INDEKS INVESTASI HIJAU Sektor Industri Berbasis Lahan
Tim Penulis : Richard Sahetapy Willem PattinasaranyFrans R. SiahaanMarius Gunawan Panca Pramudya Anita
Penyunting: Frans R. SiahaanWillem Pattinasarany
Buku ini diterbitkan oleh International NGO Forum on Indonesian Development (INFID) dan Indonesian Working Group on Forest Finance (IWGFF) atas dukungan The Asia Foundation (TAF). Isi dan pendapat dalam buku merupakan tanggung jawab sepenuhnya INFID/IWGFF dan bukan merupakan pandangan dan pendapat TAF.
©2018
INFID - IWGFFJl. Jatipadang Raya Kav.3 No. 105 Pasar Minggu - Jakarta Selatan, 125040
Phone 021-7819743, 7819735, 78840497 .Ex. 107. Fax. 021 – 78844703
Email : [email protected], Website: www.forestfinance.org
i
Ringkasan Eksekutif
Dalam beberapa dekade terakhir, muncul kepedulian global dari industri jasa keuangan, termasuk sektor perbankan, untuk lebih peduli terhadap dampak lingkungan dan sosial
dari investasi dan pinjaman yang diberikan untuk membiayai pem-bangunan dan industri. Hal ini dilatarbelakangi oleh penurunan kualitas lingkungan akibat dari pembiayaan bank terhadap aktivitas pembangunan dan industri tersebut. Kepedulian sektor perbankan ini ditunjukkan dengan adanya inisiatif untuk mulai memastikan investasi dan pinjaman yang diberikan tidak merusak lingkungan dan lebih ramah lingkungan. Secara internal, kepedulian ini juga ditunjukkan bank dengan cara menggunakan hemat energi dan energi terbarukan di kantor bank, mengurangi penggunaan kertas (paperless) dalam transaksi, menggunakan transaksi secara on line, membayar tagihan secara on line, dsb. Praktik semacam ini sering disebut dengan praktik perbankan hijau (green banking).
Perbankan hijau merupakan konsep bisnis berkelanjutan di sektor perbankan yang tidak hanya mempertimbangkan aspek keuntungan semata, tetapi juga mempertimbangkan aspek lingkungan/ekologi dan sosial. Perbankan hijau merupakan istilah yang populer saat ini di sektor perbankan mengingat praktik perbankan hijau di banyak nega-ra terbukti bisa berkontribusi untuk mencegah kerusakan lingkungan dan membuat planet ini lebih layak huni. Salah satu komponen yang menjadi ukuran seperti apa praktik perbankan hijau di suatu bank adalah sudah sejauh mana bank tersebut mempertimbangkan ke- lestarian lingkungan dan tanggung jawab sosial dalam investasinya atau sering disebut dengan investasi hijau (green investment). Dengan demikian investasi hijau tidak hanya investasi yang mempertimbang-kan profit (keuntungan) semata, tapi pada saat yang bersamaan juga mempertimbangkan 2P lainnya, yakni people (manusia) dan planet (bumi).
Di Indonesia praktik investasi hijau relatif baru seiring dengan dilun-curkannya peta jalan (roadmap) keuangan berkelanjutan pada De-sember 2014 oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Namun demikian,
iiiii
Kata Pengantar
Kami bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena pada akhirnya kami dapat menyelesaikan penelitian pengukuran indeks investasi hijau (green investment index) terhadap
beberapa bank di Indonesia. Kami menyadari bahwa penelitian indeks ini memiliki tantangan tersendiri mengingat isu investasi hijau dan pendanaan yang ramah lingkungan masih membutuh-kan waktu untuk menjadi perhatian utama lembaga jasa keuangan saat ini. Meskipun demikian, penelitian ini mencoba untuk melihat sejauh mana lembaga jasa keuangan, khususnya bank-bank yang beroperasi di Indonesia, mengimplementasikan prinsip keberlan-jutan (sustainability) dalam konteks pelaksanaan investasi hijau ke dalam bisnis inti perbankan.
Penelitian ini menghasilkan peringkat indeks investasi hijau 12 bank berdasarkan metodologi yang kami kembangkan. Namun, urutan peringkat indeks investasi hijau tersebut tidak bermaksud untuk menempatkan rating satu bank di atas bank lainnya dan tidak bermaksud untuk mempengaruhi reputasi bank yang ber-sangkutan sebagai lembaga jasa keuangan, terutama bank-bank yang dinilai dalam penelitian pengukuran indeks investasi hijau ini, dimana bank-bank tersebut memainkan peranan penting da-lam mendukung pembangunan nasional. Justeru kami berharap melalui penelitian ini, kami sebagai masyarakt sipil dapat mem-berikan kontribusi pemikiran positif kepada regulator keuangan maupun industri perbankan itu sendiri tentang pentingnya peran lembaga jasa keuangan, khususnya bank, dalam upaya melindungi lingkungan dan sumber daya alam.
Sebagai permulaan dari suatu penelitian yang mencoba mengukur indeks investasi hijau bank, kami menyadari bahwa penelitian ini masih memiliki keterbatasan dan kekurangan. Pengukuran indeks investasi hijau dalam penelitian ini didasarkan pada laporan ta- hunan (annual report) dan laporan keberlanjutan (sustainable re-port) bank, khususnya laporan tahun 2016, sehingga indeks yang dihasilkan adalah indeks investasi hijau tahun 2016. Oleh karena
pemerintah dan OJK telah dan terus mendorong agar bank dapat mempraktik-kan konsep investasi hijau. IWGFF/INFID juga berkontribusi untuk mendorong praktik investasi hijau di Indonesia dengan mengembangkan metodologi pe-nilaian praktik investasi hijau melalui pendekatan indeks. Metodologi dibangun berdasarkan empat prinsip keuangan berkelanjutan yang diterbitkan OJK. Em-pat prinsip ini selanjutnya diturunkan menjadi 14 indikator dan 37 sub-indika-tor sebagai alat ukur untuk menilai indeks investasi hijau bank. Bank-bank yang dipilih untuk dinilai indeksnya adalah bank-bank yang memiliki aset terbesar; yang mendanai sektor industri berbasis lahan seperti kehutanan, perkebu-nan sawit dan pertambangan; serta yang telah berkomitmen dalam kebijakan keuangan berkelanjutan yang diterbitkan oleh OJK.
Dengan menggunakan metode skoring dan expert judgment, hasil pengukuran indeks investasi hijau menunjukkan bahwa dari 12 bank yang dinilai tak satu pun bank yang masuk dalam kategori sangat bagus dalam mengimplemen-tasikan investasi hijau. Sementara itu hanya ada dua bank yang dikategorikan bagus, yakni Citibank dan Rabobank. Faktor yang menyebabkan Citibank dan Rabobank memiliki skor indeks yang lebih tinggi dibandingkan 10 bank lainnya adalah, kedua bank tersebut telah mengadopsi dan mempraktikkan free, prior, and informed consent (FPIC) dan memiliki divisi khusus untuk menilai resiko lingkungan dan sosial dalam membiayai sektor kehutanan, perkebunan sawit dan pertambangan. Hasil pengukuran indeks juga menunjukkan bahwa umum-nya bank nasional seperti Bank Mandiri, BCA, BNI, BRI, CIMB Niaga, Permata, dan Panin, serta satu bank asing yakni Sumitomo, masuk dalam kategori cukup dalam praktik investasi hijau. Sedangkan dua bank lainnya yang masuk dalam kategori kurang dalam praktik investasi hijau adalah Bank DBS dan Danamon.
Melihat fakta bahwa masih banyak bank di Indonesia yang belum menjadikan ke-bijakan investasi hijau sebagai prioritas dalam pembiayaan sektor industri ber-basis lahan, maka bank-bank tersebut perlu didorong untuk segera mengadopsi dan mengimplementasikan praktik investasi hijau sebagai bagian dari praktik perbankan hijau yang saat ini menjadi arus utama global perbankan dalam men-dukung keberlanjutan lingkungan dan sumberdaya alam. Untuk mendukung praktik investasi hijau bank ini, di ranah regulator, yakni OJK, perlu menerbitkan pedoman teknis bagi bank-bank dalam mengimplementasikan praktik investasi hijau, sekaligus meningkatkan kapasitas bank dalam mengimplementasikannya.
viv
Daftar Isi
Ringkasan Eksekutif ....................................................................... i
Kata Pengantar ................................................................................. iii
Daftar Isi ............................................................................................. v
Daftar Singkatan .............................................................................. vii
Daftar Gambar .................................................................................. ix
Daftar Tabel ....................................................................................... xBAGIAN 1: PERBANKAN HIJAU ............................................... 1 Inisiatif Global Perbankan Hijau ...................................... 2 Kerangka Inisiatif Global Mekanisme Perbankan Hijau ...................................................................... 3 Inisiatif Perbankan Hijau di Indonesia .......................... 6 Kerangka Regulasi Perbankan Hijau di Indonesia ............................................................................... 7 Investasi Hijau dalan Konteks Perbankan Hijau ............................................................................................. 7 Mengukur Indeks Investasi Hijau .................................... 8
BAGIAN 2: MEMERINGKATKAN INDEKS INVESTASI HIJAU BANK ............................................................. 9 Alat Pemeringkatan ............................................................... 11 Memilih bank yang akan diukur indeks-nya ............... 13 Indeks investasi hijau dua belas bank terpilih ........... 14 Keterbatasan Penelitian ....................................................... 15
BAGIAN 3: BANK ASING MASIH TERATAS ........................... 17 Mengapa Bank Asing? ........................................................... 17 Bank Dalam Penerapan Prinsip Investasi Hijau ........ 22
itu, dengan terbitnya buku ini, kami sangat berharap ke depannya ada per-baikan terhadap penelitian indeks seperti ini, termasuk melanjutkan peneli-tian pengukuran nilai indeks investasi hijau untuk tahun-tahun selanjutnya.
Akhirnya, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan buku indeks investasi hijau ini, terutama tim penulis dan tim kerja IWGFF-INFID dalam Program Setapak yang didukung oleh The Asia Foundation. Kiranya hasil penelitian ini dapat menjadi secercah harapan bagi upaya perlindungan serta pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan di Indonesia.
Jakarta, 28 Juni 2018
Hormat kami,
Willem PattinasaranyKordinator IWGFF
Sumber gambar: www.pexels.com
viivi
Daftar Singkatan
BAGIAN 4: INDEKS DAN ASPEK PERBAIKAN ..................... 31 Aspek Regulasi ......................................................................... 31 Aspek Insentif dan dis-Insentif ......................................... 34 Aspek Peningkatan Kapasitas dan Inovasi Produk Perbankan.................................................................. 35
BAGIAN 5: KESIMPULAN, SARAN & REKOMENDASI ....... 37 Saran Dan Rekomendasi ...................................................... 38
Referensi ............................................................................................. 41
Lampiran ............................................................................................ 43Lampiran 1. Tabel Matriks Presentase Bobot kepada Prinsip, Indikator dan Sub Indikator............................................... 43Lampiran 2. Tabel Hasil Penilaian Indeks Investasi Hijau .............. 48
AMDAL : Analisis Mengenai Dampak Lingkungan BCB : Bank Central BrazilBEI : Banking Environment InitiativeBNI 46 : Bank Negara Indonesia – 46 BCA : Bank Central Asia BRI : Bank Rakyat Indonesia BPS : Badan Pusat Statistik BUMN : Badan Usaha Milik Negara BI : Bank IndonesiaCGF : Consumer Good ForumCBRC : China Banking Regulatory CommissionCSR : Corporate Social ResponsibilityCIMB : Commerce International Merchant BankersDPNP : Departemen Penelitian dan Pengaturan Perbankan DBS : Development Bank of Singapore EP : Equator Principles FEBRABAN : Federasi Brazilian of BankFPIC : Free and Prior Informed ConsentHTI : Hutan Tanaman Industri HCV : High Conservation ValueIWGFF : Indonesian Working Group on Forest Finance INFID : Internasional NGO Forum on Indonesian Development ISPO : Indonesian Sustainable Palm Oil KPK : Komisi Pemberantasan Korupsi KUR : Kredit Usaha Rakyat KLHK : Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan LST : Lingkungan, Sosial dan Tatakelola LJK : Lembaga Jasa Keuangan LBI : Land Based Industry Minerba : Mineral dan Batubara
Sumber gambar: i.ytimg.com
ixviii
Daftar Gambar
OJK : Otoritas Jasa Keuangan PBOC : People’s Bank of ChinaPRI : Principles for Responsible InvestmentPBB : Perserikatan Bangsa-Bangsa3 P, : Profit, People and PlanetPBI : Peraturan Bank Indonesia PDB : Produk Domestik Bruto PNBP : Pendapatan Negara Bukan Pajak POJK : Peraturan Otoritas Jasa Keuangan PROPER : Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup RRT : Repoblik Rakyat TiongkokRPJPN : Rencana Pembangunan Jangka Panjang NasionalRPJPMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RSPO : Roundtable on Sustainable Palm Oil 3 R : Reduce, Reused, RecycleSE BI : Surat Edaran Bank Indonesia SDM : Sumber Daya Manusia SCC : Commodities CompactSDA : Sumber Daya AlamSOP : Standard Operating Procedure SVLK : Sistem Verivikasi dan Legalitas Kayu UN : United Nation UU-PPLH : Undang Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan HidupWWF : World Wide Fund for Nature/World Wildlife Fund
Gambar 1. Pertumbuhan Aset Bank (Rp Trilyun)
Gambar 2. Protofolio Bank-Bank dalam Penyaluran Investasi ke Sektor Hutan, HTI dan Tambang
Gambar 3. Indeks investasi hijau masing-masing bank berdasarkan penilaian empat prinsip
Gambar 4. investasi hijau bank berdasarkan penilaian prinsip I dengan indikator 1-3
Gambar 5. Pelaksanaan investasi hijau bank berdasarkan penilaian prinsip II dengan indikator 1-2
Gambar 6. Pelaksanaan investasi hijau bank berdasarkan prinsip III dengan indikator 1-5
Gambar 7. Pelaksanaan investasi hijau bank berdasarkan prinsip IV dengan indikator 1-4
Sumber gambar: www.pexels.com
1x
Daftar Tabel Bagian 1:PERBANKAN HIJAU
Institusi keuangan, khususnya sektor perbankan memiliki peran penting di masyarakat. Lewat produk dan layanannya, perbank-an mempengaruhi arah dan laju pembangunan ekonomi suatu
negara untuk jangka pendek dan jangka panjang. Sektor ini menjadi salah satu sumber utama pembiayaan pembangunan dan berbagai industri, seperti pembangunan infrastuktur, pembangunan sumber energi, industri semen, bahan kimia, baja, kertas, pupuk, perkayuan (logging), tambang batubara, perkebunan sawit dsb. Banyak orang berpikir bahwa aktivitas perbankan tidak terkait sama sekali de- ngan penurunan kualitas lingkungan, namun faktanya tidaklah de-mikian. Harus diakui, lewat produk dan layanan perbankan, seperti pemberian kredit untuk membiayai aktivitas pembangunan dan industri seperti di atas, sedikit banyak telah berpengaruh terhadap penurunan kualitas lingkungan.
Merespon penurunan kualitas lingkungan tersebut, dalam dekade terakhir muncul kepedulian global dari sektor perbankan untuk lebih memperhatikan dampak sosial dan lingkungan dari investa-si dan pinjaman yang bank berikan ke pembiayaan pembangunan dan industri. Kepedulian ini ditunjukkan dengan adanya inisiatif dari beberapa bank untuk mendorong investasi ramah lingkungan lewat pemberian prioritas investasi dan pinjaman kepada industri yang sudah menerapkan praktik hijau atau yang sedang mencoba untuk tumbuh hijau.
Istilah praktik “hijau” (green) dalam perbankan atau dikenal deng-an perbankan hijau (green banking) bisa diartikan sebagai kegi- atan perbankan yang mendorong praktik ramah lingkungan melalui berbagai aktivitas perbankan. Praktik perbankan hijau saat ini di- praktikkan dalam berbagai bentuk, seperti menggunakan transaksi secara on line atau bukan lewat perbankan cabang, membayar ta- gihan secara on line, bukan mengirimkannya lewat pos; mengurangi penggunaan kertas (paperless) dalam transaksi, penggunaan hemat energi dan energi terbarukan di kantor bank, memberi pinjaman
Table 1. Bobot Prisnsip, Indikator, dan Sub Indikator
Table 2. Kategorisasi Penilaian Investasi Hijau
Table 3. Hasil pengukuran indeks investasi hijau 12 bank
Table 4. Peringkat indeks investasi hijau 12 bank dan penjelasan indeks
Table 5. Temuan penilaian investasi hijau 12 bank
Sumber gambar: www.dailyasianage.com
Sumber gambar: www.pexels.com
32
Indeks Investasi Hijau | Sektor Berbasis LahanIndeks Investasi Hijau | Sektor Berbasis Lahan
bagi perusahaan yang mempraktik-kan kepedulian lingkungan, dsb.
Dalam pelaksanaanya perbankan hi-jau beroperasi seperti bank normal, hanya saja pertimbangan utama bu-kan lagi semata-mata keuntungan (profit), tetapi juga pertimbangan lingkungan/ekologi dan sosial untuk melindungi keberlanjutan lingkung-an dan melestarikan sumber daya alam. Bank seperti ini tetap diken- dalikan oleh otoritas manajemen yang sama, hanya saja ada agenda tambahan untuk menjaga lingku- ngan/ habitat/ sumberdaya alam. Bank yang mempertimbangkan as-pek lingkungan/ekologi dan sosial semacam ini disebut sebagai bank yang beretika (ethical bank) atau bank yang berkelanjutan (sustain-able bank).
Seperti disebutkan di banyak literatur, istilah perbankan hijau sangat popu-ler sekarang ini di seluruh dunia mengingat penerapan perbankan hi-jau bisa berkontribusi untuk mence-gah kerusakan lingkungan dan mem-buat planet ini layak huni. Perbankan hijau signifikan untuk mendorong praktik ramah lingkungan dan men-gurangi emisi karbon. Praktik per-bankan hijau juga mempromosikan tanggung jawab sosial perbankan dimana bank penting mempertim-bangkan aspek lingkungan sebelum memutuskan membiayai proyek yang ramah lingkungan dan yang memiliki implikasi lingkungan di masa depan (Bihari, 2011).
INISIATIF GLOBAL PERBANKAN HIJAUKonsep perbankan hijau pertama kali dimunculkan tahun 1980 oleh Bank Triodos di Belanda, dimana
sejak hari pertama beroperasi bank tersebut sudah memulai bisnisnya dengan pertimbangan keberlanjutan lingkungan (Shaumya dan Arulrajah, 2017). Sejak Tahun 1990 bank ini telah meluncurkan “dana hijau” un-tuk melakukan pendanaan terhadap proyek-proyek ramah lingkungan dan demikian seterusnya untuk ta-hun-tahun berikutnya (Dash, 2008). Setelah apa yang dilakukan Bank Triodos, bank-bank lain di seluruh dunia terinspirasi untuk melaku-kan inisiaif perbankan hijau, baik itu yang difasilitasi pemerintah, organi-sasi perbankan, maupun atas inisiatif bank itu sendiri
Di Brazil misalnya, difasilitasi oleh Federasi Perbankan Brasil (Brazil-ian Federation of Bank, FEBRABAN), pada tahun 2008 mengadopsi pro-tokol hijau secara voluntary per-tama kalinya oleh lima Bank milik negara yang kemudian diikuti oleh bank-bank komersial lain pada tahun 2009. Pada tahun 2014, Bank Sen-tral Brasil (BCB) mempublikasikan sebuah resolusi mandatory 4, 327 mengenai tanggung jawab lingku-ngan dan sosial untuk institusi keua-ngan di negara tersebut. Sebuah stu-di yang diadakan pada tahun 2013 memperkirakan bahwa sudah 11% nilai kredit perbankan diarahan un-tuk investasi “energi terbarukan” dan pertanian ramah lingkungan (IFC, 2007).
Di Tiongkok, Bank Rakyat Tiong-kok (People’s Bank of China/PBOC), Komisi Pengatur Bank China (China Banking Regulatory Commission/CBRC), dan Kementerian Perlindu- ngan Lingkungan pada tahun 2007 secara bersama-sama menerbit-kan kebijakan kredit hijau dan pe-domannya dalam bentuk pedoman
pengelolaan resiko lingkungan dan sosial. Pelaksanaan kebijakan terse-but menunjukkan kemajuan yang signifikan, yakni berdasarkan data statistik yang diterbitkan CBRC tahun 2015 ada sebanyak 21 bank terbe-sar di RRT dengan aset sekitar 80% dari total aset seluruh bank di negara tersebut, mayoritas bank yang telah mengadopsi pedoman pengelolaan resiko lingkungan dan sosial dan Kredit Hijau sudah mencapai sekitar 10% dari portofolio bank-bank (IFC, 2007).
Di Amerika Serikat telah ada regulasi Green Bank Act 2017 yang membe- rikan dukungan pendanaan berupa pinjaman, loan guarantee, sekuritisa-si utang, asuransi dan berbagai ben-tuk fasilitas manajemen risiko untuk proyek-proyek energi bersih dan e- nergi efisien kepada negara bagian, kotapraja, dan green bank di tingkat regional. Namun jauh sebelumnya sejak tahun 2011 sudah ada 6 negara bagian yang mendirikan green bank. Keenam negara bagian tersebut ialah Connecticut, New York, California, Vermont, Hawaii, and Rhode Island. Connecticut Green Bank sudah mela-hirkan rata-rata $6 investasi privat untuk tiap $1 biaya publik yang dike-luarkan, menciptakan hampir 13.000 lapangan kerja, memproduksi energi terbarukan $1 milyar, serta mengu-rangi emisi CO2 lebih dari 2,6 juta ton (IFC, 2007).
Bangladesh merupakan salah satu negara pionir di Asia Selatan untuk praktik perbankan hijau. Bangladesh Bank telah menerbitkan surat edaran mengenai Panduan Kebijakan untuk Green Banking pada tahun 2011 da-lam rangka menumbuhkan norma
bagi perlindungan lingkungan hi-dup dan memastikan praktik-praktik perbankan yang sustainable (Ahmad et.al., 2013). Dengan adanya surat edaran ini, semua bank mengambil inisiatif untuk merumuskan kebi- jakan perbankan hijau menuju peng-gunaan sumber daya alam secara lebih optimum dan meningkatkan ak-tivitas-aktivitas yang ramah lingkun-gan. Bangladesh Bank mendorong dengan aktif berbagai bank komer-sial untuk mengimplementasikan perbankan hijau, termasuk mengem-bangkan sanksi untuk menghindari pendanaan proyek-proyek yang po-tensial merusak lingkungan hidup (Alam et.al., 2017).
Negara lain seperti India, Turki, Ru-mania, dan Yunani juga sudah me-nerapakan perbankan hijau lewat dukungan pendanaan terhadap proyek-royek hijau dan pengemba- ngan produk perbankan hijau.
KERANGKA INISIATIF GLOBAL MEKANISME PERBANKAN HIJAUBeberapa Insiatif global yang menja-di kerangka tanggung jawab lingku-ngan dan sosial sektor perbanakan dari lembaga keuangan.
Secara ringkas, governansi interna-sional ini dapat diterangkan sebagai berikut:
1. Soft Commodities Compact (SCC)1, adalah inisiatif unik yang di- prakarsai oleh client Consumer Good Forum (CGF) yang bertu-juan untuk memobilisasi industri perbankan secara keseluruhan
1https://www.cisl.cam.ac.uk/business-action/sustainable-finance/banking-environment-initiative/pdfs/the-bei-and-cgfs-soft-commodities-compact.pdf
54
Indeks Investasi Hijau | Sektor Berbasis LahanIndeks Investasi Hijau | Sektor Berbasis Lahan
untuk berkontribusi dalam me- ngubah rantai pasok komoditas dalam rangka membantu client mencapai nol deforestasi pada tahun 2020. Ini adalah salah satu dari alur kerja utama dari Bank-ing Environment Initiative (BEI). SCC ini beranggotakan sekitar 400 institusi yang memiliki por-tofolio keuangan sekitar $ 3 tri-lyun. Untuk saat ini bank-bank yang telah mengadopsi SCC ini diperkirakan meliputi 50% per- dagangan keuangan secara glo-bal.
2. Equator Principles (EP)2, adalah adalah seperangkat pedoman untuk menentukan, menilai, dan mengelola risiko lingkungan dan sosial dalam pembiayaan proyek. EP ini bersifat sularela, khusus disiapkan untuk menyediakan suatu standar minimum dalam proses uji tuntas (due diligence) guna mendukung kebijakan pe- ngelolaan risiko secara bertang-gung jawab. EP telah diterapkan di seluruh dunia, yang meliputi semua sektor industri yang ma-suk dalam empat produk keua- ngan yaitu, a) Jasa Konsultan Pem-biayaan Proyek (Project Finance Advisory Services); b) Proyek Pembiayaan (Project Finance); c) Pinjaman Perusahaan Terkait Proyek (Project-Related Corpo-rate Loans); dan d) Pinjaman Penghubung (Bridge Loans). Saat ini terdapat 80 Lembaga Keua-ngan Equator Principles (EP-FIs) yang ada di 34 negara telah mengimplementasikan EP yang mencakup lebih dari 70 pers-en Proyek Pembiayaan Kredit
yang saat ini beroperasi pada pa- sar-pasar yang sedang berkem-bang pesat
3. UN Principles for Responsible Investment (PRI)3, ini adalah serangkaian prinsip yang men- jadi standar global untuk investa-si yang bertanggungjawab dalam kaitannya dengan faktor-faktor lingkungan, sosial dan kebijakan perusahaan. Tujuan utama dari prinsip-prinsip ini adalah mem-pertemukan komitmen kegiatan investasi kepada para penerima manfaat utama dalam kerangka kepentingan masyarakat yang lebih luas. Keenam prinsip terse-but didasarkan pada kepenti- ngan jangka panjang terbaik bagi para investor, pasar keuangan, ekonomi, lingkungan dan ma- syarakat secara keseluruhan. Perserikatan Bangsa - Bangsa (PBB) mendukung prinsip-prin-sip tersebut di mana pelaksa-naannya diawasi oleh organisasi terpisah secara independen. Or-ganisasi yang mau mengadopsi prinsip ini yang biasa disebut se-bagai “penandatangan” harus se-cara terbuka berkomitmen untuk mengadopsi dan menerapkan PRI yang sesuai dengan prinsip-prin-sip dalam PRI yang telah mereka tandatangani. Adapun ke enam prinsip itu secara umum adalah sbb:
a) Memasukkan isu lingkungan, sosial dan tata kelola peru-sahaan mengenai Lingku-ngan, Sosial, Tatakelola (LST) ke dalam analisis investa-si dan proses pengambilan
keputusan. Penandatangan dapat mengikuti prinsip per-tama dengan mendukung pengembangan alat, met-rik dan analisis terkait ESG, serta mendorong penelitian dan analisis oleh penyedia layanan juga para akademisi mengenai isu-isu terkait LST.
b) Secara aktif memasukkan isu LST ke dalam kebijakan dan praktik kegiatan institusi. Penandatangan dapat mengi-kuti prinsip kedua dengan mempromosikan dan melin- dungi hak pemegang saham dan dengan melibatkan pe-rusahaan mengenai masalah LST.
c) Secara aktif mencari dan mengevaluasi secara tepat mengenai isu-isu LST pada nasabah tempat institusi ber-investasi. Organisasi dapat meminta perusahaan untuk mengintegrasikan isu-isu LST ke dalam laporan keuangan tahunan mereka dan meminta pelaporan standar mengenai isu-isu LST melalui alat-alat seperti Global Reporting Ini-tiative - sebuah upaya pe- laporan keberlanjutan yang mewajibkan organisasi untuk mengungkapkan dampaknya terhadap perubahan iklim, hak asasi manusia, korupsi, dan isu keberlanjutan lain-nya.
d) Mempromosikan peneri-maan dan penerapan prin-sip-prinsip dalam industri investasi. Penanda tangan
dapat mengkomunikasikan harapan LST mereka dengan penyedia layanan dan menin-jau kembali hubungan de- ngan nasabah-nasabah yang tidak mematuhi pedoman LST.
e) Bekerja sama untuk mening-katkan keefektifan kegiatan dalam menerapkan prin-sip-prinsip PRI. Institusi dapat berkolaborasi untuk menangani isu-isu baru dan mendukung inisiatif melalui berbagi informasi, alat-alat dan sumber daya.
f) Melaporkan kegiatan dan kemajuan dalam menerap-kan prinsip-prinsip tersebut. Melalui prinsip ini, institu-si mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesadaran ten-tang prinsip-prinsip LST ke-pada lebih banyak pemangku kepentingan dan penerima manfaat.
4. UN Global Compact4, adalah ini-siatif meyakini bahwa keber-lanjutan perusahaan dimulai de-ngan sistem nilai perusahaan dan pendekatan yang berintegri-tas untuk melakukan bisnis. Ini berarti bahwa perusahaan terse-but beroperasi dengan cara yang secara minimal memenuhi tanggung jawab mendasar di bidang hak asasi manusia, bu-ruh, lingkungan dan anti-korupsi. Bisnis yang bertanggung jawab menerapkan nilai dan prinsip yang sama di manapun mereka hadir dan melakukan kegiatan, dan mengetahui bahwa praktik
2http://www.equator-principles.com/3https://www.unpri.org/aboutn 4https://www.unglobalcompact.org/
76
Indeks Investasi Hijau | Sektor Berbasis LahanIndeks Investasi Hijau | Sektor Berbasis Lahan
yang baik di satu wilayah tidak menimbulkan resiko bagi orang lain. Dengan memasukkan prin-sip-prinsip Global Compact ke dalam strategi, kebijakan dan prosedur, dan membangun bu-daya integritas, perusahaan ti-dak hanya menegakkan tanggung jawab dasar mereka kepada umat manusia dan bumi, namun juga menetapkan keberadaan bisnis mereka untuk keberhasilan da-lam jangka panjang. Sepuluh Prin-sip PBB Global Compact berasal dari: Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia, Deklarasi Or-ganisasi Buruh Internasional ten-tang Prinsip dan Hak Mendasar di Tempat Kerja, Deklarasi Rio tentang Lingkungan dan Pemba-ngunan, dan Konvensi Perserika-tan Bangsa-Bangsa Melawan Ko-rupsi.
INISIATIF PERBANKAN HIJAU DI INDONESIAKomitmen Indonesia dalam penera-pan perbankan hijau atau yang dalam terminologi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) disebut keuangan berkelan- jutan (sustainable finance) ditun-jukkan dengan diluncurkannya peta jalan (roadmap) keuangan berkelan-jutan pada Desember 2014. Road-map ini merupakan langkah strategis jangka panjang dan jangka menengah Pemerintah Indonesia untuk Lem-baga Jasa Keuangan (LJK) agar ber-peran aktif dan berkontribusi dalam proses pembangunan berkelanjutan dalam rencana pembangunan jangka panjang nasional (RPJP) 2005-2025 dan rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) 2015-2019 yang bertumpu pada 3P, yaitu
Profit (keuntungan), People (manu-sia) dan Planet (bumi).
Dalam konteks keuangan berkelan-jutan, peta jalan ini menerapkan empat prinsip dasar, yakni, perta-ma, prinsip pengelolaan risiko yang mengintegrasikan aspek perlindu- ngan lingkungan hidup dan tang- gungjawab sosial dalam manajemen risiko LJK; kedua, prinsip pengem-bangan sektor ekonomi prioritas berkelanjutan yang bersifat inklusif; ketiga, prinsip tata kelola pada as-pek Lingkungan Hidup dan tanggu-ngjawab Sosial termasuk didalam- nya adalah pelaporan berkelanjutan (sustainability report); dan keempat, prinsip peningkatan kapasitas dan kemitraan kolaboratif untuk men-ciptakan sinergi dalam implementasi keuangan berkelanjutan.
Dalam implentasinya peta jalan ini secara khusus ingin meningkatkan daya tahan dan daya saing LJK sehing-ga mampu tumbuh dan berkembang secara berkesinambungan, Menye-diakan sumber pendanaan yang di- butuhkan masyarakat mengacu ke-pada RPJPN (Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional) dan RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Me-nengah Nasional) yang bercirikan 3P (Profit, People, dan Planet) dan berkontribusi pada komitmen na- sional atas permasalahan pemanasan global (global warming) melalui ak-tivitas bisnis yang bersifat pencega-han/mitigasi maupun adaptasi atas perubahan iklim menuju ekonomi rendah karbon yang kompetitif. Melalui peta jalan ini diharapkan akan terjadi peningkatan penyediaan pendanaan dari LJK bagi proyek-proyek hijau (green projects), pe- ningkatan permintaan terhadap pro-
duk dan jasa keuangan hijau (green financial product and services) yang disertai dengan peningkatan penga-wasan dan koordinasi implementasi keuangan berkelanjutan.
KERANGKA REGULASI PERBANKAN HIJAU DI INDONESIAKerangka hukum untuk melihat praktik perbankan hijau bisa dilihat pada Pasal 67 UU No. 32/2009 ten-tang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH), yang menyatakan "Setiap orang berke-wajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta me- ngendalikan pencemaran dan/atau kerusakan lignkungan hidup”. Lebih lanjut dalam pasal 68 menyatakan bahwa Setiap orang yang melaku-kan usaha dan/atau kegiatan berke-wajiban (a) Memberikan informasi yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup secara benar, akurat, terbuka, dan tepat waktu; (b) Menjaga keberlan-jutan fungsi lingkungan hidup; dan (c) Mentaati ketentuan tentang baku mutu lingkungan hidup dan/atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup. Kewajiban ini berlaku untuk siapa saja, termasuk sektor perbank-an, bukan hanya debitur selaku pihak pemohon kredit, tapi juga termasuk sektor perbankan selaku pihak pem-beri kredit.
Kewajiban di atas menjadi relevan bagi perbankan untuk menerapkan prinsip kehati-hatian (prudential principles) dalam aktivitas perbank-an seperti diatur dalam Pasal 2, 8, dan Pasal 29 ayat (2) dan (3) UU No.
7/1992 tentang perbankan jo Pasal 25 UU No. 23/1999 tentang Bank In-donesia. Prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit dilakukan dengan melakukan analisis terhadap fak-tor penilaian yang meliputi prospek usaha, kinerja debitur, dan kemam-puan membayar. Bank Indonesia juga telah menerbitkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 14/15/PBI/2012 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum. Dalam pasal 11 ayat 1 point e PBI yang menyatakan penilaian ter- hadap prospek usaha termasuk upaya yang dilakukan debitur da-lam rangka memelihara lingkungan hidup.
Peraturan Bank Indonesia tersebut telah diatur pelaksanaannya dengan Surat Edaran Bank Indonesia (SE BI) No. 15/28/DPNP tanggal 31 Juli 2013 kepada semua bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional perihal Penilaian Kua-litas Aset Bank Umum menyatakan bahwa “Dalam rangka penyaluran dana, Bank harus memperhatikan je-nis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL sebagaimana ditetapkan dalam Pera-turan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegia-tan yang Wajib Memiliki AMDAL”. Per-nyataan yang dicantumkan dalam SE BI tersebut merupakan pernyataan kesadaran dan pengakuan serta pen-egasan bahwa kewajiban yang ter-cantum dalam UUPPLH juga merupa-kan kewajiban yang harus dipatuhi oleh bank.
5Lihat https://www.oecd.org/finance/WP_24_Defining_and_Measuring_Green_Investments.pdf
98
Indeks Investasi Hijau | Sektor Berbasis Lahan
INVESTASI HIJAU DALAM KONTEKS PERBANKAN HIJAU Salah satu komponen yang menja-di ukuran apakah suatu bank sudah menerapkan praktik perbankan hi-jau atau belum adalah sudah sejauh mana bank mempertimbangkan ke-lestarian lingkungan dan tanggung jawab sosial dalam investasinya atau sering disebut dengan investasi hi-jau (green investment). Kata investa-si sudah sangat akrab di telinga kita, demikian juga kata hijau. Investasi hijau memiliki banyak definisi dan pengertian5 dan tidak ada defenisi tunggal tentang frase ini. Investasi hi-jau dalam konteks perbankan dapat didefinisikan sebagai upaya bank dalam mengelola isu lingkungan dan sosial dengan mengurangi dampak negatif dari kegiatan investasi ter-hadap lingkungan dan masyarakat. Dengan demikian investasi hijau ti-dak hanya investasi yang memper-timbangkan profit (keuntungan) se-mata, tapi pada saat yang bersamaan juga mempertimbangkan 2P lainnya, yakni people (manusia) dan planet (bumi). Sejumlah perusahaan yang terdaftar di pasar modal telah dan se-dang menerapkan investasi hijau un-tuk menarik calon pemegang saham (Chariri, et. al, 2018). Hal ini dise-babkan oleh adanya kecenderungan global saat ini bahwa investasi hijau dapat meningkatkan daya saing, re- putasi dan nilai (value) perusahaan.
Dalam tataran operasional, investa-si hijau yang dimaksud Indonesian Working Group on Forest Finance (IWGFF) dalam penelitian ini adalah (a) bank telah mengintegrasikan as-pek perlindungan lingkungan hidup dan sosial dalam manajemen risiko
bank; (b) bank telah memberikan dukungan pendanaan dalam kegia-tan usaha yang memberikan per-lindungan terhadap kawasan hutan; (c) bank telah mempraktikkan tata kelola lingkungan dan sosial yang baik dalam pendanaan industri ber-basis hutan dan lahan; dan (d) bank telah meningkatkan kapasitas staf dan penggunaan teknologi infor-masi untuk mendukung (a), (b) dan (c). Selanjutnya pengertian investa-si hijau di atas diturunkan menjadi seperangkat alat ukur seperti dijelas-kan pada bab 2 dan 3.
MENGUKUR INDEKS INVESTASI HIJAUIWGFF/INFID berinisiatif melakukan pengukuran investasi hijau dengan pendekatan indeks. Pengukuran in-deks ini merupakan upaya IWGFF/INFID untuk melihat sudah sejauh mana praktik dan komitmen investa-si hijau di bank-bank di Indonesia terhadap empat pengertian seperti dijelaskan di atas. Indeks ini merupa-ka kontribusi masyarakat sipil untuk mendorong penerapan investasi hi-jau yang lebih baik di Indonesia.
Secara umum, tujuan dari mengukur investasi hijau ini adalah, perta-ma, menilai komitmen lembaga jasa keuangan, dalam hal ini perbankan baik bank nasional maupun bank asing yang beroperasi di Indonesia dalam mendukung investasi hijau di Indonesia; kedua, mendorong upaya perbaikan kebijakan pada lembaga jasa keuangan khususnya perbank-an di Indonesia dalam upaya pen-erapan investasi hijau di Indonesia melalui peta jalan (roadmap) keua-ngan berkelanjutan 2015-2019 yang sudah diterbitkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tahun 2014.
Bagian 2:MEMERINGKATKAN INDEKS INVESTASI HIJAU BANK
Dalam penyusunan indeks ini, IWGFF/INFID melakukan pe-nilaian investasi hijau terhadap bank-bank yang mengucur-kan dananya untuk mendanai industri berbasis lahan, yakni
sektor kehutanan, perkebunan kelapa sawit, dan pertambangan mineral dan batubara (minerba). Sektor ini dipilih karena kegiatan operasional mereka selama ini berdampak terhadap deforetasi dan degradasi lingkungan.
Sebagai pemilik luas hutan ketiga terbesar di dunia, Hutan Indo-nesia merupakan bagian terpenting dari lanskap alam global dan mempunyai nilai tinggi bagi pembangunan perekonomian nasio- nal. Bisnis di sektor kehutanan di Indonesia merupakan suatu ke-niscayaan bagi kalangan bisnis di Indonesia. Dalam periode tahun 1970an sampai akhir 1990an sektor ini menjadi peringkat teratas kedua setelah migas sebagai penyumbang devisa terbesar bagi negara. Namun demikian seiring menjadi tumpuan devisa negara, masalah deforestasi dan degradasi hutan di Indonesia menjadi an-caman serius bagi kelestaraian sumberdaya hutan
Berdasarkan analisis yang dilakukan Forest Watch Indonesia (FWI) dan Globa Forest Watch (GFW) menunjukan bahwa laju defo- restasi Indonesia telah mencapai 1,7 juta hektar/tahun pada awal 1990-an, bahkan mencapai 2 juta hektar per tahun pada tahun 1996 (FWI/GFW, 2001). Di periode selanjutnya, laju deforestasi mengalami penurunan menjadi 1,5 juta hektar/tahun dalam kurun waktu 2009 – 2013 (FWI, 2014). Menurut data statistik Kemen- terian Kehutanan tahun 2011, laju deforestasi di Indonesia pada periode 2000-2010 mencapai hingga 1,2 juta hektar hutan alam setiap tahun6. Angka laju deforestasi ini turun menjadi 479 ribu hektar per tahun sepanjang periode Juli 2016-Juni 20177. Terlepas
6https://www.wwf.or.id/program/reduksi_dampak_lingkungan/kehutanan/7http://www.menlhk.go.id/siaran-78-angka-deforestasi-tahun-20162017-menurun.html
Sumber gambar: www.bankofhope.com
1110
Indeks Investasi Hijau | Sektor Berbasis LahanIndeks Investasi Hijau | Sektor Berbasis Lahan
dari perbedaan angka laju deforesta-si di atas, baik data versi pemerintah maupun organisasi non pemerintah menunjukan masih tingginya laju de-forestasi di Indonesia.
Sampai tahun 2015, seluas 19,6 juta hektar kawasan hutan telah diberi-kan untuk 269 perusahaan Hak Pe- ngusahaan Hutan (HPH) dan 10,7 juta hektar untuk 280 perusahaan ta-naman industri (HTI) (KLHK, 2015). Portofolio bank-bank di Indonesia dalam memberikan kredit untuk sektor kehutanan yang digabung de-ngan sektor pertanian dan perburu-an sampai pada Juni 2017 mencapai Rp. 296. 65 Trilyun8.
Untuk sektor perkebunan kelapa sa-wit, data Ditjen Perkebunan, Kemen-terian Pertanian, 2017, menyebut-kan, bahwa luas kebun sawit nasional mencapai angka sebesar 12,3 juta hektar, sedangkan luas kebun sawit rakyat sebesar 4,7 juta hektar9. Luas kebun sawit tersebut telah diberikan untuk 1.412 perusahaan perkebu-nan sawit (Ditjen Perkebunan, 2017). Ekspansi perkebunan sawit telah berdampak siginifikan terhadap ke- rusakan hutan (deforestasi) di Indo-nesia. Data Greenpeace menyebutkan bahwa perkebunan kelapa sawit telah berdampak terhadap deforestasi de- ngan luas sebesar 300 ribu hektar pada periode 2009-201110. Ekspan-si perkebunan sawit ini juga telah memunculkan konflik agraria yang
sangat serius. Data dari Konsorsium Pembaharuan Agraria (KPA) menun-jukkan bahwa sepanjang tahun 2017, ada sebanyak 208 kejadian konflik agraria di sektor perkebunan sawit11. Terlepas dari dampak negatif tersebut, di sisi lain GAPKI (Gabungan Asosiasi Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia) menyebutkan industri perkebunan sawit telah berdampak positif terha-dap perekonomian nasional dan men-jadi salah satu penyumbang devisa negara, yakni mencapai 23 milyar dol-lar di tahun 201712.Portofolio bank-bank di Indonesia dalam memberikan kredit untuk sektor perkebunan ke-lapa sawit sangat besar. Sebagai con-toh, untuk Bank Mandiri saja, bank ini telah menyalurkan kredit ke sektor perkebunan kelapa sawit sebesar RP. 48,97 triliun atau sebesar 8,54 persen dari protofolio kreditnya13.
Untuk sektor pertambangan, data kementerian ESDM menyebutkan jumlah izin industri pertambangan di Indonesia mencapai 9721 Izin Usaha Pertambangan (IUP). Jumlah IUP ini jauh berkurang dibandingkan dengan jumlah IUP tahun 2014, yak-ni mencapai 10.918 IUP. Penurunan jumlah IUP ini sebagai akibat dari penataan izin pertambangan yang diinisiasi oleh Komisi Pemberatasan Korupsi lewat Koordinasi dan Super-visi (Korsup) Pertambangan.
Sektor mineral dan batubara (Mi- nerba) memiliki peran penting dalam
penerimaan negara. Sepanjang tahun 2017, Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara mencatat penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari mi- nerba mencapai Rp. 40,6 triliun14. Angka ini turun 14% dari realisa-si PNBP tahun sebelumnya yang mencapai Rp35,371 triliun. Sekali-pun kontribusinya besar terhadap pendapatan negara, namun sektor minerba juga menimbulkan keru-sakan lingkungan yang sangat serius, termasuk membiarkan lubang tam-bang tetap terbuka pasca tambang yang mengakibatkan 27 anak tewas tenggelam di Kalimantan Timur15. Portofolio bank-bank di Indonesia dalam memberikan kredit untuk industri pertambangan mencapai Rp. 122,47 Trilyun sepanjang tahun 201716.
ALAT PEMERINGKATANUntuk memeringkatkan bank-bank mana saja yang sudah mempertim-bangkan investasi hijau, IWGFF/INFID menggunakan empat prinsip keuangan berkelanjutan seperti yang disebutkan dalam roadmap keuangan berkelanjutan 2015-2019 OJK ,yakni (1)Prinsip pengelolaan risiko yang mengintegrasikan aspek perlindu- ngan lingkungan hidup dan tang- gungjawab sosial dalam manajemen risiko LJK; (2) Prinsip pengembangan sektor ekonomi prioritas berkelanju-tan yang bersifat inklusif; (3) Prinsip tata kelola pada aspek lingkungan hidup dan tanggungjawab sosial, ter-masuk didalamnya adalah pelaporan berkelanjutan (sustainability report);
dan (4) Prinsip peningkatan kapasi-tas dan kemitraan kolaboratif untuk menciptakan sinergi dalam imple-mentasi keuangan berkelanjutan. Empat prinsip Keuangan Berkelan- jutan tersebut merupakan empat pilar yang saling mendukung satu dengan yang lain dalam penerapan kebijakan Keuangan Berkelanjutan yang di telah diterbitkan oleh OJK da-lam roadmap. Empat prinsip terse-but kemudian dikembangkan menja-di empat prinsip operasional sesuai dengan kebutuhan penilaian indeks investasi hijau terhadap bank-bank yang akan dinilai. Keempat prinsip operasional tersebut adalah:
Prinsip 1:
Bank mengintegrasikan aspek per-lindungan lingkungan hidup dan so-sial dalam manajemen risiko.
Prinsip 2:
Bank memberikan dukungan beru-pa pendanaan secara inklusif dalam kegiatan usaha yang berkelanjutan untuk memberikan perlindungan ka-wasan hutan.
Prinsip 3:
Bank mempraktikkan tata kelola lingkungan dan sosial yang baik da-lam skema pendanaan sektor industri berbasis lahan (land-based industry)
Prinsip 4:
Bank mengembangkan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan teknologi informasi untuk men-
8Laporan Profil Industri Perbankan Triwulan II 2017, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), 20179Statistik Perkebunan Indonesia Komoditas Kelapa Sawit 2015-2017, Direktorat Jenderal Perkebunan, Ke-menterian Pertanian, 201710Izin Untruk Memusnahkan: “Bagaimana deforestasi dari perkebunan kelapa sawit mendorong harimau Sumatera menuju kepunahan”, Greenpeace Indonesia, 201311http://www.mongabay.co.id/2017/12/31/konflik-agraria-masih-tinggi-pada-2017-kriminalisasi-war-ga-terus-terjadi/12https://gapki.id/news/4355/rekor-devisa-sawit-indonesia-terbaru-capai-rp-300-triliun13https://ekonomi.kompas.com/read/2017/03/09/124500926/bank.mandiri.salurkan.kredit.ke.sektor.kelapa.sawit.rp.48.97.triliun
14https://finance.detik.com/energi/d-3810432/penerimaan-negara-2017-dari-minerba-rp-406-triliun15https://www.jatam.org/2017/11/20/daftar-anak-anak-korban-meninggal-di-lubang-tambang-batu-bara-kaltim/16Laporan Prifil Industri Perbankan Triwulan II 2017, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), 2017
1312
Indeks Investasi Hijau | Sektor Berbasis LahanIndeks Investasi Hijau | Sektor Berbasis Lahan
dikator dapat dilihat pada lampiran 1.
MEMILIH BANK YANG AKAN DIUKUR INDEKS-NYAPada pengukuran indeks ini, IWGFF/INFID memilih beberapa bank untuk dinilai indeks investasi hijaunya ber-dasarkan tiga pertimbangan utama, yakni:
Pertama, bank-bank yang telah ber-komitmen di dalam penerapan kebi-jakan keuangan berkelanjutan seper-ti yang diterbitkan oleh OJK17.
Kedua, bank-bank yang memiliki aset yang cukup besar sehingga cukup signifikan dalam mempengaruhi as-pek pembiayaan. Adapun bank-bank yang mempunyai protofolio dan aset seperti tampak pada gambar 1.
Ketiga, hasil studi IWGFF/INFID tahun 2014 tentang lansekap pen-
danaan di sektor kehutanan dan perkebunan menunjukkan bahwa portofolio bank-bank tersebut dalam penyaluran investasi ke sektor ke-hutanan dan perkebunan cukup be-sar. Hal ini diperkuat oleh presentasi KPK18 pada tahun 2017 yang menun-jukkan portofolio bank-bank terse-but dalam penyaluran dana kepada industri HTI dan tambang seperti terlihat pada gambar 2 di bawah.
Berdasarkan tiga pertimbangan tersebut, maka IWGFF/INFID memi-lih 12 bank yang akan diukur indeks investasi hijaunya. Kedua belas bank tersebut adalah: 1) Bank Negara In-donesia (BNI 46), 2) Bank Rakyat In-donesia (BRI), 3) MANDIRI, 4) BCA, 5) Danamon, 6) Panin Bank, 7) CIMB Niaga, 8) Citibank, 9) Permata, 10) Rabobank, 11) Bank Sumitomo, 12) DBS Bank.
Metode penilaian ke 12 tersebut se-mata-mata didasarkan pada laporan
Gambar 1. Pertumbuhan Aset Bank (Rp Trilyun)
dukung tiga prinsip di atas (Pengelo-laan resiko, tata kelola, dan Pengem-bangan sektor ekonomi prioritas berkelanjutan).
Empat prinsip di atas selanjutnya di-
turunkan menjadi 14 indikator dan 37 sub-indikator sebagai alat ukur untuk menilai indeks investasi hijau perbankan. Selengkapnya rumusan 4 prinsip, 14 indikator, dan 37 sub-in-
Gambar 2. Protofolio Bank-Bank dalam Penyaluran Investasi ke Sektor Hutan, HTI dan Tambang
17http://www.ojk.go.id/sustainable-finance/id/berita/berita-nasional/Pages/8-Bank-Ini-Berkomitmen-Terap-kan-Keuangan-Berkelanjutan.aspx, diakses pada 29/11/2017, jam 13.0018Presntasi KPK, 2017, Sumber daya alam Indonesia di bawah cengkraman mafia hutan.
1514
Indeks Investasi Hijau | Sektor Berbasis LahanIndeks Investasi Hijau | Sektor Berbasis Lahan
tahunan (annual repot) dan laporan keberlanjutan (sustainable report) ta-hun 2016. Dengan demikian, indeks investasi hijau ke 12 bank ini adalah indeks investasi hijau untuk periode laporan tahun 2016.
INDEKS INVESTASI HIJAU DUA BELAS BANK TERPILIHMelalui metode expert judgment dengan meminta penilaian dari ahli perbankan, akademisi, pengusaha, ahli statistik dan peneliti indeks dari berbagai lembaga penelitian, maka setiap prinsip, indikator, dan sub in-dikator diberi bobot untuk menen-tukan indeks investasi hijau. Untuk prinsip, keempat prinsip ini diang-gap memiliki kontribusi yang sama dalam penentuan indeks investasi hi-jau, sehingga keempat prinsip dibe-
Table 1. Bobot Prisnsip, Indikator, dan Sub Indikator19
rikan nilai bobot yang sama, yakni masing-masing 25%.
Untuk menentukan bobot indika-tor, diperoleh dari nilai bobot ma- sing-masing prinsip dibagi dengan jumlah indikator setiap prinsip. Sedangkan bobot sub indikator di-tentukan berdasarkan bobot setiap indikator dibagi dengan jumlah sub- indikator. Selengkapnya penentuan bobot prinsip, indikator dan sub in- dikator dapat dilihat pada tabel 1.
Petunjuk perhitungan dalam menen-tukan bobot prinsip, bobot indikator dan bobot sub-indikator adalah se-bagai berikut:
Bobot Prinsip= (100%)/ (Jumlah Prinsip )
Bobot Indikator= (Bobot Prinsip)/ (Jumlah Indikator)
Table 2. Kategorisasi Penilaian Investasi Hijau
Bobot Sub-Indikator= (Bobot Indikator)/ (Jumlah Sub-Indikator)
Nilai Indeks= Jumlah Bobot Sub-In- dikator dari masing-masing bank
Penentuan kelas peringkat, disusun berdasarkan 5 (lima) kategori mulai dari yang tertinggi sampai terendah yakni: Sangat Bagus, Bagus, Cukup, Kurang, Sangat Kurang. Selengkap-nya kelas kategori seperti terlihat pada table 2.
Berdasarkan prinisp, indikator dan sub-indikator yang sudah diberikan bobot selanjutnya digunakan sebagai panduan untuk menilai indeks kedua belas bank seperti ditunjukan pada lampiran 1.
19Karena prinsip yang digunakan adalah 4 prinsip maka masing-masing prinsip berbobot 25%. Misalkan untuk prinsip 1 ada 3 indikator, maka masing-masing indikator berbobot 25% : 3 = 08.33%. Selanjutnya untuk menentukan bobot sub-indikator adalah: karena Indikator 1 memeliki 3 sub-indikator maka prosen-tase bobot dalam Indikator bersangkutan adalah: 8,33% : 3 = 2,78%
KETERBATASAN PENELITIANPengukuran indeks 12 bank ini hanya didasarkan pada laporan tahunan (annual report) dan atau laporan keberlanjutan (sutainabi- lity report) tahun 2016 yang telah dipublikasikan oleh masing-ma-sing bank. Kedua laporan ini me- rupakan dokumen resmi bank yang mencerminkan informasi tentang kinerja, kebijakan bank, dan or-ganisasi dari bank yang dinilai.
Dalam pengukuran indeks ini ti-dak dilakukan verifikasi langsung kepada bank-bank yang bersang- kutan dan inilah yang menjadi ke- terbatasan penelitian ini.
Sumber gambar: www.woodwoerkingnetwork.com
17
Bagian 3:BANK ASING MASIH TERATAS
Pengukuran indeks investasi hijau yang dilakukan IWGFF/IN-FID dengan mempertimbangkan bobot dalam setiap prinsip, indikator dan sub-indikator seperti dijelaskan dalam Bagian
2 menunjukkan bahwa kisaran skor indeks investasi hijau bank mulai dari skor terendah sebesar 37,04 hingga skor tertinggi sebe-sar 79,08. Skor indeks 37,04 ini masuk dalam rentang skor indeks 21-40 atau dikategorikan kurang dalam mempraktikkan investa-si hijau. Sementara skor indeks 79,08 masuk dalam rentang skor indeks 61-80 atau dikategorikan bagus dalam mempraktikkan in-vestasi hijau.
Sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah, hasil pengu- kuran indeks investasi hijau terhadap 12 bank menunjukkan bahwa tidak satu pun bank yang masuk dalam kategori sangat bagus atau skor indeksnya berada di rentang skor 81–100. Bank–bank yang masuk dalam kategori bagus dalam praktik investasi hijau adalah bank yang indeksnya berada di rentang skor 61-80, yakni hanya Citiban dan Rabobank. Sementara bank-bank yang masuk dalam kategori cukup dalam praktik investasi hijau atau berada di ren- tang skor indeks 21-40 terdiri dari delapan bank, yakni Bank Mandi-ri, BCA, BNI, BRI, CIMB Niaga, dan Bank Sumitomo. Sedangkan bank yang berada dalam kategori kurang dalam praktik investasi hijau atau berada di rentang skor 21-40, adalah Bank Danamon dan DBS. Selengkapnya peringkat skor indeks investasi hijau 12 bank serta penjelasan indeks dapat dilihat pada Tabel 3 dan 4.
MENGAPA BANK ASING?Seperti disebutkan di atas, hasil pengukuran indek investasi hijau untuk 12 bank menunjukkan bahwa Citibank dan Rabobank sebagai bank asing memperoleh skor indeks yang lebih tinggi dibandingkan
Sumber gambar: www.sutterstock.com
1918
Indeks Investasi Hijau | Sektor Berbasis LahanIndeks Investasi Hijau | Sektor Berbasis Lahan
10 bank lainnya atau masuk dalam kategori bagus dalam praktik investa-si hijau. Hal ini disebabkan kontribu-si skor prinsip I (pengelolaan risiko) terhadap indeks agregat, khususnya untuk indikator II (adanya pertimban-gan terhadap konflik atau klaim dari masyarakat sekitar yang terdampak dalam pemberian kredit) dan ind-ikator 3 (adanya penerapan konsep FPIC/ free prior informed consent da-lam assessment sebelum pemberian kredit). Dua indikator ini sudah dit-erapkan oleh 2 bank tersebut sebagi kebijakan bank dan kedua bank su-dah menandatangani prinsip ekuator (equator principles) dan menjadikan sertifikasi Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) sebagai panduan ke-bijakan investasi hijau terhadap nasa-bah. Walaupun dua indikator tersebut sudah dipenuhi Citibank dan Rabo-bank, namun di internal kedua bank tersebut belum ada unit khusus untuk penanganan pengaduan (complaint handling) terkait konflik dan FPIC.
Prinsip berikutnya yang berkontri-busi signifikan terhadap indeks agre-gat Citibank dan Rabobank adalah prinsip IV (peningkatan kapasitas dan kemitraan kolaboratif), khusus-nya indikator 1 (adanya divisi inter-nal untuk menilai kelayakan aspek risiko lingkungan dan sosial), dimana dua bank tersebut telah menunjuk-kan komitmennya terhadap investa-si hijau lewat serangkaian pelatihan khusus untuk peningkatan kapasitas stafnya dalam menilai manajemen risiko lingkungan dalam pemberian kredit. Sementara 10 bank lainnya, terutama bank-bank nasional, belum memberi perhatian khusus terhadap peningkatan kapasitas semcam ini.
Selain prinsip I dan IV, prinsip II (pengembangan sektor ekonomi prioritas berkelanjutan) juga berkontribusi signifikan terha-dap indeks investasi hijau Citibank dan Rabobank, terutama indikator 1 (adanya dukungan pendanaan secara langsung dan inklusif un-
Table 3. Hasil pengukuran indeks investasi hijau 12 bank
Tabl
e 4.
Per
ingk
at in
deks
inve
stas
i hija
u 12
ban
k da
n pe
njel
asan
inde
ks
No
Ban
kIn
deks
Skor
Inde
ksK
ateg
ori
Pen
jela
san
1Ci
tiban
k79
,08
61-8
0B
agus
Citib
ank
deng
an in
deks
79,
08 k
aren
a m
empe
role
h ni
lai y
ang
cuku
p te
rtin
ggi d
ari b
ank
yang
la
in m
isal
nya
pada
pri
nsip
I -I
ndik
ator
3 d
enga
n ni
lai b
obot
4,1
6%, P
rins
ip II
-in
dika
tor
1 da
n 2
deng
an n
ilai b
obot
mas
ing-
mas
ing
yang
dip
erol
eh 1
2,50
%, P
rins
ip II
I -in
dika
tor
3 de
ngan
nila
i bob
ot 3
,34%
dan
pri
nsip
IV -
indi
kato
r 1
deng
an n
ilai b
obot
6,2
6%.
2R
abob
ank
75,9
561
-80
Bag
usR
abob
ank
yang
mem
iliki
ind
eks
75,
95, p
ada
pada
das
arny
a ha
mpi
r sa
ma
deng
an C
itiba
nk,
hany
a pa
da p
rins
ip IV
-In
dika
tor
3 ni
lai b
obot
yan
g di
pero
leh
adal
ah 3
,13%
yan
g ar
tinya
m
emili
ki s
elis
ih p
oint
3,1
3% d
enga
n Ci
tiban
k ya
ng m
empe
role
h ni
lai b
obot
6,2
6%.
3B
CA57
,27
41-6
0Cu
kup
Dal
am p
enila
ian
ini t
erlih
at b
ahw
a B
CA d
enga
n ni
lai i
ndek
s 57
,27
han
ya m
emili
ki n
ilai b
obot
ya
ng s
igni
fikan
8,3
3% p
ada
Prin
sip
I -In
dika
tor
1, s
edan
gkan
pad
a in
dika
tor-
indi
kato
r ya
ng
lain
mem
iliki
nila
i bob
ot y
ang
ham
pir
beri
mba
ng d
enga
n ba
nk-b
ank
yang
ber
kate
gori
cuk
up
yang
lain
.
4CI
MB
Nia
ga54
,49
41-6
0Cu
kup
CIM
B N
iaga
den
gan
inde
ks 5
4,49
yan
g m
ana
mem
iliki
nila
i bob
ot 3
,34%
lebi
h tin
ggi d
ari B
NI,
Man
diri
dan
BR
I kar
ena
pada
Pri
nsip
III i
ndik
ator
3 m
empe
role
h ni
lai b
obot
3,3
4%
diba
ndin
gkan
den
gan
ke-3
ban
k te
rseb
ut.
5B
NI
51,1
541
-60
Cuku
pB
NI,
Man
diri
dan
BR
I nam
pak
mem
iliki
ind
eks
yang
sam
a ya
itu 5
1,15
kar
ena
ketig
anya
be
rim
bang
dal
am m
emen
uhi n
ilai b
obot
pad
a tia
p in
dika
tor.
Nam
un k
e-3
bank
ini m
emili
ki
nila
i bob
ot y
ang
agak
ting
gi y
aitu
1,6
7 pa
da P
rins
ipII
-Ind
ikat
or 2
jika
dib
andi
ngka
n de
ngan
ke
- 3 b
ank
lain
nya
yang
mem
elik
i ka
tego
ri c
ukup
di b
awah
ini (
Sum
itom
o, P
erm
ata
dan
Pani
n B
ank.
)
6M
andi
ri51
,15
41-6
0Cu
kup
BN
I, M
andi
ri d
an B
RI n
ampa
k m
emili
ki i
ndek
s ya
ng s
ama
yaitu
51,
15%
kar
ena
ketig
anya
be
rim
bang
dal
am m
emen
uhi n
ilai b
obot
pad
a tia
p in
dika
tor.
Nam
un k
e-3
bank
ini m
emili
ki
nila
i bob
ot y
ang
agak
ting
gi y
aitu
1,6
7 pa
da P
rins
ipII
-Ind
ikat
or 2
jika
dib
andi
ngka
n de
ngan
ke
- 3 b
ank
lain
nya
yang
mem
elik
i ka
tego
ri c
ukup
di b
awah
ini (
Sum
itom
o, P
erm
ata
dan
Pani
n B
ank.
)
7B
RI
51,1
541
-60
Cuku
pB
NI,
Man
diri
dan
BR
I nam
pak
mem
iliki
ind
eks
yang
sam
a ya
itu 5
1,15
kar
ena
ketig
anya
be
rim
bang
dal
am m
emen
uhi n
ilai b
obot
pad
a tia
p in
dika
tor.
Nam
un k
e-3
bank
ini m
emili
ki
nila
i bob
ot y
ang
agak
ting
gi y
aitu
1,6
7 pa
da P
rins
ipII
-Ind
ikat
or 2
jika
dib
andi
ngka
n de
ngan
ke
-3 b
ank
lain
nya
yang
mem
elik
i ka
tego
ri c
ukup
di b
awah
ini (
Sum
itom
o, P
erm
ata
dan
Pani
n B
ank.
)
8Su
mito
mo
49,6
941
-60
Cuku
pB
ank
Sum
itom
o de
ngan
inde
ks 4
9,69
juga
mem
enuh
i nila
i bob
ot y
ang
ham
pir
seim
bang
pad
a tia
p in
dika
tor,
nam
un d
isin
i ter
lihat
bah
wa
bank
Sum
itom
o m
emili
ki p
oint
per
ingk
at 6
,74%
le
bih
tingg
i dar
i Per
mat
a B
ank,
hal
ini d
ikar
enak
an b
ahw
a ba
nk S
umito
mo
mem
enuh
i nila
i bo
bot y
ang
sedi
kit l
ebih
ting
gi d
ari B
ank
Perm
ata
deng
an n
ilai b
obot
pad
a Pr
insi
p I -
Indi
kato
r 2
(5,5
2%),
Prin
sip
III-
Indi
kato
r 1
(3,3
4%)
dan
Prin
sip
III-
Indi
kato
r 2
(3,3
4%).
9Pe
rmat
a42
,95
41-6
0Cu
kup
Ban
k Pe
rmat
a de
ngan
inde
ks 4
2,95
, nam
un p
ada
prin
sip
IV -
Indi
kato
r 3
nila
i bob
ot y
ang
dim
iliki
ole
h ba
nk p
erm
ata
adal
ah 6
,26%
sed
angk
an P
anin
Ban
k ha
nya
mem
pero
leh
nila
i bo
bot 3
.13%
wal
aupu
n ki
ta m
elih
at p
ada
Prin
sip
III i
ndik
ator
1, t
erlih
at b
ahw
a Pa
nin
Ban
k m
emili
ki n
ilai b
obot
3,3
4% d
an B
ank
Perm
ata
mem
iliki
nila
i bob
ot 1
,37
% n
amun
hal
ini
tidak
mem
buat
nila
i per
ingk
at b
ank
perm
ata
turu
n, k
aren
a di
peng
aruh
i pad
a ni
lai b
obot
yan
g di
dap
at p
ada
Prin
sip
IV -
Indi
kato
r 3
di a
tas.
10Pa
nin
Ban
k 41
,49
41-6
0Cu
kup
Pani
n B
ank
yang
men
dudu
ki p
osis
i kun
ci d
alam
kat
egor
i Cuk
up d
enga
n in
deks
41,1
0 in
i m
emili
ki s
elis
ih in
deks
1,6
7 d
ari D
BS
yang
mas
uk d
alam
kat
egor
i Kur
ang
deng
an in
deks
39
,82%
. Sel
isih
nila
i dip
enga
ruhi
pad
a Pr
insi
p II
I-In
dika
tor
1, d
iman
a pa
nin
Ban
k m
emili
ki
nila
i bob
ot 3
,34%
sed
angk
an D
BS
hany
a m
emili
ki n
ilai b
obot
1,6
7%. s
edan
gkan
unt
uk
indi
kato
r ya
ng la
in k
edua
ban
k in
i ber
imba
ng.
11D
BS
39,8
221
-40
Kur
ang
DB
S ya
ng m
asuk
dal
am k
ateg
ori k
uran
g de
ngan
inde
ks39
,82
mem
iliki
sel
isih
inde
ks 2
,78
dari
ban
k D
anam
on. H
al in
i dip
enga
ruhi
ole
h ni
lai b
obot
pad
a pr
insi
p I -
Indi
kato
r 2
sebe
sar
2,78
% y
ang
dim
iliki
ole
h D
BS
seda
ng D
anam
on ti
dak
mem
eilik
i ni
lai b
obot
.
12D
anam
on37
,04
21-4
0K
uran
gD
anam
on y
ang
men
dudu
iki p
osis
i kun
ci d
ari h
asil
pem
erin
gkat
an in
i den
gan
mem
iilik
i in
deks
37
,04
pada
beb
erap
a in
dika
tor
mem
iliki
nila
i bob
ot y
ang
beri
mba
ng d
enga
n ke
-11
bank
la
inny
a na
mun
Dan
amon
tida
k m
emili
ki n
ilai b
obot
pad
a Pr
insi
p I-
Indi
kato
r 2,
Pri
nsip
I -
Indi
kato
r 3,
pri
nsip
III-
Indi
kato
r 2
dan
prin
sip
IV-I
ndik
ator
1. h
al in
ilah
yang
san
gat
mem
peng
aruh
i ind
eks
Dan
amon
.
2120
Indeks Investasi Hijau | Sektor Berbasis LahanIndeks Investasi Hijau | Sektor Berbasis Lahan
tuk memberikan perlindungan ka-wasan). Implementasi prinsip ini ditunjukkan dengan disediakannya pendanaan hijau (green funding) oleh kedua bank tersebut. Bank-bank lain yang juga dinilai pada pengukuran indeks ini umumnya juga sudah menunjukkan perhatian pada isu lingkungan dan sosial da-lam program-program Corporate Social Responsibility (CSR) mereka, namun belum sampai pada tahap penyediaan dana khusus untuk pen-danaan berkelanjutan secara inklus-if. Dapat dikatakan bahwa Citibank dan Rabobank ini sudah memiliki produk-produk keuangan (financial products) yang terintegrasi pada nilai-nilai investasi hijau baik secara internal maupun eksternal. Terkait pendanaan inklusif ini, perlu diberi
catatan khusus bahwa bank-bank pemerintah seperti BRI, BNI dan Bank Mandiri sudah mulai membe- rikan pendanaan inklusif pada tahun 2017 untuk program perhutanan sosial (social forestry) dalam bentuk kredit usaha rakyat (KUR)20, sebagai bentuk layanan bank untuk men-dukung program pemerintah da-lam memajukan perhutanan sosial. Namun, karena penilaian terhadap bank didasarkan kepada laporan tahunan dan atau laporan berkelan-jutan bank untuk Tahun 2016, maka KUR perhutanan sosial pada Tahun 2017 tidak masuk dalam penilaian indeks investasi hijau ini. Gambar 3 di bawah menunjukan indeks in-vestasi hijau masing-masing bank berdasarkan penilaian empat prin-sip investasi hijau.
Gambar 3. Indeks investasi hijau masing-masing bank berdasarkan penilaian empat prinsip
20http://sp.beritasatu.com/home/dukung-program-perhutanan-sosial-mandiri-revitalisasi-lahan-tam-bak-muara-gembong/121220 ; http://www.bni.co.id/id-id/beranda/berita/siaranpers/articleid/3152/bni-mendukung-penuh-program-perhutanan-sosial; diakses pada tanggal 28/11/2017, jam 06.54; https://kumparan.com/wiji-nurhayat/bri-siap-berikan-kur-bagi-penerima-program-perhutanan-sosial; https://ekbis.sindonews.com/read/1254516/178/bri-siapkan-layanan-perbankan-bagi-penerima-sk-hutan-so-sial-1509805226 ; Diakses pada tanggal 28/11/2017, jam 06.48; http://wartabank.com/bank-bumn-siap-kucurkan-kur-proyek-perhutanan-sosial/; diakses 28/11/2017, jam 07.04
No
Bank
IndeksSkor Indeks
Kategori
Penjelasan
1Citibank
79,0861-80
Bagus
Citibank dengan indeks 79,08 karena mem
peroleh nilai yang cukup tertinggi dari bank yang lain m
isalnya pada prinsip I -Indikator 3 dengan nilai bobot 4,16%, Prinsip II -indikator 1
dan 2 dengan nilai bobot masing-m
asing yang diperoleh 12,50%, Prinsip III -indikator 3
dengan nilai bobot 3,34% dan prinsip IV
-indikator 1 dengan nilai bobot 6,26%.
2R
abobank75,95
61-80B
agusR
abobank yang mem
iliki indeks 75,95, pada pada dasarnya hampir sam
a dengan Citibank, hanya pada prinsip IV
-Indikator 3 nilai bobot yang diperoleh adalah 3,13% yang artinya
mem
iliki selisih point 3,13% dengan Citibank yang m
emperoleh nilai bobot 6,26%
.
3B
CA57,27
41-60Cukup
Dalam
penilaian ini terlihat bahwa B
CA dengan nilai indeks 57,27 hanya m
emiliki nilai bobot
yang signifikan 8,33% pada Prinsip I -Indikator 1, sedangkan pada indikator-indikator yang
lain mem
iliki nilai bobot yang hampir berim
bang dengan bank-bank yang berkategori cukup yang lain.
4CIM
B N
iaga54,49
41-60Cukup
CIMB
Niaga dengan indeks 54,49 yang m
ana mem
iliki nilai bobot 3,34% lebih tinggi dari B
NI,
Mandiri dan B
RI karena pada Prinsip III indikator 3 m
emperoleh nilai bobot 3,34%
dibandingkan dengan ke-3 bank tersebut.
5B
NI
51,1541-60
CukupB
NI, M
andiri dan BR
I nampak m
emiliki indeks yang sam
a yaitu 51,15 karena ketiganya berim
bang dalam m
emenuhi nilai bobot pada tiap indikator. N
amun ke-3 bank ini m
emiliki
nilai bobot yang agak tinggi yaitu 1,67 pada PrinsipII-Indikator 2 jika dibandingkan dengan ke-3 bank lainnya yang m
emeliki kategori cukup di baw
ah ini (Sumitom
o, Permata dan Panin
Bank.)
6M
andiri51,15
41-60Cukup
BN
I, Mandiri dan B
RI nam
pak mem
iliki indeks yang sama yaitu 51,15%
karena ketiganya berim
bang dalam m
emenuhi nilai bobot pada tiap indikator. N
amun ke-3 bank ini m
emiliki
nilai bobot yang agak tinggi yaitu 1,67 pada PrinsipII-Indikator 2 jika dibandingkan dengan ke-3 bank lainnya yang m
emeliki kategori cukup di baw
ah ini (Sumitom
o, Permata dan Panin
Bank.)
7B
RI
51,1541-60
CukupB
NI, M
andiri dan BR
I nampak m
emiliki indeks yang sam
a yaitu 51,15 karena ketiganya berim
bang dalam m
emenuhi nilai bobot pada tiap indikator. N
amun ke-3 bank ini m
emiliki
nilai bobot yang agak tinggi yaitu 1,67 pada PrinsipII-Indikator 2 jika dibandingkan dengan ke-3 bank lainnya yang m
emeliki kategori cukup di baw
ah ini (Sumitom
o, Permata dan Panin
Bank.)
8Sum
itomo
49,6941-60
CukupB
ank Sumitom
o dengan indeks 49,69 juga mem
enuhi nilai bobot yang hampir seim
bang pada tiap indikator, nam
un disini terlihat bahwa bank Sum
itomo m
emiliki point peringkat 6,74%
lebih tinggi dari Perm
ata Bank, hal ini dikarenakan bahw
a bank Sumitom
o mem
enuhi nilai bobot yang sedikit lebih tinggi dari B
ank Permata dengan nilai bobot pada Prinsip I -
Indikator 2 (5,52%), Prinsip III-Indikator 1 (3,34%
) dan Prinsip III-Indikator 2 (3,34%).
9Perm
ata42,95
41-60Cukup
Bank Perm
ata dengan indeks 42,95, namun pada prinsip IV
-Indikator 3 nilai bobot yang dim
iliki oleh Bank Perm
ata adalah 6,26% sedangkan Panin B
ank hanya mem
peroleh nilai bobot 3.13%
walaupun kita m
elihat pada Prinsip III indikator 1, terlihat bahwa Panin B
ank m
emiliki nilai bobot 3,34%
dan Bank Perm
ata mem
iliki nilai bobot 1,37 % nam
un hal ini tidak m
embuat nilai peringkat bank perm
ata turun, karena dipengaruhi pada nilai bobot yang di dapat pada Prinsip IV
-Indikator 3 di atas.
10Panin B
ank 41,49
41-60Cukup
Panin Bank yang m
enduduki posisi kunci dalam kategori Cukup dengan indeks
41,10 ini m
emiliki selisih indeks 1,67 dari D
BS yang m
asuk dalam kategori K
urang dengan indeks 39,82%
. Selisih nilai dipengaruhi pada Prinsip III-Indikator 1, dimana panin B
ank mem
iliki nilai bobot 3,34%
sedangkan DB
S hanya mem
iliki nilai bobot 1,67%. sedangkan untuk
indikator yang lain kedua bank ini berimbang.
11D
BS
39,8221-40
Kurang
DB
S yang masuk dalam
kategori kurang dengan indeks39,82 m
emiliki selisih indeks 2,78
dari bank Danam
on. Hal ini dipengaruhi oleh nilai bobot pada prinsip I -Indikator 2 sebesar
2,78% yang dim
iliki oleh DB
S sedang Danam
on tidak mem
eiliki nilai bobot.
12D
anamon
37,0421-40
Kurang
Danam
on yang menduduiki posisi kunci dari hasil pem
eringkatan ini dengan mem
iiliki indeks 37,04 pada beberapa indikator m
emiliki nilai bobot yang berim
bang dengan ke-11 bank lainnya nam
un Danam
on tidak mem
iliki nilai bobot pada Prinsip I-Indikator 2, Prinsip I -Indikator 3, prinsip III-Indikator 2 dan prinsip IV
-Indikator 1. hal inilah yang sangat m
empengaruhi indeks D
anamon.
2322
Indeks Investasi Hijau | Sektor Berbasis LahanIndeks Investasi Hijau | Sektor Berbasis Lahan
BANK DALAM PENERAPAN PRINSIP INVESTASI HIJAUHasil pengukuran indeks terhadap 12 bank berdasarkan penilaian laporan tahunan dan atau laporan berkelan-jutan bank Tahun 2016 menunjukan bahwa secara umum bank-bank yang dinilai sedang bergerak ke arah in-vestasi hijau. Hal ini ditunjukkan de-ngan dipenuhinya satu atau dua ind-ikator di masing-masing prinsip dari empat prinsip yang dinilai, walau tak satu pun bank yang dapat memenuhi semua indikator di masing-masing prinsip. Untuk prinsip I misalnya, yakni prinsip pengelolaan risiko, ha-sil penilaian menunjukkan bahwa untuk indikator 1 (adanya aturan kebijakan yang mengintegrasikan as-pek perlindungan lingkungan hidup dan sosial dalam manajemen risiko), hampir semua bank telah memiliki aturan yang mengintegrasikan aspek perlindungan lingkungan dan sosial dalam manajemen risiko yang ditu-angkan dalam bentuk standar ope- rasional prosedur (SOP) serta telah mengimplementasikannya dalam operasional masing-masing bank. Selengkapnya hasil penilaian empat prinsip dalam investasi hijau dapat dilihat pada penjelasan sebagai beri-kut:
Prinsip I: Pengelolaan risikoPrinsip pengeloaan risiko terbagi da-lam 3 indikator dan 12 sub-indikator penilaian yang dapat dijelaskan se-bagai berikut:
Indikator 1: Adanya aturan kebi- jakan yang mengintegrasikan aspek perlindungan lingkungan hidup dan sosial dalam manajemen risiko.
Sebelas Bank dari dua belas bank yang dinilai memenuhi pertanyaan sub-Indikator 3 dengan nilai bobot 5,56%. Hanya BCA yang memenuhi pertanyaan sub-Indikator 4 dengan nilai bobot 8,33%. Hal ini menun- jukkan bahwa dari 11 bank dari 12 bank yang dinilai telah memiliki atur-an kebijakan yang mengintegrasikan aspek perlindungan lingkungan hidup dan sosial dalam manajemen risiko yang dituangkan dalam SOP dan telah mengimplementasikannya dalam aktifitas masing-masing bank. Namun, berdasarkan penilaian doku-men hanya BCA yang memiliki SOP dan divisi khusus dalam mengimple-mentasikannya.
Indikator 2: Adanya pertimbangan terhadap konflik atau klaim dari masyarakat sekitar yang terdampak dalam pemberian kredit.
Ada sembilan bank yang memenuhi pertanyaan sub-indikator 3 yang mempertimbangkan konflik atau klaim dari masyarakat terdampak yang dituangkan dalam mekanisme atau SOP guna menilai proposal yang diajukan oleh debitur, dengan nilai bobot 5,56%. Sedangkan untuk Per-mata Bank, Panin Bank dan DBS ha-nya memiliki mekanisme SOP, namun tidak sampai pada tahap implemen-tasi penilaian pengajuan kredit oleh debitur, dengan nilai bobot 2,78%. Dari indikator 2 ini terlihat bahwa 12 bank yang dinilai belum sampai pada melakukan verifikasi lapangan ter-kait konflik atau klaim masyarakat terdampak dalam menilai proposal yang diajukan debitur.
Indikator 3: Adanya penerapan kon-sep FPIC dalam assessment pemberi-an kredit
Hanya Citibank dan Rabobank yang mengadopsi/ mempraktikkan dan menyusun summary report pelaksa-naan FPIC, seperti ditunjukan pada pertanyan sub-indikator 3 dengan nilai bobot 4,16 %. Sedangkan 10 bank yang lain berdasarkan pe-nilaian dokumen laporan tahunan dan atau laporan berkelanjutan bank untuk Tahun 2016 menunjukkan belum mengadopsi FPIC sama seka-li. Pelaksanaan investasi hijau bank berdasarkan penilaian prinsip I de-ngan indikator 1-3 ditunjukan pada Gambar 4.
Prinsip II: Pengembangan sektor ekonomi prioritas berkelanjutan.Prinsip II ini terdiri dari 2 indikator dan 6 sub-indikator yang hasilnya dapat dijelaskan sebagai berikut:
Indikator 1: Adanya dukungan pen-danaan secara langsung dan inklusif untuk memberikan perlindungan ka-wasan.
Sebanyak 10 bank dari 12 bank yang dinilai sudah mengalokasikan dana CSR untuk mendanai kegiatan usaha yang berkelanjutan guna membe- rikan perlindungan kawasan hutan, seperti ditunjukan pada pertanyaan sub-indikator 2, dengan nilai bobot 6,25%. Citibank dan Rabobank mem-beri dukungan pendanaan secara langsung dan inklusif untuk untuk memberikan perlindungan kawasan dengan mengalokasikan dana CSR dan pinjaman lunak pendanaan hi-jau (green funding) untuk mendanai kegiatan usaha yang berkelanjutan dalam rangka perlindungan kawasan hutan, dengan nilai bobot 12,50%.
Indikator 2: Adanya alokasi pen-danaan secara tidak langsung untuk pengembangan ekonomi berbasis masyarakat dalam rangka mencegah kerusakan hutan
Ada 10 bank yang mengalokasikan dana CSR untuk pengembangan ekonomi berbasis masyarakat guna mencegah kerusakan hutan, dengan
Gambar 4. investasi hijau bank berdasarkan penilaian prinsip I dengan indikator 1-3
2524
Indeks Investasi Hijau | Sektor Berbasis LahanIndeks Investasi Hijau | Sektor Berbasis Lahan
nilai bobot 6,25%. Sedangkan Citi-bank dan Rabobank mengalokasikan dana CSR dan pinjaman lunak untuk pengembangan ekonomi berbasis masyarakat seperti koperasi dan ke-giatan alternative income lainnya, dengan nilai bobot 12,50%. Pelaksa-naan investasi hijau bank berdasar-kan prinsip II dengan indikator 1-2 ditunjukan pada Gambar 5.
Prinsip III: Tatakelola lingkungan sosial dan pelaporan.Prinsip ini merupakan salah satu prinsip yang dikembangkan menjadi 5 indikator dan 19 sub-indikator da-lam menilai 12 bank yang dijelaskan sebagai berikut:
Indikator 1: Adanya informasi pen-danaan untuk sektor industri berba-sis lahan (land-based industries) yang transparan.
Bank Permata, Danamon, dan DBS memiliki informasi pendanaan yang
tidak terpilah untuk sektor industri berbasis lahan, dengan nilai bobot 1,67%. Sedangkan sembilan bank lain memberikan informasi umum dan terpilah tentang besaran nilai inverstasi yang dikucurkan untuk sektor kehutanan, perkebunan, dan pertambangan, dengan nilai bobot 3,34%.
Indikator 2: Adanya mekanisme pe- nanganan pengaduan (complaint handling) terhadap dampak pen-danaan atau investasi di sektor in-dustri berbasis lahan.
Permata Bank, Panin Bank, Danamon, dan DBS tidak memiliki informasi terkait mekanisme penanganan pe- ngaduan terhadap dampak pen-danaan investasi di sektor industri berbasis lahan. Sedangkan Bank Mandiri, BNI dan BRI sudah memi-liki mekanisme penanganan pe- ngaduan khusus mengenai konflik atau klaim dari masyarakar sekitar dan masyarakat terdampak dalam pemberian kredit dan hibah, dengan
nilai bobot 1,67%. Sementara BCA, Citibank, CMB Niaga, Rabobank, dan Bank Sumitomo telah menerapkan mekanisme penanganan pengaduan dan menunjuk staf untuk menangani pengaduan tersebut, dengan nilai bo-bot 3,34%.
Indikator 3: Adanya mekanisme au-dit internal untuk melakukan review rencana pendanaan di sektor indus-tri berbasis lahan.
BCA, Citibank, CIMB Niaga, dan Ra-bobank memiliki staff yang bertang-gung jawab untuk menjalankan SOP mekanisme audit internal dalam rencana pendanaan di sektor indus-tri berbasis lahan sesuai pertanyaan sub-indikator 3, dengan nilai bobot 3,34%. Sedangkan delapan bank lain-nya hanya memiliki staff tetapi belum memiliki SOP mekanisme audit inter-nal untuk melakukan review rencana pendanaan di sektor industri berbasis lahan, dengan nilai bobot 1,67%.
Indikator 4: Adanya penilaian terha-dap legalitas debitur dalam rencana pendanaan di sektor industri berba-sis lahan.
Gambar 5. Pelaksanaan investasi hijau bank berdasarkan penilaian prinsip II dengan indikator 1-2
Sebanyak 10 bank telah melakukan kegiatan check dan review terha-dap izin usaha pendanaan sektor kehutanan, perkebunan, dan per-tambangan, tanpa melakukan pe-meriksaan lapangan terhadap lokasi usaha, dengan nilai bobot 1,67%. Se-dangkan Citibank dan Rabobank me-menuhi pertanyaan sub-indikator 3, dengan melakukan check dan review serta melakukan pemeriksaan lapa- ngan terhadap lokasi usaha.
Indikator 5: Adanya penilaian terha-dap peraturan perundang-undangan dalam rencana pendanaan di sektor industri berbasis lahan.
Seluruh bank yang dinilai dapat me-menuhi pertanyaan sub-indikator 2, yakni memiliki laporan dari pihak yang berwenang terhadap kepa- tuhan debitur mengenai peraturan perundang-undangan terkait sektor industri berbasis lahan, namun 12 bank tersebut belum melakukan au-dit kepatuhan debitur. Pelaksanaan investasi hijau bank berdasarkan prinsip III dengan indikator 1-5 di-tunjukan pada Gambar 6.
Gambar 6. Pelaksanaan investasi hijau bank berdasarkan prinsip III dengan indikator 1-5
2726
Indeks Investasi Hijau | Sektor Berbasis LahanIndeks Investasi Hijau | Sektor Berbasis Lahan
Prinsip IV: Peningkatan kapasitas dan kemitraan kolaboratif.Prinsip IV ini telah dikembangkan menjadi 4 indikator dan 9 sub-in-dikator sebagai alat untuk menilai implementasi investasi hijau bank. Hasil penilaian untuk 12 bank adalah sebagai berikut:
Indikator 1: Adanya divisi internal untuk menilai aspek risiko lingku-ngan dan sosial.
Sebanyak 10 bank belum memben-tuk divisi internal untuk menilai aspek risiko lingkungan dan sosial dari suatu investasi. Hanya Citibank dan Rabobank yang telah melakukan program pelatihan dan penugasan terkait dengan peningkatan staf/sumberdaya manusia internal untuk menilai manajemen risiko lingku-ngan dan sosial dalam pemberian kredit, dengan nilai bobot 6,26%.
Indikator 2: Adanya penggunaan teknologi informasi untuk menerima pengaduan.
Delapan bank telah menggunakan teknologi informasi berupa web-site, email, kotak saran call center,
dan juga menyediakan form khusus untuk menerima pengaduan ma-syarakat terhadap aktivitas bank yang terkait dengan investasi di sektor industri berbasis lahan, de- ngan nilai bobot 4,16%. Sedangkan 4 bank lainnya sudah menggunakan teknologi informasi, namun belum menyediakan form khusus untuk menerima pengaduan masyarakat, dengan nilai bobot 2,08%.
Indikator 3: Adanya penggu-naan teknologi informasi untuk mempublikasikan laporan ta- hunan (annual report) dan laporan berkelanjutan (sustainable report) sehubungan dengan pengelolaan risiko tata kelola dan pengemba- ngan sektor ekonomi prioritas.
Dengan nilai bobot 3,13%, seba- nyak 5 bank memiliki laporan ser-ta telah mempublikasikan laporan tahunannya di Tahun 2016 terkait dengan pengelolaan risiko, tata kelola dan pengembangan sek-tor ekonomi prioritas berkelan-jutan. Sementara 7 bank lainnya dengan nilai bobot 6,26%, selain telah memiliki mempublikasikan laporan tahunannya, juga 7 bank tersebut telah mempublikasikan
Gambar 7. Pelaksanaan investasi hijau bank berdasarkan prinsip IV dengan indikator 1-4
laporan berkelanjutan Tahun 2016 dalam rangka pengelolaan risiko, tata kelola dan pengembangan sek-tor ekonomi prioritas berkelan- jutan.
Indikator 4: Adanya penggu-naan teknologi informasi untuk mempublikasikan profil investasi yang berhubungan dengan sektor ekonomi prioritas berkelanjutan.
Seluruh bank telah menggunakan teknologi informasi untuk mempub-likasikan profil investasi yang ber-hubungan dengan sektor ekonomi prioritas berkelanjutan, khususnya di sektor kehutanan, perkebunan, dan pertambangan, dengan nilai bo-bot 6,26%. Pelaksanaan investasi hi-jau bank berdasarkan prinsip IV den-gan indikator 1-4 ditunjukan pada Gambar 7 di bawah.
Sumber gambar: www.pexels.com
2928
Indeks Investasi Hijau | Sektor Berbasis LahanIndeks Investasi Hijau | Sektor Berbasis Lahan
Table 5. Temuan penilaian investasi hijau 12 bank
Temuan atau hasil penilaian investasi hijau berdasarkan em
pat prinsip untuk 12 bank yang dinilai dapat dilihat di Tabel 5 di bawah.
Prinsip
No
Pertanyaan
untukIndikator
Pengelolaanresiko
Definisioperasional:
Bank m
engintegrasikanaspek
perlindunganlingkungan
hidupdan sosialdalam
manajem
enrisiko.
P1.1A
pakahbank m
emiliki
SOP kebijakan
yang mengintegrasikan
aspekperlindungan
lingkunganhidup
dan sosialdalamm
anajemen
risiko?
Temuan:
Pada umum
nyabank-bank dalam
studisudahm
empunyaikebijakan
yang menaruh
perhatianterhadap
lingkunganhidup
dan sosialdalam
manajem
enresiko
mereka, w
alaukebanyakan
masih
dalamtahap
umum
saja. Hal itu
tercermin
denganbelum
terakomodasi
dalamstruktur
managem
en, seperti:�
belumada
divisi khususyang m
enganiisulingkungan
dan sosial�
belumada
staff senior yang ditunjukuntuk
menanganidivisi tersebut.
P1.2A
pakahbank sudah
mem
pertimbangkan
konflikatau
klaimdarim
asyarakatsekitardalam
pemberian
kreditdan hibah?
Temuan:
Secaraum
umbank-bank dalam
studibelumsecara
eksplisitmenyatakan
halinidalamkebijakan
mereka. M
emang
selaluada
pernyataanm
engenaipentingnyaaspek
legalitasdalam
pertimbangan, nam
unpenyelesaian
konflikatau
klaimdarim
asyarakatsekitar
yang dijadikansyaratdalam
pemberian
kreditatauhibah
pada nasabahbelum
tercantumsecara
jelas.
P1.3A
pakahbank m
enerapkanprinsip
FPIC dalamassessm
entsebelum
pemberian
kredit?
Temuan:
PrinsipFPIC inibelum
diterapakanoleh bank yang ditelaah
dalamstudi, kecualioleh 2 bank internasionalyakniCity B
ank dan Rabo
Bank. K
eduabank tersebutsecara
eksplisitmenyatakan
bahwa
mereka
telahm
enandatanganidan menerapkan
konvensi-konvensiInternasionaldan m
ensyaratkansertifikasidi m
ana FPIC adalahm
erupakanbagian
darikonvensidan sertifikasitersebut.
Pengembangan
sektorekonom
iprioritasberkelanjutan
Definisioperasional:
Bank m
emberikan
dukunganberupa
pendanaansecara
inklusifdalam
kegiatanusaha
yang berkelanjutanuntuk
mem
berikanperlindungan
kawasan
hutan
P2.1A
pakahbank m
emberikan
dukunganberupa
pendanaansecara
inklusifuntukkegiatan
usahayang berkelanjutan
untukm
emberikan
perlindungankaw
asan? (Hutan
Adat/ Perhutanan
Sosial)
Temuan:
Secaraum
umbank dalam
studibelumm
enyediakandana khusus
dan inklusifuntuk
kegiatanperlindungan
kawasan, sepertiuntuk
hutanadatdan Perhutanan
Sosial. Mem
angpada tahun
2017 ini, dengandukungan
kebijakandan politik
dariPresidenIndonesia
bank-bank pemerintah
(bank BU
MN
) secarakhusus
menyediakan
dana untukPerhutanan
sosiallewatprogram
produkK
reditusahaR
akyat (KU
R). N
amun
karenayang m
enjadibahanreview
adalahlaporan
tahunan2016, m
akakegiatan
inibelumbisa
dimasukkan
dalamproses indeks.
P2.2A
pakahbank m
enyediakandana kredit/hibah
kepadam
asyarakatuntukusaha-usaha
yang melindungidan atau
mencegah
kerusakanhutan?Tem
uan:U
mum
nyabank m
emberikan
dana hibahatau
CSR kepada
masyarakatuntuk
mengem
bangansosialekonom
imasyarakat. K
egiatanini
secaralangsung
maupun
taklangsung
dapatdikategorikansebagaikegiatan
bank untukm
endukungpendapatan
alternatifagar m
asyarakattidakm
erambah
hutan. Masih diperlukan
adanyainovasiproduk
finansialyang khususdirancang
untuktujuan
ini.
Tata kelolalingkungan
sosialdan pelaporan
DefinisiO
perasional: B
ank mem
praktikkantata
kelolalingkungan
dan sosialyang baik
dalamskem
apendanan
sektorLand B
ased Industry (LB
I)
P3.1A
pakahbank m
empublikasikan
pendanaannyauntuk
sektorLand B
ased Industry (LBI)?
Temuan:
Um
umnya
bank-bank yang direviewm
empublikasikan
pendanaannyauntuk
sektorLB
I ini, walau
belumsecara
rinciapakahpendanaan
itudiprioritaskan
pada nasabahyang m
emang
sudahm
emenuhisyaratdariaspek
lingkungandan sosialsepertikonsep
Green Banking.
P3.2A
pakahbank m
engembangkan
mekanism
ekom
plainterhadap
dampak
pendanaan/investasidi sektorLB
I?
Temuan:
Semua
bank dalamstudim
emiliki
mekanism
ekom
plainw
alaubelum
secaraeksplisitada
mekanism
ekhusus
yang terhadapdam
pakpendanaan/investasidi sektor
LBI
P3.3A
pakahbank m
emiliki
mekanism
em
elibatkanauditor internal untuk
melakukan
review rencana
pendanaandi sektor
LBI ?
Temuan:
Ham
pirsem
uabank m
elibatkanauditor internal untuk
melakukan
setiapproduk
pendanaan, termasuk
di sektorLB
I.P3.4
Apakah
bank mem
perhatikanlegalitas
debiturdalam
rencanapendanaan
di sektorLB
I?
Temuan:
Ham
pirsem
uabank m
emperhatikan
legalitasdibitur
dalamrencanapendanaan
mereka
termasuk
di sektorLB
I. P3.5
Apakah
bank mem
perhatikankepatuhan
terhadapperaturan
perundang-undanganterkaitdalam
rencanapendanaan
di sektorLB
I?
Temuan:
Semua
bank yang direviewsecara
kebijakanm
emperhatikan
kepatuhanterhadap
peraturanpenundang-undangan
terkaitrencanadi
sektorLB
I denganm
erujukperaturan
dan Undang-undang
yang berkaitandengan
halitu.
Peningkatankapasitas
dan kemitraan
kolaboratif
Definisioperasional:
Bank m
engembangkan
kapasitasSD
M dan teknologi
informasiuntuk
mendukung
tigaprinsip
di atas(Pengelolaan
resiko, tata kelola, dan Pengem
bangansektor
ekonomiprioritas
berkelanjutan).
P4.1A
pakahbank m
emiliki
divisi internal untukm
enilaikelayakanaspek
resikolingkungan
sosial?
Temuan:
Ham
pirsem
uabank yang direview
mem
ilikidivisi internal untuk
menilaikelayakan
aspekresiko, term
asukresiko
lingkungandan
sosial.
P4.2A
pakahbank m
enggunakanteknologiinform
asiuntukm
enerima
komplain?
Temuan:
Semua
bank studimenggunakan
teknologiinformasiuntuk
menerim
akom
plain.
P4.3A
pakahbank m
enggunakanteknologiinform
asiuntukm
empublikasikan
Sustainable Report dan Annual Rerportsehubungan
denganPengelolaan
Resiko, Tata K
eloladan Pengem
banganSektor
EkonomiPrioritas
Berkelanjutan
?Tem
uan:Sem
uabank m
enggunakanteknologiinform
asiuntukm
empublikasikan
Sustainable Report dan Annual Rerportsehubungandengan
PengelolaanR
esiko, Tata Kelola
dan Pengembangan
SektorEkonom
iPrioritasB
erkelanjutan.
P4.4A
pakahbank m
enggunakanteknologiinform
asiuntukm
empublikasikan
profilinvestasiyang berhubungandengan
SektorEkonom
iPrioritas
Berkelanjutan?
Temuan:
Semua
bank yang direviewm
enggunakanteknologiinform
asiuntukm
empublikasikan
profilinvestasiyang berhubungandengan
SektorEkonom
iPrioritasB
erkelanjutan.
Pri
nsip
No
Per
tany
aan
untu
kIn
dika
tor
Peng
elol
aan
resi
ko
Def
inis
iope
rasi
onal
: B
ank
men
gint
egra
sika
nas
pek
perl
indu
ngan
lingk
unga
nhi
dup
dan
sosi
alda
lam
man
ajem
enri
siko
.
P1.1
Apa
kah
bank
mem
iliki
SOP
kebi
jaka
nya
ng m
engi
nteg
rasi
kan
aspe
kpe
rlin
dung
anlin
gkun
gan
hidu
pda
n so
sial
dala
mm
anaj
emen
risi
ko?
Tem
uan:
Pada
um
umny
aba
nk-b
ank
dala
mst
udis
udah
mem
puny
aike
bija
kan
yang
men
aruh
perh
atia
nte
rhad
aplin
gkun
gan
hidu
pda
n so
sial
dala
mm
anaj
emen
resi
kom
erek
a, w
alau
keba
nyak
anm
asih
dala
mta
hap
umum
saja
. Hal
itu
terc
erm
inde
ngan
belu
mte
rako
mod
asi
dala
mst
rukt
urm
anag
emen
, sep
erti:
�be
lum
ada
divi
si k
husu
sya
ng m
enga
niis
ulin
gkun
gan
dan
sosi
al�
belu
mad
ast
aff s
enio
r ya
ng d
itunj
ukun
tuk
men
anga
nidi
visi
ter
sebu
t.
P1.2
Apa
kah
bank
sud
ahm
empe
rtim
bang
kan
konf
likat
aukl
aim
dari
mas
yara
kats
ekita
rda
lam
pem
beri
ankr
edit
dan
hiba
h?
Tem
uan:
Seca
raum
umba
nk-b
ank
dala
mst
udib
elum
seca
raek
splis
itm
enya
taka
nha
lini
dala
mke
bija
kan
mer
eka.
Mem
ang
sela
luad
ape
rnya
taan
men
gena
ipen
tingn
yaas
pek
lega
litas
dala
mpe
rtim
bang
an, n
amun
peny
eles
aian
konf
likat
aukl
aim
dari
mas
yara
kat
seki
tar
yang
dija
dika
nsy
arat
dala
mpe
mbe
rian
kred
itat
auhi
bah
pada
nas
abah
belu
mte
rcan
tum
seca
raje
las.
P1.3
Apa
kah
bank
men
erap
kan
prin
sip
FPIC
dal
amas
sess
men
tse
belu
mpe
mbe
rian
kred
it?
Tem
uan:
Prin
sip
FPIC
inib
elum
dite
rapa
kan
oleh
ban
k ya
ng d
itela
ahda
lam
stud
i, ke
cual
iole
h 2
bank
inte
rnas
iona
lyak
niCi
ty B
ank
dan
Rab
oB
ank.
Ked
uaba
nk te
rseb
utse
cara
eksp
lisit
men
yata
kan
bahw
am
erek
ate
lah
men
anda
tang
anid
an m
ener
apka
nko
nven
si-k
onve
nsi
Inte
rnas
iona
ldan
men
syar
atka
nse
rtifi
kasi
di m
ana
FPIC
ada
lah
mer
upak
anba
gian
dari
konv
ensi
dan
sert
ifika
site
rseb
ut.
Peng
emba
ngan
sekt
orek
onom
ipri
orita
sbe
rkel
anju
tan
Def
inis
iope
rasi
onal
: B
ank
mem
beri
kan
duku
ngan
beru
pape
ndan
aan
seca
rain
klus
ifda
lam
kegi
atan
usah
aya
ng b
erke
lanj
utan
untu
km
embe
rika
npe
rlin
dung
anka
was
anhu
tan
P2.1
Apa
kah
bank
mem
beri
kan
duku
ngan
beru
pape
ndan
aan
seca
rain
klus
ifun
tuk
kegi
atan
usah
aya
ng b
erke
lanj
utan
untu
km
embe
rika
npe
rlin
dung
anka
was
an?
(Hut
anA
dat/
Per
huta
nan
Sosi
al)
Tem
uan:
Seca
raum
umba
nk d
alam
stud
ibel
umm
enye
diak
anda
na k
husu
sda
n in
klus
ifun
tuk
kegi
atan
perl
indu
ngan
kaw
asan
, sep
erti
untu
khu
tan
adat
dan
Perh
utan
anSo
sial
. Mem
ang
pada
tahu
n20
17 in
i, de
ngan
duku
ngan
kebi
jaka
nda
n po
litik
dari
Pres
iden
Indo
nesi
a ba
nk-b
ank
pem
erin
tah
(ban
k B
UM
N)
seca
rakh
usus
men
yedi
akan
dana
unt
ukPe
rhut
anan
sosi
alle
wat
prog
ram
pro
duk
Kre
ditu
saha
Rak
yat (
KU
R).
Nam
unka
rena
yang
men
jadi
baha
nre
view
ada
lah
lapo
ran
tahu
nan
2016
, mak
ake
giat
anin
ibel
umbi
sadi
mas
ukka
nda
lam
pros
es in
deks
.P2
.2A
paka
hba
nk m
enye
diak
anda
na k
redi
t/hi
bah
kepa
dam
asya
raka
tunt
ukus
aha-
usah
aya
ng m
elin
dung
idan
ata
um
ence
gah
keru
saka
nhu
tan?
Tem
uan:
Um
umny
aba
nk m
embe
rika
nda
na h
ibah
atau
CSR
kep
ada
mas
yara
katu
ntuk
men
gem
bang
anso
sial
ekon
omim
asya
raka
t. K
egia
tan
ini
seca
rala
ngsu
ngm
aupu
nta
kla
ngsu
ngda
patd
ikat
egor
ikan
seba
gaik
egia
tan
bank
unt
ukm
endu
kung
pend
apat
anal
tern
atif
agar
m
asya
raka
ttid
akm
eram
bah
huta
n. M
asih
dip
erlu
kan
adan
yain
ovas
ipro
duk
finan
sial
yang
khu
sus
dira
ncan
gun
tuk
tuju
anin
i.
Tata
kel
ola
lingk
unga
nso
sial
dan
pela
pora
n
Def
inis
iOpe
rasi
onal
: B
ank
mem
prak
tikka
nta
ta
kelo
lalin
gkun
gan
dan
sosi
alya
ng b
aik
dala
msk
ema
pend
anan
sekt
orLa
nd B
ased
In
dust
ry (L
BI)
P3.1
Apa
kah
bank
mem
publ
ikas
ikan
pend
anaa
nnya
untu
kse
ktor
Land
Bas
ed In
dust
ry (L
BI)
?Te
mua
n:U
mum
nya
bank
-ban
k ya
ng d
irev
iew
mem
publ
ikas
ikan
pend
anaa
nnya
untu
kse
ktor
LBI i
ni, w
alau
belu
mse
cara
rinc
iapa
kah
pend
anaa
nitu
dipr
iori
task
anpa
da n
asab
ahya
ng m
eman
gsu
dah
mem
enuh
isya
ratd
aria
spek
lingk
unga
nda
n so
sial
sepe
rtik
onse
pGr
een
Ban
king
.
P3.2
Apa
kah
bank
men
gem
bang
kan
mek
anis
me
kom
plai
nte
rhad
apda
mpa
kpe
ndan
aan/
inve
stas
idi s
ekto
rLB
I?
Tem
uan:
Sem
uaba
nk d
alam
stud
imem
iliki
mek
anis
me
kom
plai
nw
alau
belu
mse
cara
eksp
lisit
ada
mek
anis
me
khus
usya
ng te
rhad
apda
mpa
kpe
ndan
aan/
inve
stas
idi s
ekto
rLB
I P3
.3A
paka
hba
nk m
emili
kim
ekan
ism
em
elib
atka
nau
dito
r in
tern
al u
ntuk
mel
akuk
anre
view
ren
cana
pend
anaa
ndi
sek
tor
LBI ?
Tem
uan:
Ham
pir
sem
uaba
nk m
elib
atka
nau
dito
r in
tern
al u
ntuk
mel
akuk
anse
tiap
prod
ukpe
ndan
aan,
term
asuk
di s
ekto
rLB
I.P3
.4A
paka
hba
nk m
empe
rhat
ikan
lega
litas
debi
tur
dala
mre
ncan
ape
ndan
aan
di s
ekto
rLB
I?
Tem
uan:
H
ampi
rse
mua
bank
mem
perh
atik
anle
galit
asdi
bitu
rda
lam
renc
anap
enda
naan
mer
eka
term
asuk
di s
ekto
rLB
I. P3
.5A
paka
hba
nk m
empe
rhat
ikan
kepa
tuha
nte
rhad
appe
ratu
ran
peru
ndan
g-un
dang
ante
rkai
tdal
amre
ncan
ape
ndan
aan
di s
ekto
rLB
I?
Tem
uan:
Sem
uaba
nk y
ang
dire
view
seca
rake
bija
kan
mem
perh
atik
anke
patu
han
terh
adap
pera
tura
npe
nund
ang-
unda
ngan
terk
aitr
enca
nadi
se
ktor
LBI d
enga
nm
eruj
ukpe
ratu
ran
dan
Und
ang-
unda
ngya
ng b
erka
itan
deng
anha
litu
.
Peni
ngka
tan
kapa
sita
sda
n ke
mitr
aan
kola
bora
tif
Def
inis
iope
rasi
onal
:
Ban
k m
enge
mba
ngka
nka
pasi
tas
SDM
dan
tekn
olog
iin
form
asiu
ntuk
men
duku
ngtig
apr
insi
pdi
ata
s(P
enge
lola
anre
siko
, tat
a ke
lola
, dan
Pen
gem
bang
anse
ktor
ekon
omip
rior
itas
berk
elan
juta
n).
P4.1
Apa
kah
bank
mem
iliki
divi
si in
tern
al u
ntuk
men
ilaik
elay
akan
aspe
kre
siko
lingk
unga
nso
sial
?
Tem
uan:
Ham
pir
sem
uaba
nk y
ang
dire
view
mem
iliki
divi
si in
tern
al u
ntuk
men
ilaik
elay
akan
aspe
kre
siko
, ter
mas
ukre
siko
lingk
unga
nda
n so
sial
.
P4.2
Apa
kah
bank
men
ggun
akan
tekn
olog
iinf
orm
asiu
ntuk
men
erim
ako
mpl
ain?
Tem
uan:
Sem
uaba
nk s
tudi
men
ggun
akan
tekn
olog
iinf
orm
asiu
ntuk
men
erim
ako
mpl
ain.
P4.3
Apa
kah
bank
men
ggun
akan
tekn
olog
iinf
orm
asiu
ntuk
mem
publ
ikas
ikan
Sust
aina
ble
Repo
rt d
an A
nnua
l Rer
port
sehu
bung
ande
ngan
Peng
elol
aan
Res
iko,
Tat
a K
elol
ada
n Pe
ngem
bang
anSe
ktor
Ekon
omiP
rior
itas
Ber
kela
njut
an?
Tem
uan:
Sem
uaba
nk m
engg
unak
ante
knol
ogii
nfor
mas
iunt
ukm
empu
blik
asik
anSu
stai
nabl
e Re
port
dan
Ann
ual R
erpo
rtse
hubu
ngan
deng
anPe
ngel
olaa
nR
esik
o, T
ata
Kel
ola
dan
Peng
emba
ngan
Sekt
orEk
onom
iPri
orita
sB
erke
lanj
utan
.
P4.4
Apa
kah
bank
men
ggun
akan
tekn
olog
iinf
orm
asiu
ntuk
mem
publ
ikas
ikan
prof
ilin
vest
asiy
ang
berh
ubun
gan
deng
anSe
ktor
Ekon
omi
Prio
rita
sB
erke
lanj
utan
? Te
mua
n:Se
mua
bank
yan
g di
revi
ewm
engg
unak
ante
knol
ogii
nfor
mas
iunt
ukm
empu
blik
asik
anpr
ofil
inve
stas
iyan
g be
rhub
unga
nde
ngan
Sekt
orEk
onom
iPri
orita
sB
erke
lanj
utan
.
3130
Indeks Investasi Hijau | Sektor Berbasis Lahan
Bagian 4:INDEKS DAN ASPEK PERBAIKAN
Dengan memperhatikan hasil dari penilain indeks di atas, ada beberapa aspek yang masih perlu diperdalam dan diskusikan guna menelaah hal-hal penting dalam penera-
pan investasi hijau di Indonesia. Hal ini diperlukan karena selain memang dituntut keseriusan dan komitmen dari bank-bank (dalam kasus studi ini komitmen dari bank-bank yang dinilai) untuk sung-guh menerapkan prinsip-prinsip investasi hijau, maka ada hal-hal yang memang harus dilihat dalam konteks yang lebih mendasar dan serius agar penerapan investasi hijau ini dapat benar-benar terwujud.
Beberapa aspek tersebut telah terlihat dalam proses review doku-men laporan tahunan dan laporan keberlanjutan dimana temuan temuan yang dihasillkan dalam menilai prinsip, indikator, dan sub indikator serta hasil pemringkatan/indeks yang di peroleh antara lain menggambarkan sebagai berikut:
ASPEK REGULASIAspek Regulasi sebenarnya mencakup semua prinsip yang telah dikemukan di atas namun dalam paling jelas terdapat pada Prinsip I penilaian menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan regulasi dalam penerapan aspek Lingkungan dan Sosial.
Temuan penilaian terhadap prinsip ini menunjukkan bahwa ke-bijakan bank pada umumnya mulai memperhatikan hal ini namun belum sampai pada tingkat operasional yang jelas dan rinci. Hal itu tercermin dengan belum terakomodasi dalam struktur managemen, seperti: belum ada divisi khusus yang menangani isu lingkungan dan sosial serta belum ada staf senior yang ditunjuk untuk menangani divisi tersebut. Hal ini bisa disebabkan beberapa kondisi. Dalam
Sumber gambar: www.atozwatchrepair.com
Prinsip
No
Pertanyaan
untukIndikator
Pengelolaanresiko
Definisioperasional:
Bank m
engintegrasikanaspek
perlindunganlingkungan
hidupdan sosialdalam
manajem
enrisiko.
P1.1A
pakahbank m
emiliki
SOP kebijakan
yang mengintegrasikan
aspekperlindungan
lingkunganhidup
dan sosialdalamm
anajemen
risiko?
Temuan:
Pada umum
nyabank-bank dalam
studisudahm
empunyaikebijakan
yang menaruh
perhatianterhadap
lingkunganhidup
dan sosialdalam
manajem
enresiko
mereka, w
alaukebanyakan
masih
dalamtahap
umum
saja. Hal itu
tercermin
denganbelum
terakomodasi
dalamstruktur
managem
en, seperti:�
belumada
divisi khususyang m
enganiisulingkungan
dan sosial�
belumada
staff senior yang ditunjukuntuk
menanganidivisi tersebut.
P1.2A
pakahbank sudah
mem
pertimbangkan
konflikatau
klaimdarim
asyarakatsekitardalam
pemberian
kreditdan hibah?
Temuan:
Secaraum
umbank-bank dalam
studibelumsecara
eksplisitmenyatakan
halinidalamkebijakan
mereka. M
emang
selaluada
pernyataanm
engenaipentingnyaaspek
legalitasdalam
pertimbangan, nam
unpenyelesaian
konflikatau
klaimdarim
asyarakatsekitar
yang dijadikansyaratdalam
pemberian
kreditatauhibah
pada nasabahbelum
tercantumsecara
jelas.
P1.3A
pakahbank m
enerapkanprinsip
FPIC dalamassessm
entsebelum
pemberian
kredit?
Temuan:
PrinsipFPIC inibelum
diterapakanoleh bank yang ditelaah
dalamstudi, kecualioleh 2 bank internasionalyakniCity B
ank dan Rabo
Bank. K
eduabank tersebutsecara
eksplisitmenyatakan
bahwa
mereka
telahm
enandatanganidan menerapkan
konvensi-konvensiInternasionaldan m
ensyaratkansertifikasidi m
ana FPIC adalahm
erupakanbagian
darikonvensidan sertifikasitersebut.
Pengembangan
sektorekonom
iprioritasberkelanjutan
Definisioperasional:
Bank m
emberikan
dukunganberupa
pendanaansecara
inklusifdalam
kegiatanusaha
yang berkelanjutanuntuk
mem
berikanperlindungan
kawasan
hutan
P2.1A
pakahbank m
emberikan
dukunganberupa
pendanaansecara
inklusifuntukkegiatan
usahayang berkelanjutan
untukm
emberikan
perlindungankaw
asan? (Hutan
Adat/ Perhutanan
Sosial)
Temuan:
Secaraum
umbank dalam
studibelumm
enyediakandana khusus
dan inklusifuntuk
kegiatanperlindungan
kawasan, sepertiuntuk
hutanadatdan Perhutanan
Sosial. Mem
angpada tahun
2017 ini, dengandukungan
kebijakandan politik
dariPresidenIndonesia
bank-bank pemerintah
(bank BU
MN
) secarakhusus
menyediakan
dana untukPerhutanan
sosiallewatprogram
produkK
reditusahaR
akyat (KU
R). N
amun
karenayang m
enjadibahanreview
adalahlaporan
tahunan2016, m
akakegiatan
inibelumbisa
dimasukkan
dalamproses indeks.
P2.2A
pakahbank m
enyediakandana kredit/hibah
kepadam
asyarakatuntukusaha-usaha
yang melindungidan atau
mencegah
kerusakanhutan?Tem
uan:U
mum
nyabank m
emberikan
dana hibahatau
CSR kepada
masyarakatuntuk
mengem
bangansosialekonom
imasyarakat. K
egiatanini
secaralangsung
maupun
taklangsung
dapatdikategorikansebagaikegiatan
bank untukm
endukungpendapatan
alternatifagar m
asyarakattidakm
erambah
hutan. Masih diperlukan
adanyainovasiproduk
finansialyang khususdirancang
untuktujuan
ini.
Tata kelolalingkungan
sosialdan pelaporan
DefinisiO
perasional: B
ank mem
praktikkantata
kelolalingkungan
dan sosialyang baik
dalamskem
apendanan
sektorLand B
ased Industry (LB
I)
P3.1A
pakahbank m
empublikasikan
pendanaannyauntuk
sektorLand B
ased Industry (LBI)?
Temuan:
Um
umnya
bank-bank yang direviewm
empublikasikan
pendanaannyauntuk
sektorLB
I ini, walau
belumsecara
rinciapakahpendanaan
itudiprioritaskan
pada nasabahyang m
emang
sudahm
emenuhisyaratdariaspek
lingkungandan sosialsepertikonsep
Green Banking.
P3.2A
pakahbank m
engembangkan
mekanism
ekom
plainterhadap
dampak
pendanaan/investasidi sektorLB
I?
Temuan:
Semua
bank dalamstudim
emiliki
mekanism
ekom
plainw
alaubelum
secaraeksplisitada
mekanism
ekhusus
yang terhadapdam
pakpendanaan/investasidi sektor
LBI
P3.3A
pakahbank m
emiliki
mekanism
em
elibatkanauditor internal untuk
melakukan
review rencana
pendanaandi sektor
LBI ?
Temuan:
Ham
pirsem
uabank m
elibatkanauditor internal untuk
melakukan
setiapproduk
pendanaan, termasuk
di sektorLB
I.P3.4
Apakah
bank mem
perhatikanlegalitas
debiturdalam
rencanapendanaan
di sektorLB
I?
Temuan:
Ham
pirsem
uabank m
emperhatikan
legalitasdibitur
dalamrencanapendanaan
mereka
termasuk
di sektorLB
I. P3.5
Apakah
bank mem
perhatikankepatuhan
terhadapperaturan
perundang-undanganterkaitdalam
rencanapendanaan
di sektorLB
I?
Temuan:
Semua
bank yang direviewsecara
kebijakanm
emperhatikan
kepatuhanterhadap
peraturanpenundang-undangan
terkaitrencanadi
sektorLB
I denganm
erujukperaturan
dan Undang-undang
yang berkaitandengan
halitu.
Peningkatankapasitas
dan kemitraan
kolaboratif
Definisioperasional :
Bank m
engembangkan
kapasitasSD
M dan teknologi
informasiuntuk
mendukung
tigaprinsip
di atas(Pengelolaan
resiko, tata kelola, dan Pengem
bangansektor
ekonomiprioritas
berkelanjutan).
P4.1A
pakahbank m
emiliki
divisi internal untukm
enilaikelayakanaspek
resikolingkungan
sosial?
Temuan:
Ham
pirsem
uabank yang direview
mem
ilikidivisi internal untuk
menilaikelayakan
aspekresiko, term
asukresiko
lingkungandan
sosial.
P4.2A
pakahbank m
enggunakanteknologiinform
asiuntukm
enerima
komplain?
Temuan:
Semua
bank studimenggunakan
teknologiinformasiuntuk
menerim
akom
plain.
P4.3A
pakahbank m
enggunakanteknologiinform
asiuntukm
empublikasikan
Sustainable Report dan Annual Rerportsehubungan
denganPengelolaan
Resiko, Tata K
eloladan Pengem
banganSektor
EkonomiPrioritas
Berkelanjutan
?Tem
uan:Sem
uabank m
enggunakanteknologiinform
asiuntukm
empublikasikan
Sustainable Report dan Annual Rerportsehubungandengan
PengelolaanR
esiko, Tata Kelola
dan Pengembangan
SektorEkonom
iPrioritasB
erkelanjutan.
P4.4A
pakahbank m
enggunakanteknologiinform
asiuntukm
empublikasikan
profilinvestasiyang berhubungandengan
SektorEkonom
iPrioritas
Berkelanjutan?
Temuan:
Semua
bank yang direviewm
enggunakanteknologiinform
asiuntukm
empublikasikan
profilinvestasiyang berhubungandengan
SektorEkonom
iPrioritasB
erkelanjutan.
3332
Indeks Investasi Hijau | Sektor Berbasis LahanIndeks Investasi Hijau | Sektor Berbasis Lahan
kondisi yang sekarang ada di Indo-nesia, penerapan yang sesuai dengan norma-norma investasi hijau membu-tuhkan kejelasan dan kepastian hu-kum serta perbaikan regulasi.
Kejelasan regulasi dalam pengatur-an investasi hijau sangat diperlukan karena dapat membuat kejelasan yang hakiki dan tidak samar dalam pengaturannya, sehingga urgensi in-vestasi hijau dapat segera terpecah-kan dan memiliki kepastian dalam mencapai sasaran yang dituju. Se-dangkan dalam hal substansi atau perundang-undangan, misalnya la-hirnya Peraturan OJK Nomor 51/POJK.03/2017 tentang Keuangan berkelanjutan diharapkan dapat memicu adanya penyesuaian dari peraturan yang selaras dengan kebi-jakan keuangan berkelanjutan seper-ti aturan turunan dari UU PPLH, UU Kehutanan, UU Pertanian dan Perke-bunan, dan UU Minerba.
Bank Indonesia juga telah mener-bitkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 14/15/PBI/2012 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum. Dalam pasal 11 ayat 1 point e PBI yang menyatakan penilaian terha-dap prospek usaha termasuk upaya yang dilakukan debitur dalam rangka memelihara lingkungan hidup. Pera-turan Bank Indonesia tersebut telah diatur pelaksanaannya dengan Surat Edaran Bank Indonesia (SE BI) No. 15/28/DPNP tanggal 31 Juli 2013 kepada semua bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional perihal Penilaian Kua-litas Aset Bank Umum menyatakan bahwa “Dalam rangka penyaluran dana, Bank harus memperhatikan je-nis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AM-DAL sebagaimana ditetapkan dalam
Peraturan Menteri Negara Lingku-ngan Hidup Nomor 05 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki AMDAL”. Pernyataan yang dicantum-kan dalam SE BI tersebut merupakan pernyataan kesadaran dan penga-kuan serta penegasan bahwa kewa-jiban yang tercantum dalam UUPPLH juga merupakan kewajiban yang ha-rus dipatuhi oleh bank.
Pernyataan yang dicantumkan dalam Surat Edaran Bank Indonesia terse-but merupakan pernyataan kesada-ran dan pengakuan serta penegasan bahwa kewajiban yang tercantum dalam UUPPLH juga merupakan ke-wajiban bank yang harus dipatuhi. Ketentuan tersebut, jelas bahwa setiap kegiatan yang mempunyai dampak penting terhadap lingku-ngan, haruslah mendapatkan izin dari Pemerintah sebelum melakukan kegiatan usahanya. Izin ini pulalah yang harus dimintakan oleh bank se-belum menyetujui kreditnya.
Tanggung jawab hukum yang ter-dapat dalam Pasal 87 ayat (1) Un-dang Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelo-laan Lingkungan Hidup (UUPPLH): “Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang melakukan perbuatan melanggar hukum beru-pa pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang menimbul-kan kerugian pada orang lain atau lingkungan hidup wajib membayar ganti rugi dan/atau melakukan tin-dakan tertentu.”
Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan (perusahaan/badan hukum) yang mengakibatkan pence-maran dan/atau kerusakan lingku-ngan dianggap sebagai perbuatan
melawan hukum. Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan tersebut memiliki tanggung jawab untuk mengganti kerugian yang ditimbul-kan, sejauh terbukti telah melakukan perbuatan pencemaran dan/atau pe-rusakan. Pembuktian tersebut baik itu nyata adanya hubungan kausal antara kesalahan dengan kerugian (liability based on faults) maupun tanpa perlu pembuktian unsur ke- salahan (liability without faults/strict liability).
Terdapat juga beberapa ketentu-an dalam UUPPLH yang dapat dija- dikan landasan bagi peran dan tang-gung jawab bank dalam pelaksanaan Green Banking dalam hukum per-kreditan di Indonesia, antara lain Pasal 22, Pasal 36, Pasal 65, Pasal 66, Pasal 67, dan Bagi pihak yang merasa dirugikan terhadap pence-maran akibat usaha industri, dapat mengadukan atau menyampaikan in-formasi secara lisan maupun tulisan kepada instansi yang bertanggung jawab, mengenai dugaan terjadinya pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup dari usaha dan/atau kegiatan pada tahap perenca-naan, pelaksanaan, dan/atau pasca pelaksanaan sebagaimana yang telah diatur secara rinci dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 9 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pengaduan dan Penanganan Pengaduan Akibat Dugaan Pencema-ran dan/atau Perusakan Lingkungan Hidup.
Kebijakan dari pemerintah dalam bidang perbankan yang mendorong di tingkatkannya upaya pelestarian lingkungan hidup untuk menunjang pembangunan yang berkesinambu- ngan, antara lain dari UU Perbankan pada Penjelasan Umum Angka 5 Pa-
sal 8 ayat (1). Sikap tanggap per-bankan Indonesia tersebut ditujukan pada pembangunan berwawasan lingkungan sebagaimana diatur da-lam UUPPLH sehingga peran dan tanggung jawab bank dalam penega-kan hukum lingkungan menjadi jelas.
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka peran dan tanggung jawab per-bankan dalam pelaksanaan hukum perkreditan berwawasan lingku-ngan, bank perlu melakukan anti-sipasi terhadap potensi kerusakan lingkungan dalam kegiatan usaha calon nasabah debitur. Dalam hal ini setidaknya karena tiga hal, yaitu: se-bagai pemegang kredit, ikut dalam manajemen dan demi keamanan atau kelancaran pembayaran kredit itu sendiri.
Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berada pada posisi yang sangat penting dalam membe- rikan pedoman bagi bank-bank pem-bangunan dan lembaga keuangan bukan bank untuk mendorong bah-kan mewajibkan bank-bank melak-sanakan secara konsekwen pedoman tersebut. Alasannya adalah karena lembaga perbankan menempati po-sisi yang strategis dalam “memaksa” kalangan usaha peduli pada aspek perlindungan daya dukung lingkun-gan, keselamatan, serta kesejahte- raan orang banyak.
Pencantuman klausul-klausul lingku-ngan hidup bukan saja dimaksudkan sebagai pelaksana kewajiban pe-ran serta bank dalam pengelolaan lingkungan hidup sebagaimana di-tuntut oleh Pasal 67 UUPPLH. Tetapi juga hal tersebut perlu untuk melin- dungi bank atau kreditnya sehubu- ngan dengan sanksi yang ditetapkan oleh Pasal 84 sampai dengan Pasal
35
Indeks Investasi Hijau | Sektor Berbasis Lahan
34
Indeks Investasi Hijau | Sektor Berbasis Lahan
120 UUPPLH.
Bank akan menderita kerugian berkenaan dengan kredit yang dibe- rikannya bila debitur lalai menjaga kelestarian fungsi lingkungan hi-dup. Risiko kerugian tersebut dapat ditekan, apabila bank sebelum dan selama perjanjian kredit berlangsung mengambil langkah-langkah pence-gahan dengan melakukan pemerik-saan pendahuluan, melakukan au-dit lingkungan dan mencantumkan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh debitur dalam hubungannya dengan perlindungan lingkungan hidup dalam perjanjian kredit dan dokumen-dokumen lainnya. Dengan demikian penegakan hukum lingku-ngan oleh bank melalui pelaksanaan audit lingkungan sangat penting un-tuk dilaksanakan demi keamanan kredit itu sendiri.
Semua ini menunjukkan bahwa pe- negakan hukum juga perlu ditingkat-kan. Penegakan hukum atas pelang-garan undang-undang dan peraturan akan menjadi efek jera terhadap para pelaku yang melanggarnya. Harus dikatakan bahwa aspek ini masih cukup lemah diimplementasikan dan tidak tergambar dalam laporan ta- hunan dan laporan keberlanjutan da-lam penilaian indeks ini.
ASPEK INSENTIF DAN DIS-INSENTIF Jika dilihat, umumnya bank-bank yang dinilai masih sangat sedikit menyiapkan dana kredit hijau dalam rangka penerapan investasi hijau. Selain aspek regulasi, implementa-si yang konsekuen dan penegakkan hukum, masih ada aspek lain yang diperlukan, yakni insentif dan pen-ingkatan sumber daya manusia. Ti-
dak adanya insentif dalam hal penya- luran kredit hijau akan menyebabkan bank hanya akan memprioritaskan debitur yang bernilai bisnis murni saja. Ketentuan penerapan insentif dan/atau disinsentif sebenarnya su-dah terdapat dalam Pasal 42 ayat (2) dan Pasal 43 ayat (3) UPPLH.
Keuntungan insentif bagi perusa-haan yang melaksanakan pengatur-an investasi hijau adalah sebagai berikut : 1). Suku bunga yang lebih rendah / premium; 2). Fasilitas / keringanan pajak; 3). Reward / pro-gram pemerintah, misalnya Program Penilaian Peringkat Kinerja Peru-sahaan dalam Pengelolaan Lingku-ngan Hidup (PROPER) yang diter-bitkan oleh KLHK; 4). Prioritas jika akan mengajukan kredit kembali. Mekanisme insentif keuangan dari Lembaga keuangan bagi pelaku usa-ha yang mampu menerapkan konsep hijau dalam bisnisnya secara umum tekah diatur dalam UU 32/2009 ten-tang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup khususnya pada pasal 42 ayat 2 poin c.
Pemerintah dapat memberikan in-sentif bagi bank dan pelaku bisnis yang juga berorientasi lingkungan dan masyarakat. Sebaliknya, guna mendorong pelaku bisnis mene- rapkan konsep investasi hijau dalam operasional bisnisnya, pemerintah juga perlu memberikan disinsentif bagi kalangan bisnis yang merusak lingkungan. Beberapa bentuk dis-insentif misalnya adalah; penge-naan pajak yang tinggi, pengenaan kompensasi, pengenaan penalty, dsb.
Insentif dan disinsentif ini tidak ter-gambar sama sekali dalam laporan tahunan dan laporan keberlanjutan yang dinilai dalam pengukuran in-deks ini.
ASPEK PENINGKATAN KAPASITAS DAN INOVASI PRODUK PERBANKANUntuk pihak perbankan sendiri juga dibutuhkan pembenahan dari da-lam dan peningkatan kapasitas staf-nya. Pembenahan dari dalam beru-pa pembentukan divisi khusus yang menangani masalah lingkungan dan sosial. Divisi khusus tersebut diper-lengkapi dengan dengan kewena- ngan dan SOP dalam menjalankan tugas-tugasnya, termasuk penanga-nan debitur yang melakukan peru-sakan lingkungan. Sejalan dengan pembentukan divisi khusus tersebut, maka dibutuhkan keahlian-kehalian khusus yang sebelumnya tidak di-miliki oleh staf perbankan. Keahlian khusus tersebut didapatkan lewat seri peningkatan kapasitas, seperti pengenalan investasi hijau, sehingga perbankan bisa melahirkan inovasi produk-produk hijau perbankan. Ha-
nya dengan perbaikan seperti inilah maka bank sungguh-sungguh mau mengarusutamakan investasi hijau di bank mereka.
Seringkali pihak perbankan kebe- ratan dengan upaya-upaya perbaikan ini dan biasanya karena alasan penambahan pembiayaan. Namun seperti telah diungkapkan di atas, jika perbankan menyadari penga- rusutamaan investasi hijau dalam ke-bijakan kreditnya, maka sebenarnya hal ini merupakan upaya pihak per-bankan untuk menyelamatkan dan mengembangkan bisnisnya, mengi- ngat kecenderungan yang ada saat ini sektor perbankan sudah mulai mempertimbangkan keberkelanju-tan dan penyelamatan lingkungan.
Namun sayangnya dari 12 bank yang dinilai berdasarkan laporan tahunan dan laporan keberlanjutan 2016 ha-nya dua bank yang membentuk divisi khusus yang terkait dengan lingku-ngan dan sosial.
Sumber gambar: www.pexels.com
37
Bagian 5:KESIMPULAN, SARAN & REKOMENDASI
Dalam melakukan pengukuran indeks ini, IWGFF/INFID memilih 12 bank untuk di nilai indeks investasi hijaunya. Pertimbangan memilih 12 bank ini adalah, pertama beber-
apa dari 12 bank tersebut telah berkomitmen dalam menerapkan keuangan berkelanjutan; kedua, 12 bank ini memiliki aset terbe-sar; ketiga, 12 bank memiliki portofolio cukup bersar dalam pem-biayaan di sektor kehutanan, perkebunan sawit dan pertambangan.
Dengan menggunakan metode skoring dan, hasil pengukuran in-deks menunjukan bahwa dari 12 bank yang diukur tak satu pun bank yang masuk dalam kategori sangat bagus dalam mengimple-mentasikan investasi hijau dan hanya ada dua bank yang dikate-gorikan bagus, yakni Citibank dan Rabobank, yang keduanya mer-upakan bank asing. Sementara untuk kategori cukup, umumnya didominasi oleh delapan bank nasional, yakni Bank Mandiri, BCA, BNI, BRI, CIMB Niaga, Bank Sumitomo, Bank Permata, Panin Bank. Sedangkan yang dikategorikan kurang ditempati oleh Danamon dan DBS. Faktor yang menyebabkan Rabobank dan Citibank memi-liki skor indeks yang relative lebih tinggi dibandingkan 10 bank lainnya sehingga dikategorikan bagus adalah, kedua bank tersebut telah mengadopsi dan mempraktikkan FPIC dan memiliki divisi khusus untuk menilai kelayakan risiko lingkungan dan sosial da-lam pembiayaan sektor kehutanan, perkebunan sawit dan pertam-bangan. Sedangkan 10 bank lainnya sama sekali tidak mengadopsi FPIC dan tidak memiliki divisi khusus tersebut.
Penilaian terhadap 12 bank juga menunjukkan bahwa sebagian be-sar bank belum sepenuhnya memasukkan aspek lingkungan dan sosial dalam pembiyaan sector kehutanan, perkebunan sawit, dan pertambangan. Bahkan penilalian ini menunjukan bahwa umum-nya bank-bank nasional belum cukup kuat komitmennya dalam mempertimbangankan aspek investasi hijau. Hal ini dikonfirmasi
Sumber gambar: www.panoramio.com
3938
Indeks Investasi Hijau | Sektor Berbasis LahanIndeks Investasi Hijau | Sektor Berbasis Lahan
dari laporan tahunan dan laporan ke-berlanjutan tahun 2016, dimana as-pek lingkungan dan sosial yang men-jadi indikator investasi hijau sangat kurang dibahas dalam laporan terse-but, namun lebih fokus pada aspek perbankan yang merupakan bisnis inti dari bank. Kurangnya pembaha-san investasi hijau ini juga menun- jukan bahwa bank belum pedulli atau mengabaikan pentingnya menginte-grasikan keberlanjutan (sustainabili-ty) dalam pembiyaan industri berba-sis lahan.
SARAN DAN REKOMENDASIMelihat fakta bahwa bank-bank na-sional masih dikategorikan cukup dalam pengukuran indeks investasi hijau atau belum menjadian kebija-kan investasi hijau sebagai prioritas dalam pembiyaan sektor kehutanan, perkebunan sawit dan pertamba- ngan, maka bank-bank tersebut perlu segera mengadopsi dan mengimple-mentasikan praktik investasi hijau sebagai bagian dari praktik perbank-an hijau yang saat ini menjadi arus utama global perbankan dalam men-dukung keberlanjutan lingkungan dan sumberdaya alam. Langkah kon-krit yang dapat dilakukan bank-bank nasional adalah mengadopsi dan
mengimplementasi FPIC serta mem-bentuk divisi khusus dalam penilaian risiko lingkungan. Divisi khusus ini diperkuat dan didorong keterlibatan-nya dengan perkembangan isu-isu ke-berlanjutan (sustainability), misalnya penerapan pendekatan tata kelola in-ternasional seperti ISO 26000, pene- rapan standard nasional seperti ISPO dan SVLK, penerapan standard inter-nasional seperti RSPO, atau berbagai perkembangan isu terbaru lainnya seperti, HCV dan lainnya.
Di ranah regulator, perlu menerbit-kan kebijakan yang menjadi pedoman teknis bagi bank-bank dalam mengim-plementasikan praktik investasi hi-jau, dan juga meningkatkan kapasi-tas bank dalam mengimplentasikan praktik investaasi hijau, sekaligus memonitor kepatuhan bank-bank terhadap pedoman tersebut, hingga memberikan insentif dan disinsentif. Regulator juga memfasilitasi bank dalam melakukan updating dan link-aging terhadap isu-isu terbaru di isu pembangunan berkelanjutan, serta best practices yang sudah dikembang-
kan serta praktik-praktik kebijakan yang bisa dijadikan contoh.
Masih diperlukan kepastian hukum dan revisi regulasi agar landasan im-plementasi investasi hijau di sektor finansial semakin kokoh. Kejelasan dan kepastian hukum dalam penga-turan investasi hijau sangat diperlu-kan karena dapat membuat kejelasan yang hakiki dan tidak samar dalam pengaturannya, sehingga urgensi in-vestasi hijau dapat segera terpecah-kan dan memiliki kepastian dalam mencapai sasaran yang dituju. Imple-mentasi berdasarkan peraturan dan regulasi yang sudah ada juga layaknya diperkuat, termasuk usaha penega-kan hukumnya.
Sejalan dengan roadmap OJK, IWGFF/INFID mengusulkan beberapa prin-sip investasi hijau perlu diterapkan oleh bank. Untuk pengelolaan risiko, bank diharapkan mengintegrasikan aspek perlindungan lingkungan hidup dan sosial dalam manajemen risiko- nya. Kemudian untuk pengembangan sektor eknomi prioritas berkelanju-tan, bank perlu memberikan duku- ngan berupa pendanaan secara in-klusif dalam kegiatan usaha yang berkelan- jutan untuk memberikan perlindungan kawasan hutan. Untuk tatak kelola lingkungan, sosial dan pelaporan, bank mempraktikkan tata kelola lingkungan dan sosial yang baik dalam skema pendanan sektor indus-tri berbasis lahan (land based industry/LBI). Sedangkan untuk meningkatkan
kapasitas dan kemitraan kolaboratif, bank perlu mengembangkan kapasi-tas SDM dan teknologi informasi un-tuk mendukung pengelolaan risiko, tata kelola, dan pengembangan sektor ekonomi prioritas berkelanjutan.
Seperti disebutkan di bagian 1, pe- ngukuran investasi hijau dengan pendekatan indeks ini merupakan inisiatif masyarakat sipil untuk me-lihat sejauh mana praktik investasi hijau diimplementasikan oleh bank-bank yang beroperasi di Indonesia berdasarkan laporan tahunan (an-nual repot) dan laporan keberlanju-tan (sustainable report) tahun 2016. Pengukuran indeks ini juga sekaligus sebagai upaya masyarakat sipil untuk mendorong bank-bank yang belum mempraktikkan investasi hijau agar segera mengimplementasikannya da-lam rangka ikut berkontribusi untuk mencegah kerusakan lingkungan dan membuat planet ini layak huni. Un-tuk itu, inisiatif pengukuran indeks investasi hijau ini perlu dilakukan ke depannya secara berkala atau diukur setiap tahunnya untuk melihat ke-cenderungan (trend) praktik investasi hijau di 12 bank yang sama disertai dengan verifikasi kepada bank yang bersangkutan.
Sumber gambar: www.pexels.com
4140
Referensi
Ahmad, Fayez, Nurul Mohammad Zayed, and Md Harun. (2013), Factors Behind the Adoption of Green Banking by Bangladeshi Commercial Banks." ASA University Re-view 7, No. 2
Alam K, T., Julker N. M., Rashedul, I., Khadiza, B. (2017). Green Banking Bangladeh Perspective and International Experiences, in Russian Journal of Agricultural and socio –Economic Science, Vol. 6 (1), pages 10-16
Bihari, S.C. (2011). Green Banking: Toward Socially Responsible Banking in India International Journal of Business in-sights & Transformation, 4(1), pages 82-87
Dash, R. N. (2008). Sustainable Green’Banking: The Story of Trio-dos Bank. Cab Calling: pages 26-29.
IFC. (2007). Banking on Sustainability: Financing Environmen-tal and Social Opportunities in Emerging Markets
Masukujjaman, Md, and Serena Aktar. (2014). Green Banking in Bangladesh: A Commitment towards the Global ini-tiatives." Journal of Business and Technology (Dhaka) 8, No. 1-2: pages 17-40
Nath, Vikas, Nitin Nayak, and Ankit Goel. (2014). Green Banking Practices, A Review. International Journal of Re-search in Business Management (IMPACT: IJRBM) Vol. 2, Issue 4, pages 45-62
Otoritas Jasa Keuangan/OJK. (2014). Roadmap for Sustainable Fi-nance in Indonesia 2015-2019,
Papastergiou, Angelos, and George Blanas. (2011). Sustainable Green Banking: The Case of Greece." In Management of International Business and Economics Systems (MIBES) Conference.
4342
Raad Mozib Lalon. (2015). Green Banking: Going Green. International Jour-nal of Economics, Finance and Management Sciences. Vol. 3, No. 1: pages 34-42.
Saaty, Thomas L. (1988). What is the Analytic Hierarchy Process?." In Math-ematical Models for Decision Support, pages 109-121. Springer, Berlin, Heidelberg.
Savu, Ioana Florentina. (2012). It’s Time for Green Banking Management in Romania. Acta Universitatis Danubius. Economica 8, No. 2.
Shaumya, K. and Arulrajah, A. (2017). Green Banking: Measuring Green Banking. LAMBERT Academic Publishing.
Simangunsong, Bintang C.H., (2017). Panduan Pembiayaan Hutan Tanaman Berkelanjutan Bagi Lembaga Jasa Keuangan. (Belum Dipub-likasikan).
Singhal, Komal. (2014). Green Banking: An Overview. Asian Journal of Multi-disciplinary Studies 2, No. 6.
Tara, Kanak, Saumya Singh, and Ritesh Kumar. (2015). Green Banking for En-vironmental Management: A Paradigm Shift." Curr World Envi-ron.
Yudawinata, Rizkiasari. OJK. (Tanpa Tahun) Panduan Pembiyaan Kelapa Sawit Berkelanjutan.
Web Site:http:// www. cwejournal. org
http://www.ifc.org/wps/wcm/connect/587a700047f4b31baa63ff299ede9589/Roadmap+Keuangan+Berkelanjutan.pdf?MOD=AJPERES
https://www.oecd.org/finance/WP_24_Defining_and_Measuring_Green_Invest-ments.pdf
http://documents.worldbank.org/curated/en/383011492423734099/pd-f/114278-WP-REVISED-PUBLIC-Environmental-and-Social-Framework.pdf
http://www.ojk.go.id/sustainable-finance/id/publikasi/panduan/Pages/Road-map-Keuangan-Berkelanjutan.aspx
https://www.cisl.cam.ac.uk/business-action/sustainable-finance/banking-envi-ronment-initiative/programme/sustainable-agri-supply-chains/soft-commodi-ties
http://www.equator-principles.com/
https://www.unpri.org/aboutn
Lam
pira
n
Lam
pira
n 1.
Tab
el M
atri
ks P
rese
ntas
e B
obot
kep
ada
Prin
sip,
Indi
kato
r da
n Su
b In
dika
tor
Pri
nsi
p%
Bob
otN
oIn
dik
ator
%B
obot
No
Sub
Ind
ikat
or%
Bob
ot
I. P
enge
lola
an R
esik
o
Def
inis
i op
eras
ion
al :
Ban
k m
engi
nte
gras
i-ka
n a
spek
p
erli
nd
un
gan
lin
gku
nga
n h
idu
p d
an
sosi
al d
alam
m
anaj
emen
risi
k
25I.1
Ada
nya
atur
an k
ebija
kan
yang
men
gint
egra
sika
n as
pek
perl
indu
ngan
lin
gkun
gan
hidu
p da
n so
sial
da
lam
man
ajem
en r
isik
o
08,3
3I.1
.1Ti
dak
Ada
-
I.1.2
Ada
nya
pena
nggu
ngja
wab
/sta
ff/p
elak
sana
SO
P/m
ekan
ism
e ke
bija
kan
yang
m
engi
nteg
rasi
kan
aspe
k pe
rlin
dung
an li
ngku
ngan
hid
up d
an s
osia
l dal
am
man
ajem
en r
isik
o.
2,78
I.1.3
Ada
nya
pena
nggu
ng ja
wab
dan
impl
emen
tasi
terk
ait S
OP/
mek
anis
me
kebi
jaka
n ya
ng m
engi
nteg
rasi
kan
aspe
k pe
rlin
dung
an li
ngku
ngan
hid
up d
an s
osia
l dal
am
man
ajem
en r
isik
o.
2,78
I.1.4
Ada
nya
pena
nggu
ngja
wab
, im
plem
enta
si d
an d
ivis
i khu
sus
untu
k m
endu
kung
SO
P ke
bija
kan
yang
men
gint
egra
sika
n as
pek
perl
indu
ngan
ling
kung
an h
idup
dan
so
sial
dal
am m
anaj
emen
ris
iko.
2,78
I.2A
dany
a pe
rtim
bang
an
terh
adap
kon
flik
atau
kla
im
dari
mas
yara
kat s
ekita
r ya
ng
terd
ampa
k da
lam
pe
mbe
rian
kre
dit
08,3
3I.2
.1Ti
dak
Ada
-
I.2.2
Ada
nya
SOP/
mek
anis
me
untu
k m
empe
rtim
bang
kan
pem
beri
an k
redi
t ter
kait
peng
adua
n da
n kl
aim
mas
yara
kat t
erda
mpa
k2,
78
I.2.3
Ada
nya
SOP/
mek
anis
me
dan
peni
laia
n te
rhad
ap p
ropo
sal y
ang
dim
iliki
ole
h de
bitu
r2,
78
I.2.4
Ada
nya
SOP/
mek
anis
me,
pen
ilaia
n da
n fie
ld a
sses
smen
t/ v
erifi
kasi
ter
kait
kebe
nara
n pr
opos
al2,
78
I.3A
dany
a pe
nera
pan
kons
ep
FPIC
dal
am a
sses
smen
t se
belu
m p
embe
rian
kre
dit
08,3
3I.3
.1Ti
dak
Ada
-I.3
.2A
dany
a ad
opsi
/pra
ktek
FPI
C da
n re
ncan
a pe
rusa
haan
ser
ta k
emun
gkin
an
dam
pakn
ya b
agi m
asya
raka
t2,
78
I.3.3
Ada
nya
adop
si/p
rakt
ek d
an s
umm
ary
repo
rt F
PIC
dala
m la
pora
n2,
78
I.3.4
Ada
nya
adop
si/p
rakt
ek, a
dops
i/pr
akte
k da
n fo
llow
up/
tinda
kan
(kre
dit d
itola
k,
ditu
nda,
dis
etuj
ui)
berd
asar
kan
lapo
ran
FPIC
2,78
II. P
enge
mba
nga
n S
ekto
r Ek
onom
i Pri
orit
as B
erke
lan
juta
n
Def
inis
i op
eras
ion
al :
Ban
k m
embe
rika
n
du
kun
gan
ber
up
a p
end
anaa
n s
ecar
a in
klu
sif d
alam
ke
giat
an u
sah
a ya
ng
berk
elan
juta
n u
ntu
k m
embe
rika
n
per
lin
du
nga
n
kaw
asan
hu
tan
25II
.1A
dany
a du
kung
an
pend
anaa
n se
cara
lang
sung
da
n in
klus
if u
ntuk
unt
uk
mem
beri
kan
perl
indu
ngan
ka
was
an (s
eper
ti pe
mbe
rian
bi
bit d
an p
enan
aman
)
12,5
0II
.1.1
Tida
k A
da-
II.1
.2A
dany
a al
okas
i dan
a CS
R u
ntuk
men
dana
i keg
iata
n us
aha
yang
ber
kela
njut
an
untu
k m
embe
rika
n pe
rlin
dung
an K
awas
an6,
25
II.1
.3A
dany
a al
okas
i dan
a CS
R d
an p
inja
man
luna
k (g
reen
fund
ing)
unt
uk m
enda
nai
kegi
atan
usa
ha y
ang
berk
elan
juta
n un
tuk
mem
beri
kan
perl
indu
ngan
kaw
asan
6,25
II.2
Ada
nya
alok
asi p
enda
naan
se
cara
tida
k la
ngsu
ng u
ntuk
pe
ngem
bang
an e
kono
mi
berb
asis
mas
yara
kat
dala
m
rang
ka m
ence
gah
keru
saka
n hu
tan
(sep
erti
kope
rasi
dan
ke
giat
an a
ltern
arif
inco
me)
12,5
0II
.2.1
Tida
k A
da-
II.2
.2A
dany
a al
okas
i dan
a CS
R u
ntuk
pen
gem
bang
an e
kono
mi b
erba
sis
mas
yara
kat
untu
k m
ence
gah
keru
saka
n hu
tan
(sep
erti
kope
rasi
dan
keg
iata
n al
tern
arif
inco
me)
6,25
II.2
.3A
dany
a al
okas
i dan
a CS
R d
an p
inja
man
luna
k (g
reen
fund
ing)
unt
uk
peng
emba
ngan
eko
nom
i ber
basi
s m
asya
raka
t unt
uk m
ence
gah
keru
saka
n hu
tan
(sep
erti
kope
rasi
dan
keg
iata
n al
tern
arif
inco
me)
6,25
III.
Tat
akel
ola
Lin
gku
nga
n S
osia
l dan
Pel
apor
an
Def
inis
i Op
eras
ion
al :
Ban
k m
emp
rakt
ikka
n
tata
kel
ola
lin
gku
nga
n
dan
sos
ial y
ang
baik
d
alam
ske
ma
pen
dan
an s
ekto
r La
nd
Bas
ed I
nd
ust
ry (
LBI)
25II
I.1A
dany
a in
form
asi
pend
anaa
nnya
unt
uk s
ekto
r La
nd B
ased
Indu
stry
(LB
I)
yang
tran
spar
an
05,0
0II
I.1.1
Tida
k A
da
-II
I.1.2
Ada
nya
info
rmas
i pen
dana
an u
ntuk
sek
tor
berb
asis
laha
n da
n hu
tan
yang
tida
k te
rpila
h1,
67
III.1
.3A
dany
a in
form
asi u
mum
dan
info
rmas
i ter
pila
h m
enge
nai b
esar
an n
ilai i
nves
tasi
(b
esar
an k
redi
t) u
ntuk
sek
tor
huta
n, ta
mba
ng d
an p
erke
buna
n se
cara
khu
sus.
1,
67
III.1
.4A
dany
a in
form
asi u
mum
, ter
pila
h be
rdas
arka
n se
ktor
dan
terp
ilah
deng
an n
ama
debi
tur
sert
a ni
lai i
nves
tasi
nya
1,87
III.2
Ada
nya
mek
anis
me
kom
plai
n te
rhad
ap d
ampa
k pe
ndan
aan/
inve
stas
i di
sekt
or L
BI
05,0
0II
I.2.1
Tida
k A
da-
III.2
.2A
dany
a m
ekan
ism
e pe
ngad
uan
khus
us m
enge
nai k
onfli
k/kl
aim
dar
i mas
yara
kat
seki
tar
yang
terd
ampa
k da
lam
pem
beri
an k
redi
t dan
hib
ah1,
67
III.2
.3A
dany
a m
ekan
ism
e da
n or
ang
yang
ditu
njuk
unt
uk m
enja
lank
an m
ekan
ism
e ko
mpl
ain
terh
adap
dam
pak
pend
anaa
n/in
vest
asi d
i sek
tor
LBI y
ang
tela
h di
siap
kan
1,67
III.2
.4A
dany
a m
ekan
ism
e, o
rang
yan
g di
tunj
uk d
an m
enin
dakl
anju
ti la
pora
n m
ekan
ism
e ko
mpl
ain
terh
adap
dam
pak
pend
anaa
n/in
vest
asi d
i sek
tor
LBI
1,67
III.3
Ada
nya
mek
anis
me
audi
t in
tern
al u
ntuk
mel
akuk
an
revi
ew r
enca
na p
enda
naan
di
sek
tor
LBI
05,0
0II
I.3.1
Tida
k A
da-
III.3
.2A
dany
a pe
nang
gung
jaw
ab p
elak
sana
mek
anis
me
audi
t int
erna
l unt
uk m
elak
ukan
re
view
ren
cana
pen
dana
an d
i sek
tor
LBI
1,67
III.3
.3A
dany
a pe
nang
gung
jaw
ab d
an im
plem
enta
si te
rkai
t SO
P m
ekan
ism
e au
dit
inte
rnal
unt
uk m
elak
ukan
rev
iew
ren
cana
pen
dana
an d
i sek
tor
LBI
1,67
III.3
.4A
dany
a pe
nang
gung
jaw
ab, i
mpl
eman
tasi
dan
div
isi k
husu
s un
tuk
men
duku
ng
SOP
mek
anis
me
audi
t int
erna
l unt
uk m
elak
ukan
rev
iew
ren
cana
pen
dana
an d
i se
ktor
LB
I
1,67
III.4
Ada
nya
peni
laia
n te
rhad
ap
lega
litas
deb
itur
dala
m
renc
ana
pend
anaa
n di
se
ktor
LB
I
05,0
0II
I.4.1
Tida
k A
da-
III.4
.2A
dany
a ke
giat
an c
heck
and
rev
iew
terh
adap
izin
usa
ha p
enda
naan
sek
tor
LBI
(hut
an, t
amba
ng, p
erke
buna
n)1,
67
III.4
.3A
dany
a ke
giat
an c
heck
and
rev
iew
dan
fie
ld a
sses
smen
t ter
hada
p lo
kasi
izin
us
aha
pend
anaa
n se
ktor
LB
I (hu
tan,
tam
bang
, per
kebu
nan)
1,67
III.4
.4A
dany
a ke
giat
an c
heck
and
rev
iew
, fie
ld a
sses
smen
t, da
n fo
llow
up
terh
adap
le
galit
as u
saha
pen
dana
an s
ekto
r LB
I (hu
tan,
tam
bang
, per
kebu
nan)
1,67
III.5
Ada
nya
peni
laia
n te
rhad
ap
kepa
tuha
n te
rhad
ap
pera
tura
n pe
rund
ang-
unda
ngan
terk
ait d
alam
re
ncan
a pe
ndan
aan
di
sekt
or L
BI
05,0
0II
I.5.1
Tida
k A
da-
III.5
.2A
dany
a la
pora
n da
ri p
ihak
yan
g be
rwen
ang
terh
adap
kep
atuh
an d
ebitu
r m
enge
nai p
erat
uran
per
unda
ng-u
ndan
gan
terk
ait s
ekto
r LB
I1,
67
III.5
.3A
dany
a la
pora
n da
n au
dit t
erha
dap
kepa
tuha
n de
bitu
r m
enge
nai p
erat
uran
pe
rund
ang-
unda
ngan
terk
ait s
ekto
r LB
I1,
67
IV. P
enin
gkat
an K
apas
itas
dan
Kem
itra
an K
olab
orat
if
Def
inis
i op
eras
ion
al :
Ban
k m
enge
mba
ngk
an
kap
asit
as S
DM
dan
te
knol
ogi i
nfo
rmas
i u
ntu
k m
end
uku
ng
tiga
pri
nsi
p d
i ata
s (P
enge
lola
an r
esik
o,
tata
kel
ola,
dan
P
enge
mba
nga
n s
ekto
r ek
onom
i pri
orit
as
berk
elan
juta
n)
25IV
.1A
dany
a di
visi
inte
rnal
unt
uk
men
ilai k
elay
akan
asp
ek
resi
ko li
ngku
ngan
sos
ial
06,2
5IV
.1.1
Tida
k ad
a-
IV.1
.2A
dany
a pe
latih
an k
husu
s un
tuk
men
ingk
atka
n SD
M in
tern
al te
ntan
g m
anaj
emen
ri
siko
ling
kung
an3,
13
IV.1
.3A
dany
a pe
latih
an d
an p
enug
asan
terk
ait d
enga
n pe
ning
kata
n SD
M in
tern
al u
ntuk
m
enila
i man
ajem
en r
isik
o lin
gkun
gan
dala
m p
embe
rian
kre
dit
3,13
IV.2
Ada
nya
peng
guna
an
tekn
olog
i inf
orm
asi u
ntuk
m
ener
ima
kom
plai
n
06,2
5IV
.2.1
Tida
k A
da-
IV.2
.2A
dany
a m
edia
unt
uk m
ener
ima
com
plai
n da
ri m
asya
raka
t2,
08
IV.2
.3A
dany
a m
edia
dan
form
com
plai
n un
tuk
mas
yara
kat
2,08
IV.2
.4A
dany
a m
edia
, for
m c
ompl
ain
dan
tinda
klan
jut
peny
eles
aian
com
plai
n da
ri
mas
yara
kat
2,08
IV.3
Ada
nya
peng
guna
an
tekn
olog
i inf
orm
asi u
ntuk
m
empu
blik
asik
an
Sust
aina
ble
Rep
ort d
an
Ann
ual R
erpo
rt s
ehub
unga
n de
ngan
Pen
gelo
laan
Res
iko,
Ta
ta K
elol
a da
n Pe
ngem
bang
an S
ekto
r Ek
onom
i Pri
orita
s B
erke
lanj
utan
06,2
5IV
.3.1
Tida
k A
da-
IV.3
.2A
dany
a la
pora
n da
n pu
blik
asi A
nnua
l Rep
ort s
ehub
unga
n de
ngan
Pen
gelo
laan
R
esik
o, T
ata
Kel
ola
dan
Peng
emba
ngan
Sek
tor
Ekon
omi P
rior
itas
Ber
kela
njut
an3,
13
IV.3
.3A
dany
a la
pora
n da
n pu
blik
asi a
nnua
l rep
ort d
an S
usta
inab
le R
epor
t seh
ubun
gan
deng
an P
enge
lola
an R
esik
o, T
ata
Kel
ola
dan
Peng
emba
ngan
Sek
tor
Ekon
omi
Prio
rita
s B
erke
lanj
utan
3,13
IV.4
Ada
nya
peng
guna
an
tekn
olog
i inf
orm
asi u
ntuk
m
empu
blik
asik
an p
rofil
in
vest
asi y
ang
berh
ubun
gan
deng
an S
ekto
r Ek
onom
i Pr
iori
tas
Ber
kela
njut
an?
06,2
5IV
.4.1
Tida
k A
da-
IV.4
.2A
dany
a pe
nggu
naan
tekn
olog
i inf
orm
asi u
ntuk
mem
publ
ikas
ikan
pro
fil in
vest
asi
yang
ber
hubu
ngan
den
gan
Sekt
or E
kono
mi P
rior
itas
Ber
kela
njut
an s
ecar
a um
um3,
13
IV.4
.3A
dany
a pe
nggu
naan
tekn
olog
i inf
orm
asi u
ntuk
mem
publ
ikas
ikan
pro
fil in
vest
asi
yang
ber
hubu
ngan
den
gan
Sekt
or E
kono
mi P
rior
itas
Ber
kela
njut
an s
ecar
a kh
usus
men
gena
i sek
tor
LBI (
huta
n, ta
mba
ng, p
erke
buna
n)
3,13
Jum
lah
bob
ot (
%)
4544
Prin
sip%
Bobot
No
Ind
ikator%
Bobot
No
Sub In
dikator
%B
obot
I. Pen
gelolaan R
esiko
Defin
isi operasion
al : B
ank m
engin
tegrasi-kan
aspek
perlin
du
ngan
lingku
ngan
hid
up
dan
sosial dalam
m
anajem
enrisik
25I.1
Adanya aturan kebijakan
yang mengintegrasikan
aspek perlindungan lingkungan hidup dan sosial dalam
manajem
en risiko
08,33I.1.1
Tidak Ada
-I.1.2
Adanya penanggungjaw
ab/staff/pelaksana SOP/m
ekanisme kebijakan yang
mengintegrasikan aspek perlindungan lingkungan hidup dan sosial dalam
m
anajemen risiko.
2,78
I.1.3A
danya penanggung jawab dan im
plementasi terkait SO
P/mekanism
e kebijakan yang m
engintegrasikan aspek perlindungan lingkungan hidup dan sosial dalam
manajem
en risiko.
2,78
I.1.4A
danya penanggungjawab, im
plementasi dan divisi khusus untuk m
endukung SO
P kebijakan yang mengintegrasikan aspek perlindungan lingkungan hidup dan
sosial dalam m
anajemen risiko.
2,78
I.2A
danya pertimbangan
terhadap konflik atau klaim
dari masyarakat sekitar yang
terdampak dalam
pem
berian kredit
08,33I.2.1
Tidak Ada
-I.2.2
Adanya SO
P/mekanism
e untuk mem
pertimbangkan pem
berian kredit terkait pengaduan dan klaim
masyarakat terdam
pak2,78
I.2.3A
danya SOP/m
ekanisme dan penilaian terhadap proposal yang dim
iliki oleh debitur
2,78
I.2.4A
danya SOP/m
ekanisme, penilaian dan field assessm
ent/ verifikasi terkait kebenaran proposal
2,78
I.3A
danya penerapan konsep FPIC dalam
assessment
sebelum pem
berian kredit
08,33I.3.1
Tidak Ada
-I.3.2
Adanya adopsi/praktek FPIC dan rencana perusahaan serta kem
ungkinan dam
paknya bagi masyarakat
2,78
I.3.3A
danya adopsi/praktek dan summ
ary report FPIC dalam laporan
2,78
I.3.4A
danya adopsi/praktek, adopsi/praktek dan follow up/tindakan (kredit ditolak,
ditunda, disetujui) berdasarkan laporan FPIC2,78
II. Pen
gemban
gan Sektor Ekon
omi P
rioritas Berkelan
jutan
Defin
isi operasion
al : B
ank m
emberikan
d
uku
ngan
berup
a p
end
anaan
secara in
klusif d
alam
kegiatan u
saha yan
g berkelan
jutan
un
tuk
mem
berikan
perlin
du
ngan
kaw
asan h
utan
25II.1
Adanya dukungan
pendanaan secara langsung dan inklusif untuk untuk m
emberikan perlindungan
kawasan (seperti pem
berian bibit dan penanam
an)
12,50II.1.1
Tidak Ada
-II.1.2
Adanya alokasi dana CSR
untuk mendanai kegiatan usaha yang berkelanjutan
untuk mem
berikan perlindungan Kaw
asan6,25
II.1.3A
danya alokasi dana CSR dan pinjam
an lunak (green funding) untuk mendanai
kegiatan usaha yang berkelanjutan untuk mem
berikan perlindungan kawasan
6,25
II.2A
danya alokasi pendanaan secara tidak langsung untuk pengem
bangan ekonomi
berbasis masyarakat dalam
rangka m
encegah kerusakan hutan (seperti koperasi dan kegiatan alternarif incom
e)
12,50II.2.1
Tidak Ada
-
II.2.2A
danya alokasi dana CSR untuk pengem
bangan ekonomi berbasis m
asyarakat untuk m
encegah kerusakan hutan (seperti koperasi dan kegiatan alternarif incom
e)
6,25
II.2.3A
danya alokasi dana CSR dan pinjam
an lunak (green funding) untuk pengem
bangan ekonomi berbasis m
asyarakat untuk mencegah kerusakan hutan
(seperti koperasi dan kegiatan alternarif income)
6,25
III. Tatakelola Lingku
ngan
Sosial dan
Pelap
oran
Defin
isi Op
erasional :
Ban
k mem
praktikkan
tata kelola lin
gkun
gan
dan
sosial yang baik
dalam
skema
pen
dan
an sektor Land
B
ased In
du
stry (LBI)
25III.1
Adanya inform
asi pendanaannya untuk sektor Land B
ased Industry (LBI)
yang transparan
05,00III.1.1
Tidak Ada
-III.1.2
Adanya inform
asi pendanaan untuk sektor berbasis lahan dan hutan yang tidak terpilah
1,67
III.1.3A
danya informasi um
um dan inform
asi terpilah mengenai besaran nilai investasi
(besaran kredit) untuk sektor hutan, tambang dan perkebunan secara khusus.
1,67
III.1.4A
danya informasi um
um, terpilah berdasarkan sektor dan terpilah dengan nam
a debitur serta nilai investasinya
1,87
III.2A
danya mekanism
e kom
plain terhadap dampak
pendanaan/investasi di sektor LB
I
05,00III.2.1
Tidak Ada
-
III.2.2A
danya mekanism
e pengaduan khusus mengenai konflik/klaim
dari masyarakat
sekitar yang terdampak dalam
pemberian kredit dan hibah
1,67
III.2.3A
danya mekanism
e dan orang yang ditunjuk untuk menjalankan m
ekanisme
komplain terhadap dam
pak pendanaan/investasi di sektor LBI yang telah
disiapkan
1,67
III.2.4A
danya mekanism
e, orang yang ditunjuk dan menindaklanjuti laporan
mekanism
e komplain terhadap dam
pak pendanaan/investasi di sektor LBI
1,67
III.3A
danya mekanism
e audit internal untuk m
elakukan review
rencana pendanaan di sektor LB
I
05,00III.3.1
Tidak Ada
-
III.3.2A
danya penanggungjawab pelaksana m
ekanisme audit internal untuk m
elakukan review
rencana pendanaan di sektor LBI
1,67
III.3.3A
danya penanggungjawab dan im
plementasi terkait SO
P mekanism
e audit internal untuk m
elakukan review rencana pendanaan di sektor LB
I1,67
III.3.4A
danya penanggung jawab, im
plemantasi dan divisi khusus untuk m
endukung SO
P mekanism
e audit internal untuk melakukan review
rencana pendanaan di sektor LB
I
1,67
III.4A
danya penilaian terhadap legalitas debitur dalam
rencana pendanaan di sektor LB
I
05,00III.4.1
Tidak Ada
-
III.4.2A
danya kegiatan check and review terhadap izin usaha pendanaan sektor LB
I (hutan, tam
bang, perkebunan)1,67
III.4.3A
danya kegiatan check and review dan field assessm
ent terhadap lokasi izin usaha pendanaan sektor LB
I (hutan, tambang, perkebunan)
1,67
III.4.4A
danya kegiatan check and review, field assessm
ent, dan follow up terhadap
legalitas usaha pendanaan sektor LBI (hutan, tam
bang, perkebunan)1,67
III.5A
danya penilaian terhadap kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan terkait dalam
rencana pendanaan di sektor LB
I
05,00III.5.1
Tidak Ada
-
III.5.2A
danya laporan dari pihak yang berwenang terhadap kepatuhan debitur
mengenai peraturan perundang-undangan terkait sektor LB
I1,67
III.5.3A
danya laporan dan audit terhadap kepatuhan debitur mengenai peraturan
perundang-undangan terkait sektor LBI
1,67
IV. Pen
ingkatan
Kap
asitas dan
Kem
itraan K
olaboratif
Defin
isi operasion
al : B
ank
men
gemban
gkan
kapasitas SD
M d
an
teknologi in
formasi
un
tuk m
end
uku
ng
tiga prin
sip d
i atas (P
engelolaan
resiko, tata kelola, d
an
Pen
gemban
gan sektor
ekonom
i prioritas
berkelanju
tan)
25IV.1
Adanya divisi internal untuk
menilai kelayakan aspek
resiko lingkungan sosial
06,25IV.1.1
Tidak ada-
IV.1.2A
danya pelatihan khusus untuk meningkatkan SD
M internal tentang m
anajemen
risiko lingkungan3,13
IV.1.3A
danya pelatihan dan penugasan terkait dengan peningkatan SDM
internal untuk m
enilai manajem
en risiko lingkungan dalam pem
berian kredit3,13
IV.2A
danya penggunaan teknologi inform
asi untuk m
enerima kom
plain
06,25IV.2.1
Tidak Ada
-
IV.2.2A
danya media untuk m
enerima com
plain dari masyarakat
2,08
IV.2.3A
danya media dan form
complain untuk m
asyarakat2,08
IV.2.4A
danya media, form
complain dan tindaklanjut penyelesaian com
plain dari m
asyarakat2,08
IV.3A
danya penggunaan teknologi inform
asi untuk m
empublikasikan
Sustainable Report dan
Annual R
erport sehubungan dengan Pengelolaan R
esiko, Tata K
elola dan Pengem
bangan Sektor Ekonom
i Prioritas B
erkelanjutan
06,25IV.3.1
Tidak Ada
-
IV.3.2A
danya laporan dan publikasi Annual R
eport sehubungan dengan Pengelolaan R
esiko, Tata Kelola dan Pengem
bangan Sektor Ekonomi Prioritas B
erkelanjutan3,13
IV.3.3A
danya laporan dan publikasi annual report dan Sustainable Report sehubungan
dengan Pengelolaan Resiko, Tata K
elola dan Pengembangan Sektor Ekonom
i Prioritas B
erkelanjutan
3,13
IV.4A
danya penggunaan teknologi inform
asi untuk m
empublikasikan profil
investasi yang berhubungan dengan Sektor Ekonom
i Prioritas B
erkelanjutan?
06,25IV.4.1
Tidak Ada
-
IV.4.2A
danya penggunaan teknologi informasi untuk m
empublikasikan profil investasi
yang berhubungan dengan Sektor Ekonomi Prioritas B
erkelanjutan secara umum
3,13
IV.4.3A
danya penggunaan teknologi informasi untuk m
empublikasikan profil investasi
yang berhubungan dengan Sektor Ekonomi Prioritas B
erkelanjutan secara khusus m
engenai sektor LBI (hutan, tam
bang, perkebunan)
3,13
Jum
lah bobot (%
)
Pri
nsi
p%
Bob
otN
oIn
dik
ator
%B
obot
No
Sub
Ind
ikat
or%
Bob
ot
I. P
enge
lola
an R
esik
o
Def
inis
i op
eras
ion
al :
Ban
k m
engi
nte
gras
i-ka
n a
spek
p
erli
nd
un
gan
lin
gku
nga
n h
idu
p d
an
sosi
al d
alam
m
anaj
emen
risi
k
25I.1
Ada
nya
atur
an k
ebija
kan
yang
men
gint
egra
sika
n as
pek
perl
indu
ngan
lin
gkun
gan
hidu
p da
n so
sial
da
lam
man
ajem
en r
isik
o
08,3
3I.1
.1Ti
dak
Ada
-
I.1.2
Ada
nya
pena
nggu
ngja
wab
/sta
ff/p
elak
sana
SO
P/m
ekan
ism
e ke
bija
kan
yang
m
engi
nteg
rasi
kan
aspe
k pe
rlin
dung
an li
ngku
ngan
hid
up d
an s
osia
l dal
am
man
ajem
en r
isik
o.
2,78
I.1.3
Ada
nya
pena
nggu
ng ja
wab
dan
impl
emen
tasi
terk
ait S
OP/
mek
anis
me
kebi
jaka
n ya
ng m
engi
nteg
rasi
kan
aspe
k pe
rlin
dung
an li
ngku
ngan
hid
up d
an s
osia
l dal
am
man
ajem
en r
isik
o.
2,78
I.1.4
Ada
nya
pena
nggu
ngja
wab
, im
plem
enta
si d
an d
ivis
i khu
sus
untu
k m
endu
kung
SO
P ke
bija
kan
yang
men
gint
egra
sika
n as
pek
perl
indu
ngan
ling
kung
an h
idup
dan
so
sial
dal
am m
anaj
emen
ris
iko.
2,78
I.2A
dany
a pe
rtim
bang
an
terh
adap
kon
flik
atau
kla
im
dari
mas
yara
kat s
ekita
r ya
ng
terd
ampa
k da
lam
pe
mbe
rian
kre
dit
08,3
3I.2
.1Ti
dak
Ada
-
I.2.2
Ada
nya
SOP/
mek
anis
me
untu
k m
empe
rtim
bang
kan
pem
beri
an k
redi
t ter
kait
peng
adua
n da
n kl
aim
mas
yara
kat t
erda
mpa
k2,
78
I.2.3
Ada
nya
SOP/
mek
anis
me
dan
peni
laia
n te
rhad
ap p
ropo
sal y
ang
dim
iliki
ole
h de
bitu
r2,
78
I.2.4
Ada
nya
SOP/
mek
anis
me,
pen
ilaia
n da
n fie
ld a
sses
smen
t/ v
erifi
kasi
ter
kait
kebe
nara
n pr
opos
al2,
78
I.3A
dany
a pe
nera
pan
kons
ep
FPIC
dal
am a
sses
smen
t se
belu
m p
embe
rian
kre
dit
08,3
3I.3
.1Ti
dak
Ada
-I.3
.2A
dany
a ad
opsi
/pra
ktek
FPI
C da
n re
ncan
a pe
rusa
haan
ser
ta k
emun
gkin
an
dam
pakn
ya b
agi m
asya
raka
t2,
78
I.3.3
Ada
nya
adop
si/p
rakt
ek d
an s
umm
ary
repo
rt F
PIC
dala
m la
pora
n2,
78
I.3.4
Ada
nya
adop
si/p
rakt
ek, a
dops
i/pr
akte
k da
n fo
llow
up/
tinda
kan
(kre
dit d
itola
k,
ditu
nda,
dis
etuj
ui)
berd
asar
kan
lapo
ran
FPIC
2,78
II. P
enge
mba
nga
n S
ekto
r Ek
onom
i Pri
orit
as B
erke
lan
juta
n
Def
inis
i op
eras
ion
al :
Ban
k m
embe
rika
n
du
kun
gan
ber
up
a p
end
anaa
n s
ecar
a in
klu
sif d
alam
ke
giat
an u
sah
a ya
ng
berk
elan
juta
n u
ntu
k m
embe
rika
n
per
lin
du
nga
n
kaw
asan
hu
tan
25II
.1A
dany
a du
kung
an
pend
anaa
n se
cara
lang
sung
da
n in
klus
if u
ntuk
unt
uk
mem
beri
kan
perl
indu
ngan
ka
was
an (s
eper
ti pe
mbe
rian
bi
bit d
an p
enan
aman
)
12,5
0II
.1.1
Tida
k A
da-
II.1
.2A
dany
a al
okas
i dan
a CS
R u
ntuk
men
dana
i keg
iata
n us
aha
yang
ber
kela
njut
an
untu
k m
embe
rika
n pe
rlin
dung
an K
awas
an6,
25
II.1
.3A
dany
a al
okas
i dan
a CS
R d
an p
inja
man
luna
k (g
reen
fund
ing)
unt
uk m
enda
nai
kegi
atan
usa
ha y
ang
berk
elan
juta
n un
tuk
mem
beri
kan
perl
indu
ngan
kaw
asan
6,25
II.2
Ada
nya
alok
asi p
enda
naan
se
cara
tida
k la
ngsu
ng u
ntuk
pe
ngem
bang
an e
kono
mi
berb
asis
mas
yara
kat
dala
m
rang
ka m
ence
gah
keru
saka
n hu
tan
(sep
erti
kope
rasi
dan
ke
giat
an a
ltern
arif
inco
me)
12,5
0II
.2.1
Tida
k A
da-
II.2
.2A
dany
a al
okas
i dan
a CS
R u
ntuk
pen
gem
bang
an e
kono
mi b
erba
sis
mas
yara
kat
untu
k m
ence
gah
keru
saka
n hu
tan
(sep
erti
kope
rasi
dan
keg
iata
n al
tern
arif
inco
me)
6,25
II.2
.3A
dany
a al
okas
i dan
a CS
R d
an p
inja
man
luna
k (g
reen
fund
ing)
unt
uk
peng
emba
ngan
eko
nom
i ber
basi
s m
asya
raka
t unt
uk m
ence
gah
keru
saka
n hu
tan
(sep
erti
kope
rasi
dan
keg
iata
n al
tern
arif
inco
me)
6,25
III.
Tat
akel
ola
Lin
gku
nga
n S
osia
l dan
Pel
apor
an
Def
inis
i Op
eras
ion
al :
Ban
k m
emp
rakt
ikka
n
tata
kel
ola
lin
gku
nga
n
dan
sos
ial y
ang
baik
d
alam
ske
ma
pen
dan
an s
ekto
r La
nd
Bas
ed I
nd
ust
ry (
LBI)
25II
I.1A
dany
a in
form
asi
pend
anaa
nnya
unt
uk s
ekto
r La
nd B
ased
Indu
stry
(LB
I)
yang
tran
spar
an
05,0
0II
I.1.1
Tida
k A
da
-II
I.1.2
Ada
nya
info
rmas
i pen
dana
an u
ntuk
sek
tor
berb
asis
laha
n da
n hu
tan
yang
tida
k te
rpila
h1,
67
III.1
.3A
dany
a in
form
asi u
mum
dan
info
rmas
i ter
pila
h m
enge
nai b
esar
an n
ilai i
nves
tasi
(b
esar
an k
redi
t) u
ntuk
sek
tor
huta
n, ta
mba
ng d
an p
erke
buna
n se
cara
khu
sus.
1,
67
III.1
.4A
dany
a in
form
asi u
mum
, ter
pila
h be
rdas
arka
n se
ktor
dan
terp
ilah
deng
an n
ama
debi
tur
sert
a ni
lai i
nves
tasi
nya
1,87
III.2
Ada
nya
mek
anis
me
kom
plai
n te
rhad
ap d
ampa
k pe
ndan
aan/
inve
stas
i di
sekt
or L
BI
05,0
0II
I.2.1
Tida
k A
da-
III.2
.2A
dany
a m
ekan
ism
e pe
ngad
uan
khus
us m
enge
nai k
onfli
k/kl
aim
dar
i mas
yara
kat
seki
tar
yang
terd
ampa
k da
lam
pem
beri
an k
redi
t dan
hib
ah1,
67
III.2
.3A
dany
a m
ekan
ism
e da
n or
ang
yang
ditu
njuk
unt
uk m
enja
lank
an m
ekan
ism
e ko
mpl
ain
terh
adap
dam
pak
pend
anaa
n/in
vest
asi d
i sek
tor
LBI y
ang
tela
h di
siap
kan
1,67
III.2
.4A
dany
a m
ekan
ism
e, o
rang
yan
g di
tunj
uk d
an m
enin
dakl
anju
ti la
pora
n m
ekan
ism
e ko
mpl
ain
terh
adap
dam
pak
pend
anaa
n/in
vest
asi d
i sek
tor
LBI
1,67
III.3
Ada
nya
mek
anis
me
audi
t in
tern
al u
ntuk
mel
akuk
an
revi
ew r
enca
na p
enda
naan
di
sek
tor
LBI
05,0
0II
I.3.1
Tida
k A
da-
III.3
.2A
dany
a pe
nang
gung
jaw
ab p
elak
sana
mek
anis
me
audi
t int
erna
l unt
uk m
elak
ukan
re
view
ren
cana
pen
dana
an d
i sek
tor
LBI
1,67
III.3
.3A
dany
a pe
nang
gung
jaw
ab d
an im
plem
enta
si te
rkai
t SO
P m
ekan
ism
e au
dit
inte
rnal
unt
uk m
elak
ukan
rev
iew
ren
cana
pen
dana
an d
i sek
tor
LBI
1,67
III.3
.4A
dany
a pe
nang
gung
jaw
ab, i
mpl
eman
tasi
dan
div
isi k
husu
s un
tuk
men
duku
ng
SOP
mek
anis
me
audi
t int
erna
l unt
uk m
elak
ukan
rev
iew
ren
cana
pen
dana
an d
i se
ktor
LB
I
1,67
III.4
Ada
nya
peni
laia
n te
rhad
ap
lega
litas
deb
itur
dala
m
renc
ana
pend
anaa
n di
se
ktor
LB
I
05,0
0II
I.4.1
Tida
k A
da-
III.4
.2A
dany
a ke
giat
an c
heck
and
rev
iew
terh
adap
izin
usa
ha p
enda
naan
sek
tor
LBI
(hut
an, t
amba
ng, p
erke
buna
n)1,
67
III.4
.3A
dany
a ke
giat
an c
heck
and
rev
iew
dan
fie
ld a
sses
smen
t ter
hada
p lo
kasi
izin
us
aha
pend
anaa
n se
ktor
LB
I (hu
tan,
tam
bang
, per
kebu
nan)
1,67
III.4
.4A
dany
a ke
giat
an c
heck
and
rev
iew
, fie
ld a
sses
smen
t, da
n fo
llow
up
terh
adap
le
galit
as u
saha
pen
dana
an s
ekto
r LB
I (hu
tan,
tam
bang
, per
kebu
nan)
1,67
III.5
Ada
nya
peni
laia
n te
rhad
ap
kepa
tuha
n te
rhad
ap
pera
tura
n pe
rund
ang-
unda
ngan
terk
ait d
alam
re
ncan
a pe
ndan
aan
di
sekt
or L
BI
05,0
0II
I.5.1
Tida
k A
da-
III.5
.2A
dany
a la
pora
n da
ri p
ihak
yan
g be
rwen
ang
terh
adap
kep
atuh
an d
ebitu
r m
enge
nai p
erat
uran
per
unda
ng-u
ndan
gan
terk
ait s
ekto
r LB
I1,
67
III.5
.3A
dany
a la
pora
n da
n au
dit t
erha
dap
kepa
tuha
n de
bitu
r m
enge
nai p
erat
uran
pe
rund
ang-
unda
ngan
terk
ait s
ekto
r LB
I1,
67
IV. P
enin
gkat
an K
apas
itas
dan
Kem
itra
an K
olab
orat
if
Def
inis
i op
eras
ion
al :
Ban
k m
enge
mba
ngk
an
kap
asit
as S
DM
dan
te
knol
ogi i
nfo
rmas
i u
ntu
k m
end
uku
ng
tiga
pri
nsi
p d
i ata
s (P
enge
lola
an r
esik
o,
tata
kel
ola,
dan
P
enge
mba
nga
n s
ekto
r ek
onom
i pri
orit
as
berk
elan
juta
n)
25IV
.1A
dany
a di
visi
inte
rnal
unt
uk
men
ilai k
elay
akan
asp
ek
resi
ko li
ngku
ngan
sos
ial
06,2
5IV
.1.1
Tida
k ad
a-
IV.1
.2A
dany
a pe
latih
an k
husu
s un
tuk
men
ingk
atka
n SD
M in
tern
al te
ntan
g m
anaj
emen
ri
siko
ling
kung
an3,
13
IV.1
.3A
dany
a pe
latih
an d
an p
enug
asan
terk
ait d
enga
n pe
ning
kata
n SD
M in
tern
al u
ntuk
m
enila
i man
ajem
en r
isik
o lin
gkun
gan
dala
m p
embe
rian
kre
dit
3,13
IV.2
Ada
nya
peng
guna
an
tekn
olog
i inf
orm
asi u
ntuk
m
ener
ima
kom
plai
n
06,2
5IV
.2.1
Tida
k A
da-
IV.2
.2A
dany
a m
edia
unt
uk m
ener
ima
com
plai
n da
ri m
asya
raka
t2,
08
IV.2
.3A
dany
a m
edia
dan
form
com
plai
n un
tuk
mas
yara
kat
2,08
IV.2
.4A
dany
a m
edia
, for
m c
ompl
ain
dan
tinda
klan
jut
peny
eles
aian
com
plai
n da
ri
mas
yara
kat
2,08
IV.3
Ada
nya
peng
guna
an
tekn
olog
i inf
orm
asi u
ntuk
m
empu
blik
asik
an
Sust
aina
ble
Rep
ort d
an
Ann
ual R
erpo
rt s
ehub
unga
n de
ngan
Pen
gelo
laan
Res
iko,
Ta
ta K
elol
a da
n Pe
ngem
bang
an S
ekto
r Ek
onom
i Pri
orita
s B
erke
lanj
utan
06,2
5IV
.3.1
Tida
k A
da-
IV.3
.2A
dany
a la
pora
n da
n pu
blik
asi A
nnua
l Rep
ort s
ehub
unga
n de
ngan
Pen
gelo
laan
R
esik
o, T
ata
Kel
ola
dan
Peng
emba
ngan
Sek
tor
Ekon
omi P
rior
itas
Ber
kela
njut
an3,
13
IV.3
.3A
dany
a la
pora
n da
n pu
blik
asi a
nnua
l rep
ort d
an S
usta
inab
le R
epor
t seh
ubun
gan
deng
an P
enge
lola
an R
esik
o, T
ata
Kel
ola
dan
Peng
emba
ngan
Sek
tor
Ekon
omi
Prio
rita
s B
erke
lanj
utan
3,13
IV.4
Ada
nya
peng
guna
an
tekn
olog
i inf
orm
asi u
ntuk
m
empu
blik
asik
an p
rofil
in
vest
asi y
ang
berh
ubun
gan
deng
an S
ekto
r Ek
onom
i Pr
iori
tas
Ber
kela
njut
an?
06,2
5IV
.4.1
Tida
k A
da-
IV.4
.2A
dany
a pe
nggu
naan
tekn
olog
i inf
orm
asi u
ntuk
mem
publ
ikas
ikan
pro
fil in
vest
asi
yang
ber
hubu
ngan
den
gan
Sekt
or E
kono
mi P
rior
itas
Ber
kela
njut
an s
ecar
a um
um3,
13
IV.4
.3A
dany
a pe
nggu
naan
tekn
olog
i inf
orm
asi u
ntuk
mem
publ
ikas
ikan
pro
fil in
vest
asi
yang
ber
hubu
ngan
den
gan
Sekt
or E
kono
mi P
rior
itas
Ber
kela
njut
an s
ecar
a kh
usus
men
gena
i sek
tor
LBI (
huta
n, ta
mba
ng, p
erke
buna
n)
3,13
Jum
lah
bob
ot (
%)
4746
Prin
sip%
Bobot
No
Ind
ikator%
Bobot
No
Sub In
dikator
%B
obot
I. Pen
gelolaan R
esiko
Defin
isi operasion
al : B
ank m
engin
tegrasi-kan
aspek
perlin
du
ngan
lingku
ngan
hid
up
dan
sosial dalam
m
anajem
enrisik
25I.1
Adanya aturan kebijakan
yang mengintegrasikan
aspek perlindungan lingkungan hidup dan sosial dalam
manajem
en risiko
08,33I.1.1
Tidak Ada
-I.1.2
Adanya penanggungjaw
ab/staff/pelaksana SOP/m
ekanisme kebijakan yang
mengintegrasikan aspek perlindungan lingkungan hidup dan sosial dalam
m
anajemen risiko.
2,78
I.1.3A
danya penanggung jawab dan im
plementasi terkait SO
P/mekanism
e kebijakan yang m
engintegrasikan aspek perlindungan lingkungan hidup dan sosial dalam
manajem
en risiko.
2,78
I.1.4A
danya penanggungjawab, im
plementasi dan divisi khusus untuk m
endukung SO
P kebijakan yang mengintegrasikan aspek perlindungan lingkungan hidup dan
sosial dalam m
anajemen risiko.
2,78
I.2A
danya pertimbangan
terhadap konflik atau klaim
dari masyarakat sekitar yang
terdampak dalam
pem
berian kredit
08,33I.2.1
Tidak Ada
-I.2.2
Adanya SO
P/mekanism
e untuk mem
pertimbangkan pem
berian kredit terkait pengaduan dan klaim
masyarakat terdam
pak2,78
I.2.3A
danya SOP/m
ekanisme dan penilaian terhadap proposal yang dim
iliki oleh debitur
2,78
I.2.4A
danya SOP/m
ekanisme, penilaian dan field assessm
ent/ verifikasi terkait kebenaran proposal
2,78
I.3A
danya penerapan konsep FPIC dalam
assessment
sebelum pem
berian kredit
08,33I.3.1
Tidak Ada
-I.3.2
Adanya adopsi/praktek FPIC dan rencana perusahaan serta kem
ungkinan dam
paknya bagi masyarakat
2,78
I.3.3A
danya adopsi/praktek dan summ
ary report FPIC dalam laporan
2,78
I.3.4A
danya adopsi/praktek, adopsi/praktek dan follow up/tindakan (kredit ditolak,
ditunda, disetujui) berdasarkan laporan FPIC2,78
II. Pen
gemban
gan Sektor Ekon
omi P
rioritas Berkelan
jutan
Defin
isi operasion
al : B
ank m
emberikan
d
uku
ngan
berup
a p
end
anaan
secara in
klusif d
alam
kegiatan u
saha yan
g berkelan
jutan
un
tuk
mem
berikan
perlin
du
ngan
kaw
asan h
utan
25II.1
Adanya dukungan
pendanaan secara langsung dan inklusif untuk untuk m
emberikan perlindungan
kawasan (seperti pem
berian bibit dan penanam
an)
12,50II.1.1
Tidak Ada
-II.1.2
Adanya alokasi dana CSR
untuk mendanai kegiatan usaha yang berkelanjutan
untuk mem
berikan perlindungan Kaw
asan6,25
II.1.3A
danya alokasi dana CSR dan pinjam
an lunak (green funding) untuk mendanai
kegiatan usaha yang berkelanjutan untuk mem
berikan perlindungan kawasan
6,25
II.2A
danya alokasi pendanaan secara tidak langsung untuk pengem
bangan ekonomi
berbasis masyarakat dalam
rangka m
encegah kerusakan hutan (seperti koperasi dan kegiatan alternarif incom
e)
12,50II.2.1
Tidak Ada
-
II.2.2A
danya alokasi dana CSR untuk pengem
bangan ekonomi berbasis m
asyarakat untuk m
encegah kerusakan hutan (seperti koperasi dan kegiatan alternarif incom
e)
6,25
II.2.3A
danya alokasi dana CSR dan pinjam
an lunak (green funding) untuk pengem
bangan ekonomi berbasis m
asyarakat untuk mencegah kerusakan hutan
(seperti koperasi dan kegiatan alternarif income)
6,25
III. Tatakelola Lingku
ngan
Sosial dan
Pelap
oran
Defin
isi Op
erasional :
Ban
k mem
praktikkan
tata kelola lin
gkun
gan
dan
sosial yang baik
dalam
skema
pen
dan
an sektor Land
B
ased In
du
stry (LBI)
25III.1
Adanya inform
asi pendanaannya untuk sektor Land B
ased Industry (LBI)
yang transparan
05,00III.1.1
Tidak Ada
-III.1.2
Adanya inform
asi pendanaan untuk sektor berbasis lahan dan hutan yang tidak terpilah
1,67
III.1.3A
danya informasi um
um dan inform
asi terpilah mengenai besaran nilai investasi
(besaran kredit) untuk sektor hutan, tambang dan perkebunan secara khusus.
1,67
III.1.4A
danya informasi um
um, terpilah berdasarkan sektor dan terpilah dengan nam
a debitur serta nilai investasinya
1,87
III.2A
danya mekanism
e kom
plain terhadap dampak
pendanaan/investasi di sektor LB
I
05,00III.2.1
Tidak Ada
-
III.2.2A
danya mekanism
e pengaduan khusus mengenai konflik/klaim
dari masyarakat
sekitar yang terdampak dalam
pemberian kredit dan hibah
1,67
III.2.3A
danya mekanism
e dan orang yang ditunjuk untuk menjalankan m
ekanisme
komplain terhadap dam
pak pendanaan/investasi di sektor LBI yang telah
disiapkan
1,67
III.2.4A
danya mekanism
e, orang yang ditunjuk dan menindaklanjuti laporan
mekanism
e komplain terhadap dam
pak pendanaan/investasi di sektor LBI
1,67
III.3A
danya mekanism
e audit internal untuk m
elakukan review
rencana pendanaan di sektor LB
I
05,00III.3.1
Tidak Ada
-
III.3.2A
danya penanggungjawab pelaksana m
ekanisme audit internal untuk m
elakukan review
rencana pendanaan di sektor LBI
1,67
III.3.3A
danya penanggungjawab dan im
plementasi terkait SO
P mekanism
e audit internal untuk m
elakukan review rencana pendanaan di sektor LB
I1,67
III.3.4A
danya penanggung jawab, im
plemantasi dan divisi khusus untuk m
endukung SO
P mekanism
e audit internal untuk melakukan review
rencana pendanaan di sektor LB
I
1,67
III.4A
danya penilaian terhadap legalitas debitur dalam
rencana pendanaan di sektor LB
I
05,00III.4.1
Tidak Ada
-
III.4.2A
danya kegiatan check and review terhadap izin usaha pendanaan sektor LB
I (hutan, tam
bang, perkebunan)1,67
III.4.3A
danya kegiatan check and review dan field assessm
ent terhadap lokasi izin usaha pendanaan sektor LB
I (hutan, tambang, perkebunan)
1,67
III.4.4A
danya kegiatan check and review, field assessm
ent, dan follow up terhadap
legalitas usaha pendanaan sektor LBI (hutan, tam
bang, perkebunan)1,67
III.5A
danya penilaian terhadap kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan terkait dalam
rencana pendanaan di sektor LB
I
05,00III.5.1
Tidak Ada
-
III.5.2A
danya laporan dari pihak yang berwenang terhadap kepatuhan debitur
mengenai peraturan perundang-undangan terkait sektor LB
I1,67
III.5.3A
danya laporan dan audit terhadap kepatuhan debitur mengenai peraturan
perundang-undangan terkait sektor LBI
1,67
IV. Pen
ingkatan
Kap
asitas dan
Kem
itraan K
olaboratif
Defin
isi operasion
al : B
ank
men
gemban
gkan
kapasitas SD
M d
an
teknologi in
formasi
un
tuk m
end
uku
ng
tiga prin
sip d
i atas (P
engelolaan
resiko, tata kelola, d
an
Pen
gemban
gan sektor
ekonom
i prioritas
berkelanju
tan)
25IV.1
Adanya divisi internal untuk
menilai kelayakan aspek
resiko lingkungan sosial
06,25IV.1.1
Tidak ada-
IV.1.2A
danya pelatihan khusus untuk meningkatkan SD
M internal tentang m
anajemen
risiko lingkungan3,13
IV.1.3A
danya pelatihan dan penugasan terkait dengan peningkatan SDM
internal untuk m
enilai manajem
en risiko lingkungan dalam pem
berian kredit3,13
IV.2A
danya penggunaan teknologi inform
asi untuk m
enerima kom
plain
06,25IV.2.1
Tidak Ada
-
IV.2.2A
danya media untuk m
enerima com
plain dari masyarakat
2,08
IV.2.3A
danya media dan form
complain untuk m
asyarakat2,08
IV.2.4A
danya media, form
complain dan tindaklanjut penyelesaian com
plain dari m
asyarakat2,08
IV.3A
danya penggunaan teknologi inform
asi untuk m
empublikasikan
Sustainable Report dan
Annual R
erport sehubungan dengan Pengelolaan R
esiko, Tata K
elola dan Pengem
bangan Sektor Ekonom
i Prioritas B
erkelanjutan
06,25IV.3.1
Tidak Ada
-
IV.3.2A
danya laporan dan publikasi Annual R
eport sehubungan dengan Pengelolaan R
esiko, Tata Kelola dan Pengem
bangan Sektor Ekonomi Prioritas B
erkelanjutan3,13
IV.3.3A
danya laporan dan publikasi annual report dan Sustainable Report sehubungan
dengan Pengelolaan Resiko, Tata K
elola dan Pengembangan Sektor Ekonom
i Prioritas B
erkelanjutan
3,13
IV.4A
danya penggunaan teknologi inform
asi untuk m
empublikasikan profil
investasi yang berhubungan dengan Sektor Ekonom
i Prioritas B
erkelanjutan?
06,25IV.4.1
Tidak Ada
-
IV.4.2A
danya penggunaan teknologi informasi untuk m
empublikasikan profil investasi
yang berhubungan dengan Sektor Ekonomi Prioritas B
erkelanjutan secara umum
3,13
IV.4.3A
danya penggunaan teknologi informasi untuk m
empublikasikan profil investasi
yang berhubungan dengan Sektor Ekonomi Prioritas B
erkelanjutan secara khusus m
engenai sektor LBI (hutan, tam
bang, perkebunan)
3,13
Jum
lah bobot (%
)
Pri
nsi
p%
Bob
otN
oIn
dik
ator
%B
obot
No
Sub
Ind
ikat
or%
Bob
ot
I. P
enge
lola
an R
esik
o
Def
inis
i op
eras
ion
al :
Ban
k m
engi
nte
gras
i-ka
n a
spek
p
erli
nd
un
gan
lin
gku
nga
n h
idu
p d
an
sosi
al d
alam
m
anaj
emen
risi
k
25I.1
Ada
nya
atur
an k
ebija
kan
yang
men
gint
egra
sika
n as
pek
perl
indu
ngan
lin
gkun
gan
hidu
p da
n so
sial
da
lam
man
ajem
en r
isik
o
08,3
3I.1
.1Ti
dak
Ada
-
I.1.2
Ada
nya
pena
nggu
ngja
wab
/sta
ff/p
elak
sana
SO
P/m
ekan
ism
e ke
bija
kan
yang
m
engi
nteg
rasi
kan
aspe
k pe
rlin
dung
an li
ngku
ngan
hid
up d
an s
osia
l dal
am
man
ajem
en r
isik
o.
2,78
I.1.3
Ada
nya
pena
nggu
ng ja
wab
dan
impl
emen
tasi
terk
ait S
OP/
mek
anis
me
kebi
jaka
n ya
ng m
engi
nteg
rasi
kan
aspe
k pe
rlin
dung
an li
ngku
ngan
hid
up d
an s
osia
l dal
am
man
ajem
en r
isik
o.
2,78
I.1.4
Ada
nya
pena
nggu
ngja
wab
, im
plem
enta
si d
an d
ivis
i khu
sus
untu
k m
endu
kung
SO
P ke
bija
kan
yang
men
gint
egra
sika
n as
pek
perl
indu
ngan
ling
kung
an h
idup
dan
so
sial
dal
am m
anaj
emen
ris
iko.
2,78
I.2A
dany
a pe
rtim
bang
an
terh
adap
kon
flik
atau
kla
im
dari
mas
yara
kat s
ekita
r ya
ng
terd
ampa
k da
lam
pe
mbe
rian
kre
dit
08,3
3I.2
.1Ti
dak
Ada
-
I.2.2
Ada
nya
SOP/
mek
anis
me
untu
k m
empe
rtim
bang
kan
pem
beri
an k
redi
t ter
kait
peng
adua
n da
n kl
aim
mas
yara
kat t
erda
mpa
k2,
78
I.2.3
Ada
nya
SOP/
mek
anis
me
dan
peni
laia
n te
rhad
ap p
ropo
sal y
ang
dim
iliki
ole
h de
bitu
r2,
78
I.2.4
Ada
nya
SOP/
mek
anis
me,
pen
ilaia
n da
n fie
ld a
sses
smen
t/ v
erifi
kasi
ter
kait
kebe
nara
n pr
opos
al2,
78
I.3A
dany
a pe
nera
pan
kons
ep
FPIC
dal
am a
sses
smen
t se
belu
m p
embe
rian
kre
dit
08,3
3I.3
.1Ti
dak
Ada
-I.3
.2A
dany
a ad
opsi
/pra
ktek
FPI
C da
n re
ncan
a pe
rusa
haan
ser
ta k
emun
gkin
an
dam
pakn
ya b
agi m
asya
raka
t2,
78
I.3.3
Ada
nya
adop
si/p
rakt
ek d
an s
umm
ary
repo
rt F
PIC
dala
m la
pora
n2,
78
I.3.4
Ada
nya
adop
si/p
rakt
ek, a
dops
i/pr
akte
k da
n fo
llow
up/
tinda
kan
(kre
dit d
itola
k,
ditu
nda,
dis
etuj
ui)
berd
asar
kan
lapo
ran
FPIC
2,78
II. P
enge
mba
nga
n S
ekto
r Ek
onom
i Pri
orit
as B
erke
lan
juta
n
Def
inis
i op
eras
ion
al :
Ban
k m
embe
rika
n
du
kun
gan
ber
up
a p
end
anaa
n s
ecar
a in
klu
sif d
alam
ke
giat
an u
sah
a ya
ng
berk
elan
juta
n u
ntu
k m
embe
rika
n
per
lin
du
nga
n
kaw
asan
hu
tan
25II
.1A
dany
a du
kung
an
pend
anaa
n se
cara
lang
sung
da
n in
klus
if u
ntuk
unt
uk
mem
beri
kan
perl
indu
ngan
ka
was
an (s
eper
ti pe
mbe
rian
bi
bit d
an p
enan
aman
)
12,5
0II
.1.1
Tida
k A
da-
II.1
.2A
dany
a al
okas
i dan
a CS
R u
ntuk
men
dana
i keg
iata
n us
aha
yang
ber
kela
njut
an
untu
k m
embe
rika
n pe
rlin
dung
an K
awas
an6,
25
II.1
.3A
dany
a al
okas
i dan
a CS
R d
an p
inja
man
luna
k (g
reen
fund
ing)
unt
uk m
enda
nai
kegi
atan
usa
ha y
ang
berk
elan
juta
n un
tuk
mem
beri
kan
perl
indu
ngan
kaw
asan
6,25
II.2
Ada
nya
alok
asi p
enda
naan
se
cara
tida
k la
ngsu
ng u
ntuk
pe
ngem
bang
an e
kono
mi
berb
asis
mas
yara
kat
dala
m
rang
ka m
ence
gah
keru
saka
n hu
tan
(sep
erti
kope
rasi
dan
ke
giat
an a
ltern
arif
inco
me)
12,5
0II
.2.1
Tida
k A
da-
II.2
.2A
dany
a al
okas
i dan
a CS
R u
ntuk
pen
gem
bang
an e
kono
mi b
erba
sis
mas
yara
kat
untu
k m
ence
gah
keru
saka
n hu
tan
(sep
erti
kope
rasi
dan
keg
iata
n al
tern
arif
inco
me)
6,25
II.2
.3A
dany
a al
okas
i dan
a CS
R d
an p
inja
man
luna
k (g
reen
fund
ing)
unt
uk
peng
emba
ngan
eko
nom
i ber
basi
s m
asya
raka
t unt
uk m
ence
gah
keru
saka
n hu
tan
(sep
erti
kope
rasi
dan
keg
iata
n al
tern
arif
inco
me)
6,25
III.
Tat
akel
ola
Lin
gku
nga
n S
osia
l dan
Pel
apor
an
Def
inis
i Op
eras
ion
al :
Ban
k m
emp
rakt
ikka
n
tata
kel
ola
lin
gku
nga
n
dan
sos
ial y
ang
baik
d
alam
ske
ma
pen
dan
an s
ekto
r La
nd
Bas
ed I
nd
ust
ry (
LBI)
25II
I.1A
dany
a in
form
asi
pend
anaa
nnya
unt
uk s
ekto
r La
nd B
ased
Indu
stry
(LB
I)
yang
tran
spar
an
05,0
0II
I.1.1
Tida
k A
da
-II
I.1.2
Ada
nya
info
rmas
i pen
dana
an u
ntuk
sek
tor
berb
asis
laha
n da
n hu
tan
yang
tida
k te
rpila
h1,
67
III.1
.3A
dany
a in
form
asi u
mum
dan
info
rmas
i ter
pila
h m
enge
nai b
esar
an n
ilai i
nves
tasi
(b
esar
an k
redi
t) u
ntuk
sek
tor
huta
n, ta
mba
ng d
an p
erke
buna
n se
cara
khu
sus.
1,
67
III.1
.4A
dany
a in
form
asi u
mum
, ter
pila
h be
rdas
arka
n se
ktor
dan
terp
ilah
deng
an n
ama
debi
tur
sert
a ni
lai i
nves
tasi
nya
1,87
III.2
Ada
nya
mek
anis
me
kom
plai
n te
rhad
ap d
ampa
k pe
ndan
aan/
inve
stas
i di
sekt
or L
BI
05,0
0II
I.2.1
Tida
k A
da-
III.2
.2A
dany
a m
ekan
ism
e pe
ngad
uan
khus
us m
enge
nai k
onfli
k/kl
aim
dar
i mas
yara
kat
seki
tar
yang
terd
ampa
k da
lam
pem
beri
an k
redi
t dan
hib
ah1,
67
III.2
.3A
dany
a m
ekan
ism
e da
n or
ang
yang
ditu
njuk
unt
uk m
enja
lank
an m
ekan
ism
e ko
mpl
ain
terh
adap
dam
pak
pend
anaa
n/in
vest
asi d
i sek
tor
LBI y
ang
tela
h di
siap
kan
1,67
III.2
.4A
dany
a m
ekan
ism
e, o
rang
yan
g di
tunj
uk d
an m
enin
dakl
anju
ti la
pora
n m
ekan
ism
e ko
mpl
ain
terh
adap
dam
pak
pend
anaa
n/in
vest
asi d
i sek
tor
LBI
1,67
III.3
Ada
nya
mek
anis
me
audi
t in
tern
al u
ntuk
mel
akuk
an
revi
ew r
enca
na p
enda
naan
di
sek
tor
LBI
05,0
0II
I.3.1
Tida
k A
da-
III.3
.2A
dany
a pe
nang
gung
jaw
ab p
elak
sana
mek
anis
me
audi
t int
erna
l unt
uk m
elak
ukan
re
view
ren
cana
pen
dana
an d
i sek
tor
LBI
1,67
III.3
.3A
dany
a pe
nang
gung
jaw
ab d
an im
plem
enta
si te
rkai
t SO
P m
ekan
ism
e au
dit
inte
rnal
unt
uk m
elak
ukan
rev
iew
ren
cana
pen
dana
an d
i sek
tor
LBI
1,67
III.3
.4A
dany
a pe
nang
gung
jaw
ab, i
mpl
eman
tasi
dan
div
isi k
husu
s un
tuk
men
duku
ng
SOP
mek
anis
me
audi
t int
erna
l unt
uk m
elak
ukan
rev
iew
ren
cana
pen
dana
an d
i se
ktor
LB
I
1,67
III.4
Ada
nya
peni
laia
n te
rhad
ap
lega
litas
deb
itur
dala
m
renc
ana
pend
anaa
n di
se
ktor
LB
I
05,0
0II
I.4.1
Tida
k A
da-
III.4
.2A
dany
a ke
giat
an c
heck
and
rev
iew
terh
adap
izin
usa
ha p
enda
naan
sek
tor
LBI
(hut
an, t
amba
ng, p
erke
buna
n)1,
67
III.4
.3A
dany
a ke
giat
an c
heck
and
rev
iew
dan
fie
ld a
sses
smen
t ter
hada
p lo
kasi
izin
us
aha
pend
anaa
n se
ktor
LB
I (hu
tan,
tam
bang
, per
kebu
nan)
1,67
III.4
.4A
dany
a ke
giat
an c
heck
and
rev
iew
, fie
ld a
sses
smen
t, da
n fo
llow
up
terh
adap
le
galit
as u
saha
pen
dana
an s
ekto
r LB
I (hu
tan,
tam
bang
, per
kebu
nan)
1,67
III.5
Ada
nya
peni
laia
n te
rhad
ap
kepa
tuha
n te
rhad
ap
pera
tura
n pe
rund
ang-
unda
ngan
terk
ait d
alam
re
ncan
a pe
ndan
aan
di
sekt
or L
BI
05,0
0II
I.5.1
Tida
k A
da-
III.5
.2A
dany
a la
pora
n da
ri p
ihak
yan
g be
rwen
ang
terh
adap
kep
atuh
an d
ebitu
r m
enge
nai p
erat
uran
per
unda
ng-u
ndan
gan
terk
ait s
ekto
r LB
I1,
67
III.5
.3A
dany
a la
pora
n da
n au
dit t
erha
dap
kepa
tuha
n de
bitu
r m
enge
nai p
erat
uran
pe
rund
ang-
unda
ngan
terk
ait s
ekto
r LB
I1,
67
IV. P
enin
gkat
an K
apas
itas
dan
Kem
itra
an K
olab
orat
if
Def
inis
i op
eras
ion
al :
Ban
k m
enge
mba
ngk
an
kap
asit
as S
DM
dan
te
knol
ogi i
nfo
rmas
i u
ntu
k m
end
uku
ng
tiga
pri
nsi
p d
i ata
s (P
enge
lola
an r
esik
o,
tata
kel
ola,
dan
P
enge
mba
nga
n s
ekto
r ek
onom
i pri
orit
as
berk
elan
juta
n)
25IV
.1A
dany
a di
visi
inte
rnal
unt
uk
men
ilai k
elay
akan
asp
ek
resi
ko li
ngku
ngan
sos
ial
06,2
5IV
.1.1
Tida
k ad
a-
IV.1
.2A
dany
a pe
latih
an k
husu
s un
tuk
men
ingk
atka
n SD
M in
tern
al te
ntan
g m
anaj
emen
ri
siko
ling
kung
an3,
13
IV.1
.3A
dany
a pe
latih
an d
an p
enug
asan
terk
ait d
enga
n pe
ning
kata
n SD
M in
tern
al u
ntuk
m
enila
i man
ajem
en r
isik
o lin
gkun
gan
dala
m p
embe
rian
kre
dit
3,13
IV.2
Ada
nya
peng
guna
an
tekn
olog
i inf
orm
asi u
ntuk
m
ener
ima
kom
plai
n
06,2
5IV
.2.1
Tida
k A
da-
IV.2
.2A
dany
a m
edia
unt
uk m
ener
ima
com
plai
n da
ri m
asya
raka
t2,
08
IV.2
.3A
dany
a m
edia
dan
form
com
plai
n un
tuk
mas
yara
kat
2,08
IV.2
.4A
dany
a m
edia
, for
m c
ompl
ain
dan
tinda
klan
jut
peny
eles
aian
com
plai
n da
ri
mas
yara
kat
2,08
IV.3
Ada
nya
peng
guna
an
tekn
olog
i inf
orm
asi u
ntuk
m
empu
blik
asik
an
Sust
aina
ble
Rep
ort d
an
Ann
ual R
erpo
rt s
ehub
unga
n de
ngan
Pen
gelo
laan
Res
iko,
Ta
ta K
elol
a da
n Pe
ngem
bang
an S
ekto
r Ek
onom
i Pri
orita
s B
erke
lanj
utan
06,2
5IV
.3.1
Tida
k A
da-
IV.3
.2A
dany
a la
pora
n da
n pu
blik
asi A
nnua
l Rep
ort s
ehub
unga
n de
ngan
Pen
gelo
laan
R
esik
o, T
ata
Kel
ola
dan
Peng
emba
ngan
Sek
tor
Ekon
omi P
rior
itas
Ber
kela
njut
an3,
13
IV.3
.3A
dany
a la
pora
n da
n pu
blik
asi a
nnua
l rep
ort d
an S
usta
inab
le R
epor
t seh
ubun
gan
deng
an P
enge
lola
an R
esik
o, T
ata
Kel
ola
dan
Peng
emba
ngan
Sek
tor
Ekon
omi
Prio
rita
s B
erke
lanj
utan
3,13
IV.4
Ada
nya
peng
guna
an
tekn
olog
i inf
orm
asi u
ntuk
m
empu
blik
asik
an p
rofil
in
vest
asi y
ang
berh
ubun
gan
deng
an S
ekto
r Ek
onom
i Pr
iori
tas
Ber
kela
njut
an?
06,2
5IV
.4.1
Tida
k A
da-
IV.4
.2A
dany
a pe
nggu
naan
tekn
olog
i inf
orm
asi u
ntuk
mem
publ
ikas
ikan
pro
fil in
vest
asi
yang
ber
hubu
ngan
den
gan
Sekt
or E
kono
mi P
rior
itas
Ber
kela
njut
an s
ecar
a um
um3,
13
IV.4
.3A
dany
a pe
nggu
naan
tekn
olog
i inf
orm
asi u
ntuk
mem
publ
ikas
ikan
pro
fil in
vest
asi
yang
ber
hubu
ngan
den
gan
Sekt
or E
kono
mi P
rior
itas
Ber
kela
njut
an s
ecar
a kh
usus
men
gena
i sek
tor
LBI (
huta
n, ta
mba
ng, p
erke
buna
n)
3,13
Jum
lah
bob
ot (
%)
48
Lampiran 2. Tabel Hasil Penilaian Indeks Investasi Hijau