Top Banner

of 12

Informatika Edisi Interaktif Lebaran 1 Syawal 1434 H

Apr 02, 2018

Download

Documents

ekawahyuhb
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 7/27/2019 Informatika Edisi Interaktif Lebaran 1 Syawal 1434 H

    1/12

  • 7/27/2019 Informatika Edisi Interaktif Lebaran 1 Syawal 1434 H

    2/12

    Edisi Interaktif Lebaran 1 Syawal 1434 H

    Editorial

    2Email:[email protected]

    Telp / Mobile:01113320397/01129739162

    Alamat Redaksi:Wisma Nusantara, 8 Wahran St. Rabea el-Adawea , Nasr City, Cairo, Egypt.

    Web Master:Lukmanul Hakim, Dana Ahmad Dahlani

    Distributor dan Periklanan:Lina Nabila Ahmad: +201142274707Nisaul Mujahidah : +201144938061

    Layouter & Ilustrator:Miftah Firdaus, M Hanif Ilyas

    Editor:Abdul Wahid Satunggal, Ahwazy Anhar,Kurniawan Saputra, Umar Abdulloh

    Reporter:Abdi Zakaria, Assadullah Rouf, Ikhwan Hakim,Miftakhuddin Wibowo, Miftah Firdaus, Pangeran ArsyadIhsanulhaq, Suhardi Junaidi, Aisyah Ummu Fadhilah,Farah Arifiatul Maula, Fatimah Nurul Khoiriyah, HielyaAbdurrahman, Kamila Etna Larasati, Khoirun Nisa,Nashirat Zimam Alhusna, Nur Fitria Qurrotu Aini,

    Rabbani Rizqi Fadhila, Raidah Sekar Harani, Ratih Ayu

    Redaktur Ahli:Ahmad Satriawan Hariadi, Fajar Pradika,Lc., Hilmy Mubarok, Sayyid Zuhdi, S.S.,Fitra Yuzarni, Rini Arianti, Nurul Azizah, AyuRizki Amalia

    Penanggungjawab:

    Koordinator Departemen Media danKomunikasi ICMI Orsat Kairo

    Pengarah:Drs. Ahmad Isrona

    Alfakhri Zakirman, Lc.Indra Gunawan, Lc.

    Pelindung:Ketua Umum ICMI Orsat Kairo

    Dewan Redaksi:Barmawi Mahral, Arif Yusuf, Ilham Sujefri,Khalid Mudtastir, Yusrizal, Akfini BifadlikaGhofar, Rafika Nur Jannah

    Sekretaris Redaksi:Nisaul Mujahidah

    Pemimpin Redaksi:Achmad Fawatih Nurizqi

    Pemimpin Usaha:Lina Nabila Ahmad

    Pemimpin Umum:Fakhry Emil Habib A

    Jakarta sepi! Puluhan ribupenghuninya kini mudik, ujarberita di sebuah koran harian.

    Seorang kawan manakala mendengarnya

    sontak heran, lalu hening,O, iya, kansekarang mau lebaran. Ia pun tersenyum.Tak tahu, senyum bahagia kah atau apa?Tapi, yang saya tahu bulan Ramadhanakan meninggalkan kita lagi. Benar,lebaran tiba setelah kepergian Ramadhan.Suasana indah nan mempesona; jamaahtarawih, bangun sahur, puasa seharian,berbuka bersama dan baca al-Quran dimasjid, serta kenangan-kenangan lain turutpergi bersamanya. Bulan suci yangkemarin ditunggu-tunggu kini telah berlalu.

    Sadar atau tidak, mereka yangmemenangi puasa tahun ini wajib berterima

    kasih. Benar-benar kesyukuran luar biasabisa melewati Ramadhan di Mesir hingga

    hari kemenangan, 1 syawal 1434 H.Kondisi negara sekarang yang berbedadengan tahun-tahun sebelumnya. Semuaserba sulit tak tahu sampai kapan.

    Bersyukur dengan menampakkannikmat yang dianugrahkan. Salah satunyamelalui zakat fitrah dan mal. Allah tahukemampuan hamba-Nya, maka iaperintahkan kita membayar zakat. Allahjuga memerintahkan sebagian dari kitasebagai amil yang bertanggung jawabmenyalurkannya muzakki. Amanat ataspengumpulan zakat dan pendistribusiannyabukan tugas yang mudah dan berhubungandengan pemisahan kewajiban dengan hakpara hamba-Nya.

    Masisir juga tak terlepas dari takliftersebut. Sebagian lainnya memperolehhaknya dari saudaranya. Lalu panitiasebagai amilin pun dibentuk. Semuamampu dilaksanakan oleh Masisir sendiri.

    Dari Masisir, oleh Masisir dan UntukMasisir. Begitulah ucapan salah seorangamilzakat Masisir.

    Begitu pula dalam menyambut hari

    nan fitri. Masisir di kampung halamanorang juga memiliki trend sendirimenjelang hari kemenangan. Berbedadengan di tanah air, ramah tamah alaMasisir dan open house bersama seluruhWNI, termasuk pejabat KBRI Kairomerupakan keistimewaan tersendiri.Kondisi jauh dari keluaga takmemadamkan hangatnya kebersamaanlebaran WNI di Mesir. Namun adakah itusemua tahun ini?

    Di kalangan Masisir, momenmerayakan Idulfitri bersama dan openhouse secara tak langsung dapat

    mengingatkan detik-

    detik bersamakeluarga tercinta. Sensasi hari raya di luarnegeri dapat dibuat lebih berkesan. Apalagiyang tak berjumpa keluarga sekian tahunlamanya, tergantikan dengan keluargaIndonesia di tanah Mesir. Lebaran alaMasisir dan WNI di Mesir pasti memilikitempat tersendiri di hati mereka, paramukimin.

    Memilih menetap sambilmenghabiskan liburan di perantauanadalah keputusan berat. Melewati TheLast Ten Days of Ramadhan in Egypt,sepuluh hari terakhir Ramadhan di Mesir,sedang teman-teman lainnya pulangkampung menjelma menjadi pengalamanbaru tak tergantikan. Menghabiskan umurberjuang di tanah rantau tak ada ruginya.Apakah sama berlebaran dengan keluargatercinta dengan lebaran Masisir sambilstudi sembari merindu bertemu keluarga?Taqabbalallahu minna wa minkum,

    taqabbal Ya Karim.

    Lebaran di Rantau

    Ralat Edisi Magang Juli 2013Pada edisi interaktif ini kami ingin meminta maaf dan meralat beberapa kesalahan tulisanpada edisi magang lalu, yaitu:-Kemas yang benar Kemass

    -Limass yang benar Limas-Fakultas Senat Ushuluddin (FSU) yang benar Senat Fakultas Ushuluddin(Sema-FU).-Lembaga Ikatan Persaudaraan Qari' dan Qariah Indonesia (LIPQI) yang benar IkatanPersaudaraan Qori dan Qoriah Indonesia (IPQI)-Starring Committe yang benar Steering Committee-Jamil Abdul Latief mahasiswa Fakultas Ushuluddin yang benar Fakultas DirasatIslamiyah-Nurfaizi Suwanto yang benar Nurfaizi Suwandi.-Ariq Khudloni yang benar Ariq Udlohi

  • 7/27/2019 Informatika Edisi Interaktif Lebaran 1 Syawal 1434 H

    3/12

    Edisi Interaktif Lebaran 1 Syawal 1434 H 3

    Selengkapnya...Hal 8

    Suara Mayoritas

    Akhirnya, terpaksa aparat

    keamanan mengalihkan lalu

    lintas karena jamaahmenggunakan jalan raya untuk beribadah,

    ujar Fauzan Azmi, mahasiswa Universitas

    Cadi Ayyad, Maroko. Inilah fenomena

    membludaknya jamaah ketika Idul Fitri di

    Maghrib alias Maroko. Di negara gerbang

    penyebaran Islam di Spanyol itu masjid-

    masjid ramai dikunjungi sejak awal

    Ramadhan, apalagi ketika sepuluh hari

    terakhir.

    Menurut pria asal Padang ini,

    di pagi hari sebelum salat Id, menu

    milwi dan naknak sangat pas untuk

    sarapan, baru mereka berangkat ke

    KBRI Rabat guna melaksanakan salat

    Id bersama para WNI. Detik-detik akhir

    Ramadhan di perantauan yang kadang

    hening, beralih menjadi ajang

    silaturahim. Momen itu mampu

    menghadirkan suasana haru bagi

    jamaah (WNI, red.), aku Fauzan.

    Layaknya di Mesir, suasana lebaran di

    Maroko pun tidak jauh berbeda. Hari raya

    terbesar mereka Idul Adha, bahkan nuansa

    Idul Fitri sendiri terkesan tidak ada,

    ungkap DJ PPI Maroko ini.Uniknya dalam masalah zakat

    fitrah, khalayak Maroko lebih memilih

    memberikannya berbentuk uang untuk

    dibelikan gandum oleh muzakki. Zakat

    fitrah sebesar 50 Dirham, imbuhnya.

    Di Pakistan, WNI melaksanakan

    salat berjamaah dan buka puasa bersama

    di embassy, 3 kali tiap minggunya: hari

    Jumat, Sabtu dan Ahad. Untuk

    memeriahkan Idul Fitri, mereka turut

    mengadakan open house. Mereka

    memasak sendiri, ujar Firosyurrahman,

    mahasiswa Universitas Islamabad,

    Fakultas Studi Islam jurusanHadis. Meski

    demikian, terkadang pada hari-hari tertentu

    ia dan kawan WNI lainnya lebih memilih

    berbuka puasa di Masjid Faishal.Menurutnya, jumlah mahasiswa

    Indonesia di negara yang dikepalai oleh

    Mamnoon Hussain ini hanya sekitar 68

    jiwa. Uniknya, mereka dan khalayak

    Pakistan selalu berlomba-lomba menghafal

    al-Quran tiap bulan suci Ramadhan. Tak

    ketinggalan, PPMI Pakistan turut

    menyelenggarakan program tadarus one

    day one juz bagi mahasiswa Indonesia

    guna mengisi waktu luang. Ada pula Pekan

    Orientasi Perkenalan, kegiatan keilmuan,

    iktikaf bersama dan daurah summeroleh

    lembaga khusus dengan tema tentang

    negara Pakistan, mahasiswa dan

    keamanannya. Hingga saat ini PPMI

    Pakistan telah berhasil menerbitkan

    warta dan buku berjudul KURMA (Kuliah

    Ramadhan), imbuh pemuda yang

    bernama lengkap Muhammad

    Firosyurrahman itu.

    Salat tarawih di negara

    pecahan India itu rata-rata berjumlah 20

    rakaat dengan mengkhatamkan 1 juz per

    hari. Suhu yang mencapai 40 derajat

    celcius, ditambah durasi puasa selama 17

    jam, menjadi tantangan berkesan bagi

    umat Muslim di Pakistan. Untuk santapan

    berbuka, mereka tidak menjadikan nasi

    sebagai makanan pokoknya, melainkan

    paratha, roti bulat semacampizza. Untuklebaran di sini tidak ada makanan khas,

    Mengintip Ramadhan dan Lebaran Mancanegara

    Ketika manusia terlahir ke duniaini, tanpa disadari itu adalahsebuah pilihan. Pilihan yang

    diberikan oleh sang Khalik untuk

    melanjutkan kehidupan yang sudahditakdirkan. Tidak ada seorang pun yangtahu apa yang akan terjadi esok, bahkansatu menit ke depan. Hidup ini sudahmenjadi takdir dalam ketentuan-Nya.Tugas manusia adalah memanfaatkanwaktu yang dimilikinya dengan sebaik-baiknya.

    Dalam dua belas bulan dalamsetahun, kita tahu bahwa ada satu bulanyang sangat istimewa. Satu bulan yangselalu di nanti penuh harap. Bulan yangsemua orang berlomba-lomba untukberbuat kebaikan dan mencari pahala di

    dalamnya. Dialah Ramadhan, bulan yangpenuh dengan ampunan Allah dan berlakusebagai tolak ukur penyucian diri setiapinsan sampai dipertemukan satu Syawalnanti, hari kemenangan bagi umat Islam.

    Hari ketika umat Muslim mampumengukur sejauh mana pencapaian dari30 hari sebelumnya, pun ketika merekasaling berlomba mendapatkan LailatulQadr. Satu-satunya malam yang al-Quranmengistimewakannya sebagai malamyang lebih baik dari seribu bulan,sebagaimana firman Allah: Malamkemuliaan itu lebih baik daripada seribubulan,(al-Qadr:3).

    Ramadhan juga memilikipelbagai keutamaan lain, yakni bulanpertama kali al-Quran diturunkan. BulanRamadhan adalah (bulan) yang didalamnya diturunkannya al-Quran, (al-Baqarah: 184). Keistimewaan lainnya, dibulan ini, segala amalan dilipatgandakanpahalanya. Maka seyogyanya jangan sia-siakan waktu Ramadhan hanya untukberleha-leha, menonton atau tidur saja.Banyak aktivitas lain yang lebihbermanfaat untuk mengisi bulan nanpernuh rahmat ini, karena kita tidakmampu memastikan untuk sanggup

    bertemu dengan bulan penuh ampunan inisekali lagi atau tidak.

    Pada bulan ini, umat Muslimtidak hanya dilatih menahan rasa lapardan haus, akan tetapi dilatih juga untuk

    menahan amarah dan hawa nafsu. Kitaditempadan diuji agar menjadi insan yangberkualitas, agar saat hari kemenangan dibulan Syawal nanti, kemenangan dankesucian diri yang kita raih itu mutlak,bukan sekedar berkat.

    Inilah hakikat kemenangansesungguhnya. Bukan hanya mampumelewati masa satu bulan penuhberpuasa menahan lapar dan dahaga

    saja. Krusialnya, kita mampu melewatisegala ujian dan cobaan sertamemaksimalkan Ramadhan dengansebaik-baiknya, tentu denganmemperbaiki segala yang kurang daribulan-bulan sebelumnya.

    Semoga kita semua bukanlah

    orang-orang yang merasa menang karena

    mampu melewati satu bulan puasa

    dengan menahan haus dan lapar saja,

    akan tetapi kita termasuk golongan orang-

    orang yang benar-benar mendapatkan

    hakikat kemenangan sesungguhnya.

    *Penus

    Oleh:Lina Nabila Ahmad*

    GerbangSelengkapnya... Hal 4

    Doc. Google

    Hakikat Kemenangan

  • 7/27/2019 Informatika Edisi Interaktif Lebaran 1 Syawal 1434 H

    4/12

    Edisi Interaktif Lebaran 1 Syawal 1434 H4

    tutur Firosy.

    Lain halnya dengan Negara Timur

    Tengah yang terletak di Semenanjung

    Arab, Kerajaan Saudi Arabia. Menurut

    Syarifuddin Akmal, mahasiswa Jamiah

    Islamiah Madinah asal Lamongan, suasana

    Ramadhan di negeri yang didirikan oleh

    Raja Abdul Aziz Ibnu Saud itu tak seramaitahun kemarin. Pasalnya, tahun ini sedang

    ada proyek perbaikan dan perluasan

    Haram, sehingga semua kuota umrah dan

    haji akhirnya berkurang. Tapi gak papa,

    justru sepi lebih bagus, celoteh pemuda

    kelahiran Malaysia ini.

    Meski hari raya adalah momen

    kegembiraan umat Muslim sedunia, namun

    tak demikian di negara-negara Eropa yang

    minoritas Muslim. Di Jerman terdapat

    peraturan-peraturan khusus menyangkut

    tata cara beribadah. Jika di Indonesia ataunegara Muslim lainnya, gema takbir dan

    shalawat serempak dilantunkan menjelang

    hari raya, di Jerman sebaliknya. Jangankan

    mendengar suara takbiran atau shalawat,

    bahkan mendengar kumandang azan

    sebagai penanda masuk waktu shalat pun

    tak bisa.

    Menurut Asyraf Rizkiyawan,

    Mahasiswa Fakultas Manajemen Bisnis,

    Niederrhein University of Applied Sciences,

    Jerman, jika mereka ingin mendengar

    gema takbir dan shalawat pada Hari Raya,

    haruslah berada dalam masjid. Pasalnya

    penduduk mayoritas yang non Muslim

    merasa terusik dengan suara-suara itu.

    Demi menjaga keharmonisan, pemerintah

    Jerman pun tak memperkenankan suara

    azan keluar dari masjid. Tidak hanya itu,

    jumlah masjid di sana juga terbatas dan

    lokasinya pun jauh. Kumandang azan pun

    tak pernah terdengar dari lorong-lorong

    kota, apalagi tradisi tadarus seperti di tanah

    air, tambah Asyraf.

    Karena itu, setiap Muslim Eropa

    wajib membekali diri dengan jadwal ibadahpribadi. Kejelian serta kecermatan setiap

    Muslim dalam mengamati waktu-waktu

    salat dan berbuka puasa benar-benar

    dituntut. Mereka yang berdomisili di negara

    4 musim ini harus berjibaku dengan

    pergantian waktu, jika tak mau timbul

    kekacauan jadwal hariannya.

    Durasi puasa pada musim panas

    di Jerman pun jelas lebih panjang, bahkan

    mencapai 18-19 jam. Terkadang, waktu

    puasa dimulai pukul 2.30 dini hari dan

    berakhir pukul 20.30 malamnya. Para

    mahasiswa biasa menyiasati hal tersebut

    dengan banyak mengonsumsi buah untuk

    menjaga cairan tubuh agar tetap seimbang.

    Umat Islam Jerman serempak

    melaksanakan puasa dan mendorong

    pengurus masjid mempersiapkan kegiatan

    Ramadhan dengan perlombaan untuk

    menyemarakkan bulan suci ini.

    Untuk urusan zakat sendiri

    biasanya mereka membayarkannya ke

    masjid-masjid terdekat. Namun sebagian

    mahasiswa Muslim Indonesia di Jermanbiasanya lebih memilih membayar kepada

    Forum Komunikasi Masyarakat Muslim

    (FKMM) Indonesia se-Jerman atau

    perwakilan dari tiap kota, seperti FORKOM

    (Forum Komunikasi Muslim se-Jerman).

    Umat Islam Indonesia di sana

    melaksanakan salat Id di daerahnya

    masing-masing. Dilanjutkan open house

    sesama kita, sehingga lebih berkesan,

    meski tak ada menu spesial untuk lebaran,

    ujar Asyraf yang berasal dari Makassar.

    Hari raya di Jerman pun terbilang

    unik. Salah satunya dalam penyampaian

    khutbah menggunakan dua bahasa.

    Khutbah pertama menggunakan Bahasa

    Arab, baru di khutbah selanjutnya

    berbahasa Jerman. Kemudian pelaksanaan

    salat Id dibedakan berdasarkan musim,

    pada musim panas maka shalat Id dimulai

    pukul 08.00 dan bila datang musim dingin

    salat Id dilaksanakan pukul 09.00 waktu

    setempat.

    Hal unik lainnya, masjid-masjid di

    negara ini lebih identik dengan ras bangsa

    yang memiliki dua corak, Turki dan Arab.

    Menjelang lebaran, mereka saling berlomba

    menyajikan makanan khas lebaran negara

    masing-masing. Masjid Maroko akan

    menghidangkan nasi beserta salad disirami

    ikan tuna dan tomat, lalu dihancurkan

    sebagai sausnya. Tak kalah dengan Masjid

    Maroko, Masjid Turki turut menghidangkanmakanan dengan menu sedikit berbeda,

    nasi daging ayam atau sapi dengan kuah

    opor dan semur sebagai makanan utama.

    Hari Raya memang terasa kurang

    lengkap jika tak ada hidangan yang

    tersajikan. Selain nasi daging dan salad,

    disajikan pula makanan semacam puding

    yang terbuat dari buah aprikot dicampur

    coklat atau keju sebagai hidangan penutup

    (dessert). Inilah salah satu ciri khas

    hidangan Maroko dan Turki ketika lebaran

    di Jerman. Berbeda dengan negaraMaroko aslinya, perayaan Idul Fitri di

    Jerman jauh lebih ramai dibanding Idul

    Adha, jelas David Randy Pasaribu,

    mahasiswa Kedokteran Philipps Marburg

    Universitat (UPM) yang kini berdomisili di

    Frankrut, Jerman.

    Beruntung, Mesir dengan populasi

    Muslim terbesar ke-7 di dunia mampu

    mempertahankan citra keislamannya.

    Hampir mirip dengan Jerman, di Prancis

    penduduk Muslimnya juga minoritas. Aroma

    Ramadhan sama sekali tak tercium di

    negeri Eiffel tersebut, apalagi lebaran.

    Sofie, mahasiswi Jurusan Manajemen

    Bisnis Internasional Quimper Bertagne

    Prancis, menambahkan bahwa tak ada

    perbedaan yang signifikan antara

    Ramadhan dengan bulan-bulan lainnya.

    Semua berjalan normal seperti hari biasa.

    Cobaan amat besar dirasakan oleh umat

    Islam, khususnya mahasiswa Indonesia

    yang tengah menuntut ilmu di negara

    tersebut, ujarnya.

    Gadis asal Bengkulu itu

    menjelaskan, penduduk non MuslimPrancis tak pernah menghiraukan kondisi

    umat Islam di sana. Ia juga mengingatkan

    hidup di negara orang, terlebih dengan

    penduduk Muslim minim, harus tetap

    berada pada koridor Islam serta tidak

    mengikuti budaya (buruk, red.). We have

    to keep going on the right lines, and dont

    ever try to do something bad for our habits.

    Its not a good idea, so bon courage at bon

    Ramadhan, imbuh mahasiswi bernama

    lengkap Sofie Qorry Aina ini. (Farah,

    Hielya)

    Doc. Google

  • 7/27/2019 Informatika Edisi Interaktif Lebaran 1 Syawal 1434 H

    5/12

    Edisi Interaktif Lebaran 1 Syawal 1434 H 5

  • 7/27/2019 Informatika Edisi Interaktif Lebaran 1 Syawal 1434 H

    6/12

    Edisi Interaktif Lebaran 1 Syawal 1434 H6

  • 7/27/2019 Informatika Edisi Interaktif Lebaran 1 Syawal 1434 H

    7/12

    Edisi Interaktif Lebaran 1 Syawal 1434 H 7

  • 7/27/2019 Informatika Edisi Interaktif Lebaran 1 Syawal 1434 H

    8/12

    Edisi Interaktif Lebaran 1 Syawal 1434 H8

  • 7/27/2019 Informatika Edisi Interaktif Lebaran 1 Syawal 1434 H

    9/12

    Edisi Interaktif Lebaran 1 Syawal 1434 H 9

    Sorot

    Hari Idul Fitri segera tiba.Tabuhan bedug, lantunantakbir, nikmatnya ketupat

    dan bermaaf-maafan dengan sanak famili

    biasanya menjadi agenda penting bagimereka yang berlebaran di Indonesia.Namun hal serupa tak didapatkan olehperantau yang menetap di negeri orang,termasuk di Mesir.

    Meski demikian, para perantautersebut bukan berarti tidak bisa merayakanlebaran. Sebagaimana kata stafPenerangan, Sosial dan Budaya, DahliaKusuma Dewi, KBRI Kairo selalumengadakan acara halalbihalal dansilaturahim antara seluruhWNI yang ada di Mesiryang biasa disebut open

    house, KBRI memangselalu menyelenggarakanacara open house setiaptahun bagi WNI yangtinggal di Mesir, baik itupelajar, mahasiswa, danTKI.

    Open housemerupakan agenda besarbagi KBRI sebab agendatersebut menjadi saranabagi Dubes danjajarannya untuk bertemudengan warga negaraIndonesia, agar dapatmeningkatkan hubungankekeluargaan danmempererat talisilaturrahim.

    Untuk menggelar agenda besartersebut, KBRI telah membentuk panitiaRamadhan dan Idul Fitri yang diketuai olehDrs. H.Sutrisno M. Pd, kepala sekolah SIC.Menurut Dahlia, sejauh ini KBRI dan panitiabelum membicarakan masalah open housesecara detail, karena perhatian KBRI lebihfokus kepada masalah keamanan WNIsekarang yang seakan-akan terancamakibat prahara perpolitikan Mesir.

    Open house tahun ini samaseperti open house tahun-tahun lalu, yangberbeda hanyalah kondisi Mesir saat ini. Didalam keadaan yang kurang aman ini KBRImasih mempertimbangkan tempat openhouse akan dilaksanakan. Apakah masjidas-Salam atau di KBRI Kairo sendiri diGarden City, tutur Dahlia.

    Mengenai tempat open house,untuk saat ini pihak KBRI masihmempertimbangkan situasi dan kondisi diMesir. Kalaupun di luar, apakah kondisimemungkinkan? Open house sudahmenjadi agenda kita, teknisnya melihat

    situasi, imbuh Dahlia.

    Pernah di KBRI tapi tempatnyakurang kondusif karena jauh sehinggamembutuhkan waktu lumayan lama untuksampai tujuan, tempatnya pun kurang luas.

    Jadi lebih nyaman di as-Salam ujarMuhaimin Ismail Yaman, mahasiswa yangsudah empat tahun tinggal di Mesir.

    Pada tahun-tahun lalu, shalat Idul

    Fitri dan open house diselenggarakan diMasjid as-Salam karena mayoritas Masisirbertempat tinggal dekat dengan masjidtersebut, serta areanya yang luas, namunberbeda pada tahun ini. Menurut ZulfaMukarromah melihat keamanan Mesirsekarang Idul Fitri dan open house lebihbaik diadakan di KBRI Kairo di Garden City.Lebih aman di rumah sendiri (KBRI, red.),tutur mahasiswi pasca sarjana FakultasBahasa Arab ini.

    Dahlia juga menjelaskan bahwakemungkinan besar open house tahun iniakan diselenggarakan di KBRI, GardenCity, karena tempat tersebut merupakanwilayah WNI. Namun sebaliknya, mengenaiopen house di KBRI, Ketua WIHDAH,Tsaqofina Hanifah, menuturkan, Jika openhouse diselenggarakan di KBRI, takut tidakaman. Maka dari itu, sebagian dari kamimengajukan di as-Salam. Sedangkan

    alasan diajukan open house di KBRI karenaditakutkan saat kita beramai-ramai ketikaacara kemudian makan-makan di areaMasjid as-Salam, ada orang Mesir datangmengemis dan membutuhkan makanan. Ituseolah-olah kita tidak peduli denganlingkungan keadaan Mesir padahal kitahanya tamu dan numpang di negaraorang.

    Di samping itu, Tsaqofina jugamenjelaskan bahwa jarak juga harusdipertimbangkan. Tahun lalu open houseIdul Fitri diadakan di KBRI tapi yang datangkurang dari yang ditargetkan. Dan itu bisa

    jadi karena ada kesalahan teknis ataumungkin disebabkan dari segi individualnyayang memang tidak mau kesana karenajauh, malas, atau karena ada acara lain.

    Meskipun jika nanti open house

    diadakan di KBRI itu agak repot, dalamartian ada tindakan atau usaha lebihkarena harus menyiapkan transportasikendaraan bagi Masisir. KBRI akan

    mengupayakan dan berusaha agar acaratersebut berjalan lancar tanpa adahambatan. Bahkan KBRI mengupayakanuntuk mengundang para WNI yang tinggaldiluar daerah, seperti Alexandria,Mansoura, Thanta, Samannud dan daerahlainnya, tutur Dahlia.

    Dahlia melanjutkan, Sejauh iniyang paling memungkinkan adalah di KBRI,dengan kondisi seperti sekarang. Apapunkegiatan internal Indonesia hendaknya

    jangan dilaksanakan diluar terlebih dulu,ditakutkan masyarakat

    Mesir beranggapan salahketika merekamenyaksikan kemeriahanacara kita, padahalmereka sedang dilandakeprihatinan, itu juga yangmembuat kita harusmempertimbangkan lagi.

    Ia jugamenuturkan, Bahkan,sebenarnya pihak KBRItelah mempersiapkanacara tasyakuran untukmemperingati harikemerdekaan Indonesiayang bertepatan dengantanggal 17 Agustus nantidi gedung ACC (Al-AzharConference Center), agar

    dapat dinikmati oleh semua Masisir danWNI lain. Namun karena kondisi Mesir saatini, terlebih lagi letak geografis ACC yangberdekatan dengan pusat demonstrasi diRabah, akhirnya KBRI masih perlumembicarakan dan merapatkannyakembali.

    Ditanya tentang dana yangdibutuhkan, ia menjawab, Sesuaikemampuan KBRI. Sebisa mungkin KBRI

    akan memfasilitasi karena sekaranganggaran Kedutaan Besar RepublikIndonesia diperketat, APBN pun dihematdan dipotong hampir37 %.

    Ia juga menambahkan acara openhouse kali ini merupakan kesempatanterbaik bagi para WNI untuk bertemudengan Duta Besar KBRI dan jajarannya.Meski keadaan Mesir sekarang sedangkurang aman, KBRI berharap antusiasmeWNI, serta kehadiran Masisir akanmeningkat pada open house Idul Fitri 1434H ini, karena tingkat partisipasi WNI adalahindikator keberhasilan acara tersebut.

    (Aisyah, Ratih Ayu)

    Open House di Tengah Kudeta

    Doc. KBRI Kairo

  • 7/27/2019 Informatika Edisi Interaktif Lebaran 1 Syawal 1434 H

    10/12

    Edisi Interaktif Lebaran 1 Syawal 1434 H

    Aku sudah bayar diIndonesia, ungkapAF, mahasiswi tingkat

    1 Syariah Islamiah. Menanggapi jawaban

    yang selalu sama seperti itu, para panitiazakat tidak menyerah begitu saja. Merekamasih punya segudang jalan menagihzakat demi mengupayakan yang terbaikbagi Masisir, salah satunya denganmenyiapkan wadah selain zakat, berupainfaq, shodaqoh, dan fidyah. Kepanitiaanpun dirubah menjadi Panitia ZISFI (Zakat,Infaq, Sedekah, dan Fidyah).

    Ya, akhir-akhir ini selain sibukdengan musaadah, sebagian Masisir jugasibuk menggencarkan woro-woro untuksegera membayar zakat fitrah. Selainmasalah di atas, kondisi Mesir yang kurang

    stabil saat ini juga menjadi pemicuketakutan Masisir untuk keluar rumah.Ricuhnya Mesir sekarang juga menjadisalah satu kendala panitia karena Masisirakan semakin malas keluar rumah, ujarDzoriful Fakhmih, pengawas Panitia ZISFI.

    Menurut Dzorif yang juga stafBWAKM itu mengungkapkan seandainyaMasisir mau mengeluarkan zakat fitrahsendiri atau minimal zakat mal, itu akanmelatih kepribadian Masisir menjadi pribadiyang dewasa dan bertanggungjawab.

    Di sisi lain, minimnya mustahikmemang menjadi masalah tahunan

    panitia. Kebanyakan dari Masisir terlalugengsi untuk menjadi mustahik zakat, ujarBakri. Selain itu, sunah yang mengatakanbahwa zakat fitrah afdolnya di akhirramadhan makin menjadikan Masisirenggan mengeluarkan zakat di awal waktu.Padahal hal ini akan makin menyulitkanpanitia dalam perhitungan dan pembagianzakat. Tapi semua kita niatkan ibadah,tambah pria kelahiran Indramayu.

    Salah satu organisasi yangmenangani kegiatan-kegiatan Ramadhan,terutama yang berkaitan dengan zakat danshadaqah adalah Badan Wakaf dan AmalKesejahteraan Mahasiswa (BWAKM).

    Secara langsung BWAKM berada di bawahnaungan KBRI. Dari sinilah dibentukpanitia inti dan bersama panitia inti ini Bakrimulai merekrut panitia lainnya. Sedikitsekali Masisir yang bersedia menjadipanitia zakat, ungkapnya terang-terangan.

    Pada tanggal 3 Ramadhan,mereka mengadakan kumpul perdana dandilanjutkan kumpul bersama ketua tiapkekeluargaan pada tanggal 5 Ramadhan.Lalu, panitia dibagi menjadi dua bagian,yaitu: Panitia sentral, terdiri dari BWAKM,DPP PPMI dan WIHDAH. Dan keduaadalah panitia lokal, mencakup seluruh

    kekeluargaan, DPD dan Masjid IndonesiaCairo (MIC). Dengan perekrutan panitiadari tiap kekeluargaan, maka bisamempermudah panitia untuk mengetahuimustahik zakat dari Masisir. Saya yang

    memilih dari Gamajatim, tutur Ariq Udlohi,panitia zakat dari Gamajatim. Yangmemilih mustahik adalah ketuakekeluargaan, jadi sedikit banyak mereka

    tahulah finansial anggotakekeluargaannya, jelas Bakri sebagaiketua panitia.

    Adapun zakat fitrah sendiriberbentuk uang sebesar 15 LE. Namunjika Masisir mengeluarkan (zakat, red.)dalam bentuk beras akan tetap kamiterima, tapi akan kami tukarkan denganuang, ujar Bakri yang juga menjabat KetuaSenat Mahasiswa Fakultas Ushuluddin(Sema-FU). Ia juga menambahkan serayamengutip pernyataan Syaikh Yusuf al-Qaradhawi bahwa zakat baiknya berbentuksesuatu yang mudah dan bermanfaat.

    Lalu, kemanakah zakat itudidistribusikan? Menurut Dzorif, zakat akandidistribusikan kepada Masisir kembali.Namun, beberapa kriteria sudah ditentukanoleh panitia. Diantaranya, zakat

    dikhususkan bagi Masisir yang memilikihutang lebih dari pemasukan. Kemudianbagi yang tak mendapat kiriman darikeluarga dan tak mendapat beasiswa.Baru, sisanya diperuntukkan bagi Masisiryang tidak tinggal di asrama dan tidakmemiliki pemasukan tetap di atas 200 LE/bulan. Dari Masisir, oleh Masisir dan untuk

    Masisir. Tapi, semua bersifat kondusif.Kami juga menyesuaikan denganpemasukkan yang ada. Jika memangmasih kurang, akan dipotong satu persatusesuai urutan dari belakang, papar Dzorif,mahasiswa Ushuluddin tingkat dua.

    Bakri sebagai ketua panitia jugamenjelaskan bahwa pendistribuian zakatitu tidak mengambil kriteria tholibul ilmi.Menurutnya, itu qoul dhoif. Jadi, panitiamenentukan kriteria mustahik diatasnya (fisabilillah,red.), yakni yang tidak mampu(fakir miskin). Sampai saat ini pun, masihbanyak Masisir yang belum mengeluarkan

    zakat. Contoh dari Keluarga MasyarakatJawa Timur (Gamajatim) Mesir. Mungkinyang sudah terkumpul baru 260 LE, yaitusekitar 16 orang, jelas Muhammad AriqUdlohi. Ini membuktikan belum adanya

    antusiasme yang besar dari Masisir dalammengeluarkan zakat.

    Kendala lain yang disampaikanoleh amilin zakat adalah banyak

    mahasiswa yang membayar zakat di hari-hari terakhir Ramadhan, atau malam hariraya bahkan sebelum sholat Id. Padahal,pihak panitia berencanamendistribusikannya pada tanggal 28Ramadhan. 24 Ramadhan semua zakatdari kekeluargaan dan DPD harusterkumpul semua, ujar Bakri. Walauseperti itu, panitia tak menutup pintu bagisiapa pun yang ingin membayar zakat atauinfak setelah tanggal 28 Ramadhan.Malam hari raya kita juga akan sibukmendistribusikan zakat dan mencari-caripara mustahik zakat. Tahun kemarin

    panitia sempat membagikannya saat acaraGETAR (Gema Takbir Akbar), imbuhnya.

    Menanggapi pertanyaan,Mengapa masih diadakan penggalanganzakat? Bukankah kebanyakan Masisirzakatnya dibayarkan oleh orang tuanya diIndonesia. Menurut Riska Handayani,mahasiswa asal aceh, zakat adalahtanggung jawab orang tua yang memberimakan dan membiayai kita. Keluarga diIndonesialah yang bertanggung jawabtentang itu. Adapun masalah zakat mal biarAllah yang tahu, karena jika tangan kananmemberi, maka tangan kiri jangan sampai

    tahu, jelasnya dengan seulas senyum.Terkait masalah itu, pemuda yangbernama lengkap Mohammad Hadi BakriRaharjo itu menimpalinya dengan tenang,Penting sekali mengadakan panitia zakatdi Mesir ini, karena kita mau memfasilitasiMasisir yang mau membayar zakat disinisekaligus mendistribusikan zakat tersebutkepada Masisir juga. Banyak juga darimahasiswa yang tidak dikirim oleh orangtuanya. So, dari kita, untuk kita.

    Sedangkan tanggal 27 Ramadhansendiri panitia punya agenda kumpulbersama staf KBRI membicarakan perihalzakat itu. Kemudian tanggal 28 Ramadhan,

    para panitia akan memulaimembagikannya. Jika mengaca tahun lalu,setiap mustahik zakat mendapat bagian 60LE/kepala. Adapun tahun ini, pendapatandari tenaga ahli di Maadi akan berkurangkarena kebanyakan dari mereka pulangkampung. Menjadi panitia zakat memangsusah-susah gampang, karena kita dituntutmenjadi penggerak semua lini, dari yangatas sampai yang bawah. Tapi semuapanitia harus tetap semangat dalambekerja, ungkap Dzorif, mahasiswa asalFosgama. Berbeda lagi dengan Bakri,vokalis The Kemplus Band itu hanya

    berpesan dengan ulasan senyum kepadasemua Masisir agar membayar zakat tepat

    waktu. (Fatimah, Suhardi)

    10

    LapsusDi Balik Peluh Pengumpulan Zakat

    Doc. Google

  • 7/27/2019 Informatika Edisi Interaktif Lebaran 1 Syawal 1434 H

    11/12

  • 7/27/2019 Informatika Edisi Interaktif Lebaran 1 Syawal 1434 H

    12/12

    Edisi Interaktif Lebaran 1 Syawal 1434 H