Slide 1
INTERAKSI
OBAT1302101010113130210101012213021010101231302101010132130210101014513021010101651302101010169130210101017713021010101781002101010014Ina
SatriaSyahrial Adi FajarNanda Balia TarmiziRauzatul JannahRina
IsmayaSucia FadillahMelia SesvadinaM. Riski Saputra BIzdaharra
Mutia UlfahFarzila NoviaKelompok 3Interaksi obat adalah perubahan
efek suatu obat akibat pemakaian obat lain atau karena makanan.
Interaksi obat secara klinis penting diketahui bila berakibat
peningkatan toksisitas atau pengurangan efektivitas obat. Jadi
perlu diperhatikan terutama bila menyangkut obat dengan batas
keamanan yang sempit. Selain itu juga perlu diperhatikan obat-obat
yang biasa digunakan bersama-sama.INTERAKSI OBAT-OBATInteraksi
diklasifikasikan berdasarkan keterlibatan dalam proses
farmakokinetik maupun farmakodinamik.
Interaksi farmakokinetik Interaksi farmako kinetik diakibatkan
oleh perubahan laju atau tingkat absorpsi, distribusi, metabolisme
dan ekskresi suatu obat karena obat lain. Absorpsi interaksi
langsunginteraksi secara fisik/kimiawi antar obat dalam lumen
saluran cerna sebelum absorpsi dapat mengganggu proses absorpsi.
perubahan pH saluran cernaCairan saluran cerna yang alkalis.
Misalnya akibat adanya antasid, akan meningkatkan kelarutan obat
yang bersifat asam yang sukar larut dalam saluran cerna. Akan
tetapi suasana alkalis akan mengurangi kelarutan beberapa obat yang
bersifat basa (misalnya tetrasiklin) dalam cairan saluran cerna,
sehingga mengurangi absorpsinya.Pembentukan senyawa kompleks tak
larutInteraksi antara antibiotik golongan fluorokinolon dan ion-ion
divalent dan trivalent (misalnya ion Ca, Mg dan Al dari antasida
dan obat lain) dapat menyebabkan penurunan yang signifikan dari
absorpsi saluran cerna, bioavailabilitas dan efek terapetik, karena
terbentuknya senyawa kompleks.Perubahan fungsi saluran cerna
(percepatan atau lambatnya pengosongan lambung, perubahan
vaskularitas atau permeabilitas mukosa saluran cerna, atau
kerusakan mukosa dinding usus).2. Distribusi setelah obat
diabsorpsi ke dalam sirkulasi, obat dibawa ke tempat kerja di mana
obat akan bereaksi dengan jaringan tubuh atau reseptor. Selama
berada didalam darah obat akan terikat dengan protein darah.
Obat yang terikat albumin secara farmakologi tidak aktif,
sedangkan obat yang tidak terikat disebut fraksi bebas, aktif
secara farmakologi. Bila dua atau lebih obat yang sangat terikat
protein digunakan bersama-sama, terjadi kompetisi pengikatan pada
tempat yang sama, yang mengakibatkan terjadi pergeseran salah satu
obat dari ikatan dengan protein, dan akhirnya terjadi peningkatan
kadar obat bebas dalam darah.
Obat-obat yang cenderung berinteraksi pada proses distribusi
adalah obat-obat yang: Persen terikat protein tinggi (>90%)
Mempunyai onset aksi yang cepat Digunakan secara intravena
Obat yang mempunyai kemampuan tinggi untuk menggesesr obat lain
dari ikatan dengan protein adalah - asam salisilat, - fenilbutazon,
- sulfonamid, dan - anti-inflamasi nonsteroid.3.
MetabolismePeningkatan metabolismeBeberapa obat bisa meningkatkan
aktivitas enzim hepatik yang terlibat dalam metabolisme obat-obat
lain. Misalnya fenobarbital meningkatkan metabolisme warfarin
sehingga menurunkan aktivitas antikoagulannya. Penghambatan
metabolismeSuatu obat dapat menghambat metabolisme obat lain dengan
dampak memperpanjang atau meningkatkan aksi obat yang
dipengaruhi.4. EkskresiKecuali obat-obat anestetik inhalasi,
sebagian besar obat diekskresi lewat empedu atau urin. Darah yang
memasuki ginjal sepanjang arteri renal, mula-mula dikirim ke
glomeruli tubulus dimana molekul-molekul kecil yang cukup melewati
membran glomerular (air, garam, dan beberapa obat tertentu)
disaring ke tubulus. Molekul-molekul yang besar seperti protein
plasma dan sel darah ditahan. Aliran darah kemudian melewati bagian
lain dari tubulus ginjal dimana transport aktif yang dapat
memindahkan metabolitnya dari darah ke filtrat tubulus. Sel tubulus
kemudian melakukan transport aktif maupun pasif (melalui difusi)
untuk mereabsorpsi obat. Interaksi bisa terjadi karena:Perubahan
sekresi aktif tubuli ginjalPerubahan pH urinPerubahan aliran darah
ginjal
B. Interaksi farmakodinamikInteraksi farmakodinamik Interaksi
dimana efek suatu obat diubah oleh obat lain pada tempat
aksi.Interaksi farmakodinamik bekerja pada sistem reseptor, tempat
kerja atau sistem fisiologik yang sama sehingga terjadi efek
seperti:aditif (efek kombinasi = jumlah efek setiap obat),
Potensiasi (efek satu obat lebih besar dari obat lain)misal, efek
A=0, efek B=1, efek kombinasi A+B=2.Sinergisme (efek kombinasi
lebih besar daripada efek masing-masing obat) misal, efek A=1, efek
B=1, efek kombinasi A+B=3.Antagonisme (efek kombinasi < efek
masing-masing obat).Contoh: Asetilkolin dan atropinInteraksi pada
reseptor Reaksi pada reseptor yang sama biasanya merupakan
antagonisme antara agonis dan bloker (antagonis) dari reseptor yang
bersangkutan.Antagonisme terjadi jika aktivitas obat A dikurangi
atau ditiadakan oleh obat B.
2. Interaksi fisiologikInteraksi pada sistem fisiologik yang
sama dapat menghasilkan peningkatan atau penurunan respon
(potensiasi atau antagonisme).contohnya, - Trombolitik +
antikoagulan + antiplatelet perdarahan (potensiasi)- Antidiabetes +
tiazid menurunnya efek antidiabetik (antagonisme)
INTERAKSI OBAT-MAKANANKetika suatu makanan atau minuman mengubah
efek suatu obat, perubahan tersebut dianggap sebagai interaksi
obat-makanan. Meskipun beberapa interaksi mungkin berbahaya pada
kasus yang langka, interaksi yang lain bisa bermanfaat dan umumnya
tidak akan menyebabkan perubahan yang berarti terhadap kesehatan
tubuh.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi interaksi
obat-makanan:Pengosongan lambungKecepatan pengosongan lambung
secara signifikan mempengaruhi komposisi makanan yang dicerna.
Kecepatan pengosongan lambung ini dapat mengubah bioavalabilitas
obat. Makanan yang mengandung serat dan lemak tinggi diketahui
secara normal menunda waktu pengosongan lambung.
Beberapa obat seperti nitrofurantoin dan hidralazin lebih baik
diserap saat pengosongan lambung tertunda karena tekanan pH rendah
di lambung.
Obat lain seperti L-dopa, Penicillin G dan digoxin, mengalami
degradasi dan menjadi inaktif saat tertekan oleh pH rendah di
lambung dalam waktu lama. Komponen makanancontohnya,Lemak, pengaruh
makan lemak pada metabolisme obat adalah komposisi asam lemak dari
fosfatidilkolin mikrosom hati dapat mempengaruhi kapasitas hati
untuk memetabolisasi obat. Kenaikan fosfatidilkolin atau kandungan
asam lemak tak jenuh dari fosfatidilkolin cenderung meningkatkan
metabolisme obat (Gibson, 1991)
Karbohidrat, glukosa dapat menghambat metabolisme barbiturate
dan dengan demikian memperpanjang waktu tidur.
Ada beberapa fase interaksi obat dengan makanan:
TERIMA KASIH