INTERAKSI ANTIDIABETIK ORAL I. PENDAHULUAN Diabetes mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat,lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas, atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin. Jika kekurangan produksi insulin atau terdapat resistensi insulin maka kadar glukosa dalam darah akan meninggi (melebihi nilai normal). Insulin adalah suatu zat yang dihasilkan oleh sel beta pankreas. Insulin diperlukan agar glukosa dapat memasuki sel tubuh, di mana gula tersebut kemudian dipergunakan sebagai sumber energi. Jika tidak ada insulin, atau jumlah insulin tidak memadai, atau jika insulin tersebut cacat , maka glukosa tidak dapat memasuki sel dan tetap berada di darah dalam jumlah besar. Penyakit diabetes melitus atau kencing manis disebabkan oleh multifaktor, keturunan merupakan salah satu faktor penyebab. Selain keturunan masih diperlukan faktor-faktor lain yang disebut faktor pencetus, misalnya adanya infeksi virus tertentu, pola makan yang tidak sehat, stres, makan obat-obatan yang dapat meningkatkan kadar gula darah dan sebagainya. Gejala penyakit kencing manis sangat bervariasi, dapat timbul secara perlahan-lahan hingga penderita tidak menyadari terdapatnya perubahan dan baru dapat ditemukan pada saat pemeriksaan penyaring atau pemeriksaan untuk penyakit lain. Tetapi gejala-gejala diabetes dapat juga timbul mendadak secara dramatis sekali. Gejala-gejala umum yang dapat ditemukan pada penderita kencing manis adalah sebagai berikut:rasa haus yang berlebihan, sering kencing terutama pada malam hari, berat badan turun dengan cepat, cepat merasa lapar,timbul kelemahan tubuh, kesemutan pada jari tangan dan kaki, gatal-gatal, penglihatan jadi kabur, luka atau bisul yang sukar sembuh dan keputihan. II. KLASIFIKASI DIABETES MELLITUS Klasifikasi diabetes melitus mengalami perkembangan dan perubahan dari waktu ke waktu. Dahulu diabetes diklasifikasikan berdasarkan waktu munculnya (time of onset). Diabetes yang muncul sejak masa kanak-kanak disebut “juvenile diabetes”, sedangkan yang baru muncul setelah seseorang berumur di atas 45 tahun disebut sebagai “adult diabetes”. Namun klasifikasi ini sudah tidak layak dipertahankan lagi, sebab banyak sekali kasus-kasus diabetes yang muncul pada usia 20-39 tahun, yang menimbulkan kebingungan untuk mengklasifikasikannya. Pada tahun 1968, ADA (American Diabetes Association) mengajukan rekomendasi mengenai standarisasi uji toleransi glukosa dan mengajukan istilah-istilah Pre-diabetes, Suspected Diabetes, Chemical atau Latent Diabetes dan Overt Diabetes untuk pengklasifikasiannya. British Diabetes Association (BDA) mengajukan istilah yang berbeda, yaitu Potential Diabetes, Latent Diabetes, Asymptomatic atau Sub-clinical Diabetes, dan Clinical Diabetes. WHO pun telah beberapa kali mengajukan klasifikasi diabetes melitus. Pada tahun 1965 WHO mengajukan beberapa istilah dalam pengklasifikasian diabetes, antara lain Childhood Diabetics, Young Diabetics, Adult Diabetics dan Elderly Diabetics. Pada tahun 1980 WHO mengemukakan Gabungan IO ekstensi 2007/ page 1of 37
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
INTERAKSI ANTIDIABETIK ORAL
I. PENDAHULUAN
Diabetes mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai
dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat,lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin.
Insufisiensi fungsi insulin dapat disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas, atau
disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin. Jika kekurangan produksi insulin atau terdapat resistensi insulin maka kadar
glukosa dalam darah akan meninggi (melebihi nilai normal).
Insulin adalah suatu zat yang dihasilkan oleh sel beta pankreas. Insulin diperlukan agar glukosa dapat memasuki sel tubuh, di mana
gula tersebut kemudian dipergunakan sebagai sumber energi. Jika tidak ada insulin, atau jumlah insulin tidak memadai, atau jika insulin tersebut
cacat , maka glukosa tidak dapat memasuki sel dan tetap berada di darah dalam jumlah besar.
Penyakit diabetes melitus atau kencing manis disebabkan oleh multifaktor, keturunan merupakan salah satu faktor penyebab. Selain
keturunan masih diperlukan faktor-faktor lain yang disebut faktor pencetus, misalnya adanya infeksi virus tertentu, pola makan yang tidak sehat,
stres, makan obat-obatan yang dapat meningkatkan kadar gula darah dan sebagainya.
Gejala penyakit kencing manis sangat bervariasi, dapat timbul secara perlahan-lahan hingga penderita tidak menyadari terdapatnya
perubahan dan baru dapat ditemukan pada saat pemeriksaan penyaring atau pemeriksaan untuk penyakit lain. Tetapi gejala-gejala diabetes
dapat juga timbul mendadak secara dramatis sekali. Gejala-gejala umum yang dapat ditemukan pada penderita kencing manis adalah sebagai
berikut:rasa haus yang berlebihan, sering kencing terutama pada malam hari, berat badan turun dengan cepat, cepat merasa lapar,timbul
kelemahan tubuh, kesemutan pada jari tangan dan kaki, gatal-gatal, penglihatan jadi kabur, luka atau bisul yang sukar sembuh dan keputihan.
II. KLASIFIKASI DIABETES MELLITUS
Klasifikasi diabetes melitus mengalami perkembangan dan perubahan dari waktu ke waktu. Dahulu diabetes diklasifikasikan
berdasarkan waktu munculnya (time of onset). Diabetes yang muncul sejak masa kanak-kanak disebut “juvenile diabetes”, sedangkan yang baru
muncul setelah seseorang berumur di atas 45 tahun disebut sebagai “adult diabetes”. Namun klasifikasi ini sudah tidak layak dipertahankan lagi,
sebab banyak sekali kasus-kasus diabetes yang muncul pada usia 20-39 tahun, yang menimbulkan kebingungan untuk mengklasifikasikannya.
Pada tahun 1968, ADA (American Diabetes Association) mengajukan rekomendasi mengenai standarisasi uji toleransi glukosa dan mengajukan
istilah-istilah Pre-diabetes, Suspected Diabetes, Chemical atau Latent Diabetes dan Overt Diabetes untuk pengklasifikasiannya. British Diabetes
Association (BDA) mengajukan istilah yang berbeda, yaitu Potential Diabetes, Latent Diabetes, Asymptomatic atau Sub-clinical Diabetes, dan
Clinical Diabetes. WHO pun telah beberapa kali mengajukan klasifikasi diabetes melitus.
Pada tahun 1965 WHO mengajukan beberapa istilah dalam pengklasifikasian diabetes, antara lain Childhood Diabetics, Young
Diabetics, Adult Diabetics dan Elderly Diabetics. Pada tahun 1980 WHO mengemukakan klasifikasi baru diabetes melitus memperkuat
rekomendasi National Diabetes Data Group pada tahun 1979 yang mengajukan 2 tipe utama diabetes melitus, yaitu " Insulin-Dependent Diabetes
Mellitus" (IDDM) disebut juga Diabetes Melitus Tipe 1 dan "Non-Insulin-Dependent Diabetes Mellitus" (NIDDM) yang disebut juga Diabetes
Melitus Tipe 2. Pada tahun 1985 WHO mengajukan revisi klasifikasi dan tidak lagi menggunakan terminologi DM Tipe 1 dan 2, namun tetap
mempertahankan istilah "Insulin-Dependent Diabetes Mellitus" (IDDM) dan "Non-Insulin-Dependent Diabetes Mellitus" (NIDDM), walaupun
ternyata dalam publikasi-publikasi WHO selanjutnya istilah DM Tipe 1 dan 2 tetap muncul.
Disamping dua tipe utama diabetes melitus tersebut, pada klasifikasi tahun 1980 dan 1985 ini WHO juga menyebutkan 3 kelompok
diabetes lain yaitu Diabetes Tipe Lain, Toleransi Glukosa Terganggu atau Impaired Glucose Tolerance (IGT) dan Diabetes Melitus Gestasional atau
Gestational Diabetes Melitus (GDM). Pada revisi klasifikasi tahun 1985 WHO juga mengintroduksikan satu tipe diabetes yang disebut Diabetes
Melitus terkait Malnutrisi atau Malnutrition-related Diabetes Mellitus (MRDM).
Klasifkasi ini akhirnya juga dianggap kurang tepat dan membingungkan sebab banyak kasus NIDDM (Non-Insulin-Dependent Diabetes
Mellitus) yang ternyata juga memerlukan terapi insulin. Saat ini terdapat kecenderungan untuk melakukan pengklasifikasian lebih berdasarkan
etiologi penyakitnya.
Gabungan IO ekstensi 2007/ page 1of 37
Tabel 1. Klasifikasi Diabetes Mellitus Berdasarkan Etiologinya (ADA, 2003)
1 Diabetes Mellitus Tipe 1:Destruksi sel β umumnya menjurus ke arah defisiensi insulin absolutA. Melalui proses imunologik (Otoimunologik)B. Idiopatik
2 Diabetes Mellitus Tipe 2Bervariasi, mulai yang predominan resistensi insulin disertai defisiensiinsulin relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersamaresistensi insulin
3 Diabetes Mellitus Tipe LainA. Defek genetik fungsi sel β : • kromosom 12, HNF-1 α (dahulu disebut MODY 3), • kromosom 7, glukokinase (dahulu disebut MODY 2) • kromosom 20, HNF-4 α (dahulu disebut MODY 1) • DNA mitokondriaB. Defek genetik kerja insulinC. Penyakit eksokrin pankreas: • Pankreatitis • Trauma/Pankreatektomi • Neoplasma • Cistic Fibrosis • Hemokromatosis • Pankreatopati fibro kalkulusD. Endokrinopati: 1. Akromegali 2. Sindroma Cushing 3. Feokromositoma 4. HipertiroidismeE. Diabetes karena obat/zat kimia: Glukokortikoid, hormon tiroid, asam nikotinat, pentamidin, vacor, tiazid, dilantin, interferonF. Diabetes karena infeksiG. Diabetes Imunologi (jarang)H. Sidroma genetik lain: Sindroma Down, Klinefelter, Turner, Huntington, Chorea, Prader Willi
4 Diabetes Mellitus GestasionalDiabetes mellitus yang muncul pada masa kehamilan, umumnya bersifatsementara, tetapi merupakan faktor risiko untuk DM Tipe 2
Merangsang sekresi insulin di kelenjar pankreas, sehingga hanya efektif pada penderita diabetes yang sel-sel β pankreasnya masih berfungsi dengan baik
Biguanida MetforminFenforminBuformin
Bekerja langsung pada hati (hepar),menghambat glukoneogenesis di hati dan meningkatkan penggunaan glukosa di jaringan.
Meglitinid Repaglinid Bekerja dengan cara mengikat reseptor sulfonilurea dan menutup ATP-sensitive potassium chanel.
Tiazolidindion RosiglitazonePioglitazone
Meningkatkan kepekaan tubuh/sensitivitas terhadap insulin di jaringan perifer. Berikatan dengan PPARγ (peroxisome proliferators activated receptor-gamma) di otot, jaringan lemak, dan hati untuk menurunkan resistensi insulin
Penghambat enzim alfaglukosidase
AkarbosaMiglitol
Menghambat kerja enzim alfaglukosidase yang mengubah di/polisakarida menjadi monosakarida, sehingga memperlambat absorpsi glukosa kedalam darah
V. TERAPI KOMBINASI OBAT ANTIDIABETIK ORAL
Pada keadaan tertentu diperlukan terapi kombinasi dari beberapa obat anti diabetik oral (ODA) atau ODA dengan insulin. Kombinasi
yang umum adalah antara golongan sulfonilurea dengan biguanida. Sulfonilurea akan mengawali dengan merangsang sekresi pankreas yang
memberikan kesempatan untuk senyawa biguanida bekerja efektif. Kedua golongan obat antidiabetik oral ini memiliki efek terhadap sensitivitas
reseptor insulin, sehingga kombinasi keduanya mempunyai efek saling menunjang. Pengalaman menunjukkan bahwa kombinasi kedua golongan
ini dapat efektif pada banyak penderita diabetes yang sebelumnya tidak bermanfaat bila dipakai sendiri-sendiri.
Tabel 3.Terapi Kombinasi Obat Anti Diabetik Oral
Gabungan IO ekstensi 2007/ page 5of 37
Interaksi obat
Interaksi obat yang
mungkin timbul
dari pemakaian insulin dengan obat antidiabetik oral atau dengan obat yang lain dapat dilihat pada referensi yang lebih detil, misalnya BNF
terbaru, Stokley's Drug Interactions dan lain sebagainya. Obat-obat tersebut di bawah ini merupakan contoh obat-obat yang dapat meningkatkan
kadar glukosa darah sehingga memungkinkan adanya kebutuhan peningkatan dosis insulin maupun obat antidiabetik oral yang diberikan.
Tabel 4.Obat yang dapat menyebabkan hiperglikemia
Keterangan (diadaptasi dari Bressler and DeFronzo, 1994):
+ kemungkinan bermakna secara klinis. Studi/laporan terbatas atau bertentangan.
++ bermakna secara klinis. Sangat penting pada kondisi tertentu.
+++ berpengaruh bermakna secara klinis.
Obat atau senyawa-senyawa yang dapat meningkatkan risiko hipoglikemia sewaktu pemberian obat antidiabetik oral golongan
sulfonilurea antara lain: insulin, alkohol, fenformin, sulfonamida, salisilat dosis besar, fenilbutazon, oksifenbutazon, dikumarol, kloramfenikol,
senyawa-senyawa penghambat MAO (Mono Amin Oksigenase), guanetidin, steroida anabolik, fenfluramin, dan klofibrat. Hormon pertumbuhan,
hormon adrenal, tiroksin, estrogen, progestin dan glukagon bekerja berlawanan dengan efek hipoglikemik insulin. Disamping itu,beberapa jenis
obat seperti guanetidin, kloramfenikol, tetrasiklin, salisilat,fenilbutazon, dan lain-lain juga memiliki interaksi dengan insulin, sehingga sebaiknya
tidak diberikan bersamaan dengan pemberian insulin, paling tidak perlu diperhatikan dan diatur saat dan dosis pemberiannya apabila terpaksa
MK: Fluvoxamine menurunkan kliren dari tolbutamid dengan menghambat metabolismenya oleh sitokrom P450 isoenzim CYP2C9, sehingga
terjadi peningkatan kadar plasma. Sehingga efek hipoglikeminya meningkat.
17. Pioglitazon vs kontrasepsi oral è mengurangi komponen hormon sampai 30%, berpotensi mengurangi efektivitas kontrasepsi.
MK: pioglitazon menginduksi Sistem sitokrom P450 isoform CYP3A4 yang merupakan bagian yang bertanggung jawab terhadap metabolisme
kontrasepsi, oleh karena itu obat-obat yang lainnya yang dipengaruhi oleh sitokrom P450 juga dapat berinteraksi.
18. Rosiglitazon vs NSAID è resiko edema meningkat.
MK: Rosiglitazon & obat-obat NSAID sama-sama sebabkan retensi cairan, sehingga kombinasi keduanya dapat meningkatkan resiko edema.
19. Glibenklamid vs Fenilbutazon è Efek hipoglikemia glibenklamid diperpanjang.
MK: Fenilbutazon menghambat ekskresi renal dari glibenklamid, sehingga dapat bertahan lebih lama dalam tubuh & memperpanjang t1/2
glibenklamid.
20. Glibenklamid vs ocreotide è ocreotide memiliki efek hipoglikemia, sehingga dosis glibenklamid yang digunakan dapat dikurangi dosisnya.
MK: ocreotide menginhibisi aksi dari glukagon.
DAFTAR PUSTAKA
1. InfoPOM BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA.Volume : IV Edisi 5: Mei 20032. Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes Mellitus Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik DIRJEN Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan DEPKES RI 20053. Oral Antidiabetic Agents [Developed - April 1994; September 1995 revised; June 1996; June 1997; June 1998; July 1999; June 2000;
June 2001; September 2001; July 2002; June 2003; October 2007revised; November 2007, February 2008] MEDICAID DRUG USE REVIEW CRITERIA FOR OUTPATIENT USE
4. Anonim., InfoPOM Antidiabetik Oral, Volume : IV Edisi 5: Mei 2003, Badan Pengawasan Makanan dan Obat.5. Stockley. I.H., Stockley’s Drug Interactions, 2005, University of Nottingham Medical School, Nottingham, UK, Pharmaceutical Press.
INTERAKSI OBAT DENGAN MAKANAN
Obat-obat yang kita konsumsi dapat saling mempengaruhi yang dampaknya bisa negatif dan bisa juga positif bagi kesehatan. Saling
pengaruh yang terjadi bila kita menggunakan lebih dari 1 macam obat disebut juga interaksi obat. Dalam praktek sehari-hari, interaksi obat jarang
dikatakan sebagai akibat kegagalan pengobatan. Sesungguhnya pemberian obat kepada pasien yang terlampau banyak jenisnya, misalnya lebih
dari 4 macam, sangat potensial menimbulkan efek yang tidak diinginkan akibat interaksi obat.
Interaksi obat adalah peristiwa di mana aksi suatu obat diubah atau dipengaruhi oleh obat lain yang diberikan bersamaan.
Kemungkinan terjadinya peristiwa interksi harus selalu dipertimbangkan dalam klinik, manakala dua obat atau lebih diberikan secara bersamaan
atau hampior bersamaan. Tidak semua interaksi obat membawa pengaruh yang merugikan, beberapa interaksi justru diambil manfaatnya dalam
praktek pengobatan.
Gabungan IO ekstensi 2007/ page 8of 37
Interaksi dapat membawa dampak yang merugikan kalau terjadinya interaksi tersebut sampai tidak dikenali sehingga tidak dapat
dilakukan upaya-upaya optimalisasi. Secara ringkas dampak negatif dari interaksi ini kemungkinan akan timbul sebagai:
- Terjadinya efek samping
- Tidak tercapainya efek terapetik yang diinginkan
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya interaksi obat yaitu :
1. Obat dengan indek terapi sempit.
2. Obat yang mempunyai bioavaibilitas rendah.
3. Formulasi obat.
4. Stereokimia obat.
5. Potensi obat.
6. Obat yang mempunyai kurva dosis respon yang tajam / curam.
7. Lama terapi / penggunaan obat.
8. Dosis obat.
9. Konsentrasi obat dalam darah dan jaringan (cairan tubuh).
10. Waktu dan urutan penggunaan obat.
11. Rute penggunaan obat
12. Base line dari interaksi dan indek terapi.
13. Jumlah obat yang mengalami metabolism.
14. Kecepatan metabolisme obat
15. Ikatan obat dengan protein
16. Volume distribusi
17. Problem farmakokinetik
Jenis interaksi ada 4 macam, yaitu interaksi obat – obat, Interaksi Obat – makanan, Interaksi Obat – penyakit, Interaksi Obat – Hasil
lab. Disini akan dibahas lebih lanjut interaksi obat dengan makanan. Tipe interaksi ini kemungkinan besar dapat mengubah parameter
farmakokinetik dari obat terutama pada proses absorpsi dan eliminasi, ataupun efikasi dari obat.
Pengaruh makanan atau minuman terhadap obat dapat sangat signifikan atau hampir tidak berarti, bergantung pada jenis obat dan
makanan/minuman yang kita konsumsi. Selain itu harus pula dipahami bahwa sangat banyak faktor lain yang mempengaruhi interaksi ini, antara
lain dosis obat yang diberikan, cara pemberian, umur, jenis kelamin, dan tingkat kesehatan pasien. Pengurangan penyerapan obat oleh tubuh
dapat juga terjadi bila obat-obat ditelan bersama obat dan makanan yang mengandung kalsium, magnesium, aluminium dan zat besi.
Obat yang diberikan secara oral akan melalui saluran pencernaan terlebih dahulu. Oleh karena itu hasil kerja obat di dalam tubuh
manusia sangat mungkin dipengaruhi oleh makanan atau minuman yang dikonsumsinya. Mekanismenya bisa terjadi melalui penghambatan
penyerapan obat atau dengan mempengaruhi aktivitas enzim di saluran cerna ataupun enzim di hati.
Ada 2 kemungkinan hasil interaksi obat dan makanan. Yang pertama interaksi obat dan makanan dapat mengurangi atau bahkan
menghilangkan khasiat atau manfaat obat dan yang kedua dapat meningkatkan efek samping atau efek dari obat itu sendiri.
Hal-hal yang harus diingat tentang interaksi obat dan makanan antara lain:(1)(2)
1. Bacalah aturan pakai pada kemasan obat
2. Baca semua aturan, peringatan dan pencegahan interaksi yang ditulis pada label obat dan kemasan. Bahkan obat bebas pun dapat
menyebabkan masalah.
3. Gunakan obat dengan segelas air putih, kecuali dokter menyarankan cara pakai yang berbeda.
4. Jangan mencampur obat ke dalam makanan/ minuman atau menmbuka cangkang kapsul karena dapat mempengaruhi khasiat obat.
5. Jangan mencampur obat dengan minuman panas karena panas dapat mempengaruhi kerja obat.
6. Jangan pernah minum obat dengan minuman beralkohol.
Berikut akan dibahas beberapa golongan obat yang akan berinteraksi dengan adanya makanan atau minuman. Golongan obat-obatan yang akan
dibahas antara lain:
Monoamin oksidase inhibitor (MAOI)
Antihipertensi
Gabungan IO ekstensi 2007/ page 9of 37
Antiparkinson
Antikoagulan Oral
Immunosuppressant
Antiinflamasi Nonsteroid
Antibiotika
MONOAMIN OKSIDASE INHIBITOR (MAOI)
Monoammine oxydase inhibitors (MAOIs) adalah golongan obat antidepresan, yang digunakan untuk pengobatan depresi.
Mekanisme kerja dari enzim MAO (Monoamine oksidase) adalah membantu melepaskan ephinephrine, norephinephrine, dopamine,
dan serotonin. Ketika monoamin oksidase dihambat, konsentrasi dari neurotrasnmitter meningkat. Obat-obat golongan MAOI masih sering
digunakan untuk pengobatan depresi pada manusia.
Inhibitor monoamin oksidase bekerja menghambat penguraian noradrenalin endogen sehingga meningkatkan kadar noradrenalin di
sistem saraf pusat dan di perifer. Selain itu, MAOI juga dapat menghambat penguraian tiramin. Simpatomimetika tak langsung seperti tirarnin
membebaskan juga noradrenalin. Dengan adanya tiramin dan obat golongan MAOI dalam tubuh dapat mengakibatkan konsentrasi noradrenalin
meningkat.
Gambar 1. Mekanisme kerja obat golongan MAO
Obat-obat MAOI meliputi: (3)
phenelzine (Nardil®)
tranylcypromine (Parnate®)
selegiline (Eldepryl®)
isocarboxazid (Marplan®)
moclebemice (Manerix®)
Efek samping (4)
Mengantuk, konstipasi, muntah, diare, sakit perut, lelah, mulut kering, pusing, tekanan darah turun, pusing khususnya ketika posisi
bangun dan duduk, menurunnya pengeluaran urin, menurunnya fungsi seksual, tidur terganggu, kejang otot, pandangan kabur, sakit kepala,
Makanan yang mengandung tiramin jika dikombinasi dengan obat MAO inhibitor dapat menyebabkan sakit kepala yang hebat, palpitasi, mual, muntah, dan peningkatan tekanan darah. Berpotensi mengakibatkan stroke mematikan dan serangan jantung.
Gabungan IO ekstensi 2007/ page 10of 37
Gambar 2. Mekanisme interaksi obat golongan MAOI dengan adanya makanan yang mengandung tiramin
ANTIPARKINSON
Mekanisme Kerja :
1. Dopaminergik Sentral
Pengisian kembali kekurangan DA (Dopamin) korpus stratium
2. Antikolinergik Sentral
Mengurangi aktivitas kolinergik yang berlebihan di ganglia basal
3. Penghambat MAO-B
Menghambat deaminase dopamin sehingga kadardopamin di ujung saraf dopaminergik lebih tinggi.
Tabel 2. Interaksi yang terjadi antara obat Antiparkinson dengan makanan(6)
Nama Obat Makanan Hasil Interaksi Methionine tryptophan phenylalanine Bendopa Dopar Larodopa Sinemet
Daging dan hatiBiji gandumRagiMakanan tambahan atau Suplemen vitamin seperti vitamin B6Makanan yang tinggi protein
Vitamin B6 menghilangkan aktivitas dari L-dopa dalam mengobati gejala penyakit parkinson. Diet protein yang berlebihan dapat menghambat L-dopa mencapai otak.
ANTIHIPERTENSI
Mekanisme Kerja :
1. Penghambat ACE
Penghambat ACE mengurangi pembentukan AII sehingga terjadi vasodilatasi dan penurunan sekresi aldosteron.
2. Diuretik
Meningkatkan ekskresi natrium, klorida dan air sehingga mengurangi volume plasma dan cairan ekstra sel.
3. Vasodilator
Melepaskan nitrogen oksida yang mengaktifkan guanilat siklase dengan hasil akhir defosforilasi berbagai protein, termasuk protein
kontraktil, dalam sel otot polos.
Tabel 3. Interaksi yang terjadi antara obat Antihipertensi dengan makanan(6)
Nama Obat Makanan Hasil InteraksiEnalaprilCaptoprilCalan-SRCapotenInderalLopressorVasotecImidaprilSpironolacton
Sejenis gula-gula yang dibuat dari Succus liquiritaemakanan yang banyak mengandung garam
Komponen yang terdapat dalam akar licorice alami menyebabkan retensi garam dan air yang dapat meningkatkan tekanan darah.
Gabungan IO ekstensi 2007/ page 11of 37
ANTIKOAGULAN ORAL
Mekanisme kerja:(5)
Antikoagulan oral merupakan antagonis vitamin K. Vitamin K adalh kofaktor yang berperan dalam aktivasi factor pembekuan darah II,
VII, IX, X yaitu dalam mengubah residu asm glutamate menjadi residu asam gama karboksiglutamat. Untuk berfungsi vitamin K mengalami siklus
oksidasi dan reduksi di hati. Antikoagulan oral mencegah reduksi vitamin K teroksidasi sehingga aktivasi factor-faktor pembekuan darah
terganggu/tidak terjadi.
Tabel 4. Interaksi yang terjadi antara obat Antikoagulan Oral dengan makanan(6)
Obat Makanan Mekanisme InteraksiWarfarin Alkohol Peminum alkohol berat dapat menstimulasi enzim hepatik yang terkait dengan
metabolisme dari warfarin, menyebabkan warfarin cepat dieliminasi, sebagai hasil dari t ½ yang pendek
Vitamin C dosis tinggi Mencegah absorspsi antikoagulan
cranberry juice Kemungkinan dari kompisisi cranberry juice (mungkin flavonoid, diketahui bahwa menghambat kerja sitokrom P450) menghambat metabolisme warfarinàmenurunkan Cl, meningkatkan efek
Jahe Jahe menghambat agregasi plateletGingseng Penggunaan bersama dengan gingseng kadang-kadang terjadi perdarahan, hal
ini disebabkan karena gingseng mengandung komponen antiplateletRokok Komponen dari roko menginduksi/menstimulasi enzim hati , yang mana
meningkatkan sedikit metabolisme warfarinàmenurunkan kerja warfarin Vitamin E Pemberian vitamin E sebesar 1200UI setiap hari selama 2 bulan
àmenyebabkan perdarahan Pemberian 800UIàmenurunkan faktor pembekuan darah dan menyababkan perdarahan
Dikumarol Vitamin E Pemberian vitamin E 42 UI setiap hari selam 1 bulanàmenurunkan efek dikumarol setelah 36 jam
Antikoagulan natto (makanan jepang yang terbuat dari fermentasi kacang kedelai, dapat menurunkan efek dari warfarin)
pada proses pencernaan,aktivitas Bacillus natto di dalam natto pada usus hewan yang menyebabkan peningkatan sintesis dan kemudian peningkatan absorbsi vitamin K
AcenocoumarolDicoumarol Warfarin
makanan dan minuman: Makanan Grapefruit juice Avocado, ice-cream, kacang kedelai
- Makanan àmemperpanjang retensi dikumarol dengan makanan-makanan bagian usus - Protein dari kacang kedelaià meningkatkan aktivitas vitamin K pada reseptor dibagian hatiàmenurunkan efek dari warfarin - Alpukat yang mengandung sedikit vitamin K (8µg/100g) mempengaruhi warfarin dengan inhibisi kompetitif - Grapefruit juice àmeningkatkan kelemahan efek inhibitor jus anggur pada aktivitas sitokrom isoenzim P450 CYP3A4 dalam usus.
Antikoagulan Makanan mngandung vitaminK: Hati sapi; Kubis, kol; Minyak; Kol cina ; Sayuran hijau ; Bayam
Vitamin K menaikkan bekuan darah. Dengan adanya makanan ini, efek dari antikoagulan, pengencer darah menjadi menurun
IMMUNOSUPPRESSANT
Mekanisme kerja:
Kerja dari obat-obat golongan immunosuppressan adalah menghambat atau mencegah aktifitas sistem imun.
Biasanya digunakan dalam pengobatan immunosuppressive.
Mencegah penolakan transplantasi organ dan jaringan (sumsum tulang, jantung, ginjal,hati).
Pengobatan beberapa penyakit inflamatory non-autoimmune (long term allergic asthma control)
Tabel 5. Interaksi yang terjadi antara obat Immunosuppressan dengan makanan(6)
Obat Mekanisme kerja Makanan Efek yang dihasilkanCiclosporin Penghambatan selektif
sel T, menurunkan produksi dan pelepasan limfokin serta menghambat ekspresi interleukin 2.
Makanan Susu Grapefriut juiceRed wineSt John’s wort (Hypericum perforatum)
Makanan, susu dan grapefruit juice bisa meningkatkan bioavaibilitas ciclosporin.Red wine menurunkan bioavailabilitas ciclosporin Menyebabkan penurunan kadar ciclosporin dalam serum dan terjadi penolakan organ jika digunakan dalam beberapa minggu pertama trnsplantasi.Meningkatkan absorbsi ciclosporin
• ciclosporin dimetabolisme oleh cytochrome P450 3A4. Penggunaan bersama ciclosporin dengan inhibitor cytochrome P450 3A4 dapat
menimbulkan peningkatan kadar ciclosporin dalam plasma. Besarnya interaksi dan efek potensi bergantung pada efek variabilitas
cytochrome P450 3A4.
• Grapefruit juice (naringin flavanoid) diperkirakan menghambat aktivitas dari citokrom p450 isoenzyme CYP3A (metabolisme) pada
dinding usus dan hati sehingga kadar ciclosporin menjadi lebih tinggi , terutama dengan konsumsi grapefruit juice yang berlebihan
(>1,2 liter/hari)
• jus grapefruit mengandung bahan utama naringin, yang memberi rasa kecut serta aroma khas. Naringin inilah yang diduga memblok
"transporter" obat yang dinamakan OATP1A2 yang mengangkut bahan aktif obat dari usus kecil ke pembuluh darah. Pemblokiran
transporter ini mengurangi absorpsi obat dan menetralisasi potensi manfaatnya.
• Antioksidan (resveratol) pada red wine dapat menginaktivasi CYP3A4 sehingga bisa meningkatkan kadar ciclosporin, namun red wine
juga menurunkan solubilitas ciclosporin dengan cara membentuk ikatan ciclosporin-red wine pada saluran gastrointestinal sehingga
berpotensi menurunkan bioavaibilitas ciclosporin.
Tabel 6. Interaksi yang terjadi antara obat Immunosuppressan dengan makanan(6)
Obat Mekanisme kerja Makanan Efek yang dihasilkantakrolimus menghambat transkripsi gen pembentuk
sitokin pada limfosit T, menghambat pelepasan histamin melalui mekanisme anti-IgE.
St.john’s wort
Grapefruit juice
Menurunkan kadar takrolimus
Meningkatkan kadar takrolimus
Keterangan :
Makanan yang dapat menimbulkan interaksi dengan takrolimus adalah St.john’s wort, efek yang dihasilkannya dapat menurunkan
kadar takrolimus. Cytochrome P450 3A4 adalah enzim yang memetabolisme takrolimus. St john’s wort bekerja dengan cara
meninduksi (cytochrome P450 3A4) sehingga kadar takrolimus dalam darah menurun.
Sedangkan Grapefruit juice dapat meningkatkan kadar takrolimus Grapefruit juice (naringin flavanoid) diperkirakan menghambat
aktivitas dari citokrom p450 isoenzyme CYP3A (metabolisme) pada dinding usus dan hati sehingga kadar takrolimus menjadi lebih
tinggi.
ANTIINFLAMASI NONSTEROID (AINS)
Mekanisme kerja utama kebanyakan NSAID adalah menghambat sintesis prostaglandin melalui pengharnbatan enzim siklooksigenase.
Gambar 3. Bagan penghambatan obat antiradang terhadap pembentukan metabolit-metabolit radang.(7)
Aspirin atau derivat salisilat dengan makanan à Hindari makanan bersamaan dengan analgesik karena menghambat absorpsi aspirin.
Asam asetilsalisilat (aspirin) sebagai prototip nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAID) merupakan analgetika nonsteroid,
non-narkotik (Reynolds, 1982). Kerja utama asam asetilsaIisilat dan kebanyakan obat antiradang nonsteroid lainnya sebagai penghambat
enzim siklooksigenase yang mengakibatkan penghambatan sintesis senyawa endoperoksida siklik PGG2 dan PGH2. Kedua senyawa ini
Gabungan IO ekstensi 2007/ page 13of 37
merupakan prazat semua senyawa prostaglandin, dengan demikian sintesis rostaglandin akan terhenti (Mutschler, 1991; Campbell, 1991) . (7)
Bukti klinis, mekanisme dan penanganan
Sebuah studi pada 25 sukarelawan diberikan 650 mg aspirin dalam 5 preparasi aspirin yang berbeda menunjukkan bahwa makanan
“roughly halved” pada tingkat serum salisilat ketika diukur pada 10 dan 20 menit selanjutnya, dibandingkan dengan ketika dosis yang sama
diambil pada keadaan puasa. Hasil serupa ditemukan pada percobaan pada sukarelawan yang diberikan 1500 mg kalsium aspirin. Pada
percobaan lain terhadap 8 sukarelawan yang diberikan aspirin effervescent, level serum salisilat mereka secara perlahan terhambat dengan
adanya makanan pada 15 menit, namun hampir sama setelah 1 jam. Alasan yang mungkin untuk mengurangi absorpsi yakni aspirin
diadsorbsi oleh makanan. Makanan juga menghambat pengosongan lambung. Maka jika diperlukan efek analgesik yang cepat, aspirin
harus diberikan tanpa makanan, tapi jika aspirin dibutuhkan untuk jangka waktu lama, maka dengan adanya makanan dapat membantu
untuk melindungi mukosa lambung.
Dekstropropoksifen (propoksifen) dengan makanan à Makanan dapat menghambat absorpsi dekstropropoksifen, tapi secara total
absorpsi justru meningkat.
Bukti klinis, mekanisme dan penanganan
Sebuah studi pada subjek sehat dalam keadaan puasa, kadar plasma puncak dekstropropoksifen telah dicapai dalam 2 jam, lemak kadar
tinggi dan karbohidrat kadar tinggi menghambat level serum puncak menjadi 3 jam dan protein tinggi menjadi 4 jam. Pada kedua protein
dan karbohidrat (makanan kecil) menyebabkan sedikit peningkatan total dari jumlah propoksifen yang diabsorpsi. Kemungkinan alasan
keterlambatan penyerapan adalah makanan menghambat pengosongan lambung dan kemungkinan juga secara fisik mencegah
dekstropropoksifen kontak dengan permukaan usus. Hindari makanan, jika diperlukan efek anlgesik yang cepat.
ANTIBIOTIKA
Antibiotik merupakan substansi kimia yang diproduksi oleh berbagai spesies mikroorganisme (bakteri, fungi, aktinomisetes), mampu
menekan pertumbuhan mikroba lain dan mungkin membinasakan.
Mekanisme kerja antibiotik:(8)
Antibiotik dapat menghambat pertumbuhan mikroba melalui beberapa mekanisme yang berbeda, diantaranya adalah dengan cara:
1. Menghambat sintesis dinding sel mikroba.
2. Mengganggu membran sel mikroba.
3. Menghambat sintesis protein dan asam nukleat mikroba.
4. Mengganggu metabolisme sel mikroba.
Beberapa obat-obatan dari golongan antibiotik, diketahui memberikan interaksi apabila dikonsumsi bersamaan dengan makanan
tertentu, diantaranya:
Tabel 7. Interaksi yang terjadi antara obat Antibiotika dengan makanan(6)
Obat Makanan/Minuman Mekanisme
Tetrasiklin Susu Tetrasiklin mempunyai afinitas yang kuat terhadapion kalsium yg terdapat pada susu & produkolahanya, dimana akan terbentuk khelat yang akansulit diabsorbsi pada GI sehingga kadarnya dalamserum akan berkurang
Doksisiklin Alkohol Pasien yg mengkonsumsi alkohol dapatmemetabolisme beberapa jenis obat dengan cepatdibandingkan dengan yang tidak, berkaitan denganefek dari induksi oleh enzim, sehingga akan terjadipenurunan kadar doksisiklin
CiprofloksasinOfloksasinNorfloksasingatifloksasin
Dairy product Dairy product dapat menurunkan bioavibilitas dariciprofloksasin, norfloksasin dan gatifloksasin, dimana akan terbentuk suatu khelat yg insoluble dengan ion CaMakanan dapat memperlambat absorbsi dariciprofloksasin & ofloksasin dengan mekanismedimana AB gol quinolon ini akan membentuk suatukhelat yg insoluble dengan ion divalen, misal Ca & Mg
Gabungan IO ekstensi 2007/ page 14of 37
cefalosforin Dairy product secara farmakokinetik obat golongan cefalosforin (cefprozil, cefpodoxime proxeti) sangat kecil efeknya
clindamycin Dairy product lincomycin terjadi penurunan tingkat pada level serum 2 sampai 3 kali jika dikonsumsi setelah makan. Tetapi klindamisin tidak terlalu berefek. Siklamat juga dapat menurunkan absorpsi dari linkomisin
amoxicillin Makanan berserat diet serat dapat menyebabkan sedikit penurunan absopsi dari amoxicillin.
Rifampisin makanan Adanya makanan dapat memperlambat dan mengurangi absorbsi dari rifampisin (mekanismenya belum jelas)
DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.hsc.virginia.edu/uvahealth/adult_nontrauma/fooddrug.cfm diunduh pada tanggal 4 mei 2009 pukul 11:00 WIB.2. www.pom.go.id Pusat Informasi Obat Nasional diunduh pada tanggal 4 mei 2009 pukul 11:14 WIB.3. http://health.howstuffworks.com/health - illness/treatment/medicine/medications/antidepressant4.htm diunduh pada tanggal 4 mei
2009 pukul 13:06 WIB.4. http://www.mayoclinic.com/health/maois/MH00072/NSECTIONGROUP=2 diunduh pada tanggal 4 mei 2009 pukul 15:43 WIB.5. Anonim. Farmakologi Dan Terapi, edisi 4.1995. Jakarta : Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran – Universitas Indonesia.6. Ivan H. Stockley. Stockley’s Drug Interactions. UK, Nottingham: University of Nottingham Medical School.7. Mansoer, Soewarni. 2003. Mekanisme Kerja Obat Antiradang. Bagian farmasi FK UNSU.8. Suwandi, Usman. 1992. Mekanisme Kerja Antibiotik. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan P.T. Kalbe Farma.
INTERAKSI OBAT-OBAT PARKINSON
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Parkinson merupakan suatu sindrom klinik yang ditandai empat gejala pokok: bradikinesi (lambat untuk memulai gerakan),
rigiditas otot, resting tremor ( tremor saat istirahat) serta abnormalitas sikap tubuh dan berjalan (Cedarbaum dan Schleifer, 1992). Sindrom
ini pertama kali diutarakan oleh James Parkinson tahun 1817 yang dikenal sebagai paralysis agitans atau shaking palsy,yang merupakan
penyakit neurodegenerative sebagai penyebab umum sindrom ini. Diduga penyakit Parkinson (Parkinsonisme) merupakan 1-2 % dari
kelainan neurologi (Mc Dowel,1981).
Penyakit Parkinson mempunyai dua bentuk pokok, yaitu :
1. Parkinsonisme idiopatik (paralisis agitans)
2. Parkinsonisme simptomatik, akibat cedera kepala atau penyakit. Manifestasi klinis seperti ini dapat diakibatkan oleh aterosklerosis
serebri, cedera kepala, infeksi (termasuk neurosifilis), keracunan atau Mangan.
Penyebab penyakit Parkinson, menurut Calne (1980) ialah :
1. Obat-obat ( reserpin, tetrabenozine, fenotiazin seperti klorprolazin, butirofenon seperti haloperidol, difenilbutilpiperidin seperti
pinozoid, antidepresan trisiklik, prokain dan diazoksid).
2. Bahan toksik (Cd, Mangan)
3. Infeksi (ensefalitis, sifilis)
4. Tumor
5. Infark
6. Predisposisi genetic
Sebagian besar pasien merupakan Parkinsonisme idiopatik. Didapat inclusion neural yang disebut : Lewy bodies. Lesi patologiknya luas
tapi hampir selalu melibatkan substansia nigra dan g nglia basal.
Gejala pokok penyakit Parkinson ialah: tremor, rigiditas dan hipokinesia. Gambaran klinis dari penyakit Parkinson termasuk adanya
kelainan ekspresi fasial, postur, cara melangkah (gait), attitude dan gerakan serta rigiditas dan tremor (Walton,1982).
Tahapan Penyakit Parkinson (Herzberg)
Tahapan 1 : gejala begitu ringan sehingga pasientidak merasa terganggu.
Tahapan 2 : gejala ringan dan mulai sedikit mengganggu.
Tahapan 3 : gejala bertambah berat.
Tahapan 4 : tidak mampu lagi berdiri tegak, kepala, leher dan bahu jatuh kedepan.
Mekanisme Kerja: Rifampisin dapat meningkatkan hepatotoksik sehingga menyebabkan peningkatan aktivitas enzim transaminase.
Kolesterol
Obat-obat yang dapat menurunkan nilai kolesterol : Tiroksin, estrogen, aspirin, antibiotik (tetrasiklin dan neomisin), asam nikotinik,
heparin, kolkisin.
Obat-obat yang dapat meningkatkan nilai kolesterol : Pil KB, epinefrin, fenotiazin, vitamin A dan D, sulfonamid, fenitoin (Dilantin).
1. Vitamin C dosis tinggi menurunkan kadar kolestesterol melalui mekanisme:
Memperlebar arteri sehingga memperkecil deposit kolesterol pada dinding arteri
Meningkatkan aktifitas fibrinolisis, yang bertanggungjawab untuk memindahkan penumpukan kolesterol dari arteri
Mengeliminasi kelebihan kolesterol dalam aliran darah dengan membawa ke empedu
Trigliserida
Penurunan kadar : β-lipoproteinemia kongenital, hipertiroidisme, malnutrisi protein, latihan
Obat-obat yang dapat menurunkan nilai trigliserida : Asam askorbat, kofibrat (Atromid-S), fenformin, metformin.
Peningkatan Kadar : Hiperlipoproteinemia, IMA, hipertensi, hipotiroidisme, sindrom nefrotik, trombosis serebral, sirosis alkoholik, DM yang
tidak terkontrol, sindrom Down’s, stress, diet tinggi karbohidrat, kehamilan.
Metformin
Mekanisme : Metformin dapat menurunkan absorbsi glukosa dari saluran lambung-usus . Metformin hanya mengurangi kadar glukosa
darah dalam keadaan hiperglikemia serta tidak menyebabkan hipoglikemia bila diberikan sebagai obat tunggal.
Kreatinin Serum
Kreatinin adalah produk sampingan dari hasil pemecahan fosfokreatin (kreatin) di otot yang dibuang melalui ginjal. Normalnya kadar
kreatinin dalam darah 0,6 – 1,2 mg/dl. Bila fungsi ginjal menurun, kadar kreatinin darah bisa meningkat.
1. Obat Golongan AINS
Obat golongan ini : diklofenak, indometasin, asetosal, ibuprofen, piroksikam, asam mefenamat, ketoprofen, naproksen, meloksikam,
oksaprozin, dll
Obat golongan ini dapat menyebabkan resiko menurunnya fungsi ginjal, sehingga dapat menyebabkan meningkatnya kadar kreatinin
dalam darah.
2. Amfoterisin B
Amfoterisin B dapat menyebabkan penurunan filtrasi glomerulus yang juga berakibat pada penurunan fungsi ginjal, sehingga dapat
menyebabkan meningkatnya kadar kreatinin dalam darah.
DAFTAR PUSTAKA
Ganiswara, G.S., 1995. Farmakologi dan Terapi, Ed. IV. Bagian farmakologi Fakultas kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: Gaya Baruwww.dokter.indo.net.id. Di download tanggal 9 Mei 2009 Pukul 12:00.Yulinah Elin, dkk. 2008.ISO Farmakoterapi. Jakarta : PT ISFI Penerbitan.
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN IO
PENDAHULUAN
Waspada terhadap masalah yang muncul akibat dari interaksi obat, penting bagi farmasis yang bekerja di rumah sakit maupun di
apotek. Untuk mencegah interaksi obat, seorang farmasis harus waspada terhadap semua obat yang digunakan oleh pasien tersebut, baik obat
Saran: dosis digoksin perlu diturunkan hingga 1/3 atau ½ nya bila amiodaron diberikan pada pasien dengan pengobatan digoksin.
Kemudian dilakukan penyesuain dosis kembali sesudah 1 atau 2 minggu atau satu bulan, oleh karena itu efek interaksi ini akan
menetap untuk beberapa minggu setelah penghentian amiodaron. Pengurangan dosis amiodaron mungkin diperlukan tetapi harus
dilakukan secara perlahan – lahan dan bertahap turun setiap minggunya dan disesuaikan dengan kondisi dan pasiennya.
e. Eritromisin dan teofilina
Tipe interaksi obat : Farmakokinetik (penghambatan enzim). Eritromisina menghambat metabolisme teofilina oleh hati; oleh sebab itu
eritromisina mengurangi klirens teofilina dan meningkatkan konsentrasi teofilina dalam darah.
Makna klinis : Efek ini telah terdokumentasi dengan baik dan sudah dikenal. Pasien tertentu mempunyai resiko tinggi menghasilkan
kadar teofilina tinggi dalam darah. Pasien yang kadar teofilin dalam darahnya sudah tinggi atau pasien yang memperoleh pengobatan
dengan teofilina dosis tinggi, merupakan pasien berisiko tinggi. Teofilina mempunyai rentang terapi sempit; konsentrasi teofilina
dalam plasma berkisar antara 10 – 20 mg/liter diperlukan untuk memperoleh efek bronkodilatasi yang memuaskan. Kadar teofilina
Gabungan IO ekstensi 2007/ page 36of 37
dalam plasma yang lebih besar dari nilai tersebut dapat menyebabkab toksisitas, misalnya takikardia, palpitasi, mual, gangguan
pencernaan, insomnia, aritmia dan konvulsi.
Saran : pemantauan kadar teofilina dalam darah diperlukan untuk menentukan apakahpasien tersebut berisiko mengalami keracunan
akibat interaksi obat. Dokter seharusnya diberitahu untuk memantau kondisi pasien dan memperhatikan bilamana pasien tersebut
mualdan muntah. Disarankan untuk mengurangi dosis teofilina bila pasien tersebut memperoleh pengobatan dengan eritromisina,
namun semuanya bergantung pada kadar teofilina dalam darah.
f. Makanan yang mengandung kalsium dan tetrasiklin
Tipe interaksi obat :: Tetrasiklin mempunyai afinitas yang kuat pada kation divalen dan trivalen. Kation kation tersebut meliputi
ion kalsium (Ca2+) yang terdapat dalam makanan yang mengandung kalsium (juga dalam susu); Ion aluminium dan magnesium yang
terdapat dalam antasida dan ;ion besi ,yang terdapat dalam multivitamin. Kelat (chelates) yang jadi akibat interaksi ion- tetrasiklin
misalnya kelat kalsium tetrasiklin, lebih sulit diabsorbsi dari saluran pencernaan. Jadi kadar tetrasiklin dalam plasma lebih rendah dan
aktivitas antibakterinya berkurang.
Makna klinis : merupakan interaksi yang sudah dikenal. Pengurangan kadar tetrasiklin dalam plasma dapat mencapai 50-80 %,
menghasilkan efek antibiotika yang dapat diabaikan (tidak efektif).
Saran : pemberian tetrasiklin dan makanan yang mengadung kalsium (atau antasida yang mengandung kalsium, aluminium,
magnesium) harus dipisah. Biasanya, pasien disarankan untuk minum tetrasiklin satu jam sebelum makanan. Untuk mengatasi efek
iritasi pada lambung, pasien disarankan untuk minum banyak air. Sebagai tambahan ada kemungkinan organisme penyebab infeksi
sensitif terhadap antibiotika yang lain, sehingga lebih baik menggunakan antibiotika lain daripada menggunakan tetrasiklin.
Pasien Yang Rentan Terhadap Interaksi Obat
Orang lanjut usia
Orang yang minum lebih dari satu macam obat
Pasien yang mempunyai gangguan fungsi ginjal dan hati
Pasien dengan penyakit akut
Pasien dengan penyakit yang tidak stabil
Pasien yang memiliki karakteristik genetic tertentu
Pasien yang dirawat oleh lebih dari satu dokter
Pasien lanjut usia mempunyai resiko yang lebih tinggi , karena :
Lebih berkemungkinan memperoleh terapi berbagai macam obat sehingga berpotensi gangguan fungsi ginjal dan hati.
Kepatuhan pasien yang kurang
Adanya gangguan degenerative yang mempengaruhi banyak sistem dan mengganggu mekanisme kompensasi homeostatic.
Contohnya, obat golongan diuretic dapat mengurangi ekskresi litium, pasien dapat distabilisasi dengan baik pada pengobatan kombinasi.
Tetapi penyakit ikutan yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit dapat mengubah kadar litium dalam plasma, sehingga
menyebabkan hilangnya efek atau toksisitas litium.
Penanggulangan interaksi obat
1. Penambahan senyawa dari makanan
Contoh :
- Fenitoin dengan vitamin D dapat menyebabkan efek vitamin D berkurang, akibatnya terjadi defisiensi yang menimbulkan riketsia pada
anak-anak. Cara penanggulangannya adalah memakan makanan yang kaya vitamin D dan cukup terkena sinar matahari.
2. Mengeluarkan obat dari saluran cerna dengan cara merangsang muntah atau emesis, lavage, laksansia dan adsorben (contoh : norit,
bersifat menyerapa racun dan zat-zat lain dilambung).
3. Dialisis
Adalah suatu proses untuk membersihkan darah berguna untuk menghilangkan atau mengurangi zat-zat sisa metabolisme yang
berbahaya
DAFTAR PUSTAKA
1. Stockley, I.H., 1999, Drug Interaction, fifth edition, Pharmaceutical Press, London2. www.fkuii.org , diakses tanggal 10 mei 20093. http://www.i-base.info/itpc/Indonesian/spirita/docs/Lembaran-Informasi/LI419.pdf diakses tanggal 10 mei 20094. http://www.iwandarmansjah.web.id/attachment/at_Interaksi.ppt diakses tanggal 10 mei 20095. http://mediapenunjangmedis.dikirismanto.com/interaksi-obat-pada-penanganan-diare.html