BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kayu telah menjadi bagian dari kehidupan manusia karena kayu telah banyak digunakan sebagai alat perlengkapan sehari-hari, dan mengingat beberapa karakteristik khas kayu yang tidak dijumpai pada bahan lain, yaitu (1) tersedia hampir di seluruh dunia, (2) mudah diperoleh dalam berbagai bentuk dan ukuran, (3) realtif mudah pengerjaannya, (4) penampilan sangat dekoratif dan alami, serta (5) relative ringan. Kebutuhan manusia akan kayu dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan laju pertumbuhan penduduk dan rumah tangga yang membutuhkan rumah sebagai tempat tinggalnya. Kayu merupakan komponen penting dalam perumahan, khususnya untuk kusen, pintu, jendela, dan bagian-bagian lain dari suatu bangunan perumahan. Penggunaan kayu juga semakin berkembang, tidak hanya menjadi komponen kontrusi bangunan, namun juga sebagai bahan baku perangkat interior. Banyaknya penggunaan kayu dan semakin tingginya minat masyarakat akan produk-produk olahan kayu, membuat hasil hutan ini mampu menempati posisi penting dalam peringkat kebutuhan masyarakat. 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kayu telah menjadi bagian dari kehidupan manusia karena kayu telah
banyak digunakan sebagai alat perlengkapan sehari-hari, dan mengingat beberapa
karakteristik khas kayu yang tidak dijumpai pada bahan lain, yaitu (1) tersedia
hampir di seluruh dunia, (2) mudah diperoleh dalam berbagai bentuk dan ukuran,
(3) realtif mudah pengerjaannya, (4) penampilan sangat dekoratif dan alami, serta
(5) relative ringan.
Kebutuhan manusia akan kayu dari tahun ke tahun terus meningkat seiring
dengan laju pertumbuhan penduduk dan rumah tangga yang membutuhkan rumah
sebagai tempat tinggalnya. Kayu merupakan komponen penting dalam
perumahan, khususnya untuk kusen, pintu, jendela, dan bagian-bagian lain dari
suatu bangunan perumahan. Penggunaan kayu juga semakin berkembang, tidak
hanya menjadi komponen kontrusi bangunan, namun juga sebagai bahan baku
perangkat interior. Banyaknya penggunaan kayu dan semakin tingginya minat
masyarakat akan produk-produk olahan kayu, membuat hasil hutan ini mampu
menempati posisi penting dalam peringkat kebutuhan masyarakat.
Kebutuhan kayu tersebut selama ini diperoleh dari penebangan pohon di
hutan alam dan sebagian lagi dipenuhi dari hutan tanaman. Saat ini kebutuhan
masyarakat akan kayu semakin sulit dipenuhi karena potensi dan volume tebangan
di hutan alam semakin berkurang. Dampak yang dirasakan dengan menurunnya
jumlah pasokan kayu adalah industri kayu mengalami kesulitan untuk
memperoleh bahan baku sehingga menyebabkan naiknya harga bahan baku serta
harga jual dari produk kayu tersebut.
Upaya pengawetan kayu sebenarnya sudah lama dilaksanakan, namun
dalam perjalanannya banyak menghadapi hambatan dan kendala sehingga industri
pengawetan kayu yang ada baik berskala usaha kecil, menengah, dan besar tidak
berkembangan sebagaimana yang diharapkan. Kendala-kendala tersebut meliputi:
1
biaya pengawetan yang relatif tinggi, kayu yang sudah diawetkan mempunyai
harga yang relatif tinggi dan tidak terjangkau oleh daya beli masyarakat,
kebijakan dan perundangan yang ada belum mendukung berkembangannya
penggunaan kayu yang diawetkan sehingga industri-industri pengewatan kayu
tidak berkembang bahkan banyak yang bangkrut.
Sejarah perkembangan pengawetan kayu dimulai pada tahun 1911 oleh
Jawatan Kereta Api (JKA) dengan mengimpor bantalan kayu yang telah
diawetkan hingga tahun 1997 sebagai tahun penggalangan pengawetan kayu.
Sekalipun usaha pengawetan kayu sudah ada sejak jaman Belanda, namun
demikian pengembangan pengawetan kayu juga dihadapkan pada beberapa
kendala, seperti : (1) salah persepsi, (2) lemahnya kapasitas kelembagaan, (3)
organisasi yang kurang tepat, (4) sumber daya manusia yang rendah, dan (5)
kurangnya sarana dan prasarana.
1.2 Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang masalah yang dikemukakan, maka
dalam penelitian ini penulis akan mengemukakan beberapa permasalahan yang
berhubungan dengan penelitian ini, yaitu :
Industri pengawetan kayu mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan
baku sehingga menyebabkan naiknya harga bahan baku serta harga jual dari
produk kayu tersebut. Dalam perjalanannya industri ini banyak menghadapi
hambatan dan kendala sehingga industiy-industri pengewatan kayu tidak
berkembang bahkan banyak yang bangkrut. Sulitnya mendapatkan tenaga kerja
yang terampil dan produktif kerap dialami industri ini. Hal ini disebabkan karena
rendahnya minat masyarakat terhadap jenis pekerjaa ini. Selain itu, pemanfaatan
mesin belum mampu meningkatkan produksi industri ini.
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka pertanyaan penelitian dalam
penelitian ini adalah:
1. Apakah faktor produksi yaitu tenaga kerja, bahan baku, dan mesin
berpengaruh terhadap produksi industri pengawetan kayu?
2. Apakah faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi industri
pengawetan kayu berdasarkan skala usahanya?
2
3. Apakah faktor produksi yang paling berpengaruh terhadap produksi industri
pengawetan kayu?
4. Bagaimana nilai elastisitas produksi dan skala usaha industri pengawetan
kayu?
5. Berapakah nilai average product per variabel dan marginal product untuk
setiap variabel?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Menganalisis pengaruh faktor produksi yaitu tenaga kerja, bahan baku, dan
mesin terhadap produksi industri pengawetan kayu
2. Menganalisis faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi industri
pengawetan kayu berdasarkan skala usahanya
3. Menganalisis faktor produksi yang paling berpengaruh terhadap produksi
industri pengawetan kayu
4. Menganalisis nilai elastisitas produksi dan skala usaha industri pengawetan
kayu
5. Menganalisis nilai average product per variabel dan marginal product untuk
setiap variabel
1.4 Manfaat Penelitian
Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat digunakan oleh seluruh
stakeholder dalam mempertahankan dan memajukan produksi industri
pengawetan kayu. Dalam hal ini stakeholder yang terkait diantaranya mencakup
tiga pihak yaitu pemerintah sebagai pengambil kebijakan, pelaku ekonomi
(produsen, konsumen), dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sebagai data dasar
(bench mark data) bagi penelitian selanjutnya yang terkait dalam bidang ini. Dan
diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi pengembangan ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan produksi dan ketenagakerjaan.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Industri
Menurut Departemen Perindustrian dan Perdagangan, pengertian industry
adalah sebagai berikut : Industri adalah suatu kegiatan ekonomi yang mengolah
bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang
dengan nilai yang lebih tinggi penggunaannya, tidak termasuk kegiatan rancang
bangun dan perekayasaan industri (Departemen Perindustrian, UU No. 5 Tahun
1984, tentang Perindustrian).
Menurut simposium hukum perindustrian, yang dimaksud dengan industry
adalah rangkaian kegiatan usaha ekonomi yang meliputi pengolahan dan
pengerjaan atau pembuatan, perubahan dan perbaikan bahan baku menjadi barang
sehingga pada akhirnya akan lebih berguna dan bermanfaat bagi seluruh
masyarakat (Simanjuntak, 1998 : 47).
Badan Pusat Statistik (2000) menyatakan bahwa industri adalah suatu unit
(kesatuan) usaha yang melakukan kegiatan ekonomi, bertujuan menghasilkan
barang atau jasa, dan terletak pada suatu bangunan atau suatu lokasi tertentu serta
mempunyai catatan administrasi tersendiri mengenai produksi dan struktur
biayanya. Dalam teori ekonomi disebutkan bahwa industri merupakan kumpulan
dari perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang yang sama.
Jadi, industry merupakan suatu unit yang melakukan kegiatan ekonomi
meliputi pengolahan, pengerjaan, perubahan dan perbaikan bahan baku menjadi
barang dengan nilai yang lebih tinggi, serta mempunyai catatan administrasi
tersendiri mengenai produksi dan struktur biayanya.
2.1.2 Jenis-jenis Industri
Pengelompokan industri dilaksanakan oleh Departemen Perindustrian,
industri Nasional Indonesia dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu:
4
a. Industri Dasar, yang meliputi kelompok Industri Mesin dan Logam Dasar
(IMLD) dan kelompok Industri Kimia Dasar (IKD). Yang termasuk dalam
IMLD antara lain : industri mesin pertanian, elektronika kereta api, pesawat
terbang, kendaraan bermotor, besi baja, dan sebagainya. Sedangkan yang
termasuk IKD antara lain : industri pengolahan kayu dan karet alam, industri
pestisida, industry pupuk, industri semen, industri silikat, dan lain sebagainya.
b. Industri Kecil, yang meliputi antara lain : industri pangan (makanan,
minuman, tembakau), industri sandang dan kulit (tekstil, pakaian jadi, serta
barang dari kulit), industri kimia dan bahan bangunan (industri kertas,
percetakan, plastik, dan sebagainya), industri galian bukan logam, industri
logam (mesin-mesin, alat-alat ilmu pengetahuan, barang dari logam, dan
sebagainya).
c. Industri Hilir, yaitu kelompok Aneka Industri (AI) yang meliputi antara lain :
industri yang mengolah sumber daya hutan, industri yang mengolah hasil
pertambangan, industri yang mengolah sumber daya pertanian secara luas, dan
sebagainya.
Sedangkan pengelompokan industri menurut jumlah tenaga kerja yang
dipekerjakan, menurut BPS pengelompokan industri ini dibedakan :
1. Industri Besar, jika mempekerjakan 100 orang atau lebih
2. Industri Sedang, jika mempekerjakan antara 20 – 99 orang
3. Industri Kecil, jika mempekerjakan antara 5 – 19 orang
4. Industri Kerajinan Rumah Tangga, jika memperkerjakan antara 3 – 4 orang
Dengan melihat perkembangan industri saatberdasarkan oengelompokkan
jenisindustri dan julah tenaga kerja yang dipekerjakan, industri pengawetan
kayu .merupakan industri hilir dan termasuk industri sedang dan besar.
2.1.3 Produksi
Menurut Bishop dan Toussaint (Wiwit, 2006) produksi adalah suatu proses
dimana beberapa barang dan jasa yang disebut input diubah menjadi barang-
barang dan jasa lain yang disebut output. Banyak jenis aktivitas yang terjadi
dalam proses produksi, meliputi perubahan bentuk, tempat dan waktu penggunaan
5
hasil-hasil produksi. Output perusahaan yang berupa barang-barang produksi
tergantung pada jumlah input yang digunakan dalam produksi.
Dalam ilmu ekonomi, terdapat tiga masalah pokok berupa mencari
jawaban atas pertanyaan 1). Apa (what) yang akan diproduksi dan berapa
jumlahnya. 2). Bagaimana (how) cara menghasilkan/memproduksi barang dan
atau jasa tersebut. 3). Untuk siapa (for whom) barang dan atau jasa tersebut
dihasilkan/diproduksi. Perusahaan yang akan menghasilkan suatu produk
menghadapi keterbatasan sumber daya (faktor produksi), sehingga perusahaan
memilih alternatif terbaik yang akan digunakan untuk menghasilkan produk yang
diinginkan. Cara perusahaan menghasilkan produk yang diinginkan tergambar
dalam proses produksi. Setiap proses produksi memiliki elemen utama sistem
produksi yaitu input, proses dan output. Input merupakan sumberdaya yang
digunakan dalam proses produksi, proses merupakan cara yang digunakan untuk
menghasilkan produk dan output merupakan produk yang ingin dihasilkan
(Wiwit, 2006). Keterkaitan antara elemen sistem produksi digambarkan sebagai
berikut:
Gambar
Skema Sistem Produksi
How? What?
Menurut Herawati (2008) produksi tidak lepas dari penggunaan sumber-
sumber yang ada untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau
jasa, sehingga barang atau jasa yang dihasilkan akan mempunyai nilai ekonomis
untuk mencapai tujuan perusahaan yaitu memperoleh laba dari hasil usaha yang
dilakukan.
Di dalam suatu produksi tidak lepasdari adanya proses produksi. Pada
produksi industri pengawetan kayu ini membutuhkan berbagai jenis factor
produksi, diantaranya terdiri dari jumlah tenaga kerja, bahan baku utama, dan
teknologi mesin. Dengan menggunakan faktor produksi pada setiap proses
produksi, perlu kiranya dikombinasikan dalam jumlah dan kualitas tertentu.
6
Input Proses Output
Definisi dari faktor produksi tersebut adalah jenis-jenis sumber daya yang
digunakan dan diperlukan dalam suatu proses produksi guna menghasilkan barang
dan jasa.
2.1.4 Faktor Produksi Tenaga Kerja
Setiap perusahaan dalam melakukan proses produksi tidak dapat hanya
mengandalkan pemanfaatan fasilitas dengan teknologi modern, karena sistem
produksi membutuhkan jasa tenaga kerja untuk memperlancar proses produski
yang akan bermanfaat bagi masyarakat. Tenaga kerja merupakan resources,
tepatnya human resources atau sumber daya manusia yang berperan dalam
kegiatan pembangunan masyarakat. Peranan tenaga kerja sebagai salah satu faktor
produksi sangat besar terhadap sektor industri yang banyak berorientasi pada
sektor padat karya yang banyak menyerap tenaga kerja.
Menurut Herawati (2008), tenaga kerja adalah orang yang melaksanakan
dan menggerakkan segala kegiatan, menggunakan peralatan dengan teknologi
dalam menghasilkan barang dan jasa yang bernilai ekonomi untuk memenuhi
kebutuhan manusia. Skala usaha akan mempengaruhi besar kecilnya tenaga kerja
yang dibutuhkan. Biasanya perusahaan kecil akan membutuhkan jumlah tenaga
kerja yang sedikit, dan sebaliknya perusahaan besar akan membutuhkan lebih
banyak tenaga kerja.
Faktor produksi tenaga kerja berpengaruh positif terhadap suatu industry
karena faktor tenaga kerja sangat dibutuhkan dalam proses produksi. Produsi akan
berhenti jika tenaga kerja yang diperlukan mengalami gangguan, sehingga
berdampak pada penjualan yang akan diterima perusahaan. Dengan demikian
tenaga kerja akan berpengaruh terhadap pertumbuhan industri pengawetan kayu di
Indonesia.
2.1.5 Faktor Input Bahan Baku
Bahan baku merupakan bahan dasar yang dibutuhkan dalam proses
pengolahan/industri. Bahan baku penting artinya dalam mempertinggi efisiensi
7
pertumbuhan ekonomi. Di dalam masyarakat yang kurang maju sekalipun bahan
baku sangat besar peranannya dalam kegiatan ekonomi, pada dasarnya bahan baku
merupakan hal mendasar dalam meningkatkan hasil produktivitas disektor
industri, pemilihan bahan baku yang bermutu tinggi dan pengolahan maksimal
akan menghasilkan produksi yang dapat memuaskan masyarakat atau konsumen.
Faktor input bahan baku sangat dibutuhkan dalam proses kegiatan
produksi. Kegiatan produksi akan berhenti jika bahan baku tidak tersedia ataupun
harga bahan baku mengalami kenaikan, sehingga berdampak pada penjualan yang
akan diterima perusahaan. Dengan demikian faktor input bahan baku akan
berpengaruh positif terhadap pertumbuhan industri.
Dalam industri pengawetan kayu, bahan baku yang dipakai tentunya
adalah kayu. Kayu yang merupakan hasil hutan dari kekayaan alam merupakan
bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang jadi dengan
menggunakan kemajuan teknologi. Kayu memiliki beberapa sifat sekaligus tidak
dapat ditiru oleh bahan-bahan lain.
2.1.6 Faktor Produksi Mesin
Mesin adalah suatu peralatan yang digerakkan oleh suatu kekuatan atau
tenaga yang digunakan untuk membantu proses dalam mengerjakan produk atau
bagian-bagian produk tertentu (Mardiyana, 1998; 78).
Mesin merupakan faktor produksi yang jumlah penggunaannya tidak
tergantung pada jumlah produksi (faktor produksi tetap). Ada tidaknya kegiatan
produksi, faktor produksi harus tetap tersedia. Sampai tingkat interval produksi
tertentu jumlah mesin perlu ditambah. Tapi jika tungkat produksi menurun bahkan
sampai nol unit (tidak berproduksi), jumlah mesin tidak bisa dikurangi.
2.1.7 Fungsi Produksi
Fungsi produksi merupakan fungsi yang menunjukkan output terbesar
yang dihasilkan suatu perusahaan untuk setiap kombinasi input tertentu ( Pindyck
& Rubinfeld. 2009). Fungsi produksi adalah suatu fungsi yang menunjukkan
8
hubungan antara berbagai kombinasi input yang digunakan untuk menghasilkan
output. Fungsi produksi yang menunjukkan hubungan antara jumlah produk
dengan input yang digunakan daam proses produksi, dapat diformulasikan secara
matematis sebagai berikut:
Q = f (X1, X2, …, Xn) ………………………………………………. (2.1)
Dimana :
Q = jumlah ouput yang dihasilakn selama periode tertentu
X1, X2, …, Xn = berbagai input yang digunakan
Dalam pembahasan teori ekonomi produksi, fungsi produksi merupakan
cara yang paling banyak diminati dan dianggap penting. Hal tersebut disebabkan
karena beberapa hal, antara lain:
a. Dengan fungsi produksi, maka peneliti dapat mengetahui hubungan antara
faktoer produksi (input) dan produksi (output) secara langsung dan hubungan
tersebut dapat lebih mudah dimengerti.
b. Dengan fungsi fungsi produksi, maka peneliti dapat mengetahui hubungan
antara variabel yang dijelaskan (dependent variable), Y, dan variabel yang
menjelaskan (independen variable), X, serta sekaligus mengetahui hubungan
antar variabel penjelas.
Fungsi produksi yang diperoleh dapat dipakai untuk menguji serta
mengukir efisiensi dari suatu proses produksi. Dalam proses produksi sejumlah
produk tertentu daoat diperoleh dengan menggunakan beberapa factor produksi
yang berbeda-beda kombinasinya. Dalam usaha produksi perusahaan berusaha
untuk memadukan berbagai factor produksi agar tercapai suatu kondisi yang
efisien. Kondisi tersebut dapat digambarkan oleh fungsi produksi yang melihat
hubungan antara tingkat produksi dengan penggunaan factor produksi.
2.1.8 Fungsi Produksi Cobb-Douglass
Fungsi produksi Cobb-Douglass merupakan suatu fungsi atau persamaan
yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel satu disebut variable
dependen (Y) dan yang lain disebut variabel independent (X), penyelesaian
hubungan antara X dan Y adalah biasanya dengan cara regresi, dimana variasi dari
9
Y akan dipengaruhi variasi X, dengan demikian kaidah-kaidah pada garis regresi
juga berlaku dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas (Soekartawi, 1990). Secara
sistematik, fungsi Cobb-Douglas dapat dituliskan seperti persamaan sebagai
berikut :
Y = αX1β1 X2
β2 X3β3 … Xi
βi …Xnβn eu
= αXiβi eu …………………………………………………… (2.2)
Fungsi Cobb-Douglas tersebut dinyatakan oleh hubungan Y dan X, maka :
Y = f(X1, X2, …, Xi, …, Xn)
Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan di atas, maka
persamaa tersebut diubah menjadi bentuk linier berganda dengan melogaritma-