INTERGRASI PARADIGMA ANTROPOSENTRISME DAN TEOSENTRISME BERBASIS AL QUR’AN DENGAN MATERI KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM (KSDA) AIR DALAM PENDIDIKAN BIOLOGI S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Biologi O l e h : FAQIH YAHULLAH N I M : 0 5 3 8 1 1 2 7 5 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011
119
Embed
INTERGRASI PARADIGMA ANTROPOSENTRISME DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · Upaya integrasi sains dan Islam seperti itu dalam pendidikan Biologi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
INTERGRASI PARADIGMA ANTROPOSENTRISME DAN
TEOSENTRISME BERBASIS AL QUR’AN DENGAN
MATERI KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM (KSDA)
AIR DALAM PENDIDIKAN BIOLOGI
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
dalam Ilmu Pendidikan Biologi
O l e h :
FAQIH YAHULLAH
N I M : 0 5 3 8 1 1 2 7 5
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
ABSTRAKSI
Judul : Integrasi Paradigma Antroposentrisme dan Teosentrisme Berbasis Al
Qur’an dengan Materi Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Air
dalam Pendidikan Biologi.
Nama : Faqih Yahullah
NIM : 053811275
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) paradigma antroposentrisme dan
teosentrisme berbasis Al Qur’an sebagai landasan etis dalam kegiatan konservasi air; (2)
integrasi paradigma antroposentrisme dan teosentrisme berbasis Al Qur’an dengan
materi Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) air sebagai pengembangan kajian Al
Qur’an dalam pendidikan Biologi.
Skripsi ini tergolong dalam penelitian kepustakaan (library reseach) dengan
pendekatan paradigmatik-integratif, yaitu mengintegrasikan paradigma antroposentris
dan teosentris yang bersumber dari ajaran-ajaran Al Qur’an (variabel 1) dengan materi
konservasi air dalam pendidikan Biologi (variabel 2). Dalam hal ini, rumusan integrasi
pada penelitian ini dibangun berdasarkan reintegrasi epistemologi sains dan Islam.
Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan metode
analisis deskriptif untuk mengetahui rumusan integrasi ajaran-ajaran moral Al Qur’an
dengan pembelajaran materi konservasi air dalam pendidikan Biologi. Upaya integrasi
sains dan Islam seperti itu dalam pendidikan Biologi sangatlah diperlukan. Sebab
Biologi sebagai suatu disiplin ilmu murni tidak memiliki sumber ajaran moral yang
akan menjadi dasar bagi aplikasi teori-teori Biologi. Islam adalah satu-satunya sumber
ajaran moral yang dapat dijadikan landasan etis dalam setiap penerapan teori-teori
ilmiah dari disiplin ilmu tersebut.
Hasil penelitian membuktikan bahwa Islam melalui ajaran-ajaran Al Qur’an
dapat dipadukan dengan materi konservasi air secara integratif. Penelitian dan
pengkajian terhadap ayat-ayat Al Qur’an yang menjelaskan tentang air atau hujan
mendapatkan pelajaran bahwa air dan sumber-sumber alam lainnya harus dipandang
secara antroposentris dan teosentris. Paradigma teosentris merupakan cara pandang
yang berorientasi pada kepentingan ukhrawi, karena itu paradigma tersebut harus
menjadi dasar dalam pemenuhan kebutuhan duniawi yang bersifat antroposentris.
Dengan kedua paradigma itu, selain dapat mengelola dan melestarikan air demi
kebutuhan manusia, kegiatan konservasi air juga dapat meningkatkan ketakwaan pada
Allah SWT. Cara pandang kegiatan konservasi air yang demikian dapat dibangun
melalui integrasi nilai-nilai Al Qur’an dengan materi Konservasi Sumber Daya Alam
(KSDA) air dalam pendidikan Biologi secara paradigmatik.
Dengan demikian, diharapkan penelitian ini bisa memperkaya khazanah
keilmuan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang dan menjadi terobosan ilmiah
yang konstruktif bagi segenap praktisi pendidikan Islam dalam rangka menciptakan satu
pola pendidikan yang Islami untuk menjawab tantangan dan perkembangan zaman.
Wallahu a’lam.
NOTA PEMBIMBING
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo
di Semarang
Assalamu’alaikum wr.wb.
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan
naskah skripsi dengan:
Judul : Integrasi Paradigma Antroposentrisme dan Teosentrisme
Berbasis Al Qur’an dengan Materi Konservasi Sumber Daya
Alam (KSDA) Air dalam Pendidikan Biologi
N a m a : Faqih Yahullah
N I M : 053811275
Jurusan : Tadr
Program Studi : Biologi
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diajukan dalam siding munaqosyah.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Semarang, 31 Mei 2011
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan
: Integrasi Paradigma Antroposentrisme dan Teosentrisme
Berbasis Al Qur’an dengan Materi Konservasi Sumber Daya
Alam (KSDA) Air dalam Pendidikan Biologi
: Faqih Yahullah
: 053811275
: Tadris
: Biologi
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diajukan dalam siding munaqosyah.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Pembimbing I,
Drs. Listyono, M.Pd
, 31 Mei 2011
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi
: Integrasi Paradigma Antroposentrisme dan Teosentrisme
Berbasis Al Qur’an dengan Materi Konservasi Sumber Daya
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas
yono, M.Pd
NOTA PEMBIMBING Semarang, 31 Mei 2011
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo
di Semarang
Assalamu’alaikum wr.wb.
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi
naskah skripsi dengan:
Judul : Integrasi Paradigma Antroposentrisme dan Teosentrisme
Berbasis Al Qur’an dengan Materi Konservasi Sumber Daya
Alam (KSDA) Air dalam Pendidikan Biologi
N a m a : Faqih Yahullah
N I M : 053811275
Jurusan : Tadris
Program Studi : Biologi
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diajukan dalam sidang munaqhasyah.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Pembimbing II,
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
FAKULTAS TARBIYAH
Jl. Prof. Dr. Hamka KM 1 Ngaliyan Telp. (024)7601291 Semarang 50185
PENGESAHAN
N a m a : Faqih Yahullah
N I M : 053811275
Fakultas/Jurusan : Tarbiyah / Biologi
Judul Skripsi : Integrasi Paradigma Antroposentrisme dan Teosentrisme
Berbasis Al Qur’an dengan Materi Konservasi Sumber Daya
Alam (KSDA) Air dalam Pendidikan Biologi.
Telah Dimunaqosahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam
Negeri Walisongo Semarang, pada tanggal:
…………………
Dan dapat diterima sebagai kelengkapan ujian akhir dalam rangka menyelesaikan studi
Program Sarjana Strata I (S.1) tahun akademik 2010/2011 guna memperoleh gelar
sarjana dalam Ilmu Tarbiyah.
Semarang, ……… 2011
DEWAN PENGUJI
Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,
…………………………... ……………………….
NIP. ………………………. NIP……………….
Penguji I, Penguji II,
………………………. …………………………
NIP. ……………………… NIP. …………………….
Pembimbing I, Pembimbing II
…………………… ……………………...
NIP……………….. NIP…………………
P E R S E M B A H A N
Dengan tidak mengurangi rasa syukurku kepada Allah swt, Tuhan sumber segala
muara esensi. Kupersembahkan totalitas usaha, karya, dan buah pikiran Skripsi ini
untuk:
1. Abah dan Umi tercinta, yang telah membesarkan dan mendidikku serta tidak putus
mendoakanku agar selalu berada di jalan yang benar.
2. Dua orang wanita yang sangat saya cintai, yang selalu memberikan motivasi agar
saya mengejar mimpi menjadi manusia yang bermanfaat bagi manusia lain.
3. Guru-guruku yang selalu saya harapkan barokahnya, untuk menjadi lentera dalam
belantara ilmu.
4. Seluruh sahabat, senior, dan kader PMII Rayon Tarbiyah Komisariat Walisongo
Semarang, segenap crew LPM Edukasi, dan kawan-kawan seperjuangan yang selalu
menjadi teman belajar dan berdiskusi.
P E R N Y A T A A N
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi
ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikin
juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang
terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, 01 Mei 2011
Deklarator
Faqih Yahullah
NIM. 053811275
K A T A P E N G A N T A R
Alhamdulillah. Segenap puja dan puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah
SWT. yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah, dan inayah serta kekuatan lahir
batin kepada diri peneliti, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan sebagaimana
mestinya. Sholata wa salama 'ala Rasulillah, wa 'ala alihi wa ashhabih.
Penelitian yang berjudul “Integrasi Paradigma Antroposentrisme dan
Teosentrisme Berbasis Al Qur’an dengan Materi Konservasi Sumber Daya Alam
(KSDA) Air dalam Pendidikan Biologi” ini pada dasarnya disusun untuk memenuhi
persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Biologi
pada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. Oleh karena itu, karya ilmiah ini
merupakan kulminasi-formal akademik yang sudah barang tentu tetap disertai
akuntabilitas akademik juga dan bukan hanya untuk memenuhi kewajiban akademik
(scholar duty) an sich. Akan tetapi juga sebagai media untuk memberikan wacana dan
solusi dalam dunia kependidikan.
Dalam proses penyusunan penelitian tersebut, peneliti banyak mendapatkan
bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, meskipun ucapan "terima kasih"
tidak cukup untuk membalas semua itu, akan tetapi hanya dengan demikianlah yang
penulis bisa. Peneliti ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. DR. H. Suja’i, M. Ag., Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo.
2. Drs. Wahyudi, M.Pd., Ketua Jurusan Tadris.
3. Drs. Listyono, M, Pd., selaku Pembimbing I (Bidang Materi), yang telah
berkenan meluangkan waktu, tenaga, dan fikirannya serta dengan tekun dan
sabar memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Drs. Achmad Sudja’i, M.Ag., selaku Pembimbing II (Bidang Metodologi), yang
juga telah berkenan meluangkan waktu, tenaga, dan fikirannya serta dengan
tekun dan sabar memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan
skripsi ini.
5. Saminanto, M.Pd., selaku Wali Studi selama Penulis menuntut ilmu di IAIN
Walisongo Semarang.
6. Nur Hasanah, M. Kes., selaku Kaprodi Biologi.
7. Bapak dan Ibu Dosen yang telah membimbing, mendidik dan memberikan
pencerahan untuk selalu berpikir kritis-edukatif-transformatif-inovatif selama
berada di lingkungan Kampus IAIN Walisongo Semarang.
8. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, namun tak terlupakan
bantuannya yang turut dalam penyelesaian penelitian ini.
Peneliti hanya bisa berharap semoga segala bantuan yang tidak ternilai ini
mendapatkan balasan dari Allah SWT dengan balasan yang sepantasnya. Dan semoga
apa yang telah peneliti dapat diridhoi Allah SWT.
Akhirnya, peneliti menyadari bahwa, penulisan skripsi ini belum mencapai
kesempurnaan dalam arti sebenarnya, namun peneliti berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi kita semua umunya, dan bagi peneliti sendiri khususnya.
jalan apa pun menghindari apa yang tidak disukainya.11 Kedua, ambivalensi
kemajuan yang dicapai berkat ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK),12 di
samping banyak akibat positif terdapat juga dampak-dampak negatif. Dampak
positif dan negatif itu sesuai dengan dua corak IPTEK itu sendiri, yaitu
IPTEK yang berwawasan ekologis dan IPTEK yang kontra ekologis.13
Persoalannya, kemajuan IPTEK yang semakin tak terbendung justru selalu
bercorak kontra ekologis yang menyebabkan manusia semakin eksploitatif
terhadap alam.
Mula-mula perkembangan ilmiah dan teknologi itu dinilai sebagai
kemajuan belaka. Manusia hanya melihat kemungkinan-kemungkinan baru
yang terbuka luas, yaitu bertambahnya kemampuan manusia untuk menggali
sumber daya alam. Filsuf Inggris, Francis Bacon (1561-1623) sudah
menyadari aspek penting ini dengan menekankan bahwa knowledge is power,
yang berarti pengetahuan adalah kuasa. Kuasa, lalu dipahami sebagai kuasa
atas alam. Filsafat Bacon tersebut pada akhirnya memunculkan pandangan
natura non nisi parendo vincitur (alam hanya dapat ditaklukkan dengan cara
mematuhinya), bahwa alam hanya bisa dikuasai oleh pikiran kalau pikiran
mematuhinya dengan cara memahami hukum-hukumnya, mempelajari sifat-
sifat universalnya dan pengecualian-pengecualiannya.14 Jadi, kepatuhan
manusia atas alam itu hanyalah tipu muslihat untuk menguasainya. Dengan
menaklukkan alam, Bacon percaya umat manusia akan sejahtera lewat ilmu
pengetahuannya.15
11 Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat, (Jakarta: PT Gramedia PustakaUtama,
2001), hlm. 171. 12 Dengan ”ilmu” di sini terutama dimaksudkan ilmu alam. Sedangkan dengan
”teknologi” dimengerti sebagai penerapan ilmu alam yang memungkinkan kita menguasai dan
memanfaatkan sumber-sumber alam. 13 Mujiono Abdillah, Agama Ramah Lingkungan Perspektif Al Qur’an, (Jakarta:
Paramadina, 2001), hlm. 5. 14 Bencana lumpur Lapindo yang menenggelamkan belasan desa di Sidoarjo adalah
contoh kongkret dari pengamalan falsafah Bacon tersebut, di mana para investor dan pemerintah
setempat sebagai decision maker bekerja sama dalam memperdaya lahan melalui eksplorasi,
ekaploitasi, dan komersialisasi dengan pengembangan proyek industri PT Lapindo Brantas. 15 F. Budi Hardiman, Filsafat Modern: dari Machiavelli sampai Nietzche, (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2007), hlm. 28.
5
Berkat ilmu dan teknologi manusia merasa kian berkuasa dan
menemukan senjata paling ampuh untuk memeras alam. Kemudahan untuk
mengambil dan memanfaatkan sumber-sumber daya alam akhirnya selalu
dilakukan atas dasar mencari kepuasan dan tidak disertai penegakan etika
lingkungan secara konsisten. Perilaku illegal loging, membuang sampah ke
sungai, menangkap ikan dengan bahan peledak atau bahan kimia yang
berbahaya, dan konversi hutan mangrove menjadi lahan pemukiman dan
industri adalah beberapa contoh kegiatan yang dilakukan berdasarkan
kepuasan sesaat semata yang tentu mengancam kelestarian ekosistem. Ini
selaras dengan istilah yang sering dikutip Bung Karno, ”Les Eksploitation
l’home par l’home” atau paham Quesnay yang melahirkan individu-individu
ekspansif menguras kekayaan alam tanpa batas.16
Resultansi dari perilaku yang merusak alam tersebut adalah timbulnya
keadaan rawan bencana di berbagai daerah: di perkotaan, masyarakat
terancam polusi udara akibat asap kendaraan bermotor dan pabrik,17 krisis air
bersih akibat limbah pabrik dan sampah anorganik, dan banjir bandang akibat
gunungan sampah yang menyumbat aliran sungai; di pedesaan yang notabene
dekat dengan pegunungan, penduduk terancam letusan gunung merapi dan
longsor akibat penggundulan hutan; sedangkan di wilayah pesisir, erosi dan
gelombang tsunami siap merusak pemukiman penduduk setiap saat.
Jadi, bencana alam sebagian besar disebabkan oleh perilaku tidak etis
atau imoralitas manusia terhadap alam karena dorongan hawa nafsu.
Seharusnya manusia tidak hanya memanfaatkan potensi sumber daya alam,
tetapi juga harus memberikan komitmen dan integritasnya terhadap
keberadaan alam sebagai sumber kehidupan.18 Dalam hal ini, Al Qur’an
sudah menjelaskan kepada kita:
16 M. Sya’roni Rofii, ”Menimbang Suara Putra Kemiskinan”, dalam pengantarnya atas
buku Oswaldo de Rivero, Mitos Perkembangan Negara, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm.
vi. 17 Terkait polusi udara di perkotaan, Direktur Eksekutif for Esential Services Reform
Fabby Tumiwa mengingatkan, jumlah emisi karbon seluruh kendaraan di Indonesia pada 2005
mencapai 60 juta ton ekuivalen. Jika tidak segera dikendalikan, jumlah itu akan melonjak menjadi
230 juta ton Co2 ekuivalen pada 2020. 18 Sofyan Anwar Mufid, op.cit., hlm. 186.
1. Bagaimanakah paradigma antroposentrisme dan teosentrisme berbasis Al
Qur’an?
2. Bagaimanakah hubungan integratif kedua paradigma di atas dengan materi
Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) air?
D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian skripsi
a. Untuk mengetahui paradigma antroposentrisme dan teosentrisme
berbasis Al Qur’an.
b. Untuk mengetahui integrasi paradigma antroposentrisme dan
teosentrisme berbasis Al Qur’an dengan materi Konservasi Sumber
Daya (KSDA) air dalam pendidikan biologi.
2. Manfaat penelitian skripsi
Penelitian ini akan menghasilkan beberapa manfaat antara lain:
pertama, memberikan kontribusi pemikiran dalam khazanah intelektual
pendidikan Islam, khususnya wacana keterpaduan sains dan Al Qur’an
melalui pembelajaran Biologi. Kedua, reformulasi dalam praktik
mengintegrasikan sains dan Al Qur’an melalui pembelajaran Biologi di
tengah maraknya proyek Islamisasi ilmu pengetahuan. Ketiga, turut
membangun moralitas perserta didik terhadap lingkungan dengan
menggali ajaran-ajaran moral Al Qur’an dalam ayat-ayat yang
menjelaskan tentang sumber-sumber daya alam. Keempat, semakin
meningkatnya ketaqwaan kepada Allah SWT dengan mengkaji kandungan
Al Qur’an.
E. Kajian Pustaka
Dalam pembahasan penelitian ini, kajian pustaka dilakukan terhadap
skripsi atau karya ilmiah lainnya yang relevan dengan permasalahan yang
diteliti baik dari segi metode maupun objek penelitian. Pertama, skripsi
berjudul ”Konsep Pendidikan Lingkungan Relevansinya dengan Pendidikan
Islam” yang disusun oleh Muslikhah (3100222). Dalam skripsi tersebut
17
dijelaskan bahwa pendidikan lingkungan merupakan proses bimbingan atau
pimpinan yang ditujukan untuk membantu mengembangkan pemahaman
kesadaran dan tanggung jawab peserta didik untuk melestarikan lingkungan
alamnya.
Kedua, skripsi berjudul ”Bimbingan Islam dalam Upaya Melestarikan
Lingkungan Hidup dari Bahaya Pencemaran Menurut Perspektif Dakwah”
yang disusun oleh Nadirin. Dalam skripsi tersebut dijelaskan bahwa semua
kerusakan lingkungan hidup merupakan akibat dari keserakahan manusia
dalam mengeksploitasi sumber-sumber alam. Kenyetaan ini sangatlah sesuai
dengan penegasan Al Qur’an bahwa kerusakan di darat dan di laut adalah
akibat dari perbuatan tangan manusia.
Ketiga, skripsi yang berjudul “Probematika Aplikasi Pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL) pada Pembelajaran Bidang Studi
PAI di SMPN1 Banjarnegara”, disusun oleh Khajjah Ummu Rosyidah
(3102182). Di mana Contextual Teaching and Learning atau pendidikan
kontekstual merupakan konsep belajar yang mana menghadirkan dunia nyata
ke dalam kelas dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
mereka sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dewasa ini,
pembelajaran dengan metode CTL ini seharusnya lebih diarahkan pada materi
Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) dalam pendidikan Biologi, sehingga
peserta didik akan terbiasa dan terbangun kesadarannya untuk melestarikan
lingkungan sebagai solusi atas persoalan lingkungan akhir-akhir ini.
Ketiga karya di atas sangat relevan dengan penjelasan dalam ”Buku
Materi Pokok Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup” karya
Jenny RE Kaligis. Di dalamnya dijelaskan bahwa pokok-pokok permasalahan
lingkungan hidup terutama dalam bidang ekologi, energi, populasi, gizi, dan
sumber daya alam. Kesemuanya ini mendorong manusia melakukan
retrospeksi mengenai hubungan manusia dengan lingkungannya. Hasil
retrospeksi ini ialah tumbuhnya keyakinan bahwa perlu terjadi perubahan
pandangan manusia terhadap lingkungan hidupnya. Ini berarti bahwa
18
pendidikan manusia diarahkan pada peruabahan pandangan agar peserta didik
mempunyai pandangan yang berwawasan lingkungan.48
Dengan mencermati uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
penelitian terdahulu lebih menekankan pada relevansi antara pendidikan
Islam dan pendidikan lingkungan hidup. Sedangkan penelitian ini akan lebih
mengkaji bagaimana paradigma antroposentrisme dan teosentrisme berbasis
Al Qur’an dan integrasinya dengan pendidikan Biologi pada materi
Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) sub pokok bahasan konservasi air
dalam pendidikan yang berbasis Islam. Jadi, penelitian ini lebih menekankan
pada upaya integrasi pendidikan biologi, sebagai bagian dari pendidikan
lingkungan, dengan nilai-nilai Al Qur’an.
F. Metodologi Penelitian
1. Fokus dan Ruang Lingkup
Penentuan fokus penelitian (initial focus inquiry) dengan memilih
fokus atau pokok permasalahan untuk diselidiki dan bagaimana
memfokuskannya, masalah mula-mula sangat umum kemudian menjadi
spesifik.49 Sedangkan membuat ruang lingkup penelitian akan membatasi,
sehingga masalah yang harus diamati tidak terlalu luas.50 Kedua hal
tersebut perlu dilakukan agar penelitian tidak terjerumus ke dalam
kompleksitas data yang akan diteliti.
Fokus penelitian ini adalah integrasi paradigma antroposentrisme
dan teosentrisme berbasis Al Qur’an dengan materi KSDA sub pokok
bahasan konservasi air. Sedangkan ruang lingkup dalam penelitian ini
adalah pembelajaran Biologi dalam pendidikan Islam.
Berikut adalah peta konsep yang merupakan gambaran skematis
terkait fokus dan ruang lingkup sekaligus arah penelitian ini:
48 Jenny RE Kaligis, Buku Materi Pokok Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan
Hidup, (Jakarta: Karunika Jakarta Universitas Terbuka, 1986), hlm. 9. 49 Imron Arifin, Penelitian Kualitatif dalam Ilmu-Ilmu Sosial dan Keagamaan, (Malang :
Kalimasada press, 1994), hlm. 37. 50 Kholid Narbuko dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara,
2001), hlm. 139.
19
Interaksi Antrposentris
Teosentris
Gbr. 1.1 Peta konsep arah penelitian.51
51 Titik Triwulan Tutik dan Trianto, Pengembangan Sains dan Teknologi Berwawasan
Lingkungan Perspektif Islam, (Jakarta: Lintas Pustaka, 2008), hlm. 87.
ALLAH
Islam
(Qur’aniya)
Hukum Alam
(Kauniyah)
Air (SDA) Manusia
Konservasi
Air
Pendidikan Biologi (Integrasi paradigmatik
dengan Materi KSDA)
Etika lingkungan
berlandaskan
IMAN
20
Antroposentris Teosentris
Integrasi
Gbr. 1.2 Peta konsep materi penelitian.
2. Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan fenomenologis. Pendekatan ini megakui adanya kebenaran
empirik-etik yang memerlukan akal budi untuk melacak dan menjelaskan
serta berargumentasi. Akal budi di sini mengandung makna bahwa kita
perlu menggunakan kriteria yang lebih tinggi dari sekedar truth or false.
Yaitu nilai-nilai moral. Bila diinventarisasikan beberapa nilai moral adalah
nilai moral agama, nilai moral ilmu (truth or false), nilai moral individual,
nilai moral phisik, nilai moral politik, nilai moral budaya, nilai moral
pendidikan, nilai moral HAM, dan nilai moral ekonomi. Secara hirarkis,
nilai moral agama memiliki tata hirarkik tertinggi, sedangkan yang lainnya
Sumber Daya
Alam Air
Konservasi Air
berbais Sains & Al
Qur’an
Ayat-ayat Al Qur’an
yang relevan
Pemakai
an Air
Ayat-ayat Al Qur’an
yang relevan Pengelolaan
Air
Usaha –usaha
Konservasi Air
secara Holistik
Usaha Konservasi
Air
21
memiliki hubungan vertikan dengan nilai moral agama, dan memiliki
hubungan horizontal antara nilai moral satu dengan lainnya.52
Asumsi dasar dari pendekatan phenomenologik adalah bahwa
manusia dalam berilmu pengetahuan tidak dapat lepas dari pandangan
moralnya, baik pada taraf mengamati, menghimpun data, menganalisis,
maupun dalam membuat kesimpulan. Tidak dapat lepas bukan bebrarti
keterpaksaan, melainkan momot etik.53
3. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan metode riset pustaka (library research) atau dengan
melakukan studi kepustakaan. Hal yang sama dijelaskan bahwa library
research adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan data
serta informasi dengan bantuan buku-buku, pereodikal, naskah-naskah,
catatan-catatan, kisah sejarah tertulis, dokumen, dan materi pustaka
lainnya yang terdapat dalam koleksi perpustakaan.54 Selain itu yang
dimaksud dengan studi kepustakaan adalah penelaahan yang dilakukan
terhadap buku-buku yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang
dibahas dengan cara diskriptif-analitik melalui kajian filosofis dengan
pendekatan kualitatif rasionalistik.
Pendekatan kualitatif rasionalistik yang dimaksud adalah
penggunaan metodologi penelitian kualitatif rasionalistik yang didasarkan
pada filsafat rasionalisme yang mengemukakan bahwa ilmu bukan hanya
diperoleh dari empirik-sensual melainkan juga diperoleh dari pemahaman
intelektual atas kemampuan argumentasi secara logika yang menekankan
pada pemahaman empirik. Yang itu mempunyai sifat tradisionalis dengan
pandangan terhadap realita berdiri dari empirik sensual, empirik logik-
teoritik, dan empirik-etik. Sehingga kontraksi teori terbangun dari
52 Noeng Muhadjir, Metode Penelitian Kualitatif Edisi IV, (Yogyakarta: Rake Sarasin,
dilestarikan, misalnya air, tumbuh-tumbuhan, hewan, hasil hutan dan lain-
lain. Kedua, sumber daya alam yang tidak dapat didaur ulang atau hanya
dapat digunakan sekali saja dan tidak dapat dilestarikan serta dapat punah
seperti minyak bumi, batu bara, timah, dan gas alam.64
Secara umum, KSDA diklasifikasikan berdasarkan jenis sumber daya
alam itu sendiri, yakni KSDA hayati dan nonhayati. Pelestarian sumber daya
hayati (khususnya di Indonesia) dilakukan dengan beberapa cara:
a. Rehabilitasi dan reboisasi lahan kritis yang dahulunya merupakan habitat
tumbuhan dan satwa langka.
b. Pengaturan pemanfaatan tumbuhan dan hewan melalui cara-cara berikut:
1. Tebang pilih.
2. Pemburuan hewan tertentu pada musim tertentu.
3. Budi daya tumbuhan dan hewan langka.
4. Peremajaan hutan.
5. Mendirikan pusat studi hewan dan tumbuhan di beberapa wilayah.
c. Pelestarian sumber daya hayati secara in situ maupun ex situ.
1. Pelestarian in situ (di dalam habitat asli) adalah upaya pelestarian
langsung di alam. Kawasan ini dapat berupa suaka margasatwa, cagar
alam, atau taman nasional. Pemerintah Indonesia telah menetapkan 326
kawasan cagar alam, di antaranya Cagar Alam Kelinci Seblat dan
Gunung Leuser di Sumatera, Cagar Alam Tanjung Puting di
Kalimantan, dan Cagar Alam Pulau Komodo di NTT.
2. Pelestarian ex situ adalah penangkaran yang dilakukan di luar tempat
hidup (habitat) asli suatu mahluk hidup. Kawasan ini dapat berupa
kebun binatang atau kebun koleksi tumbuhan. Cara kedua ini dilakukan
terhadap spesies langka dan memiliki nilai ekonomi tinggi.65
Dasar hukum konservasi sumber daya hayati di Indonmesia diatur
dalam UU No. 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup. Azas
yang menjadi dasar pengelolaan lingkungan hidup adalah azas tanggung
64 Ibid.
65 Tim Abdi Guru, IPA Terpadu Jilid I untuk SMP Kelas VII, (Jakarta: Erlangga, 2007),
hlm. 153.
27
jawa, keberlanjutan dan manfaat.66 Kegiatan konservasi selalu berhubungan
dengan suatu kawasan, kawasan itu sendiri mempunyai pengertian yakni
wilayah dengan fungsi utama lindung atau budidaya (UU No. 24 Tahun
1992). Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi
utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya
alam, sumber daya buatan, dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna
kepentingan pembangunan berkelanjutan.
Mengenai upaya pelestarian SDA nonhayati atau abiotik, di atas sudah
dijelaskan bahwa sumber daya abiotik adalah komponen tak hidup yang
terkandung di alam. Unsur abiotik merupakan komponen fisik dan kimia
yang membentuk lingkungan abiotik. Lingkungan abiotik membentuk cirri
fisik dan kimia tempat hidup mahluk hidup.67 Jadi, pelestarian sumber daya
nonhayati merupakan bagian integral dari suatu upaya menjaga keseimbangan
lingkungan untuk menjamin kelangsungan hidup mahluk hidup dalam suatu
ekosistem tertentu. Pasalnya, sifat fisik dan kimia tempat tinggal mahluk
hidup (komponen abiotik) sangat mempengaruhi kelangsungan hidup mahluk
hidup (komponen biotik).
Kemampuan lingkungan untuk mendukung perikehidupan semua
makhluk hidup tersebut disebut daya dukung lingkungan.68 Sedangkan
kemampuan lingkungan untuk pulih kembali pada keadaan seimbang jika
mengalami peerubahan atau gangguan disebut daya lenting lingkungan.69
Daya dukung lingkungan dapat berlangsung jika lingkungan itu dalam
keadaan seimbang atau stabil. Hal itu terjadi jika komponen biotik berada
dalam komposisi yang proporsional antara tingkat trofik dengan komponen
abiotik yang mendukung kehidupan komponen biotik.70 Sementara itu,
keseimbangan lingkungan akan terganngu atau rusak bila mana terjadi
perubahan yang melebihi daya dukung dan daya lentingnya. Perubahan itu
66 Diah Aryulina, et. al., Biologi 1 SMA dan MA Kelas X, (Jakarta: esis, 2007), hlm. 156.
67 Diah Aryulina, op.cit., hlm. 268.
68 Abdi, loc.cit.
69 Diah Aryulina, op.cit., hlm. 304
70 Ibid., hlm. 303.
28
terjadi karena faktor alami atau perbuatan manusia. Pada titik inilah segala
upaya konservasi memiliki peran signifikan.
Dari paparan di atas, penulis mendapatkan pemahaman bahwa KSDA
hayati dan nonhayati akan mencapai hasil yang maksimal jika keduanya
dilakukan secara beriringan. Dalam artian, setiap upaya pelestarian sumber
daya hayati perlu disertai dengan pelestarian terhadap lingkungan sekitar.
Sebab, daya dukung lingkungan turut menentukan terhadap keberhasilan
upaya-upaya konservasi, mengingat lingkungan merupakan tempat di mana
KSDA itu dilakukan. Pelestarian in situ dan ex situ cukup menjadi contoh
betapa perlindungan terhadap segala spesies mahluk hidup, baik hewan
mapun tumbuhan, harus pula memeperhatikan serta menjaga kondisi habitat
maupun ekosistemnya yang itu melibatkan usnsur-unsur abiotik.
B. Konservasi Air
Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi manusia.
Air juga merupakan zat esensial kehidupan, di mana tidak satu pun mahluk
hidup di planet bumi ini yang tidak membutuhkan air. Tanpa air, maka tidak
dimungkinkan ada kehidupan. No water no life, adalah ungkapan yang tepat
untuk menggambarkan peranan air dalam kehidupan. Karenanya, jelaslah
bahwa setiap mahluk hidup membutuhkan sumber daya ini.
Di muka bumi ini telah terjadi degradasi volume air yang cukup berat
di beberapa tempat, khususnya di daerah-daerah kering (arid) dan semi kering
(sub humid).71 Tidak hanya itu, defisit air (utamanya air bersih) juga melanda
beberapa kota besar di Indonesia yang posisinya dekat dengan sumber-
sumber air. Ironisnya, kelangkaan air di kota-kota besar justru disebabkan
oleh human error masyarakat setempat. Sebagaimana telah dijelaskan dalam
pendahuluan pada Bab I, bahwa membuang sampah rumah tangga dan
membuang limbah industri ke sungai adalah dua conroh perilaku polutan
terhadap air.
71 Suripin, Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air, (Yogyakarta: ANDI, 2004), hlm.
133.
29
Masalah yang muncul kemudian kian kompleks, dari kekurangan air
menjadi “kelebihan” atau kebanjiran air. Tercemarnya sungai-sungai dan
tersumbatnya tempat-tempat aliran air mengakibatkan kelangkaan air bersih
ketika musim kemarau dan bencana banjir saat musim hujan. Jadi,
melimpahnya sumber daya air di bumi Indonesia yang sebenarnya merupakan
karunia Allah SWT akhirnya berubah menjadi hukuman atas segala tindakan
eksploitatif terhadap air.
Terkait hal itu, konservasi air merupakan terobosan ilmiah yang
diharapkan menjadi solusi atas semua persoalan terkait sumber daya air. Di
samping itu, hal yang terpenting di sini adalah suatu pelajaran tentang
bagaimana harus bersikap terhadap karunia Allah SWT tersebut, sehingga
kita termasuk hamba-Nya yang pandai bersyukur.
1. Konsep Konservasi
Konservasi sumber daya alam menjadi pusat perhatian dalam
konsep pembangunan yang berkelanjutan. Hampir semua dari kita setuju
kepada konsep dasar konservasi yang berbunyi, “jangan membuang-buang
sumber daya alam (SDA)”. Jadi dapat disimpulkan bahwa konsep dasar
konservasi air adalah jangan membuang-buang sumber daya air.
Pada awalnya konservasi air diartikan sebagai upaya menyimpan
air dan menggunakannya untuk keperluan yang produktif di kemudian
hari. Sedangkan dalam perkembangan selanjutnya konservasi lebih
diarahkan kepada upaya pengurangan atau efisiensi penggunaan air.
Konsep yang pertama disebut konservasi segi suplai dan yang kedua
disebut konservasi sisi kebutuhan.72
Formulasi terkait konsep konservasi air yang ideal adalah dengan
menarik “benang merah” dari keduanya, yakni menyimpan (melestarikan)
dan menggunakan air hanya untuk keperluan yang produktif atau
bermanfaat berdasarkan etika lingkungan serta meminimalisir penggunaan
air untuk hal-hal yang tidak bermanfaat. Dengan kata lain, inti dari konsep
72 Suripin, op.cit., hlm. 133.
30
konservasi air adalah penggunaan air sesuai kebutuhan serta tidak
mencemari air demi kepentingan jangka panjang.
Adapun usaha konservasi air bertujuan untuk:
a. Keseimbangan, yakni untuk menjamin ketersediaan untuk generasi
masa depan, pengurangan air dari sebuah ekosistem tidak akan
melewati nilai penggantian alamiahnya.
b. Penghematan energi, yakni pemompaan air, pengiriman, dan fasilitas
pengolahan air limbah mengkonsumsi energi besar. Ini terjadi di
beberapa daerah di dunia, misalnya California.
c. Konservasi habitat, yakni penggunaan air oleh manusia yang
diminimalisir untuk membantu mengamankan simpanan sumber air
bersih untuk habitat liar lokal dan penerimaan migrasi aliran air,
termasuk usaha baru pembangunan waduk dan infrastruktur berbasis air
lain (pemeliharaan yang lama).73
Secara umum, teknik konservasi air bertujuan untuk meningkatkan
jumlah air yang masuk ke dalam tanah dan membuat pemanfaatan air
secara lebih efisien. Dengan demikian konservasi air yang sering
dilakukan adalah melalui cara-cara yang dapat mengendalikan besarnya
nilai evaporasi (penguapan), transpirasi, dan aliran permukaan.
Beberapa penilitian menyatakan bahwa cara terbaik yang
dimungkinkan untuk mengkonservasi air adalah dengan mengendalikan
aliran permukaan.74 Cara konservasi ini dapat dikelompokkan menjadi
dua:75
a. Meningkatkan pemanfaatan dua komponen hidrologi, yaitu air
permukaan dan air tanah.
b. Meningkatkan efisiensi pemakaian air untuk irigasi.
73 Anis Hanafi, “Konservasi Air dengan Menggunakan Biopori”,
http://anishanafia.blogspot.com/2009/05/konservasi-air-dengan-menggunakan.html, hlm. 2. 74 Sri Sangkawati dan Pranoto Satmo atmojo, “Dampak Sosial Kegiatan Pengendalian
Banjir dan Konservasi Air: Prioritas Utama Dalam Otonomi Daerah” dalam Robert J. Kodoatie
(eds.), Pengelolaan Sumber Daya Air dalam Otonomi Daerah, (Yogyakarta: ANDI, 2002), hlm.
111. 75 Ibid.
31
Tampak di sini bahwa yang menjadi perhatian dalam beberapa
pustaka adalah penghematan pemakaian air untuk irigasi. Padahal kalau
disimak lebih jauh masih banyak pemakaian air untuk mencukupi
kehidupan manusia yang juga harus ditingkatkan efisiensinya. Di beberapa
kota yang terletak di daerah pantai seperti Jakarta, Semarang, Surabaya,
dan kota lainnya, pemenuhan kebutuhan air masih mengandalkan air baku
yang berasal dari sungai.
Air sungai yang akan dimanfaatkan perlu pengolahan intensif
karena sudah sangat tercemar. Sumber pencemarannya dapat berasal
antara lain dari limbah industri dan rumah tangga yang diperparah dengan
terjadinya pasang-surut air laut. Pada waktu air laut pasang, bahan
cemaran berupa sampah maupun zat lain yang dibuang ke sungai tidak
dapat mengalir ke muara karena tertahan oleh pasang muka air laut.
Akibatnya, konsentrasi zat pencemar maupun limbah lebih tinggi
dibandingkan pada waktu muka air laut surut.76
Oleh karena itu, hal terpenting dari konservasi air untuk
meningkatkan jumlah air ialah konservasi air dari segi kualitasnya.
Kualitas air dapat dinyatakan sebagai tingkat kesesuaian air untuk
digunakan dalam pemenuhan berbagai kebutuhan. Secara umum kualitas
air ditentukan oleh kandungan sedimen tersuspensi dan bahan kimia yang
terlarut di dalam air tersebut.77
Untuk lebih memahami konsep konservasi air, terlebih dahulu
perlu dijelaskan perjalanan air secara menyeluruh dengan mempelajari
komponen hidrologi, serta kaitannya dengan komponen lain di luar jalur
hidrologi. Pada sub-bab berikut akan disinggung secara singkat siklus dan
komponen-komponen yang berkaitan dengan konservasi air.
2. Siklus Hidrologi
Secara keseluruhan jumlah air di planet bumi ini relatif tetap dari
masa ke masa. Meski jumlahnya relatif konstan, tetapi air tidak diam,
76 Ibid.
77 Ibid., hlm. 112.
32
melainkan bersirkulasi akibat pengaruh cuaca sehingga terjadi suatu siklus
yang disebut hidrologi.78 Siklus air tersebut merupakan penyuplai air ke
daratan. Di bawah ini adalah skema siklus hidrologi.
Gbr. 2.1. Skema Siklus Hidrologi79
78 Juli Soemirat Slamet, Kesehatan Lingkungan, (Yogyakarta: Gadjah Mada Press, 2009),
Cet. 9, hlm. 79. 79 Suripin, op.cit., hlm. 136.
Atmosfir
(Uap Air)
Permukaan
tanah
(simpanan
depresi)
Danau,
Waduk,
dan Sungai
(Air
permukaan)
Samudera/
laut
(Air asin) Zona kapiler
(kelengasan
tanah)
Zona jenuh air
(air tanah)
Precip
itasi
Evapotran
spirasi
Precip
itasi
Evaporasi
Precip
itasi
Evaporasi
Aliran
permukaan
Runoff
Interflow
Infiltrasi
Gerak
an uap
Drain
ase Gravitasi
Kenaikan kapiler
Aliran dasar
Aliran bawah laut
33
Air menguap dari permukaan samudera akibat energi panas
matahari. Laju dan jumlah penguapan bervariasi, terbesar terjadi di dekat
equator (katulistiwa), di mana radiasi matahari lebih kuat. Uap air adalah
murni karena pada waktu dibawa naik ke atmosfir, kandungan garam
ditinggalkan. Uap air yang dihasilkan kemudian dibawa oleh angin. Dalam
kondisi yang memungkinkan, uap tersebut mengalami kondensasi
(penggumpalan) dan membentuk butir-butir air yang pada gilirannya akan
jatuh kembali sebagai presipitasi (pengendapan) berupa hujan dan/atau
salju. Presipitasi ada yang jatuh di samudera, di darat, dan sebagian
menguap kembali sebelum sampai ke permukaan bumi.80
Presipitasi yang jatuh ke permukaan bumi menyebar ke berbagai
arah dengan beberapa cara. Sebagian akan tertahan sementara di
permukaan bumi sebagai es atau salju, atau genangan air, yang dikenal
dengan simpanan depresi. Sebagian air hujan dan lelehan salju akan
mengalir ke saluran atau sungai. Hal ini disebut aliran permukaan. Jika
permukaan tanah porus, sebagian air akan meresap ke dalam tanah melalui
peristiwa infiltrasi dan sebagian lagi akan kembali ke atmosfir melaui
penguapan dan transpirasi oleh tanaman.81
Di bawah permukaan tanah, pori-pori tanah berisi air dan udara.
Daerah tersebut dikenal sebagai zona kapiler atau zona aerasi. Air yang
tersimpan dalam zona ini disebut kelengasan tanah atau air kapiler. Pada
kondisi tertentu air dapat mengalir secara lateral pada zona kapiler. Proses
ini disebut interflow. Uap air dalam zona kapiler dapat juga kembali ke
permukaan tanah kemudian menguap.82
Sedangkan kelebihan kelengasan tanah yang kemudian ditarik
masuk oleh gravitasi disebut drainase gravitasi. Pada kedalaman tertentu,
pori-pori tanah atau batuan akan jenuh air. Batas atas zona jenuh air
disebut muka air tanah. Sedangkan air yang tersimpan di dalam zona jenuh
air disebut air tanah. Aliran air tanah bergerak melalui batuan atau lapisan
80 Ibid., hlm. 134.
81 Ibid., hlm. 135.
82 Ibid.
34
tanah sampai akhirnya keluar ke permukaan sebagai sumber air, atau
sebagai rembesan ke danau, waduk, sungai, atau ke laut.83
Air yang mengalir dalam saluran atau sungai dapat berasal dari
aliran permukaan atau dari air tanah yang merembes di dasar sungai.
Kontribusi air tanah pada aliran sungai disebut aliran dasar. Sementara
total aliran disebut debit (runoff). Air yang tersimpan di waduk, danau, dan
sungai disebut air permukaan (surface water).84 Berikut ini adalah
perkiraan distribusi air di dunia dan perkiraan jumlah air yang bersirkulasi
dalam siklus hidrologi.
Tabel 2.1 Distribusi Air di Dunia85
Lokasi Km kubik Persen
dari Total
Kedalaman
Rata-rata
Samudera
Laut, Danau asin
Es, Glasir
Air Tanah
Air Permukaan
Danau Air Tawar
Sungai (Vol. rata-rata)
Atmosfir
Lain-lain
1.323.000.000
104.000
30.500.000
8.350.000
67.000
125.000
1.670
12.900
375.000
97,2
0,008
2,15
0,61
0,05
0,009
0,0001
0,001
0,028
1,6 mi
8,0 in
196,0 ft
52,0 ft
5,1 in
9,6 in
0,13 in
1,0 in
28,9 in
Total 1.362.000.000 100,000
83 Ibid.
84 Ibid.
85 Juli Soemirat Slamet, op.cit., hlm. 80.
35
Tabel 2.2 Sirkulasi Air dalam Siklus Hidrologi86
Lokasi Evaporasi
Km kubik / th Persen
dari Total
Meter / th
Lautan
Tanah
Dunia
449.000
72.000
521.000
86
20
100
1,23
0,48
1,01
Lokasi Presipitasi
Lautan
Tanah
Dunia
416.000
105.000
521.000
80
20
100
1,14
0,72
1,01
Uraian di atas menggambarkan bahwa siklus hidrologi merupakan
salah satu proses alami air untuk membersihkan diri, tentu dengan syarat
kualitas udara cukup bersih. Apabila udara tercemar, maka air hujan pun
akan tercemar, mengingat turunnya hujan atau pun salju merupakan proses
alamiah yang membersihkan atmosfir dari segala debu, gas, uap, dan
aerosol.87
Sampai saat ini kebanyakan orang memanfaatkan air tawar
permukaan dan air tanah sebagai sumber airnya. Air laut yang asin,
sekalipun jumlahnya amat banyak, tetapi baru sedikit yang dimanfaatkan
karena biaya proses desalinasi yang masih sangat mahal. Hal ini hanya
dilakukan oleh negara-negara atau daerah-daerah yang sudah tidak
mempunyai sumber lain yang lebih baik.
Meskipun air tawar yang termasuk kategori air tanah jumlahnya
relatif minim, namun persediaannya masih dapat memenuhi kebutuhan
karena siklus hidrologi dapat memelihara keberadaannya. Hal itu terbukti
dengan jumlah air tawar yang menguap hanya sekitar 14%, sedangkan
yang jatuh kembali ke tanah sekitar 20%.88
3. Air Permukaan dan Air Tanah serta Sifat-sifatnya
Dalam kaitannya dengan konservasi air, dua komponen terpenting
dalam siklus hidrologi adalah air permukaan dan air tanah. Kedua
86 Ibid.
87 Ibid., hlm. 80-81.
88 Ibid., hlm. 81.
36
komponen tersebut merupakan sumber air utama yang dimanfaatkan oleh
manusia untuk memenuhi kebutuhannya.
a. Air Permukaan
Adapun yang termasuk air permukaan meliputi air sungai
(rivers), saluran (streams), sumber (springs), danau, dan waduk. Jumlah
air permukaan diperkirakan hanya 0,35 juta Km kubik atau hanya
sekitar 1% dari air tawar yang terdapat di bumi. Air permukaan berasal
dari aliran langsung air hujan, lelehan salju, dan aliran yang berasal dari
air tanah. Sebelum aliran hujan langsung atau aliran permukaan
N%20MASALAHNYA, hlm. 1. 118 D. Dwidjoseputro, op.cit., hlm. 30.
119 Pemikiran Ibnu Rusyd mengacu pada pemikiran rasional dan empiris yang kemudian
dijadikan basis bagi IPTEK. Pemikiran tersebut ternyata bertentangan dengan ajaran gereja yang
doktrinal dan bahkan menentang pemikiran rasional. Namun, gerakan sekularisasi berhasil
mengantarkan masyarakat Barat modern mencapai kemajuan. Mujiyono Abdillah, op.cit., hlm. 99-
100. 120 Ibid., hlm. 100.
121 Ibid., hlm. 101.
52
atau mengubur adanya Tuhan secara ateistik, maka kaum ekologis
cenderung tidak mengaitkan Tuhan dan lingkungan. Kalaupun masyarakat
ekologi mencoba menelaah terjadinya kerusakan lingkungan dengan
pendekatan naturalisme dan materialisme. Menurut mereka, problem
lingkungan itu berjalan menurut hokum lingkungan dan harus diadaptasi
dengan kaidah pengelolaan lingkungan, sehingga pengelolaan lingkungan
cukup berporos pada doktrin-doktrin ekologis.122
Lynn White Jr. adalah salah satu tokoh yang juga mengkritik
pandangan antroposentris dengan mengatakan bahwa tradisi Judeo-
Christian sarat dengan pesan di mana manusia adalah penguasa atas
makhluk ciptaan lain untuk kepentingan dirinya sendiri. Menurutnya,
pandangan religius ini kemudian dijadikan justifikasi untuk
mengeksploitasi alam. Akibatnya, eksploitasi besar-besaran terhadap alam
dengan dalih kesejahteraan bagi hidup manusia terjadi di berbagai belahan
dunia. Sumber daya alam dikuras sebanyak mungkin untuk konsumsi
manusia.
Namun sebagian pemikir yang beraliran ekosentris tidak sepakat
jika antroposentrisme dikatakan sebagai pemicu kerusakan alam. Mereka
menyatakan bahwa setiap orang tidak bisa membantah bahwa hanya
manusia yang bisa menjadi agen moral sedangkan yang lainnya menjadi
objek moralitas manusia. Hewan, tumbuh-tumbuhan, dan benda alam
lainnya hanya menunggu peran moral manusia terhadap mereka. Jadi,
hanya manusia yang punya ikhtiar di dalam upaya melestarikan mereka.123
Kaum ekosentris124 memandang bahwa seluruh ciptaan di muka
bumi ini memiliki nilai intrinsik yang sama di dalam dirinya sehingga
122 Ibid., hlm. 102.
123 I Gede Suwantana, loc.cit.
124 Pernyataan yang mengawali pemikiran ekosentris ini dimulai oleh Aldo Leopold
seorang ahli kehutanan Amerika pada tahun 1949 melalui karyanya Land Ethic. Ia menyatakan
bahwa “sesuatu adalah benar apabila cenderung ada upaya untuk memelihara kesatuan, stabilitas
dan keindahan komunitas biotik. Sesuatu itu salah jika cenderung berkebalikan”. Baginya setiap
individu adalah bagian dari semuah komunitas yang saling ketergantungan antara satu dengan
yang lainnya. Jika salah satu mengalami gangguan, maka individu-individu lainnya akan
merasakan dampaknya. The Land (di dalam Land Ethic) yang di maksud adalah seluruh komponen
53
mereka memiliki hak yang sama untuk tumbuh dan berkembang.
Pelestarian terhadap sumber-sumber daya alam bukan karena mereka
memiliki nilai kegunaan untuk kepentingan bisnis manusia, tetapi
pelestarian tersebut dilakukan untuk memberikan kebebasan pada seluruh
makhluk dan benda lainnya untuk tumbuh dan berkembang sebagai
dirinya sendiri. Hewan, tumbuhan, dan benda lainnya tidak hanya
memiliki nilai instrumental saja bagi kepentingan manusia. Setiap orang
mesti memperlakukan yang lain seperti memperlakukan dirinya sendiri.125
Melihat akar pemikiran ekologi yang silsilahnya dapat ditarik garis
merah dari kultus persona, maka hubungan Tuhan dengan lingkungan
dinilai bersifat teleologi dan tidak tertutup kemungkinan bersifat abstein.
Artinya, jika ekologi bercorak rasionalisme spiritual, maka hubungan
lingkungan dengan Tuhan bersifat teologi berjarak, deistis. Namun, jika
jika bercorak rasionalisme material maka hubungan Tuhan dan lingkungan
diakui secara ateistis.126
Jika ekologi mengingkari adanya hubungan Tuhan dengan
lingkungan maka wajar jika ekologi dalam praktiknya terlepas secara
murni dari nilai-nilai spiritual religious. Di samping itu, ekologi selalu
mengacu pada pemikiran pragmatis dengan implikasi pengelolaan
lingkungan secara tambal sulam, bukan pada pemikiran filosofis yang
berimplikasi pada pengelolaan lingkungan secara holistik.127
Dari pandangan beberapa ahli dan aliran di atas maka dapat
disimpulkan bahwa dalam rangka menciptakan hubungan yang harmonis
antara manusia dengan alam, paradigma antroposentris harus berlandaskan
paradigma teosentris dalam arti yang sebenarnya, yakni nilai-nilai spiritual
religius yang bersih dari motif-motif politis seperti pada abad pertengahan.
Artinya, paradigma teosentris yang merupakan kristalisasi kesadaran akan
nilai-nilai Ilahi betul-betul menjadi landasan bagi tindakan manusia dalam biotik maupun abiotik dari alam semesta yang saling memerlukan di dalam sebuah komunitas
yang harmonis. Ibid., hlm. 2. 125 Ibid.
126 Mujiyono Abdillah, op.cit., hlm. 104.
127 Ibid.
54
memanfaatkan sumber daya alam. Sebab, nilai-nilai Ilahi merupakan
sumber utama etika dan moralitas.
55
BAB III
KETERPADUAN PARADIGMA ANTROPOSENTRISME DAN
TEOSENTRISME BERBASIS AL QUR’AN DENGAN MATERI
KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM (KSDA) AIR
A. Gambaran Umum Air dalam Al Qur’an
Air adalah dasar/asas kehidupan. Demikianlah aksioma yang tidak
dapat diingkari karena kebenarannya bersifat mutlak. Kemajuan ilmu
pengetahuan telah memberikan banyak sekali fakta yang menegaskan
kebenaran itu. Air adalah dasar kehidupan seluruh mahluk hidup, sehingga
tidak ada satu pun mahluk hidup yang dapat hidup tanpa air. Di mana ada air,
di situ pasti terdapat kehidupan.
Eksistensi air dan peranannya bagi kehidupan tentu merupakan
kehendak penciptanya, yaitu Allah SWT. Sudah menjadi ketetapan-Nya
bahwa kehidupan mahluk hidup sangat berkaitan erat dengan air. Hal itu
sudah ditetapkan di dalam Al Qur’an. Maka siapa pun yang mengkaji kitab
suci umat Islam tersebut akan mendapati banyak pembahasan perihal air.
Penyebutan kata air (al maa’) dalam ayat Al Qur’an berkisar sebanyak
65 kata dan ayat yang dimaksud belum termasuk ayat membahasnya dalam
bentuk kata lainnya, seperti hujan (matharan), laut (al-bahr), minuman
(syarab), sungai/telaga (anhar), dan lain-lain.113 Banyaknya pengulangan
tersebut membuktikan dan mengandung makna bahwa kedudukan air bagi
semua mahluk hidup amat urgen.
a. Air dan Munculnya Kehidupan
Terdapat banyak ayat Al Qur’an yang membahas tentang air
sebagai asal-usul kehidupan, salah satunya adalah firman Allah SWT:
113 Ahzami Samiun Jazuli, Kehidupan dalam Pandangan Al Qur’an, (Jakarta: Gema
Agar kita tidak terpengaruh oleh gerakan sekularisasi Barat dan
tidak terjebak dalam proyek Islamisasi gerakan-gerakan fundamental,
penulis mengajukan formulasi “reintegrasi epistemologi”180 dalam
hubungan sains dan agama (baca: Islam). Sebelum melakukan integrasi
sains dan Islam, terlebih dahulu di sini perlu dipahami perbedaan antara
epistemologi iman (keyakinan) yang merupakan dasar agama dan
epistemologi ilmu (pengetahuan) yang merupakan dasar sains.181
Secara epistemologis, iman dalam beragama berawal dari
keyakinan atas apa yang tidak diketahui (gaib). Kaum agamawan pada
umumnya berpendapat bahwa rumusan belief (iman) harus dipercayai
begitu saja apa adanya oleh pemeluknya.182 Amin Abdullah pun sepakat
karena memang itulah struktur fundamental dari apa yang disebut
agama.183 Setelah beriman, seorang beragama dituntut melakukan apa
yang menjadi konsekuensi keimanannya. Akhirnya, ia akan tahu
(merasakan) akibat-akibat atau buah dari keimanannya itu. Kewajiban
melaksanakan shalat fardhu misalnya, di mana seorang mukmin sama
sekali tidak dituntut untuk mengerti dahulu mengapa Allah memerintahnya
untuk melakukan shalat. Sebab inti agama bukanlah untuk dimengerti atau
difahami, tapi untuk dipercayai. Mengamalkan doktrin-doktrin keimanan
tidak harus terjadi setelah adanya proses mengetahui atau memahami
karena keimanan dalam beragama hanya mengarah kepada kebenaran
yang absolut.
Pengetahuan dalam sains berawal dari kegiatan meragukan sesuatu
yang belum diketahui secara benar. Setelah meragukan sesuatu, seseorang
180 Istilah tersebut penulis sadur dari gagasan M. Amin Abdullah. Menurutnya, istilah
tersebut dapat juga disebut gerakan rapprochement (kesediaan untuk saling menerima keberadaan
yang lain dengan lapang dada). M. Amin Abdullah, Islamic Studies di Perguruan Tinggi:
Pendekatan Integratif-Interkonektif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), Cet. 2, hlm. 97. 181 Apa yang dilakukan Plato, membedakan antara pengetahuan dan keyakinan begitu
besar pengarunya pada wacana dan diskusi-diskusi filsafat sesudahnya. Namun demikian, upaya
itu tampaknya masih belum berhasil menemukan definisi yang pasti mengenai konsepnya. Poin
intinya adalah bahwa pengetahuan dan keyakinan bukan hanya dua hal yang berbeda namun juga
memiliki obyek dan kepentingan berbeda. 182 M. Amin Abdullah, op.cit., hlm. 157.
183 Ibid.
86
akan mencari tahu, kemudian ia akan tahu. Pengetahuan merupakan hasil
kerja rasio yang dibantu oleh pengalaman-pengalaman. Asumsi tersebut
sejalan dengan pandangan Amin Abdullah, bahwa ilmu pengetahuan
adalah hasil kerja sama pengalaman historis-empiris (panca indera dan
alat-alat bantunya) dan kekuatan abstraksi (akal pikiran dalam
merumuskan dan membahasakannya).184 Dengan demikian, pengetahuan
atau ilmu berlangsung dalam dunia rasio (intelektual), sedangkan
keyakinan atau iman hanya terdapat dalam hati (spiritual).
Dari uraian di atas, secara epistemologis, sains dan iman sangatlah
berbeda meskipun keduanya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Di
dalam Islam, kita mengenal istilah dalil naqli dan aqli yang secara
epistemologis keduanya juga berbeda. Terkait hal ini, Ibnu Khaldun
mengklasifikasikan ilmu ke dalam dua jenis, yaitu naqliyah dan aqliyah.
Ilmu naqliyah adalah ilmu yang berdasarkan wahyu seperti Al Qur’an,
hadits, kalam, tashawuf, dan fiqh. Sedangkan ilmu aqliyah adalah ilmu
yang berdasarkan rasio seperti filsafat, kedokteran, pertanian, geometri,
astronomi, dan seterusnya.185
Dengan klasifikasi tersebut, manurut Azyumardi Azra, bukan
berarti dikotomisasi, melainkan hanya sekedar klasifikasi epistemologis
dan untuk menunjukkan betapa ilmu tersebut berkembang dalam
peradaban Islam.186 Di samping itu, harus selalu disadari bahwa kebenaran
dalil-dalil naqli bersifat absolut, sedangkan kebenaran dalil-dalil aqli
bersifat relatif. Karena itu, jika dalam persoalam tertentu terjadi
pertentangan antarkeduanya, maka sudah pasti sains-lah yang perlu diteliti
kembali.
Reintegrasi epistemologi menekankan pada usaha integrasi sains
dan Islam dengan memposisikan ajaran-ajaran Al Qur’an sebagai landasan
etis dan sumber kebenaran bagi proyek ilmiah. Dengan demikian
pengembangan dan penerapan IPTEK akan bergerak dalam ketentuan
184 Ibid., hlm. 160.
185 M. Zainuddin, op.cit., hlm. 9.
186 Ibid.
87
yang telah digariskan oleh Allah SWT. Akhirnya, dengan integrasi ini,
penerapan IPTEK akan membawa kemaslahatan bagi semesta dan
meningkatkan ketakwaan kepada-Nya.
B. Integrasi Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Air dengan
Paradigma Antroposentrisme dan Teosentrisme Berbasis Al Qur’an:
Ilmu Pengetahuan Berlandaskan Iman
Dari analisis di atas kita dapat melihat bagaimana integrasi sains
dan Islam harus dibangun. Hal ini sesuai dengan penjelasan dalam Bab III
tentang keterpaduan materi konservasi air dengan paradigma
antroposentrisme dan teosentrisme dalam ayat-ayat Al Qur’an. Dari
analisis integrasi dan keterpaduan paradigmatik tersebut, dapat diperoleh
suatu landasan kerja yang fundamental bagi upaya konservasi air, yaitu
semangat Tauhid.
Kerusakan alam dan pencemaran lingkungan adalah akibat dari
perbuatan manusia yang konfrontatif dan eksploitatif terhadap alam. Oleh
karena itu, kampanye soal pelestarian sumber daya alam dan penegakan
etika lingkungan harus selalu dilakukan. Ironisnya, setiap upaya untuk
menjaga kelestarian alam dan perumusan etika lingkungan hanya
dilakukan berdasarkan tuntutan untuk memenuhi kebutuhan di hari esok
serta dilakukan berdasarkan doktrin-doktrin ekologis. Kegiatan konservasi
demi menjaga ketersediaan sumber daya alam untuk kepentingan jangka
panjang selalu bernada antroposentris.
Pandangan terhadap alam yang bercorak antroposentris adalah
sama dengan anggapan tokoh-tokoh ilmu sekular. Isaac Newton bersama
para sekularis lainnya, menempatkan Tuhan hanya sebagai penutup
sementara lubang kesulitan (to fill gaps) yang tidak terpecahkan oleh
keilmuan mereka, sampai ditemukan teori baru yang dapat menjawab
kesulitan tersebut. Begitu kesulitan itu terjawab, secara otomatis intervensi
88
Tuhan tidak lagi diperlukan.187 Tuhan dalam benak para ilmuwan sekuler
tak ubahnya pembuat jam (clock maker). Begitu alam semesta ini selesai
diciptakan, Ia tidak peduli lagi dengan ciptaan-Nya dan jagad raya pun
berejalan sendiri secara mekanis tanpa campur tangan Tuhan. Dengan
begitu, masa depan dan keberlangsungan alam semesta sepenuhnya berada
di tangan manusia.
Pandangan kaum sekuler tersebut tentu sangat bertentangan dengan
ajaran Islam. Karena itu para ilmuwan Islam di masa kini dan masa yang
akan datang hendaknya menjaga diri agar terhindar dari pandangan yang
demikian. Salah satu cara untuk menghindari kekeliruan pandangan
tersebut adalah dengan kembali paada ajaran filosof dan ilmuwan muslim
di masa lalu.
Pada abad 9-13 M, perjumpaan filsafat dan agama di tangan para
filosof muslim telah melahirkan berbagai bidang ilmu pengetahuan seperti