I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumber daya alam yang sangat penting untuk pengembangan usaha pertanian, terutama untuk memenuhi kebutuhan sandang dan pangan. Permasalahan dalam penggunaan lahan sifatnya umum di seluruh dunia, baik di negara sedang berkembang, terutama akan menjadi menonjol bersama dengan terjadinya peningkatan jumlah penduduk dan proses industrialisasi. Meningkatnya kebutuhan dan persaingan dalam penggunaan lahan baik untuk keperluan produksi pertanian maupun untuk keperluan lainnya memerlukan pemikiran yang seksama dalam mengambil keputusan yang paling menguntungkan dari sumberdaya lahan yang terbatas. Disamping itu perlu juga melakukan tindakan konservasi untuk penggunaan yang berkelanjutan (Rahman, 1995). Lahan kering di Indonesia pada umumnya adalah Aluvial yang tersebar luas di daerah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya. Aluvial sering dijumpai dari dataran rendah 1
80
Embed
Informasi Mengenai Sifat Fisik Dan Kimia Secara Aktual Dan Potensial
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lahan merupakan sumber daya alam yang sangat penting untuk pengembangan
usaha pertanian, terutama untuk memenuhi kebutuhan sandang dan pangan. Permasalahan
dalam penggunaan lahan sifatnya umum di seluruh dunia, baik di negara sedang
berkembang, terutama akan menjadi menonjol bersama dengan terjadinya peningkatan
jumlah penduduk dan proses industrialisasi. Meningkatnya kebutuhan dan persaingan
dalam penggunaan lahan baik untuk keperluan produksi pertanian maupun untuk keperluan
lainnya memerlukan pemikiran yang seksama dalam mengambil keputusan yang paling
menguntungkan dari sumberdaya lahan yang terbatas. Disamping itu perlu juga melakukan
tindakan konservasi untuk penggunaan yang berkelanjutan (Rahman, 1995).
Lahan kering di Indonesia pada umumnya adalah Aluvial yang tersebar luas di
daerah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya. Aluvial sering dijumpai dari
dataran rendah disepanjang aliran sungai, rawa air tawar, pasang surut teras sungai, sampai
daerah dengan ketinggian mencapai 1000 meter diatas permukaan laut, sepanjang lembah-
lembah aliran sungai di pegunungan. Bila draenase air sempurna maka tanah ini sangat
produktif (Hakim et al., 1986).
Evaluasi sumber daya lahan merupakan proses untuk menduga potensi suatu lahan
untuk berbagai penggunaan. Kerangka dasar evaluasi sumber daya lahan adalah
membandingkan persyaratan yang diperlukan untuk penggunaan tertentu dengan sifat
sumber daya yang ada pada lahan tersebut (Sitorus, 1998).
1
Menurut Hardjowigeno et al,. (1999), bahwa hasil evaluasi lahan tersebut
digambarkan dalam bentuk peta sebagai dasar untuk perencanaan tata guna lahan yang
rasional sehingga tanah dapat digunakan secara optimal.
Untuk dapat melakukan perencanaan secara menyeluruh, salah satu masukan yang
diperlukan adalah tersedianya informasi aktual mengenai faktor fisik lingkungan yang
meliputi sifat-sifat dan potensial lahan. Keterangan tersebut dapat diperoleh antara lain
melalui kegiatan survai tanah yang diikuti analisa laboratorium dan evaluasi sumberdaya
lahan.
Salah satu penggunaan lahan adalah untuk tanaman karet (Hevea brasilliensis
Muell. Arg.). Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang memiliki
peranan penting dalam kehidupan perekonomian Indonesia. Indonesia merupakan negara
dengan perkebunan karet terluas dunia. Luas areal karet di Indonesia telah mencapai
3.262.291 hektar. Dari total areal perkebunan karet di Indonesia tersebut 84,5%
diantaranya merupakan kebun milik rakyat, 8,4% milik swasta dan hanya 7,1% yang
merupakan milik negara ( Setiawan et al, 2007).
Menurut Setiawan (2007), rendahnya produktivitas karet alam Indonesia
disebabkan sebagian besar atau lebih 84% perkebunan karet yang ada merupakan
perkebunan karet rakyat yang tidak dikelola secara propesional.
Berdasarkan permasalahan dan potensi yang ada maka perlu dilakukan suatu
kegiatan untuk mengetahui kualitas sifat fisik dan kimia tanah serta menduga potensi lahan
tersebut agar dapat dimanfaatkan sebagai lahan pengembangan tanaman karet di sekitar
areal Desa Tanjung Serang Kecamatan Kayu Agung Kabupaten Ogan Komering Ilir.
2
B. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai sifat fisik
dan kimia secara aktual dan potensial dalam rangka penilaian kelas kesesuaian untuk
tanaman karet di Desa Tanjung Serang Kecamatan Kayu Agung Kabupaten Ogan
Komering Ilir.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Lahan Kering
Menurut Biro Pusat Statistik (2000), sekitar 58,5% dari luas daratan Indonesia
(111,4 juta hektar) merupakan lahan kering. Lahan kering adalah lahan yang dapat
digunakan untuk usaha pertanian dan membutuhkan air dalam jumlah yang terbatas.
Sebagian besar lahan kering bergantung pada hujan untuk memenuhi kebutuhan air bagi
tanaman.
Sifat fisik tanah pada lahan kering kurang baik, yaitu berstruktur padat, kelembapan
lapisan tanah atas (top soil) maupun lapisan tanah bawah (sub soil) rendah, sirkulasi udara
agak terhambat, dan kemampuan tanah untuk menyimpan air relatif rendah
(Mahadelswara, 2004).
Menurut Semaoen et al. (1991) dalam Guritno et al. (1997), ciri utama yang
menonjol di lahan kering adalah terbatasnya air, makin menurunnya produktifitas lahan,
tingginya variabilitas kesuburan tanah dan macam spesies tanaman yang ditanam serta
aspek sosial, ekonomi dan budaya. Sedangkan Dudung (1991) dalam Guritno et al. (1997)
berpendapat bahwa keadaan lahan kering umumnya adalah lahan tadah hujan yang lebih
peka terhadap erosi, terutama jika keadaan tanah miring dan tidak tertutup vegetasi.
(www.google.com).
Lahan kering sebagian besar terdiri dari tanah-tanah ultisol, inceptisol/aluvial,
alfisol, dan oksisol, namun tetap berpotensi untuk dikembangakan sebagai lahan yang
produktif dengan pemilihan teknologi dan jenis komoditi yang sesuai
termasuk dalam kelas kesesuaian lahan S1 (sangat sesuai) untuk tanaman karet.
Tekstur tanah merupakan faktor pembatas bagi tanaman karet oleh karena itu
tekstur tanah perlu dipertimbangkan dala kelas kesesuaian lahan karena tekstur tanah
tergolong dalam kriteria lahan yang tidak dapat diperbaiki.
c. Kedalaman Perakaran
Kedalaman efektif merupakan dalamnya lapisan tanah dimana akar tanaman dapat
tumbuh dengan baik dan bebas berkembang. Kedalaman efektif merupakan faktor
pembatas yang tidak dapat diperbaiki. Kedalaman efektif pada lokasi penelitian
mempunyai nilai rata-rata 170 cm (Lampiran 5). Berdasarkan kreteria kelas kesesuaian
lahan menurut CSR/FAO (1983) (Lampiran 1), kedalaman perakaran tergolong kelas
kesesuaian S2 (cukup sesuai) untuk tanaman karet.
3. Bahaya Banjir (F)
Bahaya banjir merupakan sifat tanah atau lahan dengan cara memprediksi lahan
secara praktis atau kreteria pengelompikannya. Berdasarkan pengamatan langsung, secara
umum lokasi penelitian memiliki tingkat bahaya banjir tanpa adanya bahaya banjir.
Berdasarkan kreteria kesesuaian lahan menurut Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat
27
(2000) tingkat bahaya banjir tergolong kelas kesesuaian S1 (sangat sesuai) untuk tanaman
karet.
4. Retensi Unsur Hara (f)
a. Kapasitas Tukar Kation (KTK)
Hasil analisis tanah di laboratorium menunjukkan bahwa pada lokasi penelitian
mempunyai nilai kapasitas tukar kation yang berkisar antara 8,70 – 14,14 Cmol (+)kg-1 yang
tergolong rendah.
Tabel 1. Hasil Analisis C- Organik, NPK, dan KTK di lokasi Penelitian.
Kode C- Organik( % )
N – Total( % )
P2O5- Bray( µg g-1 )
K2O( Cmol(+)
Kg-1 )
KTK( Cmol(+) Kg-1 )
T3 L1
T6 L1
T8 L1
T9 L1
T10 L1
3,27 t
2,95 s
2,65 s
2,13 s
2,42 s
0,28 s
0,22 s
0,19 r
0,16 r
0,19 r
20,26 s
13,39 r
11,33 r
13,74 r
9,96 sr
0,16 r
0,16 r
0,07 sr
0,07 sr
0,16 r
8,70 r
9,79 r
2,62 r
14,14 r
8,70 r
Sumber : Laboratorium Kimia, Biologi dan Kesuburan Tanah FP UNSRI ( 2008)Keterangan : sr : sangat rendah, r : rendah, s : sedang, t : tinggi.
Berdasarkan kerangka acuan CSR/FAO (1983) (Lampiran 1), lokasi penelitian
yang diwakili titik T3L1, T6L1, T8L1, T9L1 dan T10L1 memiliki KTK tanah rendah yang
tergolong kelas kesesuaian S2 (cukup sesuai) untuk tanaman karet.
Nilai kapasitas tukar kation (KTK) sangat dipengaruhi oleh tekstur tanah, yaitu 1)
semakin tinggi kadar liat tanah maka KTK semakin tinggi, 2) kadar bahan organik, nilai
KTK tanah dipengaruhi oleh tingginya kadar bahan organik, semakin tinggi kadar bahan
organik maka KTK tanah akan semakin tinggi, pemupukan dan pengapuran. Agar dapat
meningkatkan KTK menjadi S1 (sangat sesuai) maka perlu dilakukan penambahan bahan
organik dan penambahan kapur (Hakim et al, 1986).
28
b. Reaksi Tanah (pH)
Berdasarkan hasil analisis kesuburan tanah yang diperoleh di laboratorium, lokasi
penelitian memiliki pH tanah berkisar antara 4,71 – 4,96 yang tergolong masam (Tabel 2).
Berdasarkan kerangka acuan CSR/FAO (1983) (Lampiran 1), lokasi penelitian yang
diwakili titik T3L1, T6L1, T8L1, T9L1 dan T10L1 tergolong kelas kesesuaian S1 (sangat sesuai)
untuk tanaman karet.
Tabel 2. Hasil analisis pH dan Al-dd Tanah pada Lokasi Penelitian.
Kode pH Al-dd ( Cmol (+) Kg-1 )T3 L1
T6 L1
T8 L1
T9 L1
T10 L1
4,71 m
4,96 m
4,88 m
4,87 m
4,76 m
2,091,972,321,861,93
Sumber : Laboratorium Kimia, Biologi dan Kesuburan Tanah FP UNSRI ( 2008)
Keterangan : m : masam.
5. Ketersediaan Unsur Hara (n)
a. N-Total
Berdasarkan hasil analisis di laboratorium, didapat nilai N-Total yang tergolong
rendah sampai sedang, dengan kisaran 0,16 sampai 0,28 % (Tabel 1). Berdasarkan
kerangka acuan CSR/FAO (1983) (Lampiran1), lokasi penelitian yang diwakili titik T3L1
dan T6L1 memiliki N-total sedang yang tergolong kelas kesesuaian S1 (sangat sesuai), untuk
titik T8L1, T9L1 dan T10L1 memiliki N-total rendah yang tergolong kelas kesesuaian S2
(cukup sesuai) untuk tanaman karet.
29
Rendahnya nilai Nitrogen atau N pada lokasi penelitian dapat disebabkan
pengambilan sampel tanah yang dilakukan pada musim hujan, sehingga kemungkinan
unsur hara banyak yang tercuci. Penyebab lain dari rendahnya nilai unsur hara N yaitu
unsur hara N telah habis dipakai oleh mikroorganisme dan tanaman. Agar dapat
meningkatkan kelas kesesuian lahan S2 (cukup sesuai) menjadi S1 (sangat sesuai) pada
lokasi penelitian perlu dilakukan penambahan N pada tanaman.
b. P-Tersedia
kandungan posfor di lokasi penelitian tergolong sangat rendah sampai sedang
dengan kisaran 9,96 – 20,26 µg g-1(Tabel 1). Berdasarkan kerangka acuan CSR/FAO
(1983) (lampiran 1) untuk tanaman karet, lokasi penelitian yang diwakili titik T3L1, T6L1,
T8L1, T9L1 dan T10L1 memiliki P- tersedia sangat rendah hingga sedang, untuk T3L1
memiliki P-tersedia sedang yang tergolong kelas kesesuaian S2 (cukup sesuai), sedangkan
titik T6L1, T8L1 dan T9L1 memiliki P-tersedia rendah yang tergolong kelas kesesuaian S3
(kurang sesuai) dan untuk titik T10L1 memiliki P-tersedia sangat rendah yang tergolong
kelas kesesuaian N (tidak sesuai) untuk tanaman karet.
Rendahnya kandungan fosfot pada lokasi penelitian dapat disebabkan oleh reaksi
tanah yang tergolong masam pada lokasi penelitian, sehingga meningkatkan aktifitas
logam-logam Al dan Fe yang dapat mengikat P sehingga hanya sebagian P yang tersedia
dalam tanah. Untuk meningkatkan kelas kesesuaian lahan pada lokasi penelitian menjadi
kelas kesesuaian lahan S1 (sangat sesuai) perlu dilakukan penambahan pupuk P.
30
c. K- Tersedia
Berdasarkan hasil analisis tanah di laboratorium, dapat dilihat nilai kandungan K2O
tersedia pada lokasi penelitian tergolong sangat rendah sampai rendah, dengan kisaran 0,07
– 0,16 Cmol(+)Kg-1 (Tabel 1). Berdasarkan kerangka acuan CSR/FAO (1983)
(Lampiran 1), lokasi penelitian yang diwakili titik T3L1, T6L1 dan T10L1 memiliki
K2O tersedia rendah yang tergolong kelas kesesuaian S1 (sangat sesuai), sedangkan titik
T8L1 dan T9L1 memiliki K2O tersedia sangat rendah yang tergolong kelas kesesuaian S2
(cukup sesuai) untuk tanaman karet.
Rendahnya nilai K2O dilokasi penelitian dapat disebabkan oleh sifat K yang selalu
mobile , sehingga unsur hara yang tersedia dalam jumlah yang sedikit bagi tananaman dan
dapat pula akibat dari pencucian oleh air hujan (hakim, et al. 1986).
Tabel 3. Kelas Kesesuaian Lahan Aktual Tanaman Karet
No KodeKelas kesesuaianLahan Aktual Karet
Faktor Pembatas
1
2345
T3L1
T6L1
T8L1
T9L1
T10L1
S2-w2r3f1n2
S3-n2
S3-n2
S3-n2
N-n2
Kedalaman efektif, KTK, ketersediaan air dan ketersediaan unsur hara PKetersediaan unsur hara PKetersediaan unsur hara PKetersediaan unsur hara PKetersediaan unsur hara P
Tabel 4. Luas Kelas Kesesuaian Lahan Aktual Tanaman Karet.
No Kelas Kesesuaian LahanLuas
Ha %123
S2-w2r3f1n2S3-n2
N-n2
282
16,6766,6716,67
Total 12 100
31
C. Kesesuaian Lahan Potensial Untuk Tanaman Karet
Untuk menentukan tingkat kesesuaian lahan untuk tanaman karet dilakukan
pencocokan (matching) antara sifat fisik dan kimia aktual dengan syarat tumbuh tanaman
karet, berdasarkan kerangka acuan CSR/FAO (1983) maka diperoleh kelas kesesuaian
lahan S2-w2r3f1n2 (cukup sesuai dengan faktor pembatas ketersediaan air, kedalaman
efektif, KTK dan ketersediaan P2O5) pada titik pengamatan T3L1. Kelas Kesesuaian lahan
S3-n2 (kurang sesuai dengan faktor pembatas ketersediaan P2O5) pada titik pengamatan
T6L1, T8L1 dan T9L10. Kelas kesesuaian lahan N-n2 (tidak sesuai dengan faktor pembatas
ketersediaan P2O5) pada titik pengamatan T10L1.
Kesesuaian lahan potensial secara umum yaitu S2 (cukup sesuai) pada semua titik
pengamatan T3L1, T6L1, T8L1, T9L1 dan T10L1. Kesesuain lahan S2 (cukup sesuai) hanya
dengan faktor pembatas kedalaman efektif pada keseluruhan titik pengamatan sedangkan
kedalaman efektif merupakan faktor pembatas yang tidak dapat diubah atau diperbaiki.
Untuk mencapai kesesuaian lahan potensial diperlukan input atau pemasukan,
usaha yang dilakukan adalah dengan meningkatkan KTK melalui penambahan bahan
organik dan penambahan kapur, sedangkan untuk meningkatkan ketersediaan unsur hara
N-total, P-tersedia dilakukan pemupukan.
Tabel 5. Luas Kesesuaian Lahan Potensial Tanaman Karet
No Kelas Kesesuaian LahanLuas
Ha %1 S2-w2r3 (cukup sesuai dengan faktor pembatas
ketersediaan air dan kedalaman efektif)12 100
Luas 12 100
32
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Secara umum, daerah penelitian memiliki keadaan fisik dan kimia tanah sebagai
berikut : tekstur tanah adalah lempung liat berpasir, kelas drainase tanah baik,
kedalaman efektif 170 cm, kecuraman lereng datar (0 – 8 %), pH tanah masam (4,71
– 4,96), N-total rendah sampai sedang (0,16 – 0,28%), P-tersedia sangat remdah
sampai rendah (9,96 – 20,26 µg g-1), K-tersedia sangat rendah sampai rendah (0,07 –
0,16 Cmol(+)Kg-1 ), serta KTK tanah rendah (8,70 – 14,14 Cmol(+)kg-1).
2. Kelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman karet yaitu S2 (cukup sesuai dengan
faktor pembatas kedalaman efektif, KTK, ketersediaan air dan ketersediaan unsur hara
P2O5) dengan luas 2 hektar. Kelas kesesuaian lahan aktual S3 (kurang sesuai dengan
faktor pembatas ketersediaan unsur hara P2O5) dengan luas 8 hektar. Sedangkan kelas
kesesuaian lahan aktual N (tidak sesuai dengan faktor pembatas ketersediaan unsur
hara P2O5) dengan luas 2 hektar.
3. Kelas kesesuaian lahan potensial untuk tanaman karet secara umum S2 (cukup sesuai
dengan faktor pembatas ketersediaan air dan kedalaman efektif) dengan luas 12 hektar.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah :
1. Lokasi penelitian sesuai untuk pengembangan tanaman karet.
33
2. Pemberian pupuk serta bahan organik sangat penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman karet pada lokasi penelitian.
34
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, T.S. 1993. Survai Tanah dan Evaluasi Lahan. Penebar Swadaya.Jakarta.
Bunting. 1981. Assessment of The Effect on Yield of Variation in Climate and Soil Characteristic for Twenty Crops Species. Center for Soil Research, Bogor. Indonesia.
CSR/FAO. 1983. Reconnaissance Land Resource Surveys 1:250.000 Scale Atlas Format Procedures. Centra for Soil Research. Bogor.
Darmawijaya, I.M. 1980. Reconnaissance Land Resource Surveys 1:250.000. Scale Atlas Format Procedurs. Ministry of Agriculture Government of Indonesia. UNDP and FAO. Bogor. Indonesia. Skripsi S1. Universitas Sriwijaya. (tidak dipublikasikan).
Hakim, N.M.Y,. Nyakpa, A.M. Lubis, Nugroho.S.E. Saul.M.R, Diha, M.A, Hong, G.B. dan H. H. Barley, 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung.
Hardjowigeno, S. 1995. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.
Hardjowigeno., Sarwono., Widiatmaka., Anang S. dan Yogaswara. 1999. Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tata Guna Lahan. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Lasminingsih, M., dan L. Effendi. 1985. Adaptasi Tanaman Karet Pada Tanah Gambut. Balai Penelitian Perkebunan Sembawa. Palembang.
Mahadelswara, D. 2004. Pemanfaatan Lahan Kering di Indonesia. Kanisius. Yogyakarta.
Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Edisi Revisi. 2000. Kriteria Keadaan Lahan dan Komoditas Pertanian Badan Penelitian dan Pembangunan Pertanian Departemen Pertanian. Jakarta.
Rahman, D.J. 1995. Pemetaan Kesesuain Lahan Untuk Arahan Pengembangan Pertanian di Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan. Pusat Penelitian Tata Ruang Lembaga Penelitian Universitas Sriwijaya. Palembang.
Seta, A.K. 1991. Konservasi Sumber Daya Tanah dan Air. Kalam Mulia. Jakarta.
Setyamidjaja, J. 1993. Karet. Budidaya dan Pengelolaan. Kanisius. Yogyakarta.
Sitorus, S.R.P, 1985. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Penerbit Tarsito Bandung. Bandung.
Siswomartono, D. 1989. Ensiklopedi Konservasi Sumber Daya Lahan. Erlangga. Jakarta.
Soegiman. 1981. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Bharata Karya Aksara. Jakarta. Skripsi S1 Universitas Sriwijaya. (tidak dipublikasikan).
Soil Survey Staff. 1994. Keys to Soil Taxonomy. USDA. Sixth Edition. Soil Concervation Service, USDA, Washington D.C.
Syarif, H.I. 1983. Budidaya Karet. Politeknik Pertanian IPB. Bogor.
Syarief, K.S. 1986. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung.
Sys, C., E.V. Ranst., J. Debaveye., F. Beenart. 1993. Land Evaluation Part III. Crop Requirements Agricultural Publication, General Administration For Development Cooperation Place du Champs de Mars, Belgium.
Tim Penulis Penebar Swadaya. 1992. Karet. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
Tim Penebar Swadaya. 1998. Karet ”Strategi Pemasaran Tahun 2000, Budidaya dan Pengelolaan”. Penebar Swadaya, Jakarta.
http//www.geogle.co.id. (diakses tanggal 16-1- 2008).
36
Lampiran 1. Tingkat Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Karet Berdasarkan Kualitas/Karakteristik Lahan.
Sumber : CSR/FAO (1983), Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat (2000).
37
Curah Hujan Tahunan Selama 10 Tahun (1996 - 2005)
Tahun Jumlah Curah Hujan Tahunan (mm)1996199719981999200020012002200320042005
2613165226142873254732612150178120402099
Rerata 2363
Rerata Curah Hujan Bulanan Selama 10 Tahun (1996 – 2005)
Bulan Rerata curah hujan bulanan (mm)JanuariFebruariMaretAprilMeiJuniJuliAgustusSeptemberOkroberNovemberDesember
Lampiran …. Penilaian kesesuaian lahan untuk tanaman karet pada titit T3L1
Karakteristik Lahan Tingkat KesesuaianNilai Kesesuaian
AktualInput Kesesuaian
Potensialt- (temperatur)w- (ketersediaan air)1. bulan kering (75 mm)2. curah hujan rata-rata (mm/tahun)r- kondisi perakaran1. kelas drainase tanah2. tekstur tanah
3. kedalaman efektif (cm)f- (retensi unsur hara)1. KTK (Cmol(+)/kg)2. pHn- (ketersediaan unsur hara)1. N- total (%)2. P2O5 tersedia (ppm)3. K2O (Cmol(+)/kg)s- (lereng)1. kecuraman lereng (%)2. bahaya banjir
26,8
02363
BaikLempung liat
berpasir170
8,704,71
0,2820,260,16
0 - 8Tanpa
S1
S1S2
S1S1S2S2S1S1S2S1S1S1
Kapur, BO
Pupuk
S1
S1S2
S1S1
S2
S1S1
S1S1S1
S1S1
Penilaian Akhir S2-w2r3f1n2 Kapur, BO,
dan PupukS2-w2r3
40
Lampiran …. Penilaian Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Karet Pada Titit T6L1
Karakteristik Lahan Tingkat KesesuaianNilai Kesesuaian
AktualInput Kesesuaian
Potensialt- (temperatur)w- (ketersediaan air)1. bulan kering (75 mm)2. curah hujan rata-rata (mm/tahun)r- kondisi perakaran1. kelas drainase tanah2. tekstur tanah
3. kedalaman efektif (cm)f- (retensi unsur hara)1. KTK (Cmol(+)/kg)2. pHn- (ketersediaan unsur hara)1. N- total (%)2. P2O5 tersedia (ppm)3.K2O (Cmol(+)/kg)s- (lereng)1. kecuraman lereng2. bahaya banjir
26,8
02363
BaikLempung liat
berpasir170
9,794,96
0,2213,390,07
0 - 8Tanpa
S1
S1S2
S1S1
S2
S2S1
S1S3S1
S1S1
Kapur, BO
Pupuk
S1
S1S2
S1S1
S2
S1S1
S1S1S1
S1S1
Penilaian Akhir S3-n2 S2-w2r3Lampiran 9. Penilaian Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Karet Pada Titit T8L1
Karakteristik Lahan Tingkat KesesuaianNilai Kesesuaian
AktualInput Kesesuaian
Potensialt- (temperatur)w- (ketersediaan air)1. bulan kering (75 mm)2. curah hujan rata-rata (mm/tahun)r- kondisi perakaran1. kelas drainase tanah2. tekstur tanah
3. kedalaman efektif (cm)f- (retensi unsur hara)1. KTK (Cmol(+)/kg)2. pHn- (ketersediaan unsur hara)1. N- total (%)2. P2O5 tersedia (ppm)3.K2O (Cmol(+)/kg)s- (lereng)1. kecuraman lereng2. bahaya banjir
26,8
02363
BaikLempung liat
berpasir170
16,624,88
0,1911,330,07
0 - 8Tanpa
S1
S1S1
S1S1
S2
S2S1
S2S3S2
S1S1
Kapur, BO
PupukPupukPupuk
S1
S1S2
S1S1
S2
S1S1
S1S1S1
S1S1
Penilaian Akhir S3-n2 Kapur, BO
dan PupukS2-w2r3
41
Lampiran …. Penilaian kesesuaian lahan untuk tanaman karet pada titit T9L1
Karakteristik Lahan Tingkat KesesuaianNilai Kesesuaian
AktualInput Kesesuaian
Potensialt- (temperatur)w- (ketersediaan air)1. bulan kering (75 mm)2. curah hujan rata-rata (mm/tahun)r- kondisi perakaran1. kelas drainase tanah2. tekstur tanah
3. kedalaman efektif (cm)f- (retensi unsur hara)1. KTK (Cmol(+)/kg)2. pHn- (ketersediaan unsur hara)1. N- total (%)2. P2O5 tersedia (ppm)3.K2O (Cmol(+)/kg)s- (lereng)1. kecuraman lereng2. bahaya banjir
26,8
02363
BaikLempung liat
berpasir170
14,144,87
0,1613,740,07
0 - 8Tanpa
S1
S1S2
S1S1
S2
S2S1
S2S3S2
S1S1
Kapur, BO
PupukPupukPupuk
S1
S1S2
S1S1
S2
S1S1
S1S1S1
S1S1
Penilaian AkhirS3-n2 Kapur, BO,
dan PupukS2-w2r3
42
Lampiran …. Penilaian kesesuaian lahan untuk tanaman karet pada titit T10L1
Karakteristik Lahan Tingkat KesesuaianNilai Kesesuaian
AktualInput Kesesuaian
potensialt- (temperatur)w- (ketersediaan air)1. bulan kering (75 mm)2. curah hujan rata-rata (mm/tahun)r- kondisi perakaran1. kelas drainase tanah2. tekstur tanah
3. kedalaman efektif (cm)f- (retensi unsur hara)1. KTK (Cmol(+)/kg)2. pHn- (ketersediaan unsur hara)1. N- total (%)2. P2O5 tersedia (ppm)3. K2O (Cmol(+)/kg) s- (lereng)1. kecuraman lereng2. bahaya banjir