Aktivasi sistem imun spesifik memerlukan partisipasi kelompok sel yang disebut sebagai antigen presenting cell (APC), diantaranya sel makrofag, sel dendritik, sel langerhans, dan sel limfosit B. Tahap paling awal aktivasi sistem imun adalah fagositosis/internalisasi antigen oleh sel APC, dilanjutkan dengan proses proteolisis menghasilkan peptida dengan 8-14 asam amino. Antigen yang sudah diolah ini selanjutnya digabungkan dengan protein khusus yang disebut MHC (mayor histocompatibility complex). Kompleks antigen MHC ditampilkan di permukaan sel APC untuk kemudian ditangkap oleh reseptor sel T (CD4) (Gunawan, 2009) Sel T Helper (CD4) yang teraktivasi akan memproduksi berbagai sitokin, terutama interleukin-2 yang berperan mengaktifkan sel T Helper 1 dan sel T Helper 2. TH1 menghasilkan interferon gamma (IFN-γ), IL-2, dan tumor necrosis factor β (TNF β), yang nantinya akan mengaktifkan sel T sitotoksik (CD8), makrofag, dan sel natural killer (NK) untuk respon imunitas seluler. Sedangkan sel. TH2 menghasilkan IL-4,5,6, dan 10 yang nantinya mengaktifkan sel B menjadi sel plasma penghasil antibodi (gunawan 2009). Sebagian sel B dan sel T yang sudah teraktivasi akan disimpan sebagai sel memori yang nantinya dikerahkan untuk respons sekunder. Respons terhadap antigen ekstrasel terjadi melalui kerja TH2 yang berakhir pada pembentukan antibodi netralisasi. Sebaliknya respon terhadap organisme intasel seperti mikobakterium berkaitan dengan TH1 yang berakhir pada aktivasi sel makrofag. Sel T sitotoksik mengenal peptida yang disajikan oleh sel-sel yang terinfeksi virus. Sel NK dapat mengenal dan menghancurkan sel-sel tumor dan sel-sel yang terinfeksi (Gunawan, 2009). Dua jenis sel darah putih yang memegang peranan penting dalam sistem imunitas adalah magrofa dan limfosit. Respon inmun terhadap suatu antigen dimulai pertama-tama dengan penyerapannya oleh magrofa, yang kemudian menyajikan antigen tersebut kepada limfosit. Seperti diketahui limfosit terdiri dari dua jenis, yakni T-cell dan B-cell (Tan dan Kirana, 2002) Tujuan akhir dari dua imunitas yang secara artifisial dapat ditimbulkan dengan jalan vaksinasi adalah untuk menciptakan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Aktivasi sistem imun spesifik memerlukan partisipasi kelompok sel yang disebut sebagai antigen presenting cell (APC), diantaranya sel makrofag, sel dendritik, sel langerhans, dan sel limfosit B. Tahap paling awal aktivasi sistem imun adalah fagositosis/internalisasi antigen oleh sel APC, dilanjutkan dengan proses proteolisis menghasilkan peptida dengan 8-14 asam amino. Antigen yang sudah diolah ini selanjutnya digabungkan dengan protein khusus yang disebut MHC (mayor histocompatibility complex). Kompleks antigen MHC ditampilkan di permukaan sel APC untuk kemudian ditangkap oleh reseptor sel T (CD4) (Gunawan, 2009)
Sel T Helper (CD4) yang teraktivasi akan memproduksi berbagai sitokin, terutama interleukin-2 yang berperan mengaktifkan sel T Helper 1 dan sel T Helper 2. TH1 menghasilkan interferon gamma (IFN-γ), IL-2, dan tumor necrosis factor β (TNF β), yang nantinya akan mengaktifkan sel T sitotoksik (CD8), makrofag, dan sel natural killer (NK) untuk respon imunitas seluler. Sedangkan sel. TH2 menghasilkan IL-4,5,6, dan 10 yang nantinya mengaktifkan sel B menjadi sel plasma penghasil antibodi (gunawan 2009).
Sebagian sel B dan sel T yang sudah teraktivasi akan disimpan sebagai sel memori yang nantinya dikerahkan untuk respons sekunder. Respons terhadap antigen ekstrasel terjadi melalui kerja TH2 yang berakhir pada pembentukan antibodi netralisasi. Sebaliknya respon terhadap organisme intasel seperti mikobakterium berkaitan dengan TH1 yang berakhir pada aktivasi sel makrofag. Sel T sitotoksik mengenal peptida yang disajikan oleh sel-sel yang terinfeksi virus. Sel NK dapat mengenal dan menghancurkan sel-sel tumor dan sel-sel yang terinfeksi (Gunawan, 2009). Dua jenis sel darah putih yang memegang peranan penting dalam sistem imunitas adalah magrofa dan limfosit. Respon inmun terhadap suatu antigen dimulai pertama-tama dengan penyerapannya oleh magrofa, yang kemudian menyajikan antigen tersebut kepada limfosit. Seperti diketahui limfosit terdiri dari dua jenis, yakni T-cell dan B-cell (Tan dan Kirana, 2002)
Tujuan akhir dari dua imunitas yang secara artifisial dapat ditimbulkan dengan jalan vaksinasi adalah untuk menciptakan perlindungan dari tubuh terhadap antigen atau terhadap mikroba yang membawanya. (Tan dan Kirana, 2002)
1. Imunitas aktifKekebalan aktif diperoleh sebagai akibat dari infeksi dengan kuman patogen, atau dapat
juga secara buatan melalui penyuntikan dengan kuman patogen yang telah mati, dilemahkan atau dengan produk metabolismenya. Untuk imunisasi aktif ini digunakan vaksin (cacar, kolera, pertusis, pes, tbc, rabies, influenza, dan polio). Begitu pula toksoid ( difteri dan tetanus), yakni toksin kuman yang dibuat tidak toksik lagi dengan jalan manipulasi kimiawi. Tujuan pemberian vaksin adalah merangsang imunitas selular maupun imunitas humoral seperti yang layaknya timbul sebagai reaksi terhadap suatu infeksi alami (Tan dan Kirana, 2002)
Antibodies ( imunoglobulin) yang dibentuk oleh tubuh pada imunisasi aktif diekskresikan lebih lambat dari pada antibodi yang diberikan dari luar sebagai serum (imunisasi pasif). Dengan demikian imunisasi aktif terutama digunakan bila dikehendaki kekebalan yang lama terhadap suatu penyakit. Lazimnya imunitas ini berlansung selama beberapa bulan sampai beberapa tahun dan dapat ditimbulkan kembali dengan penyuntikan ulang (booster). Tujuan injeksi booster atau revaksinasi pertama, yang diberi paling lambat setelah 6 bulan serentetan injeksi primer, adalah untuk memperkuat imunitas yang semula yang telah ditimbulkan. Injeksi primer dan revaksinasi pertama disebut imunisasi dasar. (Tan dan Kirana, 2002)
2. Imunisasi pasif
Antisera, imunosera atau singkatnya sera adalah sera hewan yang mengandung antibodi spesifik dalam kadar tinggi. Anti sera diperoleh dari suatu penyuntikan antigen tertentu kedalam jaringan seekor hewan (imunitas aktif), yang kemudian membentuk antibodi. Kemudian serum dengan antibodi tersebut dipisahkan dan disuntikkan kedalam tubuh hewan lain atau manusia, yang menimbulkan kekebalan pasif terhadap penyakit tersebut. Cara ini dinamakan imunisasi pasif. (Tan dan Kirana, 2002)
Fungsinya adalah menghindari penyebaran hama infeksi dan pembiakan dalam jaringan. Umumnya sera anti bakterial memiliki khasiat terapi yang rendah sekali. Sebaliknya sera terhadap infeksi virus memiliki khasiat yang tinggi bila diberikan pada permukaan masa inkubasi. Efeknya kecil sekali atau tidak ada bila diberikan setelah penyakitnya sudah berjangkit (Tan dan Kirana, 2002)
Imunitas yang diperoleh dengan imunisasi pasif ini selalu bertahan agak singkat, biasanya hanya beberapa minggu sampai beberapa bulan. Penggunaan pada keadaan akut, misalnya bila infeksi sudah terjadi, maka imunisasi aktif sudah tidak dapat digunakan dengan efektif. Penyebabnya ialah masa inkubasi suatu infeksi berlansung antara 2-5 hari, sedangkan pembentukan antibodi dalam tubuh umumnya membutuhkan waktu beberapa minggu. Pengecualiaan adalah pada rabies dengan tunas yang panjang ( serum anti-rabies) (Tan dan Kirana, 2002).
Tipe imunitas seseorang berbeda-beda, kemampuan tubuh terhadap penyakit bisa dipengaruhi secara alami maupun dapatan. Faktor alami yang mempengaruhi antara lain spesies, ras, keturunan atau faktor individu. Imunitas dapatan dapat diperoleh secara alami yang diperoleh akibat serangan infeksi, penyakit yang kemudian menghasilkan imunitas aktif atau imunitas pasif. Imunitas dapatan yang aktif diberikan antigen secara injeksi seperti toksin, bakteri dan beberapa bahan lainnya. Penggunaan imunitas yang tepat dapat mengurangi penyakit, namun penggunaan imunitas yng umum dapat menyebabkan resistensi (Karsner, 1921).HISTAMIN
Alergi, istilah ini disebut juga hipersensitifitas, yang menggambarkan reaktivitas khusus dari tuan rumah terhadap suatu unsur eksogen, yang timbul pada kontak keduakali atau berikutnya. Reaksi hipersensitivitas ini meliputi sejumlah peristiwa autoimun dan alergi eksogen atas dasar proses imunologi. Pada hakekatnya proses imunologi tersebut, walaupun bersifat merusak, berfungsi melindungi organisme terhadap zat – zat asing yang menyerang tubuh (Tan dan Kirana, 2008).
Bila suatu protein asing (antigen) masuk berulang kali ke dalam aliran darah seseorang yang berbakat hipersensitivitas tinggi, maka limfosit-B akan membentuk antibodi dari tipe IgE. IgE ini , yang juga disebut Reagin , mengikat diri pada membran mast-cells tanpa menimbulkan gejala (Tan dan Kirana, 2008).PEMBAGIAN HISTAMINPembagian histamin atas 2, diantaranya :
1. Histamine Endogen
Histamin berperan penting dalam fenomena fisiologis dan patologis terutama pada anafilaksis, alergi, trauma dan syok. Selain itu terdapat bukti bahwa histamine merupakan mediator terakhir dalam respon sekresi cairan lambung; histamine juga mungkin berperan dalam regulasi mikrosirkulasi dan dalam fungsi SSP (Neal,2006).
Histamin terdapat pada hewan antara lain pada bisa ular, zat beracun, bakteri dan tanaman. Hampir semua jaringan mamalia mengandung precursor histamine. Kadar histamine paling tinggi ditemukan pada kulit, mukosa usus, dan paru-paru (Neal,2006). Histamine asal makanan atau yang dibentuk bakteri usus bukan merupakan sumber histamine endogen karena sebagian besar histamine ini dimetabolisme di dalam hati, paru-paru serta jaringan lain dan dikeluarkan melalui urin. Enzim penting untuk sintesis histamine adalah L-histidin dekarboksilase. Depot utama histamin ialah mast cell dan juga basofil dalam darah (Neal,2006).
2. Histamine Eksogen
Histamine eksogen bersumber dari daging, dan bakteri dalam lumen usus atau kolon yang membentuk histamine dari histidin. Sebagian histamine diserap kemudian sebagian besar akan dihancurkan dalam hati, sedangkan sebagian kecil masih ditemukan dalam arteri tetapi jumlahnya terlalu rendah untuk merangsang sekresi lambung. Pada pasien sirosis hepatis, kadar histamine dalam darah arteri akan meningkat setelah makan daging, sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya tukak peptik (Neal,2006).
Histamine diserap secara baik setelah pemberian SC atau IM. Efeknya tidak ada karena histamine cepat dimetabolisme dan mengalami difusi ke jaringan. Histamine yang diberikan oral tidak efektif karena diubah oleh bakteri usus menjadi N-asetil-histamin yang diserapkan diinaktivasi dalam dinding usus atau hati (Neal,2006). Pada manusia ada dua jalan utama dalam metabolisme histamine, yaitu: (1) metilasi oleh histamine-N-metiltransferase menjadi N-metilhistamin; N-metilhistamin oleh MAO diubah menjadi asam N-metil imidazol asetat; (2) deaminasi oleh histamine atau diaminoksidase yang non-spesifik menjadi asam imidazol asetat dan mungkin juga dalam bentuk konjugasinya dengan ribose. Metabolit yang terbentuk akan dieksresikan dalam urin(Neal,2006). IgE merupakan kelas utama antibodi reaginik. Pada pasien alergi kadar antibodi spesifik bisa meningkat sampai 100 kali lebih banyak daripada normal. Terikatnya bagian Fc antibodi dengan reseptor pada sel mast, diikuti oleh ikatan silang molekul yang berdekatan oleh antigen, memicu degranulasi oleh suatu mekanisme yang melibatkan influks Ca2+(Neal,2006). Sel mast berisi simpanan histamin tubuh dan terdapat pada hampir seluruh jaringan. Dalam sel mast, histamin berikatan dengan heparin pada granula sitoplasma. Secara normal pelepasan histamin melibatkan influks ion Ca2+ dan karena permiabilitas membran sel terhadap ion Ca2+ berkurang ketika kadar adenosin monophosphat siklik (cAMP) intreseluler meningkat, obat-obat yang menstimulasi sintesis cAMP (agonis adrenoseptor β2 mengurangi pelepasan histamin) (Neal,2006).
Histamin memegang peranan utama pada proses peradangan dan pada sistem daya tangkis. Kerjanya berlangsung melalui tiga jenis reseptor yaitu reseptor H1, H2, dan H3. Reseptor H1 secara selektif diblok oleh antihistaminika, (H1 blockers), reseptor H2 oleh penghambat asam lambung (H2 blockers). Reseptor H2 juga memegang peranan pada regulasi tonus saraf simpatikus (Tan dan Kirana, 2007)Aktivitas terpenting histmin adalah
1. Kontraksi otot polos brochi, usus, dan rahim
2. Vasodilatasi semua pembuluh dengan penurunan tekanan darah3. Memperbesar permeabilitas kapiler untuk cairan dan protein, dengan akibat udema dan
pengembangan mukosa4. Hipersekresi ingus dan air mata, ludah dahak dan asam lambung
5. Stimulasi ujung saraf dengan eritema dan gatal-gatal (Tan dan Kirana, 2007)Dalam keadaan normal, kadar histamin dalam darah hanya rendah sekitar 50 mcg/l
sehingga tidak menimbulkan efek. Baru bila mastsells dirusak membrannya sebagai akibat dari salah satu faktor, maka dibebaskanlah banyak histamin sehingga efek itu menjadi nyata. Setelah melakukan kegiatannya, kelebihan histamin diuraikan oleh enzim histaminase yang juga terdapat dalam jaringan (Tan dan Kirana, 2007).
Bila suatu protein asing (antigen) masuk berulangkali kedalam aliran darah seseorang yang memiliki “bakat” hipersensitif maka limfosit-B akan membentuk antibodi dari tipe IgE (disamping IgC dan IgM). IgE ini juga disebut sebagai reagin, mengikat diri pada membran mast cells tanpa menimbulkan gejala. Apabila kemudian antigen (alergen) yang sama atau yang mirip rumus bangunnya memasuki darah lagi, maka IgE akan mengenali dan mengikat padanya. Hasilnya adalah suatu reaksi alergi akibat pecahnya membran mastsells (degranulasi). Sejumlah zat perantara (mediator) dilepaskan, yakni histamin bersama serotonin, bradikinin dan asam arachionat, yang kemudian diubah menjadi prostaglandin dan leukotrien). Zat-zat ini menarik makrofag dan neutropil (=leukosit tertentu ke tempat infeksi untuk memusnahkan penyerbu, selain itu juga menyebabkan beberapa yaitu brochokontriksi, vasodilatasi, dan pembengkakan jaringan sebagai reaksi terhadap masuknya antigen. Mediator tersebut secara langsung atau melalui susunan saraf otonom menimbulkan bermacam-macam penyakit alergi penting, seperti asma, rhinitis allergica, dan eksim (Tan dan Kirana, 2007).Pada asma yang di cetus oleh alergi, Antibodies tipe IgE (Imunoglobulin type E) mengikat diri pada mastcells yait disaluran nafas, mata, dan hidung. Bilamana jumlah IgE cukup besar, maka pada waktu alergen yang identik masuk lagi ke dalam tubuh, terjadilah pengabungan antigen-antibody. Mastcells pecah (degranulasi) dan segera melepas mediatornya yaitu histamin. Akibatnya adalah brochokontriksi (bronchospasm) dengan pengembangan mukosa (udema)
Respon imun merupakan respon yang ditimbulkan oleh sel-sel dan molekul yang menyusun sistem imunitas setelah berhadapan dengan substansi asing (antigen). Respon imun ini juga banyak didefinisikan sebagai respons tubuh berupa suatu urutan kejadian yang kompleks terhadap antigen, untuk mengeliminasi antigen tersebut. Respons ini dapat melibatkan berbagai macam sel dan protein, terutama sel makrofag, sel limfosit, komplemen, dan sitokin yang saling berinteraksi secara kompleks. Respon imun bertanggung jawab mempertahankan kesehatan tubuh, yaitu mempertahankan tubuh terhadap serangan sel patogen maupun sel kanker.
Respon imun terbagi menjadi dua jenis berdasarkan mekanisme pertahanan tubuh yaitu :
Respon imun spesifik : Menghancurkan senyawa asing yang sudah dikenalnya
Respon imun nonspesifik : Lini pertama terhadap sel sel atipikal (sel asing, mutan yang cedera) Mencakup : Peradangan, interferon, sel NK dan sistem komplemenRespon sistem imun tubuh pasca rangsangan substansi asing (antigen) adalah munculnya sel fungsional yang akan menyajikan antigen tersebut kepada limfosit untuk dieliminasi. Setelah itu muncul respon imun nonspesifik dan/atau respon imun spesifik, tergantung kondisi survival antigen tersebut. Apabila dengan repon imun spesifik sudah bisa dieliminasi dari tubuh, maka respon imun spesifik tidak akan terinduksi. Apabila antigen masih bisa bertahan (survival), maka respon imun spesifik akan terinduksi dan akan melakukan proses pemusnahan antigen tersebut.
Respon imun seluler bertujuan mengeliminasi mikroorganisme intrasel dan terutama dilakukan oleh limfosit T yang teraktifasi. Aktifasi limfosit membutuhkan paparan antigen dan stimulus dari sinyal-sinyal yang berasal dari mikroorganisme atau berasal dari respon imun alamiah terhadap mikroorganisme tersebut. Adapun perbedaan antara respon imun spesifik dan nonspesifik adalah sebagai berikut :
Respon Imun Spesifik terbagi dua sistem kerja yaitu : Imunitas yang
diperantarai oleh antibodi yang merupakan turunan limfosit B Imunitas yang diperantarai oleh sel yang merupakan limfosit TPada limfosit B, antibodi diproduksi dan melakukan mekanisme pertahanan tubuh sesuai aktifitas biologisnya.
Non Spesifik Spesifik
Spesifik
Resistensi Tidak Berubah oleh infeksi
Membaik oleh infeksi berulang
Spesifitas Umumnya efektif terhadap semua mikroorganisme
Spesifik untuk mikroorganisme yang sudah mensensitisasi sebelumnya
Sel yang penting
FagositSel NKSel K
Limfosit
Molekul yang penting
LizosimKomplemenInterferon
AntibodiSitokin
Antibodi berdasarkan aktifitas biologisnya, dibagi menjadi :1. IgM Reseptor permukaan sel B, tempat antigen melekat2. IgG, dihasilkan >> jika tubuh terpajan ulang antigen sama
IgG & IgM Bakteri dan beberapa jenis virus3. IgE, untuk respons alergi seperti asma & biduran4. IgA, dalam seleksi sistem pencernaan, pernafasan, genitourinaria, air susu dan air mata5. IgD, dipermukaan sel B, fungsi belum jelasSetiap antigen merangsang klon limfosit B yang berbeda untuk menghasilkan antibodi. Terdapat dua jenis imunitas dalam pembentukan antibodi pada limfosit B, yaitu : Imunitas aktif : Pembentukan antibodi akibat pajanan ke suatu antigen Imunitas pasif : Imunitas yang diperoleh segera setelah menerima antibodi yang sudah dikenalSel B berikatan dengan antigen menyebabkan sel plasma yang menghasilkan antibodi. Antibodi dikeluarkan ke dalam darah/limfe kemudian memperoleh akses kedalam darah selanjutnya Globulin γ/Imunoglobulin.Antibodi mengidentifikasi zat asing dan meningkatkan aktivitas berbagai sistem pertahanan melalui :1. Pengaktifan sistem komplemen
2. Peningkatan fagositosis
3. Stimulasi sel pembunuh.
Pada Limfosit T, sel T diaktifkan oleh antigen asing hanya apabila antigen tersebut membawa identitas individu yang bersangkutan.Terdapat 3 sub populasi Sel T :1. Sel T sitotoksik Mengancurkan sel pejamu yang memiliki antigen asing (contoh : virus, kanker)2. Sel T penolong Menaikkan perkembangan sel B aktif menuju sel plasma dengan cara :
Memperkuat sel T sitotoksik dan sel T penekan. Mengaktifkan makrofag
3. Sel T penekan Menekan produksi antibody sel B dan aktifkan sel T sitotoksik, sel T penolong
Respon Imun Non Spesifik mencakup empat sistem kerja yaitu :1. Peradangan Cedera jaringan, yang berperan : fagositik, neutrofil dan makrofag2. Interferon Protein yang menjaga tubuh dari Infeksi virus
3. Sel NK Infeksi virus dan sel kanker4. Sistem komplemen Dapat diaktifkan oleh benda asing dan antibodi
Respon Peradangan :
1. Pertahanan oleh makrofag Residen2. Vasodilatasi lokal aliran darah Leukosit fagositik dan protein plasma3. Peningkatan permeabilitas kapiler Protein plasma lolos ke jaringan4. Edema lokal akibat pergeseran keseimbangan cairan5. Pembatasan daerah yang meradang : Cedera Fibrin membentuk bekuan cairan interstisium di ruang sel. Bakteri Enzim Plasminogen Plasmin yang melarutkan bekuan fibrin6. Emigrasi Leukosit Melibatkan marginasi, diapedesis, gerakan amuboid dan kemotaksis7. Destruksi bakteri oleh leukositFagosit mengenali sasaran untuk dihancurkan melalui :
1. Jaringan mati / zat asing memiliki karakteristik permukaan yang berbeda dengan sel normal
2. Zat asing dilapisi dengan 2 zat kimia yang dihasilkan oleh sel imun menghasilkan opsonin.Interferon : Menghasilkan resistensi non spesifik terhadap infeksi virus sementara menghambat replikasi virus Memperkuat aktifitas imun lain : Sel NK & Sel TSel NK : Menghancurkan sel yang terinfeksi virus & sel kanker dengan langsung melisiskan membran sel tersebut.Sistem komplemen : Protein – protein plasma yang dihasilkan oleh hati InaktifFungsi :1. Komponen komplemen C5 – C9 aktif membrane Attack Complex, yang melubangi sel sasaran2. Komponen komplemen aktif lain memperkuat peradangan :
- Sebagai kemotoksin - Merangsang histamin- Sebagai opsonin - Mengaktifkan kinin
Respon Imun Tubuh
RESPON IMUN
Respon imun adalah suatu cara yang dilakukan tubuh untuk memberi respon terhadapat masuknya patogen atau antigen tertentu ke dalam tubuh. Respon rersebut meilputi produksi sel – sel atau zat kimia yang berfungsi melawan patogen. Respon imun dibedakan menjadi respon imun non-spesifik dan respon imun spesifik.
A. RESPON IMUN NON-SPESIFIK
Ketika tubuh kita terluka karena tergore, terpotong, terbakar atau diserang oleh patogen yang berhasil menembus pertahanan tubuh, tubuh akan menghasilkan respon imun non-spesifik. Respon imun tersebut dinamakan respon imun non-spesifik karena respon yang timbul terhadap jaringan tubuh yang rusak atau terluka, bukan terhadap penyebab kerusakan itu sendiri. Respon imun non-spesifik dibagi menjadi dua, yaitu:
Inflamasi atau pembengkakan jaringan merupakan reaksi cepat terhadap kerusakan jaringan. Inflamasi sangat berguna bagi pertahanan tubuh, sebab reaksi tersebut dapat mencegah penyebaran infeksi ke jaringan lain dan mempercepat proses penyembuhan. Reaksi tersebut juga membantu memberikan informasi pada komponen sistem imun lain adanya infeksi. Baik dalam respon terhadap luka, gigitan seranggam atau cedera akibat pukulan keras, tanda – tanda terjadinya inflamasi tetap sama, yaitu :
· Timbul warna kemerahan. Hal tersebut disebabkan pembuluh darah yang membesar, meningkatkan aliran daarah ke jaringan yang rusak.
· Timbul rasa panas. Hal tersebut juga disebabkan aliran darah yang lebih cepat.· Terhjadi pembengkakan. Aliran darah yang meningkat menyebabkan
meningkatnya cairan jaringan yang masuk ke dalam jaringan yang rusak.· Timbul rasa sakit. Jaringan membengkak menekan reseptor saraf . Selain itu, zat
kimia juuga dihasilkan oleh sel – sel di area jaringan rusak juga menstimulasi saraf.
b. FagositosisFagositosis dilakukan oleh sel darah putih jenis neutrofil dan monosit. Proses fagositosis meliputi sel darah putih menelan patigen, membawanya ke dalam vakuola yang ada di sitoplasma sel tersebut, lalu mencernanya dengan enzim litik.
RESPON IMUN SPESIFIK
Respon imun spesifik melindungi tubuh dari seranfab patogen dan juga mematiskan [ertahanan tubuh tidak berbalik melawan jaringan tubuh sendiri. Respon imun spesifik timbul dari 2 sistem berbeda yang saling bekerja sama, yaitu antibody-mediated immunity ( imunitas yang diperantai antibody) atau disebut juga imunitas humoral, dan cell-mediated immunity ( imunitas yang diperantai sel ).
Respon imun yang diperantai antibody tidak melibatkan sel, melainkan hanya senyawa kimia yang ndisebut antibody. Antibodi akan menerang bakteri atau virus sebelum patogen tersebut masuk ke dalam sel tubuh, Senyawa tersebut juga bereaksi terhadap zat –zat toksin dan protein “asing”. Antibodi dihasilkan oleh sel kimfosit B dan reaktivasi bila mengenali antigen yang terdaopat pada permukaan sel patogen, dengan pantuan sel limfosit T. Terdapat 3 jenis sel limfosit B, yaitu sebagai berikut:
· Sel B Plasma : Mensekresikan antibody ke sistem sirkulasi tubuh. Setiap antibody sifatnya spesifik terhadap satu antigen patogenik. Sel plasma memproduksi antobodi sangat cepat, yaitu sekitar 2000/detik untuk tiap sel. Sel plasma yang aktif dapat hidup selama 4 – 5 hari.
· Sel B Memori : Hidup untuk waktu yang lama dalam darah, Sel tersebut tidak memproduksi antibody, tapi diprogram untuk mengingat suatu antigen yang spesifik dan akan merespon dengan sangat cepat bila terjadi infeksi kedua
· Sel B Pembelah : Berfungsi untuk menghasilkan lebih banyak lagi sel –sel limfosit B.
Ketika suatu patogen mencoba menyerang tubuh untuk pertama kalinya, masing masing antigen yang dimiliki patogen tersebut akan mengativasikan satu sel B, yang akan membelah dengan sangat cepat untuk membetuk populasi sel yang besar. Semua sel baru tersebut adalah identik (disebut klon) dan mereka semua kemudian mensekresikan antobodi yang spesifik terhadap patogen yang sebagai menyerang tersebut. Aksi antibody terhadap antigen adalah sebagai berikut : Menyebabkan antigen saling melekat ( aglutinasi )
Menstimulasi fagositosis oleh neutrofil
Berperan sebagai antitoksin dan menyebabkan pengandapan toksin bakteri
Mencegah bakteri patogen melekat pada membran sel tubuh.
Setelah infeksi berakhir, sel B yang mensekresi antibody akan mati. Serangkaian respon terhadap patogen tersebut dinamakan respon imun primer. Meskipun demikian, sel – sel B memori yang telah mengingat pantogen yang menginfeksi, masih tetap hidup untuk beberapa tahun dalam tubuh. Jika patogen yang salama berusaha menginfeksi kembali, sel B tersebut membelah dengan sangat cepat ,menghasilkan sel - sel aktif dalam jumlah yang lebih besar lagi, yang semuanya memiliki kemampuan mensekresi antobodi spesifik. Respon tersebut dinamakan respon imun sekunder, dan merupakan respon yang jauh lebih cepat dan efektif dibandingkan respon imun primer.
B. Cell-Mediated ImmmunityCell-mediated immunity adalah respon imun yang melibatkan sel – sel yang menyeran langsung organism easing. Sel ang terlibat adalah sel limfosit T, yang ketika teraktifasi akan mematikan beberapa organisme. Namun, kebanyakan menyerang sel tubuh yang terinfeksi. Tubuh menggunakan respon imun tersebut untuk berhadapan dengan parasit multiseluler , fungi, sel – sel kanker , dan
walaupun tidak menguntungkan juga menyerang jaringan atau organ transplan yang dianggap sel asing.Ketika suatu patogen menginfeksi tubuh untuk pertama kalinya, setiap antigen yang terdapat pada permukaan patogen akan menstimulasi 1 sel limfosit T untu membentuk klon. Beberapa klon akan mwnjadi sel – sel memori yang tetap bertahan dalam tubuh untuk mempersiapkan respon imun sekunder bila terjadi infeksi lagi oleh patogen yang sama. Klon yang lainnya akan berkembang lagi menjadi salah satu dari 3 jenis sel T berikut, yaitu:
· Sel T Pembantu (helper T cell) : Sel T membantu atau mengontrol komponen respon imun spesifik lainnya. Sel T helper menstimulasi sel B untuk membelah dan memproduksi antibody, mengatifasi makrofag untuk segara bersiap memfagositosit patogen dan sisa – sisa sel.
· Sel T Pembunuh (killer T cell) : Sel T sitotosik, menyerang sel tubuh yang terinfeksi dan sel – sel patogen yang relatif besar ( misalnya parasit ) secara langsung. Kedua sel saling berhadapan, membran bertemu dengan membran dan sel T killer akan melubangi lawannya. Sel yang ternfeksi atau sel parasit akan kehilangan sitoplasmanya dan mati.
· Sel T supresor (Suppresor T cell) : berfungsi menurunkan dan menghentikan respon imun. Mekanisme tersebut diperlukan ketika infeksi telah berhasil diatasi. Mekanisme tersebut penting sebab jika tubuh terus menerus memproduksi antobodi dan menstimulasi sel B dan sel T untuk terus membelah bahkan ketika tidak dibutuhkan, komponen sistem imun tersebut daoat merusak jaringan tubuh sendiri.
PENCEGAHAN PENYAKIT
Penyakit yang disebabkan olheh patogen dapat dicegah dengan mekanism kekebalan tubuh atau pertahanan tubuh ang terdapat dalam sistem imun. Pencegahan penyakit juga dapat dilakukan dengan vaksinasi dan imunisasi.
a. Kekebalan Tubuh · Kekebalan Tubuh Aktif : kekebalan tubuh yang dihasilkan karena limfosit
teraktivasi oleh antigen yang terdapat di permukaan sel pantogen. Kekebalan tubuh juga dapat dipicu secara buatan. Hal tersebut melibatkan penyutikan antigen ke dalam tubuh disebut kekebalan tubuh aktif buatan dan prosesnya lebih dikenal dengan nama vaksinasi. Karena proses aktivasinya terjadi pada saat infeksi patogen secara alami, maka dinamakan, kekebalan tubuh aktif alami.
· Kekebalan Tubuh Pasif : timbul ketika seseorang menjadi kebal untuk sementara terhadap suatu antigen, karena menerima antibody dari orang lain. Kekebalan tubuh pasif alami timbul ketika antibody diberikan dari ibu kepada bayinya melalui plasenta dan ASI. Kekebalan tubuh pasif buatan timbul ketika antibody yang diekstrak dari satu individu disuntikan ke tubuh orang lain sebagai serum. Kekebalan tubuh yang dihasilkan sangatlah singkat, namun berguna untuk
penyembuhan secara cepat, seperti pada individu yang digigit ular beracun atau anjing gila.
b. Vaksinasi
Vaksinasi adalah pemberian vaksin yang dimasukan kedalam tubuh. Vaksin
adalah suatu antigen yang disuntikan atau diberikan secara oral ( melalu mulut ),
dan menyebabkan perkembangan kekebalan tubuh aktif dari individu yang diberi
vaksin. Kekenalan tubuh melalui vaksinasi sifatnya tahan lama sebab tubuh
mampu memproduksi sel – sel memori yang akan mengingat antigen yang masuk
ke dalam tubuh. Vaksin dapat diperoleh dari mikroorganisme mematikan yang
dimatikan ( cth: bakteri penyebab batuk rejan ), Strain hidup yang tidak dimatikan
( cth: virus penyebab rubella), Toksin yang dimodifikasi ( cth : vaksin untuk
melawan difteri dan tetanus), Antigen hasil isolasi yang terpisah dari patogennya
(cth : vaksin influenza), dan Antigen hasil rekayasa genetik ( cth : vaksin
Jika pathogen memasuki tubuh, ada 2 cara yang dilakukan oleh tubuh dalam memberikan respon terhadap masuknya pathogen tersebut yaitu respon imun non-spesifik dan respon imun spesifik.
Respon Imun Non-spesifikDikatakan respon imun non-spesifik dikarenakan respon imun yang timbul terjadi pada jaringan tubuh yang rusak/luka bukan terhadap penyebab kerusakan itu sendiri. Respon imun non-spesifik berupa inflamasi dan fagositosis.InflamasiPembengkakan jaringan (inflamasi) merupakan reaksi cepat terhadap kerusakan jaringan. Terjadinya inflamasi ditandai dengan:
Timbulnya warna kemerahan Timbulnya rasa panas Terjadinya pembengkakan Timbulnya rasa sakit
Perhatikan penggambaran respon peradangan yang disederhanakan berikut ini:
Keterangan: 1. Respon yang terlokalisasi dipicu ketika sel-sel jaringan yang rusak oleh bakteri atau kerusakan fisik membebaskan sinyal kimiawi seperti histamin dan prostaglandin. 2. Sinyal tersebut merangsang pembesaran kapiler (yang mengakibatkan peningkatan aliran darah) dan meningkatkan permeabilitas kapiler di daerah yang terserang. Sel-sel jaringan juga membebaskan zat kimia yang mengandng fagositik dan limfosit. 3. Ketika fagosit tiba ditempat luka, mereka memakan patogen dan serpihan-serpihan sel dan jaringan itu sembuh.
FagositosisFagositosis dilakukan oleh leukosit jenis neutrofil dan monosit.
Neutrofil menyusun sekitar 60%-70% dari semua leukosit. Sel-sel yang dirusak oleh mikroba yang menyerang membebaskan sinyal kimiawi yang menarik neutrofil dari darah untuk memasuki jaringan yang terinfeksi, lalu menelan dan merusak mikroba tersebut. Akan tetapi neutrofil cendrung akan merusak diri sendiri ketika neutrofil tersebut memfagositasi pathogen. Masa hidup neutrofil rata-rata hanya beberapa hari.
Monosit menyusun sekitar 5% dari seluruh leukosit. Monosit bersirkulasi dalam darah hanya beberapa jam kemudian bermigrasi kedalam jaringan dan berkembang menjadi makrofag. Makrofag ini merupakan sel fagositik terbesar, sangat efektif dan berumur panjang. Sel ini akan menjulurkan pseudopodianya yang dapat menempel pada polisakarida permukaan mikroba, menelan mikroba dan mencernanya dengan enzim-enzim lisozim tersebut.
Gambar. Mikrograf ini menunjukkan kaki semu (pseudopodia) makrofag yang menyerupai filamen sedang mengikat bakteri berbentuk batang, yang nantinya akan ditelan dan dirusak.
Respon imun SpesifikDikatakan respon imun spesifik dikarenakan respon imun yang terjadi akan melindungi tubuh dari serangan pathogen dan memastikan pathogen tersebut tidak berbaik melawan jaringan tubuh itu sendiri. Respon imun spesifik dibedakan mejadi
Antibody-mediated immunity (imunitas yang diperantarai oleh antibody / imunitas humoral) Cell-mediated immunity (imunitas yang diperantarai sel)
Antibody-mediated immunity (imunitas yang diperantarai oleh antibody / imunitas humoral)Respon imun ini melibatkan suatu senyawa kimia yang disebut sebagai antibody. Antibody dihasilkan oleh sel limfosit B yang akan aktif jika mengenali antigen yang terdapat pada permukaan sel pathogen. Antibody akan menyerang pathogen sebelum pathogen tersebut menyerang sel-sel tubuh. Terdapat 3 jenis sel B yaitu:
Sel B plasma. Mensekresikan antibody ke sirkulasi tubuh. Setiap antibody bersifat spesifik terhadap satu jenis antigen. Masa hidup selama 4-5 hari.
Sel B memori. Masa hidup lama dalam darah. Sel ini akan mengingat suatu antigen dan akan merespon dengan cepat ketika terjadi infeksi kedua
Sel B pembelah. Berfungsi untuk menghasilkan sel B dalam jumlah banyak.
Gambar. Sel B dan sel T bersama mengenali antigen dengan jumlah yang tidak terbatas, tetapi masing-masing individu hanya mengenali satu antigen (perhatikan adanya perbedaan bentuk reseptor antigen antara keenam sel B diatas). Ketika suatu antigen berikatan dengan sel B atau sel T, sel tersebut akan memperbanyak diri dan membentuk klon sel yang sama.
proliferasi sel-sel ini akan membentuk sel-sel plasma dan sel-sel memori.
Berikut ini adalah mekanisme imunitas yang diperantarai oleh antibody:1. Ketika pathogen masuk kedalam tubuh, masing-masing antigen akan mengaktifkan satu sel B.2. Sel B tersebut akan membelah menbentuk populasi sel yang besar.3. Semua klon sel tersebut kemudian mensekresikan antibody yang spesifik terhadap pathogen
yang menyerang.4. Setelah infeksi berakhir, sel B yang mensekresikan antibody akan mati. (mekanisme dari 1 – 4
disebut dengan respon imun primer)5. Sel B memori telah mengingat pathogen yang menginfeksi dan sel B ini akan bertahan hidup
beberapa tahun dalam tubuh. Jika pathogen dengan antigen yang sama menginfeksi kembali, maka sel B memori ini akan membelah dengan cepat membentuk populasi sel B yang besar dan mensekresikan antibody spesifik. (mekanisme ini disebut respon imun sekunder)
Struktur dan Fungsi AntibodyAntibody merupakan respon terhadap gangguan dari luar ayng dibentuk oleh sekelompok sel limfosit B. Antibody tersusun atas suatu serum globulin yang disebut dengan Immunoglobulin (Ig). Sebuah molekul antibody umumnya mengandung dua tempat pengikatan antigen yang spesifik. Perhatikan struktur antibody dibawah ini dan cara pelekatannya terhadap antigen.
Gambar. antibodi akan berikatan dengan epitop pada permukaan antigen. pada gambar ini, tiga molekul antobodi yang berbeda bereaksi dengan epitop yang berbeda pada molekul
antigen besar yang sama.
Gambar. Molekul antibodi
Immunoglobulin terdiri dari 5 jenis yaitu:Kelima Kelas Immunoglobulin (Ig)
IgM IgM merupakan antibody pertama yang bersirkulasi sebagai respon awal terhadap pemaparan antigen. Berfungsi sangat efektif dalam mengaglutinasi atau menggumpalkan antigen.
IgG IgG merupakan antibody yang sangat berlimpah pada sirkulasi. IgG melindungi tubuh dari bakteri, virus dan toksin yang beredar dalam darah dan limfa.
IgA Terdapat berlimpah pada membrane mukosa. Iga ditemukan dalam sebagian besar sekresi tubuh seperti ludah, keringat, da air mata. IgA juga terkandung didalam kolostrum.
IgD IgD terdapat pada permukaan limfosit B yang merupakan reseptor antigen yang diperlukan dalam memula diferensiasi sel B menjadi sel B
plasma dan sel B memoriIgE Ketika dipicu oleh antigen, akan menyebabkan
sel membebaskan histamine dan zat kimia lain yang menyebabkan reaksi alergi.
Berikut ini merupakan aksi antibody terhadap antigen:
Gambar. Mekanisme efektor pada kekebalan yang diperantarai antibodi. Pengikatan antibodi ke antigen menandai sel asing dan molekul asing agar dirusak oleh fagosit atau sistem
komplemen protein.
Aksi antibodi terhadap antigen seperti terlihat pada gambar diatas meliputi:
Menyebabkan antigen saling melekat Menstimulasi fagositosis oleh neutrofil Berperan sebagai antitoksin dan menyebabkan pengendapan toksin bakteri Mencegah bakteri pathogen melekat pada membrane sel tubuh.
Cell-mediated immunity (imunitas yang diperantarai sel)Imunitas yang diperantarai sel melibatkan sel-sel yang menyerang langsung organism asing. Sel yang dimaksud adalah Limfosit T. hampir sama dengan mekanisme respon imun dengan antibody, pada respon imun yang diperantarai sel, sel limfosit T juga akan bereaksi dengan antigen yang spesifik.Ketika pathogen menginfeksi tubuh untuk pertama kalinya, setiap antigen akan menstimuli satu sel limfosit t untuk membelah membentuk klon.Beberapa klon akan membentuk sel-sel memori yang spesifik terhadap satu jenis antigen.Sementara beberapa klon lain akan berdiferensiasi menjadi beberapa bentuk limfosit T berikut:Helper T cellBerfungsi sebagai menstimulasi sel B untuk membelah dan memproduksi antibody serta mengaktifkan dua jenis sel T yang lain dan mengaktifkan makrofag untuk segera memfagosit pathogen.
Killer T cellDisebut juga dengan sel T sitotoksit, menyerang sel tubuh yang terinfeksi dan pathogen secara langsung. Sel T killer akan membentuk pori pada sitoplasma sel pathogen sehingaa sel pathogen kehilangan sitoplasma dan kemudian mati.Suppressor T cell Berfungsi menurunkan dan menghentikan respon imun ketika mekanisme imun tidak diperlukan lagi. Mekanime ini sangat penting, karena jika tidak, produksi antibody dan pembelahan sel B dan sel T terus menerus akan merusak jaringan tubuh yang normal.
Gambar. Interaksi sel T dengan molekul antigen (MHC)
Secara garis besar, respon imun dapat digambarkan seperti dibawah ini:
Gambar. Pada gambar ini diperlihatkan respon imun primer dari respon imun yang diperantarai antibodi dan yang diperantarai sel.
Respon imun alamiah (nonspesifik) umumnya merupakan imunitas bawaan (innate immunity) dalam arti bahwa respon zat asing dapat terjadi walaupun tubuh sebelumnya tidak pernah terpapar pada zat tersebut. Tanggapan pertama yang bersifat non spesifik dengan mekanisme yang stereotipik. Tubuh menyediakan berbagai enzim termasuk sistem komplemen dan interferon yang merupakan perangkat dalam mekanisme humoral. Mekanisme seluler akan melibatkan sel- sel dengan kemampuan fagosit: netrofil dan makrofag (Cooke, 1991).
Beberapa kemungkinan aktivitas tubuh terhadap antigen:
Sistem imun nonspesifik merupakan pertahanan tubuh terdepan dalam menghadapi mikroorganisme, oleh karena itu dapat memberikan respon langsung terhadap antigen. Respon imun nonspesifik Salah satu upaya tubuh untuk mempertahankan diri terhadap masuknya antigen, misalnya antigen bakteri, adalah menghancurkan bakteri bersangkutan secara nonspesifik dengan proses fagositosis. Dalam hal ini leukosit yang termasuk fagosit memegang peranan peranan yang sangat penting, khususnya makrofag demikian pula neutrifil dan monosit. Supaya dapat terjadi fagositosis sel-sel fagosit tersebut harus berada dalam jarak dekat dengan partikel bakteri, atau lebih tepat lagi bahwa partikel tersebut harus melekat pada permukaan fagosit . Untuk mencapai hal ini maka fagosit harus bergerak menuju sasaran. Hal ini dimungkinkan berkat dilepaskannya zat atau mediator tertentu yang disebut factor leukotaktik atau kemotaktik yang berasal dari bakteri maupun yang dilepaskan oleh neutrofil atau makrofag yang sebelumnya telah berada di lokasi bakteri atau yang dilepaskan oleh komplemen (Brost, 1993).
Selain faktor kemotaktik yang menarik fagosit menuju antigen sasaran, untuk proses fagositosis selanjutnya bakteri perlu mengalami opsonisasi terlebih dahulu. Ini berarti bahwa bakteri terlebih dahulu dilapisi oleh immunoglobulin atau komplemen (C3b), agar supaya lebih mudah ditangkap oleh fagosit. Selanjutnya partikel bakteri masuk ke dalam sel dengan cara endositosis dan oleh pembentukan fagosom yang terperangkap dalam kantung fagosom seolah-olah ditelan untuk kemudian dihancurkan, baik dengan proses oksidasi-reduksi maupun oleh derajat keasaman yang ada dalam fagosit atau penghancuran oleh lisozim dan gangguan metabolisme bakteri (Cooke, 1991).
Gambar 1. Mekanisme Respon Imun
Selain fagositosis, manifestasi respon imun nonspesifik yang lain adalah reaksi inflamasi. Sel-sel sistem imun tersebar di seluruh tubuh tetapi bila terjadi infeksi di satu tempat perlu memusatkan sel-sel sistem imun itu dan produk-produk yang dihasilkannya ke lokasi infeksi. Selama respon ini terjadi tiga proses penting, yaitu peningkatan aliran darah di area infeksi, peningkatan permeabilitas kapiler akibat retraksi sel-sel endotel yang mengakibatkan molekul-molekul besar dapat menembus dinding vaskuler, dan migrasi leukosit ke luar vaskuler. Reaksi ini terjadi akibat dilepaskannya mediator-mediator tertentu oleh beberapa jenis sel misalnya histamine yang dilepaskan oleh basofil dan mastosit, vaso activeamine yang dilepaskan oleh trombosit, serta anafila toksin berasal dari kompone- komponen komplemen yang merangsang penglepasan mediator-mediator oleh mastosit dan basofil sebagai reaksi umpan balik. Mediator-mediator ini antara lain merangsang bergeraknya sel-sel polimorfonuklear (PMN) menuju lokasi masuknya antigen serta meningkatkan permeabilitas dinding vaskuler yang mengakibatkan eksudasi protein plasma dan cairan. Gejala inilah yang disebut respon inflamasi akut (Roeslan, 2002).
Respon imun adaptif (spesifik) merupakan respon didapat (acquired) yang timbul terhadap antigen tertentu, terhadap bagian tubuh mana yang terpapar sebelumnya. Sistem imun spesifik: Humoral:menggunakan Antibody yang bersifat sangat spesifik. Seluler: melibatkan limfosit T. Sistem imun spesifik membutuhkan waktu untuk mengenal antigen terlebih dahulu sebelum dapat memberikan responnya (Dinejad, 2005).
Perbedaan utama terhadap kedua jenis respon imun itu adalah dalam hal spesifisitas dan pembentukan memory terhadap antigen tertentu pada respon imun spesifik yang tidak terdapat pada respon imun nonspesifik. Namun telah dibuktikan pula bahwa kedua jenis respon di atas saling meningkat kan efektifitas dan bahwa respon imun yang terjadi sebenarnya merupakan interaksi antara satu komponen dengan komponen lain yang dapat terdapat di dalam sistem imun. Interaksi tersebut berlangsung bersama-sama sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu aktifasi biologik yang seirama dan serasi (Roeslan, 2002).
Respon imun berawal sewaktu sel B atau T berikatan, seperti kuci dengan anak gemboknya, dengan suatu protein yang diidentifikasi oleh sel T atau B sebagai benda asing. Selama perkembangan masa janin di hasilkan ratusan ribu sel B dan sel T yang memilki potensi yang berikatan dengan protein spesifik. Protein yang dapat berikatan dengan sel T dan B mencakup protein yang terdapat di membran sel bakteri, mikoplasma, selubung virus, atau serbuk bunga, debu, atau makanan tertentu. Setiuap sel dari seseotang memilki proitein-protein permukaan yang dikenali berbagai benda asing oleh sel T atau B milik orang lain (Darmanto, 2009).
Protein yang dapat berikatan dengan sel; T atau B di sebut deengan antigen, apabila suatu antigen menyebabkan sel T atau B menjadi aktif bermultiplikasi dan berdeferensiaasi lebih lanjut, maka antigen tersebut dapat bersifat imunogenik. Tujuan utama respon imun adalah menetralkan , menghancurkan atau mengeluarkan benda asing tersebut lebih cepat dari biasanya (Darmanto, 2009).
Pustaka
Brost. 1993. Immunology, 3rd ed. St Louis Mosby Co: 1.1-1.12.
Cooke A, Owen M. 1991. The Immune System In Advanced Immunology 2nd ed.: New York: Gover Med Publishing
Darmanto Raden djojodibroto. 2009. Respirologi (respiratori medicine). Jakarta: EGC.
Dinejad, Ahmad. 2005. Sistem Kekebalan Tubuh. Jakarta: Cv.Swasada
Roeslan. 2002. Imunologo Oral : Kelainan Di Dalam Rongga Mulut. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Respon Imun Non Spesifik
Posted by arifwr on 06/09/2009
Oleh : Trimar Handayani
Kekebalan tubuh non spesifik merupakan respon alamiah dari tubuh yang berfungsi melindungi tubuh dari
antigen baik dari lingkungan ekterna maupun interna. Ada 3 macam yaitu Fisik ( kulit, mukosa, batuk, diare,
bersin ); Bahan larut / biokimia { Ph keringat dan vagina, HCL dilambung, lisozim ( keringat,air mata dll ),