TUJUAN PEMBELAJARAN TUGAS MATA KULIAH INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR YANG DIAMPUH OLEH PROF.DR.HJ.MULYANI SUMANTRI, M.SC DI SUSUN OLEH : NURUDIN NIM : 1006998 PROGRAM S.3 PENGEMBANGAN KURIKULUM 1
TUJUAN PEMBELAJARAN
TUGAS MATA KULIAH INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR YANG DIAMPUH OLEH PROF.DR.HJ.MULYANI SUMANTRI, M.SC
DI SUSUN OLEH :
NURUDINNIM : 1006998
PROGRAM S.3 PENGEMBANGAN KURIKULUMSEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIABANDUNG
2010DAFTAR ISI
1
A. KONSEP TUJUAN PENDIDIKAN DAN
KLASIFIKASI TUJUAN PENDIDIKAN……………………………………..………………………… 1
A.1. KONSEP TUJUAN PENDIDIKAN …………………………………….……………………….. 2
A.2. KLASIFIKASI TUJUAN PENDIDIKAN ………………………………………………………... 5
B. PENGERTIAN , TEORI-TEORI, DAN
CIRI CIRI PEMBELAJARAN ……………………………………………………..………………………… 6
B.1. PENGERTIAN PEMBELAJARAN ……………………………………….………………………… 6
B.2. TEORI-TEORI PEMBELAJARAN ………………………………………………………………… 10
B.3. CIRI CIRI PEMBELAJARAN ………………………………………………………………..……... 11
C. TUJUAN PEMBELAJARAN ………………………………………………………………………………. 14
C.1. RUMUSAN TUJUAN PEMBELAJARAN ……………………………………………………… 14
C.2. BAGAIMANA MERUMUSKAN
TUJUAN PEMBELAJARAN ……………………………………………………………….………. 15
KESIMPULAN ………………………………………………………………………..…………………………. 19
DAFTAR PUSTAKA
TUJUAN PEMBELAJARAN
2
A. KONSEP TUJUAN PENDIDIKAN DAN KLASIFIKASI TUJUAN PENDIDIKAN
Secara filosofis tujuan pendidikan sama dengan tujuan hidup. Pentingnya tujuan dalam
proses pendidikan sama hal pentingnya pendidikan dalam proses kehidupan. Mungkin
tidak ada tujuan pendidikan bagi orang yang tidak memiliki tujuan hidup. Tanpa adanya
tujuan yang jelas seperti dikatakan Davies (1976:73) semua perencanaan itu bagaikan
mimpi yang tak mungkin dilakukan.
Tujuan pendidikan menggambarkan tentang idealisme, cita-cita keadaan individu atau
masyarakat yang dikehendaki. Karenanya tujuan merupakan salah satu hal yang penting
dalam kegiatan pendidikan, sebab tidak saja memberikan arah kemana harus dituju,
tetapi juga memberikan arah ketentuan yang pasti dalam memilih materi, metode,
alat/media, evaluasi dalam kegiatan yang dilakukan.
Dengan sebuah rumusan tujuan pendidikan, maka proses pendidikan akan dengan mudah
dinilai/diukur tingkat kebehasilannya. Keberhasilan pendidikan akan dengan mudah dan
cepat dapat dilihat dari segi pecapai tujuan. Dengan tujuan juga mempermudah
menyusun/menetapkan materi, metode dan alat atau media yang digunakan dalam
proses pendidikan.
A.1. KONSEP TUJUAN PENDIDIKAN
3
Menurut Zais (1976:439) komponen kurikulum adalah:
Tujuan adalah merupakan komponen utama yang harus diperhatikan dalam
pengembangan kurikulum. Zais (1976:297) menegaskan bahwa sebagai komponen
dalam kurikulum, tujuan merupakan bagian yang paling sensitif, sebab tujuan bukan
hanya akan mempengaruhi bentuk kurikulum tetapi juga secara langsung merupakan
fokus dari suatu program pendidikan.
Dalam beberapa literatur pendidikan/kurikulum memakai beberapa istilah tujuan
seperti purposes, aims, goals dan objectives untuk menunjukkan harapan pendidikan.
Oliva menggunakan beberapa istilah seperti “out come, aim, end, purpose, function,
goal dan objective”. Meskipun istilah-istilah ini dalam bahasa umum mempunyai
persamaan, tetapi dalam bahasa pendidikan mempunyai perbedaan yang bermakna.
Out come mengarah kepada harapan akhir secara umum. Sedangkan “aims” sama
dengan “end”, purpose, function dan univesal goal”.
Tujuan pendidikan ini sangat luas. Biasanya merupakan pernyataan tujuan pendidikan
umum, yang dapat dipakai sebagai petunjuk pendidikan seluruh negara tersebut.
4
Aims, Goals,Objectives
Content LearningAktivities
Evaluasi
Beberapa istilah tujuan yang menggambarkan pada tingkat yang berbeda-beda,
seperti: Aims yang menunjukkan arah umum pendidikan. Secara ideal, aims
merefleksikan suatu tingkat tujuan pendidikan berdasarkan pemikiran filosofis dan
psikologis masyarakat (Miller dan Seller, 1985: 175 dalam Mohammad Ansyar 1989:
93). Dengan perkataan lain aims adalah statemen tentang hasil kehidupan yang
diharapkan (expected life outcomes) berdasarkan skema nilai filsafat hidup (Boudy,
1971:13). Menurut Zais, (1976:298) aims untuk tujuan pendidikan jangka panjang yang
digali dari nilai-nilai filsafat suatu Bangsa.
Zais menjelaskan tujuan kurikulum (aim) merupakan pernyataan yang melukiskan
keidupan yang diharapkan, tujuan atau hasil yang didasarkan pada pandangan filsafat
dan tidak langsung berhubungan dengan dengan tujuan sekolah. Tujuan ini mungkin
dapat dicapai setelah seseorang menyelesaikan pendidikan. Barangkali aims ini dapat
disamakan dengan “tujuan pendidikan nasional” di Indonesia, karena pada tujuan
pendidikan nasional ini dinyatakan keinginan bangsa Indonesia untuk mencapai suatu
hasil pendidikan yang berlandasakan filsafat hidup bangsa Indonesia yang bernama
Pancasila. Tujuan jenis ini tidak berkaitan langsung dengan hasil pendidikan di sekolah
atau hasil proses belajar mengajar dalam ruang-ruang kelas.
Aim merupakan target yang pencapaiannya jauh dari situasi sekolah dan hasilnya
mungkin jauh setelah proses belajar-mengajar di sekolah selesai. Contohnya untuk
menjadikan manusia yang memiliki rasa tanggung jawab pada negara, atau manusia
yang sehat jasmani dan rohani, berbudi pekerti luhur, mandiri dan lain-lain. Dan ini
hanya mungkin dapat dicapai setelah anak menyelesaikan beberapa tingkatan
pendidikan formal, informal dan bahkan mungkin non formal. Untuk mencapai tujuan
umum “aims” perlu ditentukan pula yang lebih spesifik dari aims tersebut yang biasa
dinamakan dengan goals.
5
Goals merupakan tujuan antara yang terletak antara aims dan objectives. Yang
tersebut terakhir adalah tujuan yang dicapai sebagai hasil belajar dalam ruang-ruang
kelas sekolah (Miller dan Seller, 1985: 179) dengan perkataan lain, goals adalah hasil
proses belajar menurut suatu sistem sekolah (Zais, 1976:306). Goals lebih umum dari
objectives dan bukan merupakan hasil langsung proses belajar dalam ruang kelas dan
untuk mencapainya memerlukan seperangkat objectives. Contohnya antara lain
adalah kemampuan berpikir analitik dan berpikir kritis, mengapresiasi dan
mengamalkan ajaran agama Islam dan lain sebagainya. Barangkali di Indonesia goals
ini dapat disamakan dengan tujuan kurikulum sekolah atau tujuan institusional.
Tingkat tujuan yang lebih rendah dari goals adalah objectives yaitu tujuan suatu unit
atau pokok bahasan yang lebih spesifik yang merupakan hasil belajar dalam ruang-
ruang kelas sekolah. Pada tingkat ini, kita berbicara tentang kemungkinan pemakaian
objectives tingkah laku (behavioral objectives) yang menunjukkan tingkah laku yang
eksplisit yang dimiliki siswa setelah mengikuti suatu pelajaran. Dengan perkataan lain
objective adalah hasil belajar siswa dalam kelas, yaitu hasil proses belajar mengajar
dalam kelas atau kegiatan belajar mengajar setiap haris sebagai hasil implentasi
kurikulum. Contohnya: siswa menguasai prinsip-prinsip dasar ilmu kimia, siswa dapat
menyelesaikan 4 soal dari 5 soal persamaan kuadrat dan lain-lain.
Menurut Muhammad Ansyar (1989: 94) Marger (1962) adalah salah seorang yang
paling gigih menekankan penting ditetapkan tujuan tingkah laku ini. Dia
mengemukakan bahwa tujuan tingkah laku harus mencakup tiga komponen: (1)
tingkah laku yang diinginkan, (2) kondisi tertentu tempat tingkah laku itu terjadi, dan
(3) tingkat untuk kerja tingkah laku itu.
6
Di Indonesia kita kenal tingkatan/hirarkis tujuan itu dalam beberapa istilah seperti
Tujuan Pendidikan Nasional, Tujuan Institusional, Tujuan Kurikuler, dan Tujuan
Instruksional Umum dan Khusus. (Depdikbud, 1984/1985:5)
A.2. KLASIFIKASI TUJUAN PENDIDIKAN
Broudy (dalam Zais, 1976: 307) mengemukakan bahwa tujuan pendidikan dapat
diklasifikasikan menjadi empat kategori yang saling berkaitan. Pertama, tujuan
pendidikan diarahkan pada pencapaian pola nilai utama. Nilai ini merupakan refleksi
dari pandangan filsafat, yang berfungsi sebagai mekanisme kontrol terhadap ketiga
ciri tujuan pendidikan lainnya.
Kedua tujuan pendidikan menurut Broudy, adalah organisasi sosial yang lebih disukai.
Ketiga peranan sosial yang lebih diinginkan, dan keempat gaya hidup yang lebih
disenangi. (Zais, 1976:308)
Schubert (1986, 202-206) mengajukan empat tujuan pendidikan yaitu; (1)sosialisasi,
(2)pencapaian, (3) pertumbuhan, dan (4)perubahan sosial. Sosialisasi merupakan
tujuan yang harus dicapai anak didik agar mereka dapat hidup dengan baik di
masyarakat, dan dengan kebudayaannya.
Pencapaian atau prestasi perorangan biasanya diperlukan bagi anak-anak di negara
industri dan post-industri, tempat prestasi merupakan gaya kehidupan yang hidup
dimasyarakat.
7
Pertumbuhan personal anak bermula pada masa pendidikan progresive yang
dipelopori John Dewey. Pendidikan dengan tujuan pertumbuhan muncul dalam
beberapa versi, nama seperti pendidikan terbuka pada tahun 1960-an dan awal 70-
an, pendidikan humanistik, 1950-an dan 1980-an. Tujuan pendidikan pertumbuhan
personal memerlukan penyesuai kurikulum yang mengakomodir kebutuhan pribadi,
bakat, minat, dan kemapuan anak yang berbeda-beda. Perubahan sosial, menurut
aliran ini sekolah dapat dan harus mengusahakan perbaikan sosial (Muhammad
Ansyar, 1989:102).
B. PENGERTIAN , TEORI-TEORI, DAN CIRI CIRI PEMBELAJARAN
B.1. PENGERTIAN PEMBELAJARAN
Belajar adalah proses perubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi terhadap semua
situasi yang ada di sekitar individu, proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses
berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat, mengamati, dan memahami
sesuatu yang dipelajari.
Sedangkan mengajar sendiri memiliki pengertian :
1. Upaya guru untuk “membangkitkan” yang berarti menyebabkan atau mendorong
seseorang (siswa) belajar. (Rochman Nata Wijaya,1992)
2. Menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjdinya proses belajar.
(Hasibuan J.J,1992)
3. Suatu usaha untuk membuat siswa belajar, yaitu usaha untuk terjadinya
perubahan tingkah laku. (Gagne)
8
Dan Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari kata dasar
“ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut)
ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an menjadi “pembelajaran”, yang berarti
proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar.
(KBBI)
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan
pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan
kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik.
Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat
belajar dengan baik. (Wikipedia.com)
Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di
manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan
pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan,
guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga
mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi
perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta
didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan
guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru
dengan peserta didik.
Instruction atau pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu
proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun
sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa
yang bersifat internal. Gagne dan Briggs (1979:3)
9
Pembelajaran adalah Proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar. (UU No. 20/2003, Bab I Pasal Ayat 20)
Istilah “pembelajaran” sama dengan “instruction atau “pengajaran”. Pengajaran
mempunyai arti cara mengajar atau mengajarkan. (Purwadinata, 1967, hal 22). Dengan
demikian pengajaran diartikan sama dengan perbuatan belajar (oleh siswa) dan Mengajar
(oleh guru). Kegiatan belajar mengajar adalah satu kesatuan dari dua kegiatan yang
searah. Kegiatan belajar adalah kegiatan primer, sedangkan mengajar adalah kegiatan
sekunder yang dimaksudkan agar terjadi kegiatan secara optimal.
Dan dapat ditarik kesimpulan bahwa Pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk
membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang
belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku
dalam waktu yang relative lama dan karena adanya usaha.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan
yang melibatkan beberapa komponen :
1. Siswa
Seorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
2. Guru
Seseorang yang bertindak sebagai pengelola, katalisator, dan peran lainnya yang
memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif.
3. Tujuan
Pernyataan tentang perubahan perilaku (kognitif, psikomotorik, afektif) yang diinginkan
terjadi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
10
4. Isi Pelajaran
Segala informasi berupa fakta, prinsip, dan konsep yang diperlukan untuk mencapai
tujuan.
5. Metode
Cara yang teratur untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapat
informasi yang dibutuhkan mereka untuk mencapai tujuan.
6. Media
Bahan pengajaran dengan atau tanpa peralatan yang digunakan untuk menyajikan
informasi kepada siswa.
7. Evaluasi
Cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu proses dan hasilnya.
11
B.2. TEORI-TEORI PEMBELAJARAN
Teori-teori pembelajaran yang kita kenal, diantaranya ;
1. Berhavioristik
Pembelajaran selalu memberi stimulus kepada siswa agar menimbulkan respon yang
tepat seperti yang kita inginkan. Hubungan stimulus dan respons ini bila diulang kan
menjadi sebuah kebiasaan. selanjutnya, bila siswa menemukan kesulitan atau msalah,
guru menyuruhnya untuk mencoba dan mencoba lagi (trial and error) sehingga akhirnya
diperoleh hasil.
2. Kognitivisme
Pembelajaran adalah dengan mengaktifkan indera siswa agar memeperoleh pemahaman
sedangkan pengaktifan indera dapat dilaksanakan dengan jalan menggunakan media/alat
Bantu. Disamping itu penyampaian pengajaran dengan berbagai variasi artinya
menggunakan banyak metode.
3. Humanistic
Dalam pembelajran ini guru sebagai pembimbing memberi pengarahan agar siswa dapat
mengaktualisasikan dirinya sendiri sebagai manusia yang unik untuk mewujudkan
potensi-potensi yang ada dalam dirinya sendiri. Dan siswa perlu melakukan sendiri
berdasarkan inisisatif sendiri yang melibatkan pribadinya secara utuh (perasaan maupun
intelektual) dalam proses belajar, agar dapat memperoleh hasil.
4. Sosial/Pemerhatian/permodelan
Proses pembelajaran melalui proses pemerhatian dan pemodelan. Bandura (1986)
mengenal pasti empat unsur utama dalam proses pembelajaran melalui pemerhatian
atau pemodelan, yaitu perhatian (attention), mengingat (retention), reproduksi
(reproduction), dan penguatan (reinforcement), motivasi (motivion).
12
Implikasi daripada kaedah ini berpendapat pembelajaran dan pengajaran dapat dicapai
melalui beberapa cara yang berikut:
• Penyampaian harus interaktif dan menarik
• Demonstasi guru hendaklah jelas, menarik, mudah dan tepat
• Contoh-contoh yang ditunjukkan guru hendaklah mempunyai mutu yang tinggi.
B.3. CIRI CIRI PEMBELAJARAN
Menurut Eggen & Kauchak (1998) Menjelaskan bahwa ada enam ciri pembelajaran yang
efektif, yaitu:
1. Siswa menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui mengobservasi,
membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan serta
membentuk konsep dan generalisasi berdasarkan kesamaan-kesamaan yang
ditemukan,
2. Guru menyediakan materi sebagai fokus berpikir dan berinteraksi dalam pelajaran,
3. Aktivitas-aktivitas siswa sepenuhnya didasarkan pada pengkajian,
4. Guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan kepada siswa dalam
menganalisis informasi,
5. Orientasi pembelajaran penguasaan isi pelajaran dan pengembangan keterampilan
berpikir, serta
6. Guru menggunakan teknik mengajar yang bervariasi sesuai dengan tujuan dan gaya
mengajar guru.
Adapun ciri-ciri pembelajaran yang menganut unsur-unsur dinamis dalam proses belajar
siswa sebagai berikut :
1. Motivasi belajar
Motivasi dapat dikatakan sebagai serangkaina usaha untuk menyediakan kondisi kondisi
tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatau, dan bila ia tidak
13
suka, maka ia akan berusaha mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi, motivasi dapat
dirangsang dari luar, tetapi motivasi itu tumbuh di dalam diri seseorang. Dalam kegiatan
belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri
seseorang/siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjalin kelangsungan dan
memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dihendaki dapat dicapai
oleh siswa (Sardiman, A.M. 1992)
2. Bahan belajar
Yakni segala informasi yang berupa fakta, prinsip dan konsep yang diperlukan untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Selain bahan yang berupa informasi, maka perlu
diusahakan isi pengajaran dapat merangsang daya cipta agar menumbuhkan dorongan
pada diri siswa untuk memecahkannya sehingga kelas menjadi hidup.
3.Alat Bantu belajar
Semua alat yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran, dengan maksud untuk
menyampaikan pesan (informasi)) dari sumber (guru maupun sumber lain) kepada
penerima (siswa). Inforamsi yang disampaikan melalui media harus dapat diterima oleh
siswa, dengan menggunakan salah satu ataupun gabungan beberaapa alat indera mereka.
Sehingga, apabila pengajaran disampaikan dengan bantuan gambar-gambar, foto, grafik,
dan sebagainya, dan siswa diberi kesempatan untuk melihat, memegang, meraba, atau
mengerjakan sendiri maka memudahkan siswa untuk mengerti pengajaran tersebut.
4. Suasana belajar
Suasana yang dapat menimbulkan aktivitas atau gairah pada siswa adalah apabila terjadi :
a. Adanya komunikasi dua arah (antara guru-siswa maupun sebaliknya) yang intim dan
hangat, sehingga hubungan guru-siswa yang secara hakiki setara dan dapat berbuat
bersama.
14
b. Adanya kegairahan dan kegembiraan belajar. Hal ini dapat terjadi apabila isi pelajaran
yang disediakan berkesusaian dengan karakteristik siswa.
Kegairahan dan kegembiraan belajar juga dapat ditimbulkan dari media, selain isi
pelajaran yang disesuaiakan dengan karakteristik siswa, juga didukung oleh faktor
intern siswa yang belajar yaitu sehat jasmani, ada minat, perhatian, motivasi, dan lain
sebagainya.
5. Kondisi siswa yang belajar
Mengenai kondisi siswa, adapat dikemukakan di sini sebagai berikut :
a. Siswa memilki sifat yang unik, artinya anatara anak yang satu dengan yang lainnya
berbeda.
b. Kesamaan siwa, yaitu memiliki langkah-langkah perkenbangan, dan memiliki potensi
yang perlu diaktualisasikan melalui pembelajaran.
Kondisi siswa sendiri sangat dipengaruhi oleh faktor intern dan juga factor luar, yaitu
segala sesuatau yang ada di luar diri siswa, termasuk situasi pembelajaran yang diciptakan
guru. Oleh Karena itu kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada peranan dan
partisipasi siswa, bukan peran guru yang dominant, tetapi lebih berperan sebagai
fasilitaor, motivator, dan pembimbing.
15
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
C.1. RUMUSAN TUJUAN PEMBELAJARAN
Salah satu sumbangan terbesar dari aliran psikologi behaviorisme terhadap pembelajaran
bahwa pembelajaran seyogyanya memiliki tujuan. Gagasan perlunya tujuan dalam
pembelajaran pertama kali dikemukakan oleh B.F. Skinner pada tahun 1950. Kemudian
diikuti oleh Robert Mager pada tahun 1962 yang dituangkan dalam bukunya yang
berjudul Preparing Instruction Objective. Sejak pada tahun 1970 hingga sekarang
penerapannya semakin meluas hampir di seluruh lembaga pendidikan di dunia,
termasuk di Indonesia.
Merujuk pada tulisan Hamzah B. Uno (2008) berikut ini dikemukakan beberapa
pengertian yang dikemukakan oleh para ahli. Robert F. Mager (1962) mengemukakan
bahwa tujuan pembelajaran adalah perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat
dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu. Kemp (1977) dan
David E. Kapel (1981) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran suatu pernyataan yang
spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk
tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan. Henry Ellington (1984)
bahwa tujuan pembelajaran adalah pernyataan yang diharapkan dapat dicapai sebagai
hasil belajar. Sementara itu, Oemar Hamalik (2005) menyebutkan bahwa tujuan
pembelajaran adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai
oleh siswa setelah berlangsung pembelajaran .
Meski para ahli memberikan rumusan tujuan pembelajaran yang beragam, tetapi
semuanya menunjuk pada esensi yang sama, bahwa : (1) tujuan pembelajaran adalah
tercapainya perubahan perilaku atau kompetensi pada siswa setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran; (2) tujuan dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau deskripsi yang
16
spesifik. Yang menarik untuk digarisbawahi yaitu dari pemikiran Kemp dan David E. Kapel
bahwa perumusan tujuan pembelajaran harus diwujudkan dalam bentuk tertulis. Hal ini
mengandung implikasi bahwa setiap perencanaan pembelajaran seyogyanya dibuat
secara tertulis (written plan).
Upaya merumuskan tujuan pembelajaran dapat memberikan manfaat tertentu, baik bagi
guru maupun siswa. Nana Syaodih Sukmadinata (2002) mengidentifikasi 4 (empat)
manfaat dari tujuan pembelajaran, yaitu: (1) memudahkan dalam mengkomunikasikan
maksud kegiatan belajar mengajar kepada siswa, sehingga siswa dapat melakukan
perbuatan belajarnya secara lebih mandiri; (2) memudahkan guru memilih dan
menyusun bahan ajar; (3) membantu memudahkan guru menentukan kegiatan belajar
dan media pembelajaran; (4) memudahkan guru mengadakan penilaian.
Dalam Permendiknas RI No. 52 Tahun 2008 tentang Standar Proses disebutkan bahwa
tujuan pembelajaran memberikan petunjuk untuk memilih isi mata pelajaran, menata
urutan topik-topik, mengalokasikan waktu, petunjuk dalam memilih alat-alat bantu
pengajaran dan prosedur pengajaran, serta menyediakan ukuran (standar) untuk
mengukur prestasi belajar siswa.
C.2. BAGAIMANA MERUMUSKAN TUJUAN PEMBELAJARAN
Seiring dengan pergeseran teori dan cara pandang dalam pembelajaran, saat ini telah
terjadi pergeseran dalam perumusan tujuan pembelajaran. W. James Popham dan Eva L.
Baker (2005) mengemukakan pada masa lampau guru diharuskan menuliskan tujuan
pembelajarannya dalam bentuk bahan yang akan dibahas dalam pelajaran, dengan
menguraikan topik-topik atau konsep-konsep yang akan dibahas selama berlangsungnya
kegiatan pembelajaran.
17
Tujuan pembelajaran pada masa lalu ini tampak lebih mengutamakan pada pentingnya
penguasaan bahan bagi siswa dan pada umumnya yang dikembangkan melalui
pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher-centered). Namun seiring
dengan pergeseran teori dan cara pandang dalam pembelajaran, tujuan pembelajaran
yang semula lebih memusatkan pada penguasaan bahan, selanjutnya bergeser menjadi
penguasaan kemampuan siswa atau biasa dikenal dengan sebutan penguasaan
kompetensi atau performansi. Dalam praktik pendidikan di Indonesia, pergeseran tujuan
pembelajaran ini terasa lebih mengemuka sejalan dengan munculnya gagasan penerapan
Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Selanjutnya, W. James Popham dan Eva L. Baker (2005) menegaskan bahwa seorang guru
profesional harus merumuskan tujuan pembelajarannya dalam bentuk perilaku siswa
yang dapat diukur yaitu menunjukkan apa yang dapat dilakukan oleh siswa tersebut
sesudah mengikuti pelajaran.
Berbicara tentang perilaku siswa sebagai tujuan belajar, saat ini para ahli pada umumnya
sepakat untuk menggunakan pemikiran dari Bloom (Gulo, 2005) sebagai tujuan
pembelajaran. Bloom mengklasifikasikan perilaku individu ke dalam tiga ranah atau
kawasan, yaitu: (1) kawasan kognitif yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek
intelektual atau berfikir/nalar, di dakamnya mencakup: pengetahuan (knowledge),
pemahaman (comprehension), penerapan (application), penguraian (analysis),
memadukan (synthesis), dan penilaian (evaluation); (2) kawasan afektif yaitu kawasan
yang berkaitan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan
terhadap moral dan sebagainya, di dalamnya mencakup: penerimaan
(receiving/attending), sambutan (responding), penilaian (valuing), pengorganisasian
(organization), dan karakterisasi (characterization); dan (3) kawasan psikomotor yaitu
kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi sistem
syaraf dan otot (neuronmuscular system) dan fungsi psikis. Kawasan ini terdiri dari :
18
kesiapan (set), peniruan (imitation, membiasakan (habitual), menyesuaikan (adaptation)
dan menciptakan (origination). Taksonomi ini merupakan kriteria yang dapat digunakan
oleh guru untuk mengevaluasi mutu dan efektivitas pembelajarannya.
Dalam sebuah perencanaan pembelajaran tertulis (written plan/RPP), untuk merumuskan
tujuan pembelajaran tidak dapat dilakukan secara sembarangan, tetapi harus memenuhi
beberapa kaidah atau kriteria tertentu. W. James Popham dan Eva L. Baker (2005)
menyarankan dua kriteria yang harus dipenuhi dalam memilih tujuan pembelajaran,
yaitu: (1) preferensi nilai guruyaitu cara pandang dan keyakinan guru mengenai apa yang
penting dan seharusnya diajarkan kepada siswa serta bagaimana cara membelajarkannya;
dan (2) analisis taksonomi perilaku sebagaimana dikemukakan oleh Bloom di atas.
Dengan menganalisis taksonomi perilaku ini, guru akan dapat menentukan dan
menitikberatkan bentuk dan jenis pembelajaran yang akan dikembangkan, apakah
seorang guru hendak menitikberatkan pada pembelajaran kognitif, afektif ataukah
psikomotor.
Menurut Oemar Hamalik (2005) bahwa komponen-komponen yang harus terkandung
dalam tujuan pembelajaran, yaitu (1) perilaku terminal, (2) kondisi-kondisi dan (3) standar
ukuran. Hal senada dikemukakan Mager (Hamzah B. Uno, 2008) bahwa tujuan
pembelajaran sebaiknya mencakup tiga komponen utama, yaitu: (1) menyatakan apa
yang seharusnya dapat dikerjakan siswa selama belajar dan kemampuan apa yang harus
dikuasainya pada akhir pelajaran; (2) perlu dinyatakan kondisi dan hambatan yang ada
pada saat mendemonstrasikan perilaku tersebut; dan (3) perlu ada petunjuk yang jelas
tentang standar penampilan minimum yang dapat diterima.
Berkenaan dengan perumusan tujuan performansi, Dick dan Carey (Hamzah Uno, 2008)
menyatakan bahwa tujuan pembelajaran terdiri atas: (1) tujuan harus menguraikan apa
yang akan dapat dikerjakan atau diperbuat oleh anak didik; (2) menyebutkan tujuan,
19
memberikan kondisi atau keadaan yang menjadi syarat yang hadir pada waktu anak didik
berbuat; dan (3) menyebutkan kriteria yang digunakan untuk menilai unjuk perbuatan
anak didik yang dimaksudkan pada tujuan
Telah dikemukakan di atas bahwa tujuan pembelajaran harus dirumuskan secara jelas.
Dalam hal ini Hamzah B. Uno (2008) menekankan pentingnya penguasaan guru tentang
tata bahasa, karena dari rumusan tujuan pembelajaran itulah dapat tergambarkan konsep
dan proses berfikir guru yang bersangkutan dalam menuangkan idenya tentang
pembelajaran.
Pada bagian lain, Hamzah B. Uno (2008) mengemukakan tentang teknis penyusunan
tujuan pembelajaran dalam format ABCD. A=Audience (petatar, siswa, mahasiswa, murid
dan sasaran didik lainnya), B=Behavior (perilaku yang dapat diamati sebagai hasil
belajar), C=Condition (persyaratan yang perlu dipenuhi agar perilaku yang diharapkan
dapat tercapai, dan D=Degree (tingkat penampilan yang dapat diterima)
20
KESIMPULAN
1. Tujuan pendidikan merupakan suatu elemen penting dalam pengembangan kurikulum.
Tujuan pendidikan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam merancang kurikulum,
terutama dalam memilih dan menetapkan materi, metode/proses dan menetapkan
alat evaluasi. Tujuan juga sebagai alat untuk mengukur keberhasilan sebuah rancangan
kurikulum
2. Seorang guru dalam merencanakan pembelajaran dituntut untuk dapat merumuskan
tujuan pembelajaran secara tegas dan jelas.
3. Perumusan tujuan pembelajaran dapat memberikan manfaat tertentu bagi guru
maupun siswa
4. Saat ini telah terjadi pergeseran dalam merumuskan tujuan pembelajaran dari
penguasaan bahan ke penguasan performansi.
5. Tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam
perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk
menggambarkan hasil belajar yang diharapkan.
6. Tujuan pembelajaran seyogyanya dirumuskan secara jelas, yang didalamnya mencakup
komponen: Audience, Behavior, Condition danDegree
21