Top Banner
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 9 ISSN 2085-319X Info Tek Media Bahan Bakar Nabati dan Perkebunan InfoTek Perkebunan diterbitkan setiap bulan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Volume 11, Nomor 3, Maret 2019 Publikasi Semi Populer Alamat Redaksi: Jalan Tentara Pelajar No.1, Bogor 16111. Telp. (0251) 8313083. Faks. (0251) 8336194. email: go.id [email protected]. http//perkebunan.litbang.pertanian.go.id Dana: APBN 2018 DIPA Puslitbang Perkebunan Design: Zainal Mahmud Pencepatan Umur Produktif Kemiri Sunan (Reutealis trisperma) melalui Teknologi Penyambungan Tanaman kemiri sunan merupakan komoditas pertanian yang ditetapkan sebagai salah satu sumber energi alternatif. Inovasi teknologi budidaya mempunyai peran yang sangat penting dalam mendukung pengembangan sistem agribisnis kemiri sunan yang efisien dan berdaya saing tinggi. Kendala utama dalam pengembangan tanaman kemiri sunan adalah umur produktifnya lambat, secara alami mulai berbuah pada umur 5-6 tahun setelah tanam, sehingga perlu dilakukan Penyambungan dilakukan dengan menggabungkan keung- gulan dari calon bagian tajuk yang memiliki potensi produksi tinggi sebagai batang atas dengan calon batang bawah dari bahan tanaman yang mampu beradaptasi pada kondisi lingkungan biotik dan abiotik marginal. Bahan tanaman hasil sambungan merupakan kombinasi batang bawah yang memiliki keunggulan akar tunggang yang kuat, distribusi perakaran yang luas, dan batang yang kokoh, sedang batang atas memiliki keunggulan produktivitas dan rendemen minyak yang tinggi. Tanaman kemiri varietas Sunan 1 memiliki keunggulan performa tajuk dan perakaran yang lebih kokoh tetapi kualitas minyaknya lebih rendah dibandingkan kemiri varietas Sunan 2. Melalui teknik penyambungan dengan memanfaatkan keung- gulan kemiri Sunan 1 yang kokoh sebagai batang bawah dan kemiri Sunan 2 yang memiliki produktivitas, kadar minyak dan kualitas minyak tinggi sebagai batang atas, sehingga dua karakter unggul menyatu dalam satu tanaman komposit. Keberhasilan suatu sambungan ditentukan oleh kompatibi- litas antara batang bawah dan batang atas, kualitas batang bawah dan batang atas, waktu penyambungan, peralatan pendukung, keterampilan dan ketelitian dalam pelaksanaan penyambungan, serta pemeliharaan tanaman hasil sambungan. Dalam upaya peningkatan produktivitas tanaman hasil sambungan, keberhasilan penyambungan harus diikuti dengan penerapan teknik budidaya yang baik. Hasil pengamatan tanaman kemiri sunan umur 3 tahun memperlihatkan tanaman hasil sambungan umur produktifnya lebih cepat dibanding tanaman tanpa penyambungan (berasal dari biji). Persentase tanaman berbunga tertinggi terlihat pada tanaman sambungan K1/K1 sambungan V diikuti K1/K1 sambung miring, K1/K2 sambung V dan K1/K2 sambung miring. Sedangkan pada tanaman yang berasal dari biji (tanpa sambungan) belum memasuki fase reproduktif (pembungaan) (Gambar 2). Per- cepatan pembungaan ini disebabkan batang atas (entres) yang digunakan berasal dari tanaman yang sudah berproduksi, sehingga tanaman sambungan kombinasi dua individu tanaman dapat mempercepat umur produktif tanaman (Gambar 1). Selain itu tanaman hasil sambungan habitusnya lebih pen- dek dan pertumbuhan tajuknya mendatar sehingga memudah- kan operasional panen. Tanaman yang pendek akan memudah- kan teknik budidaya, misalnya penyemprotan, pemangkasan, Gambar 1. a) Tanaman hasil penyambungan batang bawah de- ngan perakaran yang kekar dan batang atas yang memiliki produktivitas dan rendemen minyak tinggi, b) pelaksanaan penyambungan di persemaian: ca- bang yang akan digunakan sebagai batang atas dihilangkan daunnya; cara penyambungan lancip ke bawah berbentuk huruf V., c) pemeliharaan tanaman hasil penyambungan di persemaian dan d) Keragaan tanaman kemiri sunan dari biji dan hasil sambungan pada umur 4 tahun Gambar 2. Persentase tanaman berbunga pada kombinasi dan cara penyambungan tanaman kemiri sunan Editorial Inovasi teknologi perlu dikembangkan untuk mempercepat umur produksi tanaman tahunan. Pada nomor ini dibahas tentang teknologi penyambungan pada tanaman tahunan artikel lain mengulas tentang potensi dan prospek pengem- bangan cengkeh di Sumatera Barat sebagai sumber benih, produk cengkeh maupun bahan industri minyak atsiri. Selain itu pada artikel lainnya diuraikan tentang upaya peningkatan daya berkecambah pada benih aren dengan menggunakan benih dari berbagai tandan dan posisi buah pada tandan (spikelet). Redaksi a b c d pemanenan, dan lain-lain (M.Cholid/PenelitiBalittas). percepatan umur produktif kurang dari 5 tahun. Upaya peningkatan produksi kemiri sunan dan percepatan umur produktif dapat dilakukan melalui teknologi penyambungan (grafting). kemiri sunan yang dapat mempercepat pembungaan. Pada
4

InfoTek ISSN 2085-319Xperkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/10/Info-Tekbun-11-3-2019.pdfpohon (jarak tanam 10 x 10 m), maka panen pada umur tanaman cengkeh 35

Jan 18, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: InfoTek ISSN 2085-319Xperkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/10/Info-Tekbun-11-3-2019.pdfpohon (jarak tanam 10 x 10 m), maka panen pada umur tanaman cengkeh 35

Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 9

ISSN 2085-319X

InfoTekMedia Bahan Bakar Nabati dan Perkebunan

InfoTek Perkebunan diterbitkan setiap bulan oleh Pusat Penelitiandan Pengembangan Perkebunan,

Badan Penelitian danPengembangan Pertanian

Volume 11, Nomor 3, Maret 2019 Publikasi Semi Populer

Alamat Redaksi:Jalan Tentara Pelajar No.1, Bogor 16111.Telp. (0251) 8313083. Faks. (0251) 8336194.email: [email protected]//perkebunan.litbang.pertanian.go.idDana: APBN 2018 DIPA Puslitbang PerkebunanDesign: Zainal Mahmud

Pencepatan Umur Produktif Kemiri Sunan (Reutealis trisperma) melalui Teknologi Penyambungan

Tanaman kemiri sunan merupakan komoditas pertanian yang ditetapkan sebagai salah satu sumber energi alternatif. Inovasi teknologi budidaya mempunyai peran yang sangat penting dalam mendukung pengembangan sistem agribisnis kemiri sunan yang efisien dan berdaya saing tinggi. Kendala utama dalam pengembangan tanaman kemiri sunan adalah umur produktifnya lambat, secara alami mulai berbuah pada umur 5-6 tahun setelah tanam, sehingga perlu dilakukan

Penyambungan dilakukan dengan menggabungkan keung-gulan dari calon bagian tajuk yang memiliki potensi produksi tinggi sebagai batang atas dengan calon batang bawah dari bahan tanaman yang mampu beradaptasi pada kondisi lingkungan biotik dan abiotik marginal. Bahan tanaman hasil sambungan merupakan kombinasi batang bawah yang memiliki keunggulan akar tunggang yang kuat, distribusi perakaran yang luas, dan batang yang kokoh, sedang batang atas memiliki keunggulan produktivitas dan rendemen minyak yang tinggi.

Tanaman kemiri varietas Sunan 1 memiliki keunggulan performa tajuk dan perakaran yang lebih kokoh tetapi kualitas minyaknya lebih rendah dibandingkan kemiri varietas Sunan 2. Melalui teknik penyambungan dengan memanfaatkan keung-gulan kemiri Sunan 1 yang kokoh sebagai batang bawah dan kemiri Sunan 2 yang memiliki produktivitas, kadar minyak dan kualitas minyak tinggi sebagai batang atas, sehingga dua karakter unggul menyatu dalam satu tanaman komposit.

Keberhasilan suatu sambungan ditentukan oleh kompatibi-litas antara batang bawah dan batang atas, kualitas batang bawah dan batang atas, waktu penyambungan, peralatan pendukung, keterampilan dan ketelitian dalam pelaksanaan penyambungan, serta pemeliharaan tanaman hasil sambungan. Dalam upaya peningkatan produktivitas tanaman hasil sambungan, keberhasilan penyambungan harus diikuti dengan penerapan teknik budidaya yang baik. Hasil pengamatan tanaman kemiri sunan umur 3 tahun memperlihatkan tanaman hasil sambungan umur produktifnya lebih cepat dibanding

tanaman tanpa penyambungan (berasal dari biji). Persentase tanaman berbunga tertinggi terlihat pada tanaman sambungan K1/K1 sambungan V diikuti K1/K1 sambung miring, K1/K2 sambung V dan K1/K2 sambung miring. Sedangkan pada tanaman yang berasal dari biji (tanpa sambungan) belum memasuki fase reproduktif (pembungaan) (Gambar 2). Per-cepatan pembungaan ini disebabkan batang atas (entres) yang digunakan berasal dari tanaman yang sudah berproduksi, sehingga tanaman sambungan kombinasi dua individu tanaman dapat mempercepat umur produktif tanaman (Gambar 1).

Selain itu tanaman hasil sambungan habitusnya lebih pen-dek dan pertumbuhan tajuknya mendatar sehingga memudah-kan operasional panen. Tanaman yang pendek akan memudah-kan teknik budidaya, misalnya penyemprotan, pemangkasan,

Gambar 1. a) Tanaman hasil penyambungan batang bawah de-ngan perakaran yang kekar dan batang atas yang memiliki produktivitas dan rendemen minyak tinggi, b) pelaksanaan penyambungan di persemaian: ca-bang yang akan digunakan sebagai batang atas dihilangkan daunnya; cara penyambungan lancip ke bawah berbentuk huruf V., c) pemeliharaan tanaman hasil penyambungan di persemaian dan d) Keragaan tanaman kemiri sunan dari biji dan hasil sambungan pada umur 4 tahun

Gambar 2. Persentase tanaman berbunga pada kombinasi dan

cara penyambungan tanaman kemiri sunan

Editorial

Inovasi teknologi perlu dikembangkan untuk mempercepat umur produksi tanaman tahunan. Pada nomor ini dibahas tentang teknologi penyambungan pada tanaman tahunan

artikel lain mengulas tentang potensi dan prospek pengem-bangan cengkeh di Sumatera Barat sebagai sumber benih, produk cengkeh maupun bahan industri minyak atsiri. Selain itu pada artikel lainnya diuraikan tentang upaya peningkatan daya berkecambah pada benih aren dengan menggunakan benih dari berbagai tandan dan posisi buah pada tandan (spikelet).

Redaksi

a b

c d

pemanenan, dan lain-lain (M. Cholid/Peneliti Balittas).

percepatan umur produktif kurang dari 5 tahun. Upaya peningkatan produksi kemiri sunan dan percepatan umur produktif dapat dilakukan melalui teknologi penyambungan (grafting).

kemiri sunan yang dapat mempercepat pembungaan. Pada

Page 2: InfoTek ISSN 2085-319Xperkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/10/Info-Tekbun-11-3-2019.pdfpohon (jarak tanam 10 x 10 m), maka panen pada umur tanaman cengkeh 35

10 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Potensi dan Prospek Pengembangan Cengkeh Di Sumatera Barat

Indonesia merupakan sentra produksi cengkeh terbesar di

dunia. Sumatera Barat merupakan salah satu sentra produksi

cengkeh yang meliputi yang 16 Kabupaten/Kota dan terbanyak

di Kepulauan Mentawai, Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten

Solok, Tanah Datar, Agam dan Kabupaten 50 Kota. Total luas

areal 8.305 ha; 2.033 TBM, 516 TTM/TR dan 5.756 ha TM dan

total produksi 1.894 ton. Petani yang terlibat sebanyak 24.458

KK (Ditjenbun, 2015-2017).

Areal pertanaman cengkeh di Sumatera Barat didominasi

oleh perkebunan rakyat dengan produktivitas 329 kg kering/ha.

kering/ha. Percengkehan Sumatera Barat berpotensi dan punya

prospek yang baik untuk dikembangkan, namun menghadapi

beberapa kendala baik dari aspek produksi, pengolahan hasil,

pemasaran juga diversifikasi hasil. Aspek produksi, masalah

utama adalah rendahnya produktivitas karena kurangnya

pemeliharaan, belum menggunakan varietas unggul, banyak

tanaman tua (>50 tahun) serta serangan hama dan penyakit.

Menurut Bermawie et al. (2015), produksi cengkeh yang

rendah, antara lain disebabkan oleh produktivitas/pohon yang

rendah. Upaya peningkatan produksi dengan penggunaan benih

bermutu produksi tinggi, antara lain melalui pemilihan pohon

induk unggul lokal atau melakukan rehabilitasi pertanaman

cengkeh, yaitu menggantinya dengan varietas unggul yang

memiliki potensi hasil tinggi, seperti Zanzibar Karo potensi

spesifik lokasi, kebutuhan benih dapat dipenuhi dari Blok

Penghasil Tinggi (BPT) dan Pohon Induk Terpilih (PIT)

(Kepmentan, 2015; Bermawie et al. 2015 dan Wahyudi A., 2013)

Sumatera Barat sudah mempuyai BPT dengan 10 PIT dari

53 pohon induk yang ada, umur ±45 tahun, luas lahan 1,5

hektar yang merupakan hasil observasi dan evaluasi Balittro

bersama Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Per-

kebunan (BBP2TP) Medan dan Balai Pengawasan dan Peng-

ujian Mutu Benih (BP2MB) Sumatera Barat selama 4 tahun

(2011 - 2014). BPT ini tepatnya ada di Kenagarian Koto Anau

Kecamatan Lembang Jaya Kabupaten Solok yang di kelola oleh

Kelompok Tani Bernas.

Menurut Bermawie et al. (2015) ke 10 PIT berbunga setiap

tahun dengan hasil beragam, apa bila iklim mendukung dengan

berfluktuasi, dibandingkan dengan PIT lainnya (Tabel 1).

Merujuk kepada hasil observasi dan evaluasi Bermawie et al

(2015) rata-rata produksi dari 10 PIT tersebut 96,54 kg

basah/pohon/tahun. Jika yang dibudidayakan adalah benih

yang berasal dari 10 PIT, untuk 1 ha lahan dengan populasi 100

pohon (jarak tanam 10 x 10 m), maka panen pada umur

tanaman cengkeh 35 - 40 tahun menghasilkan bunga cengkeh

sebanyak 9.654 kg basah/ha atau setara dengan 2.423,50 kg

bunga cengkeh kering/ha/tahun, dengan faktor koreksi 25%,

hasil bersih 1.810 kg (hampir mencapai produktivitas varietas

unggul nasional, yaitu 2. 000 kg kering / ha /tahun.

Dengan adanya BPT dan PIT, agribisnis benih cengkeh di

Sumbar cukup potensial. Pada bulan Oktober tahun 2014

melalui proyek pemerintah, 8.000 benih dari BPT Kelompok

Tani Bernas di salurkan ke seluruh petani cengkeh Kabupaten

Sumatera Barat, menghimbau kepada 19 Kabupaten/Kota di

Provinsi Sumatera Barat yang membidangi perkebunan, untuk

menginformasikan kepada seluruh penangkar benih di masing-

masing wilayah, jika melakukan pembibitan benih cengkeh,

agar mengambil benih dari BPT Cengkeh Poltan Bernas.

Berdasarkan informasi yang di dapat dari bagian pemasaran

benih cengkeh BPT Poltan Bernas, benih biji yang di jual pada

tahun 2015, 2016, 2017 masing-masing sebanyak 200.000,

97.000 dan 98.000 dan tahun 2018 150.000 benih.

Selain bunga kering dan benih, Provinsi Sumatera Barat

juga berpotensi untuk menjadi sentra produksi minyak atsiri.

Cengkeh juga merupakan sumber minyak atsiri yang dapat

diperoleh dari bunga (clove bud oil), daun (clove leaf oil) dan

tangkai daun cengkeh (clove stem oil). Namun di Sumatera

Barat, industri minyak atsiri belum dikembangkan secara

optimal. Padahal minyak cengkeh memiliki pasar yang luas baik

untuk industri farmasi, makanan, kosmetik dan untuk pestisida

nabati (Nurjanah, 2004; Wahyudi A., 2013; Anon, 2013 dan

Bermawie, 2017). Produksi minyak daun cengkeh Indonesia tahun 2010,

2.456.900 kg (Kementerian Pertanian, 2011). Pasokan minyak cengkeh Indonesia ke pasar dunia cukup besar (lebih dari 60% kebutuhan dunia). Maluku dengan luas tanam cengkeh 36.042 ha, rata-rata 100 pohon/hektar, potensi daun gugur 93.805 ton/tahun (= 1.861 ton minyak/tahun) atau rata - rata 2,6 ton daun gugur (= ±20 kg minyak)/ha/tahun). Hasil analisa menunjukkan, bahwa NPV >0, IRR = 49,2% > dari tingkat suku bunga yang berlaku (18%) dan ratio B/C 1,66 (Bustaman S., 2011). Suryana et al. (2005), dengan tingkat tingkat bunga modal sama 18% (flat), B/C 1,26, IRR 23%. Bank Indonesia (2007), B/C 1,96 dan IRR 55,66%, karena itu penyulingan minyak daun cengkeh layak untuk dikembangkan. Sumatera Barat dengan rata-rata populasi sama dengan Maluku, 100 pohon/ha, daun gugur ±2,6 ton (= 20 kg minyak)/ ha/tahun), maka untuk 8.305 ha dapat menghasilkan minyak daun cengkeh 63 ton/tahun. Potensi yang sangat besar ini perlu dikembangkan untuk meningkatkan pendapatan asli daerah

Tabel 1. Keragaam hasil PIT cengkeh populasi Bernas di Koto Anau, selama empat tahun

No PIT Produksi bunga basah per pohon (kg) Rara-rata

produksi (kg) 2011 2012 2013 2014

1 82,6 130,3 98,5 178,1 122,4

2 105,5 137,3 109,5 171,1 130,8

3 52,7 124,4 43,8 142,3 90,8

4 52,7 75,6 59,7 156,2 86,1

5 48,8 102,5 24,9 150,2 81,6

6 73,6 75,6 63,7 173,1 96,5

7 52,7 86,6 96,5 127,4 90,8

8 40,8 95,5 65,7 124,4 81,6

9 77,6 108,5 48,8 128,4 90,8

10 64,7 104,5 76,6 130,3 94,0

Rata-rata 96,54

Sumber: Bermawie et al. (2015) (Ermiati/Peneliti Balittro).

Potensi produksi varitas unggul nasional mencapai 2.000 kg

produksi 10 - 74, Cengkeh Afo 87 - 110, Zanzibar Gorontalo

102 - 110 dan cengkeh Tuni Bursel 118,2 - 174,6 kg

basah/pohon/tahun yang merupakan varietas unggul spesifik

lokasi. Untuk daerah yang belum memiliki varietas unggul

pemupukan intensif, fluktuasi hasil dapat ditekan, ke 10 PIT

yang diobservasi, panen raya cenderung terjadi sekali dua tahun

dan khusus PIT 2 menunjukkan hasil yang relatif tidak

Solok melalui 7 kelompok tani. Pada tahun 2015, Disbun

Page 3: InfoTek ISSN 2085-319Xperkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/10/Info-Tekbun-11-3-2019.pdfpohon (jarak tanam 10 x 10 m), maka panen pada umur tanaman cengkeh 35

11Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Potensi Perlakuan Posisi Tandan dan Letak Buah dalam Meningkatkan Daya Berkecambah Benih Aren

Luas aren di Indonesia pada tahun 2009 mencapai 65.406 ha, yang terdiri dari 18.287 ha (28,0%) tanaman muda, 39.336 ha (60%) tanaman produktif dan 7.783 ha (12%) tanaman rusak atau tidak produktif. Total produksi 42.018 ton (dihitung sebagai gula merah). Luas areal pertanaman aren dan produksi gula aren terbesar adalah Jawa Barat, kemudian diikuti oleh Sumatera Utara, Bengkulu, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Maluku Utara (Ditjenbun, 2011). Sampai saat ini sistem pengusahaan aren berupa perkebunan rakyat dan penanganannya dilakukan secara tradisional atau turun temurun.

Aren merupakan tanaman yang potensial untuk di kem-bangkan sebagai biofuel seperti: kelapa sawit, kelapa, jarak pagar, ubi kayu, ubi jalar, tebu, sorgum, nipah dan lontar (Sumaryono, 2006). Aren adalah penghasil biofuel yang potensial untuk dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan nasional telah dicanangkan 6,40 juta ha selama 2005-2015 untuk ditanam tanaman penghasil biofuel. Potensi etanol yang

dan apabila dihitung dari luasan yang ada hanya 50% yang berproduksi, maka tanaman aren berperan menyumbang etanol sebesar 610 juta liter/tahun (Allorerung, 2007).

Tanaman aren ini layak untuk diusahakan dan di-kembangkan karena produksi nira yang tinggi, hasil produksi cukup tinggi sedangkan biaya rendah (ekonomis), di segi lain sangat cocok dijadikan tanaman konservasi air dan tanah. Selain itu tanaman aren ini menghasilkan biomas di atas tanah dan dalam tanah yang sangat besar sehingga berperan penting dalam siklus CO2 (Syakir dan Effendi, 2010).

Permasalahan pokok pada pengembangan tanaman aren yaitu bahwa benih aren secara alami memiliki masa dormansi yang cukup lama, yaitu bervariasi dari 4 - 12 bulan yang terutama disebabkan oleh kulit yang keras dan impermeable sehingga menghambat terjadinya imbibisi air ke dalam benih (Saleh, 2004). Beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan berkecambah dan daya berkecambah (viabilitas benih) antara lain kematangan benih, zat inhibitor perkecambahan seperti ABA, faktor genetik aren, bentuk dan berat buah serta

2000). Salah satu usaha yang dilakukan dalam memenuhi jumlah

kebutuhan bibit aren adalah menggunakan paket teknologi pemecahan dormansi benih untuk mendapatkan benih yang cepat berkecambah dengan daya berekecambah yang optimal. Kriteria buah yang siap untuk dijadikan benih pinang adalah buah yang matang penuh dan diambil dari bagian tengah tandan (Anonim, 2004). Hasil penelitian dari Setyowati (2009) menunjukkan bahwa benih Picrasma Javanica BI (Kayu Paek) yang matang memiliki daya kecambah dan respon per-tumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan benih yang

dipanen premature. Hasil penelitian menunjukkan bahwa benih aren yang

berasal dari tandan kelima dengan letak buah ditengah tangkai (spikelet bagian tengah) memiliki ukuran benih lebih besar dan seragam dan memiliki daya berkecambah lebih tinggi daripada benih aren yang berasal dari tandan buah ketujuh maupun tandan ketiga dengan letak buah dalam tangkai buah (spikelet). Penampilan buah pangkal spikelet, buah tengah spikelet dan buah ujung spikelet (Gambar 1). Daya berkecambah benih aren pada posisi tandan dan letak buah pada spikelet, menunjukan tandan ujung lebih baik demikian juga fungsi buah di tengah daya kecambah lebih tinggi dari pada pangkal dan ujung buah.

Sumber: Muhammad Nur, 2013.

Gambar 1. Penampilan buah aren pada a) buah pada pangkal Spikelet, b) buah pada bagian tengah Spikelet dan c) buah pada ujung Spikelat

Tabel 1. Daya kecambah (%) benih aren pada posisi tandan dan letak buah pada spikelet

Posisi Tandan

Letak buah pada tankai buah (Spikelet)

Pangkal tangkai Tengah

tangkai Ujung tangkai

Tandan 2 8,89 8,89 15,56

Tandan 4 24,44 37,78 8,89

Tandan 6 6,67 6,67 15,56

Sumber Muhammad Nur, 2013.

Pelindung Dr. Fadjry Djufry

(Kepala Puslitbang Perkebunan)

Penanggung Jawab Dr. Jelfina Constansje Alouw

Pemimpin Redaksi Dr. Nurliani Bermawie

Anggota Dr. Joko Pitono

Dr. Rr. Sri Hartati Dr. Rita Harni

Dr. Suci Wulandari

Redaksi Pelaksana Dr. Saefudin

Sudarsono.SE Elfiansyah Damanik

a

b

c

berasal dari nira aren dapat mencapai 20.160 liter/ha/tahun,

lingkungan tumbuh benih (Asikin dan Puspitaningtyasi,

Page 4: InfoTek ISSN 2085-319Xperkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2019/10/Info-Tekbun-11-3-2019.pdfpohon (jarak tanam 10 x 10 m), maka panen pada umur tanaman cengkeh 35

12 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

InfoTek Perkebunan memuat informasi mengenai perkembangan bahan bakar nabati dan teknologi perkebunan;inovasi teknologi yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian cq Puslitbang Perkebunan dan instansi lain; opini, atau gagasanberdasarkan hasil penelitian dalam bidang teknik, rekayasa, sosial ekonomi; serta tanya-jawab seputar bahan bakar nabati dan teknologi perkebunan. Redaksi menerima pertanyaan-pertanyaan seputar bahan bakar nabati dan teknologi perkebunan yang akan dijawab oleh para peneliti Puslitbang Perkebunan. Selain dalam bentuk tercetak, InfoTek Perkebunan juga tersedia dalam bentuk elektronis yang dapat diakses secara on-line pada: http//perkebunan.litbang.deptan.go.id

ISSN 2085-319X

9 772085 319001

kesejahteraan petani (Jelfina C. Alouw/PuslitbangPerkebunan).

Pengolahan Minyak Seraiwangi dan Produk Turunannya

Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) 18 - 20 Februari 2019 melakukan pendampingan “Bimbingan Teknis Pengolahan Minyak Seraiwangi dan Produk Turunan-nya”, terhadap 5 orang yang berprofesi sebagai petani dan 2 orang sebagai pendamping dari Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Pemerintah Pakpak Bharat. Kegiatan merupakan pengembangan industri pengolahan komoditas unggulan di Pakpak Bharat sehingga masyarakat lebih memahami cara pengolahan penyulingan minyak seraiwangi serta belajar membuat produk turunannya, sehingga dapat menambah penghasilan khususnya untuk masyarakat Pakpak

Usaha dan UMKM Dinas Koperasi, Usaha, Mikro, Kecil dan Menengah Pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat sekaligus Ketua rombongan peserta Bimbingan teknis.

Bimbingan teknis ini dibuka oleh Kepala Balittro Dr. Ir. Wiratno, M. Env. Mgt., didampingi Kepala Seksi Jasa Penelitian Dra. Nur Maslahah, MSi dan Narasumber Ir. Sofiana Bagem Sembiring.

Dalam sambutannya juga Wiratno, menyampaikan bahwa seraiwangi dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati. Pestisida nabati yang terbuat dari bahan-bahan alami tentu lebih aman karena mudah terurai dan tidak menimbulkan residu. Salah satu bahan alami yang bisa digunakan untuk mengendalikan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) adalah minyak atsiri seraiwangi (Cymbopogon nardus). Minyak serai wangi bisa digunakan untuk menghambat perkembangan bahkan membunuh hama tanaman.

Bimbingan teknis selain pemaparan materi oleh narasumber Sofiana Bagem Sembiring dilakukan juga teknis praktek pengolahan penyulingan, praktek pembuatan balsem, pembuatan sabun dan pembuatan lotion khusus komoditas Seraiwangi serta kunjungan lapang ke Unit pengelola benih sumber, Kebun Wisata Tanaman Obat dan Griya Jamu.

Kegiatan ini diharapkan dapat dikembangkan di Pakpak Bharat karena Seraiwangi merupakan salah satu jenis tanam-an minyak atsiri yang memiliki potensi yang baik untuk dikem-bangkan mengingat Indonesia memiliki keunggulan kompa-ratif dalam penyediaan bahan bakunya. Selain itu pembangun-an minyak atsiri akan menimbulkan efek berganda berupa pe-ningkatan pendapatan petani tanaman atsiri, pembukaan lapang kerja di bidang agroindustri serta pengenalan sistem

Mengoptimalkan Pengolahan Pala Tomandin Fakfak Secara Terpadu

Melalui Sentuhan Teknologi

Indonesia bersama dengan India dan Guatemala merupakan tiga negara penghasil dan pengekspor biji dan fuli pala terbesar di dunia. Negara tujuan ekspor pala Indonesia antara lain Vietnam, Amerika Serikat, Belanda, Jerman dan Italia. Pala di Indonesia sebagian besar (± 99%) dihasilkan oleh perkebunan rakyat. Kabupaten Fakfak bersama dengan Kabupaten Kaimana adalah daerah penghasil pala utama di Provinsi Papua Barat. Di Kabupaten ini, pala belum dibudidayakan layaknya perkebun-an, karena sebagian besar masih berupa hutan yang tersebar di beberapa distrik. Berbagai produk bernilai ekonomi tinggi se-bagai bahan baku kosmetik, obat-obatan dan makanan bisa dihasilkan dari pala, namun di Fakfak, belum banyak produk jadi yang dihasilkan dan penanganan pasca panennya masih tradisional menggunakan peralatan seadanya.

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Per-tanian (BBP2TP) menyelenggarakan Bimbingan Teknis (BIM-TEK) dengan tema “Inovasi Teknologi mendukung peningkatan produksi dan ekspor komoditas pala Fakfak era millennial” pada Jumat 8 Maret 2019, bertempat di Balai Pelatihan Kab. Fakfak. Kegiatan BIMTEK dihadiri oleh Wakil Ketua Komisi IV DPR-RI, Dr. Michael Wattimena, Bupati Fakfak yang diwakili oleh Assisten II Perekonomian dan Administrasi Pembangunan, Charles Kambu, S.Sos, MSi, Kepala BBP2TP yang diwakili oleh Kabid KSPHP Puslitbangbun, Ir, Jelfina C. Alouw, MSc, PhD, Kepala BPTP Papua Barat, Ir. Demas Wamaer, MP, Dandim, organisasi perangkat daerah (OPD) Kab. Fakfak dan UPT verti-kal terkait, serta sekitar 200 petani pala di Kab. Fakfak.

Pada sambutan selamat datang, Jelfina menyampaikan bah-wa Indonesia berada pada posisi pertama di dunia dari sisi luas areal pala, namun masih berada pada posisi kedua setelah Grenala dari sisi produksi dan berada pada posisi ketiga setelah India dan Grenala dari volume eksport. Indonesia masih punya potensi besar untuk menempati posisi pertama mengingat pala dari Indonesia sangat diminati pasar internasional karena cita rasanya yang khas. Saat ini pengetahuan mengenai teknik budidaya dan pola panen belum sesuai, yang berdampak pada menurunnya kualitas pala sehingga petani memiliki posisi ta-war yang rendah. Penguatan kapasitas petugas lapang dan ke-lembagaan komoditi pala untuk mendukung program pengem-bangan pala kedepan diperlukan kata Jelfina.

Badan Litbang Pertanian telah menghasilkan sejumlah tek-nologi dan inovasi mulai dari aspek budidaya sampai pena-nganan pasca panen, untuk mendukung pengembangan pala di Fakfak. Sinergi di antara pemangku kepentingan perlu diting-katkan dan Pala Tomandin Fakfak yang oleh penduduk dikenal sebagai Pala Papua (Myristica argentea Warb.) telah men-dapatkan Indikasi Geografis (IG) pada tahun 2016 kata Kambu dalam sambutannya mewakli Bupati Fakfak. Pala Tomadin Fakfak memiliki beberapa karakteristik fisik dan kimia yang berbeda dengan jenis pala lainnya antara lain buah yang lebih besar dan lonjong serta kandungan trimysristin yang lebih tinggi dari pala Banda dan cita rasa yang khas. Sertifikat IG pada areal pala Tomandin Fakfak seluas ± 16.000 ha diharapkan dapat meningkatkan permintaan pasar dan

Gambar 1 : Bimbingan Teknis Pengolahan Minyak Seraiwangi

dan Produk Turunannya”.

dan perilaku industri di pedesaan (Efiana/Staf Jaslit Balittro).