Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 13 ISSN 2085-319X Info Tek Media Bahan Bakar Nabati dan Perkebunan InfoTek Perkebunan diterbitkan setiap bulan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Volume 11, Nomor 4, April 2019 Publikasi Semi Populer Alamat Redaksi: Jalan Tentara Pelajar No.1, Bogor 16111. Telp. (0251) 8313083. Faks. (0251) 8336194. email: go.id [email protected]. http//perkebunan.litbang.pertanian.go.id Dana: APBN 2018 DIPA Puslitbang Perkebunan Design: Zainal Mahmud Mengenal Hama Pascapanen Necrobia rufipes pada Kopra Kelapa merupakan salah satu tanaman penghasil minyak kelapa untuk bahan baku pangan dan produk-produk industri. Pengembangan komoditas ini mengalami beberapa kendala salah satu di antaranya adalah adanya gangguan hama gudang dan pascapanen. Produk buah kelapa (kopra) biasanya dijemur (Gambar 1) sebelum disimpan di gudang terbuka atau gudang tertutup. Pada saat penyimpanan kopra yang tidak tepat akan diserang oleh hama gudang yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan dan kehilangan berat karena adanya aktivitas hama yang secara langsung akan berpengaruh pada kuantitas dan kualitas produk. Besarnya kerusakan dan kehilangan tergantung dari cara hama menyerang atau merusak. Pengenalan hama pascapanen dimaksudkan untuk memudahkan dalam pengendalian. Hasil observasi pembuatan kopra petani di Minahasa Utara, teridentifikasi adanya hama gudang kopra yaitu N. rufipes. Serangga dewasa ber- ukuran 4 - 5 mm. Permukaan atas tubuh berwarna kebiru- biruan metalik dan mengkilap. Bagian permukaan bawah perut berwarna hijau gelap. Tungkai berwana coklat kemerahan atau orange. Antena berwarna cokelat kemerahan dengan ujungnya berwarna cokelat tua atau hitam (Gambar 2a dan 2b). Hama ini aktif baik siang maupun malam hari. Telur diletakkan di celah celah retakan kopra di tempat tersembunyi. Setelah menetas larva akan menggerek dan merusak kopra. N. rufipes menyukai kopra yang berkualitas rendah, dengan kadar air tinggi, sehingga menyebabkan udara di dalam tempat penyimpanan kopra tersebut menjadi lembab dan basah. Hal tersebut merupakan suatu kondisi yang cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan N. rufipes. Kualitas kopra yang rendah disebabkan antara lain buah kelapa yang dipanen masih muda (belum saatnya dipanen), pengeringan kopra yang kurang maksimal sehingga kadar air kopra masih tinggi dan cara penyimpanan serta kondisi tempat penyimpanan belum memadai. Serangan hama N. rufipes dapat dicegah dengan cara menjaga kebersihan gudang, menjaga suhu dan kelembaban gudang dengan kisaran 25 - 37 0 C serta menurunkan tingkat kadar air kopra. Untuk pengendalian secara alami meng- gunakan pestisida nabati yaitu daun dan biji srikaya karena senyawa toksin dalam biji srikaya dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan serangga serta dapat mematikan serangga Gambar 1. Buah kelapa yang dijemur untuk kopra Gambar 2. Kumbang N. rufipes. a) kumbang betina, b) kumbang jantan Editorial Produksi dan mutu merupakan faktor utama di dalam budidaya tanaman perkebunan, termasuk pada tanaman kelapa, kopi dan kakao. Pada edisi ini dibahas mengenai hama pascapanen pada kopra yang dapat menyebabkan penurunan kuantitas dan kualitas produk kopra. Pada artikel lain dibahas tentang Korolla, yaitu varietas unggul baru kopi Robusta asal Lampung Barat yang memiliki cita rasa excellent, sehingga dapat memberikan pilihan varietas bagi petani kopi. Selain itu juga diulas tentang tingkat adopsi teknologi anjuran oleh petani kakao di Kabupaten Aceh Timur. Redaksi (NovalisaLumentut/PenelitiBalitPalma)
4
Embed
InfoTek ISSN 2085-319Xperkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · 2020. 1. 9. · Mengenal Hama Pascapanen Necrobia rufipes pada Kopra ... biruan metalik dan mengkilap.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 13
ISSN 2085-319X
InfoTekMedia Bahan Bakar Nabati dan Perkebunan
InfoTek Perkebunan diterbitkan setiap bulan oleh Pusat Penelitiandan Pengembangan Perkebunan,
Badan Penelitian danPengembangan Pertanian
Volume 11, Nomor 4, April 2019 Publikasi Semi Populer
Alamat Redaksi:Jalan Tentara Pelajar No.1, Bogor 16111.Telp. (0251) 8313083. Faks. (0251) 8336194.email: [email protected]//perkebunan.litbang.pertanian.go.idDana: APBN 2018 DIPA Puslitbang PerkebunanDesign: Zainal Mahmud
Mengenal Hama Pascapanen Necrobia rufipes pada Kopra
Kelapa merupakan salah satu tanaman penghasil minyak
kelapa untuk bahan baku pangan dan produk-produk industri.
Pengembangan komoditas ini mengalami beberapa kendala
salah satu di antaranya adalah adanya gangguan hama gudang
dan pascapanen.
Produk buah kelapa (kopra) biasanya dijemur (Gambar 1)
sebelum disimpan di gudang terbuka atau gudang tertutup.
Pada saat penyimpanan kopra yang tidak tepat akan diserang
oleh hama gudang yang dapat mengakibatkan terjadinya
kerusakan dan kehilangan berat karena adanya aktivitas hama
yang secara langsung akan berpengaruh pada kuantitas dan
kualitas produk. Besarnya kerusakan dan kehilangan
tergantung dari cara hama menyerang atau merusak.
Pengenalan hama pascapanen dimaksudkan untuk
memudahkan dalam pengendalian. Hasil observasi pembuatan
kopra petani di Minahasa Utara, teridentifikasi adanya hama
gudang kopra yaitu N. rufipes. Serangga dewasa ber-
ukuran 4 - 5 mm. Permukaan atas tubuh berwarna kebiru-
biruan metalik dan mengkilap. Bagian permukaan bawah perut
berwarna hijau gelap. Tungkai berwana coklat kemerahan atau
orange. Antena berwarna cokelat kemerahan dengan ujungnya
berwarna cokelat tua atau hitam (Gambar 2a dan 2b). Hama ini
aktif baik siang maupun malam hari. Telur diletakkan di celah
celah retakan kopra di tempat tersembunyi. Setelah menetas
larva akan menggerek dan merusak kopra.
N. rufipes menyukai kopra yang berkualitas rendah, dengan
kadar air tinggi, sehingga menyebabkan udara di dalam tempat
penyimpanan kopra tersebut menjadi lembab dan basah.
Hal tersebut merupakan suatu kondisi yang cocok untuk
pertumbuhan dan perkembangan N. rufipes. Kualitas kopra
yang rendah disebabkan antara lain buah kelapa yang dipanen
masih muda (belum saatnya dipanen), pengeringan kopra yang
kurang maksimal sehingga kadar air kopra masih tinggi dan
cara penyimpanan serta kondisi tempat penyimpanan belum
memadai.
Serangan hama N. rufipes dapat dicegah dengan cara
menjaga kebersihan gudang, menjaga suhu dan kelembaban
gudang dengan kisaran 25 - 370C serta menurunkan tingkat
kadar air kopra. Untuk pengendalian secara alami meng-
gunakan pestisida nabati yaitu daun dan biji srikaya karena
senyawa toksin dalam biji srikaya dapat menghambat
pertumbuhan dan perkembangan serangga serta dapat
mematikan serangga
Gambar 1. Buah kelapa yang dijemur untuk kopra
Gambar 2. Kumbang N. rufipes. a) kumbang betina, b)
kumbang jantan
Editorial
Produksi dan mutu merupakan faktor utama di dalam
budidaya tanaman perkebunan, termasuk pada tanaman
kelapa, kopi dan kakao. Pada edisi ini dibahas mengenai hama
pascapanen pada kopra yang dapat menyebabkan penurunan
kuantitas dan kualitas produk kopra. Pada artikel lain dibahas
tentang Korolla, yaitu varietas unggul baru kopi Robusta asal
Lampung Barat yang memiliki cita rasa excellent, sehingga
dapat memberikan pilihan varietas bagi petani kopi. Selain itu
juga diulas tentang tingkat adopsi teknologi anjuran oleh
petani kakao di Kabupaten Aceh Timur.
Redaksi
(Novalisa Lumentut/Peneliti Balit Palma)
14 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
Varietas Unggul Baru Kopi: Korolla Klon Kopi Robusta Lampung Barat
Kopi Robusta (Cofeea canephora) terbagi dalam tiga ke-
lompok yaitu Guinean yang berasal dari Afrika Barat, Congolese
yang berasal dari Aftika Tengah dan Conillion. Kopi Robusta
yang berkembang di Indonesia sebagian besar kelompok Cong-
olese yang memiliki cita rasa lebih baik sebagai pencampur kopi
Arabika sehingga kopi Robusta asal Indonesia lebih digemari
konsumen. Di samping itu ketersediaan biji kopi setiap tahun-
nya seringkali tidak stabil disebabkan oleh sifat pembuahan
yang hanya berbuah lebat setiap dua tahun sekali (biannual
bearing), dan juga dipengaruhi oleh perubahan iklim.
Di Indonesia sentra produksi kopi Robusta adalah Provinsi
Lampung, Bengkulu dan Sumatera Selatan. Ketiga daerah ini
menghasilkan hampir 50% dari total produksi kopi Robusta
nasional.
Lampung merupakan salah satu daerah produsen utama
kopi Robusta di Indonesia, luas areal tanamannya mencapai
137.904 ha dengan total produksi 108.983 ton. Sedangkan kopi
Robusta di Kabupaten Lampung Barat mencapai 42.745 ton
Pengembangan tanaman kopi diarahkan untuk meningkat-
kan produksi. Salah satu faktor keberhasilan budidaya kopi ada-
lah digunakannya bahan tanaman unggul sesuai dengan kondisi
agroklimat tempat penanaman. Penyediaan benih kopi yang
berkualitas masih menjadi permasalahan yang mendasar. Klon
unggul merupakan salah satu komponen teknologi terpenting,
untuk mendukung kinerja dan kesinambungan industri
perkopian nasional yang efisien dan berdaya saing tinggi.
Korolla merupakan varietas unggul baru produksi tinggi dan
tahan terhadap PBKo serta tahan karat daun. Varietas kopi
Korolla telah dibudidayakan secara luas khususnya di Desa
Bodong Jaya, Kecamatan Tugu Jaya, Kabupaten Lampung
Barat.
Pengujian organoleptik (mutu seduhan = Cup test) untuk
mengetahui cita rasa/mutu kopi telah dilakukan dari setiap
klon yang diuji. Pengolahan biji kopi dari masing-masing klon
dilakukan dengan menggunakan olah kering dengan sinar
matahari penuh. Biji kopi untuk pengujian diperoleh dari kopi
yang dipanen dan diolah sesuai dengan standar pengolahan
yang dilakukan oleh Puslitkoka Jember.
Hasil uji organoleptik cita rasa kopi Robusta Lampung
Barat ditampilkan dalam bentuk komponen cita rasa antara
78,58 - 82,33. menunjukkan hasil “Very good dan
Excellent”. Nilai skor ini sudah melampaui nilai minimum
untuk kategori kopi specialty yaitu 80, sehingga potensial
untuk menghasilkan kopi spesial (Specialty coffee). Kopi
Robusta Lampung Barat menunjukkan skor keseragaman
(Uniform Cups) dan kebersihan rasa (Clean Cups) tinggi yaitu
mencapai 10 dari hasil pengujian cita rasa. Jika dibandingkan
dengan kopi yang sudah dilepas klon 534, nilai akhir kopi
Korolla 1 dan Korolla 2 lebih tinggi. Korolla 1 memiliki nilai cita
rasa 81,67 (Excellent) Caramelty, Chocolaty dan Mild,
sedangkan Korolla 2 memiliki nilai cita rasa 82,33 (Excellent)
Caramelty dan Chocolaty
Menurut SCAA, (2014) keseragaman (uniform) merupakan
karakteristik flavor yang konsisten, sedangkan kebersihan rasa
(clean cup) menunjukkan tidak ada jejak rasa/aroma negatif
yang mengganggu dari awal hirupan sampai tegukan terakhir.
Tabel 1. Karakter morfologi Klon Kopi Robusta lokal di Lampung Barat
Karakter Korolla 1 Korolla 2 Korolla 3 Korolla 4
Daun :
Warna daun muda Cokelat kehijauan Hijau Hijau muda Hijau
Warna daun tua Hijau Hijau Hijau tua Hijau tua
Ujung daun Tumpul meruncibg Tumpul Tumpul meruncing Runcing
Pamgkal daun Meruncing Meruncing Meruncing Membulat
Tepi daun Bergelombang Bergelombang Bergelombang Bergelombang jelas
Permukaan daun Bergelombang Bergelombang Bergelombang Bergelombang jelas
Warna pucuk Hijau kecoklatan Hijau kecoklatan Hijau kecoklatan Hijau kecoklatan
Panjang daun (cm) 21,58 1,13 19,82 0,07 21,58 1,13 19,65 1,98
Panjang tangkai daun (cm) 1,22 0,00 1,42 0,52 1,22 0,00 1,42 0,28
Buah :
Ukuran buah Sedang Sedang Sedang Sedang
Bentuk buah Bulat Bulat Bulat Bulat
Warna buah muda Kuning Hijau Hijau terang Hijau
Warna buah tua Merah Merah Merah Merah
Panjang buah (mm) 15,33 006 17,70 3,87 16,20 15,02 0,04
Lebar buah (nn) 15,25 1,32 13,78 0,69 13,04 13,91 0,40
Tebal buah (mm) 12,71 1,90 13,07 1,94 12,96 12,38 0,44
Ukuran diskus Kecil Kecil Kecil Kecil
Jumlah buah/dompol 28,13 0,90 20,07 2,12 28,13 0,90 37,90
Jumlah buah/cabang 13,25 2,83 10,47 1,41 13,15 2,83 14,80
Jarak antar dompol 3,29 0,14 2,56 0,78 3,29 0,14 3,90
Biji
Bentuk biji Oval Oval Oval Oval
Panjang biji (mm) 9,90 10,40 9,50 10,40
Lebar biji (mm) 7,90 8,40 7,30 7,90
Diameter biji (mm) 4,70 4,80 4,40 4,70
Biji Normal (%) 75 57 90 81
Biji Tunggal (%) 10 22 2 5
Biji Gajah (%) 15 21 8 12
Biji triase (%) 0 0 0 0
Cita rasa (%) 81,67 Excellent 82,33 Excellent 78,80 Very Good 80,83 Excellent
Ketahanan terhadap PBKo 16,78 17,34 14,93 18,86
Karat daun 15,79 13,23 17,56 20,27
Gambar 1. Penampilan bentuk dan warna biji kopi Robusta Lampung Barat a) Klon 1, b) Klon 2, c) Klon 3, d) Klon 4, dan e) Penampilan buah Korolla 1, f) Penampilan buah Korolla 2
a b c d
e f
(Laba Udarno/Peneliti Balittri)
15Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
Pelindung Dr. Fadjry Djufry
(Kepala Puslitbang Perkebunan)
Penanggung Jawab Dr. Jelfina Constansje Alouw
Pemimpin Redaksi Dr. Nurliani Bermawie
Anggota Dr. Joko Pitono
Dr. Rr. Sri Hartati Dr. Rita Harni
Dr. Suci Wulandari
Redaksi Pelaksana Dr. Saefudin
Sudarsono.SE Elfiansyah Damanik
Adopsi Teknologi Anjuran Oleh Petani Kakao di Kabupaten Aceh Timur
Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan poten-sial dan sekaligus merupakan tanaman unggulan di Kabupaten Aceh Timur. Tetapi dalam perkembangan produktivitas kakao di Aceh Timur mengalami penurunan dari 819 kg/ha pada tahun 2010 menjadi 785 kg/ha pada tahun 2017. Produktivitas ini tentu jauh dibawah potensi produksi yang dapat dihasilkan klon unggul atau kakao hibrida hingga mencapai 1.500 - 2.000 kg/ha/tahun. Upaya untuk meningkatkan produktivitas kakao sudah diperkenalkan oleh pemerintah semenjak tahun 2005 di Desa Pante Rambong yang merupakan salah satu sentra penghasil kakao di Kabupaten Aceh Timur. Adapun teknologi peningkatan produktivitas yang diperkenalkan antara lain: (1) penyambungan samping, (2) pembuatan drainase, (3) pemu-pukan, (4) pengendalian OPT dan (5) cara pemangkasan.
Sejak tahun 2005 petani di Desa Pante Rambong telah diperkenalkan dengan teknologi budidaya, seperti (1) sambung samping, (2) pembuatan drainase, (3) pemupukan, (4) pengendalian OPT dan (5) pemangkasan.
Petani telah mengusahakan tanaman kakao lebih dari 15 tahun. Kondisi tanaman kakao saat ini banyak yang sudah tua, sehingga akan mengganggu produksi. Untuk itu perlu diting-katkan, salah satunya dengan cara teknik sambung samping. Teknik ini menggunakan batang atas (entres) dari kakao klon unggul yang kemudian disambungkan pada batang tanaman kakao dengan tujuan untuk menghasilkan tanaman baru yang lebih produktif (Nai, 2013). Teknik sambung samping telah diperkenalkan sejak tahun 2010, namun belum banyak dilakukan oleh petani, karena terbatasnya pengetahuan dan keterampilan petani. Serta belum tersedianya berbagai klon unggul introduksi maupun klon lokal yang dapat dijadikan sebagai sumber entres.
Teknologi lain yang telah diperkenalkan adalah pembuatan drainase. Drainase dibuat di sekeliling kebun dan di tengah-tengah kebun dengan lebar sekitar 30 cm. Secara teknis drainase ini berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal.
Pemupukan juga telah diperkenalkan, meliputi pemu-pukan organik (pupuk kandang dan pupuk daun) dan anorganik (pupuk Urea, TSP dan KCL). Petani umumnya telah mengenal cara pemupukan tanaman kakao, namun tidak banyak petani yang melakukannya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan modal petani untuk membeli pupuk, meskipun pupuk tersebut cukup tersedia di pasar kecamatan yang jaraknya relatif dekat dari Desa Pante Rambong.
Teknologi pengendalian hama dan penyakit juga telah diperkenalkan, namun belum dilakukan secara optimal karena terbatasnya kemampuan dan pengetahuan petani dalam mengenal berbagai jenis serangan hama dan penyakit. Jenis hama yang menyerang tanaman kakao di antaranya adalah
(1) Pengisap Kulit Buah Kakao, (2) Penggerek Buah Kakao (PBK), dan (3). Penggerek Batang dan Cabang. Secara teknis pengendalian PBK telah diperkenalkan secara mekanik, dengan mengatur naungan, secara biologis, menggunakan semut hitam dan secara kimia penggunaan insektisida. Serangan hama dan penyakit pada kakao, hampir terjadi setiap tahun, namun usaha pengendalian OPT tidak dilakukan karena petani umumnya tidak mengetahui jenis hama yang menyerang dan cara mengendalikannya, serta tidak memiliki modal untuk membeli pestisida.
Teknologi pemangkasan kakao juga telah diperkenalkan. Teknologi ini erat kaitannya dengan upaya untuk memperoleh produksi yang maksimal. Namun, sebagian besar petani kakao di Desa Pante Rambong tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan pemangkasan.
Secara umum penguasaan teknologi budidaya kakao di Desa Pante Rambong masih belum memadai. Hal ini tercermin dari anjuran teknologi yang belum seluruhnya diterapkan oleh petani. Keterbatasan informasi yang diterima petani, karena belum optimalnya pelayanan penyuluhan dan rendahnya tingkat pendidikan masyarakat Desa Pante Rambong, me-rupakan penyebab rendahnya penguasaan teknologi.
Potensi pengembangan dan peningkatan produksi komo-ditas kakao masih berpeluang untuk dilakukan melalui intro-duksi teknologi secara intensif. Teknologi yang dibutuhkan para petani, terkait dengan peningkatan produksi dan mutu kakao adalah: (1) Teknologi Pembibitan; (2) Teknologi Budidaya dan (3) Teknologi Panen dan Pascapanen.
Identifikasi kebutuhan teknologi untuk mendukung pengembangan usahatani kakao di wilayah ini, disampaikan melalui diagram pohon (Gambar 1). Pada diagram dijelaskan masalah, antisipasinya dan kebutuhan inovasi teknologi.
IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI
Gambar 1. Diagram Identifikasi Kebutuhan Teknologi Kakao
MASALAH SUMBER MASALAH AKAR MASALAH ANTISIPASI MASALAH KEBUTUHAN INOVASI
Ketersediaan sarana produksi
Penyediaan sarana produksi
Kelembagaan sarana produksi
Petani tidak melakukan pemupukan dengan baik dan menggunakan bibit mutu rendah
Sarana produksi tidak terjangkau petani
Informasi sistem pembiayaan usahatani
Skema pembiayaan
Petani tidak/belum tahu teknologi pemupukan pengendalian OPT, pemangkasan, rehabilitasi
Informasi tentang keter-sediaan dan penggunaan teknologi, pemupukan, OPT, pemangkasan, rehabilitasi
Peremajaan rehabilitasi tanaman pengelolan pohon penanung santasi, pengendalian hama dan penyakit
PRODUKTIVITAS KAKAO RENDAH
Tidak ada posisi tawar
Harga rendah
Informasi tentang posisi tawar petani
Penguatan kelembagaan petani dan Kemitrraan
Mutu tidak baik Informasi pasca panen dan mutu produk
Penyuluhan pascapanen
Bagian harga diterima petani rendah
Informasi harga pasar untuk petani
Penumbuhan kelembagaan pemasaran hasil
(Iwan S Anugerah dan Valeriana D/PSEKP)
16 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
InfoTek Perkebunan memuat informasi mengenai perkembangan bahan bakar nabati dan teknologi perkebunan;inovasi teknologi yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian cq Puslitbang Perkebunan dan instansi lain; opini, atau gagasanberdasarkan hasil penelitian dalam bidang teknik, rekayasa, sosial ekonomi; serta tanya-jawab seputar bahan bakar nabati dan teknologi perkebunan. Redaksi menerima pertanyaan-pertanyaan seputar bahan bakar nabati dan teknologi perkebunan yang akan dijawab oleh para peneliti Puslitbang Perkebunan. Selain dalam bentuk tercetak, InfoTek Perkebunan juga tersedia dalam bentuk elektronis yang dapat diakses secara on-line pada: http//perkebunan.litbang.deptan.go.id
ISSN 2085-319X
9 772085 319001
Kepala Badan Litbang Pertanian Resmikan Laboratorium Terpadu
BALITTAS
Laboratorium merupakan salah satu unit kerja yang sangat diperlukan untuk menunjang kegiatan penelitian pada suatu balai penelitian. Dalam memberikan pelayanan pengujian, analisis, identifikasi dan pengolahan, maka laboratorium selalu mengutamakan mutu hasil kerja atau pengujian/analisis dan kepuasan pelanggan serta menjamin pelaksanaan pengujian sesuai prosedur standar. Pengujian atau analisis dilakukan secara profesional menggunakan fasilitas dan peralatan yang terkalibrasi dan standar berdasarkan manajemen mutu terpadu dan panduan mutu yang mengacu pada ISO 17025-2008.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Dr. Ir. Fadjry Djufry, M.Si., meresmikan Laboratorium Terpadu Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas) di Malang (3/04/19). Laboratorium terpadu ini terdiri dari empat lantai yang pembangunannya dimulai pada tahun 2013 dan mulai operasional pada tahun 2018, ujar Kepala Balittas Dr. Muchammad Cholid dalam sambutan selamat datangnya. Lantai 1 diperuntukkan untuk kegiatan preparasi, lantai 2 untuk kegiatan bioteknologi dan kultur jaringan, lantai 3 kegiatan bioprosesing, dan lantai 4 untuk kegiatan biokontrol. dengan adanya laboratorium terpadu, pekerjaan dapat menjadi lebih efisien dalam menunjang kegiatan penelitian dan pencapaian hasil analisis yang akurat sehingga dapat menghasilkan karya tulis ilmiah yang dapat dipublikasi pada Jurnal terindeks global.
Kepala Balitbangtan dalam sambutannya menyampaikan bahwa laboratorium yang tangguh merupakan salah satu penciri lembaga penelitian yang handal. Peralatan yang stan-dar dan sumber daya manusia yang profesional dibutuhkan untuk menjamin terselengaranya penelitian di laboratorium dalam menghasilkan data atau hasil penelitian yang akurat. “Pengujian dan analisis harus mengikuti perkembangan tek-nologi dalam menghadapi era global, guna memberi jaminan konsistensi, kompetensi serta teknis pengujian dan secara berkelanjutan meningkatkan/menyempurnakan efektivitas sis-tem manajemen,” ujar Kepala Balitbangtan.
Selanjutnya Kepala Balitbangtan meresmikan Labora-torium Terpadu Balittas dengan melakukan pengguntingan pita dan penandatanganan prasasti yang disaksikan oleh Sekretaris Balitbangtan Dr. M. Prama Yufdy, jajaran pejabat lingkup Balitbangtan, peneliti dan para undangan yang hadir. Rombongan selanjutnya meninjau ruangan dan peralatan serta kegiatan yang berlangsung di laboratorium, dipandu oleh Kepala Balittas yang didampingi oleh para penanggung jawab kegiatan. Pengelolaan laboratorium dapat dioptimalkan untuk memberikan hasil penelitian yang akurat, serta dapat
Rintisan Kerja Sama Fakultas Pertanian UNTIRTA dan Puslitbang Perkebunan
Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (UNTIRTA) Prof. Dr. Ir. Nurmayulis, M.P beserta Wakil Dekan dan dosen UNTIRTA berkunjung ke Puslitbang Perkebunan (29/04/2019), untuk melakukan rintisan kerja sama dengan Puslitbang Perkebunan. Ruang lingkup kerja sama akan diperluas meliputi sinergisitas program dan kegiatan, pembimbingan akademis mahasiswa, praktek kerja lapangan (PKL), kegiatan seminar dan konferensi. Kunjungan tersebut merupakan tindak lanjut dari MoU yang sudah ditandatangani antara UNTIRTA dan Badan Litbang Pertanian.
Pada kesempatan kunjungan tersebut, Nurmayulis menyampaikan, bahwa sebelumnya Kapuslitbang Perkebunan yang saat ini menjabat sebagai Kepala Balitbangtan Dr. Ir. Fadjry Djufry, M.Si mendorong untuk melakukan kerja sama dengan Puslitbang Perkebunan mengingat potensi, SDM dan sarana prasarana yang tersedia di Puslitbangbun. UNTIRTA mengajak Puslitbang Perkebunan untuk bekerja sama dalam penyelenggaraan “The 1st International Conference on Agriculture and Rural Development (ICARD) pada 8 - 9 Agustus 2019 di Serang Banten. Beliau berharap Puslitbang Perkebunan dapat berkontribusi dalam penyelenggaran kegiatan tersebut terutama dalam keikutsertaan peneliti Lingkup Puslitbang Perkebunan sebagai peserta.
Ir. Jelfina C Alouw, M.Sc,. PhD selaku Kepala Bidang KSPHP di dampingi Kepala Sub Bidang Kerja Sama Dr. Saefudin menyambut dengan baik rencana kerja sama tersebut. Jelfina, menekankan pentingnya kerja sama dengan perguruan tinggi dalam upaya penderasan diseminasi dan share teknologi terutama pada pengembangan komoditas perkebunan. Lebih lanjut Jelfina menekankan pentingnya bentuk kerja sama dalam pembimbingan mahasiswa dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya yang ada baik di UNTIRTA maupun Puslitbang Perkebunan. Dokumen pendukung sebagai payung hukum pelaksanaan kerjasama agar dapat disiapkan segera pungkas Jelfina mengakhiri pertemuan dengan UNTIRTA.
Gambar 1. Diskusi Rintisan Kerjasama Puslitbangbun dan
Untirta
(Saefudin dan Je lf ina C. A louw/Pusl itbangPerkebunan)