisture 8,93%, Zat Terbang 55,56%, Karbon tertambat 31,02%, Abu 4,48%, Total Sulphur 0,26%, keasaman 3,2, Bulk Density 0,10 dan Nilai Kalori sekitar 4939 Cal/gr.

Ketebalan endapan gambut hasil pemboran bisa mencapai lebih dari 8 meter, yang mana mempunyai bentuk geometri endapan berupa kubah (dome), yang menebal ke bagian utara daerah inventarisasi. Posisi dasar endapan gambut sekitar 4 meter diatas permukaan air laut, sedangkan posisi puncaknya mencapai 12 meter. Sumberdaya Tereka gambut kering yang tebalnya lebih besar dari 2 meter di daerah inventarisasi yaitu sekitar 237.875.000 Ton, dengan luas lahan gambut sekitar 42.050 Hektar.

25

Page 41: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

INVENTARISASI GAMBUT DAN WATERPASS DAERAH PADANG TIKAR DAN SEKITARNYA

KABUPATEN PONTIANAK, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Oleh :

Truman Wijaya

Kelompok Kerja Energi Fosil

S A R I

Daerah inventarisasi Padang Tikar yaitu terletak didalam lembar Peta Bakosurtanal nomer (1513-12), secara administratif termasuk Kecamatan Padang Tikar, Kabupaten Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat. Secara geografi daerah penyelidikan dibatasi oleh koordinat 0043’sampai 1000’ Lintang Utara dan 109013’ sampai 109030’ Bujur Timur. Peta dasar yang dipergunakan yaitu peta topografi Bakosurtanal Kedar 1 : 50.000 dan Peta Geologi Lembar Pontianak / Nangataman, Kalimantan Kedar 1 : 250.000.

Secara geologi endapan gambut terdapat pada dataran rendah yang disusun satuan endapan aluvium yang terbentuk Kala Holosen dan berada diatas batupasir dari Formasi Kuke yang berumur Kapur Atas .Dari hasil penyelidikan endapan gambut didaerah ini kemungkinan secara Paleogeografi terbentuk pada cekungan diantara undak-undak bukit batuan beku dan tanggul-tanggul pantai, tidak banyak dipengaruhi sungai, dengan ketebalan lebih dari 6.30 meter.

Secara megaskopis endapan gambut yang ditemukan didaerah ini termasuk kelas Hemics sampai Sapric, berkomposisi sisa tumbuhan berupa pasta sampai ukurtan dari 5 cm, termasuk “Ombrogeneous Peat”.Sumber daya gambut dihitung dari perkalian antara luas sebaran dan ketebalan rata-rata antara 2 isopah dan dihitung dari ketebalan 1 m ke atas adalah 552 juta m3, tersebar pada areal seluas ± 15.396 ha. Pada beberapa areal yang mempunyai ketebalan gambut kurang dari 1 meter, telah dimanfaatkan sebagai lahan transmigrasi lokal dan lahan tanaman padi dan kelapa.

26

Page 42: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

INVENTARISASI GAMBUT DAERAH SUNGAI BILAH, KABUPATEN LABUHAN BATU

PROPINSI SUMATERA UTARA

Oleh : Truman Wijaya

Kelompok Kerja Energi Fosil

S A R I

Dalam rangka inventarisasi potensi endapan Gambut di Indonesia, khususnya di Sumatera Utara, telah dilakukan penyelidikan pendahuluan endapan gambut di S. Bilah Kabupaten Labuhanbatu, Propinsi Sumatera Utara. Kegiatan ini dilakukan oleh, Pusat Sumber Daya Geologi Pokja Energi Fosil. Pelaksanaan pekerjaan lapangan meliputi pemetaan dan pemboran tangan yang berlangsung dari Awal Maret sampai Awal April 2006.

Secara geografis daerah penyelidikan terletak antara 2o 15’ -2o30’ LU - 99o52’- 100o07’ BT, dan termasuk dalam lembar peta topografi, lembar Merbau dari Muka Bumi Bakurstanal skala 1 : 50.000.

Secara stratigrafi dari endapan aluvium dan gambut terletak diatas Formasi Petani, di daerah penyelidikan endapan gambut dapat dikualifikasikan sebagai "ombrogenus peat" yang terletak pada basin peat dan diklasifikasikan sebagai " Low Land peat" ( gambut dataran rendah, ketinggian 5 m diatas muka air laut ), dengan derajat pembusukan H3-H6 (hemik- febrik) dan berumur 4000-5000 tahun yang lalu.

Potensi endapan gambut di sekitar S. Bilah cukup baik, dalam kuantitas, dan merupakan potensi gambut yang ada di Sumatera Utara. Sumberdaya gambut yang tebalnya > 1m adalah 93,66 juta ton, gambut kering ( +5 % air, Bulk density rata-rata 90 kg/m3 ). Nilai panas (NK) dari seluruh conto memberikan angka antara 3958 kal/gr terendah dan 5143 kal/gr tertinggi dan termasuk tinggi untuk ukuran gambut Indonesia.

27

Page 43: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

KAJIAN POTENSI TAMBANG DALAM PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG DI TAPADAA, KABUPATEN BONE

BOLANGO, PROVINSI GORONTALO

Oleh : Nixon Juliawan, ST, Ir. Sabtanto JS.

Kelompok Program Penelitian Konservasi

S A R I

Kajian potensi tambang terhadap potensi bahan galian yang terdapat di hutan lindung diperlukan agar keterdapatan potensi bahan galian pada kawasan hutan lindung dapat diusahakan secara lebih optimal dengan sistem tambang dalam.

Di daerah Tapadaa terdapat beberapa daerah prospek bahan galian, yakni

Mopuya, Mamungaa, Moota, Cabang Kiri dan Motomboto. Tipe mineralisasi di Mopuya dan Mamungaa adalah epithermal low sulphidation. Terdapat 5 zonasi urat kuarsa di prospek Mopuya, yakni urat Kiri, urat Umum, urat Tenggorak, urat Beringin dan urat Mundur. Estimasi jumlah sumber daya tereka di prospek Mopuya adalah 321.445 ton bijih dengan kadar rata-rata 29.5 ppm Au dan 6.84 ppm Ag. Di prospek Mamungaa terdapat 3 zonasi urat kuarsa, yakni urat Mamungaa Kiki 1, urat Mamungaa Kiki 2 dan urat Mamungaa Daa. Estimasi jumlah sumber daya tereka di prospek Mamungaa adalah sebesar 190.005 ton bijih dengan kadar rata-rata 10,65 ppm Au dan 19.8 ppm Ag.

Adanya kegiatan PETI di daerah prospek Mopuya dan Mamungaa sejak tahun

1990, mengakibatkan berkurangnya jumlah sumber daya. Pengamatan lapangan mengasumsikan bahwa PETI di prospek Mopuya telah mengambil sekitar 50% dan di prospek Mamungaa sekitar 10%. Sehingga estimasi jumlah sumber daya tereka yang tersisa di prospek Mopuya adalah sebesar 160.722,5 ton bijih dengan kadar rata-rata 29.5 ppm Au dan 6.84 ppm Ag, sedangkan jumlah sumber daya tereka yang tersisa di prospek Mamungaa adalah sebesar 171.004,5 ton bijih dengan kadar rata-rata 10,65 ppm Au dan 19.8 ppm Ag. Dengan bentuk cebakan yang berupa urat dan memperhatikan aspek lingkungan maka sistem penambangan yang layak di kedua prospek tersebut adalah sistem tambang dalam.

Di daerah Mamungaa Kiki terdapat batuan termineralisasi membentuk

morfologi bukit berketinggian 200 m dengan luas sekitar 2 ha. Diintepretasikan tipe mineralisasi di Mamungaa Kiki adalah adalah epithermal low sulphidation dengan estimasi jumlah sumber daya tereka sebesar 10.600.000 ton bijih @ 2,536 ppm Au dan 2,3 ppm Ag. Dengan memperhatikan bentuk cebakan dan kualitas endapan, maka sistem penambangan yang layak untuk prospek Mamungaa Kiki adalah sistem tambang terbuka.

28

Page 44: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

Tipe mineralisasi di Moota adalah epithermal low sulphidation. Sebaran batuan termineralisasi di prospek ini yang cukup luas tetapi hanya berkadar 0.118 ppm Au dan 1 ppm Ag, sehingga saat ini prospek Moota belum layak untuk diusahakan.

Tipe mineralisasi di prospek Cabang Kiri adalah tipe porfiri sedangkan di

prospek Motomboto adalah epithermal high sulphidation. Di kedua prospek tersebut meskipun sebaran batuan termineralisasinya cukup luas tetapi berkadar rendah, sehingga sistem pertambangan yang layak di kedua prospek tersebut adalah sistem tambang terbuka.

29

Page 45: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

PENDATAAN PENYEBARAN MERKURI PADA WILAYAH PERTAMBANGAN DI DAERAH PONGKOR, KABUPATEN

BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT

Oleh : Nixon Juliawan, ST

Kelompok Program Penelitian Konservasi

S A R I

Kegiatan PETI pada wilayah pertambangan di daerah Pongkor yang melakukan

pengolahan bijih dengan cara amalgamasi mengakibatkan pencemaran merkuri. Pencemaran terjadi pada saat penggilingan, pencucian dan pemerasan, penggarangan amalgam dan pada saat penanganan merkuri.

Pada tahap penggilingan unsur merkuri terpecah menjadi butiran halus yang sukar

dipisahkan, sehingga dapat lepas dari dalam gelundung dan masuk ke tubuh sungai atau jatuh ke atas tanah. Pada tahap pencucian dan pemerasan, limbah yang masih mengandung merkuri umumnya dibuang langsung ke tubuh sungai.Pada tahap penggarangan, uap merkuri yang terbentuk tidak ditampung sehingga dapat mengendap kembali di atas tanah.

Hasil analisis bijih yang diambil dari urat Pasir Jawa dan Ciguha dan tailing hasil

pengolahan PETI menunjukkan perolehan pengolahan cara amalgamasi yang dilakukan PETI hanya berkisar 41% hingga 75 % dengan rata-rata 58 %.

Hasil analisis 55 conto sedimen sungai aktif didapatkan 3 kelas kisaran nilai unsur

merkuri dalam sedimen sungai aktif. Kelas pertama memiliki kisaran nilai unsur merkuri antara 18,5 ppm – 220 ppm. Kelas kedua memiliki kisaran nilai unsur merkuri antara 6 ppm – 18,5 ppm. Kelas ketiga memiliki kisaran nilai unsur merkuri antara 1 ppm – 6 ppm.

Hasil analisis 35 conto tanah didapatkan 3 kelas kisaran nilai unsur merkuri dalam

tanah. Kelas pertama memiliki kisaran nilai unsur Hg antara 60 - 400 ppm. Kelas kedua memiliki kisaran nilai unsur Hg antara 10 - 60 ppm. Kelas ketiga memiliki kisaran nilai unsur Hg antara 0,38 – 10 ppm.

Untuk meminimalisasi tingginya tingkat pencemaran merkuri, disarankan untuk

membuat bak pengendap yang dapat menampung meterial yang tercecer pada saat, dan melakukan penggaran di dalam ruang tertutup atau kedap udara sehingga uap merkuri yang terbentuk dapat dialirkan masuk ke dalam bak pengendap yang tertutup rapat.

Penyelesaian masalah PETI tidak hanya dilakukan secara hukum tetapi juga harus

memperhatikan masalah ekonomi dan sosial budaya masyarakat setempat serta dengan melakukan sosialisasi mengenai dampak negatif pencemaran merkuri akibat kegiatan PETI.

30

Page 46: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

EVALUASI POTENSI BAHAN GALIAN PADA BEKAS TAMBANG DAN WILAYAH PETI DAERAH BALAI KARANGAN, SANGGAU, KALIMANTAN BARAT

Oleh :

Mangara P. Pohan dan Ridwan Arief

Kelompok Kerja Konservasi

S A R I

Daerah Malenggang, Balai Karangan, Kabupaten Sanggau, merupakan salah satu daerah penghasil emas di Provinsi Kalimantan Barat, daerah ini umumnya ditutupi oleh lapisan tanah penutup berwarna merah atau putih kekuningan dengan ketebalan sekitar 1,0 m sampai 5,0 m yang umumnya menutupi endapan aluvial mengandung emas dengan ketebalan bervariasi antara 0,5 m sampai 1,5 m terutama terdiri dari pasir kuarsa, fragmen batuan kuarsa, kwarsit, dan mineral zirkon, magnetit, turmalin, mineral berat lainnya, serta limonit. Batuan yang mendasari endapan emas aluvial terdiri dari batupasir kotor/grewacke dan batulempung.

Penambangan emas aluvial dan emas primer saat ini masih berlangsung,

penambangan emas primer umumnya dilakukan dilokasi bekas tambang aluvial. Emas primer ditemukan pada batuan dasar endapan aluvial berupa batupasir dan batulempung pada kedalaman > 25 m, penambangan dilakukan dengan membuat lobang vertikal dan lobang horizontal mengikuti arah urat.

Hasil evaluasi potensi bahan galian pada wilayah bekas tambang dan PETI

emas aluvial, diketahui sisa sumber daya bahan galian emas aluvial di daerah Takalong Miru sebesar 944,50 kg dan Takalong Samaras 562.500 m³. Kandungan emas di daerah Taye, Lubuk Pawon dan sepanjang aliran S. Saih (blok I) masih berpotensi untuk diusahakan. Kandungan mineral ilmenit umumnya > 75% dan zirkon bervariasi antara 6% - 55% dan endapan lempung mempunyai kandungan kaolin rata-rata 66% dan muscovit 34%. Endapan emas aluvial di daerah Taye, Lubuk Pawon dan sepanjang aliran S. Saih (blok I) masih berpotensi untuk diusahakan.

Penambangan emas primer dapat dikatakan tidak optimal, urat kuarsa yang

diperkirakan mempunyai kandungan emas kecil di buang bersama-sama batuan samping berupa batupasir dan batelempung. Hasil analisis menunjukan kandungan emas pada urat kuarsa tersebut sebesar 40,300 ppm Au dan pada batupasir 91,400 ppm Au serta hasil analisis tailing memperlihatkan kandungan emas sebesar 27,500 ppm dan 109,200 ppm.

31

Page 47: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

EVALUASI SUMBER DAYA DAN CADANGAN BAHAN GALIAN UNTUK PERTAMBANGAN SEKALA KECIL

DI KABUPATEN BIMA, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Oleh :

Mangara P. Pohan dan Nixon Juliawan

Kelompok Program Penelitian Konservasi

S A R I

Salah satu upaya untuk memperoleh manfaat yang optimal dalam pengelolaan bahan galian adalah dengan memanfaatkan bahan galian berdimensi kecil untuk kemungkinan dikembangkan sebagai pertambangan sekala kecil atau pertambangan yang dilakukan oleh rakyat.

Daerah Pesa, Kecamatan Wawo dan Daerah Lambu, Kecamatan Sape,

merupakan daerah terpilih dari beberapa lokasi mineralisasi di Kabupaten Bima yang dievaluasi sumber daya cadangan bahan galian khususnya bahan galian logam, dan aspek pertambangannya.

Daerah Pesa sebagian besar ditutupi oleh satuan batuan gunung api tua

(Tlmv) terdiri dari lava dan breksi berkomposisi andesit dan basalt, mengandung sisipan tufa bersifat andesit, batugamping hablur, hasil gunungapi tua (Qtv), batuan intrusi tonalit, dan dasit. Daerah Sape secara regional ditutupi oleh satuan aluvial (Qa) dan batugamping berlapis (Tml), dan batuan intrusi berupa batuan intrusi dasit

Hasil evaluasi diperkirakan, Daerah Pesa ( Ringin dan Jambu Air)

mempunyai sumber daya bijih sebesar 2.160.000 ton. Hasil analisis 2 contoh urat Ringin menunjukan Au 18 ppm dan 17 ppm, contoh lainnya < 0.5 ppm, dan 2 contoh urat Jambu Air menunjukan nilai Au 45 ppm dan 40 ppm, contoh lainnya < 5 ppm/Au. Dengan perkiraan nilai Au rata-rata ≥ 10 ppm, maka sumber daya emas di daerah ini diperkirakan sebesar ≥ 21 ton.

Daerah Pesa dapat direkomendasikan sebagai Tambang Sekala Kecil, akan

tetapi penangannya harus dilakukan secara hati-hati dikarenakan lokasi endapan bahan galiannya terletak di hulu S. Kombo, dimana aliran sungai ini bermuara di S. Lampe yang bermuara di Teluk Bima dan meliwati daerah persawahan, pemukiman serta Kota Bima.

32

Page 48: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

EVALUASI SUMBER DAYA - CADANGAN BAHAN GALIAN UNTUK PERTAMBANGAN SEKALA KECIL DI KAPUAS HULU, KALIMANTAN BARAT

Oleh :

Danny Z . Herman

Kelompok Program dan Penelitian Konservasi

S A R I

Bahan galian emas merupakan komoditi utama yang menjadi sasaran usaha pertambangan tradisional di daerah Boyan Tanjung, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Bahan galian emas ditemukan dalam endapan aluvium purba (paleo-alluvium) dan berasosiasi terutama dengan sedimen point bar yang diendapkan oleh sungai meander.

Karena anggapan bahwa penambangan emas memberikan harapan kelangsungan kebutuhan ekonomi, dengan penggunaan teknologi penambangan sederhana dan kemudahan pemasaran produk pertambangannya maka usaha pertambangan tradisional ini menunjukkan kecenderungan berkembang sebagai mata pencaharian utama. Lebih jauh lagi bahwa usaha tersebut menerapkan sistem kemitraan yang melibatkan pemilik lahan, pemilik modal dan kelompok pelaku penambangan setempat.

Mengacu kepada perkiraan sebaran yang signifikan dari endapan point bar dan potensi emas yang dikandungnya, tidak menutup kemungkinan daerah-daerah pertambangan tradisional dapat dikembangkan menjadi wilayah pertambangan resmi berskala kecil yang memberikan dampak positif dalam penciptaan lapangan kerja dan pendapatan khususnya bagi para pelaku usaha serta umumnya masyarakat di sekitar wilayah pertambangan.

Usaha pertambangan resmi bahan galian emas berskala kecil harus berorientasi kepada keekonomian masyarakat setempat, penjagaan keseimbangan lingkungan dan tata ruang wilayah pertambangan, serta yang terpenting memberikan kontribusi kepada kepentingan pembangunan sosial ekonomi daerah otonom.

33

Page 49: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

KAJIAN POTENSI TAMBANG DALAM PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG

DI DAERAH LUMAJANG, JAWA TIMUR

Oleh : Danny Z . Herman

Kelompok Program dan Penelitian Konservasi

S A R I

Secara geologi kawasan hutan lindung di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur dibentuk oleh dominan batuan-batuan bersusunan andesitik hingga basaltik berasal dari produk kegiatan gunungapi dari umur tertua Oligosen Atas-Miosen Awal (Formasi Mandalika) hingga Plistosen (terdiri atas Batuan Gunungapi Jembangan, Endapan Gunungapi Tengger dan Batuan Gunungapi Semeru). Formasi Mandalika menempati sebagian kecil kawasan hutan lindung bagian baratdaya yang tersingkap sebagai jendela erosi (erosional window) di antara endapan piroklastik dari produk G.Mahameru (Semeru).

Formasi Mandalika disusun oleh batuan-batuan tuf, breksi dan lava andesitik yang pada umumnya telah terstrukturkan dan mengalami ubahan hidrotermal terpropilitkan berasosiasi dengan mineralisasi pirit tersebar dan stockwork urat kalsit-kuarsa-epidot di bagian-bagian zona tersesarkan atau dimana zona rekahan terjadi secara intensif. Indikasi ubahan dan mineralisasi pirit dengan asosiasi urat-urat kalsit-kuarsa-epidot, diduga merupakan karakteristik zona terluar (outer alteration zone) dari suatu sistem mineralisasi porfiri (porphyry system); kemungkinan merupakan bagian dari mineralisasi Cu – Au yang ditemukan di daerah Tempursari dan sekitarnya, yang berada di sebelah selatan daerah kegiatan.

Metode tambang dalam/bawah permukaan pada sistem mineralisai porfiri pernah dilakukan pada cadangan bijih tembaga porfir bernilai ekonomis di San Manuel, Arizona dan Climax & Henderson, Colorado; yang diharapkan dapat dilakukan di kawasan hutan lindung Kabupaten Lumajang. Terdapat beberapa parameter yang harus dipertimbangkan dalam menentukan keputusan penggunaan metode tambang dalam di kawasan hutan lindung Lumajang, antara lain :

• Perlunya eksplorasi rinci di seluruh daerah dengan indikasi sistem mineralisasi porfiri, dalam rangka pembuktian keberadaan sumber daya atau cadangan bahan galian tembaga (Cu) bernilai ekonomis di bawah permukaan.

• Bahwa daerah termineralisasi terletak pada bagian wilayah Kabupaten Lumajang dimana infrastruktur jalan raya utama jalur selatan melaluinya dan berperan sebagai satu-satunya sarana transportasi atau jalur urat nadi perekonomian propinsi Jawa Tengah - Jawa Timur.

• Bahwa daerah termineralisasi ini termasuk ke dalam kategori lingkungan yang kurang stabil karena terletak pada zona struktur sesar dan daerah yang terpengaruh dampak kegiatan gunungapi aktif Mahameru.

34

Page 50: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

PENDATAAN PENYEBARAN UNSUR MERKURI PADA WILAYAH PERTAMBANGAN EMAS DAERAH

GUNUNG GEDE, KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT

Oleh :

Rohmana, Suharsono Kamal dan Suhandi

Kelompok Program Penelitian Konservasi

S A R I

Pendataan penyebaran unsur merkuri pada wilayah pertambangan Daerah Gunung Gede, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Kegiatan ini dilakukan untuk mendata penyebaran unsur merkuri dan unsur logam berat lainnya.

Hasil analisis conto sedimen sungai aktif menunjukkan pengolahan emas dengan cara amalgamasi telah menyebabkan kontaminasi pada sedimen sungai di sekitarnya, dimana kadar Hg, Pb, Zn, As dan Cd menunjukkan nilai yang sangat tinggi dan berpotensi menimbulkan dampak lingkungan dan berbahaya bagi kesehatan masyarakat di sekitar lokasi penambangan.

Hasil analisis conto tanah menunjukkan kadar merkuri yang sangat tinggi, yaitu 9,04 – 135,20 ppm Hg, tingginya nilai unsur Hg erat hubungannya dengan proses pengolahan dan penggarangan. Hasil analisis conto tailing menunjukkan nilai konsentrasi Hg yang sangat tinggi, yaitu 132 – 1090,4 ppm.

Kenaikan konsentrasi merkuri dalam tailing yang tinggi berhubungan erat dengan pemakaian merkuri dalam proses penggilingan bijih dengan alat gelundung. Selain itu material tailing juga masih mengandung emas, perak dan logam-logam lainnya dalam jumlah yang tinggi, menunjukkan recovery pengolahan yang tidak optimal dan tidak dilakukannya penanganan tailing secara baik.

Hasil analisis conto air menunjukkan tidak terdeteksi adanya kontaminasi merkuri dan logam berat lainnya dalam air permukaan tetapi gejala penurunan kualitas lingkungan terlihat pada air sungai yang keruh akibat adanya pengolahan emas dengan proses amalgamasi di sungai.

35

Page 51: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

KAJIAN POTENSI TAMBANG PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG DI DAERAH BUOL PROVINSI SULAWESI

TENGAH

Oleh : Rudy Gunradi

Kelompok Program Penelitian Konservasi

S A R I

Sudah sejak lama, diketahui kawasan-kawasan lindung dan konservasi di Indonesia banyak menyimpan potensi bahan galian yang tidak dapat dimanfaatkan secara optimal karena masalah undang-undang. Salah satu daerah prospek tersebut adalah Prospek Polonggo yang secara administratif termasuk kedalam Kecamatan Paleleh, Kabupaten Buol, Provinsi Sulawesi Tengah. Di daerah prospek ini pernah dilakukan penambangan pada zaman Belanda dan pada saat dilakukan kajian terdapat aktivitas pertambangan emas rakyat

Prospek Polonggo mempuyai luas 2,5 x 1,5 km2 , ditempati oleh Formasi

Dolokapa (Tmd) yang terdiri dari satuan batuan gunungapi di bagian bawah dan satuan batuan sedimen di bagian atas, ubahan yang terjadi adalah argilitisasi, silisifikasi dan propilitisasi.

Panjang zona urat 1,5 km,.mineralisasi terdiri dari pirit, kalkopirit,

sphalerit, galena, kovelit dan butiran emas halus. Terjadi 2 tahap mineralisasi; pertama mineralisasi pirit dan emas secara tersebar, selanjutnya disusul oleh mineralisasi kalkopirit, sphalerit, galena yang umumnya mengisi rekahan yang ada. Sumberdaya tereka bahan galian emas antara kedalaman 100-200 m di daerah ini sebesar 3,975 ton Au , dengan asumsi kadar rata-rata Au > 10 ppm.

Diperlukan suatu kajian ekonomi kelayakan tambang yang rinci mengingat

jumlah bahan galian emas relatif kecil dan letak endapan bahan galian relatif dalam.

Kendala lain yang perlu diperhatikan yaitu bentang alam bagian atas telah

relatif rusak akibat kegiatan penambangan rakyat, yang menyebabkan berkurangnya kestabilan lereng dan kekuatan batuan penyangga disekitarnya.

Apabila pertambangan emas rakyat yang ada sekarang akan dikembangkan

menjadi pertambangan sekala kecil dalam bentuk Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR), maka tidak seluruh endapan bahan galian tertambang, karena keterbatasan teknologi dan dana.

36

Page 52: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

EVALUASI SUMBER DAYA DAN CADANGAN BAHAN GALIAN UNTUK PERTAMBANGAN SEKALA KECIL DI

PULAU LEMBATA, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Oleh : Rudy Gunradi,

Kelompok Program Penelitian Konservasi, Pusat Sumber Daya Geologi

S A R I

Daerah kegiatan secara administratif termasuk Desa Balauring, Kecamatan Omesuri, Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Hasil penyelidikan terdahulu di daerah ini terdapat prospek bahan galian logam, barit di daerah Poakoyong dan batugamping di sekitar Balauring.

Secara umum daerah Balauring dan sekitarnya ditempati oleh breksi tufa,

lava andesitik, tufa dari Formasi Kiro, satuan batugamping.dari Formasi Waihekang dan satuan Batuan Gunung Api Tua.

Daerah prospek mineralisasi logam terletak di sekitar puncak G. Poakoyong.

Hasil penyelidikan, terekam 2 jalur urat kuarsa mengandung logam dasar masing masing dengan panjang 250, dengan ketebalan 20 cm dan panjang 500 m. Urat kuarsa berasosiasi dengan logam dasar (galena, kalkopirit, sfalerif, mangan), sedikit pirit. Hasil analisis kimia menunjukkan beberapa conto mengandung unsur Pb yang cukup tinggi, tapi dari jumlah sumber daya bahan galian tersebut tidak ekonomis untuk diusahakan.

Hasil analisis kimia menunjukkan konsentrasi Au yang sangat kecil dan

menutup kemungkinan untuk dikembangkan menjadi suatu pertambangan. Kendala lain dari pengolahan bijih di daerah ini umumnya sangat keras, tersilisifikasi kuat dan urat tersebut relatif utuh, sangat sedikit kekar yang mempengaruhinya, sehingga menyulitkan pada proses penambangan.

Potensi bahan galian barit relatif kecil dan cocok untuk dibuat pertambangan

sekala kecil, mengingat proses penambangannya sangat sederhana hanya penggalian dan pengangkutan saja.

Potensi bahan galian batugamping terdapat di sekitar Balauring. Dengan

teknologi pembakaran sederhana batugamping terumbu bisa dijadikan kapur tohor untuk digunakan sebagai bahan bangunan dan industri kimia yang makin hari makin kebutuhannnya makin meningkat. Batugamping dan batu pasir gampingan potensinya jauh lebih banyak dari batugamping terumbu. dengan kadar CaCo3 > 10%, sehingga bisa diolah menjadi bahan kapur pertanian (kaptan).

37

Page 53: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

EVALUASI POTENSI BAHAN GALIAN PADA BEKAS TAMBANG DAN WILAYAH PETI DI DAERAH MONTERADO, KABUPATEN BENGKAYANG,

PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Oleh : Rudy Gunradi, Edie Kurnia. E,

Kelompok Program Penelitian Konservasi, Pusat Sumber Daya Geologi

S A R I

Daerah kegiatan secara administratif termasuk Kecamatan Monterado, Kabupaten Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat. Di daerah ini sejak jaman dahulu telah ada kegiatan penambangan oleh rakyat. Antara tahun 1990-1996, PT. Monterado Mas Mining, melakukan kegiatan eksploitasi di wilayah ini. PT. Monterado Mas Mining dalam operasi penambangannya menggunakan kapal keruk (Bucket Wheel Suction Dregde), sedangkan tambang PETI emas rakyat menggunakan teknologi sederhana (tambang semprot). Saat ini terdapat beberapa lokasi tambang rakyat. Kegiatan penambangan berada di S. Raya sampai ke hulu-hulu anak sungainya.

Potensi bahan galian yang dievaluasi, yaitu potensi endapan emas aluvial di

bagian hulu dari S. Raya, mulai dari Desa Monterado sampai ke arah hulu S. Raya. Luas sebaran aluvial di daerah kegiatan sebesar 3.084 Ha. Sebanyak 90% endapan yang ada berupa tailing umumnya terletak di mainsteam S. Raya. Hanya sekitar 10% endapan aluvial yang masih insitu, umumnya terletak di hulu-hulu sungai. Ketebalan endapan aluvial di main steam S. Raya bervariasi antara 1 - 5 m, dan di hulu-hulu sungai bervariasi antara 1 – 2 m. Kadar rata-rata tailing 51 mg/m3 dan kadar rata-rata aluvial 136 mg/m3.

Jumlah sumberdaya tereka emas pada endapan tailing di main steam S. Raya

sebesar 42,4 ton dan jumlah sumberdaya tereka emas aluvial yang masih insitu di hulu-hulu S. Raya sebesar 6,29 ton.

Pola dan sistim penambangan PETI emas yang ada tidak sistimatis dan tidak

didasarkan hasil eksplorasi yang baik yang menyebabkan banyak lokasi bukaan tambang yang tidak berhasil dan banyak menyisakan bahan galian tertinggal. Disamping itu menyebabkan kerusakan lingkungan berupa kerusakan bentang alam, tingginya tingkat pelumpuran sungai dan pencemaran air raksa.

Masih banyaknya butiran emas pada tailing membuktikan sistim pengolahan

PETI emas aluvial tidak sempurna, recovery pengolahan relatif kecil. Salah satu penyebabnya adalah disain dan ukuran dari sluice box yang tidak sesuai.

38

Page 54: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

Potensi bahan galian lain yang terdapat bersamaan dengan emas aluvial adalah zirkon, pasir kuarsa, dan tanah urug dengan jumlah yang cukup besar. Bahan galian zirkon dan pasir kuarsa berupa bahan galian lain dan/atau mineral ikutan pada proses pengolahan emas aluvial. Bahan galian zirkon memiliki prospek baik untuk dikembangkan dan sampai saat ini belum dimanfaatkan. Pasir kuarsa masih relatif sedikit dimanfaatkan, saat ini digunakan oleh masyarakat setempat untuk bahan bangunan dan tidak sedikit yang digunakan sebagai tanah urug. Pemanfaatan pasir kuarsa dan zirkon untuk tanah urug kurang tepat dilihat dari segi konservasi bahan galian mengingat terjadinya penurunan nilai ekonomi dari bahan galian tersebut.

39

Page 55: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

INVENTARISASI POTENSI BAHAN GALIAN PADA WILAYAH PETI, DAERAH NABIRE, PROVINSI PAPUA

Oleh:

Denni Widhiyatna, Sabtanto J Suprapto, Asep Ahdiat

Kelompok Program Penelitian Konservasi

S A R I

Sejarah penambangan emas di Kabupaten Nabire diawali oleh kegiatan pendulangan emas aluvial di Distrik Topo sekitar 40 km dari Nabire sejak tahun 1994-2002. Besarnya potensi kandungan emas aluvial ditunjukkan dengan tersebarnya lokasi pertambangan emas di daerah ini antara lain di Daerah Siriwini, Musairo-Legare, Topo, Wanggar, Kilo 62-64, Centrico, Kilo 74 dan Siriwo.

Secara umum, metode penambangan emas aluvial dilakukan berdasarkan

kondisi endapan aluvialnya, antara lain : a. Penambangan emas pada endapan aluvial aktif (muda) yang dilakukan pada

badan-badan sungai menggunakan peralatan sederhana seperti dulang atau wajan, linggis, sekop, cangkul dan ayakan.

b. Apabila penambangan dilakukan untuk mengambil material aluvial purba atau aluvial recent yang terdapat di tebing sungai atau di darat, maka pengambilan bijih emas dilakukan dengan membuat sumuran atau paritan untuk mencapai lapisan yang diperkirakan mengandung emas. Selanjutnya material yang diperoleh didulang di sekitar lokasi lubang tambang.

c. Metode tambang semprot yang menggunakan mesin berkekuatan 5,5 PK/unit untuk menambang emas pada aluvial tua atau tanah lapukan dari batuan dasarnya, selanjutnya material tersebut dimasukkan ke dalam “sluice box” kemudian mineral-mineral beratnya di dulang.

Secara geologi, lokasi penambangan emas dihuni oleh endapan-endapan

aluvial muda dan aluvial tua yang secara umum terdiri dari fragmen-fragmen kuarsa putih susu, batuan ultramafik, batuan malihan dan batuan sedimen. Umumnya potensi kandungan emas dalam endapan aluvial tua akan meningkat seiring dengan peningkatan ukuran butiran endapan tersebut yang relatif lebih dalam dan dekat dengan batuan dasarnya.

40

Page 56: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

EVALUASI SUMBER DAYA DAN CADANGAN BAHAN GALIAN UNTUK PERTAMBANGAN SEKALA KECIL ,

DAERAH KABUPATEN BANYUMAS PROVINSI JAWA TENGAH

Oleh :

Raharjo Hutamadi 1 , Mulyana 2

1 Kelompok Program Penelitian Konservasi, 2 Subbid Laboratorium, Bidang Sarana Teknik

S A R I Daerah kegiatan meliputi kecamatan Lumbir, Gumelar, Pekuncen,

Ajibarang dan Kedung Banteng secara administratif termasuk ke dalam Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah dengan ibukota kabupaten di Purwokerto.

Bahan galian yang memiliki kadar maupun jumlah sumber daya dan

cadangan yang rendah umumnya kurang diminati oleh pelaku usaha pertambangan bersekala besar, maka perlu upaya untuk dapat memanfaatkannya meskipun dengan penambangan sekala kecil, hal ini dilakukan agar potensi bahan galian tersebut dapat memberikan sumbangan bagi pendapatan daerah maupun devisa negara.

Pengertian, kriteria, ketentuan tentang pertambangan sekala kecil hingga

saat ini masih sering menimbulkan kerancuan dikalangan aparat terutama di daerah dan masyarakat yang terkait pertambangan, hal ini antara lain disebabkan belum adanya ketentuan ataupun peraturan yang menjadi acuannya.

Usaha pertambangan di Banyumas pada umumnya kategori pertambangan

rakyat atau dapat dikatakan sebagai pertambangan sekala kecil. Pengusahaan bahan galian di wilayah ini meliputi kegiatan penambangan dan pengolahan bahkan sampai pemasaran. Adapun bahan galian yang diusahakan cukup beragam, seperti batugamping, andesit dan diorit, (istilah setempat batukali, batu gunung), pasir, batulempung. Pendulangan emas dilakukan masyarakat sejak terjadinya krisis ekonomi hingga saat ini bahkan telah menjadi mata pencaharian sebagian masyarakat di sekitar aliran S. Larangan dan Kali Arus. Masyarakat dalam mencari emas ini melakukan dengan cara penggalian pada endapan aluvial tua yang kemudian dilakukan pendulangan. Di desa Gancang (K. Arus), penambangan dilakukan dengan cara menggali pasir yang mengandung emas di dalam sumur-sumur berkedalaman 4 -5 m dan diteruskan dengan pembuatan terowongan-terowongan., untuk mengeluarkan genangan air di dalamnya dibantu dengan menggunakan pompa.

41

Page 57: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

Di daerah Karang Alang ditemukan mineralisasi berupa urat-urat kuarsa yang mengandung logam sulfida, diduga mineralisasi ini mengikuti bidang patahan yang telah mengalami ubahan argilik. Urat kuarsa dilokasi ini umumnya berupa lensa-lensa mengandung pirit tersebar yang sebagian telah mengalami oksidasi, tebal urat antara 20-25 cm dengan arah jurus/kemiringan N95°E/50°. Khususnya bahan galian emas di daerah Cihonje-Karang Alang apabila dikembangkan menjadi suatu wilayah pertambangan emas walaupun bersekala kecil dihadapkan beberapa kendala,antara lain : − Aspek tata guna lahan, karena lokasinya terletak di daerah pemukiman padat

penduduk, daerah peruntukan perkebunan/kehutanan dan dilalui satu-satunya jalan utama sebagai jalur perekonomian desa.

− Aspek sosial - ekonomi; kemungkinan penolakan oleh masyarakat karena kebiasaan masyarakat setempat telah cukup lama akrab dan memilih menambang emas dengan cara menggali pasir dan mendulang di sungai dimana dampak terhadap lingkungan dirasakan relatif tidak mengkhawatirkan.

42

Page 58: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

INVENTARISASI POTENSI BAHAN GALIAN PADA WILAYAH PETI

DAERAH BELITUNG, PROVINSI BANGKA BELITUNG

Oleh : Denni Widhiyatna, Mangara P Pohan, Asep Ahdiat

Kelompok Program Penelitian Konservasi

S A R I

Kegiatan penambangan timah tanpa izin (PETI) di Pulau Belitung dikenal dengan sebutan Tambang Inkonvensional (TI), Lokasi-lokasi penambangan umumnya merupakan bekas lokasi penambangan PT.Timah Tbk yang berupa daerah yang telah direklamas, dan kolam-kolam bekas penambangan yang ditambang kembali. Lokasi Tambang Inkonvensional tersebut relatif tersebar merata di Pulau Belitung.

Metode penambangan yang dilakukan berupa penambangan terbuka

dengan sistem tambang semprot (hydraulicking). Sistem tambang semprot adalah suatu cara penambangan yang mempergunakan alat penyemprot air yang disebut “monitor” atau “giant” sebagai alat gali, pompa tanah sebagai alat angkut bijih, “Sakhan” sebagai alat alat konsentrasi bijih timah dan generator untuk pembangkit tenaga listrik.

Pengaruh terhadap lingkungan karena adanya aktivitas Tambang

Inkonvensional di Pulau Belitung antara lain adalah hancurnya tanah penutup yang hanyut ke dalam air, timbulnya genangan-genangan air, munculnya gundukan-gundukan tanah yang berupa pasir/kerikil dan berubahnya ekosistem di sekitar penambangan.

Berdasarkan hasil peninjauan di lapangan, para penambang umumnya

hanya mengambil dan menjual kasiterit, sedangkan mineral ikutan lainnya seperti ilmenit, zirkon, xenotim dan kuarsa hingga saat ini belum dimanfaatkan. Hasil analisis mineralogi butir dari beberapa pemercontoan konsentrat dulang menunjukkan prosentase yang signifikan atas kandungan mineral-mineral ikutan tersebut sehingga diperlukan upaya untuk memanfaatkannya selain kasiterit, hal ini agar diperoleh manfaat yang optimal dalam suatu proses penambangan dan pengolahan sehingga didapatkan beberapa jenis mineral yang bermanfaat.

Upaya peningkatan perolehan pengolahan secara umum telah dilakukan

oleh para penambang dengan cara mengolah kembali material yang lepas dari “Sakhan” di kolam penampungan tailing. Pengolahan ini menggunakan ember untuk mengambil tailing yang selanjutnya diolah dengan alat konsentrasi mineral

43

Page 59: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

berat berupa “sakhan” yang berukuran relatif lebih kecil dengan tujuan untuk memperoleh mineral-mineral berat yang masih terdapat pada tailing. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan kandungan timah dan mineral ikutan lainnya relatif masih banyak, hal ini kemungkinan karena mineral-mineral berat tersebut cukup banyak yang tidak mengendap pada “sakhan” yang kemudian terakumulasi pada tumpukan tailing.

Salah satu mineral yang terdapat pada tailing hasil penambangan timah

aluvial adalah pasir kuarsa, saat ini pasir kuarsa tersebut belum dimanfaatkan atau hanya digunakan sebagai material penutup. Menurut Sudradjat dkk, pasir kuarsa di Bangka-Belitung memiliki kadar SiO2 antara 97,6 % - 98,53%, oleh karena itu perlu dipertimbangkan pemanfaatannya agar diperoleh nilai tambah dari mineral tersebut.

Beberapa hal yang perlu dilakukan antara lain adanya upaya untuk

membentuk Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) bagi penambang timah, kemudian dilakukan sistim penambangan yang baik dan berwawasan lingkungan dan adanya bimbingan oleh aparat pemerintah agar penambangannya dilakukan sesuai dengan prosedur teknis yang tepat.

44

Page 60: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

INVENTARISASI POTENSI BAHAN GALIAN PADA WILAYAH PETI DAERAH HALMAHRA UTARA, PROVINSI

MALUKU UTARA

Oleh : Suhandi, Wawan Suherman

Kelompok Program Penelitian Konservasi,

S A R I

Daerah kegiatan secara administratif termasuk kedalam Desa Roko dan Kapa Kapa, Kecamatan Galela dan Loloda Utara, Kabupaten Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara.

Kegiatan pertambangan tanpa izin (PETI) di daerah Gosowong pada wilayah

pertambangan PT. NHM sudah mulai banyak berkurang semenjak pemerintah melakukan penertiban. Daerah Halmahera Utara adalah daerah prospek sebagai pilihan oleh masyarakat lokal maupun pendatang dan mulai marak adanya kegiatan pertambangan tanpa izin (PETI), sebelumnya daerah tersebut telah di eksplorasi oleh PT. Nusa Halmahera Minerals (PT. NHM), pada tahun 1998 telah di lepas dan statusnya sekarang telah di kembalikan oleh Negara.

Untuk memperoleh data dan informasi mengenai potensi bahan galian pada

kegiatan wilayah PETI terutama sumberdaya/cadangan, menginventarisasi bahan galian lain, mineral ikutan, recovery penambangan dan pengolahan, penanganan tailing perlu dilakukan pendataan pemanfaatan bahan galian di daerah tersebut.

Ada beberapa kelompok penambangan emas tanpa izin (PETI) di daerah Roko

dan Kapa Kapa melakukan kegiatan dengan cara tradisional (amalgamasi), daerah Roko setiap kelompok dapat memperoleh 2-3 gram/hari, daerah Kapa Kapa setiap kelomok memperoleh 1-2 gram/hari, dengan sistem penambangan lobang vertikal.

Batuan yang menyusun daerah ini terdiri dari breksi volkaniklastik basaltik

andesit sedikit sedimen volkanik, breksi hydrothermal tersilifikasi terdiri dari tufa klastik, andesit dengan matrik “vughy” kalsedonik kuarsa dengan pyrit <1%, terdapat juga tufa debu dan ignimbrit. denga arah umum urat kuarsa relatif utara-selatan dengan ketebalan 20-40 cm

Disamping kegiatan penambangan emas tanpa izin (PETI), daerah tersebut

terdapat potensi bahan galian lain seperti Batugaming, pasirbesi dan mangan. Optimalisasi penambangan dan pengolahan perlu di tingkatkan dengan

mempertimbangkan aspek pemanfaatan bahan galian yang ada dengan tetap penerapan konservasi bahan galian.

45

Page 61: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

PENDATAAN PENYEBARAN MERKURI PADA WILAYAH PERTAMBANGAN

DI DAERAH SELOGIR, KAB.WONOGIRI, PROVINSI JAWA TENGAH

Oleh :

Denni Widhiyatna, R.Hutamadi, Asep Ahdiat

Kelompok Program Penelitian Konservasi

S A R I

Wilayah penambangan emas di Kecamatan Selogiri hanya terdapat di sekitar Gunung Tumbu – Kalipuru yang ditempati oleh batuan mikrodiorit terkersikkan dan sebagian ubahan argilik dengan membawa mineralisasi emas, perak dan logam dasar berupa endapan primer tipe urat. Mineralisasi utama terjadi berupa pengisian rekahan oleh jaringan urat kuarsa halus yang mengandung mineral-mineral sulfida berupa pirit dan kalkopirit yang berasosiasi dengan logam mulia emas dan perak.

Metode penambangan yang dilakukan berupa tambang dalam, sedangkan

pengolahan bijih emas berupa amalgamasi dengan menggunakan gelundung/tromol yang digerakkan oleh generator diesel atau dinamo listrik. Lokasi pengolahan bijih umumnya dilakukan di sekitar lubang tambang.Tidak ada pengolahan yang dilakukan di sungai karena debit airnya kecil bahkan terkadang tidak berair. Hanya terdapat beberapa kelompok penambang yang mengolah tailing dengan menggunakan sluice box dan dulang untuk mendapatkan konsentrat logam berat dan amalgam yang selanjutnya dilakukan proses amalgamasi untuk mendapatkan emasnya. Walaupun kegiatan ini dapat meningkatkan perolehan pengolahan namun karena dilakukan di Kali Jendi dan Kali Puru maka menyebabkan air sungai menjadi keruh dan terkontaminasi unsur merkuri dan logam dasar yang lepas dalam tailing.

Hasil analisis conto sedimen sungai aktif menghasilkan 3 kelompok unsur

konsentrasi merkuri. Kelompok pertama berkisar antara 76.000 ppb – 194.000 ppb yang terdapat pada sungai-sungai di wilayah pertambangan, antara lain di Kali Nglenggong, Kali Puru, Kali Jendi dan Kali Geritan. Kelas kedua memiliki kisaran nilai unsur merkuri antara 1000 ppb – 76.000 ppb Hg, yang tersebar di bagian tengah hingga hilir Kali Puru dan Kali Jendi sampai di Kali Blatukan. Kelas ketiga berkisar antara 42 ppb – 1000 ppb yang mana kelompok konsentrasi ini dapat dianggap sebagai rona awal kadar merkuri pada sedimen sungai di wilayah Selogiri. Kondisi tersebut di atas menunjukkan bahwa peninggian konsentrasi unsur merkuri dalam conto sedimen sungai masih bersifat lokal di sekitar penambangan dan adanya penurunan konsentrasi ke arah hilir.

46

Page 62: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

Peninggian konsentrasi merkuri dan logam dasar dapat diakibatkan antara lain : Kontaminasi merkuri yang ditambahkan pada proses amalgamasi untuk menangkap emas yang ikut terbuang ke dalam tailing dan yang menjadi uap merkuri saat penggarangan amalgam. • Dispersi alami dari tubuh bijih yang mengandung merkuri dan logam dasar. • Kontaminasi dari batuan atau bijih emas yang mengandung merkuri dan logam

dasar yang terbuang sebagai tailing. • Kontaminasi dari aktivitas manusia di sekitar penambangan seperti pemakaian

pestisida, penggunaan peralatan yang mengandung logam, gas buang kendaraan dll yang mengandung unsur merkuri dan logam lainnya.

Upaya untuk mengurangi resiko terjadinya kontaminasi merkuri dan

logam dasar lainnya antara lain kolam pengendap tailing harus dibuat secara baik dan apabila telah penuh maka tailing yang ada harus diangkat dan disimpan di tempat tertentu yang lebih aman dan proses penggarangan harus dilakukan di tempat tertutup dengan menggunakan alat kondensator sehingga uap merkuri yang dihasilkan tidak menyebar ke udara terbuka dan dapat didaur ulang.

47

Page 63: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

INVENTARISASI BAHAN GALIAN PADA WILAYAH PETI DAERAH KABUPATEN KAMPAR, PROVINSI RIAU

Oleh:

Rohmana, Zamri Ta’in

Kelompok Program Penelitian Konservasi

S A R I

Kegiatan inventarisasi bahan galian pada wilayah PETI dilakukan di Desa Siabu, Kecamatan Salo dan Desa Bukit Melintang, Kecamatan Bangkinang Barat, Kabupaten Kampar, Propinsi Riau. Pada daerah ini terdapat lokasi bekas penambangan timah zaman Belanda.

Kegiatan PETI hampir tidak pernah melakukan kegiatan eksplorasi

cadangan. Kegiatan utama PETI umumnya adalah eksploitasi dan produksi terhadap bahan galian tersebut.

Daerah kegiatan mempunyai potensi bahan galian logam timah tipe

endapan aluvial dan,bahan galian lain yang berpotensi untuk dimanfaatkan. Bahan galian timah di daerah kegiatan secara geologi regional banyak

terdapat di Formasi Petani, nampak di jumpai di sekitar Sungai Siabu dan Sungai Lipai. Depositnya bersifat sekunder, sumber materialnya berasal dari batuan beku granit yang merupakan intrusi batuan beku yang muncul di permukaan bukit barisan.

Inventarisasi bahan galian pada bekas wilayah tambang yang tercakup

pada areal kegiatan PETI telah dilakukan oleh Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Riau meliputi: pemetaan topografi, pemetaan geologi, pemetaan geokimia, pemetaan Geofisika, pemboran dan perhitungan cadangan.

48

Page 64: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

INVENTARISASI BAHAN GALIAN PADA WILAYAH PETI DI DAERAH KAMIPANG, KABUPATEN KATINGAN, PROVINSI

KALIMANTAN TENGAH

Oleh : Edie Kurnia Djunaedi, Yuman Pertamana, Chandra Putra

Kelompok Program Penelitian Konservasi

S A R I

Dalam rangka optimalisasi pemanfaatan bahan galian perlu dilakukan penerapan konservasi bahan galian, sehingga tidak menyebabkan pemborosan atau penyia-nyiaan bahan galian di berbagai tahapan kegiatan. Disamping itu dalam pengelolaan sumber daya mineral juga perlu perumusan konservasi untuk kepentingan penelitian, cagar alam geologi/laboratorium alam dan cadangan bagi generasi yang akan datang.Dalam mendukung upaya tersebut di atas, tim dari Pokja Konservasi Pusat Sumber Daya Geologi telah melakukan Inventarisasi Bahan Galian Pada Wilayah PETI di Daerah Kamipang, Kabupaten Katingan, Provinsi Kalimantan Tengah.

Stratigrafi, urut-urutan formasi batuan dari yang berumur tua kemuda adalah sebagai berikut Malihan Pinoh, Batuan Gumungapi Formasi Kuayan, Tonait Sepauk, Granit Sukadana, Granit, Batuan Gunungapi Krabai, Formasi Mentemoi, Batuan Gunungapi Malasan, Terobosan Sintang, Formasi Dohor dan Aluvial terdiri dari lumpur, lempung, pasir, kerikil dan kerakal. Potensi bahan galian non logam di daerah kabupaten Katingan adalah Batu granit, Kaolin, Pasir Kuarsa dan Zirkon (A.F.Yusuf, 2006).

Bahan galian di daerah Kabupaten Katingan belum banyak diusahakan sampai tahap eksploitasi. Bahan galian non logam yang dimanfaatkan hanya pasir kuarsa yang digunakan untuk bahan bangunan. Sedangkan hasil penambangan emas dan zirkon belum dikelola oleh pemerintah daerah Katingan ( Potensi Unggulan dan Peluang Investasi,Kabupaten Katingan,2006). Wilayah penambangan emas tanpa izin (PETI) yang terdapat di Kecamatan Kamipang, Kabupaten Katingan terletak di daerah hulu sungai Klaru dan menyebar kedaerah Hampalit, kecamatan Katingan Hilir. Potensi emas aluvial di daerah kegiatan cukup besar, penambangan umumnya dilakukan oleh rakyat setempat. Hasil diskusi dengan para penambang, produksi mulai dari 6 gram/hari sampai dengan 30 gram/hari. Pengolahan hasil penambangan berupa konsentrat yang mengandung emas, biasanya dilakukan oleh penambang dengan pemilik lahan. Setelah mendapatkan emas bulion kemudian dibakar, pembakaran dan menentukan kadar mas dilakukan oleh toko mas.

Banyaknya butir emas pada tailing membuktikan pengolahan tidak sempurna (recovery pengolahan rendah), salah satunya diakibatkan oleh disain sluice box tidak baik dan alas karpet yang sudah jelek., tidak sistematis menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan berupa kerusakan bentang alam

49

Page 65: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

INVENTARISASI BAHAN GALIAN PADA BEKAS TAMBANG DI DAERAH KABUPATEN SAROLANGUN, PROVINSI

JAMBI

Oleh : Edie Kurnia Djunaedi, Yuman, Yunizar

Kelompok Program Penelitian Konservasi,

S A R I

Dalam rangka optimalisasi pemanfaatan bahan galian perlu dilakukan penerapan konservasi bahan galian, sehingga tidak menyebabkan pemborosan atau penyia-nyiaan bahan galian di berbagai tahapan kegiatan. Disamping itu dalam pengelolaan sumber daya mineral juga perlu perumusan konservasi untuk kepentingan penelitian, cagar alam geologi/laboratorium alam dan cadangan bagi generasi yang akan datang.Dalam mendukung upaya tersebut di atas, tim dari Pokja Konservasi Pusat Sumber Daya Geologi telah melakukan Inventarisasi Bahan Galian Pada Bekas Tambang di Daerah Kabupaten Sarolangun, Jambi

Potensi bahan galian di daerah kabupaten Sarolangun, terdiri dari :

Batubara, Emas,Batugamping, Granit, Pasir kuarsa, Pasir sungai, Lempung, Minyak bumi, Biji besi, Zirkon, Timbal, Tembaga, Marmer, Kaolin, Fosfat dan Bentonit. (Bappeda kab.Sarolangun,2002 dan Dinas Lingkungan Hidup Pertambangan dan Energi, kab Sarolangun,2006)

Bahan galian tersebut diatas pada umumnya dikelola oleh beberapa perusahaan, tahapannya masih dalam penyelidikan umum sampai dengan eksplorasi. Perusahaan yang melakukan kegiatan eksploitasi pada saat ini PT. Bina Wahana Meruap bumi dan PT.Petro China yang melaksanakan penambangan minyak bumi dan PT. Sungai Belati Coal yang menambang batubara. Bahan galian pada bekas tambang yang ada di kabupaten Sarolangun hanya bekas-bekas tambang emas tanpa izin (PETI). Kegiatan penambangan ini telah lama dilakukan oleh beberapa keluarga secara turun temurun. Sebelumnya masyarakat hanya menambang dengan cara mendulang, namun kini dengan masuknya pendatang bekerjasama dengan penduduk setempat dan seiring kemajuan teknologi, kegiatan penambangan telah menggunakan mesin ‘Dompeng’. Kegiatan penambangan dilakukan terutama pada daerah-daerah sekitar Sungai Batang Asai, Sungai Tembesi, Sungai Selembau, Sungai Limun dan Sungai Batang Rebah.

50

Page 66: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

Jumlah sumber daya hipotetik emas aluvial yang masih tersisa di Blok.1 kecamatan Batang Asai 63.148 kg. Blok.2. kecamatan Bathin VIII dan Kecamatan Sarolangun 280.720 kg kg, Blok.3. Desa Teluk Rendah, Kp Tujuh, Kecamatan Limun 32.351 kg dan Blok.4 Desa Ranggo,Kecamatan Limun 32.222 kg.

Potensi bahan galian lain pasir kuarsa, zirkon dan mineral ikutan pada proses pengolahan emas aluvial di daerah inventarisasi kurang lebih 0,6 % dari jumlah potensi aluvial.

51

Page 67: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

PENYUSUNAN ENSIKLOPEDI BAHAN GALIAN INDONESIA SERI BATUGAMPING

Tim Ensiklopedi

Kelompok Program Penelitian Konservasi

S A R I

Batugamping merupakan batuan sedimen dengan komposisi utama mineral kalsit (CaCO3), dolomit (CaMg(CO3)2) dan aragonit (CaCO3), yang terbentuk dengan beberapa cara, yaitu secara organik, mekanik dan kimia. Di alam yang sering dijumpai adalah batugamping yang terbentuk secara organik yang berasal dari kumpulan endapan cangkang kerang dan siput, foraminifera serta ganggang atau dari kerangka binatang koral yang telah mati. Batugamping yang terbentuk secara mekanik berasal dari perombakan batugamping yang telah ada yang kemudian terendapkan kembali. Batugamping yang terbentuk secara kimia bersala dari pengendapan kalsium karbonat dalam kondisi iklim dan lingkungan tertentu, baik dalam air tawar, air asin atau endapan sinter kapur. Tipe batugamping di Indonesia telah di deskripsi oleh Kusumadinata (1982) meliputi batugamping afanitik, batugamping bioklastik, batugamping terumbu, batugamping kristalin dan batugamping kalstik yang terdiri dari batugamping klastik fragmenter dan batugamping klastik non fragmenter. Pemerian batugamping yang umum digunakan di lapangan atau di laboratorium adalah klasifikasi Dunham (1962) yang melakukan klasifikasi batugamping berdasarkan tekstur atau hubungan antara matrik dan butir karbonat; Klasifikasi Folk (1962) yang melakukan klasifikasi batugamping berdasarkan pada kehadiran butiran karbonat (allochem), lumpur karbonat semen (micrite) atau semen karbonat (sparite calcite) di dalam batugamping; klasifikasi Pettijohn (1975) berdasarkan kepada susunan kimia dan mineralogi batuan karbonat yang tercampur dengan lempung

Bentang alam yang secara khusus berkembang pada batugamping adalah bentang alam kars. Pembentukan bentang alam kars dipengaruhi oleh proses karsifikasi, yang dipengaruhi oleh proses pelarutan dan pengikisan dengan tingkat lebih tinggi dibanding kawasan lainnya. Batugamping tersebar luas di seluruh wilayah Indonesia dengan karakteristik yang berbeda-beda, hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh kondisi geologi masing-masing daerah.

Neraca sumber daya mineral tahun 2005 menunjukkan sumber daya

52

Page 68: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

batugamping di Pulau Jawa 9.810,706 juta ton; Pulau Sumatera 73.820,044 juta ton; Pulau Kalimantan 1.6.430,22 juta ton; Pulau Sulawesi 79.300,19 juta ton; Pulau Irian 2.592,39 juta ton; Pulau Bali 7.191,29 juta ton; Kepulauan Maluku dan Halmahera 8.871 juta ton; Kepulauan Nusa Tenggara 43.625.51 juta ton.

Eksplorasi endapan bahan galian batugamping dilakukan berdasarkan pada pedoman teknis eksplorasi bahan galian non logam berkaitan dengan batugamping.

Analisis laboratorium yang umum dilakukan terhadap bahan galian batugamping, meliputi analisis kimia, analisis petrofisika, analisis petrologi dan mineralogi.

Penambangan bahan galian batugamping umumnya dilakukan dengan sistem tambang terbuka dengan menggunakan sistem jenjang. Pekerjaan pembongkaran batugamping umumnya disertai dengan pemboran dan peledakan.

Pengolahan batugamping (kalsium karbonat) umumnya sangat sederhana, yaitu dengan cara penggerusan dan pembakaran. Reaksi kimia sering pula dilibatkan bila bertujuan membuat produk khusus untuk menghasilkan kalsium karbonat murni dengan derajat kecerahan tinggi dan ukuran butir seragam. Pada proses pembakaran batugamping, umumnya dibedakan menjadi dua, yakni pembakaran temperatur rendah (750oC – 900oC) dan pembakaran temperatur tinggi (1200oC – 2000oC). Proses pembakaran temperatur rendah dilakukan untuk menghasilkan kapur tohor (quicklime), sedang pembakaran temperatur tinggi untuk menghasilkan kapur padam (dead-burned limestone). Batugamping sebagai bahan galian banyak memiliki manfaat yang dapat digunakan untuk keperluan berbagai macam industri, baik dalam sebagai bahan baku utama atau penyerta dan dalam bentuk batugamping yang belum diproses atau setelah diproses terlebih dahulu. Banyak industri yang memerlukan batugamping atau hasil olahannya meskipun dalam jumlah sedikit sekali. Penggunaan batugamping pada berbagai macam industri memerlukan persyaratan tertentu, seperti derajat kemurnian (kadar CaO), unsur pengotor (Mg, Al, Fe, P, S, Na K, D dan F), mineral pengotor (kuarsa, pirit dan markasit) dan sifat fisik (kecerahan, ukuran butir, luas permukaan dan kelembaban). Industri-industri yang menggunakan batugamping atau kalsium karbonat, baik sebagai bahan baku, bahan campuran atau penunjang, antara lain industri semen, pembuatan karbid, peleburan dan pemurnian baja, bahan keramik, industri kaca, industri bata silika, bahan pemutih dalam industri kertas, pulp dan karet, pembuatan soda abu, penjernih air, proses pengendapan bijih logam non besian, industri gula dan industri pertanian.

53

Page 69: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

EKSPLORASI PASIR BESI DI DAERAH KECAMATAN GALELA UTARA, KABUPATEN HALMAHERA UTARA,

PROVINSI MALUKU UTARA

Oleh : Kisman

S A R I

Kebutuhan bahan baku bijih besi dan pasir besi untuk industri baja di Indonesia semakin meningkat. Oleh karena itu perlu eksplorasi dan inventarisasi terhadap endapan besi tersebut di seluruh wilayah Indonesia. Untuk itu Kelompok Kerja Mineral, Pusat Sumber Daya Geologi melalui Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) TA 2006 melakukan eksplorasi endapan pasir besi di daerah Kecamatan Galela Utara, Kabupaten Halmahera Utara, Maluku Utara. Pelaksanaan penyelidikan di daerah ini dilakukan dengan metoda pemetaan endapan di permukaan, pengukuran topografi, pemboran, sumur uji, dan analisis laboratorium.

Anggota dari Formasi Bacan yang tersusun oleh batuan andesitik, diduga

kuat merupakan sumber pasir besi yang diendapkan di pantai Kecamatan Galela Utara. Kandungan Fetotal daerah Galela Utara cukup tinggi dengan kisaran antara 51,98% - 62,73%, dengan variasi yang hampir merata pada setiap lubang. Sedangkan untuk kandungan TiO2 dalam kategori kecil karena maksimal 9,26%.

Analisis ayak menunjukkan bahwa endapan pasir di daerah Kecamatan

Galela Utara memiliki besar butir dominan pada fraksi -1/2 +1/4. Nilai MD masing-masing sektor berbeda, sektor I dengan luas 67,05 Ha, nilai MD = 5,93% ketebalan pasir besi = 0,5 m. Sektor II luas 73,51 Ha, nilai MD = 19,71% dan ketebalan pasir besi 1,50 m. Sektor III luas 59,76 Ha, nilai MD = 14,51% dan ketebalan pasir besi 1,0 m. Sedangkan untuk SG = 3,21 dan tingkat keyakinan 50%, ini berlaku untuk semua sektor.

Hasil perhitungan sumberdaya berdasarkan rumus seperti dalam teori,

maka sumberdaya pasir besi pada sektor I = 31.907,92 ton; pada sektor II = 348.818,37 ton dan pada sektor III = 139.172,38 ton. Jumlah sumberdaya pasir besi di daerah Kecamatan Galela Utara sebesar 519.898,67 ton.

54

Page 70: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

PEDOMAN TEKNIS EKSPLORASI BIJIH BESI PRIMER

Oleh : Deddy Sutisna

S A R I

Penyelidikan umum dan eksplorasi bijih besi di Indonesia sudah banyak dilakukan oleh berbagai pihak, sehingga diperlukan penyusunan pedoman teknis eksplorasi bijih besi. Pedoman dimaksudkan sebagai bahan acuan berbagai pihak dalam melakukan kegiatan penyelidikan umum dan eksplorasi bijih besi primer, agar ada kesamaan dalam melakukan kegiatan tersebut diatas sampai pelaporan. Pedoman teknis eksplorasi bijih besi primer meliputi tata cara dan tahapan eksplorasi.

Tata cara eksplorasi bijih besi primer meliputi urutan kegiatan eksplorasi sebelum pekerjaan lapangan, saat pekerjaan lapangan dan setelah pekerjaan lapangan. Kegiatan sebelum pekerjaan lapangan ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai prospek cebakan bijih besi primer, meliputi studi literatur dan penginderaan jarak jauh. Penyediaan peralatan antara lain peta topografi, peta geologi, alat pemboran inti, alat ukur topografi, palu dan kompas geologi, loupe, magnetic pen, GPS, pita ukur, alat gali, magnetometer, kappameter dan peralatan geofisika.

Kegiatan pekerjaan lapangan yang dilakukan adalah penyelidikan geologi

meliputi pemetaan; pembuatan paritan dan sumur uji, pengukuran topografi, survei geofisika dan pemboran inti.

Kegiatan setelah pekerjaan lapangan yang dilakukan antara lain adalah analisis

laboratorium dan pengolahan data. Analisis laboratorium meliputi analisis kimia dan fisika. Unsur yang dianalisis kimia antara lain : Fetotal, Fe2O3, Fe3O4, TiO2, S, P, SiO2, MgO, CaO, K2O, Al2O3, LOI. Analisis fisika yang dilakukan antara lain : mineragrafi, petrografi, berat jenis (BD). Sedangkan pengolahan data adalah interpretasi hasil dari penyelidikan lapangan dan analisis laboratorium.

Tahapan eksplorasi adalah urutan penyelidikan geologi yang umumnya dilakukan

melalui empat tahap sbb : Survei tinjau, prospeksi, eksplorasi umum, eksplorasi rinci. Survei tinjau, tahap eksplorasi untuk mengidentifikasi daerah-daerah yang berpotensi bagi keterdapatan mineral pada skala regional. Prospeksi, tahap eksplorasi dengan jalan mempersempit daerah yg mengandung endapan mineral yg potensial. Eksplorasi umum, tahap eksplorasi yang rnerupakan deliniasi awal dari suatu endapan yang teridentifikasi .

Eksplorasi rinci, tahap eksplorasi untuk mendeliniasi secara rinci dalarn 3-

dimensi terhadap endapan mineral yang telah diketahui dari pencontohan singkapan, paritan, lubang bor, shafts dan terowongan.

55

Page 71: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

INVENTARISASI MANGAN DI KABUPATEN MANGGARAI DAN KABUPATEN MANGGARAI BARAT,

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Oleh : S u k m a n a

Program dan Penelitian Mineral

S A R I

Stratigrafi daerah Kabupaten Manggarai dan Manggarai Barat tersusun atas Busur Volkanik Dalam Kalk Alkalin yang berumur Kenozoikum, yang sampai saat ini masih aktif. Busur tersebut dibentuk oleh penunjaman kerak Benua Hindia ke arah utara. Bentuk busur kepulauan ini masih mengalami perubahan di bagian timur, karena tumbukan dengan tepi benua Australia – New Guinea. Struktur geologi utama (sesar, kelurusan-kelurusan, jurus/strike dan foliasi) yang berkembang di daerah penyelidikan terbentuk pada pengangkatan Miosen-Pliosen

Dalam rangka melengkapi hasil pengumpulan data sekunder, maka dilakukan uji

petik di kedua wilayah kabupaten tersebut. Lokasi daerah uji petik dilakukan di daerah indikasi keterdapatan endapan mangan, masing-masing di daerah Kecamatan Reo, Lambaleda dan Cibal, Kabupaten Manggarai dan Kecamatan Kuwus, Macang Pacar, Kabupaten Manggarai Barat. Alasan pemilihan lokasi uji petik ini didasarkan pada adanya indikasi keterdapatan mineralisasi mangan.

Keterdapatan endapan mangan di Kabupaten Manggarai dijumpai di lokasi

kegiatan penambangan milik PT. Istindo Mitra Perdana dan PT Arumbai Mangabakti di daerah Desa Satar Punda, Kecamatan Lambaleda. Selain itu kegiatan penambangan ini juga dilakukan oleh PT. Bone Wangkat di daerah Wangkung, Kecamatan Reo. Di daerah Wangkung juga dilakukan penambangan dan siap produksi oleh PT. Soga. Indikasi lainnya ditemukan di Desa Kajong dan Lante. Di Kabupaten Manggarai juga ditemukan beberapa indikasi seperti di Bukit Golorawang, Ngrawang dan Rokap, selain itu ditemukan pula daerah-daerah bekas penambangan di Kecamatan Cibal.

Di Kabupaten Manggarai Barat, endapan mangan dijumpai di beberapa lokasi

seperti di Kecamatan Kuwus dan Kecamatan Macang Pacar yang terpencar di beberapa lokasi keterdapatan. Di Kecamatan Kuwus tersingkap di daerah Metang, desa Waibuka sedang di Kecamatan Macang Pacar tersingkap di Nangasu, desa Mbakung, Melana dan Mena tersingkap di desa Nggilat dan di Lake desa Rokap. Indikasi keterdapatannya baru tahap awal dan diperkirakan sumber dayanya kecil.

56

Page 72: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

EKSPLORASI PASIR BESI DI KABUPATEN MANGGARAI

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Oleh : Franklin

Kelompok Keja Mineral Logam

S A R I

Kabupaten Manggarai merupakan salah satu daerah yang dilalui oleh jalur magmatik Sunda – Banda yang secara tidak langsung implikasinya merupakan salah satu tempat kedudukan mineralisasi logam yang potensil salah satunya adalah pasir besi. Hasil penyelidikan yang telah dilakukan di daerah Nangarawa seluas 3 Km x 40 m sejajar garis pantai, ketebalan rata-rata lapisan pasir yang mengandung besi 2,23 m, persentase kemagnetan 5,65 % dan berat jenis 3,11 telah menghasilkan sumber daya terunjuk sebesar 343.300 ribu ton pasir besi. Sumber daya ini masih dimungkinkan bertambah lagi mengingat belum seluruhnya diselidiki terutama ke arah barat. Apabila hasil analisis kimia menunjukkan kadar besi total kurang lebih 56 % Fe, maka potensi sumber daya pasir besi di daerah ini cukup prospek untuk dikembangkan mengingat permintaan pasar yang jatuh pada kisaran angka tersebut cukup banyak.

57

Page 73: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

EKSPLORASI EMAS DI KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI

Oleh :

Armin Tampubolon

Kelompok Kerja Mineral Logam

S A R I

The investigation area is located in Siulak Deras District, Kerinci Regency, Jambi Province, which has a total area of 8000 ha, This area is known to have indication for epithermal gold and porphyry copper (Rudy Gunrady dkk., 1996 and PT. In-Gold 2000).

The recent investigation was conducted by Centre for Geological Resources (PMG) in the frame of research program in year 2006. This exploration is also meant to know the local geology conditios in relating to set a gold mineralization model in this region.

Methods applied are detailed geological mapping, trenching, soil grid, stream sediment and pan concentrate sampling. The total number of samples taken are 160 soil samples, 76 sediment samples, 36 pan concentrates and 25 rock samples. All samples are being analysed now and thus the results have not been included in this proceeding. Some important findings are the presence of gold grains in pan concentrate, chloritisation and pyritisation in mineralized vein zone in andesitic rocks at Telang Rive and unique geological background are also observed. Normally, volcanic rock is the main host rock recognized for gold in many places in Sumatra. But,

58

Page 74: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

EKSPLORASI MINERAL LOGAM TIPE SEDEX DI DAERAH RANTAUPANDAN DAN SEKITARNYA

KABUPATEN MUARA BUNGO PROVINSI JAMBI

Oleh :

Yose Rizal

Kelompok Kerja Mineral Logam

S A R I

The investigation area is located in Rantau Pandan District, Muara Bungo Regency, Jambi Province. Based on elemental correlation of regional geochemical anomaly, this area has indication for SEDEX deposit. The recent investigation conducted by Centre for Geological Resources (PMG) in the frame of research program in year 2006 is to confirm the SEDEX indication. Methods applied are detailed geological mapping, stream sediment and pan concentrate sampling. The total number of samples taken are 92 sediment samples, 58 pan concentrates and 11 rock samples.

Some important findings are the presence of gold grains in a number of pan

concentrates in Bungo River, chloritisation,prophylitisation, pyritisation and kaolinisation assemblages are observed in granitic rock.. From the results of laboratory analysis, indicate that there is no significant correlation between typical elements of SEDEX such as Ag, Pb, Ba and Zn. This means that SEDEX deposit has not been successfully outlined in this area. Conversely, gold and base metal indication is clearly indicated by the presence of significant values of Au, Cu and Pb in stream sediment and gold grains in pan concentrate

59

Page 75: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

INVENTARISASI CEBAKAN BIJIH BESI PRIMER DI KABUPATEN LAMANDAU DAN KABUPATEN

KOTAWARINGIN BARAT, PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Oleh:

Wahyu Widodo

S A R I Meningkatnya permintaan kebutuhan bahan baku baja dunia tersebut,

mendorong instansi terkait dalam hal ini Pusat Sumber Daya Geologi untuk melakukan inventarisasi potensi bijih besi yang merupakan salah satu bahan baku industri baja disamping mangan, batugamping dan lainnya. Salah satu daerah yang dipilih untuk dilakukan inventarisasi adalah Kabupaten Lamandau dan Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah

Weltevreden, 1921 dan R.W. van Bemmelen (1949) mengemukakan

bahwa ada indikasi bijih besi berupa bongkah-bongkah bijih berbagai ukuran ditemukan di puncak Gn. Karim dan Gn. Segalung yang terletak di hulu S. Belantikan, Kabupaten Lamandau Kalimantan Tengah. Dari permukaan diindikasikan bijih tersebut jumlahnya + 80.000 ton, sedangkan berdasarkan survei magnetik di bawah permukaan terindikasi sebesar 1.000.000 ton.

Kegiatan pengumpulan data primer antara lain meliputi :

• Pengukuran posisi cebakan besi primer yang sudah diketahui dari berbagai laporan/literatur terdahulu untuk mengetahui kedudukannya secara tepat dengan menggunakan Global Positioning System (GPS) dan melacak penyebarannya secara lateral.

• Pengambilan conto bijih besi untuk dilakukan analisis kimia, mineragrafi dan mineral butir.

Hasil pengamatan lapangan lokasi endapan besi yang terdiri dari 6 (enam)

lokasi di Kabupaten Lamandau dan 1 (satu) lokasi di Kabupaten Kotawaringin Barat. Dua lokasi diantaranya merupakan cebakan bijih besi primer (bijih magnetit – hematit), satu lokasi tidak ditemukan adanya indikasi endapan besi dan empat lokasi lainnya mengindikasikan sebagai endapan besi laterit (tiga lokasi di Kabupaten Lamandau dan satu lokasi di Kabupaten Kotawaringin Barat).

Dua lokasi cebakan besi primer terdapat di Bukit Karim – Ruwai dan

Bukit Garunggang, keduanya berada di Desa Bintang Mengalih, Kecamatan Belantikan Raya, Kabupaten Lamandau. Masing-masing lokasi tersebut mempunyai sumberdaya hipotetik sebaran besi sebesar 102.900 ton bijih dan 68.159 ton bijih atau total sumber daya 171.059 ton bijih.

60

Page 76: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

INVENTARISASI BIJIH BESI PRIMER DI KABUPATEN TANAH LAUT DAN KABUPATEN TANAH BUMBU,

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Oleh : Asep Sofyan dan Dwi Nugroho Sunuhadi

S A R I

Pertumbuhan industri konstruksi dunia, terutama di Cina yang sangat pesat pada tahun-tahun terakhir telah menyebabkan permintaan bahan baku besi baja meningkat dengan cepat pula. Hal ini juga sangat berpengaruh terhadap ketersediaan bahan baku untuk industri besi baja di Indonesia. Bijih besi Indonesia yang sebelumnya kurang mendapat perhatian, menjadi komoditi yang sangat dicari. Berbagai informasi potensi bijih besi dengan cepat dilakukan penyelidikan oleh para penanam modal, baik dari dalam maupun dari luar negeri.

Daerah Kalimantan Selatan, khususnya Kabupaten Tanah Laut dan Kabupaten

Tanah Bumbu merupakan daerah yang memiliki potensi bijih besi, sehingga dimunculkan rencana untuk mendirikan industri baja di wilayah ini. Kegiatan ini dilakukan dengan maksud untuk memperbaiki, melengkapi dan memperbaharui data/informasi sumber daya endapan besi primer di Daerah Kabupaten Tanah Bumbu dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan, sehingga data/informasi sumber daya besi prime rtersedia secara benar dan tepat yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan pengembangan wilayah di daerah tersebut.

Berdasarkan data terdahulu (Wedexro, 1958), endapan bijih besi di daerah

Pleihari (Jajakan - Pontain, Batu Kora, Sarang Alang, G. Melati, G. Tembaga dan Sulin) dan di daerah G. Kukusan – Sungai Dua. Menurut “Wedexro”, total cadangan diperkirakan di Pleihari sebanyak 650.000 ton, sedangkan di Sungai Dua – G. Kukusan sebanyak 50.972.000 ton, Kadar Fe rata-rata = 46%.

Berdasarkan hasil inventarisasi cebakan bijih besi tipe metasomatik kontak

(“skarn type”) di Kabupaten Tanah Laut dijumpai di daerah (G. Sulin, G. Tembaga, G. Melati, Batukora (Pit 1), Jabukan (Pit 2) Pontain (Pit 3), Linoh (Pit 4), Koratain, Tanjung, Ambungan, Riam Pinang, Tebing Siring, Takisung dan Sarang Alang). Cebakan-cebakan telah berubah dari data terdahulu akibat eksploitasi pada akhir-akhir ini. Beberapa diantaranya telah rata dengan permukaan, bahkan di bawah permukaan membentuk sumuran yang lebar. Cebakan yang masih aktif ditambang adalah Riam Pinang, Batukora dan Tanjung, dengan produksi total yang terus meningkat dari tahun 2004 sampai 2006 (54.754.761 MT, 62.561,677 MT, 240.344.176 MT). Sedangkan di wilayah Kabupaten Tanah Bumbu hanya dijumpai bijih besi tipe laterit yang terdapat yaitu : G. Kukusan dan S. Kusan

61

Page 77: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

EKSPLORASI CEBAKAN MANGAN DI KABUPATEN SUMBAWA,

PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Oleh : Moetamar

S A R I

Kebutuhan bahan baku mangan sebagai salah satu bahan baku campuran dalam industri baja dan bahan baku utama dalam industri batu batere mangan baik dalam industri alat berat seperti industri baja/konstruksi, maupun industri lainnya seperti batu batere yang pada akhir-akhir permintaannya meningkat cukup tajam.

Untuk mengetahui lebih jauh potensi mangan yang ada di Indonesia serta

meningkatkan potensi sumberdaya, maka Pusat Sumber Daya Geologi mengadakan kegiatan eksplorasi dan inventarisasi di beberapa wilayah Indonesia yang salah satunya di Kabupaten Sumbawa. Lokasi penyelidikan terletak di daerah Olat Maja Kecamatan Lape dan Kecamatan Marongge, Kabupaten Sumbawa dengan luas 11 km x 6 km. Penyelidikan lapangan yang dilakukan adalah pemetaan geologi permukaan dan mineralisasi, pengambilan conto terpilih untuk dianalisis di laboratorium. Penyelidikan di dilakukan pada daerah seluas yang dilakukan dengan metoda penyelidikan: pemetaan geologi dan mineralisasi skala 1 : 25.000, pengambilan conto ‘channel’ pada singkapan bijih mangan, pembuatan paritan sebanyak 1 lokasi, lintasan terukur 1 lokasi dan sumur uji 4 lokasi.

Berdasarkan hasil penyelidikan mineralisasi bijih mangan di Kabupaten

Sumbawa (daerah Olat Maja,) maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : • Mineralisasi logam di daerah Olat Maja, Kecamatan Lape, Kabupaten

Sumbawa, ditemukan 2 lokasi yaitu mineralisasi mangan tipe sedimenter yang terletak di bukit Olat Baramayung dan mineralisasi berupa endapan deluvial yang mengandung oksida besi manganese ? yang terletak di hulu S. Pasar, lereng bukit Olat Maja, ditafsirkan sebagai endapan oksidasi residual.

• Potensi Sumberdaya Hipotetik bijih mangan di daerah Olat Maja terdiri dari : Bijih Mangan Tipe Sedimenter di bukit Olat Baramayung dengan

Sumberdaya Hipotetik sebesar 147.510,60 m3, bila diasumsikan SG (berat jenis) mangan = 5 maka menjadi sebesar 735.553,00 ton.

Endapan deluvial tipe gossan besi manganese (?) yang terletak di hulu S. Pasar mempunyai Sumberdaya Hipotetik sebesar = 9.625 m3 bila diasumsikan SG (berat jenis) mangan=4, maka menjadi sebesar 37.500 ton

Potensi deluvial gossan (oksida besi) ini tidak ekonomis ditambang.

62

Page 78: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

INVENTARISASI ENDAPAN PASIR BESI DI SULAWESI UTARA

Oleh:

Hotma Simangunsong

S A R I

Pasir besi merupakan salah satu jenis endapan besi yang akhir-akhir ini banyak dicari keterdapatannya di Indonesia, berkaitan dengan peningkatan permintaan bijih besi dunia. Untuk melengkapi dan memutakhirkan data dan informasinya yang Pusat Sumber Daya Geologi melakukan kegiatan inventarisasi di beberapa daerah yang salah satu diantaranya di Sulawesi Utara.

Pelaksanaan kegiatan lapangan dilakukan di daerah penyelidikan dengan

metoda pemetaaan endapan di permukaan, dan pemboran dengan menggunakan bor tangan (tipe Doormer) guna mengetahui ketebalan lapisan pasir besinya. Pemboran dilakukan pada daerah pantai yang mengandung pasir besi yang agak luas dan setiap daerah tersebut dilakukan penyontohan dengan melakukan pemboran dimana kedalaman pemboran diusahakan hingga mencapai batuan dasar. Beberapa tempat yang telah dilakukan penyontohan endapan pasir besi, antara lain adalah daerah Bintauna, Polgar, Sidate, Teling, Belang, Kotabunan, Matando, Mataindah, Pinolosian, Molibagu – Negerilama

Dari keseluruhan daerah inventarisasi yang dilakukan, secara kasat mata

daerah yang berpotensi mengandung endapan pasir besi adalah daerah Teling, Sidate, Poigar, Lolan, Lolak, Bintauna, Kotabunan dan Belang.

Potensi endapan pasir pantai yang diperkirakan mengandung pasir besi

dari seluruh daerah inventarisasi = 200.322.850 m3 dengan klasifikasi sebagai sumberdaya hipotetik.

Pencapaian untuk seluruh lokasi yang berpotensi mengandung pasir besi,

tidak sulit dan dekat dengan jalan propinsi. Sebagian daerah yang berpotensi mengandung endapan pasir besi telah

dimanfaatkan sebagai daerah wisata antara lain adalah daerah Teling dan Lolan. Secara umum daerah tersebut telah ditanami pohon kelapa, persawahan dan perumahan oleh penduduk yang berdiam di sekitarnya.

63

Page 79: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

INVENTARISASI DAN PENYELIDIKAN MINERAL NON LOGAM KABUPATEN ACEH SELATAN, PROVINSI

NANGGROE ACEH DARUSSALAM

Oleh : Zulfikar, Iwan Aswan H., Corry Karangan, Bayu Sayekti

Kelompok Program Penelitian Mineral

S A R I

Dari hasil kegiatan inventarisasi dan penyelidikan ini telah dapat diidentifikasikan keterdapatan 9 (sembilan) jenis bahan galian yang termasuk kelompok mineral non logam. Bahan galian tersebut yakni pasir kuarsa, granit, sirtu, basal, batugamping, kuarsit, lempung, diorit dan andesit.

Pasir kuarsa dengan jumlah sumber daya sebesar 850 ribu ton tersebar di dua

lokasi di Kabupaten Aceh Selatan. Granit dengan jumlah sumber daya sebesar 355 juta ton tersebar pada empat lokasi. Sirtu baik berupa sirtu sungai, sirtu gunung maupun sirtu pantai tersebar di 10 lokasi dengan jumlah sumber daya sebesar 62 juta ton. Basal dengan sumber daya sebesar 95 juta ton tersebar di empat lokasi. Batugamping dengan sumber daya 117 juta ton tersebar di sembilan lokasi. Kuarsit dengan sumber daya sebesar 20 juta ton terdapat pada satu lokasi. Lempung dengan sumber daya hipotetik 8,5 juta ton tersebar di dua lokasi. Diorit dengan sumber daya sebesar 40 juta ton tersebar di dua lokasi. Andesit dengan sumber daya 25,5 juta ton tersebar di dua lokasi.

Di antara bahan galian non logam tersebut, beberapa jenis bahan galian yakni

pasir kuarsa, granit, batugamping, dan lempung yang terdapat di beberapa lokasi dapat dikembangkan lebih lanjut.

64

Page 80: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

INVENTARISASI DAN EVALUASI MINERAL NON LOGAM DI DAERAH KABUPATEN BURU DAN

KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT PROVINSI MALUKU UTARA

Oleh :

Sugeng Priyono; Nazly Bahar; Ganjar Labaik; Mudjahar; Djaenal Arifin; Heru Susilo.

S A R I

Hasil Inventarisasi Dan Evaluasi Mineral Non Logam di daerah Kabupaten Buru dan Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku Utara, hingga Desember 2006, dijumpai beberapa komoditi bahan galian yang dapat dikembangkan berdasarkan kepada besarnya potensi sumber daya hipotetik. Di daerah Kabupaten Buru, antara lain bahan galian dolomit, batugamping, lempung, sirtu darat dan sirtu sungai, sebagai berikut :

Sumber daya hipotetik bahan galian dolomit (Do-01-PB; Do-02-PB dan

Do-03-PB;), sebesar 48.400.000.000 m3 (111.945.000.000 Ton), dapat digunakan untuk bahan baku industri refraktory. Sumber daya hipotetik bahan galian batugamping (Ls-01-PB, Ls-02-PB, Ls-05-PB dan Ls-06-PB), sebesar 1.389.500.000 m3 (3.166.400.000 Ton), cukup baik digunakan untuk kapur pertanian, bahan bangunan dan kapur padam.

Sumber daya hipotetik bahan galian batugamping (Ls-03-PB dan Ls-04-

PB), sebesar 1.894.750.000 m3 (4.352.900.000 Ton), cukup baik digunakan sebagai mamer interior dan eksterior, batu berdimensi, batu ukir dan bahan baku industri semen portland.

Sumber daya hipotetik bahan galian lempung (Cly-01-PB sampai dengan

Cly-08-PB), sebesar 130.840.000 m3 (248.700.000 Ton), secara langsung dapat digunakan sebagai bahan baku keramik kasar (batu-bata, genteng, tembikar dan gerabah); dengan teknologi yang lebih tinggi dapat digunakan untuk industri keramik halus dan semen Portland.

Sumber daya hipotetik bahan galian sirtu darat (Gra-01-PB dan Gra-02-

PB), sebesar 132.750.000 m3 (292.250.000 Ton), dapat digunakan untuk bahan bangunan konstruksi menengah hingga berat.

Sumber daya hipotetik bahan galian sirtu sungai (Gra-03-PB sampai

dengan Gra-17-PB), sebesar 42.100.000 m3 (92.720.000 Ton), cukup baik untuk bahan bangunan konstruksi ringai hingga menengah.

65

Page 81: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

Di daerah Kabupaten Seram Bagian Barat, antara lain bahan galian batuan ultrabasa, serpentinit, batugamping, lempung dan sirtu sungai, sebagai berikut : Sumber daya hipotetik bahan galian ultrabasa (Ub-01-SBB sampai dengan Ub-04-SBB), sebesar 230.250.000 m3 (530.225.000 Ton), secara langsung dapat digunakan sebagai bahan bangunan konstruksi ringan hingga menengah dan batuan ornamen, dengan teknologi yang lebih tinggi kemungkinan cukup baik digunakan sebagai bahan penyerapan emisi gas CO2.

Sumber daya hipotetik bahan galian serpentinit (Ser-01-SBB sampai

dengan Ser-07-SBB), sebesar 688.825.000 m3 (1.582.680.000 Ton), secara langsung dapat digunakan sebagai bahan baku batuan ornamen, batu ukir, batu hias (batu-poles) dan bahan bangunan konstruksi ringan hingga menengah, dengan teknologi yang lebih tinggi kemungkinan cukup baik digunakan sebagai bahan penyerapan emisi gas CO2.

Sumber daya hipotetik bahan galian batugamping (Ls-01-SBB, Ls-03-

SBB, Ls-05-SBB, Ls-06-SBB, Ls-11-SBB dan Ls-12-PB), sebesar 298.150.000 m3 (1.086.750.000 Ton), secara langsung cukup baik digunakan untuk kapur pertanian, bahan bangunan dan kapur padam.

Sumber daya hipotetik bahan galian batugamping (Ls-02-SBB, Ls-04-

SBB, Ls-07-SBB, Ls-08-SBB, Ls-09-SBB, Ls-10-SBB, Ls-13-SBB dan Ls-14-SBB), sebesar 2.182.800.000 m3 (4.870.530.000 Ton), dapat digunakan sebagai bahan bangunan konstruksi ringan hingga berat, dan batuan ornamen, dengan teknologi yang lebih tinggi digunakan sebagai mamer interior dan eksterior, batu berdimensi, batu ukir dan bahan baku industri semen portland.

Sumber daya hipotetik bahan galian lempung (Cly-01-SBB dan Cly-08-

SBB), sebesar 105.200.000 m3 (229.665.000 Ton), secara langsung dapat digunakan sebagai bahan baku keramik kasar (batu-bata, genteng, tembikar dan gerabah), dengan teknologi yang lebih tinggi dapat digunakan untuk bahan baku industri keramik halus dan semen Portland.

Sumber daya hipotetik bahan galian sirtu sungai (Gra-01-SBB dan Gra-

17-SBB), sebesar 48.865.000 m3 (107.775.000 Ton), cukup baik untuk bahan bangunan konstruksi menengah hingga berat.

66

Page 82: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

INVENTARISASI DAN PENYELIDIKAN BAHAN GALIAN NON LOGAM KABUPATEN KATINGAN, PROVINSI

KALIMANTAN TENGAH

Oleh : Oleh : A.F. Yusuf, Iwan Aswan H, Sanusi Halim, dkk

S A R I

Secara administratif, Kabupaten Katingan merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di wilayah Provinsi kalimantan Tengah dengan ibukotanya Kasongan. Secara geografis daerah Kabupaten Katingan terletak pada posisi koordinat antara 00 26’ 43,84” - 30 18’ 18,79” Lintang Selatan dan 1110 58’ 44,25” – 1130 43’ 18,97” Bujur Timur, dengan luas sekitar 1.927.000 ha (19.270 km2).

Geologi wilayah ini terdiri dari batuan Malihan Pinoh (Pztp), berumur

Permo – Karbon. Batuan Gunungapi Formasi Kuayan (Trvk), berumur Tersier. Tonalit Sepauk (Kls), berumur Kapur Atas. Granit Sukadana (Kus) Satuan ini menerobos dan secara termal memalihkan Malihan Pinoh. Granit (Kgr), berumur Kapur Akhir. Batuan Gunungapi Kerabai (Kuk) menindih Granit Sukadana. Formasi Mentemoi (Teme), berumur Eosen – Oligosen. Batuan Gunungapi Malasan (Tomv), Miosen Awal. Terobosan Sintang (Toms), berumur Miosen Awal. Formasi Dahor (Tqd) berumur Miosen Tengah sampai Plistosen, dan batuan Aluvium (Qa) merupakan endapan permukaan, yang berumur Holosen. Bahan galian yang ditemukan terdapat 7 komoditi, antara lain : pasirkuarsa (Si), granit (Gr), kaolin (Ka), dan Zirkon (Zr). Bahan galian yang potensial untuk dikembangkan pasirkuarsa, kaolin dan zirkon. Luas sebaran : granit 565 ha, kaolin 1.391 ha, pasirkuarsa 13.536 ha, pasirzirkon 1.824 ha. Sumberdaya hipotetik : granit 119.845.000 m3, kaolin 34.670.000 m3, pasirkuarsa 347.020.000 m3. Sumberdaya zirkon di daerah Katingan : volume pasir 50.310.000 m3, sumberdaya zirkon 8.855.120 ton.

67

Page 83: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

INVENTARISASI DAN EVALUASI BAHAN GALIAN NON LOGAM DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH DAN

LAMPUNG TIMUR, PROVINSI LAMPUNG

Oleh : Kusdarto Maryun Supardan, Sukmawan dan Andi Sutandi S

Kelompok Penelitian Mineral

S A R I

Formasi-formasi batuan yang terdapat di daerah penyelidikan yang mempunyai hubungan dengan keterdapatan mineral non logam (non metallic mineral bearings formation) adalah sebagai berikut : Di Kabupaten Lampung Tengah dijumpai Granit Kapur (Kgr), yang secara megaskopis batuan granitik tersebut dapat dibedakan dalam 3 (tiga) jenis, yaitu granit porfiritik, granodiorit dan granit biotit. Di beberapa tempat batuan ini diterobos oleh urat-urat kuarsa dan retas mikrodiorit serta andesit yang kadang-kadang mengandung pirit (Dwi Nugroho S., dkk., 1989). Selain itu terdapat mineral-mineral sekunder kuarsa dan karbonat yang cenderung menempati rekahan-rekahan diantara mineral primer. Akibat pengaruh terobosan dari urat tersebut meningkatkan kadar felspar pada granit itu dari batuan asalnya.Di Desa Payung Makmur, kec. Pubian dan Desa Nyukang Harjo, Kec. Selagai Lingga feldspar telah ditambang sebagai bahan baku industri keramik, feldspar di kabupaten ini diperkirakan mempunyai sumberdaya 30,6 juta ton. Formasi Kasai (QTk) berupa tuf dan tuf kaca menempati suatu dataran persawahan, dimana pelapukannya berupa lempung digunakan sebagai bahan baku pembuatan bata. Aluvium (Qa) merupakan endapan permukaan ini terdiri dari kerakal, kerikil, lanau, pasir, lumpur, lempung dan tufan. Tersebar terutama di sepanjang sungai utama, seperti Way Seputih, pasir berupa pasir kuarsa diusahakan sebagai pasir bangunan diperkirakan mempunyai sumberdaya 750 ribu ton, lempung diusahakan sebagai bahan baku pembuatan bata.

Di Kabupaten Lampung Timur dijumpai : Basal Sukadana (Bs), berupa

aliran lava basal, pejal berwarna kelabu tua kehitaman, bagian atasnya banyak mengandung lubang gas, setempat mengandung xenolit berupa basal berlubang gas (vesikular), mengalami pelapukan mengulit bawang, ditambang sebagai bahan bangunan, sumberdaya diperkirakan 18 juta ton.

Aluvium (Qa) merupakan endapan pantai dan endapan rawa berupa :

bagian atas lempung bercampur dengan sisa-sisa tumbuhan, ketebalan bervariasi dari beberapa cm sampai 20 cm, bagian bawah berupa pasir kuarsa, berbutir halus sampai kasar, bagian atasnya agak kotor kecoklatan, makin kebawah makin bersih.Pasir kuarsa telah diusahakan dengan sumberdaya 76 juta ton.

68

Page 84: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

INVENTARISASI DAN EVALUASI MINERAL NON LOGAM DI DAERAH KABUPATEN LANDAK DAN

KABUPATEN SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

oleh :

Sugeng Priyono; Nazly Bahar; Moch. Sodik Kaelani; Supomo; Heru Susilo.

S A R I

Inventarisasi Dan Evaluasi Mineral Non Logam di daerah Kabupaten Landak dan Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat, hingga Desember 2006, terdapat bahan galian yang dapat dikembangkan berdasarkan sumber daya hipotetik. Di daerah Kabupaten Landak, sebagai berikut :

Sumber daya hipotetik andesit (L-An-01 sampai dengan L-An-04), sebesar 55.450.000 m3 (144.300.000 Ton), dapat digunakan untuk bahan bangunan konstruksi menengah hingga berat.

Sumber daya hipotetik bahan galian basal (L-Ba-01 sampai dengan L-Ba-

02), sebesar 9.640.000 m3 (25.000.000 Ton), dapat digunakan untuk bahan bangunan konstruksi menengah hingga berat dan batuan ornamen.

Sumber daya hipotetik granit (L-Gr-01 sampai dengan L-Gr-07), sebesar

96.400.000 m3 (257.300.000 Ton), dapat digunakan untuk batu berdimensi, ubin interior dan eksterior, bahan bangunan konstruksi menengah hingga berat serta batuan ornamen.

Sumber daya hipotetik granodiorit (L-Gd-01 sampai dengan L-Gd-06),

sebesar 92.080.000 m3 (243.925.000 Ton), dapat digunakan untuk batu berdimensi, ubin interior dan eksterior, bahan bangunan konstruksi menengah hingga berat serta batuan ornamen.

Sumber daya hipotetik diorit (L-Dio-01 sampai dengan L-Dio-04),

sebesar 60.900.000 m3 (161.540.000 Ton), dapat digunakan untuk batu berdimensi, ubin interior dan eksterior, bahan bangunan konstruksi menengah hingga berat serta batuan ornamen.

Sumber daya hipotetik pasir dan batu / sirtu, (L-Gra-01 sampai dengan

L-Gra-04), sebesar 4.715.000 m3 (9.825.000 Ton), untuk bahan bangunan konstruksi menengah hingga berat.

69

Page 85: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

Sumber daya hipotetik pasir darat, (L-Ss-01 sampai dengan L-Ss-03), sebesar 1.131.000 m3 (2.345.000 Ton), untuk bahan bangunan konstruksi ringan hingga menengah serta batuan ornamen.

Sumber daya hipotetik pasirkuarsa, (L-Si-01 sampai dengan L-Si-03),

sebesar 8.240.000 m3 (18.400.000 Ton), dapat digunakan untuk bahan baku industri semen portland dan kaca berwarna.

Sumber daya hipotetik lempung, (L-Cly-01 sampai dengan L-Cly-10),

sebesar 24.305.500 m3 (32.840.000 Ton), dapat digunakan untuk bahan baku industri keramik dan semen portland.

Sumber daya hipotetik intan letakan, (L-Di-01) belum dapat dihitung,

cukup baik digunakan untuk bahan baku perhiasan (permata). Sumber daya hipotetik pasir zirkon, (L-Zr-01 sampai dengan L-Zr-03),

belum dapat dihitung, cukup baik digunakan untuk bahan baku industri keramik berteknologi tinggi.

Di daerah Kabupaten Sanggau, antara lain : Sumber daya hipotetik andesit (S-An-01 sampai dengan S-An-02),

sebesar 6.850.000 m3 (17.400.000 Ton), dapat digunakan untuk bahan bangunan konstruksi menengah hingga berat.

Sumber daya hipotetik dasit (S-Da-01), sebesar 1.400.000 m3 (3.640.000

Ton), dapat digunakan untuk batuan ornamen dan bahan bangunan konstruksi ringan hingga menengah.

Sumber daya hipotetik granit (S-Gr-01 sampai dengan S-Gr-09), sebesar

33.500.000 m3 (88.000.000 Ton), dapat digunakan untuk batu berdimensi, ubin interior dan eksterior, bahan bangunan konstruksi menengah hingga berat serta batuan ornamen.

Sumber daya hipotetik pasir dan batu (sirtu), (S-Gra-01 sampai dengan

S-Gra-02), sebesar 2.300.000 m3 (4.930.000 Ton), digunakan untuk bahan bangunan konstruksi menengah hingga berat.

Sumber daya hipotetik pasir darat, (S-Ss-01 sampai dengan S-Ss-02),

sebesar 412.500 m3 (860.000 Ton), digunakan untuk batuan ornamen dan bahan bangunan konstruksi ringan hingga menengah.

Sumber daya hipotetik pasir sungai, (S-Ss-03 sampai dengan S-Ss-04),

sebesar 7.457.000 m3 (15.710.000 Ton), untuk bahan bangunan konstruksi ringan hingga menengah.

70

Page 86: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

Sumber daya hipotetik pasirkuarsa, (S-Si-01 sampai dengan S-Si-05), sebesar 13.230.000 m3 (29.540.000 Ton), untuk bahan baku industri semen portland dan kaca berwarna.

Sumber daya hipotetik felspar, (S-Fl-01 sampai dengan S-Fl-04), sebesar

21.600.000 m3 (34.692.535 Ton), dapat digunakan untuk bahan baku industri keramik.

Sumber daya hipotetik kaolin, (S-Ka-01 sampai dengan S-Ka-06), sebesar

6.140.000 m3 (7.700.000 Ton), dapat digunakan untuk bahan baku industri keramik.

Sumber daya hipotetik lempung, (S-Cly-01 sampai dengan S-Cly-12),

sebesar 22.270.000 m3 (30.170.000 Ton), untuk bahan baku industri keramik, semen portland dan gerbah padat, tembikar.

Sumber daya hipotetik rijang, (S-Ch-01), sebesar 160 m3 (80 Ton),

cukup baik digunakan untuk bahan baku batuan ornamen batu setengah permata. Sumber daya hipotetik bahan galian pasir zirkon, (S-Zr-01 sampai dengan S-Zr-02), belum dapat dihitung, cukup baik digunakan untuk bahan baku industri keramik berteknologi tinggi.

71

Page 87: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

INVENTARISASI DAN EVALUASI BAHAN GALIAN NON LOGAM DI KABUPATEN MUSI RAWAS DAN MUSI

BANYUASIN, PROVINSI SUMATERA SELATAN

Oleh : Kusdarto Maryun Supardan, dan Andi Sutandi S

Kelompok Penelitian Mineral

S A R I

Formasi-formasi batuan yang terdapat di daerah penyelidikan yang mempunyai hubungan dengan keterdapatan mineral non logam (non metallic mineral bearings formation) adalah sebagai berikut : Di Kabupaten Musi Banyu Asin dijumpai : Formasi Muaraenim (Tmpm), terutama terdiri batulempung, batulanau dan batupasir tufaan dengan sisipan batubara, dijumpai endapan lempung yang pada umumnya digunakan sebagai bahan baku pembuatan bata dan genteng, lempung di Desa Pelancu Indah, Kec. Keluang berupa endapan lempung karbonan, berwarna coklat kehitaman, berwarna putih kecoklatan, agak plastis dengan tebal 2-3 m, merupakan bekas lahan penambangan batubara yang ditinggalkan, mempunyai komposisi kimia SiO2 = 60,50. Al2O3=15,55, dan Fe2O3 = 5,23 %, warna bakar merah kecoklatan, kuat lentur 67,94 kg/cm2, susut bakarnya tinggi (> 2 %), diperkirakan dapat dimanfaatkan untuk pembuatan keramik bodi berwarna, diperkirakan sumberdayanya 7 juta ton. Selain lempung juga dijumpai bentonit seperti di daerah Desa Pagerkaya, Kec. Sungai Keruh, endapan berupa lempung menyerpih, berwarna coklat kehijauan, SiO2 = 60,10, Al2O3=18,18 dan Fe2O3 = 4,73 %, mengandung montmorilonit 25 %, Bleaching power sebelum diaktivasi 52 %, sesudah 70 %, diperkirakan sumberdayanya 2 juta ton.

Formasi Kasai (Qtk), terdiri dari tuf, tuf berbatuapung dengan sisipan

batulempung tufaan dan batupasir tufan, setempat mengandung konglomerat dan kayu terkersikkan, dijumpai lempung di Desa Rantau Sialang, Kec. Sungai Keruh dijumpai berupa lempung berwarna putih abu, tersingkap akibat penambangan tanah urug, bersifat plastis, diperkirakan kaolin, SiO2 =67,30. Al2O3=18,47, dan Fe2O3 = 1,38 %, warna bakar putih kusam, kuat lentur bakarnya tinggi (>150 kg/cm2), diperkirakan dapat dimanfaatkan untuk pembuatan keramik bodi puti, mempunyai sumberdaya 4 juta ton.

Di Kabupaten Musi Rawas dijumpai : Formasi Hulu Simpang (Tomh)

merupakan batuan volkanik, terdiri dari breksi gunungapi, lava dan tuf dengan sisipan konglomerat, batupasir tufaan dan setempat batugamping dan batulempung, umumnya terubah dan termineralisasikan, berumur Oligo Miosen, satuan tuf terubah menjadi feldspar berwarna putih abu-abu, agak kotor,

72

Page 88: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

kandungan SiO2 = 78,20, Al2O3=10,59, Fe2O3 = 1,08 %, Na2O=1,85 dan K2O= 3,06 %, hasil bakar pada temp.1200o C berwarna krem , susut bakar > 3 %, kuat lentur > 150 kg/cm2, diperkirakan dapat dimanfaatkan untuk pembuatan bodi keramik putih, diperkirakan sumberdayanya 17,5 juta ton. Formasi Muara Enim (Tmpm) terdiri dari batupasir dengan perselingan batupasir tufaan dan batulempung tufaan, setempat sisipan batubara, pada bagian atas sering mengandung batuan gunungapi. Pada formasi ini dijumpai bentonit mengandung montmorilonit = 30 %, bleaching power sebelum aktivasi = 63 %, sesudah 70 %, SiO2 = 64,90, Al2O3=15,73 dan Fe2O3 = 4,08 %, terdiri dari mineral halloysite, montmorilonit dan alpha quartz, sumberdaya diperkirakan 1 juta ton. Intrusi Andesit (Tma), berupa andesit, seperti yang dijumpai di Gunung Botak, Bukit Besar dan Bukit Getan, mempunyai sumberdaya lebih dari 5 milyar ton.Formasi Kasai (Qtk) terdiri dari tuf, tuf berbatuapung dengan sisipan batulempung tufaan dan batupasir tufan, setempat mengandung konglomerat dan kayu terkersikkan, dijumpai lempung yang digunakan sebagai bahan baku bata dan genting, batu hias berupa kayu terkersikkan dan pasir vulkanik yang digunakan sebagai bahan campuran pembuatan bata.

73

Page 89: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

INVENTARISASI DAN PENYELIDIKAN MINERAL NON LOGAM KABUPATEN MELAWI, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Oleh :

Herry Rodiana Eddy

Kelompok Program Penelitian Mineral

S A R I

Geologi daerah Kabupaten Melawi, Provinsi Kalimantan Barat tersusun oleh Formasi batuan, diurut berdasarkan umur dari yang tua, terdiri dari Batuan Malihan Pinoh (PzRp), Batuan Gunungapi Menunuk (Klm), Tonalit Sepauk (Kls), Gabro Biwa (Kub), Granit Sukadana (Kus), Batuan Gunungapi Kerabai (Kuk), Formasi Ingar (Tel), Formasi Payak (Teop), Formasi Tebidah (Tot), Batupasir Sekayan (Tos), Batupasir Alat (Toa), Terobosan Sintang (Toms), Rombakan Lereng (Qs), Aluvium Terbiku (Qat) dan Aluvium (Qa);

Secara regional struktur geologi yang berkembang di daerah Kabupaten

Melawi antara lain kelurusan-kelurusan (lineament) yang mempunyai arah barat laut sampai tenggara dan timur laut sampai barat daya;

Potensi endapan bahan galian non logam yang terdapat di Kabupaten

Melawi antara lain andesit, kaolin, pasir dan batu (sirtu), lempung, pasir zirkon, pasir kuarsa, granit, mika dan kristal kuarsa.

Andesit mempunyai sumber daya hipotetik sebesar 17.000.000 ton, kaolin

mempunyai sumber daya hipotetik sebesar 1.500.000 ton, sirtu mempunyai sumber daya hipotetik sebesar 2.700.000 ton, endapan lempung mempunyai sumber daya hipotetik sebesar 4.000.000 ton, pasir kuarsa mempunyai sumber daya hipotetik sebesar 11.650.000 ton dan granit mempunyai sumber daya hipotetik sebesar 23.500.000 ton.

74

Page 90: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

INVENTARISASI DAN EVALUASI MINERAL NON LOGAM DI KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR,

PROVINSI SUMATERA SELATAN DAN KABUPATEN TULANG BAWANG, PROVINSI LAMPUNG

Oleh :

M. Sodik Kaelani1,Tisna Sutisna1,Irwan Muksin1,TotoTeddy Kusumah1

1Kelompok Kerja Mineral

S A R I

Daerah inventarisasi dan evaluasi mencakup 2 Kabupaten yaitu Kabupaten Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatera Selatan dan Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung. Kabupaten Ogan komering Ilir terletak pada koordinat 104º 41΄ 20.14˝ BT sampai - 106º 05' 16.91" BT dan -2º 23' 29.37" LS sampai -4º 15' 44.41" LS dan Kabupaten Tulang Bawang terletak pada 104º 53' 35.95" BT sampai 105º 54' 48.24" BT dan -3º 43' 38.12" LS sampai -4º 45' 27.91" LS. Kabupaten Ogan Komering Ilir dengan Ibukota Kayu Agung terdiri dari 12 Kecamatan 283 desa, sedangkan Kabupaten Tulang Bawang dengan Ibukota Menggala terdiri dari 24 Kecamatan dan 240 desa. Daerah penyelidikan disusun oleh berbagai macam formasi batuan yang dipengaruhi oleh struktur geologi yang dibeberapa tempat tertentu disertai dengan kegiatan intrusi. Kegiatan intrusi tersebut memungkinkan terbentuknya zona-zona ubahan yang mempunyai kemungkinan besar akan dapat diketemukannya daerah mineralisasi yang mengandung komoditi bahan galian. Beberapa jenis bahan galian non logam yang terdapat di wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir dan Kabupaten Tulang Bawang adalah berupa granit, pasir kuarsa, kaolin dan lempung.

75

Page 91: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

INVENTARISASI DAN PENYELIDIKAN MINERAL NON LOGAM KABUPATEN SARMI, PROVINSI PAPUA

Oleh :

A. Sanusi Halim1, Irwan Muksin1, Jubbel Bakkara1

1Kelompok Kerja Mineral

S A R I

Daerah penyelidikan secara geografis terletak pada posisi koordinat antara 1370 50' 18,5" - 1400 02' 59,29" Bujur Timur dan 10 27' 42,19" – 30 31' 10,9" Lintang Selatan. Daerah tersebut termasuk wilayah Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua.

Secara lithostratigrafi Kabupaten Sarmi disusun oleh 4 kelompok batuan, kelompok pertama yaitu kelompok batuan sedimen tersier dan kuarter yang membentuk beberapa formasi batuan. Kelompok kedua adalah kelompok batuan gunungapi (Formasi Auwewa), yang terdiri dari lava, breksi, tuf kristal gampingan dan sisipan graywake. Kelompok ketiga adalah kelompok batuan terobosan yang terdiri dari andesit, diorit dan granodiorit. Kelompok keempat adalah kelompok batuan basa (mafik) dan ultra basa (ultra mafik) yang memiliki kisaran umur dari Kapur Akhir hingga Holosen.

Secara regional struktur geologi yang berkembang di daerah Kabupaten Sarmi terbentuk akibat tumbukan Kerak Samudera Pasifik dengan Kerak Kontinen Australia yang terjadi sejak Oligosen yang menghasilkan Orogenesa Melanesia. Kegiatan tektonik tersebut terus berlangsung hingga Miosen – Pliosen yang membentuk gerakan-gerakan tegak dan mendatar sebagai akibat interaksi orogenesa. Struktur geologi yang terbentuk antara lain berupa perlipatan dan pensesaran. Struktur perlipatan berupa antiklin dan sinklin dengan sumbu umumnya berarah barat laut – tenggara dan barat – timur. Struktur sesar terdiri dari sesar turun, sesar naik dan geser jurus.

Di Kabupaten Sarmi, berdasarkan fenomena geologi dan proses-proses tektonik yang menyertainya, telah menghasilkan beberapa bahan galian, walaupun tidak banyak jenis dan variasi dari bahan galian yang terbentuk. Bahan galian tersebut antara lain, batugamping, serpentinit, sirtu dan lempung.

Berdasarkan kajian dan pengamatan di lapangan dan ditunjang hasil analisa laboratorium, di wilayah daerah penyelidikan tersebut terdapat beberapa bahan galian dengan sumberdaya yang cukup besar dan memiliki prospek untuk dimanfaatkan /diusahakan dalam rangka optimalisasi pemanfaatan potensi sumber daya mineral yang diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam

76

Page 92: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

pengembangan wilayah dan percepatan pembangunan di wilayah daerah tersebut. Bahan galian yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan prospek yang besar untuk diusahakan tersebut yaitu batugamping. Berdasarkan hasil kajian analisis laboratorium batugamping yang terdapat di wilayah ini dapat digunakan antara lain sebagai bahan baku semen, bahan peleburan dan pemurnian besi-baja, dalam bentuk kapur tohor digunakan untuk usaha perikanan/tambak. Sumberdaya Hipotetik Batugamping di daerah Kabupaten Sarmi secara keseluruhan sebesar 49.400.000 ton.

77

Page 93: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

INVENTARISASI DAN EVALUASI BAHAN GALIAN NON LOGAM DAERAH KABUPATEN NIAS

DAN NIAS SELATAN

Oleh : Martua Raja P.

S A R I

Secara administratif, lokasi daerah penyelidikan termasuk dalam wilyah Kabupaten Nias dan Nias Selatan, Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten Nias dengan ibukota Gunungsitoli dan Teluk Dalam sebagai ibukota Kabupaten Nias Selatan.

Secara geografis terletak di antara daerah yang dibatasi oleh koordinat:

Kabupaten Nias terletak di antara 97O55’30” BT-98O42’30” BT. dan 2O50’30” LU. - 3O18’30” LU. Kabupaten Nias Selatan terletak di antara 98O35’30” BT-99O39’30” BT. dan 2O37’30” LU-3O19’30” LU.

Geologi daerah Kabupaten Nias dan Nias Selatan, Provinsi Sumatera Utara

terdiri dari beberapa formasi batuan yang berumur dari Miosen awal hingga Holosen.

Bahan galian yang terdapat di Kabupaten Nias ; lempung, batugamping,

batupasir, pasir dan sirtu. Di Kabupaten NiasSelatan : batugamping, pasir, lempung dan sirtu.

Bahan galian yang dapat dikembangkan sehubungan dengan rekonstruksi

pulau Nias dan pembangunan ibu kota Kabupaten Nias Selatan : pasir, lempung dan batugamping.

78

Page 94: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

INVENTARISASI DAN PENYELIDIKAN BAHAN GALIAN NON LOGAM DI KABUPATEN RAJA AMPAT, PROVINSI

IRIAN JAYA BARAT

Oleh : Martua Raja P.

S A R I

Kabupaten Raja Ampat secara administratif termasuk ke dalam wilayah Provinsi Irian Jaya Barat, yang terdiri dari 7 daerah kecamatan (Distrik), Secara geografis daerah Kabupaten Raja Ampat terletak pada posisi koordinat antara 00 0’ 38,06” - 10 21’ 18,85” Lintang Selatan dan 1290 45’ 34,92” – 1310 26’ 45,57” Bujur Timur.

Urut-urutan formasi batuan dari yang berumur tua ke muda dapat

diperikan sebagai berikut : Batuan Ultra Mafik (Jum), Formasi Tanjung Bomas (JKt), Formasi Lamlam (Tpl), Anggota Batuan Gunungapi (Temv), Formasi Rumai (Temr), Formasi Waigeo (Tmw), Batuan Ultramafik Sesar Sorong (Sfu), Formasi Yeben (Tmy), Formasi Puri (Tmpp), Batugamping Terumbu (Ql), Konglomerat Aneka Bahan (Qc) dan Aluvium (Qa).

Bahan galian yang terdapat di daerah penyelidikan yaitu : pasir, sirtu,

felspar, pasir kuarsa, basalt, batugamping dan batuan ultrabasa. Berdasarkan luas sebaran dan sumberdaya bahan galian yang prospek

untuk di kembangkan di daerah Kabupaten Raja Ampat adalah : batugamping dan batuan ultrabasa.

79

Page 95: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

INVENTARISASI DAN EVALUASI MINERAL NON LOGAM KABUPATEN ACEH SINGKIL DAN SIMELUE PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

Oleh :

Zulfikar, Adrian Zainith, Djadja Turdjaja, Irwan Muksin

Kelompok Program Penelitian Mineral

S A R I

Dari hasil kegiatan inventarisasi dan evaluasi ini telah dapat diidentifikasikan keterdapatan 9 (sembilan) jenis bahan galian yang termasuk kelompok mineral non logam. Bahan galian tersebut yakni pasir kuarsa, lempung, sirtu, andesit, felspar, batugamping, batusabak, bentonit dan gabro.

Pasir kuarsa dengan jumlah sumber daya sebesar 4 juta ton tersebar di

delapan lokasi di Kabupaten Aceh Singkil dan di Kabupaten Simeulue. Lempung dengan jumlah sumber daya sebesar 7,65 juta ton tersebar pada sepuluh lokasi di Kabupaten Aceh Singkil dan Kabupaten Simeulue, beberapa di antaranya mempunyai kuat lentur yang tinggi dan dapat digunakan sebagai bahan pembuatan keramik bodi putih. Sirtu baik berupa sirtu sungai, sirtu gunung maupun sirtu pantai tersebar di 19 lokasi di kedua wilayah kabupaten dengan jumlah sumber daya sebesar 31 juta ton. Andesit dengan sumber daya sebesar 26 juta ton tersebar di dua lokasi di Kabupaten Aceh Singkil. Felspar dengan sumber daya sebesar 10,5 juta ton tersebar di tiga lokasi di Kabupaten Aceh Singkil. Batugamping dengan sumber daya 114 juta ton tersebar di delapan lokasi di Kabupaten Simeulue. Batusabak dengan sumber daya sebesar 250 ribu ton tersebar pada satu lokasi di Kabupaten Simeulue. Gabro dengan sumber daya hipotetik 25 juta ton tersebar di dua lokasi di Kabupaten Simeulue. Bentonit dengan sumber daya sebesar 1,25 juta ton tersebar di satu lokasi di Kabupaten Simeulue.

Di antara bahan galian non logam tersebut, beberapa jenis bahan galian yakni

pasir kuarsa, sirtu, batugamping, lempung dan felspar yang terdapat di beberapa lokasi dapat dikembangkan lebih lanjut.

80

Page 96: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

INVENTARISASI DAN EVALUASI MINERAL NON LOGAM DI KABUPATEN SERUYAN DAN KOTAWARINGIN TIMUR,

KALIMANTAN TENGAH

Oleh : Tisna Sutisna, BE , Ir. Iwan Z. Gondhonegoro, Sp I , Bayu Sayekti, ST ,

Endang Rifai, BE

Kelompok Kerja Mineral Pusat Sumber Daya Geologi

S A R I

Secara administratif, Kabupaten Seruyan dengan ibukotanya Kuala Pembuang, terletak diantara 111o 29’ 13,75’’ – 113o 32’ 16,8’’ Bujur Timur dan 0o 46’ 23’’ - 3o 33’ 43,9’’ Lintang Selatan. Kabupaten Kotawaringin Timur dengan ibukotanya Sampit, terletak terletak antara 112o 04’ 45,5’’ – 113o 13’ 05,7’’ Bujur Timur dan 01o 10’ 48,5’’ - 30 18’ 31,9’’ Lintang Selatan.

Formasi-formasi batuan yang terdapat di daerah penyelidikan yang mempunyai

hubungan dengan keterdapatan mineral non logam (non metallic mineral bearings formation) adalah sebagai berikut : Di Kabupaten Seruyan dijumpai : Alluvium (Qa),merupakan endapan aluvial terutama terdiri dari gambut berwarna coklat kehitaman, pasir berwarna kekuningan berbutir halus-kasar, lempung berwarna kelabu kecoklatan dan lempung kaolinan berwarna putih kekuningan dan bersifat liat, menempati hampir keseluruhan dari daerah penyelidikan, luas sebaran geologi mencapai 393.600 ha. Formasi Dahor (TQd), konglomerat, coklat kehitaman, agak padat, komponen terdiri dari fragmen kuarsit dan basal, kemas terbuka dengan matriks berukuran pasir, sebaran geologi mencapai 335.800 ha, tersebar sangat luas di bagian tengah sampai selatan, menyebar dari timur-barat. Batuan Terobosan Sintang (Toms) terdiri dari andesit yang berupa stock dan basal yang membentuk retas, berumur Oligosen-Miosen, tersebar di bagian utara Kabupaten Seruyan, sebaran geologi mencapai 7.503 ha. Formasi Kuayan (Trvk) terdiri dari breksi dengan komposisi andesit dan basal, aliran lava, batupasir tufan dan tuf dengan luas sebaran geologi 86.220 ha. Granit Sukadana (Kus) batuan terdiri dari menzonit kuarsa, menzogranit, sienogranit, dan granit alkali feldspar, sedikit sienit kuarsa, menzodiorit kuarsa dan diorit kuarsa, luas sebaran geologi mencapai 177.400 ha.

Di Kabupaten Kotawaringin Timur dijumpai : Alluvium (Qa),merupakan

endapan aluvial terutama terdiri dari gambut berwarna coklat kehitaman, pasir berwarna kekuningan berbutir halus-kasar, lempung berwarna kelabu kecoklatan dan lempung kaolinan berwarna putih kekuningan dan bersifat liat dengan luas sebaran geologi mencapai 341.800 ha. Formasi Dahor (TQd), konglomerat, coklat kehitaman, agak padat, komponen terdiri dari fragmen kuarsit dan basal, kemas terbuka dengan matriks berukuran pasir, berumur Miosen Tengah – Plistosen, sebaran geologi mencapai 485.800 ha hampir menempati keseluruhan daerah penyelidikan. Formasi Kuayan (Trvk) terdiri dari breksi dengan komposisi andesit dan basal, aliran lava, batupasir tufan dan tuf dengan luas sebaran geologi 59.570 ha

81

Page 97: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

INVENTARISASI DAN EVALUASI MINERAL NON LOGAM DI KABUPATEN TELUK WONDAMA DAN TELUK BINTUNI,

PROVINSI IRIAN JAYA BARAT

Oleh : A. Sanusi Halim, Wastoni,CP, Adrian Zenith, Sarino

Kelompok Kerja Mineral

S A R I

Daerah penyelidikan secara geografis terletak pada posisi koordinat 134o 01’ 49” – 134o 57’ 51” Bujur Timur dan 1o 58’ 27” – 3o 00’ 32” Lintang Selatan. Daerah tersebut termasuk wilayah Kabupaten Teluk Wondama. Daerah penyelidikan kedua terletak pada posisi koordinat antara 132o 43’ 24” – 134o 19’ 23” Bujur Timur dan 1o 54’ 45” – 3o 2’ 56” Lintang Selatan, termasuk wilayah Kabupaten Bintuni, Provinsi Irian Jaya Barat.

Secara Lithostratigrafi kedua wilayah daerah penyelidikan tersebut disusun oleh kelompok batuan malihan, kelompok batuan sedimen, kelompok batuan gunungapi, dan batuan alluvium yang memiliki kisaran umur dari Paleozoikum hingga Kuarter.

Struktur geologi yang berkembang di daerah penyelidikan antara lain struktur perlipatan, kekar dan pensesaran yang terjadi pada beberapa formasi batuan yang umumnya menunjukkan lineament berarah timur laut – barat daya.

Berdasarkan pengamatan di lapangan yang ditunjang hasil analisa laboratorium, di kedua wilayah daerah penyelidikan tersebut terdapat beberapa bahan galian yang memiliki prospek untuk dimanfaatkan dan diusahakan dalam rangka optimalisasi pemanfaatan potensi sumber daya mineral yang diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan wilayah dan percepatan pembangunan.

Bahan galian tersebut adalah batugamping yang terdapat di daerah Yomakan, Yambekiri, P. Rumberpon, Distrik/Kecamatan Rumberpon, dan daerah Dusneer dan Nanimori, Distrik/Kecamatan Wasior, Kabupaten Teluk Wondama. Bahan galian potensial yang terdapat di daerah Kabupaten Bintuni adalah sirtu (pasir dan batu) yang terdapat di daerah Kalikodok, Distrik/Kecamatan Bintuni, Daerah Mayado, Distrik/Kecamatan Timbuni dan daerah Barma, Distrik/Kecamatan Maskona serta bahan galian lempung di daerah Wasiri dan Banjar Ausoi, Distrik/Kecamatan Bintuni, Kabupaten Bintuni

Berdasarkan spesifikasi kegunaan dari berbagai macam kegunaan

82

Page 98: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

batugamping, lempung dan bahan galian lainnya dari hasil analisa laboratorium (Sertifikat Laboratorium), maka batugamping di daerah penyelidikan dapat digunakan sebagai bahan baku semen portland, bahan pemurnian dan peleburan dalam industri metalurgi, bahan pengapuran dalam usaha perikanan (tambak ikan dan udang), bahan penetralisir (reagent) lahan untuk usaha pertanian dan perkebunan yang memiliki kadar keasaman (Ph) yang tinggi. Bahan galian lempung dapat digunakan dsebagai bahan pembuatan bata merah dan genteng, sedangkan untuk bahan galian sirtu dapat digunakan sebagai bahan bangunan dengan mutu yang cukup baik.

83

Page 99: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

ANOMALI MAGNET DAN GAYABERAT PADA DAERAH PANAS BUMI G.ENDUT, KABUPATEN LEBAK, PROPINSI

BANTEN

Oleh : Alanda Idral , Edi Sumardi

Kelompok Kerja Panas Bumi, Pusat Sumber Daya Geologi

S A R I

Daerah panas bumi G.Endut-Banten termasuk dalam wilayah kec. Sobang, kabupaten Lebak, Propinsi Banten.

Anomali magnit dan gayaberat positif yang berbentuk lensa disekitar

m.a.p. Cikawah disebabkan oleh adanya mineralisasi dan nilai densitas batuan yang besar. Anomali magnit dan gayaberat rendah pada m.a.p Handeulum diperkirakan berkaitan dengan proses demagnetisasi batuan dan ubahan ubahan akibat proses hidrotermal. Manifestasi panas bumi Cikawah dokontrol oleh sesar yang berarah timurlaut- baratdaya dan baratlaut tenggara, sedangkan m.a.p. Handeuleum dikontrol oleh sesar yang berarah baratlaut-tenggara..Sistim panas bumi di daerah G.Endut merupakan sistim panas bumi tipe graben.

84

Page 100: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

GEOLOGI DAN GEOKIMIA PANAS BUMI DAERAH SONGA - WAYAUA, HALMAHERA SELATAN,

PROVINSI MALUKU UTARA

Oleh : Herry Sundhoro, Kasbani, Bangbang Sulaeman dan Iyus Rustama

Pokja Panas Bumi, Pusat Sumber Daya Geologi

S A R I

Hadirnya fluida panas di kedalaman Songa - Wayau dicerminkan oleh manifestasi panas di permukaan Pelepele Besar, Pelepele Pesisir, Babale Lansa, Padopado and Wayaua. Manifestasi tersebut berupa mata air panas, fumarola, kolam lumpur, tanah panas, tanah panas beruap dan batuan ubahan (alterasi), dengan temperatur bervariasi antara 65.6 - 100,40 C dan debit air panas sebesar ± 0.5 - 1 l/ menit.

Manifestasi panas di sini berada di lingkungan batuan vulkanik dan metamorfik, dan berasosiasi dengan struktur dike berupa kelurusab gunungapi berarah N 330º E. Karakteristik semua air panas bertipe Klorida, dan kebanyakan berada di immature water, namun beberapa ada yang terletak juga di partial equalibrium. Penghitungan suhu fluida di bawah permukaan dengan mengaplikasikan formula Na - K Fournier, 1981 dan Giggenbach, 1988, menghasilkan temperatur reservoar bervariasi antara 221 - 254°.C

85

Page 101: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

PEMBORAN LANDAIAN SUHU SUMUR JBO-1 DAN JBO-2 DAERAH PANAS BUMI JABOI, P. WEH, KOTA SABANG –

NAD

Oleh : Arif Munandar, Zulkifli Boegis, dan Robertus S.L Simarmata

Kelompok Kerja Panas Bumi, Pusat Sumber Daya Geologi

S A R I

Daerah panas bumi Jaboi secara administratif termasuk kedalam wilayah Kecamatan Suka Jaya, Kota Sabang, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam (NAD). Sedangkan koordinat titik bor sumur JBO-1 dan JBO-2 berada pada posisi geografis 5°48.176’ LU - 95° 20.049’ BT dan 5°47.897’ LU - 95° 20.289’ BT.

Dua sumur landaian suhu JBO-1 dan JBO-2 telah selesai di b or dengan

kedalaman Kedalaman akhir masing-masing adalah 238 m dan 250 m. Litologi terdiri dari Breksi Tufa, Lava Andesit, dan Breksi Tufa sisipan Tufa. Intesitas alterasi bervariasi dari lemah sampai sangat kuat. Mineral-mineral ubahan yang hadir adalah montmorilonit, smektit, kaolinit,halloysite, kuarsa sekunder, oksida besi, pirit, kalsit, alunit, dan klorit. Berdasarkan kehadiran kelompok mineral-mineral ubahan tersebut, maka jenis ubahannya termasuk kedalam kelompok argilik (argillic type of alteration) dan berfungsi sebagai lapisan penudung panas (clay cap) dari sistem panas bumi Jaboi.

Berdasarkan pengukuran logging temperatur (T-logging), diperoleh

landaian suhu (gradient thermal) di sumur JBO-1 dan JBO-2 masing-masing sebesar 20.5 – 22 °C dan 17 °C per 100 m kedalaman (gradient thermal normal adalah 3 °C per 100 m kedalaman) yang menunjukkan adanya kenaikan landaian suhu yang cukup tinggi di daerah panas bumi Jaboi.

86

Page 102: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

PENYELIDIKAN GAYA BERAT DAN GEOMAGNET DAERAH PANAS BUMI DOLOK MARAWA, KABUPATEN

SIMALUNGUN, PROPINSI SUMATRA UTARA

Oleh Dendi Surya Kusuma1, Timor Situmorang2, Ary S3, Sumarna4, Sunarto5,

Hasan6

Kelompok Kerja Panas Bumi, Pusat Sumber Daya Geologi

S A R I

Beberapa kelurusan dengan pola kelurusan yang tegas terutama ditunjukkan di sekitar Dolok Marawa, Bukit Tinggi Raja, dan Batu Holing, hal ini mempertegas keberadaan struktur-struktur berarah baratdaya – timurlaut, baratlaut-tenggara, dan hampir utara-selatan, yang secara geologi dapat dikenali di permukaan dan merupakan struktur-struktur yang berpotongan di Bukit Tinggi Raja. Pada peta Anomali Sisa memperlihatkan pola anomali yang terlihat lebih komplek, terdapat beberapa kelurusan seperti yang terlihat di sekitar daerah Tinggi Raja, Dolok Marawa, Bahuan, Negeri Asih, dan sekitar daerah gunung Bahtopu, terutama di sekitar Tinggi Raja yang memotong manifestasi air panas Dolok Marawa. Secara umum, di sekitar daerah Tinggi Raja dimana manifestasi panas bumi Dolok Marawa berada terdapat pada kelurusan yang mempunyai arah N400W ke arah baratlaut-tenggara dan arah utara-selatan (N1750E) sebagai kontrol struktur. Dari anomali Bouguer dan anomali Sisa ini ditafsirkan bahwa sumber panas yang membentuk system panas bumi Tinggi Raja Dolok diperkirakan sumber panasnya berasal dari Gunung Dolok Bahtopu.

Berdasarkan hasil penyelidikan magnet, diperkirakan adanya beberapa struktur sesar yang mengontrol terdapatnya manifestasi panas bumi, terutama sesar perkiraan yang terdapat dibagian barat daerah penyelidikan. Sesar tersebut berarah tidak beraturan, antara lain ada yang ber-arah utara-selatan, barat-timur dan baratdaya-timurlaut.Daerah “anomali magnit rendah” dan sedang, dengan harga anomali magnet total lebih kecil dari -525 nT sd. -175 nT ditafsirkan merupakan daerah yang mempunyai kaitan erat dengan terbentuknya manifestasi panas bumi di daerah ini.

87

Page 103: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DAERAH PANAS BUMI DOLOK MARAWA, KABUPATEN SIMALUNGUN, PROPINSI

SUMATERA UTARA

Oleh : A.Zarkasyi, Ir Bakrun, dan Sri Widodo

Pokja Panas Bumi, Pusat Sumber Daya Geologi

S A R I

Manifestasi yang dijumpai di lokasi penyelidikan adalah berupa mata air panas Tinggi Raja, Bahbotala, Partula-tula1, Partula-tula2, Lakparan, Bahwan, Panggaruan dengan temperatur antara 36,4 - 66,5 ºC Sebaran tahanan jenis memperlihatkan suatu zona rendah < 50 Ωm yang melingkupi komplek manifestasi Tinggi Raja, Partula-tula mulai bentangan AB/2=250 sampai dengan AB/2=1000. dengan sebaran tahanan jenis berarah baratlaut-tenggara.

Pada pendugaan tahanan jenis, umumnya lapisan permukaan mempunyai

tahanan jenis antara 700-1200 Ωm, kemudian tahanan jenis berikutnya mempunyai nilai 35-100 Ωm diduga batuannya adalah jatuhan piroklastik Toba, dan tahanan jenis 6-32 Ωm, dan sebagai lapisan penutup yang diduga sebagai reservoir adalah tahanan jenis 80-100 Ωm.

Hasil korelasi dari beberapa penampang dari hasil interpretasi curva

sounding diperoleh top reservoir pada kedalaman 600 meter. Nilai tahanan jenis rendah <50 Ωm merupakan zona prospek di daerah ini berada di sekitar komplek manifestasi Tinggi Raja, dengan luas sekitar 5.5 km2 , temperatur bawah permukaan 180 ºC, maka diperoleh Potensi panas bumi terduga sebesar 38 MWe.

88

Page 104: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DI DAERAH PANAS BUMI SONGA – WAYAUA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN,

PROVINSI MALUKU UTARA

Oleh : Sri Widodo, Bakrun

Kelompok Kerja Panas Bumi, Pusat Sumber Daya Geologi

S A R I

Daerah panas bumi Songa-Wayaua yang secara administratif berada di Desa Songa, Tawa dan Wayaua, Kecamatan Bacan Timur, Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara terdapat pada lingkungan vulkanik kuarter.

Manifestasi keberadaan panas bumi daerah Songa-Wayaua ditandai

dengan kemunculan mata air panas, fumarola, tanah panas, kolam lumpur dan batuan ubahan di lokasi Pelepele, Padopado, Babalelansa dan Wayaua dengan suhu permukaan antara 45.0 - 98°C dan pH netral 6.80 – 8.20. Fluida di daerah ini semuanya bertipe klorida.

Perkiraan suhu fluida bawah permukaan daerah Songa adalah 160 - 260°C

dan termasuk ke dalam entalpi sedang hingga tinggi, sedangkan di daerah Wayaua berkisar antara 112 - 175°C atau tergolong entalpi rendah s.d. sedang. Prospek panas bumi di daerah ini dibagi menjadi prospek Songa dan prospek Wayaua. Prospek Songa tersebar di sepanjang pantai timur antara desa Tawa dan Songa, yang mencapai luas 15 km2. Lapisan reservoir diduga mempunyai kedalaman yang bervariasi dengan kedalaman puncak lapisannya berkisar antara 400 - 950 meter.

Pemunculan manifestasi panas bumi di lokasi Pelepele dikontrol oleh

struktur tegak berarah timur laut – barat daya yang memotong G. Lansa.

89

Page 105: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

PENYELIDIKAN GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH PANAS BUMI SANGALA-MAKALE

KABUPATEN TANATORAJA – SULAWESI SELATAN

Oleh : Kasbani, Yuanno Rezky, Dedi Kusnadi

Kelompok Kerja Panas Bumi, Pusat Sumber Daya Geologi

S A R I Penyelidikan geologi dan geokimia panas bumi di daerah Sangala Makale dan sekitarnya adalah bagian dari metode kegiatan penyelidikan terpadu. Lokasi Sangala Makale dan sekitarnya termasuk kedalam wilayah Kecamatan Sangala, Kabupaten Tana Toraja, Provinsi Sulawesi Selatan. Luasnya (15 x 15) km2, secara geografis terletak pada koordinat 3o1’59.96”-3o9’59.94” LS dan 119o50’58.85”-119o58’58.96”BT.

Secara umum penyebaran batuan di daerah panas bumi Makale disusun

oleh batuan sedimen seperti Batugamping, Batulempung, dan Batupasir. Sedangkan di bagian tengah dan sedikit di bagian utara didominasi batuan produk batuan vulkanik berumur Kuarter. Sebaran morfologi terjal yang berpuncak tinggi-tinggi terdapat di bagian barat dan timur dibangun oleh tubuh Batugamping Tersier. Pada bagian tengah dan timurlaut dibentuk oleh perbukitan vulkanik, sedangkan bagian barat laut dan tenggara dibentuk oleh morfologi bergelombang yang dibangun oleh batuan sedimen hingga pedataran alluvial.

Manifestasi panas bumi terdiri dari 3 mata air panas Makula 1, Makula 2

dan Makula 3, lokasinya berdekatan, pada elevasi (800, 830 dan 860 m dpl), temperatur tertinggi hanya 43.6 oC pada temperatur udara 22.1oC, pH air netral (pH= 7.7-8.1), debit air hanya 1 L/detik, sedangkan di bagian barat daya di luar peta lokasi penyelidikan terdapat air panas Bera dengan temperatur hanya 35.8 oC, pada temperatur udara 30.4 oC. tidak terdeteksi adanya gas hidrotermal ataupun hembusan uap panas.

Secara umum struktur yang berperan mengontrol sistem panas bumi

daerah ini berupa Struktur sesar mendatar (strikeslip-fault), berarah N55°E-N60°E, merupakan sesar mengiri yang mungkin telah ter-rejuvenasi dan membentuk struktur muda di daerah ini.

Pada pemunculan air panas, tidak ditemukan adanya sinter silika,

sedangkan berdasarkan analisis konsentrasi senyawa kimia, menunjukkan konsentrasi rendah (SiO2 hanya 54.85 mg/L, klorida hanya 71.00 mg/L), termasuk tipe air klorida (Cl-SO4-HCO3), terletak pada partial equilibrium (Na-

90

Page 106: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

K-Mg). Temperatur bawah permukaan diperkirakan 110 oC (berdasarkan geotermometer SiO2 106 oC dan geotermometer NaK 110 oC), termasuk tipe temperatur rendah.

Tanah dan udara tanah pada kedalaman satu meter, dari 125 sampel, tidak

memperlihatkan konsentrasi dan anomali tinggi, anomali Hg, delta temperatur dan CO2, cenderung kearah bagian tengah, yaitu lokasi mata air panas makula, dengan pH netral, Hg > 75 ppb, delta T > 2 oC, dan CO2 > 1%, pengaruh batu gamping dan pembusukan humus perlu dipertimbangkan.

Sistem panas bumi di daerah penyelidikan Sangala Makale, kemungkinan

tipe vulkanik, diindikasikan oleh masih terdeteksinya konsentrasi Fluorid (2 mg/L), Namun konsentrasi senyawa lainnya rendah dan temperatur manifestasi rendah hanya 43.6 oC.

91

Page 107: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

PENYELIDIKAN PANAS BUMI PENDAHULUAN WILAYAH KABUPATEN BURU – MALUKU

Oleh :

Bangbang Sulaeman, Edy Sumardi, Dede Iim Setiawan

Kelompok Kerja Panas Bumi, Pusat Sumber Daya Geologi

S A R I

Stratigrafi Pulau Buru terdiri dari 9 satuan batuan, dari tua ke muda yaitu:

Kelompok Malihan Pra-Tersier (Pz), Kelompok Trias (Tr), Kelompok Jura – Eosen (JE), Kelompok Oligosen (To), Kelompok Miosen (Tm), Kelompok Pliosen (Tp), Batuan Gunungapi Ambalau (Tpa), Kelompok Plistosen (Qp), dan Kelompok Endapan Holosen (Qh).

Manifestasi panas bumi berupa mata air panas, tanah panas dan bualan gas

yang terdapat di 3 lokasi, yaitu Manifestasi Waeapo, Batubual, dan Manifestasi Kapalamadang. Manifestasi Waeapo terdiri dari 2 mata air panas (99.8°C dan 105.5 °C) dan tanah panas (80 °C), Batubual terdiri dari 2 mata air panas (65.5 °C dan 69.4 °C) , Kepalamadang terdiri dari 3 mata air panas (67.4 °C, 86.7 °C dan 90.8 °C) dan 2 bualan gas (42 °C dan 46 °C)

Manifestasi Kepalamadan dan Waeapo bertipe klorida - bikarbonat,

Batubual bertipe klorida, Airmandidi bertipe bikarbonat dan Debowae bertipe sulfat asam. Kemunculan manifestasi umumnya berada pada lingkungan sedimen. Pendugaan temperatur bawah permukaan dengan metoda geotermometer SiO2 (conductive cooling), temperatur minimum sebesar 145 – 151 oC, sedangkan temperatur maksimum 160 - 237 oC (Na/K), termasuk ke dalam entalphi sedang sampai tinggi.

Potensi sumber daya spekulatif di Kepalamadan diperkirakan sebesar 75

Mwe, Waeapo 90 Mwe, dan Batubual 90 Mwe.

92

Page 108: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

PEMBORAN SUMUR LANDAIAN SUHU SWW-1 LAPANGAN PANAS BUMI SUWAWA

KABUPATEN BONEBOLANGO - GORONTALO

Oleh : Fredy Nanlohi, Dikdik R.

S A R I

Stratigrafi sumur tersusun oleh endapan alluvial (0-34 m), breksi polimik tidak terubah hingga terubah lemah (34-120 m) dan breksi polimik terubah sedang hingga sangat kuat (120-250 m). Struktur geologi dicirikan oleh adanya rekahan-rekahan halus yang umumnya telah terisi oleh urat oksida besi.

Ubahan hidrotermal hanya terjadi mulai kedalaman 120m hingga 250 m, dimana batuan terubah oleh proses argilitisasi, oksidasi dengan/tanpa anhidritisasi, kloritisasi, karbonatisasi, dan piritisasi. Pembentukan batuan ubahan sebagai hasil replacement dari mineral utama pada batuan dan matrik/masa dasar batuan. Intensitas ubahan sedang hingga sangat kuat (SM/TM= 40-80%)

Selama tiga tahapan pengukuran logging temperatur, yaitu pada kedalaman 100 m, 150 m dan 250 m menunjukkan kecenderungan yang relatif meningkat seiring dengan pertambahan kedalaman sumur. Anomali gradient temperatur sekitar 14ºC pada setiap pertambahan 100 m kedalaman sumur.

Batuan dari kedalaman 0 – 120 m belum mengalami ubahan hidrotermal hingga terubah lemah bersifat sebagai lapisan penutup atau overburden. Dari kedalaman 120 – 250 m merupakan breksi polimik dengan tipe ubahan argilik berfungsi sebagai batuan penudung panas (cap rock/clay cap).

Pemboran sumur landaian suhu SWW-1 telah menembus zona ‘up flow”

dicirikan adanya peningkatan temperatur seiring pertambahan kedalaman sumur.

93

Page 109: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DAN HEAD-ON DI DAERAH PANAS BUMI MAKALE-SANGALA

KABUPATEN TANA TORAJA, PROPINSI SULAWESI SELATAN

Oleh :

Bakrun¹, Ario Mustang², Sri Widodo³

Kelompok Kerja Panas Bumi

S A R I

Prospek panas bumi Makale yang berada di wilayah Kecamatan Makale dan Sangala, Kabupaten Tana Toraja, Propinsi Sulawesi Selatan, dicirikan dengan adanya mata air panas dengan temperatur 31,4 oC-43,6 oC, dengan pH = 7-8 di Desa Makula.

Hasil penyelidikan geolistrik tahanan jenis mengindikasikan daerah

prospek dicirikan oleh anomali tahanan jenis relatif tinggi (>50 Ohm-m) yang menempati bagian tengah daerah penyelidikan yaitu disekitar bukit Kaero. Tahanan jenis tinggi tersebut secara konsisten berada pada setiap bentangan AB/2, walaupun luas dari masing-masing bentangan semakin dalam agak sedikit berkurang.

Lapisan batuan penyusun daerah ini dari hasil geolistrik sounding terdiri

dari lapisan permukaan, diikuti oleh lapisan dengan tahanan jenis 75 – 600 Ohm-m yang diduga berupa lava andesit dan lapisan berikutnya adalah lapisan dengan tahanan jenis 3 – 40 Ohm-m yang diperkirakan adalah clay cap di daerah ini, lapisan paling bawah merupakan perulangan dari lapisan ke dua yang diduga merupakan batuan reservoar terdapat pada kedalaman > 500 meter. Struktur/sesar berdasarkan hasil penyelidikan head-on pada lintasan X (B) terdapat tiga buah struktur pada kedalaman lebih dari 400 meter, dengan sudut kemiringan antara 72-79o. Struktur yang terakhir diperkirakan sebagai struktur utama berarah baratdaya-timurlaut. Pada lintasan Y (C) struktur/sesar diperkirakan berupa zona terdapat antara titik ukur C 3450-3525, dengan kemiringan 64o dan mencapai kedalaman 400 meter.

Potensi panas bumi terduga hasil penyelidikan geolistrik dengan luas

daerah prospek 5 km2 dan suhu bawah permukaan 110 oC , maka diperoleh potensi sebesar 12 MWe.

94

Page 110: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

PENYELIDIKAN TERPADU DAERAH PANAS BUMI SONGA-WAYAUA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN,

MALUKU UTARA

Oleh : Bakrun, Timor Situmorang, Bangbang S, Heri Sundhoro, Alanda Idral,

Liliek H

Pokja Panas Bumi

S A R I

Indikasi keberadaan panas bumi di daerah Songa-Wayaua dicirikan oleh adanya pemunculan mata air panas, fumarola, tanah panas, kolam lumpur dan batuan ubahan seperti terdapat di Pelepele, Padopado, Babalelansa dan Wayaua dengan temperatur antara 45 oC – 98°C dan pH netral (6.80 – 8.20).

Morfologi daerah panas bumi Songa-Wayaua secara umum termasuk jenis

morfologi perbukitan bergelombang tajam, sedang hingga lemah serta pedataran dan Kerucut Gunungapi dengan ketinggian antara 0 – 1000 meter dpl. Geologi daerah penyelidikan terdiri dari satuan batuan berumur Tersier yaitu batuan metamorf, kemudian diikuti oleh produk gunung api Quarter dari G. Lansa, G. Bibinoi, G. Songa. Aktifitas G. Lansa diduga berperan di dalam pembentukan sistem panas bumi di daerah ini.

Pemunculan manifestasi berada di lingkungan vulkanik dengan tipe air panas

khlorida seperti pada mata air panas Pelepele Besar, Pelepele Pesisir, Babalelansa, Padopado dan Wayaua.

Perkiraan temperatur bawah permukaan daerah Songa berkisar antara 160-

260°C, termasuk ke dalam entalpi sedang sampai tinggi, sedangkan daerah Wayaua 112°C-175°C termasuk ke dalam entalpi rendah sampai sedang.

Berdasarkan data geologi, geokimia dan geofisika serta manifestasi panas bumi

dipermukaan diperkirakan adanya daerah akumulasi panas yang membentuk sistem panas bumi dibawah permukaan.

Hasil penyelidikan geolistrik terdeteksi adanya anomali rendah < 15 Ohm-m di

bagian timur daerah penyelidikan, kemungkinan ada daerah akumulasi panas (reservoar) pada kedalaman >400 meter. Hal ini ditunjang oleh adanya anomali rendah dari hasil penyelidikan gayaberat dan anomali sedang dari hasil pengukuran geomagnet, serta adanya konsetrasi Hg dan CO2 yang cukup tinggi di sekitar manifestasi.

Luas daerah prospek diperkirakan dari hasil kompilasi dan zona alterasi lempung dengan luas 15 Km2, dengan perkiraan potensi panas bumi terduga sekitar 140 Mwe.

95

Page 111: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

PENYELIDIKAN TERPADU PANAS BUMI DAERAH GUNUNG ENDUT KABUPATEN LEBAK, BANTEN

Oleh:

Dedi Kusnadi, Alanda Idral, Yuanno Rezky, Edi Suhanto dan Edy Sumardi

Kelompok Program Penelitian Panas Bumi, Pusat Sumber Daya Geologi Jl. Soekarno Hatta No. 444 Bandung 40254

S A R I

Penyelidikan terpadu geologi, geokimia, dan geofisika telah dilakukan di daerah panas bumi Gunung Endut, Kabupaten Lebak - Banten pada tahun 2006. Sekitar 40 km kearah selatan dari kota Rangkasbitung.

Geologi daerah penyelidikan didominasi oleh batuan vulkanik Kuarter produk G. Endut yang menerobos batuan dasar sedimen Tersier. Pada bagian selatan daerah penyelidikan banyak ditempati oleh produk batuan intrusif yang diduga terbentuk sebelum kegiatan vulkanisme G. Endut. Sesar mendatar dan peremajaan normal yang berarah timurlaut – barat daya mengakibatkan munculnya manifestai deretan mata air panas Cikawah. Sedangkan sesar mendatar berarah baratlaut – tenggara diduga sebagai media yang memunculkan manifestasi mata air panas Handeleum.

Manifestasi panas bumi berupa mata air panas, tersebar pada dua lokasi, yaitu mata air panas Cikawah berada di sekitar 6 km di kaki barat Gunung Endut dengan temperatur 88 oC, pH netral, debit 5 L/detik, bertipe klorida, dan mata air panas Handeuleum disekitar 8 km kaki barat G. Endut dengan temperatur 57 oC, pH netral, tipe bikarbonat, dengan konsentrasi sulfat dan klorida sebanding. Kedua air panas terletak pada partial equilibrium, dan konsentrasi Cl, Li, B sebanding. Temperatur bawah permukaan sekitar 180oC diestimasi dari geotermometer SiO2 dan NaK. Peta geokimia memperlihatkan anomali Hg tanah tinggi yang bertepatan dengan anomali CO2 udara tanah tinggi berada sekitar lokasi mata air panas Cikawah.

Anomali gaya berat mengindikasikan keberadaan intrusi batuan beku di Cikawah yang kemungkinan menjadi sumber panas bagi sistem panas bumi Cikawah. Intrusi juga diindikasikan terdapat di baratdaya lokasi penyelidikan, dan mungkin berperan sebagai sumber panas bagi sistem panas bumi Handeuleum. Pada kedalaman ada suatu tubuh batuan beku yang berarah barat daya- timur laut yang kemungkinan merupakan batuan andesit yang lebih tua dari produk G. Endut.

Anomali magnit positif yang berbentuk lensa disekitar lokasi mata air

96

Page 112: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

panas Cikawah disebabkan oleh adanya mineralisasi bijih, sedangkan anomali magnit rendah di sekitar mata air panas Handeulum diperkirakan berkaitan dengan proses demagnetisasi batuan (ubahan?) akibat proses hidrotermal. Manifestasi panas bumi Cikawah dikontrol oleh sesar-sesar yang berarah baratdaya- timurlaut dan baratlaut-tenggara, sedangkan air panas Handeuleum dikontrol oleh sesar yang berarah baratlaut-tenggara.

Peta tahanan jenis semu memperlihatkan bahwa daerah manifestasi panas bumi bertepatan dengan kontras anomali tinggi yang disebabkan oleh batuan beku tebal resistif yang diduga berupa batuan intrusif yang berada di lingkungan batuan dasar sedimen yang konduktif. Data sounding memperlihatkan suatu lapisan konduktif di kedalaman sekitar 500 m di bawah mata air panas Cikawah, yang diduga berasosiasi dengan batuan intrusif teralterasi argilik. Data head-on memperlihatkan dugaan struktur-struktur sesar di sekitar manifestasi panas bumi Cikawah yang berarah baratdaya-timurlaut yang diduga mengontrol keberadaan sistem panas bumi di daerah penyelidikan.

97

Page 113: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

PENYELIDIKAN GEOLOGI DAN GEOKIMIA PANAS BUMI DAERAH GUNUNG ENDUT

KABUPATEN LEBAK, BANTEN

Oleh: Dedi Kusnadi, Yuanno Rezky, Supeno dan Budi Raharja

Kelompok Program Penelitian Panas Bumi, Pusat Sumber Daya Geologi

Jl. Soekarno Hatta No. 444 Bandung 40254

S A R I

Geologi daerah penyelidikan didominasi oleh batuan vulkanik Kuarter

produk G. Endut yang menerobos batuan dasar sedimen Tersier. Pada bagian selatan daerah penyelidikan banyak ditempati oleh produk batuan intrusif yang diduga terbentuk sebelum kegiatan vulkanisme G. Endut. Sesar mendatar dan peremajaan normal yang berarah timurlaut – baratdaya mengakibatkan munculnya manifestai deretan mata air panas Cikawah. Aliran fluida panas yang bersifat asam mengakibatkan terbentuknya batuan ubahan/alterasi diantaranya silicified brecciated andesite, sedangkan sesar mendatar berarah baratlaut – tenggara diduga sebagai media yang memunculkan manifestasi mata air panas Handeuleum.

Manifestasi panas bumi berupa mata air panas, tersebar pada dua lokasi, yaitu mata air panas Cikawah berada di sekitar 6 km di kaki barat Gunung Endut dengan temperatur 88 oC, pH netral, debit 5 L/detik, bertipe klorida, dan mata air panas Handeuleum disekitar 8 km kaki barat G. Endut dengan temperatur 57 oC, pH netral, debit 3 L/detik, tipe bikarbonat, dengan konsentrasi sulfat dan klorida sebanding. Kedua air panas terletak pada partial equilibrium, dan konsentrasi Cl, Li, dan B sebanding. Temperatur bawah permukaan sekitar 180oC diestimasi dari geotermometer SiO2 dan NaK. Peta geokimia memperlihatkan anomali tinggi Hg tanah yang bertepatan dengan anomali tinggi CO2 udara tanah berada sekitar lokasi mata air panas Cikawah.

98

Page 114: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

EVALUASI PROSPEK LAPANGAN MATALOKO DENGAN SURVEI MISE-A-LA-MASSE DAN PENGUJIAN

SUMUR MT-5

Oleh: Edi Suhanto1 dan Syuhada Arsadipura1

1Kelompok Program Penelitian Panas Bumi-Pusat Sumber Daya Geologi

S A R I

Beberapa survei geosain telah dilakukan pada lapangan panas bumi Mataloko hingga pengeboran sumur-sumur eksplorasi. Pada tahun 2006 telah dilakukan survei mise-a-la-masse Untuk lebih dapat melihat secara detil daerah prospek pada tahun 2006 telah dilakukan yang hasilnya memperlihatkan kemungkinan suatu zona potensial untuk pengembangan selanjutnya. Sebagai tindak lanjut dari kegiatan pengeboran sumur eksplorasi MT-5 yang memperlihatkan produktif, telah dilakukan suatu uji alir menggunakan metode lempeng orifice. Hasil uji memperlihatkan bahwa MT-5 mampu memproduksi fluida panas berupa uap jenuh dengan laju 19.3, 12.6 dan 17.4 ton/jam masing-masing untuk tekanan kepala sumur 4.0, 6.0, dan 5.0 kscg dengan aliran maksimum diekstrapolasi sekitar 20 ton/jam pada tekanan 4.0 ksc. Entalpi fluida termasuk tinggi sebesar 2746, 2755, 2763, 2768, dan 2771 kJ/kg untuk tekanan kepala sumur masing-masing 4.0, 5.0, 6.0, 7.0, dan 7.5 kscg.

99

Page 115: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

PENYELIDIKAN TERPADU DAERAH PANAS BUMI OMA- HARUKU, MALUKU

Oleh :

Dikdik Risdianto, Arif Munandar, Dedi Kusnadi

Pokja panas bumi, Pusat Sumber Daya Geologi

S A R I

Daerah panas bumi Pulau Haruku secara administratif berada di wilayah Kecamatan Pulau Haruku, Kabupaten Maluku Tengah, secara geografis berada antara 3o 30’ 38,88” - 3o 38’ 14,64’’ LS dan 128o 23’ 54,24”– 128o 34’ 40,8” BT. Morfologi daerah penyelidikan tersusun oleh perbukitan landai hingga perbukitan terjal. Morfologi dataran tinggi berada di sekitar bagian tengah Pulau Haruku di sekitar Gunung Huruano yang telah mengalami deformasi kuat. Batuan vulkanik termuda adalah produk Gunung Huruano dan Noni yang berumur Tersier (Pliosen Tengah) dengan kompososi lava andesit. Struktur sesar normal Oma yang berarah Barat Daya – Timur Laut merupakan sesar yang berperan besar akan munculnya manifestasi air panas di daerah Oma. Manifestasi panas bumi di daerah penyelidikan terdiri dari 7 lokasi manifestasi yang muncul kepermukaan berupa air panas, berada di sekitar kampung Oma dengan suhu tertinggi 100°C bertipe klorida dengan PH netral.Lapisan reservoir di daerah diperkirakan ini berada pada kedalaman > 500 m berdasarkan ketebalan dari batuan vulkanik yang menyusun Pulau Haruku. Temperatur fluida dalam reservoir berdasarkan data pengukuran geothermometer SiO2 dan NaK memperlihatkan bahwa suhu reservoir dapat mencapai 240 °C dengan nilai rata-rata sekitar 225 °C.

Lapisan reservoir ini diperkirakan ditutupi oleh lapisan penudung yang

bersifat tidak poros pada kedalaman < 500 m.Dengan asumsi luas dari daerah prospek sekitar 4 km2 maka potensi energi panas bumi pada tingkat kelas sumber daya hipotetis di daerah Pulau Haruku adalah 28 MWe.

100

Page 116: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

SURVEI TAHANAN JENIS DC DI DAERAH PANAS BUMI GUNUNG ENDUT KABUPATEN LEBAK – BANTEN

Oleh:

Ario Mustang dan Edi Suhanto

Kelompok Program Penelitian Panas Bumi, Pusat Sumber Daya Geologi Jl. Soekarno Hatta No. 444 Bandung 40254

S A R I

Survei tahanan jenis dc telah dilakukan pada tahun 2006 di daerah panas bumi Gunung Endut-Banten dengan konfigurasi Schlumberger dan “head-on”. Peta tahanan jenis semu memperlihatkan daerah manifestasi panas bumi bertepatan dengan kontras anomali tinggi yang disebabkan oleh batuan beku tebal resistif yang diduga berupa batuan intrusif yang berada di lingkungan batuan dasar sedimen yang konduktif. Data sounding memperlihatkan suatu lapisan konduktif di kedalaman sekitar 500 m di bawah mata air panas Cikawah, yang diduga berasosiasi dengan batuan intrusif teralterasi argilik. Data head-on memperlihatkan dugaan struktur-struktur sesar di sekitar manifestasi panas bumi yang berarah baratdaya-timurlaut yang diduga mengontrol keberadaan sistem panas bumi di daerah survei.

101

Page 117: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

SURVEY GEOMAGNET DI DAERAH PANAS BUMI SONGA-WAYAUA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN,

MALUKU UTARA

Oleh : Eddy Sumardi, Timor Situmorang

Kelompok Kerja Panas Bumi, Pusat Sumber Daya Geologi

S A R I

Daerah panas bumi Songa-Wayaua terletak di Kecamatan Bacan Timur bagian tenggara dari pulau Bacan. Secara geologi daerah ini ditutupi oleh endapan permukaan, endapan piroklastik, batuan andesit, andesit tua, sekis dan gneiss. Aktivitas gunungapi masih terlihat berupa fumarola dan mata air panas disebelah timur laut Gunung Lansa yaitu dipantai teluk Pele-Pele. Dari pengukuran beberapa metoda geofisika, salah satunya adalah metoda geomagnet memperlihatkan suatu anomali magnetik total yang relatif sedang didaerah manifestasi panas bumi ini. Munculnya anomali magnetik sedang disekitar manifestasi disebabkan oleh adanya lapisan batuan yang permeable dibawahnya yang diperkirakan sebagai suatu reservoir dan lapisan batuan ini diperkirakan berupa batuan andesit muda (Kuarter) yang diduga sebagai sumber panasnya.

102

Page 118: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

SURVEI PANAS BUMI TERPADU (GEOLOGI, GEOKIMIA DAN GEOFISIKA) DAERAH DOLOK MARAWA,

KABUPATEN SIMALUNGUN - SUMATERA UTARA

Oleh : Herry Sundhoro, Bakrun, Dendi Suryakusuma, Bangbang Sulaeman dan

Timoer Situmorang

Kelompok Kerja Panas Bumi, Pusat Sumber Daya Geologi

S A R I

Indikasi adanya fluida panas di kedalaman Dolok Marawa, berupa mataair panas pada patahan baratlaut - tenggara (N 320 - 330º E), di elevasi 330 - 370 m dpl, dengan suhu permukaan 36,4 - 66,5º C, pH netral (6.57 - 7,63), dan ada endapan sinter karbonat (travertine). Luas daerah prospek di asumsikan dari kompilasi survai geologi, geokimia dan geofisika, yang terletak diantara sesar Tinggi Raja, Partulatula, Balakbak dan Bahbotala, seluas ± 5,5 km². Potensi panas bumi di Tinggi Raja dikalkulasi ± 38 Mwe, berupa air panas dengan kedalaman zona reservoar > - 500 m.

103

Page 119: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

PENGUJIAN UAP/MONITORING SUMUR PANAS BUMI MATALOKO, NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2006

Oleh :

Dahlan, Soetoyo

Kelompok Kerja Panas Bumi

S A R I

Dalam rangka pengembangan lanjut lapangan panas bumi Mataloko, diperlukan data mengenai sifat fisik dan kimia fluida dari masing-masing sumur. Data-data tersebut dapat diperoleh melalui kegiatan monitoring sumur panas bumi, yang meliputi pengamatan sifat fisis sumur berupa tekanan dan temperatur fluida di kepala sumur, analisis sifat fisis dan kimia fluida sumur, serta pemantauan terhadap lingkungan di sekitar sumur. Secara geografis, lapangan panas bumi Mataloko terletak pada 121°03'32" BT - 121°09'09" BT dan 08°49'55" LS - 08°55'33”LS.

Selama tahun 2006, kondisi uap di keempat sumur Mataloko menunjukkan

kontinuitas yang baik. Tekanan Kepala Sumur (TKS) sumur MT-2 berkisar antara 4,5 – 5,8 barg dengan temperatur 109,2 – 123,5oC, TKS sumur MT-3 antara 4,2 – 5,0 barg dengan temperatur 99,7 – 112,4oC , TKS sumur MT-4 stabil pada 8 barg dengan temperatur 116,9 – 123 oC, dan TKS sumur MT-5 antara 10,75-12 barg dengan temperatur 99,2 – 108 oC. Secara umum, sampel kondensat (SCS) sumur Mataloko memperlihatkan konsentrasi kimia yang rendah, dengan daya hantar listrik ≤ 44 mhos/cm pada keempat sumur dengan pH 4,1 – 4,67 pada sumur MT-2, pH 4,3 – 5,10 pada sumur MT-3, pH 3,8 – 4,6 pada sumur MT-4, dan pH 3,8 – 4,9 pada sumur MT-5. Konsentrasi H2O pada uap sumur > 97 %mol dengan gas CO2, H2S dan keseluruhan gas lainnya kurang dari 3 %mol, kecuali pada sumur MT-3 dengan konsentrasi H2O sekitar 94 % mol.

Penyebaran manifestasi di sekitar sumur panas bumi Mataloko selama

monitoring tahun 2006, menunjukkan penyebaran manifestasi yang relatif sama dibandingkan dengan periode sebelumnya. Konsentrasi gas dari manifestasi dan sumur, masih di bawah ambang batas pada ketinggian 1 meter dari permukaan manifestasi.

104

Page 120: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

PENYELIDIKAN GAYA BERAT DAN GEOMAGNET DAERAH PANAS BUMI MAKULA,

KABUPATEN TANA TORAJA, PROPINSI SULAWESI SELATAN

Oleh :

Dendi Surya Kusuma, 2) Timor Situmorang, 3)Alanda Idral, 4)Liliek

Kelompok Kerja Panas Bumi, Pusat Sumber Daya Geologi

S A R I

Mata air panas (MAP) Makula berlokasi pada daerah anomali magnit rendah, < -200 nT. Kondisi tersebut mengindikasikan telah terjadi proses demagnetisasi (ubahan?) akibat proses panas dibawah permukaan (proses hidrotermal). Zona anomali magnit tinggi yang berbentuk lensa-lensa besar tampak di sekitar daerah Ropo, diperkirakan berkaitan dengan kubah andesit yang belum terlapukkan. Struktur sesar yang diperkirakan mengontrol kenampakan mata air panas Makula kepermukaan adalah sesar Makula. yang berarah timurlaut-barat daya.

Pola lineasi anomali Bouguer memperlihatkan arah umum baratlaut – tenggara, serta di beberapa tempat seperti di sekitar daerah Ropo, Sibunuan,Landopio, dan di sekitar daerah Tongkanan terjadi pembelokan dan pengkutuban anomali tinggi. Peta ini memperlihatkan kecenderungan pola regional berarah baratlaut-tenggara dengan nilai anomali yang meninggi ke arah tenggara. Beberapa kelurusan yang nampak terutama di bagian tengah yaitu sekitar Wala, Malimangun di bagian selatan, Pasang dan Eranbatu di bagian baratlaut dan sekitar Totumba di bagian timurlaut, mempertegas keberadaan struktur-struktur berarah baratlaut-tenggara dan baratdaya - timurlaut, yang secara geologi dapat dikenali di permukaan dan merupakan struktur-struktur yang muncul di daerah ini. Permukaan anomali regional cenderung berarah hampir baratlaut-tenggara dengan nilai meninggi dari baratlaut ke tenggara, sedangkan arah baratdaya – timurlaut memperlihatkan nilai yang rendah dan diperkirakan adanya struktur sinklin (?) di daerah ini.

105

Page 121: INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINALpsdg.bgl.esdm.go.id/kolokium 2006/sari/sari.pdf · pendataan penyebaran merkuri pada wilayah pertambangan di daerah selogir, kab.wonogiri, provinsi

PENYELIDIKAN GEOLOGI DAN GEOKIMIA DI DAERAH PANAS BUMI DOLOK MARAWA, KABUPATEN

SIMALUNGUN - SUMUT

Oleh : Dede Iim, Setiadarma D, Herry Sundhoro, Bangbang Sulaeman

Kelompok Kerja Panas Bumi, Pusat Sumber Daya Geologi

S A R I

Stratigrafi daerah penyelidikan terdiri dari 7 satuan batuan, urutan dari tua ke muda adalah: Satuan Batugamping Bahbotala (Tgb), Andesit Gunung Sipapagus (Qls), Andesit Gunung Bahtopu (Qlb), Aliran Piroklastik Toba (Qat), Jatuhan Piroklastik Toba (Qjt), Travertin (Qtr) dan Aluvium (Qa) (Gambar 2).

Fluida panas di kedalaman Dolok Marawa diindikasikan oleh munculan mata air panas Tinggi Raja, Partulatula, Balakbak, Bahoan, Lakparan and Bahbotala yang mempunyai suhu antara 36,4 - 66,5 °C, dengan pH normal (6.57 - 7,63), dan debit antara 5 - 20 l/menit. Manifestasi panas berada pada lingkungan batuan vulkanik dan batugamping Tersier, yang berasosiasi dengan beberapa struktur mengarah N 320 - 330º E.

Beberapa air panas bertipe Klorida, sedangkan sebagian lagi bertipe

Klorida bikarbonat, namun mata air panas Bahbotala mempunyai tipe Bikarbonat. Estimasi suhu fluida bawah permukaan yang mengaplikasikan formula Na - K Fournier, 1981 dan Giggenbach, 1988, Silica conductive cooling , and gas geothermometer mendapatkan dugaan temperatur di reservoar sebesar ± 180 °C.

106